BAB 2 LANDASAN TEORI -...

42
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Satzinger, et al (2010, p.6) mengemukakan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang saling terkait yang berfungsi bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Stair dan Reynolds (2006, p.8), sistem adalah sekelompok elemen atau komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem dinamis memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi. yaitu: 1. Input, melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen untuk diproses. 2. Proses, melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi output. 3. Output, melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses transformasi ke tujuan akhirnya. Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p.24), sistem adalah sekelompok komponen yang berkaitan, dengan batasan-batasan yang jelas, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. Menurut McLeod dan Schell (2007, p.9), sistem adalah mengubah input yang datang dari lingkungan perusahaan, ditransformasikan, dan mengembalikan output ke lingkungan yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berinteraksi dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.dalam mencapai satu tujuan 2.1.2 Pengertian Informasi Menurut Rainer dan Cegielski (2011, p.201), informasi adalah data yang sudah diolah sehingga memiliki arti dan bernilai bagi penerimanya.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI -...

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pendekatan Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem

Menurut Satzinger, et al (2010, p.6) mengemukakan bahwa sistem

adalah sekumpulan komponen yang saling terkait yang berfungsi bersama

untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Stair dan Reynolds (2006, p.8), sistem adalah sekelompok

elemen atau komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.

Sistem dinamis memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi.

yaitu:

1. Input, melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen untuk

diproses.

2. Proses, melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi

output.

3. Output, melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi

oleh proses transformasi ke tujuan akhirnya.

Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p.24), sistem adalah

sekelompok komponen yang berkaitan, dengan batasan-batasan yang jelas,

bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta

menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.

Menurut McLeod dan Schell (2007, p.9), sistem adalah mengubah

input yang datang dari lingkungan perusahaan, ditransformasikan, dan

mengembalikan output ke lingkungan yang sama.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen

yang saling berinteraksi dengan menerima input serta menghasilkan output

dalam proses transformasi yang teratur.dalam mencapai satu tujuan

2.1.2 Pengertian Informasi

Menurut Rainer dan Cegielski (2011, p.201), informasi adalah data

yang sudah diolah sehingga memiliki arti dan bernilai bagi penerimanya.

10

Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p.29), infomasi adalah data yang

telah diubah ke dalam bentuk yang memiliki arti dan berguna bagi end user

tertentu.

Menurut Mcleod dan Schell (2007, p.9), informasi adalah data yang

telah diproses dan memiliki makna, biasanya memberitahukan pengguna sesuatu

yang belum diketahuinya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang diolah dan

dibentuk menjadi lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya untuk

memberikan keterangan atau pengetahuan.

2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut Satzinger, et al (2010, p.6) sistem informasi adalah

sekumpulan komponen yang terkait, yang mengumpulkan, memproses,

menyimpan, dan menyediakan hasil informasi yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan masalah bisnis.

Menurut Stair dan Reynolds (2010, p.10), sistem informasi adalah

seperangkat elemen yang saling terhubung atau komponen yang

mengumpulkan (input), memanipulasi (proses), menyimpan dan menyebarkan

(output) data dan informasi, menyediakan sebuah reaksi koreksi (mekanisme

umpan balik) untuk mencapai sebuah objektif.

Menurut O’Brien (2006, p.6), sistem informasi adalah gabungan yang

terorganisir dari orang-orang, perangkat keras (hardware), piranti lunak

(software), jaringan komunikasi, dan sumber-sumber daya; yang

mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah

organisasi.

Menurut McLeod dan Schell (2007, p.9), sistem informasi adalah

sistem virtual yang memampukan pihak manajemen untuk mengontrol

operasi fisik perusahaan. Sistem fisik perusahaan terdiri sumber daya

tangible seperti material, manusia, mesin, dan uang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sebuah

rangkaian komponen yang saling terkait yang terdiri dari orang-orang,

perangkat keras (hardware), piranti lunak (software), jaringan komunikasi,

dan sumber-sumber daya yang telah dikumpulkan, diproses, disimpan dan

didistribusikan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam sebuah

11

organisasi secara virtual.

2.2 Pendekatan Manajemen

2.2.1 Pengertian Manajemen

Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2012, p.36)

manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan

kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan

melalui orang lain.

