TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …
Transcript of TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …
TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
NASABAH YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT
KESALAHAN DARI SISTEM BANK PADA LAYANAN MOBILE
BANKING
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Memenuhi dan Melengkapi Syarat – syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
CUT MAIDINA ANANDA PUTRI
NIM :140200025
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1. Skripsi yang saya tulis ini adalah benar tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau
karya ilmiah orang lain.
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
NAMA : CUT MAIDINA ANANDA PUTRI
NIM : 140200025
DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN
JUDUL SKRIPSI : TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP NASABAH YANG MENGALAMI KERUGIAN
AKIBAT KESALAHAN DARI SISTEM BANK PADA
LAYANAN MOBILE BANKING
Dengan ini menyatakan:
2. Apabila terbukti dikemudiian hari Skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala
akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya tanpa paksaan atau tekanan
dari pihak manapun.
Medan, Maret 2018
Cut Maidina Ananda putri
140200025
Universitas Sumatera Utara
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai
tugasakhiruntukmenyelesaikanstudidanmendapatkangelarSarjanaHukum pada
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dan tidak lupa shalawat
beriring salam saya sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
menuntun umatnya kejalan yang diridho i Allah SWT.
Adapun skripsi ini berjudul: “Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum
Terhadap Nasabah Yang Mengalami Kerugian Akibat Kesalahan Dari Sistem
Bank Pada Layanan Mobile Banking”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
mempunyai banyak kekurangan di dalam penulisannya, oleh karena itu penulis
berharap adanya masukan dan saran yang bersifat membangun dimasa yang akan
datang.
Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen
pembimbing, maka penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik, kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang banyak membantu, membimbing, dan memberikan
motivasi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.Prof. Dr. Budiman Ginting., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Hukum Sumatera Utara atas semua dukungan yang besar
terhadap seluruh mahasiswa/i demi kemajuan dan perkembangan
Universitas Sumatera Utara
ii
pendidikanhukumdilingkunganFakultasHukumUniversitasSumatera
Utara.
2. Prof.Dr.OK.Saidin,SH.,M.Hum,selakuWakilDekanIFakultasHukum
Universitas Sumatera Utara.
3. Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus merupakan Dosen
Pembimbing I, penulis mengucapkan terimakasih karena yang berkenaan
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dalam proses penulisan skripsi ini.
4. Dr.JellyLevizaSH.,M.Hum,selakuWakilDekanIIIFakultasHukum
Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr.Rosnidar Sembiring, SH.,M.Hum, selaku Ketua Departemen
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. IbuRabiatulSyahriah,SH.,M.Hum,selakudosenpembimbingIIyang telah
banyak membantu penulis dalam memberikan masukan arahan- arahan
serta bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Affan Mukti, SH, MS selaku dosen pembimbing akademik penulis.
8. Terimakasihkepada Saudara Penulis Teuku Sabri, Cut Widy, dan Cut
Ridzky Amelia yang telah membantu penulis dan memberikan motivasi
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9.Terimakasih kepada wanita-wanita seperjuangan yang sangat banyak
membantu penulis yaitu R.r Meidy Irzha Adewidya, Rizky Amelia, Fadhila
Daratulaila, Cut Adelia, Ajeng Hanifa.
Universitas Sumatera Utara
iii
10. Terimakasih kepadaTeman Klinis yaitu Azansyah Hashif, Alexander
Invranto, Wirandi Manik.
11. Terimakasihkepadasemuapihakyangtelahmembantudalampenulisan skripsi
ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
12. Secara khusussaya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orangtua saya, Ayahanda Teuku Zulfikar dan Mama
Dra.Mahda Nizar yang selalu mendoakan dan memberikan semangat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Demikianyangdapatpenulissampaikan,semogakitasemuaselaludalam
lindungan Allah SWT.
Medan, Maret 2018
Cut Maidina Ananda Putri
140200025
Universitas Sumatera Utara
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................iv
ABSTRAK............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A.Latar Belakang................................................................................................1
B.Permasalahan..................................................................................................7
C.Tujuan Penulisan............................................................................................7
D.Manfaat Penulisan..........................................................................................8
E. Metode Penulisan...........................................................................................8
F. Keaslian Penulisan........................................................................................10
G.Sistematika Penulisan...................................................................................10
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM............
TERHADAP NASABAH BANK........................................................................13
A.Perlindungan Hukum....................................................................................13
1. Pengertian perlindungan hukum..............................................................13
2. Bentuk perlindungan hukum....................................................................15
3. Perlindungan hukum terhadap nasabah bank..........................................17
B.Bank..............................................................................................................17
1. Pengertian bank.......................................................................................17
2. Fungsi dan tujuan bank............................................................................18
3. Jenis-jenis bank........................................................................................21
4. Sistem bank elektronik............................................................................28
Universitas Sumatera Utara
v
5. Pengertian nasabah..................................................................................30
6. Jenis-jenis nasabah...................................................................................31
7. Hubungan antara nasabah dengan bank...................................................32
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MOBILE BANKING.....................38
A.Pengertian Mobile Banking..........................................................................38
B.Transaksi Mobile Banking............................................................................40
C.Kesalahan Sistem Bank Pada Layanan Mobile Banking..............................45
D.Contoh Kasus Kesalahan Sistem bank yang merugikan nasabah...................
(kasus kerugian nasabah akibat terjadi gangguan terhadap satelit Telkom)47
BAB IV TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM...........................
TERHADAP NASABAH BANK YANG MENGALAMI KERUGIAN
DALAM TRANSAKSI MOBILE BANKING.................................................52
A.Pertanggungjawaban Pihak Bank Apabila Nasabah Mengalami Kerugian.52
B.Penyelesaian Sengketayang dapat dilakukan Nasabah yang Mengalami
Kerugian dalam Transaksi mobile banking........................................................57
C.Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah yang Mengalami Kerugian Akibat
Kesalahan dari Sistem Bank Pada LayananMobile Banking Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen........65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................81
A.Kesimpulan...................................................................................................81
B.Saran.............................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
vi
ABSTRAK Cut Maidina Ananda Putri*
Puspa Melati Hsb** Rabiatul Syahriah***
Era digital,yaitu era teknologi informasi yang semakin cepat dimanfaatkan,
baik oleh masyarakat maupun industri perbankan dalam rangka meningkatkan efisiensi kegiatan operasional dan mutu layanan bank pada nasabah. Mobile Banking memungkinkan penggunanya untuk mengakses informasi saldo atau mentransfer sejumlah uang hanya lewat ponsel. Salah satu kelemahan darim- banking adalah ketergantungan terhadap ketersediaan jaringan seluler operator yang bersangkutan, jika terjadi blankspot atau ketidaktersediaan jaringan maka layananmobile bankingtidak bisa dilakukan.Adapun skripsi yang berjudul Tinjauan yuridis perlindungan hukum terhadap nasabah yang mengalami kerugian akibat kesalahan dari sistem bank pada layanan mobile banking.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatifataujugabisadisebutdenganpenelitianhukumdoktriner,dansumber data sekunder yang didapatkan melalui bahan hukum primer,bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau disebut dengan data sekunder dan analisis data dilakukan secara kualitatif.
Bentukpertanggungjawabanpihakbankterhadapnasabahyangmengalami kerugian akibat kesalahan dari sistem bank sehingga hilangnya saldo pada rekening nasabah, diwujudkan dengan dikreditkan kembali ke dalam rekening nasabah sejumlah uang besarnya sama dengan kerugian tersebut. Upaya penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan nasabah yang mengalami kerugian dapat melalui jalur pengadilan atau di luar pengadilan.Perlindungan hukum terhadap nasabah layanan Mobile banking yang mengalami kerugian akibat kesalahan dari sistem bank dapat dilakukan dengan perlindungan hukum represif danpreventif.Perlindunganrepresifdiberikandalambentukpemberiansanksi yaitusanksiperdataberupagantikerugiansebagaimanadiaturdalamPasal19 Undang-Undang Nomor8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan sanksiadministrasinegaraberupadendamaksimalRp.200.000.000(duaratusjuta rupiah)sebagaimanadiaturdalamPasal60ayat(2)Undang-UndangNomor8 Tahun1999.Perlindunganhukumpreventifdilakukangunamencegahkerugian nasabahlayananMobilebankingakibatkesalahandarisistembankyangdialami oleh nasabah/konsumen lainnya, mengingat kegiatan transaksi melalui Mobile Bankingmudahdilakukanolehnasabahtanpaharuspergikebanksehinggatidak menutupkemungkinanakanadalaginasabahyangdirugikanakibatkesalahan sistem bank pada transaksi Mobile banking. Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Nasabah, Mobile Banking
*Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU **Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU ***DosenPembimbing II, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era digital, yaitu era teknologi informasi yang semakin cepat dimanfaatkan,
baik oleh masyarakat maupun industri perbankan dalam rangka meningkatkan
efisiensikegiatanoperasionaldanmutupelayananbankkepadanasabah,seperti e-
banking atau layanan perbankan elektronik. Layanan perbankan elektronik
(electronic banking) adalah layanan bagi nasabah bank untuk memperoleh
informasi, melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan melalui
media elektronik.1
Seiring dengan perkembangan zaman, bank berusaha memperluas jaringan
dengan memberikan beberapa kemudahan dalam bertransaksi tanpa harus ke
bank, antara lain:
1.Transaksi lewat pesan singkat (SMS Banking). SMS Banking merupakan salah
satu fitur yang disediakan bank untuk nasabah melalui pesan singkat (SMS) ini
mestinya digunakan untuk mengakses akun dari bank dengan mengirimkan
perintah-perintah yang sudah ditentukan oleh bank;
2.Transaksi lewat pesawat telepon (Phone Banking), Phone Banking adalah
layanan yang diberikan oleh bank untuk kemudahan dalam mendapatkan
informasi perbankan dan untuk melakukan transaksi melalui telepon;
3.Transaksi lewat ponsel pintar atau smartphone (ponsel yang meliputi fungsi
canggihdiluarkemampuanpanggilantelepondanmengirimpesansingkat)
1MuhamadDjumhanaI,HukumPerbankandiIndonesiaRevisiBabIIdanBabIII,PT CitraAdityaBakti,Bandung,2012,hal.1
1
Universitas Sumatera Utara
2
ataumobile banking merupakan sebuah sistem layanan dari sebuah lembaga
keuangan seperti bank untuk melakukan sejumlah transaksi keuangan yang
dapat diakses langsung oleh nasabah melalui perangkat mobile seperti ponsel
pintar (smartphone); dan
4.Transaksi lewat internet (Electronic banking). Electronic banking adalah suatu
akivitas perbankan, dimana aktivitas tersebut dilakukan dimanapun dan
kapanpun dengan menggunakan jaringan internet.
Salah satu contoh dari kemajuan teknologi informasi adalah lahirnya
perbankan bergerak (mobile banking).Mobile banking dikatakan telah menjadi
cara pemasaran jasa perbankan yang baru dan dapat berperan sebagaicustomer
relationship management (CRM) bagi perusahaan jasa keuangan. Customer
relationship management (CRM) adalah suatu strategi terintegrasi ke dalam
budaya perusahaan dan dengan perjalanan waktu selalu diasah dan diperbaiki
sesuai kebutuhan dan keinginan para pelanggannya.Hal ini terjadi karena di
pasaran ponsel sudah sangat banyak digunakan oleh konsumen, ponsel membuat
perusahaan lebih mudah berkomunikasi dengan target pasar dan dapat
membangun hubungan yang lebih kuat dengan konsumen dalam hal ini jasa
perbankan sebagai penyedia jasa mobile banking. Mobile banking dapat
meningkatkan kualitaslayanan karena konsumen dapat melakukan transaksi
dengan nyaman dimanapun dan kapanpun asalkan ada sambungan nirkabel.2
Mobile banking memungkinkan penggunanya untuk mengakses informasi
saldo atau mentransfer sejumlah uang hanya lewat ponsel. Salah satu pemasalahan
yangdihadapidalampenggunaanmobilebankingadalahkegagalantransaksidan
2http://idtesis.com/tesis-analisis-faktor-penyebab-nasabah-menggunakan-layanan-
mobile-banking/,diaksespadahariJum’at20Oktober2017Pukul19.08WIB
Universitas Sumatera Utara
3
transaksi berulang-ulang karena SMS tertunda (SMS-delay), hal ini disebabkan
oleh protocol sms tidak memiliki mekanisme untuk menjaga koneksi, sangat
bergantung pada batasan (traffic), Traffic adalah ukuran dari transfer data yang
telah digunakan oleh web, sehingga keterlambatan informasi sering terjadi dalam
transaksi mobile banking.
Mobile banking merupakan salah satu layanan perbankan yang menerapkan
teknnologi informasi.Layanan ini menjadi peluang bagi bank untuk menawarkan
nilai tambah kepada pelanggan.Mobile banking atau biasa disebut m-banking
merupakan suatu layanan perbankan yang diberikan oleh pihak bank untuk
mendukung kelancaran dan kemudahan kegiatan perbankan. Keefektifan dan
keefisienan nasabah untuk melakukan berbagai transaksim-banking tidak akan
berjalan, jika tidak didukung oleh telepon selular dan internet. Setiap orang yang
memiliki ponsel dapat memanfaatkan fasilitas ini, untuk bertransaksi di mana saja
dan kapan saja dengan mudah.Adanya berbagai kemudahan layanan perbankan
tersebut, diharapkan nsasabah merasa puas dalam menggunakan berbagai macam
jasa yang diberikan oleh pihak bank.
Kelemahan dari m-banking adalah ketergantungan terhadap ketersediaan
jaringan seluler operator yang bersangkutan.Jika terjadi blankspot atau
ketidaktersediaan jaringan, maka layanan m-banking tidak bisa dilakukan.Hal
tersebut sebenarnya bukanlah tanggung jawab bank melainkan tanggung jawab
penyediaoperatorselulerdaninternetprovideryangdigunakanolehnasabah untuk
mengakses layanan m-banking.Oleh karena itu, institusi-institusi perbankan
berusaha memberikan kepuasan pelayanan kepada para nasabahnya
denganmemberikanfasilitasperbankan,berupalayananmobilebankinguntuk
Universitas Sumatera Utara
4
melakukan transaksi atau bisnis. Penggunaan jaringan seluler untuk kepentingan
transaksi komersial (mobile commerce) dinilai cukup aman, karena identitas
pengguna lebih jelas, satu nomor ponsel hanya digunakan oleh satu orang. Maka
mobile banking terlihat lebih sukses pekembangannya di Indonesia.3
Keterlambatan informasiyang terkadang terjadi pada jam-jam tertentu,
melibatkan duaserver yaituserver bank danserver operator,jika salah satuserver
mengalami perbaikanakanmengganggudalam prosesbertransaksi. Keamanan
layanan mobile banking mengkhawatirkan nasabah bank pengguna layanan
mobile banking. Kerugian nasabah bank pengguna layanan mobile banking yang
terjadi akibat keterlambatan informasi pada layanan mobile banking oleh sistem
bank menjadi kajian dalam bidang hukum perbankan yang dapat dikaitkan dengan
hukum pelindungan konsumen, mengingat nasabah adalah konsumen pengguna
jasa perbankan.
MenurutPasal21ayat(3)Undang-UndangNomor11Tahun2008tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) menyatakan bahwa:
“Jika kerugian transaksi elektronik disebabkan gagal beroperasinya agen elektronik akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap sistem elektronik, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab penyelenggara agen elektronik,”
Pada Pasal 22 ayat (1) Undang- Undang 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE) ini juga menjelaskan bahwa:
“Penyelenggara agen elektronik tertentu harus menyediakan fitur pada agen elektronik yang dioperasikannya yang memungkinkan penggunanya melakukan perubahan informasi yang masih dalam proses transaksi,”
3http://jurnal.fe.uad.ac.id/wp-content/uploads/Syamsul-Hadi-Novi.pdf, diaksespadahari
Jum’at,20Oktober2017Pukul19.20WIB
Universitas Sumatera Utara
5
Agen elektronik berkewajiban untuk memberikan akses bagi penggunanya
agar dapat melakukan perubahan informasi selama dalam proses transaksi.
Informasi elektronik yang diberikan tidak hanya terbatas pada tulisan, suara,
gambar, peta, rancangan, foto, surat elektronik, telegram, atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, kode akses, simbol, yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Berdasarkan uraian tersebut
menyebutkanbahwayangmenjadiagentransaksielektronikadalahbankdan yang
menjadi pengguna adalah nasabah.
