BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Coliform - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35037/4/Chapter...

35
26 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Coliform 2.1.1 Pengertian Bakteri Coliform Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik. E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur- galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008). Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Coliform - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35037/4/Chapter...

26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri Coliform

2.1.1 Pengertian Bakteri Coliform

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam

saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan

bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator

adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator

pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan

keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat,

dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform

adalah, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah

indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air

semakin baik.

E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah

banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari

mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur -

galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada

manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari

berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Bakteri kelompok koliform meliputi semua bakteri berbentuk batang, gram

negatif, tidak membentuk spora dan dapat memfermentasi laktosa dengan

memproduksi gas dan asam pada suhu 370C dalam waktu kurang dari 48 jam.

Adapun bakteri E.Coli selain memiliki karakteristik seperti bakteri koliform pada

umumnya juga dapat menghasilkan senyawa indole didalam air pepton yang

mengandung asam amino triptofan, serta tidak dapat menggunakan natrium sitrat

sebagai satu-satunya sumber karbon.

Terdapat tiga jenis E.coli, yaitu: E. coli enterotoksigenik (enterotoxigenic

E.coli (ETEC)). Produksi enterotoksin oleh E.coli ditemukan sekitar tahun 1970 dari

strain-strain yang ada hubungannya dengan penyakit diare. Penelitian selanjutnya

menerangkan strain-strain enterototoksigenik dari E.coli sebagai suatu hal yang

bersifat patogen pada penyakit diare manusia. Dua tipe toksin E.coli disebut sebagai

toksin labil (labile toxin, LT) dan toksin stabil (stable toxin, ST).

Akhir-akhir ini kelompok E.coli dari serotipe yang berbeda (umumnya O78,

O13, O6) yang memproduksi enterotoksin telah ditemukan sebagai etiologi penting

diare akut, termasuk diare epidemik, pada neonatus (Sack,1977). Smith dan Gyles

(1970) mengemukakan adanya E.coli patogen pada babi yang mempunyai plasmid

(suatu massa DNA yang mempunyai kromosom) yang mudah dipindahkan dan

dikenal sebagai plasmid Ent+ yang mempunyai kemampuan membentuk berbagai

macam enterotoksin. Pada manusia, E.coli patogen juga mempunyai plasmid Ent +

yang membentuk toksin tahan panas (stable toxin, ST) dan toksin tidak tahan panas

(labile toxin, LT) atau kombinasi(ST/LT). Seperti toksin kolera, toksin LTETEC

Universitas Sumatera Utara

dapat merangsang adenilsiklase dalam sel mukosa usu halus (Evans, 1972; Sujudi,

1983).

E.coli enteropatogenik (Entheropathogenic E.coli (EPEC)). Pada tahun 1945

Bray berhasil menemukan tipe antigen spesifik E.coli pada bayi penderita kolera.

Selain itu dikemukakan terdapatnya bau yang khas seperti semen dari cairan yang

dihasilkan oleh organisme itu. Tidak lama kemudian Kauffman berhasil menyusun

satu sistem untuk menentukan tipe E.coli yang didasarkan atas antigen somatik

(antigen O), antigen kapsular (antigen K) dan antigen Flagelar (antigen H). Sejak itu

ditemukan 15 serogrup, diantaranya yang dikenal sebagai bentuk EPEC yang telah

diketahui pula sebagai penyebab epidemi diare pada bayi (Evans, 1979). Yang paling

banyak didapatkan ialah: O26 B6, O55 B5, O111 B4 dan yang agak kurang O114 B14, O126

B16, O127 B8, O128 B12 (Cruickshank, 1974). Pada kira-kira 2-3% bayi sehat ditemukan

EPEC.

Indonesia, sejak tahun 1968 E.coli lebih banyak diperhatikan sebagai

penyebab diare pada bayi atas dasar hasil yang diperoleh pada tahun tersebut di

Bandung oleh Soeprapti Thaib dkk.(1968) yaitu 41,9% (88 dari 210 tinja) pada bayi

yang berumur 0-6 bulan dan 35,3% (45 dari 136 tinja) pada bayi umur 6-12 bulan,

Ono Dewanoto dkk.(1969) melaporkan 36,2% (163 dari 448 tinja) untuk bayi

berumur 0-24 bulan dan Gracey dkk.(1973) melaporkan angka 35,0% (7 dari 20 tinja

bayi 0-24 bulan yang dirawat di Bangsal Gastroenterologi Anak RSCK/FKUI

Jakarta) pada tahun 1973. Sejak tahun 1975, perhatian terhadap penyakit diare akut

Universitas Sumatera Utara

beralih dari E.Coli enteropatogenik (EPEC) ke E.coli enterotoksigenik (ETEC)

disamping Rotavirus dan Salmonella Oranienburg.

