TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

135
TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP HILANGNYA SEJUMLAH DANA TABUNGAN NASABAH MELALUI LAYANAN ELECTRONIC BANKING (E-BANKING) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : WARDIMAN LAHUPASKA S NIM : 130200450 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Transcript of TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

Page 1: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP HILANGNYA SEJUMLAH DANA TABUNGAN NASABAH

MELALUI LAYANAN ELECTRONIC BANKING (E-BANKING)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

WARDIMAN LAHUPASKA S NIM : 130200450

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

i

Universitas Sumatera Utara

Page 3: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

ii

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP HILANGNYA SEJUMLAH DANA TABUNGAN NASABAH MELALUI

LAYANAN ELECTRONIC BANKING (E-BANKING)

ABSTRAK

Wardiman Lahupaska S*

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H**

Drs. Mahmul Siregar, S.H., M. Hum***

Hilangnya dana simpanan nasabah pengguna layanan e-banking dapat terjadi akibat dari kelalaian oleh pihak nasabah ataupun pihak bank. Adapun permasalahan dalam skripsi ini ialah bagaimanakah perlindungan hukum terhadap nasabah bank dalam hukum Indonesia, bagaimanakah layanan elektronik banking dalam perspektif hukum di Indonesia dan tanggungjawab bank terhadap hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah melalui layanan elektronik banking. Metode yang digunakan adalah yuridis normatif, bahan hukum yang diambil berupa data sekunder, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Adapun kesimpulan dalam skripsi ini adalah bentuk perlindungan hukum bagi nasabah terbagi menjadi dua yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Layanan e-banking memberikan kemudahan kepada para nasabah untuk melakukan transaksi perbankan seperti cek saldo, transfer antar rekening, dan lain-lain. ketentuan yang dapat dipergunakan untuk mengatur e-banking yaitu Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik seperti yang terdapat dalam Pasal 1 angka (1) dan (2) dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan seperti yang terdapat di dalam Pasal 1 angka (1) dan (2) dan dalam hal perlindungan nasabah terdapat dalam Undang- undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka (1) dan (2), Pasal 4 dan Pasal 19. Kerugian hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah melalui e-banking yaitu dapat dimintakan pertanggungjawaban secara perdata apabila karena kelalaian atau kesalahan bank bersangkutan dan dapat dikaitkan dengan kepengurusan bank sebagaimana yang bertindak mewakili badan hukum bank tersebut berdasarkan ketentuan anggaran dasar perusahaan. Kata kunci : Bank, dana tabungan nasabah, layanan e-banking *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I Skripsi Penulis, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ***) Dosen Pembimbing I Skripsi Penulis, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 4: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

iii

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya: Nama : Wardiman Lahupaska S NIM : 130200450 Judul : TINJAUAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB BANK TERHADAP

HILANGNYA SEJUMLAH DANA TABUNGAN NASABAH MELALUI

LAYANAN ELECTRONIC BANKING (E-BANKING)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya saya

sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuat oleh orang lain.

Apabila ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran sebagaimana

tersebut diatas, maka saya bersedia mempertanggungjawabkannya sesuai dengan

ketentuan yang belaku termasuk menerima sanksi pencabutan gelar kesarjanaan

yang telah saya peroleh.

Medan, Maret 2018

Wardiman Lahupaska S

NIM. 130200450

Universitas Sumatera Utara

Page 5: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

iv

KATA PENGANTAR

Terdapat sebuah pepatah Cina yang mengatakan: “The gem cannot be

polished without friction, nor man perfected without trials”. Hal inilah yang

Penulis sadari selama penulisan skripsi ini. Berbagai tantangan harus dihadapi

untuk mencapai akhir penulisan skripsi yang sesuai dengan harapan Penulis.

Merupakan suatu kehormatan bagi Penulis untuk mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penulisan skripsi ini.

Disertai dengan berkat Tuhan Yesus Kristus yang tidak pernah berkesudahan, dan

bantuan-bantuan tersebut, Penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul: “Tinjauan Yuridis Tanggungjawab Bank Terhadap Hilangnya

Sejumlah Dana Tabungan Nasabah Melalui Layanan Electronic Banking (E-

Banking)” dengan usaha terbaik.

Secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orangtua Penulis, Wilmar Silalahi dan Sinta Turnip, yang setia

membawa Penulis ke dalam doanya, tiada hentinya memberikan perhatian,

dukungan, nasihat, dan semangat serta kesabaran yang tidak ternilai harganya

sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) dengan baik.

Juga kepada abang penulis, Karlon Wisly Silalahi yang selalu mendukung,

memperhatikan dan menghibur Penulis selama pengerjaan skripsi ini. Skripsi ini

Penulis persembahkan untuk mereka.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga Penulis haturkan kepada

pihak-pihak berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 6: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

v

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Dr. OK. Saidin S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr. Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak Prof. Sulaiman, S.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik;

7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. selaku Ketua Departemen

Hukum Ekonomi, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Terima kasih atas

ilmu, kesabaran, dan waktunya dalam memberikan bimbingan dan arahan

terhadap Penulis dalam penyusunan skripsi ini

8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.. selaku Dosen Pembimbing II.

Terima kasih atas ilmu, kesabaran, dan waktunya dalam memberikan

bimbingan dan arahan terhadap Penulis dalam penyusunan skripsi ini

9. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

10. Orangtua penulis, Wilmar Silalahi dan Sinta Turnip serta abangda Karlon

Wisly Silalahi yang selalu memberikan semangat dan dorongan sehingga

memotivasi Penulis dalam pengerjaan skripsi ini;

11. Keluarga besar Silalahi dan Turnip yang telah memberikan motivasi dan doa

yang tak berkesudahan kepada Penulis;

Universitas Sumatera Utara

Page 7: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

vi

12. Daniel Alexander Siregar, Pasca Sari Saragih, Emkel Deanta Ginting dan

Naomi Claudya Siahaan, teman seperjuangan Penulis sejak menginjakkan

kaki di Fakultas Hukum USU. See You On Top!;

13. Keluarga Besar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Komisariat Fakultas

Hukum USU. Terimakasih atas banyaknya pengalaman berharga yang sudah

membantu membentuk karakter Penulis. UOUS!;

14. Teman-teman penulis, bang Jesaya, bang Anggie, bang Aubertus, bang

Gabriel, bang Chrispo, bang Rio, bang Jan, bang Dimas, bang Heru, bang

William, bang Andry, bang Roni, Yohannes, Tony, Gian, Hans, Yudika,

Vina, Garcia, dan semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu;

15. Yoel Abhimata, Karissa Eliza Putri Silalahi dan Yohanna Elvira

Tampubolon, tiga sahabat penulis yang selalu menyemangati penulis sampai

detik ini;

16. Badan Pengurus Harian Panitia Natal Keluarga Besar FH-USU 2016, Defin

Sirait, Pinta Nababan, Sothya Ginting, Rissa Putri, Magdalena Sitompul. Dan

Panitia Natal beserta jajarannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu;

17. Teman-teman Stambuk 2013. Vivi Damayanty, Briando Roy, Silvya M.,

Carin Felina, Putri Nadhira, Yemima Amelia, Rissa Putri, Fitty Simamora,

Onny Rhenata dan semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu;

18. Sahabat SMA penulis, Bramantio Widi, Eldwin Thimotie, Juan Gidalty,

Phillipus Ergi, Enrico, dan Calvin Christian teman penulis saat masih

bersekolah di SMA Marsudirini Bekasi.

19. Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi (IMAHMI) Fakultas Hukum USU.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

vii

Penulis sadar masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis berharap pada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran agar

dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Medan, Maret 2018

Penulis

Wardiman Lahupaska S

NIM. 130200450

Universitas Sumatera Utara

Page 9: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i

ABSTRAKSI ................................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

C. Tujuan Penulisan......................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ................................................................. 8

F. Keaslian Penulisan .....................................................................12

G. Metode Penelitian ......................................................................15

H. Sistematika Penulisan .................................................................18

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK DALAM HUKUM INDONESIA A. Perlindungan Nasabah Bank berdasarkan Perundang-undangan di

Bidang Perbankan

1. Perlindungan Nasabah Melalui Penerapan

Prinsip kehati-hatian ..............................................................20

2. Perlindungan Nasabah Melalui Penerapan Prinsip-prinsip Tata

Kelola Perusahaan yang Baik Terhadap Bank .........................25

3. Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam Melindungi

Nasabah Perbankan................................................................32

B. Perlindungan Nasabah Bank Berdasarkan UU Perlindungan

Konsumen

1. Hak Nasabah Sebagai Konsumen ...........................................39

2. Perlindungan Nasabah Secara Preventif ..................................41

3. Perlindungan Nasabah Secara Represif .................................. 46

C. Perlindungan Nasabah Bank Berdasarkan Hukum Perdata

1. Hubungan Hukum Perdata antara Bank dan Nasabah ..............47

Universitas Sumatera Utara

Page 10: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

ix

2. Perlindungan Nasabah Berdasarkan Hukum Perdata ...............51

BAB III LAYANAN ELECTRONIC BANKING DALAM PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA

A. Penggunaan Layanan E-Banking Dalam Perbankan

1. Perkembangan E-Banking di Indonesia ..................................55

2. Tujuan dan Manfaat Layanan E-Banking ................................57

3. Fasilitas Layanan E-Banking ..................................................61

4. Keamanan Layanan E-Banking ..............................................65

B. Aspek Hukum Layanan E-Banking

1. Dasar Hukum Layanan E-Banking .........................................70

2. Hubungan Hukum Antara Bank dan Nasabah Dalam Layanan E-

Banking ............................................................................... 74

3. Kewajiban dan Tanggungjawab Bank Pelaksana Layanan E-

Banking ............................................................................... 76

C. Pengawasan Terhadap Layanan E-Banking

1. Pengawasan Internal Bank .....................................................83

2. Pengawasan Eksternal Bank ...................................................87

BAB IV TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP HILANGNYA SEJUMLAH DANA TABUNGAN NASABAH MELALUI LAYANAN ELECTRONIC BANKING A. Penyebab Hilangnya Sejumlah Dana Tabungan Nasabah Melalui

Layanan Elektronik Banking

1. Faktor Kerusakan Mesin ....................................................... 90

2. Kesalahan Manusia ............................................................... 95

B. Perlindungan Nasabah Terhadap Hilangnya Sejumlah Dana

Tabungan Nasabah dalam Layanan E-Banking ............................96

C. Penyelesaian Perselisihan antara Bank dan Nasabah Terkait

Hilangnya Sejumlah Dana Tabungan Nasabah Melalui Layanan E-

Banking .................................................................................. 101

D. Tanggungjawab Bank Terhadap Hilangnya Sejumlah Dana

Tabungan Nasabah Melalui Layanan E-Banking ..................... 112

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................. 119 B. Saran ....................................................................................... 120 DAFTAR PUSTAKA 122

Universitas Sumatera Utara

Page 11: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat pada saat ini lebih mempercayakan aset yang menjadi miliknya

pada suatu Lembaga Keuangan yakni Bank. Hubungan antara masyarakat dan

lembaga keuangan tersebut adalah masyarakat sebagai nasabah dan lembaga

keuangan sebagai pelaku usaha. Mengenai nasabah tidak diatur secara langsung

pengertiannya di dalam undang-undang, akan tetapi di dalam Undang-Undang No.

21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 1 ayat 15 disebutkan

“Konsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/atau

memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan antara lain

nasabah pada Perbankan, pemodal di Pasar Modal, pemegang polis pada

Perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun, berdasarkan peraturan perundang-

undangan di sektor jasa keuangan.” Berdasarkan pengertian konsumen tersebut

nasabah dapat dikategorikan sebagai konsumen.

Sesuai dengan perkembangan saat ini seringkali ditemukan permasalahan

antara Nasabah dengan Lembaga Keuangan/Bank hal ini dikarenakan kemajuan

teknologi di dalam dunia Perbankan. Kemajuan teknologi dapat memberikan peluang

bisnis baru bagi jasa perbankan, yaitu kegiatan yang berbasis jaringan (web). Adapun

kegiatan yang di maksud adalah elektronik banking (e-banking). Manfaat e-banking

dalam jasa keuangan untuk mempermudah pengguna e-banking melakukan transaksi

Universitas Sumatera Utara

Page 12: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

2

perbankan. Nasabah mendapatkan pelayanan cepat, aman, nyaman, dan tersedia setiap

saat serta dapat diakses dimana saja.1

Dalam Perkembangannya, e-banking telah memberikan manfaat bagi dunia

perbankan namun disisi lain terdapat pula risiko-risiko yang melekat pada layanan

tersebut. Bank Indonesia sebagai regulator

2 dan pengawas kegiatan perbankan di

Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 tentang

Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi Pada Bank

Umum, agar setiap bank yang menggunakan teknologi informasi khususnya e-

banking, dapat meminimalisir risiko-risiko yang timbul sehubungan dengan

kegiatan tersebut sehingga mendapatkan manfaat yang maksimal dari penggunaan

teknologi informasi. 3

E-banking tidak hanya memberikan keuntungan bagi pihak yang

menyelenggarakannya, namun terdapat pula risiko yang akan dihadapi dari

penyelenggaraan e-banking. Risiko tersebut adalah risiko dari tingkat kehandalan

teknologi e-banking dan risiko dari tingkat perlindungan hukum yang dapat

diberikan akibat penyelenggaraan e-banking.

4 Sektor finansial merupakan salah

satu target eksploitasi oleh para frauder (kecurangan)5

1 Selly Maulina, Tanggung Jawab Bank Terhadap Nasabah Yang Mengalami Kerugian

Dalam Penggunaan Elektronik Banking, Kamus Jurnal Ilmu Hukum Vol. 18, No. 3, (Desember, 2016), hlm 354

2 Bank Indonesia sebagai regulator dalam sistem pembayaran, maksudnya adalah untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia adalah satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan, mengedarkan, mencabut, menarik, dan memusnahkan uang rupiah dari peredaran karena Bank Indonesia merupakan bank sentral di Indonesia

3 Budi Rahadjo, Aspek tehnologi dan keamanan dalam internet banking, Makalah Seminar Internet Banking: “Internet banking: Implementasi dan Tantangannya ke depan, Jakarta, 2001, hlm 13

4 Budi Agus Riswandi. Hukum dan Internet di Indonesia. (Yogyakarta : UII Press. 2003). hlm 77

. Perbankan sebagai layanan

5 Fraud atau kecurangan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dengan maksud disengaja menggunakan sumber daya organisasi/perusahaan secara tidak wajar untuk memeroleh

Universitas Sumatera Utara

Page 13: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

3

transaksi keuangan massal tidak luput dari cyber crime yang dilakukan frauder

(kecurangan). Phishing6 dapat menggunakan halaman website palsu untuk

mengelabui dan mencuri data-data pribadi pengguna.7

Bank adalah lembaga kepercayaan, dalam menjalankan kegiatan electronic

banking (e-banking) harus pula diselenggarakan dengan memperhatikan ketentuan

maupun prinsip-prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko terkait

penyelenggaraan e-banking khsusunya risiko reputasi dan risiko hukum.

8 E-

banking merupakan delivery channel9 dalam industri perbankan, dan hubungan

keperdataan yang timbul terkait e-banking berupa hubungan rekening antara bank

dan nasabahnya. Dalam hal ini, permasalahan hukum akan timbul apabila

transaksi elektronik yang dilakukan gagal. Pemahaman mengenai bentuk tanggung

jawab para pelaku dimulai dari adanya hubungan hukum yang terjadi diantara

kedua belah pihak dalam suatu perikatan. Hubungan hukum antara penyedia jasa

dan konsumen (nasabah) pada akhirnya melahirkan suatu hak dan kewajiban yang

mendasari terciptanya suatu tanggung jawab.10

Perlindungan terhadap nasabah perbankan merupakan salah satu

permasalahan yang sampai saat ini belum mendapatkan tempat yang baik di dalam

keuntungan pribadi sehingga merugikan pihak organisasi/perusahaan yang bersangkutan atau pihak lain.

6 Phising adalah singkatan dari Password Harvesting Phising yang artinya adalah tindakan memancing dengan tujuan untuk mengumpulkan password

7 Ikhsan Radiansyah, Candiwan, Yudi Priyadi, Analisis ancaman phishing dalam layanan online banking, Jurnal Ekonomika-Bisnis,Vol. 7 No. 1 (Januari 2016), hlm 2

8 Vyctoria. Bongkar Rahasia E-Banking Security dengan Teknik Hacking dan Carding. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2013), hlm 74

9 Delivery Channel adalah fasilitas pelayanan yang diberikan kepada nasabah untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam bertransaksi.

10 Brian A.P., Diskusi Permasalahan Hukum Terkait Internet Banking dan Solusi Penyelesaiannya. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan Volume 3, Nomor 2. (Mei 2005), hlm 48

Universitas Sumatera Utara

Page 14: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

4

sistem perbankan nasional.11 Seringkali terjadi dalam kenyataan, nasabah selalu

dianggap lemah atau pada posisi yang kurang diuntungkan apabila terjadi kasus-

kasus perselisihan antara bank dengan nasabahnya, sehingga nasabah dirugikan.

Sulitnya pembuktian dan penggunaan aturan penegakan hukum yang masih bias

terhadap perkara yang berunsur internet dalam dunia perbankan semakin

menyudutkan nasabah dalam menuntut pertanggung jawaban atas kerugian yang

dialaminya.12

Layanan e-banking merupakan salah satu bentuk dari kemajuan teknologi

dalam perbankan, berupa sebuah alat atau media elektronik yang menyediakan

sebuah layanan kepada nasabah-nasabah penyimpan dana dalam bentuk tabungan

dan mengizinkannya untuk melakukan transaksi-transaksi pembayaran, mengambil

uang atau mengecek saldo simpanan. Dengan adanya e-banking dapat

memudahkan nasabah penyimpan dana dalam bentuk tabungan, untuk melakukan

berbagai transaksi. Namun dengan adanya kemajuan terknologi ini menimbulkan

Salah satu pintu gerbang kejahatan pada praktik e-banking adalah

penyalahgunaan data pribadi nasabah. Kerahasiaan sangat diperlukan untuk

kepentingan bank sendiri yang memerlukan kepercayaan masyarakat yang

menyimpan uangnya di bank. Masyarakat hanya akan memercayakan uangnya

pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila dari pihak bank ada jaminan

bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah tidak

disalahgunakan. Dengan adanya ketentuan tersebut, ditegaskan bahwa bank harus

memegang teguh rahasia bank.

11 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta : Penerbit Kencana

Prenada Media Group, 2000), hlm.130. 12 Dwi Ayu Astrini, Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Pengguna Internet

Banking Dari Ancaman Cybercrime, Juornal Lex Privatum, Vol.III/No. 1 (Jan-Mar/2015), hlm 78

Universitas Sumatera Utara

Page 15: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

5

berbagai masalah yang merugikan nasabah bank, yaitu hilangnya dana simpanan

nasabah pengguna e-banking

Hilangnya dana simpanan nasabah pengguna layanan e-banking dapat

terjadi akibat dari kelalaian oleh pihak nasabah, yaitu pihak nasabah tersebut

memberitahukan pin e-banking dan memberikan e-banking milik nasabah kepada

orang lain untuk melakukan transaksi penarikan melalui e-banking. Selain itu

hilangnya dana simpanan nasabah pengguna layanan e-banking juga dapat terjadi

akibat dari adanya kesalahan sistem pada bank, contohnya pada saat nasabah

hendak melakukan transaksi penarikan dana simpanan melalui e-banking, namun

saat itu terjadi kesalahan sistem yang menyebabkan sejumlah dana simpanan yang

hendak di tarik oleh nasabah, tidak keluar dari mesin e-banking, tetapi transaksi

tersebut tercatat oleh sistem pada mesin e-banking, sehingga sejumlah dana

simpanan yang hendak di tarik oleh nasabah tersebut berkurang dari tabungan

nasabah.

Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor

Jasa Keuangan, nasabah berhak mendapatkan ganti rugi atas dana miliknya yang

hilang. Jika dilihat dari pertanggungjawaban Bank sebagai pihak yang memiliki

otoritas maka Bank harus tetap bertanggungjawab karena Bank memiliki otoritas

penuh mengawasi para pekerjanya sehingga pembobolan dana nasabah dapat

dicegah. Menurut Pasal 2 ayat (1) dan (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di

Sektor Jasa Keuangan bahwa Pengaduan wajib diselesaikan terlebih dahulu oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 16: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

6

Lembaga Jasa Keuangan Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian

Pengaduan, Konsumen dan Lembaga Jasa Keuangan dapat melakukan

penyelesaian Sengketa di luar pengadilan atau melalui pengadilan.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang

Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan bahwa Bank

sebagai pihak yang posisinya lebih kuat harus membuktikan bahwa prosedur dan

sistemnya telah benar. Terlepas dalam hal ini pembobolan bank merupakan

kejahatan perbankan yang perlu penanganan secara serius.

Di Indonesia, selain perjanjian yang mengatur hubungan keperdataan,

hukum positif yang mengatur tentang tanggung jawab penyelenggaraan transaksi

elektronik adalah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (UUITE). Dalam rangka perlindungan konsumen, UUITE

mengatur adanya teknologi netral yang dipergunakan dalam transaksi elektronik

serta mensyaratkan adanya kesepakatan penggunaan sistem elektronik yang

dipergunakan. Selain itu setiap penyelenggara sistem elektronik diwajibkan untuk

menyediakan sistem elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab

terhadap beroperasinya sistem elektronik sebagaimana mestinya. Penyelenggara

sistem elektronik bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan sistem

elektroniknya. Namun demikian ketentuan tersebut tidak berlaku dalam hal dapat

dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak

pengguna sistem elektronik.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai hak dan kewajiban nasabah penyimpan dana serta tanggung jawab bank

Universitas Sumatera Utara

Page 17: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

7

terhadap nasabah pengguna layanan e-banking apabila mengalami kerugian berupa

hilangnya dana simpanan miliknya.

Dengan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk membuat karya tulis

dalam bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan Yuridis Tanggungjawab Bank

Terhadap Hilangnya Sejumlah Dana Tabungan Nasabah Melalui Layanan

Electronic Banking (E-Banking).”

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap nasabah bank dalam hukum

Indonesia?

2. Bagaimanakah layanan electronic banking dalam perspektif hukum di

Indonesia?

3. Bagaimanakah tanggungjawab bank terhadap hilangnya sejumlah dana

tabungan nasabah melalui layanan electronic banking?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan peneliti melaksanakan penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap nasabah bank dalam

hukum Indonesia.

b. Untuk mengetahui layanan electronic banking dalam perspektif hukum di

Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

8

c. Untuk mengetahui tanggungjawab bank terhadap hilangnya sejumlah dana

tabungan nasabah melalui layanan electronic banking.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

a. Secara teoretis

Sebagai bahan masukan teoritis bagi penulis untuk menambah pengetahuan

dan pemahaman hukum hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah melalui

layanan melalui electronic banking.

b. Secara Praktis

Untuk menerapkan pengetahuan penulis secara praktis agar masyarakat

mengetahui tanggungjawab bank terhadap hilangnya sejumlah dana

tabungan nasabah melalui layanan electronic banking.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Tanggungjawab

Tanggungjawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau

perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggungjawab juga

berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Prinsip

tanggungjawab merupakan perihal yang sangat penting di dalam hukum

perlindungan konsumen. Dalam kasus pelanggaran hak konsumen, diperlukan

kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggungjawab dan seberapa

jauh tanggungjawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait.13

13 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Grasindo, 2000) hlm. 59

Universitas Sumatera Utara

Page 19: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

9

Menurut hukum tanggung jawab adalah suatu akibat atas konsekuensi

kebebasan seorang tentang perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral

dalam melakukan suatu perbuatan.14

2. Bank

Bank adalah salah satu jenis usaha yang berhubungan dengan menabung,

perputaran uang, deposito dan lainnya. Bank adalah lembaga keuangan yang

menghimpun dan menyalurkan dan. Penghimpunan dana secara langsung berupa

simpanan dana masyarakat yaitu tabungan, giro dan deposito dan secara tidak

langsung berupa pinjaman. Penyaluran dana dilakukan dengan tujuan modal kerja,

investasi dan deposito dan untuk jangka panjang dan jangka menengah.15

Bank merupakan lembaga penghimpun dana, yaitu menghimpun dana dari

masyarakat luas yang dapat berupa deman deposit (giro), saving deposit (tabungan)

dan time deposit (deposito).

16

Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dana mengeluarkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit,

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak” (Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan).

14 Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, (Jakarta : Penerbit Rineka Cipta,

2010), hlm 74 15 Budisantoso Totok, Triandaru Sigit. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. (Jakarta :

Salemba Empat, 2006), hlm 5 16 Juhaya S. Pradja, Dasar-dasar Perbankan, (Bandung : Penerbit Pustaka Setia, 2013), hlm

18

Universitas Sumatera Utara

Page 20: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

10

yang kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang

ditentukan.17

3. Tabungan Nasabah

Dalam perbankan, setiap orang yang memiliki rekening dalam suatu bank,

orang yang menggunakan jasa penyimpanan benda pada bank dan termasuk juga

pengiriman rekening antar bank, Seperti letter of credit, melakukan permohonan

kredit untuk kepentingan nasabah). Customer (Nasabah Langganan): suatu pihak

(orang atau perusahaan) yang mengatakan deposito atau memiliki rekening Koran

atau hal-hal serupa lainnya pada sebuah bank. Istilah untuk ini lebih tepat

“Nasabah”.18

a. Nasabah bank sebagai penyimpan

Bank memiliki dua fungsi, yakni berfungi sebagai penampung dana

nasabah dan sebagai penyalur dana nasabah, berdasarkan kedua fungsi tersebut

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nasabah dibagi menjdai dua golongan, yaitu:

Berdasarkan rumusan Pasal 1 Angka 17 Undang-Undang Perbankan, yang

dimaksud sebagai “nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan

dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan

nasabah yang bersangkutan”. Dalam arti sederhana, setiap orang yang

menyimpan uangnya di bank disebut sebagai nasabah penyimpan. Dalam arti

yuridis, nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di

bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah

yang bersangkutan. Jika dicermati obyek perjanjian simpanan berupa giro,

17 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Edisi kedua. (Jakarta : Ghalia Indonesia,

2003), hlm 25 18 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, (Minnesota: West Publishing Co., 1993),

hlm. 203

Universitas Sumatera Utara

Page 21: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

11

deposito, dan tabungan, maka tidak ditemukan baik dalam KUH Perdata

maupun KUH Dagang. Namun sebagai perjanjian, terdapat ketentuan umum

dalam Pasal 1319 KUH Perdata yang berbunyi “Semua persetujuan, baik

yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak terkenal dengan suatu

nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan yang ada.

b. Nasabah bank sebagai penerima kredit

Berikutnya dirumuskan pula dalam Pasal 1 Angka 18 Undang-Undang No.10

tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992

tentang perbankan, yang dimaksud nasabah sebagai penerima kredit atau

“nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah atau yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan”. Adapun

fasilitas yang bisa diperoleh oleh nasabah debitur, misalkan penggunaan

kartu kredit, kredit kepemilikan rumah, dan sebagainya.

4. Layanan E-Banking

Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking merupakan produk

perbankan elektronik yang ditawarkan pihak bank untuk memberikan kemudahan

kepada nasabah dalam melakukan transaksi perbankan melalui komputer dan

jaringan internet.19

Bank menyediakan layanan Electronic Banking atau e-banking untuk

memenuhi tuntutan dan kebutuhan nasabah sebagai alternatif media untuk

melakukan transaksi perbankan, tanpa nasabah datang ke bank atau ke ATM.

Kecuali untuk transaksi setoran dan tarikan uang tunai. Transaksi E-Banking dapat

19 Suryani, Komunikasi Terapeutik : Teori Dan Praktik. (Jakarta: Penerbit Egc, 2010), hlm

41

Universitas Sumatera Utara

Page 22: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

12

dilakukan di mana saja, di belahan bumi manapun, selama ada jaringan layanan

data dan dapat berakses. Transaksi dapat dilakukan 24 jam serta real time.20

a. Transfer dana atau pemindahan dana

Jenis Transaksi e-banking :

b. Pengecekan informasi (saldo,transaksi,dll.)

c. Melakukan transaksi pembayaran (listrik,kartu kredit, dll.)

d. Melakukan transaksi pembelian (pulsa PLN, pulsa telepon, dll.)

