BAB 2 LANDASAN TEORI -...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI -...
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum Pengertian Internet
Menurut Turban (2004,p687), Internet adalah Jaringan komunikasi
global yang menyediakan konektivitas langsung kepada setiap orang melalui
LAN via ISP (Internet Service Provider).
Menurut O’brien dan Marakas (2008,p598), internet adalah jaringan
komputer yang bertumbuh pesat untuk memenuhi kebutuhan bisnis,pendidikan,
dan pemerintah yang menghubungkan jutaan jaringan komputer dan
penggunanya lebih dari 200 negara di dunia.
Menurut Strauss (2009,p6), internet adalah jaringan komunikasi
global yang terdiri dari jaringan-jaringan yang saling berhubungan. Jaringan
global ini meliputi jaringan yang dipakai oleh perusahaan,pemerintah,organisasi
dan juga untuk pribadi.
Berdasarkan pemahaman dari para ahli diatas,maka dapat
disimpulkan bahwa internet adalah jaringan komunikasi global yang yang
bertumbuh dengan cepat yang memiliki jutaan jaringan komputer yang dan
tidak hanya menghubungkan para mitra dagang dan pelanggan tetapi juga
digunakan oleh perusahaan,organisasi,pemerintah,dan pribadi untuk semua
negara lebih dari 200 negara di dunia.
2.2 Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (2004, p9), pemasaran adalah proses yang didalamnya
terdiri dari individu dan kelompok yang mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan meciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Pemasaran sekarang tidak hanya menjual, dan menjual lagi. Tapi
bagaimana caara memberikan kepuasan layanan yang baik pada pelanggan.
pemasar mengerti apa yang dibutuhkan pelanggannya, selanjutnya
mengembangkan suatu produk yang sama dengan kebutuhan di sisi nilai
maupun harga, dan melakukan promosi, distribusi yang efektif, maka dengam
itu produk dapat terjual dengan mudah.
Menurut Kotler dan Amstrong (2010,p29), pemasaran adalah suatu
proses yang dilakukan perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan
terbinanya hubungan baik dengan pelanggan dalam mencapai tujuan
mendapatkan kembali nilai dari mereka.
Ada 5 tahapan pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2010,p29):
1. Memahami Pasar dan kebutuhan dan keinginan pelanggan
2. Menciptakan rancangan strategi pemasaran berdasarkan pelanggan
3. Menciptakan program yang terintegrasi pada pemasaran
4. Menciptakan hubungan yang baik dengan pelanggan sehingga
menguntungkan dan menyenangkan bagi pelanggan
5. Memperoleh nilai dari pelanggan untuk mendapatkan keuntungan.
2.2.1 Konsep Pemasaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2004, p 8-17), konsep pemasaran inti terdiri
dari :
1. Kebutuhan, keinginan dan permintaan.
Kebutuhan manusia (needs) adalah pernyataan dari pesaan kekurangan.
Keinginan (wants) adalah kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya
dan kepribadian seseorang. Ketika didukung oleh daya beli, keinginan
berubah menjadi permintaan (demands).
2. Produk dan jasa
Produk (products) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan pelanggam. Selain barang
nyata, produk meliputi jasa, yang merupakan aktivitas atau manfaat yang
ditawarkan untuk dijual, yang pada dasarnya tidak nyata dan tidak
berakibatkan pada kepemilikan apapun.
3. Nilai, kepuasan dan manajemen mutu
Nilai pelanggan (customer value) merupakan selisih antara nilai yang
diperoleh pelanggan dengan memiliki dan menggunakan suatu produk,
dengan biaya yang dikeluarkan (cost) untuk memperoleh produk tersebut.
Kepuasan pelanggan ( customer satisfaction) bergantung pada perkiraan
kinerja produk dalam memberikan nilai, relatif pada terhadap harapan
pembeli. Kepuasan pelanggan berkaitan dengan kualitas. Manajemen mutu
total ( total quality management) adalah suatu program yang dirancang
untuk memperbaiki mutu produk, jasa, dan proses pemasaran secara terus –
menerus.
4. Pertukaran, transaksi, dan hubungan pemasaran
Pertukaran (exchange) adalah suatu tindakan untuk memperoleh obyek
yang diharapkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai
pengganti Transaksi (transaction) adalah suatu perdagangan yang
melibakan paling sedikit dua bentuk nilai, persetujuan mengenai waktu dan
persetujuan mengenai tempat. Transaksi pemasaran merupakan bagian dari
gagasan yang lebih besar mengenai hubungan pemasaran (relationship
management). Hubungan pemasaran yaitu proses menciptakan,
memelihara, dan meningkatkan hubungan timbal balik dengan pelanggan
dan pihak lain yang berkepentingan.
5. Pasar
Pasar (markets) adalah orang – orang atau pihak yang mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk belanja serta kemauan
untuk membelanjakannya.
6. Pemasaran
Pemasaran (marketing) berarti mengelolah pasar untuk menghasilkan
pertukaran dan hubungan dengan tujuan menciptakan nilai dan memuaskan
kebutuhan akan kegiatan.
2.2.2 Manajemen pemasaran
a. Pengertian manajemen pemasaran
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong (2004,p18)pemasaran adalah
analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-
program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara
pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai
tujuan perusahaan. Sedangkan manajemen adalah proses perencanaan
(Planning), pengorganisasian (organizing) penggerakan (Actuating) dan
pengawasan.
Jadi dapat diartikan bahwa Manajemen Pemasaran adalah sebagai
analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan
pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud
untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi.
b. Riset Pemasaran
Seiring dengan pesatnya perkembangan bisnis dewasa ini, proses
pengambilan keputusan, preferensi, perilaku dan kepuasan konsumen kini
menjadi fokus perhatian setiap perusahaan yang ingin tetap eksis dan
unggul dalam persaingan berskala global. Identifikasi kebutuhan dan
keinginan konsumen memerlukan penelitian terhadap pasar, baik pasar saat
ini maupun pasar potensial.
Demikianlah Riset Pemasaran berperan sebagai dasar penyusunan
strategi dan taktik pemasaran, dimana harus didukung dengan data yang
akurat, relevan, terpercaya, obyektif dan tepat waktu, sehingga manajemen
perusahaan dapat merencanakan dan melaksanakan dengan baik berbagai
aspek pemasaran, seperti pengembangan produk dan merk, penentuan
harga, pendistribusian produk dan komunikasi pemasaran terintegrasi.
c. Kriteria Riset Pemasaran
• Relevan, menghasilkan informasi yang dibutuhkan untuk merespon
tantangan atau menyelesaikan masalah pemasaran yang dihadapi
perusahaan
• Tepat Waktu, Hasil penelitian selesai tepat pada waktunya
• Efisien, Setiap riset pemasaran harus memberikan nilai tambah lebih
besar dari pada biaya yang telah dikeluarkan
• Obyektif, Agar hasil penelitian berkualitas baik, sehingga kesalahan
interpretasi dapat dihindari.
d. Klasifikasi Riset Pemasaran
Riset identifikasi masalah, membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin
tidak ada atau belum muncul ke permukaan, namun telah atau bakal terjadi di
masa depan. Riset Identifikasi masalah terdiri dari : riset potensi pasar, riset
pangsa pasar, riset citra merk atau perusahaan, riset karakteristik pasar, riset
analisis penjualan, riset peramalan bisnis, dan riset trend bisnis. Riset
pemecahan masalah, digunakan dalam pembuatan keputusan untuk
memecahkan masalah pemasaran spesifik. Riset pemecahan masalah meliputi :
riset segmentasi, riset produk, riset penetapan harga, riset promosi, riset
distribusi
2.2.3 Pengertian Pemasaran Rumah Sakit
Menurut Sabarguna (2004, p 1-21), Pemasaran adalah analisis,
perencanaan, implementasi dan pengendalian dari program yang dirancang
secara hati-hati untuk pertukaran nilai dengan target pasar untuk mencapai
tujuan organisasi target pasar dengan harga, komunikasi dan distribusi yang
efektif. Dari definisi ini terlihat hal penting seperti di bawah ini :
1. Pemasaran merupakan proses manajemen, seperti : analisis, perencanaan,
dan implementasi.
