BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit · 2019. 1. 17. · 2.4 Zat pengatur Tumbuh Zat...

12
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelepa sawit dengan nama ilmiah Elaeis guinensis Jacq, termasuk kedalam family Palmae. Sistematika lengkap adalah sebagai berikut (Setymidjaja,1991): Divisi : Spermatophyta Class : Monocotyledonae Ordo : Palmae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis jacq. 2.1.1 Akar Akar pertama yang muncul dari biji yang telah tumbuh (berkecambah) adalah radikula yang panjangny amencapai 15 cm ,mampu bertahan sampai 6 bulan. Dari radikula ini akan muncul akar akar lainnya yang bertugas mengambil air dan hara lainnya dari media tumbuh namun masih perlu di bantu dari cadangan maknan yang ada pada endosperm (Lubis, 1992). 2.1.2 Batang Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pelepah daun (frond base). Batang ini tumbuh silinderis 0,5m pada tanaman dewasa. Pada bagian bawah umumnya lebih besar disebut bonggol batang atau bowl. Sampai umur 3 tahun batang tidak terlihat karena masih terbungkus pelepah daun yang belum dipangkas/ditunas (Lubis, 1992). 2.1.3 Daun Daun kelapa sawit merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk daun, jumlah daun, dan susunannya sangat berpengaruh pada luas tangkapan sinar matahari untuk diproses menjadi energi. Pada saat kecambah,

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit · 2019. 1. 17. · 2.4 Zat pengatur Tumbuh Zat...

  • 4

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanaman Kelapa Sawit

    Tanaman kelepa sawit dengan nama ilmiah Elaeis guinensis Jacq, termasuk

    kedalam family Palmae. Sistematika lengkap adalah sebagai berikut

    (Setymidjaja,1991):

    Divisi : Spermatophyta

    Class : Monocotyledonae

    Ordo : Palmae

    Genus : Elaeis

    Spesies : Elaeis guineensis jacq.

    2.1.1 Akar

    Akar pertama yang muncul dari biji yang telah tumbuh (berkecambah) adalah

    radikula yang panjangny amencapai 15 cm ,mampu bertahan sampai 6 bulan. Dari

    radikula ini akan muncul akar akar lainnya yang bertugas mengambil air dan hara

    lainnya dari media tumbuh namun masih perlu di bantu dari cadangan maknan

    yang ada pada endosperm (Lubis, 1992).

    2.1.2 Batang

    Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pelepah daun

    (frond base). Batang ini tumbuh silinderis 0,5m pada tanaman dewasa. Pada

    bagian bawah umumnya lebih besar disebut bonggol batang atau bowl. Sampai

    umur 3 tahun batang tidak terlihat karena masih terbungkus pelepah daun yang

    belum dipangkas/ditunas (Lubis, 1992).

    2.1.3 Daun

    Daun kelapa sawit merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi

    tanaman. Bentuk daun, jumlah daun, dan susunannya sangat berpengaruh pada

    luas tangkapan sinar matahari untuk diproses menjadi energi. Pada saat kecambah,

  • 5

    bakal daun pertama yang muncul adalah plumula, lalu mulai membelah menjadi

    dua helai daun pada umur satu bulan. Seiring bertambahnya daun sempurna.

    Daun kelapa sawit terdiri dari rachis (pelepah daun), pinnae (anak daun), spines

    (lidi). Panjang pelepah daun bervariasi tergantung varietas dan tipenya serta

    kondisi lingkungan. Rata – rata panjang pelepah tanaman dewasa dapat mencapai

    9 m. Pada satu pelepah akan dijumpai 250 – 400 pinnae (anak daun) yang terletak

    dikiri dan kanan daun dan panjang anak daun yang dapat mencapai 1,2 meter atau

    lebih panjang dibandingkan anak daun yang letaknya di ujung atau dipangkal.

    Setiap anak daun terdiri dari lidi dan dua helaian daun (lamina). Pada tanaman

    dewasa yang dikelola diperkebunan akan dijumpai 40 – 55 pelepah. Bila daun

    tidak ditunas atau dipotong pada waktu panen jumlah daun akan mencapai lebih

    dari 60 pelepah. Tanaman kelapa sawit tua akan membentuk 2 - 3 helai daun

    setiap bulan, sedangkan yang muda menghasilkan 4 daun setiap bulan (Adi,

    2010).

