BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00265-TIAS-Bab 2.pdf ·...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00265-TIAS-Bab 2.pdf ·...
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Kualitas
Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang
dan jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa
yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumennya. Oleh karena itu perusahaan
perlu mengenal konsumen atau pelanggannya dan mengetahui kebutuhan dan
keinginnya. Terdapat banyak sekali definisi dan pengertian kualitas yang sebenarnya
pengertian satu sama lainnya hampir sama.
Banyak ahli yang mendefinisikan kualitas yang secara garis besar orientasinya
adalah kepuasan pelanggan yang merupakan tujuan perusahaan yang berorientasi
pada kualitas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa secara garis besar, kualitas
adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya dalam
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Pelanggan yang dimaksud disini bukan
pelanggan atau konsumen yang hanya datang sekali untuk mencoba dan tidak pernah
kembali lagi melainkan mereka yang datang berulang-ulang untuk membeli dan
membeli atau memerlukan produk atau jasa yang kita tawarkan. Jadi pelanggan
tersebut bukan menitikberatkan pada komponen terakhir dalam hal ini konsumen
13
terakhir tetapi pengertian pelanggan disini adalah the next process (proses
selanjutnya) kita.
Dalam buku lain menjelaskan bahwa kualitas adalah suatu strategi dasar bisnis
yang menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan
konsumen internal dan eksternal secara eksplisit dan implisit. Strategi ini
menggunakan seluruh kemampuan sumber daya manajemen, pengetahuan,
kompetensi inti, modal, teknologi, peralatan, material, sistem dan manusia
perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa bernilai tambah bagi manfaat
masyarakat serta memberikan keuntungan kepada para pemegang saham.
Berarti kualitas hidup-kerja harus merupakan suatu pola berfikir (mind set) yang
dapat menerjemahkan tuntutan dan kebutuhan pasar konsumen dalam suatu proses
manajemen dan proses produksi barang atau jasa terus menerus tanpa henti sehingga
memenuhi persepsi kualitas para konsumen tersebut. Konsumen yang membeli
sebuah produk atau memakai suatu jasa mempunyai harapan yaitu bila kinerja produk
atau jasa tersebut memenuhi atau bahkan melampaui harapan konsumen bukan saja
satu kali tetapi berulang-ulang kali sehingga memberikan kepuasan maka persepsi
konsumen tersebut ialah bahwa dia telah memperoleh produk atau jasa yang
mempunyai kualitas.
Kesulitan untuk mendefinisikan kualitas ialah penjabaran kebutuhan konsumen
(eksternal) dalam karakteristik yang dapat diukur agar suatu produk dan jasa dapat
didesain sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi spesifikasi kebutuhan yang
14
memberikan kepuasan kepada konsumen tersebut. Manifestasi kepuasan konsumen
bahwa dia akan setia pada kualitas produk atau jasa yang diperoleh.
2.2. Konsep Kualitas pada Industri Manufaktur
Banyak ahli yang mendefinisikan kualitas yang secara garis besar orientasinya
adalah kepuasan pelanggan yang merupakan tujuan perusahaan atau organisasi yang
berorientasi pada kualitas. Dari beberapa definisi terdahulu dapat dikatakan bahwa
secara garis besar, kualitas adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa
dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Suatu produk
dikatakan berkualitas mempunyai nilai subyektifitas yang tinggi antara satu
konsumen dengan konsumen yang lain. Hal itu yang sering didengar sebagai dimensi
kualitas yang berbeda sati dari yang lain.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas produk atau jasa itu akan dapat
diwujudkan bila orientasi seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi tersebur
berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Bila diutarakan secara
rinci kualitas memiliki dua perspektif yakni perspektif produsen dan perspektif
konsumen dimana bila kedua hal tersebut disatukan maka akan dapat tercapai
kesuaian antara kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai kesesuaian untuk digunakan
konsumen. Menurut Russel (1996), hal ini dapat digambarkan seperti di bawah ini:
15
Gambar. 2.1. Dua Perspektif Kualitas
Apabila diperhatikan maka kedua perspektif tersebut akan bertemu pada satu
kata “fitness for consumer use”. Kesesuaian untuk digunakan tersebut merupakan
kesesuaian antara konsumen dengan produsen sehingga dapat membuat suatu standar
yang disepakati bersama dan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan kedua belah
pihak.
2.3. Dimensi Kualitas
Yang dimaksud dengan dimensi kualitas dalam, Garvin (1996) telah
mengutarakan dimensi kualitas untuk industri manufaktur sebagai berikut.
Performance yaitu kesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri atau
karakteristik operasi suatu produk.
> Conformance to > Quality Specifications Characteristics
> Cost > Price
Fitnes for Consumer Use
MarketingProduction
Dua Perspektif Kualitas
The Meaning of Quality
Producer's Perspective Consumer's Perspective
Quality of Conformance Quality of Design
16
Feature yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang
merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik
bagi pelanggan.
Reliability yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena kehandalannya
atau karena kemungkinan rusaknya rendah.
Conformance yaitu kesuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau
sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah
ditetapkan.
Durability yaitu tingkat keawetan produk atau lama umur produk.
Serviceability yaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudahan
memperoleh komponen produk tersebut.
Aesthetic yaitu keindahan atau daya tarik produk tersebut.
Perception yaitu fanatisme konsumen akan merk suatu produk tertentu karena
citra atau reputasi produk itu sendiri.
Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan pada produk yang
dihasilkan juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi. Bahkan yang terbaik
adalah apabila perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir, melainkan proses
produksinya atau produk yang masih ada dalam proses (work in process/WIP)
sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan atau kesalahan masih dapat
diperbaiki. Dengan demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang
17
bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan yang harus dibayar mahal karena produk
tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan ulang.
2.4. Model – Model Manajemen Kualitas
Ada beberapa orang ahli yang mampu memberikan kontribusi dalam
perkembangan kualitas. Tiga orang ahli yang sangat terkenal dalam pengembangan
filosofi kualitas, antara lain W. Edwards Deming, Philip B. Crosby dan Joseph M.
Juran. Masing – masing dari mereka mempunyai pendapat sendiri dalam
mengembangkan filosofinya.
2.4.1. Model Deming
Deming (1982) terkenal dengan filosofinya yang disebut sebagai Deming’s 14
Points (Pike dan Barnes, 1996). Deming’s 14 Points tersebut berisi sebagai berikut.
1. Rumuskan dan umumkan kepada semua karyawan, maksud dan tujuan organisasi.
2. Mempelajari dan melaksanakan filosofi baru baik oleh manajer maupun
karyawan.
3. Memahami tujuan inspeksi yaitu untuk memperbaiki proses dan mengurangi
biaya.
4. Mengakhiri praktek bisnis yang menggunakan penghargaan berdasarkan angka
atau uang saja.
5. Memperbaiki secara konstan dan terus menerus, kapan pun sistem produksi dan
pelayanan.
18
6. Membudayakan atau melembagakan pendidikan dan pelatihan.
7. Mengajarkan dan melembagakan kepemimpinan.
8. Menjauhkan rasa ketakutan. Ciptakan kepercayaan. Ciptakan iklim yang
mendukung inovasi.
9. Mengoptimalkan tujuan perusahaan, tim atau kelompok.
10. Menghilangkan desakan atau tekanan – tekanan yang menghambat perkembangan
karyawan.
11. Menghilangkan kuota berdasarkan angka – angka tetapi secara terus menerus
melembagakan metode perbaikan. Menghilangkan manajemen berdasarkan
sasaran (management by objective) tetapi mempelajari kemampuan proses dan
bagaimana memperbaikinya.