Layanan e-banking memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan nasabah.

Kualitas layanan e-banking dapat memberikan suatu motivasi kepada nasabah

untuk menjalin hubungan yang kuat dengan bank yang telah menjadi pilihan.

Dalam jangka panjang, hubungan seperti ini memungkinkan perusahaan perbankan

untuk memahami dengan seksama harapan nasabah serta kebutuhannya. Apabila

kebutuhan dan kepuasan nasabah tercapai maka akan meningkatkan keuntungan

perusahaan.21

F. Keaslian Penulisan

Judul ini diangkat berdasarkan ide, gagasan, pemikiran penulis serta fakta

yang terjadi di dalam masyarakat. Judul skripsi ini belum pernah ada di tulis di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini benar dibuat oleh penulis

dan keaslian penulisan ini dapat dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis secara

ilmiah.

Pada dasarnya belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, meskipun

ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul

20 Supriyono, Maryanto. Buku Pintar Perbankan. (Yogyakarta: Penerbit ANDI. 2011), hlm

77 21 Lipis, Allen H., Perbankan Elektronik, (Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 2012), hlm 53

Universitas Sumatera Utara

Page 23: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

13

penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tersebut sebagai

berikut:

1. Skripsi yang berjudul Analisis Permasalahan Hukum Perbankan Berkaitan

Dengan Transaksi E-Banking (Studi Kasus Pada Bank Bni-1946 Kantor

Cabang USU-Medan). Skripsi ini ditulis oleh:

Nama : Guslihan Anggia Nusa

Nim : 110200078

Departemen : Hukum Keperdataan

Tahun : 2017

Skripsi ini membahas tentang:

a. Pelaksanaan/prosedur transaksi melalui e-banking pada Bank BNI-1946

Kantor Cabang USU-Medan.

b. Hambatan-hambatan yang terkait dengan transaksi e-banking di Bank BNI-

1946 Kantor Cabang USU-Medan.

c. Upaya penyelesaian terhadap permasalahan hukum yang timbul dalam

transaksi Perbankan melalui e-banking pada Bank BNI-1946 Kantor

Cabang USU-Medan.

2. Skripsi yang berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang

Mengalami Kerugian Dalam Transaksi Perbankan Melalui Internet Banking

(Studi Kasus putusan Nomor 439 B/Pdt.Sus-Arbt/2016). Skripsi ini ditulis oleh:

Nama : Andro Hartanto

Nim : 130200520

Departemen :Hukum Keperdataan

Tahun : 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 24: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

14

Skripsi ini membahas tentang:

a. Hukum perbankan dalam transaksi internet banking.

b. Aspek hukum dalam pelaksanaan layanan internet banking.

c. Bentuk perlindungan hukum terhadap nasabah yang mengalami kerugian

yang diderita oleh nasabah pengguna layanan internet banking (studi kasus

putusan Nomor 439 B/Pdt.Sus-Arbt/2016).

3. Tesis yang berjudul Perlindungan Hukum Nasabah Bank dalam Cyber Crime

Terhadap Internet Banking dikaitkan dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Tesis ini ditulis oleh:

Nama : Khairil Aswan Harahap

Nim : 077005051

Departemen: Hukum Kenotariatan

Tahun : 2009

Tesis ini membahas tentang:

a. Pengaturan internet banking di Indonesia.

b. Bentuk Cyber Crime di bidang Perbankan.

c. Perlindungan untuk nasabah bank dalam Cyber Crime terhadap internet

banking dikaitkan dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik

Tinjauan Yuridis Tanggungjawab Bank Terhadap Hilangnya Sejumlah

Dana Tabungan Nasabah Melalui Layanan Electronic Banking (E-Banking)

diangkat oleh penulis sebagai judul skripsi dan telah diperiksa serta diteliti melalui

penelusuri kepustakaan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penelusuran kepustakaan tidak ditemukan adanya judul yang sama pada Arsip

Universitas Sumatera Utara

Page 25: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

15

Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara/Pusat Dokumentasi dan informasi hukum Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, namun ada beberapa judul skripsi yang mirip namun dengan

substansi yang berbeda, seperti yang tercantum diatas.

G. Metode Penelitian

Penulisan skripsi ini membutuhkan adanya data dan keterangan yang dapat

dijadikan bahan analitis untuk dapat membahas masalah . Untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data dan keterangan tersebut penulis menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Spesifikasi penelitian

Jenis penelitian hukum yang dilakukan adalah yuridis normatif yakni

penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau

norma-norma dalam hukum positif mengenai tanggungjawab bank tentang

hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah melalui layanan electronic

banking. Hal ini ditempuh dengan melakukan penelitian kepustakaan

walaupun penelitian ini tidak lepas pula dari sumber lain selain sumber

kepustakaan, yakni penelitian terhadap media massa ataupun dari internet.

Adapun pendekatan yang dilakukan ialah pendekatan perundang-undangan

,pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan

yang berhubungan dengan Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen dan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

Universitas Sumatera Utara

Page 26: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

16

1/POJK.07/2014 Tentang lembaga alternatif penyelesaian sengketa di sektor

jasa keuangan.

2. Data penelitian

Materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder seperti dimaksud dibawah

ini :

a. Bahan hukum primer

Berbagai bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di

bidang hukum perdata yang mengikat, antara lain Undang-undang No. 10

Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di

Sektor Jasa Keuangan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola bagi Bank Umum, dan

Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan

Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank

Umum

b. Bahan hukum sekunder

Bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan dapat

digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang

ada. Semua dokumen yang dapat menjadi sumber informasi mengenai

tanggungjawab bank tentang hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah,

Universitas Sumatera Utara

Page 27: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

17

seperti hasil seminar atau makalah dari pakar hukum, Koran, majalah,

kasus-kasus yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini, dan juga

sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan

permasalahan yang dibahas.

c. Bahan Hukum Tertier

mencakup kamus bahasa untuk pembenahan tata Bahasa Indonesia dan

juga sebagai alat bantu pengalih bahasa beberapa istilah asing.

3. Teknik pengumpulan data

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan

melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi

kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan

data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan,

majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait

dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis data

Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan metode

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat

sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk

menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya

hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Kualitatif

yaitu metode yang diperoleh menurut kualitas kebenarannya kemudian

dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehinga

diperoleh jawaban atas permasalahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

18

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa

sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang

dapat digambarkan sebagai berikut :

Bab I mengenai pendahuluan merupakan gambaran umum yang berisi

tentang Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan, tinjauan kepustakaan, keaslian penulisan, metode penulisan, sistematika

penulisan.

Bab II mengenai tinjauan umum tentang perlindungan hukum terhadap

nasabah bank dalam hukum indonesia. Berisikan tentang Perlindungan Nasabah

Bank Berdasarkan Perundang-undangan di Bidang Perbankan terdiri dari

Perlindungan Nasabah melalui penerapan prinsip kehati-hatian, perlindungan

nasabah melalui penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik

terhadap bank, peran otoritas jasa keuangan dalam melindungi nasabah perbankan.

Adapun perlindungan nasabah bank berdasarkan uu perlindungan konsumen terdiri

dari hak nasabah sebagai konsumen, perlindungan nasabah secara preventif dan

perlindungan nasabah secara represif. Kemudian perlindungan nasabah bank

berdasarkan hukum perdata berisikan tentang hubungan hukum perdata antara bank

dan nasabah dan perlindungan nasabah berdasarkan hukum perdata.

Bab III mengenai layanan elektronik banking dalam perspektif hukum di

Indonesia. Berisikan tentang penggunaan layanan e-banking dalam perbankan

terdiri dari perkembangan e-banking di indonesia, tujuan dan manfaat layanan e-

banking, fasilitas layanan e-banking, dan keamanan layanan e-banking. adapun

aspek hukum layanan e-banking terdiri dari dasar hukum layanan e-banking,

Universitas Sumatera Utara

Page 29: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

19

hubungan hukum antara bank dan nasabah dalam layanan e-banking dan kewajiban

dan tanggungjawab bank pelaksana layanan e-banking. Kemudian pengawasan

terhadap layanan e-banking berisikan tentang pengawasan internal bank dan

pengawasan eksternal bank.

Bab IV mengenai tanggungjawab bank terhadap hilangnya sejumlah dana

tabungan nasabah melalui layanan elektronik banking. Bab ini berisi tentang

penyebab hilangnya sejumlah dana nasabah melalui layanan elektronik banking,

perlindungan nasabah terhadap hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah dalam

layanan e-banking, penyelesaian perselisihan antara bank dan nasabah terkait

hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah melalui layanan e-banking dan

tanggungjawab bank terhadap hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah melalui

layanan e-banking.

Bab V mengenai kesimpulan dan saran merupakan bab penutup dari

seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat

berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

20

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK

DALAM HUKUM INDONESIA

A. Perlindungan Nasabah Bank Berdasarkan Perundang-undangan di

Bidang Perbankan

1. Perlindungan Nasabah Melalui Penerapan Prinsip Kehati-hatian

Kehati-hatian berasal dari kata “hata-hati” (prudent) yang erat kaitannya

dengan fungsi pengawasan bank dan manajemen bank. Prudent dapat juga

diterjemahkan dengan bijaksana, namun dalam dunia perbankan istilah itu

digunakan dan diterjemahkan dengan hati-hati atau kehati-hatian (prudential).22

Istilah “prudent” secara harafiah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan

sebagai “bijaksana” ataupun “hati-hati”. Rachmadi Usman menjelaskan bahwa

prinsip kehati-hatian dimaknai sebagai suatu asas atau prinsip yang menyatakan

bahwa Bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib bersikap hati-

hati (prudent) dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan

kepadanya.

23

Prinsip kehati-hatian merupakan konsep yang memiliki unsur sikap,

prinsip, standar kebijakan, dan teknik manajemen risiko Bank yang sedemikian

rupa, sehingga dapat menghindari akibat sekecil apapun, yang dapat

22 Permadi Gandapraja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank (Jakarta : Penerbit Gramedia

Pustaka Utama, 2004), hlm 21. 23 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta : Penerbit

Gramedia, 2001), hlm 18.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

21

membahayakan atau merugikan stakeholders, terutama para nasabah deposan dan

Bank itu sendiri.24

Penerapan prinsip kehati-hatian oleh perbankan sebagai lembaga, yang

meliputi kelembagaan bank, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Hal ini bermakna bahwa kewajiban bank

menerapkan prinsip kehati-hatian sudah melekat sejak bank itu didirikan. Contoh

sederhana, misalnya Bank berbentuk Perseroan Terbatas, maka seluruh regulasi

yang berlaku dalam pendirian Bank berbentuk Perseroan Terbatas harus

diperhatikan.

25 Prinsip kehati-hatian wajib diterapkan dalam proses dan cara yang

tercermin dalam pedoman atau standard operating procedures yang dibuat oleh

bank. Prinsip kehati-hatian di sini harus ditafsirkan sebagai ketaatan bank terhadap

seluruh regulasi yang berlaku sejak Bank didirikan, beroperasi dan menjalankan

kegiatan usahanya.26

Penerapan prinsip kehati-hatian yang dibebankan pada organ bank itu

sendiri untuk menghindari bank dari kerugian dan menjaga kepentingan nasabah

yang mempercayakan dananya kepada bank. Dengan demikian, bank wajib

menjamin bahwa setiap tindakan hukum yang dilakukan oleh bank mematuhi

seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku (regulatory compliance).

27

Istilah-istilah yang digunakan dalam berbagai tulisan ditanggapi oleh

Sjahde ini sebagai berikut : prinsip kehati-hatian oleh Undang-undang perbankan

1992 telah diambil sebagai terjemahan dari prudential principle yang sudah

24 Johannes Ibrahim, Cross Default dan Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian

Kredit Bermasalah (Jakarta : PT. Refika Aditama 2004), hlm 88. 25 Rachmadi Usman, op.cit, hlm 19. 26 Lastuti Abubakar & Tri Handayani, Telaah yuridis terhadap implementasi prinsip kehati-

hatian bank dalam aktivitas perbankan indonesia, Journal De Lega Lata, Volume 2, Nomor 1, (Januari – Juni 2017), hlm 79.

27 Rachmadi Usman, op.cit, hlm 20.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

22

dikenal dikalangan perbankan.28 Terjemahan itu tidak tepat, seharusnya prudential

diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dengan arif, sedangkan prudentiality

principle seyogyanya diterjemahkan dengan prinsip kearifan.29

Bank Indonesia dalam menerjemahkan prudential banking ke dalam

Bahasa Indonesia sebagai prinsip kehati-hatian. Hal ini dicantumkan di dalam

peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Bila dilihat pada pasal-

pasal dalam UU Perbankan ditemukan istilah prinsip kehati-hatian seperti tersebut

dalam Pasal 2, Pasal 29 ayat (2) UU Perbankan serta penjelasan-penjelasan yang

terdapat dalam kedua undang-undang tersebut.

30

Bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana dan

menyalurkannya kembali pada masyarakat, berkewajiban untuk mengutamakan

kepentingan nasabahnya, yaitu masyarakat. Namun, kewajiban ini harus dibarengi

dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian (prudential principles) pada transaksi

yang dilakukan dengan nasabah. Hal ini bertujuan agar bank dapat menjaga tingkat

kesehatan sebagaimana yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Perbankan.

31

Implementasi prinsip kehati-hatian bank yang diatur oleh Undang-undang

Perbankan bila dilihat, mengenai hal ini sebenarnya telah dinyatakan dengan tegas

keberadaannya dalam UU Perbankan, kemudian terdapat beberapa ketentuan yang

terdapat dalam aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah berupa Peraturan

Pemerintah maupun Keputusan Presiden dan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh

28 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi

Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993), hlm. 174.

29 Permadi Gandapraja, op.cit, hlm 24. 30 Toto Octaviano Dendhana, Penerapan Prudential Banking Principle dalam Upaya

Perlindungan Hukum bagi Nasabah Penyimpan Dana, Journal Lex et Societatis, Vol.I/No.1 (Jan-Mrt, 2013), hlm 42.

31 Susilo, Y Sri dkk. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: Penerbit Salemba Empat. 2009), hlm 82.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

23

Bank Indonesia berupa Surat Keputusan Bank Indonesia yang diwujudkan ke

dalam Surat Edaran Bank Indonesia bagi perbankan nasional yang merupakan

penjabaran lebih lanjut dari asas kehati-hatian dan kesehatan bank tersebut.32

Suatu prinsip adalah suatu pernyataan atau suatu kebenaran yang pokok,

yang memberikan suatu petunjuk kepada pemikiran atau tindakan.

33 Penerapan

prinsip kehati-hatian bank merupakan dasar untuk menjalankan kegiatan

operasional bank. Istilah kehati-hatian dalam Bahasa Inggris dapat dipadankan

dengan care sebagai kata benda dan carefull kata sifat. Sedang kata prudent

sebagai kata sifat diartikan sebagai bijaksana atau hati-hati.34

Pengertian kedua istilah tersebut tidak ditemukan baik didalam UU No. 7

Tahun 1992, UU No. 10 Tahun 1998 maupun peraturan-peraturan perbankan

lainnya. Oleh sebab itu menyimak isi yang tercantum dalam kedua undang-undang

perbankan, dapatlah dikatakan bahwa prinsip kehati-hatian adalah berkaitan

dengan aktivitas atau kegiatan perbankan dalam menjalankan operasionalnya

Bank Indonesia dalam menerjemahkan prudential banking ke dalam Bahasa

Indonesia sebagai prinsip kehati-hatian. Hal ini dicantumkan di dalam peraturan-

peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Bila dilihat pada pasal-pasal

dalam UU No. 7 Tahun 1992 dan perubahannya dalam UU No. 10 Tahun 1998

ditemukan istilah prinsip kehati-hatian seperti tersebut dalam Pasal 2, Pasal 29 ayat

(2) UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan berikut perubahannya dalam UU No.

10 Tahun 1998 tentang Perbankan, serta penjelasan-penjelasan yang terdapat dalam

kedua undang-undang tersebut.

32 Mia Lasmi Wardiah, op.cit, hlm 30. 33 Moekidjat, Kamus Manajemen. (Bandung : Mandar Maju, 1990), hlm. 413 34 Echols John, M dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama, 1997), hlm. 454.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

24

sehingga melalui penerapan prinsip tersebut diharapkan dapat tercipta kondisi atau

keadaan bank yang sehat dan berfungsi dengan baik.

Penerapan prinsip kehati-hatian bank akan dapat memberikan perlindungan

terhadap kepentingan nasabah. Agar perlindungan ini benar-benar memberikan

rasa aman kepada masyarakat penyimpan dana atau nasabah maka perlu adanya

penilaian kesehatan bank. Untuk menilai kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai

segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi

yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia

sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk

bagaimana bank tsb. harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan

operasionalnya.35

Mengenai penerapan prinsip kehati-hatian dikemukakan bahwa : Dengan

memperhatikan prinsip kehati-hatian itu, maka diharapkan perbankan Indonesia

dalam melakukan usahanya akan melindungi kepentingan masyarakat penyimpan

dana khususnya serta nenunjang kegiatan eknomi pada umumnya, bahkan lembaga

perbankan diharapkan dituntut mampu menciptakan stabilitas nasional dalam arti

yang seluas-luasnya.

36

Adanya keterkaitan yang erat antara asas kehati-hatian, kepercayaan dan

kesehatan bank tersebut, hal ini tentunya memiliki hubungan secara khusus

terhadap kerangka perlindungan terhadap dana masyarakat, dalam hal nasabah

penyimpan dana yang telah menyimpan uangnya pada bank tersebut. Dengan

demikian berarti prinsip kehati-hatian dipandang harus menjadi landasan

35 Zulkarnain Sitompul, Penjaminan Dana Nasabah Bank, Jurnal Hukum Bisnis, No. 22,

2003, hlm. 78. 36 Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan, (Jakarta : PT. Raja Grasindo Persada, 1995),

hlm. 7.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

25

bekerjanya bank, justru dalam kerangka memberikan perlindungan terhadap dana

yang telah disimpan masyarakat.

Nasabah merupakan pihak pertama yang sangat berkepentingan terhadap

bank, baik dalam kerangka mengambil keuntungan dari simpanan uangnya

terhadap bank untuk nasabah penyimpan dana, maupun mengambil keuntungan

meminjam uang dari bank bagi nasabah debitur. Di samping itu juga kepentingan

akan jasa jasa lainnya yang dilakukan oleh bank pada saat ini. Dilihat dari

kepentingan yang seperti itu, terdapat dua sisi yang saling berkaitan, yaitu sisi

kepentingan nasabah terhadap bank dan sisi kepentingan bank terhadap nasabah,

sehingga dalam rangka menciptakan suatu bank yang sehat, maka sisi nasabah dan

sisi bank mempunyai peranan yang sama.

Penerapan prinsip kehati-hatian pada dasarnya adalah dalam kerangka

menjembatani kedua sisi kepentingan tersebut, baik itu kepentingan bank maupun

kepentingan nasabah yang sama-sama mengharapkan adanya keuntungan dalam

keterlibatan mereka sebagai pelaku dalam kegiatan perbankan. Khusus bagi

nasabah penyimpan dana, maka keberadaan asas kehati-hatian dan kesehatan bank

tersebut adalah justru dalam rangka melindungi dana yang mereka simpan pada

bank.37

2. Perlindungan Nasabah Melalui Penerapan Prinsip-prinsip Tata Kelola

Perusahaan Yang Baik Terhadap Bank

Good corporate governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

ekonomi pasar dan berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan

37 Toto Octaviano Dendhana, op.cit, hlm 88

Universitas Sumatera Utara

Page 36: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

26

yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.38 Tata

Kelola Perusahaan Yang Baik / Good Corporate Governance (GCG) adalah

struktur dan mekanisme yang mengatur pengelolaan perusahaan sehingga

menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para

pemegang saham maupun pemangku kepentingan. 39

Good Corporate Governance merupakan seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu

system yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

40

Good corporate governance merupakan peraturan yang ditegakkan melalui

lembaga internal dan eksternal yang berbeda untuk menyelesaikan konflik

keagenan dan melindungi kepentingan pemegang saham organisasi dimana

berguna untuk memastikan bahwa perusahaan dijalankan secara bertanggung jawab

dan akuntabel yang meningkatkan kinerja secara keseluruhan.

41

38 Boediono dan Mas Achmad Daniri, Pedoman Umum Good Corporate Governance,

(Jakarta : Komite Kebijakan Governance, 2006), hlm i 39 Effendi, M. A. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Edisi

2. (Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Jakarta, 2016), hlm 24 40 Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES). Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Manajemen Good Corporate Governance. (Jakarta : Bank Indonesia, 2013), hlm 62 41 Putra, Adrie. Penerapan 5 (lima) Pilar Tata Kelola Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan

di Indonesia. Forum Ilmiah Vol 11 Nomer 1 (Januari 2014), hlm 112

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa good corporate

governance, merupakan suatu sistem tata kelola perusahaan yang mengatur pola

hubungan antara para pemangku kepentingan perusahaan dan melindungi

kepentingan para pemegang saham serta dirancang untuk meningkatkan kinerja

perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

27

Tujuan utama dari GCG adalah untuk menciptakan sistem pengendaliaan

dan keseimbangan (check and balances) untuk mencegah penyalahgunaan dari

sumberdaya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan.

Secara umum Tata kelola perusahaan adalah rangkaian proses, kebiasaan,

kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta

pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. 42

Tata kelola perusahaan yang baik (good corparate governance) adalah

sebagai suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan

pengelolaan sumberdaya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun

produktif dengan prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggungjawaban,

independen, dan adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tata kelola

organisasi secara baik apakah dilihat dalam konteks mekanisme internal organisasi

ataupun mekanisme eksternal organisasi. Mekanisme internal lebih fokus kepada

bagaimana pimpinan suatu organisasi mengatur jalannya organisasi sesuai dengan

prinsip-prinsip diatas sedangkan mekanisme eksternal lebih menekankan kepada

bagaimana interaksi organisasi dengan pihak eksternal berjalan secara harmoni

tanpa mengabaikan pencapaian tujuan organisasi.

43

Dalam dunia perbankan sangat diperlukan pengelolaan sistem secara benar

dan tepat. Dalam hal ini mekanisme pengelolaan harus dilakukan secara baik dan

tepat agar bank tersebut dapat melaksanakan visi dan misi serta tujuan sesuai apa

yang diinginkan. Pengelolaan dimaksudkan disini adalah melakukan strategi dalam

mengatur sistem agar dapat menghasilkan hal yang telah ditentukan seperti visi,

42 Susana Iriyani, “Penerapan Tata Kelola Usaha”, internet, diakses tanggal 25 Februari

2018 43 Sulistyanto, “Good Corporate Governance: Berhasilkah Diterapkan Di Indonesia?”

Jurnal Widya Warta, No.2 Tahun XXVI (2003), hlm 12

Universitas Sumatera Utara

Page 38: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

28

misi dan tujuan. Dengan dilakukan pengelolaan secara baik maka bank tersebut

akan mendapatkan reputasi yang baik dan akan menarik minat masyarakat untuk

melakukan transaksi di bank tersebut sehingga mereka bisa menjadi nasabah bank

tersebut. Untuk meningkatkan persentase nasabah setiap periodenya perlu

dilakukan beberapa evaluasi per periodenya agar dapat dibandingkan dengan

periode sebelumnya, sehingga ketika ada kesalahan atau ketidaksesuaian dapat

ditinjau kembali. Melaksanakan peninjauan persentase nasabah setiap periodenya

merupakan salah satu cara dalam mengelola bank secara baik dan benar. Untuk

melaksanakan pengelolaan secara baik, dapat diterapkan sistem Good Corporate

Governance atau GCG. GCG merupakan suatu tata kelola yang baik yang

menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparancy), akuntabilitas

(accountability), tanggung jawab (responsibility), indepedensi (indepedency), dan

kewajaran (fairnees).44

Salah satu kewajiban bank-bank peserta rekapitalisasi yang dilaksanakan

oleh pemerintah adalah melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik atau Good

Corporate Governance agar dapat memberikan perlindungan yang maksimum

kepada semua pihak yang berkepentingan dalam stakeholders, terutama nasabah

atau deposan. Disamping itu penerapan Good Corporate Governance dapat

membantu bank meminimalisasi kualitas pembiayaan yang tidak baik,

meningkatkan akurasi penilaian bank, infrastruktur, kualitas pengambilan

keputusan bisnis, dan mempunyai sistem deteksi dini terhadap high risk bussines

area, product, dan service/pelayanan terhadap masyarakat. Dukungan terhadap

penerapan Good Corporate Governance pada perbankan juga diberikan oleh Bank

44 Sri Astutik, Prinsip Good Corporate Governance Dalam Perbankan, International Journal

of Islamic Financial Services, Volume 4 No. 3, (Desember 2012), hlm 21

Universitas Sumatera Utara

Page 39: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

29

Indonesia sebagai pemegang otoritas perbankan dalam negeri dengan segera

menyusun kode etik Good Corporate Governance khusus perbankan.

Kedudukan nasabah selama ini masih dianggap lemah atau dalam posisi

yang kurang diuntungkan apabila terjadi kasus-kasus hukum atau kasus

perselisihan antara bank dengan nasabahnya, sehingga nasabah dirugikan. Oleh

karena itu, masalah perlindungan nasabah khususnya penyimpan dana harus

mendapatkan perhatian khusus sebagai komitmen Bank Indonesia dan perbankan

untuk menempatkan nasabah pada posisi yang sejajar dengan kedudukan bank.

Perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana, tidak boleh diabaikan

begitu saja, karena dalam dunia perbankan, nasabah merupakan unsur yang sangat

berperan, karena hidup matinya dunia perbankan sangat bergantung pada

masyarakat atau nasabah.

Situasi ekstemal dan internal perbankan yang semakin kompleks, risiko

kegiatan usaha perbankan yang semakin beragam, semakin meningkatlah

kebutuhan akan penerapan secara optimal prinsip tata kelola perusahaan yang baik

(Good Corporate Governance / GCG). Penerapan prinsip-prinsip GCG selain

untuk meningkatkan daya saing bank itu sendiri, juga untuk lebih memberikan

perlindungan kepada masyarakat. Penerapan GCG menjadi suatu keniscayaan,

mengingat sektor perbankan mengelola dana nasabah.45

Penerapan GCG berawal dari krisis perbankan di Indonesia yang terjadi

pada tahun 1997 hingga tahun 2000, krisis tersebut terjadi tidak hanya dikarenakan

krisis ekonomi dan merosotnya nilai tukar rupiah saja tetapi juga dikarenakan

45 Mieke Aggraeni Dewi, Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Syariah Berdasar

Undang Undang Perbankan Dan Peraturan Bank Indonesia, Jurnal Hukum Dan Dinamika Masyarakat Vol.14 No.2 (April 2017), hlm 129

Universitas Sumatera Utara

Page 40: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

30

belum dilaksanakannya Good Corporate Governance. Pada saat itu terjadi

beberapa hal yang menyebabkan minat masyarakat berkurang terhadap dunia

perbankan, salah satu dari hal tersebut adalah tidak adanya transparansi terhadap

informasi keuangan nasabah. Di karenakan alasan tersebut reputasi perbankan

nasional menjadi jelek. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk mengembalikan

kepercayaan masyarakat pada industri perbankan, usaha ini dilakukan dengan cara

melakukan tindakan penting salah satunya adalah dengan melakukan penerapan

GCG, selain penerapan GCG juga harus melakukan tindakan penting lainnya yaitu

melakukan ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian dan juga sangat penting

diperlukannya pengawasan yang efektif dari otoritas pengawas bank.46

Kebutuhan untuk menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang

baik (good corparate governance) juga dirasakan sangat kuat dalam industri

perbankan, situasi eksternal dan internal perbankan semakin kompleks. Risiko

kegiatan usaha perbankan semakin beragam. Keadaa tersebut semakin

meningkatkan kebutuhan akan praktik tata kelola perusahaan yang sehat (good

corporate governance) di bidang perbankan. Penerapan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik (good corparate governance) selain itu untuk meningkatkan

daya saing bank itu sendiri, juga untuk lebih memberikan perlindungan kepada

nasabah. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corparate governance)

menjadi suatu keniscayaan mengingat sektor perbankan mengelola dana nasabah.

