BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-1-05269-mn 2.pdf9 Pelaksanaan...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-1-05269-mn 2.pdf9 Pelaksanaan...
5
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Definisi Sumber Daya Manusia
Menurut Wikipedia indonesia, Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi
SDM adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya
sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya
sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan
kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
2.2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.1) mengemukakan bahwa
Manajemen sumber daya manusia ( MSDM ) merupakan salah satu bidang dari
manajemen umum yang meliputi segi – segi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi/bidang produksi,
pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian.
Menurut Amstrong dalam buku Triton PB (2010:p.17) mendefinisikan Manajemen
sumber daya manusia sebagai pendekatan strategic dan koheran untuk mengelola asset
paling berharga milik organisasi, orang – orang yang bekerja dalam organisasi , baik
secara individu maupun kolektif, dan sumbangan untuk mencapai sasaran organisasi
Menurut Umar dalam buku Triton PB (2010:p.17) mendefinisikan manajemen
sumber daya manusia (MSDM) sebagai bagian dari manajemen keorganisasian yang
memfokuskan diri pada unsur – unsur Sumber Daya manusia.
Menurut Ranupandoyo, Heidjracman dan Husnan, Suad dalam buku Triton PB
(2010:p.18) Manajemen SDM adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dari pengadaan, pemberian kompensasi, pengintegrasian dan pemeliharaan
tenaga kerja dengan maksud untuk membantu mencapai tujuan perusahaan, individu
dan masyarakat.
5
6
Definisi manajemen SDM menurut Soeprihanto, John dalam buku Triton PB
(2010:p.19) sering disamakan arti dengan Man Power Personal Administration , Yaitu
seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap
fungsi – fungsi pengadaan, penarikan, pengembangan dan pemberian kompensasi,
pengintegrasian dan pemeliharaan tenaga kerja dengan maksud membantu kearah
tercapainya tujuan organisasi persahaan atau individudari pekerja dan masyarakat.
Menurut Manullang dalam buku Triton PB (2010:p.19) manajemen SDM adalah
seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan fungsi – fungsi pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,
pengintegrasian dan pemeliharaan tenaga kerja untuk membantu tercapainya tujuan
organisasi dari para pekerja dan masyarakat.
Menurut Mathis, Robert L. dan Jackson, John H. (2006:p.3) manajemen SDM
adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan
penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan
organisasional.
Menurut Robbins, Stephen P dan Coulter, Mary (2004:p.329) manajemen sumber
daya manusia itu penting secara strategis karena berbagai kajian telah menyimpulkan
bahwa sumber daya manusia sebuah organisasi dapat merupakan sumber penting
keunggulan bersaing.
Dari pengertian – pengertian di atas, maka manajemen sumber daya manusia
dapat didefinisikan sebagai pengelolaan organisasional baik individu maupun kolektif
terhadap manusia untuk memberikan kontribusi optimal dalam mencapai sasaran
organisasi, dengan cara menghindari sebanyak mungkin perlakuan manusia sebagai aset,
namun sebaliknya, meningkatkan upaya – upaya perlakuan manusia sebagai partner.
2.2.1. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.8-13) dengan memahami
fungsi manajemen, maka akan memudahkan pula untuk memahami fungsi manajemen
7
SDM yang selanjutnya akan memudahkan kita dalam mengidentifikasi tujuan manajemen
SDM.
Tujuan manajemen SDM ialah meningkatkan kontribusi produktif orang – orang
yang ada dalam perusahaan memalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara
strategis, etis dan social. Manajemen SDM mendorong para manager perusahaan dan
tiap karyawan untuk melaksanakan strategi – strategi yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Tujuan akhir yang ingin dicapai manajemen SDM pada dasarnya adalah :
• Peningkatan Efisiensi
• Peningkatan Efektivitas
• Peningkatan Produktivitas
• Rendahnya tingkat perpindahan pegawai
• Rendahnya tingkat absensi
• Tingginya kepuasan kerja karyawan
• Tingginya kualitas kerja karyawan
• Tingginya kualitas pelayanan
• Rendahnya complain dari pelanggan
• Meningkatnya bisnis perusahaan
Untuk mencapai tujuan akhir tersebut secara bertahap perlu tujuan – tujuan
perantara yaitu diprolehnya :
a) SDM yang memenuhi syarat dan dapat menyesuaikan diri dengan perusahaan
melalui :
• Perencanaan SDM
• Rekruitmen
• Seleksi
• Induksi
b) SDM yang memenuhi syarat dengan keterampilan, keahlian dan pengetahuan
yang sesuai dengan perkembangan melalui :
8
• Pelatihan dan pengembangan
• Pengembangan karier
c) SDM yang memenuhi syarat bersedia bekerja sebaik mungkin melalui :
• Motivasi
• Penilaian karya
• Pemberian “hadiah” dan “hukuman”
d) SDM yang memenuhi syarat yang berdedikasi terhadap perusahaan yang luas
terhadap pekerjaannya melalui :
• Kesejahteraan ( kompensasi )
• Lingkungan kerja yang sehat dan aman
• Hubungan industrial yang baik
2.2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.13-14) fungsi – fungsi
manajemen SDM , yaitu :
1. Fungsi Manajerial
• Perencanaan
• Pengorganisasian
• Pengarahan
• Pengendalian
2. Fungsi Operasional
• Pengadaan tenaga kerja
• Pengembangan
• Kompensasi
• Pengintergrasian
• Pemeliharaan
• Pemutusan hubungan kerja
9
Pelaksanaan berbagai fungsi manajemen SDM sebenarnya bukan untuk
menciptakan SDM yang produktif mendukung tujuan perusahaan, akan tetapi
menciptakan suatu kondisi yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan potensi dan
motivasi SDM dalam berkarya. Sedangkan pelaksanaan fungsi – fungsi SDM lainnya
seperti Kompensasi, Perlindungan, dan hubungan perburuhan yang baik akan dapat
menimbulkan stimulus yang mendorong meningkatnya motivasi kerja SDM.