    Pada bagian pangkal pelepah terdapat duri - duri (spine). Awalnya, spine

    merupakan barisan seludang yang gagal membentuk daun sehingga penyempitan

    dan membentuk duri. Urutan daun terbentuk secara teratur dan dinomori sesuai

    dengan kondisi daun. Daun nomor satu ditandai dengan membuka dan

    mengembangnya daun secara sempurna.

    Daun kedua dihitung sesuai susunan spiral atau pola susunan daun (filotaksi). Pola

    spiral ini dihitung dari titik tumbuh mengikuti sudut divergen yang besarnya

    135,7º (sudut Fibonacci). Pola spiral ini dapat berupa spiral kanan atau spiral kiri,

    tergantung pada genetik tanaman. Pola ini tidak mempengaruhi produktivitas atau

    kecepatan tumbuh kelapa sawit.

    2.1.4 Bunga

    Dari setiap pelepah ketiak pelepah daun akan keluar bunga jantan atau betina

    sebagian bunga ini akan gugur setelah atau sebelum antesis. Sex difensiasi terjadi

    pada 17 – 25 bulan sebelum anthesis dan setelah anthesis membutuhkan 5 – 6

  • 6

    bulan baru matang panen. Pada bunga jantan (infloressensia) yang akan

    menghasilkan jutaan tepung sari yang beratnya 40 – 60 gram, bunga betina ini lah

    yang akan di serbuki dengan tepung sari yang kemudian akan menjadi buah yang

    setiap tandannya terdapa 600 – 2000 buah tergantung pada besarnya tandan buah

    (Lubis, 1992).

    2.1.5 Buah

    Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang dan membentuk buah selama 5 – 6

    bulan. Daging buah terdiri atas minyak, air dan serat. Kadar dan minyak dalam

    buah dapat berubah menurut kematangan buah sedangkan kadar serat pada daging

    buah hampir tetap yaitu 13% terhadap berat buah sejak 3 bulan anthesis sampai

    buah matang (Lubis, 1992).

    2.2 Pembibitan Kelapa Sawit

    Pembibitan adalah serangkaian kegiatan untuk mempersiapkan baha tanam,

    meliputi persiapan media, pemeliharaan, seleksi bibit sehingga siap untuk ditanam

    yang dilaksanakan dalam satu tahapan atau lebih. Tahapan tumbuh adalah

    berkecambah, tumbuh dan berkembang yang diistilahkan dengan kegiatan

    perkecambahan, penyemaian dan pembibitan. Bibit yang sehat dapat diperoleh di

    pembibitan utama harus dilakukan dengan baik (Lubis,1992).

    Tujuan utama pembibitan adalah mempersiapkan bibit yang baik dan

    seragam,karena hal tersebut merupakan faktor penentu keberhasilan penanaman

    dilapangan dan untuk mendaptkan sesuai harapan usaha yang dapat dilakukan

    untuk memperoleh pertumbuhan bibit kelapa sawit yang baik antara lain dengan

    cara pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,serta pemberian zat pengatur

    tumbuh.

    Pada budidaya kelapa sawit dikenal dengan dua sistem pembibitan,yaitu

    pembibitan satu tahap dan (single stage) dan pembibitan dua tahap (double stage)

    (Darmosarkoro,2008).

  • 7

    2.2.1 Sistem Pembibitan Kelapa Sawit

    Pada dasarnya dikenal dengan dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan

    tahap ganda (double stage system) dan sistem pembibitan tahap tunggal (single

    stage system). Pada sistem tahap ganda penanaman bibit dilakukan dua kali

    sampai bibit langsung ditanam dalam polibeg kecil berumur 3 bulan, sedangkan

    pada sistem pembibitan tahap tunggal bibit langsung ditanam didalam polibeg

    besar berumur 12 bulan.

    Dalam sistem pembibitan harus memberikan kontribusi yang nyata terhadap

    pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk membangun pembibitan yang

    menghasilkan bibit kelapa sawit yang bermutu tinggi dan tersedia untuk

    penanaman dilapangan pada saat persiapan telah selesai dilakukan dalam

    melakukan bibit.

    Untuk menentukan sistem pembibitan mana yang lebih menguntungkan, dengan

    penghematan biaya pembibitan dan kualitas bibit yang lebih baik pada pembibitan

    itu setara atau lebih murah dari pada tambahan biaya yang dikeluarkan untuk

    pengangkutan bibit pada pembibitan yang terpancar.