47

46 Sri Sulistyanto, dan Lidyah, Rika, “Good Governance : Antara Idealisme dan Kenyataan”,

Modus, Volume 4 (Pebruari, 2002), hlm 16 47 Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad, Hukum Perbankan, (Jakarta : Penerbit Kencana,

2017), hlm 143

Universitas Sumatera Utara

Page 41: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

31

Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik ini dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Akuntabilitas (accountability) Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Manajemen bank harus memiliki kewenangan-kewenangan beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya.

b. Pertanggungjawaban (responsibility) Pertanggungjawaban yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan ketentuan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yangs ehat. Prinsip ini menuntut manajemen bank dan manajemen senior melakukan kegiatan secara bertanggungjawab. Manajemen bank harus menghindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada undang-undang regulasi, kontrak, maupun pedoman operasional bank.

c. Keterbukaan (transparency) Keterbukaan yaitu informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan. Informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang diungkapkan, antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan bank. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan bank sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.

d. Kewajaran (fainess) Kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan dengan yang berlaku. Bank dilarang melakukan praktik tercela yang dilakukan orang dalam yang merugikan pihak lain.

e. Kemandirian (independency) Kemandirian yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun. Prinsip ini menuntut para pengelola bank agar dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimiliki, tanpa ada tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem operasional bank yang berlaku.48

Perusahaan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dengan

meningkatkan semangat kerja, akuntabilitas, keadilan, transparansi dan tanggung

jawab. Memperbaiki pengelolaan dan control Perseroan untuk memastikan bahwa

standar-standar di bidang hukum dan keuangan berjalan dalam kerangka tata kelola

48 Ikatan Bankir Indonesia, Supervisi Manajemen Risiko Bank, (Jakarta : PT Gramedia,

2016), hal 136

Universitas Sumatera Utara

Page 42: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

32

yang diatur berdasarkan hukum dan perundang-undangan serta Anggaran Dasar

Perseroan.

3. Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Melindungi Nasabah Perbankan

Pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan perbankan sesuai

dengan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dalam undang-

undang tersebut dijelaskan bahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh

lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan

undang-undang. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang indepeden

dan bebas dari campur tangan pihak lain mempunyai tugas diantaranya adalah

mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun, pasar modal, modal

ventura dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang

menyelenggarakan pengolaan dana masyarakat.

OJK adalah suatu lembaga pemegang otoritas tertinggi dan disebut lembaga

extraordinary, di mana lembaga ini mendapatkan pemindahan fungsi pengaturan

dan pengawasan pada lembaga-lembaga keuangan, seperti Perbankan, Pasar

Modal dan Lembaga Keuangan non-bank (asuransi, dana pensiun dan termasuk di

dalamnya lembaga pembiayaan konsumen) seluruh bisnis keuangan di Indonesia

berada di bawah pengaturan dan pengawasannya yang bebas dari intervensi pihak

manapun. Namun pembentukan lembaga superpower menimbulkan kekhawatiran

tentang kewenangan besar yang dimilikinya.49

49 Adrian Sutedi. Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (Jakarta: Penerbit Raih Asa Sukses,

2014), hlm 78.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

33

OJK dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi

independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparan dan kewajaran

(fairness). OJK merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang memiliki relasi

dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal dan

moneter. OJK melibatkan keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas tersebut

secara ex-officio(jabatan seseorang pada lembaga tertentu karena tugas dan

kewenangannya pada lembaga lain). Keberadaan ex-officio ini dimaksudkan dalam

rangka koordinasi, kerjasama dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter

dan sektor jasa keuangan, untuk memastikan terpeliharanya kepentingan nasional

dalam rangka persaingan global dan kesepakatan internasional, kebutuhan

koordinasi dan pertukaran informasi dalam rangka menjaga dan memelihara

stabilitas sistem keuangan.50

Dilihat dari latar belakang pembentukan OJK, yaitu adanya anggapan

pemerintah bahwa Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral telah gagal dalam

mengawasi sektor perbankan. Kegagalan tersebut dapat dilihat pada krisis

ekonomi yang melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997, dimana 16 bank

dilikuidasi. Pada saat itu tujuan OJK dibentuk antara lain agar keseluruhan

kegiatan didalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil,

transparan dan akuntabel mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh

secara berkelanjutan dan stabil dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan

masyarakat. Disamping itu tujuan pemebentukan OJK ini agar BI fokus kepada

pengolaan moneter dan tidak perlu mengurusi pengewasan bank karena bank itu

merupakan sektor perekonomian.

50Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta : Penerbit Kencana, 2014),

hlm 217.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

34

Peran OJK dalam melindungi nasabah perbankan sangat diharapkan oleh

masyarakat, sebab salah satu faktor utama penyebab permasalahan perbankan saat

ini adalah kurangnya integritas pemillik serta rendahnya kompetensi para

pengelola bank sehingga kegiatan usaha bank tidak lagi dikelola secara sehat

bahkan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi para pemilik, pengurus, atau

pihak lainya. Peryataan tersebut dapat dibuktikan dengan adanya pelanggaran

pelayanan dan pemasaran produk jasa bank meskipun tidak dilakukan secara

langsung oleh pihak bank seperti penipuan yang dilakukan oleh seorang karyawan

bank dengan modus penawaran produk perbankan dengan return yang tinggi,

kasus penipuan dengan kedok gadai emas pada perbankan syariah, ataupun

tawaran-tawaran menggiurkan lainnya yang sangat menarik masyarakat. Padahal

pelayanan jasa dan etika pemasaran produk jasa bank harus dilakukan dengan baik

dan benar sehingga mampu menarik calon nasabah bank yang bersangkutan, serta

tidak merugikan salah satu pihak.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen digunakan sebagai bagian dari

upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta sebagai bentuk adanya

kepastian hukum ketika terjadi pelanggaran-pelanggaran hak atau kewajiban oleh

pihak bank yang mengakibatkan kerugian konsumen. Adanya UU No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen ini tidak cukup untuk mencegah terjadinya

pelanggaran yang dilakukan oleh lembaga keuangan, seperti perbankan. Hal ini

menunjukan bahwa pengawasan yang lebih intensif sangat dibutuhkan.

Dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/07/2014 tentang

Penyampaian Informasi dalam rangka pemasaran produk atau layanan jasa

keuangan, Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) wajib menyediakan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 45: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

35

menyampaikan informasi mengenai produk dan layanan jujur berdasarkan

informasi yang sebenarnya tentang manfaat, biaya, dan resiko dari setiap produk

atau layanan serta wajib menyediakan dan menyampaikan informasi mengenai

produk dan layanan yang tidak menyesatkan sehingga tidak menimbulkan

perbedaan penafsiran antara konsumen atau masyarakat strategi pemasaran produk

dan layanan yang merugikan konsumen dengan memanfaatkan kondisi konsumen

yang tidak memilik pilihan lain dalam mengambil keputusan. Dengan demikian

pelaku usaha jasa keuangan termasuk perbankan diwajibkan untuk memberikan

perlindungan terhadap nasabah atas kepercayaan yang diberikan kepada bank.

Sebagai contoh konkrit dari bentuk pengawasan yang dilakukan oleh OJK

adalah dengan mewajibkan produk finansial untuk mencantumkan cap halal dan

OJK yang berlaku sejak tanggal 6 Agustus 2014. Tindakan tersebut dilakukan

sebagai bentuk perlindungan terhadap konsumen atas ketidak jelasan informasi

terkait produk finansial yang ditawarkan oleh perbankan. Sehingga kini dalam

penjualan produk finansial atau berpromosi disyaratkan untuk lebih jelas tidak

menyesatkan konsumen, sebagai gambaran promosi dan layanan karti kredit

kepada konsumen, selain harus memenuhi persyaratan peraturan baru yang sesuai

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, juga menjelaskan cara menghitung bunga

kepada calon nasabah, selain itu apabila ada PUJK yang tidak mengindahkan

peraturan yang ada, pihak OJK akan memberikan teguran dan langkah terakhir

dengan merekomendasikan mencabut izin operasionalnya.

Dengan adanya peraturan Otoritas Jasa Keuangan, surat edaran jasa

keuangan, tindakan nyata perlu dilakukan di lapangan agar perlindungan

konsumen yang telah diatur di dalamnya tidak hanya sebatas peraturan tertulis

Universitas Sumatera Utara

Page 46: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

36

saja. Dari uraian di atas jelas sekali peran Otoritas Jasa Keuangan dalam

perlindungan perbankan, sehingga diharapkan kinekerja dari Otoritas jasa

Keuangan ditingkatkan agar terwujud peningkatan kesejahteraan rakyat serta

kepastian mutu, jumlah dan keamanan produk atau jasa keuangan.51

1. Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, Otoritas Jasa Keuangan ber-wenang melakukan pembelaan hukum, yang meliputi :

Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memberikan perlindungan hukum kepada konsumen perbankan yakni : a. Memberikan wewenang pada Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan

pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/ atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

b. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

c. Memberikan dan/atau mencabut : izin usaha; izin orang perseorangan; efektifnya pernyataan pendaftaran; surat tanda terdaftar; persetujuan; pengesahan; persetujuan atau penetapan pembubaran; serta penetapan lain sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan.

d. Berwenang untuk meminta data dan informasi dari Pelaku Usaha Jasa Keuangan berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan perlindungan Konsumen.

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas

Jasa Keuangan, menerangkan bahwa Otoritas Jasa Keuangan berwenang dalam

melakukan pembelaan hukum bagi konsumen yaitu:

1. Memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga Jasa Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan Konsumen yang dirugikan Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;

2. Mengajukan gugatan : 1) Untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang dirugi-

kan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik;

51 Habibullah, Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Perlindungan Konsumen

Produk Perbankan, diakses https://muamalatqolam.wordpress.com/2017/04/27/peran-otoritas-jasa-keuangan-ojk-dalam-perlindungan-konsumen-produk-perbankan/html

Universitas Sumatera Utara

Page 47: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

37

2) Untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian pada Konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

2. Ganti kerugian sebagaimana dimaksud ayat 1 huruf b angka 2 hanya digunakan untuk pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang dirugikan.

Dari rumusan-rumusan tersebut maka peran Otoritas Jasa Keuangan dalam

sistem hukum perlindungan konsumen tidak terbatas hanya dengan memfasilitasi

perlindungan konsumen yakni menampung dan menjadi lembaga mediasi tetapi

juga menjadi lembaga yang berpihak kepada konsumen dan masyarakat dalam

bentuk kegiatan pembelaan hukum. Bentuk-bentuk perlindungan yang dilakukan

oleh Otoritas Jasa Keuangan meliputi perlindungan dalam upaya pencegahan

terjadinya pelanggaran dan pemulihan hak-hak konsumen apabila konsumen

mengalami kerugian.

Masih lemahnya norma hukum yang mengatur tugas pengawasan oleh

Otoritas Jasa keuangan yang dapat dilihat pada Pasal 8 Undang-Undang No. 21

Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, menjabarkan kewenangan tugas

pengaturan Otoritas Jasa Keuangan, sedangkan pada Pasal 9 menjabarkan

kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan tugas pengawasan, akan

tetapi dalam pasal tersebut terdapat kekaburan norma antara tugas pengawasan dan

pengaturan, dimana dalam Pasal 9 huruf (a), yakni “Otoritas Jasa Keuangan

mempunyai wewenang menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap

kegiatan jasa keuangan”, yang seharusnya merupakan tugas pengaturan.52

Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga independen

yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,

52 Rati Maryani Palilati, Perlindungan Hukum Konsumen Perbankan Oleh Otoritas Jasa

Keuangan. Jurnal IUS | Vol IV | Nomor 3 (Desember 2016), hlm 97

Universitas Sumatera Utara

Page 48: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

38

pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan selaku penerima mandat

dari Bank Indonesia (BI), maka OJK memiliki bidang baru yaitu edukasi dan

perlindungan konsumen. Bidang ini pula yang menjadi pintu masuk OJK untuk

meminimalisir terjadinya sengketa antara pelaku jasa keuangan dengan nasabah

atau konsumen.53

53 Fathan Qorib, “Menunggu Gebrakan OJK Lindungi Konsumen Bank”,

www.hukumonline.com, diakses tanggal 16 Februari 2018

Untuk lebih mengakomodir dan memberikan perlindungan

kepada konsumen, OJK telah mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

(POJK) Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan yang ditandatangani pada tanggal 26 Juli 2013.

Ketentuan dalam Pasal 21 POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan menyebutkan bahwa Pelaku Usaha

Jasa Keuangan (PUJK) wajib memenuhi keseimbangan, keadilan dan kewajaran

dalam pembuatan perjanjian dengan konsumen.

Peraturan otoritas jasa keuangan No. 1/POJK.07/2013 pada Pasal 22 ayat

(3) huruf b, menjelaskan contoh dari klausula baku yang dilarang pada huruf ini

adalah: perjanjian pembukaan rekening baru di pelaku usaha jasa keuangan, yang

menyatakan: “Tunduk pada syarat dan ketentuan yang berlaku pada pelaku usaha

jasa keuangan beserta segala perubahan menjadi satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dari formulir aplikasi rekening ini.” Berdasarkan asas kepatutan, para

pihak terikat pada syaratsyarat perjanjian yang seharusnya sudah diketahui

sebelumnya. Para pihak tidak mungkin dapat mengetahui dan memahami syarat-

syarat yang belum ada.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

39

Menurut ketentuan Pasal 38 huruf c POJK No.1/pojk.07/2013 menwajibkan

pelaku usaha jasa keuangan setelah menerima pengaduan, untuk menyampaikan

pernyataan maaf dan menawarkan ganti rugi (redress/remedy) atau perbaikan

produk dan atau layanan. Menurut ketentuan Pasal 39 POJK No.1/ pojk.07/2013

menjabarkan bahwa apabila antara konsumen dan pelaku usaha jasa keuangan

tidak mencapai kesepakatan penyelesaian pengaduan, Konsumen dapat melakukan

penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui lembaga alternatif penyelesaian

sengketa yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan atau melalui pengadilan.

Untuk penyelesaian sengketa tidak dilakukan melalui lembaga alternatif

penyelesaian sengketa, maka konsumen dapat menyampaikan permohonan kepada

Otoritas Jasa Keuangan untuk memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen

yang dirugikan oleh pelaku di Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

B. Perlindungan Nasabah Bank Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen

1. Hak Nasabah sebagai Konsumen

Konsumen Menurut pengertian pasal 1 angka 2 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau

jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.” Yang

dimaksud di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen sebagai konsumen

adalah konsumen akhir. Karena konsumen akhir memperoleh barang dan/atau jasa

bukan untuk dijual kembali, melainkan untuk digunakan, baik bagi kepentingan

dirinya sendiri, keluarga, orang lain dan makhluk hidup lain.

Perlindungan hukum bagi konsumen saat ini telah diatur dalam Undang

Undang Perlindungan Konsumen pasal 1 angka 1 yang mengartikan bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 50: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

40

“perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.54

Kepastian hukum untuk menjamin perlindungan kepada konsumen itu

antara lain adalah dengan meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta

membuka akses informasi tentang barang dan / atau jasa baginya, dan menumbuh

kembangkan sikap pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab.

55

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen disebutkan sejumlah hak konsumen yang mendapatkan jaminan

perlindungan dari hukum,yaitu :

b. Hak untuk memilih barang dan / atau jasa serta mendapatkan barang dan / jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar , jelas , dan jujur mengani kondisi dan jaminan barang dan / atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat dab keluhannya atas barang dan / atau jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi , perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara cepat.

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif. h. Hak untuk mendapatkan kompensasi , ganti rugi dan /atau penggatian ,

apabila barang dan / atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.

Dari semua hal diatas,namun pada intinya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) hak

yang menjadi dasar, yaitu:

54 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 55 Adrian sutedi, Tanggungjawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen, (Bogor :

Penerbit Ghalia Indonesia, 2008), hlm.8.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

41

a. Hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari kerugian harta

kekayaan:

b. Hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga wajar;

c. Hak untuk memperoleh penyesalan yang patut terhadap permasalahan yang

dihadapi.

2. Perlindungan Nasabah secara Preventif

Perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya permasalahan

atau sengketa, masyarakat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau

pendapatnya sebelum keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.

Berdasarkan pendapat Hadjon, maka dapat dipahami bahwa hukum harus

melindungi hak nasabah penyimpan sebagai kondisi subjektif yang harus

diciptakan guna kelangsungan eksistensi nasabah penyimpan, agar memiliki

kekuatan yang terorganisasi, baik secara individual maupun struktural, dalam

proses kegiatan usaha. Perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan dapat

dilakukan dengan cara perlindungan hukum secara preventif untuk mencegah

terjadinya sengketa melalui tindakan pemerintah berdasarkan pembentukan norma-

norma yang relevan atau diskresi.

Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana

kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya

sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitive.56

Perlindungan preventif yaitu perlindungan yang diberikan kepada

konsumen pada saat konsumen tersebut akan membeli atau menggunakan atau

memanfaatkan suatu barang dan atau jasa tertentu, mulai melakukan proses

56 Philipus M.Hadjon, op.cit, hlm. 4

Universitas Sumatera Utara

Page 52: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

42

pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya

memutuskan untuk membeli, atau menggunakan atau memanfaatkan barang dan

jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu tersebut.

Perlindungan hak konsumen berlangsung secara preventif yang sebisa

mungkin mencegah terjadinya kerugian menyangkut kesehatan, keamanan dan

kepentingan ekonomi konsumen. Pentingnya perlindungan konsumen secara

preventif adalah karena saat ini konsumen sering mendapatkan promosi dengan

cara yang sangat menarik dan penuh dengan “iming-iming” yang dikemas dengan

sangat menarik dan meyakinkan sehingga membuat konsumen terjebak untuk

membeli produk/ jasa yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

Untuk itulah konsumen membutuhkan informasi yang akurat dan memadai

sebagai referensi saat konsumen merencanakan, melakukan proses pemilihan dan

sebelum memutuskan untuk membeli produk/ jasa sesuai kebutuhannya. Dengan

adanya standardisasi maka akan membantu konsumen untuk mendapatkan

informasi yang seluas-luasnya mengenai aspek keamanan, keselamatan dan kinerja

produk sehingga konsumen dapat membeli produk/ jasa yang memenuhi aspek-

aspek tersebut..

Sarana Perlindungan Hukum Preventif (Penegakan Hukum) berupa :

a. Regulasi Upaya perlindungan hukum konsumen perbankan oleh Otoritas

Jasa Keuangan dapat dilihat dari telah dikeluarkannya beberapa peraturan-

peraturan yakni Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1/POJK.07/2013

tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor: 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan, SEOJK Nomor:

Universitas Sumatera Utara

Page 53: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

43

1/SEOJK.07/ 2014 tentang Pelaksanaan Edukasi dalam Rangka

Meningkatkan Literasi Keuangan Kepada Konsumen dan/atau Masyarakat

dan SEOJK Nomor: 2/SEOJK.07/ 2014 tentang Pelayanan dan

Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

b. Pembinaan Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka pelaksanaan fungsi

pelayanan dan penyelesaian pengaduan konsumen dan mempertimbangkan

aspek manajemen resiko, dalam SEOJK Nomor: 2/ SEOJK.07/ 2014

tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada Pelaku

Usaha Jasa, menetapkan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib untuk

melakukan pelatihan, dengan mengutamakan karyawan yang tugas sehari-

harinya yakni :

1) Berhadapan langsung dengan konsumen (front liner)

2) Melakukan pengawasan pelaksanaan pelayanan dan penyelesaian

pengaduan konsumen; atau

3) Terkait dengan penyusunan pelaporan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Karyawan yang memenuhi kriteria tersebut wajib mendapatkan

pelatihan secara berkala dan wajib mendapatkan pelatihan paling

kurang dari satu kali dalam masa kerjanya. Selain itu demi

meningkatkan fungsi pelayanan dan pengaduan, pelaku usaha jasa

keuangan diwajibkan untuk melakukan evaluasi terhadap setiap

pelatihan yang telah diselenggarakan.

c. Sosialisasi Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

01/ POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan,

perlu untuk mengatur ketentuan mengenai pelaksanaan Edukasi dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 54: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

44

rangka meningkatkan literasi keuangan kepada Konsumen dan/atau

masyarakat dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Oleh karena itu

Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan Nomor: 1/SEOJK.07/ 2014 tentang Pelaksanaan Edukasi dalam

Rangka Meningkatkan Literasi Keuangan Kepada Konsumen dan/atau

Masyarakat, yang berisikan :

1) Cakupan rencana edukasi

2) Pelaksanaan edukasi

3) Penyusunan, penyampaian dan perubahan rencana edukasi

4) Serta laporan pelaksanaan edukasi Pelaku usaha jasa keuangan

diwajibkan menyelenggarakan edukasi dalam rangka meningkatkan

literasi keuangan kepada konsumen dan/atau masyarakat. Rencana

penyelenggaraan maupun laporan pelaksanaan edukasi tersebut wajib

dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap tahunnya.

d. Pelayanan pengaduan

Otoritas Jasa Keuangan dalam SEOJK Nomor: 2/SEOJK.07/ 2014 tentang

Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada Pelaku Usaha

Jasa, mengatur ketentuan mengenai pelayanan dan penyelesaian pengaduan

konsumen pada Pelaku Usaha Jasa keuangan bagaimana mekanisme dalam

pelayanan dan penyelesaian pengaduan konsumen.

Pelaku usaha jasa keuangan wajib melaporkan secara berkala adanya

pengaduan dan tindak lanjut pelayanan dan penyelesaian pengaduan yang

di maksud kepada Otoritas Jasa Keuangan. laporan tersebut disampaikan

secara berkala setiap tiga bulan. Apabila pelaku usaha jasa keuangan tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 55: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

45

menyampaikan laporannya secara berkala melebihi jangka waktu tiga

bulan secara berturut-turut sejak akhir batas waktu penyampaian laporan,

maka pelaku usaha jasa keuangan dikenakan sanksi kewajiban membayar

atas keterlambatan dan/atau tidak disampaikannya laporan pengaduan,

penanganan dan penyelesaian pengaduan. Dalam SEOJK Nomor:

2/SEOJK.07/ 2014 ini tidak terdapat penjelasan mengenai besaran sanksi

yang akan dikenakan oleh Pelaku Usaha Jasa keuangan tersebut.

e. Sanksi Otoritas Jasa keuangan menurut Undang-Undang No.21 Tahun 2011

tentang Otoritas Jasa Keuangan pada Pasal 9 huruf g menyatakan bahwa

Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk menetapkan sanksi

administratif terhadap pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Pelaku Usaha Jasa Keuangan menurut POJK No.1/POJK.07/2014 tentang

Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa disektor Jasa Keuangan pada

ketentuan Pasal 12 Ayat (1) menetapkan bahwa lembaga jasa keuangan

yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK ini

dikenakan sanksi administratif antara lain :

1) Peringatan tertulis;

2) Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;

3) Pembatasan kegiatan usaha;

4) Pembekuan kegiatan usaha; dan/ atau

5) Pencabutan izin kegiatan usaha.57

57 Rati Maryani Palilati, Perlindungan Hukum Konsumen Perbankan Oleh Otoritas Jasa

Keuangan, Jurnal IUS | Vol IV | Nomor 3 (Desember 2016), hlm 55

Universitas Sumatera Utara

Page 56: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

46

3. Perlindungan Nasabah secara Represif

Bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan atau sengketa yang timbul.

Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi pemerintah yang

didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum

preventif, pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil

keputusan yang didasarkan pada diskresi. Perlindungan hukum tersebut pada

umumnya dituangkan dalam suatu peraturan tertulis, sehingga sifatnya lebih

mengikat dan akan mengakibatkan adanya sanksi yang harus dijatuhkan kepada

pihak yang melanggarnya.58

Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana

lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa.

59 Pada perlindungan hukum yang

represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum

oleh pengadilan umum dan pengadilan administrasi di Indonesia termasuk kategori

perlindungan hukum ini. Perlindungan hukum secara represif digunakan sebagai

landasan bagi perlindungan hukum setelah terjadinya sebuah perkara ataupun

sengketa. Prinsip perlindungan hukum secara represif kerap digunakan oleh

pemerintah ataupun aparat terkait sebagai landasan dalam penyelesaian sengketa.

Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang terbentuk untuk mengawasi jalannya

kegiatan usaha sektor jasa keuangan.60

Sarana Perlindungan Hukum Represif (Penyelesaian Penegakan Hukum)

berupa ketentuan Pasal 39 POJK No.1/ pojk.07/2013 menjabarkan bahwa apabila

58 Trio Hendro dan Conny Candra Rahardja, Bank dan Institusi Keuangan Non Bank Di

Indonesia, (Yogyakarta : Penerbit UPP STIM YKPN, 2014), hlm. 493 59 Philipus M.Hadjon, op.cit., hlm 5 60 Putri Mardiani Agusti & Hudi Asrori, Bantuan Hukum Sebagai Alternatif Perlindungan

Hukum Pengguna Jasa Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Risiko Kerugian, Privat Law Vol. IV No. 2 (Juli - Desember 2016), hlm 113

Universitas Sumatera Utara

Page 57: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

47

antara konsumen dan pelaku usaha jasa keuangan tidak mencapai kesepakatan

penyelesaian pengaduan, Konsumen dapat melakukan penyelesaian sengketa di

luar pengadilan melalui lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang ditetapkan

oleh Otoritas Jasa Keuangan atau melalui pengadilan.

a. Litigasi Berdasarkan ketentuan Pasal 2 POJK No. 1/POJK.07/2014 Penyelesaian pengaduan oleh lembaga jasa keuangan menurut, wajib diselesaikan terlebih dahulu oleh lembaga jasa keuangan, yang apabila tidak tercapai kesepakatan dalam penyelesaian atas pengaduan tersebut, maka konsumen dan lembaga jasa keuangan dapat melakukan penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau melalui pengadilan.

b. Non Litigasi Otoritas Jasa Keuangan telah memberikan sarana dalam penyelesaian sengketa dengan menggunakan jalur non litigasi yakni dengan diterbitkannya Peraturan mengenai sengketa yang dalam penyelesaiannya melalui lembaga alternatif penyelesaian sengketa di sektor jasa keuangan yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan.61

C. Perlindungan Nasabah Bank Berdasarkan Hukum Perdata

1. Hubungan Hukum Perdata antara Bank dan Nasabah

Orang Nasabah bank sebagaimana dikaitkan dengan kedudukannya sebagai

subjek hukum dapat berupa orang atau badan hukum. Nasabah bank terbagi

menjadi orang yang dewasa dan orang yang belum dewasa. Nasabah orang dewasa

hanya diperbolehkan untuk nasabah kredit atau nasabah giro. Sedangkan nasabah

simpanan dan atau jasa di peruntukkan orang yang belum dewasa, misalnya

nasabah tabungan atau nasabah lepas (working customer) untuk transfer dan lain

sebagainya. Perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah yang belum

dewasa tersebut telah disadari konsekuensi hukum yang diakibatkannya.

Konsekuensi hukumnya adalah bahwa perjanjian itu tidak memenuhi persyaratan

61 Rati Maryani Palilati, op.cit, hlm 57-58

Universitas Sumatera Utara

Page 58: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

48

sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu syarat

perjanjian itu dilaksanakan oleh pihak yang cakap untuk membuat perjanjian.

