ARTIKEL PENELITIAN GAMBARAN MPN COLIFORM DAN COLI...
Transcript of ARTIKEL PENELITIAN GAMBARAN MPN COLIFORM DAN COLI...
Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 1 [2015] 43
ARTIKEL PENELITIAN
GAMBARAN MPN COLIFORM DAN COLI TINJA PADA AIR SUMUR BOR DI PERUMAHAN CAHAYA BORNEO KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015
Nurhalina1, Windarto2, Triseto Gunawan3
1Program Studi Analis Kesehatan UMP, Palangkaraya 2Dinas Kesehatan, Kota Palangkaraya,
3Mahasiswa Program Studi Analis Kesehatan UMP, Palangkaraya
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Air merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan manusia yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun air dapat tercemar oleh bakteri akibat limbah rumah tangga,
kegiatan industri, rumah sakit, dan lain-lain. Air yang terkontaminasi Bakteri Coliform dan Coli
tinja dapat menyebabkan Penyakit Diare, disentri dan infeksi parasit usus lainnya. Pada Tahun 2012
di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat 5 kecamatan dan 9 desa yang terserang KLB diare dengan
jumlah kematian 10 kasus pada Balita. Penderita diare mencapai 99.169 kasus dan 48,9 kasus di
kota Palangka Raya. Penelitian ini akan melakukan gambaran kualitas mikrobiologi air pada sumur
bor di Perumuahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya.
Rancangan penelitian adalah observatinal study dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui gambaran kualitas mikrobiologi air pada sumur bor di Perumahan Cahaya
Borneo Kota Palangka Raya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua sumur bor di Perumahan
Cahaya Borneo Kota Palangka Raya dengan jumlah sampel sebanyak 16 unit yang ditarik secara
sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi langsung, pengukuran dan
uji laboratorium kualitas mikrobiologi air dengan metode Most Porable Number (MPN) Coliform
dan Coli tinja.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 6,25 % sumur bor tidak memenuhi syarat kualitas
mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform 4/100 ml sampel dan Coli tinja 4/100 ml sampel.
Sedangkan 93,75 % sumur bor memenuhi syarat kualitas mikrobiologi dengan nilai MPN
Coliform 0/100 ml sampel dan Coli tinja 0/100 ml sampel.
Kata Kunci : Kualitas Mikrobiologi Air, Metode MPN, Sumur Bor
PENDAHULUAN
Air merupakan zat penting dalam
kehidupan manusia yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, untuk kebutuhan makan,
minum, memasak, mencuci, mandi,,
membersihkan kotoran yang ada di
rumah,rekreasi, industri dan lain-lain. Besarnya
manfaat air bagi kehidupan manusia maka
kualitas air harus terjamin baik kualitas fisik,
kimiawi maupun bakteriologi. Di sisi lain
pesatnya pertumbuhan industri, kepadatan
pemukiman penduduk dan rendahnya kesadaran
masyarakat tentang pengelolaan limbah saat ini,
menyebabkan kuantitas dan kualitas air
berkurang (Amsyari,1996).
Mutu dan kualitas air dipengaruhi oleh
sifat-sifat bahan yang terkandung di dalam air.
Bahan-bahan tersebut dapat berupa zat padat,
cair maupun gas yang terlarut maupun tidak
terlarut atau secara alamiah mungkin sudah
Gambaran MPN Coliform dan Coli tinja Pada Air Sumur Bor
Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 1 [2015] 44
terdapat dalam air atau akibat kontaminasi
bahan tercemar. Selain bahan kimia, bakteri
yang bersifat patogenik juga dapat mencemari
sumber air akibat kontaminasi limbah manusia.
