BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01597... · 2013. 11....

30
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan landasan utama dalam bisnis dan masyarakat. Kemampuan untuk mengenali kebutuhan dan keinginan konsumen dan mengkombinasikannya dengan kondisi pasar merupakan kegiatan utama bagi suatu perusahaan untuk daat memertahankan kelangsungan hidu perusahaan agar tetap eksis. Pengertian pemasaran menurut Stanton (dalam Basu Swasta dan Irawan 2003:5): ”Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan – kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.” Sedangkan pengertian pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2000:7) : ”Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.” Pengertian pemasaran dari kedua pendapat di atas menerangkan bahwa kegiatan pemasaran mencakup ruang lingkup kegiatan yang sangat luas yang dimulai dari menetukan kebutuhan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan konsumen. Dengan kata lain kegiatan pemasaran bermula dan berakhir pada konsumen. Bagi perusahaan yang berorientasi pada konsumen (pasar), maka kegiatan pemasaran akan bermula dan berakhir pada konsumen. Artinya dimulai dari menetukan apa yang

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01597... · 2013. 11....

  • 6

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Pemasaran

    Pemasaran merupakan landasan utama dalam bisnis dan masyarakat.

    Kemampuan untuk mengenali kebutuhan dan keinginan konsumen dan

    mengkombinasikannya dengan kondisi pasar merupakan kegiatan utama bagi suatu

    perusahaan untuk daat memertahankan kelangsungan hidu perusahaan agar tetap

    eksis.

    Pengertian pemasaran menurut Stanton (dalam Basu Swasta dan Irawan

    2003:5): ”Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan – kegiatan bisnis

    yang ditujukan untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan dan

    mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli

    yang ada maupun pembeli potensial.”

    Sedangkan pengertian pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2000:7) :

    ”Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok

    mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

    menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak

    lain.”

    Pengertian pemasaran dari kedua pendapat di atas menerangkan bahwa

    kegiatan pemasaran mencakup ruang lingkup kegiatan yang sangat luas yang dimulai

    dari menetukan kebutuhan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan konsumen.

    Dengan kata lain kegiatan pemasaran bermula dan berakhir pada konsumen. Bagi

    perusahaan yang berorientasi pada konsumen (pasar), maka kegiatan pemasaran akan

    bermula dan berakhir pada konsumen. Artinya dimulai dari menetukan apa yang

  • 7

    diinginkan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan konsumen. Pemuasan kebutuhan

    konsumen merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup perusahaan seperti

    yang tercermin dalam konsep pemasaran.

    Konsep pemasaran yang dikemukakan oleh Dharmmesta dan Irawan (2000

    :10) ”Konsep pemasaran adalah suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa

    kepuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi

    kelangsungan hidup perusahaan”. Dari konsep pemasaran diatas jelaslah bahwa

    perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada konsumennya dengan

    mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya agar perusahaan dapat bertahan dan

    berkembang.

    2.1.2 Fungsi Pemasaran

    Menurut Philip Kotler (2002:559) mengatakan bahwa fungsi pemasaran :

    1. Mengumpulkan informasi mengenai pelanggan, pesaing serta pelaku dan

    kekuatan lain yang ada saat ini maupun yang potensial dalam lingkungan

    pemasaran.

    2. Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif untuk merangsang

    pembelian.

    3. Mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan syarat lain sehingga transfer

    kepemilikan dapat dilakukan.

    4. Menanggung resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran

    pemasaran.

    5. Mengatur kesinambungan penyimpanan dan pergerakan produk sampai ke

    pelanggan akhir.

  • 8

    2.1.3 Bauran Pemasaran

    Setelah memutuskan target pasarnya, perusahaan memnutuskan

    rencana detail untuk bauran pemasaran. Menurut Kotler (2008,p48), bauran

    pemasaran adalah seperangkat taktik pemasaran yang dapat dikontrol meliputi

    produk, harga, tempat, dan promosi yang dipadukan perusahaan untuk

    menciptakan respon dari target marketnya. Bauran pemasaran juga dikenal

    dengan 4P. menurut Kotler & Amstrong (2008), 4P didefinisikan:

    1. Produk (product)

    Produk adalah kombinasi benda atau jasa dari perusahaan yang

    ditawarkan ke target pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan.

    Produk secara luas meliputi desain, merk, hak paten, positioning, dan

    pengembangan produk baru.

    2. Harga (price)

    Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk

    mendapatkan suatu produk atau jasa. Harga juga merupakan pesan yang

    menunjukan bagaimana suatu brand memposisikan dirinya di pasar.

    3. Distribusi (place)

    Distibusi meliputi aktivitas perusahaan dalam membuat produknya

    tersedia di target pasar. Strategi pemilihan tempat meliputi transportasi,

    pergudangan, pengaturan persediaan, dan cara pemesanan bagi

    konsumen.

