BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01597... · 2013. 11....
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01597... · 2013. 11....
-
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan landasan utama dalam bisnis dan masyarakat.
Kemampuan untuk mengenali kebutuhan dan keinginan konsumen dan
mengkombinasikannya dengan kondisi pasar merupakan kegiatan utama bagi suatu
perusahaan untuk daat memertahankan kelangsungan hidu perusahaan agar tetap
eksis.
Pengertian pemasaran menurut Stanton (dalam Basu Swasta dan Irawan
2003:5): ”Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan – kegiatan bisnis
yang ditujukan untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli
yang ada maupun pembeli potensial.”
Sedangkan pengertian pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2000:7) :
”Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain.”
Pengertian pemasaran dari kedua pendapat di atas menerangkan bahwa
kegiatan pemasaran mencakup ruang lingkup kegiatan yang sangat luas yang dimulai
dari menetukan kebutuhan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan konsumen.
Dengan kata lain kegiatan pemasaran bermula dan berakhir pada konsumen. Bagi
perusahaan yang berorientasi pada konsumen (pasar), maka kegiatan pemasaran akan
bermula dan berakhir pada konsumen. Artinya dimulai dari menetukan apa yang
-
7
diinginkan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan konsumen. Pemuasan kebutuhan
konsumen merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup perusahaan seperti
yang tercermin dalam konsep pemasaran.
Konsep pemasaran yang dikemukakan oleh Dharmmesta dan Irawan (2000
:10) ”Konsep pemasaran adalah suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa
kepuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi
kelangsungan hidup perusahaan”. Dari konsep pemasaran diatas jelaslah bahwa
perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada konsumennya dengan
mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya agar perusahaan dapat bertahan dan
berkembang.
2.1.2 Fungsi Pemasaran
Menurut Philip Kotler (2002:559) mengatakan bahwa fungsi pemasaran :
1. Mengumpulkan informasi mengenai pelanggan, pesaing serta pelaku dan
kekuatan lain yang ada saat ini maupun yang potensial dalam lingkungan
pemasaran.
2. Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif untuk merangsang
pembelian.
3. Mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan syarat lain sehingga transfer
kepemilikan dapat dilakukan.
4. Menanggung resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran
pemasaran.
5. Mengatur kesinambungan penyimpanan dan pergerakan produk sampai ke
pelanggan akhir.
-
8
2.1.3 Bauran Pemasaran
Setelah memutuskan target pasarnya, perusahaan memnutuskan
rencana detail untuk bauran pemasaran. Menurut Kotler (2008,p48), bauran
pemasaran adalah seperangkat taktik pemasaran yang dapat dikontrol meliputi
produk, harga, tempat, dan promosi yang dipadukan perusahaan untuk
menciptakan respon dari target marketnya. Bauran pemasaran juga dikenal
dengan 4P. menurut Kotler & Amstrong (2008), 4P didefinisikan:
1. Produk (product)
Produk adalah kombinasi benda atau jasa dari perusahaan yang
ditawarkan ke target pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Produk secara luas meliputi desain, merk, hak paten, positioning, dan
pengembangan produk baru.
2. Harga (price)
Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk
mendapatkan suatu produk atau jasa. Harga juga merupakan pesan yang
menunjukan bagaimana suatu brand memposisikan dirinya di pasar.
3. Distribusi (place)
Distibusi meliputi aktivitas perusahaan dalam membuat produknya
tersedia di target pasar. Strategi pemilihan tempat meliputi transportasi,
pergudangan, pengaturan persediaan, dan cara pemesanan bagi
konsumen.
4. Promosi (promotion)
Promosi adalah aktivitas perusahaan untuk mengkomunikasikan
produk dan jasanya dan mempengaruhi target konsumen untuk membeli.
-
9
Kegiatan promosi antara lain, iklan, personal selling, promosi penjualan
dan public relation.
Penjelasan diatas dapat digambarkan empat variable bauran pemasaran dalam
Gambar II.1 berikut :
Gambar 2.1
Bauran Pemasaran (marketing mix)
Dari uraian bauran pemasaran diatas, penelitian ini lebih memfokuskan pada
harga dan produk.
