BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2013-0018...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2013-0018...
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-Teori Dasar/Umum
2.1.1 Teknologi Informasi (TI)
Turban (2008, pp. 17) mengemukakan bahwa teknologi informasi
merupakan kumpulan dari sistem komputasi yang digunakan oleh
organisasi, termasuk hardware, software, database, jaringan, dan
perangkat elektronik lain.
Bakshi, dkk (2009, pp. 54-61) berpendapat bahwa TI secara
dramatis mengubah cara bisnis. Dalam fakta kegiatan bisnis, pelaksanaan
yang efektif dapat membantu perusahaan mengurangi biaya, meningkatkan
pendapatan, meningkatkan efisiensi, dan memperluas peluang pasar. Bukti
penelitian menunjukkan bahwa TI membuat informasi lebih banyak, real
time, dan akurat dengan biaya lebih rendah bagi yang membutuhkan. Hasil
akhirnya konsumen mendapat keuntungan dari harga yang lebih rendah,
dan produk atau jasa berkualitas tinggi.
2.1.2 Sistem Informasi
Menurut Laudon and Laudon (2010, pp. 46), sistem informasi
merupakan sekumpulan komponen yang saling bekerja sama untuk
mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menyebarkan informasi
untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian,
analisis masalah, dan visualisasi dalam sebuah organisasi.
10
O’Brien dan Marakas (2008, pp. 4) menyatakan bahwa pengertian
sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari orang-orang,
hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah
organisasi.
2.1.3 Enterprise Resource Planning (ERP)
Dalam kebanyakan kasus menurut Gagnon (2007, pp. 1-2), tujuan
dari integrasi adalah untuk mengotomatisasi kegiatan, memastikan kualitas
data dan integritas seluruh proses, dan meningkatkan pemantauan proses
eksekusi. Mekanisme integrasi dapat mencakup pertukaran data antara titik
akhir proses, permintaan kegiatan proses, dan interkoneksi lancar dalam
alur kerja.
2.1.3.1 Sejarah sistem ERP
Menurut Wijaya dan Darudianto (2009, pp. 15-22), sistem
ERP ada sejak tahun 1960. Awalnya hanya berfokus pada sistem
fabrikasi untuk pengendalian persediaan. Saat ini, sistem ERP
banyak mengalami evolusi pergeseran dari pengendalian menjadi
pengelolaan sumber daya.
Tujuan perluasan sistem ERP adalah untuk memenangkan
persaingan sehingga organisasi dituntut memberikan informasi
yang akurat, up-to-date, dan informative yang dapat memberikan
alternatif keputusan atau solusi bisnis yang diperlukan bagi level
managerial. Berikut tahapan evolusi sistem ERP.
11
Gambar 2.1 Tahapan Evolusi Sistem ERP
2.1.3.2 Infrastruktur sistem ERP
Menurut Wijaya dan Darudianto (2009, pp. 22-26), sebelum
suatu perusahaan menggunakan sistem ERP, maka perlu dibangun
suatu pondasi yang kuat, seperti infrastruktur dan proses bisnis.
• People
Orang-orang yang terlibat dalam penerapan sistem ERP
merupakan faktor yang sangat penting, terutama dalam hal
komitmen waktu, dukungan manajemen tingkat atas, rasa memiliki,
keterlibatan, semangat, dan rasa perlawanan yang minimum. Hal
ini dimulai saat pemilihan sistem ERP, pelaksanaan, penyelesaian,
dan pemeliharaan.
• Process
Berkaitan dengan proses bisnis berjalan dan proses bisnis ke
depan dengan penerapan sistem ERP. Dalam proses
implementasi, harus ada pengendalian dari tiap bagian
2000an Extended ERP (ERP II)
Enterprise Resource Planning (ERP)1990an
1980an
1970an
1960an
Manufacturing Resource Planning (MRP II)
Close Lop MRP
Material Requirement Planning
Area Fungsional
Supplier Mgt
Inventory Mgt
Production
Engineering
Finance Human Resource Mgt
Delivery
Sales & Marketing
Customer Support
12
sehinggahal terpenting adalah perusahaan harus memiliki
prosedur bisnis yang baik yang akan diterapkan dalam
implementasi sistem ERP.
• Technology
Penerapan sistem ERP identik dengan investasi yang lebih
besar, dimana teknologi meliputi infrastruktur jaringan,
hardware, dan software. Jaringan yang dibangun adalah
jaringan untuk internal dan eksternal. Untuk hardware, lebih
baik jika melihat dari karakteristik kompatibel software. Untuk
database umumnya memakai relational database.
Gambar 2.2 Komponen Infrastruktur ERP
2.1.3.3 Konsep dan Arsitektur ERP
Menurut Wijaya dan Darudianto (2009, pp. 26-28), ERP
merupakan singkatan dari kata Enterprise, Resource, dan Planning.
Tiga kata tersebut mencerminkan sebuah konsep yang berujung
pada kata Planning. Sehingga ERP lebih menekankan pada aspek
perencanaan.