2.2.3. Pihak – pihak dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk menciptakan manajemen SDM yang berkualitas dan berkemampuan tinggi
perlu diupayakan dalam setiap kesempatan menyadarkan kepada semua manajemen
SDM untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas manajemen SDM untuk selalu
meningkatkan kualitas dalam berbagai bidang keahlian sebagai salah satu upaya
meningkatkan bisnis/aktivitas perusahaan.
Setiap upaya dan kebijakan yang akan ditempuh perusahaan hendaknya selalu
mengacu untuk meningkatkan kualitas manajemen SDM serta memperhatikan pihak –
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, seperti pada Gambar 2.1
Gambar 2.1. Berbagai Pihak yang berkepentingan dalam manajemen SDM
Sumber : Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009) , p.28
MSDM
Pemilik
Karyawan Manajemen
Pemerintah Costumer
10
Keterangan :
• Pemilik, dalam mengelola sumber daya manusia diperlukan peran serta pemilik
dalam kaitannya dengan harapan yang diinginkan oleh pemilik terhadap SDM
yang dapat memberikan kinerja baik bagi suatu SDM dan perusahaan.
• Karyawan, factor karyawan dalam SDM adalah factor utama. Oleh karnanya
perekrutan karyawan, pembinaan, dan pelatihan bagi karyawan menentukan
maju mundurnya suatu perusahaan.
• Pemerintah, pemerintah memiliki hak, wewenang, dan langsung tanggung
jawab untuk meningkatkan mutu hidup dari seluruh warga negaranya.
• Costumer, kelompok masyarakat yang menjadi konsumen barang atau jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan sangat mengharapkan bawhapenyediaan
barang dan jasa tersebut tidak mengalami gangguan yang apabila terjadiakan
mempengaruhi kemampuan untuk memuaskan kebutuhannya.
• Manajemen, dalam perusahaan modern biasanya kelompok professional bukan
lagi pemilik perusahaan – mepertaruhkan waktu, keahlian, pengetahuan,
keterampilan, dan reputasi profesionalnya, bukan hanya demi kepentingan
perusahaan yang dipimpinnya, akan tetapi juga demi kepentingan Negara dalam
rangka pemenuhan tanggung jawab social perusahaan yang bersangkutan.
2.3. Definisi Kompensasi
Kompensasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan
mengapa orang-orang memilih untuk bekerja di sebuah organisasi daripada organisasi
yang lain.
Menurut Fillipo dalam buku Triton PB (2010:p.123) mendefinisikan kompensasi
sebagai “… the adequate and equitable renumeration of personel for their contribution to
organizational objective “ yang artinya balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada
para karyawan atas kontribusi karyawan dalam mencapai tujuan atas sasaran organisasi.
11
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.741) mengemukakan
dalam bukunya bahwa kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai
pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan.
Pemberian kompensasi ini merukapan salah satu pelaksanaan fungsi manajemen
SDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai
pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian. Kompensasi merupakan biaya utama
atas keahlian atau pekerjaan dan kesetiaan dalam bisnis perusahaan di abad 21 ini.
Kompensasi menjadi alasan utama mengapa kebanyakan orang mencari pekerjaan.
Kompensasi menurut Husein dalam buku Triton PB (2010:p.124) didefinisikan
sebagai sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka, sebelum
kompensasi diberikan, terlebih dahulu dilakukakan proses kompensasi, yaitu suatu
jaringan berbagai sub-proses untuk memberikan balas jasa kepada karyawan untuk
memotivasi mereka agar mencapai tingkat prestasi yang diingikan.
Menurut Hasibuan dalam buku Triton PB (2010:p.124) mendefinisikan kompensasi
adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung
yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.
Berdasarkan seluruh definisi diatas, secara ringkas didefinisikan kompensasi adalah
semua imbalan balas jasa baik berbentuk uang, barang langsung, atau tidak langsung
yang diberikan kepada para karyawan atas kontribusi karyawan dalam mencapai tujuan
atas sasaran organisasi.
2.3.1. Jenis – Jenis Kompensasi
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.742) terdapat 2 jenis
dalam kompensasi karyawan , yaitu :
1. Kompensasi Finansial
Langsung
• Gaji
• Upah
• Pembayaran prestasi
12
• Perbayaran insentif
• Bonus
• Bagi keuntungan
• Opsi saham
• Pembayaran tertangguh
Tidak Langsung
• Proteksi
• Asuransi
• Pesangon
• Sekolah anak
• Pensiun
• Lembur
• THR
• Cuti/sakit
• Cuti hamil
• Fasilitas ( Rumah , kendaraan )
2. Non Finansial
Karier
• Jabatan
• Peluang promosi
• Pengakuan karya
• Inovasi
• Prestasi istimewa
Lingkungan kerja
• Pujian
• Bersahabat
• Nyaman dalam bertugas
• Menyenangkan
13
• kondusif
Menurut Mathis, Robert L. dan Jackson, John H. (2006:p.419) beberapa jenis
kompensasi yaitu :
Kompensasi
Langsung Tidak langsung
Gaji pokok
• Upah
• Gaji
Penghasilan tidak tetap
• Bonus
• Insentif
• opsi saham
Tunjangan
• Asuransi kesehatan/jiwa
• Cuti berbayar
• Dana pensiun
• Kompensasi pekerja
• Lain-lain
2.3.2. Pengertian Gaji
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.762) mendefinisikan gaji
adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari
statusnya sebagai karyawan yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan
perusahaan. Atau, dapat juga dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang
karena kedudukannya dalam perusahaan.
2.3.2.1. Tujuan Pemberian Upah dan gaji
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.762) menjelaskan tujuan
pemberian upah dan gaji antara lain :
a. Ikatan kerja sama
Dengan pemberian upah dan gaji terjalinlah ikatan kerja sama formal antara
pemilik/pengusaha dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas –
tugasnya dengan baik, sedangkan pemilik/pengusaha wajib membayar upah dan
gaji sesuai perjanjian yang disepakati.
