TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

14
i TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NARAPIDANA LANSIA DI RUMAH TAHANAN (RUTAN) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Oleh: FARADINA RACHMA PUTRI WIJAYA C100150160 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

Transcript of TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

Page 1: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

i

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI NARAPIDANA LANSIA

DI RUMAH TAHANAN (RUTAN)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Oleh:

FARADINA RACHMA PUTRI WIJAYA

C100150160

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020

Page 2: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

i

HALAMAN PERSETUJUAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI NARAPIDANA LANSIA

DI RUMAH TAHANAN (RUTAN)

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

FARADINA RACHMA PUTRI WIJAYA

C100150160

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen

Pembimbing

(Hartanto S.H.,M.H)

Page 3: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI NARAPIDANA LANSIA

DI RUMAH TAHANAN (RUTAN)

OLEH

FARADINA RACHMA PUTRI WIJAYA

C100150160

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Selasa, 4 Februari 2020

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Hartanto S.H.,M.H (……………………….)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Kuswardhani, S.H.,M.Hum. (……………………….)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Septarina Budiwati, S.H.,M.Kn (……………………….)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan

Prof. Dr. H. Khudzaifah Dimyati, S.H., M.Hum

NIK. 537/NIDN. 0727085803

Page 4: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah diitulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam makalah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apaila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

makan akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 04 Februari 2020

Penulis

FARADINA RACHMA PUTRI WIJAYA

C10150160

Page 5: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

1

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI NARAPIDANA LANSIA

DI RUMAH TAHANAN (RUTAN)

Abstrak

Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Narapidana Lansia Di

Rumah Tahanan (Rutan). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan

Penelitian ini: a) untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap

narapidana lansia di dalam rumah tahanan di dalam hukum pidana di Indonesia, b)

untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap lansia di dalam prespektif nilai-

nilai keislaman dan c) untuk mengetahui kendala yang dialami oleh narapidana

lansia di dalam rumah tahanan. Jenis Penelitian yang penulis gunakan dalam

penyusunan skripsi adalah penelitian diskriptif. Metode pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis-empiris. Pendekatan yuridis-empiris

adalah suatu penelitian hukum yang berguna untuk memadukan antara yuridis

(dasar hukum) dengan empiris (peristiwa hukum yang nyata) terhadap bagaimana

bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Hasil Penelitian dalam penelitian

ini yaitu Perlindungan Hukum Terhadap Narapidana Lansia yang Diatur dalam

Peraturan Hukum Pidana di Indonesia yaitu “Perlindungan hukum terhadap lansia

tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor 32 tahun 2018 tentang perlakuan bagi tahanan dan narapidana

lanjut usia pada Pasal 2. Sedangkan Sanksi Pidana yang Bisa Diterapkan untuk

Narapidana Lansia yaitu Perlindungan hukum terhadap lansia diatur dalam

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 32

tahun 2018 tentang perlakuan bagi tahanan dan narapidana lanjut usia pada Pasal

2. Kendala yang dialami oleh Narapidana Lansia didalam Rumah Tahanan ada di

dalam aturan-aturan khusus yang ada di dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2018 tentang perlakuan bagi

tahanan dan narapidana lanjut usia pada Pasal 2.

Kata Kunci: perlindungan, lanjut usia, tahanan, narapidana

Abstract

Juridical Review of Legal Protection for Elderly Prisoners in Detention Centers.