2. Kegiatan yang mengikuti permintaan.
3. Adanya pertukaran nilai.
4. Adanya target pasar.
5. Mengutamakan permintaan pasar.
6. Kegiatan menentukan harga, dan komunikasi yang efektif.
Ada 4 perkembangan dari konsep pemasaran yang ada, seperti dibawah ini :
• Konsep pelayanan
Orientasi RS hanya untuk memberikan pelayanan dan fasilitas yang
baik.
• Konsep penjualan
Orientasi RS hanya pada usaha untuk mencapai pemanfaatan fasilitas
yang maksimal.
• Konsep pemasaran
Orientasi RS berusaha untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan
pasien serta menciptakan pelayanan yang memuaskan.
• Konsep pemasaran sosial
Orientasi pada usaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan
permintaan pasien serta memberikan kepuasan. Pemenuhan itu
dilaksanakan dengan efektif dan efisien sehingga menolong
kesejahteraan pasien.
2.2.4 Bauran Pemasaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2010, p62), bauran pemasaran
(marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang
dipadukan perusahaan untuk menhasilkan respon yang diinginkannya di pasar
sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan
perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Berbagai
kemungkinan ini dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok variable yang
disebut “Empat P” : Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat), dan
Promotion (Promosi) :
1. Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan
perusahaan kepada pasar sasaran.
2. Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan unutk
memperoleh produk.
3. Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk
tersedia bagi pelanggan sasaran.
4. Promosi berarti aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan
membujuk pelanggan membelinya.
Program pemasaran yang efektif memadukan semua elemen bauran
pemasaran ke dalam suatu progam pemasaran terintegrasi yang dirancang untuk
mencapai tujuan pemasaran perusahaan dengan menghantarkan nilai bagi
konsumen.
2.2.5 Proses Pemasaran
Menurut Kotler dan Armsrong (2004, p67), proses pemasaran adalah :
proses yang menganalisi peluang pemasaran, menyeleksi pasar sasaran,
mengembangkan bauran pemasaran, dan mengatur usaha pemasaran. Rencana
strategis mendefinisikan misi dan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Dalam
setiap unit bisnis, pemasaran memainkan peran dalam menbantu pencapaian
seluruh tujuan strategis.
Proses pemasaran dibagi dalam tiga bagian utama, yakni: (1)
memastikan calon klien/pembeli potensial; (2) mempublikasikan produk/jasa
yang ditawarkan, mendekati pembeli/klien potensial; (3) kiat menjual
produk/jasa yang ditawarkan. Kemampuan menjalankan ketiga kegiatan
tersebut pada dasarnya juga merupakan bagian dari kecakapan menjual
(salesmanship). Kemampuan ini jelas merupakan bagian penting yang harus
dikuasai seorang pengusaha.
Penguasaan terhadap aspek pemasaran menjadi penting karena
berdampak pada keputusan konsumen untuk jadi/tidak membeli barang kita.
Untuk itu kita pun perlu menyelami alur berpikir konsumen. Berdasarkan
penelitian ahli pemasaran, keputusan pembelian suatu barang/jasa oleh
konsumen biasanya akan melewati lima tahapan berikut: (1) pengenalan
kebutuhan, (2) pencarian informasi, (3) penilaian pilihan, (4) pengambilan
keputusan pembelian, dan (5) perilaku konsumen pasca pembelian.
Terdapat tiga faktor yang kerap mempengaruhi penilaian konsumen
terhadap produk. Ketiganya adalah (1) manfaat atau kepuasan dasar, (2) atribut
produk, dan (3) perluasan produk. Produk yang sama mungkin memberikan
manfaat atau kepuasan dasar yang berbeda bagi orang yang berbeda.
2.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005,p5), Sistem informasi adalah kombinasi
terarur apa pun dari orang_orang, hardware,software,,jaringan komunikasi,
dan sumber daya data mengumpulkan,mengubah,menyebarkan sebuah
informasi dalam organisasi.
2.3.1 Pengertian Sistem
Menurut O’Brien (2005, p29), sistem kebanyakan dapat didefinisikan
secara sederhana sebagai sekelompok elemen yang saling berhubungan atau
berinteraksi hingga membentuk satu kesatuan.
2.3.2 Pengertian Informasi
Menurut O’Brien (2005, p27), Informasi adalah data yangtelah diubah
ke dalam konteks yang berguna dan memiliki arti untuk pengguna.Pemrosesan
informasi atau pemrosesan data melalui proses nilai tambah adalah sebagai
berikut:
1. Bentuk yang agregat, telah dimanipulasi atau diatur.
2. Isinya dianalisis dan dievaluasi.
3. Ditempatkan dalam konteks yang tepat untuk pemakainya.
Gambar diatas merupakan analisis porter yang menggambarkan lima
kekuatan pesaingan industri.
1. Pendatang baru Potensial
Ancaman pendatang baru yang masuk pada lingkungan industri
membawa kapasitas yang baru , yang berkeinginan mengambil ahli pasar
dan juga sumber daya yang besar. Akibat yang terjadi harga jadi turun
atau biaya yang besar sehingga mengurangi laba perusahaan.
2. Produk pengganti/subsitusi
Produk yang ini menghalangi laba potensial dari industry dengan
memberlakukan harga yang tinggi yang perusahaan berikan pada
industri. Posisi menghadapi produk subsitusi adalah permasalahan
tindakan industri secara kolektif.
3. Kekuatan tawar-menawar pembeli
Kekuatan tawar-menawar dari pembeli yang selalu menyebabkan harga
turun, dan permintaan jauh lebih baik , sekelompok pembeli dalam
jumlah besar. Oleh karena itu perlu calon seleksi calon pembeli, diman
pembeli yang memiliki tawar-menawar dan mana yang dalam segmen
indutri tersebut yang kurang mempunyai kekuatan tawar-menawar.
4. Kekuatan Tawar-menawar pemasok
Ancaman pihak pemasok terhadap industri yang berusaha menaikkan
dan menurunkan harga atau mutu produk barang. Bahkan sering pemasok
di dominasi beberapa perusahaan, sedangkan tidak ada jalan alternatif
lain.
5. Persaingan industry sejenis
Perencanaan strategi kedepan agar dapat bersaing dengan perusahaan
pesaingnya. Semakin banyak pesaing perusahaan baru yang masuk
dalam industri tersebut membuat perusahaan harus menetapkan suatu
strategi dalam menghadapi persaingan industri tersebut agar perusahan
tetap bertahan dalam pasar.
2.5 Perumusan Strategi
Perumusan strategi menggunakan tiga tahap yaitu tahap input, tahap
pencocokan, dan tahap kepututsan. Tahap input menggunakan matriks Evaluasi
Faktor Eksternal (EFE) dan matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI), tahap
pencocokan menggunakan matriks SWOT dan matriks Internal – Eksternal
(IE), dan pada tahap keputusan menggunakan matriks Quantitative Strategic
Planning Matrix (QSPM).
2.5.1 Tahap input
Menurut David (2010, p325), alat-alat input mendorong para penyusun
strategi untuk mengukur subjektivitas selama tahap awal proses perumusan
strategi. Membuat berbagai keputusan kecil dalam matriks input menyangkut
signifikasi relatif faktor-faktor eksternal dan internal memungkinkan para
penyusun strategi untuk secara lebih efektif menciptakan serta mengevaluasi
strategi alternatif. Penilaian intuitif yang baik selalu dibutuhkan dalam
menentukan bobot dan peringkat yang tepat. Di pembahasan ini, tahap input
dari kerangka perumusan strategi terdiri atas dua teknik yang dapat digunakan:
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Internal
(EFI).