Menurut Griffin (2008, p.7) manajemen adalah suatu rangkaian

aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada

sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi)

dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses

pengkoordinasian sekelompok orang dengan arahan-arahan untuk mencapai

tujuan perusahaan, secara efektif dan efisien. Perusahaan yang memiliki

manajamen yang baik adalah perusahaan yang mejalankan fungsi efektif dan

efisien. Efisien berarti menggunakan berbagai sumber daya secara bijaksana

dan dengan cara yang hemat biaya, sehingga produk atau jasa yang dihasilkan

berkualitas tinggi namun dengan biaya yang relatif rendah, sedangkan efektif

berarti membuat keputusan yang tepat dan mengimplementasikannya dengan

sukses.

2.2.2 Proses Manajemen

Menurut Griffin (2008, p.9), terpadat empat aktivitas dasar dalam

manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

pengendalian.

12

Gambar 2.1 Management Process

Sumber : Griffin (2008, p.9)

1. Perencanaan

Menentukan arah tindakan perencanaan berarti menetapkan tujuan

organisasi dan bagaimana cara terbaik untuk mencapainya. Pengambilan

keputusan (decision making), yang merupakan bagian dari proses

perencanaan adalah pemilihan suatu tindakan dari serangkaian alternatif.

2. Pengorganisasian

Mengkoordinasikan aktivitas dan sumber daya yang diperlukan untuk

melaksanakan rencana. Secara khusus, pengorganisasian mencakup

penentuan bagaimana cara mengelompokkan berbagai aktivitas dan

sumber daya.

3. Kepemimpinan

Beberapa orang menganggap kepemimpinan sebagai aktivitas yang paling

penting dan paling menantang dari semua aktivitas manajerial.

Kepemimpinan adalah serangkaian proses yang dilakukan agar anggora

dari suatu organisasi bekerja bersama demi kepentingan organisasi

tersebut.

4. Pengendalian

Tahap terakhir dari proses manajemen adalah pengendalian, atau

pemantauan kemauan organisasi dalam mencapai tujuannya. Ketika

organisasi bergerak menuju tujuannya, manajer harus memonitor

kemajuan untuk memastikan bahwa organisasi tersebut berkinerja

sedemikian rupa sehingga akan mencapai tujuanya pada waktu yang telah

ditentukan.

13

2.2.3 Pengertian Manajemen Operasional

Menurut Heizer dan Render (2009, p.6), manajemen operasional adalah

serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa

dengan mengubah input menjadi output.

Menurut Willian J. Stevenson (2009, p.4), manajemen operasional

adalah sistem manajemen atau serangkaian proses dalam pembuatan produk

atau penyediaan jasa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen operasional adalah

serangkaian proses yang mengubah input menjadi output yang menghasilkan

barang, dan jasa.

2.3 Pengertian Sistem Informasi Manajemen

Menurut Whitten et al (2004, p.10), sistem informasi manajemen adalah

sebuah sistem informasi yang menyediakan untuk pelaporan berorientasi

manajemen berdasarkan pemrosesan transaksi dan operasi organisasi.

Menurut Laudon dan Laudon (2004, p.16), sistem informasi manajemen

adalah sebuah bidang studi sistem informasi yang berfokus pada penggunaan

sistem informasi tersebut pada manajemen dan bisnis. Sistem informasi

manajemen mengkombinasikan konsep teoretis dari ilmu komputer, ilmu

manajemen, dan riset operasional dengan berorientasi pada praktek

pengembangan solusi sistem untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi

pada dunia nyata dan mengelola sumber daya teknologi informasi yang ada.

Mc Leod dan Schell (2007, p.10), sistem infromasi manajemen adalah

sebuah informasi yang mendukung manajer yang merepresentasikan sebuah unit

organisasi seperti level manajemen atau area bisnis.

Menurut O’brien (2006, p.238), sistem informasi manajemen adalah

salah satu tipe sistem informasi yang menghasilkan informasi untuk mendukung

kebutuhan pengambilan keputusan sehari-hari dari manajer dan para profesional

bisnis.

Jadi menurut beberapa definisi diatas, sistem informasi manajemen

ialah suatu sistem berbasis komputer yang berfokus pada bidang manajemen dan

bisnis, dimana sistem tersebut akan memberi laporan-laporan manajerial untuk

mendukung para praktisi bisnis dalam pengambilan keputusan.

