TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

33
Jurnal Hukum & Pembangunan 49 No. 3 (2019): 710-742 ISSN: 0125-9687 (Cetak) E-ISSN: 2503-1465 (Online) Tersedia versi daring: http://jhp.ui.ac.id DOI: http://dx.doi.org/10.21143/jhp.vol49.no3.2196 TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM KARTU KREDIT PEMERINTAH DI INDONESIA Shandy Aditya Pratama*, Abdul Salam** * Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia ** Staf Pengajar Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Indonesia Korespondensi: [email protected] Naskah dikirim: 13 Agustus 2019 Naskah diterima untuk diterbitkan: 20 September 2019 Abstract Government credit cards are new products whose applications are currently being piloted by the Directorate General of State Treasury to a number of work units and government institutions. This credit card is intended for government employees as a means of payment in order to use inventory money. Based on the Regulation of the Director General of Treasury No. PER-17/PB/2017, sanctions imposed on misuse of government credit cards are only by giving a warning letter and revocation of the credit card. By examining the elements of legal liability, this paper shows what sanctions can actually be imposed for misuse of government credit cards. This study is carried out by paying attention to the elements of legal accountability from the perspective of civil law, criminal law, and state administrative law. This paper found that a government credit card is in principle the same as a corporate credit card, but the specific thing is that in its accountability. With regard to government cards, there is administrative legal liability. Keywords: credit card, government, abuse, sanctions, liability. Abstrak Kartu kredit pemerintah merupakan produk baru yang penerapannya saat ini sedang diujicobakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara kepada sebagian satuan kerja dan lembaga pemerintah. Kartu kredit ini ditujukan kepada pegawai pemerintah sebagai alat pembayaran dalam rangka penggunaan uang persediaan. Berdasarkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. PER-17/PB/2017, sanksi yang dikenakan atas penyalahgunaan kartu kredit pemerintah adalah hanya dengan pemberian surat peringatan dan pencabutan kartu kredit tersebut. Dengan menelaah unsur-unsur pertanggungjawaban hukum, tulisan ini menunjukkan sanksi-sanksi apa saja yang sebenarnya dapat dikenakan atas penyalahgunaan kartu kredit pemerintah. Telaah ini dilakukan dengan memperhatikan unsur pertanggungjawaban hukum dari perspektif hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi negara. Tulisan ini menemukan, Kartu Kredit pemerintah secara prinsip adalah sama dengan kartu kredit korporat, namun kekhasnya adalah bahwa dalam pertanggungjawabannya. Terhadap kartu pemerintah terdapat pertanggungjawaban hukum administrasi. Kata kunci: Kartu kredit, pemerintah, penyalahgunaan, sanksi, pertanggungjawaban.

Transcript of TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Page 1: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Jurnal Hukum & Pembangunan 49 No. 3 (2019): 710-742

ISSN: 0125-9687 (Cetak) E-ISSN: 2503-1465 (Online)

Tersedia versi daring: http://jhp.ui.ac.id

DOI: http://dx.doi.org/10.21143/jhp.vol49.no3.2196

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM KARTU

KREDIT PEMERINTAH DI INDONESIA

Shandy Aditya Pratama*, Abdul Salam**

* Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia

** Staf Pengajar Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Korespondensi: [email protected]

Naskah dikirim: 13 Agustus 2019

Naskah diterima untuk diterbitkan: 20 September 2019

Abstract

Government credit cards are new products whose applications are currently being piloted by

the Directorate General of State Treasury to a number of work units and government

institutions. This credit card is intended for government employees as a means of payment in

order to use inventory money. Based on the Regulation of the Director General of Treasury

No. PER-17/PB/2017, sanctions imposed on misuse of government credit cards are only by

giving a warning letter and revocation of the credit card. By examining the elements of legal

liability, this paper shows what sanctions can actually be imposed for misuse of government

credit cards. This study is carried out by paying attention to the elements of legal

accountability from the perspective of civil law, criminal law, and state administrative law.

This paper found that a government credit card is in principle the same as a corporate credit

card, but the specific thing is that in its accountability. With regard to government cards, there

is administrative legal liability. Keywords: credit card, government, abuse, sanctions, liability.

Abstrak

Kartu kredit pemerintah merupakan produk baru yang penerapannya saat ini sedang

diujicobakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara kepada sebagian satuan

kerja dan lembaga pemerintah. Kartu kredit ini ditujukan kepada pegawai pemerintah

sebagai alat pembayaran dalam rangka penggunaan uang persediaan. Berdasarkan

Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. PER-17/PB/2017, sanksi yang dikenakan atas

penyalahgunaan kartu kredit pemerintah adalah hanya dengan pemberian surat

peringatan dan pencabutan kartu kredit tersebut. Dengan menelaah unsur-unsur

pertanggungjawaban hukum, tulisan ini menunjukkan sanksi-sanksi apa saja yang

sebenarnya dapat dikenakan atas penyalahgunaan kartu kredit pemerintah. Telaah ini

dilakukan dengan memperhatikan unsur pertanggungjawaban hukum dari perspektif

hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi negara. Tulisan ini

menemukan, Kartu Kredit pemerintah secara prinsip adalah sama dengan kartu kredit

korporat, namun kekhasnya adalah bahwa dalam pertanggungjawabannya. Terhadap

kartu pemerintah terdapat pertanggungjawaban hukum administrasi. Kata kunci: Kartu kredit, pemerintah, penyalahgunaan, sanksi, pertanggungjawaban.

Page 2: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 711

I. PENDAHULUAN

Kartu kredit (credit card) tidak hanya bisa digunakan oleh individu saja,

melainkan juga bisa digunakan oleh Pemerintah. Kartu kredit pemerintah adalah alat

pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan

pembayaran atas belanja yang dapat dibebankan pada APBN, dimana kewajiban

pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh Bank Penerbit Kartu Kredit

Pemerintah, dan satuan kerja (Satker) berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban

pembayaran pada waktu yang disepakati dengan pelunasan secara sekaligus.

Penerbitan Kartu Kredit Pemerintah bertujuan digunakan hanya untuk membayar

biaya-biaya yang berkaitan dengan belanja negara yang terpisah dari pengeluaran

pribadi.1

Kartu Kredit Pemerintah mulai muncul di Indonesia semenjak diterbitkannya

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-17/PB/2017 tertanggal 28

September 2017 tentang Uji Coba Pembayaran Dengan Kartu Kredit Dalam Rangka

Penggunaan Uang Persediaan 2 beserta peraturan pelaksanaannya, yaitu Keputusan

Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-494/PB/2017 tertanggal 29 September

2017 tentang Pelaksanaan Uji Coba Pembayaran Dengan Kartu Kredit Dalam Rangka

Penggunaan Uang Persediaan.3

Peraturan terkini yang mengatur tentang kartu kredit pemerintah ini adalah

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.05/2018 tertanggal 31 Desember 2018

Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah4 beserta

dengan peraturan pelaksanaannya, yaitu Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan

Nomor 653/PB/2018 Tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Direktur Jenderal

Perbendaharaan Nomor 494/PB/2017 tentang Pelaksanaan Uji Coba Pembayaran

Dengan Kartu Kredit Dalam Rangka Penggunaan Uang Persediaan.5

Penerapan Kartu Kredit Pemerintah ini merupakan usaha pemerintah untuk

membantu mengembangkan konsep less cash society (Gerakan Non-Tunai), karena

akan mendorong satker6 dan lembaga negara untuk tidak menggunakan uang tunai

dalam transaksi. Hal ini bertujuan untuk membantu perbankan dalam mengurangi

pengelolaan kas. Selain itu, Kementerian Keuangan sengaja mengganti transaksi

belanja tunai menjadi non-tunai agar menghindari penyalahgunaan dana (fraud) serta

transparansi dalam penggunaannya.7

Gagasan untuk mengimplementasikan Kartu Kredit Pemerintah ini pertama kali

dilontarkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Sri mengatakan bahwa

1 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan, No. 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara

Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah, Pasal 1 angka (1). 2 Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-17/PB/2017 tanggal 28

September 2017. 3 Indonesia, Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. KEP-494/PB/2017 tanggal 29

September 2017. 4 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018. 5 Indonesia, Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 653/PB/2018 tanggal 21

Desember 2018 6 Satker adalah singkatan dari Satuan Kerja, yaitu unit organisasi lini kementerian

negara/lembaga atau unit organisasi pemerintah daerah yang melaksanakan kegiatan kementerian

negara/lembaga dan memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran. Lihat: Satuan

Kerja, <www.djpbn.kemenkeu.go.id>, diakses tanggal 15 Maret 2018. 7 Ranto Rajagukguk, “Pemerintah Belanja Pakai Kartu Kredit, BI Tingkatkan Akuntabilitas”,

<http://www.inews.id/finance/read/pemerintah-belanja-pakai-kartu-kredit-bi-tingkatkan-akuntabi-

litas?sub_slug=makro>, diakses 3 Maret 2018.

Page 3: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

712 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

pelaksanaan pembayaran belanja di setiap Kementerian atau Lembaga (K/L) akan

menggunakan kartu kredit. Hal tersebut diharapkan akan mengurangi transaksi

pembayaran yang selama ini menggunakan kuitansi. Berikut pernyataan Sri Mulyani

mengenai pengimplementasian kartu kredit pemerintah:

Jadi saya harapkan seluruh satker, K/L telah memegang kartu kredit

korporat sehingga jadi cash less,8 akuntabel. Kita semua tahu waktu digesek

dipakai untuk apa, di mana. Anda tidak perlu lagi bikin kuitansi dan itu akan jadi

bentuk studi yang paling bagus.9

Kebijakan tersebut menunjukkan pemerintah mendukung transaksi Gerakan

Non-Tunai (Less Cash Society). Selain itu, tujuan penggunaan kartu kredit adalah

meningkatkan keamanan dalam bertransaksi, mengurangi potensi fraud 10 dari

transaksi secara non-tunai, dan penggunaan uang persediaan guna mengurangi cost of

fund/idle cash.

Dibalik segala manfaat tersebut, terdapat beberapa kekurangan dari penerapan

kartu kredit pemerintah, salah satunya adalah potensi penyalahgunaan yang cukup

tinggi.11 Salah satu contoh kasus penyalahgunaan kartu kredit pemerintah terjadi di

Amerika Serikat, dimana audit yang dilakukan oleh Inspektur Jenderal Departemen

Pertahanan (Departemen of Defense Inspector General) di Pentagon menghasilkan

fakta bahwa para pegawai Pentagon menghabiskan dana sebesar lebih dari satu Juta

Dollar Amerika Serikat di kasino dan hiburan malam dalam setahun, yang mana terdiri

dari penyalahgunaan kartu kredit pemerintah sebanyak 4.437 transaksi senilai US$

957.258 di kasino dan 900 transaksi tambahan senilai US$ 96.576 untuk hiburan

malam.12

Melihat contoh kasus diatas, kartu kredit pemerintah pun masih rawan untuk

disalahgunakan. Seringkali para pihak yang terlibat dalam penggunaan/penerbitan/

pemakaian kartu kredit tidak melaksanakan prestasi seperti yang diperjanjikan, baik

karena kesengajaan, kelalaian maupun karena berbagai alasan lainnya. kartu kredit

pemerintah pun tak luput mengandung kelemahan-kelemahan dan rawan terhadap

penyelewengan.

8 Cashless adalah kata yang secara harfiah berarti tidak menggunakan uang tunai. Saat ini

cashless mengacu pada penggunaan bentuk pembayaran digital, bukan uang tunai untuk pembayaran

berbagai biaya atau transaksi yang dilakukan oleh individu. Lihat: Siti Hadijah, “Plus dan Minus

Cashless di Indonesia dan Upaya Perbaikan yang Perlu Ditingkatkan”,

<https://www.cermati.com/artikel/plus-dan-minus-cashless-di-indonesia-dan-upaya-perbaikan-yang-

perlu-ditingkatkan>, diakses 10 Juni 2019. 9 Anggun P. Situmorang, “Menteri Sri Mulyani Terapkan Penggunaan Kartu Kredit Dalam

Pembayaran Belanja K/L”,<https://www.merdeka.com/uang/menteri-sri-mulyani-terapkan-penggunaan-

kartu-kredit-dalam-pembayaran-belanja-kl.html>, diakses 15 Maret 2018. 10 Fraud (Kecurangan) adalah: tindakan curang, yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga

menguntungkan diri sendiri / kelompok atau merugikan pihak lain (perorangan, perusahaan atau

institusi). Lihat: Hima (Himpunan Mahasiswa) Akuntansi Binus University Faculty of Economic and

Communication, “Fraud (Kecurangan) Dalam Akuntansi” https://accounting.binus.ac.id/

2015/03/09/fraud-kecurangan-dalam-akuntansi/, diakses 15 Maret 2018. 11 Federal Reserve Bank of Philadelphia, “Government Use of the Payment Card System:

Issuance, Acceptance, and Regulation”, By Susan Herbst-Murphy, 11-12 July 2011,

<https://www.philadelphiafed.org/-/media/consumer-finance-institute/payment-cards-

center/publications/conference-summaries/2012/C-2012-Government-Use-of-the-Payment-Card-

System.pdf>, diakses 11 Juni 2019, hal.21. 12Jim Miklaszewski and Courtney Kube, “Pentagon Workers Jackpot Over Casino Strip Card

Charges”, <https://www.nbcnews.com/news/us-news/pentagon-workers-jackpot-over-casino-strip-

card-charges-n355336>, diakses 4 Maret 2018.

