BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem...
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Sistem Informasi
2.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi
Pengertian sistem menurut O’Brien (2003, p8) sistem adalah
sekelompok komponen-komponen yang saling berhubungan untuk
mencapai tujuan dengan menerima masukan dan menghasilkan
keluaran dalam proses perubahan organisasi. Sedangkan menurut
pendapat Mcleod (2001, p11) sistem adalah sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut pendapat Hall (2002, p14) informasi didefinisikan
sebagai data yang diproses, namun definisi ini tidak memadai.
Informasi ditentukan oleh efeknya pada pemakai, bukan pada bentuk
fisiknya. Sedangkan pengertian informasi menurut Mcleod (2001,
p15) suatu data yang diperoses atau data yang memiliki arti. Adapun
menurut pendapat Romney (2003, p9), information is data that have
been organized and processed to provide meaning, yang berarti bahwa
informasi adalah data yang telah diorganisasi dan diproses serta
memiliki arti.
Adapun menurut Hall (2001, p17-18) penghasil informasi
merupakan proses mengumpulkan, mengatur, memformat, dan
7
menyajikan informasi untuk pemakai. Informasi dapat berupa
dokumen operasional seperti pesanan penjualan, suatu laporan yang
terstruktur, atau pesanan dilayar komputer. Informasi yang berguna
memiliki karekteristik sebagai berikut:
1. Relevant (Relevan).
Isi sebuah laporan atau dokumen harus berkaitan dengan suatu
tujuan. Dengan demikian laporan ini dapat mendukung keputusan
manajer atau tugas staf administrasi.
2. Timely (Tepat Waktu).
Waktu proses penghasilan informasi merupakan faktor yang
kritikal dalam menentukan kegunaannya. Informasi tidak boleh
lebih lama dari periode waktu yang akan didukungnya.
3. Acurate (Akurat).
Informasi yang dihasilkan harus bebas dari kesalahan yang
sifatnya material.
4. Complete (Lengkap).
Informasi yang dihasilkan harus lengkap dan tidak ada data
penting yang diabaikan.
5. Summary (Rangkuman).
Informasi harus dipermudah agar sesuai dengan kebutuhan
pemakai.
Menurut pandangan Hall (2002, p7) lainnya sistem informasi
adalah rangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses
8
menjadi informasi dan didistribusikan kepada para pemakai. Pendapat
lain mengatakan (George M. Scott, 2001, p4) bahwa sistem informasi
merupakan sistem yang diciptakan oleh para analisis dan manajer
guna melaksanakan tugas khusus tertentu yang sangat esensial bagi
berfungsinya organisasi.
Jadi sistem informasi adalah suatu peroses pengumpulan data
yang diolah sedemikian rupa sehingga membentuk suatu informasi
yang digunakan untuk menunjang proses dalam pengambilan
keputusan dan identifikasi masalah.
2.1.2 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi menurut Bodnar (2001, p1) adalah
kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur
untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun menurut Jones dan
Rama (2006, p5), the accounting information system is a subsystem of
an MIS that provides accounting and financial information, as well
as other information obtained in the routine processing of
accounting transactions. SIA adalah sebuah subsistem dari MIS
(Management Information System) yang menyediakan informasi
akuntansi dan keuangan, serta informasi lain yang diperoleh dalam
proses rutin dari transaksi akuntansi.
9
Sedangkan pendapat lain mengatakan (Wilkinson et al, 2000,
p7), an accounting information system is a unified structure
within an entity, such as a business firm, that employs physical
resources and other components to transform economic data into
accounting information, with the purpose of satisfying the
information needs of variety of users. Yang dapat diartikan, SIA
adalah gabungan struktur entitas, seperti perusahaan bisnis, yang
menggunakan sumber daya fisik dan komponen lain untuk mengubah
data ekonomi menjadi informasi akuntansi, dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan informasi dari berbagai pemakai.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi
adalah sebuah subsistem dari Sistem informasi Manajemen yang
menggabungkan berbagai aspek sumber daya agar menghasilkan
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses rutin transaksi
akuntansi, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dari
berbagai pengguna.
2.1.2.2 Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones, Rama (2003, p6-p7) ada lima kegunaan sistem
informasi akuntansi, antara lain:
1. Memproduksi Laporan Eksternal
Bisnis menggunakan sistem informasi akuntansi untuk
memproduksi laporan khusus untuk memuaskan kebutuhan dari
10
Penginvestasi (investor), pemberi kredit (creditors), penagih
pajak, agen-agen yang berkaitan, dan lain sebagainya.
2. Mendukung Aktivitas Rutin
Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk
menangani aktivitas operasi rutin selama siklus operasi
perusahaan.
3. Mendukung Keputusan
Informasi dibutuhkan untuk mendukung keputusan rutin
untuk semua bidang dan tingkatan pada perusahaan.
4. Perencanaan dan Pengendalian
Sistem informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan
dan pengendalian dengan baik. Informasi memperhatikan
anggaran dan biaya standar yang disimpan oleh sistem informasi,
dan laporan dirancang untuk membandingkan gambaran anggaran
dengan jumlah yang sebenarnya.
5. Mengimplementasi Pengendalian Internal
Pengendalian internal yang meliputi kebijaksanaan,
prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi
asset perusahaan dari kerugian atau penggelapan dan untuk
memelihara data finansial yang akurat. Ini memungkinkan untuk
membangun pengendalian didalam sebuah sistem informasi
akuntansi untuk membantu mencapai tujuan tersebut.
11
2.1.3 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
2.1.3.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
Sistem informasi akuntansi persediaan (tanpa adanya
pengolahan dari bahan baku ke barang jadi) atau kata lainnya
persediaan untuk perusahaan dagang digolongkan ke dalam siklus
konversi (conversion cycle) karena berdasarkan buku Boockholdt
(1999, p523-525) yang dengan jelas memasukan persediaan untuk
perusahaan dagang ke dalam siklus konversi.