Dalam hukum perdata perjanjian yang dilakukan oleh pihak yang belum

dewasa berarti tidak memenuhi persyaratan subjektif. Ancaman atas pelanggaran

tersebut adalah perjanjian dapat dibatalkan, artinya perjanjian itu dapat dibatalkan

oleh pihak yang dapat mewakili anak yang belum dewasa tersebut. Yaitu orang tua

atau walinya dengan melalui cara gugatan pembatalan. Dengan kata lain sepanjang

orang tua anak itu tidak melakukan gugatan pembatalan, maka perjanjian tetap sah

dan berlaku mengikat. Nasabah kredit dan Nasabah rekening giro yang biasanya

mewajibkan nasabahnya orang dewasa. Hal ini dikarenakan resiko bank sangat

besar jika dalam pemberian kredit dan/atau pembukaan rekening giro

diperbolehkan bagi orang yang belum dewasa. Disamping itu dalam rekening giro

biasanya, tidak diterima bagi orang yang belum dewasa karena berkaitan dengan

alat pembayaran berupa cek dan/atau bilyet giro. Jika bank menerima giro bagi

orang yang belum dewasa maka cek dan/atau bilyet giro dipermasalahkan, yang

akhirnya dapat mengurangi kepercayaan kepada bank, karena transaksi tersebut

melibatkan berbagai pihak, yakni penarik, tertarik, pembawa serta endosemen, dan

lain-lain yang lebih kompleks.62

Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang paling

terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan

dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat “percaya” untuk menempatkan

uangnya, pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari

62 Try Widyono, Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, (Bandung :

Penerbit Ghalia Indonesia, 2006),hlm 24-27

Universitas Sumatera Utara

Page 59: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

49

masyarakat, untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan memberikan jasajasa

perbankan.63

Nasabah bank wajib memberitahukan oleh bank setiap perubahan policy

yang signifikan yang dapat mempengaruhi accountnya pihak nasabah atau

mempengaruhi jasa bank yang selama ini diberikan oleh bank. Apabila bank

memberikan jasa pengiriman uang untuk kepentingan nasabahnya, maka dalam hal

ini akan menempatkan posisinya sebagai “pelaksana amanat” dari nasabahnya.

Hubungan formal antara nasabah dengan bank terdapat pada formulir-formulir

yang telah diisi oleh nasabah dan disetujui oleh bank. Hubungan antara bank

dengan nasabah seringkali menunjuk pada berlakunya ketentuan yang lebih luas

dan ketentuan tersebut dinyatakan sebagai ketentuan yang lebih luas dan ketentuan

tersebut dinyatakan sebagai ketentuan yang berlaku dan merupakan bagian serta

satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan aplikasi tersebut.

Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa semua perjanjian yang

dibuat secara sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi kedua belah

pihak. Berbeda dengan nasabah debitur, maka untuk nasabah deposan atau nasabah

non debitu-non deposan, tidak terdapat ketentuan khusus yang mengatur untuk

kontrak jenis ini dalam KUHPerdata. Karena itu, kontrak-kontrak untuk nasabah

seperti itu hanya tunduk kepada ketentuanketentuan umum dari KUHPerdata

mengenai kontrak. Prinsip hubungan nasabah penyimpan dana dengan bank adalah

hubungan kontraktual, dalam hal ini hubungan kreditur-debitur, dimana pihak bank

berfungsi sebagai debitur sedangkan pihak nasabah berfungsi sebagai pihak

kreditur, prinsip hubungan seperti ini juga tidak dapat diberlakukan secara mutlak.

63 Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk tabungan

dan Deposito. (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1995). hlm 32

Universitas Sumatera Utara

Page 60: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

50

Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang paling

terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan

dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat “percaya” untuk menempatkan

uangnya, pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari

masyarakat, untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan memberikan jasajasa

perbankan.

Berdasarkan dua fungsi utama dari suatu bank, yaitu fungsi pengerahan

dana dan penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan hukum antara bank dan

nasabah yaitu :

a. Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana Artinya bank

menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik masyarakat (para

penanam dana). Bentuk hubungan hukum antara bank dan nasabah

menyimpan dana, dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari

produk-produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro, dan sebagainya.

Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank

yang bersangkutan dan syarat-syarat umum yang harus dipatuhi oleh setiap

nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus disesuaikan dengan

produk perbankan yang ada, karena syarat dari suatu produk perbankan

tidak akan sama dengan syarat dari produk perbankan yang lain. Dalam

produk perbankan seperti tabungan dan deposito, maka ketentuan dan

syarat-syarat umum yang berlaku adalah ketentun-ketentuan dan syarat-

syarat umum hubungan rekening deposito dan rekening tabungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

51

b. Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur. Artinya bank sebagai

lembaga penyedia dana bagi para debiturnya. Bentuknya dapat berupa

kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi, atau kredit usaha kecil.

2. Perlindungan Nasabah Berdasarkan Hukum Perdata

Hukum Perlindungan Konsumen dalam Hukum Perdata Hukum

perlindungan konsumen dalam hukum perdata yakni dalam pengertian hukum

perdata dalam arti luas, yakni hukum perdata yang terdapat dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

(KUH Dagang), serta Peraturan PerundangUndangan Nasional yang tergolong

dalam hukum privat. KUH Perdata walaupun tidak secara khusus mengatur

menyebutkan istilah konsumen, tetapi ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata

juga mengatur masalah hubungan antara pelaku usaha.64

Dalam hukum perdata yang lebih banyak digunakan atau berkaitan dengan

azas-azas hukum mengenai hubungan/masalah konsumen adalah buku ketiga

tentang perikatan dan buku keempat mengenai pembuktian dan daluarsa. Buku

ketiga memuat berbagai hubungan hukum konsumen. Seperti perikatan, baik yang

terjadi berdasarkan perjanjian saja maupun yang lahir berdasarkan Undang-undang.

Hubungan hukum konsumen adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu,

dan tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPerdata). Hubungan konsumen ini juga

dapat kita lihat pada ketentuan Pasal 1313 sampai Pasal 1351 KUHPerdata. Pasal

1313 mengatur hubungan hukum secara sukarela diantara konsumen dan produsen,

dengan mengadakan suatu perjanjian tertentu. Hubungan hukum ini menimbulkan

64 Ridwal Kamil, Hukum Perlindungan Konsumen, diakses dari http://www.hukum-

ut.id/2017/03/hukum-perlindungan-konsumen.html, tanggal 7 Maret 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 62: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

52

hak dan kewajiban pada masing-masing pihak. Perikatan karena Undang-undang

atau akibat sesuatu perbuatan menimbulkan hak dan kewajiban tertentu bagi

masing-masing pihak (ketentuan Pasal 1352 KUHPerdata). Selanjutnya diantara

perikatan yang lahir karena Undangundang yang terpenting adalah ikatan yang

terjadi karena akibat sesuatu perbuatan yang disebut juga dengan perbuatan

melawan hukum (ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata). Sedangkan pertanggung

jawaban perbuatan itu tidak saja merupakan perbuatan sendiri tetapi juga dari

orang yang termasuk tanggung jawabnya seperti yang diatur pada Pasal 1367-1369

KUHPerdata. Pembahasan dalam tulisan ini dibatasi pada aspek hukum

privat/perdata dalam usaha perlindungan hukum terhadap konsumen. 65

Perbuatan melawan hukum (on rechtmatigedaad) diatur dalam buku ketiga

titel 3 Pasal 1365 sampai 1380 KUHPerdata, dan merupakan perikatan yang timbul

dari Undang-undang. Perikatan dimaksud dalam hal ini adalah terjadi hubungan

hukum antara konsumen dan produsen dalam bentuk jual beli yang melahirkan hak

dan tanggung jawab bagi masing-masing pihak dan apabila salah satu pihak tidak

memenuhi kewajibannya akan menimbulkan permasalahan dalam hubungan

hukumnya. Dalam bahasan lebih lanjut tulisan ini dibatasi pada hubungan hukum

pada perjanjian jual beli. Perjanjian jual beli adalah satu perjanjian yang mengikat

antara pihak penjual berjanji menyerahkan suatu barang/benda dan pihak lain yang

bertindak sebagai pembeli mengikat diri berjanji untuk membayar harga (ketentuan

pada Pasal 1457 KUHPerdata). Dari pengertian yang diberikan oleh Pasal 1457

65 Adam Pamungkas, Hukum Perlindungan Konsumen, diakses dari http://awanda

pamungkas.blogspot.co.id/2012/12/hukum-perlindungan-konsumen.html, tanggal 7 Maret 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 63: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

53

KUHPerdata ini, persetujuan jual beli sekaligus membebankan dua kewajiban

yaitu: 66

a. Kewajiban pihak penjual untuk menyerahkan barang yang akan dijual

kepada pembeli.

b. Kewajiban pihak pembeli untuk membayar harga barang yang akan dibeli

kepada penjual. Tentang kewajiban penjual ini, pengaturannya dimulai dari

Pasal 1472 KUHPerdata. Penjual wajib menegaskan dengan jelas untuk apa

ia mengikat diri dalam persetujuan jual beli. Kemudian lebih lanjut pasal

tersebut memberikan suatu “interpretasi” : segala sesuatu yang kurang jelas

dalam persetujuan jual beli, atau yang mengandung pengertian kembar

harus diartikan sebagai maksud yang “merugikan” bagi pihak penjual.

Pada dasarnya kewajiban penjual menurut Pasal 1473 dan Pasal 1474

KUHPerdata terdiri dari dua :

a. kewajiban penjual untuk menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli.

b. kewajiban penjual untuk memberi pertanggungan atau jaminan

(vrijwaring), bahwa barang yang dijual tidak mempunyai sangkutan

apapun, baik yang berupa tuntutan maupun pembebanan.

Pasal 1365 KUHPerdata merumuskan bahwa “setiap orang bertanggung

jawab tidak hanya untuk kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatannya tapi juga

disebabkan oleh kelalaiannya”. Hal ini dilihat dari kejadian yang dialami

konsumen dimana produsen tidak memenuhi ketentuan atau standarisasi suatu

produk yang akhirnya merugikan konsumen bahkan sampai mengancam jiwa

66 Anis Suryani, Perbedaan Perbuatan Melawan Hukum dengan Perjanjian, diakses dari

https://indonesianlegaldiscussion.wordpress.com/2014/12/13/perbedaan-perbuatan-melawan-hukum-dengan-perjanjian/html, tanggal 8 Maret 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 64: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

54

konsumen. Pasal 1366 KUHPerdata menyebutkan: “Setiap orang bertanggung-

jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi

juga untuk kerugian yang diesbabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya”.

Maksud yang terkandung dalam Pasal 1366 KUHPerdata tersebut adalah

kerugian yang dialami konsumen tidak semata-mata menjadi kesalahan murni dari

pelaku usaha. Kerugian yang dialami oleh konsumen juga tidak hanya karena

kesalahan pelaku usaha tidak jelas memberikan informasi, akan tetapi kesalahan

tersebut juga dapat muncul karena kelalaian konsumen sendiri yang kurang cermat

dan teliti ketika hendak membeli suatu barang dan/ atau jasa.67

67 Eli Wuria, Hukum perlindungan Konsumen, (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2015),

hlm. 69

Universitas Sumatera Utara

Page 65: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

55

BAB III

LAYANAN ELECTRONIC BANKING DALAM PERSPEKTIF

HUKUM DI INDONESIA

A. Penggunaan Layanan E-Banking dalam Perbankan

1. Perkembangan E-Banking di Indonesia

Perbankan Elekronik (bahasa Inggris: e-banking) yang juga dikenal dengan

istilah internet banking ini adalah melakukan transaksi, pembayaran, dan transaksi

lainnya melalui internet dengan website milik bank yang dilengkapi sistem

keamanan. Dari waktu ke waktu, makin banyak bank yang menyediakan layanan

atau jasa e-banking yang diatur melalui Peraturan Bank Indonesia No.

9/15/PBI/2007 Tahun 2007 tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam

Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank Umum. Penyelenggaraan internet

banking merupakan penerapan atau aplikasi teknologi informasi yang terus

berkembang dan dimanfaatkan untuk menjawab keinginan nasabah perbankan

yang menginginkan servis cepat, aman, nyaman murah dan tersedia setiap saat (24

jam/hari, 7 hari/minggu) dan dapat diakses dari mana saja baik itu dari HP,

Komputer, laptop/note book, PDA, dan sebagainya.

Aplikasi teknologi informasi dalam internet banking akan meningkatkan

efisiensi, efektifitas, dan produktifitas sekaligus meningkatkan pendapatan melalui

sistem penjualan yang jauh lebih efektif daripada bank konvensional. Tanpa

adanya aplikasi teknologi informasi dalam e-banking, maka e-banking tidak akan

jalan dan dimanfaatkan oleh industri perbankan. Secara umum, dalam penyediaan

layanan e-banking, bank memberikan informasi mengenai produk dan jasanya via

Universitas Sumatera Utara

Page 66: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

56

portal di internet, memberikan akses kepada para nasabah untuk bertransaksi dan

meng-update data pribadinya.

Indonesia adalah negara keempat di dunia yang penduduknya paling

banyak menggunakan layanan e-banking. Hal ini jugalah yang turut memacu bank-

bank di Indonesia untuk melahirkan layanan e-banking. E-banking khususnya di

Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal ini tidak terlepas dari

keuntungan yang dapat diraih dengan memanfaatkan layanan e-banking.68 Ada

beberapa alasan yang dapat dikemukakan bahwa industri perbankan saat ini banyak

mengadopsi konsep e-banking, yaitu :69

a. Industri perbankan berkeinginan memperluas jangkauan akses pasarnya;

b. Industri perbankan berkeinginan untuk meningkatkan mutu dan kualitas

pelayanan terhadap para nasabahnya

c. Penerapan e-banking dapat dijadikan sebagai sarana strategis untuk melakukan

kompetisi antar bank yang terasa sangat ketat.

Namun menurut Director for Financial Services Nielsen Indonesia Dena

Firmayuansyah, terdapat 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi perkembangan yang

mempengaruhi perkembangan e-banking di Indonesia yaitu : 70

a. Kualitas layanan e-banking yang belum merata. Hal ini membuat nasabah

seringkali menemui kegagalan transaksi

b. Keamanan yang belum terjamin. Beberapa modus kejahatannya antara lain

website forging (modus kejahatan dengan membuat tampilan dan alamat

68 J. Panglaykim, op.cit, hlm 48. 69 WD Agustutin, Perlindungan Hukum dalam Internet Banking terhadap nasabah bank,

diakses dari https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1103005038-3-bab2.pdf, tanggal 8 Agustus 2017 70 Dena Firmayuansyah, “Perkembangan Layanan Internet Banking Indonesia dan Jepang”,

diakses dari http://www.halojepang.com tanggal 9 Agustus 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 67: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

57

domain situs web persis dengan situs web bank yang asli sehingga pelaku

dapat dengan mudah memperoleh username dan password)

c. Kurangnya proteksi nasabah terhadap pelanggaran kurang diperhatikan,

meskipun peraturan mengenai Informasi dan Transaksi Elektornik (ITE) telah

diterapkan di tanah air sejak 2008.

Semakin majunya teknologi, transaksi perbankan mulai menggunakan

teknologi berbasis komputer untuk mempermudah transaksi dengan nasabah.

Dimana pada awalnya pelayanan nasabah masih dilakukan dengan cara face to

face, dimana nasabah datang langsung ke Bank. Dengan pelayanan teknologi

berbasis komputer ditambah dengan akses melalui internet bahkan dengan mobile

“HP” (SMS Banking) yang sudah banyak diterapkan bank sehingga transaksi lebih

mudah. Dengan teknologi informasi membuat perusahaan mengubah strategi bisnis

dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama dalam proses inovasi produk

dan jasa.71

2. Tujuan dan Manfaat Layanan E-Banking

Institusi perbankan dalam penerapan e-banking harus memberikan jasa

pelayanan yang lebih sesuai dengan kehendak nasabah dan lebih menjamin

keamanannya sehingga dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada para

nasabah. Penggunaan e-banking oleh nasabah akan memberikan pelayanan yang

lebih baik tanpa mengenal tempat dan waktu. Tujuan e-banking bagi pihak bank

yaitu :72

71 Abdurokhim, Analisis Komparatif Penggunaan Sistem Informasi Perbankan Antara Bank

Syariah Dan Bank Konvensional, Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 1 No. 1, (September 2016), hlm 42. 72 Mary J.Cronin, Banking and Finance on The Internet, John Wiley & Sons, Canada, 1998,

hlm 75.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

58

a. Menjelaskan produk dan jasa seperti, pemberian pinjaman dan kartu kredit b. Menyediakan informasi mengenai suku bunga dan kurs mata uang asing yang

terbaru; c. Menunjukan laporan tahunan perusahaan dan keterangan pers lainnya; d. Menyediakan informasi ekonomi dan bisnis seperti perkiraan bisnis; e. Memberikan daftar lokasi kantor bank tersebut dan lokasi ATM; f. Memberikan daftar pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja baru; g. Memberikan gambaran mengenai bank h. Menyediakan informasi mengenai sejarah bank dan pristiwa terbaru; i. Memberikan pelayanan kepada nasabah untuk memeriksa neraca tabungan

dan memindahkan dana antar tabungan j. Menyediakan algorithma yang sederhana sehingga para nasabah dapat

membuat perhitungan untuk pembayaran pinjaman, perubahan atau pengurangan pembayaran hipotik, dan lain sebagainya

k. Menyediakan sambungan menuju situs lain di internet yang masih berhubungan dengan e-banking. Pada dasarnya teknologi e-banking yang telah dibuat oleh dunia perbankan

memiliki manfaat bagi bank yaitu efisiensi kinerja perbankan dalam penggunaan

kertas karena semua sudah melalui internet dan dapat menjadi sumber pendapatan

yang diperoleh dari biaya layanan yang dibebankan kepada nasabah. Pengurangan

pengunaan kertas dan efisiensi kinerja bank akan mengurangi biaya yang di

keluarkan oleh perbankan dan laba akan meningkat karena biaya akan berkurang.

Demikian dengan pendapatan yang didapat dari penggunaan e-banking oleh

nasabah akan menambah laba dari bank tersebut.73

Layanan dan fasilitas e-banking teryata telah diperkenalkan kepada nasabah

dari beberapa tahun yang lalu menurut Wikipedia.org. Dan sudah banyak

73 Ronaldo Egan, Pengaruh Internet Banking Terhadap Kinerja Perbankan di Indonesia

(Studi Empiris Pada Bank yang Listing di BEI), Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. XI No. (Maret 2013), hlm 139

Universitas Sumatera Utara

Page 69: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

59

konsumen yang merasakan keuntungannya. Selain itu, beberapa bank BUMN

sampai bank swasta pun juga merasakan manfaatnya seperti berikut.:74

a. Business expansion. Layanan internet banking menghilangkan batas ruang dan waktu dimana layanan perbankan dapat diakses kapan saja dan dari mana saja di seluruh Indonesia, dan bahkan dari seluruh dunia.

b. Customer loyality. Bagi nasabah khususnya yang sering bergerak (mobile), akan merasa lebih nyaman untuk melakukan aktivitas perbankannya tanpa harus membuka account di bank yang berbeda-beda di berbagai tempat karena dia dapat menggunakan satu bank saja.

c. Revenue improvement. Biaya untuk memberikan layanan perbankan melalui internet bankingdapat lebih murah daripada membuka kantor cabang. Hal ini dikarenakan layanan internet bankingdapat menekan biaya operasional bank (mengurangi biaya pemrosesan transaksi dan mengurangi kebutuhan pendirian cabang baru) dengan tidak mengurangi kemampuan melayani konsumen dalam jumlah yang sama. Selain itu, transaksi internet banking dapat meningkatkan pendapatan berbasis komisi atau biaya (fee based income) karena semakin sering nasabah bertransaksi lewat internet banking, semakin banyak pula fee yang diperoleh bank dan hal ini telah mendorong jenis pendapatann non-bunga tumbuh lebih cepat daripada pendapatan bunga.75

d. Competitive advantage. Bank yang memiliki layanan internet bankingakan memiliki keuntungan dibandingkan dengan bank yang tidak memiliki layanan internet banking.

e. New business model. Internet banking memungkinakan adanya bisnis model yang baru dimana layanan perbankan baru tersebut dapat diluncurkan melalui web dengan cepat.

Manfaat e-banking selain dapat menghemat biaya pelayanan (overhead

cost) cukup signifikan, dapat menambah jumlah nasabah, melayani tuntutan pasar

yang menghendaki pelayanan bank yang berorientasi paperless, timeless, dan

borderless, contagion, willingness karena pengaruh bank-bank lain yang telah

menyelenggarakan internet banking, membangun image dan peningkatan level

persaingan khususnya bagi bank-bank yang belum banyak dikenal masyarakat,

memperluas jaringan pelayanan yang atas dasar analisis ekonomis dan geografis

74 Budi Rahardjo, Aspek Teknologi dan Keamanan dalam Internet banking, Materi Seminar

Internet banking di Banking Reseach and Reguation Directorate, Bank Indonesia, “Internet banking Implementasi & Tantangannya ke Depan”, (Agustus 2001), hlm 1-2.

75 Agus Nicholase, Pengaruh Trust dan Loyalty terhadap Pelayanan I-Banking pada Bank BCA dan Bank Mandiri, diakses dari http://pdfsb.com/jurnal+bank?p=6.html, tanggal 10 Juli 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 70: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

60

lebih menguntungkan dan mudah untuk menerapkan e-banking dibandingkan

dengan membuka kantor cabang, serta information collection terutama informasi

mengenai keinginan pasar perbankan, lebih cepat dan up to date diserap melalui e-

banking.76

a. Tidak membuang waktu. Karena semua layanan bisa Anda gunakan

dimanapun Anda berada seperti lewat mesin ATM, gadget ataupun internet

komputer.

Selain bank, konsumen ataupun nasabah bank penyedia e-banking pun juga

merasakan banyak manfaatnya. Berikut beberapa manfaat yang bisa didapatkan

dengan menggunakan layanan e-banking.

b. Aman dan nyaman. Setiap layanan e-banking tentunya harus sesuai syarat

dan ketentuan yang sudah ada dan juga harus terdaftar dengan BI dan

OJK.77

Layanan e-banking yang mengedepankan kecepatan dan efisiensi

memberikan kemudahan bagi nasabah. Beberapa tujuan pihak nasabah

menggunakan e-banking antara lain:

78

a. Mempermudah nasabah dalam bertransaksi perbankan, karena dengan internet banking akses perbankan dapat dilakukan di komputer pribadi (personal computer) nasabah bahkan lebih dekat tanpa harus datang ke kantor cabang

b. Mempercepat kegiatan transaksi perbankan, hanya dengan komputer pribadi, nasabah dapat mengakses transaksi apapun dengan beberapa “klik” di mouse computer, hal ini dapat dilakukan tanpa membuang-buang waktu untuk datang dan mengisi formulir dikantor bank

c. Menghemat biaya seperti menghemat ongkos jalan ke kantor cabang.

76 Reza Kurniawan, op.cit, hlm 16 77 https://efinansial.com/apa-itu-e-banking/html tanggal 4 Maret 2018 78 Eny prihiyani, bisnis keuangan kompas, diakses dari http//www.bisniskeuangan.

kompas.com, tanggal 5 Maret 2018jam 15.06 Wib

Universitas Sumatera Utara

Page 71: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

61

Di dalam peraturan hukum Indonesia, belum ada pengaturan perundang-

undangan khusus mengatur tentang e-banking di Indonesia, kita dapat menemukan

peraturan yang berkaitan dengan perlindungan nasabah e-banking dengan cara

menafsirkan peraturan-peraturan tersebut ke dalam pemahaman tentang internet

banking atau mengaitkan peraturan satu dengan peraturan lainnya.79

a. Memaksimalkan Fungsi ATM, Bukan Sebatas Tempat Menarik Uang

3. Fasilitas Layanan E-Banking

E-banking ini bermanfaat untuk masyarakat yang ingin mengetahui lebih

jelas seputar produk serta layanan e-banking. Hal ini dilakukan sekaligus untuk

mendukung program literasi keuangan yang selama ini dilakukan agar bisa berjalan

dengan baik.

Perkembangan pesat bidang teknologi juga berdampak pada perkembangan

transaksi perbankan, seperti adanya fitur ATM, e-banking, Mobile Banking, Phone

Banking, SMS banking, EDC, E-Commerce, hingga Video Banking yang

memberikan kemudahan bagi nasabah dalam mengakses transaksi banking.

Adapun fasilitas layanan e-banking sebagai berikut :

Masyarakat sejauh ini mengenal ATM hanya sebatas tempat ambil uang.

OJK ini akan menjelaskan seluk beluk transaksi elektronik secara detail. Hal

pertama yang dipaparkan secara lengkap dalam Buku Bijak Ber-E-Banking

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini adalah mengenai ATM atau anjungan tunai

mandiri (automated teller machine). E-banking menjelaskan mengenai tipe

ATM dan sistematika kerja ATM, di mana ATM sendiri terbagi menjadi 4

79 Sri Maharsi, Perlindungan hukum terhadap Nasabah Menggunakan Internet Banking

dengan Menggunakan Kerangka Technology Acceptance Model (TAM). Jurnal Universitas Kristen Petra Surabaya, 2007, hlm 63.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

62

(empat) jenis yakni ada ATM tunai, non-tunai, ATM setor tunai, hingga

ATM yang memberikan pelayanan lengkap tunai non-tunai setor tunai.

ATM punya banyak fungsi lain, selain tempat ambil uang tunai. Fungsi lain

tersebut meliputi akses sejumlah layanan, antara lain: transfer duit, cek saldo,

bayar tagihan kartu kredit, bayar listrik, beli pulsa, dan bahkan sampai bisa

untuk melakukan pembayaran premi asuransi misalnya. ATM tunai seperti

uraian di atas berfungsi untuk melakukan bertransaksi tunai alias menarik

duit lewat mesin ATM ini. ATM non-tunai mempunyai fitur khusus buat

transaksi non-tunai, seperti transfer, bayar tagihan, cek saldo, dan lain-lain.

Tarik tunai di mesin ATM non tunai ini tidak bisa dilakukan. ATM setor

tunai atau biasa disebut mesin Cash Deposit Machine (CDM) berfungsi

sebagai tempat untuk setor uang sehingga memudahkan nasabah untuk tidak

perlu antri ke teller bank. Minimal setor uang melalui mesin ini

menggunakan lembaran Rp50 ribu atau Rp100 ribu. Sedangkan ATM

serbabisa mempunyai fitur yang komplit, dari transaksi tunai sampai setor

tunai. Semua bisa. Anda mesti paham bahwa tidak semua bank punya ATM

dalam jumlah banyak di setiap tempat sehingga perlu solusi dalam bentuk

jaringan ATM yang bisa digunakan secara bersama-sama.

b. EDC untuk Transaksi Jual Beli Melalui Kartu Kredit dan Kartu Debit

Selain ATM, buku paduan OJK di atas juga memberi ulasan lengkap

mengenai Electronic Data Capture atau EDC, di mana EDC ini berfungsi

untuk melakukan transaksi jual beli melalui kartu kredit, tanpa perlu uang

tunai. EDC ini biasanya digunakan ketika berbelanja, sehingga konsumen

Universitas Sumatera Utara

Page 73: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

63

tidak perlu repot mencairkan uang di ATM untuk melakukan transaksi

belanja.

Sesuai kampanye Bank Indonesia untuk lebih menggerakkan cashless

society, alias masyarakat yang bertransaksi tanpa uang tunai, Mesin EDC

memungkinkan kita membayar transaksi tanpa uang tunai sehingga praktis

dalam berbelanja tanpa ribet menghitung uang. Biasanya EDC bisa dipakai

buat transaksi di toko-toko dan pusat perbelanjaan yang mempunyai transkasi

cukup besar, mengingat ada target nominal tertentu bagi toko yang

menyediakan layanan mesin EDC. Perlu diingat juga bahwa EDC tidak

hanya bisa dipakai dengan cara digesek, namun bisa juga dengan cara

menempelkan kartu ke mesin itu.