Muhammadiyah Surakarta University. The purpose of this study: a) to find out

how the legal protection of elderly prisoners in detention in criminal law in

Indonesia, b) to find out the legal protection of the elderly in the perspective of

Islamic values and c) to determine the constraints experienced by prisoners elderly

in detention. The type of research the author uses in the preparation of the thesis is

descriptive research. The approach method used in this study is juridical-

empirical. Juridical-empirical approach is a legal research that is useful for

combining juridical (legal basis) with empirical (real legal events) on how law

works in the community. Research results in this study are the Legal Protection of

Elderly Prisoners Regulated in the Criminal Law Regulations in Indonesia,

namely Legal protection for the elderly is regulated in the Minister of Law and

Human Rights Regulation of the Republic of Indonesia Number 32 of 2018

Page 6: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

2

concerning the treatment of detainees and elderly prisoners in the elderly Article

2. Whereas Criminal Sanctions that can be Applied for Elderly Prisoners, namely

legal protection for the elderly, is regulated in the Minister of Law and Human

Rights Regulation of the Republic of Indonesia Number 32 of 2018 concerning

the treatment of detainees and elderly prisoners in Article 2. Obstacles

experienced by Elderly Prisoners in the Detention House is in the special rules

contained in the Regulation of the Minister of Law and Human Rights of the

Republic of Indonesia Number 32 of 2018 concerning the treatment of detainees

and elderly prisoners in Article 2.

Keywords: protection, elderly, prisoners, prisoners

1. PENDAHULUAN

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berdasarkan pada hukum

yang mana sistem yang dianut adalah sistem Eropa Kontinental. Pemerintahaan

Indonesia berdasar atas konstitusi (hukum dasar), dan tidak bersifat absolutisme

(kekuasaan yang tidak terbatas). Hal ini sesuai dengan ketentuan di dalam

Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi :

“Negara Indonesia adalah Negara hukum”.

Sistem hukum Indonesia sebagai sebuah sistem aturan yang berlaku di

negara Indonesia adalah sistem aturan yang sedemikian rumit dan luas, yang

terdiri atas unsur-unsur hukum, di mana di antara unsur hukum yang satu dengan

yang saling bertautan, saling pengaruh mempengaruhi serta saling mengisi”.

Maka dari itu dapat dilihat bahwa eksistensi hukum di Indonesia itu sendiri dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti agama, ras, suku, bangsa dan lain-lain.

Dalam sistem hukum Indonesia dikenal dengan hukum kepidanaan, yakni

sistem aturan yang mengatur semua perbuatan yang tidak boleh dilakukan

(dilarang untuk dilakukan) oleh setiap warga negara Indonesia disertai sanksi

yang tegas bagi setiap pelanggar aturan tersebut serta tata cara yang harus dilalui

bagi para pihak yang berkompeten

Pelanggar yang dimaksud adalah seseorang yang dengan sengaja telah

melakukan suatu perbuatan yang dilarang oleh sistem hukum yang telah

ditetapkan sehingga dapat dikenakan sanksi atau denda. Di mana pelanggar

tersebut akan dikenakan sanksi yaitu sanksi pidana. Hal tersebut telah diatur di

dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang dikenal dua

Page 7: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

3

macam pidana yaitu pidana pokok dan tambahan, di mana salah satu pidana

pokoknya adalah pidana penjara yang mana orang yang menjalani pidana penjara

yang dapat disebut dengan narapidana.

Sebelum menjadi seorang narapidana, seseorang tersebut dapat disebut

sebagai terdakwa dan akan berada di dalam rumah tahanan sebelum putusnya

putusan oleh pengadilan akibat perbuatannya tersebut. Hal ini dilakukan untuk

menghindari terdakwa melarikan diri atau terjadi sesuatu hal yang tidak

diinginkan lainnya. Setelah diputus dan putusan tersebut telah diterima oleh para

pihak yang bersangkuta, maka posisi terdakwa telah berubah menjadi seorang

narapidana. Serta akan berada di lapas atau lembaga pemasyarakatan untuk

dilakukan pembinaan.

Akan tetapi tidak semua daerah memiliki rumah tahanan atau rutan dan

lembaga pemasyarakatan atau lapas secara terpisah, sehingga terkadang di suatu

daerah karena kapasitas lembaga pemasyarakatan yang telah melampui batas

maksimal maka tidak menutup kemungkinan rumah tahanan untuk saat ini

memiliki peran ganda yaitu memelihara atau menahan terdakwa dan membina

narapidana.