Page 4: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 713

Tulisan ini bermaksud untuk menunjukkan adanya sanksi hukum yang dapat

dikenakan atas penyalahgunaan kartu kredit pemerintah di Indonesia. Lebih lanjut,

dalam tulisan ini dibahas pula pembelajaran penerapan kartu kredit pemerintah di

Amerika Serikat untuk Indonesia.

Setelah bagian pendahuluan, bagian kedua tulisan ini membahas kartu kredit

pemerintah secara umum dan pengaturan terkait ujicoba penerapan kartu kredit

pemerintah di Indonesia. Bagian ketiga akan membahas hubungan hukum diantara

para pihak yang terlibat dalam kartu kredit pemerintah. Pertanggungjawaban hukum

yang dapat dikenakan atas penyalahgunaan kartu kredit pemerintah dipaparkan di

bagian selanjutnya. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan sanksi-sanksi yang bisa

dikenakan kepada pelaku penyalahgunaan kartu kredit pemerintah.

II. TINJAUAN UMUM MENGENAI KARTU KREDIT PEMERINTAH

Kartu kredit merupakan alat pembayaran pengganti uang tunai yang dapat

digunakan oleh konsumen untuk ditukarkan dengan barang dan jasa yang

diinginkannya di tempat-tempat yang dapat menerima pembayaran dengan

menggunakan kartu kredit (merchant).13

Kartu kredit memiliki beberapa pengertian. Menurut Black’s Law Dictionary,

kartu kredit adalah:

Any card, plate, or other like credit device existing for the purpose of

obtaining money, property, labor or services on credit. The term does not

include a note, check, draft, money order or other like negotiable instrument. 14

Bank Indonesia juga memberikan pengertian kartu kredit dalam Peraturan Bank

Indonesia tentang Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, yaitu:

Kartu Kredit adalah APMK 15 yang dapat digunakan untuk melakukan

pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk

transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana

kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer

atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran

pada waktu yang disepakati baik dengan pelunasan secara (charge card) ataupun

dengan pembayaran secara angsuran.16

Dahlan Siamat, didalam buku “Manajemen Lembaga Keuangan” juga

memberikan definisi kartu kredit sebagai berikut: “Kartu Kredit adalah jenis kartu

yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi jual beli barang atau jasa

dimana pelunasan atau pembayarannya kembali dapat dilakukan dengan sekaligus atau

dengan cara mencicil sejumlah minimum tertentu.”17

13 Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, ed.2, cet.2, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2005), hal.39. 14 Henry Campbell Black, Black's Law Dictionary: Definitions of the Terms and Phrases of

American and English Jurisprudence, Ancient and Modern, 6th ed, hal 369. 15 Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) adalah alat pembayaran yang berupa

Kartu Kredit, kartu Automated Teller Machine (ATM) dan/atau kartu debit. Lihat: “Metadata APMK”

<https://www.bi.go.id/id/statistik/metadata/sistem-pembayaran/Documents/MetadataAPMK.pdf>,

diakses 1 April 2018. 16 Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Bank

Indonesia No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu, PBI No. 14/2/PBI/2012, LN No. 11 Tahun 2012, TLN No. 5275, pasal 1 angka 4. 17 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Intermedia, 1995), hal 257.

Page 5: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

714 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

Kartu kredit memungkinkan pemegang kartu meminjam dana yang digunakan

untuk membayar barang dan jasa. Kartu kredit memberlakukan ketentuan dimana

pemegang kartu harus membayar kembali uang yang dipinjam, ditambah bunga dan

biaya tambahan yang telah disepakati sebelumnya.18

Mengimplementasikan salah satu Inisiatif Strategis Program Reformasi

Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan, yakni pengelolaan

likuiditas keuangan negara dengan instrumen keuangan modern, serta untuk

meminimalisasi uang tunai yang beredar, maka dipandang perlu untuk menggunakan

kartu kredit pemerintah sebagai alat pembayaran belanja barang atas beban Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN)19, yang penggunaannya sebagai alat pembayaran

adalah khusus dalam rangka penggunaan Uang Persediaan.20 Yang dimaksud dengan

Uang Persediaan adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan

kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari

Satker, atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin

dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.21

Kartu Kredit Pemerintah sendiri terdiri dari dua macam kartu kredit, yaitu

kartu kredit untuk keperluan belanja barang operasional serta belanja modal dan kartu

kredit untuk keperluan belanja perjalanan dinas jabatan.22 Kartu Kredit Pemerintah

untuk keperluan belanja barang operasional serta belanja modal dipegang oleh pejabat

pengadaan barang/jasa, pejabat struktural, pelaksana, dan/atau pegawai lainnya yang

ditugaskan oleh KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) 23 /PPK (Pejabat Pembuat

Komitmen) 24 untuk melaksanakan pembelian/pengadaan barang/jasa. Sedangkan

Kartu Kredit Pemerintah untuk keperluan belanja perjalanan dinas jabatan dipegang

oleh pelaksana perjalanan dinas.25

Pejabat/Pegawai Pemerintah yang berhak memegang Kartu Kredit Pemerintah

ditetapkan oleh KPA. Adapun tugas dan wewenang Pemegang Kartu Kredit

Pemerintah adalah: a) Membuat Surat Perjanjian Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah

(KKP) dengan KPA; b) Menandatangani Berita Acara Serah Terima KKP dan Surat

Perjanjian Penggunaan KKP; c) Menggunakan KKP sesuai dengan kewenangannya;

d) Melakukan aktivasi KKP dan request/aktivasi PIN KKP; e) Membubuhkan tanda

tangan pada kolom tanda tangan; f) Merahasiakan nomor kartu, PIN, CVV, dan masa

berlaku KKP; g) Secara aktif memeriksa kondisi dan rincian transaksi KKP; h)

Dilarang memberikan informasi mengenai data diri dan transaksi KKP kepada

siapapun; i) Memilih merchant Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

yang menyediakan fasilitas keamanan untuk transaksi secara daring; j) Dapat

18Andrew Bloomenthal, “Credit Card”, <https://www.investopedia.com/terms/c/creditcard.asp>,

diakses 4 Maret 2018. 19 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan

pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Lihat: Indonesia, Peraturan Direktur

Jenderal Perbendaharaan No. 17/PB/2017, Pasal 1 angka 1. 20 Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, No. 17/PB/2017, Bagian menimbang

huruf (b). 21 Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, No. 17/PB/2017, Pasal 1 angka 13. 22 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 25 ayat (1). 23 KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari Pengguna

Anggaran (PA) untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran

pada Kementerian Negara/ Lembaga yang bersangkutan. Lihat: Peraturan Menteri Keuangan No.

196/PMK.05/2018, Pasal 1 angka 7 24 PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA

untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban

APBN. Lihat: Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 1 angka 8. 25 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 28.

Page 6: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 715

mengajukan permohonan penonaktifkan kepada Administrator KKP; k)

Mengumpulkan dokumen berupa e-billing (Daftar Tagihan Sementara), Surat

Tugas/Surat Perjalanan Dinas/Perjanjian/Kontrak, dan bukti-bukti pengeluaran; l)

Membuat Daftar Pengeluaran Riil Kegiatan Operasional Dan Belanja Modal Dengan

KKP dan/atau Daftar Pengeluaran Riil Kegiatan Perjalanan Dinas Jabatan Dengan

KKP; m) Menyampaikan Daftar Pengeluaran Riil Kegiatan Operasional Dan Belanja

Modal Dengan KKP dan/atau Daftar Pengeluaran Riil Kegiatan Perjalanan Dinas

Jabatan Dengan KKP kepada PPK; dan n) Dapat menyampaikan pengaduan secara

lisan dan/atau tertulis kepada Bank Penerbit KKP.26

Bank Penerbit Kartu Kredit27 Pemerintah adalah bank-bank yang ditunjuk oleh

Pemerintah, yakni yang dikenal dengan sebutan HIMBARA (Himpunan Bank Milik

Negara). Bank-bank yang tergabung dalam HIMBARA adalah PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk, atau disebut dengan BRI, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk,

atau disebut dengan Bank Mandiri, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, atau

disebut dengan BNI, dan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, atau disebut

dengan BTN. Adapun tugas dan wewenang Bank penerbit Kartu Kredit adalah: a)

Melakukan pembahasan rancangan/draft perjanjian kerjasama Satker dengan KPA; b)

Menandatangani perjanjian kerja sama Satker; c) Mengirimkan rangkap 1 (satu) asli

perjanjian kerja sama Satker kepada KPA melalui sarana pengiriman tercepat; d)

Melakukan verifikasi atas Surat Permohonan Penerbitan Kartu Kredit Pemerintah dan

dokumen pendukung termasuk juga verifikasi atas persetujuan pemberian batasan

belanja (limit) kartu kredit pemerintah; e) Menerbitkan Kartu Kredit Pemerintah,

rekapitulasi penerbitan Kartu Kredit Pemerintah, dan tanda terima Kartu Kredit

Pemerintah untuk diserahkan kepada KPA dalam hal hasil verifikasi atas Surat

Permohonan Penerbitan Kartu Kredit Pemerintah dan dokumen pendukung terpenuhi;

f) Menolak sebagian/seluruh permohonan penerbitan Kartu Kredit Pemerintah dengan

menyampaikan surat pemberitahuan penolakan kepada KPA dalam hal hasil verifikasi

atas Surat Permohonan Penerbitan Kartu Kredit Pemerintah dan dokumen pendukung

tidak terpenuhi; g) Melakukan kenaikan batasan belanja (limit) Kartu Kredit

Pemerintah secara sementara atau permanen dalam hal informasi permintaan kenaikan

batasan belanja (limit) Kartu Kredit Pemerintah secara sementara atau permanen telah

terpenuhi; h) Menolak permintaan kenaikan batasan belanja (limit) Kartu Kredit

Pemerintah dalam hal informasi permintaan kenaikan batasan belanja (limit) Kartu

Kredit Pemerintah secara sementara atau permanen tidak terpenuhi; i) Melakukan

pengembalian batasan belanja (limit) Kartu Kredit Pemerintah ke batasan belanja

(limit) awal; j) Menyampaikan laporan tunggakan tagihan Kartu Kredit Pemerintah

kepada Satker dan ditembuskan ke KPPN dalam hal terdapat tagihan Kartu Kredit

Pemerintah yang belum dibayarkan oleh Satker paling singkat 1 (satu) bulan sejak

tanggal jatuh tempo pembayaran; k) Melakukan penyetoran kembali atas keterlanjuran

pembayaran ke rekening BP (Bendahara Pengeluaran)28/BPP (Bendahara Pengeluaran

26 Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Buku Pintar Kartu Kredit Pemerintah, Jilid 2,

<https://drive.google.com/open?id=1SXpnQ5OP9KNRPRmTXsqpKUOyRwTn5BfA>, diakses pada 26

Agustus 2019, hal. 177 27 Bank Penerbit Kartu Kredit adalah Bank yang menerbitkan Alat Pembayaran Menggunakan

Kartu (APMK). Lihat: Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 17/PB/2017, Pasal 1 angka 11. 28 Bendahara Pengeluaran yang selanjutnya disingkat BP adalah orang yang ditunjuk untuk

menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk

keperluan Belanja Negara dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Kantor/

Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Lihat: Peraturan Menteri Keuangan No.

196/PMK.05/2018, Pasal 1 angka 10.