Masyarakat perlu tahu bahwa ke depannya transaksi dengan EDC ini akan

semakin populer untuk berbagai keperluan misalnya bayar uang belanja,

bayar tol, bayar tiket pesawat, bayar listrik dan sebagainya. Ada 3 jenis

Mesin EDC yang biasa dipakai di merchant atau pusat perbelanjaan yaitu

Fixed Line/Line Telepon yang menggunakan line telepon dari Telkom

dengan biaya langganan line ini ke Telkom langsung, kemudian ada juga

GPRS Power yang bekerja berdasarkan sinyal seluler layaknya hand phone

dan yang terakhir adalah GPRS Mobile yang menggunakan sumber energi

baterai yang bisa diisi ulang.

c. E-banking, Layanan Mudah Seolah Punya Teller Pribadi

Selanjutnya, e-banking juga membahas mengenai e-banking. E-banking

merupakan layanan yang diberikan pihak bank untuk mempermudah

transaksi banking tanpa perlu pergi langsung ke bank (melalui internet),

Universitas Sumatera Utara

Page 74: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

64

seperti aktivitas cek saldo, transfer, dan lain-lain. Dengan Internet banking,

Anda seolah punya teller pribadi dan gak perlu capek antri di bank buat

melakukan hampir semua layanan perbankan seperti cek saldo, transfer dana,

melihat mutasi rekening, beli pulsa, bayar tagihan listrik, TV kabel, air,

telepon, asuransi, Internet, beli tiket, Setor uang deposito dan masih banyak

lagi yang lainnya. Proses pendaftaran internet banking juga mudah tinggal

datang ke bank, isi formulir dan kemudian anda akan diberi token plus user

ID dan password, one time password (OTP) via SMS yang tergantung jenis

banknya.

d. SMS Banking, Transaksi Perbankan Dalam Genggaman

SMS Banking yang hampir serupa dengan internet banking. Pebedaannya,

SMS banking bisa dilakukan tanpa koneksi internet, yakni cukup melalui

pesan singkat. Fitur SMS banking mirip dengan Internet banking, tapi tidak

perlu pakai Internet kalau menggunakan layanan ini. Hal yang utama adalah

kita punya stok pulsa yang cukup.

e. Mobile Banking, Solusi Menarik di Antara e-banking dan SMS Banking

Mobile Banking yang merupakan perpaduan antara SMS banking dan

internet banking. Syarat agar Anda bisa melakukan transaksi melalui Mobile

Banking ini adalah harus medaftarkan sim card melalui aplikasi bank pada

smartphone. Bisa saja Anda kurang puas jika hanya mengandalkan layanan

SMS seperti yang ada di fitur SMS banking buat transaksi. Jika demikian ada

solusi lain yaitu melalui layanan mobile banking, di mana kita akan

mendapatkan fitur lain yang lebih canggih. Fitur ini bisa diakses lewat dua

pilihan yaitu melalui menu provider atau mobile banking lewat aplikasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

65

Mobile banking bisa dibilang solusi tengah antara Internet banking dan SMS

banking. Pengguna mobile banking bisa melakukan transaksi perbankan di

mana pun dan kapan pun.

f. Phone Banking, Anda Tinggal Telepon dan Transaksi Keuangan pun Beres

Melalui fitur Phone Banking, nasabah hanya perlu menelepon pihak bank

untuk melakukan transaksi, tanpa perlu pergi ke ATM, dan tanpa perlu

koneksi internet. Ya, sangat simpel, tinggal telepon semua beres, namun

Anda tetap wajib mendaftar dulu ke bank untuk mendapatkan PIN phone

banking yang akan digunakan buat otorisasi atau izin buat bertransaksi via

telepon.

g. Video Banking, Bisa Tatap Muka dengan Teller Bank Melalui Video

Berbeda dengan fitur banking lain yang bisa dilakukan kapan saja, fitur

Video Banking ini hanya memberikan pelayanan pada waktu tertentu saja,

seperti hari Sabtu dan Minggu. Dengan video banking ini, kita bisa

melakukan transaksi seolah olah tatap muka dengan teller Bank, seperti

layaknya bertransaksi di loket bank tapi lewat video.80

Keamanan fisik atau aset keuangan dijamin oleh standar implementasi,

seperti halnya prinsip akuntan yang diterima secara umum yang diformulasikan

oleh American Institute of Certified Public Accountants dan Financial Accounting

Standards Board ditambah lagi dengan praktik bisnis yang rasional, yakni meliputi

4. Keamanan Layanan E-Banking

80 https://www.cermati.com/artikel/7-layanan-e-banking-yang-perlu-anda-ketahui.html,

diakses dari 7 Maret 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 76: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

66

pembatasan prosedur keamanan dari keduanya.81 Untuk fungsi-fungsi sensitif

seperti pembelian dan pembayaran (disbursements) untuk dokumen sensitif yang

rusak (shredding) sebelum menggunakan sistem mereka. Dalam beberapa hal,

prinsip sistem keamanan informasi adalah ekuivalen untuk menetapkan prosedur

keamanan ini, tetapi dalam banyak hal mereka meningkatkan masalah manajemen

dan teknis.82

Pada tahun 1991, The National Research Council (NRC) menerbitkan

Computers at Risk; Safe Computing in the Information Age, dan dikenal sebagai

formulasi komprehensif dari Generally Accepted System Security Principle (GSSP)

yang akan menyediakan artikulasi yang jelas dari keamanan esensial ke depan,

kepastian (assurance), dan praktik.

83 Berikut ini contoh-contoh yang ditawarkan

NRC sebagai elemen potensial dari GSSP.84

1. Kualitas kontrol (quality control). Setiap sistem harus memiliki ketepatan sistem untuk menyediakan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk menyuplai sebelum perhatian keamanan dimasukkan ke dalam laporan. Setiap sistem harus mengawasi kode akses serta data, khususnya bentuk operasi-operasi oleh pengguna. Setiap sistem harus menjamin (properly) setiap pengguna dengan pantas melalui identifikasi sistem yang benar. Setiap sistem harus mencatat semua surat pemeriksa keuangan pada sistem operasi keamanan yang relevan, mencakup percobaan-percobaan yang tidak patut (improrer attempts) melalui akses sistem dan perlindungan pencatatan untuk mencegah dari penghapusan atau perubahan setelah peristiwa pencatatan. Setiap sistem harus mempunyai tempat khusus pengguna yang diperbolehkan untuk memodisikasi keamanan negara (the security state) dari sistem menurut standar prosedur. Setiap sistem jaringan harus mempunyai metode encryption confidensial atau komunikasi sensitif.

2. Ketentuan Pengawasan kode akses serta data (access control on code as well as data) d. Identifikasi pengguna dan autentisitas (user indentification and

authentication).

81 Abdul Kadir dan Terra Ch. Triwahyuni, op.cit, hlm 25. 82 Budi Agus Riswandi, loc.cit,. hlm 114. 83 Abdul Kadir dan Terra Ch. Triwahyuni, op.cit, hlm 27. 84 Edmon Makarim, Hukum Perdagangan Elektronika, (Jakarta : Penerbit Refika Aditama,

2001 hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

67

e. Keamanan mencatat (security logging). f. Keamanan administrasi (security administrator). g. Data encryption. h. Pemeriksa keuangan independen (independent audit), independensi,

pemeriksaan rahasia dari sistem administrasi, menganalogikan pemeriksaan keuangan bisnis oleh perusahaan akuntan.

i. Analisis risiko/bahaya (hazard analysis) Analisis biaya seharusnya dilakukan untuk setiap sistem keamanan kritik.

Kelompok jaringan kerja IEFT membangun Guidelines for the Secure

Operation of the Internet, yakni pedoman pelaksanaan keamanan internet yang

harus diimplementasikan berdasarkan basis kerelaan dari masyarakat pengguna

internet. Pedoman tersebut berisikan tentang poin-poin utama yakni sebagai

berikut :85

a. Pengguna bertanggung jawab secara pribadi untuk mengerti dan menghormati sistem kebijakan keamanan, baik komputer maupun jaringan. Pengguna layanan internet banking harus dapat mempertanggungjawabkan perilaku mereka sendiri dalam menggunakan layanan internet banking.

b. Pengguna mempunyai tanggung jawab menjalankan mekanisme keamanan yang tersedia dan prosedur untuk melindungi data mereka sendiri. Mereka juga mempunyai suatu tanggung jawab untuk menilai dalam melindungi sistem mereka yang digunakan.

c. Penyedia jasa komputer dan jaringan bertanggung jawab untuk pembiayaan operasi sistem keamanan mereka. Mereka selanjutnya bertanggung jawab untuk memberitahukan pengguna dari kebijakan keamanan dan setiap perubahan untuk kebijakan ini.

d. Vendor dan pembangun sistem bertanggung jawab untuk menyediakan sistem yang mendengar dan mewujudkan (embody) kelayakan pengawasan keamanan.

e. Pengguna, penyedia jasa, hardware dan software vendor bertanggung jawab untuk mengoperasikan sistem keamanan.

f. Perbaikan teknis di protokol keamanan internet banking seharusnya mencari (sought) permasalahan mendasar. Dalam protokol baru, hardware atau software untuk internet semestinya menghormati aspek keamanan dari proses pembangunan dan desain protokol. Suatu pedoman meliputi prinsip set yang harus di ambil ke dalam laporan tidak hanya oleh organisasi yang menata rencana keamanan, tetapi juga oleh legislator dan regulator yang menetapkan legal framework untuk keamanan komputer.

Suatu pedoman meliputi prinsip set yang harus di ambil ke dalam laporan

tidak hanya oleh organisasi yang menata rencana keamanan, tetapi juga oleh

85 Budi Agus Riswandi, loc.cit,. hlm 115.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

68

legislator dan regulator yang menetapkan legal framework untuk keamanan

komputer. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :86

a. Accountability Pemilik, Penyedia, penguna dan pemerhati lainnya dengan sistem keamanan informasi seharusnya bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkannya. Memperluas kemungkinan tanpa mengompromikan keamanan, semua pihak seharusnya dapat mengakses keuntungan dengan cepat terhadap materi ilmu pengetahuan dan keamanan.

b. Awareness Ethics. Sistem informasi dan keamanan mereka seharusnya dipromosikan dengan cara menghormati hak-hak dan kepentingan pihak-pihak lain. Ketentuan keamanan seharusnya mengambil semua aspek yang relevan mencakup teknis, perdagangan, dan hukum. Ketentuan keamanan seharusnya menempatkan risiko dari bahaya dan risiko dari sistem nilai informasi. Ketentuan keamanan seharusnya menggabungkan setiap aspek, kebijakan, dan prosedur organisasi lainnya. Aturan pencegahan dan merespons cabang pada keamanan harusnya diambil setiap waktu. Keamanan segarusnya dinilai secara periodik menyangkut pengembangan sistem informasi yang melewati batas waktu. Sistem keamanan informasi seharusnya seimbang dengan penggunaan legitimasi arus informasi dalam masyarakat demokrasi

c. Multidiciplianary. Ketentuan keamanan seharusnya mengambil semua aspek yang relevan mencakup teknis, perdagangan, dan hukum.

d. Proportionality. Ketentuan keamanan seharusnya menempatkan risiko dari bahaya dan risiko dari sistem nilai informasi.

e. Integration. Ketentuan keamanan seharusnya menggabungkan setiap aspek, kebijakan, dan prosedur organisasi lainnya.

f. Timeliness. Aturan pencegahan dan merespons cabang pada keamanan harusnya diambil setiap waktu.

g. Reassesment. Keamanan segarusnya dinilai secara periodik menyangkut pengembangan sistem informasi yang melewati batas waktu.

h. Democracy. Sistem keamanan informasi seharusnya seimbang dengan penggunaan legitimasi arus informasi dalam masyarakat demokrasi.

Ada dua jenis keamanan yang dipakai dalam internet banking yaitu:87

a. Sistem Cryptografi Sistem ini menggunakan angka-angka yang dikenal dengan kunci (key). Sistem ini disebut juga dengan sistem sandi. Ada dua tipe cryptografi yaitu simetris dan asimetris. Pada sistem kriptografi simetris, skema algoritma sandi akan disebut kunci-simetris apabila untuk setiap proses enkripsi maupun deksripsi data secara keseluruhan digunakan kunci yang sama.Skema ini berdasarkan jumlah data per proses dan alur pengolahan data didalamnya dibedakan menjadi dua kelas, yaitu block-chipher dan stream-chiper. Sedangkan pada sistem kriptografi asimetris, skema algoritma

86 Jane K. Winn & Benjamin Wright, Hukum Perdagangan Elektronik (New York : Aspen

Law and Bussiness, 2000), hlm. 2-3. 87 Budi Raharjo, Keamanan Sistem Informasi Berbasis Internet (Bandung: PT.Insan

Indonesia, 2005), hlm.82.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

69

sandinya menggunakan kunci yang berbeda untuk proses enkripsi dan dekripsinya. Skema ini disebut juga sebagai sistem kriptografi kunci publik karena kunci untuk enkripsi dibuat untuk diketahui oleh umum (public key), tapi untuk proses dekripsinya hanya dapat dilakukan oleh yang berwenang yang memiliki kunci rahasia untuk mendekripsinya, disebut private-key.

b. Sistem Firewall Firewall merupakan sistem yang digunakan untuk mencegah pihak-pihak yang tidak diizinkan untuk memasuki daerah yang dilindungi dalam unit pusat kerja perusahaan. Firewall berusaha untuk mencegah pihak-pihak yang mencoba tanpa izin dengan cara melipat gandakan dan mempersulit hambatan-hambatan yang ada. Namun yang perlu diingatkan adalah bahwa sistem firewall ini tidak dapat mencegah masuknya virus atau gangguan yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.

Untuk mengantisipasi timbulnya permasalahan yang terkait dengan

keamanan sistem informasi, maka perlu diimplentasikan suatu kebijakan dan

prosedur pengamanan. Kebijakan dan prosedur tersebut harus mencakup:88

a. Identifikasi sumber-sumber dan aset-aset yang akan dilindungi.

b. Analisa kemungkinan ancaman dan konsekuensinya.

c. Perkiraan biaya atau kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan.

d. Analisa potensi tindakan penangkal dan biayanya serta kerugian lainnya.

e. Mekanisme pengamanan yang sesuai.

Pelaksanaan jasa pelayanan perbankan dalam transaksi melalui internet

banking diantaranya UU Perbankan, Undang-undang Perlindungan Konsumen, UU

ITE dan Undang-undang Telekomunikasi. Ketentuan hukum dari peraturan-

peraturan diatas mencerminkan perlindungan hukum yang komprehensif, di mana

perlindungan hukum masih bersifat parsial yang terletak di berbagai macam

perundang-undangan.

88 Brian Ami Prastyo, Diskusi Permasalahan Hukum Terkait Internet Banking dan Solusi

Penyelesaiannya, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan Volume 3, Nomor 2, (Agustus 2005), hlm. 65-66.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

70

B. Aspek Hukum Layanan E-Banking

1. Dasar Hukum Layanan E-Banking

E-banking sebagaimana diatur di Peraturan Bank Indonesia

No.9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan

Teknologi Informasi oleh Bank Umum (“PBI 9/2007”) termasuk Layanan

Perbankan Melalui Media Elektronik atau Electronic Banking yaitu layanan yang

memungkinkan nasabah Bank untuk memperoleh informasi, melakukan

komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan melalui media elektronik.

E-banking dapat disediakan secara mandiri dan/atau dilakukan melalui jasa

pihak ketiga. Bank dan/atau pihak ketiga tersebut wajib menerapkan manajemen

risiko atas layanan internet banking. Berdasarkan Pasal 8 jo. Pasal 2 PBI 9/2007,

kebijakan dan prosedur penggunaan teknologi informasi meliputi aspek layanan

internet banking, dimana penerapan manajemen risiko pada teknologi informasi

antara lain mencakup:

a) kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian

risikopenggunaan teknologi informasi; dan

b) sistem pengendalian intern atas penggunaan teknologi informasi

Ketentuan pemantauan dan pengendalian risiko penggunaan teknologi

informasi diatur lebih lanjut di dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.

9/30/DPNP tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi

Informasi oleh Bank Umum (“SEBI No. 9”). Berdasarkan SEBI No. 9, Bank wajib

menerapkan manajemen risiko untuk menghadapi serangan virus.

Kewajiban untuk menerapkan manajemen risiko ini juga diatur di

dalam Pasal 13Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Universitas Sumatera Utara

Page 81: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

71

Sistem dan Transaksi Elektronik (“PP 82/2012”). Bank dan/atau pihak ketiga

selaku penyelenggara sistem elektronik yang mengelola internet banking wajib

tunduk pada peraturan ini. Pasal 13 PP 82/2012 berbunyi: “Penyelenggara Sistem

Elektronik wajib menerapkan manajemen risiko terhadap kerusakan atau kerugian

yang ditimbulkan.”

Penjelasan Pasal 13 PP 82/2012 lebih lanjut menjelaskan: “Yang dimaksud

dengan “menerapkan manajemen risiko” adalah melakukan analisis risiko dan

merumuskan langkah mitigasi dan penanggulangan untuk mengatasi ancaman,

gangguan, dan hambatan terhadap Sistem Elektronik yang dikelolanya.”

Bank juga memiliki kewajiban untuk memberitahukan risiko pada

nasabah sebagaimana diatur di Pasal 8 ayat (1) dan (2) Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan (“POJK 1/2013”) yang berbunyi:

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyusun dan menyediakan ringkasan

informasi produk dan/atau layanan.

(2) Ringkasan informasi produk dan/atau layanan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) wajib dibuat secara tertulis, sekurang-kurangnya memuat

manfaat, risiko, dan biaya produk dan/atau layanan; dan syarat dan

ketentuan.

Pada dasarnya tidak ada definisi khusus untuk virus berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam buku Pintar Ber-eBanking yang

diluncurkan oleh OJK, diungkapkan bahwa: “Virus adalah program yang bersifat

merusak dan akan aktif dengan bantuan orang (dieksekusi), dan tidak dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 82: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

72

mereplikasi sendiri, penyebarannya karena dilakukan oleh orang, seperti copy,

biasanya melalui attachement e-mail, game, program bajakan dll.

Di dalam buku tersebut, terdapat beberapa jenis serangan terhadap layanan

internet banking antara lain:

a. Phising, yakni tindakan meminta (memancing) pengguna komputer untuk

mengungkapkan informasi rahasia dengan cara mengirimkan pesan penting

palsu, dapat berupa e-mail, website, atau komunikasi elektronik lainnya; dan

b. Malware in the Browser (MIB), yakni teknik pembobolan rekening internet

banking dengan memanfaatkan software jahat (malware) yang telah

menginfeksi browser internet nasabah.

Atas kerugian yang disebabkan oleh virus seperti di atas,

maka Saudara dapat mengajukan tuntutan ganti rugi kepada Bank dengan dasar

sebagai berikut:

a) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (“UUPK”)

Berdasarkan Pasal 19 UUPK, Bank wajib memberikan ganti rugi kepada

nasabah selaku konsumen jasa perbankan atas kerugian dari jasa internet

banking yang disediakan Bank. Namun perlu diperhatikan bahwa ketentuan ini

tidak akan berlaku apabila nasabah menderita kerugian yang dikarenakan oleh

tindakan/kelalaian nasabah yang sebelumnya telah diperingatkan/diedukasi

oleh Bank. Perlu diketahui, Bank memiliki kewajiban berdasarkan SEBI No.

9 untuk melakukan edukasi kepada nasabah agar setiap pengguna jasa layanan

Bank melalui e-banking menyadari dan memahami risiko yang dihadapinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

73

Risiko yang harus diberitahukan ini termasuk risiko kejahatan internet banking

yakni risiko serangan virus seperti phising dan MIB.[4]

Oleh karena itu, pengaduan dan permintaan ganti rugi hanya dapat dilakukan

jika Bank tidak memberikan edukasi mengenai layanan dan jika benar terbukti

bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan Bank.

b) Tuntutan ganti rugi kepada Bank selaku Penyelenggara Jasa

Keuangan sebagaimana diatur di dalam POJK 1/2013.

Berdasarkan Pasal 37 hingga Pasal 39 POJK 1/2013, jika

pengaduan konsumen terbukti benar, maka konsumen dapat mengajukan

pengaduan kepada Bank. Setelah penerimaan pengaduan, Bank wajib

melakukan :

1) pemeriksaan internal atas pengaduan secara kompeten, benar, dan

obyektif;

2) melakukan analisis untuk memastikan kebenaran pengaduan; dan

3) menyampaikan pernyataan maaf dan menawarkan ganti rugi atau

perbaikan produk dan atau layanan. Jika kesepakatan penyelesaian

pengaduan tidak tercapai, nasabah dapat melakukan penyelesaian sengketa

di luar pengadilan atau melalui pengadilan.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/7/PBI/2005 tentang

Penyelesaian Pengaduan Nasabah, Saudara dapat mengajukan pengaduan kepada

Bank. Bank memiliki kewajiban untuk memproses pengaduan tersebut dalam

jangka waktu 2 (dua) hari untuk pengaduan lisan, dan 20 (dua puluh) hari kerja

untuk pengaduan tertulis.89

89 Pasal 6 ayat (4) dan Pasal 10 ayat (1)

Adapun Dasar Hukumnya yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 84: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

74

a. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

b. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem

dan Transaksi Elektronik;

c. Peraturan Bank Indonesia No. 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian

Pengaduan Nasabah;

d. Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan

Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank

Umum;

e. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan;

f. Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/30/DPNP tentang Penerapan

Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank

Umum.

2. Hubungan Hukum antara Bank dan Nasabah dalam Layanan E-

Banking

Transaksi yang dilakukan secara elektronik pada dasarnya adalah perikatan

ataupun hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan

jaringan sistem elektronik berbasiskan komputer dengan sistem komunikasi, yang

selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global atau internet

(vide Pasal 1 angka 2 UU ITE)90

Hubungan hukum merupakan merupakan hubungan antara dua pihak atau

lebih (subyek hukum) yang mempunyai akibat hukum (menimbulkan hak dan

90 Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan

kompuetr, jaringan kompuetr, dan/atau media leketronik lainnya

Universitas Sumatera Utara

Page 85: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

75

kewajiban) dan diatur oleh hukum. Dalam hal ini hak merupakan kewenangan atau

peranan yang ada pada seseorang (pemegangnya) untuk berbuat atas sesuatu yang

menjadi obyek dari haknya itu terhadap orang lain. Sedangkan kewajiban adalah

sesuatu yang harus dipenuhi atau dilaksanakan oleh seseorang untuk memperoleh

haknya atau karena telah m,endapatkan haknya dalam suatu hubungan hukum.

Obyek hukum adalah sesuatu yang berguna, bernilai, berharga bagi subyek hukum

dan dapat digunakan sebagai pokok hubungan hukum. Sedangkan subyek hukum

adalah segala sesuatu yang dapat menjadi pendukung hak dan kewajibannya atau

memiliki kewenangan hukum (rechtsbevoegdheid).

Dalam lingkup privat, hubungan hukum tersebut akan mencakup hubungan

antar individu, sedangkan dalam lingkup public, hubungan hukum tersebut akan

mencakup hubungan antar warga negara dengan pemerintah maupun hubungan

antar sesama anggota masyarakat yang tidak dimaksud untuk tujuan-tujuan

perniagaan, yang antara lain berupa pelayanan publik dan transaksi informasi antar

organisasi Pemerintahan.91

Dalam kegiatan perniagaan, transaksi memiliki peran yang sangat penting.

Pada umumnya makna transaksi seringkali direduksi sebagai perjanjian jual beli

antar para pihak yang bersepakat untuk itu, padahal dalam persepektif yuridis,

terminologi transaksi tersebut pada dasarnya ialah keberadaan suatu perikatan

maupun hubungan hukum yang terjadi antara para pihak. Makna yuridis transaksi

pada dasarnya lebih ditekankan pada aspek materiil dari hubungan hukum yang

disepakati oleh para pihak, bukan perbuatan hukumnya secara formil. Oleh karena

91 Draft Penjelasan Umum RUU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), sebelum disahkan

menjadi UU ITE

Universitas Sumatera Utara

Page 86: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

76

itu keberadaan ketentuan hukum mengenai perikatan tetap mengikat walaupun

terjadi perubahan media maupun perubahan tata cara bertransaksi. Hal ini tentu

saja terdapat pengecualian dalam konteks hubungan hukum yang menyangkut

benda tidak bergerak, sebab dalam konteks tersebut perbuatannya sudah ditentukan

oleh hukum, yaitu harus dilakukan secara ”terang” dan ”tunai”

Dalam lingkup keperdataan khususnya aspek perikatan, makna transaksi

tersebut akan merujuk keperdataan khususnya aspek perikatan, makna transaksi

hukum secara elektronik itu sendiri akan mencakup jual beli, lisensi, asuransi, sewa

dan perikatan-pertkatan lain yang lahir sesuai dengan perkembangan mekanisme

perdagangan di masyarakat. Dalam lingkup publik, maka hubungan hukum

tersebut akan mencakup hubungan antara warga negara dengan pemerintah

maupun hubungan antar sesama anggota masyarakat yang tidak dimaksudkan

untuk tujuan-tujuan perniagaan. Mengenai definisi public, dalam Black Law

Dictionary disebutkan bahwa public is relating or belonging to an entire

community, state, or nation

3. Kewajiban dan Tanggungjawab Bank Pelaksana Layanan E-Banking

Terkait dengan para pihak yang melakukan kegiatan transaksi elektronik

diatur bahwa pengirim atau penerima dapat melakukan transaksi elektronik sendiri,

melalui pihak yang dikasakan olehnya, atau melalui agen elektronik92. Dalam hal

ini pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan

transaksi elektronik adalah93

a. Jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi.

:

92 Lihat Pasal 20 ayat (1) UU ITE 93 Lihat Pasal 20 ayat (2) UU ITE

Universitas Sumatera Utara

Page 87: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

77

b. Jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab pemberi kuasa.

c. Jika dilakukan melalui agen elektronik segala akibat hukum dalam pelaksanaa transaksi elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara agen elektronik.

d. Jika kerugian transaksi elektronik disebabkan gagal beropersinya agen elektronik akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap sistem elektronik, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab penyelenggara agen elektronik. Namun demikian jika kerugian transaksi elektronik disebabkan gagal beroperasinya agen elektronik akibat kelalaian pihak pengguna jasa layanan, segala kibat hukum menjadi tanggung jawab pengguna layanan. Ketentuan tersebut tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan /atau kelalaian pihak pengguna sistem elektronik.

Dalam rangka memberikan perlindungan dan keamanan bagi

penyelenggaraan kegiatan transaksi elektronik, sejalan dengan UU ITE, Bank

Indonesia telah menerbitkan berbagai pengaturan (regulasi) terkait penggunaan

teknologi informasi bagi perbankan dan lembaga penyelenggara sistem

pembayaran dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank

Indonesia. Pengaturan tersebut antara lain ditujukan untuk meningkatkan

keamanan, integritas data, dan ketersediaan layanan electronic banking, misalnya

dengan mewajibkan seluruh penerbit kartu untuk menggunakan chip pada kartu-

kartu pembayarannya, menggunakan ‘two factors authentication’ pada

transaksi on-line yang bersifat financial, melakukan enkripsi pada transaksi mobile

banking.94

a. Bank bertanggung jawab atas penerapan manajemen risiko

Dalam PBI dimaksud diatur bahwa Bank dapat menyelenggarakan

teknologi informasi sendiri dan atau menggunakan jasa pihak penyedia jasa

teknologi informasi sepanjang memenuhi persyaratan antara lain :

94 PBI No. 9/15/PBI/2007 tgl. 30 November 2007 Tentang Penerapan Manajemen Risiko

Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank Umum (PBI TSI).

Universitas Sumatera Utara

Page 88: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

78

b. Pihak penyedia jasa harus menjamin keamanan sleuruh informasi termasuk

raasai bank dan data pribadi nasabah

c. Pihak peneydia jasa tetap memberikan akses kepada auditor intern, ekstern

dan Bank Indonesia.

d. Pihak penyedia jasa harus bersedia untuk kemungkinan early

termination apabila menyulitkan fungsi pengawasan Bank Indonesia.

Penggunaan pihak penyedia jasa teknologi informasi oleh Bank (outsource)

harus didasarkan pada perjanjian tertulis, dengan memperhatikan prinsip kehati-

hatian, manajemen risiko dan didasarkan pada hubungan kerjasama secara wajar.

