BAB 2 LANDASAN TEORI Teori-teori Dasar/Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-01101-MC...

54
26 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum 2.1.1 Komunikasi Setiap sisi kehidupan manusia selalu terkait akan komunikasi dan tidak akan lepas dari komunikasi, apapun itu bentuk kegiatannya. Setiap orang saling berhubungan satu sama lain sehingga menimbulkan interaksi sosial. Secara kodrati setiap orang siapapun itu senantiasa terlibat dalam komunikasi. Tentu saja hal itu merupakan konsekuensi dari adanya hubungan sosial. Dilihat secara umum komunikasi merupakan proses kegiatan penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, isi pesan yang disampaikan berupa lambang-lambang yang penuh arti dan bermakna. Pengertian komunikasi itu sebenarnya tidak hanya terpaut pada satu hal atau satu situasi saja namun dari banyak sudut. Pengertian komunikasi itu bisa dilihat lebih luas lagi, tergantung dari sudut pandang, konteks dan tujuannya. Sedangkan secara etimologis, istilah “komunikasi” berasal dari bahasa latin : communication, yang bersumber dari kata communis (artinya: milik bersama atau berlaku dimana mana), yang selanjutnya bermakna sama, yaitu ‘sama dalam memberikan makna(interpretasi) mengenai suatu hal’. Misalnya, dalam konteks percakapan, komunikasi akan terjadi atau berlangsung bila ada kesamaan interpretasi mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna/interpretasi. Jelas bahwa percakapan antara 2 orang atau lebih dapat

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI Teori-teori Dasar/Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-01101-MC...

26

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori-teori Dasar/Umum

2.1.1 Komunikasi

Setiap sisi kehidupan manusia selalu terkait akan komunikasi dan tidak

akan lepas dari komunikasi, apapun itu bentuk kegiatannya. Setiap orang saling

berhubungan satu sama lain sehingga menimbulkan interaksi sosial. Secara

kodrati setiap orang siapapun itu senantiasa terlibat dalam komunikasi. Tentu

saja hal itu merupakan konsekuensi dari adanya hubungan sosial.

Dilihat secara umum komunikasi merupakan proses kegiatan

penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, isi pesan yang

disampaikan berupa lambang-lambang yang penuh arti dan bermakna. Pengertian

komunikasi itu sebenarnya tidak hanya terpaut pada satu hal atau satu situasi saja

namun dari banyak sudut. Pengertian komunikasi itu bisa dilihat lebih luas lagi,

tergantung dari sudut pandang, konteks dan tujuannya.

Sedangkan secara etimologis, istilah “komunikasi” berasal dari bahasa

latin : communication, yang bersumber dari kata communis (artinya: milik

bersama atau berlaku dimana mana), yang selanjutnya bermakna sama, yaitu

‘sama dalam memberikan makna(interpretasi) mengenai suatu hal’. Misalnya,

dalam konteks percakapan, komunikasi akan terjadi atau berlangsung bila ada

kesamaan interpretasi mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang

digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan

makna/interpretasi. Jelas bahwa percakapan antara 2 orang atau lebih dapat

27

dikatakan komunikatif (mengerti dan paham) apabila mereka mengerti bahasa

yang digunakan dan memiliki kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan.

Selain pengertian secara umum dan etimologis terdapat pula pengertian

paradagmatis atau komunikasi mengandung tujuan tertentu. Pada dasarnya,

komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan tertulis, seperti tatap muka

langsung, melalui media radio siaran, dan lain-lain. Sehubungan dengan itu ada

banyak konsep, definisi, atau alasan pengertian yang dikemukakan oleh oleh para

ahli. Dari sekian banyak definisi itu dapat disimpulkan secara lengkap mengenai

makna komunikasi yang paling hakliki: komunikasi merupakan proses

penyampaian suatu pesan berupa simbol-simbol yang mengandung arti oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap,

pendapat, dan perilaku, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam

definisi tersebut tersimpul tujuan, yaitu memberitahukan atau mengubah sikap,

pendapat, atau perilaku dengan simbol-simbol yang mengandung arti. Banyak

program acara radio yang memberikan memberikan berbagai pesan atau

informasi, dengan harapan mampu menambah informasi kepada pendengar.

28

1. Proses Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang di

dalamnya ada sejumlah komponen atau unsur yang mencakup kegiatan

tersebut. Proses Komunikasi selalu mensyaratkan beberapa unsur, antara

lain :

Gambar 0.1. Proses Komunikasi

Keterangan :

Komunikator : orang yang menyampaikan pesan

Pesan : pernyataan yang disampaikan

Komunikan : orang yang menerima pesan

Gambaran yang dibuat oleh peneliti tersebut merupakan bentuk

komunikasi sederhana, yaitu komunikasi antarindividu secara tatap muka

(face to face communication), tanpa menggunakan bantuan alat (media)

atau saluran (channel).

Hubungan Komunikator – Pesan – Komunikan dalam proses

Komunikasi sederhana tersebut dapat berkembang apabila komunikasi

memerlukan media (misalnya, media radio siaran) yang dipakai sebagai

alat bantu saluran komunikasi. Seperti dijabarkan pada gambar dibawah

ini :

KOMUNIKATOR PESAN KOMUNIKAN

29

Gambar 0.2. Proses Komunikasi dengan Media

Keterangan :

Sumber: Perseorangan atau Lembaga

Pesan: Pernyataan berupa lambang/simbol visual, auditif, audio visual

Saluran: Media yang dipakai sebagai saluran atau sarana bantu

komunikasi

Penerima : Penerim Pesan dapat perseorangan atau massa(banyak orang)

Akibat : Perubahan tingkah laku yang dialami atau dilakukan oleh si

penerima

Harold D. Lasswell, menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk

menerangkan kegiatan komunikasi adalah menjawab pertanyaan : “Who

says what in which channel to whom which what effect?” Dalam

penyampaian suatu pesan, seorang penyiar harus menguasai teknik

berkomunikasi agar pesan yang disampaikan tampak lebih indah

didengar. Teknik berkomunikasi adalah cara atau seni menyampaikan

pesan dari komunikator sehingga menimbulkan dampak tertentu pada

komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan

sebagai panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi,

keluhan, keyakinan, himbauan, anjuran dan sebagainya. Pernyataan

tersebut biasanya dibawakan dengan mempergunakan lambang/simbol-

umumnya yang digunakan bahasa.

30

2. Dampak Komunikasi

Terdapat tiga dampak dari komunikasi, diantaranya :

a. Dampak Kognitif

Dampak yang timbul pada komunikan, yang menyebabkan

ia menjadi tahu atau menungkat intelektualnya. Di sini,

pesan-pesan yang disampaikan komunikator ditujukan

kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain tujuan

komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah

pikiran dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti

menjadi mengerti.

b. Dampak Afektif

Dampak ini lebih tinggi kadarnya jika dibandingkan

dengan dampak kognitif. Di sini, tujuan komunikator

bukan hanya sekedar berupaya agar komunikan tahu atau

mengerti, tetapi dapat menggerakan hati si komunikan

sehingga bisa menimbulkan perasaan tertentu, misalnya

perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan

sebagainya.

c. Dampak Kogntif / Behaviour / Psikomotorik

Yang paling tinggi adalah dampak behavior ini, yaitu

dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk

perubahan perilaku, tindakan, atau kegiatan. Dapat

disimpulkan bahwa dampak komunikasi di dunia radio itu

31

sangat diperlukan untuk keperluan peningkatan mutu

dan penyampaian pesan dari seorang penyiar kepada

pendengar dalam suatu program acara. Apakah dampak

yang dihasilkan sudah sesuai dengan yang diharapkan dari

setiap program acara? Tentu saja, hal itu tergantung dari

bagaimana seorang penyiar mampu menyampaikan pesan

dengan baik.

