PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA -...

125
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN PANOMBEIAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN (Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K) TESIS O l e h : JUSTINA NURIATI PURBA 057024036 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008 Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Transcript of PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA -...

Page 1: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN PANOMBEIAN PANEI

KABUPATEN SIMALUNGUN

(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)

TESIS

O l e h :

JUSTINA NURIATI PURBA 057024036

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2008

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 2: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN PANOMBEIAN PANEI

KABUPATEN SIMALUNGUN

(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) Program Magister Studi Pembangunan

Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

O l e h :

JUSTINA NURIATI PURBA 057024036

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2008

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 3: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Judul Tesis : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN PANOMBEIAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN

(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)

Nama Mahasiswa : Justina Nuriati Purba

Nomor Pokok : 057024036

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing :

Anggota,

(Drs. Agus Suriadi, M.Si)

Ketua,

(Prof. Dr. Erika Revida, MS)

Ketua Program Studi,

(Subhilhar, MA, Ph.D) NIP. 131 754 528

Direktur SPs USU,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc) NIP. 130 535 852

Tanggal Lulus : 4 Februari 2008

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 4: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

PERNYATAAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN PANOMBEIAN PANEI

KABUPATEN SIMALUNGUN

(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 4 Februari 2008 Justina Nuriati Purba

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 5: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

ABSTRAK

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K) Tahun Anggaran 2006 yang menghasilkan partisipasi swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar Rp. 400.000.000,- untuk 8 desa serta jumlah kegiatan sebanyak 10 kegiatan sangat rendah. Pelaksanaannya pun dianggap belum optimal, bahkan sebagian dianggap bermasalah akibat salah persepsi antara masyarakat dan pemerintah.

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara yang tidak terstruktur dan mendalam, pengamatan (kajian secara langsung) serta Studi Kepustakaan dan Arsip.

Temuan Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam tahap perencanaan sudah berjalan dengan baik. Namun dalam Tahap pelaksanaan pembangunan, masyarakat kurang terlibat karena sikap masyarakat yang susah diajak bergotong royong sehingga harus melibatkan pihak ketiga. Keterlibatan pihak ketiga tersebut juga telah diatur dalam petunjuk Teknis Pelaksanaan BPN / K sehingga dari segi peraturan hal tersebut dapat dikatakan sah dan resmi namun dari segi konsep pemberdayaan hal tersebut tidak memberikan proses belajar sebagaimana yang dikatakan Korten (1988:247). Dalam tahap pengawasan yang dilakukan oleh pihak Kabupaten, Kecamatan dan Nagori serta Masyarakat (dalam hal ini Maujana Nagori) telah berjalan dengan baik, karena aturan dan sistem sanksi yang diberikan telah diatur secara jelas. Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten Simalungun hendaknya meminimalisir pembangunan yang lebih bernuansa proyek dan atau keterlibatan pihak ketiga seperti rekanan kontraktor, sepanjang masyarakat masih mampu melaksanakannya secara langsung. Dengan demikian masyarakat diberikan kesempatan untuk belajar memahami sendiri tentang seluk beluk pembangunan, menumbuhkan rasa memiliki dari masyarakat dan pada sisi lain hal tersebut juga akan mengurangi rasa apriori masyarakat. Kata Kunci : Pemberdayaan dan Masyarakat Desa

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 6: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

ABSTRACT

People participations on applicating Villages Development Aid Program for

2006 years fund produce Rp.40.000.000.- (10%) from stimulan fund as much as Rp.400.000.000.-. The Rp.40.000.000.- for 8 villages and 10 projects is poor. The application of the projects is considered not optimal, thus some of those projects are considered poor because of misunderstanding between community and local government.

The method used in this research is descriptive method. In this research writer had done unstructural deep interview, direct observation, and library research.

The results of this research show that the society participations on development preparing step has been done well, however people are less include on its applicating step. The less of people participation on applicating step is caused by society behaviour itself, where they do not care if they are asked to participate on working together so the outsiders include in this step. The outsiders involvement has been also regulated in Villages Development Aid Program technical manual so those things can be said legal based on regulation, but based on the efficiency concept, those things not give learning process as Korten said. (1988:247). On Controlling step by Regencies, Sub-Districts, Villages, and societies control board (Muajana Nagori) has been done well because of rules and punishment sistem has been regulated clearly. Simalungun Regency should minimalize the development that nuancing of projects and outsiders involvement such as contractors, as long society can do it directly. Therefore people has been given a chance to learn development problems by themselves, Raising owning sense and reducing people apriory in other side. Key Words : Empowerment and Rural Society

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 7: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

Maha Penyayang, yang senantiasa memberikan berkat, anugerah dan penyertaanNya

dalam proses penyusunan sejak awal hingga selesainya Tesis ini. Tesis yang berjudul

“Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panombeian Panei Kabupaten

Simalungun dengan Studi Tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori /

Kelurahan (BPN / K) ini ditulis sebagai salah satu persyaratan akhir, guna

memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan (M.SP) pada Program Pasca Sarjana

Jurusan Studi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara.

Andil yang sangat besar telah diberikan sejak proses perkuliahan, penyusunan

proposal, pelaksanaan penelitian, pengolahan data hingga rampung menjadi

sebuah Tesis telah diberikan banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati, penulis menghaturkan rasa hormat dan terima-kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Erika Revida, MS, selaku Pembimbing Pertama yang penuh

kesabaran meluangkan waktu untuk senantiasa memberikan motivasi, bimbingan

serta pencerahan intelektual yang sangat berkesan bagi penulis, sejak proses awal

penyusunan, Proposal sampai penulisan Tesis ini.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 8: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

2. Bapak Drs. Agus Suriadi, M.Si, selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak

memberikan dorongan dan saran dalam upaya pencerahan intelektual, sehingga

menjadi pengetahuan yang monumental bagi penulis.

3. Pemerintah Kabupaten Simalungun, atas komitmen peningkatan kualitas sumber

daya manusia para aparatur di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun,

dengan memberikan kesempatan tugas belajar kepada penulis.

4. Suami tercinta Rizal Edi Praja Saragih, AP, M.Si (Cia) yang juga selaku Camat

Panombeian Panei yang telah banyak memberikan dorongan, semangat dan

kasihnya kepada penulis. Demikian juga terhadap Keluarga Besar Saragih yang

senantiasa memberikan dorongan bagi penulis. Terima kasih.

5. Ayahanda R.B. Purba dan Ibunda S. Sipayung, yang senantiasa berdoa dan

berjuang untuk keberhasilan penulis serta dorongan dan semangat yang selalu

diberikan. Warisan pendidikan yang beliau berikan sangat berharga bagi penulis

hingga kelak diakhir hayat. Demikian juga terhadap Keluarga Besar Purba yang

senantiasa memberikan dorongan bagi penulis. Terima kasih.

6. Seluruh rekan-rekan seperjuangan, Mahasiswa MSP Angkatan VIII, atas segala

dorongan dan kerja samanya. Mudah-mudahan kita tidak saling melupakan.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang sedikit banyak

memberi bantuan dan peluang untuk penyelesaian penulisan tesis ini, baik

langsung maupun tidak langsung.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 9: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Penulis sangat menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, karena

keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu penulis dengan lapang dada

mengharapkan saran dan kritik membangun yang penuh keikhlasan, demi

kesempurnaan karya tulis ini. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini dapat

bermanfaat.

Syaloom.....

Medan, 2008

Justina Nuriati Purba

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 10: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

RIWAYAT HIDUP

Nama : Justina Nuriati Purba, SSTP

NIM : 057024036

Tempat / Tanggal Lahir : P. Siantar / 7 Agustus 1983

Alamat : Jln. Rajamin Purba No 20 Kompleks Kantor Bupati Simalungun – Rambung Merah - P. Siantar

Status Perkawinan : Sudah Kawin

Suami : Rizal Edi Praja Saragih, AP, M.Si

Anak ke : 6 dari 7 bersaudara

1. Dasnita Seniwati Purba, Amd

2. Abdi Gofrelin Purba, ST

3. Diana Rita Purba

4. Fitri Mayani Purba, SE

5. Martha Evi Riana Purba, S.Kep

6. Justina Nuriati Purba, SSTP

7. Bertha Purba, S.Pd

Pendidikan : 1. SD RK No 4 Cinta Rakyat (1989 - 1995)

2. SMP RK Bintang Timur (1995 - 1998)

3. SMA RK Budi Mulia (1998 - 2001)

4. STPDN Jatinangor (2001 - 2005)

5. Mahasiswa Program S2 MSP FISIP Universitas Sumatera Utara (2006 - sekarang)

Riwayat Pekerjaan : 1. CPNS Pusat / Mahasiswa Ikatan Dinas pada STPDN Jatinangor JABAR (2001-2005)

2. Staf Pemerintah Kabupaten Simalungun

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 11: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................... iv

ABSTRACT ......................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... ix

RIWAYAT HIDUP ............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .............................................................

1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................

1.2 Perumusan Masalah ............................................................

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ..........................................

1

1

7

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................

2.1. Pembangunan .......................................................................

2.1.1. Program dan Proyek Pembangunan...........................

2.1.2. Pembangunan Desa....................................................

2.2. Pemberdayaan Masyarakat ..................................................

2.2.1. Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat ...............

2.2.2. Hakekat Pemberdayaan Masyarakat .........................

9

9

11

12

15

16

18

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 12: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

2.3. Program Dana Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan

(BPN / K) .............................................................................

2.4. Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi Program

Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K) ......

28

33

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………….

3.1. Jenis Penelitian ...................................................................

3.2. Definisi Konsep ..................................................................

3.3. Informan .............................................................................

3.4. Teknik Pengumpulan Data .................................................

3.5. Lokasi Penelitian ................................................................

3.6. Metode Analisis Data .........................................................

36

36

37

38

39

41

41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................

4.1. Keadaan Geografis dan Demografis ...................................

4.2. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi ................................

4.3. Gambaran Umum Pemerintahan .........................................

4.4. Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi Tentang

Program Bantuan Pambangunan Nagori / Kelurahan .........

4.4.1 Tahap Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat

Desa dengan Studi Tentang Program Bantuan

Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K) ...

4.4.2 Tahap Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat

Desa dengan Studi Tentang Program Bantuan

Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K) ...

4.4.3 Tahap Pengawasan Pemberdayaan Masyarakat

Desa dengan Studi Tentang Program Bantuan

Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K) ...

43

43

47

54

57

69

81

93

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 13: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

BAB V PENUTUP ............................................................................

5.1. Kesimpulan ..........................................................................

5.2. Saran ....................................................................................

97

97

99

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

101

LAMPIRAN ........................................................................................ 104

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 14: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Nagori dan Jarak Ke Ibu Kota Kecamatan ..........................................................................

44

Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Nagori dan Jenis Penggunaan Lahan ..................................................................................

45

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan KK Di Kecamatan Panombeian Panei (Keadaan Akhir Desember 2006) ..………………...

46

Tabel 4.4 Penduduk Kecamatan Panombeian Panei Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ..................................

47

Tabel 4.5 Penduduk Kecamatan Panombeian Panei Menurut Mata Pencaharian ........................................................................

48

Tabel 4.6 Jumlah Rumah Tangga Pengguna Lahan Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura ...................................................

49

Tabel 4.7 Penyebaran Sarana Pendidkan di Setiap Nagori se Kecamatan Panombeian Panei Keadaan Tahun 2006 ........

50

Tabel 4.8 Penduduk Menurut Nagori dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan .........................................................................

51

Tabel 4.9 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Nagori ..................... 52

Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Menurut Agama Yang Dianut .............. 53

Tabel 4.11 Perubahan Nomenclatur Pemerintahan Desa menjadi Pemerintahan Nagori ..........................................................

56

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 15: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.12 Kegiatan Program BPN/K di Kecamatan Panombeian Panei yang bersumber dari Tahun Anggaran 2005 ............

62

Tabel 4.13 Kegiatan Program BPN/K di Kecamatan Panombeian Panei yang bersumber dari Tahun Anggaran 2006 ............

63

Tabel 4.14 Rangkuman Temuan Penelitian tentang Karakteristik Program BPN/K .................................................................

66

Tabel 4.15 Rangkuman Temuan Penelitian tentang Keterlibatan Masyarakat dalam Program BPN/K ...................................

68

Tabel 4.16 Proses Pemberdayaan Masyarakat dalam Program BPN/K..................................................................................

96

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 16: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Pedoman Wawancara ............................................................... 104

2. Ringkasan Hasil Wawancara ............................................................... 107

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 17: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan

daerah dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan

yang dirancang pemerintah untuk pembangunan desa. Hampir seluruh instansi,

terutama pemerintah daerah mengakomodir pembangunan desa dalam program

kerjanya. Tentunya berlandaskan pemahaman bahwa desa sebagai kesatuan geografis

terdepan yang merupakan tempat sebagian besar penduduk bermukim. Dalam

struktur pemerintahan, desa menempati posisi terbawah, akan tetapi justru terdepan

dan langsung berada di tengah masyarakat. Karenanya dapat dipastikan apapun

bentuk setiap program pembangunan dari pemerintah akan selalu bermuara ke desa.

Meskipun demikian, pembangunan desa masih memiliki berbagai

permasalahan, seperti adanya desa terpencil atau terisolir dari pusat-pusat

pembangunan (centre of excellent), masih minimnya prasarana sosial ekonomi serta

penyebaran jumlah tenaga kerja produktif yang tidak seimbang, termasuk tingkat

produktivitas, tingkat pendapatan masyarakat dan tingkat pendidikan yang relatif

masih rendah. Semuanya itu pada akhirnya berkontribusi pada kemiskinan penduduk.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 18: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Fakta tersebut menyebabkan pemerintah semakin intensif menggulirkan

program dan proyek pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan desa. Namun

demikian program atau proyek yang diarahkan dalam pembangunan desa justru tidak

dapat berjalan optimal, karena kebanyakan direncanakan jauh dari desa (Korten,

1988:247). Masyarakat masih dianggap sebagai obyek/sasaran yang akan dibangun.

Hubungan yang terbangun adalah pemerintah sebagai subyek/pelaku pembangunan

dan masyarakat desa sebagai obyek/sasaran pembangunan (Kartasasmita, 1996:144).

Partisipasi yang ada masih sebatas pemanfaatan hasil. Tingkat partisipasi dalam

pembangunan masih terbatas, misalnya masih sebatas peran serta secara fisik tanpa

berperan secara luas sejak dari perencanaan sampai evaluasi.

Kondisi tersebut mengakibatkan peranan pemerintah semakin besar.

Pemerintah berperan dominan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan program

atau proyek pembangunan. Fakta ini berangkat dari perspektif stakeholders

pemerintahan bahwa berhasilnya program atau proyek pembangunan diukur dari

penyelesaian yang tepat pada waktunya (efisiensi dan efektifitas) serta sesuai dengan

rencana yang ditetapkan. Dengan orientasi seperti ini, tentunya masyarakat desa

beserta stakeholder lainnya di desa yang seharusnya memiliki peranan yang besar

tidak dapat mengembangkan kemampuannya dan menjadi “terbelenggu” dalam

berinovasi. Hal tersebut misalnya dapat dilihat dari implementasi program bantuan

desa (Bangdes) selama ini, justru peranan birokrat pemerintah yang amat menonjol.

Walaupun sesungguhnya program tersebut sudah lama dilaksanakan dan cukup

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 19: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

dikenal luas di desa, namun masyarakat selalu dianggap kurang mampu, sehingga

bimbingan dan arahan dari pemerintah begitu kuat pengaruhnya dan merasuk

(internalisasi) dalam masyarakat. Pada akhirnya masyarakat tergantung pada

bimbingan dan arahan dari pemerintah. Bila kondisi tersebut tetap dipertahankan,

maka masyarakat tidak akan pernah dapat menunjukkan kemampuannya dalam

mengelola pembangunan di desanya.

Apapun bentuk pembangunan, secara substantif akan selalu diartikan

mengandung unsur proses dan adanya suatu perubahan yang direncanakan untuk

mencapai kemajuan masyarakat. Karena ditujukan untuk merubah masyarakat itulah

maka sewajarnya masyarakatlah sebagai pemilik (owner) kegiatan pembangunan. Hal

ini dimaksudkan supaya perubahan yang hendak dituju adalah perubahan yang

diketahui dan sebenarnya yang dikehendaki oleh masyarakat (Conyers, 1991:154-

155). Ada kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menerima perubahan itu.

Untuk itu keterlibatannya harus diperluas sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

hingga pemanfaatannya, sehingga proses pembangunan yang dijalankan dapat

memberdayakan masyarakat, bukan memperdayakan.

Pembangunan desa secara konseptual mengandung makna proses dimana

usaha-usaha dari masyarakat desa terpadu dengan usaha-usaha dari pemerintah.

Tujuannya untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.

Sehingga dalam konteks pembangunan desa, paling tidak terdapat dua stakeholder

yang berperan utama dan sejajar (equal) yaitu pemerintah dan masyarakat (Korten,

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 20: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

1988:378). Meskipun demikian, dalam konteks yang lebih luas, juga terdapat peranan

“Agen Eksternal” seperti LSM, Konsultan, Lembaga Donor dll.

Domain pembangunan desa juga tidak terlepas dari wacana tentang model

perencanaan pembangunan yaitu dari atas ke bawah (top down planning) dan dari

bawah ke atas (bottom up planning). Pada dasarnya setiap program dari pemerintah

senantiasa mencerminkan kombinasi kedua model tersebut, hanya intensitasnya yang

berbeda. Sesuai dengan tuntutan paradigma baru tentang pembangunan yang berpusat

pada manusia (people centered development), maka pendekatan bottom up planning

sudah sewajarnya diperbesar dan menjadi inti dari proses pembangunan yang

memberdayakan masyarakat.

Berlatar belakang pokok pikiran tersebut, penelitian ini bermaksud mengambil

suatu dimensi yang lebih khusus yaitu menganalisis tentang pemberdayaaan

masyarakat desa dengan studi tentang Program Pembangunan Bantuan Nagori /

Kelurahan (BPN / K) di Kecamatan Panombeian Panei.

Pemilihan program tersebut, didasarkan atas pertimbangan bahwa desain dan

implementasinya dapat memberikan gambaran tentang proses pemberdayaan

masyarakat dalam pembangunan, dengan pengkajian pembangunan di desa. Selain

itu, saat ini khususnya di Kecamatan Panombeian Panei, umumnya di Kabupaten

Simalungun, program tersebut sangat mewarnai dinamika pembangunan desa,

sehingga melalui implementasinya diharapkan dapat mewujudkan proses

pemberdayaan masyarakat.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 21: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Penelitian ini dikhususkan pada desa-desa di Kecamatan Panombeian Panei

Kabupaten Simalungun. Pengalaman selama ini menunjukkan banyak program

pembangunan yang digulirkan oleh Pemerintah kurang optimal melibatkan

masyarakat dalam perencanaan sampai evaluasi pembangunan di desa, sehingga

muncul kesenjangan persepsi antara masyarakat dengan pemerintah. Hal tersebut

berakibat rendahnya kepedulian masyarakat itu sendiri, yang pada akhirnya

mengakibatkan rendahnya tingkat keberdayaan masyarakat. Hal ini dapat terbukti

dengan rendahnya tingkat partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan

pembangunan, karena tanpa disadari sebenarnya peranan pemerintah masih lebih

besar, meskipun tidak secara fisik, akan tetapi dalam wujud regulasi yang kurang

memberikan keleluasaan bagi masyarakat secara optimal. Kondisi tersebut tercermin

dari pelaksanaan Proyek P2KT (Program Pemberdayaan Kecamatan Terpadu)

sebelumnya yang didominasi oleh birokrat kecamatan, demikian juga dengan

pelaksanaan program BPN / K yang masih didominasi oleh elit formal di tingkat

lokal.

Rendahnya partisipasi masyarakat terlihat dari pelaksanaan program BPN / K

Tahun Anggaran 2006 yang menghasilkan partisipasi swadaya masyarakat sebesar

Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar Rp. 400.000.000,- untuk 8 desa

serta jumlah kegiatan sebanyak 10 kegiatan. Pelaksanaannya pun dianggap belum

optimal, bahkan sebagian dianggap “bermasalah” akibat salah persepsi antara

masyarakat dan pemerintah.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 22: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Penelitian ini dikhususkan pada desa di Kecamatan Panombeian Panei

Kabupaten Simalungun, mengingat kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan

pemekaran sejak tahun 2002 yang mempunyai karakteristik daerah pertanian (+ 80

%), merupakan kecamatan yang paling dekat dan berbatas langsung dengan wilayah

Kota Pematang Siantar dibandingkan dengan kecamatan yang lain di Kabupaten

Simalungun. Selain itu juga banyak warga kota yang bermukim di kecamatan ini.

Dengan demikian terjadi interaksi karakter masyarakat pertanian dengan sifat wilayah

sebagai hinter-land nya Kota. Berarti hal tersebut akan berkontribusi dalam

pengembangan peranan masyarakatnya dalam pembangunan.

Secara khusus berdasarkan pengamatan dan analisis para stakeholder

pembangunan di Kabupaten Simalungun, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir,

pemberdayaan masyarakat desa di Kecamatan Panombeian Panei tidak berjalan

optimal karena rendahya partisipasi masyarakat terhadap pembangunan yang

disebabkan terlalu dominan program pembangunan yang diluncurkan ke daerah

tersebut, tanpa melibatkan masyarakat. Kondisi tersebut secara khusus juga

disebabkan oleh peranan Bupati Simalungun periode 2000 s/d 2005 yang merupakan

putra asli daerah tersebut, sehingga banyak dialokasikan program pembangunan, yang

prosesnya tidak melibatkan masyarakat secara aktif.

Hal tersebut tidak memberikan dampak yang berarti bagi masyarakat.

Terbukti dari realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kecamatan

Panombeian Panei yang berada pada rangking terakhir (dari 30 kecamatan). Target

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 23: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

PBB dari tahun ke tahun berkisar Rp 60.000.000,- s/d Rp 70.000.000,- dan

realisasinya hanya sekitar 30 %, sehingga kondisi tersebut menunjukkan adanya

ketidakberdayaan masyarakat.

Tentunya penelitian ini bukan untuk mencari siapa yang salah, atau

bagaimana fomat yang paling ideal, namun berangkat dari proses pembangunan yang

sejak awal melibatkan kepentingan masyarakat desa yang berperan didalamnya.

Dengan demikian dapat dianalisis karakteristik Pemberdayaan Masyarakat Desa

dengan studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)

di Kecamatan Panombeian Panei.

