BAB 2 Skripsi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-0490-mn...
Transcript of BAB 2 Skripsi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-0490-mn...
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori.
2.1.1 Pengertian Kualitas.
Kualitas produk atau Penjualan Personal merupakan salah satu tujuan penting bagi
sebagian besar organisasi mengingat penilain kepuasan konsumen sebagian besar dinilai dari
kualitas barang atau jasa tersebut. maka pasti suatu organisai atau perusahaan dibebani
tanggung jawab untuk menghasilkan mutu secara maksimal bagi pelanggan.
Menurut Davis dalam Yamit (2004 : 8 ) membuat definisi kualitas yang lebih luas
cakupannya yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang
dikemukakan Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir
yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas
lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui
manusia dan produk yang berkualitas.
Davis dalam Yamit (2004 : 9 ) mengidentifikasikan lima pendekatan perspektif kualitas
yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu :
1. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit
didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur.
2. Product-based Approach
Kulitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur.
Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara
6
objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan
preferensi individual.
3. User-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada
orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang
atau cocok dengan selera (fitnes for used) merupakan produk yang berkualitas paling
tinggi.
4. Manufacturing-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang
produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratan
(conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi
yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas
adalah standar – standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang
menggunakannya.
5. Value-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga.
Kualitas didefinisikan sebagai “affordable ascellence”. Oleh karena itu kualitas dalam
pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum
tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling
tepat beli.
7
2.1.2 Dasar Kualitas
Berdasarkan perspektif kualitas, Garvin dalam Yamit (2004 : 10) mengembangkan
dimensi kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan
strategis terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang menghasilkan barang kedelapan
dimensi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Performance ( kinerja )
Yaitu karakteristik pokok dari produk inti.
2. Features
Yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan
3. Reliability ( kehandalan )
Yaitu kemungkinan tingkat kegagalan pemakaian
4. Conformance ( kesesuaian )
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi produk memenuhi standar – standar yang
telah ditetapkan sebelumnya.
5 Durabilty (daya tahan)
Yaitu mengukur berapa lama suatu umur teknis maupun umur ekonomis suatu produk.
6. Serviceability ( pelayanan )
Yaitu mudah untuk diperbaiki, yang meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan,
dalam pemeliharaan dan penanganan keluahan yang memuaskan.
7. Aesthetics ( estetika )
Yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk
8. Percived Quality
Yaitu menyangkut Citra atau reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadap
produk.
8
2.1.3 Biaya dan Pengukuran Kualitas
Mengelola kualitas membantu membangun strategi yang sukses akan diferensiasi,
biaya rendah, dan respons cepat. Dengan adanya peningkatan kualitas maka akan membantu
perusahaan meningkatkan penjualan dan mengurangi biaya, yang keduanya akan
meningkatkan keuntungan. Peningkatan penjualan sering terjadi saat perusahaan mempercepat
respons, merendahkan harga jual sebagai hasil dari skala ekonomis, dan memperbaiki reputasi
mereka akan produk yang berkualitas. Sama halnya, kualitas yang diperbaiki menyebabkan
biaya turun karena pen meningkatkan produktivitas dan menurunkan rework, bahan yang
terbuang (scrap), dan biaya garansi.
Menurut Yamit (2004 : 12) Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau yang mungkin
akan terjadi karena produk cacat atau kualitas jelek. Biaya yang terjadi atau yang mungkin
akan terjadi berhubungan dengan desain, pengidentifikasian, pebaikan dan pencegahan
kerusakan. Biaya dan kualitas merupakan salah satu kesatuan dan bukanlah suatu yang perlu
dipertentangkan atau sesuatu yang berlawanan. Oleh karena itu, dalam pengertian ini tidak
mungkin menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan biaya rendah.
Kualitas yang lebih tinggi berarti biaya yang lebih tinggi pula, dengan kata lain
peningkatan kualitas pasti berkaitan dengan peningkatan biaya. Biaya tinggi berarti harga jual
juga tinggi, tetapi harga jual tinggi tidak selalu mencerminkan kualitas tinggi, karena tingginya
harga produk dapat pula disebabkan oleh faktor lain seperti : terlalu jauhnya proses
produksinya, terlalu rumit dalam proses, margin yang diperoleh terlalu tinggi, pengaruh daya
beli konsumen dan pengaruh hukum permintaan dan penawaran.
Pengukuran kualitas dapat dilakukan melalui perhitungan biaya kualitas dan melalui
penelitian pasar mengenai persepsi konsumen terhadap kualitas produk. Pengukuran kualitas
melalui penelitian pasar tersebut dapat menggunakan berbagai cara seperti : menemui
konsumen, survey, sistem pengaduan dan panel konsumen. (Yamit, 2004 : 19)
9
Pengukuran kualitas melalui perhitungan biaya kualitas dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu
• Biaya kualitas diukur berdasarkan biaya kerusakan perjam dari tenaga kerja langsung.
• Biaya kualitas diukur berdasarkan biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja
langsung, biaya bahan baku, dan biaya overhead pabrik.
• Biaya kualiatas diukur berdasarkan penjualan bersih.
• Biaya kualitas diukur berdasarkan satuan unit seperti kilogram, meter dan lain
sebagainya.
Pengukuran biaya kualitas berdasarkan keempat cara tersebut, dapat dianalisis dengan
menggunakan analisis trend dan analisis pareto agar ditemukan konsep biaya kerusakan yang
optimum.