Operation
Technology
People Process
13
Enterprise menggambarkan situasi bisnis secara umum
dalam satu entitas korporat. Secara konsep, enterprise dapat
digambarkan sebagai sekelompok orang dengan tujuan tertentu
yang memiliki sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.
Enterprise dianggap sebagai sebuah sistem dan masing-masing
fungsi, seperti fungsi personalia, dan keuangan adalah subsistem.
Resource merupakan sumber daya yang berupa aset
perusahaan, seperti aset keuangan, SDM, teknologi, dan strategi.
Resource dapat meliputi hal-hal yang menjadi tanggung jawab dan
tantangan manajemen untuk dikelola agar menghasilkan benefit.
Jadi, ERP merupakan konsep untuk merencanakan dan
mengelola sumber daya perusahaan, berupa paket aplikasi program
terintegrasi dan multi modul untuk melayani dan mendukung
berbagai fungsi sehingga pekerjaan menjadi lebih efisien dan dapat
memberikan pelayanan lebih baik, yang dapat menghasilkan nilai
tambah dan memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan.
Gambar 2.3 Konsep Sistem ERP
Customer Relationship Management
Financial & Accounting Plant
Maintenance
Human Resource
Inventory
Procurement
Manufacturing
Sales and Distribution
Business Inteligence
EnterpriseSystem
14
2.1.3.4 Sistem ERP Dapat Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Dalam penelitian yang dilakukan Lee, dkk (2009, pp. 19-
24), implementasi ERP dapat mengubah proses bisnis suatu
perusahaan. Perbaikan yang signifikan telah dialami setelah
menerapkan sistem ERP. Lebih khusus, ditemukan bahwa
penerapan sistem ERP melibatkan lebih dari sekedar aspek teknis.
Fase penting adalah analisis dan tahap perencanaan dimana
aspek manajemen implementasi sistem ERP dipertimbangkan.
Melalui pendekatan studi kasus deskriptif, model strategi informasi
perusahaan telah menghubungkan visi strategis untuk operasi.
Disarankan untuk memanfaatkan TI yang inovatif untuk
menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memperluas
fungsionalitas sistem ERP.
Pan, dkk (2008, pp. 259-269) membuktikan bahwa menjadi
penting perusahaan perlu melakukan analisis dan perencanaan,
dengan tingkat kegagalan yang tinggi dari implementasi ERP
apabila perusahaan tidak memiliki strategi dan taktik dengan tidak
melakukan analisis dan perencanaan. Model strategi informasi
perusahaan mampu menyediakan pendekatan sistematis untuk
mengintegrasikan proses bisnis.
Tidak ada keraguan bahwa karakteristik organisasi memiliki
pengaruh signifikan terhadap keberhasilan pelaksanaan. Organisasi
dengan pengalaman dalam proyek yang melibatkan IT atau
perubahan organisasi dari skala yang sama akan merasa jauh lebih
15
mudah untuk menangani implementasi ERP. Bradford dan Florin
(2003, pp. 205–225) menunjukkan bahwa tekanan kompetitif untuk
mengadopsi sistem ERP dapat memiliki efek negatif pada
keberhasilan pelaksanaan ERP di suatu organisasi.
Sedangkan, Stephen dan Thomas (2006, pp. 59–69)
menyatakan organisasi menghadapi tantangan cukup besar dengan
menerapkan sistem skala besar yang terintegrasi, seperti ERP. Janji
integrasi internal dan eksternal dimengerti menarik dimana
memberi keunggulan layanan, menjadi lebih inovatif dan efisiensi.
Sehingga pada tingkat taktis, Chang, dkk (2008, pp. 928-
942) mempelajari penerapan ERP dari perspektif pengguna dengan
memperhatikan faktor-faktor, seperti kompleksitas dan
kompatibilitas.
2.1.4 Teknik Pengumpulan Data
Menururt Sugiyono (2004, pp. 129-140), teknik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan interview (wawancara), observasi (pengamatan),
dan gabungan teknik-teknik tersebut.
2.1.4.1 Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan bila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam dengan
jumlah respondennya sedikit.
16
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun
tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bagi peneliti atau pengumpul data yang telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi yang ingin diperoleh.
Wawacara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan dinyatakan.
2.1.4.3 Observasi (Pengamatan)
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan ciri
spesifik dibanding dengan teknik lain. Wawancara dan kuisioner
berkomunikasi dengan orang, sedangkan observasi tidak terbatas
pada orang, tetapi juga objek alam lain. Observasi terbagi menjadi
observasi terstruktur, yaitu observasi yang dirancang secara
sistematis tentang apa yang akan diamati, dan dimana tempatnya,
dan observasi tidak terstruktur, yaitu observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
17
2.2 Teori-teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik Yang Dibahas
2.2.1 SAP ECC 6.0
SAP merupakan singkatan dari System, Application, and Products
in data processing. SAP merupakan sistem informasi yang mendukung
dan mengintegrasikan ribuan proses bisnis dengan menggunakan database
tunggal sehingga dapat menghasilkan data secara real time. SAP ECC 6.0
berisi inti yang ditawarkan dari SAP R/3 dan mendukung enterprise
Service Oriented Architecture (SOA) yang memungkinkan organisasi
dapat menerpakan inovasi bisnis lebih cepat dan dengan usaha yang
minimal. Beberapa modul yang ada dalam SAP R/3, yaitu Human
Resources and Payroll, Financial, Sales and Distribution, Production
Planning, Project Systems, dan Plant Maintenance.