1.2. Perumusan Masalah

Pembangunan yang memberdayakan masyarakat adalah pembangunan yang

memberi “ruang” dan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat berperan dalam

menggerakkan dan mengerahkan segala sumber daya (resources) yang dimilikinya,

baik sumber daya material maupun non material, terutama sumber daya manusianya

sendiri untuk mandiri (Uphoff dalam Cernea, 1988:501). Dengan kata lain

masyarakat mempunyai akses dalam pengambilan keputusan sampai pelaksanaan

pembangunan.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, proses pembangunan yang

memberdayakan masyarakat memiliki makna lebih luas dari model pembangunan

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 24: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

partisipatif, sebagaimana dinyatakan Soetrisno (dalam Lasito, 2002:7), sebagai

berikut :

Dalam model pemberdayaan, masyarakat tidak hanya aktif berpartisipasi dalam proses pemilikan program, perencanaan dan pelaksanaannya, akan tetapi mereka juga menguasai dana pelaksanaan program itu. Sementara dalam model partisipasi, keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan hanya sebatas pada pemilikan, perencanaan dan pelaksanaan, sedangkan pemerintah tetap menguasai dana guna mendukung pelaksanaan program itu.

Dari pembedaan tersebut dapat diartikan bahwa dalam model pemberdayaan,

masyarakatlah yang memiliki peran yang besar (termasuk pendanaan) serta sangat

menentukan bagi arah kegiatan pembangunan, sesuai dengan aspirasi dan perspektif

masyarakat, maksudnya tanpa terlalu intervensi struktur pemerintahan yang

cenderung birokratis.

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah penelitian adalah

bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan studi tentang Program Bantuan

Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K) di Kecamatan Panombeian Panei?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Bertitik tolak dari perumusan masalah yang diajukan diatas, tujuan penelitian ini

adalah menganalisis Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan studi tentang

Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K) di Kecamatan

Panombeian Panei.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 25: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menguatkan kajian

teoritis tentang pemberdayaan masyarakat desa dengan studi tentang Program

BPN / K di Kecamatan Panombeian Panei.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan

kepada Pemerintah Kabupaten Simalungun dalam memformulasikan pemberdayaan

masyarakat dalam pembangunan desa (bottom up planning) secara partisipatif,

terdesentralisasi dan bersifat lokalitas.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 26: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan

Banyak pendekatan pembangunan yang telah diterapkan, yakni dari

pertumbuhan, pemenuhan kebutuhan dasar hingga yang paling mutakhir yakni

pemberdayaan masyarakat dengan menempatkan masyarakat sebagai sentral (objek

sekaligus subjek) pembangunan. Pengalaman menunjukkan bahwa pendekatan

pembangunan yang dilaksanakan selama ini lebih menekankan pada pembangunan

fisik, bukan pada pembangunan karakter masyarakat. Dengan demikian pendekatan

pembangunan yang relevan adalah masyarakat mampu melaksanakan pembangunan

secara mandiri, terdesentralisasi dan tepat sasaran.

Konsep pembangunan yang berpusat manusia memandang inisiatif kreatif

masyarakat sebagai sumber daya pembangunan yang utama dan memandang

kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan pembangunan. Visi ini

menjadikan pembangunan dianggap sebagai gerakan rakyat daripada hanya sekedar

sebagai proyek pemerintah.

Visi pembangunan yang mengutamakan manusia sangat relevan karena

adanya pergeseran peranan pemerintah dalam konteks pembangunan, yang pada

hakekatnya dilaksanakan oleh masyarakat. Sejak perencanaan hingga implementasi

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 27: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

dan pemanfaatannya, peranan masyarakat yang menonjol. Peran itu lebih efektif

apabila masyarakat juga berperan dalam penggunaan alokasi anggaran.

Selanjutnya Korten (1988:242-245) mengemukakan bahwa pembangunan itu

sendiri haruslah merupakan suatu proses belajar, yaitu :

Maksudnya peningkatan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif yang tidak hanya menyesuaikan diri pada perubahan, melainkan juga untuk mengarahkan perubahan itu sehingga sesuai dengan tujuannya sendiri. Untuk mewujudkan itu, perlu ada perubahan pada berbagai segi kehidupan. Perubahan tersebut menyangkut kebijakan politik, kehidupan demokrasi, sistem pendidikan dan penyediaan saluran informasi yang terbuka dan luas bagi masyarakat, karena pada hakekatnya masyarakat berhak untuk memilih. Untuk itu ketersediaan informasi harus dibuka seluas-luasnya bagi mereka agar dapat menentukan pilihannya.

Untuk dapat menerapkan pendekatan proses belajar itu, Korten (1988:247)

mengemukakan dua cara, yaitu: “Pertama, dengan membangun sebuah program dan

organisasi yang sama sekali baru dari bawah. Kedua, dengan “mencangkok” proses

tersebut pada organisasi yang ada, sehingga mempunyai kemampuan baru untuk

bekerja di pedesaan”.

Tantangan ke depan pembangunan sebagai proses belajar adalah pemaduan

antara pelaksanaan kerja, pendidikan dan kelembagaan ke dalam sebuah proses

belajar yang koheren. Pengalaman selama ini telah memberi dasar bagi perumusan

kerangka kerja dan metode penyusunan pembangunan yang lebih sesuai dengan

proses belajar di antara masyarakat desa dan outsider stakeholder, sebab tingkat

pengetahuan outsider stakeholder dan kemampuan kelembagaan sangat terbatas

untuk memahami tentang apa sebenarnya yang dibutuhkan masyarakat.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 28: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Muara seluruh proses pembangunan adalah desa, sehingga desain

pembangunan harus mengakomodir seluruh aspek yang berkembang dinamis dan

berorientasi membangun desa beserta masyarakatnya. Pembangunan desa memegang

peranan penting yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya

bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional. Dengan kata lain,

sesungguhnya makna pembangunan negara dan bangsa adalah pembangunan desa

sebagai wajah yang nyata, bersifat lokalitas dan patut dikedepankan.

2.1.1. Program dan Proyek Pembangunan

Output dari pembangunan adalah menghasilkan program-program dan proyek-

proyek pembangunan. Gettinger (dalam Bryant dan White, 1987:135)

mengatakan sebagai berikut :

Bahwa proyek-proyek merupakan sisi tajam pembangunan. Dengan demikian

benar bahwa proyek harus erat kaitannya dengan program-program (nasional

atau daerah). Program merupakan kumpulan proyek-proyek. Suatu hal yang

keliru jika memandang atau merencanakan suatu proyek yang terpisah sama

sekali dari program yang mencakup proyek itu sebagai bagiannya.

Bryant dan White (1987:137) menggaris bawahi pentingnya perspektif ini dengan

menyatakan bahwa lebih tepatlah jika proyek dipandang sebagai ungkapan lokal

dari program nasional secara luas dan bukan sebagai kegiatan tersendiri yang

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 29: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

lepas. Proyek dapat dirancang antara lain untuk menyajikan informasi yang

menentukan bagi perencanaan program, kemudian dapat untuk menyusun proyek-

proyek lain dan dapat dilaksanakan sebagai kegiatan-kegiatan berantai.

Bryant dan White (1987:142) mengatakan ada empat aspek dalam konseptualisasi

proyek dan program sebagai bagian dari proses pembangunan yang berinteraksi,

yaitu sebagai berikut :

a. Proyek-proyek harus diseleksi dalam hubungan dengan kebutuhan-kebutuhan programnya, proyek harus dirancang untuk mendorong agar program dapat memanfaatkan pelajaran yang ada dan proyek-proyek itu harus dievaluasi antara lain dalam kaitan dengan keefektifannya memacu kemampuan organisasi dalam menanggapi prakarsa-prakarsa lokal.

b. Baik organisasi proyek maupun organisasi program haruslah merupakan learning organization yang terbuka terhadap umpan balik dari lingkungan, memproses informasi itu dan terus menerus memperbaharui pendekatan-pendekatan yang ditempuhnya. Merancang suatu proyek agar cocok dengan konteks lingkungannya memerlukan adanya perkiraan sumber-sumber daya, kemungkinan-kemungkinan dan kendala-kendala ekonomi, sosial, budaya & politik.

c. Aspek ketiga menyangkut struktur insentif bagi perilaku dalam suatu proyek. Apakah perilaku-perilaku yang dirancang oleh insentif-insentif itu selaras dengan tujuan proyek ? Akankah insentif-insentif itu memotivasi para pemimpin dan staf proyek melakukan hal yang paling kondusif bagi pencapaian tujuan-tujuan proyek ? Apakah organisasi proyeknya disusun demi mendapatkan serta memproses informasi untuk memaksimalkan pelajaran dari kesalahan maupun keberhasilan.

d. Penting untuk memikirkan dan mengevaluasi efisiensi serta keadilan yang ada dalam proyek itu sendiri, tingkat imbalan investasi dan dampak serta distribusi manfaat-manfaat proyek seperti tercantum dalam usulan seperti disampaikan sebelumnya, administrasi pembangunan harus bertanya setelah jangka waktu tertentu, siapa mendapat apa ? Evaluasi setelah proyek selesai dilaksanakan akan mengisyaratkan “siapa mendapat seberapa bagian” dari manfaat proyek yang mengalir itu ; rancangan yang baik mengenai proyek itu meletakkan dasar bagi evaluasi efektif pada waktu kemudian.

2.1.2. Pembangunan Desa

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 30: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Wujud pembangunan desa adalah adanya berbagai program dan proyek

pembangunan yang bertujuan menciptakan kemajuan desa. Program dan proyek itu

tidak hanya untuk mencapai kemajuan fisik saja, tetapi juga meningkatkan

kemampuan masyarakat. Dengan demikian, makna pembangunan tidak semata-mata

mengadakan sesuatu yang baru dalam arti fisik, akan tetapi lebih luas. Sasaran

pembangunan desa meliputi perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat desa,

pengerahan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa serta penumbuhan

kemampuan untuk berkembang secara mandiri yang mengandung makna kemampuan

masyarakat (empowerment) untuk dapat mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan

permasalahan yang dihadapi serta dapat menyusun perencanaan untuk memenuhi

kebutuhan dan memecahkan masalah, sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan

efisien.

Makna pembangunan desa adalah partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

Partisipasi itu diartikan tidak saja sebagai keikutsertaan dalam pembangunan yang

direncanakan dan dilaksanakan oleh pihak luar desa (outsider stakeholder) atau

keterlibatan dalam upaya menyukseskan program pembangunan yang masuk ke

desanya, akan tetapi lebih dari sekedar itu. Dalam partisipasi yang terpenting adalah

bagaimana pembangunan desa itu berjalan atas inisiatif dan prakarsa dari warga

setempat (lokal) sehingga dalam pelaksanaannya dapat menggunakan kekuatan

sumber daya dan pengetahuan yang mereka miliki.

Sejalan dengan itu, segala potensi lokal betapapun kecilnya tidak dapat

diabaikan, karena ia akan menjadi sumber dan entry point dari sebuah pembangunan.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 31: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Midgley (1995:78-79) mengemukakan ada beberapa aspek dalam pembangunan desa,

diantaranya mementingkan proses dan adanya intervensi. Dua hal tersebut perlu

disoroti karena terkait dengan konsep pemberdayaan. Suatu program pembangunan

yang hanya mementingkan hasilnya untuk dipersembahkan pada masyarakat justru

mengingkari martabat masyarakat, karena hal tersebut menghambat masyarakat untuk

berperan serta dalam proses. Sedangkan intervensi dimaksudkan bahwa dalam

pencapaian perubahan sosial dengan pemerataan kesejahteraan bagi semua penduduk

tidak terlepas dari campur tangan pemerintah, karena pemerintah yang menguasai

berbagai sumber daya (Strategies for Social Development by Governments).

Hal tersebut juga berkaitan dengan penumbuhan keberdayaan mereka dalam

program-program pembangunan, apalagi yang memang berskala lokal dan

menyangkut kebutuhan dasar masyarakat sudah sewajarnya didesentralisasikan pada

masyarakat setempat untuk direncanakan dan dilaksanakan. Peran pemerintah

terbatas dalam hal penyediaan dana stimulan dan memfasilitasinya.

Banyak pembahasan yang dinamis tentang pembangunan desa, dan diantara

berbagai tema yang berulang-ulang dimunculkan, Bryant & White (1987:389)

menyebutkan tiga hal yang penting dan menentukan tentang pembahasan tersebut,

yakni :

a. Pentingnya organisasi lokal yang partisipatif dan beorientasi pada belajar dari pengalaman, yang merupakan salah satu cara pokok untuk menanggulangi kekeliruan-kekeliruan dan ketidakpastian dalam lingkungan pembangunan yang sangat tidak pasti.

b. Tidak dapat hanya dengan mengandalkan kompetensi teknokratik semata-mata yang dianggap sebagai “pemberesan kilat”. Kompetensi tersebut dianggap

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 32: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

menggunakan top down planning yang kecenderungannya bukannya merupakan bagian dari jalan keluar, melainkan justru merupakan bagian dari permasalahan.

c. Pentingnya menyimak kebutuhan-kebutuhan yang spesifik dari masyarakat lokal yang dipengaruhi oleh aspek sosial dan budayanya. Kompleksitas budaya lingkungan itu merupakan bagian penting dari kehidupan lokal.

Secara khusus, Bryant & White (1987:391) menyikapi pembangunan desa

sebagai suatu proses yang mempunyai banyak dimensi permasalahan dan

penyelesaiannya tidak bersifat instant, lebih jelasnya, yaitu :

Bahwa pemecahan yang cepat dan tepat bagi pembangunan desa tidak ada, khususnya jika pembangunan dipahami dalam hubungan dengan kapasitas, keadilan dan penumbuhan kekuasaan (empowerment) dalam suatu dunia yang lestari, berkecukupan dan saling bergantung. Dengan demikian siapapun yang terlibat dalam pengelolaan pembangunan desa harus menghindari dua hal yang sangat merugikan yaitu sikap pesimistik dan metode pemecahan yang simplimistik.

Kemudian dapat disimpulkan bahwa konsep pembangunan desa telah

menempatkan perlakuan terhadap masyarakat dalam pembangunan pada posisi yang

begitu berarti dan sentral. Sehingga keterlibatannya dalam proses pembangunan

menjadi titik penentu apakah proses pembangunan itu menjadi wahana proses belajar

atau hanya sekedar sebuah rekayasa yang mana pemerintah menjadi pemain tunggal.

Dengan demikian penekanan pada aspek “proses” memiliki arti penting. Proses

belajar mengandung makna bahwa setiap kekurangan dan kelemahan yang muncul

dalam proses pelaksanaan program pembangunan menjadi informasi yang penting

dan untuk itu dilakukan upaya-upaya penanggulangannya.

2.2. Pemberdayaan Masyarakat

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 33: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep yang berkembang dari masyarakat

budaya barat sejak lahirnya Eropa modern pada pertengahan abad 18. Dalam

perjalanannya sampai kini telah mengalami proses dialektika dan akhirnya

menemukan konsep ke-masa kini-an, yang telah umum digunakan.

Secara umum pemberdayaan dalam pembangunan meliputi proses pemberian

kekuasaan untuk meningkatkan posisi sosial, ekonomi, budaya dan politik dari

masyarakat yang bersifat lokal, sehingga masyarakat mampu memainkan peranan

yang signifikan dalam pembangunan.

2.2.1. Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Perspektif partisipasi hendaknya diarahkan untuk keberdayaan masyarakat, bukan

justru untuk mobilisasi. Hal tersebut sesuai pernyataan Tjokrowinoto (1987:44-

45) yakni :

Partisipasi telah cukup lama menjadi acuan pembangunan masyarakat. Akan

tetapi makna partisipasi itu sendiri seringkali samar-samar dan kabur.

Partisipasi malahan sering berbentuk mobilisasi dengan pendekatan cetak biru

(blueprint) atau pendekatan yang datangnya dari atas. Dengan kondisi ini,

peran serta masyarakat “terbatas” pada implementasi atau penerapan program,

masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya

dan harus menerima keputusan yang sudah diambil. Sehingga makna

partisipasi menjadi pasif.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 34: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Jika partisipasi yang ada ternyata berasal dari atas, maka ia akan menjadi

mobilisasi, yakni sekedar alat untuk mencapai apa yang diinginkan. Akan tetapi

jika partisipasi sungguh-sungguh berasal dari bawah, maka akan mengarah pada

distribusi kekuasaan atau pemberdayaan yang akan memampukan masyarakat

memperoleh buah pembangunan yang lebih besar.

Dari pemahaman tentang pentingnya mengedepankan proses pembangunan

yang memberdayakan masyarakat, maka partisipasi masyarakat menjadi penting guna

kelangsungan proses pembangunan itu sendiri, sebagaimana Uphoff (dalam Cernea,

1988:461) menyatakan penting menyesuaikan perencanaan dan pelaksanaan program

dengan kebutuhan dan kemampuan penduduk yang diharapkan untuk meraih manfaat

darinya, sehingga mereka tidak lagi harus diidentifikasikan sebagai “kelompok

sasaran”. Harus memandang mereka sebagai “pemanfaat yang diharapkan”.

Merekalah yang akan diuntungkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Namun demikian, partisipasi hendaknya diletakkan pada posisi yang

proporsional dan sesuai dengan hakikatnya pada masyarakat dalam suasana

keberdayaan yang aktif, bukan secara pasif, apalagi sampai dimobilisasi oleh outsider

stakeholder. Lebih jelasnya dapat disimak dari pernyataan Uphoff dalam Cernea

(1988:500), yang menyatakan :

Salah satu paradoks dalam mendorong partisipasi adalah bahwa dalam mempromosikan pembangunan dari bawah (bottom up planning), justru sering pula membutuhkan upaya dari atas. Hal ini terlihat dalam wacana yang menggunakan pendukung atau promotor yang direkrut, dilatih dan

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 35: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

ditempatkan di lapangan dari pusat untuk bekerja dengan penduduk pedesaan dan mengembangkan kapasitas organisasi diantara mereka.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah partisipasi aktif, nyata dan

mengutamakan potensi-potensi masyarakat yang dinamis dan hasilnya benar-

benar terukur, sehingga pemberdayaan menjadi upaya korektif terhadap konsep

pemberdayaan yang pasif itu. Pemberdayaan bertujuan menumbuhkan partisipasi

aktif masyarakat dengan mengandalkan daya yang ada padanya. Dengan

demikian makna partisipasi sebagaimana dinyatakan diatas, akan mengacu pada

proses aktif, dimana masyarakat penerima (beneficiaries) mempengaruhi arah dan

pelaksanaan proyek pembangunan daripada hanya sekedar menerima manfaatnya

saja.

2.2.2. Hakekat Pemberdayaan Masyarakat

Pengalaman empirik dan historis dari format sosial ekonomi kultural yang

dikotomis selama ini telah melahirkan berbagai pandangan mengenai

pemberdayaan. Pandangan mengenai pemberdayaan tersebut sebagaimana

dikemukakan oleh Pranarka (1996:45-70), yaitu :

a. Pandangan pertama, pemberdayaan adalah penghancuran kekuasaan atau power to nobody. Pandangan ini didasari oleh keyakinan, bahwa kekuasaan telah menterasingkan dan menghancurkan manusia dari eksistensinya. Oleh sebab itu untuk mengembalikan eksistensi manusia dan menyelamatkan manusia dari keterasingan dan penindasan, maka kekuasaan harus dihapuskan.

b. Pandangan kedua, pemberdayaan adalah pembagian kekuasaan kepada setiap orang (power to everybody). Pandangan ini didasarkan pada keyakinan, bahwa kekuasaan yang terpusat akan menimbulkan abuse dan cenderung mengalienasi

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 36: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

hak normatif manusia yang tidak berkuasa atau yang dikuasai. Oleh sebab itu, kekuasaan harus didistribusikan kesemua orang, agar semua orang dapat mengaktualisasikan diri.

c. Pandangan ketiga, pemberdayaan adalah penguatan kepada yang lemah tanpa menghancurkan yang kuat. Pandangan ini adalah pandangan yang paling moderat dari dua pandangan lainnya. Pandangan ini adalah antitesis dari pandangan power to nobody dan pandangan power to everybody. Menurut pandangan ini, power to nobody adalah kemustahilan dan power everybody adalah chaos dan anarki. Oleh sebab itu menurut pandangan ketiga yang paling realistis adalah power to powerless.

Pemberdayaan menurut ketiga pandangan tersebut diatas, kalau dikaji secara

seksama, ternyata berpengaruh signifikan dalam konsep dan praktek pemberdayaan.

Pemberdayaan dapat dibedakan dalam dua hal. Pertama, bahwa

pemberdayaan sebagai upaya memberikan kekuatan dan kemampuan pada individu

atau kelompok agar lebih berdaya. Ada unsur luar (baik dalam bentuk lembaga atau

individu) yang memberikan kekuatan (power to powerless) sehingga punya kekuatan

untuk dapat mengambil peran yang berharga bagi lingkungannya. Kedua,

memunculkan kekuatan dan kemampuan individu dan kelompok yang selama ini

masih terpendam melalui stimulasi dan motivasi sehingga menumbuhkan

kepercayaan pada dirinya akan kemampuan yang dimiliki.

Pranarka (1996:57) menyebut kedua hal diatas sebagai kecenderungan primer

dan sekunder. Kedua kecenderungan tersebut akan merubah individu atau kelompok

dari kondisi serba keterbatasan dan ketidakberdayaan menjadi mampu untuk

mendobrak segala keterbatasan hingga lebih dapat mengembangkan dirinya. Proses

pemberdayaan muncul dari kondisi sosial ekonomi budaya yang dikotomis yaitu

masyarakat yang berkuasa dan masyarakat yang dikuasai. Untuk membebaskan

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 37: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan melalui proses

pemberdayaan bagi yang dikuasai (empowerment of the powerless). Sehingga

pemberdayaan hendaknya menyangkut kondisi sosial, ekonomi dan budaya dari yang

diberdayakan.

Kemudian Pranarka (1996:139-145) menyatakan dalam

mengimplementasikan proses pemberdayaan, bahwa terdapat dua aspek penting yaitu

partisipatif dan terdesentralisasi. Aspek partisipatif melibatkan warga masyarakat,

khususnya kelompok sasaran dalam pengambilan keputusan sejak dari perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian, hingga pemanfaatan hasil-hasilnya. Sedangkan aspek

terdesentralisasi mementingkan penurunan wewenang pembuatan keputusan

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kepada pemerintahan (desa) yang

terdekat dengan penduduk miskin. Penduduk miskin dianggap yang paling

mengetahui usaha yang dapat mereka lakukan dan kebutuhan mana yang paling

mendesak.

Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mengubah keadaan

seseorang atau kelompok agar yang bersangkutan menjadi lebih berdaya.