Adapun menurut Santoso dan Wiwit Priyo
(http://ebursa.depdiknas.go.id/pustaka/ptk/abstrak.php?recid=1952&id
=3) sistem informasi akuntansi persediaan adalah sistem informasi
utama dan yang paling penting dalam menjalankan usaha retail
karena persediaan yang begitu banyak harus dikoordinasi dengan
sistem yang memadai. Sistem tersebut harus dijalankan dengan
seefektif dan seefisien mungkin dan juga harus memiliki
pengendalian yang baik untuk menciptakan kinerja yang optimal.
Jadi kesimpulan dari Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
adalah suatu sistem berbasiskan komputer yang merubah data
akuntansi menjadi informasi yang berguna bagi perusahaan yang
dapat menyediakan informasi atau laporan-laporan yang dibutuhkan
oleh pihak terkait yang berhubungan dengan proses transaksi
persediaan.
12
2.1.4 Analisa dan Perancangan Berorientasi Objek
2.1.4.1 Pengertian Analisis Sistem
Pengertian analisis sistem menurut Jones dan Rama (2003,
p678) adalah, systems analysis is the next phase of systems
development. The task in systems analysis are similiar to those in
systems investigation. However, the analysis phase is more detailed
and requires more information. Analisis sistem adalah tahap lanjutan
pada pembangunan sistem. Tugas dalam analisis sistem sama dengan
investigasi sistem. Tetapi, tahap analisis lebih detail dan
membutuhkan informasi yang lebih banyak.
Sedangkan menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p356)
analisis sistem merupakan tanggung jawab untuk pengembangan
rancangan umum aplikasi-aplikasi sistem. Analisis sistem bekerja
sama dengan pemakai untuk mendefinisikan kebutuhan informasi
spesifik mereka. Kebutuhan-kebutuhan tersebut kemudian
dikomunikasikan ke fungsi perancangan sistem.
Adapun pendapat James A. Hall (2002, p525) mengatakan
bahwa analisis sistem adalah proses dua tahap yang meliputi survei
sistem berjalan dan kemudian suatu analisis kebutuhan pemakai.
Menurut Raymond Mcleod, Jr (2001, p190) analisis sistem adalah
penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang
sistem baru atau diperbarui. Langkah-langkah analisis sistem adalah
sebagai berikut :
13
1. Mengumumkan penelitian sistem
2. Mengorganisasikan tim proyek
3. Mendefinisikan kebutuhan informasi
4. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
5. Menyiapkan usulan rancangan
6. Menyetujui atau menolak rancangan proyek
Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian
atas sistem yang sudah ada untuk mengidentifikasi kebutuhan
informasi yang diperlukan oleh sistem yang baru.
2.1.4.2 Pengertian Perancangan Sistem
Pengertian perancangan sistem menurut Jones dan Rama
(2003, p682) adalah, systems design is the third phase of systems
development live cycle. The tasks in systems design are quite different
from the systems investigation and analysis tasks. Perancangan sistem
adalah tahap ketiga pada siklus hidup pengembangan sistem. Tugas
dalam perancangan sistem berbeda dari tugas investigasi sistem dan
analisis sistem. Jones dan Rama (2003, p683) juga menyebutkan
bahwa Systems design focuses on developing a physical
representation of the systems. Perancangan sistem berfokus pada
membangun representasi fisik dari sistem. Sedangkan menurut Bodnar
dan Hopwood (2000, p526) Perancangan sistem merupakan formulasi
spesifikasi rinci dari sistem yang diusulkan.
14
Pendapat lain mengatakan (O’Brien, 2003, p351-352),
systems design specifies how the system will accomplish this
objective. Systems design consists of design activities that produce
system specification satisfying the fuctional requirements that were
developed in the systems analysis process. Yang artinya, perancangan
sistem adalah menspesifikasikan bagaimana sistem akan
diselesaikan sesuai dengan tujuannya. Perancangan sistem terdiri dari
aktivitas perancangan yang menghasilkan spesifikasi sistem yang
dapat memenuhi persyaratan fungsional yang telah ditentukan pada
proses analisis sistem.
Adapun teori lain Menurut McLeod dan Schell (2004, p140)
Perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang
diperlukan oleh sistem baru. Langkah-langkah perancangan sistem
yang dijabarkan dalam teori McLeod dan Schell (2004, p140-143)
sebagai berikut :
1. Menyiapkan rancangan yang terinci
2. Mengidentifikasi berbagai alternative konfigurasi sistem
3. Mengevaluasi berbagai alternative konfigurasi sistem
4. Memilih konfigurasi terbaik
5. Menyiapkan usulan penerapan
6. Menyetujui atau menolak penerapan sistem
Jadi dapat kami simpulkan bahwa perancangan sistem adalah
penentuan proses dan data serta pendefinisian hardware, software,
15
komponen, modul dan interface yang diperlukan oleh sistem yang
baru.
2.1.4.3 Pengertian Object Oriented
Raymond Mcleod, Jr (2001, p330) menyebutkan bahwa
pengembangan sistem informasi pada awalnya lebih banyak
menggunakan teknik berupa bagan arus (flowchart) dan diagram arus
data (Data Flow Diagram/DFD) yang menekankan pada proses,
setelah itu pengembangan sistem informasi bergeser dengan
menekankan pada data yang digunakan pada diagram hubungan
entitas (Entity Relationship Diagram / ERD) dan kamus data. Namun,
pada awal tahun 1990 kecenderungan berubah dengan
mengkombinasikan proses dan data menjadi suatu objek.
Adapun teori Whitten, Bentley, dan Dittman (2002, p646)
menyebutkan bahwa the approach of using object modeling during
system analysis is called object oriented analysis. Pendekatan dengan
menggunakan pemodelan objek sewaktu analisis sistem disebut
dengan analisis object oriented.