2.5.1.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Menurut David (2010, p158), matriks evaluasi faktor eksternal
(external factor evaluation - EFE) memungkinkan para penyusun strategi untuk
meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis,
lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan kompetitif.Terdapat
lima tahap dalam pengembangan matriks EFE diantaranya :
1. Buat daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit.
Cari antara 10 faktor eksternal termasuk peluang peluang dan ancaman yang
mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Daftar peluang dahulu baru
ancaman. Usahakan spesifik mungkin, gunakan selalu persentase, rasio dan
angka perbandingan jika dimungkinkan.
2. Beri bobot pada setiap factor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (amat
penting). Bobot menunjukkan kepentingan relative dari factor tersebut agar
berhasil dalam lingkungan tersebut. Tetapi, ancaman dapat juga menerima
bobot tinggi, jika berat atau sangat mengancam. Bobot yang wajar dapat
ditentukan dengan membandingkan pesaing yang sukses dan yang gagal atau
dengan mendiskusikan faktor tersebut dan mencapai konsesus kelompok.
Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada factor diatas harus sama dengan
1,0
3. Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada masing-masing factor eksternal kunci
untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat itu merespon
factor tersebut, dengan catatan 4 : respon luar biasa, 3 : respon diatas rata –
rata, 2 : respon rata-rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasarkan pada
efektivitas strategi perusahaan. Peringkat didasarkan atas keadaan
perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah 2 didasarkan kepada industri.
Perlu diperhatikan baik peluang maupun ancaman dapat memperoleh
peringkat 1,2,3,4.
4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai bobot
total bagi organisasi
5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan nilai
bobot total bagi organisasi.
Faktor- Faktor
eksternal kunci Bobot Peringkat
Nilai yang
dibobot
Peluang:
-
-
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Ancaman:
-
-
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Jumlah xxx xxx
Tabel 2.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Sumber David (2010, p160)
2.5.1.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Menurut David (2010, p229), matriks evaluasi faktor internal (internal
factor evaluation - IFE) adalah alat perumusan strategi yang meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional
bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasikan serta
mengevaluasi hubungan di antara area tersebut.Penilaian intuitif digunakan
dalam pengembangan matriks evaluasi faktor internal, sehingga tampilan
ilmiahnya tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa teknik ini benar-benar
tanpa celah.Terdapat lima tahap pemngembangan matriks IFE diantaranya :
1. Tulislah faktor internal utama sebagaimana teridentifikasi dalam proses audit
internal. Gunakan 10 faktor internal terpenting, termasuk kekuatan maupun
kelemhannya. Tuliskan kekuatan terlebih dahulu dan kemudian kelemahan.
Usahakan spesifik mungkin, gunakan persentasi rasio dan angka
perbandingan.
2. Berikan bobot dengan kisaran 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (terpenting
pada setiap faktor. Bobot ini menunjukkan seberapa penting faktor tersebut
sebagai penunjang keberhasilan perusahaan. Jumlah dari semua bobot harus
1,0. Bobot didasarkan berdasarkan keadaaan inustri.
3. Berikan bobot 1 – 4 pada setiap faktor apakah faktor itu merupakan
kelemahan besar (peringkat = 1) , kelemahan kecil (peringkat = 2). Kekuatan
kecil (peringkat = 3) atau kekuatan besar (peringkat = 4). Peringkat
diberikan berdasarkan keadaan perusahaan
4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai yang
dibobot setiap variable
5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variable untuk menentukan total
nilai yang dibobot untuk organisasi.
Faktor- Faktor
Internal utama Bobot Nilai
Nilai yang
dibobot
Kekuatan internal:
-
-
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Kelemahan internal:
-
-
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Jumlah Xxx Xxx
Tabel 2.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal
Sumber David (2010, p231)
2.5.1.3 Matriks CPM
Menurut David (2010,p160), Matriks CPM mengidentifikasi pesaing-
pesaing utama perusahaan, serta kekuatan dan kelemahannya terkait dengan
contoh posisi strategis perusahaan. Bobot total dalam CPM sama dengan
EFE.namun CPM memiliki cakupan lebih luas,dan fokus pada isu internal,
serta pemeringkatan total nilai yang dibobot untuk perusahaan pesaing dapat
dibandingkan dengan perusahaan sample. Sehingga memberikan informasi
strategis internal yang penting.
Perusahaan 1 Perusahaan 2 Perusahaan 3
Tabel 2.3 Matriks CPM
Sumber : David (2010, p160)
2.5.2 Tahap Pencocokan
Menurut David (2010, p325), mencocokan (matching) faktor-faktor
keberhasilan penting eksternal dan internal merupakan kunci untuk
menciptakan strategi alternatif yang masuk akal. Di pembahasan ini, tahap
pencocokan dari kerangka perumusan strategi terdiri atas dua teknik yang dapat
digunakan dengan urutan manapun: Matriks SWOT. Matriks grand strategy
dan Matriks Internal – Eksternal (IE).
2.5.2.1 Matriks SWOT
Menurut David (2010, p327), merupakan matriks Kekuatan,
kelemahan, Peluang , Ancaman (Strength – Weaknesses – Opportunity –
Threats – SWOT) adalah alat pencocokan yang penting yang membantu para
manajer mengembangkan empat tipe strategi:
1. Strategi SO (strength – opportunities)
Faktor
Faktor
Keberhasila
n Penting
Bob
ot
Peringk
at
Skor
Bob
ot
Bob
ot
Peringk
at
Skor
Bob
ot
Bob
ot
Peringk
at
Skor
Bob
ot
1.
2.
3.
4.
Total
Strategi ini memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik
keuntungan dari peluang eksternal.Perusahaan atau organisasi
menginginkan kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil
keuntungan dari berbagai tren dan kejadian eksternal.
2. Strategi WO (weakness – opportunities)
Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara
mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang, peluang-
peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang
menghalanginya dalam memanfaatkan peluang tersebut.
3. Strategi ST (strength – threat)
Strategi ini menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal.Hal ini bukan berarti bahwa
suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara
langsung di dalam lingkungan eksternal. Jadi, perusahaan pesaing yang
memiliki produksi yang sama merupakan salah satu ancaman eksternal
yang dapat mengurangi pelanggan.
4. Strategi WT (weakness – threat)
Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.Jika sebuah
perusahaan atau organisasi mengalami berbagai ancaman eksternal dan
internal, maka perusahaan atau organisasi ini harus berjuang untuk dapat
bertahan dalam usahanya.
Matriks SWOT dibuat melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Tulis peluang eksternal perusahaan pada sel peluang (oportunities) yang
telah disediakan pada tabel SWOT.
2. Tulis ancaman eksternal perusahaan pada sel ancaman (threats) yang telah
disediakan pada tabel SWOT.
3. Tulis kekuatan internal perusahaan pada sel kekuatan (strengths) yang telah
disediakan pada tabel SWOT.
4. Tulis kelemahan internal perusahaan pada sel kelemahan (weakness) yang
telah disediakan pada tabel SWOT.
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan tuliskan strategi
yang diinginkan didalam sel SO yang disediakan.
6. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan tuliskan strategi
yang diinginkan didalam sel WO yang disediakan.
7. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan tuliskan strategi
yang diinginkan didalam sel ST yang disediakan.
8. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan tuliskan strategi
yang diinginkan didalam sel WT yang disediakan.