    4. Promosi (promotion)

    Promosi adalah aktivitas perusahaan untuk mengkomunikasikan

    produk dan jasanya dan mempengaruhi target konsumen untuk membeli.

  • 9

    Kegiatan promosi antara lain, iklan, personal selling, promosi penjualan

    dan public relation.

    Penjelasan diatas dapat digambarkan empat variable bauran pemasaran dalam

    Gambar II.1 berikut :

    Gambar 2.1

    Bauran Pemasaran (marketing mix)

    Dari uraian bauran pemasaran diatas, penelitian ini lebih memfokuskan pada

    harga dan produk.

    Produk Ragam Kualitas Desain Fitur Nama merek Kemasan Layanan

    Promosi Iklan Penjualan pribadi Promosi penjualan Hubungan masyarakat

    Harga Daftar harga Diskon Potongan Harga Periode pembayaran Persyaratan kredit

    Tempat saluran Cakupan Pemilahan Lokasi Persediaan Transportasi Logistik

    Pelanggan Sasaran

    Positioning yang diharapkan

  • 10

    2.2. Harga

    2.2.1. Pengertian Harga

    harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang

    dinyatakan dalam satuan moneter. Menurut Dr. Effendi M. Guntur (2009 : 191)

    harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan

    pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan dan merupakan unsur bauran

    pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat.

    Menurut Buchari Alma(2007:169), value adalah nilai suatu produk untuk

    ditukarkan dengan produk lain, nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter yaitu

    pertukaran antara barang dengan barang, sekarang ekonomi kita tidak melakukan

    barter lagi, akan tetapi sudah menggunakan uang sebagai ukuran yang disebut harga.

    Jadi harga (price) adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang.

    Menurut (Kotler dan Amstrong, 2004, p430), Harga adalah sejumlah uang

    yang dibayarkan atas barang dan jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tuturkan

    dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang atau

    jasa

    Menurut Kotler (2001,p349), harga telah menjadi faktor penting yang

    mempengaruhi pilihan pembeli. Oleh karena itu harga dapat mempengaruhi

    konsumen dalam memutuskan apakah akan membeli produk tersebut atau tidak, dan

    berapa jumlah yang akan dibeli berdasarkan harga tersebut. Ketika konsumen

    membeli suatu produk mereka menukar suatu nilai (harga) untuk mendapatkan suatu

    nilai lainnya(manfaat karena memiliki atau menggunakan suatu produk).

    Harga sering dijadikan kualitas bagi konsumen, orang sering memilih harga

    yang lebih tinggi diantara 2 barang sejenis. Karena beranggapan kualitasnya lebih

    baik, konsumen memandang harga adalah sebagai barang yang mampu memberikan

  • 11

    manfaat atas pemenuhan kebutuhan dan keinginannya. Bagi produsen penetapan

    harga sangat penting dan peka, keputusannya dapat mempengaruhi perkembangan

    keberadaan dan kemajuan usahanya. Oleh karena itu penentuan harga perlu

    diperhitungkan dengan cermat dan hati- hati.

    2.2.2. Peranan harga

    Harga memiliki peran penting dalam keberhasilan pemasaran suatu produk

    dan kelangsungan hidup suatu perusahaan, menurut Sutojo (2001:p64-69) peranan

    harga adalah sebagai berikut :

    1. Harga adalah salah satu faktor penentu jumlah permintaan produk di pasar.

    Dalam kehidupan sehari-hari harga dapat bersifat elastic dan tidak elastic

    terhadap perubahan harga. Permintaan dapat dikatakan elastisitas apabila

    permintaan berubah setiap kali harga naik atau turun. Sedangkan harga tidak

    elastic apabila permintaan tidak banyak berubah karena perubahan harga.

    Termasuk dalam kategori produk yang elastisitas adalah barang atau jasa

    yang dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder,

    2. Harga menentukan hasil penjualan dan keuntungan

    Hasil penjualan produk yang diterima perusahaan setiap masa tertentu sama

    dengan jumlah satuan yang terjual dikali harga persatuan produk. Sedangkan

    keuntungan yang diperoleh stiap masa tertentu sama dengan hasil penjualan

    dikurangi jumlah biaya yang ditanggung perusahaan dalam masa yang sama.

    3. Harga dalam strategi harga mempengaruhi distribusi produk

    Harga per satuan produk, struktur potongan harga dan syarat pembayaran

    mempunyai peranan penting terhadap kesediaan distributor dalam

    mendistribusikan produk. Dimana harga tersebut harus kompetitif, dalam arti

  • 12

    tidak terlalu besar bedanya dengan harga produk yang setara. Apabila

    perbandingan harga tersebut terlalu besar maka kelancaran penjualan produk

    dapat terhambat. Akibatnya resiko yang ditanggung distributor lebih besar

    dibandingkan apabila mereka mendistribusikan produk lain yang lebih laku.