2.2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
MSDM menurut Noe, dkk (2008, pp. 4) adalah kebijakan praktek
dan sistem yang mempengaruhi kebiasaan, sikap, dan kinerja karyawan.
Sedangkan menurut Bohlander dan Snell (2010, pp. 4), MSDM adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan karyawan dalam
perusahaan, membuat pekerjaan, kelompok kerja, mengembangkan
karyawan yang mempunyai kemampuan, mengidentifikasi suatu
pendekatan untuk dapat mengembangkan kinerja karyawan dan
memberikan imbalan kepada mereka atas pekerjaannya.
18
Bohlander (2010, pp. 150) menyatakan fungsi-fungsi dalam
MSDM, yaitu:
1. Perekrutan
Karyawan merupakan seseorang yang dibutuhkan oleh perusahaan
dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Untuk itu, sebelum
perusahaan dijalankan, maka pihak perusahaan akan melakukan
proses pencarian karyawan berdasarkan standarisasi karyawan yang
berkaitan dengan kriteria-kriteria yang dibutuhkan perusahaan.
2. Penyeleksian
Data calon karyawan yang berhubungan dengan spesifikasi pekerjaan
akan diseleksi dan dipilih oleh perusahaan berdasarkan kualifikasinya.
3. Pelatihan dan Pengembangan
Karyawan yang telah diterima akan menjalani proses pelatihan dan
pengembangan, baik teori maupun praktek sehingga kemampuan
karyawan tersebut meningkat dalam melakukan pekerjaannya.
4. Penilaian kinerja
Menilai kemampuan dan keahlian karyawan dalam mengembangkan
dan membuat suatu inovasi terhadap pekerjaannya. Bila karyawan
dapat bekerja sesuai atau bahkan melebihi target atau standar
perusahaan, maka karyawan tersebut berhak atas suatu penghargaan.
5. Manajemen Kompensasi
Kompensasi diberikan ketika karyawan telah bekerja dan membantu
dalam menjalankan perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuan
perusahaan.
19
Stephen dan Moshood (2011, pp. 227-233), memperjelas bahwa
SDM merupakan orang yang membuat sesuatu terjadi dalam organisasi
dan dengan demikian sangat relevan dengan keperluan pertumbuhan
pengembangan karyawan bagi kontribusi pada pengembangan
berkelanjutan organisasi, meningkatkan keunggulan kompetitif, dan
pengembangan kelangsungan hidup organisasi. Sehingga menjadi
keharusan bagi manajer untuk membuat keputusan tentang pelatihan
karyawan sebagai jalan untuk akuisisi keterampilan, dan untuk
menyediakan career path bagi karyawan.
Bussler dan Davis (2001, pp. 17-20) mengemukakan bahwa sistem
informasi dan internet merevolusi MSDM dalam organisasi, menciptakan
inovasi untuk fungsi SDM tradisional dan memungkinkan efisiensi
operasional yang tak bisa dipahami saat lima tahun lalu. Proses alur kerja,
seperti penggajian otomatis, penilaian kinerja lebih sederhana dengan
software yang dapat melacak kompetensi, pelatihan dan pengembangan
yang dilakukan secara lebih efektif yang dapat dilakukan secara online,
dan survei gaji secara online dan tepat waktu.
Menurut Benjamin (2011, pp. 141-150), manajemen yang efektif
dalam organisasi merupakan kekuatan pendorong dalam proses
transformasi yang meningkatkan pencapaian keunggulan kompetitif.
Karena SDM organisasi menciptakan nilai, manajer perlu memahami
masalah mendasar berkaitan dengan motivasi pengembangan, dan
pemeliharaan tenaga kerja yang efektif untuk memberikan hasil. Strategi
SDM yang tepat yang dapat diadopsi untuk mendorong nilai optimum
20
karyawan melalui pemberdayaan karyawan, pelatihan dan pengembangan,
motivasi karyawan untuk meningkatkan sistem penghargaan organisasi.
Untuk membuat uang, manajer tidak harus menghabiskan waktu dalam
mengelola uang, tetapi harus mencurahkan upaya untuk hal-hal yang
menghasilkan uang, seperti antusiasme, dan komitmen.
2.2.3 Human Capital Management (HCM)
Menurut SAP AG (2006, pp.2-6) menggunakan mySAP ERP HCM
dapat memaksimalkan nilai karyawan dan mensejajarkan kemampuan
karyawan, aktivitas dan pendorong dengan tujuan dan strategis bisnis.
mySAP ERP HCM juga menyediakan alat untuk menanggani, mengukur,
dan memberikan penghargaan untuk individual dan kontribusi tim.
Elemen-elemen mySAP ERP HCM, yaitu:
1. Organizational Management (OM)
OM dapat dengan mudah dan efektif memetakan struktur organisasi
dan struktur laporan sesuai dengan objek organisasi yang relevan.