Perbuatan melawan hukum atau melakukan tindak pidana tidak hanya

dilakukan oleh orang usia muda/remaja, namun juga bisa dilakukan oleh orang

lanjut usia (lansia) yang jika dilihat dari kondisi fisik atau psikisnya, jelas

mengalami penurunan dibandingkan dengan usia muda/remaja. Pelaku tindak

pidana yang telah lanjut usia (LANSIA) merupakan salah satu warga binaan di

Lembaga Pemasyarakatan yang harus mendapatkan pembinaan dan pengarahan

yang intensif. Karena dari segi usia jelas menunjukan kondisi fisik dan mental

yang makin melemah dan kurang stabil, bila dibandingkan dengan narapidana

yang masih berusia muda. “Di samping itu, seseorang yang sudah lanjut usia atau

sering disebut Manula ataupun Lansia adalah periode di mana organisme telah

mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan

kemunduran sejalan dengan waktu.

Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 34-35 Undang-Undang Nomor 13

Tahun 1998 tentang Kesejahteraan terhadap Lansia yang berbunyi:

Page 8: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

4

Pasal 34

(1) Pemberian kemudahan layanan dan bantuan hukum dimaksudkan untuk

melindungi dan memberikan rasa aman kepada lanjut usia.

(2) Pemberian kemudahan layanan dan bantuan hukum sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui :

a. penyuluhan dan konsultasi hukum;

b. layanan dan bantuan hukum di luar dan/atau di dalam pengadilan.

Pasal 35

(1) Pemberian perlindungan sosial dimaksudkan untuk memberikan

pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan taraf

hidup yang wajar.

(2) Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilaksanakan melalui pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial yang

diselenggarakan baik di dalam maupun di luar panti.

(3) Lanjut usia tidak potensial terlantar yang meninggal dunia dimakamkan

sesuai dengan agamanya dan menjadi tanggung jawab Pemerintah

dan/atau masyarakat.

Rumusan Masalah dalam penelitian ini meliputi; bagaimana perlindungan

hukum terhadap narapidana lansia yang diatur dalam peraturan hukum pidana di

Indonesia? Seberapa berat sanksi pidana yang bisa diterapkan pada narapidana

lansia? Dan apa kendala yang dialami oleh narapidana lansia di dalam rumah

tahanan ?

2. METODE

Metode pendekatan merupakan suatu pola pemikiran yang ada dalam suatu

penelitian. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yuridis-empiris. Pendekatan yuridis-empiris adalah suatu penelitian hukum yang

berguna untuk memadukan antara yuridis (dasar hukum) dengan empiris

(peristiwa hukum yang nyata) terhadap bagaimana bekerjanya hukum di

lingkungan masyarakat.

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan jenis

penelitian diskriptif. Penelitian diskriptif adalah suatu metode penelitian yang

menggambarkan peristiwa hukum dan fakta yang ada dalam kehidupan sosial

secara mendalam.

Page 9: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

5

Penelitian ini lokasinya di Rumah Tahanan yang berada di Boyolali.

Adapun pertimbangan dipilihnya wilayah tersebut karena sesuai dengan studi

kasus dalam judul skripsi yang akan dibuat.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Perlindungan Hukum Narapidana Lansia dalam Peraturan Hukum di

Indonesia

Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu 1) Sarana

Perlindungan Hukum Preventif yaitu subyek hukum dari suatu kesempatan untuk

mengajukan suatu keberatan atau suatu pendapat sebelum keputusan pemerintah

menjadi bentuk yang definitif, dan 2) Sarana Perlindungan Hukum Represif yaitu

subyek dari perlindungan ini adalah pemerintah dan masyarakat.