14
b. Kepuasan kerja
Dengan upah dan gaji, karyawan akan mendapat memenuhi kebutuhan –
kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memproleh kepuasan
kerja dan jabatan.
c. Pengadaan efektif
Jika program upah dan gaji ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang
qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
d. Motivasi
Jika upah dan gaji yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi
para karyawannya.
e. Stabilitas karyawan
Dengan program upah dan gaji atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena
turnover relatif kecil.
f. Displin
Dengan pemberian upah dan gaji yang cukup besar maka disiplin karyawan
semakin baik.
g. Pengaruh serikat buruh
Dengan program upah dan gaji yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan konsentrasi pada pekerjaannya.
h. Pengaruh asosiasi usaha sejenis
Dengan program upah dan gaji atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena
turnover relative kecil dari perpindahan ke perusahaan sejenis dapat dihindarkan.
i. Pengaruh pemerintah
Jika program upah dan gaji sesuai dengan undang – undang perburuhan yang
berlaku , maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
15
2.3.3. Pengertian Upah
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.758) mendefinisikan upah
sebagai balas jasa yang layak diberikan kepada para pekerja atas jasa – jasanya dalam
mencapai tujuan organisasi. Upah merupakan imbalan financial langsung yang
dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau
benyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relative
tetap, besarnya upah dapat berubah – ubah. Konsep upah biasanya dihubungkan dengan
proses pembayaran bagi tenaga kerja lepas.
Menurut Suwarto dalam jurnal Umar, Akmal (2010:p.4) bahwa bagi pekerja, upah
merupakan sumber pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan seseorang bekerja, maka melalui
peningkatan upah kesejahteraan seseorang dapat ditingkatkan. Sebab apabila upah
semakin besar, maka makin besar pula peluang seseorang untuk dapat memenuhi dan
memperbaiki tingkat hidupnya, seperti pemenuhan kebutuhan akan sandang, pangan,
papan, kesehatan, rekreasi dan lainnya. Sementara itu bagi pengusaha, upah merupakan
biaya produksi. Oleh karenanya, setiap terjadi peningkatan upah maka akan terjadi
peningkatan biaya.
2.3.3.1. Penggolongan Upah
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.759) menjelaskan
penggolongan upah sebagai berikut:
Upah sistem waktu
Dalam sistem waktu, besarnya upah ditetapkan berdasarkan standar waktu
seperti jam, hari, minggu, atau bulanan. Besarnya upah system waktu
didasarkan kepada lamanya bekerja bukan dikaitkan dengan prestasi kerjanya.
16
Upah sistem hasil
Dalam sistem hasil, besarnya upah ditetapkan atas satuan unit yang dihasilkan
pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram. Besarnya upah yang
dibayarkan bukan kepada waktu lamanya mereka mengerjakan.
Upah sistem borongan
Sistem borongan adalah suatu cara mengupahan yang penetapan besarnya jasa
didasarkan atas volume pekerjaan dan lama pengerjaannya. Penetapan besarnya
system borongan cukup rumit, lama pengerjaannya, serta banyaknya alat yang
diperlukan untuk menyelesaikanya.
2.3.4. Pengertian Insentif
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.766) insentif diartikan
sebagai bentuk bayaran yang dkaitkan dengan kinerja. Sebagai pembagian keuntungan
bagi karyawan akibat penigkatan produktivitas atau penghematan biaya. Sistem ini
merukapan bentuk lain dari kompensasi langsung diluar gaji dan upah yang merupakan
kompensasi tetap, yang disebut system kompensasi berdasarkan kinerja.
2.3.4.1. Tujuan Insentif
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.767) Tujuan utama dari
insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan dorongan kepada karyawan
dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerjanya. Sedangkan bagi
perusahaan, insentif murapakan strategi yang meningkatkan produktivitas dan efisiensi
perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketatm dimana produktivitas
menjadi hal yang sangat penting.
2.4. Definisi Motivasi
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.837) mengungkapkan
bahwa motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai – nilai yang mempengaruhi individu
untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut
17
merupakan suatu invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu
bertingkah laku dalam mencapai tujuan tersebut. Pada dasarnya motivasi dapat memicu
karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka yang dapat
mengingkatkan produktivitas kerja karyawaan sehingga berpengaruh pada pencapaian
tujuan prusahaan.
Menurut Notoatmodjo, Soekidjo (2009:p.114) bahwa motivasi berasal dari kata
motif yang dalam latin “moreve” yang berarti dorongan dalam diri manusia untuk
bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak lepas dari kata kebutuhan yang
berarti suatu potensi dalam diri manusia yang perlu di tanggapi atau direspons.
Sedangkan pengertian motivasi yang dirumuskan oleh Terry.G dalam buku
Notoatmodjo, Soekidjo (2009:p.114) adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang
individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan – perbuatan.
Sedangkan Stooner dalam buku Notoatmodjo, Soekidjo (2009:p.115)
mendifinisikan bahwa motivasi adalah suatu hal yang menyebabkan dan mendukung
tindakan atau perilaku seseorang.
Berbeda dengan Hasibuan dalam buku Notoatmodjo, Soekidjo (2009:p.115) yang
merumuskan bahwaw motivasi adalah suatu rangsangan keinginan dan daya penggerak
kemauan bekerja seseorang. Ia menambahkan bahwa seperti motif mempunyai tujuan
tertentu yang ingin dicapai.
2.4.1. Konsep – konsep motivasi
Menurut Notoatmodjo, Soekidjo (2009:p.115) Banyak para ahli dari berbagai
disiplin ilmu merumuskan konsep - konsep atau teori tentang motivasi. Berikut adalah
beberapa konsep atau teori sebagai dasar motivasi kerja :
18
1. Teori McClelland
Menurut McClelland yang dikutip oleh Sahlan asnawi dalam buku
Notoatmodjo, Soekidjo (2009:p.115), mengatakan bahwa dalam diri manusia
ada dua motif yakni, motif primer atau motif yang tidak dipelajari atau motif
sekunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi
dengan yang lain.