Menurut Candra (2005), penyebab utama
pencemaran air berasal dari limbah rumah
tangga (40%) seperti limbah dari septik tank,
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL),
rembesan dari pembuangan sampah, bekas cuci
piring dan lain.lain. Sedangkan pencemaran
dari limbah industri sebesar 30 % sisanya
merupakan limbah pertanian, peternakan, rumah
sakit dan lain-lain. Sedangkan menurut Marcler
dan Merkle (2000), penurunan kualitas air tanah
berhubungan dengan kepadatan penduduk, jenis
tanah dan jarak pembuangan limbah dengan
sumber air yang tidak memenuhi syarat
kesehatan .
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1992
tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas
air, persyaratan mikrobiologis pada air bersih
yaitu batas maksimal Bakteri Coliform dan Coli
tinja pada setiap 100 ml sampel air adalah 50
/100 ml sampel pada sumber air non perpipaan
sedangkan pada sumber air bersih perpipaan
adalah 10/100 ml sampel. Pada sumber air
minum, batas maksimal Bakteri Coliform dan
Coli tinja adalah 0/100 ml sampel.
Kontaminasi air oleh Bakteri Coliform
ataupun Coli tinja yang melebihi batas standar
dapat menjadi ancaman kesehatan masyarakat.
Pada Tahun 2014, WHO melaporkan sekitar 80
% penyakit menular ditularkan melalui air
seperti diare, disentri, dan infeksi parasit usus
lainnya. Penelitian Meityn dkk (2014),
penggunaan air bersih berhubungan dengan
kejadian diare pada Balita di wilayah kerja
Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Sangihe.
Sejalan dengan penelitian Mardiana (2011),
penggunaan air bersih berhubungan dengan
kejadian diare di Desa Aneuk Paya Kecamatan
Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2012 prevalensi diare di indonesia
mencapai 7% dan mengalami peningkatan setiap
tahun. Sedangkan di Kalimantan Tengah, diare
masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena masih buruknya kondisi
sanitasi dasar, lingkungan fisik, penggunaan
sumber air bersih dan rendahnya prilaku
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Pada
Tahun 2012 terdapat 5 kecamatan dan 9 desa
yang terserang KLB diare di Provinsi
Kalimantan Tengah. Prevalensi diare mencapai
99.169 kasus dan penderita yang ditangani 56,2
% dengan jumlah kematian 10 kasus pada Balita
(Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan informasi dari Dinas
Pekerjaan Umum Kota Palangka Raya (2015),
masyarakat cenderung menggunakan air tanah
dalam bentuk sumur bor sebagai sumber air
bersih karena dianggap lebih murah, kualitas air
bersih dan kuantitas yang mencukupi jika
dibandingkan dengan air dari PDAM. Secara
umum air tanah bebas dari polutan dan bakteri
Nurhalina, Windarto, dan Triseto Gunawan
Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 1 [2015] 45
patogen, namun air tanah dapat tercemar akibat
rembesan limbah septik tank, limbah rumah
tangga dan limbah industri (Candra, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik untuk meneliti gambaran kualitas
mikrobiologi air pada sumur bor di Perumahan
Cahaya Borneo Kota Palangka Raya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan Metode
perhitungan Most Probable Number (MPN) atau
Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) dengan
metode tabung ganda yang terdiri dari dua
tahap yaitu uji dugaan (presumptive test) dan uji
penetapan (confirmed test) (Noval,S,S.dkk,
2010).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran kualitas mikrobiologi air
pada sumber air bersih di Perumahan Cahaya
Borneo Kota Palangka Raya berdasarkan
karakteristik jarak sumur bor dengan septik tank,
kedalaman sumur bor dan kualitas fisik air.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk mengembangkan IPTEK dalam Bidang
Kesehatan Masyarakat dan pengendalian
Penyakit Diare di Kota Palangka Raya akibat
sumber air bersih yang tercemar.
METODE DAN BAHAN
Rancangan penelitian ini adalah
Observasional Study dengan pendekatan
deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran kualitas mikrobioogi air di
Perumuhan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya
berdasarkan jarak sumur bor dengan septik tank,
kedalaman sumur bor dan kualitas fisik air.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
tanggal 1 juni sampai 30 juni 2015.