Perkembangan teknologi informasi mengubah pola pemikiran mengenai
bataswilayah,waktu,nilai-nilai,wujudbenda,logikaberfikir,polakerja,dan batas
perilaku sosial dari yang bersifat manual menjadi komputerisasi/digital. Hal
tersebut telah berpengaruh terhadap bentuk, cara, sasaran hingga akibat dari
kejahatan berbasis teknologi. Perubahan paradigma tersebut pada kenyataannya
semakin sulit untuk diikuti oleh hukum sebagai sarana penertib sosial.Hukum
berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia.Agar kepentingan manusia
terlindungi, hukum harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Jadi perlindungan
hukum merupakan perlindungan yang diberikan oleh hukum maupun undang-
undanguntukmelindungikepentinganmanusiaagarkehidupanmanusiadapat
berlangsung normal, tentram, dan damai.4
Masalah perlindungan hukum bagi nasabah perbankan merupakan suatu hal
yang masih sangat dilematis, sehingga sampai saat ini perlindungan hukum bagi
nasabah belum maksimal untuk mendapatkan kepastianyang baik dalam
perbankannasional.Penyelenggaraanmobilebankingyangsangatdipengaruhi
4MahesaJatiKusuma,HukumPerlindunganNasabahBank:UpayaHukumMelindungi NasabahTerhadapTindakKejahatanITEdibidangPerbankan.NusaMedia,Bandung,2012,hal. 3
Universitas Sumatera Utara
6
dengan perkembangan teknologi informasi dalam kenyataannya selain transaksi
menjadisangatmudahdanpraktistetapidisisilainnyamembuatadanyarisiko yang
dapat merugikan nasabah bank itu sendiri. Hak-hak nasabah yang harus
diwujudkan oleh penyedia jasa sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjadi tanggung
jawab sepenuhnya sebagai penyedia jasa dan nasabah mendapatkan fasilitas
terbaik terutama dalam hal yang berkaitan dengan keamanan nasabah sendiri.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(selanjutnya disebut UUPK) harusnya menjamin suatu penyelenggaraan
perlindungan konsumen dalam suatu produk hukum. Hal ini penting karena
adanya hukum yang memiliki kekuatan untuk memaksa pelaku usaha untuk
mentaatinya, dan juga hukum memiliki sanksi yang tegas. Mengingat dampak
penting yang dapat ditimbulkan akibat tindakan pelaku usaha yang sewenang-
wenang dan hanya mengutamakan keuntungan dari bisnisnya sendiri, maka
pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi konsumen yang posisinya
memang lemah, disamping ketentuan hukum yang melindungi kepentingan
konsumen belum memadai, khususnya dalam hal perlindungan hukum bagi
nasabah bank selaku konsumen.
Berdasarkanuraiandiatas,maka penulistertarikuntukmengangkat skripsi yang
berjudul: Tinjauan yuridis perlindungan hukum terhadap nasabah yang mengalami
kerugian akibat kesalahan dari sistem bank pada layanan mobile banking.
Universitas Sumatera Utara
7
B. Permasalahan
Berdasarkanlatarbelakangyangtelahdiuraikandiatas,makapermasalahan yang
akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakahpertanggungjawabanpihakbankapabilanasabahmengalami
kerugian?
2.Bagaimanakah upaya penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan nasabah
yang mengalami kerugian dalam transaksi mobile banking?
3.Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap nasabah bank yang mengalami
kerugian akibat kesalahan dari sistem bank pada layanan mobile banking
berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah:
1. Untukmengetahuibentukpertanggungjawabanpihakbankapabilanasabah
mengalami kerugian.
2.Untuk mengetahui upaya penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan nasabah
yang mengalami kerugian dalam transaksi mobile banking.
3.Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap nasabah bank yang
mengalami kerugian akibat kesalahan dari sistem bank pada layanan mobile
bankingberdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
Universitas Sumatera Utara
8
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.Manfaat teoretis
Secara teoretis, pembahasan terhadap masalah ini dapat memberikan
pemahaman dan pandangan-pandangan baru mengenai perlindungan hukum
terhadap nasabah Bank yang mengalami kerugian saat bertransaksi melalui
mobile banking.
2.Manfaat praktis
Secara praktis, pembahasan permasalahan ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi penulis dan masyarakat untuk mengetahui bentuk
pertanggungjawaban pihak bank terhadap nasabah, upaya penyelesaian
sengketa apa saja yang dapat dilakukan oleh nasabah dan perlindungan hukum
apa saja yang didapatkan oleh nasabah yang mengalami kerugian dalam
transaksi mobile banking.
E. Metode Penulisan
1.Jenis Penelitian.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
normatif.Metode penelitian bersifat normatif juga biasa disebut sebagai penelitian
hukum doktriner atau penelitian kepustakaan. Dinamakan penelitian hukum
doktriner dikarenakan penelitian ini hanya ditujukan pada peraturan-peraturan
tertulissehinggapenelitianinisangaterathubungannyapadaperpustakaankarena
Universitas Sumatera Utara
9
akan membutuhkan data-data yang bersifat sekunder pada perpustakaan.5
2.Sumber data
Sumber datapenelitian ini diambil berdasarkan data sekunder yang
didapatkan melalui:
a.Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni
seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005
tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan data pribadi
nasabah, Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2005 tentang Mediasi
Perbankan, Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 tentang
Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh
Bank Umum.
b. Bahanhukumsekunder,berupasemuapublikasitentanghukummeliputi buku-
buku hukum termasuk skripsi, tesis, disertasi hukum, jurnal-jurnal hukum.
c.Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti kamus (hukum), dll.
3.Teknik pengumpulan data
5https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/
Jum’at20Oktober2017Pukul20.00WIBdiaksespadahari
Universitas Sumatera Utara
10
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan,
yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang
disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam
penulisanskripsiiniantaralainberasaldaribuku-bukukoleksipribadimaupun dari
perpustakaan, artikel-artikel yang diambil dari media elektronik, dokumen-
dokumen pemerintah termasuk peraturan perundang-undangan.
a.Analisis data
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis
dengan menggunakan pendekatan konseptual, pendekatan perundang-
undangan, serta pendekatan perbandingan hukum.
F. Keaslian Penulisan
“Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum terhadap Nasabah yang mengalami
kerugian akibat kesalahan dari sistem bank pada layanan mobile banking’’
merupakan judul skripsi ini dan belum pernah ditulis sebelumnya di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulisan skripsi ini tidak sama dengan
penulisan skripsi lainnya. Sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.
G. Sistematika Penulisan
Setiap penulisan karya ilmiah, maka penulisan tersebut perlu dilakukan
secara sistematis untuk merangkai tiap-tiap pembahasan tersebut mudah untuk
dimengerti dan teratur. Penulisan ini dilakukan dengan kerangka penulisan yang
tersistematis ke dalam babyang masing-masing membahas tiap-tiap
Universitas Sumatera Utara
11
Permasalahan yang mana tiap-tiap bab saling mendukung satu sama lain untuk
menjawab pertanyaan yang tercantum didalam perumusan masalah. Adapun karya
ilmiah ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan.
Bab I ini berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan,
sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan umum perlindungan hukum terhadap nasabah bank.
Bab ini berisikan tentang pengertian perlindungan hukum, bentuk
perlindungan hukum, perlindungan hukum terhadap nasabah bank.
Pengertian bank, fungsi dan tujuan bank, jenis-jenis bank, sistem bank
elektronik, pengetian nasabah, jenis-jenis nasabah, hubungan antara
nasabah dengan bank.
BAB III: Tinjauan umum tentang mobile banking.
Bab ini berisikan tentang pengertian mobile banking, transaksi mobile
banking, kesalahan sistem bank pada layanan mobile banking, contoh
kasus kesalahan sistem bank yang merugikan nasabah (kasus kerugian
nasabah bank akibat terjadi gangguan terhadap satelit Telkom).
BAB 1V: Tinjauanyuridisperlindunganhukumterhadapnasabahbankyang
mengalami kerugian dalam transaksi mobile banking.
Bab ini berisikan tentang pertanggungjawaban pihak bank apabila
nasabah mengalami kerugian, upaya penyelesaian sengketa yang
dapat dilakukan nasabah yang mengalami kerugian dalam transaksi
mobile banking, perlindungan hukum terhadap nasabah bank yang
Universitas Sumatera Utara
12
mengalami kerugian akibat kesalahan dari sistem bank pada layanan
mobile banking berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
BAB V: Kesimpulan dan saran.
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH
BANK
A. Perlindungan Hukum
1. Pengertian perlindungan hukum
Sebagai makluk sosial maka sadar atau tidak sadar manusia selalu
melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dan hubungan hukum
(rechtbetrekkingen).6 Perlindunganhukummerupakansalahsatuhalterpenting
dalam unsur suatu negara hukum. Hal tersebut penting, karena dalam
pembentukan suatu negara akan dibentuk pula hukum yang mengatur tiap-tiap
warga negaranya.Dalamperkembangannya,antara suatunegara denganwarna
negaranya akan terjalin suatu hubungan timbal balik, yang mengakibatkan adanya
suatu hak dan kewajiban antara satu sama lain, dan perlindungan hukum
merupakan salah satu hak yang wajibdiberikan oleh suatu negara kepada warga
negaranya.
Sehinggadapatdikatakan,jikasuatunegaramengabaikandanmelanggar hak
asasi manusia dengan sengaja dan menimbulkan suatu penderitaan yang tidak
mampu diatasi secara adil, maka negara tersebut tidakdapat dikatakan sebagai
suatu negara hukum dalam arti sesungguhnya.7
Beberapaahlihukumbanyakjugayangmengeluarkanpendapatmengenai
definisi dari perlindungan hukum itu sendiri, diantaranya:
6R.Soeroso,PengantarIlmuHukum,SinarGrafika,Jakarta,2006,hal.49. 7Zulham,HukumPerlindunganKonsumen,KencanaPrenadaMediaGroup,Jakarta,
2013,hal.133.
13
Universitas Sumatera Utara
14
a.Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan perlindungan hukum adalah
memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain
dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat
menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.
b.Menurut Philipus M.Hadjon berpendapat bahwa perlindungan hukum adalah
perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak
asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum
dari kesewenangan.
c.Menurut CST Kansil perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang
harus diberikan oleh aparat penegak huku untuk memberikan rasa aman, baik
secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman pihak
manapun.
d.Menurut Muktie, A.Fadjar perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari
perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan
yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban,
dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam
interaksinya dengan sesame manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek
hukummanusiamemilikihakdankewajibanuntukmelakukansuatutindakan
hukum. 8
Keberadaan hukum dalam masyakat merupakan suatu sarana untuk
menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat, sehingga dalam hubungan
antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya dapat dijaga
kepentingannya.Hukumsebagaikumpulanperaturanataukaeadahmengandung
8http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/diakses
padatanggal11November2017pukul19.34wib.
Universitas Sumatera Utara
15
isi yang bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang, dan
normatif karena menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta
menentukan bagaimana cara melaksanakan kepatuhan pada kaedah.9
2.Bentuk perlindungan hukum
Menurut Hadjondalam Sri Sumantri perlindungan hukum bagi rakyat
meliputi dua hal yaitu:
a.Perlindungan hukum preventif
Perlindunganhukum preventif,yakni bentukperlindunganhukum dimana kepada
masyarakat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya
sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.
Perlindungan hukum preventif dapat dilakukan melalui:
1)pembinaan;
2)pengawasan;
3)peraturan perundang-undangan.
b.Perlindungan hukum represif
Perlindungan hukum represif adalah bentuk perlindungan hukum dimana lebih
ditujukan dalam penyelesaian sengketa. Perlindungan hukum represif dapat
dilakukan melalui;
1)penindakan;
2)pemberian sanksi
(a)Keperdataan (ganti rugi)
PerikatanyangtimbuldariperjanjiansebagaimanadiaturdalamPasal
1338KUHPerdatayaitusemuaperjanjianyangdibuatsecarasahberlaku
9SudiknoMertokusumo,MengenalHukum,Liberty,Yogyakarta,2003,hal.39
Universitas Sumatera Utara
16
sebagi undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pada perikatan
yang timbul karena perjanjian, tidak dipenuhi atau dilanggar butir-butir
perjanjian itu, setelah dipenuhi syarat-syarat tertentu, dapat
mengakibatkan terjadinya cidera janji (wanprestasi). Perbuatan cidera
janji(wanprestasi)inimemberikanhakpadapihakyangdicideraijanji
untuk menggugat ganti rugi berupa biaya kerugian dan bunga.10
(b)Pidana
Asas legalitas “nullum delictum noela poena sine pravie legi poenali”
yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) KUHPidana yang menyebutkan
bahwa tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan
pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan
dilakukan. Sanksi pidana pelanggaran terhadap perlindungan konsumen
ini telahdiatur dalam ketentuan Pasal 61 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, bahwa penuntutan pidana
dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusan. Berdasarkan
penjelasan Pasal 61 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen sudah jelas memperlihatkan suatu bentuk
pertanggungjawaban pidana yang tidak saja dikenakan kepada pengurus
tetapi juga kepada perusahaan. Hal ini merupakan upaya bertujuan untuk
menciptakan sistem bagi perlindungan konsumen.
(c)Administrasi
Tindakanadministrasiolehpejabatyangberwenangditujukankepada
izinusaha,izinpraktekdanizinlainyangdiberikan,sertapenjatuhan
10SriSumantri,BungaRampaiHukumTataNegaraIndonesia,Alumni,Bandung,1992.
hal15
Universitas Sumatera Utara
17
hukuman disiplinberdasarkan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.11
3.Perlindungan hukum terhadap nasabah bank
Perlindungan terhadap nasabah selaku konsumen dari layanan jasa
perbankanmunculdidasarkandenganadanyasejumlahhakhukumkonsumen yang
perlu untuk dilindungi agar terhindar dengan adanya tindakan-tindakan yang
mungkin dapat menimbulkan kerugian dari pihak lain.
Perlindungan terhadap data pribadi nasabah, dalam praktek disektor
perbankan dilakukan melalui perlindungan terhadap kerahasiaan dan keamanan
informasi nasabah dimana segala transaksi yang terkait dengan nasabah harus
dijaga kerahasiaannya oleh bank.Dalam peraturan yang mengatur mengenai
perlindungan data pribadi nasabah, perlunya mengatur hal-hal yang terkait dengan
prosedur dalam data nasabah diberikan kepada pihak yang berwenang,
pengecualian terhadap prosedur-prosedur yang berlaku, serta sanksi dalam hal
terjadi pelanggaran.Perlindungan hukum atas data pribadi nasabah dalam
penyelenggaraanlayananinternetbankingdapatdilakukandenganpendekatan self
regulation dan government regulation.
B. Bank
1.Pengertian bank
Perkembangan dewasa ini, maka istilah bank dimaksudkan sebagai suatu
jenis pranata financial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup
beranekaragam,sepertipinjaman,memberipinjaman,mengedarkanmatauang,
11AhmadiMirudanSutarmanYodo,HukumPerlindunganKonsumen,Raja grafindopersada,Jakarta,2007,hal.276
Universitas Sumatera Utara
18
mengadakanpengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat
penyimpanan untuk benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan.12
Definisi bank secara hukum dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 2
Undang-UndangNomor10Tahun1998TentangPerubahanatasUndang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan menyatakan bahwa:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuksimpanandanmenyalurkannyakepadamasyarakatdalambentukkredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Pengertian bank menurut O.P Simorangkir adalah:
“Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan
memberikan kredit dan jasa-jasa.Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.”13
Menurut H.Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan
memberikan pengertian sebagai berikut:
“Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja.”14
2.Fungsi dan tujuan bank
Fungsi dan peranan bank secara umum adalah:
a.Penghimpun dana untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana
maka bank memilki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber,
yaitu:
1)Danayangbersumberdaribanksendiriyangberupasetoranmodalwaktu
pendirian.
12Abdurrachman,EnksiklopediaEkonomiPerdagangandanKeuangan,PTPradnya Paramita,Jakarta,1991,hal.80
13SentosaSembiring,HukumPerbankan,MandarMaju,Bandung,2000,hal.1 14MalayuS.PHasibuan,Dasar-DasarPerbankan,BumiAksara,Jakarta,2009,hal.2
Universitas Sumatera Utara
19
2) Danayangberasaldarimasyarakatluasyangdikumpulkanmelaluiusaha
perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.
3) Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari pinjaman
dana yang berupa kredit likuiditas dan call money (dana yang sewaktu-waktu
dapat ditarik oleh bank yang meminjam) dan memenuhi
persyaratan.Mungkinandapernahmendengarbeberapabankdilikuidasi atau
dibekukan usahanya, salah satu penyebabnya adalah karena banyak kredit
yang bermasalah atau macet.
b.Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan,
pemilikan harta tetap.
c.Pelayan jasa bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-lintas
pembayaran uang” melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain
pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.
Bank mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai penghimpun dana dari
masyarakat, penyalur dana kepada masyarakat, dan juga memberikan pelayanan
jasa perbankan kepada pihak-pihak yang membutuhkan layanan jasa bank.
Kegiatan menghimpun dana dari masyarakat, bank akan membayar bunga
(bank konvensional) dan/atau bagi hasil (bank syariah) atas simpanan dana dari
masyarakat.Besarnyabungadan/ataubagihasiltergantungjenissimpanannya dan
kebijakan masing-masing bank. Simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat tentunya akan diberikan imbalan yang lebih rendah
dibanding dengan jenis simpanan yang sifatnya hanya dapat ditarik sesuai dengan
jangka waktu tertentu sesuai perjanjian antara bank dan nasabah.
Universitas Sumatera Utara
20
Penyaluran dana kepada masyarakat, bank akan memperoleh balas jasa
berupa bunga (bank konvensional) atau bagi hasil (bank syariah). Pendapatan
bunga yang diperoleh bank dari nasabah yang memperoleh kredit akan
dibandingkan dengan bunga yang dibayar oleh bank kepada nasabah yang
menyimpan dananya di bank.
Kondisi perekonomian suatu negara stabil, biasanya negative spread tidak
terjadi. Setiap bank akan mampu menjual dananya dengan bunga lebih tinggi
dibanding dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah yang menempatkan
dananya. Sebaliknya, dalam kondisi perekonomian suatu negara tidak stabil, atau
sedang terjadi krisis, maka negative spread bisa terjadi. Hal ini dialami di
Indonesia pada akhir tahun 1997 sampai dengan awal tahun 1998. Negative
spread terjadi karena pada saat itu tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nilai
rupiah sangat merosot, sehingga masyarakat lebih memilih menyimpan dananya
dalam bentuk mata uang asing. Bank sebagai penghimpun dana masyarakat,
termasuk penghimpun dana dalam mata uang rupiah, perlu dana cukup banyak,
sehingga perlu meningkatkan suku bunga untuk menghimpun dana masyarakat.
Bank tidak mungkin meningkatkan suku bunga kredit, karena sector real tidak
mampu membayar bunga lebih tinggi.Akibatnya, suku bunga kredit lebih rendah
dibanding suku bunga simpanan.
Bunga yang diperoleh dari dana yang disalurkan kepada nasabah, bank juga
bisameningkatkanpendapatannyamelaluifungsiyangketigayaitupelayanan jasa.
Pelayanan jasa yang diberikan kepada nasabah tersebut dapat meningkatkan
pendapatan bank dari fee atas jasa yang diperoleh bank kepada nasabah disebut
denganfeebasedincome.Meskipun,secaratotalfeebasedincomebelummampu
Universitas Sumatera Utara
21
menyaingi total pendapatan bunga kredit, akan tetapi beberapa bank sudah
mengarah pada peningkatan pelayanan dengan meningkatkan teknologi dan
sistem informasi. Salah satu pelayanan jasa yang dikembangkan antara lain ATM
bersama, SKN (sistem kliring nasional), internet banking, sms banking, dan
produk pelayanan jasa lainnya.15
3.Jenis-jenis bank
Praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan
yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jika kita melihat jenis perbankan
sebelum keluar Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan
sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, maka terdapat
beberapa perbedaan. Namun, kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga
keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak
berbeda satu sama lainnya.16
Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara
lain:
a.Dilihat dari segi fungsinya
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari:
1)Bank Umum
2)Bank Pembangunan
3)Bank Tabungan
4)Bank Pasar
5)Bank Desa
15Kasmir,BankdanLembagaKeuanganLainnya,PT.RajaGrafindoPersada,Jakarta, 2009,hal,25
16Ibid,hal.31
Universitas Sumatera Utara
22
6)Lumbung Desa
7)Bank Pegawai
8)dan bank lainnya
b.Dilihat dari segi kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki
bank tersebut.Kepemilikan ini dapat terlihat dari akte pendirian dan penguasaan
saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.
Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah sebagai berikut.
1)Bank milik pemerintah
Dimanabaikaktependirianmaupunmodalnyadimilikiolehpemerintah sehingga
seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
Contoh bank milik pemerintah antara lain:
(a)Bank Negara Indonesia 46 (BNI)
(b)Bank Rakyat Indonesia (BRI)
(c)Bank Tabungan Negara (BTN)
Sedangkanbankmilikpemerintahdaerah(pemda)terdapatdidaerahtingkat
1 dan tingkat 2 masing-masing provinsi. Sebagai contoh:
(1)BPD DKI Jakarta
(2)BPD Jawa Barat
(3)BPD Jawa Tengah
(4)BPD Jawa Timur
(5)BPD Sumatera Utara
(6)BPD Sumatera Selatan
(7)BPD Sulawesi Selatan
Universitas Sumatera Utara
23
(8)dan BPD lainnya
2)Bank milik swasta nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional
serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.
Contoh bank milik swasta nasional antara lain:
(a)Bank Muamalat
(b)Bank Central Asia
(c)Bank Bumi Putra
(d)Bank Danamon
(e)Bank Duta
(f)Bank Lippo
(g)Bank Nusa Internasional
(h)Bank Niaga
(i)Bank Universal
(j)Bank Internasional Indonesia
3)Bank milik koperasi
Kepemilikansaham-sahambankinidimilikiolehperusahaanyangberbadan
hukum koperasi.Sebagai contoh adalah Bank Umum Koperasi Indonesia.
4)Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik
milik swasta asing atau pemerintah asing.Jelas kepemilikannya pun dimiliki
oleh pihak luar negeri.
Contoh bank asing antara lain:
Universitas Sumatera Utara
24
(a)ABN AMRO Bank
(b)Deutsche Bank
(c)American Express Bank
(d)Bank of America
(e)Bank of Tokyo
(f)Bangkok Bank
(g)City Bank
(h)European Asian Bank
(i)Hongkong Bank
(j)Standard Chartered Bank
(k)Chase Manhattan Bank
5)Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak
swasta nasional.Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh
warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain:
(a)Sumitomo Niaga Bank
(b)Bank Merincorp
(c)Bank Sakura Swadarma
(d)Bank Finconesia
(e)Mitsubishi Buana Bank
(f)Inter Pacifik Bank
(g)Paribas BBD Indonesia
(h)Ing Bank
(i)Sanwa Indonesia Bank
Universitas Sumatera Utara
25
17Ibid,hal.32
(j)Bank PDFCI
c.Dilihat dari segi status
Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank
umum dapat dibagi ke dalam dua macam.Pembagian jenis ini disebut juga
pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.
Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam
melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
pelayanannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tersebut diperlukan
penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu.17
d.Dilihat dari segi cara menentukan harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik
harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok.
1)Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang
berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah
bangsa Indonesia di mana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial
Belanda.
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya.
2)Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di
Indonesia.Namun, di luar negeri terutama di negara-negara Timur Tengah,
bank yang berdasarkan prinsip syariah sudah berkembang pesat sejak lama.
Universitas Sumatera Utara
26
18Ibid,hal.36
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga
produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional.
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau
pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.18
PadaPasal5Undang-UndangNomor10Tahun1998Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang diubah
kembali kelembagaan bank ditata dalam struktur yang lebih sederhana, menjadi
dua jenis bank saja yaitu:
(a)Bank umum
MenurutketentuanPasal1angka3Undang-UndangNomor10Tahun1998
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan menyatakan bahwa:
“Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.Dengan sendirinya Bank Umum adalah bank pencipta uang giral.”
Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan
tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.
Kegiatan tertentu antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang,
pembiayaan untuk mengembangkan koperasi.
(b)Bank Perkreditan Rakyat
MenurutketentuanPasal1angka4Undang-UndangNomor10Tahun1998
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan menyatakan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
27
“Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secarakonvensionalatauberdasarkanprinsipsyariahyangdalamkegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” Dengan sendirinya Bank Perkreditan Rakyat adalah bukan bank pencipta uang giral, sebab Bank Perkreditan Rakyat tidak ikut memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”.19
Penggolongan bank dapat dibagi berdasarkan fungsi dan
kepemilikannya.a.Jenis bank berdasarkan fungsinya:
(1)BankSentral,yaituBankIndonesiasebagaimanayangdimaksuddalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral.
(2) BankUmum,yaitubankyangdapatmemberikanjasadalamlalulintas
pembayaran.
(3) Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang dapat menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
disamakan dengan itu.
(4) Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan
tertentu atau memberikan perhatian yang besar kepada kegiatan tertentu,
seperti melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan
untuk mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan
ekonomi lemah/pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas dan
perkembangan pembangunan perumahan.20
b.Jenis bank ditinjau dari segi tingkatannya (kantor):
Dalam mengelola usahanya, bank akan membedakan jenis bank berdasarkan
tingkatannya.Perbedaanjenistingkatantersebutdilihatdaritujuandanvolume
19RachmadiUsman,Aspek-AspekHukumPerbankandiIndonesia,Gramedia,
Jakarta,2003,hal.6 20Widjanarto,HukumdanKetentuanPerbankandiIndonesia,Jakarta:PustakaUtama
Grafiti,1997,hal.45
Universitas Sumatera Utara
28
aktivitasnya,kelengkapanproduk,danjasabankyangdiberikan,kewenangan dalam
pengambilan keputusan, serta wilayah operasinya21.
4.Sistem bank elektronik
Perbankan elekronik (electronic banking) adalah sistem yang
memungkinkan penarikan, penyimpanan, dan transfer serta akses informasi
rekening dilakukan secara elektronik dengan menggunakan media telepon atau
internet. Layanan perbankan elektronik yaitu:
a.MemaksimalkanfungsiAjunganTunaiMandiriatauATM(AutomatedTeller
Machine), bukan sebatas tempat menarik uang.
ATM (Automated Teller Machine) adalah sebuah alat elektronik yang melayani
nasabah bank untuk mengambil uang dan mengecek rekening tabungan mereka
tanpa perlu dilayani oleh seorang “teller” manusia.Teller merupakan seorang
petugas dari pihak bank yang berfungsi untuk melayani nasabah dalam hal
transaksi keuangan perbankan kepada semua nasabahnya. ATM mempunyai
banyak fungsi lain, selain tempat mengambil uang tunai. Fungsi lain tersebut
meliputi akses sejumlah layanan, antara lain transfer uang, setor tunai, cek
saldo, bayar tagihan kartu kredit, bayar tagihan listrik, pembelian pulsa,
pembayaran premi asuransi.
b.Mesin EDC (Electronic Data Capture) untuk transaksi jual beli melalui kartu
debit. Mesin EDC atau yang lebih dikenal ATM mini adalah mesin yang
berfungsi sebagai sarana penyedia transaksi dan alat pembayaran yang
penggunaannya dengan cara memasukkan atau menggesek kartu ATM, kartu
debit maupun kartu kredit dalam suatu bank maupun antar bank, serta
21TotokBudisantosodanSigitTriandaru,BankdanLembagaKeuanganLain,PT.
SalembaEmpat,Jakarta,2006,hal.96
Universitas Sumatera Utara
29
dilengkapi fasilitas pembayaran lainnya yang terkoneksi secara realtime (batas
waktu). Mesin EDC digunakan untuk membayar transaksi tanpa uang tunai
sehingga praktis dalam berbelanja tanpa ribet menghitung uang, biasanya
digunakan untuk transaksi di toko-toko dan pusat perbelanjaan yang
mempunyai transaksi cukup besar, mengingat ada target nominal tertentu bagi
toko yang menyediakan layanan mesin EDC.
c.Internet banking
Internet banking merupakan layanan yang diberikan pihak bank untuk
mempermudah transaksi yaitu transaksi melalui internet seperti cek saldo,
transfer dan lain sebagainya. Adanya Internet banking nasabah tidak perlu antri
di bank untuk melakukan transaksi sepeti aktivasi cek saldo, transfer dana,
melihat mutasi rekening, pembelian pulsa, membayar tagihan listrik,
membayar tagihan tv kabel, membayar tagihan air, membayar tagihan telpon
dan lain sebagainya. Proses pendaftaran internet banking juga mudah yaitu
nasabah datang ke bank, mengisi formulir dan kemudian nasabah akan diberi
tanda pengenal (user id) dan kata sandi (password ).
d.SMS banking
SMS banking digunakan melalui media pesan singkat tanpa koneksi internet,
yang dibutuhkan hanyalah pulsa yang cukup untuk melakukan transaksi
melalui SMS banking.
e.Mobile banking
Syarat untuk melakukan transaksi melalui mobile banking adalah harus
mendaftarkan kartu SIM melalui aplikasi bank pada ponsel pintar
Universitas Sumatera Utara
30
(smartphone). Fitur layananmobile banking dapat diakses dengan melalui
menu provider atau aplikasi mobile banking pada ponsel pintar (smartphone).
f. Phone banking
Melalui fitur phone banking nasabah hanya perlu menelpon pihak bank untk
melakukan transaksi, tanpa perlu pergi ke ATM dan koneksi internet, namun
nasabah wajib mendaftar terlebih dahulu ke bank untuk mendapatkan PIN
phone banking yang digunakan buat otorisasi atau izin untuk bertransaksi
melalui phone banking.
g.Video banking
Video banking hanya memberikan pelayanan pada waktu tertentu saja,seperti
hari sabtu dan minggu.Adanya video banking nasabah dapat melakukan
transaksiseolah-olahtatapmukadengantellerbanksepertibertransaksidi loket bank
tetapi melalui video.
5.Pengertian nasabah
Arti nasabah pada lembaga perbankan sangat penting.Nasabah itu adalah
nafas yang sangat berpengaruh terhadap kelanjutan suatu bank. Oleh karena itu
bank harus dapat menarik nasabah sebanyak-banyaknya agar dana yang
terkumpul dari nasabah tersebut dapat diputar oleh bank yang nantinya disalurkan
kembali kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan bank.
Pengertian nasabah dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan diatur
perihal nasabah yang terdiri dari dua pengertian yaitu nasabah penyimpan dan
nasabahdebitur.MenurutDjaslimSaladinmenyatakanbahwa“nasabahadalah
Universitas Sumatera Utara
31
orang atau badan yang mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada
bank”.22
Kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan nasabah adalah “orang yang
biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank (dalam hal keuangan),
dapat juga diartikan sebagai orang yang menjadi tanggungan asuransi
perbandingan pertalian.23
Nasabah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ialah:
a.Orangyangbiasaberhubungandenganataumenjadipelangganbank(dalam hal
keuangan);
b.Orang yang menjadi tanggungan asuransi;
c.dan perbandingan atau pertalian.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 jo Nomor 10/10/PBI/2008
tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah Pasal 1 angka 2, mendefinisikan
nasabah sebagai pihak yang menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang tidak
memiliki rekening namun memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi
keuangan.
6.Jenis-jenis nasabah
Jenis-jenis nasabah dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan terdiri dari
dua pengertian yaitu:
22SaladinDjaslim,Dasar-DasarManajemenPemasaranBank,CVRajawali.Jakarta,
1994,hal.67 23DepartemenPendidikanNasional,KamusBesarBahasaIndonesia,PN.Balai
Pustaka,2008,hal.775.
Universitas Sumatera Utara
32
a.Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank
dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan.
b. Nasabah debituradalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
Praktek perbankan dikenal ada tiga macam nasabah yaitu:
1)Nasabah deposan yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada suatu bank.
2)Nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan.