Sedangkan menurut Britton dan Doake (2000, p268) Object
orientation is an approach to developing software systems that is
based on data items and the attributes and operations that define
them. Object Oriented adalah sebuah pendekatan untuk membangun
16
sebuah sistem software yang berdasarkan pada item data dan atribut
serta operasi yang menjelaskan objek tersebut.
Jadi yang dapat kami simpulkan bahwa object oriented adalah
suatu teknik untuk mengembangkan sistem informasi yang
mengkombinasikan data dan proses menjadi sebuah objek untuk
menjelaskan item data, atribut, dan operasi.
2.1.4.4 Pengertian Analisa dan Perancangan Berorientasi Objek
Menurut pendapat Mathiassen (2000, p12) Analisa dan
Perancangan Berorientasi Objek adalah kumpulan dari langkah-
langkah secara umum untuk menyelesaikan analisa dan perancangan.
Sedangkan menurut Raymond Mcleod, Jr (2001, p330) OOAD
meliputi semua kegiatan siklus hidup sistem yaitu perencanaan,
analisis, rancangan, penerapan, dan penggunaan. OOAD dibagi
menjadi dua kemampuan sistem yang berorientasi objek, yaitu
reusability dan interoperability. Reusability adalah kemampuan untuk
menggunakan kembali pengetahuan dan kode program yang ada,
dapat menghasilkan keunggulan saat suatu sistem baru dikembangkan
atau sistem yang ada dipelihara atau direkayasa ulang.
Interoperability itu sendiri adalah kemampuan untuk
mengintegrasikan berbagai aplikasi dari beberapa sumber, seperti
program yang dikembangkan sendiri dan perangkat lunak jadi serta
menjalankan aplikasi-aplikasi ini di beragam platform perangkat
17
keras. Pada teori Raymond Mcleod, Jr (2001, p339-p440) mengatakan
bahwa Reusability dan interoperability menghasilkan empat
keunggulan kuat, yaitu:
1. Peningkatan kecepatan pengembangan
2. Pengurangan biaya pengembangan
3. Kode berkualitas tinggi
4. Pengurangan biaya pemeliharaan dan rekayasa ulang sistem
Adapun beberapa kelemahan potensial yang dimiliki OOAD, yaitu :
1. Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman
pengembangan
2. Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis rumit
3. Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus
disesuaikan untuk sistem bisnis
Jadi dapat disimpulkan bahwa Object Oriented Analysis
Design (OOAD) adalah teknik pemodelan untuk menganalisa
kebutuhan suatu sistem yang digunakan pada siklus hidup sistem yaitu
perencanaan, analisis, rancangan, penerapan, dan penggunaan.
2.1.4.5 Pengertian Unified Modeling Language (UML)
Pengertian UML menurut Jones dan Rama (2003, p68) adalah,
unified modeling language (UML) is a language used for specifying,
visualizing, constructing, and documenting an information system.
UML was developed as a tool for object oriented analysis and design,
18
it can be used to understand and document any information system.
Unified modeling language (UML) adalah bahasa yang digunakan
untuk menspesifikasikan, memvisualisasikan, merekonstruksi dan
mendokumentasikan suatu sistem informasi. UML digunakan sebagai
alat untuk menganalisis dan mendesain sistem dengan metode
pendekatan object oriented, metode ini dapat digunakan untuk
mendokumentasi dan memahami berbagai sistem informasi.
Sedangkan menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2002,
p646) UML adalah, The unified modeling language is a set of
modeling conventions that is used to specify or describe a software
system in terms of objects. Unified modeling language adalah
sekumpulan ketentuan yang digunakan untuk menspesifikasi atau
mendeskripsikan sistem software ke dalam suatu objek.
Britton dan Doake (2000, p39) berpendapat bahwa UML
(Unified modeling language) combining the best elements of the main
object oriented methodologies, while at the same time, reflecting best
practices in industry. The UML standard notation has solid
foundations, is well-documented and is already in use, but
development of a standard 19 development process has proved much
more difficult, yang artinya bahwa Unified modeling language
mengkombinasikan element yang terbaik dari metodologi object
oriented utama, sementara pada waktu yang sama, merefleksikan
pelatihan yang paling baik dalam industri. Notasi standar UML
19
memiliki dasar yang kuat, sangat baik bila di dokumentasikan dan siap
untuk digunakan, tetapi pengembangan dalam proses standar terbukti
jauh lebih sulit.
Jadi dapat kami simpulkan bahwa UML adalah sekumpulan
bahasa modeling yang digunakan dalam menganalisis dan mendesain
sistem dengan metode pendekatan object oriented.
2.1.4.6 Pengertian Activity Diagram
Menurut pendapat Jones dan Rama (2003, p68) menyebutkan
bahwa, Activity diagram play the role of a “map” in understanding
business processes by showing the sequence of activities in the
processes. Yang jika diartikan bahwa Activity diagram memiliki
aturan yang sama seperti sebuah “peta” dalam memahami proses
bisnis dan menunjukan serangkaian aktivitas dalam proses.
Pada teori lainnya Whitten, Bentley, dan Dittman (2002, p655)
menjelaskan bahwa, Activity diagram are used to graphically depict
the sequential flow of activities of either a 20 business process or a
use case. They also can be used to model actions that will be
performed when an operation is executing as well as the result of
those actions. Yang artinya Activity diagram digunakan
menggambarkan secara jelas serangkaian urutan activities dari sebuah
proses bisnis atau sebuah use case. Activity diagram juga dapat
20
digunakan untuk menggambarkan tindakan yang akan terjadi ketika
sebuah operasi dilakukan sebagaimana hasil dari tindakan tersebut.