Kualitas, atau kualitas rendah memberikan pengaruh pada organisasi keseluruhan,
mulai dari pemasok hingga ke pelanggan, dan dari desain produk hingga ke pemeliharaan.
Walaupun demikian, mungkin hal yang lebih penting adalah membangun sebuah organisasi
yang dapat mencapai kualitas dan juga mempengaruhi organisasi secara keseluruhan—yang
mana merupakan tugas yang memang dibutuhkan. Satu kelompok aktivitas yang berhasil
dengan lingkungan organisasi yang membantu perkembangan kualitas, yang diikuti oleh
pemahaman prinsip kualitas, dan juga usaha untuk melibatkan karyawan pada aktivitas yang
dibutuhkan untuk menerapkan kualitas. Bila semua hal ini dikerjakan dengan baik, maka
biasanya organisasi dapat memuaskan pelanggannya dan mendapatkan keunggulan bersaing.
Tujuan akhirnya adalah untuk memenangkan pelanggan. Karena kualitas mengakibatkan
terjadinya banyak hal baik lainnya, maka kualitas merupakan awal yang baik.
Empat kategori utama biaya dikaitkan dengan kualitas, yang disebut sebagai biaya kualitas
(cost of quality—COQ), yaitu:
• Biaya pencegahan—biaya yang terkait dengan pengurangan komponen atau jasa yang
10
rusak (contoh: pelatihan, program peningkatan kualitas).
• Biaya penaksiran—-biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk, proses,
komponen, dan Jasa-(contoh: biaya percobaan, lab, dan penguji).
• Kegagalan internal—biaya yang diakibatkan oleh proses produksi komponen atau jasa
yang rusak sebelum diantarkan ke pelanggan (contoh: rework, scrap dan waktu
menunggu disebabkan mesin rusak (downtime).
• Biaya eksternal—biaya yang terjadi setelah pengiriman barang atau jasa yang cacat
(contoh: rework, barang dikembalikan, kewajiban, kehilangan goodwill, biaya pada
masyarakat).
•
2.1.4 Penetapan KUALITAS
Sistem TQM diarahkan oleh pengidentifikasian dan pemuasan kebutuhan pelanggan.
TQM merawat pelanggan. Karenanya, definisi kualitas (quality) sebagaimana yang diambil oleh
American Society for Quality adalah: "Keseluruhan fitur dan karakteristik prpduk atau jasa yang
mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat atau yang tersamar.
Walaupun demikian, sebagian orang percaya bahwa definisi kualitas terbagi atas
beberapa kategori. Beberapa definisi adalah yang berbasis pengguna. Mereka mengajukan
bahwa kualitas "bergantung kepada pelanggan." Bagi manajer produksi, kualitas adalah yang
berbasis manufaktur. Mereka percaya bahwa kualitas berarti pemenuhan standar dan
"membuat produk secara benar sejak dari awalnya." Pendekatan ketiga adalah yang berbasis
produk, yang memandang kualitas sebagai variabel yang tepat dan dapat dihitung. Sebagai
contoh, es krim yang benar-benar baik adalah yang memiliki tingkat lemak mentega yang
tinggi.
Karakteristik yang mengandung arti kualitas harus diidentifikasi pertama kali melalui
penelitian (sebuah pendekatan kualitas berbasis pengguna), Karakteristik ini kemudian
11
diterjemahkan pada atribut produk yang spesifik (sebuah pendekatan kualitas berbasis produk).
Kemudian proses manufaktur diatur untuk memastikan produk dibuat tepat seperti spesifikasi
yang ada (sebuah pendekatan kualitas berbasis manufaktur). Suatu proses yang mengabaikan
salah satu dari langkah ini tidak akan menghasilkan produk yang berkualitas.
2.1.5 Pengaruh kualitas
Dalam suatu perusahaan kualitas suatu produk sangatlah berpengaruh terhadap tingkat
penjualan dan tingkat kepuasan konsumen. Terdapat beberapa faktor dan elemen yang
berpengaruh penting dalam operasi,Ada beberapa alasan lain pentingnya suatu kualitas:
1. Reputasi perusahaan. Suatu organisasi menyadari bahwa reputasi akan mengikuti
kualitas-apakah itu baik atau buruk. Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang
produk baru perusahaan, kebiasaan karyawan dan-hubungan pemasok. Promosi
diri tidak akan dapat menggantikan produk yang berkualitas.
2. Keandalan produk. Pengadilan terus-menerus berusaha menangkap organisasi yang
memiliki desain, memproduksi, atau mengedarkan produk atau jasa yang
penggunaanya mengakibatkan kerusakan atau kecelakaan. Peraturan seperti
Consumer Product Safety Act membuat standar produk dan cara melarang produk
yang tidak dapat memenuhi standar tersebut. Makanan yang tidak bersih yang
menyebabkan penyakit, baju tidur yang panans, ban yang pecah, atau tangki
bahan bakar mobil yang meledak pada tekanan tertentu kesemuanya dapat
menyebabkan pengeluaran yang besar pada aspek legal, penyelesaian atau
kerugian yang besar, dan publisitas yang buruk.
3. Keterlibatan global. Di masa teknologi seperti sekarang, kualitas menjadi suatu
perhatian internasional, sebagaimana halnya MO. Bagi perusahaan dan negara
yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi global, maka produk mereka harus
12
memenuhi harapan kualitas, desain, dan harga global. Produk yang rendah
mutunya mengurangi keuntungan perusahaan dan neraca pembayaran negara.
