Bab 2. respon organisme

60
1 Bab 2. Respon Organisme terhadap Lingkungan Hukum Minimum Hukum Toleransi Interaksi Gabungan Faktor Pembatas Syarat Sebagai Faktor Pengatur Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas Aplikasi respon organisme

Transcript of Bab 2. respon organisme

Page 1: Bab 2. respon organisme

1

Bab 2. Respon Organisme terhadap Lingkungan

Hukum MinimumHukum ToleransiInteraksi Gabungan Faktor PembatasSyarat Sebagai Faktor PengaturFaktor Fisik Sebagai Faktor PembatasAplikasi respon organisme

Page 2: Bab 2. respon organisme

Respon Organisme terhadap Lingkungan

Dalam merespon faktor abiotik dari lingkungan, organisme mengikuti aturan: Hukum minimum Hukum toleransi Mekanisme faktor pembatas. Hasil dari interaksi organisme dengan

lingkungannya berupa distribusi.

2

Page 3: Bab 2. respon organisme

3

Hukum Minimum

Pada keadaan yang kritis, bahan bahan pendukung kehidupan suatu organisme yang tersedia dalam jumlah minimum bertindak sebagai faktor pembatas.

Justus Liebig (1840) menemukan hasil tanaman tidak ditentukan oleh unsur hara N,P, K yang diperlukan dalam jumlah banyak tetapi oleh mineral seperti magnesium yang diperlukan dalam jumlah sedikit oleh tanaman.

Page 4: Bab 2. respon organisme

Hukum Minimum

4

Page 5: Bab 2. respon organisme

Hukum Minimum

Temuan ini dikenal sebagai Hukum Minimum Liebig.

Bukan hanya unsur hara N,P,K yang dapat bertindak sebagai faktor pembatas, tetapi materi kimiawi lainnya seperti oksigen, fosfor untuk proses pertumbuhan dan reproduksi.

Hukum minimum Liebig telah diterapkan pada program pengendalian lingkungan terhadap organisme.

5

Page 6: Bab 2. respon organisme

6

Hukum Minimum

Temuan ini dikenal sebagai Hukum Minimum Liebig.

Bukan hanya unsur hara N,P,K yang dapat bertindak sebagai faktor pembatas, tetapi materi kimiawi lainnya seperti oksigen, fosfor untuk proses pertumbuhan dan reproduksi.

Hukum minimum Liebig telah diterapkan pada program pengendalian lingkungan terhadap organisme.

Page 7: Bab 2. respon organisme

7

Hukum Minimum

Namun, hukum minimun Liebig hanya dapat diterapkan pada habitat atau ekosistem dengan arus energi dan materi yang masuk seimbang dengan yang keluar.

Fosfor merupakan faktor pembatas bagi organisme perairan. Meningkatnya nutrien seperti nitrogen dan fosfor diperairan disebut proses eutropikasi.

Page 8: Bab 2. respon organisme

Hukum Minimum

Pencegahan eutropikasi dapat dengan mengurangi kandungan bahan organik dan unsur hara di perairan sehingga pertumbuhan organisme seperti phytoplankton dan makrophyta terhambat.

8

Page 9: Bab 2. respon organisme

9

Hukum Toleransi Shelford

Kegagalan suatu organisme dalam mempertahankan hidupnya dapat ditentukan oleh kekurangan atau kelebihan (kuantitatif dan kualitatif) beberapa faktor lingkungan yang mendekati batas toleransinya.

Bukan hanya dalam jumlah sedikit atau rendah yang bersifat membatasi tetapi juga dalam jumlah yang berlebihan atau tinggi, seperti sinar matahari.

Page 10: Bab 2. respon organisme

10

Hukum Toleransi Shelford

Kisaran minimum merupakan batas batas toleransi digambarkan sebagai Hukum Toleransi Shelford (1913).

Dengan mengetahui kisaran toleransi suatu organisme dapat diketahui keberadaan dan penyebaran (distribusi) organisme tersebut.

Page 11: Bab 2. respon organisme

Hukum Toleransi Shelford

11

Page 12: Bab 2. respon organisme

Hukum Toleransi Shelford

12

Page 13: Bab 2. respon organisme

13

Hukum Toleransi Shelford

Beberapa asas tambahan : Organisme dapat memiliki kisaran toleransi

yang lebar untuk satu faktor dan sempit untuk faktor yang lain

Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang lebar untuk beberapa faktor akan memiliki penyebaran geografis yang luas

Kisaran toleransi terhadap suatu faktor dapat berkurang karena faktor lainnya seperti kekurangan nitrogen mengakibatkan menurunnya kisaran toleransi terhadap kekeringan.