Produk Ragam Kualitas Desain Fitur Nama merek Kemasan Layanan
Promosi Iklan Penjualan pribadi Promosi penjualan Hubungan masyarakat
Harga Daftar harga Diskon Potongan Harga Periode pembayaran Persyaratan kredit
Tempat saluran Cakupan Pemilahan Lokasi Persediaan Transportasi Logistik
Pelanggan Sasaran
Positioning yang diharapkan
-
10
2.2. Harga
2.2.1. Pengertian Harga
harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Menurut Dr. Effendi M. Guntur (2009 : 191)
harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan dan merupakan unsur bauran
pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat.
Menurut Buchari Alma(2007:169), value adalah nilai suatu produk untuk
ditukarkan dengan produk lain, nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter yaitu
pertukaran antara barang dengan barang, sekarang ekonomi kita tidak melakukan
barter lagi, akan tetapi sudah menggunakan uang sebagai ukuran yang disebut harga.
Jadi harga (price) adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang.
Menurut (Kotler dan Amstrong, 2004, p430), Harga adalah sejumlah uang
yang dibayarkan atas barang dan jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tuturkan
dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang atau
jasa
Menurut Kotler (2001,p349), harga telah menjadi faktor penting yang
mempengaruhi pilihan pembeli. Oleh karena itu harga dapat mempengaruhi
konsumen dalam memutuskan apakah akan membeli produk tersebut atau tidak, dan
berapa jumlah yang akan dibeli berdasarkan harga tersebut. Ketika konsumen
membeli suatu produk mereka menukar suatu nilai (harga) untuk mendapatkan suatu
nilai lainnya(manfaat karena memiliki atau menggunakan suatu produk).
Harga sering dijadikan kualitas bagi konsumen, orang sering memilih harga
yang lebih tinggi diantara 2 barang sejenis. Karena beranggapan kualitasnya lebih
baik, konsumen memandang harga adalah sebagai barang yang mampu memberikan
-
11
manfaat atas pemenuhan kebutuhan dan keinginannya. Bagi produsen penetapan
harga sangat penting dan peka, keputusannya dapat mempengaruhi perkembangan
keberadaan dan kemajuan usahanya. Oleh karena itu penentuan harga perlu
diperhitungkan dengan cermat dan hati- hati.
2.2.2. Peranan harga
Harga memiliki peran penting dalam keberhasilan pemasaran suatu produk
dan kelangsungan hidup suatu perusahaan, menurut Sutojo (2001:p64-69) peranan
harga adalah sebagai berikut :
1. Harga adalah salah satu faktor penentu jumlah permintaan produk di pasar.
Dalam kehidupan sehari-hari harga dapat bersifat elastic dan tidak elastic
terhadap perubahan harga. Permintaan dapat dikatakan elastisitas apabila
permintaan berubah setiap kali harga naik atau turun. Sedangkan harga tidak
elastic apabila permintaan tidak banyak berubah karena perubahan harga.
Termasuk dalam kategori produk yang elastisitas adalah barang atau jasa
yang dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder,
2. Harga menentukan hasil penjualan dan keuntungan
Hasil penjualan produk yang diterima perusahaan setiap masa tertentu sama
dengan jumlah satuan yang terjual dikali harga persatuan produk. Sedangkan
keuntungan yang diperoleh stiap masa tertentu sama dengan hasil penjualan
dikurangi jumlah biaya yang ditanggung perusahaan dalam masa yang sama.
3. Harga dalam strategi harga mempengaruhi distribusi produk
Harga per satuan produk, struktur potongan harga dan syarat pembayaran
mempunyai peranan penting terhadap kesediaan distributor dalam
mendistribusikan produk. Dimana harga tersebut harus kompetitif, dalam arti
-
12
tidak terlalu besar bedanya dengan harga produk yang setara. Apabila
perbandingan harga tersebut terlalu besar maka kelancaran penjualan produk
dapat terhambat. Akibatnya resiko yang ditanggung distributor lebih besar
dibandingkan apabila mereka mendistribusikan produk lain yang lebih laku.
Hal itu dapat menimbulkan keseganan distributor, mendistribusikan produk
yang bersangkutan, apabila jika syarat penjualan adalah kredit penjualan
bukan konsinyasi.