2.1.6 Produk
Menurut Purnawarman (2004) produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak
pada kepemilikannya tetapi pada jasa yang dapat diberikannya. Oleh karena itu dalam
membuat suatu produk harus memberikan produk fisik dan jasa yang diberikan produk
tersebut.
Menurut Kotler (2006:218) Mengemukakan “Produk adalah Segala sesuatu yang
ditawarkan ke pasar untuk digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memenuhi dan
memuaskan keinginan dan Kebutuhan”.
Menurut Kotler (2006:225) kualitas produk adalah “The ability of a product to perform
it’s functions”, artinya kulaitas produk adalah kemampuan suatu produk dalam memberikan
kinerja sesuai dengan fungsinya. Kualitas yang sangat baik akan membangun kepercayan
konsumen sehingga merupakan penunjang kepuasan konsuman.
Bagi sebagain perusahaan, meningkatkan kualitas/mutu berarti menggunakan pengendalian
kualitas/mutu yang lebih baik untuk mengurangi cacat yang akan mengecewakan konsumen.
Banyak perusahaan yang menjadikan kualitas/ mutu sebagai senjata stratejik yang ampuh
dimana kualitas/mutu stratejik menyangkut usaha memperoleh keunggulan lebih dari pesaing
yang menawarkan produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
secara konsisten. Sebuah produk adalah segala sesuatu yag dapat ditawarkan kepasar untuk
memuaskan kebutuhan atau keinginan. Konsep produk tidak terbatas pada objek fisik, segala
sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhan disebut sebagai produk. Selain barang nyata,
produk meliputi, yang merupakan aktivitas atau manfaat yang ditawarkan untuk dijual, yang
pada dasarnya tidak nyata dan tidak berakibat pada kepemilikan apapun.
13
2.1.7 Mutu Produk
Sifat khas mutu suatu produk yang handal harus mempunyai multidimensi karena harus
memberi kepuasan dan nilai manfaat yang besar bagi konsumen dengan melalui berbagai cara
oleh karena itu setiap produk harus mempunyai ukuran yang mudah dihitung agar mudah dicari
konsumen sesuai dengan kebutuhannya.
Spesifikasi produk dapat dibagi sbb (Elim,2002, pp 24-25)
1. Kinerja (performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu
produk
2. Keistimewaan (types of features) ciri khas produk yang membedakan dari produk lain
yang merupakan karakteristik, pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik
bagi pelanggan
3. Kepercayaan dan waktu (reliability dan durability), berkaitan dengan kemungkinan
suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu dibawah kondisi
tertentu. Dengan demikian, keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan
kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk
4. Conformance, berkaitan dengan kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Daya tahan (Durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik
yang berhubungan dengan daya tahan produk itu
6. Kemampuan pelayanan (Service Ability), merupakan karakteristik yang berkaitan
dengan kecepatan atau kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam
perbaikan
7. Estetika (Aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat
subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi
14
atau pilihan pilihan individual. Dengan karakteristik pribadi dan mencakup karakteristik
tertentu, seperti keelokan, kemulusan, suara yang merdu, selera dan lain lain
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subyektif, berkaitan dengan
perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk seperti meningkatkan harga diri. Hal
ini dapat juga berupa karakteristik yang berkaitan dengan reputasi
Mutu atau kualitas suatu produk atau jasa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Oleh karena itu
kita akan membahas mutu barang dan jasa ditinjau dari sisi produsen dimana mutu produk
dipengaruhi oleh berbagai hal berikut (Prawirosentono,2004,pp16-21) :
a. Bentuk rancangan dari suatu barang atau jasa (designing)
dalam kehidupan kita ternyata terdapat berbagai jenis barang yang mutunya
dipengaruhi oleh bentuknya. Walaupun memang untuk barang tertentu bentuknya
tidak pernah berbeda dan tidak pernah berubah serta tidak ada hubungannya dengan
mutu barang tersebut
b. Bahan baku yang digunakan (raw material)
diatas telah dijelaskan bahwa mutu suatu barang banyak dipengaruhi oleh bahan baku
yang dpengaruhi oelh bahan baku yang digunakan untuk membuat barang
bersangkutan
didunia bisnis memang terdapat ragam bahan baku yang dibedakan saut sama lain dari
jenisnya dan mutunya
c. Cara atau proses pembuatannya yaitu teknologi yang digunakan untuk membuat barang
tersebut (teknologi)
untuk memberi gambaran yang jelas tentang bahan dan proses produksi yang
mempengaruhi mutu produk
d. Cara menjualnya atau cara mengirimkannya ke konsumen termasuk cara mengemasnya
dalam hal ini melayani konsumen ( packing dan delivering)
15
cara pengangkutan dari pabrik pabrik-agen-konsumen harus digunakan sistem
angkutan untuk menjaga mutu produk tetap baik harus digunakan untuk membungkus
yang cocok dan baik
e. Digunakan atau dipakainya barang atau jasa tersebut oleh konsumen (using)
kembali kepada tujuan membuat barang dengan mutu yang baik adalah agar barang
tersebut laku dipasar
2.2.1 Penjualan Personal (Personal selling)
Penjualan personal meruapakan peran penting dalam suatu perusahaan
kebanyakan orang menganggap pekerjaan tersebut pekerjaan yang mudah karena hanya
menawarkan produk yang diperdagangkan kepada konsumen tapi dari situlah produk
tersebut dikenal orang para konsumen. kegiatan tesebut memiliki berbagai macam sebutan,
beberapa di antaranya adalah: wiraniaga (salespeople), perwakilan penjualan (sales
representative), account executive, konsultan penjualan (sales consultant), insinyur
penjualan (sales engineer), agen (agent), manajer distrik (district manajer), dan perwakilan
pemasaran (marketing representative) (Kotler dan Armstrong, 2004, p199).