Sedangkan menurut Bennet, Mcrobb, dan Farmer (2006, p113)
Activity diagram can be used to model different aspects of a system at
a high level, they can be used to model bussiness activities in an
existing or potensial system. Yang artinya Activity diagram dapat
digunakan untuk membuat model tingkat tinggi dari sebuah sistem
dengan aspek yang berbeda, activity diagram dapat digunakan untuk
memodelkan aktifitas bisnis dalam sebuah sistem yang ada atau
potensial.
Jadi dapat disimpulkan bahwa activity diagram adalah salah
satu jenis diagram dalam unified modelling language yang
menggambarkan serangkaian aktifitas dalam proses kegiatan bisnis
dari sebuah sistem secara berurutan.
2.1.4.6.1 Overview Activity Diagram
Pengertian overview activity diagram menurut Jones
dan Rama (2003, p69) adalah The overview diagram
presents a hig-level view of the business process by
documenting the key events, the sequence of these events,
and the information flows among these events. Yang artinya
bahwa Overview diagram mempresentasikan sebuah proses
bisnis secara high-level dengan mendokumentasikan key
21
events, rangkaian setiap event, dan informasi yang ada
melalui event tersebut.
Sebelum kita membuat overview activity diagram,
kita perlu mengidentifikasi event-event dari sebuah proses
bisnis yang bisa sangat kompleks. Kita juga perlu
menyederhanakan dan mengorganisasikan informasi yang
kita dapat dari proses bisnis. Pada teori Jones & Rama
(2003, p24) menyebutkan beberapa panduan dalam
mengidentifikasi event, antara lain:
1. Kenali event pertama dalam sebuah proses yang terjadi
ketika seseorang atau departemen dalam organisasi
tersebut bertanggung jawab atas suatu aktivitas
2. Abaikan aktivitas yang tidak memerlukan partisipasi
internal agent
3. Kenali sebuah event baru ketika tanggung jawab
berpindah dari satu internal agent ke internal agent
yang lain
4. Kenali sebuah event yang baru ketika proses terhenti
dan dilanjutkan kembali oleh internal agent yang sama.
Setelah perhentian proses, seseorang di luar organisasi
atau proses itu sendiri akan melanjutkan proses. Atau
proses akan dilanjutkan pada waktu yang telah
terjadwal
22
5. Gunakan nama event dan deskripsi yang menjelaskan
event secara umum
Adapun langkah-langkah dalam mempersiapkan
Overview Activity Diagram menurut Jones & Rama (2003,
p73), adalah sebagai berikut:
1. Baca narasi dan identifikasi key event
2. Beri tanda notasi pada narasi untuk menunjukan
cakupan event dan nama event tersebut
3. Tampilkan agen-agen yang berpartisipasi dalam proses
bisnis dengan menggunakan swimlane
4. Gambar masing-masing event dan tunjukan urutan-
urutannya (garis penghubung penuh)
5. Gambar dokumen-dokumen yang dibuat dan digunakan
dalam proses bisnis. Tunjukan arus informasi dari event
ke dokumen dan sebaliknya (garis penghubung putus-
putus)
6. Gambar tabel / file yang dibuat atau digunakan dalam
proses bisnis dan tunjukan arus informasi dari event-
event ke tabel / file dan sebaliknya (garis penghubung
putus-putus)
23
2.1.4.6.2 Detailed Activity Diagram
Detailed activity diagram menampilkan gambaran
yang lebih detil dari aktivitas yang merupakan bagian dari
satu atau dua event yang ada di dalam overview activity
diagram (Jones dan Rama, 2006, p61).
Pada teori Jones dan Rama (2006, p80)
mengatakan bahwa, dalam menyiapkan detailed activity
diagram terdapat langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencatat narasi untuk menunjukkan aktivitas.
2. Menyiapkan workflow table.
3. Mengidentifikasi detailed diagram yang penting.
4. Untuk setiap detailed diagram, dilakukan beberapa
substep :
a. Membuat swimlane untuk agent yang
berpartisipasi dalam event atau event yang ada di
detailed diagram.
b. Menambahkan rounded retangle untuk setiap
aktivitas dari event yang telah didokumentasikan
dalam detailed diagram.
c. Gunakan garis lurus untuk menunjukkan urutan
dari aktivitas.
d. Membuat semua dokumen yang dihasilkan atau
digunakan.
24
e. Gunakan garis putus-putus untuk menghubungan
aktivitas dan dokumen.
f. Gambarkan tabel yang dibuat, dimodifikasi,
atau digunakan ke dalam kolom komputer.
g. Gunakan garis putus-putus untuk
menghubungkan aktivitas dan tabel.
2.1.4.7 Pengertian Class Diagram
Pengertian class diagram menurut Jones dan Rama (2003,
p188) adalah, UML class diagram can be used to document (a) tables
in an AIS, (b) relationships between tables, and (c) atributes of tables.
Yang artinya UML class diagram dapat digunakan untuk
mendokumentasikan : (a) Tabel dalam sistem informasi akuntansi, (b)
Hubungan relasi antara tabel, dan (c) Atribut dari tabel tersebut.
Sedangkan menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2002,
p655) pengertian class diagram adalah, class diagram depict the
system’s object structure. They show object classes that the system is
composed of as well as the relationships between those object classes,
artinya Class diagram menjelaskan struktur object classes. Class
diagram menunjukan object classes yang mengubah sistem
sebagaimana hubungannya antara object classes.
Adapun pendapat lain mengatakan (Mathiassen, 2000, p69-
p70) The class diagram provides a coherent problem-domain
25
overview by describing all structural relations between the classes
and objects in our model. Dapat diartikan bahwa Class diagram
membentuk gambaran problem-domain yang berkaitan dengan
mendeskripsikan semua hubungan struktural antara classes dan
objects dalam model.