Kondisiinternal
kondisi eksternal
strenghts (kekuatan)
- xxx
- xxx
- xxx
weaknes (kelemahan)
- xxx
- xxx
- xxx
oportunities (peluang)
- xxx
- xxx
- xxx
strategi (SO)
oportunities strenghts
- xxx
- xxx
- xxx
strategi (WO)
oportunities weaknes
- xxx
- xxx
- xxx
threats (ancaman)
- xxx
- xxx
- xxx
Strategi (ST)
threats strenghts
- xxx
- xxx
- xxx
strategi (WT)
threats weaknes
- xxx
- xxx
- xxx
Tabel 2.4 Matriks SWOT
Sumber : David (2010, p328)
2.5.2.2 Matriks Grand Strategy
Menurut David (2010,p347), matriks Strategi Besar (Grand Strategy)
ini membantu perusahaan untuk mendefenisikan strategi alternative yang baik
untuk perusahaan. Matriks ini didasarkan atas dua dimensi penilaian: posisi
persaingan dan pertumbuhan pasar. Strategi yang sesuai untuk sebuah
organisasi dituangkan dalam urutan daya tarik di masing masing kuadran
matriks. Matriks ini dibagi berdasarkan 4 kuadran berdasarkan pertumbuhan
pasar.
Gambar 2.2 Matriks Grand Strategy
Sumber : David (2010,p348)
2.5.2.3 Matriks Internal – Eksternal (IE)
Menurut David (2010, p344), matriks IE (Internal – Eksternal)
memposisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel.
Matriks IE tersebut menempatkan divisi-divisi organisasi dalam sebuah
diagram sistematis. Matriks IE dibagi menjadi tiga bagian besar yang
mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda :
1. Ketentuan untuk divisi-divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat
digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi
yang intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan
produk) atau integratif (integrasi kedepan, integrasi kebelakang, dan
integrasi horizontal) bisa menjadi yang paling tepat bagi divisi-divisi ini.
2. Divisi-divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat ditangani
dengan baik melalui strategi menjaga dan mempertahankan (hold and
maintain); penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi
yang paling banyak dalam jenis divisi ini.
3. Ketentuan umum untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VII, atu XI
adalah panen atau divestasi (harvest or dives). Organisasi yang berhasil
mampu mencapai portofolio bisnis yang masuk atau berada di seputar sel
I dalam Matriks IE.
Gambar 2.3 Matriks Internal – Eksternal
Sumber : David (2010, p344)
2.5.3 Tahap keputusan : Matriks QSPM
Menurut David (2011, p350), di luar strategi-strategi pemeringkatan
untuk mendapatkan daftar prioritas, hanya ada satu teknik analisis dalam
literatur yang dirancang untuk menentukan daya tarik relatif dari berbagai
tindakan alternatif. Teknik tersebut adalah Matriks Perancangan Strategis
Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix - QSPM), yang menyusun
tahap tiga dari kerangka analisis perumusan strategi. Teknik ini secara objektif
menunjukkan strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan analisis input
dari tahap satu dan hasil pencocokan dari analisis tahap dua untuk secara
objektif menentukan strategi yang hendak dijalankan di antara strategi-strategi
alternatif. Menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun QSPM
(tahap tiga).
QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi
mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-
faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi
sebelumnya. Seperti halnya alat-alat analisis perumusan strategi yang lain,
QSPM membutuhkan penilaian intuitif yang baik.
Alternatif strategi
Strategi 1 Strategi 2
Faktor-faktor utama Bobot AS TAS AS TAS
Peluang
-
-
Ancaman
-
-
Kekuatan
-
-
Kelemahan
-
-
Total
Tabel 2.5 Matriks QSPM Sumber : David (2010, p350)
2.6 Teori Khusus Internet Marketing/E-Marketing
2.6.1 Pengertian E-Marketing
Sekarang ini, internet bukanlah hal yang baru bagi masyarakat
Indonesia. Internet telah merasuk di jantung kehidupan kita masyarakat
Indonesia. Pada pengguna Internet, kita bisa melakukan banyak hal seperti
mencari informasi terbaru dari seluruh dunia, sampai menjadi internet marketer
yang saat ini sedang ngetren di kalangan pengguna internet Indonesia. Saat ini
internet marketing telah menjadi suatu peluang kerja yang menjanjinkan bagi
para pengguna internet di indonesia. Akhir-akhir ini di Indonesia mulai banyak
bermunculan internet marketer baru. Mereka ingin menjadi bagian dari dunia
internet marketing Indonesia yang sangat menjanjikan keuntungan itu.
Dunia internet marketing indonesia saat ini sedang berkembang sangat
pesat. Banyak bermunculan para internet marketer handal dari Indonesia yang
telah sukses dengan menjalankan bisnis ini dan bahkan menjadi terkenal
karenanya.
Meskipun internet marketing indonesia telah berkembang pesat, tetap
ada faktor-faktor yang bisa menghambat perkembangan internet marketing
Indonesia. Beberapa di antaranya adalah ketidaktahuan para internet marketer
indonesia untuk bisa menjalankan bisnis ini dengan baik dan benar serta masih
adanya pengguna internet tidak bertanggung jawab melakukan tindakan
kriminal di internet sehingga mencoreng nama baik dunia internet marketing
Indonesia. Hal-hal itu bisa membuat perkembangan internet marketing
indonesia dipandang sebelah mata oleh dunia internasional. Selain itu juga
dipengaruhi masih banyaknya masyarakat indonesia yang tidak percaya diri
karena gaptek dalam menggunakan internet apalagi memanfaatkannya.
Beberapa kutipan mengenai tentang E-marketing adalah:
1. Menurut Kotler dan Amstrong (2010, p528), E-Marketing adalah : Suatu
usaha yang dilakukan dalam memasarkan produk serta jasa untuk
menciptakan hubungan baik dengan pelanggan melalui media internet.
2. Menurut Chaffey (2006) menyatakan bahwa, E-Marketing dapat dipandang
sama dengan Internet Marketing, dimana Internet Marketing didefinisikan
sebagai perolehan tujuan pemasaran melalui penerapan berbagai teknologi
digital. Berbagai teknologi digital yang dimaksud termasuk media Internet
seperti situs web dan e-mail, jika media digital lainnya seperti nirkabel atau
mobile, dan media untuk menyampaikan televisi digital seperti kabel dan
satelit.
3. Menurut Kotler dan Armstrong(2004,p74) E-marketing adalah pemasaran
dari E- Commerce , yang terdiri dari kerja suatu perusahaan untuk
mengkomunikasikan sesuatu, mempromosikan, dan menjual produk/jasa
lewat internet.
4. Menurut El-Gohary dalam jurnal E-Marketing- A literature Review from a
Small Perspective (2010,p216), Pemasaran Elektronik(E-Marketing)
dipandang pada pemasaran barang, jasa, informasi, dan ide melalui
internet dan elektronik lain.
2.6.2 Manfaat E-Marketing
Menurut Strauss dan Frost (2009, p21), Ling yaingkungan E-
Marketing yang dinamis menawarkan untuk membuka peluang
mengembangkan produk baru,pasar baru, media baru, dan saluran baru.
2.7 Tujuh Tahapan Pemasaran Internet (Internet Marketing)
Menurut Mohammed et al (2004,pp8-pp714) terhadap tujuh tahapan dalam
Internet Marketing :
Gambar 2.4 siklus tujuh tahap dari Internet Marketing
Sumber : Mohammed et al (2004,pp8-pp714)
� Tahap 1 : Menyusun Peluang Pasar (Framing The Market
Opportunity)
1. Langkah Pertama : menyelidiki peluang di dalam sistem nilai yang
baru atau yang sudah ada. proses analisis dan indentifikasi peluang
terpusat pada sebuah sistem nilai, baik yang baru maupun yang sudah
ada. Sistem nilai dapat dipandang sebagai kesatuan dari rantai
pemasok, disributor, pesaing, pembeli, dan perantara yang membawa
satu penawaran ke dalam pasar. Dalam proses menyelidiki peluang,
perusahaan mencari salah satu dari tiga tipe nilai dasar yang dapat
ditemukan di dalam suatu sistem nilai. Tiga tipe nilai dasar tersebut
adalah :
a) Trapped Value (Nilai yang terperangkap)
Perusahaan dengan jaringan ekonomi dapat membebaskan
Trapped Value dengan dua cara, yaitu :
i. Menciptakan pasar yang lebih evisien.