Dalam menentukan pertanggungajawaban atas kejadian tersebut, harus kaitkan

permasalahan ini dengan dasar pokok aturan yang terdapat dalam PBI

No.9/15/PBI/2007 mengenai kewajiban Bank Umum dalam menggunakan

teknologi informasi untuk kegiatan perbankan yang pokok-pokok pengaturannya

antara lain adalah :

a. Bank yang mnyelenggarakan kegiatan internet banking wajib menerapkan manajemen risiko pada aktivitas internet banking secara efektif.

b. Penerapan manajemen risiko tersebut wajib dituangkan dalam suatu kebijakan, prosedur dan pedoman tertulis dengan mengacu pada Pedoman Penerapan Manajemen Risiko pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet (Internet Banking), yang ditetapkan dalam lampiran dalam Surat Edaran Bank Indonesia tersebut.

c. Pokok-pokok penerapan manajemen risiko bagi bank yang menyelenggarakan kegiatan internet banking adalah: 1) Adanya pengawasan aktif komisaris dan direksi bank, yang meliputi: a)

Komisaris dan direksi harus melakukan pengawasan yang efektif terhadap risiko yang terkait dengan aktivitas internet banking, termasuk penetapan akuntabilitas, kebijakan dan proses pengendalian untuk mengelola risiko tersebut.

2) Direksi harus menyetujui dan melakukan kaji ulang terhadap aspek utama dari prosedur pengendalian pengamanan bank.

d. Pengendalian pengamanan (security control). yang meliputi :

Universitas Sumatera Utara

Page 89: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

79

1) Bank harus melakukan langkah-langkah yang memadai untuk menguji keaslian (otentikasi) identitns dan otorisasi terhadap nasabah yang melakukan transaksi melalui internet banking.

2) Bank harus menggunakan metode pengujian keaslian transaksi untuk menjamin bahwa transaksi tidak dapat diingkari oleh nasabah (non repudiation) dan menetapkan tanggung jawab dalam transaksi internet banking.

3) Bank harus memastikan adanya pemisahan tugas dalam sistem internet banking, database dan aplikasi lainnya.

4) Bank harus memastikan adanya pengendalian terhadap otorisasi dan hak akses (privileges) yang tepat terhadap sistem internet banking, database dan aplikasi lainnya.

5) Bank harus memastikan tersedianya prosedur yang memadai untuk melindungi integritas data, catatan/arsip dan informasi pada transaksi internet banking.

6) Bank harus memastikan tersedianya mekanisme penelusuran (iaudit trail) yang jelas untuk seluruh transaksi internet banking. g) Bank harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi kerahasiaan informasi penting pada internet banking. Langkah tersebut harus sesuai dengan sensitivitas informasi yang dikeluarkan dan/atau disimpan dalam database.

e. Manajemen Risiko Hukum dan Risiko Reputasi, yang meliputi : 1) Bank harus memastikan bahwa website bank menyediakan informasi

yang memungkinkan calon nasabah untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai identitas dan status hukum bank sebelum melakukan transaksi melalui internet banking.

2) Bank harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa ketentuan kerahasiaan nasabah diterapkan sesuai dengan yang berlaku di negara tempat kedudukan bank menyediakan produk dan jasa internet banking.

3) Bank harus memiliki prosedur perencanaan darurat dan berkesinambungan usaha yang efektif untuk memastikan tersedianya sistem dan jasa internet banking.

4) Bank harus mengembangkan rencana penanganan yang memadai untuk mengelola, mengatasi dan meminimalkan permasalahan yang timbul dari kejadian yang tidak diperkirakan (internal dan eksternal) yang dapat menghambat penyediaan sistem dan jasa internet banking.

5) Dalam hal sistem penyelenggaraan internet banking dilakukan oleh pihak ketiga (outsourcing), bank harus menetapkan dan menerapkan prosedur pengawasan dan due dilligence yang menyeluruh dan berkelaftjutan untuk mengelola hubungan bank dengan pihak ketiga tersebut.

Selain yang diatur di dalam PBI tersebut, UU ITE juga mengatur terkait

penyelenggaraan sistem elektronik yang aman dan dapat melindungi kepentingan

penggunanya sebagaimana tertera dalam Pasal 15 dan Pasal 16 ayat (1). Adanya

Universitas Sumatera Utara

Page 90: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

80

kewajiban bagi pihak bank dan/atau pihak penyedia jasa teknologi indormasi yang

harus dipenuhi dalam menyelenggarakan suatu sistem elektronik perbankan yang

menjadi basis dari layanan internet banking menyebabkan jika terjadi kerusakan

sistem elektronik pada layanan terebut yang disebabkan oleh pihak bank maupun

pihak penyedia jasa teknologi informasi, menyebabkan nasabah dapat meminta

pertanggungjawaban pihak bank atas kerugian yang dideritanya atas dasar

Perbuatan Melawan Hukum.

Terjadinya kerusakan sistem elektronik pada layanan internet banking ini

telah memenuhi unsur-unsur perbuatan hukum karena tidak dilaksanakannya

kewajiban-kewajiban oleh pihak bank dan/atau penyedia jasa teknologi informasi

dalam penyelenggaraan sistem elektronik perbankan dan merupakan perbuatan

yang melanggar ketentuan PBI No.9/15/PBI/2007 dan ketentuan dalam Pasal 15

serta Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang ITE.

Kelalaian pihak bank dan/atau penyedia jasa teknologi informasi tersebut

memenuhi unsur kesalahan yang menimbulkan kerugian bagi nasabah pengguna

layanan internet banking. Oleh karenanya, dengan terpenuhinya unsur-unsur dari

Perbuatan Melawan Hukum tersebut, nasabah dapat meminta pertanggungjawaban

pihak bank atas dasar Pasal 1365 KUHPerdata. Hal ini dikecualikan dalam hal

perbuatan melawan hukum terjadi akibat karyawan bank yang bersangkutan,

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata.

Upaya perlindungan hukum yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada

nasabah, yaitu dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor

7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/10/PBI/2008 dan Peraturan Bank

Universitas Sumatera Utara

Page 91: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

81

Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 tentang mediasi Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008. 1. Peraturan Bank

Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/10/PBI/2008. Bank Indonesia menerbitkan PBI ini dengan dua tujuan utama

yaitu : pertama, untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat

pada lembaga perbankan. Kedua, untuk menurunkan publikasi negatif terhadap

bank yang dapat mempengaruhi reputasi bank. Bagi nasabah PBI ini memiliki

manfaat yang eukup besar, karena dengan adanya PBI ini nasabah diberikan upaya

percepatan penyelesaian permasalahan yang terjadi antara nasabah dengan bank.

Proses penyelesaian pengaduan nasabah yang diatur dalam PBI ini diharapkan

dapat memfasilitasi penanganan pengaduan secara efisien dan efektif, sehingga

prosesnya tidak berlarut-larut dan keluhan-keluhan nasabah yang sering dijumpai

di berbagai media dapat dikurangi, sehingga dapat membawa manfaat baik untuk

mengurangi potensi kerugian finansial pada nasabah maupun menjaga reputasr

Bank.

Nasabah yang dapat dapat mengajukan pengaduan tidak hanya nasabah

yang memiliki rekening yang memanfaatkan jasa perbankan saja tetapi juga

nasabah yang tidak memiliki rekening tapi juga memanfaatkan jasa perbankan.

Pihak yang mengajukan pengaduan tidak hanya nasabah, namun dapat dilakukan

pula oleh perwakilan nasabah yang bertindak untuk dan atas nama nasabah

berdasarkan surat kuasa khusus dari nasabah.

Universitas Sumatera Utara

Page 92: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

82

Dalam mengajukan pengaduan, ada dua cara yang dapat dilakukan nasabah,

yaitu :

a. Secara lisan. diajukan secara langsung ke kantor bank terdekat, kantor tempat nasabah membuka rekening atau kantor bank tempat melakukan transaksi keuangan. Pengaduan secara lisan juga dapat dilakukan melalui telepon, termasuk call center (Iayanan 24 jam) yang tersedia.

b. Secara tertulis, pengaduan dilakukan dengan membuat dan menyampaikan sural resmi dengan jelas serta dengan mengungkapakan kronologis dan lokasi terjadinya permasalahan, baik diantar langsung atau dikirim melalui faksimili atau melalui pos ke bank yang bersangkutan atau melaui e-mail atau website bank dan sarana elekronik lainnya.95

Selain itu dapat juga dilakukan dengan mengisi formulir pengaduan yang

tersedia pada setiap kantor bank. Pengaduan secara tertulis ini wajib dilengakapi

fotokopi identitas dan dokumen pendukung lainnya yang mendasari transaksi

keuangan. Dalam Pasal 6 ayat (4) Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/10/PBI/2008 disebutkan jangka waktu penanganan penyelesaian pengaduan

nasabah secara lisan wajib dilakukan dalam waktu dua hari kerja terhitung sejak

tanggal pencatatan pengaduan nasabah oleh bank. Berdasarkan ketentuan Pasal 6

ayat (5) Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/10/PBI/2008 apabila tidak dapat

diselesaikan dalam jangka waktu dua hari kerja maka bank wajib meminta nasabah

atau perwakilan nasabah untuk mengajukan pengaduan secara tertulis dengan

dilengkapi dokumen seperti fotokopi identitas dan dokumen pendukung lainnya.

Untuk pengaduan tertulis menurut Pasal 10 ayat (1) Peraturan Bank

Indonesia Nomor 10/10/PB1/2008 wajib diselesaikan dalam jangka waktu dua

pulih hari kerja setelah penerimaan pengaduan nasabah secara tertulis oleh bank.

Dalam hal ini, pihak bank wajib bertanggungjawab dikarenakan terlanggarnya

95 Pardede Marulak, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, (Jakarta : Penerbit Sinar

Harapan, 2002), hm 69

Universitas Sumatera Utara

Page 93: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

83

kewajiban pihak bank untuk menerapkan prinsip kehati-hatian serta manajemen

risiko perbankan sebagaimana diakomodir PBI No.9/15/PBI/2007.96

C. Pengawasan Terhadap Layanan E-Banking

1. Pengawasan Internal Bank

Internal auditor merupakan bagian yang tak terpisahkan dari departemen

internal audit. Internal audit merupakan pihak yang dianggap memiliki

independensi dan obyektivitas tinggi sehingga diharapkan dapat melaksanakan

tugasnya tanpa adanya tekanan dari pihak manapun. Internal auditor lebih mudah

untuk melihat adanya penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh pihak

manajemen berkaitan dengan hasil kerja mereka dan hal-hal yang berkaitan dengan

fungsi pengendalian intern. Internal auditor harus dapat secara maksimal

memberikan kontribusinya demi peningkatan dan perkembangan bank. Internal

audit dibentuk untuk melakukan pengawasan serta pengendalian yang baik.

Perusahaan harus mampu memberikan usulan atau rekomendasi pada pihak

manajemen dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan usaha bank

sehingga dapat membantu mana jemen dalam meningkatkan efektivitas

kinerjanya.97

Langkah-lengkah penerapan dalam internal auditor adalah dengan

melakukan hal-hal mengklasifikasi transaksi atau kegiatan perputaran,

mengidentifikasi siapa yang terlibat dalam kegiatan, mengidentifikasi titik-titk

96 Pahlefi, Pengaturan Tanggung Jawab Bank Dalam Electronic Banking Menurut

Peraturan Perundang-Undangan, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 6, Nomor 2, (Oktober, 2015), hlm 127

97 Sihwahjoeni, Evaluasi Kualitas Fungsi Internal Auditor Dalam Meningkatkan Efektivitas Bank, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.15, No.3 (September 2011), hlm 480

Universitas Sumatera Utara

Page 94: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

84

kemungkinan risiko, memprioritaskan risiko, merancang dan menerapkan

kebijakan untuk mengurangi risiko, memantau penerapan kebijakan.

Kondisi keuangan bank perlu dipantau secara periodik karena bidang inilah

yang senantiasa memberikan gambaran tentang meningkat tidaknya bidang usaha

yang sedang dijalankan. Pantauan terhadap bidang ini biasanya mencakup keadaan

permodalan, pengaturan likuiditas, keadaan rentabilitas, keadaan kualitas aktiva

produktif dan pembentukan cadangan aktiva produktif.

Kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, sangat penting untuk diawasi

agar para pemilik dan atau manajemen harus senantiasa menjalankan kegiatan

usaha perbankan dengan tetap berpedoman pada prinsip kehati-hatian. Dalam

kondisi persaingan yang ketat ia dituntut untuk memiliki sistem pengawasan yang

tepat dan dapat bekerja secara efektif dan berfungsi sebagai pengaman atas

transaksi yang terjadi setiap saat. Di samping itu tumbuhnya jaringan kantor serta

kompleksitas produk yang ditawarkan bank, akan menimbulkan masalah tersendiri.

Rentang kendali yang cukup luas biasanya melahirkan kelemahan dalam

pengawasan, sehingga terbuka peluang bagi kemungkinan terjadinya

penyimpangan yang merugikan eksistensi bank yang bersangkutan. Apalagi bila

rentang kendali yang sangat luas ini tidak didukung oleh sistem informasi

manajemen yang memadai, sehingga apabila terjadi penyimpangan akan

mengalami kesulitan untuk melacaknya. Oleh sebab itu peran kontrol internal

menjadi angat penting dan harus memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari

pemilik bank. Kefektivan kontrol internal akan mempengaruhi pencapaian kondisi

perbankan yang sahat, Adanya penilaian sistem pengawasan internal, diharapkan

Universitas Sumatera Utara

Page 95: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

85

dapat menjadi masukan bagi bank Indonesia untuk mengetahui efektif tidaknya

penerapan ketentuan aturan main perbankan.98

Kegiatan usaha bank yang terus mengalami perubahan dan peningkatan

sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, globalisasi dan integrasi pasar

keuangan, membuat kompleksitas kegiatannya semakin tinggi. Kompleksitas

kegiatan usaha bank yang semakin meningkat tersebut mengakibatkan tantangan

dan eksposur risiko yang dihadapi juga semakin besar. Melihat perkembangan

tantangan dan risiko usaha bank yang semakin besar, maka diperlukan berbagai

macam upaya untuk memitigasi risiko tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya

peningkatan peran dan fungsi kepatuhan serta satuan kerja kepatuhan dan

manajemen risiko dalam pengelolaan risiko kepatuhan. Keberadaan direktur

kepatuhan dan manajemen risiko sudah merupakan fenomena umum di industri

perbankan dan dipegang oleh dua direktur terpisah. Peraturan Bank Indonesia

(PBI) No: 1/6/PBI/1999 merupakan landasan hukum di Indonesia yang

mengharuskan setiap bank untuk memiliki direktur kepatuhan.

99

PBI No: 13/2/PBI/2011 yang merupakan penyempurnaan dari PBI No:

1/6/PBI/1999 adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI)

mencakup penyempurnaan dari segi organisasi di perbankan, tugas dan tanggung

jawab semua pihak yang terkait dalam pelaksana fungsi kepatuhan, sesuai dengan

kerangka manajemen risiko, dalam mendukung terciptanya budaya kepatuhan.

Berdasarkan pada peraturan tersebut, tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh

direktur kepatuhan adalah merumuskan strategi guna mendorong terciptanya

98 Fitriasulistiawati, Pengawasan Perbankan, diakses dari https://fitriasulistiawati.

wordpress.com/2015/12/31/pengawasan-perbankan/html, tanggal 8 Maret 2018 99 http://www.mediaedutama.co.id/program-kerja-kepatuhan-sesuai-pojk-nomor-46pojk-

032017.html, tanggal 8 Maret 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 96: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

86

budaya kepatuhan dalam organisasi. Kedua, mengusulkan kebijakan kepatuhan

atau prinsip-prinsip kepatuhan yang akan ditetapkan oleh direksi. Ketiga,

menetapkan sistem dan prosedur kepatuhan yang akan digunakan untuk menyusun

ketentuan dan pedoman internal organisasi. Keempat, memastikan bahwa seluruh

kebijakan serta kegiatan usaha yang dilakukan bank maupun organisasi telah sesuai

dengan ketentuan BI dan peraturan perundang undangan yang berlaku. Kelima,

meminimalkan risiko kepatuhan pada bank dan organisasi. Terakhir, melakukan

tugas-tugas lainnya yang terkait dengan fungsi kepatuhan.100

Fungsi dan peran dari direktur kepatuhan sangat substansial, hal tersebut

dikarenakan direktur kepatuhan harus berperan aktif dalam mengantisipasi dan

memonitor kepatuhan (compliance) terhadap berbagai ketentuan dan peraturan

sebagai rambu-rambu kehati-hatian yang telah ditetapkan. Penerapan fungsi dan

peran dari direktur kepatuhan sudah umum terjadi pada industri perbankan dan

sudah mulai diikuti oleh beberapa usaha di bidang non-perbankan yang ada di

Indonesia. Pada industri perbankan, direktur kepatuhan memegang peran ex-ante

atau preventif terhadap risiko regulasi atau kemungkinan pelanggaran ketentuan di

bank masing-masing, tidak terkecuali kewajiban untuk menyelesaikan

permasalahan sesuai dengan koridor yang seharusnya sesuai dengan peraturan

maupun ketentuan yang telah ditetapkan oleh BI selaku bank sentral di Indonesia.

Pada bidang usaha non-perbankan, penerapan direktur kepatuhan masih minim

diterapkan namun sudah terdapat beberapa perusahaan jenis BUMN yang

berinisiatif untuk menerapkannya. Hal tersebut dikarenakan, direktur kepatuhan

100Muliaman D. Hadad, Laporan Pengawasan Perbankan (LPP), (Jakarta : Penerbit Bank

Indonesia & Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2012), hlm 15

Universitas Sumatera Utara

Page 97: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

87

akan membantu sebuah organisasi dalam menjaga akuntabilitas dan responsibilitas

yang dimilikinya terhadap peraturan dan undang-undang yang telah ditetapkan.101

2. Pengawasan Eksternal Bank

Pengawasan bank yang dilakukan oleh auditor eksternal sangat mungkin

dapat terjadi, karena pasal 34 UU No.7 tahun 1992 menjelaskan bahwa bank secara

periodic wajib menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit akuntan publik.

Dalam melaksanakan tugasnya akuntan publik mempunyai tanggung jawab untuk

meyakinkan bahwa bank telah melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip

kehati-hatian dan memberitahukan kepada Komisaris apabila akuntan publik

menemukan tindakan penyimpangan yang dapat mengganggu kenyamanan atau

membahayakan kesehatan bank.

Kendati ketiga lembaga di atas dapat menangani tugas dan tanggung jawab

berbeda dalam pengawasan, akan tetapi pengawasan bank pada prinsipnya terbagi

dalam dua bagian yaitu pengawasan dalam rangka mendorong pertumbuhan

ekonomi, kestabilan moneter (macro economics supervision) dan pengawasan

dalam upaya mendorong agar setiap individual bank tetap sehat dan mempu

memelihara kepentingan masyarakat (prudential supervision). Sasaran yang ingin

dicapai dari macroeconomics supervision adalah mendorong sekaligus mengawasi

bank untuk ikut berperan dalam berbagai program ekonomi- moneter baik yang

terkait dengan kebijakan umum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,

kemantapan neraca pembayaran, perluasan lapangan pekerjaan, kestablitan

101 Mike Davidson, Keberadaan Direktur Kepatuhan Serta Peran dan Kontribusi Mereka

Dalam Penerapan Enterprise Risk Management (Erm) di Perusahaan, Diakses Dari http://crmsindonesia.org/publications/keberadaan-direktur-kepatuhan-serta-peran-dan-kontribusi-mereka-dalam-penerapan-enterprise-risk-management-erm-di-perusahaan/html, tanggal 8 Maret 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 98: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

88

moneter serta upaya yang dapat menunjang terciptanya pemerataan pendapatan dan

kesempatan berusaha. Oleh karena itu pengawasan macroeconomics supervision

ini dilakukan melalui penetapan seperangkat kebijakan berkaitan dengan langkah-

langkah untuk mendorong perbankan ikut serta dalam pencapaian target di atas,

termasuk kebijaksanaan menciptakan iklim yang kondusif bagi terlaksananya

program makro ekonomi tersebut.

Kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, sangat penting untuk diawasi

agar para pemilik dan atau manajemen harus senantiasa menjalankan kegiatan

usaha perbankan dengan tetap berpedoman pada prinsip kehati-hatian. Dalam

kondisi persaingan yang ketat ia dituntut untuk memiliki sistem pengawasan yang

tepat dan dapat bekerja secara efektif dan berfungsi sebagai pengaman atas

transaksi yang terjadi setiap saat. Di samping itu tumbuhnya jaringan kantor serta

kompleksitas produk yang ditawarkan bank, akan menimbulkan masalah tersendiri.

Rentang kendali yang cukup luas biasanya melahirkan kelemahan dalam

pengawasan, sehingga terbuka peluang bagi kemungkinan terjadinya

penyimpangan yang merugikan eksistensi bank yang bersangkutan. Apalagi bila

rentang kendali yang sangat luas ini tidak didukung oleh sistem informasi

manajemen yang memadai, sehingga apabila terjadi penyimpangan akan

mengalami kesulitan untuk melacaknya. Oleh sebab itu peran kontrol internal

menjadi angat penting dan harus memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari

pemilik bank. Kefektivan kontrol internal akan mempengaruhi pencapaian kondisi

perbankan yang sahat, Adanya penilaian sistem pengawasan internal, diharapkan

Universitas Sumatera Utara

Page 99: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

89

dapat menjadi masukan bagi bank Indonesia untuk mengetahui efektif tidaknya

penerapan ketentuan aturan main perbankan.102

Adapun tujuan pengawasan berdasarkan prudential supervision adalah

berupaya agar setiap bank secara individual harus tetap sehat dan aman, sehingga

industri perbankan secara keseluruhan menjadi industri yang dapat memelihara

kepercayaan masyarakat. Dalam kaitannya dengan proses pengawasan bank,

pembinaan terhadap individual bank merupakan langkah lanjutan dari tugas

mengendalikan CAMEL bank (capital Asset Quality Management, Earning and

Liquidity) sehingga terpelihara pada suatu tingkat tertentu yang dianggap tidak

membahayakan kelangsungan usaha dan tidak mengganggu kestabilan system

perbankan nasional.

103

102 Darmanwan Achmad, Pembinaan dan Pengawasan Perbankan, diakses dari https://

darmawanachmad.wordpress.com/2010/02/27/pembinaan-dan-pengawasan-perbankan/html, tanggal 7 Maret 2018

103 Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 100: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

90

BAB IV

TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP HILANGNYA SEJUMLAH

DANA TABUNGAN NASABAH MELALUI LAYANAN

ELECTRONIK BANKING

A. Penyebab Hilangnya Sejumlah Dana Nasabah Melalui Layanan

Elektronik Banking

1. Faktor Kerusakan Mesin

Keluhan pelanggan merupakan sumber informasi yang sangat berharga

untuk evaluasi peningkatan kinerja perusahaan, baik sumber daya manusianya

maupun produknya. Pada kenyataannya akan selalu ada kekurangan dari pihak

perusahaan dalam melayani nasabah, karena kebutuhan setiap nasabah tentunya

berubah dari waktu ke waktu.

Teknologi perbankan saat ini sudah semakin canggih. Tak perlu datang ke

bank dan mengantre untuk menarik tunai, setor tunai, transfer, atau hanya sekadar

cek saldo. Kini semua bank telah menyediakan jaringan Anjungan Tunai Mandiri

atau Automatic Teller Machine (ATM) yang tersebar di berbagai titik sebagai

bagian dari fasilitas layanannya. Hanya perlu sebuah kartu untuk memanfaatkan

mesin ATM yang disebut dengan kartu ATM. Pernah atau tidak Anda

mengalaminya sendiri, namun telah banyak kasus yang terjadi bahwa kartu ATM

tertelan pada mesin saat melakukan transaksi.

Banyak faktor yang menjadi penyebab tertelannya kartu ATM. Mulai dari

kerusakan mesin atau sistem error, kelalaian nasabah, listrik padam, hingga modus

kejahatan. Apabila nasabah dalam menggunakan kartu ATM mengalami masalah

seperti kartu tertelan dapat diselesaikan dengan melaporkan pada pihak bank yang

Universitas Sumatera Utara

Page 101: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

91

bersangkutan, menceritakan apa yang terjadi pada saat penggunaan kartu ATM

tersebut dan pihak bank menyelesaikan masalah pada nasabah sesuai dengan aturan

yang ada. Apabila nasabah dalam menggunakan kartu ATM mengalami masalah

seperti, uang yang tidak keluar pada saat penarikan dapat diselesaikan dengan

melaporkan pada pihak bank yang bersangkutan dan menceritakan apa yang terjadi

pada saat penggunaan kartu ATM tersebut. Apabila hendak mengambil uang

menggunakan ATM baiknya mengetahui berapa sisa saldo yang ada dan

mengambil uang pada ATM bank yang bersangkutan, untuk menghindari kartu

ATM terdebet (uang yang diambil tidak keluar dari mesin ATM) karena kerusakan

pada mesin ATM atau koneksi ke server yang bermasalah pada bank yang

bersangkutan.

Terjadinya akibat adanya kerusakan pada mesin kartu ATM. Kerusakan

mesin kartu ATM ini merupakan tanggung jawab bank yang mana kesalahan

tersebut bukan dari pihak nasabah sehingga apabila kerugian sebagaimana contoh

diatas menjadi tanggung jawab bank sehingga nasabah apabila terjadi masalah

pada kartu ATM yang diakibatkan kerusakan mesin ATM dapat melaporkan pada

pihak bank sehingga dapat diselesaikan sesuai dengan prosedur yang ada.

Betapapun canggih teknologi yang ditanam dalam mesin ATM tak lepas dari

kerusakan juga. Perlu disadari bahwa mesin ATM tidak selalu bekerja sempurna.

Ada kalanya mengalami kerusakan atau sistem error yang mengakibatkan mesin

tidak bisa digunakan untuk bertransaksi. Bahkan berisiko kartu ATM tertelan jika

kerusakan mesin terjadi saat transaksi sedang berlangsung. Tak hanya kerusakan

mesin atau sistem error, tertelannya kartu ATM juga bisa disebabkan oleh kelalaian

nasabah sendiri. Kebanyakan kasus yang terjadi, nasabah tidak segera mengambil

Universitas Sumatera Utara

Page 102: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

92

kartu ATM yang sudah keluar setelah selesai bertransaksi. Dalam durasi waktu

tertentu, jika kartu ATM tidak segera diambil, maka secara otomatis akan tertelan.

Listrik yang tiba-tiba padam juga turut andil terhadap kejadian tertelannya kartu

ATM ke dalam mesin. Hal ini biasanya terjadi pada mesin-mesin ATM yang

berada di minimarket. Saat transaksi belum selesai dan listrik padam tiba-tiba,

kartu ATM kemungkinan akan tertelan. 104

Adanya kewajiban bagi pihak bank dan/atau pihak penyedia jasa teknologi

indormasi yang harus dipenuhi dalam menyelenggarakan suatu sistem elektronik

perbankan yang menjadi basis dari layanan internet banking menyebabkan jika

terjadi kerusakan sistem elektronik pada layanan terebut yang disebabkan oleh

pihak bank maupun pihak penyedia jasa teknologi informasi, menyebabkan

nasabah dapat meminta pertanggungjawaban pihak bank atas kerugian yang

dideritanya atas dasar Perbuatan Melawan Hukum. Terjadinya kerusakan sistem

elektronik pada layanan internet banking ini telah memenuhi unsur-unsur

perbuatan hukum karena tidak dilaksanakannya kewajiban-kewajiban oleh pihak

bank dan/atau penyedia jasa teknologi informasi dalam penyelenggaraan sistem

Pengoperasain ATM selain meningkatkan pelayanan terhadap nasabah,

tetapi juga dapat menambah pemasukan bagi bank-bank tempat nasabah tersebut

bertransaksi. Namun selain dapat membantu nasabah terkadang mesin ATM

seringkali mengalami masalah, baik seperti jaringannya terputus atau tidak online,

jumlah uang di dalam mesin ATM habis, kegagalan transaksi dimana tidak jelas

apakah transaksi itu berhasil atau gagal dan masih banyak lagi masalah yang terjadi

pada mesin ATM.

104http://www.simulasikredit.com/kartu-atm-tertelan-lakukan-ini-bila-atm-tertelan-di-

mesin/html, tanggal 8 Maret 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 103: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

93

elektronik perbankan dan merupakan perbuatan yang melanggar ketentuan PBI

No.9/15/PBI/2007 dan ketentuan dalam Pasal 15 serta Pasal 16 ayat (1) Undang-

Undang ITE.

