BAB 2 LANDASAN TEORI -...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI -...
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Gudang
2.1.1 Definisi Gudang
Menurut Mulcahy (1994, p12) Gudang adalah suatu fungsi penyimpanan
berbagai macam jenis produk yang memiliki unit-unit penyimpanan dalam jumlah
besar maupun yang kecil dalam jangka waktu saat produk dihasilkan oleh pabrik
(penjual) dan saat produk dibutuhkan oleh pelanggan atau stasiun kerja dalam
fasilitas pembuatan.
Menurut Apple (1990, p242) Gudang adalah tempat yang dibebani tugas
untuk menyimpan barang yang akan dipergunakan dalam produksi, sampai barang
tersebut diminta sesuai jadwal produksi.
2.1.2 Tipe-Tipe Gudang
Menurut Holy dan Martinus (2005) terdapat beberapa tipe gudang, yaitu:
1. Manufacturing plant warehouse
Manufacturing plant warehouse adalah gudang yang ada di pabrik. Transaksi
di dalam gudang ini meliputi penerimaan dan penyimpanan material,
pengambilan material, penyimpanan barang jadi ke gudang, transaksi internal
gudang, dan pengiriman barang jadi ke central warehouse, distribution
warehouse, atau langsung ke konsumen.
2. Central warehouse
Central warehouse adalah gudang pokok. Transaksi di dalam central
warehouse meliputi penerimaan barang jadi (dari manufacturing warehouse,
7
langsung dari pabrik, atau dari supplier), penyimpanan barang jadi ke
gudang, dan pengiriman barang jadi ke distribution warehouse.
3. Distribution warehouse
Distribution warehouse adalah gudang distribusi. Transaksi dalam gudang ini
meliputi penerimaan barang jadi (dari central warehouse, pabrik, atau
supplier), penyimpanan barang yang diterima gudang, pengambilan dan
persiapan barang yang akan dikirim, dan pengiriman barang ke konsumen.
Terkadang distribution warehouse juga berfungsi sebagai central warehouse.
4. Retailer warehouse
Retailer warehouse adalah gudang pengecer, jadi dengan kata lain, gudang
ini adalah gudang yang dimiliki toko yang menjual barang langsung ke
konsumen.
2.1.3 Tipe Gudang Menurut Karakteristik Barang yang Disimpan
Dalam sebuah pabrik, gudang dapat dibedakan menurut karakteristik barang
yang disimpan, yaitu sebagai berikut:
a. Gudang bahan baku
Gudang ini menyimpan setiap material yang dibutuhkan untuk proses
produksi. Lokasi gudang ini biasanya berada di dalam bangunan pabrik
(indoor). Untuk beberapa jenis bahan tertentu bisa juga diletakkan di luar
pabrik (outdoor), yang mana hal ini akan dapat menghemat biaya gudang
karena tidak memerlukan bangunan spesial untuk menampungnya. Gudang
ini kadang-kadang disebut pula sebagai stock room karena fungsinya memang
sebagai penyimpan stock untuk kebutuhan tertentu.
8
b. Gudang barang setengah jadi
Dalam industri manufaktur, sering kita jumpai bahwa benda kerja harus
melalui beberapa macam proses operasi dalam pengerjaannya. Prosedur ini
sering pula terhenti karena waktu pengerjaan yang dibutuhkan dari satu
operasi ke operasi berikutnya tidak sama, sehingga untuk itu material harus
menunggu sampai mesin atau operator berikutnya siap mengerjakan.
c. Gudang produk jadi
Fungsi gudang ini adalah menyimpan produk-produk yang telah selesai
dikerjakan. Departemen ini mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
- Penerimaan produk jadi yang telah selesai dikerjakan oleh departemen
produksi.
- Penyimpanan produk jadi dengan sebaik-baiknya dan selalu siap pada
saat ada permintaan masuk.
- Pengepakkan produk untuk dapat dikirim dengan aman.
- Menyelenggarakan administrasi pergudangan.
Jelas di sini bahwa lokasi dari gudang produk jadi dan departemen
pengiriman barang haruslah direncanakan berdekatan dengan fasilitas
transportasi, seperti halnya pada saat merencanakan departemen penerimaan
bahan dan gudang bahan baku.
d. Gudang perlengkapan
Adalah gudang untuk menyimpan barang-barang yang tidak produktif.
Barang-barang tersebut merupakan penunjang fungsi dan kelancaran
produksi. Contohnya adalah perlengkapan kantor, peralatan untuk perawatan
mesin, dan lain-lain.