3. Tujuan Komunikasi

Menurut Hewitt (1981), tujuan dalam proses komunikasi

dijabarkan sebagai berikut:

a. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu

b. Mempengaruhi perilaku seseorang

c. Mengungkapkan perasaan

d. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain

e. Berhubungan dengan orang lain

f. Menyelesaikan sebuah masalah

g. Mencapai sebuah tujuan

h. Menurunkan ketegangan dan menyelesaikan konflik

i. Menstimulasi minat diri sendiri atau orang lain

32

2.1.2 Komunikasi Massa

1. Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messags

communicated through a mass medium to a large number of people).

(Rakhmat, 2003, p.188)

Definis dari rakhmat diatas tentang komunikasi massa termaksuk

sederhana, namun dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus

menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan

kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangan luas yang

dihadiri banyak orang tetapi jika tidak menggunkana media massa, itu

bukan komunikasi massa.

Definisi komunikasi massa yang lebih perinci dikemukakan oleh

ahli komunikasi lainnya, yaitu Gebner. Menurut Gebner (1967) “mass

communication is the tehnologically and institutionally based production

and distribution of the most bradly shared continuous flow of messages in

industrial societies”. Komunikasi massa adaah produksi dan distribusi

yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu

serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat,

2003, p.188) ahli komunikasi lainnya, merumuskan definisi komunikasi

massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa

serta tentang media yang digunakannya. (Effendy, 1986, p.26). Ia

mengemukakan difinisinya dalam dua item, yaitu pertama komunikasi

33

massa adalah komunikasi yang ditunjukan kepada massa, kepada

khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak

meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi,

tetapi ini berarti bahwa khalayak besar dan pada umumnya sedikit sukar

didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang

disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi

barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila di definisikan menurut

bentuknya : televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film.

2. Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik komunikasi massa (Elvinaro, 2007, p.6) adalah

sebagai berikut :

a. Komunikator Terlembagakan

Bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan

komunikatornya bergerak dalam organisasi yang

kompleks. Coba kita bayangkan, secara kronologis proses

penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu

diterima oleh komunikan.

b. Pesan Bersifat umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi

massa itu ditunjukan untuk semua orang dan tidak

ditunjukan oleh sekelompok orang tertentu. Oleh

karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan

34

komunikasi massa dapat berupa fakta dan peristiwa

yang terjadi di sekeliling kita dapar dimuat dalam media

massa.

c. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Pada komunikasi antarpersonal,komunikator akan

mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya, seperti

: nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan

mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Dalam

komunikasi massa, komunikator tidak mengenal

komunikan (anonim), karena komunikasinya

menggunakan media dan tidak bertatap wajah langsung.

d. Media Massa Menimbulkan Keserampakan

Komunikasi massa memiliki kelebihan dari komunikasi

lainnya yaitu, jumlah sasaran khalayak atau komunikan

yang dicapa relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan

lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara

serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan

yang sama pula.

Effendy (1981) mengartikan keserempakan media massa

itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar

pendudukdalam jarak yang jauh dari komunikator dan

penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam

keadaan terpisah

35

e. Komunikasi Menggutamakan Isi Ketimbang

Hubungan

Salah satu dari prinsip komunikasi adalah bahwa

komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan

(Mulyana, 2000, p.99). dimensi isi menunjukan muatan

atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan

dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara

mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana

hubungan para peserta komunikasi itu. Sementara

Rakhmat (2003) menyebutnya sebagai proporsi unsur isi

dan unsur hubungan

f. Komunikasi Bersifat Satu Arah

Tidak hanya memiliki keunggulan tetapi komunkasi massa

juga memiliki salah satu ciri yang menjadi kelemahannya.

Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi

dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena

melalui media massa maka komunikator dan

komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.

Komunikator aktif menyampaikan pesan, dan komunikan

pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak

dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam

komunikasi antarpersonal. Dengan demikian komunikasi

massa itu bersifat satu arah.

36

g. Stimulasi Alat Indra “Terbatas”

Kelemahan lain dari komunikasi massa adalah stimulai

alat indra “terbatas”. Pada komunikasi antarpersonal yang

bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku

komunikasi, komunikator, dan komunikan, dapat

digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat

melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin

merasa. Dalam komunikasi massa, stimulai alat indra

bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan

majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan

rekaman auditif, khalayak hanya mendengarkan

sedangkan pada media televisi dan film, kita

menggunakan indera pengelihatan dan pendengaran

h. Umpan Balik Tertunda (Delay)

Komunikator dalam komunikasi massa tidak dapat dengan

langsung mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap

pesan yang disampaikannya.

37

3. Peran Komunikasi Massa

Menurut Dominick (2000), fenomena terbentuknya selebritas di

bidang keartisan aau pakar dibidang politik, ekonomi, komunikasi dan

lainnya, tidak terlepas dari peran yang dimainkan komunikasi massa

dalam kehidupan masyarakat. Melalui komunikasi massa kita dapat

mengetahui berbagai informasi.

Lebih jauh Dominick (2000) mengatakan bahwa dalam melihat

fungsi dan kegunaan komunikasi massa, perlu dilakukan dua bentuk

analisis, yakni analisis makro (wide angle lens) dan analisis mikro

(close-up lens). Kedua metode ini, baik analisis makro maupun analisi

mikro, kadangkala memiliki hasil yang sama pada khalayak dalam

menyerap informasi yang disampaikan media massa. Namun tidak

berarti khalayak memiliki kesamaan dalam menggunakan media massa.

Hal ini yang tidak di antisipasi oleh para komunikator massa.

4. Fungsi Komunikasi massa

Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi

sebagai decoder, intepreter dan encoder. Komunikasi massa men-decode

lingkungan sekitar untu kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya,

mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan.

Komunkasi massa mengintepretasikan hal-hal yang di-decode sehingga

dapat mengambil kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya

interaksi serta emmbantu anggota-anggota masyarakat menikmati

38

kehidupan. Komunikasi massa juga meng-encode pesan-pesan yang

memelihara hubungan kita dengan masyarakat lain serta menyampaikan

kebudayaan baru kepada anggota-anggota masyarakat. Peluang ini

dimungkinkan karena komunikasi massa mempunyai kemampuan

memperluas pandangan, pendengaran, dalam jarak yang hampir tidak

terbatas, dan juga dapat melipat gandakan suara dan kata-kata secara luas.

Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yang menyebutkan fungsi-

fungsi komunikasi massa sebagai berikut :

a. Surveillance of the environment

Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh

Schramm disebut sebagai decoder yang menjalankan

fungsi The Watcher.

b. Correlation of the parts of society in responding to the

environment

Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat

agar sesuai dengan lingkungan. Schramm menanamkan

fungsi The Forum.

c. Transmission of the social heritage from one generation

to the next

Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Schramm menamakan

39

fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi The

Teacher.

Rincian mengenai fungsi komunikasi dari Laswell hanya sampai

situ saja, sehingga membuka peluang untuk mengemukakan berbagai

spekulasi dan penasfiran. Contohnya, seorang ahli sosiologi, Charles R.

Wright, menambahkan fungsi yang keempat, yaitu entertainment dan

kemudian ia memberikan penjelasan keempat fungsi itu sebagai berikut :

a. Surveillance

Menunjuk pada fungsi pengumpulan data dan informasi

mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik di

luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan

dengan apa yang disebut Handling of News

b. Correlation

Meliputi fungsi intepretasi pesan yang menyangkut

lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi

kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini di

identifikasikan sebagai fungsi editorial atau propaganda.

c. Transmission

Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi,

nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya dari satu

generasi ke generasi lain atau dari anggota-anggota suatu

40

masyarakat terhadap pendatang baru. Fungsi ini

diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.

d. Entertainment

Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang

dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa

mengharapkan efek-efek tertentu.

