BAB 2 Tinjauan Pustaka Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/2436/3/BAB 2.pdf ·...

25
9 9 BAB 2 Tinjauan Pustaka A. Landasan Teori 1. Pengertian Perusahaan Multifinance Perusahaan pembiayaan atau Multifinance adalah badan usahaan yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau jasa (Menurut Peraturan OJK No. 9/POJK.05/2014 tentang Penyelengaraan Usahana Perusahaan Pembiayaan). Kegiatan Multifinance (Perusahaan Pembiayaan) dilakukan dalam bentuk penyediaan dana dan/atau barang modal serta barang kebutuhan konsumen dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat melalui tabungan, giro dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Aktivitas inilah yang membedakan Multifinance dengan Perbankan, walaupun sama-sama lembaga keuangan. Perbankan dapat melakukan penarikan dana langsung dari masyarakat (deposit taking activity), sedangkan Multifinance tidak dapat melakukan penarikan dana langsung dari masyarakat (nondeposit taking activity). Multifinance merupakan salah satu bentuk usaha dibidang lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan Indonesia. Dan telah membuktikan diri sebagai entitas bisnis yang memberikan manfaat besar bagi dunia usaha, baik kecil, menengah, besar maupun pemerintah.

Transcript of BAB 2 Tinjauan Pustaka Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/2436/3/BAB 2.pdf ·...

9

9

BAB 2

Tinjauan Pustaka

A. Landasan Teori

1. Pengertian Perusahaan Multifinance

Perusahaan pembiayaan atau Multifinance adalah badan usahaan

yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau

jasa (Menurut Peraturan OJK No. 9/POJK.05/2014 tentang

Penyelengaraan Usahana Perusahaan Pembiayaan). Kegiatan Multifinance

(Perusahaan Pembiayaan) dilakukan dalam bentuk penyediaan dana

dan/atau barang modal serta barang kebutuhan konsumen dengan tidak

menarik dana secara langsung dari masyarakat melalui tabungan, giro

dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Aktivitas inilah yang membedakan Multifinance dengan

Perbankan, walaupun sama-sama lembaga keuangan. Perbankan dapat

melakukan penarikan dana langsung dari masyarakat (deposit taking

activity), sedangkan Multifinance tidak dapat melakukan penarikan dana

langsung dari masyarakat (nondeposit taking activity).

Multifinance merupakan salah satu bentuk usaha dibidang lembaga

keuangan non bank yang mempunyai peranan sangat penting dalam

pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan

Indonesia. Dan telah membuktikan diri sebagai entitas bisnis yang

memberikan manfaat besar bagi dunia usaha, baik kecil, menengah, besar

maupun pemerintah.

2. Kegiatan Usaha Multifinance

Mengacu pada Kep.Menkeu Ri No:448/KMK.017/2000

Tentang Perusahaan Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan

melakukan kegiatan usaha meliputi :

a) Sewa Guna Usaha (leasing)

b) Anjak Piutang (factoring)

c) Kartu Kredit (credit card)

d) Pembiayaan Konsumen (costumer finance)

Seiring dengan terbitnya Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Np.29/POJK.05/2014 Tentang Penyelengaraan

Usaha Perusahaan Pembiayaan, maka kegiatan usaha

Perusahaan Pembiayaan kian meluas yang mencakup:

a) Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi adalah pembiayaan

untuk pengadaan barang-barang modal beserta jasa

yang diperlakukan untuk aktivitas usaha/investasi,

rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau relokasi

tempat usaha/investasi yang diberikan kepada

debitur dalam jangka waktu lebih dari tahun

b) Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan

untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran-

pengeluaran yang habis dalam satu siklus aktivitas

usaha debitur dan merupakan pembiayaan dengan

jangka waktu paling lama 2 tahun.

c) Pembiayaan Multiguna

Pembiayaan Multiguna adalah pembiayaan

untuk pengadaan barang dan/atau jasa yang

diperlukan oleh debitur untuk pemakaian/konsumsi

dan bukan untuk keperluan usaha (aktivitas

produksi) dalam jangka waktu yang diperjanjikan.

d) Kegiatan usaha pembiayaan lain berdasarkan

persetujuan OJK

Selain kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud pada 4 point diatas, perusahaan

pembiayaan dapat melakukan sewa operasi

(operating lease) dan/atau kegiatan berbasis fee

sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Dengan keluarnya beleid baru tersebut,

peraturan OJK ini memberi celah bagi Multifinance

agar tidak terpaku pada pembiayaan konvensional,

seperti pembiayaan konsumen, leasing, anjak

piutang dan kartu kredit. Memberi peluang bagi

perusahaan pembiayaan untuk masuk ke

pembiayaan multiguna, jual dan sewa balik, modal

kerja hingga investasi.