9
e. Salvage
Dalam sebagian besar proses produksi, ada kemungkinan beberapa benda
kerja akan salah dikerjakan (miss-processed), untuk itu diperlukan pengerjaan
kembali untuk memperbaikinya sehingga memenuhi standar kualitas. Benda
kerja yang tidak bisa diperbaiki akan menjadi scrap atau buangan/limbah.
f. Scrap & Waste
Scrap adalah material atau komponen yang salah dikerjakan dan tidak dapat
diperbaiki lagi, sedangkan waste adalah normal residu dari proses produksi,
misalnya seperti garam, potongan-potongan logam, dan lain-lain, yang tidak
berguna lagi dalam proses produksi yang ada (meskipun dalam proses daur
ulang material ini akan berguna untuk bahan produk lain). Material berupa
scrap atau waste ini biasanya dikumpulkan dan diletakkan dalam area yang
terpisah dari pabrik dengan harapan akan bisa dijual ke pihak lain yang
membutuhkannya.
2.1.4 Operasi-Operasi Pergudangan
Menurut Holy dan Martinus (2005) dalam pergudangan terdapat 3 fungsi
utama, yaitu: movement (perpindahan), storage (penyimpanan), dan information
transfer (transfer informasi).
1. Movement (perpindahan)
Fungsi movement ini merupakan fungsi utama, salah satu kegiatannya adalah
memperbaiki perputaran persediaan dan mempercepat proses pesanan dari
produksi hingga ke pengiriman utama. Fungsi movement dibagi menjadi
aktivitas-aktivitas meliputi:
10
• Receiving (penerimaan)
Merupakan aktivitas penerimaan barang di mana di dalamnya terdapat
aktivitas-aktivitas seperti pembongkaran muatan, penghitungan
kuantitas yang diterima dan inspeksi kualitas dan kerusakan, dan juga
aktivitas-aktivitas lain yang berkaitan dengan penerimaan barang di
gudang.
• Put Away
Merupakan proses pemindahan barang dari dok penerimaan ke
gudang penyimpanan.
• Customer Order Picking
Merupakan aktivitas pemindahan barang dari gudang penyimpanan
atau dari lokasi picking untuk kemudian disiapkan untuk proses
pengiriman.
• Packing
Proses packing merupakan proses pengepakkan barang yang akan
dikirim ke konsumen.
• Cross Docking
Proses ini merupakan proses pemindahan barang dari area receiving
langsung ke lokasi shipping tanpa melalui aktivitas penyimpanan di
gudang.
• Shipping
Aktivitas ini merupakan pengiriman produk dan meliputi proses
pembuatan dokumen barang yang akan dikirim.
11
2. Storage (penyimpanan)
Storage merupakan aktivitas penyimpanan barang, baik yang merupakan
bahan baku ataupun barang hasil produksi. Penyimpanan barang dilakukan di
dalam gedung gudang. Gudang produk jadi dan bahan baku dapat menjadi
satu atau dipisahkan.
3. Information transfer (transfer informasi)
Informasi yang ditransfer dalam aktivitas ini adalah informasi mengenai stock
barang yang ada di gudang atau informasi-informasi lain yang berguna.
Informasi ini dapat merupakan informasi untuk pihak di luar gudang atau
pihak gudang sendiri.
2.2 Kepuasan
2.2.1 Definisi Kepuasan
Menurut Kotler (2005, p70) Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah memperbandingkan antara kinerja (atau hasil produk)
yang dirasakan terhadap kinerja (atau hasil produk) yang diharapkan.
Kata kepuasan berasal dari bahasa latin “statis” (artinya cukup baik dan
memadai) dan “fasio” (artinya melakukan atau membuat). Jadi kepuasan bisa
diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai
(Tjiptono, 2004: 195).
12 2.2.2 Pengukuran Kepuasan
Sebagian besar riset kepuasan dilakukan dengan menggunakan metode
survei. Pengukuran kepuasan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, antara lain:
a. Directly reported satisfaction
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan item-item spesifik yang
menanyakan langsung tingkat kepuasan yang dirasakan.
b. Derived satisfaction
Setidaknya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan menyangkut 2 hal utama,
yakni:
1. Tingkat harapan atau ekspektasi orang yang bersangkutan terhadap
kinerja atau hasil produk perusahaan pada atribut-atributyang relevan.