5. Efek Komunikasi Massa

Efek pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media

massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena

itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis.

a. Efek Kognitif

Berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga

khalayak yang semual tidak tahu, yang tadinya tidak

mengerti dan yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.

b. Efek Afektif

Berkaitan dengan perasaan, akibat dari membaca surat

kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara

televisi atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada

khalayak. Perasaan akibat terpaan media massa itu bisa

bermacam-macam, senang sehingga terbahak-bahak, sedih

sehingga meneteskan air mata, takut sampai merinding,

dan lain-lain perasaan yang bergejolak dalam hati

41

c. Efek Konatif

Efek ini tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan

media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif atau

efek afektif. Dengan kata lain, timbulnya efek konatif

setelah muncul efek kognitif atau efek afektif. Dampak

konatif adalah dampak yang timbul pada komunikan

dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan (Onong

Uchajana, 2000, p.318-319)

2.1.3 Media Massa

Media Massa (mass media) singkatan dari media komunikasi massa,

merupakan channel of mass communication, yaitu saluran, alat, atau sarana yang

dipergunakan dalam proses komunikasi massa.

Menurut Nurudin, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang

bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan

heterogen (Nurudin, 2003, p.8)

Bentuk media massa terdiri dari :

1. Media Cetak

Media cetak yang dapat memenuhi criteria sebagai media massa

adalah surat kabar dan majalah. Sebagai media cetak, surat kabar dan

majalah tetap berbeda-beda karena memiliki karakteristik yang khas,

yang dimiliki oleh masing-masing media itu sendiri.

42

2. Media Elektronik

Sebelum tahun 1950-an, ketika televisi menarik banyak perhatian

khalayak radio siaran, banyak orang memperkirakan bahwa radio siaran

diambang kematian. Radio adalah media massa elektronik tertua dan

sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaannya, radio siaran

telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman

kaset, televisi, televisi kabel, electronic games dan personal cassette

players. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan

mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi

dengan media lainnya. Keunggulan radio siaran adalah berada dimana

saja dan memiliki kemampuan menjual pada khalayak bagi pengiklan

yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu.

2.1.4 Radio

Menurut Moeryanto ginting, yang dikutip Ritonga (1996, p. 93), radio

adalah alat komunikasi massa yang menggunakan lambing komunikasi yang

berbunyi (Lee, 1965). Suatu pemancar radio yang sedang in operation tidak

membawa pengaruh apa-apa pada audiens/pendengar kalau gelombang-

gelombangnya tidak dimuati sesuatu yang berarti, entah itu berupa sinyal, kata-

kata terucapkan, maupun nada-nada, atau sesuatu yang berirama (Kertapati,

1981) Terkait dengan itu, maka radio siaran perlu dimuati pesan-pesan,

informasi-informasi, musik, serta bunyi-bunyi lainnya, yang terencanam

tersusun/tertata dan siap untuk didengarkan kepada khalayak.

43

Setelah penelitian yang cukup lama sejak 1980an oleh Guglielmo

Marconi akhirnya pada tahun 1901, Marconi dan teman-temannya berhasil

mengadakan komunikasi radio melintasi Atlantik, ialah dari PoldhuInggris ke

Halifax Newfoundland, dan sejak saat itu komunikasi radio telah mampu

menerobos masuk ke aspek ekonomi dan militer.

Di Indonesia sendiri radio telah ada sejak pada masa pemerintahan

Belanda, yang mana radio siaran pertama di Indonesia kala itu ialah Bataviase

Radio Vereninging (BRV) berada di Batavia (Jakarta) yang didirikan pada

tanggal 16 Juni 1925. Semua radio siaran pada saat itu memiliki status swasta.

Sejak adanya BRV maka muncul lah badan-badan radio siaran lainnya seperti

Nederlandsch Indisch Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta Bandung dan

Medan, Solossche Radio Vereninging ( SRV) di solo, dan masih banyak lagi.

SRV (Solossche Radio Vereninging) yang didirikan pada 1 April 1933,

merupakan pelopor munculnya radio siaran usaha bangsa Indonesia, yang

selanjutnya berkat peran Mangkunegoro VII dan Ir. Sarsito Mangkunegoro

akhirnya berdirilah badan-badan radio usaha bangsa Indonesia di berbagai kota

besar lainnya.

Setelah belanda menyerah terhadap Jepang pada 8 Maret 1942, tiba

giliran jepang menduduki Indonesia. Dengan gaya militer Jepang bernama Dai

Nippon, akhirnya radio siaran yang semula berstatus swasta dibekukan dan

diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyotu yang berpusat di jakarta

dan memiliki cabang di luar kota dengan nama Hoso Kyoku. Setelah jepang

menyerah tanpa syarat pada 14 Agustus 1945, para pemuda Indonesia

44

melanjutkan informasi yang didengar dari siaran luar negeri mengenai

jatuhnya bom atom di jepang oleh tentara Amerika, maka Indonesia dapat

memanfaatkan situasi tersebut. Pada 17 Agustus 1945 pukul 19.00 WIB melalui

siaran radio Text Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di bacakan, walaupun

hanya sekitar jakarta saja. Itulah sekilas sejarah radio di Indonesia yang mana

apabila kita tidak di jajah oleh Belanda dan Belanda tidak mendirikan dan

mengenalkan kita pada radio maka Teks Proklamasi pun tidak dapat disiarkan

dan para masyarakat Indonesia hingga Negara tetangga tidak akan mengetahui

bahwa Indonesia telah merdeka.

1. Karakteristik Radio

Sebagai media massa, radio siaran memiliki karakteristik unik

dank has, yang juga tentunya mempunyai keungulan dan kelemahannya.

Dalam penyampaian pesan atau isi pernyataannya yang dikemas dalam

suatu program, radio mempunyai cara tersendiri yang disebut dengan

gaya radio, yang meliputi bahasa kata-kata lisan, musik/lagu, dan efek

suara, yang menjadi kunci utama identitas sebuah stasiun radio dalam

menyajikan program-programnya.

Menurut Effendy, gaya radio siaran dapat timbul karena faktor :

a. Sifat Radio Siaran

b. Sifat Pendengar Radio

Sifat radio siaran, gaya radio secara karateristiknya mencakup :

45

a. Imajinatif

Karena radio siaran hanya bisa di dengar, maka pendengar

Kephanya bisa membayangkan suaranya tanpa mengetahui

sosok penyiar seperti apa. Hal tersebutlah membuat

pendengar secara tidak langsung ketika mendengarkan

radio tercipta suatu imajinasi yang disebut theatre of mind.

Banyak drama radio yang berhasil membius dan disukai

pendengarnya, antara lain, War of The World, Saur Sepuh,

Misteri Gunung Merapi, Ibuku Sayang Ibuku Malang,

Catatan si Boy, dan lain-lain.

b. Auditori

Radio adalah bunyi atau suara yang hanya bisa di

konsumsi oleh telinga. Maka dari itu apa yang di dengar

oleh telinga kemampuannya cukup terbatas, selain itu

telinga juga memiliki keterbatasan dalam mengingat pesan

yang didengarnya. Untuk itulah pesan radio siaran harus

jelas, singkat, dan sepintas lalu, agar informasi di

sampaikan oleh radio siaran dapat diterima oleh

pendengar.

46

c. Akrab

Media radio siaran adalah intim, karena penyiar

menyampaikan pesannya secara personal/individu,

walaupun radio itu didengarkan oleh orang banyak.