12. Menghilangkan hambatan yang membuat karyawan tidak merasa bangga akan
pekerjaan atau tugasnya.
13. Mendukung pendidikan dan perbaikan atau peningkatan prestasi setiap orang.
14. Melaksanakan tindakan atau kegiatan untuk mencapai semua tujuan atau sasaran
itu.
Deming memang sangat dikenal filosofi manajemennya, dan banyak diadopsi
oleh beberapa konsep manajemen secara umum. Bahkan dalam filosofi organisasi
belajar, konsep dan filosofi tersebut juga berkembang luas. Deming juga sering
dikenal dengan konsep Plan – Do – Check – Action, yang dilaksanakan dalam
continuous quality improvement dan diadopsi oleh berbagai macam organisasi baik
19
manufaktur maupun jasa. Bahkan di saat konsep organisasi belajar sedang
berkembang pesat, konsep dan filosofi dari Deming juga digunakan sebagai landasan
dalam membentuk budaya belajar dalam organisasi belajar.
2.4.2. Model Crosby
Ahli manajemen kualitas yang kedua memperkenalkan empat hal penting dalam
manajemen kualitas. Crosby (1979), memperkenalkan keempat hal penting dalam
manajemen kualitas (Pike dan Barnes, 1996). Keempat fungsi tersebut adalah sebagai
berikut.
Definisi kualitas: Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan.
Sistem pencapaian kualitas: merupakan pendekatan rasional untuk mencegah
cacat atau kesalahan.
Standar kinerja: standar kinerja perusahaan atau organisasi yang mempunyai
orientasi kualitas adalah tidak ada kesalahan (zero defect).
Pengukuran: pengukuran kinerja digunakan adalah biaya kualitas. Dalam
kenyataannya, Crosby menekankan biaya kualitas seperti biaya pembuangan dan
pengerjaan ulang terhadap produk yang cacat, biaya persediaan, biaya inspeksi
dan pengujian dan sebagainya.
Selain keempat hal penting tersebut, Crosby (1979), memperkenalkan 14
langkah perbaikan kualitas yang disebut dengan fourteen-step plan for quality
20
improvement (Pike dan Barnes, 1996). Keempat belas langkah tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Komitmen manajemen.
2. Tim perbaikan kualitas.
3. Pengukuran kualitas.
4. Biaya evaluasi kualitas.
5. Kesadaran kualitas.
6. Tindakan koreksi.
7. Dewan yang bersifat sementara atau insidentil untuk program pencegahan cacat
(zero defect).
8. Pelatihan bagi supervisi.
9. Hari-hari yang bebas cacat (zero defect day).
10. Menyusun sasaran dan tujuan.
11. Kesalahan menyebabkan adanya perubahan
12. Pengenalan.
13. Dewan kualitas.
14. Kerjakan semua itu secara berulang.
Konsep dari Crosby tersebut juga menggunakan perbaikan terus menerus dan
berkesinambungan sebagai konsep atau filosofi dasarnya.
21
2.4.3. Model Juran
Ahli manajemen kualitas yang ketiga, Juran (1962) memperkenalkan tiga
proses kualitas (Pike dan Barnes, 1996). Ketiga proses kualitas tersebut adalah
sebagai berikut:
Perencanaan kualitas (quality planning), terdiri dari:
Identifikasi pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal.
Menentukan kebutuhan pelanggan.
Mengembangkan karakteristik produk yang merupakan tanggapan terhadap
kebutuhan pelanggan.
Menyusun sasaran kualitas yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan
pemasok sehingga dapat meminimalkan biaya.
Mengembangkan proses yang dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan
karakteristik tertentu.
Memperbaiki atau meningkatkan kemampuan proses.
Pengendalian kualitas (quality control), terdiri dari:
Memilih subjek atau dasar pengendalian.
Memilih unit-unit pengukuran.
Menyusun pengukuran.
Menyusun standar kinerja.
Mengukur kinerja yang sesungguhnya.
22
Menginterpretasikan perbedaan antara standar dengan data nyata.
Mengambil tindakan atas perbedaan tersebut.
Perbaikan atau peningkatan kualitas (quality improvement), terdiri dari:
Peningkatan kebutuhan untuk mengadakan kualitas.
Mengidentifikasi proyek-proyek perbaikan khusus.
Mengorganisir proyek.
Mengorganisir untuk mendiagnosis penyebab kesalahan.
Menemukan penyebab kesalahan.
Mengadakan perbaikan-perbaikan.
Proses yang telah diperbaiki ada dalam kondisi operasional yang efektif.
Menyediakan pengendalian untuk mempertahankan perbaikan atau peningkatan
yang telah tercapai.
Masih banyak lagi tokoh-tokoh manajemen kualitas yang juga memiliki
beberapa pendapat. Namun, dari sekian banyak tokoh manajemen kualitas tersebut,
ketiga tokoh inilah yang nama dan pendapatnya paling sering diangkat dalam buku-
buku manajemen kualitas. Ketiga tokoh yang telah menyumbangkan filosofi dalam
perkembangan kualitas tersebut ternyata bila dikumpulkan satu sama lain memang
terlihat banyak kesamaannya. Berikut ini perbandingan ketiga filosofi tersebut dapat
digambarkan dalam tabel.
23
Perbandingan Filosofi Kualitas dari Deming, Crosby dan Juran
Keterangan Deming Crosby Juran
1.Definisi kualitas
Keseragaman pro duk yang dapat di prediksi
Kesesuaian dengan keperluan
Kesesuaian pro duk dengan peng gunaan
2.Tanggung ja wab manaje men senior
Perhatian untuk menciptakan sistem kualitas secara me nyeluruh
Menciptakan budaya kualitas
Manajemen men dukung perencana an, pengendalian dan perbaikan kua litas
3.Pendekatan strategik ter hadap sistem kualitas
Menciptakan struk tur untuk perbaikan terus menerus
Perbaikan kualitas secara terstruktur
Dewan kualitas memberikan pe tunjuk untuk pro ses perbaikan te rus menerus
4.Dasar perbaikan
Secara terus mene rus dan berkesinam bungan untuk meng urangi penyimpang an
Perbaikan proses, bukan program dengan sasaran pa da perbaikan
Pendekatan proyek
5.Pengukuran kualitas
Menghilangkan ca cat dan menurun kan biaya kualitas
Menghilangkan ca cat dan kualitas ada lah bebas cacat
Kualitas adalah mengukur berba gai penyimpangan
6.Perbaikan proses terus menerus
Continuous Quality Improvement deng an P – D – C - A
Continuous Quality Improvement
Continuous Qua lity Improvement dalam perencana an, pengendalian dan perbaikan kua litas
7.Pendidikan dan pelatihan
Mendukung pendi dikan dan pelatihan dalam Deming’s 14 Points
Mendukung pendi dikan dan pelatihan dengan 8 langkah mengenai pendidik an kualitas
Mendukung pendi dikan dan pelatih an secara implisit dan eksplisit da lam langkah-lang kah Juran
8.Menghilang kan penye bab masalah
Memisahkan penye bab umum (yang tidak dapat dihilang kan) dan penyebab khusus (dapat dihi langkan) dan digu
Harus diambil tin dakan perbaikan bi la ada kesalahan
Memisahkan pe nyebab umum (yang tidak dapat dihilangkan) dan penyebab khusus (dapat dihilang
24
nakan teknik-tek nik statistika untuk identifikasi
kan) dan diguna kan teknik-teknik statistika untuk identifikasi
9.Penyusunan sasaran dan tujuan
Dengan menekan kan pada Continu ous Quality Impro vement dan tidak melihatnya sebagai sasaran jangka pen dek
Sasaran baru dapat tercapai setelah 30, 60 atau 90 tahun
Pendekatan yang sesuai dengan Management By Objective
10.Rencana struktural
Deming’s 14 Points untuk Quality Im provement mene kankan pengguna an alat statistik pada semua level
Menekankan pada perubahan budaya
Menekankan pada Quality Improve ment dengan pen dekatan proyek demi proyek
11.Kerja Tim Partisipasi karya wan dalam pengam bilan keputusan
Tim Quality Impro vement, dewan kua litas
Pendekatan tim dan gugus kendali kualitas
12.Biaya kualitas
Tidak ada yang op timum, perbaikan terus menerus dan berkesinambungan
Biaya ketidakse suaian, kualitas ada lah bebas
Kualitas tidak be bas, ada suatu yang optimum
Tabel. 2.1. Perbandingan Filosofi Kualitas dari Deming, Crosby dan Juran
Dari tabel tersebut nampak bahwa diantara ketiga ahli manajemen kualitas
tersebut terdapat kesamaan pandangan, baik dalam pengertian kualitas, filosofi yang
dianut, pandangan terhadap perbaikan yang continuous improvement, perencanaan
kualitas yang bersifat strategik, biaya kualitas, perlunya pendidikan, pelatihan, dan
kerja tim, usaha mencari penyebab kesalahan dan masih banyak lagi kesamaan
pandangan dalam manajemen kualitas.