3)Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank.24
7.Hubungan antara nasabah dengan bank
Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang paling
terkait, yaitu hukum dan kepercayaan.Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan
dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat “percaya” untuk menempatkan
uangnya, pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari
masyarakat,untukditempatkanpadabanknyadanbankakanmemberikanjasa- jasa
perbankan.25
Berdasarkanduafungsiutamadarisuatubank,yaitufungsipengerahan dana dan
penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan hukum antara bank dan nasabah,
yaitu: 26
a.Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana
24YusufShofie,PerlindunganKonsumendanInstrumen-Instrumen Hukumnya,Citra AdityaBakti,Bandung,2003,hal.40-41
25RonnySautmaHotmaBako,HubunganBankdanNasabahTerhadapProduk TabungandanDeposito.PT.CitraAdityaBakti,Bandung.1995,hal.32.
26Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
Arti sederhananya adalah bahwa setiap orang yang menyimpan uangnya di
bank disebut nasabah penyimpan. Dalam arti yuridis, nasabah penyimpan
merupakan nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Hubungan yang
demikian memberikan pemahaman bahwa bank menempatkan dirinya sebagai
penyimpan dana masyarakat. Bentuk hubungan hukum antara bank dan nasabah
penyimpan dana, dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari produk-
produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro dan sebagainya.
Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank
yang bersangkutan dan syarat-syarat umum yang harus dipenuhi oleh setiap
nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus disesuaikan dengan produk
perbankan yang tersedia, karena syarat dari produk perbankan tidak akan sama
dengan syarat dari produk perbankan lain. Dalam produk perbankan seperti
tabungan dan deposito, maka ketentuan dan syarat-syarat umum yang berlaku
adalah ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat umum hubungan rekening deposito
dan rekening tabungan.
Perjanjian bank dengan nasabah penyimpan disebut perjanjian simpanan.
Dalam hukum perdata, figur perjanjian simpanan akan menjadi persoalan hukum
tersendiri karena tidak terdapat kejelasan mengenai pengaturan dan identitas
hukumnya.
Segi sifatnya, perjanjian penitipan yang termuat dalam Pasal 1694
KUHPerdata adalah bersifat riil. Sifat ini selaras dengan perjanjian simpanan,
seperti deposito atau tabungan. Namun terdapat perbedaan diantara keduanya
yaitu pada perjanjian penitipan, barang yang dititipkan akan disimpan dan
Universitas Sumatera Utara
34
dikembalikan seperti wujud semula serta tidak dibebani bunga. Tidak demikian
dalam perjanjian simpanan, perjanjian simpanan, pihak bank menetapkan
persyaratan umum tertentu dalam rekening deposito atau rekening tabungan,
antara lain pihak penerima simpanan (bank) dapat mempergunakan uang si
penyimpan dan dalam waktu tertentu bank akan memberikan bunga. Selain itu,
Undang-Undang Perbankan juga membedakan secara tegas antara simpanan dan
penitipan.Yang dimaksud penitipan dalam undang-undang tersebut adalah
penyimpanan harta berdasarkan perjanjian atau kontrak antara bank umum dan
penitip, dengan ketentuan bank umum yang bersangkutan tidak mempunyai hak
kepemilikan atas harta tersebut.Perjanjian penitipan yang diatur dalam Undang-
Undang Perbankan tidak memberikan ketegasan tunduk pada aturan KUHPerdata
atau tidak.
Ketentuan lain yang dapat dijadikan dasar hubungan antara bank dan
nasabah penyimpan adalah pemberian kuasa (lasgeving). Ketentuan ini diatur
dalam Pasal 1792 KUHPerdata. Dengan demikian, apakah dapat dikatakan bahwa
nasabah penyimpan memberikan kuasanya kepada bank ketika menandatangani
rekening deposito atau rekening tabungan atau rekening koran. Tentang hal ini
Staubmengatakanbahwaperjanjianrekeningkoranadalahnovasi(pembaruan
utang).27
b.Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur
Artinya bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya.
Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja,kredit investasi,atau
kredit usaha kecil.
27 Ibid.hal.58
Universitas Sumatera Utara
35
Darisegikacamatahukum,hubunganantaranasabahdenganbankterdiri dari dua
bentuk yaitu: 28
1)Hubungan kontraktual
Hubungan yang paling utama dan lazim antara bank dengan nasabah adalah
hubungan kontraktual.Hal ini berlaku hampir pada semua nasabah, baik nasabah
debitur, nasabah deposan, ataupun nasabah non debitur-non deposan.
Kontrakantarabankdenganbankdengannasabahdeposanataunasabah non
debitur-non deposan, lazimnya hanya diatur dalam bentuk kontrak yang
sangat sederhana. Itupun, sama seperti untuk kontrak kredit diberlakukan kontrak
dalam bentuk kontrak standar (kontrak baku), yang biasanya terdapat ketentuan-
ketentuan berat sebelah, dimana pihak bank seringkali lebih diuntungkan. Akan
tetapi, sungguhpun dianut prinsip bahwa hubungan nasabah penyimpan dana
dengan bank adalah hubungan kontraktual, dalam hal ini hubungan kreditur-
debitur, dimana pihak bank berfungsi sebagai debitur sedangkan pihak nasabah
berfungsi sebagai kreditur, prinsip hubungan seperti ini juga tidak dapat
diberlakukan secara mutlak. Karena itu, sebenarnya ada tiga tingkatan dari
pemberlakuan hubungan kontraktual kepada hubungan antara nasabah penyimpan
dana dengan pihak bank yaitu sebagai berikut:
(a)Sebagai hubungan debitur (bank) dan kreditur (nasabah)
(b)Sebagaihubungankontraktuallainnyayanglebihluasdarihanyasekedar
hubungan debitur dan kreditur
(c)Sebagai hubungan implied contract, yaitu hubungan kontrak yang tersirat
28O.P.Simorangkir,Seluk-BelukBankKomersil,AksaraPress,Jakarta,2004,hal.102
Universitas Sumatera Utara
36
Hubungan antara bank dan nasabah juga merupakan hubungan kerahasiaan,
seperti yang dinyatakan M.Sholehudin dalam bukunya yang berjudul “Tindak
Pidana Perbankan” sebagai berikut:
“Keharusan bagi bank untuk memegang teguh rahasia bank adalah implementasi dari hubungan hukum antara bank dengan nasabahnya yang dilandasi oleh asas kerahasiaan. Oleh karenanya, maka hubungan antara bank dengannasabah,baiknasabahpenyimpanmaupunnasabahdebiturmerupakan hubungan kerahasiaan.” 29
2)Hubungan non-kontraktual
Selain hubungan kontraktual, apakah ada hubungan hukum yang lain antara
pihak bank dengan pihak nasabah, terutama dengan nasabah deposan dengan
nasabah deposan-non-debitur. Ada enam jenis hubungan hukum antara bank
dengan nasabah selain dari hubungan kontraktual sebagaimana yang disebutkan di
atas, yaitu:
(a)Hubungan fidusia
(b)Hubungan konfidensial
(c)Hubungan bailor-bailee
(d)Hubungan principal-agent
(e)Hubungan mortgagor-mortgagee
(f)Hubungan trustee-beneficitiary
Berhubung hukum di Indonesia tidak dengan tegas mengakui hubungan-
hubungan tersebut, maka hubungan-hubungan tersebut baru dapat dilaksanakan
jika disebutkan dengan tegas dalam kontrak untuk hal tersebut.
Nasabahbankwajibmemberitahukanolehbanksetiapperubahanpolicy
yangsignifikanyangdapatmempengaruhiaccountnasabahataumempengaruhi
29M.Sholehudin,TindakPidanaPerbankan,RajawaliPress,Jakarta,1997,hal.45
Universitas Sumatera Utara
37
jasa bank yang selama ini diberikan oleh bank. Apabila bank memberikan jasa
pengiriman uang untuk kepentingan nasabahnya, maka dalam hal ini akan
menempatkan posisinya sebagai “pelaksana amanat” dari nasabahnya. Hubungan
formalantaranasabahdenganbankterdapatpadaformulir-formuliryangtelah diisi oleh
nasabah dan disetujui oleh bank.30
30TryWidyono,OperasionalTransaksiProdukPerbankandiIndonesia,Ghalia
Indonesia,Bandung,2006,hal.24-27
Universitas Sumatera Utara
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG MOBILE BANKING
A. Pengertian Mobile Banking
Mobile banking merupakan sebuah layanan yang disediakan oleh bank atau
lembaga keuangan lainnya yang dapat memungkinkan pelanggannya untuk
melakukan transaksi keuangan dari jarak jauh hanya dengan menggunakan
perangkatmobilesepertismartphone atau tablet. Berbeda denganinternet banking
yang bersangkutan ia menggunakan perangkat lunak, biasa disebut aplikasi, yang
disediakan oleh lembaga keuangan untuk tujuan tersebut.
Arti istilah mobile banking dianggap berkaitan erat dengan pengertian atau
disingkat dengan(M-Banking)berarti fasilitasperbankanmelalui komunikasi
bergerak sepertihandphone. Terkait penyediaan fasilitas yang hampir sama
dengan ATM kecuali mengambil uang tunai (cash).31
Perbankanbergerakataudapatdikatakandenganbahasalainadalahmobile
bankingyaitu merupakan jenis layanan perbankan yang bergerak, maksudnya
bergerak adalah transferan tersebut dapat dengan langsung diakses melalui GSM
(Global System for Communication) dengan menggunakan menu layanan data
(SIMtoolkit) maupun SMS (Short Message Service) yang dikenal dengan istilah
SMS banking. GSM (Global System for Communication) adalah sebuah standar
global untuk komunikasi bergerak digital.SMS banking adalah istilah yang
digunakan untuk transaksi perbankan yang dilakukan melalui perangkat telepon
seluler, dan cara kerjanya menggunakan sms biasa dengan mengetik format
perintahsesuaiformat.Adanyalayananmobilebankingnasabahtidakperlurepot
31WijiNurastuti,TeknologiPerbankan,GrahaIlmu,Yogyakarta,2011,hal.110
38
Universitas Sumatera Utara
39
datangkebankuntuk transferuang, karenabanktelahmenyediakanlayanan cukup
mudah dan cepat.
Di Indonesia, mobile banking bukanlah hal yang asing lagi, karena telah
menjadi bagian dari inovasi perbankan dalam mengikuti persaingan bisnis global.
Oleh karena itu, institusi-institusi perbankan berusaha memberikan kepuasan
pelayanan kepada para nasabahnya dengan memberikan fasilitas perbankan,
berupa pelayanan mobile banking untuk melakukan transaksi atau bisnis.
Penggunaan jaringan seluler untuk kepentingan transaksi komersial (mobile
commerce) dinilai cukup aman, karena identitas pengguna lebih jelas, satu nomor
ponselhanyadigunakanolehsatuorang.Makamobilebankingterlihatlebih sukses
perkembangannya di Indonesia.
Penggunaan mobile banking dinilai menguntungkan bagi pihak bank dan
juga nasabah.Semua transaksi menjadi lebih praktis, efektif serta lebih efisien.
Jenis-jenis transaksi yang ada pada perbankan bergerak (mobile banking) yaitu
transfer dana, informasi saldo, mutasi rekening, informasi nilai tukar, pembayaran
tagihan (rekening telepon, kartu kredit, asuransi,ataupun rekening listrik) dan
pembelian (isi ulang pulsa, tiket pesawat, ataupun dalam bentuk saham).
Mobile banking memberi kemudahan bagi nasabah untuk melakukan
pengecekan saldo tabungan, membayar tagihan maupun melakukan transfer dana
ke rekening yang lain. Nasabah tidak perlu lagi datang dan antre ke kantor cabang
perbankan atau mesin ATM, untuk melakukan berbagai transaksi itu. Dengan
mobile banking segalanya bisa dilakukan dan dengan sangat mudah.
Universitas Sumatera Utara
40
B. Transaksi Mobile Banking
Transaksi adalah kejadian yang melibatkan unsur lingkungan dan
mempengaruhi posisi keuangan.Pada konsep transaksi, setiap transaksi haruslah
dibuatkan keterangan tertulis sebagai bukti seperti kuitansi atau faktur yang
biasanya disebut bukti transaksi.
Kehidupan modern yang sangat dinamis dengan mobilitas sangat tinggi,
bahkan melintasi batas-batas ruang dan waktu, menuntut masyarakat untuk secara
efektif dan efisien memanfaatkan waktu yang dimiliki dengan memanfaatkan
teknologi modern. Masyarakat dapat menggunakan ATM, telepon atau
handphone bahkan internet untuk berhubungan dengan bank, tanpa harus repot-
repot datang ke bank.
Transaksi finansial antara lain transfer dana antar rekening atau antar bank,
membayar pengeluaran rutin bulanan seperti zakat, listrik dan
telephon/handphone, membeli pulsa isi ulang handphone, sampai membayar kartu
kreditiB,transaksinonfinansialsepertiinformasisaldo,mutasirekening,dan ganti pin.
Mobile banking iB dapat diakses dari ATM, handphone/telephone dengan phone
banking iB dan PC, notebook, netbook atau blackberry dengan internet banking
iB.
iB (baca ai-Bi) singkatan dari Islamic banking dipopulerkan sebagai
penanda identitas bersama industri perbankan syariah di Indonesia yang
diresmikan sejak 2 Juli 2007. 32
32http://www.bi.go.id/id/perbankan/edukasi/Documents/09192d0923794ed88cf9f8dfe166
7752Apa_Sih_iB.pdf diaksestanggal11November2017Pukul21.00WIB
Universitas Sumatera Utara
41
Penggunaan identitas ini bertujuan agar masyarakat dengan mudah dan
cepat mengenali tersedianya layanan jasa perbankan syariah di seluruh Indonesia.
Sejalan dengan perkembangan internet yang pesat, bank syariah juga
menawarkan gaya hidup modern melalui kemudahan akses jasa perbankan lewat
intenet banking iB, dengan internet banking iB, nasabah bisa melakukan berbagai
transaksi kapanpun dan dari manapun, rumah, kantor atau sewaktu terjebak macet
di jalan raya.33
Kemudahan penggunaan mobile banking:
Kemudahan penggunaan mobile banking memiliki makna bahwa layanan
mobile banking oleh pihak bank akan mudah dipahami dan mudah untuk
digunakan, sehingga nasabah dapat dengan mudah mempelajari tata cara
bertransaksi menggunakanmobile banking. Penerimaan penggunaan sebuah
sistem juga turut dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan sistem tersebut. Ini
merupakan refleksi psikologis pengguna untuk lebih bersikap terbuka terhadap
sesuatu yang mudah dipahami.Kemudahan tersebut dapat mendorong seseorang
untuk menerima dan menggunakan sebuah sistem.
Intensitas penggunaan dan interaksi pengguna dengan sistem juga dapat
menunjukkan kemudahan penggunaan.Suatu sistem yang lebih sering digunakan
dapat menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah
dioperasikan, dan lebih mudah digunakan oleh pemakainya. Hal ini disebabkan
pemakai ataunasabah terbuka terhadap sesuatu yang dapat dipahami dengan
mudah.34
33http://www.bi.go.id/id/perbankan/edukasi/Documents/d2f3fdafecf448da8c28b1b39178b
ebeMobile_Banking.pdf34
diaksestanggal11November2017Pukul21.20WIB http://jurnal.fe.uad.ac.id/wp-content/uploads/Syamsul-Hadi-Novi.pdf, diaksestanggal
11November2017Pukul21.35WIB
Universitas Sumatera Utara
42
Manfaat mobile banking:
Mobile banking merupakan suatu layanan perbankan berbasis mobile phone
atau handphone (HP).M-banking kini telah tersebar ke seluruh dunia, termasuk
Indonesia telah menikmati kemudahan akses perbankan yang ditawarkan bank
melalui mobile banking dimana saja melalui perangkat mobile seperti handphone
dan PDA.
Adanya m-banking, bank berusaha mempermudah akses para nasabahnya
dalam melakukan transaksi perbankan. Hampir semua bank di Indonesia telah
menyediakan fasilitas m-banking, baik berupa SIM toolkit (Menu Layanan Data)
maupun SMS plain (SMS Manual) yang biasa dikenal dengan SMS banking. SMS
banking merupakan sebuah fasilitas yang disediakan oleh bank untuk melakukan
transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan seperti ceksaldo, mutasi
rekening, dan sebagainya.