4. Harga dapat mempengaruhi segmen pasar dan dapat menembus perushaan.
Melebarkan sayap pemasaran produk dengan memasuki segemen pasar lain
yang belum pernah ada sebelumnya dapat menanbah keuntungan. Dengan
penentuan segmen pasar, perusahaan harus menetapkan harga dan kualitas
yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju. Salah satu segmen pasar
dibanyak Negara yang digunakan sebagai sarana melebarkan jangkauan
pemasaran adalah segmen pasar tingkat bawah.
Harga telah menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi pilihan
pembeli. Oleh karena itu, harga dapat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan
apakah akan membeli produk (Jasa) tersebut atau tidak.
2.2.3 Metode Penetapan Harga
Menurut Kotler (2002,p529) metode penetapan harga meliputi sebagai berikut:
1. Mark up pricing
Harga jual ditentukan berdasarkan presentasi keuntungan yang diharapkan
datambahkan dengan keseluruhan biaya produksi sebagai keuntungan atau
laba.
-
13
2. Target return pricing
Perusahaan menentukan tingkat harga yang akan menghasilkan
pengembalian dengan target yang sudah ditentukan
3. Perceived value pricing
Harga ditentukan berdasarkan penilaian konsumen terhadap produk bila
konsumen menilai produk tinggi maka harga yang ditetapkan atau produk
juga tinggi.
4. Going rate pricing
Harga yang ada mengikuti harga pasar yang ada berdasarkan harga jual yang
ditetapkan pesaing.
5. Sealed bid pricing
Harga ditentukan berdasarkan dugaan perusahaan tentang berapa besar harga
yang akan ditetapkan pesaing, bukan biaya dan permintaanya sendiri yang
digunakan ketika perusahaan ingin memenangkan pesaing.
2.2.4. Tujuan penetapan harga
Kotler dan Armstrong (2007:264) mengatakan bahwa konsumen akan
memutuskan untuk memilih produk yang memiliki harga yang sesuai/adil. Penetapan
harga, seperti marketing mix lainnya harus dimulai dengan nilai pelanggan ketika
konsumen membeli sebuah produk, mereka menukarkan suatu nilai (harga) untuk
mendapatkan sesuatu yang berharga (manfaat dari memiliki atau menggunakan
produk)
Menurut Tjiptono (2002:p152), terdapat 5 jenis tujuan penetapan harga, yaitu :
• Tujuan berorientasi pada laba
-
14
Dengan berasumsi mengenal teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa
setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling
tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba.
• Tujuan berorientasi pada volume
Selain tujuan berorientasi laba, ada pula perusahaan yang menetapkan
harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau
disebut volume pricing objective. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar
dapat mencapai target volume penjualan. Harga ditetapkan sedemikian rupa
agar dapat menjadi target volume penjualan, nilai penjualan atau pangsa
pasar. Tujuan ini banyak ditetapkan oleh perusahaan penerbangan, lembaga
pendidikanm perusahaan tour and travel, dan perusahaan bioskop.
• Tujuan berdasarkan citra
Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra pretisius, sementara itu harga rendah dapat digunakan
untuk citra nilai tertentu, misalnya dengan memberikan jaminan bahwa
harganya merupakan harga yang paling rendah disuatu wilayah tertentu.
• Tujuan stabilisasi harga
Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan
harga pemimpin industry. Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitive
terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya maka pesaing
harus menurunkan pula harga mereka
• Tujuan – tujuan lainnya
-
15
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan lain yaitu mencegah masuknya
pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang
atau menghindari campur tangan pemerintah.
2.2.5 Dimensi Harga
Kotler dan Keller (2009:63) menyatakan bahwa dimensi harga terdiri dari:
1. Daftar Harga (list price)
Daftar harga adalah informasi mengenai harga produk yang ditawarkan
agar konsumen mempertimbangkan untuk membeli.
2. Rabat/Diskon (discount)
Diskon adalah tingkat diskon / potongan harga yang diberikan penjual
kepada konsumen.
3. Potongan Harga Khusus (Allowance)
Potongan harga khusus oleh potongan harga yang diberikan produsen /
penjual kepada konsumen pada saat event tertentu.
4. Periode Pembayaran (payment period)
Periode pembayaran adalah kemudahan pembayaran yang diberikan
penjual terhadap konsumennya berupa kelonggaran jangka waktu
pembayaran yang dilakukan konsumen dalam transaksi pembelian.