Pranarka mengutip pendapat Hulme & Turner (1996:62-63), menyatakan bahwa :

Pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang

memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan

pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional.

Karena itu, pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 38: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan-

hubungan kekuasaan (kekuatan) yang berubah antara individu, kelompok, dan

lembaga-lembaga sosial. Pemberdayaan juga merupakan proses perubahan

pribadi, karena masing-masing individu mengambil tindakan atas nama diri

mereka sendiri dan kemudian mempertegas kembali pemahamannya terhadap

dunia tempat ia tinggal.

Kemudian Sumodiningrat (1997:165) menyatakan, bahwa pemberdayaan

masyarakat bertalian erat dengan upaya penanggulangan masalah-masalah

pembangunan, seperti pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan. Upaya

memberdayakan masyarakat tersebut harus dilakukan melalui tiga cara, yaitu :

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya dalam memanfaatkan peluang.

c. Memberdayakan juga berarti melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah. Jadi pemberdayaan memerlukan cara-cara atau langkah-langkah konkrit untuk mewujudkannya. Tanpa langkah-langkah yang tepat, upaya pemberdayaan akan mengalami banyak kendala.

Pemberdayaan sebagai proses ataupun sebagai tujuan pada dasarnya akan

memunculkan keberanian pada individu ataupun kelompok. Kondisi semula yang

cenderung hanya menerima keadaan akan lebih berani bertindak untuk merubah

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 39: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

keadaan. Bentuk keberanian itu juga dapat berupa menghadapi kekuasaan formal

guna menghapus ketergantungannya pada kekuatan itu.

Secara khusus Kartasasmita (1996:144) meninjau tentang peranan pihak-pihak

yang terlibat dalam pemberdayaan, yaitu :

Sebagai upaya untuk memberikan kekuatan dan kemampuan, berarti di dalam pemberdayaan mengandung dua pihak yang perlu ditinjau dengan seksama yaitu pihak yang diberdayakan dan pihak yang memberdayakan. Agar dapat diperoleh hasil yang memuaskan diperlukan komitmen yang tinggi dari kedua pihak. Dari pihak pemberdaya harus beranjak dari pendekatan bahwa masyarakat tidak dijadikan obyek dari berbagai program dan proyek pembangunan, akan tetapi merupakan subyek dari upaya pembangunannya sendiri. Untuk itu, maka dalam pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan yang terarah, dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi kelompok sasaran dan menggunakan pendekatan kelompok.

Pihak pemberdaya harus mempunyai komitmen untuk membuat atau

melakukan suatu program yang juga memberdayakan. Sebab pengalaman

menunjukkan bahwa banyak program pembangunan dalam pelaksanaannya kurang

atau bahkan tidak mencerminkan aspek pemberdayaan. Hal ini tidak sesuai dengan

pemberdayaan yang memberikan kekuatan dan kemampuan pada masyarakat.

Komitmen yang rendah dari pihak pemberdaya dapat saja muncul dari kekhawatiran

bahwa dengan upaya pemberdayaan akan mengurangi kekuatan dan kekuasaan

mereka.

Pemberdayaan sebagai cara pembangunan yang mengacu pada pembangunan

yang berpusat rakyat di dalamnya mengandung upaya peningkatan kualitas sumber

daya manusia serta partisipasi masyarakat. Karakteristik dari pembangunan yang

berpusat rakyat tersebut dikemukakan oleh Supriatna (2000:18), yaitu :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 40: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

a. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan rakyat dibuat di tingkat lokal dimana didalamnya rakyat memiliki identitas dan peran yang dilakukan sebagai partisipasi aktif.

b. Fokus utama pembangunan adalah memperkuat kemampuan rakyat miskin dalam mengawasi dan menggerakkan aset-aset guna memenuhi kebutuhan yang khas menurut daerah mereka sendiri.

c. Pendekatan ini mempunyai toleransi terhadap perbedaan. d. Pendekatan pembangunan dengan menekankan pada proses “social learning”. e. Budaya kelembagaan yang ditandai oleh adanya organisasi yang bisa mengatur

diri dan lebih terdistribusi. f. Proses pembentukan jaringan koalisi dan komunikasi antara birokrasi dan

lembaga lokal, satuan organisasi tradisional yang mandiri, merupakan bagian yang integral dan pendekatan ini baik untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengidentifikasikan dan mengelola berbagai sumber maupun untuk menjaga keseimbangan antara struktur vertikal dan horizontal.

Sebagai sesuatu yang baru dalam pembangunan, pemberdayaan masyarakat

tidak luput dari berbagai bias, seperti :

a. Bahwa pemberdayaan masyarakat banyak dilakukan di tingkat bawah yang lebih memerlukan bantuan material daripada keterampilan teknis dan manajerial. Akibatnya sering terjadi pemborosan sumber daya dan dana karena kurang persiapan keterampilan teknis dan manajerial dalam pengembangan sumber daya manusia.

b. Anggapan bahwa teknologi yang diperkenalkan jauh lebih ampuh daripada teknologi masyarakat itu sendiri.

c. Anggapan bahwa lembaga-lembaga yang telah berkembang dikalangan masyarakat cenderung tidak efisien dan kurang bahkan menghambat proses pembangunan. Akibatnya lembaga-lembaga tersebut kurang dimanfaatkan dan kurang ada ikhtiar untuk memperbaharui, memperkuat serta memberdayakannya (Kartasasmita, 1996:146-149).

Berkenaan dengan hal tersebut, Schumacher (dalam Lasito, 2002:28)

menyarankan sebagai berikut :

Bantuan yang terbaik yang dapat diberikan pada masyarakat adalah bantuan intelektual yaitu berupa pemberian pengetahuan yang berguna. Bantuan ini jelas lebih baik daripada bantuan dalam bentuk barang. Karena sesuatu yang tidak diperoleh dengan usaha atau pengorbanan yang sungguh-sungguh tidak akan menjadi “milik sendiri”. Bantuan barang dapat diterima oleh penerima

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 41: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

bantuan tanpa usaha dan pengorbanan. Karenanya jarang menjadi “milik sendiri”.

Memang disadari bahwa saat ini bantuan berupa pengetahuan itu sudah ada

yang diberikan. Namun hal itu didasarkan pada anggapan bahwa “apa yang baik

untuk si kaya pasti baik pula untuk si miskin”. Anggapan inilah yang ditentang

Schumacher (1993:187) sebagai sesuatu yang salah. “Selama kita mengaku tahu,

padahal sesungguhnya tidak tahu, maka kita akan terus datang ke negara miskin dan

memperagakan pada mereka segala yang indah yang dapat mereka lakukan kalau

mereka sudah kaya.”

Salah satu prasyarat bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat adalah

perlunya kondisi keterbukaan yang lebih besar dalam masyarakat. Akan tetapi

tampaknya masih ada kekhawatiran pemerintah terhadap proses politik yang terbuka.

Kalau tidak ada keterbukaan, gerakan pengembangan masyarakat yang berkembang

dapat menjadi gerakan yang destruktif, karena dapat tampil sebagai reaksi terhadap

kontrol. Akibatnya, ketegangan dapat timbul antara kebutuhan mengembangkan

keberdayaan rakyat dan kecendrungan pemerintah untuk mempertahankan kontrol

terhadap masyarakat (Pranarka, 1996:106).

Proses pemberdayaan memerlukan tindakan aktif subyek untuk mengakui

daya yang dimiliki obyek dengan memberinya kesempatan untuk mengembangkan

diri sebelum akhirnya obyek akan beralih fungsi menjadi subyek yang baru. Karena

proses tersebut didukung oleh faktor atau stimulus dari luar, maka subyek tersebut

sebagai faktor eksternal. Selain itu, faktor internal yang mementingkan tindakan aktif

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 42: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

obyek atau masyarakat miskin sendiri juga merupakan prasyarat penting yang dapat

mendukung proses pemberdayaan yang efektif (Pranarka, 1996:137).

Pada umumnya “negara” hampir selalu takut pada aksi politik tingkat bawah

yang murni. Istilah yang lebih disukai adalah “partisipasi”, bukan pemberian

wewenang (empowerment) yang kemudian dikenal dengan istilah “pemberdayaan”.

Walau bagaimanapun, partisipasi sebagai ranah dalam pembangunan tetap

mensyaratkan suatu komunitas lokal yang aktif, yang melakukan sebagian

pengawasan terhadap kondisi-kondisi kehidupannya sendiri, dan bahkan dapat

meminta pertanggung-jawaban pemerintah. Hal tersebut yang merupakan perwujudan

keberdayaan mereka dalam berpartisipasi. Gagasan utama dari perencanaan dari

“bawah” tersebut akhirnya yang dapat mencerminkan dengan tepat kepentingan

sesungguhnya dari rakyat yang terlibat dalam kehidupan masyarakat, (Friedmann

dalam Korten, 1988:257).

Senada dengan Friedmann, Berger dan Neuhaus (dalam Korten, 1988:345)

juga menyorot tentang pentingnya pemberian wewenang (empowerment) tersebut,

karena pada tingkat operasional di lapangan, masih adanya kontrol yang “kuat” pada

masyarakat, sebagaimana pengalaman yang ditunjukkan, yaitu: “Salah satu hasil dari

modernisasi yang paling melemahkan adalah rasa tidak berdaya dalam menghadapi

lembaga-lembaga yang dikontrol oleh mereka yang tidak dikenal oleh masyarakat

lokal dan nilai-nilai yang dibawapun juga seringkali tidak sesuai dengan yang dianut

oleh masyarakat lokal tersebut”.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 43: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Sehingga bagaimanapun, masyarakat selalu lebih mampu memahami

kebutuhan mereka sendiri dengan lebih baik dari siapapun juga, sehingga sudah pada

tempatnya, pemerintah atau outsider stakeholder mengambil posisi yang proporsional

dan lebih mengedepankan pemberdayaan masyarakat itu sendiri.

Pemberdayaan masyarakat juga dipandang sebagai proses yang lebih

bernuansa humanis, sebagaimana dinyatakan oleh Kusnaka (dalam Hikmat, 2001:xi),

sebagai berikut :

Bahwa pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga harkat martabat, rasa percaya diri dan harga diri serta terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat, tidak saja menumbuhkembangkan nilai tambah ekonomi tetapi juga nilai tambah sosial budaya.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, tampak bahwa hakekat pemberdayaan

masyarakat adalah upaya dan proses yang dilakukan supaya masyarakat memiliki

keleluasaan dalam menentukan pilihan-pilihan dalam hidupnya yang lebih khas dan

lokal itu. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan

desa. Mereka dapat menggerakkan segala potensi yang dimilikinya untuk dapat turut

mewarnai hasil pembangunan yang diharapkan akan lebih sesuai dengan kebutuhan

nyata masyarakat. Namun yang terpenting adalah bagaimana mengakomodir domain

sosial, ekonomi, kultural dalam proses pemberdayaan masyarakat, disamping domain

politik. Berbicara tentang pemberdayaan masyarakat, akan lebih efektif kalau

menyentuh domain-domain tersebut.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 44: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Friedmann (1992) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat harus

dimulai dari rumah tangga. Pemberdayaan rumah tangga adalah pemberdayaan yang

mencakup aspek sosial, politik, dan psikologis. Yang dimaksud dengan

pemberdayaan sosial adalah usaha bagaimana rumah tangga lemah memperoleh akses

informasi, akses pengetahuan dan keterampilan, akses untuk berpartisipasi dalam

organisasi sosial, dan akses ke sumber-sumber keuangan.

Yang dimaksud dengan pemberdayaan politik adalah usaha bagaimana rumah

tangga yang lemah memiliki akses dalam proses pengambilan keputusan publik yang

mempengaruhi masa depan mereka. Sedangkan pemberdayaan psikologis adalah

usaha bagaimana membangun kepercayaan diri rumah tangga yang lemah.

Lebih lanjut, Friedmann menyatakan bahwa pemberdayaan adalah penguatan

masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang

mempengaruhi masa depannya, penguatan masyarakat untuk dapat memperoleh

faktor-faktor produksi, dan penguatan masyarakat untuk dapat menentukan pilihan

masa depannya.

Senada dengan pandangan tersebut, Friedmann juga berpendapat bahwa

pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan peningkatan partisipasi masyarakat

dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri masyarakat sendiri

merupakan unsur yang sungguh penting dalam hal ini. Dengan dasar pandang

demikian, maka pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,

pembudayaan dan pengalaman demokrasi. (Friedmann,1992: 34).

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 45: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Pada dasarnya pemberdayaan bermaksud membantu klien (warga masyarakat)

memperoleh kekuasaan dalam pengambilan keputusan (perencanaan) dan bertindak

dalam menentukan kehidupannya dengan mengurangi dampak dari hambatan sosial

atau individu dalam penerapan kekuasaan dengan meningkatkan kemampuan dan

percaya diri dalam mempergunakan kekuasaan serta memindahkan kekuasaan dari

lingkungan kepada warga masyarakat.

Selain itu untuk dapat melakukan pemberdayaan masyarakat perlu didukung

oleh situasi dan kondisi yang kondusif, khususnya political will dari pemerintah,

alokasi dana yang memadai serta kesungguhan dari para stakeholders yang terlibat

dalam pemberdayaan masyarakat. Yang terpenting dalam pemberdayaan adalah

prosesnya, bukan sekedar hasil, karena proses akan terkait dengan kesinambungan.

Demikian juga halnya dengan para stakeholders yang terlibat hendaknya tetap dalam

hubungan yang equal sesuai dengan paradigma pemberdayaan yang modern (bukan

sekedar paradigma pemberdayaan klasik yang berangkat dari persepsi dikotomi “yang

berdaya” dan “yang tidak berdaya”).

2.3. Program Bantuan Pembangunan Nagori/Kelurahan (BPN / K)

Program BPN / K adalah program yang dana dialokasikan langsung

kepada Pemerintah Nagori / Kelurahan dan digunakan untuk melaksanakan

kegiatan pembangunan sekaligus guna meningkatkan sarana pelayanan

masyarakat dan kelembagaan Nagori / Kelurahan. Dengan diberikannya dana

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 46: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

kepada Nagori / Kelurahan, partisipasi aktif dari masyarakat tetap sangat

diharapkan dalam pelaksanaan pembangunan, karena dana yang diberikan sangat

terbatas dan belum maksimal untuk pelaksanaan pembangunan Nagori /

Kelurahan yang seutuhnya.

Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K) merupakan

kelanjutan dari program bangdes (Pembangunan Desa) dan Dana Pembangunan

Desa/Kelurahan (DPD/K). Dalam perkembangannya Program Bangdes dikelola

oleh LKMD, sedangkan program DPD/K yang digulirkan sejak tahun anggaran

1999/2000 sampai dengan 2000 dikelola oleh PjOK (Penanggungjawab

Operasional Kegiatan) dan PjAK(Penanggungjawab Administrasi Kegiatan).

Sejak digulirkannya Era Otonomi Daerah, Pemerintah Kabupaten Simalungun

telah memodifikasi program bantuan langsung pembangunan desa menjadi

program BPN / K. Program BPN / K ini dimulai sejak tahun 2001 dan dikelola

oleh LKMD.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Simalungun Nomor 412.6/5950-

BPMN/2002, pengelolaan Program BPN / K dialihkan kepada Kepala Desa

(dalam istilah lokal disebut Pangulu) serta Lurah sebagai PjOK dan Sekretaris

Nagori sebagai PjAK sejak tahun anggaran 2002. Pengalihan tersebut untuk lebih

mengefektifkan tertib administrasi, karena pada tahun-tahun sebelumnya dana

bangdes dikelola oleh LKMD secara kolektif. Sehingga cenderung mengaburkan

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 47: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

pihak yang paling bertanggung-jawab dan tidak jarang saling melempar

tanggung-jawab.

Tujuan pengalokasian Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan adalah :

1. Meningkatkan sarana pelayanan masyarakat pada tingkat nagori/kelurahan dalam rangka pembangunan kegiatan sosial ekonomi masyarakat,

2. Mendorong dan meningkatkan swadaya gotong-royong serta untuk menumbuhkan kreatifitas dan aktifitas masyarakat dalam pembangunan nagori/kelurahan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara optimal dan lestari,

3. Meningkatkan fungsi dan peranan kelembagaan masyarakat di nagori/kelurahan yang mencakup Maujana Nagori, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagori/Kelurahan (LPMN/K) dan lembaga sosial masyarakat lainnya untuk mencapai pemberdayaan masyarakat dan

4. Meningkatkan kemampuan lembaga pengelolaan keuangan dan lembaga usaha milik masyarakat dalam rangka meningkatkan produksi pertanian meliputi perikanan, peternakan, perkebunan dan industri rumah tangga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan.

Penggunaan dana BPN / K sebesar Rp. 50.000.000,- / Nagori dibagi dalam tiga

alokasi yaitu :

1. Bantuan biaya pembangunan fisik nagori/kelurahan sebesar Rp. 45.000.000,- yang penggunaannya sesuai kebutuhan berdasarkan musyawarah,

2. Bantuan biaya kegiatan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) dan anak remaja sebesar Rp. 2.500.000,- dan

3. Biaya operasional kegiatan pembangunan (BOP) nagori/kelurahan sebesar Rp. 2.500.000,-. Khusus tentang bantuan biaya pembangunan dialokasikan pada empat jenis

prasarana yaitu :

1. Sarana dan prasarana perhubungan, misalnya : pembatuan jalan, jembatan/titi plat beton, gorong-gorong jalan, tanggul jalan, trotoar dll,

2. Sarana dan prasarana sosial, misalnya : sarana MCK, penyediaan sarana air bersih, tempat pembuangan sampah dll, tidak dibenarkan untuk merehab dan membangun Rumah Ibadah,

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 48: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

3. Sarana dan prasarana penunjang ekonomi masyarakat dan produksi, misalnya : saluran irigasi nagori, sarana penunjang kegiatan pertanian, peternakan, perkebunan, industri rumah tangga dll dan

4. Sarana dan prasarana pemasaran, misalnya : lods pasar nagori, lumbung pangan dll. Konsekuensi Dana BPN / K yang bersifat stimulan atau perangsang supaya masyarakat dapat aktif berpartisipasi melalui swadaya gotong royong berupa uang, tenaga dan bahan material, sehingga tidak semata-mata mengandalkan seluruhnya dana bantuan tersebut.

Mekanisme pelaksanaan program BPN / K tersebut diawali dari persiapan,

perencanaan, penyaluran & pencairan dana dan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan

persiapan diawali dengan desiminasi dan sosialisasi program BPN / K yang

dilakukan secara berjenjang dimulai dari Kabupaten, Kecamatan sampai ke

tingkat Nagori/Kelurahan. Kemudian penyebarluasan informasi program kepada

masyarakat melalui berbagai forum musyawarah dan kegiatan sosial

kemasyarakatan serta melalui papan pengumuman supaya diketahui oleh

masyarakat secara luas.

Kegiatan perencanaan dilaksanakan melalui forum musyawarah pembangunan

nagori/kelurahan yang output-nya yaitu Daftar Usulan Rencana Kegiatan

(DURK). DURK diisi berdasarkan usulan masyarakat dalam musyawarah

pembangunan tersebut yang dihadiri selain pemerintahan nagori, juga dihadiri

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagori (LPMN), Tokoh Masyarakat dan

Masyarakat yang disetujui oleh Maujana Nagori, kemudian disampaikan kepada

Camat untuk mendapat pengesahan dan DURK tersebutlah sebagai dokumen

kelengkapan untuk pencairan dana serta sebagai acuan dalam tahapan

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 49: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

pelaksanaan dan pemantauan selanjutnya. Sedangkan untuk tingkat kecamatan,

dibuat dalam Rencana Kegiatan Biaya Operasional Pembinaan (RK-BOP) yang

digunakan untuk kegiatan monitoring dan pembinaan oleh Tim Pengelola

Kecamatan.

Pelaksanaan kegiatan BPN / K, harus benar-benar memperhatikan : Pertama,

melibatkan seluruh masyarakat nagori melalui Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Nagori (LPMN)/K sehingga masyarakat ikut berpartisipasi aktif dan

merasa ikut memiliki dengan swadaya gotong royong masyarakat berupa uang,

tenaga dan material, Kedua, pelaksanaan kegiatan harus dilakukan dengan tepat

waktu, tepat sasaran dan tepat jumlah, Ketiga, penggunaan dana agar dilakukan

secara tertib, efisien dan efektif sesuai yang tercantum dalam DURK secara

transparan dan bertanggung jawab, Keempat, pelaksanaan kegiatan dan

penggunaan dana harus dilakukan secara transparan dan dapat dipertanggung

jawabkan secara fisik proyek dan administrasi keuangan sesuai dengan ketentuan

dan Kelima, pemerintah nagori bersama-sama dengan masyarakat berkewajiban

melakukan pelestarian hasil kegiatan dengan membentuk suatu format tertentu

sesuai dengan keinginan nagori yang dapat berupa Tim Pengelola atau kelompok

sejenis.

Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi pelaksanaan program dana BPN / K,

dapat terlihat dalam gambar sebagai berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 50: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pelaksanaan Program BPN / K

Kabupaten Simalungun

TIM PEMBINA KABUPATEN

PEMERINTAHAN NAGORI / KELURAHAN

(PjOK dan PjAK) L P M N / K

MUSYAWARAH PEMBANGUNAN NAGORI/

KELURAHAN

Keterangan : Garis Pembinaan Garis Pelaporan Garis Koordinasi Garis Dukungan Kegiatan

Sumber : Juklak BPN / K, BPMN Kabupaten Simalungun 2006

MAUJANA NAGORI

C A M A T KASI PMN /

DALWASPOR

BUPATI SIMALUNGUN

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 51: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

2.4. Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi tentang Program

Bantuan Pembangunan Nagori Kelurahan (BPN / K)

Pada dasarnya banyak pemahaman terhadap konsep pemberdayaan

(empowerment) masyarakat dalam pembangunan. Konsep pemberdayaan

merupakan upaya mencari bentuk konsep pembangunan yang dianggap

ideal setelah berbagai paradigma pembangunan sebelumnya, seperti

growth, growth with equity & basic need yang dianggap gagal memenuhi

harapan sebagaian besar umat manusia di muka bumi. Konsep

empowerment merupakan paradigma terakhir dari konsep pembangunan

manusia yang kemunculannya disebabkan oleh karena adanya dua

permasalahan yakni “kegagalan” dan “harapan” yaitu gagalnya model-

model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah

kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan dengan harapan-harapan

adanya model alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai

demokratis, keberlangsungan, persamaan gender, persamaan antar

generasi dan pertumbuhan ekonomi yang merata.