2. Teori McGregor
Berdasarkan penelitiannya, McGregor dalam buku Notoatmodjo, Soekidjo
(2009:p.118) menyimpulkan teori motivasi itu dalam teori x dan y. Teori ini
didasarkan pada pandangan konvensional atau klasik (X) dan teori modern
(Y)
Teori X yang bertolak dari pandangan klasik berdasarkan anggapan bahwa:
Pada umumnya manusia itu tidak senang bekerja
Pada umumnya itu manusia cenderung sesedikit mungkin
melakukan aktivitas
Pada umumnya manusia kurang berambisi
Pada umumnya manusia itu kurang senang apabila diberi
tanggung jawab
Teori Y yang bertumpu pada pandangan baru yang beranggapan bahwa :
Pada dasarnya manusia itu tidak pasif tetapi aktif
Pada dasarnya manusiaitu tidak malas
Pada umumnya manusia itu dapat berprestasi dala pekerjaannya
3. Teori Harzberg
Frederick Harzberg dalam buku Notoatmodjo, Soekidjo (2009:p.119),
seorang ahli psikologi dari unversitas Cleveland telah mengembangkan teori
motivasi 2 faktor. Dalam teori ini ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang dalam bertugas atau bekerja yaitu :
19
Faktor yang menyebabkan kepuasan ini menyangkut psikologis
seseorang, antara lain :
o Prestasi
o Penghargaan
o Tanggung jawab
o Kesempatan untuk maju
o Pekerjaan itu sendiri
Faktor yang menyebabkan ketidakpuasan atau factor hygiene,factor
ini menyangkut kebutuhan akan pemeliharaan yang merupakan
hakekat manusia ingin memperoleh kesehatan badaniah, antara lain:
o Kondisi kerja fisik
o Kebijakan dan administrasi perusahaan
o Pengawasan
o Gaji
o Keamanan kerja
4. Teori Moslow
Teori motivasi yang sangat terkenal adalah teori kebutuhan yang
dikemukakan oleh Abraham moslow dalam buku Rivai, Veithzal dan sagala,
Ella Jauvani (2009:p.840). Menurut Moslow bahwa pada setiap manusia itu
terdiri dari 5 kebutuhan yaitu :
20
Aktualisasi
Diri
Penghargaan diri
Kepemilikan social
Rasa Aman
Kebutuhan fisiologis
Gambar 2.2. Hierarki kebutuhan Moslow
Sumber : Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.840)
Keterangan :
• Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisik, kebutihan makan, minum, perlindungan fisik, seksual,
sebagai kebutuhan terendah
• Rasa aman
Kebutuhan rasa aman, kebutuha perlindungan dari ancaman bahaya,
pertentangan dan lingkungan hidup
• Kepemilikan social
Kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan untuk diterimadalam kelompok,
berafiliasi, berorientasi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
• Penghargaan diri
Kebutuhan akan harga diri, kebutuhan untuk dhihormati dan dihargai
oleh orang lain
21
• Aktualisasi diri
Kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, potensi, kebutuhan
untuk berpendapat dengan mengemukakan ide – ide, memberikan
penilaian dan kritik terhadap sesuatu
2.4.2. Metode motivasi Kerja
Menurut Notoatmodjo, Soekidjo (2009:p.129) Dalam meningkatkan motivasi kerja
terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi. Beberapa ahli mengelompokan 2 cara
atau metode untuk meningkatkan motivasi kerja, yakni :
• Metode langsung
Pemberian materi atau non materi secara langsung untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan merupakan cara yang langsung dapat
meningkatkan motivasi kerja karyawan. Dikatagorikan menjadi 3 antara
lain:
o Materiil
Yang diberikan kepada karyawan yang dapat memenuhi
kebutuhan ekonomi. Misalnya Kendaraan dinas, rumah dinas,
bonus berupa kenaikan gaji.
o Non materiil
Pemberian yang tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi yang
bisa memberikan nilai kepuasan atau kebanggaan bagi
karyawan. Antara lain berupa penghargaan medali, piagam,
piala, bintang penghargaan atau barang lainnya
o Kombinasi materi dan non materi
Alat motivasi ini adalah kedua – duanya , baik materi maupun
nonmateriil . selain bonus dan uang yang diterima , karyawan
juga memperoleh penghargaan berupa piagam atau medali dan
sebagainya
22
• Metode tidak langsung
Pemberian kepada karyawan berupa fasilitas – fasilitas atau sarana
penunjang kerja bagi karyawan untuk kelancaran dalam melakukan
pekrjaannya dan dapat meningkatkan semangat kerja. Peningkatan
motivasi tidak langsung ini misalnya, ruang kerja yang nyaman, kursi
kerja yang empuk, lingkungan yang kondusif, tersedianya alat
komunikasi yang memadai, perlengkapan kerja yang lengkap dan
sebagainya.
2.4.3. Menciptakan dan mempertahankan motivasi Kerja
Menurut Triton PB (2010:p.177) mengemukakan bahwa untuk menciptakan dan
sekaligus mempertahankan motivasi yang telah diproleh, maka dapat disarankan untuk
para manajer untuk melakukan hal – hal berikut :
1. Sedapat mungkin hindarilah hal – hal yang dapat menggangu konsentrasi
sebelum mulai melakukan aktiitas.
2. Biasakan bersikap tenang dan melupakan semua masalah yang dihadapi
sebelumnya.
3. Biasakan untuk meluangkan waktu sejenak. Ini perlu dilakukan untuk kembali
menstabilkan emosi.
4. Membuang jauh – jauh semua hal negative yang dapat menggangu pikiran.
5. Membiasakan berpikir positif. Kalimat – kalimat negative seperti “ saya tidak
mampu” atau “saya terlalu lemah” sebaiknya dihindari jauh – jauh karena hanya
mematikan motivasi dan mengurangi semangat kita dalam bekerja.
6. Hadapilah semua tugas dengan rasa optimis. Sikap optimis dapt dibangun
dengan mempercayai semua kemampuan dan potensi yang ada dalam diri kita.