E. coli enteroinvasif (enteroinvasive E.coli (EIEC)). Beberapa E.coli dapat

menyebabkan diare berdarah dan berinvasi ke usus besar. Strain ini terdiri dari

sejumlah kecil serogrup yang dapat dibedakan dari E.coli Enterotoksegenik dan

E.coli enteropatogenik dan disebut E.coli enteroinvasif. Strain ini seperti organisme

lain yang bersifat invasif, sering juga terdapat dalam tinja yang penuh dengan leukosit

dan eritrosit (Suharyono, 2008).

Untuk menguatkan hasil pengujian kemungkinan adanya pencemaran faeces,

selain E.Coli juga digunakan bakteri indikator lain sebagai pelengkap, yaitu

streptococcus faecalis. Bakteri ini terdapat didalam faeces dan jumlahnya bervariasi,

tetapi biasanya ada dalam jumlah lebih sedikit dari pada E.Coli. Di dalam air,

streptococcus faecalis kemungkinan mati atau hilang dengan kecepatan kurang lebih

sama dengan E.Coli, tetapi lebih cepat dari bakteri koliform lainnya. Apabila dalam

suatu sampel air ditemukan bakteri dari kelompok koliform tetapi bukan E.Coli,

ditemukannya streptococcus faecalis menunjukkan bukti penguat bahwa sampel

tersebut telah tercemar kotoran atau faeces.

Bakteri koliform lain yang juga sering dianalisis untuk mengetahui kualitas air

adalah Clostridium Perfringens. Merupakan bakteri yang bersifat gram positif

berbentuk batang dan membentuk spora (Fardiaz, 2011). Bakteri ini juga bersifat

anaerobik (tidak memerlukan oksigen untuk kehidupannya). Clostridium Perfringens

Universitas Sumatera Utara

biasanya juga terdapat didalam faeces, meskipun dalam jumlah jauh lebih sedikit dari

pada E.Coli.

Spora bakteri ini dalam air dapat bertahan hidup lebih lama dibandingkan

dengan bakteri dari kelompok coliform, serta tahan terhadap proses klorinasi pada

proses yang biasa digunakan pada praktek sanitasi air. Ditemukannya spora dari

Clostridium Perfringens pada suatu sampel air menunjukkan adanya kontaminasi

oleh faeces, dan bahwa pencemaran tersebut telah terjadi dalam waktu yang agak

lama.

Aerobacter dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara, mempunyai

sifat seperti coli, tetapi lebih banyak didapatkan di dalam habitat tanah dan air

daripada di dalam usus, sehingga disebut “non-fekal”, dan umumnya tidak patogen

(Suriawiria, 2008).

Tabel 2.1 Standar Mutu Bakteriologis Air

Klasifikasi Bakteri coliform/100 ml (dalam

MPN-most probable number)

Mutu bakteri yang dapat diterapkan hanya

pada penanganan penyucihamaan

0 – 50

Mutu bakteri yang memerlukan cara-cara

penanganan konvensional penggumpalan,

penyaringan, penyucihamaan

50 – 5000

Polusi berat yang memerlukan jenis-jenis

penanganan yang ekstensif

5000 – 50000

Polusi yang sangat berat, tak dapat diterima

kecuali digunakan penanganan khusus yang

dipersiapkan untuk air semacan itu; sumber

digunakan hanya bila tidak ada pilihan lain

>50000

Universitas Sumatera Utara

Sumber: (Depkes RI dalam Purnawijayanti, 2001)

2.2 Pengertian Air Bersih dan Air Minum

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa

lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air

minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu

sendiri. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian

yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal

sebanyak 1,5-2 liter air sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu

proses metabolisme (Slamet, 2007).

Dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk transportasi zat – zat makanan

dalam bentuk larutan dan melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh.

Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah

yang ada disekitar alveoli (Mulia, 2005).

Siklus hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Hidrologi sendiri

merupakan suatu ilmu yang mempelajari siklus air pada semua tahapan yang

dilaluinya (Chandra, 2006). Menurut Sutrisno (2004) dalam buku Teknologi

Penyediaan Air Bersih, jumlah air di alam ini tetap ada dan mengikuti suatu aliran

yang dinamakan siklus hidrologi. Dalam siklus ini dengan adanya penyinaran

matahari, maka semua air yang ada di permukaan bumi akan menguap. Penguapan

terjadi pada air permukaan, air yang berada pada lapisan tanah bagian atas, air yang

ada di dalam tumbuhan, hewan, dan manusia. Karena adanya angin, maka uap air ini

Universitas Sumatera Utara

akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal dengan nama

awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin tinggi dimana

temperatur di atas makin rendah, yang menyebabkan titik-titik air dan jatuh ke bumi

sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam air

permukaan (run-off), ada yang meresap ke dalam tanah (perkolasi) dan menjadi air

tanah yang dangkal maupun yang dalam, dan ada yang diserap oleh tumbuhan. Air

tanah dalam akan timbul ke permukaan sebagi mata air dan menjadi air permukaan.

Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi, umumnya berbentuk

sungai-sungai dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan

berkumpul, membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang

mengalir ke laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi ini.

Berdasarkan Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/

Menkes/ Per/ VI/ 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum bahwa

yang dimaksud air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.

2.2.1 Sumber Air Bersih

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut

antara lain:

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

c. Tidak berasa dan tidak berbau

Universitas Sumatera Utara

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga

e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.

Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan

kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri (Chandra, 2002). Air yang

berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak

sumbernya air dapat dibagi menjadi:

a. Air angkasa (Hujan)

Air angkasa terjadi dari proses evaporasi dari air permukaan dan

evotranspirasi dari tumbuh-tumbuhan oleh bantuan sinar matahari dan melalui proses

kondensasi kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, salju ataupun embun. Air

angkasa mempunyai sifat tanah (soft water) karena kurang mengandung garam-garam

dan zat-zat mineral sehingga terasa kurang segar juga boros terhadap pemakaian

sabun. Air angkasa juga bersifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur

maupun bak-bak reservoir sehingga mempercepat terjadinya korosi. Air angksa atau

air hujan merupakan sumber utama air dibumi. Walau pada saat presipitasi

merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran

ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat

disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida,

nitrogen dan amoniak (Chandra, 2002).

b. Air permukaan

Universitas Sumatera Utara

Air permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,

waduk, rawa,terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang

jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran

baik oleh tanah, sampah, maupun yang lainnya.

c. Air laut

Air laut mempunyai sifat asin karena kandungan garam NaCl. Kadar garam

NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat

untuk air minum. Namun demikian, air laut ini juga dapat dipergunakan sebagai

sumber air minum di beberapa negara yang sudah tidak memiliki sumber air yang

lebih baik setelah melalui proses desalinasi yang masih sangat mahal biayanya.

d. Air tanah

Menurut definisi Undang-undang sumber Daya Air, air tanah merupakan air

yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah (Sujana,

2006). Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi

yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami

proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di

dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih

murni dibandingkan air permukaan.

Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber lain. Pertama, air

tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses

purifikasi. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim

kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau

Universitas Sumatera Utara

kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral

dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam

magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air.

Selain itu, untuk menghisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan

pompa (Chandra, 2007).

Air tanah terdiri atas:

1) Air tanah dangkal yaitu air yang terjadi karena proses peresapan air dari

permukaan tanah. Lumpur akan tertahan juga bakteri sehingga air tanah akan

mengandung zat kimia karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur

kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Pengotoran juga masih terus

berlangsung terutama pada muka air ynag dekat dengan muka tanah. Air tanah ini

digunakan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Sebagai

sumber air minum, ditinjau dari segi kualitas agak baik. Tetapi dari segi kuantitas

kurang cukup dan tergantung pada musim.

2) Air tanah dalam yaitu air tanah yang terdapat setelah lapisan rapat air yang

pertama. Pengambilan air tanah dalam ini tidak semudah pengambilan air tanah

dangkal. Biasanya air tanah dalam ini berada pada kedalaman antara 200 – 300

meter. Kualitas air tanah dalam lebih baik dari air tanah dangkal karena

penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur

kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur

maka air menjadi sadah karena mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2.

Universitas Sumatera Utara

3) Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata

air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruhi oleh musim dan

kualitasnya sama dengan air tanah dalam (Sutrisno, 1996).

2.3 Sarana Air Bersih

Air dapat bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan/ terperangkap di

dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus

oleh alam. Menurut Sanropie (1984), keuntungan penggunaan air tanah adalah (1)

pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut, (2) paling praktis dan

ekonomis untuk mendapatkannya dan membaginya, (3) lapisan tanah yang

menampung air dari mana air itu di ambil biasanya merupakan pengumpulan air

alamiah. Sedangkan kerugian penggunaan air tanah adalah seringkali mengandung

banyak mineral Fe (besi), Mn (mangan), Ca (calsium), dan sebagainya, dan biasanya

membutuhkan pemompaan.

2.3.1 Sumur

a. Sumur Gali

Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas

dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah

perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah.

Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari

permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui

rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia

Universitas Sumatera Utara

kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya

maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.

Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan

sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air

dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik,

bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur.

Pada segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila

cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan

ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang

didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya

lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur

sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air,

saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir

sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki

tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000).

Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat

konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai

sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000):

1) Jarak

Universitas Sumatera Utara

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak

sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan

sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta

kemiringan tanah, lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan jarak sumur

minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus,

kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya (Chandra, 2007). Pada penelitian

yang dilakukan oleh Gotaas, dkk dalam Soeparman (2002), sumber kontaminasi

yang berupa tinja manusia yang ditempatkan dalam lubang yang menembus

permukaan air tanah. Sampel positif organisme coliform didapatkan pada jarak 4

sampai 6 m dari sumber kontaminasi. Daerah kontaminasi melebar ke luar sampai

kira-kira 2 m pada titik yang berjarak sekitar 5 m dari jamban dan menyempit

pada kira-kira 11 m. Kontaminasi tidak bergerak melawan arah aliran air tanah.

Setelah beberapa bulan, tanah sekitar jamban akan mengalami penyumbatan

(clogging), dan sampel yang positif dapat diperoleh hanya pada jarak 2-3 m dari

lubang. Dengan kata lain, daerah kontaminasi tanah telah menyempit. Pola

pencemaran secara kimiawi sama bentuknya dengan pencemaran bakteriologis,

hanya jarak jangkaunya lebih jauh.

Berdasarkan sudut pandang sanitasi, yang penting diperhatikan adalah jarak

perpindahan maksimum dari bahan pencemar dan kenyataan bahwa arah

perpindahan selalu searah dengan arah aliran air tanah. Dalam penempatan sumur,

harus diingat bahwa air yang berada dalam lingkaran pengaruh sumur mengalir

menuju sumur tersebut. Tidak boleh ada bagian daerah kontaminasi kimiawi

Universitas Sumatera Utara

ataupun bakteriologis yang berada dalam jarak jangkau lingkaran pengaruh sumur

(Soeparman, 2002).

Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang

Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur

ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki

septic tank) lebih dari 11 meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap

perumahan adalah lebih dari 50 meter.

Menurut Kusnoputranto (1985) dalam soeparman (2002), pola pencemaran oleh

zat kimia mengikuti bentuk yang hampir sama dengan pencemaran bakteri. Pada

jarak 25 meter dari sumber pencemar area kontaminasi melebar sampai + 9 meter

untuk kemudian menyempit hingga jarak + 95 meter. Dengan demikian, sumber

air yang ada di masyarakat sebaiknya harus berjarak lebih dari 95 meter dari

tempat pembuangan bahan kimia.

Jarak aman antara Lubang Kakus dengan Sumber Air Minum dipengaruhi oleh

berbagai faktor antara lain :

a) Topografi tanah: Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah

dan sudut kemiringan tanah.

b) Faktor hidrologi: yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain Kedalaman

air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan

berpasir. Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan

dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk

dari tanah liat.

Universitas Sumatera Utara

c) Faktor Meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus

lebih jauh dari kakus.

d) Jenis mikroorganisme: Karakteristik beberapa mikroarganisme ini antra lain

dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan

lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5

bulan, sedangkan pada tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.

e) Faktor Kebudayaan: Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur

tanpa dilengkapi dengan dinding sumur.

f) Frekuensi Pemompaan: Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil

untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk

mengisi kekosongan (Chandra, 2007).

2) Konstruksi sumur gali

Dalam hal konstruksi sumur gali, hal yang harus diutamakan adalah dinding

sumur gali. Kriteria yang harus diperhatikan dalam membuat dinding sumur gali

adalah:

a) Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus

terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar

tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik

habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter

dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai

bidang perembesan dan penguat dinding sumur (Entjang, 2000).

Universitas Sumatera Utara

b) Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat

dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah

tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada

umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter

berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen,

tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995).

c) Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan

tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali

bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air

sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa

beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam

keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar

dari pipa beton. (Machfoedz, 2004).

d) Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang

mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang,

2000).

Selanjutnya adalah bibir sumur gali. Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat

beberapa pendapat antara lain :

a) Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk

mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan

(Entjang, 2000).

Universitas Sumatera Utara

b) Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari

permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir

(Machfoedz, 2004).

c) Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus

dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu

kesatuan dengan dinding sumur (Chandra, 2007).

Dalam konstruksi sumur gali, salah satu juga yang harus diperhatikan adalah

lantai sumur gali. Ada beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :

a) Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding

sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah,

bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).

b) Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring

dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5

meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995).

c) Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah (Machfoedz, 2004).

3) Saluran Pembuangan Air Limbah

Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai

berikut:

1) Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam tanah 3

meter/hari.

2) Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical sedalam 3 meter.

3) Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1 meter.

Universitas Sumatera Utara

4) Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun sedang

tidak digunakan.

5) Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.

Menurut Entjang (2000), saluran pembuangan air limbah dari sekitar sumur

dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10m.

Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya

sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil dengan

mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk

terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.

b. Sumur Bor

Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan

tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi

kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara

langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil dengan

pompa tangan maupun pompa mesin.