Tujuan semua usaha pemasaran adalah menambah penjualan yang
menguntungkan dengan menawarkan pemenuhan kebutuhan dalam jangka panjang.
Penjualan personal merupakan cara promosi paling penting yang digunakan untuk
mencapai tujuan ini (Stanton, 2006, p163).
Ada lima tahap dalam penjualan produk dan jasa. Tiga tahap pertama meliputi
persiapan prapenjualan, penyelidikan pembeli-pembeli potensial dan pra pendekatan calon-
calon ini. Sekarang penjual siap menyajikan penjualannya. Tahap keempat ini meliputi
pendekatan pelanggan dan membangkitkan perhatiannya. Uraian penjualan dapat
mengikuti pola tetap (canned sales talk) atau disesuaikan pada keadan setiap calon.
Penjual harus siap menghadapi keberatan-keberatan pelanggan dan kemudian harus
16
berusaha menutup penjualan. Akhirnya kegiatan purna jual diperlukan untuk memuaskan
pelanggan dan mengurangi kekhawatirannya mengenai pembelian (Stanton, 2006, p181).
Proses penjualan adalah langkah-langkah yang harus diikuti wiraniaga dalam
menjual, yang meliputi memprospek dan kualifikasi, prapendekatan, pendekatan,
presentasi dan demonstrasi, penanganan keberatan, penutupan, dan follow-up. (Kotler dan
Armstrong, 2004, p224) :
• Langkah pertama dalam proses penjualan adalah memilih prospek
(prospecting)-megidentifikasi orang-orang yang dapat masuk sebagai
pelanggan potensial. Tenaga penjual perlu mengetahui cara menilai prospek-
yaitu, bagaimana menilai (qualify) prospek yang bagus dan menyisihkan
prospek yang jelek. Prospek dapat dinilai dengan meneliti kemampuan
keuangan, volume bisnis, kebutuhan spesial, lokasi, dan kemungkinan untuk
tumbuh
• Prapendekatan adalah langkah dalam proses penjualan di mana wiraniaga
belajar sebanyak mungkin mengenai seorang pelanggan yang prospektif
sebelum membuat sebuah kunjungan penjualan. Sebelum mengunjungi
seorang prospek, wiraniaga harus belajar sebanyak mungkin tentang
organisasi yang didatanginya itu (apa yang dibutuhkan organisasi tiu, siapa
yang terlibat dalam pembelian) dan pembelinya (karakteristik dan gaya
membeli)
• Pendekatan adalah langkah dalam proses penjualan dimana wiraniaga
bertemu dan menyapapembeli untuk mendapatkan hubungan atau untuk
memulai suatu awal yang baik. Dalam langkah pendekatan (approach),
wiraniaga harus mengetahui bagaimana cara menemui dan menyapa pembeli
serta menjalin hubungan untuk merintis awalan yang baik. Langkah ini
17
melibatkan penampilan wiraniaga, kata-kata pembukaan, dan penjelasan
lanjutan
• Presentasi adalah langkah dalam proses penjualan dimana wiraniaga
menceritakan riwayat produk kepada pembeli, menunjukkan bagaimana
produk akan menghasilkan atau menghemat uang bagi pembeli. Selama
langkah presentasi (presentation) dari proses penjualan, wiraniaga
mengisahkan “riwayat” produk kepada pembeli, memnunjukkan bagaimana
produk akan menghasilkan atau menghemat uang
• Mengatasi keberatan adalah langkah dalam proses penjualan di mana
wiraniaga menyelidiki, mengklarifikasi, dan mengatasi keberatan pelanggan
untuk membeli. Selama presentasi, pelanggan hampir selalu mempunyai
keberatan. Demikian juaga sewaktu mereka diminta untuk menuliskan
pesanan. Masalahnya bisa logis, bisa juga psikologis, dan keberatan sering
kali tidak diungkapkan keluar. Dalam mengatasi keberatan (handling
objection) wiraniaga harus menggunakan pendekatan positif, menggali
keberatan yamg tersembunyi, meminta pembeli untuk menjelaskan
keberatan, menggali keberatan sebagai peluang untuk memberikan informasi
lebih banyak, dan mengubah keberatan menjadi alasan untuk membeli.
• Menutup penjualan adalah langkah dalam proses penjualan di mana
wiraniaga menanyakan apa yang hendak dipesan oleh pelanggan. Setelah
mengatasi keberatan prospek, sekarang wiraniaga dapat mencoba untuk
menutup penjualan. Beberapa wiraniaga tidak sampai melakukan penutupan
penjualan (closing) atau tidak menanganinya dengan baik. Mereka mungkin
kurang percaya diri, tidak enak menanyakan pesanan, atau tidak mengetahui
cara yang tepat untuk menutup penjualan. Wiraniaga harus mengetahui cara
18
mengenali tanda-tanda penutupan dari pembeli, termasuk gerakan fisik,
komentar dan pertanyaan. Tindak lanjut adalah langkah dalam proses
penjualan di mana wiraniaga melakukan tindak lanjut setelah penjualan
untuk memastikan kepuasan pelanggan dan mengulangi bisnis.
• Langkah terakhir dalam proses penjualan-tindak lanjut (follow up)-
diperlukan bila wiraniaga ingin memastikan kepuasan pelanggan dan
berulangnya bisnis.