Pada tahap problem domain dilakukan pengidentifikasian
informasi-informasi yang harus ada pada suatu sistem untuk
menghasilkan sebuah model sistem.
Problem domain merupakan bagian dari keadaan yang akan
diatur, dipantau dan dikontrol oleh sistem (Mathiassen et al, 2000, p6).
Sumber dari aktivitas ini adalah sistem terkomputerisasi dengan
menggunakan bahasa alami. Mathiassen (2000, p46-47) didalam
bukunya menulis bahwa terdapat 3 subaktivitas dalam problem
domain analysis yaitu:
1. Classes
Merupakan tahapan dilakukannya pemilihan class dan event dari
system definition untuk menghasilkan event table. Class adalah
deskripsi dari kumpulan object yang mempunyai structure,
behavioural pattern dan attributes yang sama. Object adalah
suatu entitas yang memiliki identity, state dan behaviour
(Mathiassen et al, 2000, p51). Menurut Mathiassen et al (2000,
p53-55) untuk menjalankan aktivitas classes dapat dimulai
26
dengan mengidentifikasikan kandidat/calon yang mungkin untuk
classes dan events dalam model problem domain.
2. Structure
Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan hubungan struktural
antara class dan object. Sumber dari tahap ini adalah event table
yang dihasilkan dari tahap sebelumnya, sedangkan hasil akhirnya
adalah membuat class diagram, yaitu diagram yang menyediakan
gambaran iktisar problem domain yang bertalian secara logis
dengan menggambarkan hubungan stuktural antara classes dan
objects didalam model (Mathiassen et al, 2000, p69-70). Menurut
Mathiassen et al( 2000, p72- 79) terdapat 2 tipe structure dalam
Object Oriented yaitu:
• Class structure
Mengekspresikan hubungan konseptual yang statis antar
class. Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi
perubahan pada deskripsinya. Class structure dibagi menjadi
2 yaitu:
a. Generalization structure, merupakan hubungan antara 2
atau lebih subclass dengan 1 atau lebih superclass
(Mathiassen et al, 2000, p72). Sebuah class yang umum
(superclass) mendeskripsikan properti umum kepada
grup dari special class (subclass).
27
b. Cluster, merupakan kumpulan dari class yang
berhubungan (Mathiassen et al 2000, p74). Cluster
digambarkan dengan notasi file folder yang melingkupi
class-class yang saling berhubungan didalamnya. Class-
class dalam satu cluster biasanya memiliki hubungan
berupa generalization atau aggregation. Sedangkan
hubungan class dengan cluster yang berbeda biasanya
berupa association structure.
• Object structure
Mengekspresikan hubungan dinamis dan konkret antar
object. Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa
mempengaruhi perubahan pada deskripsinya. Ada 2 macam
object structure yaitu:
a. Aggregation structure, mendefinisikan hubungan antara
dua atau lebih object. Menurut Mathiassen et al (2000,
p79), terdapat 3 tipe aggregation structure yaitu:
o Whole-part, dimana whole merupakan jumlah dari
parts, sehingga jika salah satu parts dihilangkan
maka secara tidak langsung telah mengubah whole.
o Container-content, dimana whole adalah container
(tempat tampung) dari parts-nya, sehingga bila
terdapat penambahan atau pengurangan terhadap
28
isinya (parts), tidak akan mengubah pengertian dari
whole.
o Union-member, dimana whole merupakan union
atau gabungan yang terorganisir dari anggotanya
(parts), sehingga jika terdapat penambahan atau
pengurangan anggota, tidak akan mengubah union-
nya. Terdapat batasan jumlah anggota terendah,
karena tidak mungkin sebuah union tanpa anggota.
b. Association structure, mendefinisikan hubungan antara
dua atau lebih object, tetapi berbeda dengan aggregation
(Mathiassen et al, 2000, p76). Hubungan antar class pada
aggregation mempunyai pertalian yang kuat sedangkan
pada association tidak kuat.
3. Behavior
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memodelkan keadaan
problem domain yang dinamis dengan memperluas definisi class
yang terdapat dalam class diagram, yaitu dengan menambahkan
behavioural patterns dan attributes untuk setiap class. Sumber
dari tahap ini adalah event table dan class diagram yang telah
dihasilkan dari tahap-tahap sebelumnya. Sedangkan hasil
akhirnya adalah behavioral patterns yang diekspresikan secara
grafis dalam Statechart Diagram (Mathiassen et al, 2000, p89-
90). Dalam class activity, behavior dipandang sebagai kumpulan
29
event yang tidak berurutan yang meliputi suatu object. Sedangkan
dalam behavior activity, behavior secara lebih tepat
dideskripsikan dengan menambahkan waktu terjadinya events.
Object behavior di identifikasikan dengan event trace yaitu
serangkaian events yang berurutan yang meliputi suatu object.
Event trace antara satu object mungkin berbeda dengan object
lain meskipun kedua object tersebut berada dalam class yang
sama. Hal ini disebabkan karena sifat event trace yang unik untuk
object tertentu. Deskripsi dari event trace yang mungkin untuk
seluruh object dalam sebuah class disebut behavioral pattern
(Mathiassen et al, 2000, p90). Dalam memodelkan problem
domain, dilakukan pengidentifikasian requirements untuk data-
data yang akan disimpan oleh sistem. Untuk menspesifikasikan
data tersebut digunakan attribute, yaitu deskripsi properti dari
class atau event (Mathiassen et al, 2000, p92). Menurut
Mathiassen et al (2000, p93) behavioral pattern memiliki struktur
pengendalian sebagai berikut:
• Sequence adalah suatu set events yang akan terjadi satu
persatu (secara berurutan).
• Selection adalah satu event yang terjadi dari satu set event.
• Iteration adalah satu event yang terjadi berulang- ulang kali.