Sapaan penyiar yang khas seolah ditunjukkan kepada diri

pendengar secara seorang diri, menjadikan si penyiar

seakan-akan berada disekitarnya. Sehingga radio bisa

menjadi “teman” dikala seseorang sedang sedih ataupun

gembira. Itulah sifat akrab radio.

d. Gaya percakapan

Bahasa yang digunakan bukan tulisan, tapi gaya obrolan

sehari-hari. Tak heran juga banyak pameo atau bahasa-

bahasa percakapan yang unik muncul dari dunia radio

yang diperkenalkan oleh penyiar menjadi sesuatu yang

nge-trend.

Sedangkan sifat pendengar radio meliputi : kesukaan, kegemaran,

kebiasaan, minat, serta keinginannya. Untuk itu ciri-cirinya dapat dirinci

sebagai berikut :

47

a. Heterogen (beragam)

Pendengar radio sangat beragam. Maka itu, ada sejumlah

radio siaran mencoba membatasi sasaran pendengarnya

agar lebih homogen, meski pada kenyataannya tidak ada

pendengar yang satu dengan yang lain adalah sama.

Namun, agar sasaran menjadi lebih fokus maka dibuatlah

pembatasan sasaran berdasarkan faktor demografis (usia,

pendidikan, jenis kelamin), letak geografis (perkotaan,

perdesaan, pesisir), psikografis (kesukaan, kebiasaan,

hobi, gaya hidup). Hal tersebut dimaksudkan, agar

program yang disajikan dapat di pahami oleh sasaran yang

dituju dan pesan-pesan programnya memuat hal-hal yang

berkaitan dengan minat dan keinginan pendengarnya

b. Personal (pribadi)

Penyampaian pesan atau bahasa lisan radio siaran melalui

penyiar bersifat personal (pribadi) sesuai dengan situasi

dan kondisi pendengar ketika ia mendengarkan siaran

radio.

48

c. Aktif

Semula, teori awal ilmu komunikasi menganggap

khalayak adalah sekumpulan orang yang pasif ketika

siterpa pesan media massa. Namun, penelitian ilmiah yang

dilakukan mengenai Presiden AS pada tahun 1944 oleh

Paul Lazarsfeld, Wilbur Schramm, dan Raymond Bauer,

membuktikan bahwa khalayak tidaklah pasif seperti yang

dianggap. Bahkan, dimasa sekarang, sejak teknologi

telekomunikasi semakin berkembang pesat, khalayak

semakin aktif terlibat dan menanggapi di dalam proses

penyampaian komunikasi media massa (radio dan televisi)

yaitu salah satunya adalah melalui telepon genggam yang

dimilikinya untuk berinteraksi. Namun, sampai saat ini,

karakteristik radio dan televisi secara fisiknya, si

pendengar atau pemirsa tetap tidak bisa berkomunikasi

melalui benda radio atau televisi layaknya sebuah

handphone.

d. Selektif (pemilih)

Khalayak radio siaran cendrung selektif dalam memilih

program atau pesan yang menerpa dirinya. Pendengar

akan memilih program yang disuka atau memenuhi

kebutuhan rohaniah dirinya. Ini bisa disebabkan kondisi

49

psikis, ruang (spasial), lingkungan sosialnya sehingga si

pendengar bisa tergerak untuk memilih programnya.

2. Kekuatan Radio Siaran

Sebagai suatu kekuasaan atau kekuatan, radio siaran dijuluki

sebagai kekuasaan ke-5 (the fifth estate), setelah lembaga eksekutif,

legeslatif, yudikatif, dan pers didalam suatu negara. Pers dalam hal ini

adalah media cetak (surat kabar) telah membuktikan kekuatannya, ketika

Carl Bernestein dan Bob Woodward wartawan dari The Washington Post

melakukan kerja investigasinya terhadap skandal penyadapan yang

dilakukan tim kampanye Presiden Nixon pada 17 Juni 1972 di markas

kampanye Partai Demokrat. Akibatnya laporan investigasi dari kedua

wartawan tersebut, Presiden Nixon akhirnya terjungkal dari kekuasaan

dan mengundurkan diri pada 8 Agustus 1974.

Menurut Effendy (2003, p.137) pada awalnya, radio siaran hanya

mempunyai tiga fungsi yaitu :

a. Sarana hiburan

b. Sarana penerangan

c. Sarana pendidikan

Namun, sejak jaman Nazi Hilter, fungsi radio siaran bertambah

menjadi sarana propaganda. Mulai saat itu akhirnya kekuatan radio

sebagai media massa tak diragukan. Bukti ini bisa ditelusuri dimana pada

50

kala itu ALdof Hitler memanfaatkan media radio untuk propagandakan

ide-idenya.

Timbul pertanyaan, mengapa radio dianggap memiliki kekuasaan

yang sangat hebat? Ini disebabkan oleh tiga faktor (Effendy, 2003,

p.139):

a. Radio Siaran Bersifat Langsung

Ini artinya program yang disampaikan tidak mengalami

proses yang kompleks. Berita, informasi, atau pesan yang

disampaikan oleh penyiar dapat diterima pendengar secara

langsung pada saat itu juga.

b. Radio Siaran Menembus Jarak dan Rintangan

Pengertiannya bahwa, radio siaran dapat menembus jarak

yang jauh walaupun dirintangi oleh gunung, lembah,

padang pasir, maupun lautan. Hal ini dikarenakan radio

menggunakan signal yang mana signal tersebut hanya

dapat berkurang kualitasnya dikala keadaan cuaca menjadi

buruk.

c. Radio Siaran mengandung Daya Tarik

Maknanya, radio siaran memiliki sifat yang serba hidup

berkat tiga unsure yang menjadi daya tariknya, yaitu :

� Musik

� Kata-kata / suara manusia

� Efek suara

51

3. Kelemahan Radio Siaran

Setiap media memiliki kelemahan, begitu pun radio. Radio hanya

bisa di dengar, pesannya terbatas dan sekilas dengar sehingga informasi

radio tidak bisa detil. Informasi yang terlanjur disampaikan secara siaran

langsung tidak bisa diulang. Maka itu, radio sebetulnya tidak mengenal

ralat. Apa yang telah diucapkan oleh penyiar apabila salah tidak dapat di

ralat atau di tarik kembali, hal ini dikarenakan pendengar sudah terlanjur

mendengarnya.

Secara lebih rincinya, kelemahan radio siaran dapat dijabarkan sebagai

berikut:

a. Durasi Program Terbatas

Radio siaran dalam setiap programnya dibatasi durasi

waktu. Setiap program memiliki rentang waktunya

masing-masing. Biasanya maksimal durasi program

selama 240 menit atau 4 jam, yang terbagi-bagi dalam

segmen acara. Oleh karena itulah penyiar harus pintar

dalam memilih kata agar semua informasi dapat tersiarkan

kepada pendengar tepat pada waktunya dan juga dapat

diterima dengan jelas dan baik oleh pendengarnya.

52

b. Sekilas Dengar

Sifat radio siaran adalah auditori, untuk didengar, maka isi

siaran yang sampai ke telinga pendengar hanya sekilas dan

sepintas lalu saja. Isi pesan atau informasi radio siaran

gampang lenyap dari ingatan pendengar. Pendengar tidak

bisa meminta mengulang informasi atau lagu yang sudah

disiarkan. Karena sifatnya sekilas, maka pesan yang

disampaikan tidak rinci dan detail. Untuk itu, pendengar

tak terlalu konsentrasi penuh mendengarkan siaranya,

sehingga pendegar tetap dapat melakukan aktivitasnya

meskipun sedang mendengar radio.

c. Mengandung Gangguan

Setiap penyampaian komunikasi dengan menggunakan

bahasa lisan/ucap melalui media mengalami gangguan.