5. Syarat Kredit (Credit term)
Syarat kredit adalah system pembayaran secara kredit yang diberikan
produsen / penjual terhadap konsumen dalam jangka waktu yang telah
ditentukan dengan tambahan pembayaran berupa bunga/pajak yang harus
dibayarkan
-
16
Dalam penelitian ini dimensi yang akan digunakan adalah daftar harga,
rabat/diskon, periode pembayaran, dan syarat kredit.
2.3 Kualitas Produk
2.3.1 Pengertian kualitas
Menurut tjiptono (2003:4) “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan”. Garvin dalam Tjiptono, dkk (2003:24) mengindentifikasikan
adanya lima alternative perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu:
1. Transcendental Approach, kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan
atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan di operasionalkan.
2. Product-based approach, pendekatan ini menganggap kualitas sebagai
karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur.
3. User-based Approach, pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas
tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling
memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling
tinggi.
4. Manufacturing-based Approach, perspektif ini bersifat supply-based dan
terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan,
serta mendefinisikan kualitas sebagai sama dengan persyaratannya
(conformance to requirements).
5. Value-based Approach, pemandangan ini memandang kualitas dari segi nilai
dan harga.
-
17
2.3.2 Produk
Menurut Kotler(2005,p84) produk adalah apapun yang dapat ditawarkan
untuk pasar yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan tertentu. Produk-produk
yang dipasarkan dapat berupa barang,jasa, peristiwa, orang, tempat, property,
organisasi, informasi, dan ide.
Menurut Sunu dalam Ardani (2007:178) produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke pasar untuk dapat diperhatikan, dibeli, atau dikonsumsi.
Menurut Situmorang (2011:170) juga menyatakan bahwa produk adalah apa saja
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan, atau
dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan ataupun kebutuhan.
2.3.3 Kualitas Produk
Salah satu nilai utama yang diharapkan oleh pelanggan dari produsen adalah
kualitas produk dan jasa yang tertinggi. Menurut Kotler (2003) kualitas adalah
keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Menurut Kotler (2003) : Kualitas produk adalah kemampuan suatu barang untuk
memberikan hasil / kinerja yang sesuai atau melebihi dari apa yang diinginkan
pelanggan.
Pengertian kualitas sangat beraneka ragam. Menurut Boetsh dan Denis yang
dikutip oleh Fandy Tjiptono (2000,57) : Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk,jasa,manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan. Pendapat diatas dapat dimaksudkan bahwa
seberapa besar kualitas yang diberikan yang berhubungan dengan produk barang
-
18
beserta faktor pendukungnya memenuhi harapan penggunanya. Dapat diartikan
bahwa semakin memenuhi harapan konsumen, produk tersebut semakin berkualitas.
Relevan dengan pendapat diatas, menurut Clark (2000,5) mendefinisikan
kualitas sebagai ” how consistenly the product or service delivered meets or exceeds
the customer’s (internal or eksternal) expectation and needs” (seberapa konsisten
produk atau jasa yang dihasilkan dapat memenuhi pengharapan dan kebutuhan
internal dan eksternal pelanggan).
Sedangkan menurut Stevenson (2005,386) mendefinisikan kualitas sebagai ”
the ability of a product or service to consistently meet or exceed customer
expectations” (kemampuan dari suatu produk atau jasa untuk memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan).
Dengan kata lain, meskipun menurut produsennya, barang yang
dihasilkannya sudah melalui prosedur kerja yang cukup baik, namun jika tetap belum
mampu memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh konsumen, maka kualitas
barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen tersebut tetap dinilai sebagai suatu
yang memiliki kualitas yang rendah. Disamping harus mampu memenuhi standar
yang dipersyaratkan oleh konsumen, baik buruknya kualitas barang yang dihasilkan
juga dapat dilihat dari konsistensi keterpenuhan harapan dan kebutuhan masyarakat.
Pernyataan ini menegaskan bahwa kualitas tersebut hendaknya dinilai secara
periodik dan berkesinambungan sehingga terlihat konsistensi keterpenuhan standar
diatas.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk dapat
menentukan kepuasan pelangggan yang berhubungan dengan harapan dari pelanggan
itu sendiri terhadap kualitas produk yang dirasakannya.
-
19
2.3.4 Dimensi Kualitas Produk
Menurut Stevenson (2005,386), dimensi kualitas produk adalah sebagai berikut :
1. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam
membeli barang tersebut.
2. Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-
nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari
preferensi individual.
3. Special features, yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah
fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan
pengembangannya.
4. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap
spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Reliability, hal ini yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan
suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam
periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.
6. Durability, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan
atau masa pakai barang.
7. Perceived Quality, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai
keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.
2.4 Kualitas Pelayanan
2.4.1 Pengertian Pelayanan
Menurut Laksana (2008) pelayanan adalah setiap tindakan atau keinginan
yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak
-
20
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Sedangkan menurut
Tjiptono (2005) menyatakan bahwa pelayanan merupakan proses yang terdiri atas
serangkaian aktivitas intangible yang biasa (namun tidak harus selalu) terjadi pada
interaksi antara pelanggan dan karyawan, jasa dan sumber daya, fisik atau barang,
dan system penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan.
Sementara itu, .menurut Lovelock, Petterson & Walker dalam Tjiptono
(2005) mengemukakan perspektif pelayanan sebagai sebuah system, dimana setiap
bisnis jasa dipandang sebagai sebuah system yang terdiri atas dua komponen utama
:1. Operasi jasa dan 2. Penyampaian jasa.
Berdasrkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan
merupakan suatu bentuk system, prosedur atau metode tertentu diberikan kepada
orang lain, dalam hal ini kebutuhan pelanggan tersebut dapat terpenuhi sesuai
dengan harapan atau keinginan pelanggan dengan tingkat persepsi mereka.
2.4.2 Kualitas Pelayanan
Menurut (Tjiptono, 2001) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan. Menurut (Tjiptono, 2007) kualitas pelayanan dapat diartikan
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan
penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen. Kualitas pelayanan
(service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para
konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh dengan
pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan / inginkan terhadap atribut-atribut
pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived
service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik
-
21
dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka
kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.Sebaliknya jika jasa
yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan
dipersepsikan buruk.
Kualitas sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Dengan mendefinisikan kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Sedangkan Jurnal Measurung IS System Service Quality with
servqual menyatakan “Kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi”.(Hollis
Landrum,2009:14).
Menurut Kotler (2002) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya
dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan
perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan
bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya
transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan
kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kata kualitas
mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya
secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki
beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja biasanya terdapat
pada elemen sebagai berikut: (1)Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan
harapan pelanggan, (2)Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan, (3)Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
-
22
Dalam Yamit (2010,p10), dikatakan terdapat beberapa faktor penghambat
dalam pelayanan yang diindetifikasika sebagai berikut :
1. Kurang otoritas yang diberikan terhadap bawahan.
2. Terlalu birokrasi sehingga lambat dalam menghadapi keluhan konsumen.
3. Bawahan tidak berani mengambil keputusan sebelum ada izin dari atasan.
4. Petugas sering bertindak kaku dan tidak memberikan jalan keluar yang
baik.
5. Petugas sering tidak ada ditempat pada waktu jam kerja sehingga sulit
untuk dihubungi,
6. Banyak interest pribadi.
7. Budaya tip.
8. Aturan yang tidak jelas dan terbuka.
9. Kurang profesiona (kurang terampil menguasain bidangnya).
10. Banyak instansi atau bagian lain yang terlibat.
11. Disiplin kerja sangat kurang dan tidak tepat waktu.
12. Tidak ada keselarasan antara bagian dalam memberikan pelayanan.
13. Kurang kontrol sehingga petugas agak nakal.
14. Ada diskriminasi dalam memberikan pelayanan.
15. Belum ada system informasi manajemen (SIM) yang terintegrasi.
Menurut parasuraman, zeitham, berry dalam yamit (2010, p31). Keseluruhan
faktor penghambat dalam pelayanan tersebut diatas dapat dijadikan dasar bagi
manajer untuk meningkatkan atau memperbaiki pelayanan agar dapat mengurangi
bahkan menghilangkan kesenjangan yang terjadi antara pihak perusahaan dengan
pelanggan. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dapat
menyangkut faktor-faktor sebagai berikut :
-
23
1) Reliability
- Pengaturan fasilitas
- System dan prosedur dilaksanakan taat azaz
- Meningkatkan efektivitas jadwal kerja
- Meningkatkan koordinasi antar bagian
2) Responsiveness
- Mempercepat pelayanan
- Pelatihan karyawan
- Komputerisasi dokumen
- Penyederhanaan system dan prosedur
- Pelayanan yang terpadu
- Penyederhanaan birokrasi
- Mengurangu pemusatan keputusan
3) Competence
- Meningkatkan profesionalitas karyawan
- Meningkatkan mutu administrasi
4) Credibility
- Meningkatkan sikap mental karyawan untuk bekerja giat
- Meningkatkan kejujuran karyawan
- Menghilangkan kolusi
5) Tangibles
- Perluasan kapasitas
- Meningkatkan keberpihakan kepada konsumen
6) Communication
- Memperjelas pihak yang bertanggung jawab dalam setiap kegiatan
-
24
- Meningkatkan efektifitas klien.