Kelalaian pihak bank dan/atau penyedia jasa teknologi informasi tersebut

memenuhi unsur kesalahan yang menimbulkan kerugian bagi nasabah pengguna

layanan internet banking. Oleh karenanya, dengan terpenuhinya unsur-unsur dari

Perbuatan Melawan Hukum tersebut, nasabah dapat meminta pertanggungjawaban

pihak bank atas dasar Pasal 1365 KUHPerdata. Hal ini dikecualikan dalam hal

perbuatan melawan hukum terjadi akibat karyawan bank yang bersangkutan,

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata sebagai berikut:

Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili

urusan-urusan mereka, bertanggungjawab atas kerugian yang disebabkan olep

pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan yang

ditugaskan kepada orang-orang itu.

Selanjutnya dalam Pasal 1367 ayat (5) KUHPerdata disebutkan bahwa

tanggungjawab tersebut berakhir jika majikan dapat membuktikan bahwa mereka

tidak dapat mencegah perbuatan itu atas mana mereka seharusnya bertanggung

jawab. Sehingga apabila bank dapat membuktikan bahwa mereka telah melakukan

segala upaya untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan layanan

internet banking, terutama yang berkenaan dengan penerapan prinsip kehatihatian

dan manajemen risiko perbankan, serta dapat juga membuktikan bahwa kesalahan

yang dilakukan oleh petugas bank tersebut adalah merupakan kesalahan yang

berada di luar kekuasaan pihak bank, maka bank tersebut tidak dapat dimintakan

pertanggungjawaban.

Universitas Sumatera Utara

Page 104: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

94

Semakin ketat, transaksi-transaksi perbankan beraneka ragam dan setiap

bank mencari cara-cara baru untuk menawarkan jasanya, antara lain yaitu dengan

disediakannya mesin ATM, jasa perbankan melalui telepon, hingga media internet.

Beraneka ragamnya jasa yang ditawarkan oleh setiap bank saat ini, khususnya jasa

bank melalui fasilitas sistem elektronik, pada kenyataannya sangat rentan akan

kejahatan, kurang terjaminnya keamanan serta perlindungan hukum belum

memadai terhadap transaksi yang dilakukan oleh pihak bank bagi nasabahnya,yang

menyebabkan nasabahnya selalu berada dalam posisi yang lemah. Masalah-

masalah yang dapat timbul akibat penggunaan fasilitas sistem elektronik banking,

mengkaji upaya hukum yang dapat dilakukan oleh nasabah bank terhadap kerugian

yang ditimbulkan dari penggunaan fasilitas sistem elektronik banking, serta

mengkaji pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen dalam memberikan perlindungan terhadap nasabah bank

pada penggunaan fasilitas sistem elektronik banking.105

Akibat kerusakan mesin ini maksudnya berdasarkan permasalahan atau

kasus yang ada dapat dikategorikan menjadi kelompok permasalahan atau kasus

yaitu secara yuridis yaitu secara kasus atau permasalahan yang diluar dari

Bentuk pertanggungjawaban terhadap pengguna internet banking apabila

terjadi masalah tergantung pada penyebab kerugian, apabila ternyata kerugian

materiil yang di diderita oleh nasabah bank pengguna internet banking diakibatkan

oleh karena kesalahan dan pihak bank, maka pihak bank bertanggungjawab

memenuhi tuntutan nasabah memberikan ganti kerugian.

105 http://iqtishod.blogspot.co.id/2010/02/analisis-yuridis-hukum-e-banking-dalam.html,

tanggal 7 Maret 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 105: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

95

kehendak nasabah sehingga berakibat nasabah mengalami kerugian baik secara

materil dan imateril.

2. Kesalahan Manusia

Akibat kesalahan manusia, hal ini dapat dikategorikan sebagai kasus atau

permasalahan secara teknis yaitu dimana tata cara atau pelaksanaan dalam

menjalankan kartu ATM yang bermasalah tersebut pihak nasabah tidak mengikuti

aturan yang ada. Penggunaan kartu ATM sudah bukan hal yang baru lagi bagi

masyarakat sekarang ini. Seiring dengan berkembangnya zaman penggunaan kartu

ATM sekarang ini telah banyak digunakan oleh kalangan masyarakat sebagai

nasabah bank. Nasabah yang semakin banyak yang menggunakan kartu ATM

membuat banyak pihak ketiga yang tergiur untuk dapat memanfaatkan situasi ini.

Syarat dan ketentuan umum pada bank umumnya adalah “Pemegang kartu

setiap waktu akan menjaga Kartu dan Personal Identification Number (PIN) yang

merupakan nomor rahasia Pemegang kartu bertanggung jawab penuh atas setiap

transaksi dengan menggunakan kartu dan nomor PIN dengan cara bagaimanapun

transaksi dilakukan. Penyelesaian kasus tersebut ialah tanggung jawab nasabah

karena tidak dapat menjaga nomor PIN pada kartu ATM tersebut dan menghubungi

call center palsu. nasabah dalam hal ini diwajibkan untuk berhati-hati dalam

menjaga nomor PIN dan menghubungi call center bank yang bersangkutan, bukan

call center palsu. Kasus tersebut bentuk penyelesaiannya berujung pada Mahkamah

Agung, yang mana hasil dari putusan Mahkamah Agung menyatakan bahwa kasus

itu merupakan tanggung jawab dari nasabah karena nasabah telah melanggar syarat

Universitas Sumatera Utara

Page 106: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

96

dan ketentuan penggunaan kartu ATM yaitu menjaga nomor PIN bagaimanapun

bentuk transaksi yang dilakukan oleh nasabah terhadap kartu ATM.106

Selain mengambil kebijakan pembatasan jumlah dana yang dapat ditransfer

sebagaimana diatas, pihak bank dalam hal ini mengambil kebijakan bahwa apabila

para nasabah bank yang dimaksud melakukan transfer rutin (menggunakan fitur e-

banking) kepada pihak-pihak yang di tujuan baik perseorangan maupun korporasi.

Artinya bukan sebagai suatu bill payment biasa, nasabah tersebut harus terlebih

dahulu menukar uang yang akan ditransfer itu lebih dari nominal yang ditentukan

oleh pihak perbankan. Dengan cara demikian, bank dapat membantu

menghindarkan nasabah dari kemungkinan terjerumus menjadi korban dari

hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah dalam layanan e-banking. Berkaitan

dengan perlindungan hukum terhadap nasabah yang menjadi korban kejahatan atas

hilangnya sejumlah dana tabungan Nnsabah dalam layanan e-banking, sistem

B. Perlindungan Nasabah terhadap Hilangnya Sejumlah Dana Tabungan

Nasabah dalam Layanan E-Banking

Perusahaan perbankan dapat melakukan perlindungan dan proteksi terhadap

para nasabahnya. Sebagai contoh nyata, Barclays Bank berupaya untuk melindungi

nasabahnya agar tidak menjadi korban kejahatan terhadap e-banking. Apabila

nasabah yang akan melakukan transaksi menggunakan e-banking dengan cara

mentransfer uang yang jumlahnya sangat besar kepada rekening eksternal, mereka

harus menelepon terlebih dahulu bank bersangkutan untuk menginisiasi transaksi

tersebut.

106 Elshinta, Kartu ATM Terblokir? Inilah Cara Mudah Membukanya, diakses dari

https://elshinta.com/news/82369/2016/10/10/kartu-atm-terblokir-inilah-cara-mudah-membukanya.html tanggal 16 Februari 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 107: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

97

perbankan di Indonesia melakukan perlindungan hukum terhadap nasabah yang

menjadi korban hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah dalam layanan e-

banking, di antaranya yaitu :

1. Perlindungan secara implisit, (Implisit Deposit Protection).

Yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang

efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank.

Perlindungan ini diperoleh melalui:

a. Peraturan perundang-undangan dibidang perbankan,

b. Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawas dan pembinaan yang

efektif, yang dilakukan oleh Bank Indonesia,

c. Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai lembaga pada

khususnya, dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya,

d. memelihara tingkat kesehatan bank,

e. melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehatia-hatian,

f. cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan

nasabah, dan

g. menyediakan informasi resiko pada nasabah.

2. Perlindungan secara eksplisit, (Eksplisit Deposit Protection)

Yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin

simpanan masyarkat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga

tersebut akan mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang

gagal tersebut. Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga

yang menjamin simpanan masyarakat, sebagaimana yang diatur dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 108: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

98

Keputusan Presiden RI No. 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap

Kewajiban Bank Umum.

Bank memberikan bentuk perlindungan hukum terhadap nasabah dengan

cara memberikan fasilitas, apabila nasabahnya mengalami kerugian yang

disebabkan oleh e-banking, bank memfasilitasi nasabahnya dengan cara

memberikan bantuan hukum, baik dalam litigasi maupun non litigasi, hal ini

bertujuan semata-mata dalam perspektif perlindungan hukum terhadap nasabah dan

tercapainya keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum.

Beberapa contoh kasus yang sering terjadi dan sering di alami oleh nasabah

yang menggunakan layanan electronik bank, di antaranya yaitu :

1. Kasus e-banking, misalnya : pada pengguna ATM, transaksi sudah berhasil

dilakukan, akan tetapi uang tidak keluar. Dalam hal ini dengan

menggunakan pendekatan teori hukum alam, yang meletakan keadilan

sebagai tujuan utama hukum maka jika terjadi kasus diatas maka

seharusnya bank memberikan ganti rugi dalam bentuk jumlah saldo yang

telah digunakan sebagai pembayaran.

2. Kasus Internet Banking, nasabah melakukan transfer dan saldo telah

berkurang, tetapi uang yang ditransfer tidak diterima pada pihak yang di

transfer oleh nasabah. Dalam hal ini dengan menggunakan pendekatan

teori hukum alam, yang meletakan keadilan sebagai tujuan utama hukum

maka jika terjadi kasus diatas maka seharusnya bank memberikan ganti

rugi dalam bentuk jumlah saldo yang telah digunakan sebagai

pembayaran.

Universitas Sumatera Utara

Page 109: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

99

3. Bagaimana jika seorang nasabah melakukan transaksi pembayaran listrik,

telepon, tagihan air, dan seterusnya ternyata dikemudian hari oleh pihak

PLN dinyatakan bahwa nasabah tersebut dianggap belum pernah membayar

dan nasabah mendapatkan sanksi pemutusan listrik dan harus membayar

denda. Dalam hal ini dengan menggunakan pendekatan teori hukum alam,

dalam kasus diatas bank mampu menyelesaikan kasus tersebut dengan cara

mencari penyebab yang terjadinya, karena dalam kasus diatas terdapat dua

teknis yang tidak sinkron dengan jaringan yang ada pada layanan –

layanan pembayaran, dengan demikian bank akan tahu penyebab

terjadinya permasalahan tersebut dan bank bisa memilih cara

penyelesaianya serta perlindungan hukum terhadap nasabahnya.

Perlindungan nasabah merupakan permasalahan yang sampai saat ini belum

mendapat tempat yang baik dalam sistem perbankan nasional. Berdasarkan Pasal

26 ayat (2) Undang - undang Nomor. 11 Tahun 2008 tentang ITE, menyatakan

bahwa, setiap orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan Undang-

undang ini. Artinya dalam hal ini seorang nasabah wajib dan sah secara hukum

mendapatkan perlindungan hukum, apabila terjadi masalah dalam hubungan antara

pihak perbankan dan nasabah dalam menggunakan layanan electronik bank,

seorang nasabah yang mengalami kerugian akibat layanan electronik bank, dapat

mengajukan gugatan kepada pihak bank untuk meminta ganti rugi terhadap

kerugian yang dialaminya hal ini tertuang dalam Pasal 26 ayat (2) Undang-undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, dengan demikian secara peraturan perundang-

undangan bahwa seorang nasabah di lindungi oleh hukum yang terkait.

Universitas Sumatera Utara

Page 110: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

100

Undang-undang No. 11 tahun 2008 tentang ITE telah menjadi payung

hukum bagi penyelenggaraan kegiatan transaksi elektronik, yang diselenggarakan

oleh bank. Undang-Undang ITE telah mengatur mengenai tanggung jawab yang

fair antara penyelenggara sistem elektronik bank dan nasabah. Memenuhi prinsip

hubungan keperdataan nasabah dengan bank, maka bank bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan penyelenggaraan teknologi informasi yang menggunakan

jasa pihak penyedia jasa. Demikian pula pihak penyelenggara jasa tersebut akan

terikat dengan segala ketentuan sebagai pihak terkait bank.

Perlindungan hukum bagi nasabah pengguna jasa e-banking dalam konsep

hukum, setidaknya dapat disimpulkan bahwa hakikat dari perlindungan hukum

tersebut adalah melindungi kepentingan nasabah penyimpanan dan simpanannya

dalam sebuah bank, serta resiko kerugian yang menimpanya. Perlindungan hukum

ini juga merupakan upaya untuk mempertahankan dan memelihara kepercayaan

masyarakat khususnya nasabah, maka sudah sepatutnya dunia perbankan perlu

memberikan perlindungan hukum kepada nasabah sebagai korban kejahatan e-

banking.

Perlindungan hukum pengguna jasa e-banking bersadarkan teori hukum

alam atau hukum moral sebagai pijakannya. Dalam ajaran moral biasanya

diwujudkan dengan doktrin: jangan mencuri atau jangan mengambil apa yang

bukan milikmu. Doktrin ini menurut penulis diadopsi untuk memberikan

perlindungan hukum nasabah terhadap hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah

dalam layanan e-banking agar hak-haknya tidak dilanggar orang lain dan tetap

mendapatkan perlindungan hukum dengan sebagaimana mestinya. Namun

sesungguhnya doktrin hukum alam yang disebutkan tidak adanya

Universitas Sumatera Utara

Page 111: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

101

melindungi hak-hak pihak lain, termasuk hak masyarakat lokal atau masyarakat

tradisional atas penggunaan pengetahuan tradisional mereka.107

Atas kerugian materiil yang diderita nasabah dalam mekanisme internet

banking, nasabah bank pengguna internet banking dapat mengajukan suatu

tuntutan maupun meminta pertanggungjawaban dari pihak bank maupun pihak

ketiga, berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata, Undang-Undang

Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Nomor 8 Tahun 1999, serta Undang-Undang Telekomunikasi Nomor 36 Tahun

1999. Permasalahan di atas dapat diselesaikan dengan pertanggungjawaban sebagai

berikut :

C. Penyelesaian Perselisihan antara Bank dan Nasabah Terkait Hilangnya

Sejumlah Dana Tabungan Nasabah Melalui Layanan E-Banking

Kerugian hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah melalui e-banking

yaitu dapat dimintakan pertanggungjawaban secara perdata apabila karena

kelalaian atau kesalahan bank bersangkutan dan dapat dikaitkan dengan

kepengurusan bank sebagaimana yang bertindak mewakili badan hukum bank

tersebut berdasarkan ketentuan anggaran dasar perusahaan. Terhadap penyelesaian

sengketa disediakan beberapa pilihan media baik melalui jalur luar pengadilan

maupun melalui pengadilan. Bentuk pertanggungjawaban terbatas pada kerugian

materil saja, tidak termasuk kerugian immateril.

108

107 Aryani Witasari, Aris Setiono, Perlindungan Hukum Pengguna Jasa Electronic Banking

(E-Banking) Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Pidana Di Indonesia, Jurnal Pembaharuan Hukum Volume II No. 1 (Januari - April 2015), hlm 93

108 Eka Eldoneris, Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Pengguna Internet-Banking, diakses dari https://ekaeldoneris.wordpress.com/2008/12/09/perlindungan-hukum-bagi-nasabah-pengguna-internet-banking/html, tanggal 15 Februari 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 112: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

102

a) Apabila kerugian materiil yang diderita oleh nasabah bank pengguna

internet banking tersebut diakibatkan oleh karena kesalahan dari nasabah

bank pengguna internet banking itu sendiri, maka nasabah bank pengguna

internet banking tidak dapat mengajukan tuntutan kepada pihak bank karena

kesalahan tersebut dilakukan oleh nasabah bank pengguna internet banking

sendiri, dan berarti pihak bank tidak melakukan wanprestasi kepada

nasabah bank pengguna internet banking tersebut.

b) Sebaliknya, apabila ternyata kerugian materiil yang diderita oleh nasabah

bank pengguna internet banking diakibatkan oleh karena kesalahan dari

pihak bank, maka pihak bank harus memenuhi tuntutan nasabah bank

pengguna internet banking tersebut serta bertanggungjawab untuk

memberikan ganti kerugian sesuai dengan kerugian yang telah diderita oleh

nasabah bank pengguna internet banking. Karena pihak bank telah

melakukan wanprestasi kepada nasabah bank pengguna internet banking.

c) Jika kerugian materiil yang diderita oleh nasabah bank pengguna internet

banking ternyata disebabkan karena perbuatan pihak ketiga, maka pihak

ketiga yang bersalah itu harus memenuhi tuntutan serta bertanggung jawab

kepada nasabah bank pengguna internet banking tersebut, atas dasar

perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata).

Dalam hal penyelesaian sengketa nasabah (konsumen yang dirugikan)

dengan pihak bank, maka dapat ditempuh melalui upaya hukum berdasarkan Pasal

45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

yaitu :(2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan

atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

Universitas Sumatera Utara

Page 113: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

103

(sebelum dikeluarkannya peraturan BI mengenai mediasi Perbankan). Melalui

ketentuan Pasal 45 ayat (2) dapat diketahui bahwa untuk menyelesaikan sengketa

konsumen, terdapat dua pilihan yaitu :

b. Penyelesaian di luar pengadilan melalui lembaga yang bertugas

menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha, atau

c. Melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.

Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan produk hukum berupa Peraturan

Bank Indonesia Nomor: 10/10/PBI/2008 tanggal 28 Februari 2008 tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang

Penyelesaian Pengaduan Nasabah tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan

Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 7/24/DPNP tertanggal 18 Juli 2005 yang

ditujukan kepada semua bank di Indonesia tentang Penyelesaian Pengaduan

Nasabah sebagai standar minimum mekanisme penyelesaian pengaduan nasabah.

Produk hukum tersebut bertujuan mengurangi publikasi negatif terhadap

operasional bank dan menjamin terlaksananya mekanisme penyelesaian pengaduan

nasabah secara efektif dalam jangka waktu yang relatif singkat. Peraturan tersebut

diharapkan dapat mengakomodir tuntutan kesetaraan hubungan antara bank sebagai

pelaku usaha dengan nasabah sebagai konsumen pengguna jasa perbankan dan

merupakan salah satu bentuk peningkatan perlindungan nasabah dalam rangka

menjamin hak-hak nasabah dalam berhubungan dengan bank.109

Dalam upaya hukum Perselisihan antara Bank dan Nasabah Terkait

Hilangnya Sejumlah Dana Tabungan Nasabah Melalui Layanan E-Banking yang

dilakukan, nasabah dapat melewati langkah-langkah yang ditempuh yaitu: a.

109 Andika Persada Putera, Penyelesaian Sengketa Perbankan Dengan Mediasi, Jurnal

Yuridika : Volume 28 No 1, (Januari-April 2013), hlm 57

Universitas Sumatera Utara

Page 114: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

104

Apabila terjadinya permasalahan kerugian yang timbul akibat kelalaian pihak bank,

nasabah dapat melakukan langkah pertama yaitu melakukan pengaduan ke pihak

bank dalam pelayanan pengaduan nasabah yang diatur pada PBI No.7/7/PBI/2005

jo PBI No. 10/10/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. b. Apabila

pihak nasabah masih belum merasa puas akan pelayanan pengaduan nasabah dari

bank, langkah kedua yang dilakukan adalah dengan menggunakan upaya mediasi.

Dalam hal ini upaya mediasi telah disediakan oleh pihak perbankan, yang terdapat

pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/5/PBI/2006 jo PBI NO.10/10/PBI/2008

tentang Mediasi Perbankan.

E-banking sebagai inovasi dari produk perbankan yang memanfaatkan

teknologi sistem informasi, selain memberikan keuntungan dan kemudahan dalam

transaksi perbankan juga mempunyai dampak risiko yang dapat merugikan

kepentingan pihak bank maupun nasabah sebagai penyelenggara dan pengguna

layanan internet banking dalam transaksi perbankan yang dilakukan. Transaksi

perbankan melalui e-banking dapat menimbulkan permasalahan hukum yang dapat

merugikan para pihak, sehingga memungkinkan munculnya sengketa antara para

pihak di kemudian hari. Permasalahan hukum yang mungkin muncul dalam

transaksi perbankan melalui internet banking salah satunya yakni menyangkut

keamanan sistem informasi. Internet banking yang memanfaatkan teknologi sistem

informasi membuat transaksi perbankan yang dilakukan semakin berisiko. Dengan

kenyataan seperti ini, faktor keamanan merupakan hal yang penting dan paling

perlu diperhatikan.110

110 Mutiara Annisa, Masa Depan Industri Keuangan Dan Perbankan Di Era Digital

Ekonomi, diakses dari

https://www.kompasiana.com/kelompok5top/5a0272ae9b1e67146d033532/ masa-depan-industri-keuangan-perbankan-di-era-digital-ekonomi.html, tanggal 16 Februari 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 115: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

105

Kecanggihan teknologi tak selamanya menjamin keamanan dalam

melakukan transaksi perbankan. Sebagai contoh, pada Tahun 2001, dunia

perbankan diributkan oleh kasus pembobolan internet banking milik Bank BCA,

yang lebih dikenal dengan kasus klikbca. Kasus ini dilakukan oleh Steven

Haryanto yang dengan sengaja membuat situs palsu layanan Internet Banking BCA

dengan membeli domain-domain internet dengan nama mirip www.klikbca.com

(situs asli Internet Banking BCA), antara lain wwwklikbca.com, kilkbca.com,

clikbca.com, klickbca.com, dan klikbac.com dengan tampilan yang sama persis

dengan situs Internet Banking BCA. Dalam hal ini pelaku memanfaatkan kesalahan

ketik yang mungkin dilakukan oleh nasabah, sehingga pelaku mampu mendapatkan

User ID dan PIN dari nasabah yang memasuki situs plesetan tersebut. Di dalam

kasus ini, diperkirakan 130 nasabah tercuri datanya

(http://www.wikibooks.com).111

Berdasarkan contoh-contoh kasus di atas, dapat dilihat bahwa di dalam hal

ini yang paling dirugikan adalah nasabah pengguna layanan internet banking. Dari

sinilah muncul kemungkinan terjadi sengketa antara para pihak, yakni pihak bank

dengan nasabah. Sengketa yang timbul antara pihak bank dengan nasabah dapat

Contoh lain, yakni kasus pembobolan uang nasabah Internet Banking BCA

Cabang Purwokerto pada Tahun 2001, yang dilakukan oleh orang tak dikenal

dengan menggunakan fasilitas internet. Nasabah telah kehilangan uang sebesar Rp

38 juta, yang diambil hampir setiap hari oleh pelaku sampai rekening tersebut

ditutup (http://www.cert.or.id).

111 Januar Ikmal, Permasalahan IT di Internet Banking, diakses dari http://januar-

ikmal.blogspot.co.id/2012/10/peran-teknologi-dalam-dunia-perbankan.html, tanggal 17 Februari 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 116: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

106

diselesaikan dengan mengacu pada perjanjian yang telah disepakati oleh para

pihak, mengingat belum ada pengaturan secara khusus tentang transaksi perbankan

melalui e-banking dalam sistem perundang-undangan di Indonesia, sehingga belum

ada aturan yang tegas mengenai upaya hukum ataupun sanksi hukum yang dapat

diterapkan.

Perjanjian merupakan prosedur dan undang-undang bagi pihak-pihak yang

membuatnya. Hal ini berarti bahwa pejanjian yang dibuat itu sah dan mengikat

kedua belah pihak, dalam hal ini yaitu pihak bank dengan nasabah. Kedua belah

pihak wajib melaksanakan isi perjanjian dan tidak dibenarkan untuk membatalkan

atau mengakhiri perjanjian tanpa persetujuan kedua belah pihak ataupun tanpa

alasan yang dibenarkan oleh undang-undang. Hal ini sesuai dengan rumusan Pasal

1338 KUH Perdata. Apabila suatu perjanjian telah disepakati, maka masing-masing

pihak terikat karenanya dan berkewajiban memenuhi prestasinya. Akan tetapi, di

dalam pelaksanaannya terdapat kemungkinan mengalami hambatan-hambatan yang

pada akhirnya mempengaruhi tujuan perjanjian yang telah disepakati, seperti

halnya munculnya sengketa antara pihak bank dan nasabah akibat permasalahan

hukum yang timbul dalam layanan internet banking, yang pada akhirnya

mempengaruhi tujuan perjanjian yang telah disepakati para pihak.112

Di dalam suatu perjanjian memuat syarat-syarat sahnya perjanjian. Suatu

hal tertentu merupakan syarat obyektif dari perjanjian, yakni mengenai apa yang

diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul perselisihan. Di

dalam perjanjian yang disepakati para pihak dalam layanan e-banking, sedikitnya

112 M. Erza Pahlevi, Hubungan Antara Pasal 1338 dan Pasal 1320 KUHPerdata Dalam

Hukum Perjanjian, diakses dari http://butonlondon.blogspot.co.id/2012/04/hubungan-antara-pasal-1338-dan-pasal.html, tanggal 18 Februari 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 117: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

107

juga memuat dalam klausul perjanjian mengenai hak dan kewajiban para pihak

apabila terjadi perselisihan, serta upaya hukum apa yang akan digunakan untuk

menyelesaikan sengketa antara para pihak. Sengketa yang terjadi antara pihak bank

dengan nasabah dapat diselesaikan melalui pengadilan (litigasi) maupun di luar

pengadilan (nonlitigasi). Secara konvensional, penyelesaian sengketa biasanya

dilakukan melalui pengadilan (litigasi), di mana posisi para pihak saling

berlawanan satu sama lain. Oleh karena itu, penyelesaian sengketa melalui

pengadilan tidak direkomendasikan, kalaupun akhirnya ditempuh, penyelesaian itu

semata-mata hanya sebagai jalan yang terakhir setelah alternatif atau upaya

penyelesaian sengketa yang lain dinilai tidak membuahkan hasil.113

d) Peradilan berperan sebagai katup penekan atas segala pelanggaran hukum,

ketertiban masyarakat, dan pelanggaran ketertiban umum.

Proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan biasanya memerlukan

biaya yang relatif mahal dan membutuhkan waktu yang lama, sehingga para pihak

yang bersengketa mengalami ketidakpastian, padahal sistem penyelesaian sengketa

sederhana, cepat dan biaya ringan adalah salah satu asas peradilan di Indonesia.

Meskipun demikian, keberadaan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman

tetap dibutuhkan. Tempat dan kedudukan peradilan dalam negara hukum dan

masyarakat demokrasi masih dapat diandalkan, antara lain :

113 Hananto Prasetyo, Pembaharuan Hukum Perjanjian Sportentertainment Berbasis Nilai

Keadilan (Studi Kasus Pada Petinju Profesional di Indonesia), Jurnal Pembaharuan Hukum Volume IV No. 1 (Januari - April 2017), hlm 120

Universitas Sumatera Utara

Page 118: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

108

e) Peradilan masih tetap diharapkan berperan sebagai tempat terakhir mencari

kebenaran dan keadilan, sehingga peradilan masih tetap diandalkan sebagai

badan yang berfungsi menegakkan kebenaran dan keadilan.114

Keputusan dari para pihak, dalam batas tertentu litigasi sekurangkurangnya

menjamin bahwa kekuasaan tidak dipengaruhi hasil dan dapat menjamin

ketentraman sosial. Sebagai suatu ketentuan umum dalam proses gugatan, litigasi

sangat baik untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan masalah-masalah posisi

pihak lawan.