Beberapa kunci yang digunakan dalam OM, antara lain :
• Organizational units mengambarkan unit bisnis yang bervariasi
dalam suatu organisasi.
• Jobs merupakan deskripsi umum yang berlaku untuk beberapa
posisi dengan kebutuhan yang sesuai, tugas, dan karateristik.
• Positions merupakan unit organisasi terkecil dalam suatu struktur
organisasi.
• Persons menempati posisi yang ada dalam struktur organisasi.
21
2. Applicant Data (Recruitment)
Komponen Applicant Data dapat digunakan untuk menjalankan
seluruh proses perekrutan, mulai dari proses memasukkan data
pelamar sampai penempatan posisi.
3. Personnel Management (PM)
Integrasi antara sub modul Recruitment dan Personnel Administration
memungkinkan data pelamar untuk dikirim sebagai data karyawan.
Data karyawan disimpan dalam mySAP ERP HCM sebagai data
infotype. Data tersebut dapat ditampilkan, diduplikasi, diperbaiki, dan
dihapus. Infotype dapat ditanggani dengan beberapa cara, yaitu:
• Single-screen Maintenance (satu infotype untuk satu orang)
• Personnel Actions (rangkaian infotype untuk satu orang)
• Fast Entry (satu infotype untuk beberapa orang)
4. Personnel Development (PD)
Komponen PD dapat direncanakan dan direalisasikan untuk
pengembangan personal dan memajukan atau meningkatkan
pendidikan dan pelatihan untuk para karyawan dengan
mengintegrasikan sub modul PD dan TEM.
5. Training and Event Management (TEM)
TEM merupakan komponen yang terintegrasi yang mendukung
perencanaan, pelaksanaan, dan penangganan rangkaian pelatihan dan
kegiatan bisnis.
22
6. Time Management (TM)
Komponen TM mendukung semua proses yang berhubungan dengan
perencanaan, pencatatan, dan pengevaluasian kehadiran dan
ketidakhadiran karyawan. Terdapat beberapa pilihan yang tersedia
untuk pencatatan time data, seperti jam kerja, liburan, off-site work,
dan subsitusi.
7. Appraisals
Fungsi Appraisal mendukung proses penilaian yang fleksibel yang
dapat digunakan untuk melakukan standarisasi penilaian dengan level
tujuan yang tinggi. Tahapan dalam Appraisal dapat mencakup semua
langkah umum dalam proses penilaian, seperti perencanaan,
peninjauan, pelaksanaan, dan pengevaluasian penilaian yang diajukan.
8. Payroll
Payroll berhubungan dengan perhitungan upah karyawan untuk
pekerjaan yang diselesaikan karyawan. Payroll mencakup beberapa
proses, seperti pembuatan hasil daftar gaji dan pernyataan gaji, bank
transfer, dan pembayaran cek.
9. Personnel Cost Planning (PCP)
PCP mendukung proses bisnis di luar batasan departemen dan
aplikasi. Informasi mengenai pembayaran dapat diperoleh dari
berbagai sumber untuk membuat rencana-rencana personnel cost.
Misalnya, hasil dari Payroll dan rencana data pembayaran untuk
posisi dapat digunakan sebagai sumber data PCP.
23
Abdulkadir (2012, pp 8-18) mengungkapkan bahwa manager
dimanapun menghadapi tantangan yang sama untuk mencapai tujuan
organisasi, yaitu sumber daya terbatas, menentukan prioritas, memotivasi
karyawan, memulai perubahan, dan mendemonstrasikan hasil pengukuran.
Untuk mencapai komitmen karyawan, organisasi seharusnya
mempertimbangkan keuntungan dalam melakukan integrasi antara fungsi
HR dengan strategi dan operasional secara keseluruhan.
Shad, dkk (2005, pp. 5-16), menambahkan bahwa solusi yang
sering digunakan perusahaan adalah menstandarisasi praktek dan
kebijakan HR pada level global. Tantangannya adalah mengidentifikasi
bagaimana perusahaan dapat mempertahankan keanekaragaman dan
kustomisasi lokal bersamaan dengan membangun fondasi untuk integrasi
dan efisiensi. Dibutuhkan kemampuan manager HR untuk
mengembangkan kemampuan untuk menciptakan dan mengintegrasikan
fungsi-fungsi HR secara global dengan menambah pandangan tradisional
dalam praktek integrasi, seperti mengembangkan kemampuan secara
berkelanjutan untuk menanggapi tekanan-tekanan dari luar untuk
meyakinkan bahwa praktek koordinasi dan integrasi dijalankan dengan
baik dalam meningkatkan keuntungan kompetitif perusahaan.
Benjamin (2010, pp. 23-32) mengungkapkan bahwa praktek
tradisional HRM yang lebih menekankan pada manajemen karyawan
memberikan kontribusi yang signifikan. Strategi HRM menawarkan
praktek tradisional dan pelayanan pendukung administratif dengan
menggunakan TI dalam penempatan karyawan, perekrutan, pelatihan dan
24
pengembangan, kompensasi dan benefit yang bertujuan untuk menambah
value dan mengintegrasikan praktek-praktek HR dengan strategi bisnis.