Radio siaran sebagai media masa juga tak lepas dari

gangguan yang sifatnya teknis (channel, mechanic noise

factor). Karena kekuatan radio siaran adalah suara atau

bunyi, maka unsure ini pula yang bisa menjadi kelemahan

karena adanya gangguan sinyal, suara terdengar-

menghilang, atau kresek-kresek menjadi tak jelas

suaranya.

53

2.1.5 Program Radio

Sejalan dengan perkembangan radio di ajang yang kompetitif,khususnya

radio swasta nasional,menjadikan setiap radio perlu memiliki pola atau format

dalam programnya untuk dapat lebih fokus kepada para konsumen atau

pendengarnya. Terdapat tiga jenis format program radio, diantaranya :

1. Format Berita

Format berita ialah merupakan suatu pola siaran radio yang mana

radio tersebut kebanyakan programnya berisi mengenai berita-berita

yang berat (hard news) yakni seperti politik, bencana alam, kriminal, dsb.

Dalam format Radio tidak terdapat hiburan seperti musik, komedi, info

atau tips mengenai hiburan, dsb

2. Format Musik

Sekarang ini hampir semua radio mengambil format musik

sebagai pola atau cirri khas dari radionya. Hal ini dikarenakan musik

lebih bersifat Universal atau merakyat sehingga siapa pun dapat

menikmatinya oleh karena itu banyak pengelolah radio mengambil musik

sebagai pola dan format untuk radio mereka, akan tetapi didalam musik

pun memiliki pembagiannya lagi, ini dikarenakan genre musik yang

banyak dan juga peminatnya yang beraneka ragam, agar lebih

memfokuskan kepada keinginan pendengar maka pengololah radio harus

mengklarifikasikan lagi musik bagi para pendengarnya.

54

3. Format Khusus

Format Khusus merupakan format atau pola radio yang dibentuk

khusus untuk kalangan tertentu saja dengan satu jenis materi saja. Contoh

format khusus ialah radio tersebut khusus di siarkan hanya untuk para

wanita saja sehingga segala informasi yang disiarkan oleh radio tersebut

berhubungan dengan wanita, begitupula dengan pilihan lagu-lagunya

yang lebih cendrung ke pilihan wanita, atau radio khusus lainnya yang

bersifat rohani yang mana format atau program-program yang mereka

sajikan hanya berhubungan dengan rohani,mulai dari topik talkshow,

lagu-lagu yang diputar,dsb.

Selain format program, radio juga memiliki karakteristik jenis

siaranya,menurut Wahyudi (1994: 17-18) dari aspek karakteristiknya jenis siaran

terbagi dua, yaitu :

1. Siaran karya artistik :

Siaran yang diproduksi melalui pendekatan artistic, yaitu proses

produksi mengutamakan segi keindahan.

2. Siaran karya jurnalistik :

Siaran yang diproduksi melalui pendekatan jurnalistik yaitu suatu

proses produksi yang mengutamakan segi kecepatan, termaksuk

dalam proses penyajian kepada khalayak.

Adapun perbedaan antara karya artistik dan karya jurnalistik menurut

sebagai berikut :

55

Tabel II.1. Perbedaan antara Karya Artistik dan Karya Jurnalistik (Wahyudi, 1999, p.19)

Karya Artistik Karya Jurnalistik

Sumber: Ide/gagasan Sumber: Permasalahan hangat

Mengutamakan keindahan Mengutamakan kecepatan / aktualitas

Isi pesan bisa fiksi dan non fiksi Isi pesan harus factual

Penyajian tidak terkait waktu

(perencanaan)

Penyajian terikat waktu

Sasaran kepuasan pendengar Sasaran kepercayaan dan kepuasan

pendengar

Memenuhi rasa kagum / menghargai

seseorang

Memenuhi rasa ingin tahu pendengar

Improvisasi tidak terbatas Improvisasi terbatas

Isi pesan terkait pada kode moral Isi pesan terkait pada kode etik

Penggunaan bahasa bebas (dramatis) Menggunakan bahasa jurnalistik (ekonomi

kata dan bahasa)

Refleksi daya khayal kuat Refleksi penyajian kuat

Isi pesan tentang realitas social Isi pesan menyerap realitas

56

Berkaitan dengan kategorisasi dan klasifikasi tentang karya artistik,

maka dapat dijabarkan berdasarkan jenis masing-masing program tersebut

sebagai berikut :

1. Program Musik

Suatu program yang materi siarannya mengutamakan aspek atau

yang berkaitan dengan musik dan lagu dalam penyajian siarannya.

Misalnya Acara Tangga Lagu, Profil Artis Musik, Program Jenis Musik

(pop, rock, jazz, rap/hip hop,dll), Nonstop Music DJ Style

2. Program Drama radio

Suatu program yang menyajikan secara audio pola

pelakonan/dramatisasi para tokoh atau karakternya dalam suatu tema

cerita tertentu yang dibawakan dengan gaya naratif, monolog, dialog

yang diselingi dengan suara musik, lagu, sera efek suara seperlunya.

3. Program Kuis Radio

Suatu program yang materi siaranya didasarkan pada pertanyaan-

pertanyaan, teka-teki, permainan bersifat auditif yang ditujukan kepada

pendengar agar menanggapinya sebagai suatu bentuk partisipasi atau

interaktif, yang dikompensasikan dengan suatu hadiah.

57

4. Program Komedi/ Humor

Suatu program sajian yang terdiri dari sejumlah kombinasi dari

beragam format acara, yang dikemas secara dinamis dan menarik dengan

diselingi sisipan musik dan efek suara. Isi program variety show terdiri

dari beberapa segmen. Bisa berupa tips, wawancara, kuis, permintaan

lagu, info aktual, gossip, dsb.

5. Program Komedi/ Humor

Suatu program yang menyajikan unsur-unsur yang menggelitik

dan mengundang kelucuan secara auditif sehingga merangsang pendengar

untuk tersenyum atau tertawa. Program komedi secara genrenya meliputi

: jokes, lawakan, anekdot, serta parody.

6. Program Sponsor

Suatu program yang isi siarannta dimuati oleh informasi dan data

produk tertentu yang disajikan dengan gaya perbincangan atau

wawancara.

7. Program Cerita Dongeng

Bentuk penyajian program yang disajikan secara dramatisasi atau naratif

berdasarkan kisa-kisa dongeng dan cerita-cerita legenda yang sudah

dikenal luas.

58

Jenis- jenis program karya jurnalistik, antara lain :

1. Program Buletin Berita

Suatu sajian beragam berita aktual yang dikemas dalam tingkatan

gradasi sangan penting, penting, dan kurang penting yang perlu diketahui

masyarakat.

2. Program Dokumenter

Program yang didasarkan pada peristiwa penting yang telah

berlalu dan memiliki relevansi aktualitas dengan kekinian.

3. Program Majalah Udara

Program adopsi dari majalah cetak yang disajikan dalam bentuk

versi auditif yang berisi mengenai aneka ragam topik, tema, serta

peristiwa yang perlu diketahui masyarakat.

4. Program Feature

Program informasi yang membahas suatu topik persoalan melalui

berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, dan mengeritik,

yang disajikan dalam berbagai format

5. Program Talk Show

Program yang mengutamakan sajian perbincangan atau obrolan

yang didasari penentuan tema, topik, serta bahasan yang dikemas secara

dinamis, dan aktual, factual, menarik, juga menghibur.

59

2.2 Teori-Teori Khusus

2.2.1 Pengertian Motif

Menurut Loundon and Bitta (1993) pengertian motif adalah :

“Motive as an inner state that mobilizes bodily energy and direct it in

selective fashion toward goal usually located in the external environment” (p.