- Membuat SIM yang terintegrasi
2.4.3. Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut Zeitham, Berry dan Parasuraman (2010, p10) telah melakukan
penelitian terhadap beberapa jenis jasa, dan berhasil mengindentifikasi dimensi
karakteristik yang digunakan oleh pelanggan dalam mengevaluasi kualitas
pelayanan. Kelima karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah :
1. Tangibles / Bukti langsung
Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang
diberikan oleh penyedia pelayanan kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles
ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan. Perusahaan yang tidak memperhatikan fasilitas
fisiknya akan menumbuhkan kebingungan atau bahkan merusak image perusahaan.
2. Reliability / Keandalan
Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan untuk
mmelaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu.
Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang
diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsure dimensi
reliability ini merupakan kemampuan perusahaan dalam menyampaikan jasa secara
tepat dan pembebanan biaya secara tepat.
3. Responsiveness / Ketanggapan
Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang
dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan
tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas
-
25
jasa yang diberikan. Termasuk didalamnya jika terjadi kegagalan atau keterlambatan
dalam penyampaian jasa, pihak penyedia jasa berusaha memperbaiki atau
meminimalkan kerugian konsumen dengan segera. Dimensi ini menekankan pada
perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaan,
pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini
terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan
dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan.
4. Assurance / Jaminan
Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee
untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam
mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena melibatkan
persepsi konsumen terhadap resiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampuan
penyedia jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetiaan konsumen
melalui karyawan yang terlibat langsung menangani konsumen. Jadi komponen dari
dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputi ketrampilan,
pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas
perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen
kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain
5. Emphaty / Empati
Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh
karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk
juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini
merupakan gabungan dari akses (access) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa
yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan kemampuan melakukan
untuk menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari
-
26
konsumen dan pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami
kebutuhan dan keinginan konsumen
2.5 Citra Perusahaan
2.5.1 Pengertian citra
Membicarakan citra, biasanya menyangkut citra produk, perusahaan, merk,
partai, orang atau apa saja yang terbentuk dalam benak seseorang. Menurut
Simamora (2003) dijelaskan bahwa ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
mengukur citra. Pertama adalah merefleksikan citra dibenak konsumen menurut
mereka sendiri. Cara yang kedua adalah peneliti menyajikan dimensi yang jelas,
kemudian responden berespons terhadap dimensi-dimensi yang diinyatakan itu. Ini
disebut pendekatan terstruktur.
Sumirat dan Ardianto (2004), Citra perusahaan adalah bagaimana pihak lain
memandang sebuah perusahaan seseorang. Pelanggan potensial, banker, staf
perusahaan pesaing, distributor, pemasok, dan asosiasi pedagang. Citra perusahaan
terbentuk dari beberapa citra, yaitu citra perusahaan, citra jasa dan citra
pemakaianya). Apabila ada penawaran produk, konsumen akan mengingat kembali
tentang apa yang pernah dirasakan perusahaan jasa itu
Menurut Lawrence L.Steinmetz yang dikutip Sutojo (2004) citra adalah
pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk perorangan, benda atau organisasi.
Sedangkan menurut Buchari Alma (2003), citra didefinisikan sebagai kesan
yang diperoleh sesuai pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu. Citra
dibentuk berdasarkan impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang
terhadap sesuatu untuk mengambil keputusan.