2. Persepsi orang yang bersangkutan terhadap kinerja atau hasil produk
aktual perusahaan (perceived performance).
c. Problem Analysis
Dalam teknik ini responden diminta mengungkapkan masalah-masalah yang
mereka hadapi berkaitan dengan produk atau jasa perusahaan dan saran-saran
perbaikan. Kemudian perusahaan melakukan analisis isi (content analysis)
terhadap semua permasalahan dan saran perbaikan untuk mengidentifikasi
bidang-bidang utama yang membutuhkan perhatian dan tindak lanjut.
d. Importance-performance analysis
Performance-importance analysis adalah metode deskriptif yang memakai
konsep servqual. Konsep servqual menghubungkan pandangan dari
konsumen dan penyedia jasa mengenai kualitas pelayanan. Model ini lebih
dikenal sebagai model analisis kesenjangan, yang merupakan alat untuk
13
menganalisis penyebab dari masalah pelayanan dan untuk memahami
bagaimana kualitas pelayanan dapat diperbaiki. Dalam teknik ini, responden
diminta untuk menilai tingkat kepentingan berbagai atribut relevan dan
tingkat kinerja (perceived performance) pada masing-masing atribut tersebut.
Kemudian, nilai rata-rata kepentingan atribut dan kinerja akan dianalisis di
importance-performance matrix (Tjiptono, 2004: 210).
2.3 Pelayanan
2.3.1 Pengertian Pelayanan
Pelayanan adalah sesuatu yang tidak bisa diraba, yang dihasilkan, dan
dikonsumsi secara simultan, sehingga pelayanan itu tidak pernah tampak atau hadir,
hanya hasil dari pelayanan yang dapat diamati (Aaker Kuumar, 2003: 72).
2.3.2 Pelayanan Internal
Pelayanan internal adalah pengaturan pelayanan yang dibutuhkan untuk
mendukung kegiatan dari suatu organisasi. Yang termasuk dalam pelayanan ini
adalah pelayanan yang terjadi antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut.
Misalnya departemen akunting, marketing, maintenance, dan lain-lain. Yang menjadi
konsumen dari pelayanan internal adalah berbagai departemen yang ada dalam
organisasi tersebut. Pelayanan internal yang dimaksudkan di sini adalah ketika teman
kerja atau departemen lain bertanya mengenai informasi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas yang ingin dilengkapi. Atau ketika salah seorang karyawan
bagian marketing bertanya mengenai informasi yang dibutuhkan dalam pemasaran
produk, maka karyawan bagian lain harus memberikan tanggapan yang baik, dalam
arti dengan memberikan informasi yang dibutuhkan secara cepat, tepat, dan benar.
14 2.3.3 Kualitas Pelayanan
Menurut Rangkuti (2002, p18) Tingkat pelayanan tidak dapat dinilai
berdasarkan sudut pandang perusahaan, tetatpi harus dipandang dari sudut pandang
penilaian konsumen. Karena itu, dalam merumuskan strategi dan program pelayanan,
perusahaan harus berorientasi pada kepentingan konsumen dengan memperhatikan
komponen kualitas pelayanan.
Ciri-ciri kualitas jasa dapat dievaluasi ke dalam 5 dimensi besar, yaitu:
1. Tangible (kasat mata)
Untuk mengukur penampilan fisik, peralatan, karyawan serta sarana
komunikasi.
2. Reliability (keandalan)
Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa yang tepat
dan dapat diandalkan.
3. Responsiveness (daya tanggap)
Untuk membantu dan memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan
cepat.
4. Assurance (jaminan)
Untuk mengukur kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat dapat
dipercaya yang dimiliki oleh karyawan.
5. Emphaty (empati)
Untuk mengukur pemahaman karyawan terhadap kebutuhan konsumen serta
perhatian yang diberikan oleh karyawan.
15 2.4 Servqual
Servqual merupakan sebuah model pengukuran skala multi-item yang
dimaksudkan untuk mengukur harapan dan persepsi yang diterima oleh konsumen,
dan kesenjangan (gap) yang ada dalam model kualitas jasa.
Servqual mendefinisikan evaluasi kualitas pelayanan dalam bentuk
kesenjangan antara tingkat harapan dan tingkat persepsi yang diterima konsumen.
Pengukuran dapat dilakukan dengan skala likert, di mana responden tinggal memilih
derajat kesetujuan/ketidaksetujuan atas pernyataan mengenai penyampaian kualitas
jasa (Tjiptono, 2000: 99). Pengukuran kualitas jasa harus dilakukan secara dan
disempurnakan secara periodik. Jadi, kuesioner yang digunakan harus terus-menerus
dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.