Pandangan berbasis sumber daya menekankan strategi posisi dari
human capital sebagai aset organisasi yang berkontribusi secara signifikan
bagi kinerja keseluruhan organisasi. Sehingga para karyawan harus
memiliki kemampuan dan kompetensi utama yang dibutuhkan, termasuk
pengetahuan mengenai bisnis, mengerti mengenai TI, dan menerapkan TI.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Bradford (2006. pp. 1-26)
melalui wawancara menunjukkan bahwa di banyak perusahaan E-HR
adalah kekuatan pendorong dalam transformasi fungsi HR. Transformasi
ini membentuk kembali kompetensi yang mendefinisikan kesuksesan
SDM profesional. Saat ini, profesional HR diharapkan untuk menunjukkan
keterampilan dalam menyesuaikan praktek HR dengan kondisi bisnis yang
berubah-ubah. Kompetensi strategis akan membutuhkan sintesis keahlian
SDM profesional dalam pengiriman SDM dan pengetahuan bisnis mereka.
Melalui implementasi E-HR dapat membantu mempersiapkan para
profesional HR untuk memenuhi peran dan tanggung jawab baru.
Menurut Ajay dan Nisha (2010, pp. 97-105), Biasanya, nilai aset
menurun selama periode waktu karena penyusutan. Namun, modal
manusia sebenarnya bisa bernilai lebih dengan tambahan 1 tahun
pengalaman. Nilai Aktiva Manusia yang dihitung terdiri dari dua variable,
yaitu kualitatif dan kuantitatif. Faktor organisasi dan lingkungan memiliki
pengaruh pada nilai SDM dari organisasi.
25
HCIS adalah perangkat lunak yang dapat membantu dalam menilai
SDM berdasarkan kontribusi SDM dalam organisasi. Penelitian telah
membuktikan bahwa nilai tersebut dapat memberikan informasi untuk
pengambilan keputusan strategis yang berkaitan dengan SDM. Oleh
karena itu, HCIS dapat digunakan oleh pengambil keputusan sebagai
Sistem Pendukung Keputusan. Aset Manusia merupakan aset yang sangat
diperlukan dan yang paling penting harus disertakan dalam sistem
pelaporan perusahaan untuk pengambilan keputusan strategis internal di
satu sisi, dan keputusan stakeholder lainnya di sisi lain.
Model dalam jurnal Susan K., dkk (2005. pp. 340–353)
menawarkan 11 proposisi yang mengeksplorasi hubungan antara
kepercayaan teknologi HRIS dan kesuksesan implementasi sehingga
diperoleh melalui pemahaman teknologi, organisasi dapat memperoleh
peningkatan kemampuan untuk meningkatkan kepuasan pengguna dan
penggunaan investasi teknologi HRIS. Selain itu, pembentukan matriks
kepercayaan teknologi HRIS akan memungkinkan organisasi untuk
mencakup penilaian kuantitatif tambahan untuk mengukur kinerja. Dan
karena kesuksesan implementasi HRIS adalah komponen penting dari
efektivitas organisasi, pemahaman yg lebih baik dari faktor-faktor penentu
akan meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Peng Chen, dkk (2006, pp. 97-107) menyatakan bahwa seorang
penanam modal menanamkan modal untuk aset finansial dan untuk human
capital yang didefinsikan sebagai value saat ini dan kemudian dapat
menghasilkan pendapatan. Misalnya, human capital dari posisi profesor
26
pada universitas seharusnya disediakan anggaran lebih besar untuk
pelatihan, pendidikan, dan asuransi yang dapat meningkatkan kompetensi
dan dalam mempertahankan alokasi aset organisasi sehingga dapat
membuatnya lebih optimal dalam membagikan pengetahuannya.
Dalam dokumen IBM sebagai konsultan dalam menerapkan SAP
pada University of Arkansas menyatakan bahwa tantangan terbesarnya
adalah menerapkan bisnis aktual dalam lingkungan akademik. IBM
menerapkan linux atau VM untuk penggunaan akademis yang mendukung
organisasi. Serta menyediakan IBM System Platform, yaitu platform
teknologi untuk memenuhi kebutuhan dalam memiliki profesional terampil
yang dapat mengelola dan memperbarui proses dan sistem. Kemudian
dengan IBM sistem z900 dapat memberikan pengajaran lingkungan, baik
lokal maupun melalui internet, memberi dukungan simultan untuk
beberapa sistem operasi, load balancing dinamis.
Penekanannya dalam penerapan adalah pada intelijen bisnis, yang
membutuhkan kinerja tinggi infrastruktur sehingga dapat memeriksa setiap
aspek pelaporan manajemen, seperti profitabilitas dengan divisi atau
segmen berdasarkan data aktual, kinerja, dan utilitas dari hasil yang
diperoleh. Dengan SAP, University of Arkansas dapat memimpin di
bidang akademis.