Page 14: Bab 2. respon organisme

14

Hukum Toleransi Shelford

Kisaran toleransi akan berkurang karena interaksi antar populasi seperti pemangsa, parasit dan persaingan. Interaksi menyebabkan organisme tidak dapat memanfaatkan keadaan alam secara optimal.

Periode reproduktif merupakan periode yang renta. Tingkatan kehidupan dari biji, telur, embrio, kecambah atau larva lebih renta terhadap faktor faktor lingkungan daripada tingkatan dewasa.

Page 15: Bab 2. respon organisme

15

Hukum Toleransi Shelford

Istilah yang digunakan dalam menggambarkan kisaran toleransi : steno : sempit dan eury : lebar stenothermal – eurythermal (temperatur)

Telur ikan stenothermal (0 – 12 oC), Telur katak eurythermal (0 - 30 oC).

stenohaline – euryhaline (salinitas) Ikan salmon euryhaline (tawar – laut), ikan mas stenohaline (tawar)

stenophagik – euryphagik (makanan) Kelinci stenophagik (rumput), kambing euryphagik (rumput, perdu, semak dll).

Page 16: Bab 2. respon organisme

16

Hukum Toleransi Shelford

Page 17: Bab 2. respon organisme

17

Hukum Toleransi Shelford

Organisme berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk menggurangi pengaruh faktor faktor lingkungan. Usaha ini merupakan faktor kompensasi dari suatu organisme

Faktor kompensasi terlihat effetif pada tingkat komunitas. Pada tingkat spesies akan terlihat pada populasi yang menyesuaikan diri dengan lingkunganya yang disebut dengan EKOTIPE

Page 18: Bab 2. respon organisme

18

Hukum Toleransi Shelford

EKOTIPE merupakan populasi yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Kompensasi terhadap temperatur atau sinar bisa sampai tingkat genetik (perubahan morfologi) atau hanya tingkat aklimatisasi secara fisiologis.

Page 19: Bab 2. respon organisme

19

Interaksi Gabungan Faktor Pembatas

Dengan menggabungkan konsep hukum minimum dan konsep toleransi, maka dapat dipahami konsep faktor pembatas (limiting factor).

Faktor pembatas (limiting factor) dapat diartikan sebagai keadaan yang mendekati atau melampaui ambang batas toleransi suatu kondisi.

Faktor pembatas suatu organisme mencakup kisaran minimum atau maksimum dari faktor-faktor abiotik suatu ekosistem. Misal : Suhu, cahaya, pH yang terlalu rendah (minimum) atau terlalu tinggi (maksimum).

Page 20: Bab 2. respon organisme

20

Interaksi Gabungan Faktor Pembatas

Kehidupan suatu organisme di alam dikendalikan oleh : Jumlah dan keragaman material

(senyawa) yang esensial yang harus ada dalam jumlah minimum.

Faktor-faktor fisik yang kritis Batas-batas toleransi organisme itu

sendiri

Page 21: Bab 2. respon organisme

21

Interaksi Gabungan Faktor Pembatas

Bagi organisme dengan kisaran toleransi yang lebar (eury) terhadap faktor abiotik X yang relatif konstant bukan merupakan faktor pembatas, sehingga organisme tersebut dapat hadir dalam jumlah banyak.

Sebaliknya, bagi organisme dengan toleransi yang sempit (steno) terhadap faktor abiotik (Y) yang selalu berubah akan menjadi “faktor pembatas” sehingga akan hadir dalam jumlah sedikit

Page 22: Bab 2. respon organisme

22

Interaksi Gabungan Faktor Pembatas

Contohnya Kandungan O2 di udara dalam jumlah banyak dan konstan bukan merupakan faktor pembatas organisme darat.

Sebaliknya, kandungan O2 terlarut di perairan, terdapat dalam jumlah sedikit dan jumlahnya selalu berubah-ubah, menjadi faktor pembatas bagi organisme yang hidup di perairan.

Page 23: Bab 2. respon organisme

23

Syarat sebagai Faktor Pengatur

Faktor lingkungan yang penting dalam setiap ekosistem berbeda beda seperti di darat: sinar, suhu dan air; di laut: sinar, suhu dan salinitas; di perairan tawar: kandungan oksigen.

Faktor lingkungan tidak hanya sebagai faktor pembatas (negatif) tetapi juga menjadi faktor menguntungkan (positif) bagi organisme yang mampu menyesuaikan diri sehingga komunitasnya.