Page 7: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

716 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

Pembantu) 29 ; l) Melakukan penyetoran kembali ke rekening BP/BPP dalam hal

informasi permintaan penyetoran kembali atas keterlanjuran pembayaran telah

terpenuhi; m) Memberitahukan kepada Administrator Kartu Kredit Pemerintah untuk

memperbaiki permintaan penyetoran kembali dalam hal informasi permintaan

penyetoran kembali atas keterlanjuran pembayaran tidak terpenuhi; n) Menutup Kartu

Kredit Pemerintah berdasarkan surat penarikan; o) Membebaskan Satker dari biaya

penggunaan Kartu Kredit Pemerintah, yang meliputi biaya keanggotaan, biaya

pembayaran tagihan melalui Teller 30 , ATM (Automated Teller Machine), dan e-

banking, biaya permintaan kenaikan batasan belanja (limit), biaya penggantian kartu

kredit karena hilang/dicuri atau rusak, biaya penggantian PIN (Personal Identification

Number), biaya copy Billing Statement, biaya pencetakan tambahan lembar tagihan,

biaya keterlambatan pembayaran, biaya bunga atas tunggakan/tagihan yang terlambat

dibayarkan, dan biaya penggunaan fasilitas airport lounge yang berkerjasama dengan

Kartu Kredit Pemerintah; p) Mengenakan biaya materai dalam penggunaan Kartu

Kredit Pemerintah; dan q) Melakukan penurunan batasan belanja (limit) Kartu Kredit

Pemerintah Satker secara permanen berdasarkan perubahan surat persetujuan besaran

Uang Persediaan (UP)31 Kartu Kredit Pemerintah Satker dari KPPN.32

Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah ditetapkan berdasarkan Peraturan

Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-17/PB/2017 tentang Uji Coba

Pembayaran Dengan Kartu Kredit Dalam Rangka Penggunaan Uang Persediaan

tertanggal 18 September 2017. Uji coba pelaksanaan dan pembayaran dengan Kartu

Kredit dalam rangka penggunaan Uang Persediaan dilakukan secara bertahap

sebagaimana yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal

Perbendaharaan.33

Pembayaran dengan kartu kredit dilaksanakan dengan mempertimbangkan

proporsi Uang Persediaan (UP), yang terdiri dari UP Tunai dan UP Kartu Kredit

Pemerintah dengan persentasi penggunaan UP Tunai sebesar 60% (enam puluh

persen) dari besaran UP sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan

29 Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat BPP adalah orang yang ditunjuk

untuk membantu BP untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran

pelaksanaan kegiatan tertentu. Lihat: Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 1

angka 11. 30 A bank teller is an employee of a bank who deals directly with customers. In some places, this

employee is known as a cashier or customer representative. (Teller bank adalah pegawai bank yang

berurusan langsung dengan nasabah. Di beberapa tempat, pegawai ini dikenal dengan sebutan kasir

maupun customer representative). Lihat: Scotia Bank, “Customer Representative”,

<http://jobs.scotiabank.com/ca/alberta/retail-banking/jobid8239992-customer-representative-(part-

time)-jobs>, diakses 4 Maret 2018 31 Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu

yang diberikan kepada BP untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker atau membiayai

pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme

pembayaran langsung. Lihat: Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 1 angka 19. 32 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 18. 33 Indonesia, Keputusan Direktur Jendral Perbendaharaan No. KEP-494/PB/2017 tanggal 29

September 2017 tentang Pelaksanaan Uji Coba Pembayaran dengan Kartu Kredit Dalam Rangka

Penggunaan Uang Persediaan, yang telah diubah dengan Keputusan Direktur Jendral Perbendaharaan,

No. KEP-653/PB/2018 tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. KEP-

494/Pb/2017 Tentang Pelaksanaan Uji Coba Pembayaran Dengan Kartu Kredit Dalam Rangka

Penggunaan Uang Persediaan tertanggal 21 Desember 2018.

Page 8: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 717

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara34, dan UP Kartu Kredit Pemerintah sebesar

40% (empat puluh persen) dari besaran UP sebagaimana diatur dalam Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas PMK Nomor

190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara35.

Batasan belanja (Limit) dari Kartu Kredit Pemerintah ini sendiri adalah paling

banyak Rp50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) untuk keperluan belanja

operasional dan belanja modal. 36 Sedangkan limit kartu kredit pemerintah dalam

rangka keperluan belanja dinas jabatan diberikan paling banyak sebesar

Rp20.000.000,00 (dua puluh juta Rupiah).37

Instansi pemerintah yang pertama kali menerima Kartu Kredit Pemerintah

adalah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) cabang Tanjungpandan

pada tanggal 21 November 2017. Pada waktu itu, Kartu Kredit Pemerintah yang

diterbitkan adalah sebanyak tujuh kartu yang akan digunakan oleh kepala kantor,

empat pejabat eselon 3, bendahara, dan pejabat pengadaan.38

Berdasarkan Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-

653/PB/2018 Tanggal 22 Desember 2018, Pelaksanaan Uji Coba Pembayaran Dengan

Kartu Kredit Dalam Rangka Penggunaan Uang Persediaan, tahapan ujicoba kartu

kredit dibagi atas 7 (tujuh) tahapan, yang dilaksanakan pada ratusan satuan kerja K/L,

yang mana semua tahap ujicoba akan dilaksanakan hingga 31 Desember 2019.39

III. HUBUNGAN HUKUM DIANTARA PARA PIHAK YANG TERLIBAT

DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT PEMERINTAH.

Hubungan hukum para pihak dalam perjanjian kartu kredit pemerintah dimulai

dari penerbitan kartu kredit pemerintah itu sendiri. Mekanisme penerbitan kartu kredit

pemerintah berbeda dengan kartu kredit pada umumnya, dimana proses penerbitan

dimulai dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menerbitkan surat referensi yang

memuat keterangan mengenai calon pemegang kartu kredit. Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) menyampaikan surat permohonan penerbitan kartu kredit kepada

bank penerbit kartu kredit dilampiri: a) Surat referensi; b) Formulir aplikasi KKP dari

bank; c) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku; d) Fotokopi

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e) Fotokopi Surat Persetujuan Besaran Uang

Pangkal (UP) dari KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) 40 ; dan f)

Fotokopi surat keputusan penunjukkan KPA. 41 Bank penerbit kartu kredit akan

34 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 178/PMK.05/2018, Pasal 46 ayat (2a). 35 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 178/PMK.05/2018, Pasal 46 ayat (2b). 36 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 29 ayat (1). 37 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 29 ayat (2). 38 Bambang Priyo Jatmiko, “Ini Rincian Tagihan Kartu Kredit Pemerintah”, <https://ekonomi.

kompas.com/read/2018/03/15/153024126/ini-rincian-tagihan-kartu-kredit-Pemerintah>, diakses 9 Maret

2018. 39 Indonesia, Keputusan Dirjen Perbendaharaan No. KEP-653/PB/2018 Tanggal 22 Desember

2018, Pelaksanaan Uji Coba Pembayaran Dengan Kartu Kredit Dalam Rangka Penggunaan Uang

Persediaan, Pasal 1. 40 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi

vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, yang memperoleh kewenangan

sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara (Kuasa BUN). Lihat: Peraturan Direktur Jenderal

Perbendaharaan No. Per-13/PB/2018, Pasal 1 angka (7). 41 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 35 ayat (1).

Page 9: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

718 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

melakukan verifikasi. Apabila verifikasi berhasil, bank penerbit kartu kredit

menerbitkan kartu kredit disertai rekapitulasi penerbitan kartu kredit dan tanda terima

kartu kredit untuk diserahkan kepada PPK. Dalam hal bank penerbit kartu kredit tidak

menyetujui permohonan, bank penerbit kartu kredit menyampaikan surat

pemberitahuan penolakan kepada PPK. Ketentuan mengenai penerbitan dan

penyampaian KKP berlaku mutatis mutandis dalam hal permohonan penerbitan KKP

disetujui sebagian.42

Berikut merupakan bagan yang menjelaskan proses penerbitan kartu kredit

pemerintah:

Gambar 1

Proses Penerbitan Kartu Kredit Pemerintah Sumber: Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara, Buku Pintar Kartu Kredit Pemerintah.

Setelah melakukan transaksi, pemegang kartu kredit perlu

mempertanggungjawabkan transaksi tersebut dengan mengumpulkan dokumen

berupa: a) Tagihan (e-billing)/Daftar Tagihan Sementara; b) Surat Tugas/Surat

Perjalanan Dinas/Perjanjian/Kontrak; dan c) Bukti-bukti pengeluaran.43 Berdasarkan

dokumen tersebut, pemegang kartu kredit pemerintah membuat a) Daftar Pengeluaran

Riil Kegiatan Operasional Dan Belanja Modal Dengan Kartu Kredit Pemerintah; dan/

atau b) Daftar Pengeluaran Riil Kegiatan Perjalanan Dinas Jabatan Dengan Kartu

Kredit Pemerintah. 44 Pemegang Kartu Kredit Pemerintah menyampaikan Daftar

Pengeluaran Riil Kegiatan Operasional Dan Belanja Modal Dengan Kartu Kredit

Pemerintah dan/atau Daftar Pengeluaran Riil Kegiatan Perjalanan Dinas Jabatan

Dengan Kartu Kredit Pemerintah dilampiri dokumen pendukung tersebut diatas

kepada PPK paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah Tagihan (e-billing)/Daftar

Tagihan Sementara diterima dari Bank Penerbit Kartu Kredit Pemerintah.45

42 Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Buku Pintar Kartu Kredit Pemerintah, Jilid 2,

hal. 193. 43 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 178/PMK.05/2018, Pasal 46 ayat (1). 44 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 178/PMK.05/2018, Pasal 46 ayat (5). 45 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 178/PMK.05/2018, Pasal 47 ayat (1).

Page 10: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 719

Setelah menerima dokumen dari pemegang kartu kredit pemerintah, PPK

melakukan pengujian berupa: a) Kebenaran data pihak yang berhak menerima

pembayaran atas beban APBN; b) Kebenaran materiil dan perhitungan bukti-bukti

pengeluaran; c) Kebenaran perhitungan Tagihan (e-billing)/Daftar Tagihan Sementara

termasuk memperhitungkan kewajiban penerima pembayaran kepada negara; d)

Kesesuaian perhitungan antara bukti pengeluaran dengan Tagihan (e-billing)/Daftar

Tagihan Sementara; e) Kesesuaian jenis belanja yang dapat dibayarkan dengan Kartu

Kredit Pemerintah; dan f) Kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa dalam

perjanjian/kontrak, dokumen serah terima barang/jasa, dan barang/jasa yang

diserahkan oleh penyedia barang/jasa. 46 Berdasarkan hasil pengujian, PPK

mengesahkan sebagian/seluruh bukti-bukti pengeluaran. PPK dapat menolak

sebagian/seluruh bukti-bukti pengeluaran untuk disahkan apabila tidak memenuhi

ketentuan. Apabila telah disahkan, PPK atas nama KPA menerbitkan dan

menyampaikan SPBy (Surat Perintah Bayar) 47 dilampiri: a) Surat tugas/Surat

Perjalanan Dinas/Perjanjian/Kontrak; b) Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan

PPK; c) Faktur pajak dan/atau Surat Setoran Pajak (SSP)48 sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan; d) Nota/bukti penerimaan

barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang diperlukan yang telah disahkan

PPK; e) DPT49 Kartu Kredit yang telah ditetapkan oleh PPK; dan f) Tagihan (e-

billing)/Daftar Tagihan Sementara. PPK kemudian menyampaikan SPBy kepada

BP/BPP paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diterbitkan.50

Berdasarkan SPBy, BP/BPP melakukan pengujian atas SPBy, pengujian

ketersediaan dana UP kartu kredit pemerintah, dan melakukan penyusunan daftar

pungutan/potongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy. Dalam hal pengujian

SPBy telah memenuhi persyaratan, BP/BPP mengajukan permintaan penggantian UP

Kartu Kredit Pemerintah kepada PPK dengan menyampaikan SPBy, daftar pungutan/

potongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy, beserta dokumen pendukung.

Namun apabila pengujian SPBy tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan,

BP/BPP menolak SPBy yang diajukan dan mengembalikan kepada PPK paling lambat

2 (dua) hari kerja sejak SPBy diterima.51Berdasarkan permintaan penggantian UP

Kartu Kredit Pemerintah yang disampaikan oleh BP/BPP, PPK menerbitkan

SPP·GUP 52 kartu kredit pemerintah kepada PPSPM. 53 PPSPM melakukan

46 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 178/PMK.05/2018, Pasal 47 ayat (2). 47 Surat Perintah Bayar yang selanjutnya disebut dengan SPBy adalah bukti perintah PPK atas

nama KPA kepada BP untuk mengeluarkan UP yang dikelola oleh BP sebagai pembayaran kepada

pihak yang dituju. Lihat: Lihat: Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 1 angka 1. 48 Surat Setoran Pajak yang selanjutnya disebut dengan SSP adalah bukti pembayaran atau

penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara

lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Lihat: Indonesia,

Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Per-38/PJ/2009 Tentang Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak,

Pasal 1 ayat (1). 49 Daftar Pembayaran Tagihan Kartu Kredit Pemerintah yang selanjutnya disebut DPT Kartu

Kredit Pemerintah adalah daftar hasil verifikasi PPK yang memuat informasi nama Pemegang Kartu

Kredit Pemerintah, No. Kartu Kredit Pemerintah, jenis belanja barang, rincian pengeluaran,

pembebanan anggaran, dan jumlah tagihan yang harus dibayar kepada Bank Penerbit Kartu Kredit

Pemerintah. Lihat: Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 1 angka 17. 50 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 49. 51 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 50. 52 Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan Kartu Kredit Pemerintah yang

selanjutnya disebut SPP-GUP Kartu Kredit Pemerintah adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK,

yang berisi pertanggungjawaban dan permintaan kembali pembayaran UP Kartu Kredit Pemerintah.