Pendapat lain bahwa Friedmann (dalam Kartasasmita, 1996:145)

yang mengatakan bahwa : ” Konsep pemberdayaan sebagai suatu konsep

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 52: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

alternatif pembangunan pada intinya memberi tekanan pada otonomi

pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat yang

berlandaskan pada sumber daya pribadi, langsung (melalui partisipasi),

demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung.”

Berkaitan dengan upaya pemberdayaan yang meningkatkan

kemampuan masyarakat, Kartasasmita (1996:141) mengatakan sebagai

berikut :

Memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendinamisasikan potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat dengan menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan.

Pemberdayaan berkaitan dengan pembangunan desa memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dan

memahami problematika yang terjadi, sebagaimana dinyatakan Abe

(2001:58) yakni : ”Perencanaan dengan pendekatan baru, terutama yang

memungkinkan rakyat ambil bagian dan secara prinsip hendak berangkat

dari aspirasi rakyat, merupakan wahana baru yang harus diwujudkan dan

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 53: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

diperkuat, agar dari sana rakyat mempunyai media untuk meningkatkan

keberdayaannya.”

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat

dalam pembangunan bertujuan supaya masyarakat memahami manfaat

dan peranannya dalam program pembangunan serta mampu merumuskan

kebutuhan dengan potensi sumber daya yang dimiliki, mampu

menentukan prioritas masalah yang akan dipecahkan sesuai dengan

kebutuhan dan potensi yang dimiliki serta mampu menyusun rencana

kegiatan untuk menangani atau menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Pemberdayaan merupakan proses yang disengaja dan terus-menerus,

benar-benar direncanakan dan memiliki tujuan yaitu agar mereka yang

diberdayakan memiliki akses untuk mendapatkan dan mengontrol

sumber-sumber yang ada sehingga mereka mempunyai pengaruh

terhadap proses dan hasil pembangunan.

Berdasarkan tinjauan pustaka pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

serta fokus kajian Program Bantuan Pembangunan Nagori Kelurahan (BPNK),

sebagai berikut :

Pemberdayaan Masyarakat

Dalam Pembangunan

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 54: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Desain Program BPN/K

Mekanisme Pembangunan

Kondisi Masyarakat dan Birokrat

Pembangunan yang sesuai dengan Kebutuhan masyarakat

Keterlibatan Masyarakat Desa (Nagori)

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 55: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang mempelajari masalah-masalah dalam

masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi

tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap dan

pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan

pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Nazir (1988:63) mengemukakan pengertian metode deskriptif sebagai

berikut:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Untuk memperoleh informasi yang lebih detail mengenai gejala sosial yang

terjadi digunakan pendekatan kualitatif. Alasannya karena metode kualitatif

sebagaimana disebut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2001:3),

yaitu :

Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh), sehingga

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 56: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kesutuhan.

Menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2001:3) menyebutkan bahwa

penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: “Tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada

manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang

tersebut dalam bahasa dan peristilahannya. Jadi, alat pengumpul data dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci (key instrument)”.

3.2. Definisi Konsep

Keterkaitan proses pemberdayaan masyarakat desa dengan program bantuan

pembangunan nagori / kelurahan (BPN / K) adalah keterlibatan masyarakat secara

nyata dan aktif sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan (evaluasi) hingga

pemeliharaan hasil-hasil program bantuan tersebut. Terutama sejak dari perencanaan

yang bertujuan melaksanakan perubahan yang terarah dan sesuai dengan apa yang

sesungguhnya diharapkan atau dibutuhkan masyarakat itu sendiri. Setelah adanya

perencanaan yang matang dan membumi, maka akan menentukan tahapan

pelaksanaan, pengawasan (evaluasi). Sehingga tujuan program bantuan pembangunan

nagori / kelurahan yang memberdayakan masyarakat akan tercapai dengan adanya

kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 57: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan mempunyai arti yang sangat

penting, karena dari masyarakat desa tersebut, seluruh permasalahan dan

kebutuhan diidentifikasikan untuk seterusnya direncanakan, dilaksanakan dan

kepada mereka pula tujuan pembangunan. Sehingga merupakan suatu

konsekuensi logis, apabila perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan (eveluasi)

dilaksanakan di tingkat desa, sebab dengan demikian mereka akan terlibat secara

sadar, memiliki dan komprehensif.

Berangkat dari tumbuh kembangnya pemahaman yang sadar tersebut,

memberikan pengalaman yang mengandung pembelajaran (Instructive

Experiences) bagi masyarakat agar mereka berdaya dalam menentukan dan

mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan mereka yang sebenarnya,

disamping juga masyarakat dapat berdaya untuk memperoleh faktor-faktor

produksi. Dengan demikian essensi pemberdayaan masyarakat dalam program

bantuan pembangunan nagori / kelurahan mengandung arti penting yaitu

terciptanya kegunaan yang sebenarnya dalam pengguna yang juga sebenarnya

(intended uses in intended user)

3.3. Informan

Dalam penelitian ini menggunakan pengamatan langsung dan wawancara

tidak terstruktur dan mendalam (Babbie, 1995:358). Wawancara dilakukan secara

mendalam kepada informan dengan “pedoman wawancara” yang disusun secara

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 58: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

tidak terstruktur, sedangkan pengamatan dilakukan secara langsung terhadap

pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa serta faktor-faktor yang

mempengaruhi hambatan dalam proses tersebut.

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2001:90). Mengingat

informan dalam penelitian ini cukup luas ruang lingkupnya (mencakup seluruh

penduduk kecamatan yang meliputi 8 Nagori) maka ditentukan 3 Nagori yang

akan dijadikan informan. Penentuan lokasi informan didasarkan pada jumlah

penduduk dan jarak orbitasi ke pusat pemerintahan kecamatan yaitu Nagori

Pamatang Panombeian, Nagori Marjandi dan Nagori Talun Kondot. Selain itu

ketiga nagori tersebut dipandang sebagai representasi kehidupan sosial dan

budaya masyarakat Kecamatan Panombeian Panei yang meliputi keragaman etnis,

agama dan mata pencaharian

Klasifikasi informan yang diambil mempunyai kapasitas dan kompetensi

terhadap permasalahan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Merupakan Tokoh Masyarakat Nagori (Maujana dan LPM) (6 orang)

2. Merupakan Pejabat Pemerintahan Nagori (3 orang)

3. Merupakan Masyarakat Nagori (15 orang)

4. Pejabat Pemerintahan Kecamatan yang memegang peran sebagai fasilitator dan

supervisor (2 orang)

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 59: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan mendalam pada informan yang

mempunyai kapasitas dan kompetensi terhadap permasalahan penelitian dengan

menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan

yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu

a. Merupakan Tokoh Masyarakat Nagori (Maujana dan LPM), yang diharapkan

memberikan informasi tentang perencanaan, pelaksanaan dan terutama

pengawasan program BPN / K.

b. Merupakan Pejabat Pemerintahan Nagori, yang diharapkan memberikan

segala informasi yang berhubungan dengan program BPN / K.

c. Merupakan Masyarakat Nagori, yang diharapkan memberikan informasi

tentang program BPN / K. khususnya perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan di nagori dalam pembangunan sarana dan prasarana transportasi

serta permasalahan yang ada

d. Pejabat Pemerintahan Kecamatan yang memegang peran sebagai fasilitator

dan supervisor, yang diharapkan memberikan informasi tentang prosedur,

kebijakan, implementasi dan pengawasan program BPN / K.

2. Studi Kepustakaan dan Arsip

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 60: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan dokumen-dokumen resmi dan

literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

3. Observasi

Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung untuk mencocokkan data dan

informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan keadaan sebenarnya

dilapangan pada saat dimensi waktu tertentu.

3.5. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang pemberdayaan masyarakat dalam program Bantuan

Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K) mengambil lokasi pada 3 nagori dari 8

nagori. Alasan pemilihan ketiga nagori tersebut adalah berdasarkan jumlah Kepala

Keluarga (KK) dan jarak orbitasi ke pusat pemerintah Kecamatan, yaitu Nagori

Pamatang Panombeian (Nagori yang terdekat sebagai ibukota Kecamatan yaitu 0,5

km dengan 317 KK), Nagori Marjandi (Nagori yang pertengahan yaitu 6 km dengan

988 KK) dan Nagori Talun Kondot (Nagori yang terjauh yaitu 12 km dengan 532

KK) di Kecamatan Panombeian Panei Kabupaten Simalungun.

3.6. Metode Analisis Data

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 61: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Analisis data dilakukan dengan menelaah data yang diperoleh dari

berbagai sumber atau informasi. Menurut Moleong (2001:103), analisis data

adalah, sebagai berikut :

Proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data. Dengan demikian, data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan studi kepustakaan atau dokumentasi akan dianalisis dan ditafsirkan untuk mengetahui maksud serta maknanya, kemudian dihubungkan dengan masalah penelitian. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan-kutipan langsung dari hasil wawancara.

Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan tahap-tahap sebagai

berikut :

a. Reduksi Data (Data reduction), pada tahap ini data diberi kode, disimpulkan, dan

dikategorikan menurut aspek-aspek penting dari setiap tema yang diteliti. Tahap

ini juga membantu dalam menentukan data apa lagi yang diperlukan dan

bagaimana serta siapa yang akan memberikan informasi selanjutnya, metode apa

yang akan digunakan untuk menganalisis yang akhirnya akan membawa pada

kesimpulan.

b. Pengorganisasian Data (Data organization) yang telah ditentukan sebelumnya

meliputi beberapa kategori yang ditetapkan, sehingga pada tahap ini adalah proses

pengumpulan (asembling) informasi yang betul-betul penting dan dianggap

merupakan tema atau pusat penelitian.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 62: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

c. Interpretasi atau Penafsiran (Interpretation), tahap ini meliputi proses

mengidentifikasikan pola-pola (patterns), kecenderungan (trends), dan penjelasan

(explanations) yang akan membawa kepada simpulan yang telah teruji melalui

data yang benar-benar lengkap, sehingga tidak ada informasi atau pengertian baru

yang terlewatkan.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 63: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Geografis dan Demografis

Kecamatan Panombeian Panei merupakan salah satu dari 31 Kecamatan yang

ada di Kabupaten Simalungun yang terletak di tengah wilayah Kabupaten

Simalungun. Kecamatan Panombeian Panei mempunyai ibukota Nagori Pamatang

Panombeian yang berjarak 14 Km dari Kantor Bupati Simalungun dan berjarak 123

Km dari Kota Medan, Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Secara administratif batas

wilayah Kecamatan Panombeian Panei, adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Raya dan Kecamatan Tapian Dolok.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Panei.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Raya.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Pematang Siantar.

Topografi Kecamatan Panombeian Panei terdiri dari dataran yang landai,

sehingga merupakan daerah berhawa sejuk yang terletak pada ketinggian 600 meter

dari permukaan laut dengan luas wilayah 92,20 Km2 atau 2,1% dari luas Kabupaten

Simalungun (4.386,60 Km2). Pembagian luas wilayah menurut Nagori dan Jarak ke

Ibu Kota Kecamatan, sebagai berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 64: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Nagori dan Jarak Ke Ibu Kota Kecamatan

No. N a g o r i Luas Wilayah (Km2)

Rasio %

Jarak Ke Ibukota (Km)

1. Pamatang Panombeian 06,50 7,05 0,5

2. Panombeian 08,50 9,22 4

3. Nagori Bosar 04,75 5,15 4

4. Marjandi 12,87 13,95 6

5. Simpang Panei 13,23 14,34 9

6. Pamatang Panei 02,22 2,40 8

7. Talun Kondot 21,68 23,51 12

8. Simbolon Tengkoh 22,45 24,34 5

J u m l a h 92,20 100 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007

Tabel diatas menunjukkan bahwa Nagori Simbolon Tengkoh (22,45 Km2)

merupakan wilayah terbesar yang mempunyai rasio 24,34 % terhadap total luas

wilayah Kecamatan Panombeian Panei dan Nagori Pamatang Panei (02,22 Km2)

merupakan wilayah terkecil yang mempunyai rasio 2,40 % terhadap total luas

wilayah Kecamatan Panombeian Panei.

Didukung oleh topografi wilayah yang sejuk dan terletak pada dataran landai,

maka penggunaan lahan di Kecamatan Panombeian Panei sangat cocok untuk

pertanian persawahan dan pertanian tanaman hortikultura, kemudian lahan

perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Pembagian luas wilayah berdasarkan

peruntukan lahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 65: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Nagori dan Jenis Penggunaan Lahan

No N a g o r i Lahan Sawah (Ha)

Lahan Kering

(Ha)

Perkebunan (Ha)

Pemukiman (Ha)

Lainnya (Ha)

Jumlah

1. Pam. Panombeian 550 80 0 15 5 650

2. Panombeian 625 124 0 76 25 850

3. Nagori Bosar 90 75 255 36 19 475

4. Marjandi 100 200 830 100 57 1.287

5. Simpang Panei 603 500 0 200 20 1.323

6. Pamatang Panei 135 55 0 22 10 222

7. Talun Kondot 155 875 880 200 58 2.168

8. Simbolon Tengkoh 160 700 1140 200 45 2.245

J u m l a h 2.418 2.609 3.105 849 239 9.220

Persentase 26,23 28,3 33,68 9,208 2,59 100 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007

Penduduk Kecamatan Panombeian Panei berjumlah 19.169 jiwa orang dengan

4.568 Kepala Keluarga, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 66: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan KK Di Kecamatan Panombeian Panei

(Keadaan Akhir Desember 2006)

Jumlah Penduduk (Jiwa) No.

N a g o r i Laki-laki Perempuan

Jumlah (Jiwa)

Jumlah KK

1. Pamatang Panombeian 639 812 1.451 317

2. Panombeian 767 968 1.735 423

3. Nagori Bosar 2.155 2.054 4.209 463

4. Marjandi 1.729 1.812 3.541 988

5. Simpang Panei 897 908 1.805 422

6. Pamatang Panei 582 689 1.271 353

7. Talun Kondot 1.471 1.663 3.134 532

8. Simbolon Tengkoh 1.000 1.023 2.023 966

J u m l a h 9.240 9.929 19.169 4.464 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007

Dari data diatas, terlihat bahwa komposisi jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan tidak terlalu jauh berbeda. Penduduk laki-laki sekitar 48,20 % dan

penduduk perempuan sekitar 51,79 %. Juga dapat dilihat bahwa penyebaran

penduduk yang paling banyak terdapat di Nagori Bosar dan Nagori Marjandi.

Hal tersebut terjadi karena letaknya merupakan pemukiman penduduk yang

ramai bersebelahan dengan kota Pematang Siantar dan merupakan daerah pemukiman

perkebunan. Sedangkan Bila dilihat dari kelompok umur dan jenis kelamin, penduduk

Panombeian Panei, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 67: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.4

Penduduk Kecamatan Panombeian Panei Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

No. Kelompok Umur (Thn) Laki-laki Perempuan Jumlah

1.

2.

3.

00 – 14

15 – 64

65 keatas

2.477

6.275

488

3.077

6.266

586

5.554

12.541

1.074

J u m l a h 9.240 9.929 19.169 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007

Tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok usia penduduk yang dianggap

non produktif antara 0–14 tahun dan 60 tahun keatas lebih sedikit, yaitu 2.965 jiwa

(15,46 %), dibandingkan dengan kelompok usia yang dianggap produktif 15–59

tahun yaitu 6.275 jiwa (84,53 %). Indikator anggapan usia produktif pada dua asumsi,

yaitu usia 15–19 sudah mampu membantu orangtuanya bekerja di ladang pertanian

paruh waktu kalau masih sekolah, atau bahkan putus sekolah, tentunya akan penuh

waktunya. Usia 55–59 juga dianggap masih produktif, karena penduduk yang

bergerak dibidang pertanian umumnya masih sehat.

4.2. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi

Didukung oleh topografi Kecamatan Panombeian Panei yang beriklim sejuk

dan tanah yang landai, sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian

sebagai petani selain Pedagang, PNS / Guru / TNI/Polri dan lainnya, sebagaimana

dalam tabel berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 68: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.5 Penduduk Kecamatan Panombeian Panei Menurut Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah %

1. Sekolah 1.775 13,41

2. Pertanian 5.905 44,63

3. Industri 564 4,26

4. Konstruksi 359 2,71

5. Perdagangan 359 2,71

6. Transportasi 284 2,14

7. Jasa/Pemerintahan 1.061 8,01

8. Lainnya 2.924 22,13

J u m l a h 13.231 100 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007

Iklim sejuk di wilayah Kecamatan Panombeian Panei sangat cocok untuk

tanaman palawija dan sayur-sayuran, sehingga hampir seluruh bidang pertanian

didominasi produksi padi ladang, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman

keras dan padi sawah. Lebih lengkapnya, sebagaimana dalam tabel berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 69: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.6 Jumlah Rumah Tangga Pengguna Lahan Tanaman Padi,

Palawija dan Holtikultura

Luas Lahan (Ha)

No.

N a g o r i

Padi

Sa

wah

Pala

wija

Hol

tikul

tura

Lai

n-L

ain

Jum

lah

1. Pamatang Panombeian 298 46 47 0 391

2. Panombeian 349 29 45 0 423

3. Nagori Bosar 77 176 87 123 463

4. Marjandi 165 310 245 198 918

5. Simpang Panei 262 56 68 36 422

6. Pamatang Panei 265 31 34 23 353

7. Talun Kondot 212 300 86 34 632

8. Simbolon Tengkoh 345 355 213 53 966

J u m l a h 1.973 1.303 825 467 4.568 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007

Tabel tersebut menunjukkan bahwa Rumah Tangga yang bergerak dibidang

tanaman padi sawah sangat dominan di Kecamatan Panombeian Panei. Kemudian

disusul oleh Rumah Tangga yang bergerak dibidang tanaman palawija berupa

tanaman jagung, kacang-kacangan dan sayur-sayuran. Kemudian disusul Rumah

Tangga yang berperan sebagai karyawan dalam perkebunan rakyat dan perkebunan

negara.

Dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), walaupun

belum optimal, penduduk Kecamatan Panombeian Panei umumnya sudah dapat

menyekolahkan anaknya mulai tingkatan SD sampai SLTA di daerahnya sendiri

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 70: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

karena didukung oleh keberadaan berbagai sarana pendidikan di Kecamatan,

sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Penyebaran Sarana Pendidikan di Setiap Nagori se Kecamatan

Panombeian Panei Keadaan Tahun 2006

S D S L T P S L T A No. N a g o r i

N S N S N S

1. Pamatang Panombeian 2 - - - - -

2. Panombeian 2 - - 1 - -

3. Nagori Bosar 2 - - 2 - 1

4. Marjandi 4 - 1 - 1 -

5. Simpang Panei 2 - - - - -

6. Pamatang Panei 3 - - 1 - -

7. Talun Kondot 5 - - - - -

8. Simbolon Tengkoh 2 - - - - -

J u m l a h 22 - 1 4 1 1 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007 (Ket : N = Negeri, S = Swasta)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sarana SD sudah memadai, sedangkan

sarana SMP dan SLTA masih memusat di Marjandi, Simpang Panei dan Nagori

Bosar, sehingga siswa yang melanjutkan sekolah ke SMP dan SLTA yang berasal

dari nagori lainnya, harus menggunakan jasa transportasi.

Tingkat pendidikan masyarakat kecamatan Panombeian Panei sangat

beragam. Di Kecamatan ini juga ada masyarakat yang telah sekolah sampai tahap

Pasca Sarjana untuk S2 dan S3, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 71: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.8 Penduduk Menurut Nagori dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

N a g o r i

No Tingkat

Pendidikan

Sim

pang

Pa

nei

Pam

atan

g

Pane

i

Mar

jand

i

Pano

mbe

ian

Pam

atan

g

Pano

mbe

ian

Nag

ori

Bos

ar

Tal

un

Kon

dot

Sim

bolo

n T

engk

oh

Jumlah

1. Belum Sekolah 226 200 411 258 222 601 530 227 2.675

2. Tidak Tamat SD 502 300 655 278 195 691 768 260 3.649

3. SD 558 266 707 341 363 1.276 1.084 1.139 5.734

4. SLTP 254 245 968 448 357 1.137 447 208 4.064

5. SLTA 244 234 726 391 289 451 295 166 2.796

6. Dip I-II 7 7 22 10 15 8 1 16 86

7. Dip III 7 10 18 8 6 8 4 1 62

8. Dip IV-SI 7 9 34 1 4 31 5 6 97

9. S2-S3 0 0 0 0 0 6 0 0 6

J u m l a h 1.805 1.271 3.541 1.735 1.451 4.209 3.134 2.023 19.169 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang

ditamatkan sangat bervariasi. Tingkat pendidikan sarjana sudah ada pada setiap

nagori. Hal tersebut didukung oleh jarak yang dekat dan dapat dijangkau dari masing-

masing nagori ke kota Pematang Siantar sebagai pusat pendidikan.

Seperti umumnya kecamatan lain di Kabupaten Simalungun, Kecamatan

Panombeian Panei juga telah mempunyai berbagai sarana kesehatan di setiap

Kelurahan / Nagori. Walaupun sarana kurang memadai namun tenaga medis baik

bidan dan perawat sudah merata di setiap Nagori, sehingga keberadaan merekapun

sangat diharapkan masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 72: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.9 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Nagori

No. Nagori Rumah Sakit

Puskes mas

Puskesmas Pembantu Klinik Tenaga

Medis

1. Pamatang Panombeian - 1 - - 1

2. Panombeian - - 1 - 4

3. Nagori Bosar - - 1 - 8

4. Marjandi - - - - 1

5. Simpang Panei - - - - 2

6. Pamatang Panei - - 1 - 5

7. Talun Kondot - - 1 - 6

8. Simbolon Tengkoh - - 1 - 6

J u m l a h 0 1 5 0 33 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007

Kehidupan beragama di Kecamatan Panombeian Panei selama ini berjalan

dengan baik. Tidak pernah terjadi keributan / pertikaian ataupun salah paham yang

dilatar belakangi oleh faktor agama, walaupun terdapat nagori yang dari segi jumlah

antara agama yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Sebagaimana terlihat

dalam tabel berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 73: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Menurut Agama Yang Dianut

No Nagori

Isla

m

Kat

holik

Prot

esta

n

Hin

du

Bud

ha

Lai

nnya

Jum

lah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pamatang Panombeian 34 526 1036 0 0 0 1596

2. Panombeian 5 138 1625 0 0 0 1768

3. Marjandi 2239 134 286 0 0 0 2659

4. Simpang Panei 4 295 3094 0 0 0 3393

5. Pamatang Panei 13 48 1315 0 0 0 1376

6. Simbolon Tengkoh 685 286 1070 0 0 0 2041

7. Nagori Bosar 2619 132 1516 0 0 0 4267

8. Talun Kondot 1714 82 1333 0 0 0 3129

J u m l a h 7313 1641 11275 0 0 0 20229 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007

Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa penyebaran agama berlangsung

tidak merata sehingga terjadi pemusatan agama pada nagori tertentu. Mayoritas

pemeluk agama Islam berada pada Nagori Marjandi dan Nagori Bosar, sedangkan

agama Protestan berada di Nagori Pamatang Panombeian, Nagori Panombeian,

Nagori Simpang Panei, dan Nagori Pamatang Panei. Namun khusus untuk Nagori

Talun Kondot dan Nagori Simbolon Tengkoh jumlah pemeluk agama Islam dan

Agama Protestan tidak jauh berbeda.