Page 24: Bab 2. respon organisme

24

Syarat sebagai Faktor Pengatur

Sehingga mencapai tingkatan homeostatis Hal ini terjadi karena organisme mampu

memanfaatkan perubahan faktor lingkungan yang berkala dengan cara mengatur waktu kegiatannya sehingga memperoleh keuntungan dari lingkungannya.

Ritme musiman seperti panjang hari (photoperiode: Juni 16.5 jam dan desember 8 jam)

Page 25: Bab 2. respon organisme

25

Syarat sebagai Faktor Pengatur

Photoperiode merupakan pengatur waktu untuk memulai proses fisiologis yang menghasilkan: pertumbuhan,pembungaan pada tumbuhan penimbunan lemak, pergantian bulu,

migrasi dan pekembang biakan pada burung dan mamalia

Diapause (telur yang akan menetas sampai musim semi mendatang) pada serangga.

Page 26: Bab 2. respon organisme

26

Syarat sebagai Faktor Pengatur

Di gurun, panjang hari dan hujan sangat tidak terduga, oleh tumbuhan gurun dimanfaatkan sebagai faktor pengatur. Dengan cara menghasilkan biji biji yang mengandung hormon penghambat perkecambahan, biji dapat tetap hidup dalam tanaha bertahun tahun setelah hujan lebat.

Page 27: Bab 2. respon organisme

27

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

1. Suhu Organisme dapat hidup pada suhu

sampai 300oC dengan kisaran suhu 100 – 200 oC.

Akan tetapi kebanyakan organisme hanya dapat hidup pada kisaran suhu yang lebih sempit.

Pada umumnya batas atas (maksimum) lebih kritis atau lebih membahayakan kehidupan organisme daripada batas bawah (minimum).

Page 28: Bab 2. respon organisme

28

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Pada ekosistem perairan, variasi suhu lebih sempit daripada ekosistem darat. Oleh karena itu, biasanya organisme perairan mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu lebih sempit daripada organisme darat.

Misal: algae air dan algae darat, invertebrata air dan darat seperti serangga

Page 29: Bab 2. respon organisme

29

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

2. Radiasi cahaya matahari Cahaya matahari mempunyai dua

fungsi yang saling berlawanan, di satu pihak radiasi cahaya matahari menguntungkan karena sebagai sumber energi bagi proses fotosintesa. Dilain pihak, radiasi cahaya matahari merugikan karena cahaya matahari langsung akan merusak atau membunuh protoplasma.

Page 30: Bab 2. respon organisme

30

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Dari segi ekologi, bagi kehidupan organisme yang penting radiasi adalah kualitas sinar (panjang gelombang dan warna) dan intensitas cahaya (lama penyinaran), karena laju fotosintesa akan bervariasi sesuai dengan perbedaan panjang gelombang yang ada.

Page 31: Bab 2. respon organisme

31

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Sinar merah dan biru disaring oleh komponen air dan menghasilkan sinar hijau yang sukar sekali diabsobsi oleh klorofil.

Intensitas cahaya matahari berpengaruh langsung secara linear terhadap laju fotosintesis.

Penurunan tingkat kejenuhan sinar akan diikuti dengan penurunan intensitas cahaya.

Page 32: Bab 2. respon organisme

32

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

3. Air Air merupakan faktor pembatas

utama pada lingkungan darat dan perairan. Curah hujan, kelembaban, penguapan (evaporasi) dan suplai air permukaan yang menjadi faktor-faktor yang harus diukur:

Page 33: Bab 2. respon organisme

33

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

3a. Curah hujan Penyebaran hujan sepanjang tahun

merupakan faktor pembatas yang penting bagi organisme.

Umumnya curah hujan tersebar tidak merata. Tabel berikut menggambarkan curah hujan pada berbagai ekosistem

Page 34: Bab 2. respon organisme

34

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Curah hujan Keadaan 0 – 10 inchi/tahun Gurun 10 – 30 inchi/tahun Padang

rumput, savana

30 – 50 inchi /tahun Hutan kering > 50 inchi/tahunHutan Hutan basah

Page 35: Bab 2. respon organisme

35

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

3b. Kelembaban Kelembaban diartikan sebagai

jumlah uap air yang berada di udara.

Kelembaban mutlak : jumlah air di udara yang dinyatakan dengan berat air per satuan udara.

Jumlah air yang dapat disimpan oleh udara bervariasi tergantung pada suhu dan tekanan udara.

Page 36: Bab 2. respon organisme

36

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Oleh karena itu, dikenal istilah kelembaban nisbi (relatif) yaitu presentase (%) kandungan uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kandungan uap air jenuh pada udara dengan tekanan dan temperatur tertentu.