2.5 Tata Letak Gudang
Menurut Hezer dan Render (2006, p468) Tata letak gudang adalah sebuah
desain yang mencoba meminimalkan biaya total dengan mencari paduan yang
terbaik antara luas ruang dan penanganan bahan.
Tujuan dari tata letak gudang (warehouse layout) adalah untuk menemukan
titik optimal diantara biaya penanganan bahan dan biaya-biaya yang berkaitan
dengan luas ruang dalam gudang. Sebagai konsekuensinya, tugas manajemen adalah
memaksimalkan penggunaan setiap kotak dalam gudang yaitu memanfaatkan volume
penuhnya sambil mempertahankan biaya penanganan bahan yang rendah.
16 2.6 Klasifikasi Persediaan menurut Aliran Arus Barang
Baik gudang yang merupakan gudang bahan baku, gudang barang setengah
jadi, ataupun gudang produk jadi pasti akan terdapat perbedaan arus aliran barang-
barang yang ada di dalamnya. Dalam suatu gudang, misalnya gudang produk jadi
terdapat berbagai jenis barang yang berbeda spesifikasinya. Dengan adanya
perbedaan spesifikasi tersebut maka aliran setiap barang tidak akan sama.
Dalam klasifikasi ini, persediaan akan dipisah menjadi 3 kategori, yaitu
apakah barang tersebut masuk ke dalam fast moving, medium moving, atau slow
moving.
1. Barang fast moving
Barang-barang yang disebut fast moving adalah barang dengan aliran yang
sangat cepat, atau dengan kata lain barang fast moving ini akan berada di
dalam gudang dalam waktu yang sangat singkat.
2. Barang medium moving
Barang medium moving adalah barang-barang yang aliran barangnya sedang-
sedang saja, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Biasanya barang ini akan
berada di gudang dalam waktu yang relatif lebih lama jika dibandingkan
dengan barang-barang fast moving.
3. Barang slow moving
Barang-barang slow moving merupakan barang dengan arus aliran barang
yang sangat lambat, sehingga barang-barang slow moving ini akan tersedia di
gudang dalam waktu yang cukup lama.
Aliran barang ini harus sangat diperhatikan dalam menjalankan manajemen
pergudangan karena hal ini akan sangat menentukan apakah suatu gudang telah
digunakan secara efektif atau belum. Dengan memperhatikan kecepatan aliran
17 barang tersebut diharapkan aliran barang yang ada di gudang menjadi lancar. Untuk
barang fast moving dijaga agar stock di gudang tidak kehabisan sehingga
mengecewakan konsumen, sedangkan untuk barang yang slow moving dijaga agar
tidak terjadi penumpukkan barang yang tidak perlu sehingga kapasitas gudang dapat
digunakan seefektif mungkin.
2.7 Arti dan Tujuan 5S
5S berasal dari kata Jepang (huruf kanji) yang selanjutnya diadopsi untuk
diterapkan dan diterjemahkan di berbagai negara dengan berbagai istilah
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Istilah-istilah 5S di berbagai negara
Jepang Seiri Seiton Seiso Seiketsu Shitsuke Inggris Sort Straighten Shine Standardize Sustain
Indonesia Ringkas Rapi Resik Rawat Rajin Sumber: Hirano (1995)
Seiri (ringkas), berarti singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan di
tempat kerja dan buang atau musnahkan, baik terhadap bahan baku, barang setengah
jadi, maupun bahan jadi, barang rusak, dan lain-lain.
Seiton (rapi), berarti susun barang-barang yang diperlukan di tempat kerja
sesuai dengan fungsi atau kelompoknya dengan tata letak yang benar dan efisien agar
mudah mencari, mudah mendapatkan, dan mudah mengembalikan.
Seiso (resik), berarti bersihkan tempat kerja, dinding, lantai, lorong, dan
langit-langit ruangan, serta mesin dan peralatan dari debu dan kotoran yang melekat,
genangan air, ceceran oli, serpihan, dan sarang laba-laba, serta kerusakan atau
degradasi, dan lain-lain, sehingga dalam keadaan bersih, mengkilat serta terawat
terus-menerus.
18 Seiketsu (rawat), adalah mempertahankan apa yang sudah dicapai selama
melaksanakan Seiri (ringkas), Seiton (rapi), Seiso (resik), agar tidak kembali ke
posisi semula, dengan membuat dan menetapkan standar-standar kebersihan di
tempat kerja. Tidak ada barang yang tidak diperlukan, tidak ada keteraturan, dan
tidak kotor serta tidak rusak.