Selain diproyeksikan sebagai daerah pertanian, Kecamatan Panombeian Panei

juga telah dikenal luas sebagai basis tradisional pertumbuhan dan perkembangan adat

Simalungun, sejak zaman Kerajaan Panei, selain beberapa kerajaan di daerah

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 74: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

simalungun lainnya. Kemudian Kerajaan Panei tersebut melahirkan Partuanon

Panombeian. Sehingga dapat dikatakan bahwa Panombeian Panei termasuk wilayah

Simalungun yang etnisitas dan adatnya masih asli / homogen.

4.3. Gambaran Umum Pemerintahan

Kecamatan Panombeian Panei merupakan salah satu kecamatan pemekaran

(10 pemekaran) dari 31 kecamatan yang ada di simalungun yang berasal dari

pemekaran Kecamatan Panei. Kecamatan ini terbentuk dan resmi berdiri sejak tahun

2002. Walaupun tergolong masih baru pembangunan kecamatan ini termasuk cepat

dibandingkan kecamatan pemekaran lainnya. Hal tersebut disebabkan karena letak

geografis kecamatan ini bersebelahan dengan Kota Pematang Siantar yang tentu saja

membawa banyak pengaruh dari segi pandangan, cara berpikir dan cara bekerja

masyarakat.

Di masa mendatang, potensi Kecamatan Panombeian Panei sangat besar

dalam sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, karena bersebelahan persis

dengan Kota Pematang Siantar, yang mana tentunya sedikit banyak akan menyuplai

kebutuhan pangan sebagian masyarakat Kota Pematang Siantar. Juga dilalui jalan

lintas melalui Simpang Panei dan Pamatang Panei menuju Kecamatan Raya dan

Kabupaten Karo.

Secara administratif pemerintahan, Kecamatan Panombeian Panei terdiri dari

9 Desa (Nagori). Nomenclatur “Nagori” sebagai istilah lokal yang asli untuk

tingkatan pemerintahan terendah sejak zaman kerajaan-kerajaan di Simalungun

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 75: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

digunakan menggantikan istilah “Desa” berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Simalungun Nomor 11 Tahun 2000. Demikian juga dengan nomenclatur “Maujana

Nagori” menggantikan istilah “Badan Perwakilan Desa (BPD)”. Hal tersebut memang

dimungkinkan dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Perubahan nomenclatur tersebut, dapat terlihat dalam tabel berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 76: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.11 Perubahan Nomenclatur Pemerintahan Desa menjadi

Pemerintahan Nagori

Dasar Hukum No

UU No. 5 Tahun 1979 UU No. 22 Thn. 1999 (Pasal 95) Kepmendagri No. 64 Thn. 1999

Perda Kab. Simalungun No. 11 Thn. 2000

1. D e s a Nagori sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten Simalungun.

2. Kelurahan Kelurahan (Tidak mengalami perubahan istilah, tetap dengan istilah dan pengertian lama)

3. Kepala Desa (Ex-Officio Ketua Umum LKMD dan Ketua LMD)

Pangulu (Tidak ada lagi perangkapan jabatan)

4. Pemerintahan Desa Pemerintahan Nagori

5. Lembaga Musyawarah Desa (LMD)

Maujana Nagori (Dalam UU No. 22 Thn. 1999 dikenal sebagai Badan Perwakilan Desa ) Merupakan Lembaga Pemerintahan Nagori sebagai wahana pelaksanaan demokrasi di nagori dan berkedudukan sejajar dan mitra pemerintahan nagori yang bertugas merumuskan dan menetapkan peraturan nagori dan mengawasi pelaksanaan pemerintahan nagori.

6. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagori (LPMN) Merupakan Organisasi Kemasyarakatan yang bersifat lokal, berdiri sendiri, atas prakarsa masyarakat dan sebagai wadah masyarakat dalam perencanaan pembangunan nagori.

7. Perangkat Desa Tungkat Nagori

8. Sekretaris Desa Sekretaris Nagori

9. Kepala Urursan Pemerintahan Kepala Urusan Pemerintahan & Kemasyarakatan

10. Kepala Urusan Pembangunan Kepala urusan Perekonomian & Pembangunan

11. Kepala Urusan Keuangan Kepala Urusan Administrasi & Keuangan

12. Dusun Huta

13. Kepala Dusun Gamot Sumber : Bagian Pem.Nagori Setdakab Simalungun, 2007

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 77: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

4.4. Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi Tentang Program

Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)

Pada pelaksanaan penelitian di Kecamatan Panombeian Panei, telah

ditemukan beberapa fakta dan informasi yang bersumber dari pengamatan

lapangan, wawancara dan kajian pada data, dokumentasi dan literatur yang

relevan. Hasil temuan penelitian tersebut bervariasi dan dinamis, namun secara

umum dapat direduksi dan diorganisasikan untuk menjawab fokus kajian

penelitian.

Dinamika pembangunan di Kecamatan Panombeian Panei tidak terlalu

menonjol dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Simalungun.

Pengamatan dan hasil temuan penelitian di lapangan menunjukkan, bahwa tidak

mudah menyukseskan berbagai program pembangunan di Kecamatan Panombeian

Panei, disebabkan sikap masyarakatnya cenderung apatis, tetapi justru bersikap kritis

terhadap berbagai implementasi program pembangunan. Sikap tersebut yang sering

menyebabkan kondisi yang kontradiktif. Sikap itu juga menyebabkan masyarakat luar

dan birokrat sering bersikap apriori dalam memahami dinamika pembangunan yang

ada.

Kondisi topografi lahan pertanian yang subur di Kecamatan Panombeian

Panei mengakibatkan masyarakat terpaku pada “alam” tanpa berniat melakukan

terobosan berbagai inovasi dan kreatifitas, sehingga dinamika pembangunan

cenderung jalan di tempat. Berbagai program pembangunan yang digulirkan pun

selama ini masih kurang melibatkan penduduk secara aktif dan nyata, kecuali

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 78: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

program dana pembangunan desa (Bangdes). Selebihnya banyak program

pembangunan dikelola secara sektoral oleh instansi Pemerintah Daerah, seperti

program perbaikan sarana perhubungan oleh Dinas PU Bina Marga, dll. Bergulirnya

Era Otonomi Daerah yang mengedepankan paradigma pemberdayaan masyarakat dan

kemandirian daerah, membangun persepsi masyarakat dan pemerintah terhadap

pembangunan yang semestinya memposisikan masyarakat sebagai pemilik dan

pelaku utama.

Dewasa ini program dan proyek pembangunan yang digulirkan ke Kecamatan

Panombeian Panei, tidak terlepas dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Kabupaten Simalungun untuk menggerakkan roda pembangunan diseluruh

kecamatan. Kebijakan yang digulirkan telah mengadopsi paradigma partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat, meskipun di dalam implementasinya masih terkait erat

dengan peranan birokrat sebagai change agent (agen perubah) yang mempengaruhi

keterlibatan masyarakat.

Temuan penelitian dilapangan menunjukkan bahwa program dan proyek

pembangunan telah mengadopsi keterlibatan masyarakat dalam pembangunan di

tingkat desa. Adopsi tersebut diasumsikan sebagai sarana proses pemberdayaan

masyarakat, walaupun impelementasi program dan proyek tersebut belum sempurna

mengakomodir paradigma pemberdayaan. Kondisi riil dilapangan secara aktual

menunjukkan keberadaan program dan proyek pembangunan yang selama ini

mewarnai dinamika pembangunan di Kecamatan Panombeian Panei, yaitu sebagai

berikut : 1) Program Dana Bantuan Pembangunan Nagori/Kelurahan (BPN / K), dan

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 79: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

2) Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT). Namun dalam penelitian ini

difokuskan kepada Program Dana Bantuan Pembangunan Nagori/Kelurahan (BPN /

K) karena Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) sejak tahun 2006 sudah

tidak berlangsung lagi, sebagaimana keterangan salah seorang masyarakat yaitu:

”Ketika kami mendengar akan ada pembangunan yang akan bergulir di nagori kami,

kami cenderung tidak peduli karena kami pikir itu merupakan lanjutan dari program

sebelumnya. Eh....ternyata bukan. Setelah kami mengetahuinya, kami mulai

membicarakannya di kedai-kedai. Ada kawan yang ngasi sedikit penjelasan dan

seperti program itu menarik juga” (EN, 29 Oktober 2007)

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Simalungun Nomor 412.6/5950-

BPMN/2002, pengelolaan Program BPN / K dialihkan kepada Kepala Desa (dalam

istilah lokal disebut Pangulu) serta Lurah sebagai PjOK dan Sekretaris Nagori sebagai

PjAK sejak tahun anggaran 2002. Pengalihan tersebut untuk lebih mengefektifkan

tertib administrasi, karena pada tahun-tahun sebelumnya dana bangdes dikelola oleh

LKMD secara kolektif kelembagaan, sehingga cenderung mengaburkan pihak yang

paling bertanggung-jawab dan tidak jarang saling melempar tanggung-jawab. Untuk

mengetahui latar belakang pengalihan tersebut terungkap sebagaimana pernyataan

Kepala Seksi PMN Kecamatan Panombeian Panei, sebagai berikut :

.....Sejak tahun anggaran 2002, pengelolaan BPN / K dialihkan dari LKMD atau sekarang LPMN kepada Pangulu sebagai PjOK dan Sekretaris Nagori sebagai PjAK, pertimbangannya adalah untuk tertib administrasi, selain itu belajar dari pengalaman selama ini, LKMD tersebut sifatnya kelembagaan dan karakter kepemimpinannya kurang kuat, sehingga banyak kasus ketika itu ditemukan bahwa alokasi dananya banyak yang salah, kalau boleh dikatakan banyak menguaplah, sementara kepala desa juga tidak dapat berbuat apa-apa,

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 80: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

bahkan juga ikut bersekongkol. Dialihkannya tanggung jawab kepada pangulu, maka diharapkan selain lebih tertib dan terkendali, juga ada pihak yang paling mudah untuk diminta pertanggung-jawabannya, lagi pula pangulu tersebut tidak akan macam-macam, karena resikonya besar dan hanya dia yang menanggungnya. (KS, 6 Agustus 2007)

Dana BPN / K yang dialokasikan langsung kepada pemerintah nagori /

kelurahan pada hakikatnya merupakan dana yang bersifat stimulan, sehingga sangat

diharapkan peranan dan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan

dan tidak hanya mengandalkan dana BPN / K tersebut. Peranan masyarakat dalam

kegiatan Pembangunan dapat menimbulkan rasa memiliki akan hasil-hasil

pembangunan, selanjutnya timbul kesadaran untuk memelihara dan melestarikan

bahkan meningkatkannya. Disamping itu juga dapat mengurangi ketergantungan

masyarakat pada bantuan pemerintah, sehingga pada akhirnya proses pemberdayaan

masyarakat dapat terwujud.

Kegiatan penyaluran dan pencairan dana BPN / K diatur melalui Daftar

Alokasi Dana Pembangunan Daerah (DA-DPD) Pembangunan Nagori/Kelurahan.

Pencairan dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu Tahap I sebesar Rp. 35.000.000,-

(70%) yang penggunaannya untuk kegiatan pembangunan fisik yang disertai dengan

DURK, bestek proyek, berita acara musbang, surat perjanjian penarikan dana, berita

acara pembayaran penarikan dana, nomor rekening pangulu di BPDSU terdekat, foto

copy KTP PjOK dan PjAK serta SK penetapan PjOK dan PjAK sebagai dokumen

kelengkapan administrasi.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 81: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Kemudian pencairan Tahap II sebesar Rp. 15.000.000,- dilaksanakan setelah

dana pencairan Tahap I dapat dipertanggung jawabkan 100 % kepada Pimpro

Kabupaten melalui Tim Pengelola Kecamatan. Berkaitan dengan itu tentunya PjAK

harus mempersiapkan seluruh administrasi keuangan yang berkenaan dengan

program BPN / K. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Kepala Seksi Pemerintahan

Masyarakat Nagori sebagai berikut:

Pencairan tahap kedua dilaksanakan setelah dilakukan pertanggungjawaban dana pencairan di tahap pertama yang lazim disebut SPJ. Setelah itu baru dapat dicairkan dana tahap kedua sehingga pencairannya pun tidak serentak untuk semua nagori di seluruh Kabupaten Simalungun tergantung bagaimana laporan tadi disampaikan. Namun laporan tahap pertama pun memiliki jangka waktu sehingga semua kegiatan dapat berlangsung dan selesai di tahun anggaran itu juga. (KS, 31 Juli 2007)

Program Dana BPN / K di Kecamatan Panombeian Panei pada Tahun

Anggaran 2005 dimulai sejak bulan Juni 2005 sesuai dengan pengesahan APBD

Kabupaten Simalungun yang hingga akhir tahun 2005 telah berjalan 100 %. Untuk

Tahun Anggaran 2006 dimulai sejak bulan Juni 2006 yang hingga akhir tahun 2006

telah berjalan 100 %. Data kegiatan Tahun Anggaran 2005 dan 2006, sebagaimana

dipaparkan dalam tabel berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 82: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.12

Kegiatan Program BPN/K di Kecamatan Panombeian Panei Pada Tahun Anggaran 2005

Pembiayaan

No Nagori Jenis Kegiatan Volume Manfaat Pemda Swadaya Masyarakat

Jumlah

1. Pamatang Panombeian

Pembuatan Parit Pasangan

120m x 60cm

Meningkatkan Saluran Limbah 3.000.000 2.000.000 5.000.000

2. Panombeian Pembuatan Gorong-Gorong di dua tempat

5m x 3m Meningkatkan Transportasi 3.000.000 1.000.000 4.000.000

3. Nagori Bosar

Pembuatan Titi Plat beton 2 (dua) buah

1m x 4m Meningkatkan Transportasi 3.000.000 1.000.000 4.000.000

4. Marjandi Pembuatan Tembok Panahan

70m x 1m Meningkatkan Transportasi 3.000.000 2.000.000 5.000.000

5. Simpang Panei

Pembatuan Jalan 150m x 3m Meningkatkan

Transportasi 3.000.000 1.000.000 4.000.000

6. Talun Kondot

Pembuatan Parit Pasangan

140m x 60cm

Meningkatkan Saluran Limbah 3.000.000 2.000.000 5.000.000

7. Simbolon Tengkoh

Merehab Kantor Pangulu Nagori 8m x 12m Pelayanan

Masyarakat Lancar 3.000.000 1.000.000 4.000.000

J u m l a h 21.000.000 10.000.000 31.000.000 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007

Tabel 4.12 memperlihatkan bahwa seluruh kegiatan program pembangunan

dialokasikan untuk sarana dan prasarana (7 kegiatan). Seluruh nagori ikut

berpartisipasi dengan nilai swadaya masyarakat yang bervariasi antar nagori sesuai

dengan volume kegiatan pembangunan. Jumlah dana untuk tiap nagori berbeda-beda

disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat sehingga tidak

ditemukan pemerataan anggaran.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 83: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.13

Kegiatan Program BPN/K di Kecamatan Panombeian Panei yang bersumber dari Tahun Anggaran 2006

Pembiayaan Nagori

No Nagori Jenis Kegiatan Volume Manfaat Pemda Nagori

1. Pamatang Panombeian

Pembuatan Parit Pasangan 298m x 40cm Meningkatkan

Saluran Limbah 45.000.000 5.000.000 50.000.000

2. Panombeian Pembuatan Parit Pasangan 109m x 1m Meningkatkan

Saluran Limbah 45.000.000 5.000.000 50.000.000

3. Nagori Bosar Pembatuan Jalan 400m x 3m Meningkatkan Transportasi 45.000.000 5.000.000 50.000.000

Pembatuan Jalan 386m x 3m Meningkatkan Transportasi

4. Marjandi Pembuatan Plat Beton 0,8 x 0,7 x 5 m

180m x 3m

Meningkatkan Transportasi

45.000.000 5.000.000 50.000.000

5. Simpang Panei Pembatuan Jalan 649m x 3m Meningkatkan

Transportasi 45.000.000 5.000.000 50.000.000

6. Pamatang Panei Pembatuan Jalan 677m x 3m Meningkatkan

Transportasi 45.000.000 5.000.000 50.000.000

Pembatuan Jalan 490m x 3m Meningkatkan Transportasi

7. Talun Kondot Pembuatan Plat Beton 0,6 x 0,6 x

2,6m Meningkatkan Transportasi

45.000.000 5.000.000 50.000.000

8. Simbolon Tengkoh

Pembuatan Paret Pasangan 298m x 40cm Meningkatkan

Saluran Limbah 45.000.000 5.000.000 50.000.000

J u m l a h 360.000.000 40.000.000 400.000.000 Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007

Data tabel 4.13 memperlihatkan bahwa seluruh kegiatan program

pembangunan dialokasikan untuk sarana dan prasarana (10 kegiatan). Alokasi dana

program BPN / K sebesar Rp. 400.000.000 telah menghasilkan swadaya masyarakat

sebesar Rp. 40.000.000 atau 10 %. Nilai swadaya masyarakat tersebut berasal dari

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 84: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

totalitas seluruh nilai bahan material serta nilai upah tenaga masyarakat yang dihitung

secara lokal.

Dari pengamatan dilapangan, pada umumnya tidak ditemukan permasalahan

yang cukup urgen dalam pelaksanaan program BPN / K. Pertanggung-jawaban

terhadap masyarakat justru menjadi hal yang baru dan menuntut transparansi

dilingkungan pemerintahan nagori. Kondisi tersebut terlihat dari adanya sorotan yang

tajam dan bahkan apriori dari masyarakat dan LPMN yang beranggapan dana tersebut

“dimakan” oleh Pangulu, tidak transparan dan lain-lain, sebagaimana diutarakan

salah satu Pangulu, yaitu :

.....Memang ada juga orang-orang tertentu yang merasa cemburu dan selalu ingin memantau kami para pangulu sebagai PjOK dan PjAK, karena kami memegang uang, yang mereka anggap dapat saja kami pergunakan seenak kami saja, padahal tidak begitu. Kalau dipikir-pikir, yah.... lain juga rasanya, karena sekian lamanya sewaktu pelaksanaan Bangdes dulu, dipegang oleh LKMD dan sewaktu DPD/K juga dipegang sekretaris desa, tapi sama saja sih.. yang penting bagaimana kita transparan dan dapat mempertanggung-jawabkannya dengan baik. (RS, 6 Agustus 2007)

Senada dengan keterangan salah seorang Pangulu tersebut, para tokoh

masyarakat pada umumnya beranggapan tidak ada pangulu yang merasa “mentang-

mentang” dengan pengelolaan dana BPN / K. Situasi pengelolaan pemerintahan yang

sudah berubah dengan paradigma good governance menuntut adanya transparansi

serta keharusan penyertaan masyarakat. Masyarakatlah sebagai pemegang kekuasaan

yang sesungguhnya dan masyarakatlah sebagai sumber dan tujuan dari seluruh proses

pembangunan yang pada akhirnya memberdayakan, sebagaimana keterangan salah

seorang masyarakat :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 85: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

.....Cara dan sikap bapak pangulu sekarang sangat baik dalam mengajak peran serta masyarakat dan keterbukaannya dalam pengelolaan dana pembangunan, mungkin karena sudah zaman reformasi atau karena baru 2 tahun menjabat pangulu. Pelaksanaan musbang nagori, walaupun sedikit masyarakat menghadirinya, tetap terlaksana dengan terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi oleh pangulu. Kelihatannya pangulu orangnya baik sama masyarakat di huta, sering menghadiri undangan pesta dan perayaan di gereja walaupun beliau bukan nasrani. (JD, 12 Agustus 2007)

Hal tersebut didukung juga oleh salah seorang masyarakat di nagori lain

yaitu :

pangulu kami sekarang ini sudah agak tau. Lagipul masa jabatannya sebagai pangulu sebentar lagi akan berakhir. Selama bapak itu menjadi pangulu, setiap ada pembangunan selalu disampaikan kepada pangulu darimana pembangunan itu dan apa maunya. Semua kami bicarakan secara terbuka. Apalagi sebentar lagi akan ada pemilihan pangulu, kami berharap agar bapak ini terpilih lagi. Walaupun dari segi kesehatan sudah agak kurang mendukung. (AP, 26 September 2007)

Keterangan salah seorang masyarakat tersebut, menyiratkan bahwa walaupun

pengelolaan program BPN / K dikelola langsung oleh lembaga pemerintahan nagori,

namun peluang untuk menyalahgunakannya sangat kecil. Akses masyarakat yang

dekat dengan pemerintahan nagori untuk melakukan pemantauan (social control)

terhadap kinerjanya. Dalam implementasinya, social control tersebut sebagian besar

direpresentasikan melalui lembaga lokal seperti Maujana Nagori, sehingga menuntut

adanya transparansi dan akuntabilitas publik dalam situasi pengelolaan ketata

pemerintahan yang sudah berubah.

Pada sisi yang lain, keberadaan lembaga pemerintahan nagori juga merupakan

jembatan antara kepentingan birokrat kecamatan dan kepentingan masyarakat. Dalam

implementasinya, tentu mereka akan memperhitungkan bahwa keberadaan mereka

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 86: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

sangat disorot dan langsung berhadapan dengan masyarakat, sekaligus mereka juga

merupakan bagian integral dari sistem sosial masyarakat nagori.

Selanjutnya untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai temuan

penelitian tentang karakteristik program BPN / K, sebagaimana dirangkum dalam

tabel berikut :

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Penelitian tentang Karakteristik

Program BPN/K

No Temuan

Penelitian Program BPN/K

1. Lokasi Kegiatan Seluruh Nagori

2. Alokasi Kegiatan 1. Pembangunan Sarana dan Prasarana Fisik 2. Pembinaan PKK dan Anak Remaja 3. Biaya Operasional Pembangunan Nagori

3. Desain Perencanaan Murni dilaksanakan dan dirumuskan dari bawah di tingkat Nagori dalam Forum Musbang. Setelah disetujui oleh Maujana Nagori, kemudian disyahkan Camat, sebagai upaya tertib administratif dan dalam rangka upaya preventif.