    Hal itu dapat menimbulkan keseganan distributor, mendistribusikan produk

    yang bersangkutan, apabila jika syarat penjualan adalah kredit penjualan

    bukan konsinyasi.

    4. Harga dapat mempengaruhi segmen pasar dan dapat menembus perushaan.

    Melebarkan sayap pemasaran produk dengan memasuki segemen pasar lain

    yang belum pernah ada sebelumnya dapat menanbah keuntungan. Dengan

    penentuan segmen pasar, perusahaan harus menetapkan harga dan kualitas

    yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju. Salah satu segmen pasar

    dibanyak Negara yang digunakan sebagai sarana melebarkan jangkauan

    pemasaran adalah segmen pasar tingkat bawah.

    Harga telah menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi pilihan

    pembeli. Oleh karena itu, harga dapat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan

    apakah akan membeli produk (Jasa) tersebut atau tidak.

    2.2.3 Metode Penetapan Harga

    Menurut Kotler (2002,p529) metode penetapan harga meliputi sebagai berikut:

    1. Mark up pricing

    Harga jual ditentukan berdasarkan presentasi keuntungan yang diharapkan

    datambahkan dengan keseluruhan biaya produksi sebagai keuntungan atau

    laba.

  • 13

    2. Target return pricing

    Perusahaan menentukan tingkat harga yang akan menghasilkan

    pengembalian dengan target yang sudah ditentukan

    3. Perceived value pricing

    Harga ditentukan berdasarkan penilaian konsumen terhadap produk bila

    konsumen menilai produk tinggi maka harga yang ditetapkan atau produk

    juga tinggi.

    4. Going rate pricing

    Harga yang ada mengikuti harga pasar yang ada berdasarkan harga jual yang

    ditetapkan pesaing.

    5. Sealed bid pricing

    Harga ditentukan berdasarkan dugaan perusahaan tentang berapa besar harga

    yang akan ditetapkan pesaing, bukan biaya dan permintaanya sendiri yang

    digunakan ketika perusahaan ingin memenangkan pesaing.

    2.2.4. Tujuan penetapan harga

    Kotler dan Armstrong (2007:264) mengatakan bahwa konsumen akan

    memutuskan untuk memilih produk yang memiliki harga yang sesuai/adil. Penetapan

    harga, seperti marketing mix lainnya harus dimulai dengan nilai pelanggan ketika

    konsumen membeli sebuah produk, mereka menukarkan suatu nilai (harga) untuk

    mendapatkan sesuatu yang berharga (manfaat dari memiliki atau menggunakan

    produk)

    Menurut Tjiptono (2002:p152), terdapat 5 jenis tujuan penetapan harga, yaitu :

    • Tujuan berorientasi pada laba

  • 14

    Dengan berasumsi mengenal teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa

    setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling

    tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba.

    • Tujuan berorientasi pada volume

    Selain tujuan berorientasi laba, ada pula perusahaan yang menetapkan

    harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau

    disebut volume pricing objective. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar

    dapat mencapai target volume penjualan. Harga ditetapkan sedemikian rupa

    agar dapat menjadi target volume penjualan, nilai penjualan atau pangsa

    pasar. Tujuan ini banyak ditetapkan oleh perusahaan penerbangan, lembaga

    pendidikanm perusahaan tour and travel, dan perusahaan bioskop.

    • Tujuan berdasarkan citra

    Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau

    mempertahankan citra pretisius, sementara itu harga rendah dapat digunakan

    untuk citra nilai tertentu, misalnya dengan memberikan jaminan bahwa

    harganya merupakan harga yang paling rendah disuatu wilayah tertentu.

    • Tujuan stabilisasi harga

    Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk

    mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan

    harga pemimpin industry. Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitive

    terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya maka pesaing

    harus menurunkan pula harga mereka

    • Tujuan – tujuan lainnya

  • 15

    Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan lain yaitu mencegah masuknya

    pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang

    atau menghindari campur tangan pemerintah.

    2.2.5 Dimensi Harga

    Kotler dan Keller (2009:63) menyatakan bahwa dimensi harga terdiri dari:

    1. Daftar Harga (list price)

    Daftar harga adalah informasi mengenai harga produk yang ditawarkan

    agar konsumen mempertimbangkan untuk membeli.

    2. Rabat/Diskon (discount)

    Diskon adalah tingkat diskon / potongan harga yang diberikan penjual

    kepada konsumen.

    3. Potongan Harga Khusus (Allowance)

    Potongan harga khusus oleh potongan harga yang diberikan produsen /

    penjual kepada konsumen pada saat event tertentu.