-
27
Adapun menurut Jefkins (2004) citra perusahaan adalah citra dari suatu
organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya. Citra
perusahaan dapat terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat
meningkatkan citra perusahaan antara lain :
1. Sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang
2. Keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diraihnya
3. Keberhasilan ekspor
4. Hubungan industry yang baik
5. Reputasi sebagai pencinta lapangan kerja dalam jumlah besar
6. Kesediaan turut memikul tanggung jawab social
7. Komitmen mengadakan riset
Menurut Lawrence L.steinmetz yang dikutip oleh Sutojo (2004) bagi
perusahaan, citra juga dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati
diri perusahaan. Lawrence mengemukakan persepsi seseorang terhadap
perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang
perusahaan yang bersangkutan. Citra perusahaan dibangun dan dikembangkan
didalam benak pelanggan melalui saran komunikasi dan pengalaman pelanggan.
2.5.2 Manfaat citra
Citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang dan buruk. Citra buruk dapat
melahirkan dampak negative bagi operasi bisnis perusahaan dan juga dapat
melemahkan kemampuan perusahaan bersaing. Citra perusahaan yang baik dan kuat
mempunyai manfaat- manfaat yang berikut:
1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap (mid and long
sustainable competitive position)
-
28
2. Menjadi perisai selama masa krisis (an insurance for adverse time)
3. Menjadi daya tarik eksekutif handal (attracting the best executive available)
4. Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran (increasing the affectiveness of
marketing instrument)
5. Penghematan biaya operasional (cost saving)
Mengembangkan citra yang kuat membutuhkan kreatifitas dan kerja keras.
Citra tidak dapat ditanam dalam pikiran pelanggan dalam waktu semalam dan
disebarkan melalui satu media saja. Sebaliknya citra itu harus disampaikan
melalui tiap sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan terus menerus. Citra
yang baik dari suatu organisasi merupakan asset karena citra mempunya dampak
pada persepsi konsumen dari komunikasi dan operasi organisasi dalam berbagai
hal.
2.5.3 Arti penting citra perusaahaan
Pentingnya citra perusahaan dikemukan Gronros (Sutisna, 2001) sebagai
berikut :
1. Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra
positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi dan
mencapai tujuan secara efektif sedangkan citra negative sebaliknya.
2. Sebagai penyaringan yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan
perusahaan. Citra positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil,
kualitas teknis atau fungsional sedangkan citra negative dapat
memperbesar kesalahan tersebut.
3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas
pelayanan perusahaan.
-
29
4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal.
Citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata mempengaruhi sikap
karyawan terhadap perusahaan.
Menurut Rhenald Kasali (2003), “citra perusahaan yang baik dimaksudkan
agar perusahaan dapat tetap hidup dan orang-orang didalamnya terus
mengembangkan kreativitas bahkan memberikan manfaat yang lebih berarti bagi
orang lain”. Sedangkan Handi Irawan menyebutkan, “citra perusahaan dapat
memberikan kemampuan pada perusahaan untuk mengubah harga premium,
menikmati penerimaan lebih tinggi dibandingkan pesaing, membuat kepercayaan
pelanggan kepada perusahaan”
Buchari Alma (2002) mengatakan bahwa, “citra dibentuk berdasarkan
impresi, bedasar pengalaman yang dialami seseorang terhadap sesuatu sebagai
pertimbangan untuk mengambil keputusan”. Perasaan puas atau tidaknya konsumen
terjadi setelah mempunyai pengalaman dengan produk maupun perusahaan yang
diawali adanya keputusan pembelian. Sehingga dapat disimpulkan keberadaan citra
perusahaan yang baik penting sebagai sumber daya internal obyek dalam
menentukan hubungan denga perusahaan.
Konsisten dengan arti telah dikemukakan, citra perusahaan merupakan hal
abstrak. Menurut Sutisna (2001) mengatakan, “satu hal yang dianalisis mengapa
terlihat ada masalah citra perusahaan adalah organisasi dikenal atau tidak dikenal”.
Dapat dipahami keterkenalan perusahaan yang tidak baik menunjukan citra
perusahaan yang bermasalah.
Masalah citra perusahaan tersebut, dalam keberadaannya berada dalam
pikiran dan atau perasaan konsumen. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,
-
30
keberadaannya citra perusahaan bersumber dari pengalaman memberikan gambaran
telah terjadi keterlibatan antara yang bersumber dari upaya komunikasi perusahaan.
Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbetuknya citra perusahaan
memerlukan keberadaannya secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan
sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan objek sasaran.