4. Implementasi Kegiatan Program BPN / K mengarahkan pada kegiatan Pembangunan Prasarana Fisik dan Pembinaan

5. Sifat Dana Bersifat stimulus yang membutuhkan partisipasi dan swadaya masyarakat

6. Pola Pelaksanaan dan Pelaksana Langsung Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan dilakukan 100 % oleh masyarakat sesuai dengan bestek yang dibuat dalam Musbang yang dipimpin PjOK dan PjAK. Apabila ingin dikontrakkan, tergantung kesepakatan di tingkat nagori, sesuai dengan kemampuan. Pelaksana Langsung Kegiatan yaitu Pemerintahan Nagori sebagai Pengelola dan Penanggung Jawab

7. Sumber Dana, Alokasi Dana dan Partisipasi Masyarakat

100 % bersumber dari Pemkab dan merupakan dana stimulus yang dialokasikan 100 %. Murni dikelola langsung oleh masyarakat lokal melalui PjOK, dan swadaya/ partisipasi masyarakat diharapkan untuk menambahnya sesuai dengan kebutuhan. Alokasi Dana sebesar Rp. 50.000.000 per nagori / kelurahan.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 87: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

8. Proses Pencairan Dana Langsung ke Rekening PjOK di BPD Sumut (Bank Pembangunan Daerah ) Sumatera Utara.

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Fenomena yang menarik terjadi pada pelaksanaan program BPN / K, dimana

masyarakat umumnya “adem ayem” saja dengan keberadaan program BPN / K,

dibandingkan dengan P2KT yang baru digulirkan sejak tahun anggaran 2002.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, masyarakat secara luas sudah mengetahui

bahwa program BPN / K tersebut merupakan kelanjutan dari program Bangdes

dahulu. Distorsi informasi tentang program BPN / K juga terjadi karena sistem

informasinya yang kurang transparan atau masyarakat justru sudah terlanjur skeptis

atau aporiori terhadap program BPN / K. Semua kemungkinan tersebut memang

bersifat relatif, akan tetapi secara umum masyarakat dapat memahaminya walaupun

secara sederhana. Pemahaman masyarakat yang utama pada pelaksanaan kegiatan

program BPN / K yang memang terbatas, disamping dananya bersifat stimulan.

Pernyataan dari seorang Anggota Maujana dibawah ini, kiranya dapat

menggambarkan sikap tersebut, yaitu sebagai berikut :

.....Jelas saja masyarakat tidak terlalu mempersoalkan BPN / K, karena selain dana yang sudah ditentukan, juga alokasinya sudah jelas yaitu Rp. 50.000.000,- untuk biaya operasional pemerintahan nagori, Rp.2.500.000 untuk kegiatan PKK, sedangkan Rp. 42.500.000 untuk kegiatan pembangunan, jadi kalaupun ada penyimpangan terhadap dana pembangunan tersebut, gampang ketahuannya, dan lagi pula forum musbang tentang BPN / K atau musbang bangdes sejak dahulu sudah diketahui oleh masyarakat. Misalnya dalam satu tahun tidak ada musbang bangdes atau sekarang BPN / K kan ujung-ujungnya ketahuan juga. (HS, 8 September 2007)

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 88: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Keterangan senada juga tercermin dalam pernyataan salah seorang Pangulu,

sebagai berikut : “.....Kita masih banyak belajar tentang BPN / K, walaupun

sebenarnya tidak asing lagi sejak dahulu, hanya saja sekarang sudah dikelola

langsung oleh pangulu, tidak lagi oleh LKMD, tapi begitupun, kami juga harus

melibatkan masyarakat, karena sudah begitu ketentuannya”. (S, 6 September 2007)

Selanjutnya untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai temuan

penelitian tentang keterlibatan masyarakat dalam Program BPN / K, sebagaimana

dirangkum dalam tabel berikut :

Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Penelitian tentang Keterlibatan Masyarakat

dalam Program BPN/K

No Temuan Penelitian Program BPN/K

1. Keterlibatan Masyarakat dlm Perencanaan BPN / K

Masyarakat sudah terlibat dalam tataran perencanaan Program BPN / K

2. Pengelolaan Kegiatan dan Penguasaan Alokasi Dana

Pengelolaan kegiatan dan penguasaan alokasi dana oleh masyarakat melalui fungsi dan peranan pemerintahan nagori (PjOK dan PjAK). Meskipun demikian, bukan berarti pemerintahan nagori dapat leluasa mengelolanya, karena bagaimanapun tidak terlepas dari jangkauan pembinaan dan monitoring lembaga pemerintahan kecamatan. Selain itu ketidak beresan dalam pengelolaan, akan mempunyai resistensi yang tinggi sebagai aplikasi social control. Kata akhir yang dapat mempresentasikan kondisi pengelolaan dan penguasaan alokasi dana yaitu masih adanya “Proses Birokratisasi” proyek pembangunan yang walaupun kadarnya kecil serta scoupe-nya pada tataran lokal nagori. Dibutuhkan kapasitas pemerintahan nagori mengaplikasikan program dalam kondisi masyarakat nagori dengan sistem sosial yang abirokratisasi.

3. Temuan Khusus di Lapangan

Adanya sikap apriori masyarakat yang dimotori elit lokal nagori yang terpinggirkan, seperti LPMN & Tokoh Masyarakat terhadap proses pelaksanaan. Namun realitasnya, transparansi kegiatan memang belum optimal.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 89: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Pemerintah Kecamatan masih menganggap perlu intervensi dalam wujud pola pembinaan sebagai bagian dari tanggung jawabnya, sedangkan Nagori dalam hal tertentu justru mengganggap tidak saatnya lagi, karena kondisi empirik yang menunjukkan selama ini masih melekatnya stigma negatif pelaksanaan Bangdes di masa lalu pada pelaksanaan Program BPN / K.

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

4.4.1. Tahap Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi

Tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)

Penentuan kegiatan program yang akan dibahas, berangkat dari inventarisasi

kegiatan yang dilakukan. Kegiatan yang paling menonjol dilaksanakan di Kecamatan

Panombeian Panei adalah pembangunan sarana dan prasarana transportasi. Dalam

implementasi kegiatan tersebut, masih terbentur oleh kepentingan birokrat yang ada,

terutama dalam proses perencanaannya. Oleh karena itu penting untuk mengetahui

sampai sejauh mana keterlibatan masyarakat lokal sejak proses perencanaan.

Menyikapi program pembangunan yang digulirkan ke Kecamatan

Panombeian Panei, masyarakat sangat mengharapkan alokasi terbesar untuk

pembangunan sarana dan prasarana transportasi terutama pembukaan jalan,

pembatuan jalan, perkerasan jalan, pembuatan gorong-gorong dan lain-lain. Hal

tersebut sangatlah wajar, karena sebagai salah satu kecamatan pemekaran, masih

banyak prasarana jalan yang masih rusak, belum di onderlag (pembatuan), bahkan

masih ada yang berupa jalan tanah dan jalan setapak, sedangkan jalan tersebut

merupakan urat nadi jalur pertanian masyarakat, sebagaimana telah disebutkan dalam

gambaran umum lokasi penelitian. Sebagimana pernyataan salah seorang masyarakat

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 90: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

sebagai berikut : ”Apapun nama dan bentuk program pembangunan yang akan

diberikan pemerintah kami sangat membutuhkan pembangunan yang mengarah

trnsportasi. Jalan di huta kami sudah lama kami usulkan agar pemerintah melakukan

pembangunan. Untunglah ada program BPN / K sehingga jalan ditempat kami sudah

baik. ”(PT, 9 Oktober 2007)

Secara umum alokasi kegiatan terbesar program BPN / K yaitu pembangunan

sarana dan prasarana jalan transportasi. Hal tersebut disambut antusias oleh

masyarakat seluruh nagori/kelurahan, yang mengetahui informasinya melalui pangulu

dan tokoh-tokoh masyarakat. Ketika sosialisasi demi sosialisasi dari program tersebut

mulai dilaksanakan di nagori/kelurahan, masyarakat mulai membahas secara informal

tentang kegiatan yang akan dialokasikan.

Antusias masyarakat tersebut banyak dipengaruhi informasi yang disampaikan

oleh Pangulu. Dalam hal ini Pangulu telah mengambil suatu sikap untuk

mengintegrasikan perencanaannya, sebagaimana terungkap dari keterangan salah satu

Pangulu, sebagai berikut :

.....Waktu saya mendapat informasi bahwa akan ada program BPN / K, dimana akan ada kesempatan untuk membangun prasarana transportasi, saya mulai mengumpulkan beberapa tokoh masyarakat secara terbatas untuk membicarakannya dan juga menyampaikannya melalui kegiatan-kegiatan di gereja kepada masyarakat. Di nagori kami masih ada jalan tanah sepanjang 2 km menuju salah satu huta, sepanjang jalan tersebut banyak perladangan yang merupakan andalan masyarakat. Kami buat perencanaan tentunya dengan didukung dengan partsipasi dan swadaya masyarakat. (KP, 28 September 2007)

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 91: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Keterangan informan tersebut senada dengan informan (pangulu) lainnya

yang memberikan keterangan. Sebagaimana telah disampaikan diatas, lokasi jalan

tanah tersebut di Nagori Talun Kondot, yang memang masih banyak jalan yang

terisolir. Bahkan ada yang mengharapkan pembukaan jalan, sebagaimana terungkap

dari keterangan yang disampaikan seorang Tokoh Masyarakat, sebagai berikut :

“.....Kami sangat senang program-program tersebut dapat membuka jalan huta yang

telah lama sekali kami inginkan menghubungkan talun kondot ke kampung baru,

sekarang dapat lebih pendek jaraknya. Saat perencanaannyapun sewaktu musrenbang

dulu, secara bulat kami setuju sekali dengan rencana itu”. (AP, 5 September 2007)

Sama dengan keterangan tokoh masyarakat tersebut, masyarakat juga

bersemangat diajak bermusyawarah untuk mempersiapkan gotong royong dan hal-hal

yang perlu dipersiapkan, seperti dituturkan oleh salah seorang masyarakat nagori

Talun Kondot, sebagai berikut :

.....Waktu ibu pangulu nagori menyampaikan rencana pembangunan jalan tersebut di gereja, senang kali kami mendengarnya, karena sudah kami bayangkan akan semakin mudahlah kami nantinya mengangkut hasil pertanian dan ongkospun semakin murah. Waktu diadakan musbang, kami bersedia menyumbang 10 tumba (liter) beras per KK untuk dijual sebagai tambahan menyediakan materil. (PS, 20 September 2007)

Ada juga proses yang mengintegrasikan beberapa usulan pembangunan

transportasi sesuai dengan kondisi obyek jalan yang akan diperbaiki atau diperkeras

dengan besarnya dana yang memungkinkan dari program yang ada, seperti

dinyatakan oleh salah seorang Pangulu, yaitu :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 92: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

....Saat musbang nagori yang biasanya kami selenggarakan pada bulan maret setiap tahun yang memang secara khusus membahas tentang BPN / K, tapi pada saat itu juga saya sampaikan, bahwa perlunya membuat peringkat prioritas dari banyaknya usulan tentang jalan, dalam artian yang mana dapat didanai oleh BPN / K yang memang dananya terbatas pada tahun ini, yang mana didanai pada tahun depan dan demikian seterusnya, disamping dimohonkan melalui Dinas PU Bina Marga, selain itu juga kami perhitungkan bobot rusaknya jalan dan dampak yang timbul, dengan demikian, kami sudah siap dan tinggal menunggu pelaksanaannya saja. (RS, 23 Agustus 2007)

Strategi seperti yang diterapkan oleh salah seorang pangulu tersebut memang

praktis dan efisien. Berdasarkan pengamatan dan wawancara, umumnya masyarakat

Kecamatan Panombeian Panei tidak tahu persis apa saja alokasi program BPN / K.

Masyarakat hanya mengetahui bahwa melalui program tersebut dapat membuka jalan,

dapat memperkeras jalan, dll. Wujud kegembiraan masyarakat tercermin pada

antusias mereka saat diajak berpartisipasi dalam pembangunan. Saat pelaksanaan

Musrenbang di tingkat Nagori, masyarakat sangat antusias.

Pada umumnya proses perencanaan pembangunan di desa berjalan lancar,

karena memang ada kesesuaian antara peluang yang diberikan dalam program

tersebut dengan aspirasi masyarakat. Terwujud keterpaduan yang pada gilirannya

mengupayakan keberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat menjadi proaktif.

Mekanisme perencanaan pembangunan dari bawah yang mengacu pada kebutuhan

dan kemampuan setempat adalah prasyarat utama untuk efektifitas dan efisiensi,

sehingga proses pemberdayaan masyarakat dapat tercapai, sebagaimana terungkap

dari pernyataan informan, sebagai berikut :

Pangulu selalu mengumpulkan kami terlebih dahulu untuk membicarakan pembangunan apa yang akan kami bangun di nagori kami. Banyak juga

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 93: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

permintaan kami yang disampaikan. Cuma bapak pangulu menjelaskan biaya dan mencari jalan tengah apa yang mendesak untuk dilakukan. Eh...ternyata benar juga. Apa yang kami rencanakan itu pula yang dilaksanakan. (TS, 27 September 2007)

Pendapat yang berbeda, justru muncul dari tokoh masyarakat nagori yaitu

LPM yang memandang fenomena tersebut dari sisi yang lain, sebagaimana

terungkap dari pernyataan informan, sebagai berikut :

.....Sebenarnya semua masyarakat menginginkan pembangunan jalan, namun karena serba gantung dananya pembangunan itu nantinya bisa kurang mantap. Meskipun begitu pembangunan prasarana transportasi itu sendiri memang sudah dialokasikan dalam program karena berdasarkan data yang ada, memang masih banyakpun... sarana jalan di kecamatan ini yang penting untuk diperkeras, atau setidaknya dibatui. (MS, 2 Oktober 2007)

Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa memang ada perbedaan pandangan

terhadap proses pengusulan kegiatan, meskipun mereka penduduk asli Kecamatan

Panombeian Panei. Pandangan pertama yang menyebutkan usulan atas masukan dan

kebutuhan / aspirasi masyarakat, dan pandangan kedua yang menyatakan usulan

tersebut memang sudah diprogramkan berdasarkan data yang telah ada di kecamatan

dan kabupaten sebelumnya. Padahal data yang dimaksud oleh aparat kecamatan

tersebut sebagai masukan dalam penentuan alokasi.

Menyikapi program pembangunan di nagori, berdasarkan petunjuk dari

tingkat kabupaten, Camat telah membentuk Tim yang bertugas sejak sosialisasi,

perencanaan sampai pelaksanaannya. Tim yang dibentuk terdiri dari Tim Pengelola &

Monitoring program BPN / K.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 94: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tim tersebut dikoordinasikan oleh Camat. Demikian juga halnya di tingkat

nagori/kelurahan, sudah ada pembagian tugas antara PjOK, PjAK maupun Korlap.

Untuk lebih jelasnya tentang pembagian tim tersebut, sebagaimana dinyatakan

Camat, sebagai berikut :

.....Masuknya program BPN / K, menuntut kami di pemerintahan kecamatan untuk melakukan pembinaan secara baik dan tersistematis berdasarkan pedoman dan petunjuk yang dari atas. Pembinaan yang dilakukan terutama sekali kami lakukan pada awal perencanaan karena itu yang sangat menentukan kelanjutannya. Zamannya sudah berubah, sehingga paradigma yang dipakaipun bukanlah intervensi, tetapi fasilitasi serta menjaga supaya tetap mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan. Juga saya tekankan kepada staf saya untuk menyesuaikan dengan pola pikir tersebut, karena ketika seandainya ada masalah, toh... kecamatan juga yang harus bertanggung-jawab, itu saja, sedangkan kalau ada hal-hal yang bersifat teknis, kami koordinasikan dengan instansi terkait. Jadi peranan kami sifatnya menjembatani peranan dan fungsi pihak-pihak yang terlibat di nagori/kelurahan. (REPS, 10 September 2007)

Berdasarkan pengamatan dan informasi dari beberapa Pangulu dan Tokoh

masyarakat yang diperoleh dilapangan, peranan kecamatan dianggap cukup baik dan

proposional. Tim dari kecamatan senantiasa menghadiri sosialisasi dan musrenbang

di setiap nagori serta memberikan pengarahan. Sehingga masyarakat pun bersedia

untuk berpartisipasi aktif, seperti disampaikan oleh salah seorang masyarakat, sebagai

berikut :

.....Pernah Bapak Camat datang berkunjung ke peladangan kami, sewaktu panen dan kami sedang memikul hasilnya sejauh 500 meter ke tempat tingggal kami, pada awalnya kami tidak tahu kalau Bapak itu seorang Camat. Bapak itu memberikan semangat pada kami bahwa akan ada program pembatuan jalan, awalnya sih....kami kira main-main, ternyata ketika di huta kami, ramai dibicarakan tentang itu, membuat kami tertarik dan saat sosialisasi ternyata Bapak Camat tersebut datang, wah.... kami sangat senang, mudah-mudahan seterusnya demikianlah. (SS, 3 Oktober 2008)

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 95: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Kegiatan yang paling menonjol dilaksanakan di Kecamatan Panombeian

Panei melalui program BPN / K adalah pembangunan sarana dan prasarana

transportasi. Dalam implementasi kegiatan tersebut, masih terbentur oleh kepentingan

birokrat yang ada. Pada sisi lain, nyata terjadi bahwa hasil-hasil kegiatan

pembangunan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Ini terkait

dengan minimnya tingkat rasa memiliki dan empati masyarakat lokal. Karenanya

penting untuk mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan masyarakat sejak proses

perencanaan.

Pembangunan Sarana dan Prasarana

Masyarakat sangat mengharapkan alokasi terbesar program pembangunan

yang digulirkan di Kecamatan Panombeian Panei adalah pembangunan sarana dan

prasarana transportasi terutama pembatuan jalan. Hal tersebut sangatlah wajar, karena

sebagian besar jalan desa di Kecamatan Panombeian Panei masih ada yang berupa

jalan tanah dan jalan setapak, sedangkan jalan tersebut merupakan urat nadi jalur

pertanian masyarakat, sebagaimana telah disebutkan dalam gambaran umum lokasi

penelitian, sebagaimana terungkap dari keterangan salah seorang masyarakat,

sebagai berikut : ”Memang selama ini kami merindukan pembangunan jalan. Di jalan

utama memang jalan sudah sangat baik namun bila dilihat ke dalam masih banyak

jalan yang belum dibatui sehingga kami sangat sulit mengangkut hasil pertanian

kami.” (ES, 26 Juli 2007)

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 96: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Alokasi tersebut disambut antusias oleh masyarakat seluruh nagori/kelurahan,

yang mengetahui informasinya melalui pangulu dan tokoh-tokoh masyarakat. Ketika

sosialisasi demi sosialisasi dari program tersebut mulai dilaksanakan di

nagori/kelurahan, masyarakat mulai membahas secara informal tentang kegiatan yang

akan dialokasikan.

Antusias masyarakat tersebut banyak dipengaruhi informasi yang disampaikan

oleh Pangulu. Dalam hal ini Pangulu telah mengambil suatu sikap untuk

mengintegrasikan perencanaannya, sebagaimana terungkap dari keterangan salah satu

Maujana, sebagai berikut :

.....Waktu kami mendapat informasi bahwa akan ada program BPN / K dimana ada kesempatan untuk membangun prasarana transportasi, kami mulai membicarakan pembangunan apa yang terbaik dilakukan di nagori kami. Di nagori kami masih ada jalan tanah sepanjang 5 km padahal sepanjang jalan tersebut, banyak perladangan yang merupakan andalan masyarakat. Secara pribadi saya merancang, apabila nagori kami mendapatkan program-program tersebut, akan kami buat perencanaan dengan bertahap, misalnya tahun pertama dengan panjang sekian meter dibiayai dari BPN / K, tahun kedua selanjutnya dengan panjang sekian meter sampai kami harapkan tuntas karena kami dengar juga program ini bertahap. (MS, 2 Oktober 2007)

Pada umumnya proses perencanaan pembangunan berjalan lancar, karena

memang ada kesesuaian antara peluang yang diberikan dalam program tersebut

dengan aspirasi masyarakat. Terwujud keterpaduan yang pada gilirannya

mengupayakan keberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat menjadi proaktif.

Mekanisme perencanaan pembangunan yang mengacu pada kebutuhan dan

kemampuan masyarakat adalah prasyarat utama untuk efektifitas dan efisiensi,

sehingga proses pemberdayaan masyarakat dapat tercapai.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 97: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Mencermati mekanisme perencanaan pembangunan di tingkat nagori, juga

menyiratkan tentang adanya persamaan gender. Berdasarkan wawancara dan

pengamatan, secara prinsipil tidak ditemukan adanya pembedaan kepentingan dan

peranan antara pria dan wanita. Meskipun dalam konsep program yang digulirkan,

tidak mengatur secara khusus tentang peranan wanita tersebut, akan tetapi

implementasinya tetap menyertakan peranan wanita, meskipun intensitasnya tidak

sama seperti pria. Hal tersebut juga terkait dengan aplikasi capacity building sebagai

pendekatan dalam pemberdayaan yang menempatkan kesejajaran wanita dan pria

dalam setiap pengembangan kapasitasnya (Oxfom,1997:24).