Lihat: Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 1 angka 26.

Page 11: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

720 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

pemeriksaan dan pengujian SPP·GUP beserta dokumen pendukung yang disampaikan

oleh PPK. Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukung

memenuhi ketentuan, PPSPM menerbitkan SPM-GUP Kartu Kredit Pemerintah paling

lambat 5 (lima) hari kerja setelah SPP-GUP Kartu Kredit Pemerintah diterima. Dalam

hal SPP-GUP Kartu Kredit Pemerintah belum sesuai dengan ketentuan, PPSPM

mengembalikan SPP-GUP Kartu Kredit Pemerintah kepada PPK paling lambat 2 (dua)

hari kerja sejak SPP-GUP Kartu Kredit Pemerintah diterima oleh PPSPM.54

Berikut merupakan bagan yang menggambarkan mekanisme pengujian dan

pembayaran kartu kredit pemerintah:

Gambar 2

Proses Mekanisme Pengujian dan Pembayaran Kartu Kredit Pemerintah Sumber: Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara, Buku Pintar Kartu Kredit Pemerintah.

Hubungan hukum antara penerbit dan pemegang kartu kredit dituangkan dalam

perjanjian tertulis yang diatur dalam Perjanjian Kerja Sama antara Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan HIMBARA

Tentang Koordinasi Pengembangan Pelaksanaan Pembayaran Dengan Kartu Kredit

Dalam Rangka Penggunaan Uang Persediaan. Pihak DJPb dan HIMBARA selanjutnya

secara bersama-sama menindaklanjuti dan mengatur kerjasama tersebut dalam suatu

Perjanjian tentang Koordinasi Pengembangan Pelaksanaan Pembayaran dengan kartu

kredit dalam rangka Penggunaan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut PKS

(Perjanjian Kerja Sama) Induk. Tujuan dari PKS Induk ini adalah menetapkan

mekanisme koordinasi, sinkronisasi, dan sinergi kebijakan untuk mendorong

53 Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut PPSPM adalah

pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran

dan menerbitkan perintah pembayaran. Lihat: Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018,

Pasal 1 angka 9. 54 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 52.

Page 12: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 721

pelaksanaan pembayaran dengan kartu kredit dalam rangka penggunaan Uang

Persediaan.55 Aturan main kedua belah pihak tersebut tertulis dalam PKS yang dibuat

oleh Direktorat Jendral Perbendaharaan bersama dengan bank penerbit secara

bersama-sama. Perjanjian adalah kesepakatan antara subjek hukum (orang atau badan

hukum) mengenai sesuatu perbuatan hukum yang memberikan suatu akibat hukum

yang sebagaimana dimaksud pada pasal 1313 KUHPerdata. Pasal 1313 KUHPerdata

menjelaskan bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau

lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.56 Adapun suatu perjanjian

dapat menjadi sah dan mengikat para pihak maka perjanjian dimaksud

haruslah memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320

KUHPerdata, yaitu: a) Adanya kesepakatan kedua belah pihak; b) Cakap untuk

membuat perikatan; c) Suatu hal tertentu; dan d) Suatu sebab atau kausa yang halal.57

Selain syarat sah perjanjian dimaksud terdapat juga syarat-syarat yang harus dipenuhi

didalam suatu perjanjian kerjasama yakni: a) Bahwa perjanjian kerjasama dilakukan

oleh minimal dua subjek hukum (orang/badan hukum); dan b) Bahwa atas dasar

perjanjian dimaksud terdapat akibat hukum atas para pihak karena adanya hak dan

kewajiban.58

Hubungan hukum antara pemegang kartu kredit pemerintah dengan bank

penerbit kartu kredit pemerintah dituangkan dalam perjanjian kerja sama standar (PKS

Standar). Tujuan dibuatnya perjanjian kerja sama ini adalah agar pelaksanaan uji coba

pembayaran dengan kartu kredit dalam rangka penggunaan Uang Persediaan dapat

berjalan dengan efektif dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan

manajemen risiko.59 Ruang lingkup dari perjanjian ini adalah antar pihak pertama

selaku pejabat negara (satker/kanwil) yang bekerja sama dengan pihak kedua selaku

bank penerbit untuk menerbitkan kartu kredit bagi para Pejabat atau Pegawai di salah

satu lingkungan Satker yang telah memenuhi persyaratan tertentu sesuai kriteria yang

telah disepakati oleh para pihak.60

Hubungan antara pemegang kartu dengan merchant adalah perjanjian yang

bersifat incidental, 61 yang mana perjanjian ini hanya berlangsung ketika transaksi

terjadi. Para pihak tidak saja mempunyai hak dan kewajiban sebagai pembeli dan

penjual sebagaimana diatur dalam KUHPerdata, tetapi juga hak dan kewajiban yang

terdapat dalam ketentuan yang disepakati dalam perjanjian pemegang kartu dan

perjanjian merchant pada saat terjadi transaksi.62

55 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Republik Indonesia, “Perjanjian Kerja Sama Antara

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Dengan PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) TBK, PT. Bank Mandiri (Persero) TBK, PT. Bank Negara Indonesia

(Persero) TBK, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) TBK Tentang Koordinasi Pengembangan

Pelaksanaan Pembayaran Dengan Kartu Kredit Corporate Dalam Rangka Penggunaan Uang

Persediaan”, Pasal 2. 56 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh Subekti dan

R. Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2008), Pasal 1313. 57 Ibid., Pasal 1320. 58 Diana Novitasari, “Perjanjian Kerjasama”,

<https://jdih.kepriprov.go.id/artikel/tulisanhukum/29-perjanjian-kerjasama>, diakses 10 Maret 2018. 59 PT Bank Mandiri (Persero) TBK, “Perjanjian Kerjasama Tentang Penerbitan Kartu Kredit

Corporate Dalam Rangka Penggunaan Uang Persediaan”, Pasal 2 ayat (2). 60 Ibid, Pasal 3. 61 Insidental berarti terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja; tidak

secara tetap atau rutin; sewaktu-waktu. Lihat: KBBI, “Insidental”, <https://kbbi.web.id/insidental>,

diakses pada 11 Maret 2018 62 Gusniati, ”Perbandingan Hukum Kartu Kredit Konvensional Dengan Kartu Kredit Syariah”,

Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, 2005, hal. 92.

Page 13: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

722 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

Hubungan hukum yang timbul antara penerbit kartu kredit dengan merchant

adalah dalam konteks perjanjian penggunaan kartu bersifat hubungan segitiga. Jadi

penerbitan kartu kredit (antara penerbit dengan pemegang) baru merupakan

permulaan/sebagian dari perjanjian segitiga tersebut. Perjanjian segitiga ini baru

sempurna berlaku jika jual beli telah dilakukan antara pemegang dengan penjual.

Perjanjian segitiga tersebut kemudian diperkuat setelah diberikan otorisasi terhadap

merchant dalam jual beli bersangkutan. Otorisasi tersebut dapat dikatakan pernyataan

persetujuan penerbit untuk membayar harga pembelian. Akan tetapi, tanpa otorisasi

artinya dengan penerbitan kartu kredit saja, pihak penerbit tersebut sudah terikat

secara hukum asal jual beli dilakukan dengan syarat-syarat batas maksimum

pembelian yang diperbolehkan.63

Hubungan hukum yang timbul antara pemegang kartu kredit pemerintah dan

pemerintah adalah hubungan berupa kewajiban hukum pemegang kartu kredit.

Berdasarkan Pasal 10 huruf (a) PMK No. 196/PMK.05/2019, pemegang kartu kredit

memiliki tugas dan wewenang untuk menggunakan kartu kredit untuk pembayaran

belanja barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) sesuai dengan

kewenangannya.64

Berikut merupakan bagan yang menggambarkan hubungan hukum di antara para

pihak yang terlibat dalam perjanjian kartu kredit pemerintah:

Gambar 3.1 Hubungan Hukum Para Pihak Yang Terlibat Dalam Perjanjian Kartu

Kredit Pemerintah.

IV. PEMBELAJARAN ATAS PENERAPAN KARTU KREDIT PEMERINTAH

DI AMERIKA SERIKAT

1. Tinjauan Umum Kartu Kredit Pemerintah Amerika Serikat

Kartu kredit pemerintah di Amerika Serikat merupakan salah satu program

pemerintah yang dinamakan GSA SmartPay dan berada di bawah naungan GSA

(General Services Administration). GSA didirikan oleh Presiden Harry Truman pada

tanggal 1 Juli 1949 untuk menyelaraskan kinerja administratif dari pemerintah

63 Ibid, hal. 94. 64 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2019, Pasal 10 huruf (a).

Page 14: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 723

federal. 65 GSA mengkonsolidasikan National Archives Establishment, the Federal

Works Agency, the Public Buildings Administration, the Bureau of Federal Supply

and the Office of Contract Settlement, dan the War Assets Administration ke dalam

satu lembaga federal yang ditugaskan untuk mengatur suplai dan menyediakan tempat

kerja bagi pegawai pemerintah. Misi awal GSA adalah untuk memusnahkan barang

surplus perang, mengelola dan menyimpan catatan pemerintah, menangani kesiapan

keadaan darurat, dan menyimpan persediaan strategis untuk masa perang.66

Didirikan pada tahun 1998, Program GSA SmartPay adalah program

pembayaran kartu kredit dan pembayaran komersial terbesar di dunia, memberikan

layanan kepada lebih dari 560 lembaga Federal, organisasi, dan pemerintah suku asli

Amerika (Native Tribe). Solusi pembayaran GSA SmartPay memungkinkan pegawai

pemerintah yang berwenang untuk melakukan pembelian atas nama Pemerintah

Federal untuk mendukung misi lembaga/organisasi mereka.67

Sebelum menggunakan solusi pembayaran GSA SmartPay, Pemerintah Federal

menggunakan proses pembayaran berbasis kertas tradisional untuk pesanan pembelian

dengan nominal kecil (di bawah ambang batas pembelian mikro).68 Dalam banyak

kasus, teknik pemrosesan transaksi berbasis kertas tradisional lebih mahal daripada

nilai transaksi itu sendiri. Ketidakefisienan biaya dan risiko dari proses ini merupakan

faktor kunci dalam pengimplementasian solusi pembayaran dengan kartu kredit

pemerintah.69

2. Keuntungan Program GSA SmartPay

Berikut merupakan beberapa keuntungan bagi pengguna GSA SmartPay sebagai

metode pembayaran yang dilakukan pemerintah: 70

a. Realisasi Penghematan Pengeluaran

Pengguna kartu kredit pemerintah memiliki kesempatan untuk mewujudkan

penghematan biaya administrasi melalui efisiensi pembayaran. Taksiran

penghematan administrasi untuk kartu pembelian (purchase card) saja adalah $

1,7 miliar per tahun ($ 70 per transaksi) bila digunakan sebagai pengganti

pesanan pembelian tertulis. Pengguna kartu kredit pemerintah juga tidak perlu

membayar biaya dan fitur langsung termasuk rekonsiliasi akun otomatis, audit

pengeluaran, dan opsi penambangan data, yang sesuai dengan Public Law 112-

194 tentang persyaratan penambangan data.71

b. Keuntungan atas pengembalian uang (Refund) bagi lembaga pemerintah

Lembaga pemerintah memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengembalian

uang berdasarkan volume transaksi dolar dan kecepatan pembayaran. Sejak

dimulainya program ini pada tahun 1998, pengguna program GSA SmartPay

telah mendapatkan lebih dari $3 miliar dalam bentuk pengembalian uang

65 GSA, “A Brief History of GSA” https://www.gsa.gov/about-us/background-history/a-brief-

history-of-gsa , diakses 13 Desember 2018. 66 Ibid. 67 GSA SmartPay, “The GSA SmartPay Program”, <https://smartpay.gsa.gov/content/about-gsa-

smartpay#sa17> , diakses pada 14 Desember 2018. 68 Ibid. 69 Ibid . 70 GSA SmartPay, “SmartPay Benefit”, <https://smartpay.gsa.gov/content/about-gsa-

smartpay#sa26>, diakses pada 14 Desember 2018. 71 GSA, “Center for Charge Card Management and GSA Smartpay”,

<https://www.gsa.gov/about-us/organization/federal-acquisition-service/-office-of-professional-

services-and-human-capital-categories/center-for-charge-card-management-and-gsa-smartpay>, diakses

pada 14 Desember 2018.