Perlindungan hukum pada umumnya juga telah diatur di dalam Undang-

Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan yang

terdapat pada Pasal 5 yang berbunyi: “Sistem pembinaan pemasyarakatan

dilaksanakan berdasarkan asas; pengayoman; Persamaan perlakuan dan

pelayanan; pendidikan; pembimbingan; penghormatan harkat dan martabat

manusia; kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan, dan;

terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang

tertentu.”

3.2. Sanksi Pidana yang Bisa Diterapkan untuk Narapidana Lansia

Perlindungan hukum terhadap lansia diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2018 tentang perlakuan

bagi tahanan dan narapidana lanjut usia pada Pasal 2, yang berbunyi sebagai

berikut :

Terhadap tahanan dan narapidana lanjut usia bertujuan untuk memberikan

pemenuhan kebutuhan tahanan atau narapidana yang telah lanjut usia supaya

mendapatkan pemeliharaan kemampuan fisik, mental, dan sosial; Perlakuan

bagi Tahanan dan Narapidana Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) memberikan program kepribadian dan kemandirian; Program kepribadian

dan kemandirian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan agar sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Dalam hal Tahanan dan

Narapidana Lanjut Usia yang Tidak Berdaya diberikan Perlakuan Khusus;

Penetapan Tahanan dan Narapidana yang Tidak Berdaya sebagaimana

Page 10: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

6

dimaksud pada ayat (4) dilakukan oleh Kepala Lapas atau Kepala Rutan

berdasarkan Asesmen Asesor; Pelaksanaan Asesmen oleh Asesor

dilaksanakan terhadap Tahanan dan Narapidana: sejak penerimaan ; atau

setelah menjalani masa pidana, termasuk dalam kelompok lanjut usia.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut terdapat perlakuan khusus bagi

narapidana lansia yaiu berupa pemberian dispensasi untuk tidak ikut melakukan

gotong royong dan memperoleh perlakuan khusus dalam hal pembagian waktu

tidur. Berkaitan dengan hal tersebut sanksi terhadap narapidana lansia tetap

diberikan bersamaan dengan perlakuan khusus yang diberikan berkaitan dengan

kondisi fisik narapidana.

Sanksi dan perlakuan khusus yang diberikan kepada narapidana lansia

sebagaimana diuraikan di atas, telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku di Indonesia mengenai narapidana lansia dalam hal ini yaitu

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 32

tahun 2018 tentang perlakuan bagi tahanan dan narapidana lanjut usia pada Pasal

2.

3.3. Kendala yang Dialami oleh Narapidana Lansia di Dalam Rumah

Tahanan Lansia menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor 32 tahun 2018 tentang perlakuan bagi tahanan dan narapidana

lanjut usia dalam Pasal 1 angka (1) “Lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.

Terdapat batasan-batasan umur pada lansia yang dari waktu ke waktu

berbeda menurut World Health Organitation (WHO) yaitu: Usia pertengahan

(middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun; Lanjut usia (elderly) antara usia 60

sampai 74 tahun; Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun; Usia sangat

tua (very old) di atas usia 90 tahun.

Akan tetapi menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006),

pengelompokkan lansia adalah: Vritilitas (pransenium) yaitu masa persiapan usia

lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun); Usia lanjut dini

(senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-

Page 11: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

7

64tahun)’ Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degenaratif

(usia >65tahun).

Kendala yang dialami oleh narapidana lansia adalah tidak terdapatnya

makanan khusus dan tempat istirahat khusus bagi lansia meskipun dalam hal

waktu tidur diberikan kebebasan untuk dapat tidur saat jam tidur dari narapidana

lansia tersebut. Mengenai makanan yang diberikan adalah sama dengan makanan

yang diberikan kepada narapidana lainnya, tidak terdapat makanan khusus yang

memadai dari kebutuhan gizi lansia tersebut.