Penjualan personal terdiri dari komunikasi individual personal, dan ini berlawanan
dengan komunikasi massa non-personal yang berbentuk periklanan, promosi penjualan dan
cara-cara komunikasi lain. Oleh karenanya, dibandingkan dengan cara-cara lain ini,
penjualan personal mempunyai keuntungan karena lebih luwesnya. Tenaga-tenaga
penjualan dapat menyesuaikan penawaran penjualan mereka untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan perilaku pelanggan masing-masing (Stanton, 2006, p163).
Keuntungan kedua dari penjualan personal bahwa cara ini memungkinkan tenaga
yang terbuang menjadi paling minim. Dalam hal periklanan, sebagian besar biaya
digunakan untuk mengirimkan pesan kepada orang-orang yang sebenarnya bukan calon
pembeli sejati. Dalam penjualan personal, perusahaan berkesempatan untuk menemukan
secara pasti sasaran mereka secara lebih efektif dibandingkan dengan cara promosi
lainnya. Dalam banyak situasi, penjualan personal-lah yang menghasilkan penjualan nyata
(Stanton, 2006, p163).
Dan tenaga penjualan dapat melakukan tugas-tugas non-penjualan murni untuk
kepentingan pimpinan perusahaan. Meraka dapat mengumpulkan informasi yang diperlukan
untuk penjualan dengan kredit, memberiyahukan sikap pelanggan, serta meneruskan
keluhan-keluhan kepada pimpinan perusahaan (Stanton, 2006, p163).
19
Tugas penjualan menurut Stanton berbeda sekali daripada tugas-tugas lain dalam
pelbagai hal:
• Tenaga penjualan mewakili perusahaan terhadap dunia luar. Karenanya,
penilaian terhadap perusahaan dan produknya terbentuk oleh kesan-kesan
yang ditimbulkan oleh tenaga penjualan perusahaan itu. Biasanya khayalak
tidak akan menilai perusahaan atas dasar keadaan pegawai kantor atau
karyawan pabrik.
• Pegawai lain biasanya bekerja di bawah pengawasan ketat, sedangkan tenaga
penjualan umumnya bekerja dengan pengawasan sedikit atau tanpa
pengawasan langsung. Tambahan pula, agar sukses, tenaga penjualan harus
kerap kali kerja keras , fisik dan mental. Mereka harus kreatif dan tekun
memperlihatkan prakarsa (initiative) besar dan ini semua memerlukan motivasi
yang tinggi.
• Tenaga penjualan perlu lebih bijaksana, diplomatis, dan pandai bergaul,
dibandingkan dengan pegawai lain dalam perusahaan. Banyak tugas penjualan
mensyaratkan bahwa tenaga penjual bergaul dengan pelanggan-pelanggan
yang kerap kali merupakan pejabat tinggi. Tenaga penjual harus mampu
meperlihatkan kecerdasan sosial besar dalam hubungannya dengan pembeli.
• Tenaga penjualan adalah di antara sejumlah terbatas pegawai yang dikuasakan
mengeluarkan dana perusahaan. Mereka menggunakan dana ini untuk
menghibur pelanggan, perjalanan dinas dan lain pengeluaran usaha.
• Pekerjaan penjualan kerapkali mensyaratkan perjalanan banyak serta
keharusan banyak meninggalkan rumah dan keluarga. Karena berada di
“lapangan”, tenaga penjual seakan-akan ditempatkan dalam daerah musuh. Di
sana mereka berurusan dengan arus pelanggan yang seakan-akan tidak ada
20
habisnya dan yang agaknya bersikeras tidak akan membeli produk penjual.
Tekanan-tekanan mental sebagai ini, bersamaan keharusan kerja lama dan
jalan jauh yang meletihkan, semuanya mensyaratkan keuletan mental dan
ketahanan fisik yang jarang diperlukan dalam pekerjaan lain. Menjual adalah
kerja keras!
Tenaga penjualan umumya bekerja dengan sedikit pengawasan atau tanpa
pengawasan langsung. Mereka biasanya diserahi wilayah geografis yang digariskan cukup
ketat, product mix dan struktur harga. Mereka mungkin pernah mendapat pelatihan dalam
perusahaan. Mereka mungkin diberikan sasaran-sasaran usaha dalam bentuk volume
penjualan, laba bruto (gross margin) atau kuota kegiatan. Dalam batas-batas umum ini,
para perwakilan harus membangun strategi dan taktik khusus untuk mencapai sasaran
mereka. Mereka tentunya harus mengambil keputusan strategis sendiri mengenai (1) pasar
sasaran mana yang akan mereka tembus, (2) cara mereka menggarap segment pasar, dan
(3) produk apa yang hendak mereka tonjolkan (Stanton, 2006, p166).
Cara baik untuk menggolongkan berbagai jenis pekerjaan penjualan adalah
menyusunnya atas dasar kemahiran kreatif yang diperlukan dari yang termudah hingga
yang sangat kompleks. Suatu penggolongan demikian adalah sebagai berikut (Stanton,
2006, p167) :
1. Pekerjaan yang tugas utamanya adalah menyerahkan produk, umpama sopir
tenaga penjualan untuk minuman ringan, susu atau bahan bakar minyak tanah.
Tanggungjawab bertalian dengan penjualan, andaikata ada, sifatnya sekunder.
2. Pekerjaan yang petugasnya merupakan penerima order intern, umpama
pramuniaga eceren di belakang meja penjaja dalam toko. Kebanyakannya
pelanggan telah memutuskan untuk membeli, dan pramuniaga hanya melayani
21
mereka. Pramuniaga dapat memberikan saran membeli, akan tetapi biasanya
mereka tidak dapat berbuat yang lebih banyak lagi.