Shitsuke (rajin), berarti pastikan semua orang untuk berdisiplin serta
mematuhi cara dan peraturan yang sudah dibuat (bekerja sesuai sistem dan prosedur),
karena pada tahapan ini sikap dan disiplin pribadi mulai terbentuk tanpa adanya
unsur keterpaksaan pada diri setiap individu karyawan. Dan sikap serta budaya kerja
(produktif) mulai terbentuk, yang kemudian menjadi budaya karyawan pada
akhirnya.
2.8 5S yang Efektif
Dalam penerapan 5S yang efektif di tempat kerja, persiapan yang dilakukan,
yaitu mengambil foto penampilan baru di tempat kerja. Hal ini akan sangat berguna
sebagai perbandingan kebersihan tempat kerja sebelum dan sesudah melaksanakan
5S yang aktif. Setelah persiapan dilakukan, dilanjutkan ke dalam proses-proses yang
terdapat dalam kegiatan 5S yang efektif (pembudayaan 5S), antara lain:
a. Seiri (ringkas)
Pada proses Seiri (ringkas), yang harus diperhatikan yaitu mengendalikan
tingkat persediaan barang. Dalam pengendalian yang tepat diperlukan
penetapan tingkat persediaan barang maksimum dengan penggunaan garis
atau tanda merah, dan minimum dengan penggunaan garis atau tanda kuning.
Dalam mengendalikan tingkat persediaan barang diperlukan pemeriksaan
yang dilakukan oleh kelompok patroli paling sedikit satu kali sebulan dan
19
mengevaluasi tiap seksi yang menyangkut pembuangan barang-barang yang
tidak diperlukan. Dalam mengatur tingkat persediaan barang diperlukan
pengendalian dari jumlah yang dibeli, jumlah pesanan dari luar, jumlah pada
tempat-tempat penyimpanan, jalur persediaan, dan persediaan di sekitar alat-
alat berat. Barang yang tidak perlu harus diberi label merah.
b. Seiton (rapi)
Pada proses Seiton (rapi), yang harus diperhatikan yaitu membenahi tempat
penyimpanan. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan
membenahi tempat penyimpanan, antara lain:
1. Membersihkan sebelum merapikan
• Membersihkan seluruh area kerja dari kotoran (debu) dengan
memakai sapu dan lap.
• Rapi berarti menstandarkan tempat penyimpanan, tetapi
menstandarkan tidak dapat dimulai sampai semuanya menjadi
bersih.
2. Membuat denah tempat penyimpanan
Membuat denah tempat penyimpanan dapat menggunakan pilar-pilar
untuk membagi lantai dalam wilayah-wilayah kerja, dimana pembagian
wilayah horizontal sebagai area dan pembagian vertikal sebagai sub-area.
Setiap denah tempat penyimpanan diberi label yang besar dan jelas
dengan menggunakan huruf (A, B, C, dan seterusnya) dan angka (1, 2, 3,
dan seterusnya) yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
20
Gambar 2.1 Contoh denah tempat penyimpanan
Sumber: Hirano (1995, p25)
3. Membuat warna lantai pada tempat kerja (strategi pengecatan)
Menambahkan warna pada lantai tempat kerja berguna memberikan
suasana tempat kerja menjadi lebih nyaman dan tidak menimbulkan
stress. Adapun ketentuan-ketentuan dalam menambahkan warna lantai
pada tempat kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Ketentuan warna lantai pada tempat kerja
Area Warna Catatan
Lantai
Area kerja Hijau Lorong Jingga Cat yang bersinar Area istirahat Biru Gudang Abu-abu
Sumber: Hirano (1995, p26)
21
4. Menggambar garis di lantai
Setelah memberikan warna lantai pada tempat kerja, kegiatan dapat
dilanjutkan dengan menggambar garis di lantai. Adapun garis-garis
tersebut, antara lain: garis pemisah, garis jalan keluar masuk, garis pintu
masuk, garis arus lalu lintas, pola selang-seling, dan garis ruang
penyimpanan. Ketentuan dari penggambaran garis dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.3 Ketentuan penggambaran garis di lantai
Jenis Warna Lebar (cm) Catatan
Garis pemisah Kuning 10 Garis tidak putus
Tempat keluar/masuk Kuning 10 Garis putus Tanda pintu terbuka Kuning 10 Garis putus
Garis arus lalu-lintas Kuning & hitam Panah
Pola selang-seling Putih 5 Garis-garis
Garis ruang penyimpanan
Sedang dikerjakan Putih 5 Garis tidak putus
Meja kerja Putih 5 Garis bersudut Asbak dan sebagainya 3 Garis putus
Barang cacat Putih 5 Garis putus Sumber: Hirano (1995, p28)
5. Menerapkan papan petunjuk dan strategi pelabelan (rapi visual)
Ada berbagai jenis tanda, papan petunjuk, dan label yang digunakan di
tempat kerja. Strategi papan petunjuk harus diatur dengan urutan berikut
ini:
Pabrik → Tempat kerja → Jalur produksi → Proses
Selain itu, tanda harus meliputi perincian: tanda proses, tanda mesin, dan
bahkan tanda pengenal pada pakaian seragam para pekerja.