Page 15: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

724 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

bersih. 72 Pada Tahun Fiskal 2012, pengembalian dana bersih pemerintah

berjumlah $ 306 juta.73

c. Keamanan dan transparansi

Program GSA SmartPay memberikan solusi aman untuk proses transaksi

pembayaran yang efisien. Pengguna program ini juga memiliki akses ke alat

yang mendukung peningkatan transparansi melalui akses untuk penggunaan

dana dan data atas kinerja pengguna program tersebut.74

d. Akses elektronik ke data

Melalui sistem online bank kontraktor program GSA SmartPay, pengelola

akun dan pemegang akun GSA SmartPay memiliki akses langsung ke data

pada tingkat transaksi secara lengkap yang membantu mengurangi potensi

penipuan, pemborosan, dan penyalahgunaan.

e. Dapat digunakan di seluruh dunia

Melalui penggunaan infrastruktur pembayaran komersial, pengguna program

ini dapat menggunakan sarana pembayaran melalui GSA SmartPay kepada

merchant yang menerima pembayaran dengan kartu kredit di seluruh dunia.

f. Identifikasi atas program diskon

Program GSA SmartPay menyediakan deteksi Point of Sale75 otomatis yang

digunakan dalam banyak program diskon GSA, salah satu contohnya adalah

program GSA City Pair. Dalam program ini, metode pembayaran perjalanan

dengan menggunakan GSA SmartPay diperlukan untuk mendapatkan diskon

tiket pesawat melalui program GSA City Pair, yang menghemat miliaran dolar

dalam penghematan tahunan pemerintah.

g. Keuntungan Lainnya

Solusi pembayaran GSA SmartPay memberikan manfaat lain secara tidak

langsung, seperti asuransi perjalanan dan menghilangkan kebutuhan akan kas

kecil (petty cash)76 dalam anggaran lembaga negara.

3. Cara Kerja Kartu Kredit Pemerintah

Program GSA SmartPay menyediakan solusi pembayaran untuk lembaga

pemerintah dan organisasi lain. Melalui kontrak induk dengan banyak bank, program

72 Ibid. 73 Khi V. Thai, Internal Public Procurement: Innovation and Knowledge Sharing, (s.l: Springer

International Publishing, 2015), hal. 60. 74 GSA SmartPay, “SmartPay Benefit”, <https://smartpay.gsa.gov/content/about-gsa-

smartpay#sa26> , diakses pada 14 Desember 2018. 75 Point of sale (POS), a critical piece of a point of purchase, refers to the place where a

customer executes the payment for goods or services and where sales taxes may become payable. It can

be in a physical store, where POS terminals and systems are used to process card payments or a virtual

sales point such as a computer or mobile electronic device. (Point of sale (POS) merupakan poin

penting dalam pembelian, mengacu kepada tempat dimana pembeli melakukan pembayaran atas barang

atau jasa dan dimana pajak pembelian mungkin dapat dibayarkan. POS bisa terdapat di toko fisik,

dimana terminal POS dan sistem digunakan untuk memproses pembayaran dengan menggunakan kartu

atau virtual sales point seperti komputer maupun perangkat seluler.) Lihat: Adam Hayes, “Point of Sale

(POS)” < https://www.investopedia.com/terms/p/point-of-sale.asp>, diakses pada 14 Desember 2018. 76 Petty cash is a small amount of discretionary funds in the form of cash used for expenditures

where it is not sensible to make any disbursement by cheque, because of the inconvenience and costs of

writing, signing, and then cashing the cheque. (Petty cash adalah sejumlah kecil dana bebas dalam

bentuk uang tunai yang digunakan untuk pengeluaran, dimana pembayaran dengan menggunakan cek

tidak lazim digunakan karena ketidaknyamanan dan faktor biaya dalam penulisan, penandatanganan,

dan pencairan cek tersebut). Lihat: P. Hosein, Principles of Accounts, (Oxford: Heinemann Educational

Publishers, 1988), hal. 92.

Page 16: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 725

GSA SmartPay memungkinkan lembaga/organisasi di seluruh Pemerintah Federal

untuk mendapatkan solusi pembayaran dalam upaya mendukung kebutuhan misi di

tiap-tiap lembaga/organisasi.77

Agensi/Organisasi mengeluarkan perintah tugas di bawah kontrak induk GSA

SmartPay dan memberikan program mereka kepada salah satu bank kontraktor GSA

SmartPay (Citibank, JPMorgan Chase, atau US Bank). Bank-bank tersebut akan

menyediakan solusi pembayaran kepada agensi/organisasi pemerintah untuk

melakukan pembelian atas nama agensi/organisasi mereka.

Program GSA SmartPay menawarkan empat macam solusi pembayaran yang

meliputi kartu pembelian (purchase), perjalanan (travel), armada (fleet), dan

pembayaran terintegrasi (integrated payment). Solusi pembayaran inovatif ini dapat

disesuaikan untuk meningkatkan kontrol internal dan meningkatkan berbagai

pembayaran yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pengembalian uang, sekaligus

meningkatkan arus kas vendor.

Persyaratan untuk memperoleh kartu ini tergantung pada jenis solusi

pembayaran dan agen/organisasi, mungkin terdapat persyaratan yang berbeda bagi

pendaftar untuk berpartisipasi dalam program ini, namun pada umumnya syarat

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Akun Pembelian (Purchase)

Untuk mendapatkan akun pembelian, seorang karyawan harus direkomendasikan

oleh atasan mereka untuk mengajukan permohonan melalui koordinator program

mereka. Pemegang akun pembelian yang potensial wajib menyelesaikan

pelatihan pemegang kartu pembelian sebelum menggunakan akun pembelian.

b. Akun Perjalanan (Travel)

Tergantung pada frekuensi perjalanan, kebijakan lembaga atau pemerintah

mungkin mengharuskan karyawan mendapatkan akun perjalanan pemerintah

untuk melakukan pembelian terkait perjalanan. Pemohon akun perjalanan dapat

dikenai pemeriksaan kredit dan wajib menyelesaikan pelatihan sebelum

menggunakan akun perjalanan.

c. Akun Armada (Fleet)

Solusi pembayaran armada umumnya ditetapkan untuk kendaraan, bukan

individu. Pengguna kendaraan dinas pemerintah harus menghubungi manajer

program armada mereka untuk mempelajari lebih lanjut tentang kebijakan

armada agen mereka.

Di bawah ini adalah ilustrasi tentang bagaimana transaksi GSA SmartPay bekerja,

dengan menyoroti pihak pemangku kepentingan yang terlibat dan metode efisiensi

pembayaran melalui program GSA SmartPay:

77 GSA SmartPay, “The GSA SmartPay Program”, <https://smartpay.gsa.gov/content/about-gsa-

smartpay#sa17>, diakses pada 14 Desember 2018.

Page 17: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

726 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

Gambar 4.1

Alur Pembayaran Dengan Menggunakan GSA SmartPay Sumber: GSA, How SmartPay Works78

4. Contoh Kasus Penyalahgunaan Kartu Kredit di Amerika Serikat

Kartu kredit pemerintah seringkali disalahgunakan oleh para penggunanya.

Terdapat berbagai macam kasus terkait permasalahan penyalahgunaan kartu kredit

pemerintah di Amerika Serikat, yang mana akan penulis jabarkan dalam tabel berikut:

Daftar Penyalahgunaan Kartu Kredit Pemerintah dan Penyelesaiannya

Kasus Posisi Jenis Kartu Kredit

Pemerintah yang

Digunakan

Penyelesaian

Seorang tentara

menggunakan kartu kredit

pemerintah untuk membeli

televisi dan penggunaan

pribadi lainnya

Purchase Card Tentara tersebut

diberhentikan dengan tidak

hormat dan harus

membayar denda sebesar

$3.000 beserta restitusi

sebesar $1.400

Seorang anggota angkatan

laut menggunakan kartu

kredit pemerintah untuk

membeli 70 tiket

penerbangan yang tidak di

otorisasi dengan total

transaksi lebih dari $60.000.

Tiket tersebut dijual kepada

anggota angkatan laut yang

lain dan anggota keluarga

mereka.

Travel Card Pemegang kartu tersebut

diberhentikan dengan tidak

hormat, kehilangan seluruh

gajinya, dan dijatuhi pidana

penjara selama 5 tahun.

78GSA, “How SmartPay Works”, <https://smartpay.gsa.gov/content/about-gsa-smartpay#sa28>,

Diakses 16 Desember 2018.

Page 18: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 727

Pemegang kartu kredit

pemerintah yang merupakan

staf Joint Staff Supply

Service menerima suap

untuk membeli alat

perkantoran di salah satu

perusahaan tertentu dengan

menggunakan kartu kredit

pemerintah

Purchase Card Pemegang kartu kredit

tersebut dihukum penjara

selama 27 bulan, masa

percobaan selama 36 bulan,

dan membayar restitusi

sebesar $400.200

Seorang pegawai FAA

(Federal Aviation

Administration)

menggunakan kartu kredit

pemerintah untuk membeli

gift card dari beberapa

retailer sejumlah $123.774.

Pegawai tersebut

menggunakan sistem

komputer FAA untuk

mengotorisasi pembelian

yang ia lakukan.

Purchase Card Pegawai tersebut

diberhentikan dengan tidak

hormat dan dihukum

penjara selama empat bulan

dan empat bulan tambahan

kurungan.

Sumber: Hasil olahan penulis dari berbagai sumber.79 80

5. Perbandingan Konsep Kartu Kredit Pemerintah di Indonesia dan di

Amerika Serikat

Dalam penerapan kartu kredit pemerintah, terdapat beberapa perbedaan antara

kartu kredit pemerintah di Indonesia dan di Amerika Serikat. Berikut merupakan

beberapa perbedaan tersebut:

Tabel Perbandingan Penerapan Kartu Kredit Pemerintah di Indonesia dan

di Amerika Serikat

Poin Pembanding Di Indonesia Di Amerika Serikat

Dasar Hukum a. Peraturan Menteri

Keuangan Nomor

196/PMK.05/2018

b. Keputusan Direktur

Jenderal Perbendaharaan

Nomor KEP-

494/PB/2017

a. OMB Circular No A-123

Appendix B

b. Public Law 105-264,

Travel and

Transportation Reform

Act (TTRA) of 1998

c. Government Charge

Card Abuse Prevention

79 Government Accountability Office, “Actions Needed to Strengthen Internal Controls to

Reduce Fraudulent, Improper, and Abusive Purchases”, <https://www.gao.gov/new.items/d08333.pdf>,

Diakses 25 Desember 2018. 80 Linda D. Kozaryn, “DoD Fights Government Credit Card Abuse”,

<https://www.navy.mil/submit/display.asp?story_id=1167>, Diakses 25 Desember 2018.

Page 19: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

728 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

Act of 2012 (Public Law

112-194)

Macam Kartu Kredit a. Kartu Kredit Pemerintah

Untuk Belanja

Operasional

b. Kartu Kredit Pemerintah

Untuk Perjalanan Dinas

a. Purchase Card

b. Travel Card

c. Fleet Card

d. Integrated Card

Tindakan

Penyalahgunaan

a. Penggunaan Kartu Kredit

untuk pembayaran

belanja perjalanan dinas

jabatan di luar komponen

Pasal 25 ayat (1), ayat

(2), dan ayat (3)

Peraturan Menteri

Keuangan Nomor

196/PMK.05/2018

b. Penggunaan Kartu Kredit

dengan jumlah melebihi

batas tertinggi biaya

perjalanan dinas jabatan

yang dapat dibayarkan

atas beban APBN.

c. Penggunaan Kartu Kredit

Pemerintah untuk

pembayaran belanja

operasional dan belanja

modal tidak sesuai

dengan spesifikasi teknis

yang disebutkan dalam

dokumen penerimaan

barang/jasa dengan

spesifikasi teknis yang

disebutkan dalam

dokumen rencana

kegiatan.

d. Manipulasi data antara

Tagihan (e-billing)/

Daftar Tagihan

Sementara dengan bukti-

bukti pengeluaran

e. Penarikan uang secara

tunai.

a. Pembelian melebihi

plafon (limit) yang telah

ditetapkan.

b. Pembelian yang

dilakukan ketika tidak

ada alokasi dana yang

tersedia.

c. Pemegang kartu kredit

membiarkan orang lain

menggunakan kartu

kredit pemerintah.

d. Melakukan pembayaran

atas produk atau layanan

yang tidak memenuhi

persyaratan pemerintah.

e. Pembelian untuk

konsumsi pribadi.

f. Pembelian yang tidak

diperbolehkan oleh

instansi di tempat

pemegang kartu kredit

pemerintah bertugas.