7. Siasati keadaan agar tidak mengalami kejenuhan. Kejenuhan hanya akan
membuat pikiran melayang tak tentu arah dan akhirnya justru menghilangkan
konsentrasi.
23
8. Jangan terlalu cepat merasa puas atas pencapaian. Tidak cepat puas disini bukan
berarti tidak bersyukur. Bersyukur merupakan keharusan, tetapi cepat puas
adalah hal lain. Cepat puas seringkali membuat orang – orang sukses lupa diri
dan akhirnya terjatuh sehingga mereka seringkali harus memulai dari awal
pencapaian, tentu saja jika ini terjadi, maka motivasi akan terkuras banyak.
2.4.4. Kaitan Antara Kepuasan Kerja dan Motivasi
Menurut Triton PB (2010:p.166-168) Kepuasan kerja dan motivasi merupakan dua
hal yang berbeda yang sering dipaparkan secara beriringan atau bergantian. Kepuasan
kerja pada seseorang pegawai mungkin mempengaruhi kehadirannya dalam pekerjaan,
kesediaan dalam bekerja juga sering kali dipengaruhi oleh keinginannya untuk mengganti
pekerjaan. Disisi lain, pegawai yang termotivasi adalah pegawai yang perilakunya
senantiasa bersesuaian dengan sasaran dan tujuan – tujuan organisasi.
Menurut Gomes dalam buku Triton PB (2010:p.166) Kepuasan kerja dan motivasi
memiliki kaitan yang cukup erat dalam diri pekerja. Hubungan erat tersebut dapat
digambarkan dan dijelaskan sebagai berikut :
KEPUASAN
Tinggi Rendah
M
O Tinggi
T
I
V
A Rendah
S
I Gambar 2.3. Kaitan antara motivasi dengan kepuasan kerja
Sumber : Triton PB (2010), p. 166
III
Nilai positif bagi organisasi
Dan negatif bagi karyawan
I
Nilai positif bagi organisasi
Dan postif bagi karyawan
IV
Nilai negatif bagi organisasi
Dan negatif bagi karyawan
II
Nilai negatif bagi organisasi
Dan positif bagi karyawan
24
Keterangan :
• Kuadran pertama menunjukan keadaan yang ideal, dimana pegawai
dengan motivasi dan kepuasan kerja yang tinggi akan memberikannilai
yang positif baik terhadap individu pegawai maupun organisasi. Pegawai
dengan motivasi kerja yang tinggi tentunya akan memberikan kontribusi
tinggi terhadap perusahaan. Atas kontribusi yang tinggi , maka
organisasi akan memiliki outcomes yang tinggi, maka dapat memenuhi
keinginan dan harapan balas jasa yang layak pada diri pegawai.
• Kuadran kedua menunjukan keadaan dimana pegawai motivasi
yang tinggi tetapi tidak puas terhadap pekerjaannya. Apabila ini
dibiarkan, dalam jangka panjangdapat menimbulkan protes terhadap
perusahaan atau pegawai memilih berpindah pekerjaan.
• Kuadran ketiga menunjukan keadaan dimana pegawai tidak
termotivasi oleh segala kepuasan terhadap pekerjaan yang diberikan
oleh perusahaan. Apabila ini dibiarkan, dalam jangka panjang dapat
menimbulkan keadaan kontraproduktif bagi perusahaan, dan bukan tidak
mungkin perusahaan sulit berkembang atau bahkan mengalami krisis
atau kebangkrutan.
• Kuadran keempat menunjukan keadaan yang paling buruk, dimana
pegawai dengan motivasi dan kepuasan rendah akan memberikan nilai
yang negative baik terhadap individu pegawai maupun terhadap
organisasi.
2.5. Kepuasan Kerja
Sesuai dengan kodratnya, kebutuhan manusia sangat beraneka ragam, baik jenis
maupun tingkatannya, bahkan manusia memiliki kebutuhan yang cenderung tidak
terbatas. Artinya, kebutuhan selalu bertambah dari waktu ke waktu dan manusia selalu
berusaha dengan segala cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Kebutuhan manusia
25
diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai, dimiliki dan dinikmati. Untuk itu manusia
terdorong untuk beraktivitas yang disebut bekerja.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda – beda sesuai system nilai yang
berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan
keinginan individu, maka makin tinggi tingkat kepuasan terhadap kegiatan tersebut.
Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas
perasaan sikapnya senag atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.
Menurut Mathis, Robert L. dan Jackson, John H. (2006:p.121) kepuasan kerja
adalah keadaan emosional yang positif yang merupakan hasil dari evaluasi pengalaman
kerja seseorang.
Menurut Wexley dan Yukl dalam buku Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani
(2009: p856) mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his
or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau
pekerjaannya. Dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang
menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan
melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan
dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu,
perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan,
kemampuan dan pendidikan.
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.856-860)
mengemukakan dalam bukunya bahwa terdapat beberapa Teori tentang kepuasan kerja
yang cukup dikenal adalah :
26
1. Teori ketidaksesuaian (discrepancy theory)
Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara
sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Kepuasan kerja
seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggapnya akan
didapat dengan apa yang sudah dicapainya.
2. Teori keadialan (equity theory)
Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas dan tidak puas,
tergantung pada ada atau tidaknya keadilan dalam suatu situasi, khususnya
situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah
input, hasil, keadilan, dan ketidakadilan. Bila perbandingannya itu dianggap
cukup adil maka karyawan akan menimbulkan rasa kepuasan, begitu pun
sebaliknya.
3. Teori dua factor (two factor theory)
Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu merupakan harl
yang berbeda. Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua
kelompok yaitu satisfies atau motivator dan dissatisfies. Satisfies ialah faktor –
faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri
dari : pekerjaan yang manarik, penuh tantangan, ada kesempatan untuk
berprestasi, kesempatan untuk memproleh penghargaan dan promosi.
Terpenuhinya faktor – faktor tersebut akan menimbulkan kepuasan kerja.
Dissatisfies adalah faktor – faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan, terdiri
dari : gaji, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status. Bila
tidak terpenuhinya faktor – faktor tersebut akan menimbulkan ketidakpuasan
kerja.