Dengan mengurangi biaya pencarian dan transaksi maka pasar
akan menjadi lebih efisien. Pelanggan dapat membeli yang
terbaik untuk mereka dengan biaya yang lebih rendah
ii. Menciptakan sistem nilai yang lebih efisien.
Dengan mempersingkat atau menghilangkan langkah-langkah
yang terdapat di dalam sistem nilai. Perusahaan dapat
menghemat waktu dan biaya.
b) New-to-the-World Value (Nilai Baru)
Perusahaan dapat juga menciptakan berbagai manfaat baru.
Adapun tiga cara bagaimana perusahaan dapat menciptakan New-
to-the-World Value, yaitu :
i. Melakukan customize Terhadap Penawaran.
Perusahaan dapat memungkin pelanggan untuk merubah
produk atau jasa sehingga sesuai dengan keinginan mereka.
Perusahaan juga dapat meningkatkan ketertarikan atas suatu
produk dengan menghilangkan fitur-fitur yang tidak bernilai
bagi pelanggan.
ii. Membangun komunitas.
Satu aspek penting dari sebuah komunitas adalah
pengunjung situs web dapat menciptakan nilai yang lebih
dari yang diberikan oleh penyedia situs web itu sendiri.
iii. Memperkenalkan fungsi atau pelanggan baru.
Penggabungan dari komunikasi, komputer, hiburan dan
peralatan akses yang bentuk dan fungsionalitasnya terus
berubah memungkinkan lahirnya berbagai pengalaman baru.
c) Hybrid value (Nilai gabungan)
Terdapat kemungkinan suatu perusahaan untuk dapat
membebaskan nilai yang terperangkap juga menciptakan manfaat
baru. Adapun tiga mekanisme yang dapat digunakan perusahaan
untuk menciptakan nilai gabungan tersebut, yaitu :
i) Memungkinkan pengaruh terhadap penetapan harga.
Pelanggan dapat memiliki penaruh terhadap penetapan harga
dan menangkap bagian dari marjin penjualan apabila
pelanggan memiliki informasi mengenai prestasi penjualan,
pemahaman atas ekonomi penjualan, atau pengetahuan yang
dalam mengenai situasi penawaran permintaan yang dimiliki
penjual.
ii) Kemudahan akses.
Hal ini memerlukan peningkatan atas titik akses dan derajat
komunikasi antar rekan pertukaran yang relavan.
iii) Memperluas jangkauan secara radikal.
Perusahaan dapat memperluas batasan di dalam pasar yang
ada atau menciptakan pasar baru melalui pemberian
jangkauan yang memiliki biaya yang efektif.
2. Langkah Kedua : mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi
atau terlayani.
Pengindentifikasian kebutuhan pelanggan dimulai dengan pemetaan
proses keputusan pelanggan. Pemetaan mencakup berbagai aktifitas
dan pilihan pelanggan dalam mengakses pengalaman tertentu di dalam
sistem nilai dan kemudian menjabarkan atas langkah-langkah di dalam
proses keputusan pelanggan, tim manajemen dapat mulai menemukan
berbagai kebutuhan yang belum terpenuhi atau terlayani.
3. Langkah Ketiga : Menentukan Sasaran Segmen Pelanggan.
Setelah mengidentifikasi berbagai segmen yang berbeda, perusahaan
harus menentukan segmen mana yang akan dijadikan sasaran agar
dapat memperjelas lebih jauh tipe peluang yang ingin ditangkap oleh
perusahaan. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
melakukan segementasi pasar adalah pendekatan demogratis (atau
firmographic), geografis, perilaku, peristiwa, psikografis, manfaat,
kepercayaan dan sika. Penjelasan untuk setiap pendekatan beserta
contoh variabelnya dapat dilihat pada table dibawah ini
Tabel 2.6 Pendekatan Segmentasi
Sumber : Mohammed et al (2003, p.48)
4. Langkah Empat : Menilai Kebutuhan Sumber Daya yang Dibutuhkan
untuk Menyampaikan Penawaran.
Suatu sistem sumber daya merupakan kumpulan dari aktivitas individu
dan organisasional dan modal yang jika dikumpulkan dapat
menciptakan berbagai kemampuan organisasional. Berbagai
kemampuan tersebut memungkinkan perusahaan untuk melayani
kebutuhan pelanggan. Sumber daya yang dapat dipikul perusahaan
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu :
a) Customer-Facing
Mencakup nama merek, tenaga penjualan yang terlatih, dan
berbagai saluran distribusi.
b) Internal
Berhubungan dengan operasi internal perusahaan yang dapat
berupa teknologi, pengembangan produk, skala ekonomi, dan
tenaga kerja yang berpengalaman.
c) Upstream
Berhubungan dengan hubungan perusahaan dengan pemasoknya
yang dapat berupa kerja sama dengan pemasok dan tingkat
kontinuitas kegiatan operasional antara perusahaan dengan
pemasoknya.
5. Langkah Lima : Menilai Ketertarikan Peluang dari Segi Kompetisi,
Teknologi, dan Finansial.
Terdapat sembilan faktor yang dapat digunakan perusahaan dalam
menentukan karakter dan besarnya suatu peluang. Sembilan faktor
tersebut dikelompokkan menjadi empat ruang lingkup, yaitu :
1. Intensitas Kompetisi
Perusahaan dapat mengukur intensitas kompetisi melalui dua cara
sebagai berikut :
a) Mengidentifikasi semua pesaing yang dihadapi oleh perusahaan,
yang dimana pesaing terbagi menjadi dua kategori, yaitu :
i. Pesaing langsung
Perusahaan lain yang bergerak di industri yang sama.
ii. Pesaing tidak langsung terbagi menjadi dua kategori :
• Substitute producers
Perusahaan yang bergerak di industri yang berbeda, namun
menghasilkan baran dan jasa dengan fungsi yang sama.
• Adjacent competitors
Perusahaan yang saat ini tidak menghasilkan barang dan
jasa sebagai substitusi, namun memiliki potensi untuk
dengan cepat melakukan hal tersebut.
b) Melakukan pemetaan terhadap pesaing-pesaing yang
diidentifikasi tersebut.
2. Dinamika Pelanggan
Analisa dinamika pelanggan melibatkan tiga faktor, yaitu :
i) Leluasa Peluang
Menyangkut seberapa besar tingkat kebutuhan yang belum
terpenuhi atau terlayani, sehingga memberikan peluang bagi
perusahaan untuk membebaskan nilai yang terperangkap atau
menciptakan nilai baru.
ii) Interaksi antar segmen
Merupakan tingkat usaha dalam memperkuat aktivitas yang
dapat meningkatkan jumlah pembeli dan penggunaan produk.
iii) Pertumbuhan
Berhubungan dengan presentase pertumbuhan per tahun pada
suatu pasar. Pasar dengan harapan pertumbuhan yang tinggi
menandakan banyaknya peluang bagi perusahaan.
3. Tingkat Pengaruh Teknologi
Perusahaan perlu menilai seberapa besar pengaruh tren teknologi
terhadap konsep yang akan ditawarkan oleh perusahaan. Penilaian
dilakukan dari dua segi, yaitu :
a) Adopsi Teknologi
Bagaimana tingkat penyebaran teknologi sehingga
mempermudah pelanggan untuk memperoleh teknologi yang
dibutuhkan.
b) Dampak dari Teknologi Baru
Bagaimana perusahaan menyesuaikan diri dari segi ekonomi dan
fungsional dalam menghadapi perkembangan teknologi dan
bagaimana dampak teknologi tersebut terhadap pesaing dan
pelanggan.
4. Mikro Ekonomi
Untuk menilai ketertarikan peluang dari segi finansial, perusahaan
perlu melibatkan dua faktor, yaitu :
a) Ukuran Pasar
Pasar yang berukuran besar memiliki ketertarikan peluang
finansial yang tinggi, karena tingginya arus pendapatan yang
akan diperoleh perusahaan.
b) Profitabilitas
Pasar yang memiliki tingkat marjin keuntungan yang tinggi
merupakan peluang yang menarik, karena dapat menghasilkan
tingkat keuntungan yang tinggi dengan tingkat volume penjualan
yang moderat.
6. Langkah Enam : Melakukan Penilaian Go/No-Go
Berdasarkan hasil penilaian sebelumnya, yaitu penilaian ketertarikan
peluang dari segi kompetisi, teknologi, dan finansial, maka perusahaan
akhirnya perlu menilai apakah peluang tersebut cukup berharga secara
keseluruhan untuk dijalankan.
Gambar 2.5 Kerangka Peluang Pasar
Sumber: Mohammed et al (2003, p.10)
� Tahap Dua: Menformulasikan Strategi Pemasaran
Dalam membangun Interet Marketing, perusahaan terlebih dahulu
mempertimbangkan strategi bisnis secara keseluruhan. Kemudian di
dalam ruang lingkup strategi bisnis tersebut, perusahaan dapat
mengembangkan suatu perencanaan pemasaran yang terintegrasi. Berikut
tiga komponen dari strategi pemasaran beserta berbagai kemungkinan
skenario yang dapat terjadi.
1. Segmentation
Perusahaan tradisional yang memasuki dunia internet, secara natural,
akan mengalami perubahan dalam menjalankan proses segmentasi
online. Terhadap empat kemungkinan skenario atas perubahan yang
dapat terjadi, yaitu :
Gambar 2.6 Skenario Segmentasi Bricks-and-Mortar
Sumber : Mohammed et al. (2003, p108)
a) No change (Tidak ada Perubahan)
Segmentasi online tidak menampakkan adanya segmen baru.
Segmen online memiliki karakteristik dan ukuran yang sama
dengan segmen offline.
b) Market Expansion (Perluasan Pasar)
Segmen berubah dari segi ukuran (menjadi lebih besar), namun
tetap memiliki karakteristik yang sama dengan segmen offline.
c) Market Reclassification (Klasifikasi Ulang terhadap Pasar)
Segmen berubah dari segi karakteristik, namun tetap memiliki
ukuran yang sama dengan segmen offline.
d) Reclassified-Expansion (Perluasan yang Terklasifikasi Ulang)
Merupakan kombinasi dari skenario perluasan pasar dan klasifikasi
ulang terhadap pasar. Segmen berubah dari segi ukuran dan
karakteristik pelanggan.
2. Targeting (Menentukan sasaran)
Setelah melakukan proses segmentasi, perusahaan perlu menentukan
segmen online yang akan menjadi sasaran. Adapun empat
kemungkinan skenario yang dapat dihadapi oleh perusahaan, yaitu :
Gambar 2.7 Skenario Target Bricks-and-Mortar
Sumber : Mohammed et al. (2003,p110)
a) Blanket Targeting
Segmen sasaran online memiliki karakteristik yang sama dengan
segmen offline. Penawaran perusahaan “menyelimuti” segmen
online dengan cara yang sama pada saar “menyelimuti” segmen
offline. Pelanggan dari segmen online kemungkinan besar akan
menghargai kelebihan dari internet, yaitu menyediakan kenyamanan
dan kemudahan akses, namun mereka masih memiliki karakteristik
yang sama dengan pelanggan dari segmen offline.
b) Beachhead Targeting
Segmen sasaran online merupakan bagian dari segmen offline.
Segmen online tersebut secara umum sama dengan segmen offline,
namun berjumlah lebih sedikit. Hai ini dapat terjadi apabila hanya
sebagian dari konsumen perusahaan memilih untuk menggunakan
internet.
c) Bleed-Over Targeting
Segmen sasaran online merupakan bagian dari segmen offline dan
ditambah dengan segmen baru. Penambahan segmen baru ini
disebabkan oleh adanya peningkatan penawaran yang diterapkan
secara online yang menarik perhatian mereka.
d) New Opportunity Targeting
Kemungkinan yang terakhir, segmen sasaran online sama sekali
berbeda dari segmen offline. Hal ini disebabkan adanya kebutuhan
dan preferensi yang berbeda.
3. Positioning
Dalam penerapan strategi posisi secara online, terdapat empat
kemungkinan skenario, yang mana masing-masing disesuaikan dengan
strategi sasaran yang telah ditentukan, yaitu :
Gambar 2. 8 Skenario Posisi Bricks-and-Mortar
Sumber : Mohammed et al (2003, p112)
a) Blanket Positioning
Strategi posisi online sebaiknya meminjamkan sebanyak-banyaknya
dari strategi posisi offline. Hal ini dikarenakan segmen sasaran tidak
mengalami perubahan, maka penawaran perusahaan ditujukan pada
sekelompok pelanggan yang sama. Kemudian, penawaran
sebaiknya diposisikan dengan berbagai keunggulan yang dapat
diperoleh melalui internet, yaitu kenyamanan dan akses.
b) Beachhead Positioning
Perusahaan tetap meminjam dari strategi posisi offline, namun lebih
memusatkan diri pada kebutuhan kelompok pelanggan yang lebih
kecil. Strategi posisi di sini menekankan keunggulan dari internet
yang dapat meningkatkan nilai penawaran.
c) Bleed-Over Positioning
Perusahaan merapkan strategi yang merangkap dua posisi.
Penawaran online menyerupai yang ditawarkan secara offline untuk
pelanggan yang sudah ada, tetapi pada saat yang sama juga dapat
menarik perhatian pelanggan dari segmen yang baru.
d) New Opportunity Positioning
Perusahaan memposisikan ulang penawarannya secara total dengan
tujuan agar dapat menarik perhatian segmen pelanggan baru.
� Tahap Tiga: Merancang Pengalaman Pelanggan
Secara umum, pengalaman pelanggan merupakan persepsi dan
interpretasi pelanggan terhadap segala dorongan emosi yang dialami
selama berinteraksi dengan perusahaan. Begitu pula halnya dengan
pengalaman pelanggan secara online. Adapaun tiga tahap di dalam
pengalaman pelanggan secara online yang disebut dengan hirarki
pengalaman.
Tabel 2.7 Tahap-tahap dari Pengalaman Pelanggan
Sumber : Mohammed et al. (2003, p. 136)
� Tahap Empat: Merancang Antarmuka Pelanggan
Interface atau antarmuka merupakan representasi virtual dari proposisi
nilai yang ingin disampaikan oleh perusahaan. Adapun tujuh elemen atau
7C yang dapat digunakan sebagai pemandu dalam merancang antarmuka
pelanggan : context, content, community, customization, communication,
connection, dan commerce. Berikut penjelasannya.
1. Context
Context didefinisikan sebagai suasana secara keseluruhan dari suatu
antarmuka. Context memiliki dua dimensi: fungsi dan estetis.
a) Fungsi
Sebuah situs yang dirancang dengan baik dibangun untuk
mengorganisir semua informasi ke dalam kumpulan dari banyak
halaman dan untuk menyediakan pelanggan navigasi yang baik.
Adapun tiga faktor yang sangat penting dalam menyusun situs,
yaitu: section breakdown, linking structure, dan navigation tools.
i) Section Breakdown
Menjelaskan bagaimana suatu situs dirorganisir ke dalam
komponen-komponen bagian.
ii) Linking Structure
Memjelaskan bagaimana bagian-bagian dari suatu situs
dihubungkan, dan merupakan cara bagaimana pelanggan
mengalami arsitektur informasi dari suatu situs.
iii) Navigation Tools
Memudahkan pergerakan pengguna di dalam suatu situs.
b) Estetis
Sisi estetis sebuah situs dilihat dari karakteristik visual seperti
warna, grafis, foto, pilihan font, dan fitur lainnya yang berorientasi
visual.
2. Content
Merupakan segala informasi digital yang terdapat di dalam sebuah
situs web. Secara luas, content meliputi audio, vidio, gambar, dan teks.
Adapun empat dimensi dari content, yaitu : offering mix, appeal mix,
multimedia mix, dan content type.
a) Offering Mix
Meliputi produk, informasi, dan pelayanan.
b) Appeal Mix
Terdapat dua tipe appeal, yaitu cognitive appeal dan emotional
appeal.
i) Cognitive Appeal. Menekankan pada aspek fungsional dari
penawaran, seperti harga rendah, reliabilitas, kehandalan,
ketersediaan, customer support, dan derajat personalisasi.
ii) Emotional Appeal. Menekankan pada ikatan emosionil terhadap
produk atau brand, seperti melalui humor, kesenangan baru,
kehangatan, dan cerita.
c) Multimedia Mix
Pengguna media yang variatif, seperti teks, audio, gambar, video,
dan grafis.
d) Content Type
Tingkat sensitivitas terhadap waktu yang dimiliki oleh informasi
yang terdapat di dalam suatu situs web.
3. Community
Merupakan kumpulan dari jalinan hubungan yang dibangun
berdasarkan kesamaan minat. Community dapat menciptakan isi atau
pelayanan yang menarik perhatian konsumen ke sebuah disitus web.
Community dapat juga membagun hubungan yang lebih dekat antara
konsumen dan perusahaan, dan antara sesama konsumen.
4. Customization
Merupakan kemampuan situs untuk dapat dimodifikasi oleh pengguna
atau memodifikasi dirinya sendiri untuk pengguna. Terdapat dua
dimensi dari customization: personalisasi dan tailoring by site.
a) Personalisasi
Customization diinisiasikan dan dikelola oleh si pengguna situs.
b) Tailoring by Site
Customization diinisiasikan dan dikelola oleh perusahaan.
5. Communication
Merupakan dialog antara perusahaan penggunanya. Dialog yang terjadi
dapat berupa dialog satu arah, yaitu dari perusahaan ke pengguna, atau
dialog yang lebih interaktif. Adapun tiga dimensi dari communication
atau komunikasi, yaitu: broadcast, unteractive, hybrid.
a) Broadcast
Merupakan pertukaran informasi satu arah dari satu organisasi ke
pengguna. Dengan cara ini, organisasi tersebut tidak menyediakan
mekanisme apapun bagi pengguna untuk menanggapi informasi
yang diberikan.
b) Interactive
Merupakan komunikasi dua arah antara suatu organisasi dengan
pengguna.
c) Hybrid
Merupakan kombinasi dari komunikasi broadcast dan interactive.
6. Connection
Didefinisikan sebagai jaringan dari banyak link yang menghubungkan
situs perusahaan dengan situs lain. Adapun lima dimensi dari
connection atau hubungan, yaitu: link to site, homesite background,
outsourced content, percentage of homesite content, dan pathway of
connection.
a) Link to Sites
Merupakan link yang membawa pengguna keluar dari situs
perusahaan untuk menuju ke situs milik pihak ketiga.
b) Homesite Background
Merupakan situasi dimana link membawa pengguna ke situs milik
pihak ketiga, namun situs semula tetap terlihat di latar belakang.
c) Outsourced Content
Isi dari situs perusahaan diperoleh dari pihak ketiga, namun
pengguna tetap berada pada situs perusahaan pada saat meninjau
atau melihat isi tersebut.
d) Percentage of Homesite Content
Merupakan tingkat kepemilikan dan pengendalian terhadap isi dari
suatu situs.
e) Pathway of Connection
Terdapat dua macam pathway-of-connection, yaitu:
i) Pathway-out
Hubungan yang dimana suatu link membawa pengguna keluar
dari suatu situs web untuk memasuki situs web yang lain.
ii) Pathway-in
Hubungan yang dimana suatu link memanggil informasi dari
situs lain tanpa membuat pengguna meninggalkan situs semula.
7. Commerce
Merupakan kapasitas transaksi yang terdapat pada sebuah situs.
� Tahap Lima: Merancang Program Pemasaran
Pada tahap ini, perusahaaan merancang kombinasi khusus dari berbagai
tindakan pemasaran (layers) untuk membawa pelanggan yang dituju dari
tahap kesadaran ke tahap komitmen. Hal ini dicapai dengan menggunakan
kerangka Marketspace Matrix. Jika diajukan secara sederhana, pelaku
Internet Marketing memiliki enam kelas lever (product, pricing,
communication, community, distribution, dan branding) yang dapat
digunakan untuk menciptakan awareness (kesadaran), exploration
(eksplorasi), dan commitment (komitmen). Dalam menjelaskan
Marketspace Matrix, dilakukan terlebih dahulu penjelasan mengenai
customer relationships (hubungan pelanggan) dan enam kelas lever yang
dapat dipergunakan.
1. Customer Reationships (Hubungan Pelanggan)
Mohammed et al (2003, p.200) mengartikan relationship (hubungan)
sebagai ikatan antara perusahaan dengan pelanggannya. Juga menurut
Mohammed et al. (2003, p.212) sebuah hubungan antara seorang
pelanggan dengan suatu bisnis secara khas memiliki empat tahap:
awareness (kesadaran), exploration/expansion (eksplorasi/ekspansi),
commitment (komitmen), dan dissolution (pemutusan).
Gambar 2.9 Bergerak Melalui Tahap-Tahap hubungan
Sumber : Mohammed et al (2003,p213)
a) Awareness (Kesadaran)
Pada tahap ini kesadaran, pelanggan menyadari adanya
kemungkinan perusahaan sebagai rekan pertukaran, namun
pelanggan belum memulai komunikasi apapun dengan perusahaan
maupun membeli produk
b) Exploration/Expansion (Eksplorasi/Ekspansi)
Pada tahap eksplorasi/ekspansi, pelanggan mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya pertukaran dan dapat juga mulai
melakukan pembelian percobaan
c) Commitment (Komitmen)
Pada tahap commitment, pihak-pihak dalam suatu hubungan
memiliki rasa kewajiban atau tanggung jawab terhadap satu sama
lain. Adapun tiga tipe perilaku yang ditunjukkan oleh pihak-pihak
dalam suatu hubungan, yang dapat menunjukkan adanya
komitmen,yaitu:
i. Seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh pihak-pihak
yang terlibat terhadap hubungan itu sendiri.
ii. Seberapa besar setiap pihak menginvestasi ke berbagai aspek
dari hubungan tersebut yang dapat mendorong terjadinya
interaksi di masa depan.
iii. Konsistensi dari perukaran.
d) Dissolution (Pemutusan)
Pemutusan terjadi pada saat salah satu atau kedua pihak dalam
suatu hubungan keluar dari hubungan tersebut.Adapun beberapa hal
yang dapat menyebabkan hilangnya suatu komitmen yang
kemudian dapat berakhir pada tahap pemutusan, yaitu
i. Terdapat alternatif yang kebih baik, atau pelanggan hanya
menginginkan sesuatu yang berbeda.
ii. Hubungan di dalam dunia online dapat menghilang karena
hasil dari pengabaian.
iii. Kegagalan inti seperti tanggapan buruk atas pelayanan,
kegagalan produk atau pelayanan, atau isu etika dengan
perusahaan atau karyawan.
iv. Pelanggan sudah melewati masanya untuk beberapa kategori
produk.