2.2.4 Employee Self Service / Manager (ESS/MSS)
Elizabeth Hoover (2011), mengemukakan bahwa ESS dapat
digunakan untuk mengakses informasi pekerjaan dan pribadi dari
karyawan. Dengan menggunakan koneksi web yang aman, dan dapat
27
melihat informasi saat ini, serta beberapa sejarah informasi, seperti gaji
terakhir. Karyawan juga dapat memulai beberapa perubahan melalui
aplikasi ESS, termasuk perubahan alamat atau nomor telepon.
Manajer juga melalui MSS memungkinkannya untuk melihat
beberapa informasi tentang karyawan yang berhubungan dengan
pekerjaan. Sebagai contoh, manajer dapat melihat informasi yang
berkaitan dengan pekerjaan karyawan, kompensasi, saldo PTO, dan
properti perusahaan. Informasi pribadi, seperti jumlah gaji, dan nomor
jaminan sosial akan dilindungi.
2.2.5 Fit Gap Analysis
Analisis fit/gap bertujuan untuk untuk mengidentifikasi kebutuhan
dari sistem dan mengetahui apakah kebutuhan tersebut sudah sesuai
dengan kebutuhan pengguna atau belum. Laporan fit/gap yang dihasilkan
menggambarkan perbedaan. Proses fit/gap mengevaluasi kebutuhan
pengguna dan mengidentifikasi beberapa gap dalam fungsionalitas saat ini
berbanding dengan fungsionalitas penuh yang disediakan modul-modul
software. Alternatif-alternatif akan disediakan ketika gap ditemukan.
Beberapa gap akan diselesaikan melalui perubahan pada proses bisnis,
kustomasisasi laporan, atau kustomasisasi software.
Analisis fit/gap secara khusus akan meninjau hal-hal berikut :
• Setiap proses bisnis area fungsional.
• Semua elemen data kunci yang dibutuhkan untuk diubah / diciptakan.
• Metode untuk menggunakan elemen data pasti.
28
Tujuan analisis fit gap adalah untuk :
• Memastikan bahwa software memenuhi kebutuhan semua proses bisnis
yang sedang berjalan.
• Melayakkan perubahan dalam suatu prosedur.
• Mengidentifikasi tampilan penting untuk menangkap data penting.
• Mengidentifikasi permasalahan yang perlu kebijakan untuk melakukan
perubahan.
1. Ranking Requirement
Requirement diidentifikasi ke dalam tingkat prioritas sehingga
dapat memastikan semua proses bisnis kritis diakomodasi selama
implementasi sistem baru. Sehingga dapat berfokus pada area penting
dan saat fungsionalitas baru dapat menambah nilai ke bisnis yang
berjalan saat ini untuk meningkatkan proses bisnis, merealisasikan
efisiensi, atau meningkatkan pelaporan. Ranking setiap kebutuhan
disediakan pada dokumen kebutuhan proyek. Berikut identifikasi kode-
kode yang digunakan dalam kolom rank pada laporan analisis fit/gap.
H = High, yaitu kebutuhan kritis yang penting untuk operasional dan
tanpa kebutuhan ini organisasi tidak dapat berfungsi. Kebutuhan
ini juga meliputi pelaporan eksternal dan internal yang penting.
M = Medium, yaitu kebutuhan ini biasanya merupakan proses bisnis
yang tidak berhubungan dengan misi organisasi yang jika
dipenuhi akan meningkatkan proses bisnis secara signifikan.
29
L = Low, yaitu kebutuhan yang perlu dimiliki dan akan menambah
sedikit nilai untuk proses bisnis dan mungkin dipenuhi melalui
perubahan terhadap proses bisnis.
2. Tingkat Kesesuaian
Tahap selanjutnya adalah menentukan tingkat kesesuaian di antara
kebutuhan pengguna dan software. Berikut uarain kode yang digunakan
dalam menentukan tingkat kesesuaian analisis fit/gap.
F – Fit, artinya kebutuhan secara penuh dapat dipenuhi oleh software.
G – Gap, artinya software tidak memenuhi semua kebutuhan.
Comment disediakan, alternatif disarankan diidentifikasi, dan
rekomendasi dibuat, mungkin dapat menghasilkan rekomendasi
untuk kustomisasi pada software.
P – Partial fit, artinya software memiliki fungsionalitas yang
memuaskan kebutuhan. Work-around, kustomisasi laporan, atau
kustomisasi lain, juga identifikasi diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan.
3. Gap Resolution
Ketika gap diidentifikasi dalam analisis, maka akan menyediakan
alternatif dan solusi yang direkomendasikan untuk memecahkan gap. Ada
beberapa cara untuk memecahkan gap, seperti mengubah proses bisnis,
merancang work-around, melakukan kustomisasi software, atau
interfacing dengan sistem lama. Titik kunci untuk mengerti adalah
30
kustomisasi ke fungsionalitas software yang akan meningkatkan biaya
implementasi proyek upgrade ke new release. Hasilnya, tim proyek
seharusnya mengambil pendekatan ketika mencari potensial resolusi gap.