Populasi adalah seluruh sumur bor di
Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka
Raya. Tehnik penarikan sampel dilakukan
secara sampling jenuh sehingga diperoleh besar
sampel sebanyak 16 unit. Tehnik pengumpulan
data dilakukan dengan observasi langsung,
pengukuran dan uji laboratoium dengan metode
MPN dengan parameter sebagai berikut :
Tabel 1. Definisi Operasional, Skala Pengukuran, Alat Ukur dan Kriteria Objektif Karakteristik
Sumur Bor
Karakteristik
sumur bor
Definisi
operasional
Skala
Pengukuran Alat Ukur Kriteria objektif
Kualitas
Mikrobiologi air
Kualitas
mikrobiologi air
pada sumur bor.
Sumur bor adalah
jenis sumber air
bersih perpipaan
Nominal Metode
MPN
Tidak Memenuhi Syarat ;
apabila jumlah Coliform lebih
dari 50/100 ml sampel dan
Coli tinja lebih dari 0/100 ml
sampel
Memenuhi Syarat ; Apabila
jumlah Coliform ≤ 50 ml/100
ml sampel dan Coli tinja 0/100
ml sampel.
Gambaran MPN Coliform dan Coli tinja Pada Air Sumur Bor
Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 1 [2015] 46
Jarak septik Tank Jarak septik tank
dengan sumur bor
Nominal Meteran Tidak memenuhi syarat ,
apabila < 10 meter
Memenuhi syarat
apabila ≥ 10 meter
Kedalaman
Sumur
Jarak sumur dari
permukaan tanah
Nominal Koesioner < 15 meter
≥ 15 meter
Kualitas Fisik
Air
Kualitas fisik air
berdasarkan
warna, bau dan
rasa
Nominal Indra
penglihatan
(mata),
indra
penciuman
(hidung)
dan indra
perasa
(lidah)
Tidak memenuhi syarat,
apabila air tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa
Memenuhi Syarat, apabila air
berwarna, berbau dan berasa.
Sumber : Permenkes RI No.416 Tahun 1992
Tabel 2 Standar Pengukuran Nilai Most Probable Number Ragam II (9 Tabung)
Tabung Nilai
MPN
95 % Limit Confindence
3 dari 10 ml air 3 dari 1 ml air 3 dari 0.1 ml
air Rendah Tinggi
0 0 1 3 < 0.5 9
0 1 0 3 < 0.5 13
1 0 0 4 < 0.5 20
1 0 1 7 1 21
1 1 0 7 1 23
1 1 1 11 3 36
1 2 0 11 3 36
2 0 0 9 1 36
2 0 1 14 3 37
2 1 0 15 3 44
2 1 1 20 7 89
2 2 0 21 4 47
2 2 1 28 10 150
3 0 0 23 4 120
3 0 1 29 7 130
3 0 2 64 15 380
3 1 0 43 7 210
Nurhalina, Windarto, dan Triseto Gunawan
Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 1 [2015] 47
3 1 1 75 14 230
3 1 2 120 30 380
3 2 0 93 15 380
3 2 1 150 30 440
3 2 2 210 35 470
3 3 0 240 36 1300
3 3 1 460 71 2400
3 3 2 1100 150 4800
Sumber : Novel, S,S,.dkk, 2010
Alat-alat yang digunakan adalah
autoclave, oven, refrigerator, inkabator,
timbangan analitiik, botol wadah sampel, tabung
reaksi, cawan petri, tabung durham, hot plate,
bola hisap, pipet ukur, erlenmayer, gelas ukur,
tally counter, lampu spritus, batang pengaduk,
rak tabung, aluminium voil dan kapas. Alat-alat
gelas terlebih dahulu disterilkan dalam oven
pada suhu 180o C selama 15 menit sebelum
digunakan. Sampel yang telah diambil segera
diperiksa di laboratorium melalui 2 (dua) tahap;
tes perkiraan (presumptive test) dan tes
penegasan (comfirmed test).