322)

Dua komponen utama yaitu mekanisme untuk membangkitkan energi di

dalam tubuh dan kekuatan untuk menyediakan arah atau tujuan pada energi

tersebut. Komponen pertama mengaktifkan ketegangan dan kegelisahan tetapi

tidak memberi arah untuk melepaskan ketegangan ini. Sedangkan komponen

kedua memfokuskan energi yang dibangkitkan tersebut pada suatu tujuan di

dalam lingkungan individu seperti saat individu lelah maka dia diarahkan oleh

motiv untuk istirahat.

Sedangkan menurut David B. Guralnik “Motive : an inner drive, impulse,

etc. That causes one to act “ (Motif : suatu perangsang dari dalam, suatu gerakan

hati, dan sebagainya yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu). Motif

menurut Harold Koontz “As Berelson and Stainer have defined the term, a

motive, “is an inner state that energizes, activates, or moves (hence ‘motivation’)

and that directs or channels behavior towards goals”” ( Seperrti yang

dirumuskan oleh Berelson dan Stainer, suatu motif “adalah suatu keadaan dari

dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan, atau yangmenggerakan,

karenanyadisebut ‘penggerakan’ atau ‘motivasi’, dan yang mengarahkan atau

menyalurkan perilaku kearah tujuan-tujuan”). Serta menurut Prof. Dr. S.

60

Nasution “motif yang dimaksud adalah segala daya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Dari definisi- definisi tersebut diatas

dapatlah disimpulkan, bahwa suatu motif adalah suatu daya pendorong atau

perangsang untuk melakukan sesuatu (dalam Moekijat, 2002, p.4)

2.2.2 Kepuasan Khalayak

Konsep kepuasan khalayak berasal dari beberapa asumsi dasar

pendekatan uses and gratification yang pertama kali dideskripsikan oleh Katz,

eta al (1959). Katz, eta al mengemukakan bahwa uses and gratification terfokus

pada :

1. Latar belakang sosial dan psikologi

2. Yang menimbulkan kebutuhan- kebutuhan

3. Harapan-harapan atas media massa atau sumber lainnya yang

mempengaruhi

4. Pola-pola eksposure media yang berbeda atau keterlibatanya

dalam aktifitas lain, yang menghasilkan

5. Kebutuhan gratifikasi

6. Konsekuensi lainnya yang barangkali lebih banyak tanpa

kesengajaan

(Rosengren, Wenner, Palmgreen, 1985, p.170).

Kepuasan komunikasi adalah “suatu fungsi dari apa yang seorang

dapatkan dengan apa yang dia harapkan” (Muhammad, 2004, p.88). Kepuasan

khalayak atau gratifikasi khalayak dalam menggunakan media adalah situasi atau

61

perasaan puas (enak) pada individu ketika tujuannya dalam menggunakan

media tersebut tercapai. Perasaan ini dapat tercapai setelah kebutuhan –

kebutuhan yang ingin dipenuhinya tercapai. Kebutuhan tersebut mempengaruhi

individu dalam melakukan pengkonsumsian media.

2.2.3 Audience

Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam,dari

jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran, atau jurnal

ilmiah. Masing-masing audience berbeda satu sama lain diantaranya dalam hal

berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan

orientasi hidupnya. Akan tetapi masing-masing individu bisa saling mereaksi

pesan yang diterimanya (Nurudin, 207, p.104-105). Pada penonton suatu acara

yang sama , masing-masing penonton akan mempunyai komentar yang berlainan

terhadap pesan (program acara) yang sama-sama dilihatnya itu. Intinya adalah

apapun komentar dari audience, yang jelas program televisi atau media yang lain

bisa menjadi topik pembicaraan sehari-hari, dan pesan tersebut dapat

memperluas pengetahuan pemirsanya.

Beberapa karakteristik audience menurut Hiebert sebagai berikut :

1. Audience cendrung berisi individu-individu yang condong untuk

berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial

diantara mereka. Mereka memilih produk media berdasarkan

seleksi kesadaran.

62

2. Audience cendrung besar, berarti tersebar ke berbagai wilayah

jangkauan sasaran komunikasi massa. Berapapun jumlah individu,

mereka tetap disebut audience.

3. Audience cendrung heterogen, yang artinya mereka berasal dari

berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu

mempunyai sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada.

4. Audience cendrung anonim,yakni tidak mengenal satu sama lain.

Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus per kasus,

tetapi meliputi semua audience.

5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Dapat

dikatakan juga audience dipisahkan oleh ruang dan waktu.

Menurut Melvin DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach (1988), dalam

melihat efek media massa ada dua catatan yang dijadikan dasar, yakni interaksi

audience dan bagaimana tindakan audience terhadap isi media (dalam Nurudin,

2007, p.106)

2.2.4 Uses and Gratifitation Theory

Herbert Blumer and Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan

teori ini. Teori uses and gratification (kegunaan dan kepuasaan) ini dikenalkan

pada tahun 1974 dalam bukunya the uses on mass communication. Current

perspectives on gratification research. Teori uses and gratification milik Blumer

dan Katz ini mengatakan bahwa menggunakan media memainkan peran aktif

untuk emmilih dan menggunkan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna

63

media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media

berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha

memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratification mengasumsikan

bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

Teori ini jelas merupakan kebalikan dari teori peluru. Dalam teori peluru

media sangat aktif dan all powerfull, sementara audience berada di pihak yang

pasif. Sementara itu, dalam teori uses and gratification ditekankan bahwa

audience aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk

memuaskan kebutuhannya. Kalu dalam teori peluru terpaan media akan

mengenai audience sebab ia berada di pihak yang pasif, sementara dalam teori

uses and gratification justru sebaliknya.

Teori uses and gratification lebih menekankan pada pendekatan

manusiawi dalam melihat media massa. Artinya manusia itu mempunyai

otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya

bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media.

Sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk

menggunakan media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai

kebebesan untuk memutuskan bagaimana media itu akan berdampak pada

dirinya. Teori ini juga menyatakan bahwa media dapat mempunyai pengaruh

jahat dalam kehidupan. Penggunaan teori ini bisa dilihat dalam kasus selektivitas

musik personal. Kita menyeleksi musik tidak hanya karena cocok dengan

lagunya, tetapi juga untuk motif-motif yang lain, misalnya untuk gengsi diri,

kepuasan batin, atau sekedar hiburan.

64

Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men, Women, Message

And Media (1982) pernah memberikan formula untuk menjelaskan bekerjanya

teori ini.

Gambar 0I.3. Teori Schramm dan Porter

Sumber : Nurudin, M. Si (2007, p.193)

Imbalan disini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (Segera)

atau imbalan yang tertunda. Imbalan memenuhi kebutuhan khalayak. Misalnya,

anda akan menonton suatu acara pada televisi tertentu karena media tersebut

menyediakan atau memuaskan anda akan kebutuhan informasi atau hiburan.

Upah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sangat bergantung pada

tersedia atau tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya. Bila kita

memberi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, kita memperoleh

probabilitas seleksi dari media massa tertentu.

Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan

Umedia oleh orang itu (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratification).

AGratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir,

perbedaan rasa kesepian dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak

sosial.