25
2.5. Alat dan Pengendalian Kualitas
Dalam kegiatan pengendalian harian mutu secara rutin ada beberapa alat yang
sering digunakan dalam memperbaiki kondisi perusahaan untuk dapat meningkatkan
kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya. Alat dan teknik tersebut sebenarnya
lebih merupakan alat dan teknik penyelesaian masalah yang berkaitan dengan
peningkatan kualitas perusahaan atau organisasi. Alat dan teknik tersebut biasanya
digunakan untuk menemukan kesalahan, mencari penyebab kesalahan, dan
memutuskan cara penyelesaiannya atau menghilangkan penyebab kesalahan-
kesalahan tersebut. Apabila hal tersebut berhasil dilakukan, maka perbaikan kualitas
atau continuous quality improvement dapat tercapai. Teknik dan alat tersebut dapat
terwujud dua jenis yaitu yang menggunakan data verbal atau kualitatif dan yang
menggunakan data numerik atau kuantitatif. Yang menggunakan data verbal atau
kualitatif yakni:
1. Flowchart.
2. Brainstorming.
3. Cause and Effect Diagram.
4. Affinity Diagram.
5. Tree Diagram.
Sedangkan yang menggunakan data numerik atau kuantitatif yaitu:
1. Check Sheet.
2. Pareto Diagram.
3. Histogram.
26
4. Scatter Diagram.
5. Control Chart.
6. Run Chart.
Alat-alat tersebut berfungsi membantu dalam membuat keputusan yaitu dengan
menggunakan langkah:
1. Menggunakan data dan analisa data untuk mendapatkan informasi untuk
mengambil berbagai langkah atau tindakan yang akan diambil dalam perbaikan
kualitas.
2. Menggunakan informasi tersebut dan berdasarkan pendapat profesional untuk
mengambil tindakan atau memilih berbagai alternatif tindakan yang harus
diambil.
Alat-alat yang digunakan untuk mengadakan perbaikan kualitas yang
menggunakan data verbal atau kualitatif adalah sebagai berikut:
2.5.1. Flowchart
Flowchart adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukkan seluruh
langkah dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana langkah itu saling
berinteraksi satu sama lain. Flowchart digambarkan dengan simbol-simbol, dan setiap
orang yang bertanggung jawab untuk memperbaiki suatu proses harus mengetahui
seluruh langkah dalam proses tersebut.
Dalam proses produksi atau operasional dalam suatu organisasi atau
perusahaan, dimana kualitas yang terutama dan yang paling ekonomis apabila dilihat
27
dari prosesnya, maka flowchart ini sangat penting. Flowchart pada suatu organisasi
atau perusahaan meliputi seluruh aliran dalam proses produksi atau penyampaian
pelayanan/jasa baik yang dilakukan oleh staf intern atau disebut dengan pelanggan
dan konsumen internal atau staf kepada pelanggan dan konsumen eksternal atau
akhir.
Flowchart dalam proses produksi atau operasional pada suatu organisasi atau
perusahaan tersebut digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain:
1. Memberikan pengertian dan petunjuk tentang jalannya proses produksi atau
operasional pada suatu organisasi atau perusahaan.
2. Membandingkan proses sesungguhnya yang dirasakan para pelanggan baik
pelanggan internal maupun eksternal dengan proses ideal yang diinginkan
pelanggan tersebut.
3. Mengetahui langkah-langkah duplikatif dan langkah-alangkah yang tidak perlu.
4. Mengetahui dimana atau dalam bagian proses yang mana pengukuran dapat
dilakukan.
5. Menggambarkan sistem total.
Apabila digambarkan secara umum maka gambaran mengenai flowchart dapat
dilihat di bawah ini;
28
Sumber: Goetsch dan David (1995)
Diagram. 2.1. Flowchart
Dari gambar tersebut dapat dilihat bagaimana urutan atau rangkaian kegiatan
yang terjadi selama proses produksi atau operasional dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Urutan atau rangkaian proses inilah yang nantinya dapat digunakan untuk
membantu mendeteksi kesalahan yang disebabkan proses produksi atau operasional.
2.5.2. Brainstorming
Brainstorming adalah cara untuk memicu pemikiran kreatif guna
mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif singkat. Ide
Mulai
Kegiatan
Kegiatan
Keputusan
Selesai
Tidak
Ya
29
dalam brainstorming tersebut dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Alat yang
sering membantu analisis tersebut antara lain: cause and effect diagram, affinity
diagram dan tree diagram. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
brainstorming antara lain sebagai berikut:
1. Masing-masing anggota kelompok telah sependapat mengenai isu pokok yang
akan dibahas.
2. Harus menciptakan kondisi dimana masing-masing anggota kelompok merasa
bebas untuk mengemukakan idenya.
3. Hindari saling kritik atau tirani dalam mengemukakan ide oleh para anggota
kelompok.
4. Ungkapan ide yang dikemukakan tersebut perlu ditulis sebagaimana aslinya.
5. Pada akhir brainstorming perlu dibuat rangkuman ide-ide yang dikemukakan
untuk dicari penyelesaiannya.
Brainstorming dapat kita pakai sebagai cara perbaikan kualitas produk atau jasa
yaitu dengan melibatkan seluruh staf untuk secara bersama-sama mencari cara untuk
mengadakan perbaikan atau peningkatan kualitas pendidikan. Cara inilah yang
seringkali disebut dengan teknik yang melibatkan seluruh personil dalam organisasi
yang mencerminkan adanya people onvolvement dan personal empowerment.
2.5.3. Cause and Effect Diagram
Cause and effect diagram digunakan untuk menganalisis persoalan dan faktor-
faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Dengan demikian, diagram tersebut
30
dapat digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab suatu persoalan. Cause and effect
diagram juga disebut Ishikawa Diagram karena dikembangkan oleh Dr. Kaoru
Ishikawa. Diagram tersebut juga disebut Fishbone Diagram karena berbentuk seperti
kerangka ikan.
Cause and effect diagram dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Menyimpulkan sebab-sebab variasi dalam proses.
2. Mengidentifikasi kategori dan subkategori sebab-sebab yang mempengaruhi suatu
karakteristik kualitas tertentu.
3. Memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang perlu dikumpulkan.
Cause and effect diagram terutama berguna dalam tahap perencanaan (plan)
dari plan-do-check-action cycle karena dapat membantu mengidentifikasi sebab-
sebab proses yang mempunyai peranan bagi timbulnya efek yang dikehendaki oleh
pelanggan. Diagram sebab-akibat ini juga dapat diterapkan pada organisasi atau
perusahaan baik manufaktur maupun jasa. Contoh dari cause and effect diagram
dapat dilihat di bawah ini.
31
Sumber: Krajewski dan Ritzman (1999)
Diagram. 2.2. Cause and Effect Diagram (Fish Bone Diagram).
2.5.4. Affinity Diagram
Affinity diagram dikembangkan oleh Jiro Kawakita pada tahun 1950-an dan
sering menggunakan hasil brainstorming untuk mengorganisasikan informasi
sehingga mudah dipahami untuk mengadakan perbaikan proses. Langkah-langkah
dalam membuat affinity diagram adalah sebagai berikut.
1. Tim mengumpulkan fakta-fakta yang diketahui dan menuliskan fakta-fakta
tersebut dengan menggunakan teknik brainstorming.
Keterlambatan penerbangan
pesawat
Keterlambatan datangnya penumpang
Keterlambatan awak
Man
Kegagalan mekanik
Pesawat lambat
Machine/Tool
Keterlambatan prosedur check in
Pengumuman kedatangan buruk
Methode
Keterlambatan bahan bakar
Keterlambatan bagasi
Material
Lain-lain
Cuaca
32
Ekonomi Jasa/Pelayanan Hasil yang diperoleh
- Biaya SPP murah - Pelayanan di perpustakaan - Informasi dan pengetahuan bervariasi- Pelayanan dari seluruh staff - IP baik- Waktu pelayanan - Mendapat pekerjaan lebih lama
2. Fakta-fakta tersebut kemudian dikelompokkan menurut golongan-golongan
tertentu.
3. Golongan tersebut kemudian diberi nama dan menyusunnya menurut hirarki
kepentingan golongan-golongan tersebut.
4. Tim membuat kesimpulan mengenai tindakan apa yang harus diambil untuk
mengatasi fakta atau golongan yang mengganggu proses.
Affinity diagram ini sangat berguna untuk menyaring data yang berjumlah besar
dan menciptakan pola pikir baru. Affinity diagram digunakan dalam PDCA cycle
terutama dalam tahap rencana (plan). Berikut ini contoh dari affinity diagram
mengenai apa yang dikehendaki pelanggan eksternal primer suatu organisasi yang
memberikan pelayanan atau jasa pendidikan.
Sumber: Oakland (1994)
Diagram. 2.3. Affinity Diagram
2.5.5. Tree Diagram
Tree Diagram merupakan alat yang digunakan untuk menghubungkan tujuan
yang harus ditempuh dengan tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
tersebut. Diagram tersebut digunakan untuk dapat mengetahui apa yang diinginkan
pelanggan dari jasa atau program pendidikan yang ditawarkan.
33
PDCA
QFD
CQI
Sistem
Mutu yang menyeluruh
pada organisasi atau perusahaan
Filosofi
Teknik-teknik
Budaya
Visi
Misi
Strategi
Tree diagram digunakan bila ada sesuatu yang belum jelas rumusannya ke
dalam karakteristik yang sifatnya operasional. Tree diagram ini seringkali digunakan
untuk menterjemahkan hasil dari affinity diagram atau cause and effect diagram.
Gambar di bawah ini memperlihatkan contoh penggunaan tree diagram pada suatu
organisasi atau perusahaan.
Sumber: Oakland (1994)
Diagram.2.4. Tree Diagram
2.6. Alat dan Teknik Perbaikan Kualitas dengan Data Numerik
Alat-alat yang menggunakan data numerik untuk mengadakan perbaikan
kualitas sektor pendidikan antara lain sebagai berikut.
2.6.1. Check Sheet
Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa
sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan
data. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan ke dalam grafik,
34
KesalahanCara mengajar IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIIIPelayanan administrasi IIIII IIIII IIIII IIIIIPelayanan perpustakaan IIIII IIIII IIIIIBuku teks kuno IIIII IIIII IIITidak ada dukungan IIIII IIIII IIIII IIIII II
Jumlah kesalahan dalam 1 semester
Kesalahan Adanya kesalahan (v) dalam 1 semester
Cara mengajar vPembimbing akademik vPembimbing skripsiPelayanan perpustakaan vBuku teks kuno vPenataan rak buku di perpustakaanPelayanan registrasi vPelayanan administrasi perkuliahanPengaturan jadwal kuliah vPengaturan ujianPenataan ruang kelasTidak ada dukungan v
seperti pareto chart ataupun histogram untuk kemudian dilakukan analisis
terhadapnya. Check sheet ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam tahap
pelaksanaan (do) dalam PDCA cycle. Di sektor pelayanan atau jasa, check sheet ini
dilakukan dengan mengumpulkan pendapat pelanggan mengenai proses penyampaian
jasa atau pelayanan. Check sheet ini sering juga kita ganti dengan tally sheet. Berikut
ini contoh dari tally sheet dan check sheet yang digunakan pada organisasi jasa
pendidikan.
Sumber: Goetsch dan Davis (1995)
Tabel. 2.2. Tally Sheet
Sumber: Goetsch dan Davis (1995)
Tabel. 2.3. Check Sheet
35
2.6.2. Pareto Diagram
Pareto diagram yang merupakan diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli
yang bernama Vilfredo Pareto adalah alat yang digunakan untuk membandingkan
berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya untuk menentukan
pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang
akan dianalisis sehingga kita dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang
mempunyai dampak besar terhadap kejadian tersebut. Berikut ini merupakan contoh
penggunaan pareto diagram.
Sumber: Pike dan Barnes (1996)
Diagram. 2.5. Pareto Diagram
2.6.3. Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data
pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart yang
penyusunannya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri hingga
0
20
100
60
40
80
0
20
100
60
40
80
Face Kasar
Reamer Geser
Setting Kasar
Setting Dow l
Tinggi 71,5 Minus
Jenis Reject
Jum
lah
Rej
ect (
pcs)
Acc
Rej
ect (
%)
Pareto Diagram
36
proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan urutan apapun.
Contoh dari histogram dapat dilihat dibawah ini.
Sumber: Goetsch dan Davis (1995)
Diagram. 2.6. Histogram
2.6.4. Scatter Diagram
Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan
(korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan
antara dua variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi.
Scatter diagram juga dapat digunakan untuk mencek apakah suatu variabel dapat
digunakan untuk mengganti variabel yang lain. Diagram ini berupa titik yang
menghubungkan paling tidak dua variabel, X dan Y yang menunjukkan keeratannya
sehingga dapat dilihat apakah suatu kesalahan dapat disebut berhubungan atau terkait
dengan masalah atau kesalahan yang lain. Di bawah ini merupakan contoh dari
penggunaan scatter diagram
Histogram
0
20
40
60
80
Face Kasar Tinggi 71,5minus
Setting Kasar Setting Dowl ReamerGeser
Jenis Reject
Jum
lah
Reje
ct (p
cs)
37
Sumber: Mitra (1993)
Diagram. 2.7. Scatter Diagram
2.6.5. Control Chart
Control chart adalah grafik yang digunakan untuk menentukan apakah suatu
proses berada dalam keadaan in control atau out control. Control limit yang meliputi
batas atas (upper control limit) dan batas bawah (lower control limit) dapat
membantu kita untuk menggambarkan performansi yang diharapkan dari suatu
proses, yang menunjukkan bahwa proses tersebut konsisten. Dengan mengetahui
kondisi proses, maka kita dapat mengetahui sumber variasi proses, apakah merupakan
common cause atau special cause. Apabila merupakan special cause kita dapat
mengadakan perubahan tanpa mengubah proses secara keseluruhan, tetapi bila
merupakan common cause maka kita tidak dapat mengadakan perubahan. Dalam
Scatter Diagram
00.5
11.5
22.5
33.5
44.5
5
0 1 2 3 4 5
Banyaknya Percobaan
Pelu
ang
38
siklus PDCA, control chart digunakan dalam tahap pelaksanaan (do) dan pengujian
(check). Berikut ini merupakan contoh penggambaran control chart.