2.5.4 Elemen-elemen dari citra perusahaan
Rhenald kasali (2003) mengemukakan, “pemahaman yang berasal dari suatu
informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna”. Dia juga
mengemukakan, informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat
element sebagai berikut :
1. Personality
Keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami public sasaran seperti
perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung
jawab social.
2. Reputation
Hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini public sasaran berdasarkan
pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan transaksi
sebuaah bank.
3. Value
Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain nilai budaya
perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap permintaan
maupun keluhan pelanggan.
4. Corporate identity
-
31
Komponen-komponen yang mempermudah pengenalan public sasaran
terhadap perusahaan seperti logo dan slogan.
2.5.5 Proses terbentuknya citra perusahaan
Buchari Alma (2002) menegaskan bahwa,”citra dibentuk berdasarkan
impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang terhadap sesuatu sebagai
pertimbangan untuk mengambil keputusan”. Sedangkan pentingnya citra perusahaan
dalam pandangan David W. Cravens disebutkan, “citra atau merek perusahaan yang
baik merupakan keunggulan bersaing yang mempengaruhi tingkat kepuasan” (Alih
bahasa Lina Salim, 1996). Perasaan puas atau tidaknya konsumen terjadi setelah
mempunyai pengalaman dengan produk maupun perusahaan yang diawali adanya
keputusan pembelian. Sehingga dapat disimpulkan keberadaan citra perusahaan yang
baik penting sebagai sumber daya internal obyek dalam menentukan hubungannya
dengan perusahaan.
Citra perusahaan merupakan hal yang abstrak. Sutisna (2001) mengatakan,
“Suatu hal yang dianalisis mengapa terlihat ada masalah citra perusahaan adalah
organisasi dikenal atau tidak dikenal” . Dapat dipahami keterkenalan perusahaan
yang tidak baik menunjukkan citra perusahaan yang bermasalah. Masalah citra
perusahaan tersebut, dalam keberadaannya dalam pikiran atau perasaan konsumen.
Citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan atau upaya komunikasi
sehingga penilaian maupun pengembangannya terjadi pada salah satu atau kedua hal
tersebut. Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran
telah terjadi keterlibatan antara konsumen dengan perusahaan. Keterlibatan tersebut,
belum terjadi dalam perusahaan yang bersumber dari upaya komunikasi perusahaan.
-
32
Proses terbentuknya citra perusahaan menurut Hawkins et all diperlihatkan pada
gambar 2.2 sebagai berikut:
Sumber : Hawkins et all .2000. Consumer Behaviour:Building Market
Strategy
Gambar 2.2 Proses Terbentuknya Citra Perusahaan
Berdasarkan gambar proses terbentuknya citra perusahaan berlangsung
beberapa tahapan yaitu : tahapan pertama obyek mengetahui (melihat atau
mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan dalam memberntuk citra perusahaan.
Kedua memperhatikan upaya perusahaan tersebut, ketiga setelah adanya perhatian
obyek mencoba memahami semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat
terbentuknya citra perusahaan pada obyek, sedangkan yang terakhir adalah citra
perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek sasaran dalam
hubungannya dengan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan citra perusahaan adalah kesan yang diperoleh oleh seseorang
atau masyarakat mengenai suatu perusahaan berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman seseorang atau masyarakat tentang suatu perusahaan apakah perusahaan
Eksposuree
Attention
Comprehensive
Image
Behaviour
-
33
tersebut baik atau tidak. dalam penelitian ini indikator citra perusahaan diambil
berdasarkan pendapat Rhenald Kasali yaitu : personality, reputation, value,
corporate identity.
-
34
-
35
2.6 Kerangka Teori
Gambar. 2.3 Kerangka Pemikiran
HARGA (X1)
- Daftar Harga (list price)
- Diskon (discount)
- Periode Pembayaran (payment period)
- Syarat Kredit (credit term)
KUALITAS PRODUK (X2)
- Performance
- Aesthetics
- Special features
- Conformance
- Reliability
- Durability
-
CITRA PERUSAHAAN
- Personality
- Reputation
- Value
- Corporate Identity
KUALITAS PELAYANAN (X3)
- Tangibles / Bukti langsung
- Reliability / Keandalan
- Responsiveness / Ketanggapan
- Assurance / Jaminan
- Emphaty / Empati