3. Pekerjaan yang petugasnya merupakan penerima order luar, yang mendatangi
pelanggan di lapangan, umpama tenaga penjualan dagang-besar perkakas dan
bahan logam (hardware) serta alat eperluan kantor yang menawarkan
dagangannya kepada toko-toko pengecer.
4. Pekerjaan dimana tenaga penjualan tidak diharapkan atau diperkenankan untuk
minta pesanan (order). Tugasnya adalah membangun nama baik, melakukan
kegiatan promosi atau menyediakan jasa bagi pelanggan. Mereka ini tenaga misi
penjualan (missionary sales people) misalnya untuk suatu perusahaan penyulingan
alkohol, atau tenaga penjualan detail (detail sales people) untuk perusahaan
farmasi.
5. Pekerjaan yang terutama menekankan pengetahuan teknis produk dari tenaga
penjual, umpama sales engineer (tenaga penjual ahli teknik).
6. pekerjaan yang mensyaratkan penjualan secara kreatif produk-produk nyata
(creative selling of tangible product), misalnya penghisap debu, pesawat terbang,
ensiklopedia atau komputer. Pelanggan mungkin saja tidak menyadari kebutuhan
mereka akan produk itu. Atau mereka tidak menyadari bagaimana produk ini dapat
memenuhi kebutuhan mereka lebih baik daripada produk yang mereka gunakan
sekarang. Jika produk bersifat teknis, jenis pekerjaan ini dapat mendekati
pekerjaan sales engineer.
7. Pekerjaan yang mensyaratkan penjualan secara kreatif produk-produk tak nyata
(creative selling of intangibles), sebagai asuransi, jasa periklanan, jasa konsultan
atau sistem komunikasi. Produk-produk tak nyata sangat sukar dijual karena tidak
dapat diadakan demonstrasi.
22
Pejabat-pejabat penjualan akan mampu membangun strategi efektif untuk
diterapkan oleh tenaga penjualan mereka, jika mereka memahami teori-teori yang
mendasari hubungan pengaruh-mempengaruhi (interaction) antara pembeli dan penjual.
Teori-teori didasarkan atas penelitian-penelitian dalam ilmu perilaku manusia (behavioral
sciences) dan atas pengalaman mereka selama bertahun-tahun dalam praktek pemasaran.
Dengan menggabungkan pengetahuan mereka tentang pemasaran dengan hasil
penelitian dalam teori interaksi di atas, Robert dan Chase menyimpulkan ramalan berikut
bertalian dengan proses penjualan.
1. Makin banyak penyesuaian sifat-sifat fisik, sosial dan ciri-ciri kepribadian pelanggan
dan ciri-ciri kepribadian pelanggan dan tenaga penjualan, makin besar
kemungkinan penjualan terlaksana.
2. Makin meyakinkan dan dapat dipercaya tenaga penjualan dalam penilaian pembeli,
makin besar kemungkinan penjualan akan terlaksana.
3. Makin mudah pembeli dapat dihimbau, makin besar kemungkinan penjualan jadi
terlaksana.
4. Makin mampu seorang tenaga penjualan membuat para calon pembeli menilai
kepribadian mereka sendiri secara menguntungkan, makin besar kemungkinan
penjualan jadi terlaksana.
5. Tenaga penjualan kedua yang menemui seorang calon pembeli, biasanya akan
lebih beruntung dibandingkan dengan yang pertama datang.
Manajemen fungsi penjualan personal (Stanton, 2006, p172) adalah penerapan
proses manajemen (perencanaan, pelaksanaan, penilaian) pada tenaga penjualan dan
kegiatan-kegiatannya. Proses ini bermula pada saat pejabat tenaga penjualan menetapkan
tujuan penjualan dan melakukan perencanaan strategis mengenai kegiatan tenaga
23
penjualan. Tahap ini meliputi peramalan penjualan, persiapan anggaran penjualan,
penentuan wilayah-wilayah penjualan dan penetapan kuota tenaga penjualan. Kemudian
tenaga penjualan harus diorganisasi, lowongan kerja diisi dan kemudian digerakkan untuk
dapat melakukan rencana dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Tahap terakhir, penilaian
pelaksanaan, meliputi penilaian baik hasil kerja tenaga penjualan secara individual maupun
secara keseluruhan.
Strategi manajemen penjualan dibentuk dan dibatasi oleh perencanaan strategis
pemasaran perusahaan dan perencanaan keseluruhan usaha promosi. Umpamanya,
perusahaan yang dalam promotional mix sangat mengandalkan cara penjualan personal
akan menggunakan strategi manajemen tenaga penjualan yang berbeda dari perusahaan
yang terutama mengandalkan periklanan (Stanton, 2006, p172).
Pengawasan tenaga penjualan adalah sulit dan juga penting. Sulit, karena kegiatan
tenaga penjualan tidak dapat diawasi secara langsung atau terus menerus. Dan penting,
karena pengawasan berguna sebagai cara melanjutkan latihan dan alat untuk memastikan
bahwa kebijakan perusahaan dilaksanakan. Manfaat pengawasan lain adalah bahwa hal ini
memungkinkan komunikasi dua arah antara pimpinan dan tenaga pejualan. Pengawasan
personal oleh pengawas dinas luar atau pejabat penjualan lain merupakan cara
pengawasan yang paling efektif. Cara pengawasan lain meliputi surat-menyurat, laporan
atau rapat-rapat penjualan.