Kendala lain yang dialami narapidana lansia di dalam rumah tahanan

diantaranya adalah adanya keterbatasan sarana dan prasarana yaitu obat-obatan,

tidak terdapat dokter khusus untuk menangani pasien lansia di rumah tahanan,

untuk lansia yang sakit apabila berstatus tahanan maka menjadi tanggung jawab

penahan tetapi jika berstatus sebagai narapidana menjadi tanggungjawab pihak

rumah tahanan. Untuk perawatan khusus hanya ditujukan kepada narapidana yang

melahirkan, setelah melahirkan mendapat perlakuan khusus.

Dengan adanya lapas khusus untuk narapidana lansia maka perlakuan

khusus dalam hal waktu tidur dapat lebih berjalan efektif dan efisien dimana

narapidana lansia dapat memeproleh hak waktu dan tempat tidur yang memadai

berkaitan dengan kesehatan dan kondisi fisik lansia.

Mengenai makanan khusus yang seharusnya diberikan kepada lansia juga

lebih dapat diterapkan ketika terdapat lapas khusus lansia dan makanan khusus

lansia sehingga tidak menciptakan kesenjangan antara narapidana lansia dan

narapidana biasa.

Selain adanya pemenuhan hak bagi lansia, dengan adanya lapas lansia

pemberian sanksi pembinaan terhadap lansia juga dapat lebih dilaksanakan

dengan efektif dan efisien.

4. PENUTUP

Perlindungan Hukum Terhadap Narapidana Lansia yang Diatur dalam Peraturan

Hukum Pidana di Indonesia yaitu;

“Perlindungan hukum terhadap lansia tersebut diatur dalam Peraturan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 32 tahun

Page 12: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

8

2018 tentang perlakuan bagi tahanan dan narapidana lanjut usia pada Pasal

2, yang berbunyi sebagai berikut: Terhadap tahanan dan narapidana lanjut

usia bertujuan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan tahanan atau

narapidana yang telah lanjut usia supaya mendapatkan pemeliharaan

kemampuan fisik, mental, dan sosial; Perlakuan bagi Tahanan dan

Narapidana Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan

program kepribadian dan kemandirian; Program kepribadian dan

kemandirian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan agar sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Dalam hal Tahanan dan

Narapidana Lanjut Usia yang Tidak Berdaya diberikan Perlakuan Khusus;

Penetapan Tahanan dan Narapidana yang Tidak Berdaya sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dilakukan oleh Kepala Lapas atau Kepala Rutan

berdasarkan Asesmen Asesor; Pelaksanaan Asesmen oleh Asesor

dilaksanakan terhadap Tahanan dan Narapidana: sejak penerimaan ; atau

setelah menjalani masa pidana, termasuk dalam kelompok lanjut usia.”

Sedangkan Sanksi Pidana yang Bisa Diterapkan untuk Narapidana Lansia

yaitu Perlindungan hukum terhadap lansia diatur dalam Peraturan Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2018 tentang

perlakuan bagi tahanan dan narapidana lanjut usia pada Pasal 2, yang berbunyi

sebagai berikut :

Terhadap tahanan dan narapidana lanjut usia bertujuan untuk memberikan

pemenuhan kebutuhan tahanan atau narapidana yang telah lanjut usia supaya

mendapatkan pemeliharaan kemampuan fisik, mental, dan sosial; Perlakuan bagi

Tahanan dan Narapidana Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memberikan program kepribadian dan kemandirian;Program kepribadian dan

kemandirian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan agar sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; Dalam hal Tahanan dan Narapidana

Lanjut Usia yang Tidak Berdaya diberikan Perlakuan Khusus; Penetapan

Tahanan dan Narapidana yang Tidak Berdaya sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) dilakukan oleh Kepala Lapas atau Kepala Rutan berdasarkan Asesmen

Asesor; Pelaksanaan Asesmen oleh Asesor dilaksanakan terhadap Tahanan dan

Narapidana: Sejak penerimaan ; atau setelah menjalani masa pidana, termasuk

dalam kelompok Lanjut Usia.