Page 20: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 729

Penyelesaian

Penyalahgunaan

a. PPK melakukan

verifikasi dan pengujian

atas penyalahgunaan

Kartu Kredit.

b. Berdasarkan hasil

verifikasi dan pengujian,

KPA menerbitkan Surat

Peringatan kepada

Pemegang Kartu kredit

dalam hal terjadi

penyalahgunaan Kartu

Kredit.

c. PPK dapat memberikan

sanksi berupa penarikan

Kartu Kredit

a. Melakukan teguran

kepada pegawai tersebut

b. Membekukan kartu

kredit pegawai tersebut

c. Menginstruksikan

kepada bank penerbit

untuk membatalkan kartu

kredit, melakukan usaha

penagihan, atau

memberikan bunga atas

keterlambatan

pembayaran

d. Melakukan penyuluhan

kepada pegawai tersebut

e. Melakukan skorsing

kepada pegawai tersebut

f. Melakukan pemecatan

kepada pegawai tersebut

g. Penuntutan secara

pidana.

V. PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ATAS PENYALAHGUNAAN

KARTU KREDIT PEMERINTAH

1. Bentuk-Bentuk Penyalahgunaan Kartu Kredit Pemerintah

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.05/2018 Pasal 68,

terdapat beberapa bentuk penyalahgunaan dan kelalaian yang dapat terjadi dalam

penggunaan kartu kredit pemerintah, diantaranya adalah sebagai berikut:81

a. Penggunaan kartu kredit pemerintah untuk pembayaran selain belanja operasional

serta belanja modal dan belanja perjalanan dinas jabatan

Dalam hal kartu kredit pemerintah digunakan untuk pembayaran selain belanja

operasional serta belanja modal dan belanja perjalanan dinas jabatan, maka PPK

akan melakukan pengujian, yang mana apabila terbukti bahwa kartu kredit

pemerintah tersebut digunakan untuk pembayaran selain belanja operasional serta

belanja modal dan belanja perjalanan dinas jabatan, maka PPK tidak akan

menyetujui transaksi tersebut, dan tagihan tersebut menjadi tanggung jawab

pribadi pemegang kartu kredit pemerintah, yang mana pemegang kartu kredit

pemerintah tersebut harus membayarkan pengeluaran pribadi yang telah ia

lakukan.82

81 Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.05/2018, Pasal 68. 82 Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara, Buku Pintar Kartu Kredit Pemerintah, hal. 114.

Page 21: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

730 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

b. Penggunaan kartu kredit pemerintah melebihi batas tertinggi biaya perjalanan

dinas jabatan yang dapat dibayarkan atas beban APBN

Dalam hal penggunaan kartu kredit pemerintah melebihi batas tertinggi biaya

perjalanan dinas jabatan yang dapat dibayarkan atas beban APBN, harus dilihat

terlebih dahulu apakah pembayaran tersebut telah mendapat persetujuan dari

Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Perbendaharaan. Jika tidak mendapat

persetujuan, berdasarkan salah satu buku petunjuk penggunaan kartu kredit

korporat menyebutkan bahwa apabila karyawan/pengguna kartu kredit

menggunakan kartu kredit korporat melebihi pagu kredit kartu kredit korporat

tanpa mendapatkan persetujuan terlebih dahulu, maka karyawan pengguna kartu

kredit harus segera melunasi kelebihan tersebut dan atas kelebihan tersebut

dikenakan denda yang besarnya sebagaimana tercantum pada lembar tagihan.83

c. Penggunaan kartu kredit pemerintah untuk pembayaran belanja operasional dan

belanja modal tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam

dokumen penerimaan barang/jasa dengan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam

dokumen rencana kegiatan

Apabila penggunaan kartu kredit pemerintah dilakukan untuk untuk pembayaran

belanja operasional dan belanja modal tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang

disebutkan dalam dokumen penerimaan barang/jasa dengan spesifikasi teknis yang

disebutkan dalam dokumen rencana kegiatan, maka hal ini termasuk ke dalam

penyalahgunaan kartu kredit, yang mana akan dilakukan verifikasi dan pengujian

atas penyalahgunaan kartu kredit oleh PPK. Berdasarkan hasil uji verifikasi dan

pengujian, KPA menerbitkan Surat Peringatan kepada pemegang kartu kredit

dalam hal terjadi penyalahgunaan kartu kredit.84

d. Manipulasi data antara tagihan (e-billing)/Daftar Tagihan Sementara dengan bukti-

bukti pengeluaran

Dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (PBI

APMK) ditegaskan bahwa pemegang kartu adalah pengguna yang sah dari

APMK.85 Dengan demikian, meskipun pemegang kartu kredit pemerintah tidak

merasa menggunakan kartu kredit sesuai dengan tagihan yang diberikan oleh pihak

bank kepada pemegang kartu kredit, dari pihak bank hanya mengetahui bahwa

pemegang kartu kredit merupakan pengguna yang sah dari kartu kredit tersebut.

Hal ini menyebabkan pemegang kartu kredit harus membayar tagihan yang telah

terjadi meskipun transaksi tersebut tidak dilakukan oleh pemegang kartu kredit

sendiri.

2. Macam Pertanggungjawaban atas Penyalahgunaan Kartu Kredit Pemerintah

Kartu kredit pemerintah merupakan salah satu metode dalam memanfaatkan

anggaran belanja negara bagi pegawai negeri pemerintah. Namun, sanksi atas

penyalahgunaan dari tahap ujicoba belanja negara menggunakan kartu kredit

83 BII Maybank, Guidance Book BII Corporate Credit Card,

<https://www.maybank.co.id/sites/en/corporate/creditcard/corporate_card/Documents/Guidance%20Bo

ok%20BII%20Corporate%20Credit%20Card.pdf>, Pasal 6 ayat (2). 84 Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, Perdirjen No. PER-17/PB/2017, Pasal

26. 85 Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan

Bank Indonesia No. 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan

Menggunakan Kartu, Pasal 1 angka 7.

Page 22: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 731

pemerintah adalah hanya dengan melakukan penarikan kartu kredit tersebut dari

pejabat yang menyalahgunakannya. Padahal, menurut penulis, terdapat beberapa

sanksi yang dapat dikenakan atas penyalahgunaan tersebut. Sanksi atas

penyalahgunaan tersebut dapat dikenai pertanggungjawaban dari perspektif hukum

perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi negara.

a. Pertanggungjawaban dari Perspektif Hukum Perdata

Pertanggungjawaban perdata yang dapat dikenakan kepada pemegang kartu

kredit pemerintah adalah perbuatan melawan hukum. Pengertian Perbuatan Melawan

hukum di Indonesia diterjemahkan dari istilah Belanda yaitu “Onrechmatige daad”

atau dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah “Tort”. Pengertian Perbuatan

Melawan Hukum terdapat dalam buku III tentang Perikatan, yaitu Pasal 1365 KUH

Perdata, yang berbunyi sebagai berikut:

Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang

lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,

mengganti kerugian tersebut.86

Beberapa definisi lain yang pernah diberikan terhadap perbuatan melawan

hukum adalah sebagai berikut:87

1) Tidak memenuhi sesuatu yang menjadi kewajibannya selain dari kewajiban

kontraktual atau kewajiban quasi kontraktual yang menerbitkan hak untuk

meminta ganti rugi;

2) Suatu perbuatan atau tidak berbuat yang mengakibatkan timbulnya kerugian

bagi orang lain tanpa sebelumnya ada suatu hubungan hukum, dimana

perbuatan atau tidak berbuat tersebut, baik merupakan suatu perbuatan biasa

maupun bisa juga merupakan suatu kecelakaan;

3) Tidak memenuhi suatu kewajiban yang dibebankan oleh hukum, kewajiban

mana ditujukan terhadap setiap orang pada umumnya, dan dengan tidak

memenuhi kewajibannya tersebut dapat dimintakan suatu ganti rugi;

4) Suatu kesalahan perdata (civil wrong) terhadap mana suatu ganti kerugian

dapat dituntut yang bukan merupakan wanprestasi terhadap kontrak, atau

wanprestasi terhadap kewajiban trust, ataupun wanprestasi terhadap kewajiban

equity lainnya;

5) Suatu kerugian yang tidak disebabkan oleh wanprestasi terhadap kontrak, atau

lebih tepatnya, merupakan suatu perbuatan yang merugikan hak-hak orang lain

yang diciptakan oleh hukum yang tidak terbit dari hubungan kontraktual;

6) Sesuatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang secara bertentangan dengan

hukum melanggar hak orang lain yang diciptakan oleh hukum, dan karenanya

suatu ganti rugi dapat dituntut oleh pihak yang dirugikan;

7) Perbuatan melawan hukum bukan suatu kontrak, seperti juga kimia bukan

suatu fisika atau matematika.

Hoffman, menerangkan bahwa untuk adanya suatu perbuatan melawan hukum harus

dipenuhi empat unsur, yaitu:88

1) Er moet een daad zijn verricht (harus ada yang melakukan perbuatan);

2) Die daad moet onrechtmatig zijn (perbuatan itu harus melawan hukum);

86 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], Pasal 1365. 87 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, cet. 1, (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2002), hal. 3-4. 88 Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, 2003), hal. 49.

Page 23: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

732 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

3) De daad moet aan een ander schade heb bentoege bracht (perbuatan itu harus

menimbulkan kerugian pada orang lain);

4) De daad moet aan schuld zijn te wijten (perbuatan itu karena kesalahan yang

dapat ditimpakan kepadanya).

Sejalan dengan Hoffmann, menurut Mariam Darus Badrulzaman terdapat kriteria

untuk dapat mengatakan bahwa suatu perbuatan adalah perbuatan melawan hukum

yaitu sebagai berikut:89

1) Harus ada perbuatan, yang dimaksud dengan perbuatan ini baik yang bersifat

positif maupun yang bersifat negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat atau

tidak berbuat.

2) Perbuatan itu harus melawan hukum.

3) Ada kerugian.

4) Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan

kerugian.

5) Ada kesalahan (schuld).

Dari kedua kriteria-kriteria yang disebutkan oleh kedua ahli di atas, terdapat

kesamaan unsur untuk menentukan suatu perbuatan melawan hukum. Unsur-unsur di

atas digunakan untuk menjabarkan suatu tindakan sebagai perbuatan melawan hukum

dalam kasus-kasus perdata.90

Perbuatan sebagai salah satu unsur perbuatan melawan hukum di sini diartikan

baik sebagai berbuat sesuatu (dalam arti aktif) maupun tidak berbuat sesuatu (dalam

arti pasif). 91 Misalnya, seseorang tidak berbuat sesuatu, padahal dia mempunyai

kewajiban untuk melakukan hal tersebut yang bersumber dari hukum yang berlaku.92

Dalam perbuatan melawan hukum harus ada perbuatan baik aktif maupun pasif yang

mengakibatkan kerugian bagi kepentingan orang lain.

Kata “tort” berasal dari kata latin “torquere” atau “tortus” dalam bahasa Prancis,

seperti kata “wrong” berasal dari kata Prancis “wrung” yang berarti kesalahan atau

kerugian (injury).93

Sebelum adanya Arrest Hoge Raad tanggal 31 Januari 1919, perbuatan melawan

hukum diartikan sebagai “Tiap perbuatan yang yang bertentangan dengan hak orang

lain yang timbul karena Undang-Undang (onwetmatig).”94

Sebelum tahun 1919, Pengadilan menafsirkan perbuatan melawan hukum

sebagai hanya pelanggaran dari pasal-pasal hukum tertulis semata (pelanggaran

terhadap perundang-undangan yang berlaku). Sehingga bagi perbuatan-perbuatan yang

pengaturannnya belum terdapat di dalam suatu peraturan perundang-undangan maka

tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum, walaupun telah nyata

perbuatan tersebut menimbulkan kerugian orang lain, melanggar hak-hak orang lain.

Dengan kata lain di masa tersebut perbuatan melawan hukum diartikan sebagai suatu

perbuatan yang bertentangan hak dan kewajiban hukum menurut undang-undang.95

89 Ibid, hal. 50. 90 Rayhana S, “Pertanggungjawaban atas Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Tubuh dan Jiwa

Manusia dalam Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Kasus Putusan No: 04/Pdt.G/2013/PN.Psr)”, Skripsi

Sarjana Universitas Indonesia 2015, hal. 22. 91 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, hal. 10-11. 92 Ibid., hal. 11. 93 Ibid. 94 Rachmat Setiawan, Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum, (Bandung: Bina Cipta,

2010), hal. 8. 95 Ibid., hal. 9.