2.5.1. Faktor – faktor Kepuasan Kerja
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.860) Secara teoritis,
faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya,
27
seperti gaya kepemimpinan, produktifitas, pemenuhan harapan penggajian dan
efektivitas kerja. Faktor – faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan
kerja karyawan diantaranya seperti, isi pekerjaan, promosi, manajemen, peraturan –
peraturan organisasi, gaji / upah, insentif, rekan kerja, benefit, kondisi pekerjaan dan lain
sebagainya.
Selain itu, menurut Job Descriptive Index (JDI) factor penyebab kepuasan kerja
ialah: bekerja pada tempat yang tepat, pembayaran yang sesuai, organisasi dan
manajemen, supervisi pada pekerjaan yang tepat, dan orang yang berada dalam
pekerjaan yang tepat.
2.6. Kinerja
Setiap perusahaan menginginkan karyawan melakukan pekerjaan mereka dengan
baik.
Menurut Mathis, Robert L. dan Jackson, John H. Terjamahan Jimmy Sadeli dan
Bayu Prawira (2001 : p.378), “menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa
yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan”.
2.6.1. Elemen Kinerja
Menurut Robert dan John dalam bukunya yang berjudul “ Human Rosources
Management” (2006 : P.378), kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan
meliputi elemen sebagai berikut :
• Kuantitas dari hasil
Pencapaian sasaran atau target dalam kuantitas dapat di ukur secara absolut,
dalam persentase atau indeks
28
• Kualitas dari hasil
Kualitas bersifat relatif , sehingga tidak mudah diukur , dan sangat tergantung
pada selera individu.kualitasdapat dirasakan , dilihat , atau diraba.
• Waktu dan kecepatan dari hasil
Setiap pelaksanaan tugas yang mahal membutuhkan waktu sebagi masukan.
Waktu merupakan sumber daya yang mahal, karena dia terbatas, tidak dapat
disimpan atau di tunda , oleh karena itu setiap waktu harus digukanan secepat
mungkin dan secara optimal. Penundaan penggunaan waktuu dapat
menimbulkan berbagai konsekuensi biaya bedar dan kerugian.
• Kehadiran dan absensi
• Kemampuan bekerja sama
• Rasa dapat dipercaya
2.6.2. Penilaian Kinerja
Perusahaan dapat berkembang merupakan keinginan setiap indvidu yang berada
dalam perusahann tersebut, sehingga diharapkan dengan perkembangan tersebut
perusahaan mampu bersaing dan mengikuti kemajuan jaman. Karena itu, tujuan yang
harapkan perusahaan dapat tercapai dengan baik. kemajuan perusahaan dipengaruhi
oleh faktor – faktor lingkungan yang bersifat internal dan external.
Prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh bermacam – macam ciri pribadi dari
masing – masing individu. dalam perkembangan yang kompetitif dan mengglobal,
prusahaan membutuhkan karyawan yang berprestasi tinggi. pada saat yang sama
pekerja memerlukan umpan balik atas kinerja mereka.
Bagi setiap perusahaan, kinerja karyawan merupakan salah satu tugas manager
yang penting dalam perusahaan. diakui bahwa banyak kesulitan penilaian kinerja yang
dialami dalam menangani secara akurat. Jika perusahaan berpegangan pada asumsi
bahwa orang tidak akan bekerja kecuali bila mereka diawasi dan dikendalikan dengan
29
ketat, ia cenderung menerapkan cara penilaian yang rahasia dan biasanya penialain
bersifat objektif.
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. untuk
menyesuaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediannya
dan tingkat kemampuan tertentu. dalam praktiknya, istilah penilaian kinerja (
performance appasial) dan evaluasi kenerja ( performance evaluation) dapat digunakan
secara bergantian atau bersamaan karena pada dasarnya mempunyai maksud yang
sama.
Menurut Helfert dalam buku Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.604)
menyatakan kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama
periode tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan
operasional perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya yang miliki
2.6.3. Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut mulyadi dan setyawan dalam buku Rivai, Veithzal dan sagala, Ella
Jauvani (2009:p.604) mengutarakan bahwa tujuan utama dari penilaian kinerja adalah
untuk memotivasi individu karyawan untuk mencapai sasaran organisasi dan dalam yang
telah memenuhi standart prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan perusahaan.
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.551) Suatu perusahaan
melakukan penilaian kinerja didasarkan pada 2 alasan pokok, yaitu :
• Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan
pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan dibidang
SDM dimasa yang akan datang.
• Manajer memerlukan alat yang meyakinkan untuk membantu
karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan,
30
pengembangan kemampuan dan ketempilan utnuk pengembangan
karier dam memperkuat kualitas hubungan antar manajer yang
bersangkutan dengan karyawannya.
Selain itu penilaian kinerja dapat digunakan untuk :
1. Mengetahui pengembangan , yang meliputi:
• identifikasi kebutuhan pelatihan
• umpan balik kinerja
• menentukan transfer dan penugasan
• identifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan
2. Pengambilan keputusan administrasi, yang meliputi:
• keputusan untuk menentukan gaji, promosi, mempertahankan atau
memberhentikan karyawan
• pengakuan kinerja karyawan
• pemutusan hubungan kerja
• mengidentifikasikan yang buruk
3. Keperluan perusahaan, yang meliputi:
• perencanaan SDM, menentukan kebutuhan penelitian
• evaluasi pencapaian tujuan perusahaan
• informasi atau identifikasi tujuan
• evaluasi terhadap sistem SDM
• penguatan terhadap kebutuhan pengembangan perusahaan
4. Dokumentasi, yang meliputi:
• kriteria untuk validasi penelitian
• dokumentasi keputusan-keputusan tentang SDM
• membantu untuk memenuhi persyaratan hukum
31
2.6.4. Metode Penilaian Kinerja
Menurut Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.564) metode atau teknik
penilaian kinerja karyawan dapat digunakan dengan pendekatan yang berorientasi masa
lalu dan masa depan. dalam praktiknya tidak ada satupun teknik yang sempurna, pasti
ada keunggulan dan kelemahanya.