Mengendalikan tenaga penjualan meliputi tugas menilai hasil kerja mereka. Para
penjabat penjualan tidak akan mungkin memajukan memajukan unsul-unsul konstruktif
untuk perbaikan sebelum mereka tahu apa yang dikerjakan oleh tenaga penjualan itu.
Dengan mempelajari kegiatan para tenaga penjualan dan menetapkan tolok ukur hasil
kerja, pimpinan perusahaan dapt meningkatkan mutu tenaga penjualan.
24
Analisis hasil kerja (performance analysis) dapat membantu para penjualan
memperbaiki kerja meraka. Penjual-penjual dengan hasil kerja kurang dapat mengetahui
bahwa ada yang kurang baik. Akan tetapi mereka tidak dapat menetapkan sebabnya jika
tidak ada ukuran objektif tentang hasil kerja mereka.
Penilaian hasil kerja dapat berguna untuk menetapkan apa yang harus dimuat
dalam program latihan, dan dapat membantu pengawasan penjualan. Pengawas yang
mengetahui kekuatan dan kelemahan setiap orang tenaga penjualan dapt lebih mampu
melakukan pengarahan dan latihan. Penilaian hasil kerja dapat membantu pimpinan
perusahaan menentukan kenaikan gaji dan pangkat masing-masing tenaga penjualan.
Dalam bukunya yang berjudul strategic marketing in the customer driven
organization, Frank Bradley menulis bahwa layanan personal selling dibagi menjadi 4
bagian utama yaitu :
1. Pengetahuan mengenai bisnis dan produk
a. Mengetahui trend bisnis saat ini
b. Mengetahui kompetisi yang terjadi
c. Pengetahuan yang baik mengenai produk
d. Mengetahui dan memahami company decision process
2. Kemampuan berkomunikasi
a. Komunikasi yang mudah dipahami
b. Komunikasi dalam bahasa konsumen
c. Penampilan personal dan kepribadian
d. Kepercayaan diri
3. Berorientasi kepada konsumen
a. Menyelesaikan masalah secara kreatif
b. Mudah dihubungi dan mempunyai company support
25
c. Membantu konsumen dalam peningkatan produk dan servis
d. Jujur
4. Perhatian terhadap hal tertentu
a. Bekerja sama dan menjalin hubungan
b. Mengantisipasi masalah
c. Merespon semua permintaan
2.3.1 Keputusan dan Tujuan Pembelian.
Dalam melakukan suatu pembelian suatau perusahaan, keputusan pembelian jarang
dilakukan oleh hanya satu orang, walaupun bisnis yang dikerjakan adalah bisnis kecil akan
tetapi keputusan akan diambil berdasarkan pengaruh atau masukan dari beberapa orang yang
disebut Decision Making Unit (DMU). Dimana didalam melakukan tugas pembeliannya DMU
memiliki peraturan dan tanggung jawab yang dibagi rata (Jim Blythe 2005, p17).
Umumnya, anggota anggota dalam DMU memiliki resiko yang lebih besar dalam
melakukan pembelian jika dibandingkan dengan pembelian individual. Ini dikarenakan DMU
akan mengalami kerugian yang sangat banyak jika dibandingkan dengan pembeli individu,
dimana resiko utamanya adalah uang dan seringkali para supplier akan mengganti barang yang
baru apabila barang tersebut rusak. Dalam pembelian organisasi, bagaimanapun juga
kesalahan dalam pembelian akan berdampak secara luas pada bisnis, misalnya penundaan
kenaikan pangkat, malu dalam bekerja, bahkan tidak dilibatkan dalam keputusan keputusan
yang penting (Jim Blythe 2005, p17).
Karakteristik unik dari pembeli organisasi adalah mereka membeli suatu produk untuk
memenuhi atau memuaskan permintaan dari konsumen mereka. Beberapa dari konsumennya
adalah konsumen akhir atau konsumen yang juga berupa sebuah organisasi.
Peneliti peneliti sebelumnya telah mengajukan atau memiliki beberapa jenis model
umum dari perilaku pembeli organisasi. Penggunaannya, kekuatan kekuatan dan kelemahan
26
model model tersebut hampir sama dengan model umum dari individual consumers (konsumen
individu), dimana pada pembeli organisasi tentu saja melewati proses pengambilan keputusan
yang lebih kompleks dan tidak begitu akurat, sebab perilaku individu individu yang membuat
keputusan dalam pembelian organisasi harus ditempatkan didalam konteks organisasi yang
lebih luas.
Menurut Kotler (2005, p44) para pembeli bisnis menanggapi banyak pengaruh saat
mereke mengambil keputusan pembelian. Jika tawaran pemasok sama, para pembeli bisnis
dapat memenuhi tuntutan pembeliannya dari pemasok manapun, dan lebih mengutamakan
pemasok yang memberikan perlakuan pribadi kepada mereka. Jika tawaran pemasok berbeda
secara substansial para pembeli bisnis bertanggung jawab atas pilihan mereka dan memberikan
perhatian lebih besar pada factor factor ekonomi.
Model-model umum variable yang mempengaruhi keputusan pembeli organisasi :
a. Model kategori variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian organisasi (model
Webser dan Wind)
- Lingkungan, dimana variabel lingkungan dipengaruhi oleh kekuatan yang
berasal dari luar. Variabel lingkungan meliputi : lingkungan fisik, lingkungan
teknologi, lingkungan ekonomi, lingkungan politik, lingkungan legal dan
lingkungan budaya
- Faktor atau variabel di organisasi, faktor organisasi menyebabkan individu
pengambil keputusan bersikap beda dalam mengambil atau membuat
keputusan dibandingkan jika individu tersebut mengambil atau membuat
keputusan itu sendiri atau berada pada pihak pada organisasi yang berbeda.