Jadi dapat disimpulkan bahwa class diagram adalah diagram
yang digunakan untuk mendeskripsikan struktur dari suatu sistem
30
dengan menjelaskan tabel, hubungan relasi antara tabel, dan atribut
dari tabel.
2.1.4.8 Pengertian Use Case Diagram
Pengertian use case menurut Mathiassen (2000, p343) use case
diagram adalah, A use-case diagram shows the relationships among
actors and use cases. Dapat diartikan bahwa Use case diagram
menunjukan hubungan antara actors dan use cases.
Sedangkan definisi use case diagram sendiri menurut Jones
dan Rama (2006, p267) is a graphical presentation that can provide a
list of use cases that occur in an application. Dapat diartikan use case
diagram adalah tampilan grafikal yang berisi daftar dari use case
yang terjadi di dalam sebuah aplikasi.
Adapun menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2002, p655)
Use case diagram graphically depict the interactions between the
system and external systems and users. In other words, they
graphically describe who will use the system and in what ways the
user expect to interact with the system. The use case narative is used
in addition to textually describe the sequence of steps of each
interaction. Yang artinya Use case diagram menggambarkan interaksi
antara sistem dan sistem eksternal serta user. Dengan kata lain,
menjelaskan siapa yang akan menggunakan sistem dan bagaimana
31
user akan berinteraksi dengan sistem. Use Case Narative digunakan
dalam menjelaskan secara tertulis urutan dari tiap langkah interaksi.
Jadi dapat kami simpulkan bahwa use case diagram adalah
salah satu diagram dalam UML yang terdiri dari actor dan use case
yang menunjukan hubungan atau interaksi antara user dan sistem serta
melihat fungsi sistem dari pandangan pengguna sistem.
2.1.4.9 Pengertian Navigation Diagram
Menurut Mathiassen (2000, p344), a navigation diagram is a
special kind of statechart diagram that focuses on the overall dynamic
of the user interfaces. Navigation diagram adalah sejenis statechart
diagram yang fokus pada keseluruhan user interface yang dinamis,
diagram ini menunjukan windows yang ada dan transisi yang antara
windows-windows tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa navigation diagram adalah
suatu diagram yang menunjukan bagaimana interaksi dari keseluruhan
interface yang ada pada sebuah aplikasi.
2.1.4.10 Pengertian Database
Menurut pendapat Connolly & Begg (2001, p15) pendekatan
database adalah memisahkan struktur data dari program aplikasi dan
menyimpannya dalam database. Dalam menganalisa kebutuhan
informasi suatu organisasi, kita berusaha menentukan entity, atribut
32
dan relasi. Entity adalah objek dalam organisasi yang dapat dibedakan
yang digambarkan dalam database. Atribut adalah property yang
menggambarkan beberapa aspek suatu objek yang dikenal sebagai
record. Sedangkan relasi adalah hubungan antara beberapa entity.
Database menyajikan entity, atribut dan relasi yang logis antara entity.
Adapun pengertian database berdasarkan pendapat O’Brien
(2003, p145), database is an integrated collection of logically
related data elements. Yang dapat diterjemahkan bahwa database
adalah sebuah kumpulan yang terintegrasi dari elemen data yang
berelasi secara logikal.
Pendapat lain mengatakan (Gerald V. Post, 2001, p2) bahwa
database is a collection of data stored in a standardized format,
design to share by multiple users. Yang berarti bahwa database adalah
sekumpulan data yang disimpan dengan format yang telah
distandarisasi, yang didesign untuk disebarkan kepada multiple user.
Adapun menurut pandangan Mcleod (2001, p250) database
berguna untuk mengatasi kendala memanajemen data usaha yang
dilakukan meliputi penyortiran dan penggabungan file, pemrograman
komputer yang ekstensif untuk mencari dan mencocokan catatan file,
serta indeks file dan kaitan yang dibangun ke dalam catatan data.
Konsep database dibangun di atas indeks dan kaitan untuk mencapai
suatu hubungan logis antara beberapa file.
33
Dengan kata lain database bisa diartikan sebagai tabel atau
file. Ada dua jenis file menurut Jones dan Rama (2006, p30), yaitu :
1. Transaction File : file yang menyimpan informasi tentang event.
Sebagai contoh, sebuah transaction file dapat berisi informasi
seperti tanggal pemesanan, pelanggan yang membuat pesanan,
dan jumlah uang untuk penjualan.
2. Master File : file yang berisi informasi tentang entitas atau
informasi lain selain event. Master file berisi dua jenis
informasi : (1) reference data adalah data yang relatif tetap dan
tidak dipengaruhi oleh transaksi dan (2) summary data adalah
data yang berisi ringkasan transaksi yang sudah lewat.
Relasi antara input form dengan tabel (database)
berdasarkan buku Jones dan Rama (2006, p261-262) dibagi ke dalam
3 jenis relasi, yaitu :
1. Satu form untuk mencatat data ke dalam satu tabel
2. Satu form untuk mencatat data ke dalam dua atau lebih tabel
3. Dua atu lebih form untuk mencatat data ke dalam satu tabel
Berdasarkan teori-teori diatas dapat kami simpulkan bahwa
database sekumpulan data atau files yang saling berhubungan yang
dibuat dan diatur oleh database management system dengan format
yang telah distandarisasi untuk kemudian disebarkan kepada
multiple user.
34
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Pengertian Persediaan
Menurut Carter & Usry (2004, p279) Manajemen persediaan yang
efektif adalah penting untuk menyediakan layanan terbaik bagi pelanggan,
untuk melakukan produksi secara efisien, dan untuk mengendalikan investasi
dalam persediaan.
Dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari : persediaan
produk jadi, persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku,
persediaan bahan penolong, persediaan bahan habis pakai pabrik, persediaan
suku cadang. Dalam perusahaan dagang persediaan hanya terdiri dari satu
golongan, yaitu persediaan barang dagangan, yang merupakan barang yang
dibeli dengan tujuan untuk dijual kembali (Mulyadi, 2001, p553).