Layananmobile bankingakanbermanfaat jika layanantersebut mudah
dimengerti serta mampu menjalin interaksi dengan penggunanya. Bank
menyediakan layanan seperti cek saldo, transfer antar rekening, info kurs dan
sebagainya dalam mobile banking, dengan tujuan memberi kemudahan bagi
nasabahnya untuk bertransaksi. Penggunaanmobile bankingbagi nasabah dapat
menghemat waktu dan biaya (biaya transportasi), karena nasabah tidak harus
mendatangi bank secara langsung hanya sekedar untuk melakukan transaksi,
karena mobile banking memberikan pelayanan 24 jam. Nasabah dapat melakukan
transaksi kapanpun dan dimanapun bahkan ketika kantor bank sudah tutup.
Seseorang menggunakan mobile banking apabila orang tersebut percaya
bahwamobilebankingdapatmemberikanmanfaatterhadappekerjaannyadan
Universitas Sumatera Utara
43
pencapaian prestasi kerjanya. Para nasabah berharap memperoleh manfaat pada
saat nasabah melaksanakan tugas dan pekerjaan rutinnya setelah ia menggunakan
mobile banking.
Kemanfaatan bagi nasabah meliputi membuat pekerjaan lebih mudah,
menambah produktivitas, mempertinggi efektifitas, dan mengembangkan kinerja
pekerjaan. Kemanfaatan yang meningkatkan kinerja akan berdampak terhadap
penggunaan teknologi.
Risiko penggunaan mobile banking:
Risiko adalah sesuatu ketidakpastian yang dipertimbangkan orang untuk
memutuskan atau tidak melakukan transaksi secara online. Dapat dikatakan
bahwa transaksi online memiliki risiko tinggi, karena nasabah tidak dapat
melakukan transaksi secara tatap muka dan mereka juga tidak dapat memastikan
apakah transaksi yang telah dilakukannya,telah diproses secara tepat waktu atau
tidak. Sebelum menggunakan layanan mobile banking, nasabah pasti telah
mempertimbangkan kemungkinan berbagai risiko. Seperti, risiko bocornya PIN
dan data pribadi nasabah, risiko dari serangan virus, risiko salah kirim, atau
bahkan nasabah melakukan salah ketik. Namun, semua risiko tersebut dapat
diminimalisir, baik dari pihak bank ataupun dari nasabahnya. Untuk mencegah
terjadinya kebocoran pin dan data pribadi, maka pihak bank dapat memberikan
pengamanan yang berlapis-lapis agar pihak ke tiga tidak dapat mencuri data
nasabah. Sedangkan, untuk mengurangi risiko salah kirim ataupun salah ketik,
nasabah dapat melakukan pengecekan ulang sebelum dikirim.
Bagibankpenyelenggarasecara umum terdapat empat risikomanajemen yang
terkait dengan penggunaan mobile banking, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
44
1.Technology risk, yang berhubungan dengan kehandalan dan keamanan sistem
dari berbagai bentuk manipulasi ataupun pembobolan.
2. Reputationrisk,yangberkaitaneratdengancorporateimagedaribankitu sendiri
apabila layanan mobile banking-nya tidak berjalan dengan baik.
3.Outsourcing risk, dimana bank kerap menggunakan jasa pihak ketiga sebagai
providersehingga terdapat kemungkinan layanan pada suatu waktu dapat
mengalami gangguan.
4.Legal risk, dimana aspek hukum internet banking saat ini masih belum diatur
secara jelas dan lengkap.
Salah satu bank yang telah mengintegrasikan mobile banking ke dalam
layanannya adalah Bank Mandiri.Mandiri mobile banking merupakan layanan
perbankan Bank Mandiri yang mempermudah nasabah untuk melakukan berbagai
transaksi finansial dan nonfinansial dengan menggunakan aplikasi yang bisa
diakses melalui smartphone.
Mandiri mobile anda dapat melakukan transaksi finansial (transfer,
pembayaran, pembelian, dll), transaksi non finansial (cek saldo, cek histori,
transaksi, dll), informasi lokasi cabang/ATM, informasi kurs dan fitur-fitur
menarik lainnya.Untuk menggunakan layananini, anda perlu mengaktifkan
layanan mandiri sms kemudian mengunduh aplikasi mandiri mobile.
Keuntungan menggunakan mandiri mobile:
a.Memudahkannasabahuntukmelakukantransaksikarenamenulebihjelas, lebih
mudah digunakan dan tampilan yang lebih menarik.
b. Dapatdigunakannasabahdimanasajadankapansajakarenadiakseslewat telepon
seluler atau komputer tablet.
Universitas Sumatera Utara
45
c.Hemat dan singkat, karena terdapat menu transaksi favoritku yang dapat
menyimpan data transaksi nasabah sehingga alur transaksi menjadi lebih
singkat.
d.Personalized, karena setiap nasabah dapat memilih dengan tampilan foto
pribadi di menu utama.
e.Aman,karenasetiapmasukkedalamaplikasiharusmemasukkanpassword
atau identitas rahasia.
f.Proses pendaftaran yang mudah dengan berbagai mekanisme pengunduhan
aplikasi.35
Hal yang dapat dilakukan nasabah bila pada transaksi yang dilakukan terjadi
masalah yaitu, lapor segera ke mandiri call 14000 atau 021-52997777, dengan
menyampaikan data terkait.
C. Kesalahan Sistem Bank Pada Layanan Mobile Banking
Suatu tindakan dianggap oleh hukum mengandung unsur kesalahan
sehingga dapat dimintakan tanggung jawabnya secara hukum jika memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:
1.Ada unsur kesengajaan;
2.Ada unsur kelalaian (negligelence, culpa);
3.Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf (rechtvaardigingsground),
seperti keadaan memaksa (overmacht), membela diri, tidak waras, dan lain-
lain.36
35http://www.bankmandiri.co.id/article/mandirimobile.aspx
November2017Pukul21.58WIB diaksestanggal11
36MunirFuady,PerbuatanMelawanHukumPendekatanKontemporer,CitraAditya Bakti,Bandung,2005,hal.11
Universitas Sumatera Utara
46
Terdapat tiga aliran terhadap persyaratan unsur “kesalahan” di samping
unsur “melawan hukum” dalam suatu perbuatan melawan hukum, yaitu:
a.Aliranyangmenyatakancukuphanyadenganunsurmelawanhukumsaja.
Aliran ini menyatakan bahwa dengan unsur melawan hukum terutama dalam
artinya yang luas, sudah inklusif unsur kesalahan di dalamnya, sehingga tidak
diperlukan lagi unsur kesalahan terhadapsuatu perbuatan melawan hukum. Di
negeri Belanda aliran ini dianut oleh Van Oven.37
b.Aliran yangmenyatakan cukup hanya unsur kesalahan saja. Aliran ini
menyatakan bahwa dengan unsur kesalahan, sudah mencakup juga unsur
perbuatan melawan hukum di dalamnya, sehingga tidak diperlukan lagi unsur
“melawan hukum”terhadap suatu perbuatan melawan hukum.38
c.Aliran yangmenyatakan diperlukan, baik unsur melawan hukum maupun
unsur kesalahan. Aliran ini mengajarkan bahwa suatu perbuatan melawan
hukumdanunsurkesalahansekaligus,karenadalamunsurmelawanhukum saja
belum tentu mencakup unsur kesalahan.Kesalahan yang disyaratkan oleh
hukum dalam perbuatan melawan hukum baik kesalahan dalam arti “kesalahan
hukum” maupun “kesalahan sosial”.Terkait hal ini hukum menafsirkan
kesalahan sebagai suatu kegagalan seseorang hidup dengan sikap yang ideal,
yakni sikap yang biasa dan normal dalam suatu pergaulan masyarakat. Sikap
yang demikian kemudian mengkristal dalam istilah hukum yang disebut
dengan standar “manusia yang normal dan wajar” (reasonable man).39
37Ibid.hal.12 38Ibid.hal.12 39Ibid.hal.13
Universitas Sumatera Utara
47
Kesalahansistempadalayananmobilebankingterjadikarenaserver bank dan
server operator mengalami gangguan.Salah satu contohnya kegagalan transaksi
dan transaksi berulang karena SMS-delay.Dalam pemberian berbagai jasa layanan
perbankan, bank pada umumnya menghadapi berbagai risiko yang dikenal dengan
risiko perbankan dimana salah satu dari berbagai risiko tersebut adalah
operasional risk. Operasional risk adalah risiko kerugian akibat adanya
kekurangan atau gagalnya proses internal, akibat masalah sumber daya manusia
(SDM) dan sistem, atau eksternal. Risiko proses internal terkait dengan kegagalan
proses dan prosedur bank, contohnya kesalahan transaksi, kesalahan marketing,
dan kecukupan sistem pengawasan. Penyebab kesalahan-kesalahan tersebut
disebabkanolehprosesterlalurumitdantidakterorganisirdenganbaik.System risk
merupakan risiko yang terkait dengan penggunaan sistem dan teknologi.
Penyebabdarisystemrisk yaitukerusakandata,kesalahanentry,kesalahan program,
gangguan pelayanan, keamanan sistem virus dan kesesuaian sistem.
D. ContohKasusKesalahanSistembankyangmerugikannasabah(kasus
kerugian nasabah akibat terjadi gangguan terhadap satelit Telkom)
Berita dengan judul:
“Ribuan ATM Bank Tak Beroperasi Karena Gangguan Satelit Telkom 1”
Ditulis oleh Zulfi Zuhendra pada tanggal 27 Agustus 2017,21.49 WIB.40
Liputan6.com,JakartaSejumlahlayananbanktergangguakibatanomaliyang terjadi
pada satelit I milik Telkom I
40http://bisnis.liputan6.com/read/3073547/ribuan-atm-bank-tak-beroperasi-karena-
gangguan-satelit-telkom-1
Universitas Sumatera Utara
48
Direktur Utama PT Bank BCA, Jahja Setiaatmaja mengatakan, akibat dari
peristiwa ini, sekitar 30 persen dari total ATM Bank BCA mengalami gangguan.
Selain itu, sebanyak 100 kantor kas pun terdampak karena hal ini.
“Ada5.000ATMyangoffline,atau30persendaritotalATMdan100kantor kas,” tutur
Jahja kepada Liputan6.com, Minggu (27/8/2017).
Sampai sekarangJahja mengatakan masih dilakukan upaya perbaikan agar
layanankembaliberfungsinormal.Dari100kantorkasyangterdampak,baru65 kantor
kas yang sudah pulih dan dipastikan besok senin sudah beroperasi normal.
Sementara ATM, Jahja belum bisa memastikannya.
“Sedang diupayakan, tim kami sedang terus kontak dengan Telkom dan switching
company,” tuturnya.
Selain Bank BCA, sejumlah bank lain juga mengalami gangguan karena anomali
yang terjadi pada satelit Telkom ini, termasuk bank-bank BUMN.
Bank BRI mencatat dari 24 ribu ATM milik Bank BRI hanya sekitar 300 ATM
yang terkena dampak ini. Selain itu ada 130 kantor unit yang juga terkena
pengaruhnya.
Hal ini disebabkan, satelit Telkom I digunakan BRI untuk operasional ATM di
daerah remote, terpencil atau terluar, bukan di kota-kota besar.
Selain itu, BRI juga mempercepat migrasi dari ATM yang masih menggunakan
satelit Telkom ke BRISat. Jadi mayoritas ATM BRI sekarang menggunakan satelit
milik sendiri,
Sama halnya dengan BRI, Bank Mandiri juga mengklaim gangguan yang terjadi
pada satelit Telkom tak begitu memberikan dampak negatifpada layanan ke
nasabah.
Universitas Sumatera Utara
49
Dari sekitar 17 ribu ATM, sekitar 2000 ATM Mandiri masih menggunakan satelit
Telkom I. “Jadi sekitar 13 persen-14 persen dari total ATM, jadi mudah-mudahan
tidak terlalu mengganggu,” ujar Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas
di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (27/8/2017).
Dia mengungkapkan, dari 2.000 ATM tersebut, rata-rata berada di wilayah
terpencil dan terluar.Sedangkan di kota-kota besar tidak menggunakan layanan
satelit tersebut.
SejumlahATMBanklainsepertiBNIdanlainnyajugamengalamigangguan yang sama.
Namun belum dipastikan berapa jumlah ATM yang terdampak.
Contoh kasus lainnya:
Berita dengan judul:
“ Nasabah Korban Mandiri Online Ungkap Transfer Dana Misterius”41
Ditulis oleh Martha Ruth Thertina pada tanggal 8 Mei 2017, pukul 22.50
WIB.LayananMandiriOnlinekembaliberfungsinormalsejakSabtu(6/5)pekanlalu.
BankMandirimengatakantidakadadananasabahyangraibmeskisempatterjadi
kekeliruan sistempada layanan tersebut. Namun, beberapa nasabah justru
menemukan dana di rekeningnya ter-transfer ke sejumlah rekening lain di
berbagai bank berbeda.
Transfer dana tanpa sepengetahuan pemilik rekening itu menimpa nasabah Bank
Mandiri asal Yogyakarta, Marisanti Marlan. Ibu rumah tangga yang tengah
menjalani studi pascasarjana ini menuturkan, meski tak pernah menggunakan
layanan Mandiri Online dananya terkuras lewat layanan tersebut.
41https://katadata.co.id/berita/2017/05/08/nasabah-korban-mandiri-online-ungkap-
transfer-dana-misterius
Universitas Sumatera Utara
50
“Jumat (5/5) pagi ketika melakukan pengecekanmail masuk, ada notifikasi dari
Bank Mandiri, adanya transfer dari rekening saya, tiga transaksi ke tiga rekening
berbeda,” kata dia kepada Katadata, Senin (8/5).
Berdasarkannotifikasiviasuratelektronikitu,transferdanaterjadipadaJumat dini hari
dalam rentang pukul 00.00-01.30 melalui fasilitas Mandiri Online. “Saya
langsungceksaldomenggunakanmandirimobiledanternyatamemangsaldo saya
sudah berkurang,” ujar Marisanti.
Ia memang pengguna layanan mobile banking dan internet banking Bank Mandiri.
Layanan internet banking hanya diaktifkan untuk transaksi nonfinansial yaitu
mutasi rekening dan cek saldo.
Adapun, Mandiri Online merupakan layanan anyar yang menggabungkan mobile
banking dan internet banking.Soft launchinglayanan itu dilakukan pada 21 Maret
lalu.Nasabah pengguna layanan mobile banking dan internet banking bisa
langsung memanfaatkan fasilitas tersebut tanpa harus mendaftar lagi.
Marisanti mengaku, total dana dalam rekeningnya terkuras Rp.45 juta. Dananya
mengalir ke rekening di Bank Negara Indonesia (BNI) sebesar Rp.10 juta, Bank
CIMB Niaga Rp.25 juta, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Rp.10 juta.
Mengetahui dananya ditransfer tanpa sepengetahuan dan otoritasnya, Marisanti
langsung mengadu ke Kantor Cabang Bank Mandiri di Universitas Gadjah Mada
(UGM).“Sudah melakukan laporan ke Bank Mandiri tetapi untuk hasilnya masih
menunggu hasil investigasi dari bank,” ujarnya.
Hingga Senin (8/5) sore, dia mengaku belum mendapat pengembalian dana.
“BarusansajainisayabalikdariBankMandiri,daripihakbankmenyatakan
Universitas Sumatera Utara
51
masih dalam proses investigasi,” ujarnya. Marisanti juga sudah melapor ke polisi
mengenai dugaan adanya pencurian dana.
Gara-gara kejadian tersebut, Marisanti mengaku kapok menggunakan layanan
bank berbasiskan internet. “Jelas ada rasa khawatir bahkan kapok menggunakan
layananini.KepercayaansayaterhadapBankMandirijugasudahhilang,”kata dia. Ia
pun berharap dananya dan nasabah lain segera dikembalikan ke saldo semula.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB IV
TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
NASABAH BANK YANG MENGALAMI KERUGIAN DALAM
TRANSAKSI MOBILE BANKING
A. Pertanggungjawaban Pihak Bank Apabila Nasabah Mengalami
Kerugian
PengaturanmengenaiperbankanadadidalamUndang-UndangNomor10
Tahun 2008 tentang Perbankan. Menurut Pasal 1 ayat(2), “bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.”