Sumber: Goetsch dan David (1995)
Diagram. 2.8. Control Chart
2.6.6. Run Chart
Run chart adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang waktu,
kecenderungan, daur dan pola-pola lain dalam suatu proses misalnya perubahan
dalam proses dan memperbandingkan performansi beberapa kelompok, tetapi tanpa
menyebutkan sebab-sebab terjadinya kecenderungan, daur atau pola-pola tersebut. Di
bawah ini contoh penggambaran run chart yang berarti bila penggunaannya
dihubungkan dengan hasil penggambaran upper control limit dengan lower control
limit untuk menunjukkan apakah proses produksi atau operasional kita baik atau
tidak.
UCL
CL
LCL
Waktu
Hasil Pengukuran
39
Sumber: Mitra (1993)
Diagram. 2.9. Run Chart
Berbagai alat dan teknik serta metode memang dapat diterapkan dalam
mengumpulkan, manganalisis dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
kualitas. Menurut Gryna (2001) ada beberapa alat dan teknik yang banyak digunakan
orang Jepang dalam menangani masalah kualitas.
Affinity diagram, yang digunakan dalam mengorganisir fakta, isu dan masalah
yang digunakan untuk mengadakan diagnosis terhadap permasalahan yang
dihadapi.
Tree diagram atau diagram skematik, yang digunakan untuk membagi
permasalahan dan penyebabnya ke dalam sub-sub masalah dan sub-sub
penyebabnya.
Process decision, yang digunakan dalam mengumpulkan berbagai alternatif
pemrosesan untuk dicari proses yang terbaik.
Waktu
Data
40
Matrix diagram, yang digunakan dalam menunjukkan ada atau tidak adanya
hubungan antar berbagai elemen dalam permasalahan yang dihadapi.
Interrelationship diagram atau diagram hubungan, yang digunakan untuk
membantu mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang akan dimasukkan ke dalam
tree diagram.
Prioritization matrix atau analisis data matriks, yang digunakan dalam
mengevaluasi pilihan dengan pendekatan sistem untuk mengidentifikasi,
memberikan pilihan dan menerapkan kriteria pilihan.
Activities network diagram atau diagram panah, yang digunakan dalam
menganalisis urutan tugas-tugas yang penting untuk menyelesaikan proyek dan
menentukan tugas yang penting untuk memonitor efisiensi proyek.
Masih banyak lagi alat dan teknik lain yang dapat digunakan, dimana semua itu
tergantung dari bagaimana menerapkannya dalam menyelesaikan masalah, terutama
yang berkaitan dengan kualitas dan mengambil keputusan. Sedangkan untuk langkah
penyelesaian masalah kualitas ada tujuh langkah yang terkenal dengan QC (Quality
Control) Seven Steps. Langkah-langkah tersebut yakni:
1. Memilih tema dan masalah.
2. Mengumpulkan dan analisa data.
3. Analisa penyebab masalah.
4. Merencanakan dan melaksanakan perbaikan sekaligus menentukan target.
5. Evaluasi hasil dan efek.
6. Mencegah terulang masalah dan membuat standarisasi.
41
Perbaikan kontinu = Perbaikan berulang + Perbaikan sistematik
7. Menggarap masalah berikutnya.
Namun, di Indonesia, QC (Quality Control) Seven Steps telah berkembang
menjadi delapan langkah yakni:
1. Menentukan tema dan judul.
2. Mencari penyebab.
3. Menentukan penyebab dominan/utama.
4. Membuat perencanaan perbaikan dan menentukan target.
5. Melaksanakan rencana perbaikan.
6. Meneliti hasil perbaikan.
7. Membuat standar baru
8. Membuat rencana selanjutnya.
2.7. Perbaikan Continue / Terus-menerus
Perbaikan kontinu didasarkan atas dua prinsip ide yaitu perbaikan
sistematik/ilmiah dan perbaikan berulang. Sehingga dapat dituliskan sebagai berikut.
Gambar di bawah ini menunjukkan bentuk pemecahan masalah sebagai suatu
gerak berulang antara tingkat berpikir (meditasi, merencanakan dan menganalisa) dan
tingkat pengalaman (memperoleh informasi dan data nyata dari interview, eksperimen
dan pengukuran numerik).
42
Gambar. 2.2. Tiga Type Pemecahan Masalah
Data – 1 : data perbaikan proaktif pada umumnya bersifat kualitatif dalam bahasa dan
bukan angka; tujuannya masih kabur, tampak dalam banyak bentuk dan belum
diketahui terlebih dahulu data macam apa yang akan diperoleh.
Data – 2 : data perbaikan reaktif diperoleh baik dalam bahasa maupun dalam bentuk
angka tetapi bahasa dicoba dicoba dihilangkan karena kita menentukan suatu tujuan
(tema) dengan menggunakan angka numerik. Data ini kemudian harus dipakai untuk
pemecahan masalah.
Data – 3 : data proses kontrol ialah data perhitungan dan data QC (Quality Control)
dalam format spesifik umumnya angka dan dipergunakan untuk tujuan tertentu.
Menduga Teliti Formulasimasalah situasi masalah Data - 1
1. Memilih 2. Mencari 3. Mencari tema + judul penyebab penyebab utama
Data - 2
4. Rencana 5. Implementasi 6. Evaluasi hasilperbaikan + target perbaikan perbaikan
8. Menentukanrencana berikutnya
7. Standarisasi
Perbaikan Proaktif
Perbaikan Reaktif
Kontrol Proses
Data - 3
43
2.8. Perbaikan Berulang
Dari model di atas secara implisit terdapat ide perbaikan berulang yaitu siklus
kembali untuk menggarap masalah berikutnya atau meneruskan perbaikan atau suatu
proses yang sudah diperbaiki. Siklus ini ialah Plan, Do, Check, Act (PDCA) yang
diperoleh dari W.E. Derning dan W.A. Shewhart, sebagai berikut:
Plan : Tentukan secara analitis dan kuantitatif apa masalah inti dari suatu proses
atau aktivitas dan bagaimana cara memperbaikinya.
Do : Laksanakan rencana perbaikan.
Check : Konfirmasikan secara kuantitatif dan analitis bahwa rencana perbaikan
memang bekerja benar dan menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Act : Buat modifikasi proses di atas seperlunya, buat dokumentasi dari proses
yang diperbaiki dan pergunakan selanjutnya.
PDCA adalah simbol prinsip pemecahan masalah secara berulang membuat
perbaikan langkah demi langkah dan mengulangi siklus perbaikan berulang. Dalam
siklus PDCA terdapat feedback untuk cek agar tidak kehilangan arah tujuan
perbaikan. Sangat penting untuk segera memasukkan perbaikan produk / jasa ke pasar
konsumen atau dalam proses berikutnya untuk memperoleh umpan balik
pembeli/pemakai.