    Pada prinsipnya sistem manapun yang dipilih tujuannya sama yaitu untuk

    menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan tinggi dan kemampuan

    adaptasinya yang besar sehingga faktor kematian bibit di pembibitan dan setelah

    dilapangan dapat ditekan sekecil mungkin.

    a. Sistem pembibitan dua tahap

    Melalui dua tahap yaitu tahapan pembibitan awal (pre nursery) selama tiga bulan

    dan tahap pembibitan utama (main nursery) selama 9 – 12 bulan. Pada tahap

    pembibitan pendahuluan kecambah ditanam selama tiga bulan sehingga

    memberikan kesempatan yang cukup untuk mempersiapkan sarana dan prasarana

    yang akan dikerjakan dipembibitan utama. Biaya penyiraman pada pembibitan

    awal selama tiga bulan dan pembibitan utama akan lebih pendek.

  • 8

    Pada bedengan pembibitan pre nursery dibuat dengan panjang 10 m dan lebar 1,2

    m. Tinggi bedengan berkisar 0,1 – 0,15 m dengan jarak antara bedengan 0,8 m

    sedangkan polibeg kecil digunakan bewarna hitam jika terpaksa, menggunakan

    polibeg kecil bewarna putih maka polibeg berukuran panjang 14 cm, lebar 8 cm,

    dan 0,14 cm. Selain itu juga menggunakan polibeg hitam dengan ukuran 14 cm x

    22 cm x 0,007 cm.

    b. Sistem pembibitan satu tahap

    Pembibitan hanya dilakukan melalui tahapan yaitu kecambah dapat langsung

    ditanam didalam plastik polibeg yang lebih besar, jika pertumbuhan dan

    perkembangan bibit memang baik yang juga terlaksana dan dapat ditanam pada

    umur 10 bulan atau selambat –lambatnya pada umur 12 bulan. Bibit tidak melalui

    tahap pendahuluan tentu waktu persiapan areal, sarana dan prasarana pembibitan

    yang menggunakan polibeg besar akan lebih pendek.

    2.3 Keong Mas

    Keong mas atau siput murbai (Pomacea canaliculata L.) termasuk golongan

    mollusca (hewan bertubuh lunak dan tidak beruas). Binatang ini suka

    mengeluarkan lendir, dan aktif makan pada malam hari. Pada siang hari biasanya

    bersembunyi di tempat teduh dan lembab. Alat makannya berbentuk seperti lidah

    dengan permukaan kasar yang disebut dengan radula (Rukmana, 1997).

    Klasifikasi ilmiah menurut (Djajasasmita, 1993) untuk keong mas adalah sebagai

    berikut:

    Kingdom :Animalia

    Filum :Mollusca

    Kelas : Gastropoda

    Famili : Ampullariidae

    Ordo : Operculata

    Genus : Pomacea

    Spesies : Pomacea canaliculata L.

  • 9

    2.3.1 Morfologi keong Mas

    Cangkang keong emas dewasa berwarna kuning keemasan. Keong muda

    ukurannya sangat kecil dan dan berwarna putih. Sedangkan keong emas dewasa

    mempunyai ukuran yang bervariasi, tergantung umur dan kesediaan makanan.

    Perbedaan jenis kelamin dapat dikenali dari bentuk cangkangnya. Cangkang

    keong emas betina melengkung ke arah dalam sedangkan keong emas jantan

    cangkangnya melengkung keluar (Susanto, 1993).

    2.3.2 Siklus Hidup Keong Mas

    Ketersediaan makanan dan air merupakan faktor utama yang mempengaruhi

    perkembangan dan perilaku keong emas untuk menyelesaikan satu siklus. Siklus

    hidup keong emas memerlukan waktu 60-80 hari dalam menghasilkan telur. Satu

    induk dapat menghasilkan 10 kelompok telur dan mampu bertelur sebanyak 15

    kali. Sementara 1 kelompok dapat menetas hingga 15.000 ekor keong emas.

    Penetasan satu kelompok telur memerlukan waktu antara 3-5 hari. Satu kelompok

    telur berukuran mencapai 1,5×10 cm. Masa berkembang biaknya dari satu telur

    menetas sampai menjadi dewasa, siap kawin, dan berkembang biak memerlukan

    waktu 60 hari hari terus sampai berumur 3 tahun (Budiyono, 2006).