Untuk memberikan gambaran tentang peranan wanita tersebut, dapat

terungkap dari keterangan Pangulu yang ketepatan merupakan seorang wanita,

sebagai berikut :

.....Keberadaan wanita di daerah kami, juga sama seperti umumnya daerah-daerah yang berbasis pertanian. Disini, selain berperan utama membina anak-anaknya, juga ikut serta membantu suaminya, seperti ke ladang. Besarnya peranan kaum wanita dalam menopang kehidupan sehari-hari, khususnya bidang pertanian, juga memberikan gambaran yang berhubungan erat dengan mekanisme program pembangunan yang digulirkan. Melalui kelembagaan PKK yang ada di setiap nagori, kami selalu berupaya mendorong wanita untuk mengambil peranan yang berarti, dan memang kenyataannya, dalam setiap musbang yang diperuntukkan kegiatan yang dua tersebut, peranan mereka sama dengan pria. Hanya saja, mereka tidak terlibat dalam kegiatan fisik, tetapi mereka mendukung kebutuhan logistik, misalnya mendirikan dapur umum. Dalam setiap musbangpun, usulan mereka kadang-kadang lebih mengena, karena mereka yang paling mengetahui dan merasakan sehari-hari. (S, 25 September 2007)

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 98: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Keterangan Pangulu tersebut, juga sejalan dengan keterangan salah seorang

masyarakat nagori Pamatang Panombeian (Ibu Rumah Tangga) tentang peranan

mereka, sebagai berikut :

.....Pada pelaksanaan musbang di nagori, kami diundang oleh Ibu pangulu untuk membicarakan pembangunan. Secara khusus Ibu pangulu meminta masukan sama kami, mengenai pembangunan apa yang sebaiknya dilaksanakan di nagori kami. Apapun hasil keputusan musbang kami mendukung karena kami merasa telah dihargai dengan dimintakan pendapat sebagai warga masyarakat. (RD, 5 Oktober 2007)

Umumnya pendapat masyarakat sama sebagaimana diungkapkan salah

seorang Ibu Rumah Tangga tersebut. Pada prinsipnya sangat senang dengan

pembangunan parasarana tersebut. Hakikat perencanaan pembangunan desa pada

dasarnya adalah perencanaan yang dilakukan bersama dengan masyarakat untuk

menjawab permasalahan dan memenuhi kebutuhan masyarakat pula. Dengan

demikian mekanisme yang dikembangkan adalah keterlibatan masyarakat secara

langsung.

Dari pembahasan diatas dapat dianalisis tentang perencanaan sebagai prinsip

dasar dalam pembangunan, sebagai berikut : Pertama, Dalam perencanaan bersama

yang melibatkan masyarakat banyak, harus dipastikan bahwa diantara masyarakat

lokal memiliki rasa saling percaya, saling mengenal dan saling bekerja sama, sebab

hal yang akan direncanakan merupakan suatu rencana bersama, sehingga dukungan

yang diperoleh sangat nyata adanya. Saling percaya sangat dibutuhkan supaya proses

berjalan dengan jujur dan transparan.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 99: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Hal diatas didukung oleh pernyataan salah seorang masyarakat sebagai

berikut: ” masyarakat harus bersatu padu mulai dari perencanaan sampai ke tahap

akhir. Masyarakatlah yang menentukan keberhasilan program ini. Jika di antara

masyarakat masih terjadi saling curiga maka bukan kemajuan yang didapatkan malah

makin terbelakang. Pihak Kecamatan dan Nagori tidak dapat berbuat banyak bila

masyarakat tidak saling bekerja sama.” (RS, 13 September 2007)

Kedua, agar semua masyarakat dapat berbicara dan mengemukakan

pandangan, usulan dan aspirasi secara fair dan bebas, maka diantara masyarakat

sebagai peserta musbang nagori tidak boleh ada yang lebih tinggi kedudukannya,

dalam arti kesetaraan menjadi hal yang penting. Hal yang dimaksudkan bukan berarti

menyamaratakan segi yang berbeda atau penyeragaman, melainkan membangun

suatu suasana dan kondisi yang setara. Tujuan dasarnya adalah agar semua

masyarakat yang terlibat dapat mengaktualisasikan pikiran secara sehat dan tidak

mengalami hambatan, misalnya hambatan psikologis. Keberadaan birokrat harus

benar-benar berposisi sebagai “fasilitator” dan hendaknya bukan sebagai narasumber

apalagi pihak yang paling menentukan (decision maker).. Kondisi demikian

sebenarnya berpotensi membangun suasana asimetri, dan bukan merupakan proses

pembelajaran yang transaktif dan bukan pula pemberdayaan yang mendorong

terjadinya proses perubahan sosial yang memungkinkan adanya akses masyarakat.

Yang terjadi justru proses peminggiran masyarakat.

Ketiga, perencanaan bersama masyarakat harus bermakna bahwa masyarakat

dapat menyepakati hasil yang diperoleh, baik pada saat itu, dan terutama pada saat

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 100: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

implementasinya. Harus dihindarkan perang intelektual atau opini, dimana pihak

yang berkelebihan informasi (elitis) mengalahkan pihak yang miskin informasi

(populis). Karena itulah keputusan yang diambil dalam perencanaan merupakan

keputusan bersama, bukan hasil rekayasa pihak tertentu atau elit tertentu.

Keempat, di dalam perencanaan pembangunan yang melibatkan masyarakat,

hendaknya menekankan pentingnya informasi yang jujur dan apa adanya, supaya

identifikasi masalah-masalah masyarakat lokal dan kebutuhan benar-benar sesuai

dengan apa adanya. Sehingga dalam perumusan kegiatan tentunya juga benar-benar

menyentuh kebutuhan dan kepentingan lokal. Kejujuran informasi ini terkait erat

dalam upaya capacity and accountability building, sehingga tidak terjadi dislokasi

kegiatan dan salah sasaran.

Menurut teori Friedmann (1992) aspek yang dominan berhasil di dalam

perencanaan adalah aspek sosial dan politik. Perencanaan Program BPN / K

melibatkan masyarakat melalui musyawarah yang dilakukan untuk merumuskan hal-

hal apa saja yang akan dilakukan. Masyarakat secara menyeluruh dapat terlibat

mengikuti musyawarah karena undangan diperuntukkan kepada seluruh masyarakat.

Saat rapat masyarakat dapat memperoleh seluruh informasi yang berhubungan

dengan Program BPN / K. Pada saat ini jugalah masyarakat bebas bertanya kepada

pemerintah hal-hal yang kurang dimengerti mengenai program tersebut. Jadi di dalam

aspek sosial telah berjalan dengan baik sebagaimana yang dikatakan oleh salah

seorang LPM yaitu:

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 101: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Ketika ada undangan rapat untuk membicarakan pembangunan hendaknya masyarakat dapat meluangkan waktu mengikutinya. Karena banyak hal yang akan diperoleh yang bermanfaat bagi kita sendiri. Informasi yang diberikan pun langsung dapat diterima tanpa perantara orang lain. Sehingga informasi yang diterima lebih akurat. Lagipula pada saat itulah masyarakat dapat menambah pengetahuan, sehingga ketika pelaksanaan Program BPN / K masyarakat tidak lagi terkejut dan merasa sinis. Memang sepanjang pengamatan kami antusias masyarakat dalam mengikuti rapat perencanaan Program BPN / K sangat tinggi. Hendaknya hal tersebut tidak menurun dan kami harapkan lebih ditingkatkan. (RS, 9 Nopember 2007)

Ketika aspek sosial telah terlaksana maka dengan sendirinya aspek politik

juga akan berjalan. Pelaksanaan musyawarah dalam perencanaan Program BPN / K

memberikan kewenangan masyarakat untuk menentukan rumusan keputusan

mengenai apa yang akan dikerjakan dan dilaksanakan di nagori mereka. Masyarakat

akan membuat keputusan bersama, sebagaimana yang dikatakan salah seorang

Maujana yaitu:

Maujana memiliki kewajiban agar perencanaan Program BPN / K dapat terlaksana dengna baik. Masyarakat di nagori kami sudah mau diajak berkumpul untuk bermusyawarah membicarakan bentuk pembangunan yang akan dilaksanakan. Mereka juga sudah mampu membuat keputusan dengan terlebih dahulu diberikan informasi tentang BPN / K. Kami hanya memfasilitasi rapat dan merumuskan lalu menetapkan hasil rapat yang nantinya akan dikerjakan oleh pemerintah nagori. (MS, 8 Nopember 2007)

4.4.2. Tahap Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi

Tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)

Pelaksanaan program pembangunan nagori memiliki peranan yang penting

untuk proses penumbuhan keberdayaan masyarakat nagori. Proses tersebut dapat

menjadi wahana berkembangnya proses belajar bagi semua pihak yang terlibat,

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 102: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

terutama masyarakat sebagai aktor utama. Akan tetapi ternyata tidak semua program

yang masuk ke nagori memiliki muatan proses belajar.

Masih ditemukan program pembangunan yang lebih bernuansa proyek.

Padahal di dalam proyek, hasillah (output) yang terpenting dibandingkan prosesnya.

Wacana tentang orientasi pembangunan sebagai proses belajar, terlihat dari beberapa

pernyataan masyarakat, sebagaimana diutarakan oleh salah seorang masyarakat,

yaitu:

.....Tidak kita duga-duga tahu-tahu ada bantuan untuk perkerasan jalan atau pembatuan jalan, kami tidak tahu persisnya tentang program tersebut. Itu malahan kita mengucapkan terima-kasih.... Sebenarnya kami sendiri sudah mengetahui bagaimana namanya usulan ataupun perencanaan dalam musbang, dimana kami bermusyawarah menentukan pembangunan yang akan dilaksanakan di nagori kami. Tapi hanya sebatas itu saja. Kami tidak mengetahui persis kapan implementasinya akan berlangsung dan bagaimana teknis pelaksanaannya. (PS, 12 September 2007)

Informasi yang lain muncul dan patut dirujuk, tercermin dari keterangan

Camat sebagai berikut :

.....Dalam merumuskan berbagai kebijakan pembangunan nagori, kami ditingkat Kecamatan di dalam setiap kesempatan sosialisasi ke bawah, selalu menekankan pentingnya perspektif kepemilikan dan keterlibatan aktif masyarakat di dalam program yang digulirkan, sebab pengalaman selama ini, kegiatan membangun sangatlah gampang, namun belum tentu bermanfaat bagi masyarakat dan tidak akan bertahan lama, sebab masyarakat tidak merasa memiliki dan tidak merasa terlibat, sehingga mereka apatis, hal tersebut masih untung sebenarnya, bagaimana jadinya jika mereka merusaknya, kan.. susah. Kemudian berkenaan dengan BPN / K, sebenarnya tidak dikenal intervensi kecamatan, hanya saja kami mencoba memformulasikannya sedemikian rupa supaya masyarakat lebih berswadaya dan lebih berpartisipasi aktif, itulah yang menjadi syarat mutlak. Pola demikian pun juga sebenarnya untuk mencoba melakukan proses pembelajaran masyarakat, supaya jangan serba tergantung dan mencoba menghidupkan kembali semangat marharoan (gotong-royong). Dulu kok bisa

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 103: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

terjadi, masyarakat tidak tergantung dengan pemerintah, akan tetapi kami juga realistis, dinamika masyarakat juga sudah sedemikian maju, sehingga menjadi pertimbangan untuk perbaikan program yang lebih memberdayakan masyarakat dimasa yang akan datang, jadi di dalam kebijakan Pemkab Simalungun pun.. kedepan, senantiasa mendesain program yang bermuatan pemberdayaan masyarakat dan memperhatikan kehidupan sosial budaya dan ekonomi mereka, sebab bagaimanapun harta karun pemda terbesar berada di nagori sebenarnya. (REPS, 2 Oktober 2007)

Berdasarkan pemikiran Schumacher (1993:184) yang mengatakan bahwa

bantuan yang terbaik yang dapat diberikan kepada masyarakat adalah bantuan

intelektual yang berupa pemberian pengetahuan yang berguna. Untuk dapat

memahami suatu pengetahuan, diperlukan kerja keras dan pengorbanan. Sesuatu yang

sukar didapat, biasanya setelah didapat akan berusaha untuk tetap memilikinya dan

bahkan melestarikannya. Lain halnya bila bantuan diberikan dalam bentuk barang

atau sesuatu yang telah jadi, yang tanpa diusahakan maka jarang menjadi “milik

sendiri”.

Mencermati kegiatan pembangunan sarana dan prasarana transportasi

sebagaimana telah dianalisa sebelumnya, ada beberapa aspek yang memberikan ruang

bagi masyarakat untuk dapat mengerahkan segala sumber daya yang dimilikinya.

Pertama, meskipun bukan berupa uang yang dapat mereka sumbangkan, namun

dengan adanya kesempatan yang terbuka bagi masyarakat untuk berpartisipasi, berarti

ada penghargaan akan keberadaan sebagai warga masyarakat lengkap dengan

pengetahuan yang dimilikinya. Mereka dapat mempengaruhi jalannya kegiatan agar

sesuai dengan kebutuhannya, karena mereka juga nantinya yang akan memanfaatkan

hasilnya.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 104: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Hal diatas sejalan dengan keterangan salah seorang masyarakat nagori Talun

Kondot tentang peranan mereka, sebagai berikut : ” kami sebagai warga masyarakat

tidak mengharapkan pemerintah dapat memenuhi semua kebutuhan kami. Namun bila

ada pembangunan kami akan senang sekali apabila kami sebagai masyarakat dapat

turut terlibat walaupun dalam hal yang kecil-kecil saja karena dari situ kami merasa

dihargai dan diakui keberadaannya.” (MH, 28 September 2007)

Kedua, informasi program yang transparan yang dimulai dari besarnya, siapa

yang harus dilibatkan dan bagaimana mekanisme kerjanya dalam setiap kesempatan

dan tempat pertemuan baik secara formal ataupun informal. Adanya transparansi ini

berarti masyarakat dapat segera memposisikan diri untuk berperan. Apa saja yang

dapat mereka lakukan supaya dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Melalui

penyediaan informasi yang transparan sebagaimana dijelaskan oleh Korten

(1988:247), juga dapat dijadikan sebagai wahana proses belajar untuk meningkatkan

keberdayaan masyarakat.

Ketiga, terbukanya informasi mengenai program sejak adanya sosialisasi

berarti pula terbuka kesempatan bagi masyarakat untuk dapat melakukan

pengontrolan. Kontrol dimaksud bukan berarti untuk meng-counter pelaksanaan

program, akan tetapi sebagai salah satu bentuk keikutsertaan masyarakat agar

pelaksanaan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sesungguhnya.

Begitu pula dengan hasil akhir yang dapat mencerminkan bahwa insiatif dan kreatif

masyarakat pada saat perencanaan awal dapat terakomodasi. Saat ini representasi

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 105: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

social control di nagori tercermin dalam lembaga Maujana Nagori, namun sampai

sejauh mana mereka dapat merefleksikannya, tentu merupakan persoalan yang lain.

Keempat, berdampak langsung pada kebutuhan pokok masyarakat.

Sebagaimana terlihat pada pembangunan prasarana transportasi, jelas sangat

berpengaruh bagi mobilisasi produksi pertanian masyarakat. Adanya permasalahan-

permasalahan tersebut menunjukkan bahwa pembangunan prasarana tersebut sangat

berdampak langsung pada kehidupan masyarakat. Tinjauan demikianlah yang

menjadi entry point bagi masyarakat untuk berperan sesuai dengan kapasitas dan pada

gilirannya membuat mereka lebih berdaya.

Berdasarkan analisis diatas, dapat dikatakan bahwa pembangunan sebagai

upaya mengadakan perubahan agar tercipta masyarakat yang lebih berdaya

hendaknya dipahami sebagai suatu gerakan bersama dari masyarakat, sekaligus

sebagai proses yang memberdayakan masyarakat. Sebagai suatu gerakan bersama,

maka adanya intervensi sebagai salah satu aspek dalam pembangunan, berarti

memposisikan peranan pemerintah lebih pada penciptaan peluang, dimana akan

memungkinkan masyarakat untuk mengembangkan diri sendiri, sebagimana

dinyatakan Korten (1988:378) tentang pembedaan peranan pemerintah, yaitu peran

pertama, yang bertindak untuk memenuhi kebutuhan rakyat, dan peran kedua, yang

bertindak menciptakan keadaan yang memungkinkan rakyat dapat menjadi lebih

efektif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Dilihat dari substansinya,

maka peranan kedua yang membuka peluang pemberdayaan masyarakat.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 106: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Penempatan masyarakat sebagai aktor utama berarti melibatkan masyarakat

secara langsung, yang akan membawa tiga dampak penting, yaitu : 1) terhindar dari

peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan rakyat akan memperjelas apa yang

sebetulnya dikehendaki masyarakat, 2) memberi nilai tambah pada legitimasi

rumusan perencanaan yang sangat kuat, karena secara kuantitas semakin banyak

masyarakat yang terlibat akan lebih baik, terlepas dari segi kualitasnya dan 3)

meningkatkan kesadaran atas hak berpartisipasi dan adanya komitmen moral yang

tinggi terhadap nagori. Dengan demikian diharapkan berpengaruh signifikan terhadap

keterlibatan masyarakat sekaligus proses memberdayakannya.

Perwujudan proses pembangunan yang memberdayakan masyarakat,

khususnya dalam aspek keterlibatan dalam perencanaan merupakan hal yang urgen,

karena itulah titik awal yang menentukan arah perjalanan program itu sendiri. Bukan

sekedar dilaksanakan dan lalu selesai, akan tetapi bagaimana dapat bermanfaat

optimal dan berkelanjutan. Manfaat akhir atau keluaran program adalah untuk

masyarakat, sehingga desain yang memuat aspek bottom-up planning harus

mendapatkan tempat yang penting. Dengan demikian keluaran program itu sesuai

(walaupun tidak seratus persen) dengan kebutuhan penerima manfaat yang

sesungguhnya yaitu masyarakat.

Sebenarnya pelaksanaan program BPN / K juga belum mampu melibatkan

masyarakat secara optimal dan obyektif. Tercermin dari sikap apriori serta masih

adanya stigma pelaksanaan bangdes dimasa lalu yang dianggap “jelek” dikalangan

masyarakat. Sebagaimana terungkap dari pernyataan informan, sebagai berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 107: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

.....Untuk diketahui saja, masyarakat kecamatan ini jelas saja bersemangat karena mereka tahu dana ada dari atas, kalaupun mereka berpartisipasi, itupun hanya sebentar, seperti pernah ada kasus di nagori marjandi, masyarakat berhenti berpartisipasi dalam program BPN / K yang memperkeras jalan, karena ada hasutan semua dana sudah ditanggung dari atas dan masyarakat tinggal terima beres, jadi serba susah sih....padahal khan... tujuannya bagaimana masyarakat diberdayakan. (MG, 2 Nopember 2007)

Mencermati kondisi obyektif masyarakat yang berpotensi menghalangi

keterlibatannya dalam perencanaan pembangunan, dapat dianalisis dari dua hal, yaitu:

Pertama, adanya kenyataan dimana masyarakat lokal (nagori) telah sekian lama

hidup dibawah hegemoni birokrat yang berakibat munculnya kesadaran dan aspirasi

masyarakat, yang justru merupakan refleksi dari aspirasi birokrat. Terlihat bahwa

kondisi yang dihadapi masyarakat merupakan entry point bagi birokrat untuk

melaksanakan kegiatan yang pada akhirnya merefleksikan keinginan birokrat di

tingkat lokal, yang menjadi standar penilaian bagi birokrat tingkat atas.

Kedua, masyarakat telah kehilangan institusi dan kecerdasan lokal sebagai

akibat tekanan “terselubung” dari elit lokal. Situasi demikian membuat masyarakat

menjadi apatis dan tidak percaya terhadap kepemimpinan formal. Sebagaimana

terjadi dilapangan, sikap apatis dan kekurang percayaan tersebut berpengaruh

signifikan dalam perencanaan pembangunan desa, terbukti dari sikap apatis

masyarakat dalam pelaksaaan program BPN / K. Bagi masyarakat, yang terpenting

hasil kegiatan menyentuh kebutuhan mereka, tanpa mau tahu dengan “sepak terjang”

elit lokal (nagori) yang terpinggirkan akibat peralihan pengelolaan BPN / K dari

LPMN ke Pangulu.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 108: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Masyarakat itu sendiri haruslah dilihat dari berbagai komponen dan strata

yang ada. Harus disadari bahwa banyak kesulitan yang akan ditemukan bila hendak

menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Namun dengan asumsi bahwa anggota

masyarakat yang paling rendah tingkat kehidupannya adalah yang paling

membutuhkan sentuhan program. Dengan demikian mereka inilah yang menjadi

prioritas agar dapat menerima lebih banyak manfaat program.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah barang tentu peranan para stakeholder

di tingkat lokal/nagori seperti LPMN dan Maujana Nagori, menjadi penting dalam

mengartikulasikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Artikulasi tersebut harus

mencerminkan ruang yang luas untuk peranan masyarakat di dalam langkah-langkah

selanjutnya. Meskipun sudah terartikulasikan dalam LPMN atau Maujana Nagori,

namun peranan masyarakat tetap sangat penting, mereka tidak boleh menjadi sekedar

penonton. Efektifitas dan legitimasi lembaga tersebut sebenarnya justru sangat

dipengaruhi sejuh mana aspirasi dan kebutuhan masyarakat lokal terartikulasikan di

dalamnya dan proses tersebut sangatlah dinamis dan berkesinambungan.

Pranarka (1996:57) menyebutkan bahwa terdapat dua kecenderungan di dalam

pemberdayaan yaitu kecenderungan primer dan sekunder. Dalam konteks penelitian

ini kecenderungan sekunder lebih menonjol yang dicerminkan dari karakteristik

program pembangunan yang ada di Kecamatan Panombeian Panei. Hal ini tampak

dari terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk mengerahkan sumber daya yang

mereka miliki. Program sebagai stimulan supaya masyarakat dapat lebih bergerak

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 109: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

dalam mengembangkan kreatifitasnya dalam pembangunan, sebagaimana tercermin

dalam program BPN / K.

Program BPN / K bersifat stimulus serta mengandung konsekuensi yang tidak

mudah dilaksanakan, terutama pengerahan sumber daya yang ada dari masyarakat.

Umumnya banyak program yang mempunyai sifat yang sama dan implementasinya

masih terpengaruh pada struktur kekuasaan baik di tingkatan nagori atau di tingkatan

kecamatan. Sering terjadi proses awalnya masih berupa bottom-up planning, namun

harus diakui dalam kelanjutannya justru sering tergantung pada “pertimbangan lain”

yang berasal dari atas, sehingga mengalami pembiasan, dan akhirnya secara

terselubung justru berubah menjadi top-down planning, sebagaimana dinyatakan

Uphoff dalam Cernea (1998:500) sebagai suatu yang paradoks dalam mendorong

partisipasi melalui promosi pembangunan dari bawah (bottom-up planning), tetapi

justru sering pula membutuhkan upaya dari atas, sehingga memunculkan top down

planning.

Dalam konteks yang lebih luas untuk mencapai pemberdayaan masyarakat,

masyarakat harus dapat mandiri dan mampu mengelola sumber daya yang mereka

miliki. Untuk itu pemerintah harus mempunyai komitmen, bahwa masyarakatlah yang

menjadi aktor utama dalam pembangunan. Peranan yang dijalankannya harus sesuai

dengan misi pemberdayaan. Mereka harus memiliki sikap yang dilandasi pandangan

bahwa rakyat mampu memperbaiki kehidupannya asal diberi peluang untuk itu.

Peluang itu tidak saja sekedar pada pelaksanaan operasional di lapangan, tetapi yang

lebih penting sejak awal kegiatan sampai pada tahap akhir yang melibatkan

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 110: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

masyarakat secara utuh. Hal tersebut menyiratkan bahwa aspek bottom-up planning

hendaknya diberi porsi yang lebih besar.