    4. Periode Pembayaran (payment period)

    Periode pembayaran adalah kemudahan pembayaran yang diberikan

    penjual terhadap konsumennya berupa kelonggaran jangka waktu

    pembayaran yang dilakukan konsumen dalam transaksi pembelian.

    5. Syarat Kredit (Credit term)

    Syarat kredit adalah system pembayaran secara kredit yang diberikan

    produsen / penjual terhadap konsumen dalam jangka waktu yang telah

    ditentukan dengan tambahan pembayaran berupa bunga/pajak yang harus

    dibayarkan

  • 16

    Dalam penelitian ini dimensi yang akan digunakan adalah daftar harga,

    rabat/diskon, periode pembayaran, dan syarat kredit.

    2.3 Kualitas Produk

    2.3.1 Pengertian kualitas

    Menurut tjiptono (2003:4) “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang

    berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi

    atau melebihi harapan”. Garvin dalam Tjiptono, dkk (2003:24) mengindentifikasikan

    adanya lima alternative perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu:

    1. Transcendental Approach, kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan

    atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan di operasionalkan.

    2. Product-based approach, pendekatan ini menganggap kualitas sebagai

    karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur.

    3. User-based Approach, pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas

    tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling

    memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling

    tinggi.

    4. Manufacturing-based Approach, perspektif ini bersifat supply-based dan

    terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan,

    serta mendefinisikan kualitas sebagai sama dengan persyaratannya

    (conformance to requirements).

    5. Value-based Approach, pemandangan ini memandang kualitas dari segi nilai

    dan harga.

  • 17

    2.3.2 Produk

    Menurut Kotler(2005,p84) produk adalah apapun yang dapat ditawarkan

    untuk pasar yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan tertentu. Produk-produk

    yang dipasarkan dapat berupa barang,jasa, peristiwa, orang, tempat, property,

    organisasi, informasi, dan ide.

    Menurut Sunu dalam Ardani (2007:178) produk adalah segala sesuatu yang

    dapat ditawarkan ke pasar untuk dapat diperhatikan, dibeli, atau dikonsumsi.

    Menurut Situmorang (2011:170) juga menyatakan bahwa produk adalah apa saja

    yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan, atau

    dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan ataupun kebutuhan.

    2.3.3 Kualitas Produk

    Salah satu nilai utama yang diharapkan oleh pelanggan dari produsen adalah

    kualitas produk dan jasa yang tertinggi. Menurut Kotler (2003) kualitas adalah

    keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada

    kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.

    Menurut Kotler (2003) : Kualitas produk adalah kemampuan suatu barang untuk

    memberikan hasil / kinerja yang sesuai atau melebihi dari apa yang diinginkan

    pelanggan.

    Pengertian kualitas sangat beraneka ragam. Menurut Boetsh dan Denis yang

    dikutip oleh Fandy Tjiptono (2000,57) : Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis

    yang berhubungan dengan produk,jasa,manusia, proses dan lingkungan yang

    memenuhi atau melebihi harapan. Pendapat diatas dapat dimaksudkan bahwa

    seberapa besar kualitas yang diberikan yang berhubungan dengan produk barang

  • 18

    beserta faktor pendukungnya memenuhi harapan penggunanya. Dapat diartikan

    bahwa semakin memenuhi harapan konsumen, produk tersebut semakin berkualitas.

    Relevan dengan pendapat diatas, menurut Clark (2000,5) mendefinisikan

    kualitas sebagai ” how consistenly the product or service delivered meets or exceeds

    the customer’s (internal or eksternal) expectation and needs” (seberapa konsisten

    produk atau jasa yang dihasilkan dapat memenuhi pengharapan dan kebutuhan

    internal dan eksternal pelanggan).

    Sedangkan menurut Stevenson (2005,386) mendefinisikan kualitas sebagai ”

    the ability of a product or service to consistently meet or exceed customer

    expectations” (kemampuan dari suatu produk atau jasa untuk memenuhi atau

    melebihi harapan pelanggan).

    Dengan kata lain, meskipun menurut produsennya, barang yang

    dihasilkannya sudah melalui prosedur kerja yang cukup baik, namun jika tetap belum

    mampu memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh konsumen, maka kualitas

    barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen tersebut tetap dinilai sebagai suatu

    yang memiliki kualitas yang rendah. Disamping harus mampu memenuhi standar

    yang dipersyaratkan oleh konsumen, baik buruknya kualitas barang yang dihasilkan

    juga dapat dilihat dari konsistensi keterpenuhan harapan dan kebutuhan masyarakat.