= Probabilitas Seleksi

Janji Imbalan

Upaya yang diperlukan

65

Teori Uses And Gratification beroperasi dalam beberapa cara yang bisa

dilihat dalam bagan di bawah ini :

Gambar 0.4. Teori Uses and Gratifications

Sumber : Nurudin (2007, p.24)

Menurut pendirinya Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Girevitch,

uses and gratification menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau

sumber-sumber lain yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan

(atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan

Perumusan Media (Fungsi)

1. Pengamatan Lingkungan

2. Diversi / Hiburan

3. Identitas Personal

4. Hub. Sosial

Penggunaan Media Massa:

1. Jenis-Jenis Media KS, majalah, radio, TV dan film

2. Isi media

3. Terpaan media

4. Kontek sosial dan terpaan media

Lingkungan Sosial :

1. Ciri-Ciri demografis

2. Afilasi Kelompok

3. Ciri - Ciri

Kebutuhan Khalayak :

1. Kognitif

2. Afektif

3. Komunikasi Interpersonal

4. Integratif Sosial

5. Pelepasan Ketegangan

Sumber Pemuasan kebutuhan yang berhubungan dengan non media :

1. Keluarga, teman-teman

2. Komunikasi interpersonal

3. Hobi

4. Tidur

66

dan akibat-akibat lain. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dan

teori-teori ini :

1. Khalayak dianggap aktif : artinya, sebagian penting dari

penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk

mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media

terletak pada anggota khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lainnya untuk

memuaskan kebutuhan. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi

melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku

khalayak yang bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang

diberikan anggota khalayak ; artinya, orang dianggap cukup

mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-

situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus diteguhkan

sebelum ditelitih lebih dahulu orientasi khalayak.

Didalam buku Metode Penelitian Komunikasi milik Jallaludin Rakhmat,

model uses and gratification mempunyai konseptualisasi, operasionalisasi, dan

observasi. Pada konseptualisasi, model ini digambarkan sautu loncatan dramatis

dari model jarum hipodermik. Media ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan

67

media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang

terhadap media. Anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk

memenuhi kebutuhannya. Dari situlah timbul istilah uses and gratification,

penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Menurut Blumer, dalam asumsi ini

tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility) ; bahwa konsumsi

media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media

mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity); dan bahwa khalayak

sebenarnya kepala batu (stubborn) (Rakhmat, 2007, p.65)

Operasionalisasi model ini telah menimbulkan berbagai macam

penjabaran. Dibawah uses and gratification, grand theory, bermacam-macam

teori berlindung dan berdebat satu sama lain. Sesuai dengan bentuk model-model

yang lain, model uses and gratification dilukis seperti gambar ini.

Gambar 0.5. Model Uses and Gratification

Sumber : Rakhmat, 2007

� Variabel

individual

� Variabel

Lingkungan

� Personal

� Diversi

� Identitas

Personal

� Hubungan

� Macam Isi

� Hubungan

dengan Isi

� Kepuasaan

� Pengetahuan

Variabel

Motif

Variabel

Penggunaan

Media

Variabel

Efek

Variabel

Anteseden

68

Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis

seperti usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta

variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif

dapat dioperasionalisasikan dengan berbagai cara :

1. Unifungsional, seperti hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau

bermain.

2. Bifungsional, informasi- dedukasi. Fantasistecapist, atau

gratifikasi segera tertangguhkan.

3. Empat fungsional, diversi, hubungan personal, identitas personal,

dan surveillance, korelasi, hiburan, transmisi budaya, dan

multifungsional.

Daftar motif memang tidak terbatas. Tetapi operasionalisasi Blumer

(1980, p.209) agak praktis untuk dijadikan petunjuk penelitian. Blumer

menyebutkan tiga orientasi:

1. Orientasi Kognitif, yaitu kebutuhan bukaninformasi, surveillance,

atau eksplorasi realitas

2. Diversi, yaitu kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan

kebutuhan akan hiburan.

69

3. Identitas personal, yaitu menggunakan isi media untuk

memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan

atau situasi khalayak sendiri.

2.2.5 Terapan Media (Media Exposure)

Media Exposure menurut Jalaludin Rakhmat (1989) diartikan sebagai

terpaan media. Sedangkan Marsi Singarimbun (1982) mengartikannya dengan

sentuhan media. “Selain itu media exposure berusaha mencari data audience

tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun

durasi penggunaan atau longevity” (Prastyono, 1995, p.23). “Teori media

ekposure berdasarkan frekuensi, durasi, dan jenis media yang digunakan” (Sari,

1993, p.29). dari beberapa pendapat diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa

untuk emngukur terpaan media atau media ekposure adalah dengan melihat

frekuensi,durasi dan perhatian menonton seseorang.

Elemen “pola terpaan media yang berlainan” pada teori uses and

gratification berkaitan dengan media exposure atau terpaan media, karena

mengacu pada kegiatan menggunakan media. Adpaun batasan exposure menurut

Shore (1985) :

“Exposure is more complicated than accsess because its deal not only

with what a person is within physically (range of the particular mess medium)

but also wether a person is actually expose no message. Exposure is hearing,

seeing, reading, or most generally, experiencing. With a least minimal amount of

interest, the mass media message. This exposure might occure at an individual or

70

group level”. (Kriyantono, 2006, p.204). sehingga exposure lebih dari sekedar

mengakses media. Exposure tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara

fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, akan tetapi apakah seseorang

itu benar-benar terbuka terhadap pesan media massa tersebut. Exposure

merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media

massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut

yang terjadi pada individu atau kelompok.

Disini dipusatkan pada kerangka psikologi yangmendasari motif beserta

pemuasan kebutuhan melalui komunikasi massa. Sebagian orang menyatakan

bahwa terpaan media lebih merupakankegiatan yang kebetulan dan amat

dipengaruhi faktor eksternal. Sebagian yang lain memandang pemuasan

kebutuhan dengan media begitu kecil dibanding dengan kebutuhan khalayak

sehingga faktor motivasional hampir tidak berperan dalam menentukan terpaan

media. Sebagian yang lain lagi berpendirian bahwa, walupun ada pemuasan

potensial dalam komunikasi massa, kita tidak begitu berhasil dalam menemukan

pemuasan karena media massa tidak memberikan petunjuk tentang potensi

ganjaran yang dapat diberikannya.

Jadi jelaslah kita menggunakan media massa karena didorong oleh motif-

motif tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa. Pada

saat yang sama, kebutuhan ini dapat dipuaskan oleh sumber-sumber lain selain

media massa. kita ingin mencari kesenangan, media massa dapat memberikan

hiburan. Kita mengalami goncangan batin, media massa memberikan

71

kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita kesepian, dan media

massa berfungsi sebagai sahabat (Rakhmat, 1994, p.205-207).

2.2.6 Gratification Sought and Gratification Obtained

Salah satu macam riset Uses and Gratification yang saat ini berkembang

adalah yang dibuat oleh Philip Palmgreen dari Kentucky University. Kebanyakan

riset uses and gratification memfokuskan pada motif sebagai variabel

independen yang mempengaruhi penggunaan media. Palmgreen kendati juga

menggunakan dasar yang sama yaitu khalayak menggunakan media di dorong

oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang ditelitih oleh model Palmgreen ini

lebih tidak berhenti disitu, dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu

telah dapat dipenuhi oleh media. Dengan kata lain apakah khalayak puas setelah

menggunakan media. Konsep mengukur kepuasaan ini disebut GS (Gratification

Sought) dan GO (Gratification Obtained) dimana ( Krisyantono, 2006, p.206-

207) :

1. Kepuasan yang dicari (Gratification Sought) merupakan motif

individu menggunakan media massa.

2. Kepuasan yang diperoleh (Gratification Obtained) merupakan

kepuasan individu setelah menggunakan media.