Pembangunan nagori dalam rangka proses pemberdayaan masyarakat perlu

dilaksanakan sedini mungkin, karena terkait dengan berbagai permasalahan yang

dihadapi nagori sehingga penanganannya lebih cepat. Pembangunan yang

dilaksanakan tidak menimbulkan masalah baru ditengah masyarakat, sehingga proses

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan sejak awal pelaksanaan program

pembangunan dapat benar-benar terwujud. Hal diatas kurang sejalan dengan keadaan

dilapangan sebagaimana keterangan salah seorang masyarakat sebagai berikut :

”Memang sulit sekali meluangkan waktu untuk bergotrong royong. Padahal semua itu

dilaksanakan untuk kebutuhan masyarakat. Apalagi sebentar lagi akan jatuh musim

tanam. Wah...gak adalah waktu untuk itu. Waktu untuk ngurus ladang aja kalau bisa 1

hari 30 jam biar bisa selesai.” (KN, 10 Oktober 2007)

Dengan demikian sudah semestinya, pendekatan top-down planning dieliminir

kalau memang tidak dapat ditinggalkan 100 % dan diganti dengan bottom-up

planning. Hal tersebut terkait dengan konsep pembangunan yang berpusat pada

manusia (people centered development), sehingga masyarakatlah sebagai pelaku

utama dalam pembangunan, sedangkan peranan pemerintah lebih terbatas dan bersifat

memfasilitasi arah dan koordinasi pembangunan.

Berkaitan dengan pandangan tentang partisipasi masyarakat yang diharapkan

terwujud, maka peranan dan fungsi masing-masing stakeholder hendaknya

dilaksanakan secara bijaksana. Memang sulit untuk mempelajari masyarakat, tetapi

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 111: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

dari masyarakatlah sebenarnya banyak diperoleh pengetahuan yang membumi.

Sehingga dimasa mendatang tidak ada lagi program yang didesain, justru teralienasi

oleh karena masyarakat tidak memahami apalagi memanfaatkannya, atau masyarakat

itu sendiri yang merasa teralienasi. Perumusan program hendaknya

mengimplementasikan grounded theory dan pemahaman tentang manfaat yang

diinginkan pengguna sebenarnya yaitu masyarakat (intended uses in intended user).

Dalam juklak Pelaksanaan Program BPN / K dibagian penggunaan dana dan

pelaksanaan disebutkan bahwa penggunaan dana untuk pembelian bahan, alat dan

keperluan pelaksanaan BPN / K diatas Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 50.000.000,- adalah

penghunjukan langsung (PL) oleh Pangulu / Lurah kepada rekanan. Hal ini dapat

memberi peluang kepada para aparat desa untuk melakukan manipulasi dan kolusi

dengan pihak rekanan. Bahkan berdasarkan pengamatan penulis pelaksanaan program

BPN / K sebagian besar diambil alih oleh pihak ketiga baik pemborong maupun

pekerja harian, sehingga konsep pemberdayaan yang seyogianya untuk

memberdayakan segala potensi masyarakat tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut

sejalan dengan yang dikatakan oleh salah satu pangulu yaitu :

....kami sebagai pangulu sering merasa serba salah. Di satu pihak kami mengetahui betul tujuan dari program BPN / K adalah pemberdayaan masyarakat dengan aplikasi keikutsertaan masyarakat secara nyata dalam pembangunan. Namun kami juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika pelaksanaan BPN / K masyarakat cenderung apatis bila diajak gotong-royong. Mereka beralasan bekerja keladang, sehingga kamipun mengupah pekerja karena program harus cepat direalisasikan. (RS, 22 Oktober 2007)

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 112: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Pernyataan diatas menunjukkan sikap masyarakat yang tidak mendukung

pelaksanaan pembangunan padahal disatu pihak mereka selain sebagai objek mereka

juga adalah subjek dalam pembangunan. Seperti yang dinyatakan oleh Camat sebagai

berikut:

.....Visi utama dalam Program BPN / K adalah mendorong dan mengaktifkan peran serta masyarakat untuk menumbuhkan kreativitas dan aktivitas masyarakat. Apabila pelaksanaan dilapangan tidak sejalan dengan visi utama yang telah digariskan sebelumnya maka perlu dilakukan pembinaan secara mendalam dan terarah agar masyarakat mau terlibat secara sadar dalam pembangunan bukan hanya dalam program ini tetapi dalam setiap program pembangunan yang ada. (REPS, 17 Oktober 2007)

Berdasarkan penelitian tidak semua masyarakat bersikap apatis terhadap

Program BPN / K, namun ada hal lain yang membuat kondisi dilematis dalam

masyarakat seperti yang dikatakan salah seorang masyarakat yaitu : ” walaupun kami

tidak terlibat langsung dalam pembangunan seperti gotong royong bukan berarti kami

tidak mendukung program BPN / K. Tapi apa boleh buat....bila kami gotong royong

tanpa dibayar maka keluarga kami mau makan apa? Padahal kalau kami bekerja

diladang orang atau marombo, upah yang kami terima bisa mencapai Rp. 20.000,-

/hari.” (DP, 6 Nopember 2007)

Dalam proses implementasi aspek yang berperan adalah aspek budaya dan

ekonomi. Aspek budaya adalah usaha bagaimana setiap masyarakat dapat terlibat

langsung di dalam pelaksanaan program BPN / K dengan cara bergotong royong.

Namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis ketika pelaksanaan program

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 113: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

BPN / K berlangsung, masyarakat tidak terlibat. Justru yang berperan adalah pihak

ketiga (tukang/pekerja). Sebagaimana yang dikatakan oleh pangulu yaitu;

Ketika mulai dekat hari pelaksanaan Program BPN / K, saya selalu keliling kampung untuk mengingatkan masyarakat agar terlibat dalam gotong royong. Tunggu punya tunggu....masyarakat tidak ada yang datang. Saya sebagai pangulu tentu tidak mungkin memaksa masyarakat. Segala cara saya lakukan mulai dengan cara membujuk dan adat. Namun semua gagal. Saya juga sadar bahwa mereka juga perlu mencari nafkah. Sejak saat itu saya akhirnya mengupah tukang agar melaksanakan program yang telah kami rumuskan sebelumnya. Lagipula hal tersebut tidak bertentang dengan juklat Program BPN / K dari Kabupaten. Padahal kalau masyarakat yang bergotng royong, pasti pembangunan dapat lebih efisien. Kakau sudah begini saya gak mau terjepit ditengah-tengah. (KP, 29 Nopember 2007)

Implementasi Progam BPN / K telah memberikan banyak kegunanaan bagi

masyarakat baik di dalam bidang ekonomi. Kesejahteraan masyarakat menjadi lebih

baik, seperti dinyatakan salah seorang Maujana yaitu;

Pada tahun 2006 masyarakat menginginkan pembatuan jalan yang menghubungkan Talun kondot dengan Huta Banuh Raya. Hal tersebut memang sangat perlu karena mengingat sumber daya alam dari huta banuh raya sangat potensial. Sebelumnya masyarakat mengangkut sendiri hasil pertaniannya dengan menggunakan kereta kerbau dan bahkan dengan memikul. Namun sejak jalan sudah dibatui maka sering sekali pembeli datang langsung kehuta ini membeli hasil pertanian. Masyarakat pun menjadi lebih bersemangat bertani. Otomatis tingkat perekonomian mereka semakin baik. (MS, 14 Nopember 2007)

4.4.3. Tahap Pengawasan Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi

Tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan Program BPN / K pengawasan dapat

dilakukan oleh 3 pihak yaitu:

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 114: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

a. Pengawasan Fungsional yaitu Inspektorat Kabupaten Sirmalungun b. Pengawasan Melakat dilakukan oleh aparat Pemerintah Kabupaten

Simalungun yang mempunyai tugas dan tujuan pembinaan secara vertikal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Pengawasan oleh masyarakat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri bersama Maujana Nagori selaku sosial Kontrol.

Pengawasan yang dilakukan dilapangan sudah berjalan dengan baik seperti

yang dikatakan oleh Kepala Seksi Pemerintahan Masyarakat Nagori yaitu:

Ketika pembangunan akan mulai dilaksanakan maka saya akan ditugaskan camat untuk memonitor setiap pelaksanaannya apakah sesuai dengan hasil Musrembang Desa apa tidak. Setiap masalah dan tantangan yang ada dilapangan akan segera saya laporkan kepada Bapak Camat sehingga dapat segera diatasi dan pembangunan tidak terkendala ataupun terhambat. Jadi sebelum masalah menjadi besar kami dari kecamatan selalu mengawasi secara langsung pelaksanaan Program BPN / K. (KS, 23 Oktober 2007)

Hal tersebut juga senada dengan yang dikatakan oleh Pangulu Pamatang

Panombeian yaitu:

Pemerintah Nagori selalu berkoordinasi dengan Kecamatan dalam pelaksanaan BPN / K. Lagipula Bapak PMN selalu datang ke nagori kami untuk mengawasi dan melihat pelaksanaan program BPN / K ini. Pada kesempatan itulah kami sering menyampaikan apa saja masalah dan tantangan yang kami hadapi. Sehingga sampai saat ini kami tidak pernah mengalami keadaan yang tidak kondusif karena sejak dini langsung dapat diselesaikan. (KP, 15 Nopember 2007)

Pengawasan yang dilakukan oleh kecamatan, bapak camat memiliki prinsip

bahwa pengawasan memiliki banyak manfaat yang bukan hanya sekedar mengawasi

tetapi juga berfungsi sebagai bahan evaluasi untuk pelaksanaan pembangunan

kedepannya, seperti sebagai berikut:

.....pengawasan yang dilakukan kecamatan memiliki banyak esensi. Disamping murni untuk mengawasi dan menyelesaikan segala tantangan dan hambatan yang dihadapi, kita juga mengevaluasi setiap kegiatan

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 115: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

pembangunan yang berlangsung termasuk BPN / K agar kedepannya masalah yang terjadi agar tidak terulangi lagi dan pelaksanaannya pun dapat lebih efektif dan efisien. (REPS, 15 Nopember 2007)

Peran Maujana dapat dijelaskan salah seorang Maujana Nagori sebagai

berikut:

.....kami sebagai Maujana selalu mengontrol setiap pembangunan yang dilakukan di desa kami termasuk program BPN / K. Lagipula kami dibantu oleh masyarakat sehingga apa saja yang dilaporkan masyarakat akan kami terima. Lalu kami lihat dilapangan apakah memang telah terjadi kesalahan apa tidak. Jadi kami tidak asal terima. Kalau memang betul akan kami minta penjelasan kepada pangulu sebagai kepala wilayah di desa kami. (MS, 8 Nopember 2007)

Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan dari pelaksanaan dana BPN /K

pada tingkat pertama, penyelesaian oleh Bupati dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Menugaskan aparat pengawasan di daerah untuk melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap penyimpangan-penyimpangan dari pelaksanaan dana BPN / K

2. Pangulu / Lurah dan Sekrtaris Nagori, menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan hasil pelaksanaan fisik dan keuangan setiap bulan kepada Camat

3. Camat selaku pengendali pengawasan dan pelaporan, harus menyampaikan laporan rekapitulasi perkembangan hasil pelaksanaan fisik dan keuangan setiap bulan kepada Bupati Simalungun C/Q Bagian Pemerintahan Nagori Setdakab Simalungun.

4. Camat menbuat laporan bulanan, juga harus meyampaikan laporan tahunan tentang pelaksaan BPN / K. Secara umum adalah antara lain: a. Gambaran Pelaksanaan secara umum b. Tantangan / hambatan yang dihadapi c. Alternatif pemecahan masalah d. Kesimpulan dan saran

5. Kepala Bagian Pemerintahan Nagori menyampaikan rekapitulasi laporan perkembangan hasil pelaksanaan fisik dan keuangan serta hasil analisa kepada Bupati Simalungun.

Sepanjang pelaksanaan Program BPN / K di Kecamatan Panombeian yang

telah berjalan selama 2 tahun tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang karena

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 116: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Nagori selalu berkoordinasi kepada Kecamatan dalam mengatasi masalah yang ada

sebelum masalah menjadi besar. Tahap pengawasan cenderung dijadikan sebagai

ajang instropeksi diri agar dalam pembangunan selanjutnya tidak terulang masalah

yang sama lagi.

Gambaran Proses Pemberdayaan Masyarakat dalam Program BPN / K,

sebagaimana telah diuraikan dan dianalisis diatas, dapat terlihat dalam tabel sebagai

berikut :

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 117: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Tabel 4.16 Proses Pemberdayaan Masyarakat dalam Program BPN/K

Proses Program BPN/K 1 2

Tahap Perencanaan

1. Desiminasi dan Sosialisasi yang dilakukan sampai ke tingkat Nagori, melalui penyebarluasan informasi dalam forum sosial kemasyarakatan dan sarana lainnya, supaya diketahui oleh masyakarat.

(Masyarakat terlibat langsung, meskipun Pemerintahan Nagori yang berperan aktif.)

2. Dituangkan dalam Daftar Usulan Rencana Kegiatan (DURK) berdasarkan usulan masyarakat dalam Forum Musbang Nagori, yang dihadiri oleh Pem. Nagori, LPMN, dan Masyarakat. Kemudian disetujui oleh Maujana Nagori sebelum disyahkan Camat. (Masyarakat terlibat secara langsung, meskipun “kata akhir” berada pada Maujana Nagori sebagai representasi masyarakat.)

Tahap Pelaksanaan

Melibatkan seluruh masyarakat Nagori melalui LPMN/K, sehingga berpartisipasi aktif dan merasa ikut memiliki dengan swadaya gotong royong. Masyarakat tidak terlibat langsung karena pelaksanaannya diserahkan kepada pihak ketiga (namun tidak ada masalah karena diatur dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program BPN / K hanya konsep pemberdayaaan kurang berjalan optimal), dan lagipula masyarakat sulit bergotong royong, karena berhubungan dengan faktor ekonomi masyarakat.

Tahap Pengawasan

Pemerintahan Kabupaten, Kecamatan, Nagori, Maujana bersama–sama dengan Masyarakat berkewajiban melakukan pengawasan sekaligus mengevaluasi hasil kegiatan pembangunan. Semua pihak terlibat termasuk masyarakat, sehingga masalah yang dihadapi dapat segera teratasi.

Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2007

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 118: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

BAB V

P E N U T U P

5.1 Kesimpulan

Pelaksanaan suatu program pembangunan yang dialokasikan ke nagori-nagori

di Kecamatan Panombeian Panei sejak dari perencanaan yang terbuka dan melibatkan

masyarakat telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan hasilnyapun

efektif. Manfaat bagi masyarakat yang bernilai paling besar adalah adanya

pemahaman tentang keterlibatan masyarakat tersebut sebagai suatu solusi dari apa

yang dibutuhkan dan apa yang menjadi masalah masyarakat. Dengan terbentuknya

pemahaman tersebut, sudah merupakan salah satu proses pemberdayaan masyarakat.

Dengan demikian menjadi cerminan karakteristik perencanaan yang melibatkan

masyarakat sebagai user, sekaligus sebagai salah satu aktor utama.

Pada sisi lain, program apapun namanya asal bertujuan untuk memajukan

kehidupan masyarakat lokal haruslah membuka peluang yang lebar bagi masyarakat

untuk turut terlibat secara langsung sejak perencanaan sampai tahap pengawasan

karena berkontribusi dalam menentukan kelanjutannya. Sangat prematur

membicarakan pelaksanaan dan evaluasi program pembangunan yang ditujukan

untuk masyarakat nagori, apabila tidak terlebih dahulu mengkaji sampai sejauh mana

keterlibatan masyarakat terimplementasi dalam proses pembangunan

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 119: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Keterlibatan masyarakat meskipun kecil kapasitasnya, akan tetapi sangat

menentukan keberhasilannya dalam proses pelaksanaan, pemanfaatan dan

pemeliharaan, hal ini terkait dengan asumsi bahwa keterlibatan masyarakat signifikan

kaitannya dengan proses pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan penelitian dan

pengamatan terlihat bahwa masyarakat di lokasi penelitian sebenarnya memiliki

antusias dan respon yang tinggi dalam proses pembangunan yang memang berkenaan

langsung dengan kebutuhan pokoknya. Keterlibatan dalam proses perencanaan sudah

dianggap baik yang terlihat dari tingginya tingkat antusias masyarakat. Aspek yang

terlibat dalam proses perencaaan adalah aspek sosial dan politik. Ketika aspek sosial

telah terlaksana maka dengan sendirinya aspek politik juga akan berjalan.

Pelaksanaan musyawarah dalam perencanaan Program BPN / K memberikan

kewenangan masyarakat untuk menentukan rumusan keputusan mengenai apa yang

akan dikerjakan dan dilaksanakan di nagori mereka. Akan tetapi dalam proses

pelaksanaan masyarakat kurang terlibat karena sikap masyarakat yang susah diajak

bergotong royong dikarenakan harus mencari nafkah sehingga harus melibatkan

pihak ketiga. Keterlibatan pihak ketiga tersebut telah diatur dalam petunjuk Teknis

Pelaksanaan BPN / K sehingga dari segi peraturan hal tersebut dapat dikatakan sah

dan resmi namun dari segi konsep pemberdayaan hal tersebut tidak memberikan

proses belajar sebagaimana yang dikatakan Korten (1988:247). Dalam proses

pelaksanaan aspek yang berperan adalah aspek budaya dan ekonomi. Aspek budaya

adalah usaha bagaimana setiap masyarakat dapat terlibat langsung di dalam

pelaksanaan program BPN / K, misalnya dengan cara bergotong royong. Namun

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 120: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis ketika pelaksanaan program BPN /

K berlangsung, masyarakat tidak terlibat.

Pengawasan yang dilakukan oleh Kabupaten, Kecamatan, Nagori dan

Masyarakat dalam hal ini Maujana Nagori telah memberikan manfaat yang berarti

bukan hanya sebagai pengawas semata tetapi juga bermanfaat sebagai bahan masukan

evaluasi dalam pembangunan kedepannya.

5.2. Saran

Atas dasar kesimpulan diatas, hendaknya diminimalisir program

pembangunan yang bernuansa proyek. Program pembangunan yang digulirkan lebih

fleksibel sehingga terbuka peluang untuk proses pemberdayaan masyarakat

didalamnya serta sejauh mungkin menghindarkan proses birokratisasi didalamnya.

Pada tahap pelaksanaan program BPN / K hendaknya diminimalisir

keterlibatan pihak ketiga seperti rekanan kontraktor, sepanjang masyarakat masih

mampu melaksanakannya secara langsung. Dengan demikian masyarakat diberikan

kesempatan untuk belajar memahami sendiri tentang seluk beluk pembangunan,

menumbuhkan rasa memiliki dari masyarakat dan pada sisi lain hal tersebut juga akan

mengurangi rasa apriori masyarakat. Sehingga Pemerintah Kabupaten kedepannya

tidak membuat Program Pemberdayaan Masyarakat namun justru melegalkan

keterlibatan pihak ketiga.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 121: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Pemerintah nagori hendaknya dapat lebih memberikan pengertian dan

kesadaran masyarakat agar terlibat dalam seluruh proses pembangunan sehingga

tercipta pemberdayaan yang sesungguhnya. Dan juga masyarakat dengan tulus

membantu pelaksanaan Program BPN / K, karena subjek dan objek pembangunan

adalah untuk mereka sendiri. Sehingga pejabat Nagori dapat meminimalisasi peran

pihak ketiga dan dana yang ada dapat dipergunakan secara optimal dan maksimal

sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 122: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abe, Alexander, 2001, “Perencanaan Daerah : Memperkuat Prakarsa Rakyat Dalam Otonomi Daerah”, Yogyakarta, Lapera.

Arikunto, Suharsimi, 2002, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta, PT Rineka Cipta

Babbie, Earl, 1995, “The Practise Of Social Research, 7th Edition”, Belmont CA, Wadsworth Publishing Company, USA

Bryant, Coralie & Louise G. White, 1987, “Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang”, Jakarta, LP3ES.

Cernea, Michael M, 1988, “Mengutamakan Manusia di Dalam Pembangunan : Variabel-Variabel Sosiologi di Dalam Pembangunan Pedesaan”, Jakarta, Pub. Bank Dunia, Penerbit UI.

Conyers, Diana, 1991, “Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga” , Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Friedmann, John, 1992, Empowerment: The Politics of Alternative

Development” , Cambridge Mass, Blackwell Publishers. Hikmat, Harry, 2001, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat”, Bandung,

Humaniora Utama Press.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 123: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Kartasasmita, Ginandjar, 1996, “Pembangunan Untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan”, Jakarta, PT. Pustaka Cidesindo.

Kerlinger, JF, 2003, “Asas-asas Penelitian Behaviora”, Jakarta, Gadjah Mada University Press

Korten, David C dan Sjahrir, 1988 “Pembangunan Berdimensi Kerakyatan”, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Midgley, James, 1995, “Social Development : The Development Perspective In Social Welfare”, London, Sage Publication.

Moleong, Lexy J, 2001, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh, 1988, “Metode Penelitian”, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Pranarka A.M.W. dan Prijono Onny S, 1996, “Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi”, Jakarta, CSIS.

Schumacher, E. F, 1993, “Kecil Itu Indah : Ilmu Ekonomi yang Mementingkan Rakyat Kecil”, Jakarta, LP3ES.

Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, 2002, ”Metodologi Penelitian”, Bandung, Mandar Jaya.

Soetrisno, 2001, “Pemberdayaan dan Upaya Pembebasan Kemiskinan”, Philosophy Press, Yogyakarta.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 124: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Sumodiningrat, Gunawan, 1997, “Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat”, Jakarta, Bina Rena Pariwara.

Supriatna, Tjahya, 2000, “Strategi Pembangunan dan Kemiskinan”, Jakarta, Rineka Cipta.

Tjokrowinoto, Moeljarto, 1987, “Politik Pembangunan : Sebuah Analisis Konsep, Arah dan Strategi”, Yogyakarta, Tiara Wacana.

Tesis

Lasito, 2002, “Upaya Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa”, Tesis, Jakarta, FISIP Universitas Indonesia.zc v

Lainnya

Pemerintah Kabupaten Simalungun, 2002, “Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN/K) Tahun Anggaran 2002”, Bappeda Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar.

Pemerintah Kabupaten Simalungun, 2001, “Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN/K) Tahun Anggaran 2001”, Bappeda Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar.

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 125: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7143/1/08E00758.pdf · swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar

Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008. USU e-Repository © 2008