Berikut penjelasan berbagai pilihan untuk resolusi gap :
• Package Work-around – tim akan melakukan identifikasi cara
alternatif dalam memenuhi kebutuhan pada proses.
• Membuat bisnis menyesuaikan dengan package – jika package work-
around tidak mungkin, tim seharusnya merekomendasikan perubahan
potensial untuk menyesuaikan dengan proses dan mengeliminasi gap.
• Kustomisasi – seharusnya kustomisasi diperlukan, yaitu strategi yang
dipilih untuk membangun fungsionalitas eksternal baru pada software
dan menampilkan package.
2.2.6 Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) Analysis
Analisis SWOT berkaitan dengan analisis lingkungan internal dan
eksternal perusahaan yang bertujuan mengidentifikasi kekuatan internal
untuk memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman
eksternal dengan mengatasi kelemahan. Menurut Lee dan Ko (2000)
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis
SWOT adalah :
• Strength menentukan titik kekuatan perusahaan dan harus berasal dari
pelanggan internal dan eksternal.
• Weakness menentukan kelemahan perusahaan tidak hanya dari
pandangan perusahaan, namun juga dari pandangan pelanggan.
31
• Opportunity menentukan bagaimana perusahaan dapat terus
berkembang dalam kondisi pasar yang ada. Kesempatan bisa saja
berupa perubahan teknologi, aturan pemerintah, pola sosial, dan lain
sebagainya.
• Threat menentukan ancaman yang ada diluar perusahaan dan diluar
kendali perusahaan.
Penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, terlebih dahulu
kita harus mengetahui External Strategic Factor Analysis Summary
(EFAS) dengan melakukan langkahberikut :
• Susunlah dalam kolom satu peluang dan ancaman
• Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom dua, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor
tersebut mungkin dapat memberi dampak terhadap faktor strategis.
• Hitung rating (dalam kolom tiga) untuk masing-masing faktor dengan
memberi skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan
pengaruh faktor terhadap kondisi perusahaan. Pemberian nilai rating
untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar
diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1).
Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Jika nilai
ancaman sangat besar, rating adalah 1. Sebaliknya jika nilai
ancamannya sedikit, rating adalah 4.
32
• Kalikan bobot dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan
dalam kolom 4. Hasilnya, yaitu skor pembobotan setiap faktor dengan
nilai bervariasi, mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor).
• Kolom 5 untuk memberi catatan mengapa faktor tertentu dipilih dan
menghitung skor pembobotannya. Jumlahkan skor pembobotan untuk
memperoleh total skor. Nilai total menunjukkan bagaimana
perusahaan bereaksi terhadap EFAS dan dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan dengan kelompok industri sejenis.
Penentuan Faktor Strategi Internal (IFAS)
Menurut Rangkuti (2006, pp. 24-25), setelah faktor-faktor strategi
internal perusahaan diidentifikasi, suatu tabel IFAS (Internal Strategic
Factor Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor
strategis internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness
perusahaan dengan tahap berikut :
• Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, serta kelemahan
perusahaan dalam kolom 1.
• Beri bobot masing-masing faktor dengan skala mulai dari 1,0 (paling
penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor-
faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.
• Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberi skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan bersangkutan.
Variabel dalam kategori kekuatan yang bersifat positif diberi nilai
33
mulai dari +1 sampai +4 (sangat baik) dengan membandingkannya
dengan rata-rata industri atau pesaing utama. Sedangkan variabel yang
bersifat negatif, kebalikannya.
Matriks SWOT
Setelah menentukan keempat elemen dari SWOT, maka dapat
disusun sebuah matriks yang mengkombinasikan keempat elemen
tersebut :
• Maxi-maxi (S/O), kombinasi ini menggambarkan kekuatan dan
kesempatan yang dimiliki perusahaan. Perusahaan harus
memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan
kesempatan yang ada.
• Maxi-mini (S/T), kombinasi ini menggambarkan kekuatan perusahaan
dengan mempertimbangkan ancaman, seperti pesaing. Perusahaan harus
berusaha menggunakan kekuatannya mengatasi atau meminimalisasi
ancaman.
• Mini-maxi (W/O), kombinasi ini menggambarkan kelemahan
perusahaan dengan kesempatan. Perusahaan berusaha untuk
menaklukkan kelemahan dengan melakukan yang terbaik terhadap
semua kesempatan yang ada.
• Mini-Mini (W/T), kombinasi ini menggambarkan kelemahan
perusahaan dibandingkan dengan ancaman yang ada. Kombinasi ini
merupakan strategi pertahanan untuk meminimalisasi kelemahan
internal dan menghindari ancaman dari luar.
34
2.2.7 Benchmarking Analysis
Benchmarking adalah perbandingan sistematis terhadap proses dan
kinerja untuk menciptakan standar baru dan atau meningkatkan proses
menurut Steven, dkk (2003). Menurut Lapide (2005, pp. 29-32),
benchmarking membutuhkan analisis mendalam agar dapat benar-benar
memahami apa yang dikumpulkan dari berbagai informasi.