Untuk mencoba menjawab pertanyaan mengapa pada umumnya, Denis

McQuail melakukan penelitian “ pemakaian dan kepuasan” khalayak media,

72

dimana orang-orang yang berhubungan dengan media, saluran media, dan isi

media tertentu dilihat kepuasan dan pandangan mereka ; kepuasan apakah yang

mereka harapkan dan mereka terima, serta bagaimana mereka memanfaatkan

hasil penelitian mereka terhadap media. Hasil penelitian itu berupa sejumlah

daftar inventaris menyangkut kepuasan, kesenangan, dan pemakaian, yang

mencerminkan tingkat keteraturan dan prediksibilitas yang meyakinkan (

McQuail, 1987, p.72)

Kerangka dibawah ini dikutip dari tipologi yang disarankan McQuail

(1972) :

1. Informasi

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang

berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan

dunia.

b. Mencari bimbingan yang menyangkut berbagai masalah

praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan

penentuan penelitian.

c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum

d. Memperoleh rasa damai melalui pengetahuan dari cerita-

ceritanya

2. Identitas Pribadi

a. Menemukan penunjangan nilai-nilai pribadi.

b. Menemukan model prilaku

73

c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam

media)

d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3. Integrasi dan Interaksi Sosial

a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain ;

empati sosial

b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan

meningkatkan rasa memiliki.

c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial

d. Memperoleh teman selain dari manusia

e. Membantu menjalankan peran sosial

f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi

sanak- keluarga, teman, dan masyarakat

4. Hiburan

a. Melepaskan diri atau terpisah dari masalah

b. Bersantai

c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis

d. Mengisi waktu

e. Penyaluran emosi

f. Membangkitkan gairah

74

Pencarian kepuasan (GS)

Evaluasi-evaluasi

(McQuail, 1987, p.72)

Operasionalnya adalah dengan membandingkan kedua konsep GS

(Gratification Sought) dan GO (Gratification Obtained), sehingga dapat

diketahui kesenjangan antara GS dan GO. Dengan kata lain, kesenjangan

kepuasan (Discrepancy gratifications) adalah perbedaan perolehan kepuasan

yang terjadi antara skor GS dan GO dalam mengkonsumsi media tertentu.

Gambar 0.6. Model Expectancy-Values

Sumber : Krisyantono, 2006

Konsep utama dari sebagian besar fenomena uses and gratification pada

dasarnya adalah harapan (expectancy). “Konsep khalayak yang aktif itu

senantiasa mengasumsikan penggunaan media dilandasi oleh suatu harapan”

(Subakto, 1995, p.21)

2.2.7 Definisi dan Operasional Konsep

2.2.7.1 Definisi Konsep

1. Motif Penggunaan Media Radio

Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua

penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam

Kepercayaan-Kepercayaan (beliefs)

Perolehan kepuasan yang diterima (GO)

Konsumsi media

75

diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat

sesuatu. Motif memberi tujuan dan arah pada tingkah laku

manusia. Perbuatan dan tingkah laku manusia tentu sesuai

dengan keinginan dan kebutuhannya (Erdinaya, 2004,

p.87)

Motif penggunaan radio dalam penelitian ini adalah

kategori motif yang berhubungan dengan penggunaan

media radio menurut McQuail antara lain Motif Informasi,

Motif Identitas Personal, Motif Intergrasi, Motif Hiburan

(dalam Rachmat, 2006)

2. Kepuasaan Penggunaan Media Radio

Untuk mengetahui kepuasan khalayak, dapat dilihat

berdasarkan kesenjangan antara GS dengan GO. Dengan

kata lain, kesenjangan kepuasaan (discrepancy

gratification) adalah perbedaan peroleh kepuasaan yang

terjadi antara skor GS dan GO dalam mengkomsumsi

media tertentu. Semakin kecil discrepancy-nya,semakin

memuaskan media tersebut (Krisyantono, 2006).

2.2.7.2 Operasionalisasi Konsep

76

Tabel 0.2 Operasional Konsep

Variabel Dimensi Indikator

Motif

Motif Informasi

1. Ingin mengetahui berbagai

peristiwa dan kondisi yang

berkaitan dengan lingkungan

masyarakat terdekat.

(Meliputi kebutuhan akan

informasi lingkungan

sekitar dan eksplorasi

realitas)

2. Ingin mencari bimbingn dan

pendapat yang menyangkut

berbagai masalah

3. Ingin memperoleh pengetahuan

lebih mengenai suatu hal

Motif Identitas Personal

1. Ingin menemukan penunjangan

nilai-nilai yang berkaitan dengan

pribadi pendengar itu sendiri

(Motif yang mendorong

seseorang menggunakan

media untuk memperkuat

dan menonjolkan sesuatu

atau situasi yang penting

dalam hidupnya sendiri)

2. Ingin mengidentifikasikan diri

dengan nilai-nilai lain dalam

media

3. Ingin memperoleh nilai lebih

sebagai pendengar

Motif Integrasi dan

Interaksi Sosial

1. Ingin memperoleh pengetahuan

yang berkenaan dengan empati

social

77

(Motif yang mendorong

seseorang menggunakan

media demi kelangsungan

hubungannya dengan

orang lain)

2. Ingin menemukan bahan

percakapan dan interaksi social

dengan orang lain disekitarnya

3. Keinginan untuk dekat dengan

dengan orang lain

4. Keinginan untuk dihargai orang

lain

Motif Hiburan 1. Ingin melepaskan diri dari

permasalahan

(Kebutuhan akan

pelepasan dari ketegangan

dan kebutuhan akan

hiburan)

2. Ingin bersantai

3. Ingin mengisi waktu luang

4. Ingin menyalurkan emosi

5. Ingin mendapatkan hiburan dan

kesenangan

Kepuasan Kepuasan Informasi 1. Dapat mengetahui berbagai

peristiwa dan kondisi yang

berkaitan dengan lingkungan

masyarakat terdekat

2. Dapat mencari bimbingn dan

pendapat yang menyangkut

berbagai masalah

3. Dapat memperoleh pengetahuan

78

mengenai berbagai hal

Kepuasan Identitas

Personal

1. Dapat menemukan penunjang

nilai-nilai yang berkaitan dengan

pribadi pendengar itu sendiri

2. Dapat mengidentifikasikan diri

dengan nilai-nilai lain dalam media

3. Memperoleh nilai lebih sebagai

pendengar

Kepuasan Integrasi dan

Interaksi Sosial

1. Memperoleh pengetahuan yang

berkenaan dengan empati sosial

2. Dapat menemukan bahan

percakapan dan interaksi sosial

dengan orang lain di sekitarnya

3. Dapat dekat dengan orang lain

4. Dapat dihargai oleh orang lain

Kepuasan Hiburan 1. Dapat melepaskan diri dari

permasalahan

2. Bisa bersantai

3. Bisa mengisi waktu luang

4. Bisa menyalurkan emosi

5. Bisa mendapatkan hiburan dan

kesenangan

79

Sudah Lama dan Jarang terdengarnya program drama radio di dunia penyiaran,khususnya jakarta, dan skalinya muncul drama radio dari motion radio yang tampil berani beda dengan yang lain

yakni menyajikan drama pewayangan mahabarata, dan yang membuat unik ialah drama ini dibuat secara modern dan mengikuti jaman modern ini,sehingga pendengar tidak akan bosan

mendengarnya

2.2.8 Kerangka Pemikiran

Uses and Gratification Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.

Gratification Sought � Motif informasi � Motif integrasi dan interaksi sosial � Motif Identitas Personal � Motif Hiburan

Gratification Obtained � Kepuasan Informasi � Kepuasan Integrasi dan Interaksi sosial � Kepuasan Identitas Personal � Kepuasan Hiburan

Pendengar secara individual, dalam ukuran tertentu, memilih secara sadar dan termotivasi diantara berbagai pokok isi (McQuail, 1987). Pendengar dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.

Hubungan Motif Pendengar dengan Tingkat kepuasan dalam mendengarkan program acara drama radio “ASAL USUL PANDAWA DAN KURAWA” di Motion Radio Jakarta