2. Enam kelas lever
Enam kelas lever untuk program Internet Marketing terkandung di
dalam bauran pemasaran melalui internet, yaitu product, pricing,
communication, community, distribution, dan branding. Berikut
penjelasannya.
a) Product
Dalam membangun hubungan dengan pelanggan, peruusahaan
dapat menggunakan berbagai macam lever produk untuk
membangun hubungan yang bertahan. Sistem paket produk sering
digunakan untuk membangun kesadaran pelanggan, upgrades dan
layanan tambahan memungkinkan pelanggan untuk bereksplorasi
ke hubungan yang lebih dalam, dan penawaran yang customized
dapat memperkuat komitemen.
b) Pricing
Merupakan lever pemasaran yang penting. Lever tradisional
meliputi program loyalitas, diskon volume, model langganan, dan
promosi harga. Menurut Kotler (2005:353) yang dikutip dari jurnal
indrakusuma dan Ellitan 2008 harga adalah sejumlah uang atau
nilai yang ditukarkan oleh konsumen dengan manfaat
menggunakan produk atau jasa.
c) Communication (Komunikasi)
Lever komunikasi dapat mendorong eksplorasi, komitmen, dan
pemutusan hubungan. Contohnya, viral marketing (dimana seorang
pengguna memberitahukan pengguna lain tentang sebuah situs
melalui e-mai) dapat mendorong pelanggan baru untuk
mengeksplorasi penawaran perusahaan. Permission marketing
(dimana pelanggan setuju untuk menerima komunikasi dari
perusahaan) dimaksudkan untuk mendorong komitmen terhadap
perusahaan. Lever komunikasi, baik yang online maupun offline,
keduanya dapat mendorong pelanggan untuk membangun hubungan
yang lebih kuat dengan perusahaan, dan oleh karena itu, sebaiknya
diintegrasikan ke dalam program pemasaran manapun.
d) Community
Komunitas sebagai lever dapat membangun kesadaran, mendorong
eksplorasi, dan komitmen dari pihak pelanggan. Kesadaran dapat
dibangun melalui komunikasi user-tou-user yang dapat
menyadarkan pelanggan lain atas suatu promosi produk. Eksplorasi
dapat didorong melalui user groups yang mendiskusikan pilihan
produk yang sebaiknya dibeli atau tidak dibeli. Komitmen dapat
diperoleh apabila terdapat hubungan yang kuat antar pengguna
meningkatkan keterlibatan pengguna tersebut di dalam situs.
e) Distribution (Distribusi)
Distribusi sebagai lever pemasarn meliputi jumlah perantara online
dan offline, luas dari pencakupan saluran, dan menyampaikan pesen
dari saluran tersebut. Tingkat distribusi yang luas berdampak pada
kesadaran pelanggan dan potensi untuk memperoleh lebih banyak
eksplorasi dari pelanggan terhadap perusahaan dan penawarannya.
f) Branding (Merek)
Branding mmerupakan bagian dari setiap strategi pemasaran. Setiap
strategi pemasaran akan meningkat jika merk kuat, atau
menurunkan jika merk lemah. Maka, sebagai lever, branding
bekerja sama-sama dengan lever pemasaran lainnya untuk
memberikan hasil yang positif bagi perusahaan, baik dalam hal
finansial maupun pelanggan.
3. The Marketspace Matrix
Tabel 2.8 The Marketspace Matrix
Sumber : Mohammed et al. (2003, p542)
� Tahap Enam: Meningkatkan Informasi Pelanggan Melaui Teknologi
Menurut Mohammed et al. (2003, p17),dalam lingkungan customer-
centric, perusahaan harus membuat dan bertindak pada tiga keputusan
penting: (1) secara strategis pilih apa yang pasar kejar (riset pemasaran),
(2) mempelajari lebih lanjut tentang pelanggan dan merencanakan strategi
untuk memperoleh target pelanggan (databes marketing): dan (3) menilai
profitabilitas jangka panjang dari pelanggan dan mempertahankan
pelanggan utama (customer relationship management). perusahaan dapat
menggunakan teknologi untuk mendapatkan, mengorganisir,
menganalisis, dan memanfaatkan informasi pelanggan yang relevan, yang
dapat mengurangi ketidakpastian yang terkait dengan setiap dari tiga jenis
utama dari keputusan.
� Tahap Tujuh: Mengevaluasi Program Pemasaran
Menurut Mohammed et al. (2003, p18),tahap terakhir melibatkan evaluasi
program pemasaran internet secara keseluruhan. ini termasuk fokus
seimbang pada kedua pelanggan dan metrik keuangan. model ini
menekankan pentingnya menangkap perilaku lintas platform yang diamati
oleh pelanggan.
� Framework Perencanaan Strategi e-marketing
Pada framework perancangan strategi e-marketing menggunakan metode
Seven Stages of Internet Marketingdan metode perancangan OOA&D.
-Object Oriented Analysis and Desain
Menurut Mathiassen et al. (2000, p135), OOAD adalah suatu metode untuk
analisis dan perancangan sistem yang berorientasi pada objek. Objek menurut
Mathiassen et al. (2000, p4) adalah suatu entitas yang memiliki indentitas, state,
dan behavior. Identitas objek dalam objek menunjukkan bagaimana objek tersebut
dapat dibedakan dengna objek lainnya dalam suatu konteks oleh para pengguna.
Sedangkan identitas objek dalam perancangan menunjukkan bagaimana objek-
objek lain dalam sistem dapat mengenali objek tersebut dan bagaimana
mengkasesnya.
1. Usecase Diagram
Menurut Mathiassen et al. (2000, p119) diagram usecase digunakan untuk
menunjukkan hubungan antara actor (aktor) dan usecase, serta menggambarkan
fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Aktor adalah suatu abstraksi
dari pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem sasaran. Usecase
didefenisikan sebagai suatu pola interaksi antara sistem tersebut dan aktor dalam
application domain. Mathiassen et al. (2000, p129) juga menjelaskan bahwa
usecase diagram dapat menunjukkan use-case groupings, dimana seorang aktor
dapat berpartisipasi pada semua usecase dalam sebuah usecase diagram yang
merepresentasikan area fungsionalitas tertentu dalam sistem.
Gambar 2.10 Usecase Diagram
Sumber : Mathiassenet al. (2000, p343)
2. Class Diagram
Menurut Mathiassen et al. (2000, p336) menyatakan bahwa class diagram
mendeskripsikan kumpulan dari class dan hubungan strukturalnya. Masih menurut
Mathiassen et al. (2000, p49) objek adalah suatu entitas yang memiliki identitas,
kondisi dan perilaku. Event didefinisikan sebagai suatu kejadian langsung yang
melibatkan suatu objek atau lebih. Class didefinisikan sebagai suatu deskripsi dari
kumpulan objek yang memiliki struktur, perilaku, pola perilaku dan atribut yang
serupa. (Mathiassen et al., 2000, p69) strutur antar class dan objek terdiri dari :
i. Generalization, yakni suatu class umum (super class) yang
mendeskripsikan properti umum untuk sekelompok dari class khusus
(sub class).
ii. Cluster, merupakan suatu kumpulan class yang saling berhubungan.
iii. Aggregation, yakni suatu objek superior (the whole) yang terdiri dari
sejumlah objek (the parts).
iv. Association, merupakan suatu relasi berarti antar sejumlah objek.
Gambar 2.11 Class Diagram
Sumber : Mathiassen et al. (2000, p337)
3. Navigation Diagram
Menurut Mathiassen et al. (2000, p344), diagram navigasi adalah statechart
diagram khusus yang berfokus pada keseluruhan user interface yang dinamis.
Diagram ini menunjukkan window yang berkaitan dan transisi di antara window-
window tersebut.
Gambar 2.12 Navigation Diagram
Sumber : Mathiassen et al. (2000, p344)
4. Sequence diagram
Menurut Mathiassen (2000, p334), sequence diagram ac!alah
diagram yang menggambarkan interaksi dari waktu ke waktu,
diantara sebuah k1fmpulan object. Penekanan utama adalah pada
waktu atau pada hubungan object.
Beberapa notasi sequence diagram adalah l. Lifeline dari object
2. Message dalam bentuk sebuah event
3, Procedure call
4. Return
5. Destruction dari cbject
Gambar 2.13 Sequence diagram sumber: Menurut Mathiassen (2000, p334).