Berdasarkan pendapat Warren, Reeve, dan Fess (2002, p350),
Inventory is use to indicate (1) merchandise held for sale in normal course of
bussines and (2) materials in the process of production or held for
production. Dapat diartikan bahwa persediaan digunakan untuk
mengindikasikan (1) barang yang diperoleh untuk dijual dalam bisnis dan (2)
bahan-bahan dalam proses dari produksi atau diperoleh untuk produksi.
2.2.2 Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Mulyadi (2001, p556), ada 2 macam metode pencatatan
persediaan, yaitu metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan
metode persediaan fisik (physical inventory method). Dalam metode mutasi
35
persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Dalam
metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan dari pembelian saja yang
dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak
dicatat dalam kartu persediaan.
2.2.3 Prosedur Persediaan
Sistem dan prosedur yang bersangkutan dengan sistem akuntansi
persediaan (Mulyadi, 2001, p559) adalah :
1. Prosedur pencatatan produk jadi
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem akuntansi biaya
produksi. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok produk jadi yang
didebetkan kedalam rekening persediaan produk jadi dan dikreditkan
kedalam rekening barang dalam proses.
2. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem penjualan.
3. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari
pembeli
Jika produk jadi yang telah dijual dikembalikan oleh pembeli, maka
transaksi retur penjualan ini akan mempengaruhi persediaan produk jadi,
yaitu menambah kuantitas produk jadi dalam kartu gudang yang
diselenggarakan oleh Bagian Gudang dan menambah kuantitas dan harga
pokok produk jadi yang dicatat oleh bagian kartu persediaan dalam kartu
persediaan produk jadi.
36
4. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok
persediaan produk dalam proses
Pencatatan persediaan produk dalam proses umumnya dilakukan oleh
perusahaan pada akhir periode, pada saat dibuat laporan keuangan
bulanan dan laporan keuangan tahunan.
5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli
Dalam prosedur ini dicatat harga pokok persediaan yang dibeli.
6. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada
pemasok
Jika persediaan yang telah dibeli dikembalikan kepada pemasok, maka
transaksi retur pembelian ini akan mempengaruhi persediaan yang
bersangkutan, yaitu mengurangi kuantitas persediaan dalam kartu gudang
yang diselenggarakan oleh Bagian Gudang dan mengurangi kuantitas dan
harga pokok persediaan yang dicatat oleh bagian kartu persediaan dalam
kartu persediaan yang bersangkutan.
7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem
akuntasi biaya produksi. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok
persediaan bahan baku, bahan penolong, bahan habis pakai pabrik dan
suku cadang yang dipakai dalam kegiatan produksi dan kegiatan non
produksi.
8. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena
pengembalian barang gudang
37
Transaksi pengembalian barang gudang mengurangi biaya dan
manambah persediaan barang di gudang.
9. Sistem penghitungan fisik persediaan
Sistem penghitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh
perusahaan untu menghitung secara fisik persediaan yang disimpan
digudang, yang hasilnya digunakan untuk meminta pertanggung jawaban
Bagian Gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan, dan
pertanggungjawaban bagian kartu persediaan mengenai keandalan
catatan persediaan yang diselenggarakannya, serta untuk melakukan
penyesuaian (adjustment) terhadap catatan persediaan dibagian kartu
persediaan
2.2.4 Fungsi yang Terkait Dalam Persediaan
Fungsi yang terkait dalam persediaan :
a. Fungsi Penjualan
b. Fungsi Pembelian
c. Fungsi Gudang
d. Fungsi Pengiriman barang
e. Fungsi Penerimaan barang
f. Fungsi Akuntansi
38
2.2.5 Informasi yang Diperlukan Manajemen
• Jumlah persediaan menurut jenis produk atau kelompok produk selama
jangka waktu tertentu.
• Jumlah persediaan yang diterima dari Bagian Produksi.
• Kuantitas produk yang keluar.
• Nama petugas yang melakukan pengeluaran barang dari Gudang
• Otorisasi pejabat yang berwenang.
2.2.6 Dokumen Dalam Persediaan
1. Laporan produk selesai dan bukti memorial.
Laporan produk selesai digunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat
tambahan kuantitas produk jadi dalam kartu gudang. Bukti memorial
diguanakan untuk mencatat tambahan kuantitas dan harga pokok
persediaan produk jadi dalam kartu persediaan dan digunakan sebagai
dokumen sumber dalam mencatat transaksi selesainya produk jadi dalam
jurnal umum.
2. Surat order pengiriman dan Faktur penjualan
Surat order pengiriman diterima oleh Bagian Gudang dari bagian order
penjualan. Setelah Bagian Gudang mengisi surat order pengiriman
tersebut dengan kuantitas produk jadi yang diserahkan kepada Bagian
Pengiriman, atas dasar surat order pengiriman tersebut Bagian Gudang
mencatat kuantitas yang diserahkan ke Bagian Pengiriman dalam kartu
gudang. Harga pokok produk jadi yang dijual dicatat oleh bagian kartu
39
persediaan dalam kartu persediaan atas dasar tembusan faktur yang
diterima oleh bagian tersebut dari bagian penagihan.
3. Laporan penerimaan barang dan memo kredit
Laporan penerimaan barang digunakan oleh Bagian Gudang untuk
mencatat kuantitas produk jadi yang diterima dari pembeli ke kartu
gudang. Memo kredit yang diterima dari bagian order penjualan
digunakan oleh bagian kartu persediaan untuk mencatat kuantitas dan
harga pokok produk jadi yang dikembalikan oleh pembeli kedalam kartu
persediaan.