    Pernyataan ini menegaskan bahwa kualitas tersebut hendaknya dinilai secara

    periodik dan berkesinambungan sehingga terlihat konsistensi keterpenuhan standar

    diatas.

    Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk dapat

    menentukan kepuasan pelangggan yang berhubungan dengan harapan dari pelanggan

    itu sendiri terhadap kualitas produk yang dirasakannya.

  • 19

    2.3.4 Dimensi Kualitas Produk

    Menurut Stevenson (2005,386), dimensi kualitas produk adalah sebagai berikut :

    1. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan

    merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam

    membeli barang tersebut.

    2. Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-

    nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari

    preferensi individual.

    3. Special features, yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah

    fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan

    pengembangannya.

    4. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap

    spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

    5. Reliability, hal ini yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan

    suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam

    periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.

    6. Durability, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan

    atau masa pakai barang.

    7. Perceived Quality, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai

    keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.

    2.4 Kualitas Pelayanan

    2.4.1 Pengertian Pelayanan

    Menurut Laksana (2008) pelayanan adalah setiap tindakan atau keinginan

    yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak

  • 20

    berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Sedangkan menurut

    Tjiptono (2005) menyatakan bahwa pelayanan merupakan proses yang terdiri atas

    serangkaian aktivitas intangible yang biasa (namun tidak harus selalu) terjadi pada

    interaksi antara pelanggan dan karyawan, jasa dan sumber daya, fisik atau barang,

    dan system penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan.

    Sementara itu, .menurut Lovelock, Petterson & Walker dalam Tjiptono

    (2005) mengemukakan perspektif pelayanan sebagai sebuah system, dimana setiap

    bisnis jasa dipandang sebagai sebuah system yang terdiri atas dua komponen utama

    :1. Operasi jasa dan 2. Penyampaian jasa.

    Berdasrkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan

    merupakan suatu bentuk system, prosedur atau metode tertentu diberikan kepada

    orang lain, dalam hal ini kebutuhan pelanggan tersebut dapat terpenuhi sesuai

    dengan harapan atau keinginan pelanggan dengan tingkat persepsi mereka.

    2.4.2 Kualitas Pelayanan

    Menurut (Tjiptono, 2001) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang

    berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi

    atau melebihi harapan. Menurut (Tjiptono, 2007) kualitas pelayanan dapat diartikan

    sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan

    penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen. Kualitas pelayanan

    (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para

    konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh dengan

    pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan / inginkan terhadap atribut-atribut

    pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived

    service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik

  • 21

    dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka

    kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.Sebaliknya jika jasa

    yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan

    dipersepsikan buruk.

    Kualitas sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

    jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

    Dengan mendefinisikan kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan

    keinginan konsumen. Sedangkan Jurnal Measurung IS System Service Quality with

    servqual menyatakan “Kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi”.(Hollis

    Landrum,2009:14).

    Menurut Kotler (2002) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau

    kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada

    dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya

    dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan

    perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen

    demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan

    bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya

    transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan

    kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kata kualitas

    mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya

    secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki

    beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja biasanya terdapat

    pada elemen sebagai berikut: (1)Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan

    harapan pelanggan, (2)Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan

    lingkungan, (3)Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.

  • 22

    Dalam Yamit (2010,p10), dikatakan terdapat beberapa faktor penghambat

    dalam pelayanan yang diindetifikasika sebagai berikut :

    1. Kurang otoritas yang diberikan terhadap bawahan.

    2. Terlalu birokrasi sehingga lambat dalam menghadapi keluhan konsumen.

    3. Bawahan tidak berani mengambil keputusan sebelum ada izin dari atasan.

    4. Petugas sering bertindak kaku dan tidak memberikan jalan keluar yang

    baik.

    5. Petugas sering tidak ada ditempat pada waktu jam kerja sehingga sulit

    untuk dihubungi,

    6. Banyak interest pribadi.

    7. Budaya tip.

    8. Aturan yang tidak jelas dan terbuka.

    9. Kurang profesiona (kurang terampil menguasain bidangnya).

    10. Banyak instansi atau bagian lain yang terlibat.

    11. Disiplin kerja sangat kurang dan tidak tepat waktu.

    12. Tidak ada keselarasan antara bagian dalam memberikan pelayanan.

    13. Kurang kontrol sehingga petugas agak nakal.

    14. Ada diskriminasi dalam memberikan pelayanan.

    15. Belum ada system informasi manajemen (SIM) yang terintegrasi.

    Menurut parasuraman, zeitham, berry dalam yamit (2010, p31). Keseluruhan

    faktor penghambat dalam pelayanan tersebut diatas dapat dijadikan dasar bagi

    manajer untuk meningkatkan atau memperbaiki pelayanan agar dapat mengurangi

    bahkan menghilangkan kesenjangan yang terjadi antara pihak perusahaan dengan

    pelanggan. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dapat

    menyangkut faktor-faktor sebagai berikut :

  • 23

    1) Reliability

    - Pengaturan fasilitas

    - System dan prosedur dilaksanakan taat azaz

    - Meningkatkan efektivitas jadwal kerja

    - Meningkatkan koordinasi antar bagian

    2) Responsiveness

    - Mempercepat pelayanan

    - Pelatihan karyawan

    - Komputerisasi dokumen

    - Penyederhanaan system dan prosedur

    - Pelayanan yang terpadu

    - Penyederhanaan birokrasi

    - Mengurangu pemusatan keputusan

    3) Competence

    - Meningkatkan profesionalitas karyawan

    - Meningkatkan mutu administrasi

    4) Credibility

    - Meningkatkan sikap mental karyawan untuk bekerja giat

    - Meningkatkan kejujuran karyawan

    - Menghilangkan kolusi

    5) Tangibles

    - Perluasan kapasitas

    - Meningkatkan keberpihakan kepada konsumen

    6) Communication

    - Memperjelas pihak yang bertanggung jawab dalam setiap kegiatan

  • 24

    - Meningkatkan efektifitas klien.

    - Membuat SIM yang terintegrasi

    2.4.3. Dimensi Kualitas Pelayanan

    Menurut Zeitham, Berry dan Parasuraman (2010, p10) telah melakukan

    penelitian terhadap beberapa jenis jasa, dan berhasil mengindentifikasi dimensi

    karakteristik yang digunakan oleh pelanggan dalam mengevaluasi kualitas

    pelayanan. Kelima karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah :

    1. Tangibles / Bukti langsung

    Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang

    diberikan oleh penyedia pelayanan kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles

    ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam

    mengevaluasi kualitas pelayanan. Perusahaan yang tidak memperhatikan fasilitas

    fisiknya akan menumbuhkan kebingungan atau bahkan merusak image perusahaan.

    2. Reliability / Keandalan

    Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan untuk

    mmelaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu.

    Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang

    diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsure dimensi

    reliability ini merupakan kemampuan perusahaan dalam menyampaikan jasa secara

    tepat dan pembebanan biaya secara tepat.

    3. Responsiveness / Ketanggapan

    Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang

    dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan

    tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas

  • 25

    jasa yang diberikan. Termasuk didalamnya jika terjadi kegagalan atau keterlambatan

    dalam penyampaian jasa, pihak penyedia jasa berusaha memperbaiki atau

    meminimalkan kerugian konsumen dengan segera. Dimensi ini menekankan pada

    perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaan,

    pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini

    terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan

    dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan.

    4. Assurance / Jaminan

    Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee

    untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam

    mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena melibatkan

    persepsi konsumen terhadap resiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampuan

    penyedia jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetiaan konsumen

    melalui karyawan yang terlibat langsung menangani konsumen. Jadi komponen dari

    dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputi ketrampilan,

    pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas

    perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen

    kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain

    5. Emphaty / Empati

    Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh

    karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk

    juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini

    merupakan gabungan dari akses (access) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa

    yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan kemampuan melakukan

    untuk menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari

  • 26

    konsumen dan pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami

    kebutuhan dan keinginan konsumen

    2.5 Citra Perusahaan

    2.5.1 Pengertian citra

    Membicarakan citra, biasanya menyangkut citra produk, perusahaan, merk,

    partai, orang atau apa saja yang terbentuk dalam benak seseorang. Menurut

    Simamora (2003) dijelaskan bahwa ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam

    mengukur citra. Pertama adalah merefleksikan citra dibenak konsumen menurut

    mereka sendiri. Cara yang kedua adalah peneliti menyajikan dimensi yang jelas,

    kemudian responden berespons terhadap dimensi-dimensi yang diinyatakan itu. Ini

    disebut pendekatan terstruktur.

    Sumirat dan Ardianto (2004), Citra perusahaan adalah bagaimana pihak lain

    memandang sebuah perusahaan seseorang. Pelanggan potensial, banker, staf

    perusahaan pesaing, distributor, pemasok, dan asosiasi pedagang. Citra perusahaan

    terbentuk dari beberapa citra, yaitu citra perusahaan, citra jasa dan citra

    pemakaianya). Apabila ada penawaran produk, konsumen akan mengingat kembali

    tentang apa yang pernah dirasakan perusahaan jasa itu

    Menurut Lawrence L.Steinmetz yang dikutip Sutojo (2004) citra adalah

    pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk perorangan, benda atau organisasi.

    Sedangkan menurut Buchari Alma (2003), citra didefinisikan sebagai kesan

    yang diperoleh sesuai pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu. Citra

    dibentuk berdasarkan impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang

    terhadap sesuatu untuk mengambil keputusan.

  • 27

    Adapun menurut Jefkins (2004) citra perusahaan adalah citra dari suatu

    organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya. Citra

    perusahaan dapat terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat

    meningkatkan citra perusahaan antara lain :

    1. Sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang

    2. Keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diraihnya

    3. Keberhasilan ekspor

    4. Hubungan industry yang baik

    5. Reputasi sebagai pencinta lapangan kerja dalam jumlah besar

    6. Kesediaan turut memikul tanggung jawab social

    7. Komitmen mengadakan riset

    Menurut Lawrence L.steinmetz yang dikutip oleh Sutojo (2004) bagi

    perusahaan, citra juga dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati

    diri perusahaan. Lawrence mengemukakan persepsi seseorang terhadap

    perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang

    perusahaan yang bersangkutan. Citra perusahaan dibangun dan dikembangkan

    didalam benak pelanggan melalui saran komunikasi dan pengalaman pelanggan.

    2.5.2 Manfaat citra

    Citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang dan buruk. Citra buruk dapat

    melahirkan dampak negative bagi operasi bisnis perusahaan dan juga dapat

    melemahkan kemampuan perusahaan bersaing. Citra perusahaan yang baik dan kuat

    mempunyai manfaat- manfaat yang berikut:

    1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap (mid and long

    sustainable competitive position)

  • 28

    2. Menjadi perisai selama masa krisis (an insurance for adverse time)

    3. Menjadi daya tarik eksekutif handal (attracting the best executive available)

    4. Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran (increasing the affectiveness of

    marketing instrument)

    5. Penghematan biaya operasional (cost saving)

    Mengembangkan citra yang kuat membutuhkan kreatifitas dan kerja keras.

    Citra tidak dapat ditanam dalam pikiran pelanggan dalam waktu semalam dan

    disebarkan melalui satu media saja. Sebaliknya citra itu harus disampaikan

    melalui tiap sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan terus menerus. Citra

    yang baik dari suatu organisasi merupakan asset karena citra mempunya dampak

    pada persepsi konsumen dari komunikasi dan operasi organisasi dalam berbagai

    hal.

    2.5.3 Arti penting citra perusaahaan

    Pentingnya citra perusahaan dikemukan Gronros (Sutisna, 2001) sebagai

    berikut :

    1. Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra

    positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi dan

    mencapai tujuan secara efektif sedangkan citra negative sebaliknya.

    2. Sebagai penyaringan yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan

    perusahaan. Citra positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil,

    kualitas teknis atau fungsional sedangkan citra negative dapat

    memperbesar kesalahan tersebut.

    3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas

    pelayanan perusahaan.

  • 29

    4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal.

    Citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata mempengaruhi sikap

    karyawan terhadap perusahaan.

    Menurut Rhenald Kasali (2003), “citra perusahaan yang baik dimaksudkan

    agar perusahaan dapat tetap hidup dan orang-orang didalamnya terus

    mengembangkan kreativitas bahkan memberikan manfaat yang lebih berarti bagi

    orang lain”. Sedangkan Handi Irawan menyebutkan, “citra perusahaan dapat

    memberikan kemampuan pada perusahaan untuk mengubah harga premium,

    menikmati penerimaan lebih tinggi dibandingkan pesaing, membuat kepercayaan

    pelanggan kepada perusahaan”

    Buchari Alma (2002) mengatakan bahwa, “citra dibentuk berdasarkan

    impresi, bedasar pengalaman yang dialami seseorang terhadap sesuatu sebagai

    pertimbangan untuk mengambil keputusan”. Perasaan puas atau tidaknya konsumen

    terjadi setelah mempunyai pengalaman dengan produk maupun perusahaan yang

    diawali adanya keputusan pembelian. Sehingga dapat disimpulkan keberadaan citra

    perusahaan yang baik penting sebagai sumber daya internal obyek dalam

    menentukan hubungan denga perusahaan.

    Konsisten dengan arti telah dikemukakan, citra perusahaan merupakan hal

    abstrak. Menurut Sutisna (2001) mengatakan, “satu hal yang dianalisis mengapa

    terlihat ada masalah citra perusahaan adalah organisasi dikenal atau tidak dikenal”.

    Dapat dipahami keterkenalan perusahaan yang tidak baik menunjukan citra

    perusahaan yang bermasalah.

    Masalah citra perusahaan tersebut, dalam keberadaannya berada dalam

    pikiran dan atau perasaan konsumen. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,

  • 30

    keberadaannya citra perusahaan bersumber dari pengalaman memberikan gambaran

    telah terjadi keterlibatan antara yang bersumber dari upaya komunikasi perusahaan.

    Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbetuknya citra perusahaan

    memerlukan keberadaannya secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan

    sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan objek sasaran.

    2.5.4 Elemen-elemen dari citra perusahaan

    Rhenald kasali (2003) mengemukakan, “pemahaman yang berasal dari suatu

    informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna”. Dia juga

    mengemukakan, informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat

    element sebagai berikut :

    1. Personality

    Keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami public sasaran seperti

    perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung

    jawab social.

    2. Reputation

    Hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini public sasaran berdasarkan

    pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan transaksi

    sebuaah bank.

    3. Value

    Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain nilai budaya

    perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap permintaan

    maupun keluhan pelanggan.

    4. Corporate identity

  • 31

    Komponen-komponen yang mempermudah pengenalan public sasaran

    terhadap perusahaan seperti logo dan slogan.

    2.5.5 Proses terbentuknya citra perusahaan

    Buchari Alma (2002) menegaskan bahwa,”citra dibentuk berdasarkan

    impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang terhadap sesuatu sebagai

    pertimbangan untuk mengambil keputusan”. Sedangkan pentingnya citra perusahaan

    dalam pandangan David W. Cravens disebutkan, “citra atau merek perusahaan yang

    baik merupakan keunggulan bersaing yang mempengaruhi tingkat kepuasan” (Alih

    bahasa Lina Salim, 1996). Perasaan puas atau tidaknya konsumen terjadi setelah

    mempunyai pengalaman dengan produk maupun perusahaan yang diawali adanya

    keputusan pembelian. Sehingga dapat disimpulkan keberadaan citra perusahaan yang

    baik penting sebagai sumber daya internal obyek dalam menentukan hubungannya

    dengan perusahaan.

    Citra perusahaan merupakan hal yang abstrak. Sutisna (2001) mengatakan,

    “Suatu hal yang dianalisis mengapa terlihat ada masalah citra perusahaan adalah

    organisasi dikenal atau tidak dikenal” . Dapat dipahami keterkenalan perusahaan

    yang tidak baik menunjukkan citra perusahaan yang bermasalah. Masalah citra

    perusahaan tersebut, dalam keberadaannya dalam pikiran atau perasaan konsumen.

    Citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan atau upaya komunikasi

    sehingga penilaian maupun pengembangannya terjadi pada salah satu atau kedua hal

    tersebut. Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran

    telah terjadi keterlibatan antara konsumen dengan perusahaan. Keterlibatan tersebut,

    belum terjadi dalam perusahaan yang bersumber dari upaya komunikasi perusahaan.

  • 32

    Proses terbentuknya citra perusahaan menurut Hawkins et all diperlihatkan pada

    gambar 2.2 sebagai berikut:

    Sumber : Hawkins et all .2000. Consumer Behaviour:Building Market

    Strategy

    Gambar 2.2 Proses Terbentuknya Citra Perusahaan

    Berdasarkan gambar proses terbentuknya citra perusahaan berlangsung

    beberapa tahapan yaitu : tahapan pertama obyek mengetahui (melihat atau

    mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan dalam memberntuk citra perusahaan.

    Kedua memperhatikan upaya perusahaan tersebut, ketiga setelah adanya perhatian

    obyek mencoba memahami semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat

    terbentuknya citra perusahaan pada obyek, sedangkan yang terakhir adalah citra

    perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek sasaran dalam

    hubungannya dengan perusahaan.

    Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang

    dimaksudkan dengan citra perusahaan adalah kesan yang diperoleh oleh seseorang

    atau masyarakat mengenai suatu perusahaan berdasarkan pengetahuan dan

    pengalaman seseorang atau masyarakat tentang suatu perusahaan apakah perusahaan

    Eksposuree

    Attention

    Comprehensive

    Image

    Behaviour

  • 33

    tersebut baik atau tidak. dalam penelitian ini indikator citra perusahaan diambil

    berdasarkan pendapat Rhenald Kasali yaitu : personality, reputation, value,

    corporate identity.

  • 34

  • 35

    2.6 Kerangka Teori

    Gambar. 2.3 Kerangka Pemikiran

    HARGA (X1)

    - Daftar Harga (list price)

    - Diskon (discount)

    - Periode Pembayaran (payment period)

    - Syarat Kredit (credit term)

    KUALITAS PRODUK (X2)

    - Performance

    - Aesthetics

    - Special features

    - Conformance

    - Reliability

    - Durability

    -

    CITRA PERUSAHAAN

    - Personality

    - Reputation

    - Value

    - Corporate Identity

    KUALITAS PELAYANAN (X3)

    - Tangibles / Bukti langsung

    - Reliability / Keandalan

    - Responsiveness / Ketanggapan

    - Assurance / Jaminan

    - Emphaty / Empati