1. Metode penilaian masa lalu
Ada beberapa metode untuk penilaian prestasi kerja dimasa lalu dan
hampir semua teknik tersebut merupakan suatu upaya untuk
meminimumkan berbagai masalah tertentu yang dijumpai dalam pendekatan
ini. dengan mengevaluasi prestasi kerja dimasa lalu, karyawan dapat
memproleh umpan balik dari upaya – upaya mereka. teknik penilaian ini
meliputi :
a) Skala peringkat
Penilaian didasarkan pada pendapat para penilai dan sering kali
kriteria – kriterianya tidak berkaitan langsung dengan hasil kerja.
pada umumnya penilai diberi formulir, yang berisi sejumlah sifat dan
ciri – ciri hasil kerja yang harus diisi, seperti kemandirian, inisiatif,
sikap, kerja sama, dan lainya. jumlah bobot yang diberi mungkin
akan berdampak untuk mempengaruhi kenaikan gaji dan kompensasi
lainya.
Keuntungan metode ini adalah biayanya murah dalam
penggunaan dan pengembanganya, penilai membutuhkan sedikit
pelatihan atau waktu untuk menyempurnakan formulir yang ada. dan
metode ini bisa digunakan untuk banyak karyawan.
Kelemahan dalam metode ini adalah penyimpangan, dalam hal
ini prasangka penilai biasanya akan tampak pada subjektifitasnya
dalam dalam metode ini.
32
b) Daftar pertanyaan
Penilaian berdasarkan metode ini terdiri dari sejumlah
pertanyaan yang menjelaskan beraneka macam tingkat perilaku bagi
suatu pekerjaan tertentu. penilai tinggal memilih kata atau
pertanyaaan yang menggambarkan karakteristik dan hasil kerja
karyawan.
Keuntungan dari checklist adalah biaya yang murah,
pengurusannya murah, penilai hanya membutuhkan pelatihan yang
sederhana, dan distandarisasi.
Kelemahannya meliputi kepekaan dari penyimpangan
penilai,lebih mengedapankan kreiteria – kriteria hasil kerja,
kesalahan menapsir materi – materi checklist, dan penentuan bobot
hasil nilai tidak seharusnya dilakukan oleh departemen SDM.
c) Metode dengan pilihan terarah
Metode ini dirancang untuk meningkatkan obtectivitas dan
mengurangi subjektivitas dalam penilaian. salah satu sasaran dasar
pendekatan pilihan ini adalah untuk mengurangi dan menyingkirkan
kemungkitan berat sebelah penilaain dengan mememaksakan
sesuatu pilihan antara pernyataan – pernyataan deskriptif dengan
kelihatannya mempunyai nilai yang sama. Penilai pada umumnya
adalah atasan langsung,walaupun para bawahan dan rekan sekerja
boleh menyiapkan evaluasi.
d) Metode peristiwa kritis
Metode ini merupakan pemilihan yang mendasarkan pada
catatan kritis penilai atas prilaku karyawan, seperti sangat baik atau
sangat jelek dalam melaksanakan pekerjaan. metode ini bermanfaat
untuk memberi karyawan umpan balik yang terkait langsung dengan
pekerjaannya. Hal ini juga mengurangi penyimpangan nilai, jika
33
penilai mencatat kejadian selama waktu penilaian. kelemahannya
adalah penilai seringkali tidak mencatat ketika insiden terjadi.
e) Metode catatan prestasi
Metode ini berkaitan erat dengan metode pristiwa kritis yaitu
catatan penyempurnaan, yang banyak digunakan terutama oleh para
profesional. Informasi ini secara khusus digunakan untuk
menghasilkan detail laporan tahunan tentang kontribusi seorang
profesional selama satu tahun. Selanjutnya digunakan oleh atasan
untuk menentukan kenaikan dan promosi dan untuk memberikan
saran – saran untuk tentang hasil kerjanya untuk masa yang akan
datang.
f) Skala peringkat dikaitan dengan tingkh laku
Metode ini merupakan suatu penilaian prestasi kerja karyawan untuk
satu kurun waktu tertentu dimasa lalu dengan mengaitkan skala
peringkat prestasi kerja dengan perilaku tertentu. Kelebihan metode ini
ialah pengurangan subjektifitas dalam penilaian.
g) Metode peninjauan lapangan
Specialist SDM mendapat informasi dari atasan langsung prihal
prestasi karyawannya, lalu mengevaluasi berdasarkan informasi tersebut.
Hasil penelitian dikirim ke penyelia dan di bawa ke lapangan utnuk
keperluan review, perubahan, persetujuan, dan pembahasan denaga
pihak karyawan yang dinilai.
e) Tes dan observasi prestasi kerja
Karena berbagai pertimbangan dan keterbatasan penilaian prestasi
dapat didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan berupa tes
tertulis dan peragaan, syaratnya tes harus valid dan reliable. Kelebihan
34
metode ini terletak pada keterkaitan langsung antara prestai kerja
dengan tugas pekerjaan yang diberikan, tetapi metode ini memerluka
biaya yang tidak sediki, berupa mesin tik, computer, dan telepon bagi
sekertaris dan ada lagi biaya untuk para ahli penilai.
f) Pendekatan evaluasi komparatif
Metode yang mengutamakan perbandingan prestasikerja seseorang
dengan karyawan lainnya yang menyelenggarkan kegiatan sejenis.
Perbandingan itu dipandang bermanfaat untuk manajemen SDM dengan
lebih rasional dan efektif, khususnya dalam hal kompensasi.
2. Metode Penelitian Berorientasi masa depan
Metode penilaian berorientasi masa depan menggunakan asumsi
bahwa karyawan tidak lagi sebagai objek penilaian yang tunduk dan
tergantung pada penyelia, tetapi karyawan dilibatkan dalam proses penilaian.