    2.3.3 Habitat Keong Mas

    Habitat keong mas berada di kolam, rawa, sawah, irigasi, saluran air dan areal

    yang selalu tergenang dan dapat bertahan hidup pada lingkungan yang ganas

    seperti air yang terpolusi atau kurang kandungan oksigen. Keong mas mengubur

    diri dalam tanah yang lembab selama musim kemarau dan dapat ber- diapause

    selama 6 bulan kemudian aktif kembali jika tanah diairi. Telur keong mas

    biasanya diletakkan saat malam hari pada tumbuhan, pematang dan barang lain

    (seperti ranting, ajir, batu, dll) di atas permukaan air (Pitojo, 1996).

    2.3.4 Makanan KeongMas

    Keong mas memakan beragam tumbuhan seperti ganggang, azola, rumput bebek,

    eceng gondok, bibit padi dan tumbuhan berdaun sukulen lainnya. Keong mas

  • 10

    memilih bagian yang lunak dari tanaman muda sebab keong mas makan dengan

    cara mengerok permukaan tanaman dengan lidahnya yang kasar. Keong mas ini

    juga memakan bahan organik yang sedang berdekomposisi (Budiyono, 2006).

    2.4 Zat pengatur Tumbuh

    Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan nutris, baik alamiah maupun

    sintesis yang pada konsentrasi sangat rendah dapat menciptakan kondisi tanaman

    menjadi lebih produktif dan bermutu. Tanaman tersebut mengalami perubahan

    pertumbuhan dan berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

    Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon

    tanaman adalah senyawa – senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi

    rendah mempengaruhi proses- proses fisiologis. Proses – proses fisiologis ini

    terutama tentang proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman.

    Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi, aktif dalam jumlah

    kecil yang di sentesiskan pada bagian tertentu tanaman pada umumnya diangkut

    ke bagian lain tanaman dimana zat tersebut menimbulkan tanggapan secara

    biokimia, fisiologis dan morfologis (Hidayat, 2012).

    2.4.1 Macam – macam Fitrohormon

    Fitohormon dibagi menjadi 5 golongan yaitu: auksin, giberelin, sitokinin, asam

    absisik dan etilen. Fitohormon ini terdapat di dalam tanaman dalam berbagai

    bentuk, sehingga sulit untuk mengerti cara kerja fitohormon itu dengan cara baik.

    Asam absisik merupakan senyawa yang bersifat inhibitor (penghambat) yang

    berlawanan dengan hormon auksin dan giberelin. Selain itu tanaman juga

    mengandung senyawa-senyawa lain yang turut aktif dalam berbagai proses

    pertumbuhan dan perkembangan. Senyawa-senyawa itu, antara lain adalah asam

    polifenolik, vitamin, siklitol dan berbagai senyawa lainnya (Harahap, 2012).

  • 11

    a. Auksin

    Auksin didefinisikan sebagai zat tumbuh yang rnendorong elongasi jaringan

    koleoptil pada percobaan-percobaan bio-assay dengan Avena atau tanarnan

    lainnya. Indole Asetic Acid (IAA) atau auksin yang terdapat pada tanaman

    sehingga disebut auksin endogen. IAA terbentuk dari triptofan yang merupakan

    suatu senyawa dengan inti indole dan selalu terdapat dalam jaringantanaman.

    Menurut Dwijoseputro (1992), bahwa fungsi auksin bukan hanya menambah

    kegiatan pembelahan sel di jaringan meristem saja melainkan berupa

    pengembangan sel-sel yang ada di daerah belakang meristem. Sel-sel tersebut

    menjadi panjang-panjang dan banyak berisi air. Auksin mempengaruhi

    pengembangan dinding sel sehingga mengakibatkan berkurangnya tekanan

    dinding sel terhadap protoplas karena tekanan dinding sel berkurang maka

    protoplas mendapat kesempatan untuk menyerap air dari sel-sel yang terdekat

    pada titik tumbuh yang mempunyai nilai osmosis yang tinggi. Dengan demikian

    didapatkan sel yang panjang dengan vakuola yang besar di daerah belakang

    titiktumbuh.