Melalui benchmarking, dapat melihat literatur-literatur atau
perusahaan-perusahaan lain mengenai bagaimana mereka melakukan
sesuatu sehingga dapat mempelajari praktek terbaik yang dilaksanakannya
untuk dapat diterapkan dalam organisasi kita. Bagaimanapun, mencoba
untuk meniru praktek terbaik perusahaan lain harus dilakukan dengan hati-
hati dan evaluasi apakah praktek tersebut tepat bagi perusahaan kita. Dan
ketika praktek tersebut terbaik bagi perusahaan saat ini, namun mungkin
tidak menjadi praktek terbaik di masa mendatang karena lingkungan
kompetitif bisnis yang selalu berubah.
Kunci untuk belajar sesuatu dari praktek terbaik adalah dengan
memahami mengapa hal ini bermanfaat jika perusahaan juga
menggunakannya. Sebuah pertanyaan penting untuk mengatasinya adalah:
Bagaimana praktek terbaik menambah nilai perusahaan yang
menggunakannya?
Prinsip-prinsip yang mendasari mungkin terbukti efektif dalam
lingkungan bisnis yang lain, namun, praktek bisnis atau proses yang
digunakan untuk memungkinkan prinsip-prinsip ini mungkin sangat
berbeda dari yang digunakan di perusahaan benchmarked.
35
Best Practices are not Necessarily Best
Beberapa perusahaan, seperti Astra Honda Motor, PT. Bank
Central Asia Tbk, PT. Blue Bird Group, Indofood Sukses Makmur Tbk,
dan Singtel International sukses dalam menerapkan SAP. Pesaing tidak
meniru mereka untuk mencapai sukses yang sama walau keberhasilannya
membuktikan bahwa praktek yang digunakan adalah yang terbaik.
Sebab, praktek terbaik yang sukses perlu menyesuaikan dengan
strategi perusahaan, model operasi, tujuan kinerja, dan praktek harus
sesuai dengan menjadi konsisten dan memperkuat untuk menghasilkan
kinerja yang lebih. Praktek yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan
sukses di atas memberi mereka keunggulan kompetitif. Jadi jika
perusahaan pesaing hanya menerapkan strategi yang sama, perusahaan
tidak akan memperoleh keunggulan kompetitif.
Jadi, daripada mencoba untuk meniru praktek-praktek terbaik dari
suatu perusahaan, harus dievaluasi dapatkah mengambil keuntungan dari
prinsip-prinsip dasar yang dimanfaatkan oleh perusahaan. Sehingga perlu
dianalisis untuk mengidentifikasi alasan yang mendasari suatu praktek
bekerja baik untuk perusahaan benchmarked yang berarti mengidentifikasi
prinsip-prinsip operasional dari praktek bisnis, dan bagaimana manfaat
dari prinsip-prinsip tersebut selaras dengan perusahaan.
36
Berikut beberapa pertanyaan yang membantu untuk mengevaluasi
praktek bisnis terbaik pada perusahaan lain :
1. Apa prinsip operasi yang dimanfaatkan oleh praktek perusahaan dan
bagaimana cara menyesuaikan dengan praktek lain yang mendukung
strategi kompetitif, model operasi, dan tujuan kinerja operasional ?
2. Apa praktek bisnis terbaik yang memanfaatkan prinsip SAP ?
3. Apakah praktek tersebut meningkatkan daya saing dari model operasi
selaras dengan strategi ?
4. Apakah praktek tersebut meningkatkan kinerja operasional tanpa
mengganggu keseimbangan kompetitif ?
5. Apakah praktek tersebut cocok diantara serangkaian praktek yang
terdapat dalam perusahaan sehingga dapat memperoleh keunggulan
kompetitif ?
6. Apakah praktek tersebut dapat memperkuat praktek-praktek yang telah
ada dalam perusahaan ?
2.2.8 PIECES Analysis
Menurut Winarno, Noersasongko dan Subagyo (2009) dalam jurnal
“Peningkatan Iklim Investasi dan Bisnis Melalui Sistem Pemetaan Sektor
Industri Berbasis Web” menjelaskan bahwa metode PIECES merupakan
metode untuk menganalisis kebutuhan yang non-fungsional yang
merupakan kebutuhan tambahan yang tidak memiliki input, process, dan
output. Tujuan dilakukannya analisis PIECES adalah untuk menentukan
apakah sistem ini akan digunakan pengguna atau tidak. Metode PIECES
37
dikategorikan berdasarkan enam kebutuhan non-fungsional, antara lain
sebagai berikut :
1. Performance, peningkatan terhadap kinerja sistem yang baru sehingga
menjadi lebih efektif diukur dari jumlah pekerjaan yang dapat
dilakukan pada saat tertentu dan response time.
2. Information, peningkatan terhadap kualitas informasi yang disajikan
dari sistem yang baru.
3. Economics, peningkatan terhadap manfaat-manfaat atau keuntungan
atau penurunan biaya yang terjadi.
4. Control, peningkatan terhadap pengendalian untuk mendeteksi dan
memperbaiki kesalahan derta kecurangan yang akan terjadi.
5. Efficiency, peningkatan terhadap efisiensi operasional.
6. Service, peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan oleh sistem.