Variabel variabel organisasi adalah organisasi teknologi, organisasi struktur,
organisasi tujuan dan tugas serta organisasi aktors.
27
- Pusat pembelian, terdiri dari orang orang organisasi yang menyediakan oeran
sebagai pengguna, pemengaruh, pembuat keputusan, penjaga dan pembeli
didalam proses pembuatan keputusan dalam pembelian organisasi
- Partisipasi individu, dimana semua kategori diatas akan dijalankan atau dibuat
serta diambil keputusan oleh individu. Jadi pembelian organisasi harus
mempertimbangkan faktor individu seperti motivasi dan personaliti, dimana
pada hal tersebut individu dihadapkan pada hal tersebut. Individu dihadapkan
pada hal yang lebih besar yaitu keputusan pembelian organisasi
b. Model Sheth
Model umum yang kedua dari perilaku pembelian organisasi yang harus
diketahui adalah model yang dikembangkan oleh Sheth (1973). Kunci komponen utama
dari model Sheth adalah harapan dari pembeli terhadap supplier dan brands (merek).
Harapan ini tercipta atas 4 faktor : latar belakang individual, jenis informasi yang telah
dimiliki oleh konsumen, persepsi yang telah diciptakan oleh konsumen mengenai
supplier dan brand (merek) dan pengalaman sebelumnya terhadap supplier dan brand
(merek). Harapan ini semakin lama dipengaruhi oleh faktor faktor spesifik dari suatu
produk, faktor organisasi, faktor situasi dan lingkungan.
c. Model Choffray dan Lilien
Dari jenis model diatas keduanya menjelaskan serta mendefinisikan variabel
variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian organisasi dan untuk
menghubungkan setiap variabel variabel tersebut. Model Choffray dan Lilien (1978)
lebih banyak memberikan saran mengenai strategi managerial pemasaran untuk
pembelian organisasi. Choffray dan Lilien mengembangkan model dimana model
tersebut dikembangkan dari respon dari pasar pasar industri, dimana model ini
28
digunakan untuk mengontrol variabel variabel dari bauran pemasarn ( harga, produk,
promosi dan distribusi).
d. Model Jims Blythe dan Alan Zimmerman
Dari jenis model ini dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu yang berasal dari
dalam organisasi dan yang berasal dari luar organisasi. Dari luar organisasi terdiri dari :
pengaruh lingkungan fisik seperti jarak, lokasi yang jauh dari supplier ; teknologi yang
digunakan oleh supplier ; pengaruh ekonomi suatu negara ; pengaruh kebijakan
kebijakan politik yang baru ; pengaruh hukum seperti lisensi akan bahan baku atau
material serta pengaruh budaya, dimana budaya menciptakan nilai, sikap, bahasa dan
seni dari kumpulan orang orang. Sedangkan keputusan dari dalam bergantung kepada
kepentingan (task) suatu organisasi, struktur suatu organisasi seperti pengaturan
formal atau informalnya suatu organisasi ketika mengambil keputusan; pengaruh
managemen senior dalam pengambilan keputusan, dalam pengambilan keputusan
setiap organisasi secara langsung dan tidak langsung akan dipengaruhi oleh
management senior dikarenakan pembelian yang dilakukan menyangkut kepentingan
organisasi ; dalam pengambilan keputusan organisasi dapat juga dilibatkan dengan
pertemanan atau friendship dengan supplier terutama dalam perusahaan perusahaan
yang bersifat oriental atau berada dilingkungan asia.
Strategi yang efektif untuk pemasaran barang dan jasa di organisasi memerlukan
pemahaman mengenai tujuan pembelian organisasi, dimana semua organisasi tentu saja
melakukan pembelian dengan tujuan untuk memenuhi permintaan dari konsumen mereka, baik
itu konsumen akhir maupun organisasi lain. Ini lah sebabnya permintaan organisasi untuk
barang dan jasa juga dianggap sebagai permintaan asal. Tugas agen pembelian adalah untuk
membantu departemen departemen lain didalam memenuhi tanggung jawab mereka didalam
memesan barang untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan organisasi. Tujuan agen
29
pembelian sering dikarakteristikan : mendapatkan barang yang tepat, pada harga yang tepat di
waktu yang tepat. Lebih spesifik lagi, terdapat 8 jenis tujuan yang harus diikuti oleh agen
pembelian :
1. memeriksa ketersediaan simpanan (supply)
2. mencegah atau menghindari duplikasi dan pemborosan
3. menetapkan standar kualitas
4. penetapan biaya terendah
5. menetapkan posisi kompetisi perusahaan
6. menyediakan informasi ke management
7. menjaga hubungan yang baik dengan toko toko
8. pengembangan hubungan yang baik dengan unit unit intraorganisasi
Jadi, dapat dikatakan bahwa pekerjaan dari agen pembelian adalah mendapatkan
barang dan jasa yang dibutuhkan organisasi pada total biaya terendah. Dimana total biaya
terendah terdiri dari harga yang tidak bisa diprediksi dan termasuk didalamnya keterlambatan
pengiriman, perhitungan yang pendek, kualitas yang buruk, biaya biaya persediaan, perbaikan
peralatan modal dan beban beban lain yang ada pada barang atau jasa tersebut.
30
2.4.1 Kerangka Penelitan
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian