Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

35
Dalam sejarah eksplorasi telah banyak jenis bor yang dipakai. Berikut adalah penggolongan jenis bor eksplorasi : 1. Bor Tangan Ø Bor spiral Ø Bor bangka 2. Bor Mesin Putar Ø Bor mesin ringan Ø Bor inti (core drill) Ø Bor putar biasa (rotary drill) Ø Bor-alir balik (counterflush drill) 3. Bor Mesin tumbuk (cable tool) Sebetulnya sulit untuk melakukan penggolongan metoda pengeboran. Alat bor tangan banyak yang dikembangkan dengan dilengkapi motor kecil, sedangkan banyak alat bor mesin yang dipasang pada truk dirancang untuk pemboran dangkal. Alat bor mesin putar berkisar dari yang portable sampai alat bor raksasa untuk eksplorasi minyak dan gas bumi. Pemboran tangan Metoda ini dipakai untuk eksplorasi dangkal seperti placer deposit dan residual deposit. Metoda ini digunakan pada umumnya pada tahapan eksplorasi rinci, namun adakalanya secara acak dan setempat dilakukan pada tahap eksplorasi tinjau, terutama pada subtahap prospeksi umum. Ada 2 jenis alat ini, yaitu Bor tangan spiral (Auger drilling) dan Bor bangka (BBB). Pemboran Spiral/Bor Spiral Auger Drilling Seperti penarik tutup notol, diputar dengan tangan. Contoh melekat pada spiral, dicabut pada interval tertentu (tiap 30 – 50 cm). Hanya sampai kedalaman beberapa meter saja, baik untuk residual deposit (bauxite, lateritic nickel) dan sebagainya. Pemboran Bangka/Bor Bangka (BBB) Suatu alat bor tangan dikembangkan di Indonesia. Suatu alat selubung (casing) diberi platform, di atas mana beberapa orang bekerja. Pada prinsipnya sama dengan bor spiral dan tumbuk. Batang bor terdiri dari pipa masif yang disambung-sambung, dengan berbagai bit : 1. Spiral 2. Senduk 3. Pahat/bentuk pahat (dihubungkan) Pengambilan contoh dalam hal yang ditumbuk dengan bailer. Sambil bor berjalan, dengan gerakan putar dan tumbuk, casing secara otomatis menurun, karena beban orang di atas flatform. Metoda ini dipakai untuk eksplorasi dangkal, seperti placer deposit dan residual deposit. Ada 2 jenis alat ini, yaitu Bor tangan spiral (Auger drilling) dan Bor bangka (BBB). Pengamatan Dan Perekaman Data Geologi Data geologi yang didapatkan dari pemboran tangan jarang berupa batuan, tetapi pada umumnya berupa tanah atau batuan lapuk, dan sedimen lepas. Contoh yang didapatkan bukan merupakan contoh yang utuh (undisturbed sample), tetapi conto yang terusik (disturbed sample). Ketelitian lokasi kedalaman conto tergantung pula dari jenis matabor yang digunakan. Conto dari bor Spiral berupa tanah/lapukan batuan yang melilit pada spiral, dan mewakili selang kedalaman setiap kali batang bor dimasukkan sampai ditarik kembali, sehingga selang kedalamannya dapat diatur, apakah setiap 50 cm atau setiap meter, tetapi maksimal tentu sepanjang spiral. Conto dari matabor sendok lebih terancam pencampuran, sedangkan yang menggunakan bumbung dengan katup lebih mewakili kedalaman yang tepat. Matabor ini lebih banyak digunakan untuk sedimen lepas, dan setiap conto mewakili selang kedalaman dari mulai batang dimasukkan sampai ke pencabutan. Pada sistem bor Bangka, conto yang diambil lebih terpercayya karena penggunaan pipa selubung yang terus menerus, mengurangi pencampuran dari guguran dinding bor. Perekaman Data Pada umumnya data berupa litologi, serta batas-batasnya dan dapat dinyatakan dalam penampang berkolom atau profil yang dapat pula disebut sebagai log. Selain itu data kekerasan kualitatif dapat dicatatkan pula, demikian pula data muka air tanah yang dijumpai. Pemboran Mesin putar Ada berbagai macam jenis mesin bor putar, dari yang portable sampai pemboran raksasa seperti pada pemboran minyak yang dapat mencapai kedalaman beberapa kilometer. Ada

Transcript of Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

Page 1: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

Dalam sejarah eksplorasi telah banyak jenis bor yang dipakai. Berikut adalah penggolongan jenis bor eksplorasi : 1. Bor Tangan Ø Bor spiral Ø Bor bangka 2. Bor Mesin Putar Ø Bor mesin ringan Ø Bor inti (core drill) Ø Bor putar biasa (rotary drill) Ø Bor-alir balik (counterflush drill) 3. Bor Mesin tumbuk (cable tool) Sebetulnya sulit untuk melakukan penggolongan metoda pengeboran. Alat bor tangan banyak yang dikembangkan dengan dilengkapi motor kecil, sedangkan banyak alat bor mesin yang dipasang pada truk dirancang untuk pemboran dangkal. Alat bor mesin putar berkisar dari yang portable sampai alat bor raksasa untuk eksplorasi minyak dan gas bumi. Pemboran tangan Metoda ini dipakai untuk eksplorasi dangkal seperti placer deposit dan residual deposit. Metoda ini digunakan pada umumnya pada tahapan eksplorasi rinci, namun adakalanya secara acak dan setempat dilakukan pada tahap eksplorasi tinjau, terutama pada subtahap prospeksi umum. Ada 2 jenis alat ini, yaitu Bor tangan spiral (Auger drilling) dan Bor bangka (BBB). Pemboran Spiral/Bor Spiral Auger Drilling Seperti penarik tutup notol, diputar dengan tangan. Contoh melekat pada spiral, dicabut pada interval tertentu (tiap 30 – 50 cm). Hanya sampai kedalaman beberapa meter saja, baik untuk residual deposit (bauxite, lateritic nickel) dan sebagainya. Pemboran Bangka/Bor Bangka (BBB) Suatu alat bor tangan dikembangkan di Indonesia. Suatu alat selubung (casing) diberi platform, di atas mana beberapa orang bekerja. Pada prinsipnya sama dengan bor spiral dan tumbuk. Batang bor terdiri dari pipa masif yang disambung-sambung, dengan berbagai bit : 1. Spiral 2. Senduk 3. Pahat/bentuk pahat (dihubungkan) Pengambilan contoh dalam hal yang ditumbuk dengan bailer. Sambil bor berjalan, dengan gerakan putar dan tumbuk, casing secara otomatis menurun, karena beban orang di atas flatform. Metoda ini dipakai untuk eksplorasi dangkal, seperti placer deposit dan residual deposit. Ada 2 jenis alat ini, yaitu Bor tangan spiral (Auger drilling) dan Bor bangka (BBB). Pengamatan Dan Perekaman Data Geologi Data geologi yang didapatkan dari pemboran tangan jarang berupa batuan, tetapi pada umumnya berupa tanah atau batuan lapuk, dan sedimen lepas. Contoh yang didapatkan bukan merupakan contoh yang utuh (undisturbed sample), tetapi conto yang terusik (disturbed sample). Ketelitian lokasi kedalaman conto tergantung pula dari jenis matabor yang digunakan. Conto dari bor Spiral berupa tanah/lapukan batuan yang melilit pada spiral, dan mewakili selang kedalaman setiap kali batang bor dimasukkan sampai ditarik kembali, sehingga selang kedalamannya dapat diatur, apakah setiap 50 cm atau setiap meter, tetapi maksimal tentu sepanjang spiral. Conto dari matabor sendok lebih terancam pencampuran, sedangkan yang menggunakan bumbung dengan katup lebih mewakili kedalaman yang tepat. Matabor ini lebih banyak digunakan untuk sedimen lepas, dan setiap conto mewakili selang kedalaman dari mulai batang dimasukkan sampai ke pencabutan. Pada sistem bor Bangka, conto yang diambil lebih terpercayya karena penggunaan pipa selubung yang terus menerus, mengurangi pencampuran dari guguran dinding bor. Perekaman Data Pada umumnya data berupa litologi, serta batas-batasnya dan dapat dinyatakan dalam penampang berkolom atau profil yang dapat pula disebut sebagai log. Selain itu data kekerasan kualitatif dapat dicatatkan pula, demikian pula data muka air tanah yang dijumpai. Pemboran Mesin putar Ada berbagai macam jenis mesin bor putar, dari yang portable sampai pemboran raksasa seperti pada pemboran minyak yang dapat mencapai kedalaman beberapa kilometer. Ada berbagai jenis, dari mulai packsack (dapat diangkat di atas punggung) sampai bor besar harus dipreteli atau diangkat di truck. Alat pemboran (yang disebut drilling-rig) dinilai dari kemampuannya untuk mencapai kedalaman, kemampuan pengambilan conto batuan dan kemampuan menentukan arah. Selain itu juga kemampuan bergerak di medan merupakan salah satu hal diperhatikan. Mesin-mesin pemboran putar ini mempunyai prinsip yang sama, namun berdasarkan kemampuannya dapat dibagi sebagai berikut : Ø Bor mesin ringan (portable drilling rig) Ø Bor mesin inti (diamond drilling rig) Ø Bor mesin rotari (rotary drilling rigs) Ø Bor mesin alir-balik (counterflush drilling rig) Prinsip operasi mesin pemboran putar Pada prinsipnya pemboran mesin putar mempunyai prinsip yang sama, yaitu : 1. Lubang dalam formasi dibuat oleh gerakan putar dari pahat untuk mengeruk batuan dan menembus dengan suatu rangkaian batang bor yang berlobang (pipa). 2. Rangkaian pipa bor disambungkan pada mesin sumber penggerak dengan berbagai macam alat transmisi, seperti kelly dan rotary table, chuck ataupun langsung. 3. Sumber penggerak (mesin bensin, diesel dan sebagainya) atau dengan perantaraan kompresor/motor listrik. 4. Pelumas/pendingin (air, lumpur, udara). Cairan pelumas dipompakan lewat pipa, keluar lewat pahar bor kembali lewat lobang bor di luar pipa (casing) atau sebaliknya. 5. Pompa sebagai penggerak/penekan cairan pelumas. 6. Pipa/batang di atas tanah ditahan/diatur dengan menggantungkannya pada suatu menara/derrick dengan sistem katrol atau dipandu lewat suatu rak (rack) untuk keperluan menyambungnya atau mencabut serta melepaskannya dari rangkaian. 7. Untuk memperdalam lubang bor rangkaian pipa bor ditekan secara hidrolik atau mekanik maupun karena bebannya sendiri. 8. Conto batuan hasil kerukan mata bor didapatkan sebagai : a. Serbuk atau tahi bor (drill-cuttings) yang dibawa ke permukaan oleh lumpur bor atau air pembilas. Serbuk penggerusan batuan dibawa oleh air pembilas ke permukaan sambil mendinginkan mata bor. b. Inti bor (drill core) yang diambil melalui bumbung pengambil inti (core barrel). 9. Untuk

Page 2: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

pengambilan inti mata bor yang digunakan bersifat bolong di tengah sehingga batuan berbentuk cilinder masuk ke dalamnya dan ditangkap oleh core barrel. Mata bor ini biasanya menggunakan gigi dari intan atau baja tungsten. 10. Bumbung inti (core barrel) diangkat ke permukaan a. Dicabut dengan mengangkat seluruh rangkaian batang bor ke permukaan setiap kali seluruh bumbung terisi. b. Dicabut lewat tali kawat (wireline) melalui lubang pipa dengan kabel). 11. Pipa selubung penahan runtuhnya dinding lubang bor (casing) dipasang setiap kedalaman tertentu tercapai, untuk kemudian dilanjutkan dengan matabor yang berukuran kecil (telescoping). Pipa selubung dipasang untuk mengatasi adanya masalah seperti masuknya air formasi secara berlebihan (water influks), kehilangan sirkulasi lumpur pemboran karena adanya kekosongan, dalam formasi, atau lemahnya lapisan yang ditembus. Dalam mendesain program pemboran dan memilih jenis alat bor harus diperhatikan : 1. Kapasitas kedalaman (tergantung dari) : a. Besanya kekuatan mesin sumber pengerak yang dinyatakan dengan Tenaga Kuda (HP). b. Kekuatan alat penyangga atau menara serta derek untuk menarik beban rangkaian sampai kedalaman yang dituju. c. Besarnya garis tengah pipa bor sesuai dengan besarnya inti yang diminta. d. Kekuatan pompa untuk dapat menyalurkan lumpur sampai kedalaman yang dituju. 2. Mobilitas, dapat bergerak sendiri (skids, truck) atau kemungkinan untuk dipreteli atau/dan diangkat dengan tenaga manusia ataupun dengan helicopter. 3. Kemampuan pemboran miring. 4. Keperluan dan besarnya inti yang diminta. 5. Perolehan inti (core recovery) (tergantung dari jenis core barrel) Peralatan Mesin bor Mata Bor : a. Macam-macam, terdiri dari intan, baja, dan bentuk, termasuk kadang-kadang untuk tanpa pengambilan inti. b. Ukuran mata bor : AX, BX sampai NX, sesuai dengan corebarrel. Bumbung Inti (Corebarrel) : Berbagai jenis dan ukuran : a. Ukuran sesuai mata bor b. Jenis : 1. Double-tube core-barrel 2. Triple-tube core-barrel (recovery faktor lebih dari 90%) a. Dengan batang bor b. Dengan tali-kawat (Wire-line) Pipa bor dan Selubung : 1. Berbagai ukuran 2. Berbagai jenis logam Menara Bor : Tergantung tujuan kedalaman akhir pemboran serta kenampakannya maka mesin pemboran dilengkapi suatu menara untuk mengendalikan pipa bor yang berupa sistim rak, kaki tiga sederhana maupun derrek. Cara Penekanan : 1. Mekanis (dongkrak) 2. Hidraulis 3. Bobot rangkaian pipa Sumber Tenaga Penggerak : 1. Diesel 2. Bensin 3. Pneumatic (compressor) 4. Listrik Besar/kecilnya sumber penggerak menentukan kapasitas kedalaman. Sistem pembilas : Pembilasan dapat dilakukan dengan udara, air maupun lumpur. Pemboran dengan udara (air drilling) : untuk daerah-daerah yang sulit air, ataupun pemboran didalam terowongan dapat dipertimbangkan penggunaan udara sebagai pembilas/pendingin matabor, dalam hal mana disiapkan mesin compressor. Pemboran dengan air atau lumpur : untuk ini harus dipersiapkan mesin pompa dengan kapasitas tekan dan penyedotan lumpur pemboran yang sesuai dengan kedalaman yang dituju. Selain itu diperhatikan jarak dari sumber air yang memerlukan sistim pompa dan rangkaian pipa air untuk penyaluran, maupun penggunaan truk tangki air. Lumpur biasanya dipakai bentonit yang diperdagangkan secara komersial. Kekentalan dari lumpur dapat diatur dengan menentukan berat jenisnya. Penggolongan Mesin Bor Putar Mesin Bor Ringan (Portable Drilling Rig) Khas dari pemboran ini selain mudah diangkut secara manual adalah pada umumnya menggunakan topdrive dengan motor bakar kecil (2 tak) yang ikut turun naik dengan turun/naiknya batang bor yang dipandu oleh rel atau rack. Tekanan pada matabor dapat ditingkatkan dengan menyuruh orang mendudukinya (awak mesin bor 20-26). Alat bor ini dapat dipreteli dalam bahagian-bahagian kecil dan dapat diangkut oleh orang secara manual. Kapasitas alat bor ini hanya maksimum 50 meter, banyak digunakan untuk pemboran seismik (shot holes) dan sering merupakan rakitan sendiri dengan menggunakan mesin pompa. Laju tembus adalah 30-40 m/hari, relatif sangat murah. Pengambilan inti tidak dimungkinkan. Biaya $5.90/hari Termasuk alat bor kecil dengan topdrive ini adalah yang dipasang pada truck, dengan memasangi rak (rel) yang memandu batang bor, dimana morot penggeraknya dipasang pada ujung atas batang bor, dan mesin bergeser ikut dengan turunnya dengan batang bor. Dengan topdrive ini pemboran miring dimungkinkan secara terbatas dengan memiringkan raknya. Berbagai jenis/merk pemboran : Bor Mesin Portable a. Packsack (kapasitas 10 meter), dapat diangkut seorang diri b. Koken c. Rakitan lokal Mesin Pemboran Inti (Diamond Drilling Rigs) Alat pemboran ini adalah alat standart dan yang paling populer untuk eksplorasi cebakan mineral. Nama Diamond Drilling Rig digunakan karena alat ada yang paling banyak dipakai untuk pengintian (coring) yang menggunakan matabor dari intan. Mesin ini berukuran relatif kecil dan dipasang pakai roda atau batang luncur (skids), ditarik dengan bulldozer, kendaraan 4-wheel drive atau ditarik dengan winch pada tempat yang sulit dijangkau, atau digantung dengan slung di bawah helicopter, atau juga dapat dipreteli menjadi bahagian-bahagian/komponen kecil dan dapat dipikul secara manual. Gerakan putar dari mesin ditransmisikan pada pipa bor dengan chuck, dan oleh karenanya dapat membor ke semua arah, termasuk ke atas (dari terowongan). Untuk pengoperasiannya sering dipasang kaki tiga dari pipa besi untuk mengendalikan pemasangan/pencabutan batang bor dengan menggantungkannya pada sistem katrol dengan swivel yang disambungkan pada pipa selang untuk menyalurkan cairan pembilas dari pompa lumpur. Kelemahan dari alat bor ini adalah berkecepatan rendah, terutama

Page 3: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

sewaktu operasi pengambilan inti (coring operations). Jenis matabor yang digunakan : blade type, roller type dan matabor intan dan tungsten-carbida. Matabor jenis bilah (Blade type) membor lebih cepat. Palu pemukul berputar di dalam lubang (Rotary percussion downhole hammers) juga tersedia untuk formasi-formasi yang keras. Dapat dipasangi bumbung inti jenis tripple stationary inner split tube yang ditarik talikawat. Beberapa merk alat bor Diamond Drilling Rig : Altas-Capco, dengan triple yang simple Longvear dan Tone, berbagai ukuran : 1. Junior 2. Ly 24,34,38,44-(kapasitas 100 – 900 m) Tone : U.U.5 (75 m), T.AS 70 dan lain-lain. Mesin Bor Rotari (Rotary Drilling Rigs) Jenis alat bor ini dinamakan demikian karena gerak putar dari sumber penggerak/mesin ditransmisikan pada batang bor dengan meja putar (rotary table), sehingga hanya dapat membor ke vertikal ke bawah. Alat pemboran yang digolongkan jenis ini pada umumnya lebih besar dan berkekuatan lebih besar, harus dipasang pada truk dan tidak cocok untuk lokasi-lokasi yang sulit dicapai. Alat pemboran jenis ini juga termasuk pemboran untuk minyak dan gasbumi. Pada umumnya digunakan untuk operasi tanpa pengambilan inti (noncoring operation). Kecepatan pemboran tinggi, terutama jika tidak dilakukan pengambilan inti, namun jika diperlukan bumbung inti (core barrel) dapat dipasang. Berbagai jenis Alat Bor Rotari Mayhew 1000 Rig; Alat ini dipasang pada truk (6 X 6 Cusromline Carrier Truck), memakai lumpur berbasis air atau udara dengan menggunakan kompressor berkapasitas rendah. Kecepatan tembusnya sangat tinggi (175 m/hari tanpa pengintian, 35 m/hari dengan pengintian). Biaya $ 22.15/hari tanpa pengintian. $ 103/hari dengan pengintian. Dando 250 : Dipasang di atas traktor, yang tidak terlalu stabil sehingga memerlukan dukungan bulldozer. Alat ini memiliki kompressor berkapasitas tinggi dan dapat dengan mudah mencapai kedalam akhir (TD) 120 m. Namun mempunyai laju tembus (penetration rate) lebih rendah (130 m/hari tanpa pengintian, 30 m/hari dengan pengintian), tetapi lebih murah atas dasar hitungan permeternya. Biaya $ 15.60/hari tanpa pengintian. $ 47.50/hari dengan pengintian. Pemboran Aliran Bilas Balik (Counterflush Drill) Air pembilas masuk dari casing, keluar melalui pipa bor, membawa conto, yang tidak tercampur dengan rontokan dari dinding lubang bor, namun untuk mendapatkan ke dalam conto ini harus memperhitungkan kecepatan tidak seteliti bor inti. Pengambilan Conto Dan Perekaman Data Dari Lubang Bor (Drill-Hole Logging) Tujuan utama dari pemboran eksplorasi adalah mengambil dan merekam data geologi yang ditembus lubang bor. Data ini berupa rekaman catatan hasil pengamatan pada conto batuan, khususnya litologi serta gejala geologi lainnya. Jenis conto yang didapatkan adalah : Serbuk bor (Cuttings) Conto ini adalah hasil kerukan dari matabor yang kemudian dibawa oleh air pembilas ke permukaan. Setap kemajuan selang kedalaman tertentu suatu conto yang diambil mewakili selang kedalaman tertentu dan dicatat. Conto ini dibersihkan dan dideskripsikan. Hasil deskripsi conto ini tidak akurat mengingat : 1. Conto tersebut harus menempuh jarak dari kedalaman sampai ke permukaan, sedang dalam waktu yang sama matabor sudah maju lebih dalam lagi. Kedalaman yang diwakili conto itu harus dikoreksi atau disetel terhadap data lain, seperti laju kecepatan pemboran atau log talikawat. 2. Conto tersebut sering tercampur dengan serbuk dari selang kedalaman yang ada di atasnya, sehingga kadangkala diketemukan lebih dari 2 jenis litologi yang berasal kedalaman yang berbeda. Untuk ini persen berbagai jenis litologi ini harus dicatat untuk mengetahui litologi mana merupakan guguran dan mana yang dari kedalaman asli. Untuk ini dapat pula dilakukan pembandingan dengan hasil tafsiran litologi dari log talikawat maupun data lain seperti laju kecepatan pemboran. 3. Conto ini merupakan serbuk, keratan atau hancuran dari batuan, sehingga hanya deskripsi tekstur dan susunan mineral yang dapat diamati, sedangkan gejala-gejala geologi seperti struktur, kekompakan dan lain-lain tidak teramati. Pengamatan litologi dari serbuk pemboran adalah bersifat baku dalam eksplorasi minyak dan gasbumi, dan juga dilakukan pada pemboran eksplorasi batubara terutama pada selang kedalaman yang tidak dilakukan pengintian. Adakalanya dalam eksplorasi batubara tidak dilakukan pengintian yang disebut openhole, sehingga data geologi didapatkan dari penafsiran log talikawat/geofisika dan dibantu dari pengamatan conto ini. Namun pada pemboran eksplorasi cebakan mineral tidak lazim dilakukan karena lebih mengandalkan pada pengamatan conto inti dilakukan secara penuh dari permukaan sampai kedalaman akhir. Inti bor (drill core) Pada eksplorasi cebakan mineral termasuk batubara data geologi biasanya didasarkan atas pengamatan dan pendeskripsian conto inti bor. Pengintian Penuh (Full Coring). Pengambilan inti dilakukan secara penuh dari permukaan sampai kedalaman akhir pemboran. Ini yang biasa dilakukan dalam eksplorasi untuk cebakan mineral. Pengintian Setempat (Spot Coring). Pemboran dilakukan sebagai lubang terbuka (open hole) yang kemudian diikuti dengan pengintian hanya dilakukan pada selang kedalaman tertentu yang diinginkan, misalnya beberapa meter di atas zone cebakan dan beberapa meter dibawahnya. Untuk ini sering diperlukan lapisan petunjuk stratigrafi berdasarkan log geofisika dari sumur terdekat yang sengaja dibor sebagai pilot drill hole, untuk operasi ini sering dilakukan pilot and part-coring. Pengintian Sentuh (Touch Coring). Pengintian dimulai segera setelah matabor mencapai beberapa meter di atas target pengintian (bentuk pengintian setempat yang kurang dapat dipercayai). Pengintian Inti Terorientasi (Oriented Core Sample). Dengan menggunakan alat tertentu, dimungkinkan dimana

Page 4: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

orientasi kedudukan asli dari conto didalam tanah dapat ditentukan. Hal ini sering dilakukan untuk mempelajari kedudukan struktur geologi dari lapisan maupun dari rekahan atau jalur-jalur mineralisasi. Perolehan Inti (Core Recovery). Dalam operasi pengambilan inti pemboran tidak selalu seluruh selang kedalaman dapat diwakili oleh panjang inti yang diperoleh. Hal ini disebabkan kemungkinan gugurnya bahagian bawah dari inti sewaktu diangkat dalam bumbung inti (core barrel). Besarnya perolehan inti (core recovery) dinyatakan dalam persen (% core recovery), dengan mengukur panjang conto inti yang diperoleh dan membandingkannya dengan panjang bumbung. Perolehan inti yang buruk dapat disebabkan karena adanya jalur-jalur retak atau keadaan batuan yang rapuh dan dapat dipakai sebagai indikator untuk keadaan struktur dari batuan, dan menggunakan bumbung inti yang diperbaiki seperti triple tube core-barrel. Keunggulan dari conto inti pemboran adalah : 1. Pengamatan litologi lebih lengkap dan terperinci sehingga perselingan berbagai jenis litologi, dapat dideskripsi secara rinci, centimeter demi centimeter. 2. Pengamatan rinci dapat dilakukan terhadap struktur maupun tekstur batuan dalam 3-Dimensi, terutama jika menggunakan conto yang terorientasikan, misalnya adanya rekahan, urat-urat kecil, penjaluran mineral (mineral zoning), dsb. 3. Penentuan kedalaman serta selang-selang kedalaman dari berbagai batas perubahan litologi lebih baik daripada serbuk pemboran. Namun masih tetap kurang akurat jika dibandingkan dengan hasil penlogan talikawat, disebabkan kemungkinan perolehan inti yang buruk selain juga terjadinya dekompaksi seperti halnya dalam batubara. 4. Keuntungan conto inti bor ini adalah selain mendapatkan kedalam conto yang lebih teliti, juga dimungkinkan untuk dilakukan uji kualitas yang berkisar luas (wide range of quality test), untuk menentukan sifat-sifat keteknikan batuan, misalnya kekuatan lantai dan atap dari cebakan (batubara) dan batuan penutup (overburden rocks). Keburukan dari pengambilan conto inti adalah : 1. Operasi pengambilan inti bor sangat memperlambat operasi pemboran, terutama jika tidak menggunakan wireli corebarrel. 2. Harus menggunakan matabor dari intan atau baja tungsten yang lebih mahal daripada matabor jenis lainnya. Secara keseluruhan pemboran inti jauh lebih mahal dan lebih lambat dari operasi pemboran lainnya, sehingga harus benar-benar diperhitungkan dalam menentukan taktik eksplorasi. Keunggulan jenis data yang diperoleh harus diperhitungkan terhadap biaya yang harus dikeluarkan. Pemprosesan Dan Penyimpanan Inti Bor Inti bor dicuci dan dikeringkan, kemudian dipatahkan meter demi meter. Setelah dipatahkan setiap meter maka batang-batang inti disimpan dalam peti kayu/aluminium yang dirancang khusus, dan disusun sedemikian rupa sehingga atas bawahnya jelas, serta kedalamannya diperlihatkan dengan tanda-tanda yang ditulikan dengan spidol pada penyekat antar inti. Waktu dilakukan pengamatan harus hati-hati untuk menempatkan setiap conto dalam urutan, arah dan susunan yang sama. Batang inti yang akan dianalisa di laboratorium, seperti selang yang termineralisasi inti batuan ini dibelah (split) menjadi 2 (1 dipakai untuk essay, 1 untuk dokumentasi). Conto inti untuk analisa laboratorium harus diambil dari inti yang telah dibelah ini. Penanganan conto inti ini harus dijaga supaya tidak terkontaminasi, terutama yang diperuntukan assay mineralisasi logam. Dalam hal batubara conto inti untuk dianalisa di laboratorium harus segera dibungkus dengan kertas parafin yang kedap udara, untuk menjada kelembaban aslinya (moiture content). Untuk setiap conto yang akan dianalisa di laboratorium perlu dicatat kode nama/nomor lubang bor dan kedalamannya. Pencatatan/Perekaman Data Bor : Penlogan Lubang Bor Ada dua cara mencatat atau merekam data geologi yang dihasilkan pemboran : Penlogan Visual (Visual Logging) Penlogan visual dilakukan terhadap pengamatan dan deskripsi litologi dari conto serbuk pemboran dan dari conto inti bor. Jika dilakukan pengeboran inti penuh (full core drilling) penlogan dilakukan hanya dari pengamatan conto inti, sedangkan jika dilakukan spot-coring maka hanya bagian yang tidak diinti pengamatan dari serbuk bor yang dicatat. Pencatatan dilakukan dalam kolom-kolom kertas panjang yang disebut Log Pemboran (drilling-log) dan jika khusus berdasarkan inti saja disebut Log Inti (Core-log). Data geologi pada Log Inti tidak terbatas pada deskripsi litologi saja, tetapi menyangkut struktur, mineralisasi dan sebagainya. Selain data geologi juga dicatat data teknis lainnya, seperti data laju kecepatan pemboran, data perolehan inti (core-recovery), keadaan air pembilas, pergantian matabor, selang pengambilan inti-bor, titik-titik penempatan pipa selubung (casing) serta tanggalnya. Setiap jenis catatan pengamatan diberi kolom tersendiri, dan sedapat mungkin dalam bentuk simbol grafis. Khususnya jenis litologi diberi kolom yang di isi simbol grafis, laju pemboran dengan kurva, perolehan inti dalam bentuk kolom sempit yang memperlihatkan % inti terhadap kedalaman. Struktur geologi digambarkan pada kolom litologi maupun dicatat dalam kolom tersendiri, demikian juga selang-selang mineralisasi, jenis mineralisasi serta estimasi persen juga dicatat. Sebetulnya tidak ada standard bentuk log yang baku, tergantung dari jenis cebakan yang dijadikan obyek pemboran, maupun juga tergantung perusahaannya masing-masing. Sering kolom khusus disediakan untuk mencatatkan hasil analisa geokimia atau ‘assays’. Dewasa ini dengan komputerisasi, data yang direkam diusahakan dalam format digital maupun alfanumerik yang mudah diinputkan dalam suatu database yang disimpan sebagai file dalam disket atau tape, dan setiap waktu dapat dengan mudah dibuatkan log grafis dengan mencetaknya pada rol kertas (paper log

Page 5: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

print-out), maupun diproses menjadi peta atau penampang geologi. Log Visual ini sering dikombinasi dengan log Talikawat menjadi log Komposit. Penlogan Talikawat (Wire-Line Logging) Penlogan talikawat dewasa ini sudah sangat lumrah dilakukan untuk pemboran inti, terutama untuk batubara. Jenis-jenis log yang dapat dilakukan bisa dibagi dalam : Ø Penlogan Geofisika (Geophysical Logging) Ø Penlogan Citra (Imaging, hasil dari pemotretan kamera yang diturunkan ke dalam lubang pada tali serat optik dan dapat merekam citra visual sekeliling lubang bor) Ø Log orientasi lubang sumur (yang menunjukkan arah dari lubang sumur dalam derajat kemiringan dan azimuth) Sejak pertengahan tahun tujuh-puluhan penlogan geofisika untuk lubang pemboran kecil telah dikembangkan. Terutama untuk eksplorasi batubara. 1. Penlogan geofisika lebih teliti dalam penentuan kedalaman dari target pemboran terutama dalam hal lapisan batubara daripada penlogan visual dari inti pemboran karena kemungkinan dekompaksi dan pendapatan inti yang buruk. 2. Penafsiran litologi lebih baik dari pengamatan serbuk bor atau pendapatan inti yang buruk. 3. Korelasi antar lubang bor bersifat jauh lebih oojektif daripada log visual. 4. Untuk eksplorasi batubara log geofisika dapat digunakan untuk mengestimasi parameter kualitas batubara. Jenis-jenis log yang dipakai terutama untuk batubara adalah : 1. Log Radioaktif (gamma, neutron, densitas) 2. Log Listrik (Resistivitas/SP) 3. Log Kaliper Density Log LSD ; baik untuk korelasi HRD ; informasi optimum untuk ketebalan batubara BRD ; kompromi antara LSD dan HRD Natural Gamma Log Menunjukkan kadar lempung Neutron Log Merespon terhadap hidrogen, karbon dan kelembaban total moisture, derajat porositas (yang membedakan batupasir dari serpih) Caliper Log Jenis log ini memungkinkan untuk memisahkan batuan kompeten dari yang tidak kompeten. Log ini juga digunakan untuk menentukan kelayakan suatu lapisan batubara pada lokasi tertentu untuk dapat dilakukan pengintian, berdasarkan atas derajat keretakannya yang diperlihatkan oleh garis tengah dari lubang bor yang menembus lapisan tersebut. Dalam eksplorasi batubara log densitas banyak dipergunakan. Ini disebabkan karena : Ø Density log dapat menentukan secara teliti selang kedalaman dan ketebalan lapisan batubara yang ditembusnya. Ø Density log menghasilkan penentuan kerapatan batuan (density determination) dan dengan demikian menunjukkan kualitas dari lapisan. Kemudian density dikorelasikan dengan lubang bor yang telah diambil intinya dan perkiraan kadar abu dapat diekstrapolasikan dengan lubang bor terbuka yang dilog. Kombinasi dari gamma alami, log densitas dan log neutron memberikan jalan untuk korelasi lapisan batubara serta lapisan sedimen yang menyelubunginya. PEMBORAN MESIN TUMBUK (PERCUSSION DRILLING) Jenis mesin pemboran ini sudah jarang dipakai lagi dalam eksplorasi. Batuan dipecah dengan pahat yang ditumbuk, dan conto diambil dengan bailer atau drive sampler. Conto yang didapat tidak murni. Pemboran dengan jenis ini umumnya digunakan dalam eksplorasi dasar pada soil, gravel, endapan pasir. Dimana sebagian besar batuan yang dihasilkan telah mengalami gangguan, karena proses pemborannya dilakukan dengan menumbuk tanpa menimbulkan moment putar. Hasil dari pemboran tersebut kemudian dibawa ke laboratorium. Ada berbagai jenis mesin bor perkusi ini, antara lain yang disebut : Ø Cable Tool Drilling Rig Ø Hammer Drill atau Wagon Drill Ø Downhole Hammer Drilling Rig Ø Hammer Drilling Rig with Drive Sampler Alat Bor Tumbuk Talikawat (Cable Tool Rig) Alat cable tool rig, yang juga disebut churn drilling rig adalah alat bor yang paling tua yang digunakan untuk pemboran minyak maupun eksplorasi mineral, dan kini masih dipakai. Alat ini bentuknya sederhana yang terdiri suatu menara, berbentuk segitiga atau bentuk lain yang pada puncaknya dilengkapi dengan sistim katrol. Pada katrol ini dibentangkan talikawat baja yang disambungkan dengan suatu mesin motor penggerak lewat suatu roda gila sehingga memberikan gerakan turun naik pada ujung talikawat di bawah menara bor ini. Pada ujung talikawat ini digantungkan suatu mata bor berupa pahat yang dilengkapi batang logam sebagai pemberat diatasnya. Penetrasi pada formasi dilakukan dengan menarik talikawat ke atas oleh mesin penggerak, dan kemudian melepasnya sehingga pahat menumbuk formasi di bawahnya. Setelah gerakan ini dilakukan beberapa kali, maka pahat diganti dengan suatu alat pengambil conto yang disebut bailer suatu tabung atau bumbung baja yang dibawahnya diberi sistim katup. Dengan menjatuhkannya bailer ini ke dalam lubang maka hancuran batuan ataupun sedimen lepas masuk ke dalam tabung dan terperangkap oleh katup dan dapat diangkat untuk memperolehnya. Air sering dimasukkan ke dalam lubang bor untuk membersihkan lubang, tetapi tidak dalam tekanan yang terlalu tinggi (maksimum 100 l/menit). Alat Bor Tumbuk Biasa Ada beberapa macam alat bor tumbuk ini yang terutama digunakan untuk batuan keras dalam operasi pertambangan. Alat ini biasanya dipasang di atas suatu truk atau traktor, dan sangat mudah dioperasikan dalam segala arah sudut. Hammer Drill (Bor Palu) Mesin bor yang juga disebut Wagon Drill (Chaucier dan Morer, 1987) itu terdiri dari palu yang bergerak vertikal dan dipasang sepanjang suatu peluncur (slide) yang dipasang pada suatu kendaraan seperti truk atau traktor. Palu ini memukul-mukul suatu rangkaian batang bor yang pada ujungnya dipasangi suatu matabor. Jenis Wagon Drills yang ringan (Atlas BVB) dapat mencapai kedalaman rata-rata 30 meter dan maksimum 50-60 meter. Jenis Wagon Drills yang besar (Altas Roc 601) rata-rata 70 sampai 100 meter. Conto yang didapatkan adalah serpihan batuan yang ditiup

Page 6: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

oleh udara yang dikompresikan melalui pipa bor, dan ditangkan diluar oleh alat khusus yang disebut cyclone sample chamber. Kelemahan dari Wagon Drill adalah perolehan conto yang kecil (5kg/m), karena diameter lubang yang didapatkan adalah 40-50 mm. Down-Hole Hammer Drill (Alat Bor Palu Dalam Lubang) Pada alat bor ini palu didapatkan langsung dipasang di atas drive sampler, berbentuk suatu silinder yang bergerak turun naik secara lancar (smooth) dan digerakan oleh udara tertekan dari compressor melalui pipa bor. Mata bor disini dapat pula melakukan gerak rotasi atau putar. Kedalaman rata-rata yang dapat dicapai alat ini adalah 80=100 meter, tetapi dapat pula dirancang untuk mencapai kedalaman 300-1000 meter, dengan menggunakan pipa selubung (casing). Diameter lubang yang dibuat adalah 65-170 mm, sehingga dapat perolehan conto (sample recovery) yang lebih besar daripada Wagon Drill. Namun biayanya 3 sampai 4 kali biaya pemboran permeter daripada Wagon Drill. Hammer Drill jenis ini diklasifikasikan sebagai bor palu ringan (Light Hammer Drill, Ingersoll type). Bor Tumbuk dengan Drive Sampler Perkembangan dari bor tumbuk atau percussiun drilling adalah pemasangan apa yang disebut drive sampler sebagai pengganti matabor. Alat bor ini hanya cocok dipergunakan untuk lapisan tanah atau sedimen lepas. Alat ini berupa sepotong pipa dengan ujungnya terbuka dan tajam. Tabung baja ini mempunyai bentuk dengan panjang yang berlainan, kurang lebih 91,44 cm dan diameternya (bagian luar) 7,62 cm. Alat ini dilengkapi dengan cincin (ring) yang gunanya untuk penyesuaian bila diameternya akan mencapai 12,7 cm. Sedangkan pada sampler bagian atas terdapat lubang untuk lewat air/lumpur pemboran, yang dilengkapi dengan katub pengatur, katub ini gunanya untuk : Ø Masuknya lumpur pemboran pada saat diangkat Ø Mencegah cebakan udara dan air dalam tabung yang akan menjadi pengganggu naiknya conto atau rusaknya conto batuan. Katup bola pengatur tidak selalu effektif penuh, karena kadang-kadang hal itu akan menyumbat katub dan menahan untuk tetap terbuka. Drive sampler ini yang bertindak sebagai alat bor, mempunyai dinding dengan ketebalan 5 inci, alat ini diselubungi dengan pipa pelindung (casing). Ada beberapa macam peralatan drive sampler, alat ini telah dikembangkan untuk berbagai macam soil, yaitu dengan menggunakan dinding sampler yang tipis. Membuat dinding yang setipis mungkin ini dimaksudkan untuk pengendalian sisipan conto batuan. Banyak juga drive sampler telah dikembangkan untuk berbagai mekanisme guna mendapatkan conto batuan sebaik mungkin. Pengamanan : Walaupun bor tumbuk ini biasanya dipasang pada suatu truk atau traktor, namun ada kalanya mesin langsung dipasang diatas tanah. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pekerjaan pemboran yaitu : Landasan mesin bor, landasan ini harus dipersiapkan dengan letak yang betul. Landasan ini perlu stabil mesinnya bisa selalu dalam keadaan mantap dan dapat menahan mesin bor serta peralatannya. Juga memudahkan operator bekerja dengan leluasa. Ukuran landasanya itu minimum 3,5 X 3,5 meter. Demikian pula pada pemboran dasar sungai, untuk memudahkan dan keamanan, maka sesuai jaminan perlu dibuat “andang-andang” (scaffolding), dalam suatu rencana pekerjaan pemboran dasar sungai dan ini berarti penambahan biaya maupun waktu. Keunggulan Bor Tumbuk Bor tumbuk mempunyai keunggulan karena dapat menembus bongkah dalan cebakan pasir/kerikil dengan cepat dengan memecahkannya, conto yang didapatkan dalam drive sampler atau bailer cukup akurat dan relatif murah dan peralatannya cukup sederhana. Pekerjaan ikutan sehubngan dengan pemboran tumbuk memberikan keunggulan sebagai berikut : Ø Dapat mengukur Bulk Density dari tanah, lempung (clay), pasir (sand), kerikil (gravel) dan lain-lain, dalam keadaan asli di lapangan. Ø Dapat mengukur koefisien perbandingan antara tanah terpadat dengan yang tak terpadat langsung di lapangan. Pengamatan dan Perekaman Data Geologi Diskripsi litologi hasil pemboran Setiap conto yang diambil dari bailer harus langsung diamati seketika itu juga mutlak dikerjakan oleh geologist di lapangan maupun kemudian diverifikasi di laboratorium. Mengingat conto hasil pemboran tumbuk pengamatan khusus meliputi : a. Mengenai berbagai jenis batuan yang mudah pecah dan yang mudah menyambung kembali. v Litologi (warna, tekstur dsb), sifat kelunakan, kepadatan dan perlapisan. v Banyaknya air yang terkandung dalam batuan tersebut. v Keterangan mengenai batuan dari seluruh yang pecah seperti, sifat kebulatan, prosentase jenis batuan dari keseluruhan volume jenis batuan itu, juga keterangan dari sudut petrografi. v Keterangan-keterangan mengenai keistimewaan setiap lapisan batuan seperti kadar humus dalam suatu lapisan batuan, perubahan warnanya dan lain-lain. v Pengambilan macam-macam batuan tersebut seperti tempat pengambilan batuan, susunan struktur batuan yang rusak dan struktur batuan yang tidak rusak. b. Mengenai berbagai jenis batuan yang keras sampai agak keras dalam suatu lapisan batuan. v Litologi (warna, tekstur dsb), dari fragmen batuan dan semen batuan. Keterangan mengenai zat-zat kecil yang terkandung dalam batuan seperti susunan mineralogi, bentuk dan ukuran maupun letaknya, perubahan-perubahan yang mungkin ada. v Tingkat kekerasan batuan dan prosentase pengambilan dari lubang bor. v Tingkat kerusakan dan lain-lain. Perekaman/Catatan Data Pemboran Setelah diadakan pengamatan batuan seperti ini kemudian dilakukan pencatatan, catatan ini harus akurat, nyata, jelas, sistematis dalam format yang telah ditentukan serta bisa dijadikan dokumen yang dijamin kelamaannya. Pencatatan dilakukan pada format yang sudah tersedia yang disebut log, yang

Page 7: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

dan pencatatan dilakukan pada kolom-kolom dan kedalaman yang bersangkutan. Pemerian batuan hasil pemboran ini akan menghasilkan catatan ringkas yang sebagian akan dimasukkan dalam Boring record, kadangkala disebut Drilling Record atau Drilling Log. Penyimpanan Conto (Sample Storage) Demikian pula tentang penyimpanan conto (sample) hasil pemboran, diberi kolom-kolom sesuai dengan pengambilan sample sehingga kelak bila diadakan pemerian ulang tidak akan terjadi kericuhan. Pada proses pengeboran peranan lumpur bor (drilling mud) sangat penting, karena lumpur pengeboran ini memiliki beberapa fungsi, yaitu : a. Mengangkat serbuk bor ke permukaan, hal ini sangat penting sebab juka serbuk pengeboran tidak terangkat ke permukaan maka dapat menyebabkan buntunya saluran pengeboran dan akhirnya dapat menyebabkan terjepitnya pipa bor. b. Mendinginkan dan melumasi pahat/biit dan rangkaian pipa bor; proses pendinginan dan pelumasan pada sebuah kegiatan pengeboran tidak boleh diabaikan sebab jika proses ini diabaikan dapat mengakibatkan lelehnya biit atau rangkaian pipa akibat gesekan dengan bidang bor, terlebih lagi jika kita menggunakan kecepatan rotasi tinggi dan dibarengi dengan pelumasan yang tidak baik maka hal ini akan lebih mempercepat lelehan bit. c. Mengontrol tekanan formasi; dengan lumpur bor yang baik maka tekanan formasi dapat terkontrol dengan baik, oleh karena itu perbandingan antara lumpur dengan air harus seimbang, lumpur tidak boleh terlalu kental atau terlalu encer. d. Mencegah runtuhnya dinding lubang bor; dengan adanya lumpur bor yang baik dapat membantu penyanggan dinding sehingga keruntuhan dinding dapat kita hindari. e. Melapisi dinding lubang bor dengan kerak lumpur; dengan teknologi yang ada kita dapat membuat lumpur bor yang dapat mengering pada dinding lubang bor sehingga dapat mengurangi longsor pada dinding bor. f. Menahan serbuk bor dan material-material pemberat dalam bentuk suspensi bila sirkulasi atau pemboran dihentikan sementara; pada proses pengeboran jika terjadi sesuatu hal yang mengakibatkan sirkulasi lumpur terpaksa harus dihentikan. Kita tidak perlu khawatir terhadap serbuk bor yang mengendap sebab lumpur yang baik akan dapat menahan serbuk pengeboran dalam bentuk suspensi, tetapi jika lumpur bor yang kita gunakan kurang baik kemungkinan material pemberat dan serbuk bor mengendap cukup besar dan kemungkinan terjepitnya rangkaianpun menjadi besar pula. g. Mengurangi beban rangkaian pipa bor dan selubung yang ditanggung oleh menara/rig; pengeboran yang dilakukan tanpa lumpur. Bor yang baik, misalnya lumpur bor yang digunakan terlalu encer hal ini akan menyebabkan proses pelumasan kurang berjalan baik adan juga fungsi lumpur bor sebagai pembantu penyanggaan beban yang ditanggung oleh rig juga akan berkurang, oleh karena itu pemilihan lumpur bor harus benar-benar diperhatikan. h. Untuk media loging I; maksudnya adalah penyampelan dengan bentuk sampel seperti log (silinder). Berdasarkan bahan dasarnya lumpur bor dapat dibedakan menjadi tida macam, yaitu : 1. Lumpur dasar air tawar (fresh water base mud) 2. Lumpur dasar air asin (salt water base mud) 3. Lumpur dasar air minyak (oil water base mud) Selama proses pengeboran berlangsung tentunya tidak terlepas dari masalah, masalah yang mungkin timbul selama pengeboran diantaranya : a. Semburan liar, semburan liar biasanya terjadi pada pengeboran minyak bumi. Hal ini terjadi saat bor kita menembus batauan pengurung gas sehingga gas menekan lumpur bor ke atas dan gas akhirnya keluar permukaan. Jika pada saat pengeboran terjadi sembur liar sebaiknya kita segera meninggalkan lokasi pengeboran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. b. Runtuh dinding, runtuhnya dinding dapat disebabkan oleh kondisi batuan yang kurang stabil atau dapat pula disebabkan oleh penggunaan lumpur yang kurang tepat. c. Hilang lumpur (mud loss) : - Lumpur di dalam lubang sumur hilang atau masuk ke dalam lapisan sebagian atau seluruhnya. - Dapat terjadi karena berat jenis lumpur bor terlalu besar, sehingga tekanan lumpur lebih besar dari tekanan lapisan. - Hilangnya lumpur dapat diikuti oleh blow out. d. Sloughing shale, dinding sumur disekitar lapisan shale (serpih) mengembang sehingga menyempitkan atau menyumbat lubang bor, pengembangan lapisan shale terjadi karena shale bereaksi dengan air yang berasal dari lumpur pengeboran, kejadian ini dapat mengakibatkan terjepitnya rangkaian pipa bor. e. Bit leleh, lelehnya bit atau mata bor yang dapat terjadi akibat kurang lancarnya proses pelumasan atau putarannya terlalu tinggi. f. Rod putus, putusnya rod dapat diakibatkan dari sloughing shale yang mengakibatkan rod terjepit sedangkan putaran tidak dihentikan. g. Rangkaian pipa yang terjepit, hal ini dapat terjadi jika viskositas diperbesar, tekanan fluida besar atau dapat pula disebabkan oleh sloughing shale.

Kirimkan Ini lewat Email  BlogThis!  Berbagi ke Twitter  Berbagi ke Facebook  

Read more: http://ahmad-tarmizi.blogspot.com/2012/04/bagaimanakah-pengeboran.html#ixzz2PwJpJmZD

Page 8: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

Pemboran Dalam Batubara Dan Pengukuran Kandungan Gas Di Daerah Kabupaten Muaraenim Provinsi Kalimantan Barat

Share

Delicious

Digg

Stumble Upon

Facebook

twitter

Dahlan Ibrahim,Sigit Arso W

SARI

 

Daerah Airlaya, Tanjung Enim terletak di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten

Muaraenim, Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis dibatasi oleh koordinat

103°41’07” - 103°50’18” BT dan 03°40’51” - 03°50’37” LS. Daerah ini termasuk 

Cekungan Sumatera Selatan dengan  stratigrafi tersusun oleh batuan Tersier berumur

Miosen Tengah hingga Pliosen yaitu Formasi Air Benakat, Formasi Muaraenim, 

Formasi Kasai, Satuan Gunungapi Muda  dan Batuan terobosan Andesit. Formasi

Muaraenim dengan Anggota M1, M2, M3 dan M4 telah dikenal luas sebagai formasi

pembawa batubara yang sangat  potensial di Cekungan Sumatera Selatan.

Kegiatan penyelidikan terdiri atas pemboran dalam, pemetaan geologi batubara dan

pengukuran kandungan gas methane dalam lapisan batubara pada Formasi

Muaraenim.. Penyelidikan bertujuan untuk mengetahui potensi batubara pada

kedalaman > 100 m, potensi gas methane dalam lapisan batubara (CBM) dan prospek

pengembangannya di masa depan. 

Hasil penyelidikan menunjukkan potensi endapan batubara Formasi Muaraenim cukup

besar baik dari segi distribusi lapisan, penyebaran, ketebalan maupun kualitas

batubara. Hasil Pemboran dalam di lokasi ALD-01 Airlaya, Tanjung Enim  dengan

kedalaman mencapai 321 m telah  tmenembus tujuh lapisan batubara  yaitu Seam

Enim, Seam G-1, Seam G-2, Seam G-3, Seam G-4, Seam G-5 dan Seam G-6 dengan

ketebalan masing-masing  30,05 m ; 1,60 m ; 5,00 m ; 4,00 m ; 0,60 m ; 1,30 m ; 0,20

m.

Penghitungan sumber daya batubara dalam (100m – 500 m) dengan batas ketebalan

lapisan  ?  1 m menghasilkan  jumlah sumber daya batubara hipotetik sebesar

1.125.404.854 ton yang terdiri atas 89.242.62 pada zona kedalaman 100-250 meter

Page 9: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

dan 92.415.542 ton pada zona 250-500 meter. Kualitas batubara cukup baik

dicerminkan  dengan kandungan abu rata-rata  < 4 %, kadar sulfur total umumnya < 1

% dan nilai kalori rata-rata > 6400 kal/gr sehingga secara umum dapat digolongkan

sebagai high rank coal  (batubara peringkat tinggi).

Hasil pengukuran kandungan gas menunjukkan kandungan gas methane per lapisan

bervariasi antara 0,03 – 24,84 ft3/ton dengan kandungan terbesar terdapat pada seam

G-5 (Kedalaman 271,00 – 271,30 meter). Penghitungan sumber daya gas di daerah ini

menghasilkan sumber daya gas methane hipotetik sebesar 758.792.398 ft3.

 

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari Pusat Sumber Daya Geologi (PMG),

Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yaitu antara lain

melakukan penelitian, penyelidikan, inventarisasi dan eksplorasi endapan bahan galian

termasuk batubara dari seluruh wilayah Indonesia, maka pada tahun anggaran 2009

Pusat Sumber Daya Geologi melalui Kelompok Program Penelitian Energi Fosil  

melakukan kegiatan pemboran dalam dan evaluasi kandungan gas dalam batubara di

Daerah Kabupaten Muaraenim dan Sekitarnya, Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan

ini dibiayai dari Proyek Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) tahun 2009. 

Kegiatan pemboran dalam merupakan upaya untuk menginventarisasi potensi

batubara pada kedalaman > 100 m, karena selama ini penyelidikan dan pemboran

batubara yang telah dilakukan umumnya terbatas pada potensi batubara pada

kedalaman sampai 100 m. Disamping itu kegiatan pemboran dalam ini diharapkan juga

dapat memberikan informasi awal mengenai potensi kandungan gas methan dalam

lapisan batubara (Coalbed Methane, CBM) di daerah tersebut.  

Coalbed Methane di masa mendatang diharapkan menjadi salah satu satu energi

alternatif yang cukup menjanjikan. Pemilihan daerah di Kabupaten Muaraenim dilatar

belakangi penilaian bahwa daerah tersebut memiliki potensi endapan batubara yang

cukup besar. 

Maksud dan Tujuan

Maksud kegiatan adalah untuk mengetahui potensi endapan batubara pada kedalaman

di bawah 100 meter yang  meliputi jumlah dan ketebalan lapisan,  penyebaran,

percontohan,  urutan stratigrafi dan kandungan gas dalam lapisan batubara.

Page 10: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai potensi endapan batubara

pada kedalaman di bawah 100 m yang meliputi sumber daya, kualitas dan kandungan

gas dalam batubara baik volume  maupun komposisinya. Hasil yang diperoleh

diharapkan menjadi informasi awal untuk kemungkinan pemanfaatannya baik untuk

tambang dalam maupun pengembangan coalbed methane (CBM). 

Lokasi Daerah Penyelidikan

Daerah penyelidikan termasuk Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muaraenim,

Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis dibatasi oleh koordinat 103°41’07”-

103º50’18” Bujur Timur dan 03°40’51”-03º50’37” Lintang Selatan. Lokasinya terletak

lebih kurang 200 km ke arah Baratdaya dari Kota Palembang.  (Gambar 1)

GEOLOGI UMUM

Informasi geologi regional daerah ini antara lain diperoleh dari publikasi Peta Geologi

Lembar Lahat, Sumatera Selatan, skala 1; 250.000 terbitan Puslitbang Geologi

Bandung (Gafoer, S., dkk, 1986);  De Coster (1974) ; Shell Mijnbouw (1978) dan

beberapa publikasi lain. 

Daerah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Sumatera Selatan, dalam tatanan

tektonik Pulau Sumatera merupakan backdeep basin atau cekungan pendalaman

belakang (Koesoemadinata dan Hardjono, 1978). Cekungan ini diperkirakan mulai

terbentuk pada Eosen Tengah sampai Oligosen Akhir akibat pensesaran bongkah dan

perluasan batuan dasar Pra Tersier melalui sesar-sesar  berarah Timurlaut –

Baratdaya dan Baratlaut – Tenggara akibat adanya tekanan yang berarah Utara –

Selatan (de Coster,1974; Simanjuntak, 1991).

Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi Sub Cekungan Jambi (Depresi Jambi) di

utara, Sub Cekungan Palembang Tengah dan Sub Cekungan Palembang Selatan

(Depresi Lematang)  di selatan. Ketiga sub cekungan tersebut dipisahkan oleh tinggian

batuan dasar (High).  

Stratigrafi

Stratigrafi Lembar Lahat tersusun oleh kelompok batuan Pra Tersier dan seri batuan

Tersier. Batuan Pra Tersier terdiri atas batuan ubahan batugamping dan batuan beku

(diorit ?)  berumur Perm dan batuan terobosan mikrodiorit berumur Kapur Akhir.   

Batuan Tersier terbagi atas dua kelompok yaitu Kelompok Telisa dan Kelompok

Palembang. Dari runtunan litologinya Kelompok Telisa terdiri atas sedimen yang

terbentuk pada fase genang laut (transgresi) sedangkan Kelompok Palembang

terbentuk pada fase susut laut (regresi). Kelompok Telisa terdiri atas Formasi Lahat

(tak tersingkap, data bawah permukaan), Formasi Talangakar dan  Formasi Gumai

Page 11: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

sedangkan Kelompok Palembang terdiri atas Formasi Airbenakat, Formasi Muaraenim

dan Formasi Kasai. Pada Zaman Kuarter endapan yang terutama adalah endapan

gunung api.

Formasi Talangakar merupakan batuan tertua yang tersingkap di Lembar Lahat.

Formasi ini diendapkan pada awal fase genang laut, tersusun oleh batupasir halus -

konglomeratan, batulanau, batulempung gampingan dan serpih.  Formasi ini   berumur

Oligosen – Miosen Awal dan diendapkan di lingkungan  darat - laut dangkal. 

Formasi Gumai menindih selaras Formasi Talangakar, tersusun oleh batulempung dan

serpih dengan sisipan batugamping, batulanau, batupasir. Formasi ini berumur Miosen

Awal – Miosen Tengah dan diendapakan di lingkungan  laut terbuka – neritik.

Pengendapan Formasi Gumai merupakan puncak dari fase genang laut dan setelah ini

dimulai tahap awal fase susut laut dengan pengendapan Formasi Airbenakat.

Formasi Airbenakat tersusun oleh perselingan batulempung, serpih dan batulanau,

bersisipan batupasir. Formasi ini berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir dan

diendapkan di lingkungan laut dangkal.

Formasi Muaraenim  diendapkan selaras di atas Formasi Airbenakat. Formasi ini

tersusun oleh batulempung dan batulanau tufaan bersisipan batubara. Umurnya

Miosen Akhir – Pliosen dan diendapkan di lingkungan laut dangkal – transisi. Formasi

Muaraenim merupakan formasi pembawa batubara utama di Cekungan Sumatera

Selatan.

Formasi Kasai  menindih selaras Formasi Muaraenim, litologinya terdiri atas tufa, tufa

pasiran dan batupasir tufaan. Formasi ini diperkirakan berumur Plio-Plistosen dan

diendapkan di lingkungan darat.

Struktur Geologi

Struktur geologi yang mempengaruhi daerah ini adalah lipatan, sesar dan kekar yang

umumnya mempengaruhi batuan-batuan berumur Tersier. Lipatan berupa sinklin dan

antiklin berarah Baratlaut – Tenggara sampai Barat – Timur dan mempengaruhi batuan

berumur Oligosen – Plio Plitosen.  Sesar adalah sesar normal berarah Baratlaut –

Tenggara yang mempengaruhi batuan berumur Oligosen – Miosen Tengah, berarah

Timurlaut – Baratdaya dan Utara – Selatan pada batuan berumur Miosen – Plio

Plistosen. Kekar umumnya berarah Timurlaut – Baratdaya dan Barat – Timur.  

Indikasi Endapan Batubara dan Kandungan Gas Dalam Batubara

Formasi Muaraenim merupakan formasi pembawa batubara utama pada Cekungan

Page 12: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

Sumatera Selatan. Shell (1978) membagi formasi ini atas empat anggota,yaitu

Anggota M1, M2, M3 dan M4. Tiap anggota mengandung beberapa lapisan batubara

dan batas antar anggota ditentukan oleh alas (floor) atau puncak (top) dari lapisan

batubara tertentu.

Secara umum Anggota M1 mengandung dua lapisan batubara atau seam yang

dinamakan Keladi dan Merapi. Anggota M2 mengandung tiga seam yaitu Petai, Suban,

Mangus (pada beberapa lokasi dapat dibedakan atas Mangus 1 dan Mangus 2).

Anggota M3 mengandung dua seam yaitu Burung dan Benuang. Anggota M4

mengandung empat seam yaitu Kebon, Benaka / Enim, Lematang / Jelawatan dan

Niru. Disamping seam-seam tersebut pada beberapa anggota sering terdapat

beberapa lapisan batubara relatif tipis dan tidak menerus yang dinamakan lapisan-

lapisan gantung.

Anggota M1 bagian bawahnya dibatasi oleh alas dari seam Keladi dan batas atas

adalah alas dari seam Petai. Anggota M2 batas bawahnya adalah alas seam Petai dan

batas atasnya  puncak seam Mangus. Anggota M3 batas bawah adalah puncak seam

Mangus dan batas atas adalah alas seam Kebon. Anggota M4 batas bawahnya alas

seam Kebon dan batas atas adalah puncak seam Niru. Keberadaan anggota maupun

lapisan-lapisan batubara tersebut di atas tidak selalu dijumpai secara lengkap pada

setiap tempat pada sekuen Formasi Muaraenim, hal ini tergantung pada kondisi

pengendapan, posisi pada cekungan dan aspek geologi lainnya.  

Formasi Muaraenim di daerah Kabupaten Muaraenim dan sekitarnya berdasarkan

penyelidikan terdahulu (Shell, P.T. Bukit Asam, NEDO) mengandung lapisan-lapisan

batubara yang cukup lengkap pada Anggota M1, M2, M3 dan M4. Ditinjau dari segi

dimensi, jumlah dan distribusi  lapisan, kedudukan, struktur perlapisan maupun jenis

dan kualitas batubara diperkirakan  cukup potensial. Berdasarkan faktor-faktor tersebut

endapan batubara di daerah ini dinilai layak untuk diselidiki dengan pemboran dalam

untuk mengetahui potensi endapan batubara pada kedalaman ? 100 m dan untuk

mengetahui potensi kandungan gas methane dalam lapisan batubaranya.

 

KEGIATAN PENYELIDIKAN

Pemboran Dalam

Kegitan pemboran dalam batubara dilakukan dengan metoda pemboran inti.

Pengamatan hasil pemboran terutama adalah pemerian sifat teknis batuan dan

batubara dari inti bor. Dilakukan juga pengambilan conto batubara untuk keperluan

pengujian kualitas batubara dan pengukuran kandungan gas dalam batubara. 

Page 13: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

Penentuan lokasi bor mengacu kepada kedudukan lapisan-lapisan batubara yang

menjadi target dan rencana kedalaman pemboran. Lapisan-lapisan batubara yang

dipilih memiliki kriteria antara lain ketebalan yang memadai, kedalaman yang cukup,

rank batubara yang cukup tinggi, penyebaran relatif jauh.  Faktor lain yang menjadi

bahan pertimbangan penetuan lokasi bor adalah kemudahan akses jalan untuk

mobilisasi alat pemboran, perizinan lahan dan tersedianya sumber air.

Karean karena lokasi penyelidikan terletak di dalam wilayah Kuasa Pertambangan

batubara P.T. Bukit Asam maka penentuan lokasi titk bor mempertimbangkan saran

dan rekomendasi dari perusahaan tersebut berdasarkan data batubara internal

mereka.  

    

Pemetaan Geologi

Pemetaan geologi batubara di permukaan dilakukan untuk menunjang data hasil

pemboran dalam yaitu untuk mengetahui jumlah lapisan, penyebaran dan ketebalan

dari lapisan batubara sehingga kegiatan ini lebih difokuskan di sekitar wilayah

pemboran Dilakukan juga pengambilan conto batubara di permukaan, tujuannya untuk

membandingkan kualitas batubara di permukaan dengan batubara hasil pemboran. 

Pengukuran Kandungan Gas Dalam Lapisan Batubara    

Pengukuran kandungan gas dimaksudkan untuk mengetahui volume dan komposisi

gas dalam batubara. Lapisan batubara biasanya mengandung berbagai unsur gas

diantaranya : CO2, N2 dan CH4...  Volume atau persentase kandungan gas methane

(CH4.) dalam lapisan batubara merupakan tujuan utama  dalam pengukuran ini,

kandungan gas methane yang makin besar akan memberikan prospek lebih baik untuk

kajian CBM.

Kegiatan pengukuran gas dalam lapisan batubara merupakan proses yang

berkelanjutan mulai dari lapangan hingga ke laboratorium.  Prosedur pengukuran

dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, pemasukan conto batubara

ke dalam canister, pengukuran gas dan tahap akhir. Tahap persiapan hingga tahap

pemasukan conto dilakukan di lapangan, tahap pengukuran gas dilakukan di lapangan

dan dilanjutkan di kantor/laboratorium sedangkan tahap akhir merupakan kegiatan

kantor. 

Metode yang digunakan pada pengukuran gas adalah berupa desorption test yang

mengadopsi metode USGS,  dirumuskan sebagai :QT = Q1 + Q2 + Q3

 

            QT : Jumlah Total Kandungas                         Gas  (cc)

Page 14: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

            Q1 : Kandungas Gas yang                              Hilang (Lost Gas)  (cc)

            Q2 : Kandungan Gas yang                              Diukur dalam canister  (cc)

            Q3 : Kandungan Gas Sisa                              (Saat Crusher)  (ml)

 

Hasil Q1 atau lost gas diperoleh dari analisa regresi yang didapatkan setelah pengukuran gas di

canister atau Q2 telah selesai dilakukan. Analisa regresinya menggunakan regresi linier. Q2

didapat dari hasil pengukuran gas yang keluar dari canister sedangkan untuk Q3 dihasilkan dari

pengukuran gas yang keluar dari batubara pada saat batubara di crusher.    

Analisis Laboratorium

Kegiatan analisis laboratorium terhadap conto batubara terdiri atas analisis proksimat, ultimat,

petrografi batubara, pengukuran kandungan gas dan adsorpsi  isotherm.

Analisis proksimat dan ultimat tadalah untuk mengetahui kualitas dari batubara, dengan 

beberapa parameter antara lain kandungan moisture (IM, FM, TM), kandungan zat terbang

(VM), kandungan abu (Ash), karbon tertambat (FC), kadar sulfur total  (St), nilai kalori (CV),

berat jenis (SG, RD), indeks kekerasan (HGI), kandungan unsur-unsur (C, H, N, S, O). Analisis

petrografi adalah untuk mengetahui komposisi maseral, nilai reflektansi vitrinit dan kandungan

mineral (lempung, oksida besi, pirit).

Pengukuran kandungan gas di laboratorium merupakan lanjutan dari proses pengukuran di

lapangan. Analisis adsopsi isotherm dari conto batubara diperlukan untuk melengkapi analisis-

analisis tersebut terdahulu. Tujuannya untuk mengetahui besarnya kemampuan daya serap gas

dari conto batubara.

Pengolahan Data

Data penyelidikan terdiri atas data lapangan dan data kantor. Data lapangan berupa data hasil

pemboran, pemetaan geologi dan pengukuran kandungan gas di lapangan. Data kantor adalah

hasil analisis conto batubara di laboratorium dan data pengukuran lanjutan kandungan conto

batubara yang masih disimpan dalam canister.  Kesemua data tersebut  ditunjang dengan data

literaratur diolah untuk menghasilkan suatu informasi mengenai potensi endapan batubara pada

kedalaman > 100 meter dan   potensi kandungan gas methane dalam lapisan batubara (CBM)

di daerah tersebut. 

Data hasil pemboran batubara terutama jumlah, kedalaman, ketebalan dan kedudukan lapisan

batubara akan  diproyeksikan ke permukaan dan dikombinasikan dengan data singkapan

batubara serta selanjutnya dikorelasikan untuk mendapatkan gambaran  mengenai bentuk

sebaran maupun jumlah lapisan termasuk aspek-aspek geologi yang mempengaruhinya.

Penggambaran pola sebaran lapisan batubara juga ditunjang dengan data penyelidikan dari

Page 15: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

P.T. Bukit Asam dan NEDO. 

Hasil analisis conto di laboratorium akan menunjang penafsiran  data lapangan dan

memberikan informasi tambahan antara lain mengenai kualitas, material penyusun sedimen,

kondisi pengendapan, potensi kandungan gas  dan lain-lain. 

 

HASIL PENYELIDIKAN

 

Geologi Daerah Penyelidikan

Morfologi

Daerah penyelidikan secara umum dicirikan oleh satuan morfologi perbukitan bergelombang

sedang dengan ketinggian antara 50 – 100 meter di atas muka laut kecuali sebagian kecil

wilayah sebelah Tenggara memiliki ketinggian mencapai sekitar 300 m di atas muka laut.

Perbedaan ketinggian umumnya lebih mencerminkan tingkat resistensi batuan terhadap erosi.

Pola aliran sungai dan anak sungai umumnya memperlihatkan pola dendritik yang

mencerminkan pola aliran pada wilayah yang memiliki batuan relatif homogen dan perbedaan

relief tidak begitu besar.

    

Stratigrafi

Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun oleh batuan Tersier dan Kuarter berumur mulai Miosen

sampai Plistosen. Batuan Tersier yaitu Formasi Air Benakat,  Formasi Muaraenim, Formasi

Kasai,  Batuan terobosan Andesit dan Satuan Gunungapi Muda. 

Formasi Muaraenim merupakan formasi pembawa batubara, adanya batuan terobosan andesit

berupa sill (retas)  menyebabkan peningkatan rank batubara pada  sebagian daerah

penyelidikan. Pelamparan Formasi Muaraenim di daerah ini cukup luas  sedangkan intrusi

andesit umumnya tersingkap di bagian tengah dan baratdaya.

 

Struktur Geologi 

Sebagaimana struktur geologi regional, struktur geologi daerah penyelidikan dipengaruhi

struktur lipatan dan sesar. Lipatan adalah antiklin dan sinklin berarah Baratlaut – Tenggara  dan

Barat – Timur, sesar berupa sesar normal berarah  relatif Utara - Selatan

Potensi Batubara dan Gas Dalam Lapisan Batubara

Endapan Batubara

Lokasi titk bor terletak daerah Airlaya, Tanjung Enim dengan kode lokasi ALD-01.. Berdasarkan

data internal P.T. Bukit Asam (hasil interpolasi dari data endapan batubara di sebelah utaranya)

diperkirakan pemboran pada lokasi ALD-01 dengan total kedalaman yang ditargetkan ( ± 350

m) akan menembus beberapa lapisan batubara yaitu : Seam Mangus (A), Seam Suban (B),

Page 16: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

Seam Petai (C), Seam Merapi (D)  dan Seam Keladi (E).  Namun dari hasil pemboran ternyata

lapisan-lapisan batubara yang ditembus adalah lapisan-lapisan yang terletak lebih ke atas dari

Seam Mangus yaitu Seam Enim dan beberapa lapisan lebih tipis yang diperkirakan merupakan

lapisan-lapisan gantung di bawah Seam Enim. Kondisi tersebut diperkirakan akibat mekanisme

pergeseran oleh patahan-patahan lokal pengaruh dari batuan terobosan (intrusi) di daerah

tersebut yang menyebabkan areal/blok pemboran relatif lebih turun terhadap areal/blok di

sebelah utara. 

Pemboran mencapai kedalaman 321,00 m dan menembus 7 (tujuh) lapisan batubara. Dari

pengamatan data batuan dan korelasi batubara regional diperkirakan lapisan-lapisan yang

ditembus tersebut adalah Seam Enim (Anggota M4) dan enam lapisan batubara di bawahnya

yang diperkirakan merupakan lapisan gantung. Ketujuh lapisan tersebut dinamakan lapisan :

Enim, G-1. G-2, G3, G-4, G-5 dan G-6. Ketebalan  masing-masing yaitu : 31,15 m; 1,60 m; 5,00

m; 4,00 m; 0,60 m; 1,30 m dan 0,20 m. Berdasarkan interval kedalaman  pada interval 0 – 100

meter terdapat dua lapisan batubara yaitu Enim dan G-1. Pada Interval 100 – 321 meter

mengandung lima lapisan batubara yaitu G-2, G-3 ,G-4, G-5  dan G-6. 

Hasil kegiatan pemetaan geologi batubara yaitu dari kompilasi dari data singkapan, proyeksi

data pemboran ke permukaan, data P.T. Bukit Asam dan NEDO memberikan gambaran

mengenai pola sebaran batubara di daerah ini. Lapisan-lapisan batubara dari Anggota Formasi

Muaraenim cukup lengkap tersingkap, antara lain Lapisan Keladi (E), Petai (C), Suban (B),

Mangus (A), Enim, Jelawatan dan beberapa lapisan gantung.

Informasi mengenai potensi endapan batubara (Kualitas, sumber daya, potensi kandungan gas

methane) di daerah ini dibatasi pada wilayah di sekitar lokasi pemboran dalam dan hanya untuk

lapisan-lapisan batubara yang ditembus pada proses pemboran.

Kualitas Batubara

Hasil analisis proksimat dan ultimat dari 9 (sembilan) conto batubara memberikan gambaran

mengenai kualitas batubara di daerah penyelidikan. 

Kandungan air bebas (FM,ar) berkisar antara 9,82 % - 24,23 %;  Kandungan air total (TM, ar)

berkisar antara 14,59 % - 31,08 %; Kandungan air terikat (M, adb) antara 5,29 % - 9,34 %; 

Kandungan gas terbang (VM, adb) antara 23,38 % - 46,95 %; Karbon tertambat (FC, adb)

antara 41,83 % - 49,04 %; Kandungan abu (Ash, adb) antara 0,98 % - 9.96 %; Kadar sulfur total

(St, adb) antara 0,14 % - 1,41 %; Indeks kekerasan (HGI, adb)  anatar 40 – 57; Berat jenis (RD,

adb) antara 1,33 – 1,42; Nilai kalori (CV, adb) antara 5955 kal/gr – 6805 kal/gr. Satu conto

batubara yaitu  AL-05 tidak diperhitungkan karena kandungan abu yang sangat tinggi ( 46,94

%) sehingga digolongkan sebagai lempung batubaraan.

Page 17: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpukan bahwa batubara di daerah ini memiliki kualitas

cukup baik yang tercermin dari parameter-parameter berikut yaitu kandungan abu rata-rata < 4

%, kadar sulfur total umumnya < 1 % dan nilai kalori rata-rata > 6400 kal/gr sehingga secara

umum dapat digolongkan sebagai high rank coal  (batubara peringkat tinggi).

Sumber Daya Batubara

Beberapa kriteria yang dipakai untuk penghitungan sumber daya  adalah :

Ketebalan lapisan batubara yang dihitung adalah ? 1,00 meter, sehingga lapisan yang

memenuhi syarat untuk dihitung adalah Enim, G-1, G-2, G3, G-5

Sumber daya batubara yang dihitung adalah sumber daya batubara pada kedalaman >

100 m. Penghitungan dibagi atas dua zona kedalaman yaitu 100-250 meter dan 250–500

meter. Batas-batas zona kedalaman searah dengan sebaran batubara sesuai dengan

tingkat keyakinan geologi kemudian diproyeksikan ke bidang permukaan sehingga

menghasilkan luas daerah pengaruh tiap zona..

Sumber daya dihitung dengan rumus : Luas daerah pengaruh x Tebal semu lapisan x

Berat Jenis lapisan.  

Berdasarkan kriteria Standard Nasional Indonesia, hasil penghitungan sumber daya

batubara digolongkan sebagai sumber daya hipotetik

Perhitungan sumber daya dengan menggunakan rumus tersebut di atas menghasilkan

sumber daya per lapisan per zona, Jumlah sumber daya per zona kedalaman akan

diperoleh dari penjumlahan sumber daya masing-masing lapisan. Hasil perhitungan

menunjukkan sumber daya batubara pada zona 100 – 250 meter adalah 89.242.622 ton

dan pada zona 250 – 500 meter adalah 92.415.542 ton. Jumlah sumber daya batubara

pada kedalaman 100-500 meter adalah 1.125.404.854 ton atau berjumlah sekitar 1,125

milyar ton. (Tabel 1)

Pengukuran Gas Methane

Dari 50 conto batubara yang diukur kandungan gasnya sebanyak 40 conto mengandung gas

sedangkan 10 conto tidak mengandung gas. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya

kebocoran pada canister.  Conto batubara yang mengandung gas berasal dari 7 lapisan (seam)

batubara yaitu lapisan I (Enim), II (G-1), III (G-2), IV (G-3), V (G-4), VI (G-5) dan VII (G-6)

dengan kedalaman masing-masing : 33.20-64.35 m; 94.60-96.00 m; 121.00-126.00 m: 166.70-

170.70 m; 215.40-216.00 m; 271.00-272.30 dan 311.90-312.20. Ketebalan masing-masing

lapisan batubara yaitu : 31,15 m; 1,60 m; 5,00 m; 4,00 m; 0,60 m; 1,30 m dan 0,20 m. 

Hasil pengukuran kandungan gas rata-rata untuk 40 conto batubara tersebut sebagai berikut :

1. Lapisan I  (Enim) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah  123,88 cc.

2. Lapisan II (G-1) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 144,69 cc.

Page 18: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

3. Lapisan III (G-2) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 164,06 cc.

4. Lapisan IV (G-3) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 116,81 cc.

5. Lapisan V (G-4) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 409,67 cc.

6. Lapisan VI (G-5) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 1029,03 cc.

7. Lapisan VII (G-6) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 150,70 cc

    

Perhitungan rata-rata kandungan gas diatas digambarkan dengan grafik (Gambar 3).

Jumlah kandungan gas terbesar ada di lapisan VI  (G-5) dengan interval kedalaman lapisan

batubara antara 271,00 m - 272,30 m sebanyak 1029,03 cc. 

Tabel 5 menjelaskan perhitungan kandungan gas per satuan berat batubara,  dilakukan untuk

menghitung sumber daya gas yang terdapat dalam batubara tersebut. Hasil rata-rata

perhitungan gas per satuan berat batubara dalam cc/gram atau ft3/ton untuk setiap lapisan

adalah sebagai berikut :

1. Lapisan I (Enim) sebanyak 0,09 cc/gram atau 3,16 ft3/ton.

2. Lapisan II (G-1) sebanyak 0.12 cc/gram atau 4,28 ft3/ton.

3. Lapisan III (G-2) sebanyak 0,15 cc/gram atau 5,46 ft3/ton.

4. Lapisan IV (G-3) sebanyak 0,12 cc/gram atau 4,43 ft3/ton.

5. Lapisan V (G-4) sebanyak 0,43 cc/gram atau 15,23 ft3/ton.

6. Lapisan VI (G-5) sebanyak 0,96 cc/gram atau 33.88 ft3/ton.

7. Lapisan VII (G-6) sebanyak 0,23 cc/gram atau 8,19 ft3/ton.

Dari gambar 3 secara umum dapat disimpulkan pula bahwa kandungan gas pada batubara

semakin meningkat dengan bertambahnya kedalaman lapisan batubara.. Hal ini disebabkan

karena gas yang terkandung pada lapisan batubara yang paling dalam kemungkinan gas

tersebut loss atau menguap akan semakin kecil.

Sumber Daya Gas Methane

Penghitungan sumber daya gas methane menggunakan rumus : 

Sumber Daya Gas Methane = Sumber Daya Batubara X Kandungan Methane

Menghasilkan sumber daya gas methane sebesar 758.792.398 ft3 yang diklasifikasikan sebagai

sumber daya hipotetik (Tabel 6)

Kandungan terbesar terdapat pada seam G-5 (24,84 ft/ton) dengan kedalaman 271,00 – 271,30

meter. Kandungan gas methane pada seam Enim tidak ada (sangat kecil)  diperkirakan karena

kedalaman yang kurang memadai (33,20 – 64,35 m). Diharapkan pada kedalaman yang

Page 19: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

memadai kandungan gas methane pada seam Enim akan cukup berarti. 

    

Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Batubara dan Gas Dalam Batubara

Dari hasil penyelidikan  dapat dinilai bahwa daerah Airlaya dan sekitarnya layak ditindaklanjuti

untuk kajian tambang dalam namun diperlukan tahapan penyelidikan lebih lanjut antara lain

dengan penambahan jumlah titik bor dengan interval yang lebih sistematis, jumlah conto yang

representatif dan tahapan penyelidikan lainnya seperti geologi teknik, electric logging dan

lainnya. 

Untuk pengembangan pemanfaatan gas methane (CBM) diperlukan evaluasi lebih lanjut

dengan penambahan jumlah titik bor dengan interval yang sistematis, kedalaman bor yang

cukup, percontohan yang representaif dan prosedur pengukuran gas  yang lebih baik. Tentunya

semuanya harus didukung oleh kondisi peralatan, personil dan dana operasional yang cukup.

KESIMPULAN  DAN SARAN

Kesimpulan :

1. Daerah penyelidikan secara geologi termasuk kedalam Cekungan Sumatera Selatan

dengan formasi pembawa batubara adalah Formasi Muaraenim berumur Mio-Pliosen

2. Formasi Muaraenim di daerah penyelidikan dengan Anggota M1, M2, M3 dan M4,

mengandung lapisan batubara  cukup lengkap dengan penyebaran dan dimensi yang

cukup luas.

3. Pemboran dengan kedalaman mencapai 321 m telah menembus 7 (tujuh) lapisan

batubara yaitu Enim, G-1, G-2,  G-3, G-4, G-5 dan G-6. Ketebalan masing-masing  yaitu :

31,15 m; 1,60 m; 5,00 m; 4,00 m; 0,60 m; 1,30 m dan 0,20 m.

4. Kualitas batubara secara umum  cukup baik dicerminkan oleh kandungan abu rata-rata <

4 %, kadar sulfur total umumnya < 1 % dan nilai kalori rata-rata > 6400 kal/gr,  secara

umum digolongkan sebagai high rank coal  (batubara peringkat tinggi).

5. Sumber daya batubara dalam (100 - 500 meter) adalah sebesar  1.125.404.854 ton

(Sumber daya hipotetik).

6. Sumber daya gas methane di daerah ini adalah sebesar 758.792.398 ft3,  sumber daya

hipotetik.

7. Prospek pemanfaatan batubara untuk tambang dalam cukup baik sedangkan untuk

kandungan gas methane (CBM) perlu di evaluasi lebih lanjut dengan pemboran yang lebih

dalam, representatif  dan sistematis.

Saran : 

1. Mengingat potensi endapan batubara di daerah ini cukup besar, disarankan  untuk

melanjutkan pemboran dalam pada daerah-daerah yang bersebelahan pada program

tahun-tahun berikutnya.

Page 20: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

2. Pemboran diharapkan mencapai kedalaman yang cukup memadai sehingga dapat

menembus lapisan-lapisan batubara yang prospek pada kedalaman yang optimal untuk

memperoleh kandungan gas methane yang maksimal. 

3. Perlu perencanaan yang lebih matang sebelum melakukan kegiatan terutama persiapan

peralatan bor, peralatan pengukuran gas, personil, pemilihan lokasi sehingga akan

memberikan hasil yang optimal.     

DAFTAR PUSTAKA

De Coster, G.H., 1974, The Geology of  the Central and South Sumatera Basin, Indonesia    

Petroleum Association, 3 rd Ann. Conv, Proceeding

Gafoer, S., Cobrie, T., Purnomo, J., 1986, Geologi Lembar Lahat, Sumatera, Puslitbang

Geologi, Bandung

Herman D., dkk, 2000, An Outline of The Geology of Indonesia,  Indonesian Association     of    

Geologist, IAGI, Jakarta

Resources International, Inc (ARI), Indonesian Coalbed Methane, Task 1 – Resources    

Assessment,     2003, Arlington, Virginia

Shell Mijnbouw, 1978, Explanatory Notes to the Geological Map of the South Sumatera Coal    

Province, Exploration report

 

43. Perencanaan Eksplorasi Batu BaraEksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei tinjau, prospeksi,

eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini adalah untuk

mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas

suatu endapan batu bara sebagai dasar analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi.

Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas sumber daya

batubara yang dihasilkan.

1. Survei Tinjau (Reconnaissance)

Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batu bara yang paling awal dengan tujuan

mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan batubara yang

berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi,

tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional,

penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan

pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya 1 : 100.000.

Pada tahap survei awal, pertama dilakukan survei formasi cool-bearing yang terbuka secara

alami dan beberapa pengeboran untuk mengetahui kedalaman dari lapisan batubara kearah

kemiringan dengan maksud memastikan deposit batubara yang potensial. Kemudian akan

berlanjut kepada teknik eksplorasi yang lebih tinggi menggunakan mesin dan peralatan yang

spesifik. Dalam bab ini akan dijelaskan secar ringkas mengenai survei geologi permukaan yang

merupakan dasar dari semua survei geologi. Namun, lingkup penyelidikan perlu dikembangkan,

tidak hanya pada batubara itu sendiri, tetapi juga kepada penelitian lain seperti penelitian

Page 21: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

sedimentologi batubara dan lingkungannya, penelitian palaentologi fosil mikro dan mega,

penelitian geokimia, penelitian struktur terhadap fracture dan lain-lain.

2. Prospeksi (Prospecting)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan yang akan

menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, di antaranya,

pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi,

pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan dan

analisis. Metode tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan apabila

dianggap perlu.

Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa kondisi geologi dan

reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara dirancang tidak hanya untuk

mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk memperoleh berbagai data lain, seperti

kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyrtai

penambahan batubara.

Dan juga mengkompensasi berbagai maslah yang tidak terhindar apabila hanya dilakukan

pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting, terutama

lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara termasuk parting dan lain lain.

3. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta gambaran

awal bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang dilakukan antara lain, pemetaan

geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang

sesuai dengan kondisi geologinya, penarnpangan (logging) geofisika, pembuatan

sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi

mulai dapat dilakukan.

4. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas clan kualitas serta bentuk tiga-

dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang harus dilakukan adalah pemetaan geologi dan

topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran, dan pencontohan yang dilakukan dengan

jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, pengkajian

geohidrologi, dan geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan pencontohan batuan, batubara dan

lainnya yang dipandang perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan denqan

rencana kegiatan penambangan

METODE GEOFISIKA BATUBARA

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka hadirlah survey geofisika

tahanan jenis yang merupakan suatu metode yang dapat memberikan gambaran susunan dan

kedalaman lapisan batuan dengan mengukur sifat kelistrikan batuan. Loke (1999)

mengungkapkan bahwa survey geofisika tahanan jenis dapat menghasilkan informasi

perubahan variasi harga resistivitas baik arah lateral maupun arah vertical. Metode ini

memberikan injeksi listrik kedalam bumi, dari injeksi tersebut maka akan mengakibatkan medan

potensial sehingga yang terukur adalah besarnya kuat arus (I) dan potensial (∆V), dengan

menggunakan survey ini maka dapat memudahkan para geologist dalam melakukan

interpretasi keberadaan cebakan-cebakan batubara dengan biaya eksplorasi yang relatif murah.

LOGGING GEOFISIK (GEOPHYSICAL WELL LOGGING)

Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa kondisi geologi dan

reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara dirancang tidak hanya untuk

Page 22: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk memperoleh berbagai data lain, seperti

kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyrtai

penambahan batubara.

Dan juga mengkompensasi berbagai masalah yang tidak terhindar apabila hanya dilakukan 

pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting, terutama

lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara termasuk parting dan lain lain.

Dari sekian banyak prinsip logging yang ada, yang paling sering digunakan adalah resistansi

listrik, kecepatan gelombang elastis dan radioaktif. Untuk eksplorasi batubara, logging densitas

adalah yang paling efektif dan kombinasi logging densitas dan sinar gama adalah yang

direkomendasi untuk menentukan sifat geologi sekitar lapisan batubara. Setiap logging

mempunyai keistimewaannya masing-masing, oleh karena itu lebih baik melakukan kombinasi

logging untuk analisa menyeluruh.

METODE PENAMBANGAN BATUBARA

Metode Room And Pillar

Ini adalah metode penambangan batubara yang menetapkan suatu panel atau blok

penambangan tertentu, kemudian menggali maju dua sistem (jalur) terowongan, masing-masing

melintang dan memanjang, untuk melakukan penambangan batubara dengan pembagian pilar

batubara. Metode penambangan ini terdiri dari metode penambangan batubara yang hanya

melalui penggalian maju terowongan, dan metode penambangan secara berurutan terhadap

pilar batubara yang diblok tadi, mulai dari yang terdalam, apabila jaringan terowongan yang

digali tersebut telah mencapai batas maksimum blok penambangan. Kondisi yang

menghasilkan efisiensI tinggi metode ini telah dijelaskan.

Keunggulan metode penambangan batubara sistem room dan pilar :

1. Lingkup penyesuaian terhadap kondisi alam penambangan lebih luas dibanding

dengan   sistem lorong panjang yang dimekanisasi.

2. Hingga batas-batas tertentu, dapat menyesuaikan terhadap variasi kemiringan (kecuali

lapisan yang sangat curam), tebal tipisnya lapisan batubara, keberadaan patahan serta sifat

dan kondisi lantai dan atap.

3. Mampu menambang blok yang tersisa oleh penambang sistem lorong panjang,

misalnya karena adanya patahan.

4. Dapat melakukan penambangan suatu blok yang berkaitan dengan perlindungan 

permukaan (seperti perlindungan bangunan terhadap penurunan permukaan tanah).

5. Selain itu, cukup efektif unyuk menaikkan recovery sedapatnya, pada blok yang tidak

cocok ditambang semua, misalnya penambangan bagian dangkal di bawah dasar laut. 

Kelemahan metode penambangan batubara sistem ruang dan pilar :

1. Recovery penambangan batubara yang sangat buruk. (sekitar enam puluh sampai tujuh

puluh persen).

2. Bila dibandingkan dengan metode penambangan batubara sistem lorong panjang,

banyak terjadi kecelakaan, seperti atap ambruk.

3. Ada batas maksimum penambangan bagian dalam, yang antara lain disebabkan oleh

peningkatan tekanan bumi (batasnya sekitar lima ratus meter di bawah permukaan bumi).

4. Karena banyak batubara yang disisakan, akan meninggalkan masalah dari segi

keamanan untuk penerapan di lapisan batubara yang mudah mengalami terbakar.