Mengenai bentuk usaha bank, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan mewajibkan bentuk usaha yang berbadan hukum. Badan
hukum dalam Bahasa Belanda rechtpersoon ialah suatu badan yang dapat
mempunyai harta kekayaan, hak serta kewajiban seperti orang-orang pribadi”.42
Adaduaistilahmengenaipertanggungjawabandalamkamushukum,yaitu
liabilitydan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas
menunjuk hampir semua risiko atau tanggung jawab meliputi semua karakter hak
dan kewajiban secara aktual maupun potensial seperti kerugian, ancaman,
kejahatan, biaya atau kondisi yang menimbulkan kewajiban untuk melaksanakan
undang-undang.Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas
suatu kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan
meliputi juga kewajiban bertanggungjawab atas undang-undang yang
42EddiSopandi,HukumBisnis,RefikaAditama,Bandung,2003
Universitas Sumatera Utara
53
dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability
menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat
kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility
menunjuk pada pertanggungjawaban politik.43
Padalayananmobilebankingpihakyangpertamabertanggungjawabadalah
bankyangberkedudukansebagaipenyediajasalayanan,dimanadalamhalini
bankdisebutjugasebagaipelakuusaha.Pasal1angka3Undang-UndangNomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa:
“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”
AdapuntanggungjawabpelakuusahasebagaimanatercantumdalamPasal
19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
adalah:
1. Pelakuusahabertanggungjawabmemberikangantirugiataskerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
2.Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggat waktu 7(tujuh) hari setelah tanggal transaksi.
4.Pemberiangantirugisebagaimanadimaksudpadaayat(1)danayat(2) tidak menghapuskankemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
5.Ketentuansebagaimanadimaksudpadaayat(1)danayat(2)tidakberlaku apabilapelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut kesalahan konsumen.
43RidwanH.R,HukumAdministrasiNegara,GrafindoPersada,Yogyakarta,2006,
hal.335
Universitas Sumatera Utara
54
Secara umum, tuntutan ganti kerugian yang dialami oleh konsumen sebagai
akibat penggunaan produk, baik yang berupa kerugian materi, fisik maupun jiiwa,
dapat didasarkan pada beberapa ketentuan, secara garis besar ada dua kategori,
yaitu tuntutan ganti kerugian berdasarkan wanprestasi dan tuntutan ganti kerugian
berdasarkanperbuatanmelawanhukum.44 Selaintanggungjawab,pelakuusaha juga
memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan sebagaimana diatur dalam
Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, antara lain:
Pasal 6Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen:
Hak pelaku usaha adalah:
a.Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b.Hakuntukmendapatperlindunganhukumdaritindakankonsumenyang beritikad tidak baik;
c.Hakuntukmelakukanpembelaandirisepatutnyadidalampenyelesaian hukum sengketa konsumen;
d.Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumentidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e.Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Pasal 7Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen:
Kewajiban pelaku usaha adalah:
1)Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; 2) Memberikaninformasiyangbenar,jelasdanjujurmengenaikondisidan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
3)Memperlakukanataumelayanikonsumensecarabenardanjujursertatidak diskriminatif;
44AhmadiMirudanSutarmanYodo,Op.Cit,hal.127
Universitas Sumatera Utara
55
4)Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
5) Memberikesempatankepadakonsumenuntukmenguji,dan/ataumencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
6)Memberikompensasi,gantirugidan/ataupenggantianataskerugianakibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
7) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa:45
“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup dan tidak untuk diperdagangkan.”
Konsumendisebutsebagainasabahdalamduniaperbankan,yaituorang
yangmenggunakanjasabanksebagaimanatercantumdalamPasal1angka16
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sama halnya dengan bank, nasabah juga
mempunyaihaksepertiyangtercantumdalamPasal4Undang-UndangNomor8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:
Hak konsumen adalah:
(a)Hakataskenyamanan,keamanandankeselamatandalammengkonsumsi barang dan/atau jasa;
(b)Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
(c)Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
(d)Hakuntukdidengarpendapatdankeluhannyaatasbarangdan/ataujasa yang digunakan;
45Pasal1angka2Undang-UndangNomor8Tahun1999tentangPerlindungan
Konsumen
Universitas Sumatera Utara
56
(e)Hakuntukmendapatkanadvokasi,perlindungan,danupayapenyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
(f)Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; (g)Hakuntukdiperlakukanataudilayanisecarabenardanjujursertatidak
diskriminatif; (h)Hak untukmendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabilabarangdan/ataujasayangditerimatidaksesuaidenganperjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
(i)Hak-hak yangdiatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Bentuk pertanggungjawaban bank salah satunya dalam kasus bila terjadi
kerugian yang dialami nasabah layanan mobile banking akibat kesalahan dari
sistem bank yang mengakibatkan hilangnya dana nasabah pada rekeningnya,
diwujudkan dengan dikreditkan kembali kedalam rekening nasabah sejumlah yang
besarnya sama dengan kerugian tersebut. Hal ini mewujudkan bahwa bank telah
memenuhi kewajibannya sebagai pelaku usaha untuk memberikan ganti rugi.
Maka bank telah melakukan kewajibannya yang tercantum dalam Pasal 7 huruf f
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
menyatakan:
“Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.”
Dipenuhinya kewajiban pelaku usaha untuk mengganti kerugian oleh bank
secara otomatis terpenuhi juga hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi
sebagaimanatercantumdalamPasal4hurufhUndang-UndangNomor8Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:
“Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya.”
Pasal 19Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumenmenjelaskanbahwabankwajibmemberikangantirugikepadanasabah
Universitas Sumatera Utara
57
ketika nasabah merasa dirugikan atas kesalahan atau kelalaian bank. jika pihak
bank tidak memenuhi ganti rugi, maka nasabah dapat melakukan tuntutan
terhadappihakbank,sepertitercantumpadaPasal23Undang-UndangNomor8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan bahwa:
“Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak
memenuhigantirugiatastuntutankonsumensebagaimanadimaksuddalamPasal
19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan
penyelesaiansengketa konsumenataumengajukanke badanperadilandi tempat
kedudukan konsumen.”46
B. PenyelesaianSengketayangdapatdilakukanNasabahyangMengalami
Kerugian dalam Transaksi mobile banking
Istilah penyelesaian sengketa berasal dari terjemahan Bahasa Inggris, yaitu
dispute resolution.Richard L.Abel mengartikan sengketa (dispute) adalah sebagai
berikut:
“Pernyataan publicmengenai tuntutan yang tidak selaras (inconsistent
claim) terhadap sesuatu yang bernilai”.47
DefinisilaindikemukakanolehNaderdanTodd.Iamengartikansengketa
adalah:
“Keadaan di mana konflik tersebut dinyatakan di muka atau dengan melibatkan pihak ketiga. Selanjutnya ia mengemukakan istilah prakonflik dan konflik. Prakonflik adalah keadaan yang mendasari rasa tidak puas seseorang. Konflik itu sendiri adalah keadaan di mana para pihak menyadari atau mengetahui tentang adanya perasaan tidak puas tersebut”.48
46Pasal23Undang-UndangNomor8Tahun1999tentangPerlindunganKonsumen 47LawrenceM.Friedman,AmericanLawanIntroduction,diterjemahkanolehWisnu
Basuki,TataNusa,Jakarta,2001 48ValerineJ.L.Kriekhoff,“Mediasi(TinjauanDariSegiAntropologiHukum)”,
AntropologiHukum:SebuahBungaRampaiolehIhromi,YayasanObor,Jakarta,2001
Universitas Sumatera Utara
58
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa:
“Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.
Kepastianhukumtersebutdapatdiaplikasikandalambentukpemenuhan hak-hak
konsumen, yaitu salah satunya adalah hak untuk mendapatkan informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi barang dan jaminan barang dan/atau
jasa,sebagaimanatercantumdalamPasal4hurufcUndang-UndangNomor8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Kesalahan sistem bank pada
layanan mobile banking yang mengakibatkan kerugian pada nasabah bank, selain
melanggar hak konsumen yang tercantum dalam Pasal 4 huruf c Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen juga merugikan
konsumen/nasabah. Mekanisme penyelesaian sengketa konsumen telah diatur
dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, yaitu:
“Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau memenuhi ganti kerugian atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) sampai dengan ayat (4) dapat digugat melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau mengajukan ke badan Peradilan di tempat kedudukan konsumen”
Ketentuan Pasal23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
PerlindunganKonsumen,dapatdisimpulkanbahwaUndang-UndangNomor8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menghendaki penyelesaian sengketa
di luar pengadilan terlebih dahulu diselesaikan sendiri oleh kedua belah pihak
secara damai, yaitu tanpa melalui pengadilan maupun Lembaga Badan
Penyelesaian SengketaKonsumen (BPSK). Berdasarkan Pasal45 Undang-
Universitas Sumatera Utara
59
Undang Nomor8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan
bahwa:
1.Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
2.Penyelesaiansengketakonsumendapatditempuhmelaluipengadilanataudi luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
3.Penyelesaiansengketadiluarpengadilansebagaimanadimaksudpadaayat(2) tidak menghilangkantanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang.
4.Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.
Penjelasan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, nasabah layanan mobile banking yang mengalami
kerugian pada saat menggunakan layanan mobile banking dapat melakukan upaya
penyelesaian melalui jalur pengadilan atau di luar pengadilan dengan
memperhatikan jangka waktu pengajuan gugatan yang telah ditentukan dalam
Pasal 27 huruf e Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, yaitu:
“Lewatnyajangkawaktupenuntutan4(empat)tahunsejakbarangdibeliatau lewatnya jangka waktu yang diperjanjikan”.
Adanya beberapa pilihan media penyelesaian sengketa dalam produk
layanan mobile banking merupakan salah satu perwujudan untuk memenuhi hak
konsumensebagaimanadiaturdalamPasal4hurufeUndang-UndangNomor8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu:
“Hak untukmendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut”.
a.Upaya penyelesaian sengketa melalui pengadilan
Universitas Sumatera Utara
60
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi) adalah suatu pola
penyelesaian sengketa yang terjadi antara para pihak yang bersengketa, di mana
dalam penyelesaian sengketa itu diselesaikan oleh pengadilan.Putusannya bersifat
mengikat.Penggunaan sistem litigasi mempunyai keuntungan dan kekurangannya
dalam penyelesaian suatu sengketa.
Pasal 48Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen menyatakan bahwa:
“Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 45”.
Pengadilan merupakan lembaga formal yang umumnya dipergunakan oleh
masyarakat untuk menyelesaikan segala bentuk permasalahan yang dihadapinya.
Penyelesaiansuatuperkarayangdiajukankepengadilandapatdibedakanmenjadi
2 (dua) yaitu:
1)Jurisdictio voluntaria: Diajukannya perkara ke pengadilan, bukan untuk diberi
suatu keputusan, melainkan meminta suatu ketetapan dari hakim untuk
memperoleh kepastian hukum, seperti permohonan untuk ditetapkan sebagai
ahli waris, permohonan ganti nama, permohonan pengangkatan anak dan lain-
lain.
2)Jurisdictio contentiosa: Diajukan perkara ke pengadilan karena ada suatu yang
disengketakan. Sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan oleh pihak-pihak
sendiri, sehingga dimohonkan kepada hakim untuk diselesaikan sengketanya
secara adil dan kemudian diberikan suatu putusan.49
49SusantiAdiNugroho,ProsesPenyelesaianSengketaKonsumenDitinjaudariHukum
AcarasertaKendalaImplementasinya,KencanaPrenadaMediaGroup,Jakarta,2008,hal.263
Universitas Sumatera Utara
61
Berdasarkanadanyaperbedaankewenangandiatas,terdapattigabentuk putusan
hakim yaitu:
(a)Putusandeklaratoiradalahputusanyangbersifatmenerangkan,menegaskan
suatu keadaan hukum semata-mata, misalnya penetapan mengenai ahli
waris, anak angkat dan lainnya.
(b)Putusan kondemnatoir adalah putusan yang berisi penghukuman.
(c)Putusankonsitutifadalahputusanyangmeniadakansuatukeadaanhukum atau
menimbulkan keadaan hukum baru, misalnya putusan perceraian dan
putusan mengenai kepailitan.50
Adanyaperbedaankewenangandanbentukkeputusantersebutdiatas,dapat
disimpulkan bahwa perkara nasabah layanan mobile banking yang mengalami
kerugian akibat kesalahan dari sistem bank merupakan perkara jurisdiction
contentiosa, dengan permohonan putusan yang bersifat kondemnatoir yang berisi
penghukuman (pemberian ganti rugi).
b.Upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan
PadaPasal47Undang-UndangNomor8Tahun1999tentangPerlindungan
Konsumen menyatakan bahwa:
“Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselengggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamintidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen”.51
Berdasarkan Pasal45 ayat (4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, menyatakan bahwa:
“Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatanmelalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya
50Ibid,hal.264 51LihatPasal47Undang-UndangNomor8Tahun1999tentangPerlindunganKonsumen
Universitas Sumatera Utara
62
tersebutdinyatakantidakberhasilolehsalahsatupihakatauolehparapihakyang bersengketa”.
Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa:
“Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di daerah
tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan”.
Penjelasan Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, penyelesaian sengketa di luar pengadilan menjadi
wewenang lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa konsumen. Adapun
tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
sebagaimanadimaksuddalamPasal52hurufaUndang-UndangNomor8Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:
“Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi”.
Penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa adalah
lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang
disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.52
Pengertian mediasitercantum dalam Pasal 1 angka 5 Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan, yaitu:
“Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian ataupun seluruh permasalahan yang disengketakan”.53
Prosesmediasiperbankanmerupakankelanjutandaripengaduannasabah
apabila nasabah merasa tidak puas atas penanganan dan penyelesaian yang
52Pasal1angka10Undang-UndangNomor30Tahun1999tentangArbitrasedan AlternatifPilihanPenyelesaianSengketa.
53Pasal1angka5PeraturanBankIndonesiaNomor8/5/PBI/2006tentangMediasi Perbankan
Universitas Sumatera Utara
63
diberikanbank.pengaduandimaksudsebagaimanadiaturdalamPasal1angka4
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/10/PBI/2008 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan
Nasabah, yaitu:
“Pengaduan adalah ungkapan ketidakpuasan nasabah yang disebabkan oleh adanyapotensikerugianfinansialpadanasabahyangdidugakarenakesalahan atau kelalaian bank”.
Konsiliasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa diantara para pihak
yang melibatkan pihak ketiga yang netral dan tidak memihak.54sedangkan
pengertianarbitrasediaturdalamPasal1angka1Undang-UndangNomor30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah:
“Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa”.
Arbitrase sebagai salah satu lembaga alternatif penyelesaian sengketa,
adalah bentuk alternatif paling formal untuk menyelesaikan sengketa sebelum
berlitigasi. Dalam proses ini pihak bersengketa mengemukakan masalah mereka
kepada pihak ketiga yang netral dan memberinya wewenang untuk memberi
keputusan.55Mediasi dan konsiliasi melibatkan pihak ketiga yang berfungsi
menghubungkan kedua belah pihak yang bersengketa, dimana dalam mediasi
fungsi pihak ketiga dibatasi hanya sebagai penyambung lidah, sedangkan dalam
konsiliasi pihak ketiga secara aktif dalam memberikan usulan solusi atas sengketa
yang terjadi. Sedangkan arbitrasemerupakan suatu bentuk peradilan swasta,
54SusantiAdiNugroho,Op.Cit,hal.106 55SusantiAdiNugroho,Op.Cit,hal.114
Universitas Sumatera Utara
64
denganarbitersebagaihakimswastayangmemutusuntukkepentingankedua belah
pihak yang bersengketa saja.56
Dengan demikian, apabila nasabah layanan mobile banking yang mengalami
kerugian akibat kesalahan dari sistem bank dalam penyelesaian sengketa memilih
jalur di luar pengadilan (non litigasi) dengan mengajukan pengaduan terlebih
dahulu, yaitu dengan meminta pertanggung jawaban kepada pihak bank untuk
memberikan ganti rugi atas kerugian yang dialaminya akibat kesalahan dari sistem
bank pada layanan mobile banking.Apabila upaya tersebut tidak dihiraukan oleh
pihakbank,berdasarkanPasal23JunctoPasal52hurufaUndang-UndangNomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen dapat mengajukan
permohonanpenyelesaiansengketakepada BadanPenyelesaianSengketa Konsumen
(BPSK) dengan memilih salah satu diantara cara penyelesaian sengketa yaitu
mediasi, konsiliasi, dan arbitrase. Namun tidak menutup kemungkinan dilakukan
penyelesaian sengketa secara berjenjang, dalam arti bahwa sengketa konsumen
diusahakan melalui mediasi terlebih dahulu, apabila penyelesaiansengketa tersebut
gagal,maka ditingkatkanmenjadi penyelesaian sengketa melalui konsiliasi dan
seterusnya. Namun apabila masih gagal, maka penyelesaian dilakukan melalui
arbitrase yang menghasilkan putusan bersifat final dan banding kepada para
pihak.Dalam Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) tidak ada upaya
banding dan kasasi.