1. Pembuatan media
a. Pembuatan Media Lactosa Broth Single
Strength (LBSS)
Menimbang media LB sebanyak 13 gram
lalu masukan ke dalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquadest sebanyak 1 liter,
panaskan media sampai larut sempurnah,
lalu masukan ke dalam tabung reaksi 16 x
160 mm yang telah diisi oleh tabung
durham sebanyak 10 ml lalu sterilkan di
autoclave dengan suhu 1210 C selama 15-20
menit (Novel,S,S,. dkk, 2010)
b. Pembuatan Media Lactosa Broth Double
Strength (LBDS)
Dilakukan 2 kali penimbangan media LB,
kkemudian masukkan ke dalam tabung
reaksi 16x 60 mm sebanyak 5 ml lalu
sterilkan di autoclove selama 15-20 menit
dengan suhu 1210 C (Novel,S,S,. dkk,
2010).
c. Pembuatan Media Briliant Green Bile
Lactosa Broth (BGLB)
Timbang media sebanyak 40 gram dan
masukkan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan
aquadest sebanyak 1 liter, panaskan hingga
media larut sempurna kemudian masukkan
ke dalam tabung reaksi 16 x 160 mm
sebanyak 5 ml (lengkap dengan tabung
durham) lalu sterilkan pada autoclave
dengan suhu 1210 C selama 15-20 menit
(Novel,S,S,. dkk, 2010).
2. Prosedur Kerja
a. Tes Perkiraan
Sampel yang telah dihomogenkan dipipet ke
dalam media LBDS dan LBSS. 3 tabung
LBDS pertama ditambahkan 10 ml sampel air
dan 3 tabung LBSS kedua ditambahkan 0.1
ml sampel air, kemudian diinkkubasi pada
Gambaran MPN Coliform dan Coli tinja Pada Air Sumur Bor
Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 1 [2015] 48
suhu 370 C selama 1 x 24 jam. Hasil positif
ditunjukan dengan adanya kekeruhan dan
pembentukan gas di dalam tabung durham
yang dipasang terbalik di dalam media laktos
(Novel,S,S,. dkk, 2010).
b. Tes Penegasan
Media LB yang menunjukan hasil positif
kekeruhan dan gas diambil 1-2 ose lalu
ditanam ke dalam media BGLB dengan 2
seri. Satu seri diinkubasi pada suhu 370 C
untuk pemeriksaan Coliform dan 1 seri lagi
diinkubasi pada suhu 440 C untuk
pemeriksaan Colitinja. Kedua seri media
BGLB diinkubasi 24-48 jam. Kemudian
diamati munculnya kekeruhan/ gas pada
masing-masing tabung tersebut. setelah itu
hasilnya dibaca dan diinterpretasi dengan
menggunakan tabel MPN Ragam II
(Novel,S,S,. dkk, 2010).
Gambar 2. Media BGLB yang menunjukan hasil positif dan negatif (Dokumentasi Tahun 2015)
HASIL PENELITIAN
Tabel 3 Gambaran Kualitas Mikrobiologi air Pada Sumur Bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota
Palangka Raya Tahun 2015
Sampel
Media LB Media BGLB Indeks MPN/ 100
ml
Kualitas
Mikrobiologi
10
ml
1 ml 0,1
ml
370C 440C Coliform Coli
Tinja
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
4 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
5 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
7 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
8 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
9 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4 4 Tidak memenuhi
syarat
10 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
Nurhalina, Windarto, dan Triseto Gunawan
Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 1 [2015] 49
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
16 0 0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 Memenuhi syarat
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 4 menunjukan bahwa 15 unit
sampel (93,75 %) memenuhi syarat kualitas
mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform dan
Coli tinja adalah 0/100 ml sampel. Sedangkan 1
unit sampel (6,25 %) tidak memenuhi syarat
mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform dan
Coli tinja masing-masing 4/100 ml sampel.