2.9. Perbaikan Reaktif
Perbaikan reaktif dilakukan untuk masalah yang diketahui berulang kali terjadi
dan terdapat data statistik yang cukup banyak. Setelah masalah dipecahkan dan
44
diperoleh solusi maka solusi tersebut dilaksanakan. Hasilnya ialah suatu prosedur
operasional baru yang kemudian dibakukan/standar.
Setelah prosedur (baru) berjalan diambil data numerik untuk kontrol bahwa
proses bekerja baik sesuai rencana. Kemudian dibuat evaluasi data dan apabila perlu
dibuat koreksi pada proses agar berfungsi kembali sesuai standar yang telah
ditentukan.
Inti dari pendekatan perbaikan reaktif ialah standarisasi dari proses pemecahan
masalah misalnya dengan delapan langkah dan tujuh alat QC (Quality Control)
(DELTA). Berikut ini penjelasan dari delapan langkah QC (Quality Control).
2.9.1. Langkah-1: Identifikasi Tema Masalah
Bagaimana mengidentifikasi suatu area masalah dalam rangka usaha
pemecahan masalah reaktif ? Pertama, membentuk suatu tim perbaikan kualitas
(Quality Improvement Team) atau Gugus Kendali Mutu (GKM). Anggota tim ini
dapat diambil dari suatu grup fungsional atau lintas fungsional, tergantung dari
proyek perbaikan kualitas yang direncanakan. Kedua, tugas para manager ialah untuk
membimbing tim GKM untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan wajar. Apabila
tidak dibimbing, tim GKM mungkin membutuhkan waktu yang sangat lama atau
gagal memecahkan masalah, atau membuang waktu untuk memecahkan masalah
yang kurang penting. Banyak kegagalan terjadi karena para manager tidak
mengetahui bagaimana membimbing proses identifikasi masalah. Membuat
45
identifikasi masalah adalah hal yang pang penting dalam pemecahan masalah reaktif.
Proses mengidentifikasi masalah terdiri dari lima bagian, yakni:
Orientasi kelemahan.
Eksplorasi masalah.
Memilih tema dengan hati-hati.
Pernyataan tema dengan jelas.
Penetuan judul.
2.9.1.1.Orientasi Kelemahan
Orientasi kelemahan mempunyai beberapa karakteristik yang tidak terdapat
dalam orientasi kekuatan, yaitu:
⇒ Fokus pada fakta mendasarkan aksi pada fakta, bukan pendapat.
⇒ Fokus pada proses, bukan hasil kerja, sebab hasil kerja adalah variabel pemicu
(efek) sedangkan kita harus memfokuskan pada variabel penyebab.
⇒ Fokus pada akar penyebab, bukan solusi yaitu menekankan analisa objektif
penyebab ”apa penyebab keterlambatan” dan bukan melompat ke solusi ”apa yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki keterlambatan ?”.
Orientasi kelemahan adalah bagian terpenting dalam identifikasi masalah, oleh
karena itu para manager senior harus mendorong para manager madya agar
membimbing para karyawan untuk mencari kelemahan dalam proses. Bila
menemukan masalah, para CEO sebaiknya tidak mencari ’kambing hitam’ tetapi
46
sebaliknya, harus menganjurkan pemecahan kelemahan proses yang menyebabkan
masalah tersebut.
2.9.1.2. Eksplorasi Masalah
Langkah kedua ialah eksplorasi masalah secara mendalam. Salah satu cara
adalah dengan mengikuti mata rantai atau alur sebab akibat. Yang harus dicari yakni
penyebab langsung dari ketidakpuasan konsumen atau biaya tinggi, bukan masalah
lainnya agar tidak membuang waktu. Kelima keburukan – kerusakan, kesalahan,
keterlambatan, pemborosan material, kecelakaan adalah hal-hal untuk memfokus
pada tema yang langsung berhubungan dengan ketidakpuasan konsumen atau proses
berikutnya – fokus pada pendekatan konsep market-in. kelima ’keburukan’ di atas
selalu menyebabkan ketidakpuasan konsumen atau kenaikan biaya.
2.9.1.3. Memilih Tema dengan Hati-hati
Eksplorasi masalah biasanya menghasilkan beberapa tema. Untuk
mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah yang sulit sebaiknya memilih
tema masalah yang dapat dipecahkan dengan kemampuan ketrampilan Quality
Improvement Team (QIT) / Gugus Kendali Mutu (GKM) saat ini dahulu. Dalam
pemilihan suatu tema masalah, sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Keuntungan merasakan keberhasilan/sukses dalam waktu pendek.
Tingkat kesulitan situasi dan penanggulangannya.
Tingkat pemahaman dan pengetahuan serta ketrampilan.
47
Urgensi, tingkat kepentingan dan efek / dampak.
Kecepatan solusi potensial atau waktu penyelesaiannya.
Hasil yang diharapkan dari solusi potensial.
Relevansi dengan misi, perencanaan dan target perusahaan.
Urut 1-3 (1 = ter tinggi)
Kemudahan koreksi data
Kemudahan implementasi potensial
Urgensi atau dampak
Kecepatan solusi
Prioritas total terendah ialah pilihan
Masalah-1 Masalah-2 Masalah-3
Tabel. 2.4. Menentukan Prioritas Pemecahan Masalah
2.9.1.4. Pernyataan Tema yang Jelas
Langkah keempat dalam identifikasi masalah yakni membuat pernyataan yang
jelas. Beberapa karateristik tema yang efektif, sebagai berikut:
Orientasi kelemahan dan market in.
Dinyatakan sebagai suatu masalah, bukan solusi.
Dinyatakan dari segi hasil akhir (results), bukan solusi.
Dinyatakan sebagai satu masalah, bukan beberapa masalah.
Setiap kata dirumuskan sebaik-baiknya.
2.9.1.5. Penentuan Judul
Untuk mempertajam fokus dari area masalah maka diberikan judul yang
secara spesifik menunjukkan masalah yang akan diperbaiki atau ditingkatkan dari
48
segi kualitas. Dengan fokus yang spesifik tersebut maka akan mempermudah mencari
penyebab langsung masalah.
2.9.2. Langkah-2: Mencari Pennyebab Masalah
Data masalah yang telah dipilih dalam langkah-1 di atas dipindahkan dari
pareto diagram ke diagram sebab akibat atau fishbone diagram. Fishbone diagram
menggambarkan hasil/efek dari pareto diagram dan bukan merupakan suatu solusi
masalah.
2.9.2.1. Kerangka Penyebab
Dengan fishbone diagram dibuat penjabaran tulang utama dengan judul
(heading) 4M + 1E (Man, Machine, Methode, Material and Environment). Dengan
teknik brainstorming team, pada setiap tulang utama tadi dijabarkan semua aktivitas
yang relevan sehingga merupakan cabang dan ranting tulang serta ditulis apa aktivitas
tersebut. Kemampuan dan ketajaman membuat cabang hingga 5-Why dan ranting-
ranting inilah akan menentukan kemudian alur penelusuran (tracking) penyebab
masalah hingga ke akarnya.
2.9.2.2. Analisa Penyebab
Setelah semua anggota tim puas dan setuju dengan semua aktivitas dalam
jumlah bentuk jumlah cabang dan ranting bagi setiap tulang utama, maka
49
brainstorming dilanjutkan dengan analisa setiap tulang berikut cabang-cabang dan
ranting-rantingnya untuk mencari akar penyebab masalah
2.9.2.3. Ringkasan Penyebab
Hasil dari analisa di atas akan memberikan beberapa area penyebab dan dibuat
suatu tabel matriks seluruh penyebab yang diperoleh. Semua penyebab kemudian
disortir secara ilmiah (bukan dengan pembobotan) untuk memperoleh penyebab-
penyebab dominan/utama.