56GunawanWidjaja,AlternatifPenyelesaianSengketa,RajaGrafindo,Jakarta,2005,
hal.85
Universitas Sumatera Utara
65
C. PerlindunganHukumTerhadapNasabahyangMengalamiKerugian
Akibat Kesalahan dari Sistem Bank Pada Layanan Mobile Banking
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
Lembaga perbankan adalah lembaga yang mengandalkan kepercayaan
masyarakat. Dengan demikian, guna tetap mengekalkan kepercayaan masyarakat
terhadap bank, pemerintah harus berusaha melindungi masyarakat dari tindakan
lembaga ataupun oknum pegawai bank yang tidak bertanggung jawab dan
merusak sendi kepercayaan masyarakat. Apabila suatu saat terjadi merosotnya
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan, hal tersebut merupakan
suatu bencanabagi ekonomi negara secara keseluruhan dan keadaan tersebut
sangat sulit untuk dipulihkan kembali.57
Melihat begitu besarnya risiko yang dapat terjadi apabila kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga perbankan merosot, tidak berlebihan jika usaha
perlindungan konsumen jasa perbankan mendapat perhatian yang khusus. Dalam
rangka usaha melindungi konsumen secara umum sekarang ini telah ada Undang-
Undangnya, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen memberikan konsekuensi logis terhadap pelayanan jasa perbankan.
Pelaku usaha jasa perbankan oleh karenanya dituntut untuk:
1.Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; 2.Memberikan informasiyang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
jasa yang diberikannya;
57MuhamadDjumhanaI,Op.Cit,hal.303
Universitas Sumatera Utara
66
3.Memperlakukanataumelayanikonsumensecarabenardanjujursecaratidak diskriminatif;
4.Menjamin kegiatan usaha perbankannya berdasarkan ketentuan standar perbankan yang berlaku;
5.Dan sebagainya.
Tuntutan di atas merupakan hal yang wajar dalam rangka menjalankan
kehati-hatian di bidang jasa perbankan. Para pelaku usaha perbankan memang
harus mempunyai integritas moral yang tinggi.58
Menyangkut usaha untuk melindungi konsumen sebenarnya tidak
bergantungpadapenerapanhukumperdatasematasebagaimana diharapkan
melaluisanksidanmekanismegugatangantirugi.59 Ketentuanhukumlainnya, seperti
hukum pidana ataupun hukum administrasi negara juga memuat ketentuan aturan
yang dapat melindungi konsumen, misalnya mekanisme perizinan dan
pengawasanyangdiperketat.Kondisisaatinibahkanperlindungankonsumen telah
mendapatkan perhatian yang lebih serius dengan ditetapkannya peraturan
perundang-undanganyangmengaturuntukitu,yakniUndang-UndangNomor8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Namun, tetap diperlukan suatu
kehati-hatian dalam menentukan siapa yang bertanggung jawab atas kelalaian atau
kesalahan yang telah terjadi dalam pengelolaan atau pengurusan bank sehingga
terjadi suatu kerugian yang dialami oleh para nasabah.
Langkah nyata dari Bank Indonesia dalam perlindungan konsumen saat ini
sudah semakin terlihat, di antaranya,menempatkan perlindungan konsumen
sebagai salah satu pilar perbankan nasional. Menyangkut pengaturan pun sudah
terlihat dengan diterbitkannya beberapa peraturan yang secara fokus untuk
melindungi konsumen, diantaranya:
58MuhamadDjumhanaI,Op.Cit,hal.304 59MuhamadDjumhanaI,Op.Cit,hal.306
Universitas Sumatera Utara
67
a.PeraturanBank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.
b.Peraturan BankIndonesia Nomor 8/5/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentangMediasiPerbankanyangditindaklanjutidenganSuratEdaranBank Indonesia Nomor 8/14/DPNP.60
Membicarakan perlindungan hukum terhadap nasabah kita tidak dapat
memisahkan diri dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, karena pada dasarnya Undang-Undang inilah yang
dijadikan bagi perlindungan konsumen termasuk halnya nasabah secara umum.
Sistem komunikasi bergerak diyakini akan memegang peranan yang
semakin penting dalam memenuhi kebutuhan telekomunikasi, karena adanya
fasilitas mobile banking semakin memudahkan para nasabah bank untuk
melakukan transaksi perbankan tanpa harus datang ke bank secara langsung.61
Definisi bank secara hukum dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 2
Undang-UndangNomor10Tahun1998tentangPerubahanAtasUndang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa:62
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuksimpanandanmenyalurkannyakepadamasyarakatdalambentukkredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menyatakan bahwa:
“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.
60MuhamadDjumhanaI,Op.Cit,hal.308 61MuhamadDjumhanaII,Azas-AzasHukumPerbankanIndonesia,CitraAdityaBakti,
Bandung,2008,hal.277 62Pasal1angka2Undang-UndangNomor10Tahun1998tentangPerubahanAtas
Undang-UndangNomor7Tahun1992tentangPerbankan
Universitas Sumatera Utara
68
Di Indonesia lembaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi yang
khusus, jadi perbankan Indonesia selain memiliki fungsi yang lazim, juga
memiliki fungsi yang diarahkan sebagai agen pembangunan (agent of
development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan guna mendukung
pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitasnasional,kearahpeningkatantarafhiduprakyatbanyak.63Haliniberarti
kehadiran bank sebagai suatu badan usaha tidak semata-mata bertujuan bisnis,
namun ada misi lain, yaitu guna peningkatan kesejahteraan rakyat pada
umumnya.64
Menurut ketentuanPasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/6/PBI/2005 tentangTransparansi Informasi Produk dan Penggunaan Data
Pribadi Nasabah menyatakan bahwa:
“Produkbankadalahprodukdanataujasaperbankantermasukprodukatau jasa lembaga keuangan bukan bank yang dipasarkan oleh Bank sebagai agen pemasaran”.
Pasal 1 angka 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 tentang
Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank
Umum menyatakan bahwa:
“Layanan perbankan melalui media elektronik adalah layanan yang memungkinkan nasabah bank untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui media elektronik antara lain ATM, phone banking, electronic fund, transfer, internet banking, mobile banking”.
Pelaksanaan kegiatan perbankan dalam memberikan pelayanan kepada
nasabah dapatdilakukan dengan cara konvensional ataupun melalui media
63Ibid,hal.86 64SentosaSembiring,Opcit,hal.2
Universitas Sumatera Utara
69
alternatif lainnya.65Media alternatif lainnya sepertimobile banking. Mobile banking
dianggap berkaitan erat dengan pengertian atau disingkat dengan (M- banking)
berarti fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone. Terkait
penyediaan fasilitas yang hampirsama dengan ATM kecuali mengambil uang tunai
(cash).66
Dalam peraturanPerundang-undangan di Indonesia, istilah konsumen
sebagaidefinisiyuridisformalditemukanpadaPasal1angka2Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa:
“Konsumenadalahsetiaporangpemakaibarangdanjasayangtersediadalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.
Industri perbankan menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat, sehingga konsekuensinya menimbulkan 2 (dua)
hubungan hukum, yaitu pertama, hubungan antara bank (debitur) dan nasabah
penyimpan dana (kreditur), berupa perjanjian penanaman dana dan kedua
hubungan hukum antara bank (kreditur) dengan nasabah penyimpan dana,berupa
perjanjian kredit bank (pembiayaan berdasarkan prinsip syariah). Disamping
melakukan kegiatan usaha menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian
menyalurkan dana tersebut ke masyarakat, industri perbankan melakukan kegiatan
pelayanan jasa bank yang merupakan bagian dari kegiatan usaha yang lazim
dilakukannya.67
65BudiAgusRiswandi,AspekHukumInternetBanking,RajaGrafindoPersada,Jakarta,
2005,hal.21 66WijiNurastuti,Op.Cit,hal.110 67 Rachmadi UsmanII, Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan,
MandarMaju,Bandung,2011,hal.77
Universitas Sumatera Utara
70
Perlindungan hukum di dalam peraturan perbankan diatur dalam Pasal 29
ayat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa:68
“Untuk kepentingan nasabah bank menyediakan informasi mengenai kemungkinantimbulnyarisikokerugianbagitransaksinasabahyangdilakukan melalui bank”.
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa:
“Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”.
Perlindungan konsumen merupakan perwujudan dari salah satu kepentingan
konsumen. Empat macam kepentingan, yaitu sebagai berikut:
1)Kepentingan fisik, berkenaan dengan badan atau tubuh yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan tubuh dan jiwa dalam penggunaan barang dan/atau jasa. Kepentingan fisik ini juga berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan jiwa.Kepentingan fisik konsumen ini harus diperhatikan oleh pelaku usaha.
2) Kepentingansosialdanlingkungan,terwujudnyakeinginankonsumenuntuk memperoleh hasil yang optimal dari penggunaan sumber-sumber ekonomi mereka dalam mendapatkan barang dan jasa yang merupakan kebutuhan hidup, sehingga konsumen memerlukan informasi yang benar mengenai produk yang mereka konsumsi, sebab jika tidak maka akan terjadi gejolak sosial apabila konsumen mengkonsumsi produk yang tidak aman.
3) Kepentingan ekonomi, para pelaku usaha untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya adalah sesuatu yang wajar, akan tetapi daya beli konsumen juga harusdipertimbangkan dalam arti pelaku usaha jangan memikirkan keuntungansematatanpamemerincibiayariil produksiatassuatuprodukyang dihasilkan.
4)Kepentinganperlindunganhukum,akseskonsumenterhadapkeadilan(access tojustice),konsumenberhakuntukdilindungidariperlakuan-perlakuanusaha yang merugikan.69
PadaPasal2Undang-UndangNomor8Tahun1999tentangPerlindungan
Konsumen menyatakan bahwa:
68Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor7Tahun1992tentangPerbankan
69M.AliMansyur, Penegakan Hukum tentang Tanggung Gugat Produsen dalam PerwujudanPerlindunganKonsumen,GentaPress,Yogyakarta,2007,hal.81
Universitas Sumatera Utara
71
“Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum”.70
PenjelasanbeberapaasasyangtercantumdalamPasal2Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu:
(a)Asas kemanfaatan mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
(b)Asaskeadilandimaksudkanagarpartisipasiseluruhrakyatdapatdiwujudkan secaramaksimaldanmemberikankesempatankepadakonsumendanpelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
(c)Asaskeseimbanganmenghendakiagarkepentingankonsumen,pelakuusaha danpemerintahdiaturdanharusdiwujudkansecaraseimbangsesuaidengan hak dankewajibannya masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
(d)Asas keamanandankeselamatankonsumendimaksudkanuntukmemberikan jaminanataskeamanandankeselamatankepadakonsumendalampenggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
(e)Asaskepastianhukumdimaksudkanagarbaikpelakuusahamaupunkonsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen serta negara menjamin kepastian hukum.71
Berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, memberikan konsekuensi logis terhadap pelayanan jasa perbankan,
oleh karenanya bank dalam memberikan layanan kepada nasabah dituntut untuk:
1.1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; 1.2. Memberikaninformasiyangbenar,jelasdanjujurmengenaikondisidan
jaminan jasa yang diberikannya; 1.3. Memperlakukanataumelayanikonsumensecarabenardanjujursertatidak
diskriminatif; 1.4. Menjamin kegiatanusaha perbankannya berdasarkan ketentuan standar
perbankan yang berlaku dan beberapa aspeknya.72
Tujuan dari perlindungan konsumen adalah sebagai berikut:
a.1. Meningkatkankesadaran,kemampuandankemandiriankonsumenuntuk
melindungi diri;
70Pasal2Undang-UndangNomor8Tahun1999tentangPerlindunganKonsumen
71JanusSidabalok,HukumPerlindunganKonsumendiIndonesia,CitraAdityaBakti, Bandung,2014,hal.26
72LukmanSantosoAz,HakdanKewajibanHukumNasabahBank,PustakaYustisia, Bandung,2011,hal.86
Universitas Sumatera Utara
72
a.2. Mengangkatharkatdanmartabatkonsumendengancaramenghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
a.3. Meningkatkanpemberdayaankonsumendalammemilih,menentukandan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
a.4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastianhukumdanketerbukaaninformasisertaaksesuntukmendapatkan informasi;
a.5. Menumbuhkankesadaranpelakuusahamengenaipentingnyaperlindungan konsumensehinggatumbuhsikapyangjujurdanbertanggungjawabdalam berusaha;
a.6. Meningkatkankualitasbarangdan/ataujasayangmenjaminkelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.73
Perlindungan nasabah juga diatur dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan
Penggunan Data Pribadi Nasabah, yaitu:
“Bank wajibmenyediakan informasi tertulis dalam bahasa Indonesia secara lengkap dan jelas mengenai karakteristik setiap produk bank”.74
Masalah perlindungan hukum bagi konsumen perbankan merupakan suatu
hal yang sangat dilematis, sehingga sampai saat ini masalah perlindungan hukum
bagi konsumen belum mendapat tempat yang baik dalam sistem perbankan
nasional.75Perlindungan konsumen dipandang secara material maupun formal
makin terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi
produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai
sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya
baik langsung maupun tidak langsung, konsumenlah yang pada umumnya akan
merasakan dampaknya. Dengan demikian, upaya-upaya dalam memberikan
73Pasal3Undang-UndangNomor8Tahun1999tentangPerlindunganKonsumen
74Pasal4ayat(1)PeraturanBankIndonesiaNomor:7/6/PBI/2005tentangTransparansi InformasiProdukBankdanPenggunanDataPribadiNasabah
75WulanmasA.P.G.Frederik,BukuAjarHukumPerbankan,GentaPress,Yogyakarta, 2012,hal.139
Universitas Sumatera Utara
73
perlindungan terhadap kepentingan konsumen terutama konsumen di Indonesia
merupakan suatu hal yang penting untuk segera dicari solusinya, terlebih pada era
perdagangan bebas saat ini.76
Bank Indonesiasebagai pelaksana otoritas moneter mempunyai peranan
yang besar dalam usaha melindungi, dan menjamin agar nasabah tidak mengalami
kerugian akibat tindakan bank yang salah. Hal-hal yang menyangkut dengan
usaha perlindungan nasabah diantaranya berupa laporan dan data-data yang
merupakan bahan informasi.
Menurut Hadjon dalam Sri Sumantri perlindungan hukum bagi rakyat
meliputi dua hal yaitu perlindungan hukum preventif dan represif.Perlindungan
hukum preventif diberikan oleh pemerintah dalam bentuk pencegahan terjadinya
pelanggaran.Hal ini diterapkan dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan,pembinaan,danpengawasan.Perlindungan hukumrepresif merupakan
perllindungan akhir berupa penindakan dan pemberian sanksi seperti denda,
penjaradanhukumantambahanyangdiberikanapabilasudahterjadisengketa
atau telah dilakukan suatu pelanggaran terhadap peraturan tertentu.77
PengaturanmobilebankingtidakterlepasdariUndang-UndangNomor10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, dimana kegiatan mobile banking pada khususnya dan
penggunaan sarana elektronik lainnya dalam perbankan di Indonesia
dimungkinkanolehadanyaPasal6hurufnUndang-UndangNomor10Tahun
1998 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan bahwa:
76CerlinaTriSiwiKristiyanti,HukumPerlindunganKonsumen,SinarGrafika,Malang, 2014,hal.5
77SriSumantri,Op.Cit,hal.15
Universitas Sumatera Utara
74
“Bank dapat melakukan kegiatan usaha lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.78
Pasal 4 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, bahwa bank akan memberikan yang terbaik dalam pelayanan mobile
banking, dan nasabah sebagai konsumen pengguna layanan mobile banking
berhak mendapat fasilitas terbaik, terutama berkaitan dengan dana nasabah.