Tabel 4. Gambaran Kualitas Mikrobiologi Air Berdasarkan Karakteristik Sumur Bor di Perumahan
Cahaya Borneo Kota Palangka Raya Tahun 2015
Karakteristik Sumur Bor
Kualitas Mikrobiologi
Memenuhi syarat Tidak Memenuhi syarat
Jarak dengan Septik Tank
Tidak memenuhi syarat 9 60,0 1 100
Memenuhi syarat 6 40,0 0 0
Jumlah 15 100 1 100
Kedalaman
< 15 meter
2 13,3
1
100
≥15 meter 13 86,7 0 0
Jumlah 15 100 1 100
Kualitas Fisik
Tidak memenuhi Syarat 0 0 0 0
Memenuhi Syarat 15 100 1 100
Jumlah 15 100 1 100
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 5, menunjukan bahwa 100 % sumur bor
yang tidak memenuhi syarat kualitas
mikrobiologi mempunyai jarak dengan septik
tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat
kesehatan) dan mempunyai kedalam < 15 meter.
Namun 100 % sumur bor yang tidak memenuhi
syarat kualitas mikrobiologi mempunyai
kualitas fisik air yang baik atau memenuhi
syarat kesehatan.
PEMBAHASAN
Penelitian menunjukkan bahwa bahwa
93.75 % sumur bor memenuhi syarat kualitas
mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform 0/100
ml sampel dan Coli tinja 0/100 ml sampel.
Sedangkan 6.25 % sumur bor tidak memenuhi
syarat mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform
4/100 ml sampel dan Coli tinja 4/100 ml
sampel. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
146 Tahun 1992 tentang syarat-syarat dan
Gambaran MPN Coliform dan Coli tinja Pada Air Sumur Bor
Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 1 [2015] 50
kualitas air, persyaratan mikrobiologis pada
sumber air bersih perpipaan ditetapkan 50 /100
ml sampel Coliform dan 0/100 ml sampel Coli
tinja. Dengan demikian 6.25 % sumur bor
(Sampel nomor 9 pada tabel 3) yang digunakan
sebagai sumber air bersih di Perumahan Cahaya
Borneo Kota Palangka Raya tidak tidak layak
digunakan.
Berdasarkan hasil observasi, 100 %
sumur bor yang tidak memenuhi syarat kualitas
mikrobiologi mempunyai jarak dengan septik
tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat
kesehatan) dan mempunyai kedalam < 15 meter.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa 60 %
sumur bor yang memenuhi syarat kualitas
mikrobiologi memiliki jarak dengan septik tank
< 10 meter (tidak memenuhi syarat kesehatan)
dan 13,3 % mempunyai kedalaman < 15 meter.
Namun 100 % sumur bor, baik yang tidak
memenuhi syarat kualitas mikrobiologi maupun
sumur bor yang memenuhi syarat kualitas
mikrobiologi mempunyai kualitas fisik air
yang baik atau memenuhi syarat kesehatan.
Analisis kualitas air juga pernah
dilakukan oleh beberapa peneliti dan
pengukuran jarak sumber air bersih dengan
septik tank, kualitas fisik air dan kedalaman
sumur bor. Penelitian Sarah, RE,. dkk (2014),
menunjukan bahwa 91,66 % sumber air
minum rumah tangga di Kecamatan Sukabumi
Bandar Lampung terkontaminasi Bakteri
Coliform dan Coli tinja karena letak sumber air
dengan pembuangan limbah dan septik tank
tidak memenuhi syarat kesehatan. Selain itu,
penelitian dari Eldawati (2010) tentang kondisi
bakteriologi air sumur di beberapa pemukiman
di Kota Padang, menunjukan bahwa 89 %
sumur tercemar oleh Bakteri Coliform dan Coli
tinja karena jarak sumur dengan septik tank
tidak memenuhi syarat kesehatan dan luas tanah
tiap rumah hanya 90 m2. Sejalan dengan
penelitian Asnidar Yusuf,.dkk (2011) tentang
kualitas air sumur di RT 12,17, 18 RW 09
Kelurahan Kelapa Dua Jakarta Timur
menunjukan bahwa 84 % sumur tercemar
Bakteri Coliform dan 8 % tercemar zat kimia
berbahaya. Tingginya kontaminasi bakteri
dipengaruhi karena padatnya perumahan
penduduk, letak sumur dekat dengan septik
tank dan pembuangan limbah yang jaraknya
tidak memenuhi standar kesehatan.