22
6. Tiga kunci dalam merapikan persediaan
Merapikan adalah menstandarkan tempat penyimpanan. Dalam
menstandarkan tempat penyimpanan tersebut memerlukan strategi
melabel. Berikut adalah 3 kunci dalam merapikan persediaan:
a. Dimana posisi tetap barang (menunjukkan lokasi):
- Penentuan area
- Penentuan sub-area
b. Identifikasi barang (menunjukkan jenis barang):
- Penentuan rak
- Penentuan barang
c. Berapa kuantitas barang (menunjukkan jumlah):
- Penentuan jumlah minimum
- Penentuan jumlah maksimum
7. Merubah sistem penyimpanan tertutup menjadi terbuka
Merubah sistem penyimpanan tertutup dengan sistem penyimpanan
terbuka yang berfungsi untuk barang yang disimpan dapat langsung
terlihat, sehingga menghindarkan penyimpanan barang yang berantakan
(jika disimpan dengan sistem penyimpanan tertutup yang tidak terlihat,
seperti di dalam loker, kotak, atau laci). Tempat penyimpanan harus
diberikan label-label berdasarkan fungsinya sebagai petunjuk tempat di
mana barang akan disimpan, sehingga dengan adanya petunjuk tersebut
barang yang disimpan akan selalu terlihat rapi.
23
c. Seiso (resik)
Pada proses Seiso (resik), yang harus diperhatikan adalah membudayakan
kebersihan dan pemeriksaan. Dalam membudayakan kebersihan, langkah
pertama yang dilakukan adalah menjadikan pemeriksaan sebagai bagian dari
Seiso (resik) sehari-hari. Sasaran pemeriksaan adalah untuk meniadakan
kerusakan, meniadakan kesalahan pelaksanaan, meniadakan pemberhentian
singkat dengan cara Seiso (resik), dan pemeriksaan yang efektif. Pemeriksaan
dilakukan bagi lancarnya pelaksanaan suatu prosedur. Prosedur Seiso (resik)
dan pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Tentukan apa yang akan dibersihkan
Tentukan mesin, area kerja, dan sebagainya yang akan dibersihkan.
2. Tentukan tanggung jawab
Setiap pekerja diberikan tanggung jawab area mana yang harus
dibersihkan.
3. Tentukan bagaimana membersihkan dan memeriksa
Tentukan hal apa saja yang harus diperiksa dan kebutuhan seiso (resik).
4. Terapkan seiso (resik) dan pemeriksaan
Pelaksanaan seiso (resik) harian berdasarkan yang Anda tetapkan.
5. Terapkan seiso (resik) dan pemeliharaan
Pemeliharaan yang sederhana harus dapat dilakukan oleh pekerja.
24
d. Seiketsu (rawat)
Pada proses Seiketsu (rawat) yang harus diperhatikan adalah
mempertahankan tempat kerja yang resik. Di mana pada proses ini kegiatan
yang dilakukan, yaitu: melakukan pemeriksaan apakah sudah terdapat standar
untuk membuang barang yang tidak diperlukan, apakah pesanan cepat
dipenuhi, apakah kotoran langsung dibersihkan, dan apakah 3S telah
dipraktekkan sepenuhnya.
e. Shitsuke (rajin)
Pada proses Shitsuke (rajin) yang harus diperhatikan adalah mempertahankan
rawat di perusahaan. Di mana dalam mempertahankan rawat di perusahaan
diperlukan pimpinan yang dapat memberi dan menerima kritik yang
membangun, sehingga dengan adanya pemimpin tersebut ada yang dapat
dijadikan panutan bagi kelompoknya.