Namun pada kasus ini, bank tidak memberikan kenyamanan dan keamanan bagi
nasabah dalam menggunakan layanan mobile banking.Namun dalam kasus ini,
Bank tidak memberikan kenyamanan dan keamanan bagi nasabah dalam
menggunakan layanan mobile banking. Hal ini terbukti dengan adanya nasabah
yang merasa dirugikan akibat kesalahan dari sistem Bank yang mengakibatkan
hilangnya dana pada rekening nasabah pengguna layanan mobile banking dan juga
nasabah mengamalami kerugian akibat terganggunya satelit sehingga tidak dapat
melakukan transaksipada layanan ATM ataupunmobile banking. Dengan
demikianprodukbanklayananmobilebankingtidakmemberikankenyamanan dan
keamanan bagi nasabah pengguna mobile banking. Pasal 4 huruf c Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan
bahwa:
“Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa”.79
Pasal 4 huruf a dan huruf c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen merupakan bentuk perlindunganrepresif. Namun
kesalahandarisistembankpadalayananmobilebankingyangmengakibatkan
78Pasal6hurufnUndang-UndangNomor10Tahun1998tentangPerubahanAtas Undang-UndangNomor7Tahun1992tentangPerbankan
79Pasal4hurufcUndang-UndangNomor8Tahun1999tentangPerlindunganKonsumen
Universitas Sumatera Utara
75
kerugian pada nasabah merupakan hal yang terus terjadi. Hal ini membuktikan
bahwa perlindungan preventif juga diperlukan dalam perlindungan hukum bagi
nasabah yang mengalami kerugian akibat kesalahan dari sistem bank dapat
dilakukan dengan pembentukan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan hukum bagi nasabah yang mengalami kerugian akibat
kesalahan sistem bank adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alterntif; Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Bank Indonesia
juga selaku Bank Sentral kemudian mengeluarkan aturan yang sesuai
kewenangannya yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang
Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah;
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan;
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen
Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum; dan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 10/10/PBI/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. Hal
tersebut merupakan bentuk perlindungan preventif karena menghadirkan
ketentuan hukum sebagai upaya pencegahan atas tindakan pelanggaran hukum
yaitu untuk mencegah terjadinya kerugian bagi nasabah sebagai konsumen
pengguna layanan mobile banking, karena hanya hukum yang mempunyai
kekuatan memaksapelaku usaha (bank) untuk mentaati aturan-aturan yang
Universitas Sumatera Utara
76
berlaku dan memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku usaha yang melanggar
aturan-aturan hukum tersebut, supaya bank memperhatikan risiko-risiko yang
kemungkinan akan diderita nasabah yang disebabkan oleh kelalaiannya dan tidak
hanya melihat keuntungan yang didapat oleh bank dengan adanya layananmobile
banking.
Beberapa regulasi dalam bidang hukum informasi telah dilakukan untuk
mengantisipasi semakin meluasnya dampak kerugian terhadap konsumen/nasabah
pengguna layanan mobile banking akibat kurang memadainya sistem elektronik
produkperbankanelektronik.Pasal15ayat(1)Undang-UndangNomor11Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatakan bahwa:
“Setiap penyelenggara sistem elektronik harus menyelenggarakan sistem elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya sistem elektronik sebagaimana mestinya”.80
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
tidak memberikan hukum secara tegas kepada nasabah tetapi perlndungan tersebut
telah diatur oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/10/PBI/2008 tentang
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang
Penyelesaian Pengaduan Nasabah. Pasal 1 ayat (4) menyebutkan bahwa:
“Pengaduan adalah ungkapan ketidakpuasan nasabah yang disebabkan oleh adanyapotensikerugianfinansialpadanasabahyangdidugakarenakesalahan atau kelalaian bank”.
Menurut ketentuan Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/10/PBI/2008 tentangPerubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah, yaitu:
80Pasal15ayat(1)Undang-UndangNomor11Tahun2008tentangInformasidan
TransaksiElektronik
Universitas Sumatera Utara
77
a.Bank wajibmenyelesaikan setiap pengaduan yang diajukan nasabah dan/atau
perwakilan nasabah;
b.Untukmenyelesaikanpengaduan,Bankwajibmenetapkankebijakandan
memiliki prosedur tertulis yang meliputi;
1)Penerimaan pengaduan;
2)Penanganan dan penyelesaian pengaduan; dan
3)Pemantauan penanganan dan penyelesaian pengaduan.81
Berbeda dengan perlindungan preventif, perlindungan hukum represif
merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman
tambahan apabila sudah terjadi sengketa atau suatu pelanggaran seperti
pelanggaran terhadap hak konsumen atas pemberian informasi yangbenar yaitu
Pasal 4 huruf a dan huruf c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Terhadap pelanggaran tersebut, dibutuhkan adanya
upaya penyelesaian sengketa konsumen atau nasabah untuk membuktikan adanya
unsur kesalahan pelaku usaha atau bank atas pelanggaran hak-hak konsumen.
Setiap pelanggaran yang terbukti dilakukan oleh pelaku usaha, maka kepadanya
akan diberikan sanksi. Dalam hal pelanggaran tersebut, sanksi-sanksi yang dapat
dikenakan kepada pelaku usaha adalah sanksi pemberian tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:
(a)Pelakuusahabertanggungjawabmemberikangantirugiataskerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
81Pasal2PeraturanBankIndonesiaNomor10/10/PBI/2008tentangPerubahanAtas
PeraturanBankIndonesiaNomor7/7/PBI/2005tentangPenyelesaianPengaduanNasabah
Universitas Sumatera Utara
78
(b)Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa pengambilanuangataupenggantianbarangdan/ataujasayangsejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(c)Pemberiangantirugidilaksanakandalamtenggangwaktu7(tujuh)hari setelah tanggal transaksi.
(d)Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
(e)Ketentuansebagaimanadimaksudayat(1)danayat(2)tidakberlaku apabila pelakuusaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.
Pasal 26 dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen berbicara
mengenai, pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi jaminan
dan atau garansi yang disepakati dan/atau yangdiperjanjikan. Pada kenyataannya
keamanan yang diberikan bank masih dapat dibobol dengan berbagai cara. Ini
menunjukkan kewajiban keamanan yang diberikan oleh bank masih belum
terpenuhi dengan baik. Pasal dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen
tersebutmenunjukkanbelumadakepastianhukum, karena tidak adanya pelaksanaan
hukum atau aturan lain yang mampu menindak tegas bahkan memberi sanksi
atas pelnaggaran dan/atau belum terpenuhinya aturan hukum.82
Sanksiadministratif yangterdapatdalamPasal60Undang-UndangNomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa:83
1.1. Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi
administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, Pasal 25 dan Pasal 26.
1.2. Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
1.3. Tatacarapenetapansanksiadministrativesebagaimanadimaksudpadaayat (1) diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan.
82SentosaSembiringII,HimpunantentangPerlindunganKonsumendanPeraturanLain
yangterkait,NuansaAulia,Bandung,2010,hal.88 83Pasal60Undang-UndangNomor8Tahun1999tentangPerlindunganKonsumen
Universitas Sumatera Utara
79
Dengan demikian, perlindungan hukum bagi nasabah layanan mobile
banking yang mengalami kerugian akibat kesalahan dari sistem bank dapat
dilakukan dengan perlindungan hukum represif dan preventif.Perlindungan
represif tersebut diberikan dalam bentuk pemberian sanksi yaitu sanksi perdata
berupagantikerugiansebagaimanadiaturdalamPasal19Undang-UndangNomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan sanksi administratif berupa
denda maksimal Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) sebagaimana diaturdalam
Pasal 60 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Perlindungan hukum preventif dilakukan guna mencegah kerugian
akibat kesalahan dari sistem bank yang dialami oleh nasabah/konsumen lainnya,
mengingat kegiatan transaksi pada layanan mobile banking merupakan kegiatan
bertransaksi tanpa harus pergi ke bank sehingga tidak menutup kemungkinan pada
kemudian hari ada nasabah yang dirugikan lagi akibat kesalahan dari sistem bank
pada Layanan mobile banking.
Universitas Sumatera Utara
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.Bentuk pertanggungjawaban pihak bank terhadap nasabah yang
mengalami kerugian pada layananmobile banking akibat kesalahan dari
sistem bank sehingga terjadi hilangnya saldo pada rekening nasabah,
diwujudkan dengan dikreditkan kembali ke dalam rekening nasabah
sejumlah uang besarnya sama dengan kerugian tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa bank telah memenuhi kewajibannya sebagai pelaku
usaha untuk memberikan ganti rugi sesuai dengan yang tercantum dalam
Pasal 7 huruf f Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa pelaku usaha wajib
memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan.
2. Upaya penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan nasabah yang
mengalami kerugian dalam transaksi mobile banking dapat melalui jalur
pengadilan atau di luar pengadilan dengan memperhatikan jangka waktu
pengajuan gugatan yang telah ditentukan dalam Pasal 27 huruf e
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Apabila nasabah yang mengalami kerugian memilih jalur di luar
pengadilandenganmengajukanpengaduanterlebihdahulu,yaitudengan
Universitas Sumatera Utara
82
meminta pertanggungjawaban pada pihak bank untuk memberikan ganti
rugi atas kerugian yang dialaminya akibat kesalahan dari sistem bank.
Apabila upaya tersebut tidak dihiraukan oleh pihak bank, berdasarkan
Pasal 23 juncto Pasal 52 huruf a Undang-Undang No.8 Tahun 1999,
konsumen dapat mengajukan permohonan penyelesaian sengketa kepada
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dengan memilih salah
satu diantara cara penyelesaian sengketa yaitu mediasi, konsiliasi, dan
arbitrase.
3.Perlindungan hukum terhadap nasabah layanan mobile banking yang
mengalami kerugian akibat kesalahan dari sistem bank dapat dilakukan
dengan perlindungan hukum represif dan preventif. Perlindungan represif
diberikan dalam bentuk pemberian sanksi yaitu sanksi perdata berupa
ganti kerugian sebagaimana diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan sanksi
administratif berupa denda maksimal Rp.200.000.000 (dua ratus juta
rupiah) sebagaimana diatur dalam Pasal 60 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999. Perlindungan hukum preventif dilakukan guna
mencegahkerugiannasabahlayananmobilebankingakibatkesalahan dari
sistem bank yang dialami oleh nasabah/konsumen lainnya,
mengingat kegiatan transaksi melalui mobile banking mudah dilakukan
oleh nasabah tanpa harus pergi ke bank sehingga tidak menutup
kemungkinan akan ada lagi nasabah yang dirugikan akibat kesalahan
sistem bank pada transaksi mobile banking.
Universitas Sumatera Utara
83
B. Saran
1.Kepada pihak bank dan nasabah, dalam penyelesaian sengketa yang
ditimbulkan oleh pihak bank terlebih dahulu diselesaikan dengan cara di
luar pengadilan dengan kekeluargaan yaitu perdamaian antara para pihak
yang disertai dengan pemulihan nama baik dan pemberian ganti rugi.
2.Kepada Bank, dalam rangka pelaksanaan pelayanan mobile banking
keamanan nya lebih ditingkatkan lagi, sehingga tidak terjadi lagi
kerugian yang dialami nasabah akibat kesalahan dari sistem bank dan
perlindungan hukum nya lebih ditegaskan lagi agar kedepannya nasabah
akan merasa nyaman dan percaya dalam melakukan transaksi melalui
mobile banking.
3.Kepada Pemerintah, agar membuat peraturan yang khusus mengenai
layanan mobile banking agar mempunyai dasaar hukum yang pasti.
Sehingga pihak bank dapat bertanggungjawab sesuai dengan peraturan
tersebut terhadapkerugian yang dialami nasabah mobile banking.
Universitas Sumatera Utara
85
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku:
Abdurrachman, 1991, Ensiklopedia Ekonomi Perdagangan dan Keuangan, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Az, Lukman Santoso, 2011, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Pustaka Yustisia, Bandung.
Bako,RonnySautmaHotma,1995,HubunganBankdanNasabahTerhadap Produk Tabungan dan Deposito, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.
Budisantoso, Totok, Sigit Triandaru, 2006, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT.Salemba Empat, Jakarta.
Djaslim, Saladin, 1994, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Bank, CV.Rajawali, Jakarta.
Djumhana,Muhamad2008,Azas-AzasHukumPerbankanIndonesia,Citra Aditya Bakti, Bandung.
--------------------------,2012,HukumPerbankandiIndonesiaRevisiBabII dan Bab III, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Fuady,Munir,2005,PerbuatanMelawanHukumPendekatanKontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Frederik, WulanmasA.P.G, 2012, Buku Ajar Hukum Perbankan, Sinar
Grafika, Malang.
Hasibuan, Malayu S.P, 2009, Dasar-Dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta.
H.R, Ridwan, 2006, Hukum Administrasi Negara, Grafindo Persada, Yogyakarta.
Kasmir, 2009, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
86
Kriekhoff, Valerine J.L, 2001, “Mediasi (Tinjauan Dari Segi Antropologi Hukum)”, Antropologi Hukum: Sebuah Bunga Rampai oleh Ihromi, Yayasan Obor, Jakarta.
Kristiyanti,CelinaTriSiwi,2014,HukumPerlindunganKonsumen,Sinar Grafika, Malang.
Kusuma,MahesaJati, 2012,HukumPerlindunganNasabahBank:Upaya Hukum Melindungi Nasabah Terhadap Tindak Kejahatan ITE di bidang Perbankan, Nusa Media, Bandung.
Mansyur,M.Ali,2007,PenegakanHukumtentangTaggungGugat Produsen dalam Perwujudan Perlindungan Konsumen, Yogyakarta.
Mertokusumo, Sudikno, 2003, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta.
M.Friedman, Lawrence, 2001, American Law an Intoduction, diterjemahkan oleh Wisnu Basuki, Tata Nusa, Jakarta.
Miru, Ahmadi, Sutarman Yodo 2007, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
M.Sholehudin, 1997, Tindak Pidana Perbankan, Rajawali Press, Jakarta.
Nugroho, SusantiAdi, 2008, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara serta Kendala Implementasinya, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Nurastuti, Wiji, 2011, Teknologi Perbankan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Riswandi,BudiAgus,2005,HukumInternetBanking,RajaGrafindoPersada, Jakarta.
R.Soeroso, 2006, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.
Sembiring,Sentosa,2010,HimpunantentangPerlindunganKonsumendan Peraturan Lain yang terkait, Nuansa Aulia, Bandung.
-----------------------, 2000, Hukum Perbankan, Mandar Maju, Bandung.
Universitas Sumatera Utara
87
Shofie, Yusuf, 2003, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Sidabalok,Janus,2014,HukumPerlindunganKonsumendiIndonesia,Citra Aditya Bakti, Bandung.
Simorangkir, O.P, 2004, Seluk-Beluk Bank Komersil, Aksara Press, Jakarta.
Sopandi, Eddi, 2003, Hukum Bisnis, Refika Aditama, Bandung.
Sumantri,Sri,1992,BungaRampaiHukumTataNegaraIndonesia,Alumni, Bandung.
Usman, Rachmadi, 2003, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia, Jakarta.
----------------------, 2011, Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan, Mandar Maju, Bandung.
Widjaja,Gunawan,2005,AlternatifPenyelesaianSengketa,RajaGrafindo, Jakarta.
Widjanarto,1997,HukumdanKetentuanPerbankandiIndonesia,Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
Widyono,Try,2006,OperasionalTransaksiProdukPerbankandiIndonesia, Ghalia Indonesia, Bandund.
Zulham, 2013, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
B. Peraturan Perundang-Undangan
KUH Perdata
Undang-Undang Nomor8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-UndangNomor10Tahun1998TentangPerubahanatasUndang-
undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Universitas Sumatera Utara
88
Undang-Undang Nomor11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
C. Internet:
https://www.bankmandiri.co.id/article/mandirimobile.aspx/
http://www.bi.go.id/id/perbankan/edukasi/Documents/09192d0923794ed88cf9
f8dfe1667752Apa_Sih_iB.pdf/
http://www.bi.go.id/id/perbankan/edukasi/Documents/d2f3fdafecf448da8c
28b1b39178bebeMobile_Banking.pdf/
http://bisnis.liputan6.com/read/3073547/ribuan-atm-bank-tak-beroperasi- karena-gangguan-satelit-telkom-
https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/
http://idtesis.com/tesis-analisis-faktor-penyebab-nasabah-menggunakan layanan-mobile-banking/
http://jurnal.fe.uad.ac.id/wp-content/uploads/Syamsul-Hadi-Novi.pdf
https://katadata.co.id/berita/2017/05/08/nasabah-korban-mandiri-online-
ungkap-transfer-dana-misterius
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/
D. Kamus
Departemen PendidikanNasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
PN.Balai Pustaka
Universitas Sumatera Utara