Tadinya, recovery metode penambangan batubara sistem ruang dan pilar sangat rendah,

namun akhir-akhir ini ada juga tambang batubara yang berhasil menaikkan recoverynya.

Page 23: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

Metode Longwall

Metode penambangan ini adalah metode penambangan batubara yang digunakan secara luas

pada penambangan bawah tanah.

Ciri-ciri metode penambangan batubara sistem longwall:

1. Recoverynya tinggi, karena menambang sebagian besar batubara.

2. Permukaan kerja dapat dipusatkan, karena dapat berproduksi besar di satu permuka

kerja.

3. Pada umumnya, apabila kemiringan landai, mekanisasi penambangan, transportasi dan

penyanggaan menjadi mudah, sehingga dapat meningkatkan efisiensi penambangan batubara.

4. Karena dapat memusatkan permuka kerja, panjang terowongan yang dirawat terhadap

jumlah produksi batubara menjadi pendek.

5. Menguntungkan dari segi keamanan, karena ventilasinya mudah dan swabakar yang

timbul juga sedikit.

6. Karena dapat memanfaatkan tekanan bumi, pemotongan batubara menjadi mudah.

7. Apabila terjadi hal-hal seperti keruntuhan permuka kerja dan kerusakan mesin,

penurunan produksi batubaranya besar.

Tambang longwall harus dilakukan dengan membuat perencanaan yang hati-hati untuk

memastikan adanya geologi yang mendukung sebelum dimulai kegiatan penambangan.

Kedalaman permukaan batu bara bervariasi di kedalaman 100-350m. Penyangga yang dapat

bergerak maju secara otomatis dan digerakkan secara hidrolik sementara menyangga atap

tambang selama pengambilan batu bara. Setelah batu bara diambil dari daerah tersebut, atap

tambang dibiarkan ambruk. Lebih dari 75% endapan batu bara dapat diambil dari panil batu

bara yang dapat memanjang sejauh 3 km pada lapisan batu bara.Keuntungan utama dari tambang room and pillar daripada tambang longwall adalah, tambang room and pillar dapat mulai memproduksi batu bara jauh lebih cepat, dengan menggunakan peralatan bergerak dengan biaya kurang dari 5 juta dolar (peralatan tambang longwall dapat mencapai 50 juta dolar). Pemilihan teknik penambangan ditentukan oleh kondisi tapaknya namun selalu didasari oleh pertimbangan ekonomisnya; perbedaan-perbedaan yang ada bahkan dalam satu tambang dapat mengarah pada digunakannya kedua metode penambangan tersebut.

Metode Shortwall

Metode ini merupakan penggabungan dari metode room and pillar dan metode lognwall.

 PROSES PENCUCIAN BATUBARA

Pencucian ialah usaha yang dilkakukan untuk memperbaiki kualitas batubara, agar batubara

tersebut memenuhi syarat penggunaan tertentu. Termasuk didalamnya pembersihan untuk

mengurangi impurities anorganik.Karakteristik batubara dan impurities yang utama ditinjau dari

segi pencucian secara mekanis ialah komposisi ukuran yang disebut size consist, perbedaan

berat jenis dari material yang dipisahkan, kimia permukaan, friability relatif dari batubara dan

impuritiesnya serta kekuatan dan kekerasan.

Ada beberapa cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di

batubara, pada beberapa batubara yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan

eastern states lainnya, sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu

bara yang ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya

sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batubara. Penting bahwa sebagian

besar sulfur ini dibuang sbelum mencapai cerobong asap.

Satu cara untuk membersihkan batubara adalah dengan cara mudah memecah batubara ke

bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di

Page 24: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

batu bara disebut sebagai “pyritic sulfur ” karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi

bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai “fool’s gold” dapat dipisahkan dari batubara.

Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batubara dimasukkan ke dalam tangki besar

yang terisi air , batubara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas

pencucian ini dinamakan “coal preparation plants” yang membersihkan batubara dari pengotor-

pengotornya.

Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batubara

adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut

“organic sulfur,” dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba

untuk mencampur batubara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul

batubara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk

mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.

Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah 1978

— telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang sulfur dari

gas hasil pembakaran batubara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini

sebenarnya adalah “flue gas desulfurization units,” tetapi banyak orang menyebutnya

“scrubbers” — karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan

oleh tungku pembakar batubara.

Dalam pencucian batubara, yang harus dipertimbangkan ialah metode pencucian mana yang

akan diterapkan untuk mempersiapakan batubara sesuai keperluan pasar, dan apakah

pencucian masih diperlukan, karena pada prinsipnya batubara dapat dijual langsung setelah

ditambang. Kenyataannya penjualan langsung setelah ditambang tidak berarti produser

memperoleh keuntungan maksimum. Oleh karena itu dalam memutuskan ini perlu dimasukan

juga pertimbangan komersial.Untuk menentukan kesesuaian alat yang digunakan dalam

mencuci batubara syarat yang diperlukan adalah ukuran butir dari batubara yang akan dicuci,

spesifik gravity dan kapasitas produksi yang digunakan. Alat-alat tersebut antara lain dapat

dipilih Dense Medium Separation, Concentration Table, Jig dan Flotasi.

Dalam proses pencucian batubara untuk memisahkan dari mineral pengotor, dipakai berbagai

jenis peralatan konsentrasi berdasarkan sifat-sifat batubara dari mineral pengotor. Perbedaan

tersebut dapat berupa sifat fisik atau mekanik dari butiran tersebut, seperti halnya berat jenis,

ukuran, warna, gaya sentripetal, gaya sentrifugal ataupun desain peralatan itu sendiri.

Pencucian batubata dilakukan karena batubara hasil penambangan bukanlah batubara yang

bersih, tetapi masih banyak mengandung material pengotor. Pengotor batubara dapat berupa

pengotor homogen yang terjadi di alam saat pembentukan batubara itu sendiri, yang disebut

dengan Inherent Impurities, maupun pengotor yang dihasilkan dari operasi penambangan itu

sendiri, yang disebut extraneous impurities.

Dengan demikian pencucian batubara bertujuan untuk memisahkan dari material pengotornya

dalam upaya meningkatkan kualitas batubara sehingga nilai panas berrtambah dan kandungan

air serta debu berkurang. Batubara yang terlalu banyak pengotor cenderung akan menurunkan

kualitas batubara itu sendiri sehingga tidak dapat diandalkan dalam upaya penjualan ke

konsumen. Pada umumnya persyaratan pasar menghendaki kandungan abu tidak lebih dari 10

%, dan pada umumya menghendaki nilai panas yang berkisar antara 6000-6900 kcal/kg.

Batubara dari tambang terbuka dan tambang dalam harus dipisahkan terlebih dahulu dari

material pengotornya yang ditimbun terlebih dahulu di Coal Yard. Dengan bantuan Whell

Looader, raw coal dimuat ke hopper, umpan dari hopper ini dipisahkan melalui grizzly, sehingga

batubara yang memiliki ukuran diatas 75 mm akan dimuat ke Picking Belt yang selanjutnya

Page 25: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

akan dipisahkan dari material pengotornya melalui hand picking secara manual, sedangkan

batubara yang berukuran -75 mm akan dijadikan umpan pencucian.

Macam-Macam Alat Pencucian Batubara

 1. Jig

Pencucian dengan alat ini didasarkan pada perbedaan spesific gravity. Proses yang

dilakukan Jig ini adalah adanya stratifikasidalam bed sewaktu adanya air hembusan. Kotoran

cenderung tenggelam dan batubara bersih akan timbul di atas.

Basic jig, Baum jig sesuai digunakan untuk pencucian batubara ukuran besar, walaupun Baum

Jig dapat melakukan pencucian pada batubara ukuran besar tetapi lebih efektif melakukan

pencucian pada ukuran 10 – 35 mm dengan spesifik gravity 1,5 –1,6. Modifikasi Baum

jig adalah Batac jig yang biasa digunakan untuk batubara ukuran halus.

Untuk batubara ukuran sedang, prinsipnya sama yaitu pulsing (tekanan) air hembusan berasal

dari samping atau dari bawah bed. Untuk menambah bed atau mineral keras yang digunakan

untuk meningkatkan stratifikasi dan menghindari percampuran kembali, mineral yang digunakan

biasanya adalah felspar yang berupa lump silica dengan ukuran 60 mm.

2. Dense Medium Separator (DMS)

Dense medium ini juga dioperasikan berdasarkan perbedaan spercific gravity. Menggunakan

medium pemisahan air, yaitu campuran magnetite dan air. Medium campuran ini mempunyai

spesific gravity antara batubara dan pengotornya. Slurry magnetite halus dalam air dapat

mencapai densitas relatif sekitar 1,8 ukuran batubara yang efektif untuk dilakukan pencucian

adalah 0,5 – 150 mm dengan Spesifik gravity 1,3 – 1,9 type dense-medium separator yang

digunakan dapat berupa bath cyclone dan cylindrical centrifugal. Untuk cylinder

centrifugal separator digunakan untuk pencucian batubara ukuran besar dan sedang.

Dense medium cyclone bekerja karena adanya kecepatan dense medium, batubara dan

pengotor oleh gaya centrifugal. Batubara bersih ke luar menuju ke atas dan pengotornya

menuju ke bawah. Gambar 2 menunjukkan contoh dense medium bath dan dense medium

cyclone. Faktor penting dalam operasi berbagai dense medium sistem didasarkan pada

magnetite dan efisiensi recovery magnetite yang digunakan lagi.

3. Hydrocyclone

Hydrocyclone adalah water based cyclone dimana partkel-partikel berat mengumpul dekat

dengan dinding cyclone dan kemudian akan ke luar lewat cone bagian bawah. Partikel-partikel

yang ringan (partikel bersih) mennuju pusat dan kemudian ke luar lewat vortex finder. Diameter

cyclone sangat berpengaruh terhadap efektifitas pemisahan. Kesesuaian ukuran partikel

batubara yang akan dicuci adalah 0,5 – 150 cm dengan spesifik gravity 1,3 – 1,5

4. Concentration Tables

Proses konsentrasi table adalah konsentrasi dengan meja miring terdiri dari rib-rib (tulang-

tulang) bergerak ke belakang dan maju terus menerus dengan arah yang horisontal. Partikel-

partikel batubara bersih (light coal) bergerak ke bawah table, sedangkan partikel-partikel

kotor (heavy partical) merupakan partikel yang tidak diinginkan terkumpul dalam rib dan

bergerak ke bagian akhir table.

Batubara ukuran halus dapat dicuci dengan alat ini secara murah tetapi kapasitasnya kecil dan

hanya efektif untuk melakukan pencucian pada batubara dengan spesific gravity lebih besar 1,5

dengan ukuran partikel batubara yang dicuci 0,5 – 15 mm.

Harga Batubara saat ini ditentukan melalui Indonesian Coal Index. Indonesian Coal Index (ICI)

ialah indeks harga jual batubara berdasarkan kualitasnya yang berlaku di Indonesia. ICI ini

sendiri dibentuk oleh PT Coalindo Energy yang bekerja sama dengan Argus Media Limited

(Inggris) dan sudah dimulai pada tahun 2006. ICI ini dibentuk karena didasari oleh kebutuhan

Page 26: Dalam Sejarah Eksplorasi Telah Banyak Jenis Bor Yang Dipakai

Indonesia untuk memiliki standar harga sendiri. Sebelumnya, harga jual batubara di Indonesia

mengikuti harga internasional, tetapi karena perbedaan spesifikasi dan otonomi antara pasar di

Indonesia dan di luar, maka dibentuklah ICI ini. ICI ini didapat dari analisis oleh Coalindo dan

Argus Media. Coalindo menggunakan metode panelis dimana panelis ini teridir dari 14 orang

produsen, 14 orang konsumen dan 7 orang trader dan broker. Mula-mula panelis dari Coalindo

mengajukan harga. Kemudian nilai yang didapatkan akan di evaluasi kembali oleh Coalindo.

Dari sana, 10% harga tertinggi dan terendah akan dibuang, sisanya akan dihitung rata-ratanya

sehingga didapatkan nilai jual dari 4 macam batubara. Kemudian coalindo akan mengirimkan

hasilnya ke Argus Media di inggris, dan Argus Media di Singapura akan mengajukan harga jual

berdasarkan analisis harga harian dan data transaksi di pasar. Kedua nilai yang didapat Argus

Media di Inggris kemudian akan dirata-ratakan dan akan mendapat nilai akhir ICI.

Specification                                                                                                           

FOB Kalimantan, per tonne

TypeGrade

(Kcal)

Timing Sulphur Ash TM Size

ICI-1

6,500 GAR

(6,200

NAR)

In 90 days up to 1 % up to 12

%

up to 12

%

Panamax

ICI-2

5,800 GAR

(5,500

NAR)

In 90 days up to 0.8 % up to 10

%

up to 18

%

Panamax

ICI-3

5,000 GAR

(4,700

NAR)

In 90 days up to 0.6 % up to 8 % up to 30

%

Panamax

ICI-4

4,200 GAR

(3,900

NAR)

In 90 days up to 0.4 % up to 6 % up to 40

%

Tug