Menurut Martoyo (2003), jarak sumber
air bersih dengan pembuangan limbah termasuk
septik tank mempengaruhi kualitas air secara
fisik dan kualitas mikrobiologi air. Kemampuan
penyebaran bakteri di dalam tanah dapat
mencapai jarak sejauh sebelas meter (5+6).
Sejauh 5 meter dari sumbernya kelihatan bakteri
menyebar mencapai kedalaman 2 meter
kemudian membentuk kerucut sejauh 6 meter
dari titik maksimum luas penyebarannya.
Demikian juga penyebaran bahan-bahan kimia
(chemis) sejauh 25 meter kelihatan menyebar
mencapai kedalaman 9 meter , kemudian dari
titik maksimum penyebaran tersebut membentuk
kerucut sampai sejauh 70 meter dari titik
penyebaran maksimum. Keadaan tersebut
Nurhalina, Windarto, dan Triseto Gunawan
Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 1 [2015] 51
didasarkan pada asumsi kecepatan pengaliran
air tanah sampai 3 meter perhari.
Menurut Marcler dan Merkle (2000),
pencemaran air tanah atau penurunan kualitas
air tanah berhubungan erat dengan tingkat
kepadatan penduduk, sebab semakin banyak
jumlah penduduk maka limbah yang dibuang ke
lingkungan semakin besar. Kepadatan penduduk
menyebabkan lahan banyak digunakan untuk
pemukiman dan pembangunan sehingga jarak
antar rumah semakin dekat serta pekarangan
semakin sempit. Pekarangan rumah yang sempit
menyebabkan penduduk banyak yang membuat
septik tank di rumahnya yang letaknya dekat
dengan sumber air bersih. Kepadatan penduduk
juga menyebabkan tingginya aktifitas penduduk
yang berakibat pada meningkatnya limbah
rumah tangga penduduk yang dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk tersebut.
Aktifitas penduduk dapat mempengaruhi
kualitas tanah karena semua aktifitas penduduk
menghasilkan limbah yang berbeda-beda seperti
limbah rumah tangga, limbah restoran, pertanian
dan kegiatan industri lainnya.
Dalam analisis peneliti, penelitian ini
menemukan bahwa 60 % sumur bor yang
memenuhi syarat kualitas mikrobiologi memiliki
jarak dengan septik tank < 10 meter (tidak
memenuhi syarat kesehatan) dan 13,3 %
mempunyai kedalaman < 15 meter.
Berdasarkan hasil observasi, hal ini
dimungkinkan karena tingkat kepadatan
penduduk di Perumahan Cahaya Borneo masih
relatif rendah, jarak rumah dengan rumah yang
lain cukup luas mencapai 15 m2 x 10 m2
sehingga tidak ada kemungkinan pencemaran
silang dari limbah tentangga. Rendahnya
pencemaran Bakteri Coliform dan Coli tinja di
Perumahan Cahaya Borneo juga disebakan
karena tidak ada aktifitas industri di perumahan
tersebut yang memungkinkan dapat mencemari
sumber air bersih.