Page 24: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 733

Dalam arti sempit, perbuatan melawan hukum diartikan bahwa "Orang yang

berbuat pelanggaran terhadap hak orang lain atau telah berbuat bertentangan dengan

suatu kewajiban hukumnya sendiri."96

Perbuatan pelanggaran terhadap hak orang lain, hak-hak yang dilanggar tersebut

adalah hak-hak yang diakui oleh hukum, termasuk tetapi tidak terbatas pada hak-hak

sebagai berikut, yaitu hak-hak pribadi (persoonlijkheidrechten), hak-hak kekayaan

(vermogensrecht), hak atas kebebasan dan hak atas kehormatan dan nama baik.97

Juga termasuk dalam kategori perbuatan melawan hukum jika perbuatan tersebut

bertentangan dengan suatu kewajiban hukum (rechtsplicht) dari pelakunya. Dengan

istilah “kewajiban hukum” ini, yang dimaksudkan adalah bahwa suatu kewajiban yang

diberikan oleh hukum terhadap seseorang, baik hukum tertulis maupun hukum tidak

tertulis. Jadi bukan hanya bertentangan dengan hukum tertulis (wettelijkplicht),

melainkan juga bertentangan dengan hak orang lain menurut undang-undang

(wetelijkrecht).98

Pada tahun 1919 terjadi suatu perkembangan yang luar biasa dalam bidang

hukum tentang perbuatan melawan hukum khususnya di negeri Belanda, sehingga

demikian juga di Indonesia. Perkembangan tersebut adalah dengan bergesernya makna

perbuatan melawan hukum, dari semula yang cukup kaku, kepada perkembangan yang

luwes. Perkembangan tersebut terjadi dengan diterimanya penafsiran luas terhadap

perbuatan melawan hukum oleh Hoge Raad (Mahkamah Agung) negeri Belanda,

yakni penafsiran terhadap Pasal 1401 BW Belanda, yang sama dengan ketentuan yang

terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata Indonesia. Putusan Hoge Raad adalah

terhadap kasus Lindenbaum versus Cohen.99

Kasus Lindenbaum versus Cohen tersebut pada pokoknya berkisar tentang

persoalan persaingan tidak sehat dalam bisnis. Baik Lindenbaum maupun Cohen

adalah sama-sama perusahaan yang bergerak di bidang percetakan yang saling

bersaing satu sama lain.100

Dalam kasus ini, dengan maksud untuk menarik pelanggan-pelanggan dari

Lindenbaum, seorang pegawai dari Lindebaum di bujuk oleh perusahaan Cohen

dengan berbagai macam hadiah agar pegawai Lindenbaum tersebut mau

memberitahukan kepada Cohen salinan dari penawaran-penawaran yang dilakukan

oleh Lindenbaum kepada masyarakat, dan memberi tahu nama-nama dari orang-orang

yang mengajukan pesanan kepada Lindenbaum.

Tindakan Cohen itu akhirnya tercium juga oleh Lindenbaum. Lindenbaum

kemudian menggugat Cohen ke pengadilan Amsterdam dengan alasan bahwa Cohen

telah melakukan perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige daad) sehingga

melanggar Pasal 1401 BW Belanda, yang sama dengan Pasal 1365 KUHPerdata

Indonesia.

Ternyata langkah Lindenbaum untuk mencari keadilan tidak berjalan mulus.

Memang di tingkat pengadilan pertama Lindenbaum dimenangkan, tetapi di tingkat

banding justru Cohen yang di menangkan, dengan alasan bahwa Cohen tidak pernah

melanggar suatu pasal apapun dari perundang-undangan yang berlaku.101 Pada tingkat

kasasi turunlah putusan yang memenangkan Lindenbaum.

96 H.F.A. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: Rajawali, 1984), hal. 184. 97 Ibid, hal. 185. 98 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, hal. 15. 99 M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramitha, 2010),

hal. 33. 100 Ibid. 101 Ibid., hal. 34.

Page 25: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

734 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

Rosa Agustina, berdasarkan perluasan penafsiran perbuatan melawan hukum

dari Arrest Hoge Raad Lindebaum vs. Cohen, berpendapat bahwa perbuatan melawan

hukum dalam arti luas adalah mencakup hal-hal sebagai berikut:102

1) Bertentangan dengan hak subjektif orang lain

Bertentangan dalam hal ini diartikan sebagai perbuatan yang melanggar hak

orang lain yang diberikan oleh hukum kepada orang tersebut. Yurisprudensi

memberikan arti hak subjektif sebagai berikut:

a. Hak-hak perorangan seperti kebebasan, kehormatan, nama baik;

b. Hak atas harta kekayaan, hak kebendaan, dan hak mutlak lainnya.

2) Bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku

Kewajiban hukum diartikan sebagai kewajiban yang harus ditaati oleh

seseorang berdasarkan hukum, baik hukum tertulis maupun hukum tidak

tertulis (termasuk dalam arti ini adalah perbuatan pidana pencurian,

penggelapan, penipuan, dan perusakan).

3) Bertentangan dengan kaidah kesusilaan

Perbuatan tersebut bertentangan dengan kaidah moral yang ada dalam

masyarakat, sepanjang dalam kehidupan masyarakat diakui sebagai norma

hukum.

4) Bertentangan dengan kepatutan yang berlaku dalam lalu lintas masyarakat

terhadap diri dan orang lain.

Perbuatan yang termasuk dalam kategori ini adalah:

a. Perbuatan yang merugikan orang lain tanpa kepentingan yang layak;

b. Perbuatan yang menimbulkan bahaya bagi orang lain, yang berdasarkan

pemikiran normal perlu diperhatikan.

Dengan demikian dengan terbitnya putusan Hoge Raad dalam kasus

Lindenbaum versus Cohen tersebut, maka perbuatan melawan hukum tidak hanya

dimaksudkan sebagai yang perbuatan yang bertentangan dengan pasal-pasal dalam

perundang-undangan yang berlaku, tetapi juga termasuk perbuatan yang melanggar

kepatutan dalam masyarakat.

Perbuatan melawan hukum mensyaratkan adanya kerugian. Pasal 1365 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata menentukan kewajiban pelaku perbuatan melawan

hukum untuk membayar ganti rugi atas perbuatan yang ditimbulkannya. Antara

pengganti kerugian perbuatan melawan hukum dan pengganti kerugian karena tidak

dipenuhinya perikatan ada persamaan, yang diatur dalam pasal 1243 KUHPerdata

sampai dengan pasal 1252 KUHPerdata.103

Gugatan pengganti kerugian karena perbuatan melawan hukum dapat berupa:104

1) Uang dan dapat dengan uang pemaksa.

2) Pemulihan pada keadaan semula (dapat dengan uang pemaksa).

3) Larangan untuk mengulangi perbuatan itu lagi (dengan uang pemaksa)

4) Dapat minta putusan hakim bahwa perbuatannya adalah bersifat melawan

hukum.

102 Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, hal. 53-56. 103 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], hal. 324-326. 104 Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan,

(Bandung: Alumni, 1996) hal. 148.

Page 26: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 735

Dalam kasus penyalahgunaan kartu kredit pemerintah, pelaku penyalahgunaan

kartu kredit pemerintah telah melakukan salah satu perbuatan melawan hukum, yaitu

perbuatan tersebut bertentangan denga kewajiban hukum si pelaku. Kewajiban hukum

diartikan sebagai kewajiban yang harus ditaati oleh seseorang berdasarkan hukum,

baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.105Dalam kasus ini, pelaku telah

melanggar pasal 10 huruf (a) Perdirjen Nomor 17/PB/2017, yang mana menyebutkan

bahwa pemegang kartu kredit memiliki tugas dan wewenang untuk menggunakan

kartu kredit untuk pembayaran belanja barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 3

ayat (1) sesuai dengan kewenangannya. 106 Oleh karena perbuatannya, pelaku

penyalahgunaan kartu kredit pemerintah telah melanggar kewajiban hukumnya, yang

mana dapat dikenai tuntutan ganti kerugian berupa uang berdasarkan gugatan

perbuatan melawan hukum.

b. Pertanggungjawaban dari Perspektif Hukum Pidana

Dari sudut pandang hukum pidana, penyalahgunaan atas kartu kredit pemerintah

termasuk ke dalam tindak pidana korupsi, yang diatur oleh Undang-Undang No. 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pelaku atas tindakan

penyalahgunaan ini dapat dikenakan pasal 2 ayat (1) dan pasal 3 Undang-Undang No.

31 Tahun 1999, yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2 ayat (1):

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya

diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur

hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20

(dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).107

Pasal 3:

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana

yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama

20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).108

Penyalahgunaan kartu kredit pemerintah memenuhi unsur-unsur tindak pidana

korupsi sebagaimana tercantum dalam pasal 2 ayat (1) dan pasal 3 diatas. Hal ini

dikarenakan dalam penyalahgunaan, orang tersebut secara melawan hukum 109

105 Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, hal. 54. 106 Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-17/PB/2017, Pasal 10 huruf

(a). 107 Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, Pasal 2 ayat (1). 108 Ibid, Pasal 3. 109 Yang dimaksud dengan “secara melawan hukum” dalam Pasal ini mencakup perbuatan

melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak

diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena

tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka

perbuatan tersebut dapat dipidana. Dalam ketentuan ini, kata “dapat” sebelum frasa “merugikan

keuangan atau perekonomian negara” menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik

formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang

Page 27: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

736 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi

dengan cara menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara. Penyalahgunaan tersebut dapat dikenai sanksi pidana

sebagaimana tercantum pada pasal diatas, mengingat kartu kredit pemerintah

merupakan sarana yang diberikan kepada pegawai negeri sipil tersebut dan

disalahgunakan oleh yang bersangkutan, sehingga menyebabkan kerugian bagi

keuangan negara.110

c. Pertanggungjawaban dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

Mengingat pemegang kartu kredit pemerintah merupakan pejabat/pegawai

pemerintah yang termasuk ke dalam aparatur sipil negara, maka perlu dibahas juga

mengenai pertanggungjawaban dari sisi hukum administrasi negara yang dapat

dikenakan atas penyalahgunaan yang dapat dilakukan atas kartu kredit pemerintah.

Muhammad Djafar Saidi berpendapat bahwa:

Ketika Pejabat Negara dan Pegawai Negeri dalam pelaksanaan tugas melakukan

kerugian negara, maka tepat bila diterapkan instrumen Administrasi. Hal ini

didasarkan bahwa Pejabat Negara atau Pegawai Negeri telah melakukan

penyalahgunaan wewenang (detournement de pouvoir) bahkan melakukan

kesewenang-wenangan (daad van willekeur) dalam rangka pelaksanaan tugas

yang bersumber dari jabatan itu.111

Pegawai negeri sipil akan diberikan sanksi apabila melakukan pelanggaran

disiplin. Definisi pelanggaran disiplin disebut dalam Pasal 1 angka 3 Peraturan

Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang

berbunyi:

Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang

tidak mentaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS,

baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.112

Sementara sanksi administrasi berupa hukuman disiplin diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada Pasal

7, yaitu:113

sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat. Lihat: Penjelasan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 110 Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang

dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala

hak dan kewajiban yang timbul karena: (a) Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan

pertanggungjawaban pejabat lembaga Negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah; (b) Berada dalam

penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik

Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang

menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara. Sedangkan yang dimaksud

dengan Perekonomian Negara adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada

kebijakan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yang bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan

kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat. Lihat: Bagian penjelasan umum Undang-Undang No.

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 111 Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008), hal. 142. 112 Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil,

Pasal 1 angka 3.

Page 28: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 737

1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

a) Hukuman disiplin ringan;

b) Hukuman disiplin sedang; dan

c) Hukuman disiplin berat

2) Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari;

a) Teguran lisan;

b) Teguran tertulis; dan

c) Pernyataan tidak puas secara tertulis

3) Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari;

a) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;

b) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan

c) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.

4) Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari;

a) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;

b) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;

c) Pembebasan dari jabatan;

d) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai

PNS; dan

e) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Selanjutnya, dapat dilihat dari beberapa peraturan terkait pegawai negeri sipil

bahwa terdapat sanksi yang dapat dikenakan atas penyalahgunaan kartu kredit

pemerintah yang dilakukan pegawai negeri sipil. Berikut merupakan aturan yang

mengatur sanksi tersebut:

1) Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara.

Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat karena:

a) Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b) Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana

kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya

dengan jabatan dan/atau pidana umum;

c) Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau

d) Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki

kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana

penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan

berencana.114

2) Pasal 9 huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang

Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sebagaimana yang terakhir kali

diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2013.

Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai

Negeri Sipil apabila dipidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena:

113 Ibid., Pasal 7. 114 Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara, Pasal 87 ayat (4).

Page 29: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

738 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

a) Melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana

kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan; atau

b) Melakukan suatu tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 104 sampai dengan Pasal 161 Kitab Undang-undang

Hukum Pidana.115

Berdasarkan pasal-pasal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pegawai Negeri

Sipil yang telah divonis bersalah oleh pengadilan karena melakukan tindak pidana

korupsi sebagaimana tertuang pada Pasal 2 ayat (1) dan pasal 3 Undang-Undang No.

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dapat diberikan sanksi

administratif berupa pemberhentian dengan tidak hormat, dengan catatan bahwa:

1) Tindakan tersebut memenuhi unsur-unsur pidana dalam Pasal 2 ayat (1) dan

pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi;

2) Pidana penjara yang diputus hakim berdasarkan putusan berkekuatan hukum

tetap;

3) Tindak pidana korupsi yang dilakukan ada hubungannya dengan jabatan.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dipaparkan pada bab-bab

sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kartu Kredit pemerintah memiliki jenis kartu kredit yang sama dengan kartu

kredit korporat. Hal yang membedakan keduanya adalah kartu kredit korporat

biasa digunakan oleh perusahaan swasta, sedangkan kartu kredit pemerintah

digunakan oleh badan/lembaga pemerintah untuk kepentingan belanja satker.

2. Terdapat hubungan hukum antara penerbit kartu kredit pemerintah, pemegang

kartu kredit pemerintah, dan penjual barang/jasa (merchant). Hubungan antara

penerbit kartu kredit pemerintah dan pemegang kartu kredit pemerintah

dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kerja Sama Induk (PKS Induk) dan

Perjanjian Kerja Sama Standar (PKS Standar). Hubungan antara pemegang

kartu kredit pemerintah dengan merchant terjadi secara lisan sesuai ketentuan

yang disepakati antara pemegang kartu dan merchant. Sedangkan hubungan

hukum antara penerbit kartu kredit pemerintah dan merchant tertuang dalam

perjanjian merchant yang dibuat secara baku oleh pihak penerbit.

3. Pertanggungjawaban hukum yang dapat dikenakan atas penyalahgunaan kartu

kredit pemerintah dapat berupa sanksi perdata dengan dasar perbuatan

melawan hukum, sanksi pidana berupa hukuman atas tindak pidana korupsi

sebagaimana yang tercantum dalam pasal 2 ayat (1) dan pasal 3 Undang-

Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

dan sanksi administratif berdasarkan Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Pasal 9 huruf (a)

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai

Negeri Sipil sebagaimana yang terakhir kali diubah oleh Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2013 berupa pemberhentian tidak hormat karena pegawai

negeri sipil tersebut melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau

tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan, dan/atau

115 Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri

Sipil, Pasal. 9.

Page 30: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 739

dihukum Pidana penjara yang diputus hakim berdasarkan putusan berkekuatan

hukum tetap, yang merupakan sanksi pidana atas tindak pidana korupsi.

Saran

1. Diperlukan suatu peraturan tertulis di Indonesia yang mengatur secara tegas

sanksi-sanksi yang dapat diberikan kepada pegawai negeri sipil yang

menyalahgunakan kartu kredit pemerintah, misalnya melalui peraturan menteri

keuangan tentang kartu kredit pemerintah. Pengaturan ini diharapkan dapat

memperkecil penyalahgunaan kartu kredit pemerintah oleh pegawai negeri

sipil, sehingga memperkecil kebocoran anggaran keuangan negara.

2. Bank perlu melakukan suatu upaya kontrol untuk memperkecil potensi

penyalahgunaan kartu kredit pemerintah, misalnya melalui pembatasan

kategori pembelanjaan/merchant yang dikehendaki oleh pemerintah, sehingga

kartu kredit pemerintah tersebut hanya dapat digunakan atas

pembelanjaan/merchant yang kategorinya sesuai dengan keinginan pemerintah.

3. Perlu diadakan suatu pelatihan kepada pegawai negeri sipil yang akan diberi

kartu kredit pemerintah seperti yang dilakukan di Amerika Serikat. Hal ini

bertujuan agar pegawai negeri sipil pemegang kartu kredit pemerintah

mengetahui secara jelas bagaimana cara menggunakan kartu kredit pemerintah,

hak dan kewajiban yang diperoleh karena menggunakan kartu kredit

pemerintah, dan sanksi-sanksi yang dapat dikenakan atas penyalahgunaan

kartu kredit pemerintah tersebut.

DAFTAR REFERENSI

Buku

Agustina, Rosa. Perbuatan Melawan Hukum. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, 2003.

Badrulzaman, Mariam Darus. KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan

Penjelasan. Bandung: Alumni, 1996.

Djojodirdjo, M.A. Moegni. Perbuatan Melawan Hukum. Jakarta: Pradnya Paramitha,

2010.

Fuady, Munir. Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, cet. 1.

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.

Hosein, P. Principles of Accounts. Oxford: Heinemann Educational Publishers, 1988.

Ibrahim, Johni. Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cet. III. Malang:

Bayumedia Publishing, 2007.

Mamudji, Sri, Et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Saidi, Muhammad Djafar. Hukum Keuangan Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2008.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Intermedia, 1995.

Subagyo. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, ed.2, cet.2. Yogyakarta: Bagian

Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2005.

Thai, Khi V. Internal Public Procurement: Innovation and Knowledge Sharing. s.l:

Springer International Publishing, 2015.

Vollmar, H.F.A. Pengantar Studi Hukum Perdata. Jakarta: Rajawali, 1984.

Page 31: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

740 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

Peraturan Perundang-Undangan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Republik Indonesia. “Perjanjian Kerja Sama

Antara Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik

Indonesia Dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) TBK, PT. Bank Mandiri

(Persero) TBK, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) TBK, PT. Bank Tabungan

Negara (Persero) TBK Tentang Koordinasi Pengembangan Pelaksanaan

Pembayaran Dengan Kartu Kredit Corporate Dalam Rangka Penggunaan Uang

Persediaan”

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek]. Diterjemahkan oleh

Subekti dan R. Tjitrosudibio. Jakarta: Balai Pustaka, 2014.

Indonesia. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan, No. KEP-494/PB/2017

tanggal 29 September 2017.

________. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan, No. 653/PB/2018 tanggal

22 Desember 2018

________. Peraturan Bank Indonesia tentang Perubahan atasa Peraturan Bank

Indonesia nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, PBI nomor 14/2/PBI/2012, LN no.

11 tahun 2012, TLN no. 5275.

________. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan. No. PER-17/PB/2017

tanggal 28 September 2017.

________. Peraturan Menteri Keuangan, No. 196/PMK.05/2018 tanggal 31 Desember

2018.

________. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian

Pegawai Negeri Sipil.

________. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil

________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara.

________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

PT Bank Mandiri (Persero) TBK. “Perjanjian Kerjasama Tentang Penerbitan Kartu

Kredit Corporate Dalam Rangka Penggunaan Uang Persediaan”.

Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Gusniati. ”Perbandingan Hukum Kartu Kredit Konvensional Dengan Kartu Kredit

Syariah”. Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, 2005.

Rayhana, S. “Pertanggungjawaban atas Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Tubuh

dan Jiwa Manusia dalam Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Kasus Putusan Nomor:

04/Pdt.G/2013/PN.Psr)”. Skripsi Sarjana Universitas Indonesia 2015.

Publikasi Internet

Bank Indonesia. Metadata APMK. Tersedia dalam:

https://www.bi.go.id/id/statistik/metadata/sistem-

pembayaran/Documents/MetadataAPMK.pdf, diakses 1 April 2018.

BII Maybank. Guidance Book BII Corporate Credit Card. Tersedia dalam:

https://www.maybank.co.id/sites/en/corporate/credit-

card/corporate_card/Documents/Guidance%20Book%20BII%20Corporate%20C

redit%20Card.pdf, diakses pada 19 Desember 2018

Page 32: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Hukum, Shandy Aditya Pratama, Abdul Salam 741

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara, Buku Pintar Kartu Kredit Pemerintah,

ftp://ftp1.djpb.kemenkeu.go.id/pengumuman/2018/Buku%20pintar%20KartuKre

dit%20Corporate_FIX%20140318.pdf, 14 Maret 2018.

Government Accountability Office. “Actions Needed to Strengthen Internal Controls

to Reduce Fraudulent, Improper, and Abusive Purchases”.

<https://www.gao.gov/new.items/d08333.pdf>, Diakses 25 Desember 2018

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Buku Pintar Kartu Kredit Pemerintah,

Jilid 2,

<https://drive.google.com/open?id=1SXpnQ5OP9KNRPRmTXsqpKUOyRwTn

5BfA>, diakses pada 26 Agustus 2019

Federal Reserve Bank of Philadelphia, “Government Use of the Payment Card System:

Issuance, Acceptance, and Regulation”, By Susan Herbst-Murphy, 11-12 July

2011, <https://www.philadelphiafed.org/-/media/consumer-finance-

institute/payment-cards-center/publications/conference-summaries/2012/C-

2012-Government-Use-of-the-Payment-Card-System.pdf>, diakses pada 11 Juni

2019

Internet

Bloomenthal, Andrew. “Credit Card”,

<https://www.investopedia.com/terms/c/creditcard.asp>, diakses 4 Maret 2018.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI. “Satker (Satuan

Kerja)”.

<https://www.djpbn.kemenkeu.go.id/portal/id/datapublikasi/kamus/kamusspan/2

003-satker-satuan-kerja.html>, diakses 15 Maret 2018.

GSA. “How SmartPay Works”. <https://smartpay.gsa.gov/content/about-gsa-

smartpay#sa28>, Diakses 16 Desember 2018

____, “Center for Charge Card Management and GSA Smartpay”,

<https://www.gsa.gov/about-us/organization/federal-acquisition-service/-office-

of-professional-services-and-human-capital-categories/center-for-charge-card-

management-and-gsa-smartpay>, diakses 14 Desember 2018

GSA SmartPay. “The GSA SmartPay Program”,

<https://smartpay.gsa.gov/content/about-gsa-smartpay#sa17>, diakses 14

Desember 2018

Harrow, Robert. “Corporate Credit Cards: How They Work, and Differences vs.

Business Cards”. <https://www.valuepenguin.com/corporate-credit-cards-

explanation-comparison>, diakses 21 Desember 2018.

Hayes, Adam. “Point of Sale (POS)” < https://www.investopedia.com/terms/p/point-

of-sale.asp>, diakses 14 Desember 2018

Hadijah, Siti. “Plus dan Minus Cashless di Indonesia dan Upaya Perbaikan yang Perlu

Ditingkatkan”. <https://www.cermati.com/artikel/plus-dan-minus-cashless-di-

indonesia-dan-upaya-perbaikan-yang-perlu-ditingkatkan>, diakses 10 Juni 2019.

Hima (Himpunan Mahasiswa) Akuntansi Binus University Faculty of Economic and

Communication. “Fraud (Kecurangan) Dalam Akuntansi”.

<https://accounting.binus.ac.id/2015/03/09/fraud-kecurangan-dalam-

akuntansi/>, diakses 15 Maret 2018.

KBBI. “Insidental”. <https://kbbi.web.id/insidental>, diakses 11 Maret 2018

Kozaryn, Linda D, “DoD Fights Government Credit Card Abuse”.

<https://www.navy.mil/submit/display.asp?story_id=1167>, Diakses 25

Desember 2018

Page 33: TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM …

742 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 No.3 Juli-September 2019

Miklaszewski, Jim dan Courtney Kube. “Pentagon Workers Jackpot Over Casino Strip

Card Charges”. <https://www.nbcnews.com/news/us-news/pentagon-workers-

jackpot-over-casino-strip-card-charges-n355336>, diakses 4 Maret 2018.

Novitasari, Diana. “Perjanjian Kerjasama”.

<https://jdih.kepriprov.go.id/artikel/tulisanhukum/29-perjanjian-kerjasama>,

diakses 10 Maret 2018.

Rajagukguk, Ranto. “Pemerintah Belanja Pakai Kartu Kredit, BI Tingkatkan

Akuntabilitas”. <http://www.inews.id/finance/read/pemerintah-belanja-pakai-

kartu-kredit-bi-tingkatkan-akuntabi-litas?sub_slug=makro>, diakses 3 Maret

2018.

Scotia Bank. “Customer Representative”. <http://jobs.scotiabank.com/ca/alberta/retail-

banking/jobid8239992-customer-representative-(part-time)-jobs>, diakses 4

Maret 2018

Situmorang, P. Anggun. “Menteri Sri Mulyani Terapkan Penggunaan Kartu Kredit

Dalam Pembayaran Belanja K/L”. https://www.merdeka.com/uang/menteri-sri-

mulyani-terapkan-penggunaan-kartu-kredit-dalam-pembayaran-belanja-kl.html,

diakses 15 Maret 2018.