2.3.2 Air Pipa (ledeng)

Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat selain air sumur gali

adalah air pipa atau air kran. Air bersih yang bersumber dari air kran di salurkan

melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun, setiap PDAM di setiap

daerah belum tentu memiliki kualitas dan kuantitasnya sama dengan daerah lainnya.

Secara teknis pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan harus memenuhi

unsur-unsur sebagai:

Universitas Sumatera Utara

1) Air tersedia secara kontinyu 24 jam sehari

2) Tekanan air di ujung pipa minimal sebesar 1,5 – 2 atm

3) Kualitas air harus memenuhi standar yang ditetapkan.

Sarana perpipaan adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya

yang menghasilkan, menyediakan dan membagikan air minum untuk masyarakat

melalui jaringan perpipaan/distribusi. Air yang dimanfaatkan adalah air tanah atau air

permukaan dengan atau tanpa diolah. Ada beberapa cara pendistribusian air perpipaan

meliputi:

1) Sambungan rumah, air disalurkan sampai rumah melalui jaringan perpipaan

sehingga masyarakat tidak perlu lagi pergi dari rumah untuk mengambil air.

2) Kran umum, air hanya disalurkan sampai target tertentu dan masyarakat dapat

mengambil air dari tempat tersebut melalui kran.

3) Hidran umum adalah kran umum yang dilengkapi dengan tangki air karena

penyaluran air kurang dari 24 jam dalam sehari atau karena tekanannya rendah.

4) Terminal air, pada dasarnya sama dengan hidran umum, tetapi ditujukan untuk

daerah yang belum terjangkau jaringan distribusi air minum (jaraknya relatif

jauh), sehingga air bersih secara berkala dikirim dengan tangki dan ditampung

dalam terminal-terminal air.

2.4 Jarak Industri dengan Pemukiman

Berkembangnya suatu Kawasan Industri tidak terlepas dari pemilihan lokasi

kawasan industri yang dikembangkan, karena sangat dipengaruhi oleh beberapa

Universitas Sumatera Utara

factor/variabel di wilayah lokasi kawasan. Selain itu dikembangkannya suatu

Kawasan Industri juga akan memberikan dampak terhadap beberapa fungsi di sekitar

lokasi kawasan. Oleh sebab itu, beberapa kriteria menjadi pertimbangan di dalam

pemilihan lokasi Kawasan Industri, salah satu diantaranya adalah Jarak terhadap

Pemukiman.

Pertimbangan jarak terhadap pemukiman bagi pemilihan lokasi kegiatan

industri, pada prinsipnya memilikki dua tujuan pokok, yaitu:

1) Berdampak positif dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan aspek

pamasaran produk. Dalam hal ini juga perlu dipertimbangkannya adanya

kebutuhan tambahan akan perumahan sebagai akibat dari pembangunan kawasan

industri. Dalam kaitannya dengan jarak terhadap pemukiman disini harus

mempertimbangkan masalah pertumbuhan perumahan, dimana sering terjadi areal

tanah disekitar lokasi industri menjadi kumuh dan tidak ada lagi jarak antara

perumahan dengan kegiatan industri.

2) Berdampak negative karena kegiatan industri menghasilkan polutan dan limbah

yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat.

3) Jarak terhadap pemukiman yang ideal minimal 2 (dua) Km dari lokasi kegiatan

industri (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No: 35/M-

IND/PER/3/2010).

Pasar hewan merupakan suatu tempat penjualan hewan yang keberadaannya

dapat menimbulkan masalah pencemaran, karena Limbah hewan yang berupa feces

dan urine dapat bertindak sebagai media pertumbuhan dan perkembangan mikroba

Universitas Sumatera Utara

sehingga limbah tersebut mudah mengalami pembusukan. Dalam proses

pembusukannya di dalam air, mengakibatkan kandungan NH3 dan H2S di atas

maksimum kriteria kualitas air, dan kedua gas tersebut menimbulkan bau yang tidak

sedap serta dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan yang disertai

dengan reaksi fisiologik tubuh berupa rasa mual dan kehilangan selera makan. Selain

menimbulkan gas berbau busuk juga adanya pemanfaatan oksigen terlarut yang

berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen bagi biota air (Roihatin, 2006).

Oleh karena itu, sebaiknya pasar hewan berada jauh dari pemukiman penduduk.

2.5 Tindakan Pengguna Air

Domain terakhir dari perilaku kesehatan adalah tindakan. Tindakan tersebut

didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian

disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Tindakan dalam

penelitian ini adalah segala sesuatu bentuk nyata yang dilakukan oleh pengguna

sumur gali yang dapat mencemari air sumur gali. Menurut Bloom dalam

Notoatmodjo (2005), praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan,

yaitu:

1. Praktik terpimpin (Guided respons), yaitu apabila subjek atau seseorang telah

melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan

panduan.