Multifinance juga diberi kesempatan untuk

melakukan pembiayaan proyek infrastruktur serta

menjadi penyalur kredit program pemerintah,

seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk

memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

3. Pengertian Kredit

Pengertian kredit yang lebih mapan untuk kegiatan

perbankan di Indonesia telah dirumuskan dalam UU No.10

1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 yang menyatakan

bahwa kredit adalah penyediaan uang / tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan /

kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan

dengan jumlah bunga sebagai imbalan.

Dalam praktek sehari – hari pinjaman kredit dinyatakan

dalam bentuk perjanjian tertulis baik dibawah tangan maupun

secara materiil. Dan sebagai jaminan pengaman, pihak

peminjam akan memenuhi kewajiban dan menyerahkan

jaminan baik bersifat kebendaan maupun bukan kebendaan.

Sebenarnya sasaran kredit pokok dalam penyediaan

pinjaman tersebut bersifat penyediaan suatu modal sebagai alat

untuk melaksanakan kegiatan usahanya sehingga kredit ( dana

bank ) yang diberikan tersebut tidak lebih dari pokok produksi

semata. (Teguh P. Mulyono, Manajemen Perkreditan Komersil

( Yogyakarta : BPFE, 1987 ), hal. 37)

4. Prinsip – prinsip Kredit

Untuk mendapatkan kredit harus melalui prosedur yang

telah ditentukan oleh bank / lembaga keuangan. Agar kegiatan

pelaksanaan perkreditan dapat berjalan dengan sehat dan

layak, dikenal dengan 6 C yaitu :

a) Character (kepribadian/watak)

Character adalah tabiat serta kemauan dari pemohon untuk

memenuhi kewajiban yang telah dijanjikan. Yang diteliti

adalah sifat – sifat, kebiasaan, kepribadian, gaya hidup dan

keadaan keluarga.

b) Capacity (kemampuan)

Capacity adalah kesanggupan pemohon untuk melunasi

kewajiban dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan

yang ditinjau dengan kredit dari bank. Jadi maksud dari

penilaian kredit terhadap capacity ini untuk menilai sampai

dimana hasil usaha yang diperolehnya akan mampu untuk

melunasinya pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit

yang telah disepakati.

c) Capital (modal)

Capital adalah modal yang dimiliki calon debitur pada saat

mereka mengajukan permohonan kredit pada bank.

d) Collateral (jaminan)

Collateral adalah barang – barang yang diserahkan pada

bank oleh peminjan atau debitur sebagai jaminan atas kredit

yang diberikan. Barang jaminan diperlukan agar kredit

tidak mengandung resiko.

e) Condition of Economic (kondisi ekonomi)

Condition of Economic adalah situasi dan kondisi, sosial,

ekonomi, budaya dan lainnya yang mempengaruhi keadaan

perekonomian pada suatu saat maupun untuk satu kurun

waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat

mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang

memperoleh kredit.

f) Constrain (batasan atau hambatan)

Dalam penilaian debitur dipengaruhi oleh hambatan yang

tidak memungkinkan sesorang melakukan usaha di suatu

tempat.

Disamping formula 6 C di atas, masih ada prinsip kredit

yang disebut 7 P, yaitu :

Personality

Personality yaitu penilaian bank tentang

kepribadian peminjam seperti riwayat hidup,

hobinya, keadaan keluarga ( istri / anak ), social

standing ( pergaulan dalam masyarakat serta

bagaimana masyarakat tentang diri si peminjam dan

sebagainya ).

Purpose

Bank dalam menilai si peminjam mencari dara

tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit,

dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai

dengan line of business kredit bak bersangkutan.

Payment

Untuk mengetahui kemampuan debitur dalam

mengembalikan pinjaman. Hal ini dapat diperoleh

dari perhitungan tentang prospek kelancaran

penjualan dan pendapatan sehingga dapat

diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman

ditinjau dari waktu jumlahnya.

Prospect

Prospect yaitu harapan usaha di masa yang akan

datang dari calon debitur. Ini dapat diketahui dari

perkembangan usaha si peminjam selama beberapa

bulan atau tahun, perkembangan – perkembangan

keadaan ekonomi atau usaha perdagangan sektor

usaha debitor, kekuatan keuangan perusahaan yang

dilihat dari earning power ( kekuatan pendapatan /

keuntungan ) di masa lalu dan perkiraan masa akan

datang.

Party

Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi

tertentu atau golongan-golongan tertentu

berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan

nasabah dalam mencari laba. Diukur dari periode ke

periode apakah akan tetap sama atau akan semakin

meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang

akan diperolehnya dari bank.

Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang

dikucurkan oleh bank namun melalui suatu

perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan

barang atau orang atau jaminan asuransi.

5. Unsur-unsur Kredit

Unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan: Kepercayaan adalah sesuatu yang paling

utama dari unsur kredit yang harus ada. Tanpa ada rasa

percaya antara kreditur dan debitur maka akan sangat

sulit terwujud suatu sinergi kerja yang baik. Karena

dalam konsep sekarang ini kreditur dan debitur adalah

mitra bisnis.

b. Waktu: Waktu adalah bagian yang paling sering

dijadikan kajian oleh pihak analis finance khususnya

oleh analis kredit. Analisis waktu bagi pihak kreditur

menyangkut dengan analisis dalam bentuk calculation

of time value of money (hitungan nilai waktu dari uang)

yaitu nilai uang pada saat sekarang adalah berbeda

dengan nilai uang pada saat yang akan datang.

c. Risiko: Risiskio disisni menyangkut persoalaan seperti

degree of risk. Disini yang sering dikaji pada saat kredit

tersebut tidak kembali atau timbulnya kredit macet. Ini

menyangkut persoalan seperti lamanya waktu

pemberian kredit yang menyebabkan naiknya tingkat

risiko yang timbul, karena para pembisnis

menginginkan adanya tepat waktu dalam proses

pemberian kredit ini. Jadi sisi lain kajian risiko ini

menjadi bagian yang paling penting untuk dikaji,

sehingga dengan begitu munculah penempatan jaminan

( collateral) dalam pemberian kredit.

d. Prestasi: Prestasi yang dimaksud disini adalah prestasi

yang dimiliki oleh kreditur untuk diberikan kepada

debitur. Pada dasarnya bentuk atau objek dari kredit itu

sendiri adalah tidak selalu dalam bentuk uang tetapi

juga boleh dalam bentuk barang dan jasa (goods and

service) . Maka bagi pihak kreditur akan sangat menilai

akan bagaimana tindakan yang dilakukan oleh pihak

debitur dalam usahanya atau prestasinya mengelola

kredit yang diberikan tersebut. Jadi disini dikaji dalam

segi prestasi dan wanprestasi.

e. Adanya Kreditur: Kreditur yang dimaksud disini adalah

pihak yang memiliki uang, barang, atau jasa untuk

dipinjamkan kepada pihak lain, dengan harapan dari

hasil peminjaman tersebut akan diperoleh keuntungan

dalam bentuk bunga sebagai balas jasa uang, barang,

atau jasa yang telah dipinjamkan tersebut.

f. Adanya Debitur: Debitur yang dimaksud disini adalah

pihak yang memerlukan uang, barang, dan jasa dan

berkomitmen untuk mampu mengembalikannya tepat

sesuai dengan waktu yang disepakati serta bersedia

menanggung beban risiko jika melakukan

keterlambatan sesuai dengan ketentuan administrasi

dalam kesepakatan perjanjian yang tertera di atas.

6. Macam – macam Kredit

Untuk membedakan kredit menurut faktor – faktor dan unsur –

unsur yang ada dalam pengertian kredit, maka perbedaan kredit

dapat dibedakan atas dasar :

a) Sifat penggunaan kredit

Kredit Konsumtif adalah kredit yang digunakan

untuk keperluan konsumsi atau uang akan habis

terpakai untuk memenuhi kebutuhannya.

Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan

untuk peningkatan usaha, baik usaha – usaha

produksi, perdagangan maupun investasi.

b) Keperluan kredit

Kredit produksi/ekploitasi

Kredit ini diperlukan perusahaan untuk

meningkatkan produksi baik peningkatan

kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun

peningkatan kualitatif yaitu peningkatan

kuantitas atau mutu hasil produksi.

Kredit Perdagangan

Kredit ini dipergunakan untuk keperluan

perdagangn pada umumnya yang berarti

peningkatan utility of place suatu barang, barang

– barang yang diperdagangkan ini juga

diperlukan bagi industri.

Kredit Investasi

Kredit yang diberikan kepada para pengusaha

untuk investasi, berarti untuk penambahan

modal dan kredit bukan untuk keperluan

perbaikan ataupun penambahan barang modal

atau fasilitas – fasilitas yang erat hubungannya

dengan itu. Misalnya untuk membangun pabrik,

membeli / mengganti mesin – mesin dan

sebagainya.

c) Kredit menurut cara pemakaian

Kredit rekening Koran bebas

Debitur menerima seluruh kreditnya dalam

bentuk rekening koran kepadanya diberikan

blangko cheque dan rekening koran

pinjamannya diisi menurut besarnya kredit yang

diberikan, debitur bebas melakukan penarikan

selama kredit berjalan.

Kredit rekening Koran terbatas

Sistem ini adanya perbatasan tertentu bagi

nasabah dalam melakukan penarikan uang

rekeningya, seperti pemberian kredit dengan

uang giral dan perubahannya menjadi uang

chartal dilakukan berangsur – angsur.

Kredit rekening Koran aflopend

Penarikan kredit dilakukan dalam arti

maksimum kredit pada waktu penarikan

pertamalah sepeuhnya dipergunakan oleh

nasabah.

Revolving credit

Sistem penarikan kredit sama dengan cara

rekening Koran bebas dengan masa penggunaan

satu tahun, akan tetapi cara pemakaiannya

berbeda.

Term Loans

Dalam sistem ini penggunaan dan pemakaian

kredit sangat fleksibel artinya nasabah bebas

menggunakan uang kredit untuk keperluan apa

saja dan bank tidak mau tentang hal itu.

d) Kredit menurut Jaminan

Kredit ini pada umumnya ada dua yaitu :

Unsecured Loans ( kredit tanpa jaminan ) sering

juga disebut kredit blangko.

Secured Loans

Jenis inilah yang digunakan oleh kebanyakan

bank di Indonesia yaitu memberikan kredit

jaminan. Jaminan kredit dapat berupa tanah,

rumah, pabrik dan atau mesin – mesin pabrik,

perusahaan serta surat berharga.

7. Jangka Waktu Kredit

Perbedaan jangka waktu kredit menurut peraturan Bank

Indonesia adalah sebagai berikut :

Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka

waktu selama – lamanya satu tahun. Jadi pemakaiannya

tidak melebihi satu tahun.

Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka

waktunya antara satu sampai tiga tahun.

Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka

waktunya lebih dari tiga tahun.

8. Tujuan dan Fungsi Kredit

Tujuan kredit mencakup scope yang luas. Tujuan pokok

yang saling berkaitan dari kredit adalah sebagai berikut :

Profitability: Proftability ini bertujuan untuk

memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan

yang diteguk dari pemungutan bunga.

Safety: Safety adalah keamanan dari prestasi atau

fasilitas yang diberikan harus benar – benar terjamin

sehingga profitability dapat benar – benar tercapai

tanpa hambatan yang berarti.

Sedangkan Fungsi kredit adalah menyalurkan dana – dana

yang dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk itu fungsi kredit

dalam kehidupan perekonomian adalah sebagai berikut :

Kredit dapat meningkatkan daya guna daru modal

Artinya bahwa para pedagang kecil dapat

menikmati kredit bank untuk memperluas usahanya,

mengembangkan usaha dan kesempatan untuk

berusaha.

Kredit dapat meningkatkan daya guna suatu barang

Dengan bantuan kredit tersebut maka para pedagang

kecil dapat memproduksi bahan mentah menjadi

bahan jadi, berarti daya guna dari bahan tersebut.

Kredit dapat meningkatkan perederan dan lalu lintas

uang. Kredit uang yang disalurkan melalui rekening

giro, cek, dan wesel, sehingga apabila pembayaran

dilakukan mengunakan cek, giro, dan wesel maka

akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Di

samping itu, kredit perbankan yang ditarik secara

tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang

kartal.

Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi

Bahwa dalam menghadapi keadaan perekonomian

yang kurang sehat, maka kredit dapat sebagai alat

stabilitas ekonomi misalnya dalam usaha

pengendalian inflasi, peningkatan ekspor serta

pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.

Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan

pendapatan nasional. Dengan bantuan kredit dari

bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya

dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan

usaha dan pendirian proyek baru akan

membutuhkan tenaga kerja untuk melaksanakan

proyek-proyek tersebut. Dengan demikian mereka

akan memperoleh pendapatan. Apabila perluasaan

usaha tersebut telah selesai maka diperlukan pula

tenaga kerja. Sehingga tertampungnya tenaga kerja

tersebut maka terjadilah pemerataan pendapatan

yang akan meningkat juga.

Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan

internasional. Bank-bank besar diluar negeri yang

mempunyai jaringan usaha, dapat memberikan

bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung

maupun tidak langsung kepada perusahaan-

perusahaan yang ada di dalam negeri. Begitu juga

negara-negara yang telah maju yang mempunyai

cadangan devisa dan tabungan yang tinggi, dapat

memberikan bantuan-bantuan dalam bentuk kredit

kepada negara yang sedang berkembang. Bantuan

dalam bentuk kredit ini dapat mempererat hubungan

ekonomi antar negara yang bersangkutan tetapi juga

meningkatkan hubungan internasional.

Bantuan kredit digunakan para usahawan untuk

memperbesar volume usaha produksinya. Peningkatan usaha

nantinya diharapkan akan meningkatkan profit. Bila

keuntungan secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti

kata dikembalikan ke dalam struktur permodalan, maka

peningkatan akan berlangsung terus menerus dan akibatnya

pendapatan terus meningkat.

9. Prosedur Pemberian Kredit

Sebelum menerima pengajuan kredit dari debitur,

kreditur harus berusaha mengumpulkan data debitur, baik

melalui data langsung dari debitur sendiri maupun yang

diperoleh melalui wawancara dengan berbagai pihak, dan

investigasi terhadap aspek-aspek penunjang lainnya.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam

melakukan prosedur pemberian kredit menurut Kasmir adalah:

a) Pengajuan Berkas-Berkas.

Dalam Hal ini pemohon kredit yang dituangkan

dalam suatu proposal kemudian dilampirkan dengan

beberapa berkas tambahan yang di butuhkan.

Pengajuan proposal pinjaman dapat berupa : latar

belakang usaha, maksud dan tujuan dalam

pengunaan, besarnya kredit dan jangka waktunya,

cara bagaimana kita mengembalikan kredit, dan apa

yang menjadi jaminan dari kredit kita tersebut.

b) Penyelidikan Berkas Pinjaman.

Dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah

beberapa berkas proposal pengajuan kredit sesuai

dengan apa yang ada di lapangan atau tidak. Jika

dirasa belum cukup menguatkan maka nasabah

diminta untuk segera melengkapi atau

menambahkan beberapa berkas.

c) Wawancara Pertama.

Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam

dengan langsung berhadapan, untuk menyakini

apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap

sepeti dengan yang kita inginkan.

d) Pemeriksaan ke Lapangan (On The Spot).

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan

dengan meninjau berbagai objek yang akan

dijadikan atau jaminan kemudian hasi On The Spot

di cocokan dengan hasil wawancara pertama.

Kegiatan ini bersifat rahasia dan tidak diketahui

oleh nasabah, sehingga apa yang kita lihat

dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

e) Wawancara kedua.

Merupakan kegiatan perbaikan berkas jika dirasa

kurang lengkap pada saat di lakukan on the spot

lapangan.

f) Keputusan Kredit.

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan

apakah kredit tersebut akan diberikan atau ditolak,

jika diterima maka dipersiapkan administrasinya.

Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan

tim.

g) Penandatanganan Akad Kredit atau Perjanjian

lainnya.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari

diputuskannya kredit, maka sebelum kredit

dicairkan terlebih dahulu calon nasabah

menandatangani akad kredit, mengingat jaminan

dengan surat perjanjian atau persyaratan yang

dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan

antara bank dengan debitur langsung atau melalui

notaris.

h) Realisasi Kredit.

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan

surat-surat yang diperlukan dengan membuka

tabungan di bank yang bersangkutan.

i) Penyaluran dan Penarikan Data.

Merupakan pencairan atau pengambilan uang dari

rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan

dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa prosedur oemberian kredit bermanfaat dan

mendeteksi kegiatan pengendalian dan pengawasan terhadap

proses pemberian kredit, juga membantu meminimalisir

permasalahan kredit sehingga dapat membantu manajemen

untyk menyingkap penyimpangan-penyimpangan pada area

tertentu di bagian kredit, sehingga dapat mendorong pemberian

kredit secara efektif.

10. Pengambilan Keputusan Kredit

Pengambilan keputusan kredit adalah swmacam studi

kelayakan atas perusahaan pemohon kredit. Pengambilan

keputusan kredit adalah suatu pemeriksaan, penelitian, dan

analisa terhadap kelengapan, keabsahan, dan kelayakan

berkas/surat/data-data pemohon kredit calon debitur hingga

dikeluarkannya suatu keputusan apakah kredit tersebut diterima

atau ditolak.

Menurut Thomas Suyatno (2007:70) yang dimaksud

dengan pengambilan keputusan kredit adalah pekerjaan yang

meliputi:

a) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala

aspek, baik keuangan maupun non keuangan untuk

mengetahui kemungkinan dapat/tidak dapat

dipertimbangkan suatu permohonan kredit.

b) Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi

penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif-

alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan

dari permohonan kredit nasabah,

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan,

pengambilan keputusan kredit adalah suatu kegiatan

analisis/penilaian berkas/data dan juga berbagai aspek yang

mendukung yang diajukan pemohon kredit sebagai dasar

pertimbangan pengambilan keputusan apakah permohonan

kredit tersebut diterima atau ditolak.

11. Pengolongan Kualitas Kredit

Kualitas kredit dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Lancar, Kredit yang digolongkan lancar apabila

memenuhi criteria sebagai berikut:

Pembayaran tepat waktu, perkembangan

rekening Bank dan tidak ada tunggakan serta

sesuai dengan persyaratan kredit,

Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur

selalu menyampaikan informasi keuangan

secara teratur dan akurat,

Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan

agunan kuat.

b. Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kredit yang

digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK) apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau

bunga sampai 90 hari,

Jarang mengalami cerukan atau overdraft,

Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur

selalu menyampaikan informasi keuangan

secara teratur dan masih akurat,

Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan

agunan kuat, e. Pelanggaran perjanjian kredit

yang tidak prinsipil.

c. Kurang lancar, Kredit yang digolongkan kurang lancar

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau

bunga yang telah melampaui 90 hari sampai

dengan 180 hari,

Terdapat cerukan atau overdraft yang berulang

kali khususnya untuk menutupi kerugian

operasional dan kekurangan arus kas,

Hubungan debitur dengan Bank memburuk dan

informasi keuangan debitur tidak dapat

dipercaya,

Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit,

Perpenjangan kredit untuk menghubungkan

kesulitan keuangan.

d. Diragukan, Kredit yang digolongkan diragukan apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau

bunga yang telah melampaui 180 hari sampai

270 hari,

Terjadi cerukan atau overdraft yang bersifat

permanen khususnya untuk menutupi kerugian

operasional dan kekurangan arus kas,

Hubungan debitur dengan Bank semakin

memburuk dan informasi keuangan debitur tidak

tersedia atau tidak dapat dipercaya,

Dokumentasi kredit tidak lengkap dan

pengikatan agunan yang lemah.

Pelanggaran yang prinsipal terhadap persyaratan

pokok dalam perjanjian kredit.

e. Macet, Kredit yang digolongkan Macet apabila

memenuhi criteria sebagai berikut:

Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau

bunga yang telah melampaui 270 hari,

Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan

tidak ada