2.9.3. Langkah-3: Menentukan Penyebab Dominan/Utama
Tahap ini memilih di antara beberapa penyebab dominan, yang mana kan
diambil untuk perencanaan perbaikan atau peningkatan kualitasnya.
2.9.3.1. Membuat Hipotesa
Untuk setiap penyebab dominan dari matriks di atas dibuat hipotesa secara
ilimiah dan harus didukung oleh data yang telah diolah dalam langkah-2 di atas.
2.9.3.2. Uji coba Hipotesa
Walaupun hipotesa telah dibuat secara ilmiah dengan dukungan data, masih
harus diuji coba dengan:
Tinjau ulang (review) fakta yang mutakhir di lapangan, buat Check Sheet.
Tingkat relevansi dan kepentingan dalam kaitan masalah utama.
50
Tingkat dampak/efek pada pemecahan masalah utama.
2.9.3.3. Kesimpulan
Setelah diuji coba, tim harus mengambilkesimpulan penentuan penyebab utama
yang konsisten dengan analisa penyebab, membuat:
Pair comparisons dari semua 4M + 1E secara ilimiah.
Membuat scatter diagram.
Stratifikasi semua hasil di atas.
Pemindahan ke pareto diagram
2.9.4. Langkah-4: Membuat Rencana Perbaikan dan Target
2.9.4.1. Rencana Perbaikan dengan Membalik Akar Penyebab
Dari langkah-1, 2, 3 akan dapat diketahui akar penyebab dan dengan demikian
solusi dapat direncanakan dengan langsung membalik akar penyebab.
2.9.4.2. Membuat Matriks Rencana Perbaikan
Pembalikan akar penyebab dituang dalam suatu model matriks untuk
perencanaan perbaikan sebagai berikut:
51
Tabel. 2.5. Matriks Rencana Perbaikan (5-W, 1-H, 1-C)
Why ialah alasan ” Mengapa diperlukan perbaikan terhadap penyebab ”.
What ialah ” Apa rencana perbaikan untuk mencapai kondisi di (3) ”.
Where ialah ” Lokasi yang tepat untuk melaksanakan perbaikan ”.
When ialah ”Alokasi waktu yang diperkirakan untuk perbaikan ”.
Who ialah ” Anggota tim yang melaksanakan perbaikan, memperoleh data hasil
perbaikan dan melaporkan kemajuan perbaikan
How ialah ” Metoda untuk memperbaiki faktor penyebab utama (2) ”.
Cost ialah ” Perkiraan biaya yang diperlukan untuk perbaikan ”.
2.9.4.3. Solusi harus Konsisten dengan Analisa Penyebab
Dengan teknik brainstorming, para anggota tim bersama-sama mengisi semua
kolom dan untuk how, berusaha mencari berbagai alternatif metoda dan memilih yang
paling tepat. Dalam hal ini sebaiknya melibatkan pula para karyawan yang akan
memakai solusi tersebut untuk memperoleh input yang konstruktif. Bila tim
No (1)
Faktor Penyebab Dominan
(2)
Why Kenapa
(3)
What Apa (4)
Where Dimana
(5)
When Kapan
(6)
Who Siapa (7)
How Bagaimana
(8)
Cost Biaya (9)
1234 dsbnya
52
mendapatkan suatu masalah besar, sebaiknya memfokus pada karakteristik dan
analisis penyebab dominan.
2.9.4.4. Penentuan Target
Untuk mengarahkan rencana perbaikan yang jelas perlu menentukan target
dengan kriteria sebagai berikut:
Mencapai tingkat perbaikan atau kualitas yang diharapkan, bila semua penyebab
utama dapat dipecahkan.
Mencapai tingkat ketrampilan yang diharapkan dari tim GKM/QIT.
Benchmarking ke pesaing/GKM yang melakukan proses yang sama.
Target dapat dinyatakan dalam persentase atau satuan/unit yang spesifik sesuai
karakteristik masalah yang diperbaiki, maka dibutkan matriks dan grafik rencana
pencapaian target.
2.9.5. Langkah-5: Implementasi Perbaikan
Apabila semua rencana langkah-4 dilakukan dengan benar maka 50% dari
implementasi perbaikan dapat dikatakan sudah ”ditangan”. Namun masih bisa terjadi
kesalahan manusia, proses dan atau teknis
2.9.5.1. Implementasi Perbaikan
Perlu ditekankan bahwa penguasaan proses perbaikan yang benar adalah jauh
lebih penting daripada hasil akhirnya, artinya tim QIT/GKM harus berorientasi proses
53
bukan orientasi hasil akhir (result oriented). Menganut faham result orientation
biasanya ada kecenderungan untuk mengambil shortcut measures atau tindakan
“potong jalan” karena ingin cepat memperoleh hasil dengan mengabaikan proses
yang benar. Mengambil cara “potong jalan” tidak akan memberikan pelajaran
berharga bagi anggota tim maupun anggota baru berikutnya.
2.9.5.2. Check Point Implementasi Perbaikan
a. Karyawan yang akan memakai solusi terlibat dalam perencanaan perbaikan dan
penentuan target.
b. Terhadap solusi dilakukan ujicoba beberapa kali.
c. Usahakan feedback segera atas solusi dari pemakai untuk perbaikan berulang
sebelum menjadi solusi final.
d. Check apakah ada efek samping, bila ada, catat semua variabel dari efek
samping tersebut.
2.9.6. Langkah-6: Meneliti Hasil Perbaikan
2.9.6.1. Evaluasi atas Proses Perbaikan
Evaluasi atas proses perbaikan untuk check apakah proses tersebut memang
dilakukan dengan benar dengan referensi Log Sheet dan semua matriks grafik berikut
gambar-gambar teknis. Seperti telah dijelaskan di atas, kebenaran mengikuti
proses/asas taat prosedur perbaikan adalah jauh lebih penting daripada orientasi hasil
akhir yang ”potong jalan” prosedur.
54
Kemudian evaluasi, apakah terdapat pelajaran berharga dari seluruh proses
pemecahan masalah dan perbaikan tersebut sehingga meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan tim QIT/KGM. Seberapa jauh terjadi peningkatan kemampuan dan
ketrampilan untuk dapat memecahkan dan perbaikan yang lebih rumit kemudian.
2.9.6.2. Evaluasi Perbaikan
Dengan check sheet dibuat daftar data hasil perbaikan tersebut suatu grafik
yang menunjukkan kerusakan menurun dalam suatu kurun waktu yang berarti adanya
perbaikan; kemudian membuat diagram pareto sebelum dan sesudah implementasi
solusi dengan data teknis perbaikan. Semua hal di atas harus dievaluasi untuk check
apakah masalah memang sudah diatasi dan target tercapai, penuh atau parsial dan
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Bila target tercapai secara parsial, apakah harus revisi ulang rencana
perbaikan? Hal ini tentu saja harus dicek ulang dan diperbaiki lagi. Bila target
memang tercapai, apakah penentuan target sudah benar, artinya tidak terlalu rendah?
2.9.6.3. Evaluasi Solusi, Efek/Dampak yang Timbul dan Biaya
Evaluasi atas implementasi solusi dilakukan terhadap:
Hasil langsung perbaikan, artinya keuntungan.
Efek/dampak akibat hasil perbaikan.
Feedback (umpan balik) para pemakai atau konsumen.
55
Seberapa jauh terdapat efek samping yang lebih merugikan, seandainya ada,
daripada keuntungan yang diperoleh setelah perbaikan dan mencapai target? Untuk
mengetahui hal ini perlu dibuat matriks efek samping dengan variabel-variabel
untung rugi baik secara kuantitatif maupun kualitatif/psikologis.