Rumah tahanan boyolali kelas IIA sanksi terberat yang dialami oleh

narapidana lansia tidak ada. Di logika pun utuk apa narapidana lansia diberikan

sanksi berat kecuali kalau memang kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan

fatal karena di sini taraf kita adalah pembinaan. Akan tetapi ada sanksi terberat

bagi narapidana sejauh ini adalah karantina yang sudah diatur di dalam peraturan

menteri dan/ undang-undang yaitu selama 6 ( enam) hari.

Page 13: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

9

Adapun kendala yang dialami oleh Narapidana Lansia didalam Rumah

Tahanan ada di dalam aturan-aturan khusus yang ada di dalam Peraturan Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2018

tentang perlakuan bagi tahanan dan narapidana lanjut usia pada Pasal 2 yaitu :

Perlakuan bagi tahanan dan narapidana lanjut usia bertujuan untuk

memberikan pemenuhan kebutuhan tahanan atau narapidana yang telah

lanjut usia agar dapat memelihara kemampuan fisik, mental, dan sosial;

Perlakuan bagi Tahanan dan Narapidana Lanjut Usia sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diberikan program kepribadian dan

kemandirian;Program kepribadian dan kemandirian sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; Dalam hal Tahanan dan Narapidana Lanjut Usia

yang Tidak Berdaya diberikan Perlakuan Khusus;Penetapan Tahanan dan

Narapidana yang Tidak Berdaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dilakukan oleh Kepala Lapas atau Kepala Rutan berdasarkan Asesmen

Asesor; Pelaksanaan Asesmen oleh Asesor dilaksanakan terhadap Tahanan

dan Narapidana: sejak penerimaan ; atau setelah menjalani masa pidana,

termasuk dalam kelompok lanjut usia.

Pada kenyataanya di lapas Kendala yang dialami oleh narapidana lansia

adalah tidak terdapatnya makanan khusus dan tempat istirahat khusus bagi lansia

meskipun dalam hal waktu tidur diberikan kebebasan untuk dapat tidur saat jam

tidur dari narapidana lansia tersebut. Mengenai makanan yang diberikan adalah

sama dengan makanan yang diberikan kepada narapidana lainnya, tidak terdapat

makanan khusus yang memadai dari kebutuhan gizi lansia tersebut.

Kendala lain yang dialami narapidana lansia di dalam rumah tahanan

diantaranya adalah adanya keterbatasan sarana dan prasarana yaitu obat-obatan,

tidak terdapat dokter khusus untuk menangani pasien lansia di rumah tahanan,

untuk lansia yang sakit apabila berstatus tahanan maka menjadi tanggung jawab

penahan tetapi jika berstatus sebagai narapidana menjadi tanggungjawab pihak

rumah tahanan. Untuk perawatan khusus hanya ditujukan kepada narapidana yang

melahirkan, setelah melahirkan mendapat perlakuan khusus

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin dan Askin, H. Zaenal. (2004). Penghantar Metode Penelitian Hukum,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 14: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM …

10

Anggriani, Jum. (2012). Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bisri, Ilham. (2004). Prinsip-prinsip dan Implementasi Hukum di Indonesia,

Jakarta: Grafindo Persada.

Bisri, Ilhami. (2004). Sistem Hukum Indonesia : Prinsip-Prinsip dan

Implementasi di Indonesia. Jakarta: Grafindo Persada.

Dimyati, Khudzulifah dan Wardiono, Kelik. (2004). Metode Penelitian Hukum.

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Press.

Fatma. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.

Ilyas, Amir. (2012). Asas-Asas Hukum Pidana. Yogyakarta: Rangkang Education.

Muchsin. (2013). Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia.

Tesis. Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas

Maret.

Nurrahman, Sukiman. (2011). Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Lanjut Usia

(LANSIA) dI Lembaga Pemasyarakatan (Studi Kasus di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen). Skripsi. Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Surakarta.