4. Bukti memorial.
Bukti memorial ini dilampiri dengan laporan produk dalam proses
digunakan untuk mencatat jurnal tambahan harga pokok persediaan
produk dalam proses dalam jurnal umum. Bukti memorial juga
digunakan sebagai dokumen sumber dalam mencatat readjustment
persediaan harga pokok produk dalam proses.
5. Laporan penerimaan barang dan bukti kas keluar
Laporan penerimaan barang digunakan oleh Bagian Gudang sebagai
dasar pencatatan tambahan kuantitas barang dari pembelian kedalam
kartu gudang. Bukti kas keluar yang dilampiri dengan laporan
penerimaan barang, surat order pembelian, dan faktur dari pemasok
dipakai sebagai dokumen sumber dalam pencatatan harga pokok
persediaan yang dibeli dalam register bukti kas keluar. Bukti kas keluar
40
juga dipakai sebagai dasar pencatatan tambahan kuantitas dan harga
pokok persediaan kedalam kartu persediaan.
6. Laporan pengiriman barang dan memo debet.
Laporan pengiriman barang digunakan oleh Bagian Gudang untuk
mencatat kuantitas persediaan yang dikirimkan kembali kepada pemasok
kedalam kartu gudang. Memo debet yang diterima dari Bagian
Pembelian digunakan oleh bagian kartu persediaan untuk mencatat
kuantitas dan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada
pemasok kedalam kartu persediaan.
7. Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang
Bukti ini dipakai oleh Bagian Gudang untuk mencatat pengurangan
persediaan karena pemakaian intern. Bukti ini digunakan oleh bagian
kartu persediaan untuk mencatat berkurangnya kuantitas dan harga pokok
persediaan karena pemakaian intern. Bukti ini juga digunakan sebagai
dokumen sumber dalam pencatatan pemakaian persediaan kedalam jurnal
pemakaian bahan baku atau jurnal umum
8. Bukti pengembalian barang gudang.
Dokumen ini digunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat tambahan
kuantitas persediaan ke dalam kartu gudang. Dokumen ini juga dipakai
oleh bagian kartu persediaan untuk mencatat tambahan kuantitas dan
harga pokok persediaan kedalam kartu persediaan, untuk mencatat
berkurangnya biaya kedalam kartu biaya, dan untuk mencatat
pengembalian barang gudang tersebut ke dalam jurnal umum.
41
9. Kartu penghitungan fisik (inventory tag), daftar hasil penghitungan fisik
(inventory summary sheet) dan bukti memorial.
Kartu penghitungan fisik digunakan untuk merekam hasil penghitungan
persediaan. Daftar hasil penghitungan fisik digunakan untuk meringkas
data yang telah direkam dalam bagian ke-2 kartu penghitungan fisik.
Bukti memorial merupakan dokumen sumber yang digunakan untuk
membukukan adjustment rekening persediaan sebagai akibat dari hasil
penghitungan fisik kedalam jurnal umum.
2.2.6.1 Laporan-Laporan Dalam Persediaan
Menurut Boockholdt (1999, p655), laporan-laporan yang
dihasilkan dalam sistem informasi akuntansi persediaan sebagai
berikut :
1. Inventory Status Report
Laporan status persediaan meliputi semua barang yang dicatat
sebagai persediaan, jumlah barang yang ada di gudang, dan
biaya. Di dalam sistem batch, laporan ini dicetak secara harian
atau mingguan. Karyawan menggunakan laporan ini untuk
menentukan kuantitas barang yang masih tersedia pada saat
laporan tersebut dicatat.
2. Query Inventory Items Report
Laporan yang hanya menampilkan barang yang diinginkan
oleh karyawan.
42
3. Reorder Report
Laporan yang berisikan persediaan barang yang seharusnya
dipesan kembali bila jumlah barang telah menipis.
4. Physical Inventory Report
Laporan yang dihasilkan secara periodik, berisikan hasil
pengecekan fisik untuk setiap barang yang ada di gudang.
2.2.7 Unsur Pengendalian Intern Persediaan
Organisasi
1. Perhitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh suatu panitia yang
terdiri dari fungsi pemegang kartu perhitungan fisik, fungsi penghitung,
fungsi pengecek.
2. Tim yang dibentuk harus terdiri dari karyawan selain karyawan fungsi
gudang dan fungsi akuntansi persediaan, karena karyawan dikedua fungsi
inilah yang justru dievaluasi tanggung jawabnya atas persediaan.
Sistem Otorisasi dan prosedur pencatatan
1. Daftar hasil penghitungan fisik persediaan ditandatangani oleh ketua
panitia penghitungan fisik persediaan.
2. Daftar hasil penghitungan fisik persediaan ditandatangani oleh ketua
panitia penghitungan fisik persediaan.
43
3. Pencatatan hasil penghitungan fisik persediaan didasarkan atas kartu
penghitungan fisik yang telah diteliti kebenarannya oleh pemegang kartu
penghitungan fisik.
4. Harga satuan yang dicantumkan dalam daftar hasil penghitungan fisik
berasal dari kartu persediaan yang bersangkutan.
5. Adjustment terhadap kartu persediaan didasarkan pada informasi
(kuantitas maupun harga pokok total) tiap jenis persediaan yang
tercantum dalam daftar penghitungan fisik.
Kontrol Akses
Menurut pendapat Hall (2002, p140), kontrol akses adalah suatu fitur
penting dari sebuah gudang data (Data Warehouse) yang dibagi dengan
pelanggan dan pemasok. Organisasi seharusnya menetapkan prosedur untuk
mengawasi otorisasi individu pada situs pelanggan dan pemasok yang akan
diberikan akses pada gudang datanya (Data Warehouse).
Hak istimewa akses seharusnya ditetapkan untuk setiap pengguna luar
yang dikontrol dengan password. Pandangan pengguna perlu diciptakan
untuk mambatasi akses orang luar hanya untuk data yang disetujui.