Page 37: Bab 2. respon organisme

37

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

3c. EvaporasiKadar air di udara merupakan faktor yang penting bagi ekosistem darat, karena penguapan dapat mengakibatkan dehidrasi terhadap hewan dan tumbuhan . Untuk mengurangi dehidrasi binatang berlindung atau lebih giat di malam hari. 97- 99 % air yang masuk dari tanah, hilang oleh penguapan dari daun/ transpirasi pada tumbuhan.

Page 38: Bab 2. respon organisme

38

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

4. Interaksi antara suhu dan kelembaban Interaksi antara suhu dan

kelembaban mempunyai pengaruh yang penting bagi ekosistem darat, terlihat pada efek temperatur yang bertambah hebat apabila kelembaban dalam keadaan ekstrim.

Page 39: Bab 2. respon organisme

39

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Berdasarkan suhu dan kelembaban dikenal dua tipe dasar iklim di bumi ini yaitu :

Iklim laut yang ditandai dengan fluktuasi suhu yang tidak ekstrim. Pergantian temperatur tidak menyolok atau drastis.

Iklim darat yang ditandai dengan fluktuasi suhu yang ekstrim

Page 40: Bab 2. respon organisme

40

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

5. Gas-gas atmosfer

Penambahan sedikit kandungan CO2 dan penurunan kandungan O2 akan meningkatkan laju fotosintesis.

Pada tanaman kacang-kacangan, laju fotosintesa akan naik 50 % apabila kandungan O2 diturunkan 5 %.

Page 41: Bab 2. respon organisme

41

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Di dalam tanah, kandungan O2 dapat menjadi faktor penentu yang penting bagi organisme aerob. Kandungan CO2 akan meningkat jika kedalaman media atau tanah bertambah.

Kandungan O2, CO2 dan gas lain di perairan tersedia dalam bentuk terlarut, sehingga yang dapat diperoleh organisme air bervariasi dari temporal (waktu) maupun spartial (tempat).

Page 42: Bab 2. respon organisme

42

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Konsentrasi ion hidrogen atau pH terkait erat dengan kandung CO2 di dalam air.

pH sering menjadi faktor pembatas yang penting bagi organisme aquatik karena dapat mempengaruhi pernafasan dan kerja enzim.

Tanah dan perairan dengan pH rendah/asam seringkali mengalami kekurangan unsur hara dan produktivitasnya rendah.

Page 43: Bab 2. respon organisme

43

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

6. Garam-garam biogenik : makro dan mikro nutrien Garam biogenik adalah garam-garam

yang terlarut dalam air dan merupakan unsur yang vital bagi kelangsungan hidup organisme.

Garam biogenik terdiri dari makro nutrien : C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg dan mikro nutrien : Fe, Mn, Cu, Zn,Si, Mo, Co,Cl.

Page 44: Bab 2. respon organisme

44

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Ditinjau dari fungsinya mikronutrien pada tumbuhan dapat dibagi menjadi untuk: fotosintesa : Mn, Fe, Zn, V . metabolisme nitrogen : Mo, Bo, Co, Fe metabolisme zat lain : Mn, Co, Cu, Si.

Page 45: Bab 2. respon organisme

45

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

7. Arus dan tekanan air. Arus air tidak hanya mempengaruhi

konsentrasi gas dalam air, tetapi juga secara langsung sebagai faktor pembatas.

Misal perbedaan organisme sungai dan danau sering disebabkan oleh arus yang deras pada sungai.

Tumbuhan dan binatang di sungai harus mampu menyesuaikan diri terhadap arus baik secara morfologis dan fisiologis.

Page 46: Bab 2. respon organisme

46

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Tekanan air tidak berpengaruh langsung bagi kehidupan organisme yang hidup di darat, tetapi melalui perubahan iklim.

Di lautan, tekanan hidrostatis terjadi karena adanya perubahan tekanan dari permukaan laut ke laut yang dalam. Tekanan ini sangat mempengaruhi kehidupan organisme laut.

Page 47: Bab 2. respon organisme

47

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Di laut, tekanan air akan bertambah 1 atmosfer pada setiap penurunan kedalaman 10 meter. Pada bagian laut yang paling dalam, tekanan ini dapat mencapai 1000 atmosfer.

Page 48: Bab 2. respon organisme

48

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

8. Tanah Tanah berasal dari lapisan kulit bumi

yang dilapukkan oleh organisme hidup, sehingga sebagian ahli menyatakan tanah bukan hanya sebagai faktor lingkungan tetapi juga merupakan hasil kerja organisme.

Dengan demikian tanah terdiri atas komponen abiotik dan biotik yang sering kali sukar untuk dipisahkan.