Universitas Sumatera Utara

2. Praktik secara mekanisme (Mecanism), yaitu Apabila seseorang telah melakukan

atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau

tindakan mekanis.

3. Adopsi (Adoption), adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.

Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi

sudah dilakukan modifikasi, atau disebut juga tindakan atau perilaku yang

berkualitas.

Menurut Azwar (2003), tindakan manusia ada tiga jenis yaitu: 1) tindakan

ideal, artinya tindakan yang dapat diamati dan dilakukan oleh individu atau

masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan masalah; 2) tindakan

sekarang, artinya perilaku yang dilaksanakan saat ini, dan 3) tindakan yang

diharapkan, yakni tindakan yang diharapkan dilaksanakan oleh sasaran.

2.6 Kualitas Air

Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah

sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air

yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003).

Analisis kualitas air dapat dilakukan di laboratorium maupun secara sederhana.

Pemerikasaan di laboratorium akan menghasilkan data yang lengkap dan bersifat

kuantitatif, sedangkan pemeriksaan sederhana hanya bersifat kualitatif. Pemeriksaan

sederhana mempunyai keuntungan karena murah dan mudah sehingga setiap orang

dapat melakukannya tanpa memerlukan bahan-bahan yang mahal (Kusnaedi, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Masalah air baku untuk industri air bersih menjadi sangat penting. Kualitas air

bersih yang dipengaruhi kualitas air baku tersebut akan berpengaruh pada kesehatan

masyarakat yang mengkonsumsinya (Amsyari, 1996). Kualitas air bersih sangat erat

kaitannya dengan kualitas air bakunya. Umumnya air baku dari air sumber (air tanah)

kualitasnya sudah cukup baik sehingga tidak sulit menjadikannya air bersih yang

memenuhi persyaratan kesehatan. Pada sisi lain air bersih dalam jumlah banyak harus

mengambil dari sumber air yang besar pula. Ini sering terjadi di kota besar dan

akhirnya memilih air sungai yang ada di dekatnya sebagai sumber air baku. Kualitas

air sungai sebagai air permukaan jelas berbeda dengan air sumber dan air tanah dalam

sehingga perlu proses yang lebih banyak. Pada awalnya proses itu pun tidak begitu

berat karena air sungai hanya terkait dengan limbah rumah tangga yang jumlahnya

pun terbatas sehingga proses penjernihannya pun relatif sederhana (Amsyari, 1996).

Dengan perkembangan industri masalah air baku tidak hanya karena

pencemaran dari limbah domestik, akan tetapi juga dari limbah industri yang pekat

dengan macam bahan kimiawi yang luas. Bahan beracun dan berbahaya jelas tidak

banyak dikeluarkan oleh limbah rumah tangga. Bahan seperti itu umumnya dari

industri yang melibatkan banyak reaksi kimia, seperti industri kertas, cat dan lainnya.

Jelas proses pengolahan air bersih yang akan dilakukan akan lebih kompleks

(Amsyari, 1996).

2.6.1 Kualitas Bakteriologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air

angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai

dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan

Universitas Sumatera Utara

melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoa.

Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari

bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri

patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri

patogen (Soemirat, 2000). Menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990,

bakteri coliform yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah < 50

MPN.

Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli

dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan

Kempenkes RI Nomor 907/ MENKES/SK/VII/2002, persyaratan bakteriologis air

minum adalah dilihat dari Coliform per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum

yang diperbolehkan adalah 0 (nol). Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, Air bersih adalah air yang digunakan

untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

diminum setelah dimasak. Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah,

sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk

golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya

menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK

Pedoman Kualitas Air Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori

sebagai berikut.

1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total Coliform kurang dari 50

Universitas Sumatera Utara

2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung Coliform 51-100

3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung Coliform 101-1000

4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung Coliform 1001-2400

5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung Coliform lebih 2400.

2.6.2 Kualitas Fisik

Peraturan menteri kesehatan RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990,

menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan

seharihari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum

maupun air baku (air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik,

tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat

fisik ini diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut :

1) Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan

dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila

temperature sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ± 30C suhu udara

disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis

dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu,

temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan

kimia pencemar pertumbuhan mikroorganisme, dan virus. Temperature atau suhu

air diukur dengan menggunakan termometer air.

2) Bau dan Rasa

Universitas Sumatera Utara

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh

adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme

mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan–

bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber.

Intensitas bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Karena

pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi individu maka hasil yang

dilaporkan tidak mutlak. Untuk standard air bersih sesuai dengan Permenkes RI

No.416/MENKES/PER/IX/1990 menyatakan bahwa air bersih tidak berbau dan

tidak berasa .

3) Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel

bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan

kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur,

bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi.

Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam

penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan

mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan

mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 1991). Tingkat kekeruhan air

dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter.

Untuk standar air bersih ditetapkan oleh Permenkes RI No.

416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25

NTU (Depkes RI, 1995).

Universitas Sumatera Utara

2.6.3 Kualitas Kimia

Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-

zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium (Al),

Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Mangan ( Mn ),

Derajat keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat

kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar

maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI

416/MENKES/PER/IX/1990.

Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia

yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi

kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya

netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam

berat dan korosi jaringan. pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–9. Air

merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak netral

dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Soemirat, 2000).

2.7 Upaya Memperoleh Air Bersih

Upaya memperoleh air bersih dapat dilakukan dalam skala besar maupu skala

kecil sesuai dengan kebutuhannya

2.7.1 Penyimpanan

Air yang disimpan dalam wadah penampungan akan melalui proses purifikasi

secara alami sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Proses fisik

Setelah melalui proses fisik, kualitas air sudah dapat diperbaiki sampai sekitar

90%. Benda-benda yang terlarut dalam air akan mengendap dalam waktu 24 jam

dan air akan bertambah jernih

b. Proses kimiawi

Selama proses penampungan juga berlangsung proses kimiawi. Dalam proses ini ,

bakteri aerobik akan mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam air

dengan bantuan oksigen bebas. Akibatnya, konsentrasi amonia akan berkurang

sementara konsentrasi nitrat justru meningkat.

c. Proses biologis

Organisme patogen berangsur-angsur akan mati. Keadaan ini dapat terlihat jika air

disimpan selama 5-7 hari. Dalam kondisi tersebut, jumlah bakteri dalam air akan

berkurang sampai 90%.

Batas waktu yang optimum untuk penampungan berkisar antara 10-14 hari, bila lebih

lama akan berkembang tumbuh-tumbuhan air seperti alga yang dapat menimbulkan

rasa dan bau tidak enak dan perubahan warna pada air.

2.7.2 Penyaringan

Proses penyaringan atau filtrasi merupakan tahap kedua dari proses purifikasi

air. Proses ini sangat penting karena dapat mengurangi jumlah bakteri sampai sekitar

98-99% dalam air yang dihasilkan. Proses filtrasi dapat dilakukan melalui slow sand

filter (filter biologis) dan rapid sand filter (filter mekanis). Metode-metode tersebut

Universitas Sumatera Utara

memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sampai saat ini, kedua

metode tersebut masih digunakan sebagai metode standar dalam proses purifikasi air.

Slow sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala kecil

sedangkan rapid sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala besar

terutama untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kota besar.

2.7.3 Klorinasi

Klorinasi adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang telah menjalani

proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Klorin

ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air

minum di negara-negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya

relatif lebih murah, mudah dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan

dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida,

bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin (Chandra, 2007).

2.8 Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia

Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan dasar

bagi kehidupan. Tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung

terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat

mutlak, karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari

air, yang jumlahnya sekitar 73 % dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak (Azwar,

1995).

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,

metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan

suhu tubuh dan menjaga tubuh jangan sampai kekeringan. Air yang dibutuhkan oleh

manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula

dapat memenuhi secara kuantitas (jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah

tangga yang sederhana paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari.

Angka tersebut misalnya untuk :

a. Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu : 20L/orang/hari

b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45L/orang/hari

c. Masak, minum : 5L/orang/hari

d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari

e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari (Entjang, 2000).

Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita tidaklah sama

untuk tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan pada negara-negara yang sudah

maju, jumlah pamakaian air per hari per kapita lebih besar dari dari pada negara

berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air sangatlah bervariasi

sehingga rata-rata pemakaian air per orang per hari berbeda untuk satu negara dengan

negara lainnya, satu kota dengan kota lainnya, satu desa dengan desa lainnya.

2.9 Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit

Disamping air merupakan suatu bahan yang sangat dibutuhkan oleh manusia

juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terhadap pemakainya karena

Universitas Sumatera Utara

mengandung mineral atau zat-zat yang tidak sesuai untuk dikonsumsi sehingga air

dapat menjadi media penular penyakit. Didalam menularkan penyakit air berperan

dalam empat cara:

a. Water Borne

Kuman petogen dapat berada dalam air minum untuk manusia dan hewan. Bila air

yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat menjadi penyakit

pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara

langsung ini sering kali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau “Water

Borne Disease”. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya : kholera, penyakit

typhoid, penyakit hepatitis infeksiosa, penyakit disentri basiler. Penyakit–

penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke

dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.

b. Water Washed

Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi kebersihan umum

alatalat terutama alat-alat dapur, makan, dan kebersihan perorangan. Dengan

terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-penyakit

tertentu dapat dikurangi pada manusia. Kelompok-kelompok penyakit ini banyak

terdapat di daerah tropis. Peranan terbesar air bersih dalam penularan cara water

washed terutama berada di bidang hygiene sanitasi. Mutu air yang diperlukan

Universitas Sumatera Utara

tidak seketat mutu air bersih untuk diminum, yang lebih menentukan dalam hal

ini adalah banyaknya air yang tersedia.

c. Water Bashed

Penyakit pada siklusnya memerlukan pejamu (host) perantara. Pejamu/perantara

ini hidup didalam air, contoh penyakit ini adalah penyakit schistosomiasis dan

dracunculus medinensis (guinea warm). Larva schistosomiasis hidup dalam

keong-keong air. Setelah waktunya, larva ini akan berubah bentuk menjadi

cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada dalam air tersebut.

Badan-badan air yang potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah

badan-badan air yang terdapat di alam yang sering berhubungan erat dengan

kehidupan manusia sehari-hari seperti menangkap ikan, mandi, cuci, dan

sebagainya.

d. Water Rellated Vektor Disease (vektor-vektor insekta yang berhubungan dengan

air). Air merupakan tempat perindukan bagi beberapa macam insekta yang

merupakan vektor beberapa macam penyakit. Air yang merupakan salah satu

unsur alam yang harus ada di lingkungan manusia merupakan media yang baik

bagi insekta untuk berkembang biak. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan

oleh insekta ini adalah malaria, yellow fever, dengue, onchocersiasis (river

blindness). Nyamuk aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit dengue dapat

berkembang biak dengan mudah bila pada lingkungan terdapat tempat-tempat

sementara untuk air bersih seperti gentong air, pot, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

2.10 Landasan Teori

Landasan teoritis dalam penelitian ini menggunakan teori Simpul Kejadian

Penyakit. Teori simpul kejadian penyakit terdiri dari simpul satu yaitu tentang sumber

penyakit, simpul dua tentang media transmisi penyakit, simpul tiga tentang perilaku

pemajanan, dan simpul empat kejadian penyakit.

Simpul satu menarangkan bahwa sumber penyakit adalah titik mengeluarkan

atau mengemisi agent penyakit. Simpul dua tentang media transmisi penyakit adalah

komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit yaitu:

a. Udara

b. Air

c. Tanah/pangan

d. Binatang/serangga

e. Manusia/langsung.

Simpul tiga tentang perilaku pemajanan yaitu agent penyakit dengan atau

tanpa menumpang dengan komponen lingkungan lain, masuk ke dalam tubuh melalui

satu proses yang kita kenal sebagai proses “hubungan interaktif”.

Masing-masing agent penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara yang

khas, ada tiga route of entry yakni:

1. Sistem pernafasan

2. Sistem pencernaan

3. Masuk melalui permukaan kulit.

Simpul 1 Simpul 3 Simpul 2

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Achmadi, 2008

Menurut Notodarmojo (2005), secara alamiah, tanah dan air tanah

mengandung mikroorganisme. Variasi jumlah dan jenisnya sangat beragam,

tergantung kondisi, lokasi, dan faktor alam lainnya. Tanah sendiri merupakan

lingkungan hidup bagi jutaan mikroorganisme, seperti misalnya bakteri, virus, jamur,

protozoa, dan nematoda, sedangkan air tanah, selain dibutuhkan untuk kehidupan

mikroorganisme, juga merupakan medium untuk pergerakan mikroorganisme

tersebut. Banyak diantara mikroorganisme tersebut bersifat patogen baik terhadap

manusia maupun makhluk hidup lainnya. Konsentrasi berlebihan dari

mikroorganisme biasanya merupakan akibat dari kontaminasi.

Yang perlu mendapat perhatian adalah mikroorganisme patogen, yang dapat

membahayakan kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Sumber

kontaminan mikroorganisme untuk tanah dan air tanah adalah air buangan domestik,

baik dalam bentuk resapan atau bocoran dari tangki septik, pipa riol (sewer) maupun

efluent pengolahan limbah yang tidak sempurna. Sedangkan mikroorganisme patogen

berasal dari ekskreta manusia atau makhluk hidup lainnya yang menderita atau

membawa penyakit (carrier) tersebut. Sumber lain adalah buangan dari tempat

Limbah

Pasar

hewan

Air sumur

gali

(coliform)

Tindakan

Pengguna

Air

Universitas Sumatera Utara

pemotongan hewan dan tumbuhan yang tumbuh di daerah atau tanah yang telah

tercemar mikroorganisme tersebut.

2.11 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori tersebut di atas, maka pada penelitian ini

dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Jarak Sumur Gali

Dengan Pasar hewan

Jumlah coliform

dalam air sumur

Gali

Tindakan Pengguna

Air

Sumur Gali

Konstruksi Sumur Gali

Universitas Sumatera Utara