115 Litigasi juga memberikan suatu standar prosedur yang adil dan

memberikan peluang yang luas kepada para pihak untuk didengar keterangannya

sebelum diambil keputusan. Litigasi tidak hanya menyelesaikan sengketa, tetapi

juga menjamin suatu bentuk ketertiban umum yang tertuang dalam undang-

undang, baik secara eksplisit maupun implisit. Selain melalui pengadilan, sengketa

antara para pihak juga dapat diselesaikan di luar pengadilan. Apabila masing-

masing pihak berkeinginan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul secara baik-

baik, penyelesaian sengketa tersebut dapat diperjanjikan untuk diselesaikan di luar

hukum acara.116

Perjanjian yang telah disepakati bersama merupakan undang-undang bagi

para pihak yang membuatnya. Dasar hukum dalam upaya penyelesaian sengketa ini

adalah kehendak bebas yang teratur dari pihak-pihak yang bersengketa untuk

menyelesaikan perselisihannya di luar pengadilan, sehingga cara penyelesaian

114 Yahya Harahap. Beberapa Tinjauan mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian

Sengketa. (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1997), hlm 237 115 Priyatna Abdurrasyid. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. (Jakarta:

Penerbit PT. Fikahati Aneska, Cetakan kedua 2011), hlm 69 116 Candra Irawan, Aspek Hukum dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa di luar

Pengadilan (Alternatif Dispute Resolution) di Indonesia. (Jakarta: Penerbit CV. Mandar Maju, 2010), hlm 94

Universitas Sumatera Utara

Page 119: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

109

sengketa yang ditempuh sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing pihak,

apakah melalui proses peradilan ataukah menggunakan cara penyelesaian sengketa

yang lain. 117

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,

penyelesaian sengketa perdata disamping dapat diajukan ke peradilan umum juga

terbuka kemungkinan diajukan melalui arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum, yang dimaksud arbitrase

adalah cara penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan

pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang

bersengketa. Di dalam undang-undang ini disebutkan pula Alternatif Penyelesaian

Sengketa, yakni lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui

prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan

cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Lembaga hukum yang

dapat digunakan untuk penyelesaian sengketa dalam transaksi perbankan melalui

internet banking yakni melalui lembaga Alternetive Dispute Resolution (ADR). Di

dalam sudut pandang yang luas, ADR meliputi segala cara penyelesaian sengketa

di luar pengadilan, dan secara garis besar ADR dapat dikualifikasikan dalam

negosiasi, good offices, mediasi, konsiliasi, arbitrase, dan kombinasi dari kelima

media tersebut minitrial, summary jury trial, rent-a-judge, mediasi-arbitrase.

118

117 Seftia Azrianti, Prosedur Hukum Upaya Penyelesaian Sengketa Atas Terjadinya

Wanprestasi Dalam Sewa Menyewa Rumah Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1994 Tentang Penghunian Rumah Oleh Bukan Pemilik, Jurnal Petita Vol 3 No.1 (Juni 2016), hlm 77

118 Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis, (Yogyakarta : Penerbit Citra Media, Yogyakarta, 2006), hlm 82

Universitas Sumatera Utara

Page 120: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

110

Penyelesaian sengketa dalam transaksi perbankan melalui internet ini dapat

saja dilakukan secara tradisional, misalnya melalui lembaga arbitrase. Untuk dapat

dilakukan penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase, para pihak harus

melihat apakah ada klausul arbitrase, dalam arti kata selain ada perjanjian pokok

yang bersangkutan diikuti atau dilengkapi dengan persetujuan arbitrase. Dari

berbagai sumber undang-undang, peraturan dan konvensi internasional dapat

dijumpai dua bentuk klausul arbitrase, yakni Pactum de compromittendo dan Akta

kompromis.119 Pactum de compromittendo adalah para pihak yang mengikatkan

kesepakatan akan menyelesaikan persengketaan yang mungkin timbul melalui

forum arbitrase. Pada saat mereka mengikatkan dan menyetujui klausul arbitrase,

sama sekali belum terjadi perselisihan. Sedangkan akta kompromis adalah sebuah

perjanjian arbitrase yang dibuat setelah timbulnya perselisihan antara para pihak.

Jika para pihak yang bersengketa dalam layanan internet banking telah melakukan

kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase, maka perlu ditunjuk

arbiter yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh

Pengadilan Negeri atau oleh Lembaga Arbitrase untuk memberikan putusan

mengenai sengketa tersebut.120

Pasal 4 Ayat (1) UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase

dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum menyatakan bahwa “Dalam hal para

pihak telah menyetujui bahwa sengketa di antara mereka akan diselesaikan melalui

arbitrase dan para pihak telah memberikan wewenang, maka arbiter berwenang

menentukan dalam putusannya mengenai hak dan kewajiban para pihak jika hal ini

119 M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian

Sengketa, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), hlm 100 120 Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan : Negoisasi,

Mediasi, Konsiliasi dan Arbitrase, (Jakarta : Penerbit Visimedia, 2012), hlm 84

Universitas Sumatera Utara

Page 121: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

111

diatur dalam perjanjian mereka”. Di dalam Pasal 3 disebutkan pula bahwa

“Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang

telah terikat dalam perjanjian arbitrase”. Akan tetapi, putusan arbiter hanya

mempunyai kekuatan eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untuk

dieksekusi dari pengadilan. Selain melalui arbitrase, sengketa yang terjadi antara

para pihak dapat diselesaikan pula melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa, yakni

lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang

disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara

konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Konsultasi merupakan suatu

tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak tertentu (konsultan) dengan

pihak lain (klien), di mana konsultan memberikan pendapat untuk memenuhi

keperluan pihak lain tersebut, tetapi klien bebas menentukan sendiri keputusan

yang akan diambil untuk kepentingannya sendiri.

Negosiasi merupakan proses tawar menawar atau pembicaraan untuk

mencapai suatu kesepakatan terhadap masalah tertentu yang terjadi di antara para

pihak, yang dilakukan baik karena telah ada sengketa di antara para pihak maupun

hanya karena belum ada kata sepakat disebabkan belum pernah dibicarakan

masalah tersebut. Konsiliasi merupakan suatu proses penyelesaian sengketa di

antara para pihak dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan tidak memihak,

sebagai fasilitator untuk melakukan komunikasi di antara para pihak, sehingga

dapat ditemukan solusi oleh para pihak sendiri. Penilaian Ahli merupakan

penafsiran dari seseorang sebagai ahli dari suatu bidang ilmu tertentu, dalam hal ini

hukum penyelesaian sengketa, yang berperan menganalisa suatu peristiwa hukum

Universitas Sumatera Utara

Page 122: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

112

sesuai ilmu yang dikuasai dalam rangka mencapai suatu kesepakatan para pihak

yang bersengketa.121

D. Tanggungjawab Bank Terhadap Hilangnya Sejumlah Dana Tabungan

Nasabah Melalui Layanan E-Banking

Berdasarkan upaya-upaya penyelesaian sengketa di atas, maka diharapkan

sengketa yang terjadi antara para pihak dapat diselesaikan dengan memperoleh

hasil putusan yang seadil-adilnya melalui upaya penyelesaian sengketa yang

disepakati para pihak.

Sebagaimana diatur didalam Pasal 7 huruf b yang sebelumnya telah

dijelaskan diatas tentang Kewajiban Pelaku Usaha. Perbuatan yang dilakukan oleh

bank kepada nasabah, tidak memberikan informasi yang jelas tentang karyawannya

dan nasabah tidak mengetahui rekam jejak (track record) dari karyawan tersebut.

Karyawan bank yang sering menjemput dana nasabah, dana tersebut

disalahgunakan dengan memasukkan dana tersebut ke rekening penjemput dana

nasabah atau pegawai bank, sehingga nasabah menggalami kerugian. Bank sebagai

pelaku usaha harus bertanggung jawab, mengganti kerugian terhadap nasabah.

Tanggung jawab pelaku usaha telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 19 Tentang tanggung jawab pelaku

usaha yang menyatakan:

a. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang

dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan;

121 Sophar Maru Hutaglung, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa, (Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, 2012), hlm 53

Universitas Sumatera Utara

Page 123: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

113

b. Ganti rugi dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang

dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan

dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

c. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari

setelah tanggal transaksi;

d. Pemberian ganti rugi tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan

pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur

kesalahan. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan

tersebut merupakan kesalahan konsumen.

Didalam tanggung jawab pelaku usaha Pasal 1367 KUHPerdata

menyatakan bahwa seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang

disebabkan perbuatan sendiri, akan tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan

oleh perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh

barang-barang yang berada dibawah pengawasannya. Didalam Pasal 1367

KUHPerdata tersebut menjelaskan bahwa seseorang tidak hanya bertanggung

jawab atas perbuatannya sendiri, melainkan orang tersebut harus tanggung jawab

pula terhadap sebuah kerugian yang disebabkan oleh orang lain yang menjadi

tanggungannya. Bank sebagai majikan yang bertanggung jawab atas perbuatan

melawan hukum dari para pegawainyan atau karyawannya. Tanggung jawab ini

Universitas Sumatera Utara

Page 124: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

114

tidak tergantung pada kesalahan apa pun yang dilakukan oleh majikan (tanggung

jawab mutlak).122

Seperti kasus Surianty, seorang nasabah bank ternama kaget besar tatkala

melihat tabungannya terkuras sebesar Rp19.450.000 (sembilan belas juta empat

ratus lima puluh ribu rupiah). Begitu kaget, karena si nasabah merasa tidak ada

melakukan transaksi penarikan dari tabungan. Curiga atas transaksi itu, kemudian

si nasabah mencari tahu sebab musabab raibnya uang itu. Ternyata memang benar

telah terjadi transaksi dengan mempergunakan kartu ATM (anjungan tunai

mandiri/auto teller machine). Lalu, si nasabah mengadukan masalah itu ke pihak

bank. Masalahanya respons bank cukup sederhana, bank menganggap tidak ada

masalah sama sekali pada proses transaksi dan memosisikan pengadu

bertanggungjawab sendiri atas masalah itu. Menurut bank semua proses transaksi

sah dan tidak ada yang mencurigakan. Aneh bin ajaib memang. Betapa tidak,

sebuah bank besar dengan jaringan nasabah besar, tak merasa berdosa atas

kerugian nasabahnya. Apalagi bank berlindung dibalik kedok nasabah harus

tunduk pada ketentuan klausula baku.

123

Memang, peraturan-peraturan yang dikeluarkan bank cenderung sepihak,

yakni penyelamatan atau proteksi diri. Bank membuat peraturan yang bertujuan

agar kepentingannya berjalan dengan mulus dan kerugian tidak berada pada

pihaknya. Salah satu peraturan yang tidak berpihak pada nasabah adalah

pernyataan bank tidak bertanggung jawab atas penggunaan buku tabungan, ATM,

122 Wuria Eli Dewi, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet I, (Yogyakarta : Penerbit Graha

Ilmu, 2015), hlm 37 123 Farid Wadji, Rapuhnya Posisi Nasabah Bank diakses dari http://farid-

wajdi.com/detailpost/rapuhnya-posisi-nasabah-bank.html, tanggal 28 Februari 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 125: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

115

SMS banking, phone banking, dan internet banking oleh pihak yang tidak

bertanggungjawab, juga pernyataan jika ada perbedaan saldo antara yang tertera

pada buku tabungan yang dinyatakan benar adalah saldo yang ada pada data bank.

Pernyataan terakhir ini sangat merugikan nasabah. Kasus tidak keluarnya uang dari

ATM akan menyebabkan perbedaan saldo, untuk hal tersebut bank tidak mau

bertanggung jawab selain menelusuri permasalahannya. Manusia tentu

memungsikan uang, ATM, SMS banking, phone banking, sampai internet banking

pada posisi penting. Berbagai transaksi dilakukan melalui media tersebut, mulai

sosial, keluarga, sampai bisnis. Bagaimana jadinya kalau transaksi bisnis yang

sudah disepakati harus batal hanya karena bermasalah pada sistem bank? Apalagi

kalau masalahnya sampai uang tidak keluar sementara saldo berkurang. Kalau ini

terjadi, rugi berlipat jadinya, transaksi batal, uang raib.124

Secara empirik, kasus internet banking lebih parah lagi. Begitu banyak

tangan-tangan "jahil" bergerilya di dunia maya itu, menguras "dompet maya" orang

berduit. Jika terjadi pembobolan, bank pun tak mau bertanggung jawab. Bank

beralasan itu kesalahan nasabah, PIN-nya gampang dilacak, dan sebagainya. Atau,

bahkan nasabah sendiri yang dituduh telah melakukan transaksi.

125

Bank berprinsip kehilangan uang melalui ATM itu tanggungjawab si

nasabah. Pokoknya argumen apapun yang disampaikan nasabah, semua itu

salahnya si nasabah, tanpa berusaha melakukan introspeksi dan restropeksi. Tetapi

Surianty punya nyali, pantang untuk menyerah. Gagal dapatkan ganti rugi dari

bank, Surianty menempuh upaya hukum melalui Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK). Cukup panjang proses untuk menggenggam keadilan itu.

124 Ibid 125 Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 126: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

116

Nasabah dan bank saling berargumentasi. Saksi dan bukti diajukan. Untungnya,

putusan BPSK memang berpihak pada Surianty, bank diwajibkan untuk

mengembalikan uang si nasabah. Masalahnya pihak bank justru keberatan dan

menggugat si nasabah ke pengadilan. Nasib si nasabah, seperti sudah jatuh tertimpa

tangga pula. Posisi nasabah bank begitu rapuh. Sama sekali tiada kebijakan hukum

yang dapat melindunginya.126

Keberadaan perbankan di Indonesia semakin banyak. Setidaknya terlihat

dengan hadirnya bank-bank baru tumbuh dan berkembang, dana yang berhasil

dihimpun dari masyarakat pun merupakan catatan keberhasilan perbankan. Jumlah

dana yang dapat dihimpun suatu bank merupakan pencerminan dari meningkatnya

kepercayaan masyarakat terhadap bank. Semakin banyak dana yang dihimpun

berarti merupakan suatu indikasi bagi bank, bahwa bank yang bersangkutan

mendapat kepercayaan dari masyarakat. Bisnis perbankan merupakan bisnis

kepercayaan. Oleh karena itu pengelolaan yang hati-hati sangat diperlukan karena

dana dari masyarakat dipercayakan kepadanya.

127

Bank dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip

kehati-hatian, dan juga harus menjaga kesehatan bank agar tetap terjaga terus demi

kepentingan masyarakat pada umumnya dan bagi para nasabah penyimpan dana.

Sebagai lembaga keuangan, bank yang merupakan tempat masyarakat menyimpan

dananya dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperoleh kembali

pada waktunya dan disertai dengan bunga, yang dimaksud di sini bahwa suatu bank

sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat tersebut. semakin tinggi

126 Ibid 127 Joice Irma Runtu Thomas, Pertanggungjawaban Bank Terhadap Hak Nasabah Yang

Dirugikan Dalam Pembobolan Rekening Nasabah, Journal Lex et Societatis, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

Universitas Sumatera Utara

Page 127: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

117

kepercayaan masyarakat, semakin tinggi pula kesadaran masyarakat untuk

menyimpan uangnya pada bank dan menggunakan jasa-jasa lain dari bank.128

Kompetisi antarbank, kini semakin ketat, transaksi-transaksi perbankan

beraneka ragam dan setiap bank mencari cara-cara baru untuk menawarkan

jasanya, antara lain yaitu dengan disediakannya mesin ATM, jasa perbankan

melalui telepon, hingga media internet. Beraneka ragamnya jasa yang ditawarkan

oleh setiap bank saat ini, khususnya jasa bank melalui fasilitas sistem elektronik,

pada kenyataannya sangat rentan akan kejahatan, kurang terjaminnya keamanan

serta perlindungan hukum belum memadai terhadap transaksi yang dilakukan oleh

pihak bank bagi nasabahnya,yang menyebabkan nasabahnya selalu berada dalam

posisi yang lemah. Banyak masalah yang dapat timbul akibat penggunaan fasilitas

Bank-bank dalam memberikan produk yang diunggulkan dan berusaha

maksimal untuk menarik simpati masyarakat, seharusnya pihak bank dan pihak

nasabah harus berhati-hati dalam mengelola maupun mempercayakan dananya

pada bank. Pihak bank harus bisa mengukur kemampuan untuk membayar kembali

dana simpanan nasabah tersebut berikut bagi hasilnya. Di sisi lain, bagi para

nasabah harus memahami benar bank yang bagaimana yang dapat dipercaya.

Nasabah jangan hanya tergiur bunga yang tinggi, bonus atau hadiah dan lainnya,

jika ternyata bank yang dipercaya tersebut memiliki kondisi yang kurang

memuliakan nasabah. Jadi, kewajiban pembuktian ada pada nasabah. Tanggung

jawab bank dalam transfer dana, bank dibebaskan dari pertanggung jawaban

hukum, bilamana terjadi kesalahan atau keterlambatan dalam hal transfer dana

elektronik yang disebabkan oleh kesalahan hardware atau software dari komputer.

128 Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Utama

Grafika, 2005), hlm 55

Universitas Sumatera Utara

Page 128: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

118

sistem elektronik banking, mengkaji upaya hukum yang dapat dilakukan oleh

nasabah bank terhadap kerugian yang ditimbulkan dari penggunaan fasilitas sistem

elektronik banking. Harusnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen (UUPK) dapat memberikan perlindungan terhadap

nasabah bank pada penggunaan fasilitas sistem elektronik banking. Pasal 4 UUPK

tersebut mengatur tentang hak-hak konsumen dalam hal ini harusnya diterapkan

terhadap nasabah bank.

Masalahnya dalam kompetisi antarbank itu, nasib nasabah justru

terlupakan. Fitur atau fasilitas terus diobral, tetapi posisi nasabah tetap rapuh.

Pelajaran terpenting dari kegaduhan akibat pembobolan 6 (enam) ATM yakni

perlunya melindungi nasabah dari potensi rugi. Kerugian itu bisa saja terjadi

karena sistem teknologi bank, kejahatan pihak ketiga maupun moral buruk oknum

petugas bank. Di luar itu, memang masih ada secuil harapan apabila timbul

kerugian akibat penggunaan fasilitas sistem elektronik banking. Nasabah bank

dapat melakukan upaya hukum baik secara perdata maupun pidana. Pilihan hukum

yang ada dapat berupa mengajukan gugatan secara perdata ke Pengadilan Negeri

dalam daerah hukum sebagaimana ditentukan dalam perjanjian antara bank dengan

nasabahnya atau dalam daerah hukum kedudukan bank sebagai tergugat sesuai

dengan Pasal 118 HIR. Perbuatan hukum itu dilakukan atas dasar hukum Perbuatan

Melawan Hukum menurut Pasal 1365 KUHPerdata atau wanprestasi.129

129 Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 129: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

119

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Perlindungan hukum terhadap nasabah bank dapat dikategorikan menjadi 2

(dua), yakni secara preventif dan secara represif. Perlindungan Nasabah

secara preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya permasalahan atau

sengketa, dimana masyarakat diberikan kesempatan untuk mengajukan

pendapat sebelum keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.

Sarana perlindungan Hukum Preventif yakni regulasi upaya perlindungan

hukum konsumesn perbankan dan sosialisasi edukasi oleh Otoritas Jasa

Keuangan yang diatur dalam POJK Nomor: 1/POJK.07/2013, pelayanan dan

penyelesaian pengaduan konsumen pada pelaku usaha jasa yang diatur

dalam SEOJK Nomor: 2/SEOJK.07/2014, dan sanksi administratif yang

diatur dalam POJK Nomor: 01/POJK.07/2014.

Perlindungan Represif bertujuan untuk menyelesaikan masalah atau

sengketa yang timbul. Sarana perlindungan represif berupa ketentuan Pasal

39 POJK No. 1/POJK.07/2013 menjelaskan bahwa apabila konsumen dan

pelaku usaha jasa keuangan tidak mencapai kesepakatan maka

penyelesaiannya dapat dilakukan diluar pengadilan melalui lembaga

halternatif penyelesaian sengketa yang ditetapkan oleh pengadilan atau

Otoritas Jasa Keuangan.

2. E-banking sebagaimana diatur di Peraturan Bank Indonesia No.

9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan

Universitas Sumatera Utara

Page 130: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

120

Teknologi Informasi oleh Bank Umum termasuk Layanan Perbankan

melalui Media Elektronik yaitu layanan yang memungkinkan nasabah bank

untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi, dan melakukan

transaksi perbankan melalui media elektronik.

3. Kerugian hilangnya sejumlah dana tabungan nasabah melalui

e-banking yaitu dapat dimintakan pertanggungjawaban secara perdata

apabila karena kelalaian atau kesalahan bank bersangkutan dan dapat

dikaitkan dengan kepengurusan bank sebagaimana yang bertindak mewakili

badan hukum bank tersebut berdasarkan ketentuan anggaran dasar

perusahaan. Terhadap penyelesaian sengketa disediakan beberapa pilihan

media baik melalui jalur luar pengadilan maupun melalui

pengadilan. Bentuk pertanggungjawaban terbatas pada kerugian materil

saja, tidak termasuk kerugian immateril. Hal ini diatur dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 45.

Bank Indonesia juga melalui produk hukumnya mengeluarkan Peraturan

Bank Indonesia Nomor 7/7PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan

Nasabah sebagai standar minimum mekanisme penyelesaian pengaduan

nasabah. Produk tersebut mengurangi publikasi negatif terhadap operasional

bank dan menjamin terlaksananya mekanisme penyelesaian pengaduan

nasabah secara efektif dalam jangka waktu yang relatif singkat.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan dalam penulisan skripsi ini mengenai :

Universitas Sumatera Utara

Page 131: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

121

1. Didalam peraturan-peraturan yang telah ada dalam dunia perbankan,

sekiranya pemerintah juga perlu segera merevisi Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 Tentang Perbankan dengan menambahkan lebih spesifik

perlindungan hukumnya dalam kerahasiaan bank dapat dicantumkan lebih

spesifik terhadap nasabah dalam bentuk pemberian informasi transaksi

keuangan nasabah yang apabila dirugikan, agar mengetahui sebab-sebab

terjadinya kerugian yang dialami oleh nasabah.

2. Saran kepada OJK, Bank Indonesia dan bank umum yang terdapat di

Indonesia untuk melakukan tindakan perlindungan kepada nasabah dalam

kejahatan e-banking secara berkesinambungan dan secara terusmenerus

karena teknologi berkembang dengan pesat, sehingga baik peraturan

maupun tindakan-tindakan perbankan dalam melindungi nasabah harus

selalu diperbaharui dan mengikuti perkembangan teknologi tersebut.

3. Nasabah untuk lebih berhati-hati dan lebih peka terhadap

kemungkinankemungkinan terjadinya kejahatan e-banking karena

pencegahan dalam kejahatan e-banking seharusnya dilakukan oleh para

pihak bukan hanya kewajiban dari bank saja.

Universitas Sumatera Utara

Page 132: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

122

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan, PT. Raja Grasindo Persada, Jakarta. 1995 Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, Edisi kedua. Jakarta : Ghalia

Indonesia, 2003 Harahap., Yahya, Beberapa Tinjauan mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian

Sengketa. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1997 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Penerbit Kencana

Prenada Media Group, 2000 Hutaglung, Sophar Maru, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2012 Ibrahim, Johannes, Cross Default dan Cross Collateral Sebagai Upaya

Penyelesaian Kredit Bermasalah, Jakarta : PT. Refika Aditama 2004 Lipis, Allen H., Perbankan Elektronik, Jakarta : Rineka Cipta, 2012 Notoatmojo, Soekidjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010 Permadi Gandapraja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama, 2004 Pradja, Juhaya S., Dasar-dasar Perbankan, Bandung : Penerbit Pustaka Setia, 2013 Riswandi, Budi Agus, Hukum dan Internet di Indonesia. Yogyakarta : UII Press.

2003 Sembiring, Jimmy Joses, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan :

Negoisasi, Mediasi, Konsiliasi dan Arbitrase, Penerbit Visimedia, Jakarta, 2012

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Grasindo, 2000 Sjahdeini, Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang

Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993

Susilo, Y Sri dkk. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Salemba Empat.

2009 Supriyono, Maryanto. Buku Pintar Perbankan. Yogyakarta: ANDI. 2011

Universitas Sumatera Utara

Page 133: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

123

Suryani, Komunikasi Terapeutik : Teori Dan Praktik. Jakarta: Penerbit Egc, 2010 Sutedi, Adrian, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta: Penerbit Raih Asa

Sukses, 2014 Sutiyoso, Bambang, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Penerbit Citra Media,

Yogyakarta, 2006 Totok, Budisantoso, Triandaru Sigit. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta :

Salemba Empat, 2006 Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad, Hukum Perbankan, (Jakarta : Penerbit

Kencana, 2017) Usman, Rachmadi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta : Penerbit

Gramedia, 2001 Vyctoria. Bongkar Rahasia E-Banking Security dengan Teknik Hacking dan

Carding. Yogyakarta: Andi, 2013 B. Peraturan Perundang-Undangan Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang lembaga

alternatif penyelesaian sengketa di sektor jasa keuangan C. Jurnal dan Makalah Brian A.P., Diskusi Permasalahan Hukum Terkait Internet Banking dan Solusi

Penyelesaiannya. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan Volume 3, Nomor 2. Tahun 2005

Dendhana, Toto Octaviano, Penerapan Prudential Banking Principle dalam Upaya

Perlindungan Hukum bagi Nasabah Penyimpan Dana, Journal Lex et Societatis, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

Dwi Ayu Astrini, Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Pengguna Internet

Banking Dari Ancaman Cybercrime, Juornal Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

Lastuti Abubakar & Tri Handayani, Telaah yuridis terhadap implementasi prinsip

kehati-hatian bank dalam aktivitas perbankan indonesia, Journal De Lega Lata, Volume 2, Nomor 1, Januari – Juni 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 134: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

124

Maulina, Selly, Tanggung Jawab Bank Terhadap Nasabah Yang Mengalami Kerugian Dalam Penggunaan Elektronik Banking, Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 18, No. 3, (Desember, 2016)

Putri Mardiani Agusti & Hudi Asrori, Bantuan Hukum Sebagai Alternatif

Perlindungan Hukum Pengguna Jasa Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Risiko Kerugian, Privat Law Vol. IV No. 2 Juli - Desember 2016

Radiansyah, Ikhsan Candiwan, Yudi Priyadi, Analisis ancaman phishing dalam

layanan online banking, Jurnal Ekonomika-Bisnis,Vol. 7 No. 1 Bulan Januari Tahun 2016

Rahadjo, Budi, Aspek tehnologi dan keamanan dalam internet banking, Makalah

Seminar Internet Banking: “Internet banking: Implementasi dan Tantangannya ke depan, Jakarta, 2001

Sitompul, Zulkarnain, Penjaminan Dana Nasabah Bank, Jurnal Hukum Bisnis, No.

22, 2003 Witasari, Aryani, Aris Setiono, Perlindungan Hukum Pengguna Jasa Electronic

Banking (E-Banking) Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Pidana Di Indonesia, Jurnal Pembaharuan Hukum Volume II No. 1 Januari - April 2015

D. Website

Dena Firmayuansyah, “Perkembangan Layanan Internet Banking Indonesia dan Jepang”, diakses dari http://www.halojepang.com tanggal 9 Agustus 2017 jam 13.30 Wib

http://www.hukum-ut.id/2017/03/hukum-perlindungan-konsumen.html

http://awandapamungkas.blogspot.co.id/2012/12/hukum-perlindungan-konsumen.html

https://indonesianlegaldiscussion.wordpress.com/2014/12/13/perbedaan-perbuatan-

melawan-hukum-dengan-perjanjian https://darmawanachmad.wordpress.com/2010/02/27/pembinaan-dan-pengawasan-

perbankan/html http://www.simulasikredit.com/kartu-atm-tertelan-lakukan-ini-bila-atm-tertelan-di-

mesin http://iqtishod.blogspot.co.id/2010/02/analisis-yuridis-hukum-e-banking-

dalam.html WD Agustutin, “Perlindungan Hukum dalam Internet Banking terhadap nasabah

bank” diakses dari https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1103005038-3-bab2.pdf, tanggal 8 Agustus 2017 jam 13.00 Wib

Universitas Sumatera Utara

Page 135: TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB BANK TERHADAP …

Universitas Sumatera Utara