Evaluasi biaya ialah untuk melihat apakah investasi dalam perbaikan cukup
wajar terhadap keuntungan yang diperoleh dalam bentuk:
Penghematan dalam biaya awal.
Penghematan dalam material yang diperlukan.
Penghematan dalam waktu (hari-jam-menit).
Penghematan dalam tenaga kerja dan waktu (man-hour).
Apabila perbaikan dilakukan terhadap suatu produk konsumen maka hasil
perbaikan dari aspek keuntungan (nilai uang) masih memerlukan suatu kurun waktu
agak lama, pertama, karena memerlukan hasil pemasaran dan feedback sales; kedua,
karena struktur biaya dan profit mengikuti aturan sistem akuntansi yang rumit.
2.9.6.4. Solusi Diserahkan ke Manajemen Puncak
Seluruh kesimpulan evaluasi di atas dibukukan dan disampaikan ke
manajemen puncak untuk disetujui. Setelah manajemen menerima dan menyetujui
perbaikan maka manajemen dan tim bertanggungjawab untuk implementasi &
pemakaiannya.
56
2.9.7. Langkah-7: Membuat Standarisasi
Setelah perbaikan diuji coba dan tidak menimbulkan efek samping yang berarti
maka perlu membuat standarisasi:
Untuk proses dalam bentuk Prosedur Tetap / SOP baru.
Untuk kualitas dalam bentuk Standar Spesifikasi baru.
Untuk hasil akhir dalam bentuk Performance yang baru.
Agar standar di atas terpelihara dengan baik maka semua dibukukan dalam
Dokumentasi Standar Baru yang bersifat:
a. Mudah dipelajari dan dimengerti.
b. Mudah dipantau/di-monitor.
c. Terbuka dan mudah untuk ditingkatkan lagi.
d. Mengandung tolok ukur untuk deteksi bila terjadi deviasi, di samping itu juga
menyatakan prosedur checking dan tindakan korektif yang harus diambil
apabila pelaksanaannya menyimpang dari prosedur atau tidak bekerja
semestinya.
e. Waktu mulai diberlakukan, hal ini berhubungan dengan perubahan dan latihan
yang mungkin perlu disiapkan terlebih dahulu.
Dengan penerbitan Dokumentasi Standar yang disahkan oleh manajemen
puncak maka semua karyawan harus mematuhi standar baru, berarti walaupun
anggota tim QIT/KGM berubah, tidak akan ada pengaruh apapun terhadap
standarisasi terbaru karena sudah dimasukkan ke dalam manajemen SOP perusahaan
oleh manajemen puncak.
57
2.9.8. Langkah-8: Menentukan Rencana Berikutnya
Pertama, lakukan refleksi atas pengalaman yang diperoleh dari langkah-1 s/d
ke-7; apa yang tidak berjalan lancar dari setiap langkah tersebut. Apa saja kesalahan
yang terjadi dan apa sebab bisa terjadi, bagaimana dicari jalan keluar; bagaimana
kerjasama tim mengatasi masalah-masalah tersebut dan atau konflik yang terjadi
secara intern. Bagaimana tingkat kesulitan yang dihadapi dan ketrampilan tim
QIT/KGM saat itu. Bagaimana fasilitator telah/kurang membantu/membimbing
dalam identifikasi masalah serta meningkatkan motivasi tim; dan akhirnya, apakah
tim QIT/GKM telah memperoleh pengalaman yang berharga sehingga lebih matang
dan siap untuk menghadapi tantangan masalah yang jauh lebih sulit.
Kedua, tim QIT/KGM menentukan tema masalah yang baru melalui suatu
perencanaan yang matang. Perencanaan matang digambarkan dalam suatu Gantt
Chart yang mengandung komponen:
a) Jadwal waktu.
b) Data dan fakta yang harus dikumpulkan untuk diolah dan dianalisa.
c) Masalah berikutnya yang relevan berkesinambungan sesuai PDCA.
d) Jadwal pertemuan (hari/jam) untuk penentuan jumlah jam kerja.
e) Tingkat kesulitan yang akan dihadapi kemudian.
f) Perkiraan bagaimana akan mengatasi semua kesulitan.
g) Rencana bimbingan manajemen yang diperlukan dalam hal lintas fungsional
depatemen/divisi.
h) Perkiraan waktu dan atau perangkat yang diperlukan sekiranya belum tersedia.
58
Perencanaan ini harus konsisten dengan rencana perusahaan jangka panjang yang
memfokus pada kepuasan konsumen dan strategi marketing, terutama untuk proses
pengembangan produk baru dalam rangka mengatasi persaingan tajam di pasar.
2.10. Coolant
Pada proses machining yang berpengaruh terhadap hasil proses yakni material
yang akan diproses, cutting condition, konsentrasi coolant dan jig & fixture. Untuk
point material, hal perlu diperhatikan yakni tingkat kekerasan dari material/part dan
tidak terlalu dibahas disini karena terkait oleh seksi sebelumnya yakni Die Casting.
Coolant adalah larutan pendingin dari proses machining untuk mengurangi
ausnya tool akibat bergesekan terhadap material sehingga life time tool sesuai yang
diharapkan. Pada dasarnya coolant ada dua jenis, yakni water base dan oil base.
Untuk water base, coolant diberikan beberapa liter saja dan dicampur dengan
sedangkan oil base, semua coolant tidak dicampur apa – apa jadi murni coolant
semuanya.
Data pengukuran konsentrasi coolant dilakukan tiap harinya setiap melakukan
produksi yang dilakukan oleh teknisi dari seksi produksi dalam hal ini seksi
Machining Cylinder Comp sendiri. Data tersebut memuat tentang konsentrasi coolant
berupa kadar PH-nya per mesin pada semua line produksi. Bila PH tersebut diluar
standar yang telah ditentukan oleh pihak yang berwenang (dalam hal ini bagian
Proses Engineering) maka seorang teknisi akan menambahkan coolant atau
menambahkan air (bila menggunakan coolant jenis water base). Kondisi dari PH itu
59
sendiri, bila diluar standar yang telah ditentukan dan diproses machining maka hasil
proses tersebut dapat menyimpang dari standarnya sehingga part dapat menjadi reject
dan tidak dapat di-repair.
2.11. Tool
Pada proses machining yang inti prosesnya yakni turning, milling, drilling,
boring, tapping, honing dan grinding tentunya membutuhkan alat pemotong yang
dinamakan cutting tool. Tool tersebut berfungsi sebagai cutter (pemotong) dalam
proses machining. Macam cutter itu sendiri ada yang berupa insert, blade stone, drill,
tap, reamer, milling dan grinda sedangkan jika dari jenis material cutter itu sendiri
insert terbagi atas diamond dan carbide.
Kedua jenis bahan tool tersebut memiliki material yang sama yakni karbon
hanya saja dalam proses pembuatan / perlakuan tool tersebut berbeda sehingga
memiliki standard using (pemakaian) yang berbeda. Insert yang terbuat dari diamond
memiliki standard using yang lebih lama dibanding yang terbuat dari carbide.
Standard using itu sendiri merupakan standard pemakaian tool terhadap banyaknya
proses machining yang telah dikerjakan. Jadi, perhitungan standard using dibagi
dengan berapa kali tool itu dapat bertahan dengan hasil yang optimal tiap kali proses /
penggunaan. Agar lebih jelasnya jenis tool insert turning tersebut dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
60
Gambar. 2.3. Tool Insert Turning jenis Diamond.
Gambar. 2.4. Tool Insert Turning jenis Carbide.