Page 49: Bab 2. respon organisme

49

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Gambaran lapisan tanah dari permukaan ke bagian bawah disebut profil tanah dengan rincian :1. Lapisan teratas (top soil/horizon A)

Pada lapisan ini terdapat tubuh tumbuhan atau hewan menjadi bahan-bahan organik karena proses humifikasi.

Page 50: Bab 2. respon organisme

50

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Pada tanah yang matang, bagian ini terdiri atas lapisan-lapisan yang jelas terpisah dari masing-masing tahap progesif dari humifikasi seperti berikut:

Lapisan sisa (seresah atau litter) A-O mewakili komponen detritus

Lapisan humus A-1 Lapisan tercuci A-2 (warna muda)

Page 51: Bab 2. respon organisme

51

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

2. Lapisan B (horizon B) Lapisan ini terdiri atas tanah mineral

hasil dari proses dekompossisi dan mineralisasi dan bercampur dengan bahan material dasar (induk) dari tanah yang halus.

Bahan-bahan yang larut pada lapisan B seringkali berasal dari lapisan A, disimpan atau dicuci oleh aliran air.

Page 52: Bab 2. respon organisme

52

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Lapisan C (horizon C) Merupakan lapisan induk yang tidak

banyak mengalami perubahan. Materi induk setelah pecah dapat

berpindah tempat karena: Gravitasi ( colluvial deposit), air (alluvial

deposit) glacier (glacial deposit) dan angin (colian deposit).

Page 53: Bab 2. respon organisme

53

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

9. Api sebagai faktor ekologi Secara alamiah organisme telah

beradaptasi terhadap api seperti halnya terhadap suhu dan air.

Kalau digunakan dengan tepat api dapat merupakan faktor ekologi yang berguna, namun yang terjadi api menjadi sumber bencana kebakaran.

Page 54: Bab 2. respon organisme

54

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Tipe kebakaran di alam dapat dibedakan menjadi :

Kebakaran tajuk/crown fire. seringkali memusnahkan semua vegetasi dalam ekosistem. Api menjadi faktor pembatas bagi semua organisme yang hidup pada ekosistem yang terbakar. Untuk memulihkannya ke keadaan semula memerlukan waktu yang lama karena ekosistemnya telah rusak dan semua vegetasi musnah.

Page 55: Bab 2. respon organisme

55

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

Kebakaran permukaan/ Surface fire Menguntungkan bagi organisme yang

toleransi terhadap api. Api merupakan faktor pembatas hanya untuk beberapa organisme.

Kebakaran permukaan dapat mengurangi kerja bakteri dalam proses pembusukan dan membantu pemecahan kulit yang keras, misalnya buah pinus sehingga membantu peremajaan hutan.

Page 56: Bab 2. respon organisme

56

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas

10. Lingkungan Mikro Organisme yang hidup di habitat yang

sama (pada skala makro) sebenarnya berada dalam keadaan yang berbeda pada skala lingkungan mikro.

Iklim mikro, mempunyai peranan yang relatif besar, dapat berupa iklim lingkungan kecil (skala mikro) di sekitar pohon pinus, atau iklim lingkungan besar (skala makro) di lereng dari suatu lembah.

Page 57: Bab 2. respon organisme

57

Aplikasi respon organisme

Seringkali faktor-faktor tertentu dapat dengan tepat menentukan organisme yang ditemukan di suatu daerah

Atau sebaliknya kita dapat menentukan keadaan lingkungan fisik dengan menggunakan organisme yang ditemukan pada suatu daerah.

Hal ini disebut dengan indikator ekologi/ indikator biologi.

Page 58: Bab 2. respon organisme

58

Aplikasi respon organisme Hal yang harus diingat jika kita

memakai indikator ekologi adalah : Umumnya organisme steno

merupakan indikator yang lebih baik dari pada organisme eury.

Species yang besar merupakan indikator yang lebih baik daripada species yang lebih kecil, karena organisme yang besar mempunyai biomass lebih stabil.

Page 59: Bab 2. respon organisme

59

Aplikasi respon organisme

Dan organisme kecil mempunyai turn over rate yang pendek. Sekarang banyak, mungkin besok sudah mati, maka algae tidak pernah dipakai sebagai indikator ekologi.

Sebelum species dipercaya sebagai indikator ekologi, harus ada bukti-bukti di lapangan dan uji laboratorium, untuk mengetahui persyaratan hidup spesies organisme tersebut.

Page 60: Bab 2. respon organisme

60

Aplikasi respon organisme

Hubungan antar spesies, populasi atau komunitas seringkali menjadi indikator yang lebih baik daripada hanya satu spesies saja, karena hal ini akan lebih menggambarkan keadaan yang terintegrasi.