    Pengaruh pemberian ZPT dengan konsentrasi yangberbeda dapat memberikan

    efek yang berlawanan. Zat pengatur tumbuh hanya efektif jika diberikan pada

    konsentrasi tertentu. Pada konsentrasi yang terlalu tinggi, ZPT dapat merusak

    bagian yang terluka sedangkan jika konsentrasinya di bawah optimum tidak

    efektif (Wudianto, 1998).

    b. Giberelin

    Zat pengatur tumbuh (ZPT) lain yang sering ditambahkan ke dalam medium

    adalah Giberellin, ZPT yang dalam bentuk larutan pada temperatur tinggi mudah

    kehilangan sifatnya sebagai ZPT. Giberellin (asam Giberellate) dalam dosis tinggi

    menyebabkan gigantisme, sesuai dari penemuan awal yang menunjukkan bahwa

    ZPT ini berefek meningkatkan pertumbuhan sampai beberapa kali. Giberellin

    berpengaruh terhadap pembesaran dan pembelahan sel, pengaruh Giberellin ini

  • 12

    mirip dengan auksin yaitu antara lainpada pembentukan akar. Giberellin dapat

    menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah auksin endogen (Harahap, 2012).

    c. Sitokinin

    Sitokinin berperan penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis.

    Sitokinin yang pertama sekali ditemukan adalah kinetin. Kinetin bersama-sama

    dengan auksin memberikan pengaruh interaksi terhadap diferensiasi jaringan.

    Pada pemberian auksin dengan konsentrasi relatif tinggi, diferensiasi kalus

    cenderung ke arah pembentukan primordia akar, sedangkan pada pemberian

    kinetin yang relatif tinggi, diferensiasi kalus cenderung ke arah pembentukan

    primordia batang atau tunas (Harahap, 2012).

    d. Etilen

    Tumbuhan menghasilkan etilen sebagai respons terhadap berbagai stres seperti

    kekeringan, kebanjiran, tekanan mekanis, cedera dan infeksi. Etilen juga

    dihasilkan selama pematangan buah dan kematian sel terprogram, serta sebagai

    respons terhadap auksin yang diberikan secara eksternal dalam kadar tinggi.

    Bahkan banyak efek yang sebelumnya dinyatakan sebagai akibat auksin,

    misalnya pengahambatan pemanjangan akar mungkin disebabkan oleh produksi

    etilen yang diinduksi oleh auksin. Fitohormon auksin yang diharapkan terdapat

    pada daging keong mas sebagai zat pengatur tumbuh organik.

    2.5 Rancangan penelitian

    Menurut Harjosuwono dkk (2011), perancangan percobaan adalah suatu pola atau

    prosedur yang dipergunakan untuk mengumpulkan atau memperoleh data dalam

    penelitian. Dengan kata lain perancangan percobaan adalah prosedur untuk

    menempatkan perlakuan ke dalam unit-unit percobaan dengan tujuan

    mendapatkan data yang memenuhi persyaratan ilmiah.

    2.5.1 Rancangan acak Kelompok

    Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah suatu rancangan yang melakukan

    pengelompokan unit - unit percobaan ke dalam kelompokkelompok dan semua

  • 13

    perlakuan dicobakan pada setiap kelompok yang ada. Tujuan pengelompokan ini

    adalah untuk memperoleh unit percobaan yang seseragam mungkin dalam setiap

    kelompoknya, sehingga perbedaan yang diamati sebagian besar disebabkan oleh

    perlakuan. Pengelompokan menjadi sesuatu yang penting karena dapat

    mengendalikan dan memperkecil galat atau kesalahan percobaan. Oleh karena itu

    RAK disebut juga sebagai rancangan percobaan yang memungkinkan adanya

    pengendalian galat satu arah. Dengan kata lain, unit-unit percobaan yang berada

    pada kelompok yang sama harus dikondisikan serba sama atau homogen.

    2.5.2 Analisis data

    Data yang didapatkan dari hasil percobaan tentunya akan dianalisa untuk

    diketahui hasilnya. Untuk menganalisa data dari suatu rancangan acak lengkap

    akan dilakukan sidik ragam berdasar tabulasi data.

    2.5.3 Menyimpulkan Hasil Analisa.

    Setelah dilakukan perhitungan di atas akan didapatkan tabel ANOVA, Jika

    didapatkan nilai Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima pada level nyata α, artinya

    perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap respon yang diamati. Begitu

    pula sebaliknya, jika nilai Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak pada level nyata α,

    artinya perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon yang

    diamati.

    2.5.4 Koefisien keragaman

    Koefisien Keragaman (KK) adalah koefisien yang menunjukkan derajat kejituan

    (accuracy/precision) serta keandalan kesimpulan suatu percobaan. Koefisien ini

    juga dinyatakan sebagai persen rata-rata dari rata-rata umum percobaan

    (Harjosuwono dkk, 2011). Nilai koefisien keragaman yang semakin kecil berarti

    bahwa derajat kejituan dan keandalan akan semakin tinggi sehingga validitas

    kesimpulan yang dihasilkan juga semakin baik.