Selain itu kualitas air juga dipengaruhi
oleh jenis tanah, dimana jenis tanah di Kota
Palangkaraya merupakan tanah gambut yang
memungkinkan dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme termasuk Bakteri
Coliform dan Coli tinja, jumlah
mikroorganisme cenderung menurun dengan
meningkatnya keasaman tanah. Secara umum
sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-
asam organik yang merupakan suatu hasil
akumulasi sisa-sisa tanaman (Agus dan Subiksa,
2008).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kehadiran berbagai bakteri pada sumber air
bersih antara lain adalah jarak septik tank
dengan sumber air bersih, kedalaman sumur bor
dan kualitas fisik air. Namun banyak faktor lain
yang dapat mempengaruhi kualitas mikrobiologi
sumber air bersih pada kondisi tertentu. Oleh
karena itu kontrol kualitas mikrobiologi air perlu
dilakukan secara berkala (tergantung pada
tingkat kepadatan penduduk, sedimen tanah dan
aktifitas industri di wilayah tersebut).
Begitupula pengendalian limbah rumah tangga
dan limbah industri, sehingga masyarakat dapat
Gambaran MPN Coliform dan Coli tinja Pada Air Sumur Bor
Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 1 [2015] 52
terhindar dari ancaman kesehatan masyarakat
akibat pencemaran sumber air bersih.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, 6.25 %
sumur bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota
Palangka Raya tidak layak digunakan karena
tidak memenuhi syarat mikrobiologi, dengan
nilai MPN Coliform adalah 4/100 ml sampel dan
Coli tinja adalah 4/100 ml sampel. Adanya
pencemaran Bakteri Coli form dan Coli tinja
dimungkinkan karena jarak sumur bor dengan
septik tank tidak memenuhi syarat kesehatan
dan kedalaman sumur bor < 15 meter. Hasil
observasi menunjukan bahwa 100 % sumur bor
yang tidak memenuhi syarat kualitas
mikrobiologi mempunyai jarak dengan septik
tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat
kesehatan) dan mempunyai kedalam < 15 meter.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agus,F,. & I.G.M.Subiksa.2008. Lahan
gambut : Potensi Untuk Pertanian Dan
Aspek lingkungan. Bogor : Balai Penelitian
Tanah dan World Agroforestry Centre
(ICRAF).40 hal
2. Amsyari, F.1996. Membangun Lingkungan
Sehat : Menyambut 50 Tahun Indonesia
Merdeka. Surabaya : Airlangga University
Press.
3. Askari, Martoyo.2003,Penyediaan Air
Bersih, Fakultas Tehnik Universitas Negeri
Palembang
4. Chandra, Budiman.2005. Pengantar
Kesehatan Lingkungan, Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran.
5. Eldawati. 2010. Kondisi Bakteriologis Air
Sumur Masyarakat di Beberapa Pemukiman
di Kota Padang.Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas
6. Kemenkes RI.2013. Riset Kesehatan Dasar
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012.
Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI
7. Kasaluhe,D,Meytin,.Ricky,C,Sondakh,.Mola
nda,Nancy.2014.Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tahuna Timur
Kabupaten Kepulauan Sangihe. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado.
8. Mardiana. 2011. Faktor-Faktor Yang
Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di
Desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga
Kabupaten Aceh Besar.Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Aceh.
9. Macler, B. A, and Merkle, J. C. 2000.
Current Knowledge On Groundwater
Microbial Pathogens And Their Control.
Hydrogeology Journal, Volume 8, Issue 1,
pp 29-40
10. Novel, Sinta Saskia, dkk, (2010). Praktikum
Mikrobiologi Dasar, Jakarta : Trans info
Media.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 416 Tahun 1992 Tentang
Syarat-Syarat dan Kualitas Air.
12. Saepudin, Malik. 2011. Metodologi
Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Trans Info Media
13. Sarah,RE. 2013. Analisis Kualitas Sumber
Air Minum Rumah Tangga di kecamatan
Sukabumi Bandar Lampung.Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
14. Suriawiria.2008. Mikrobiologi Air dan
Dasar- Dasar Pengolahan Buangan Secara
Biologis, Bandung : PT. ALUMNI.
15. Yusuf, Yusnidar, dkk.2011,Analisa
Kandungan Air Sumur Warga RT 12, 17 dan
18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur .Skripsi.
Fakultas Farmasi UHAMKA.
Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 1 [2015] 40
ARTIKEL PENELITIAN