Karyawan mengambil peran penting bersama – sama dengan penyelia dalam
menetapkan tujuan – tujuan strategis perusahaan.
a) Penilaian diri sendiri
Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan
sendiri dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih kengenal
kekuatan – kekuatan dan kelemahannya sehingga mampu
mengidentifikasi aspek – aspek prilaku kerja yang di perbaiki dimasa
yang akan datang.
b) Manajemen berdasarkan sasaran
MBO yang berarti manajemen berdasarkan sasaran, artinya adalah
satu bentuk penilaian dimana karyawan dan penyelia bersama-sama
menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja di
waktu yang akan datang. Penilaian kinerja berdasarkan metode ini
merupakan suatu alternative untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
35
dari bentuk penilaian kerja lainnya. Pemakaiannya terutama ditujukan
untuk keperluan pengembangan karyawan. Metode ini lebih mengacu
kepada pendekatan hasil.
Menurut Simamora dalam buku Rivai, Veithzal dan sagala, Ella Jauvani (2009:p.488)
tidak setiap sistem penilaian kinerja akan bebas sama sekali dari tantangan-tantangan
legal. Walaupun demikian, sistem penilaian kinerja dapat memiliki karakteristik-
karakteristik tertentu yang mungkin secara legal dapat dipertahankan. Karakteristik-
karakteristik tersebut adalah:
1. Kriteria yang berkaitan dengan pekerjaan
2. Pengharapan kinerja
3. Fokus pada perilaku yang terobsesi
4. Sensitivitas
5. Standarisasi
6. Sokongan manajemen atau karyawan
7. Keandalan dan validitas
8. Penilaian yang berbobot
9. Komunikasi terbuka dan
10. Kemamputerimaan (acceptability)
36
2.7. Literatur reviews
Variable Jurnal Pengarang Persentase
pengaruh
Kompensasi-
kepuasan kerja
(X1) - (Y)
Thesis:
Analisis pengaruh kompensasi dan
promosi terhadap kepuasan kerja
pegawai pada PT.Asuransi Dharma
Bangsa
Sondang P
Hutagalung
0,208 atau
4,3%
Motivasi–
kepuasan kerja
(X2) - (Y)
Jurnal Manajemen dan Bisnis
Sriwijaya Vol. 3 No 6 desember
2005
Pengaruh motivasi terhadap
kepuasan kerja pegawai badan
koordinasi keluarga berencana
nasional kabupaten muara enim
Anwar Prabu
2005
47,7%
Kepuasan
kerja– kinerja
karyawan
(Y) - (Z)
Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol.11, No.1
Pengaruh Komitmen Organisasional
dan Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja
Karyawan PT. Perkebunan
Nusantara III di Sumatera Utara
Diana Sulianti
K. L. Tobing
Fakultas
Ekonomi,
Universitas
Jember
2009
0,715 atau
(0,715)2=
51,1%
Kompensasi –
kinerja
karyawan
X1 - Z
Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan Vol. 5, No. 1
Hubungan Antara Temperamen
Karyawan, Pemberian Kompensasi,
Dan Jenjang Karier Yang Tersedia
Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan
Eddy M.
Sutanto
2003
0,33 atau
(0,33)2=
10,9%
37
Motivasi-kinerja
X2 - Z
Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol.7, No.2
Pengaruh budaya organisasi
terhadap motivasi dan kepuasan
kerja serta kinerja karyawan pada
sub sektor industri pengolahan
kayu skala menengah di jawa timur
H.Teman
Koesmono
2005
0,387 atau
(0,387)2=
15%
38
2.8. Kerangka pemikiran
STUDI KEPUSTAKAAN
Kaji Pustaka
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Latar Belakang Masalah 2. Pembatasan Masalah 3. Perumusan Masalah
• Seberapa besar pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan?
• Seberapa besar pengaruh antara kepuasan kerja karyawan dengan kinerja karyawan?
• Seberapa besar pengaruh kompensasi dan motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan serta memiliki dampak terhadap kinerja karyawan?
• Bagaimana tanggapan karyawan mengenai kompensasi, motivasi, kepuasan kerja, serta kinerja nya didalam perusahaan?
TUJUAN PENELITIAN
Menjawab ke-empat rumusan permasalahan diatas
LANDASAN TEORI
1. Kompensasi
2. Motivasi
3. Kepuasan kerja
4. Kinerja karyawan
PENGUMPULAN DATA
Wawancara
Kuesioner
Observasi
PEMBERIAN KOMPENSASI, PEMBERIAN MOTIVASI, TINGKAT KEPUASAN KERJA, DAN TINGKAT KINERJA KARYAWAN
39
Gambar 2.4 kerangka pemikiran
Sumber: Hasil pengolahan data CV.Sinar Mutiara
PENGOLAHAN DATA
• Uji normalitas • Uji valiaditas • Uji reabilitas • Analisis kolerasi • Analisis jalur
KOMPENSASI (X1)
kompensasi kompensasi langsung tidak langsung
- gaji - asuransi
- tunjangan hari raya
- uang lembur
- Uang makan
MOTIVASI (X2)
- piagam
- kenaikan gaji
-fasilitas-fasilitas kerja
KEPUASAN KERJA (Y)
- insentif - peraturan
- Rekan kerja - Supervisi
- kondisi pekerjaan
KINERJA KARYAWAN (Z)
- Mudah bekerja sama
- Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
- Kehadiran
OUTPUT
SIMPULAN DAN SARAN
40
2.9. Hipotesis
Menurut Wikipedia Indonesia, Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo= di
bawah; thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa
merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang
mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam
penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada
perbedaan makna di dalamnya. Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara
terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan
kebenarannya
Hipotesis dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah, yaitu:
1. Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Variabel X1 dan X2 terhadap Y
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara Variabel X1 dan X2 terhadap Y
2. Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Y terhadap Z
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Y terhadap Z
3. Ho = Tidak ada bepengaruh secara simultan dan signifikan antara variabel X1, X2
dan Y terhadap Variabel Z
Ha = Ada bepengaruh secara simultan dan signifikan antara variabel X1, X2 dan Y
terhadap variabel Z.