  • 14

    2.6 Penelitian terdahulu

    Asritanarni Munar, Dkk, 2011, Medan, Kajian ekstrak tunas Bambu dan Tauge

    terhadap pertumbuhan tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada

    pembibitan Pre Nursery. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak

    Kelompok (RAK) non faktorial dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan serta diuji

    menggunakan uji jarak Duncant (DMRT) untuk melihat pengaruh ekstrak tunas

    bambu dan tauge terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pada pembibitan pre

    nursery dengan lima parameter pengukuran yaitu tinggi tanaman (cm), jumlah

    daun (helai), luas daun (cm2), berat kering bibit (gram) dan berat basah bibit

    (gram). Dalam penelitian ini perbedaan dosis yang digunakan pada taraf perlakuan

    terlalu rendah yaitu 0,5 cc/l. Jadi perbedaan data yang diperoleh tidak terlalu

    signifikan antara semua taraf perlakuan. Tetapi dari hasil penelitian dosis 1 cc/l

    dalam penggunaan ekstrak rebung lebih efektif untuk pertumbuhan tinggi, jumlah

    daun, luas daun, berat basah dan berat kering bibit kelapa sawit, dan dalam

    penggunaan ektrak taoge efektif pada pertumbuhan tinggi tanaman dan luas daun.

    Abdullah Samosir dan Gusniwati, 2014, Jambi, Pengaruh MOL Rebung Bambu

    terhadap pertumbuhan pertumbuhan bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

    di Pre Nursery.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

    dengan dosis MOL rebung bambu sebagai perlakuan yang terdiri dari 6 taraf :

    Urea 2 g/ L air, 50 ml MOL rebung bambu/ L air, 100 ml MOL rebung bambu/ L

    air, 150 ml MOL rebung bambu/ L air, 200 ml MOL rebung bambu/ L air, 250 ml

    MOL rebung bambu/ L air. Pemberian MOL rebung bambu pada pembibitan

    kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

    tinggi bibit, diameter bibit, jumlah daun, luas daun, bobot kering pupus dan bobot

    keringakar. Pemberian MOL rebung bambu 50 ml memberikan pertumbuhan bibit

    kelapa sawit yang terbaik yaitu tinggi tanaman, luas daun, bobot kering akar,dan

    bobot kering pupus di PreNursery.

    Magdalena Simbolon, 2017, Yogyakarta, Pengaruh daging Keong Mas (Pomacea

    canaliculata L.) sebagai zat pengetur tumbuh (ZPT) organik auksin terhadap

    pertumbuhan dan hasil panen Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Var.Bima.

  • 15

    Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 10

    ulangan. Faktor yang diuji yaitu daging keong mas sebagai ZPT organik dengan

    konsentrasi 0%, 5%, 15% dan 25%. Pengamatan dilakukan selama 65 hari dengan

    parameter waktu muncul daun pertama, jumlah daun, jumlah umbi dan berat

    basah umbi bawangmerah. Hasil penelitian menunjukkan waktu muncul daun

    pertama paling cepat pada konsentrasi 5% yaitu 8,9 hst dan terlama pada

    konsentrasi 25% yaitu 9,6 hst. Jumlah daun paling banyak pada kontrol yaitu

    sebanyak 26 helai dan yang paling sedikit pada konsentrasi 25% yaitu 22 helai.

    Jumlah umbi yang paling banyak pada konsentrasi 25% yaitu sebanyak 6 umbi

    dan yang paling sedikit pada konsentrasi 5% dan 15% yaitu 5 umbi. Berat basah

    umbi yang paling berat pada kontrol yaitu 8,8 gram dan yang paling ringan pada

    konsentrasi 25% yaitu 3,2 gram. Berdasarkan uji anova yang telah dilakukan

    dapat disimpulkan bahwa pemberian ZPT organik auksin tidak berpengaruhsecara

    signifikan terhadap kecepatan waktu munculnya daun pertama, jumlah daun,

    jumlah umbi dan berat basah umbi bawang merah dan tidak ada konsentrasi ZPT

    yang optimal bagi pertumbuhan dan hasil panen bawang merah (Allium

    ascalonicum L.) varietas Bima