14

2.4 Supply Chain Management

2.4.1 Pengertian Supply Chain Management

Konsep Supply Chain Management berdasarkan Satzinger (2010, p.9)

adalah sebuah sistem yang dengan halus mengintegrasikan suatu pengembangan

produk, akuisisi produk, manufaktur, dan manajemen persediaan.

Konsep Supply Chain Management berdasarkan Turban (2010, p.289)

adalah proses yang kompleks yang membutuhkan koordinasi dari berbagai

kegiatan agar pengiriman barang dan jasa dari supplier ke pelanggan dilakukan

secara efektif dan efisien bagi seluruh pihak yang berkaitan.

Supply Chain Management terdiri dari semua pihak yang terlibat

langsung maupun tidak langsung, dalam memenuhi permintaan pelanggan.

Supply Chain meliputi tidak hanya produsen dan pemasok, tetapi juga

pengangkut, gudang, pengecer, dan bahkan pelanggan sendiri. Dalam setiap

organisasi, seperti produsen, Supply Chain mencakup semua fungsi yang terlibat

dalam menerima dan mengisi permintaan pelanggan. Fungsi-fungsi ini meliputi

pada, pengembangan produk baru, pemasaran, operasi, distribusi, keuangan, dan

layanan pelanggan.

Supply Chain yang khas mungkin melibatkan berbagai tahapan,

termasuk yang berikut:

•Pelanggan

•Pengecer

•Grosir/Distributor

•Produsen

•Pemasok bahan baku

Setiap tahap dalam rantai pasokan dihubungkan melalui aliran produk, informasi

dan dana. Arus ini sering terjadi di kedua arah dan dapat dikelola oleh salah satu

tahapan atau perantara.

Tujuan dari Supply Chain adalah untuk memaksimalkan nilai

keseluruhan yang dihasilkan. Nilai (juga dikenal sebagai surplus dari Supply

Chain) Supply Chain menghasilkan perbedaan antara nilai produk akhir kepada

pelanggan dan biaya Supply Chain.

Supply Chain Surplus = Customer Value – Supply Chain Cost

Nilai produk akhir dapat bervariasi dari setiap pelanggan dan dapat

diperkirakan dengan jumlah maksimum pelanggan yang bersedia membayar

15

untuk itu. Selisih antara nilai produk dan harga tetap sesuai dengan pelanggan

sebagai surplus konsumen. Sisa surplus Supply Chain menjadi profitabilitas

rantai pasokan, perbedaan antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan dan

biaya keseluruhan di seluruh rantai pasokan.

2.4.2 Komponen Utama Supply Chain Management

Konsep utama dalam supply chain management terbagi atas tiga

berdasarkan Turban (2013, p.288) yaitu :

1. Upstream Supply Chain

Kegiatan transaksi antara suatu organisasi atau perusahaan dengan

pemasok dan perantaranya. Procurement merupakan aktivitas utama

dalam kegiatan ini.

2. Internal Supply Chain

Seluruh kegiatan proses internal yang digunakan untuk mengubah input

dari supplier menjadi output pada perusahaan. Aktivitas supply chain

yang terdapat disini seperti manajemen produksi, memproduksi ,dan

mengendalikan stock. Seluruh aktivitas pada internal supply chain

membahas value chain perusahaan yang berisi tentang aktivitas utama

dan aktivitas pendukung perusahaan yang dijalankan perusahaan.

3. Downstream Supply Chain

Kegiatan transaksi antara suatu organisasi atau perusahaan dengan

pemasok dan perantaranya.

2.5 Procurement

2.5.1 Pengertian Procurement

Pengadaan barang, atau disebut juga procurement, merupakan salah

satu bagian dari supply chain management. Menurut Kalakota dan Robinson

(2001, p.314) procurement secara luas mencakup semua aktivitas perusahaan

yang melibatkan proses mendapatkan barang dari pemasok, termasuk

didalamnya terdapat proses permintaan, pembelian, pengiriman, penyimpanan,

dan penggunaannya didalam lingkup perusahaan.

16

Proses procurement

Gambar 2.2

Sumber : Turban, et al., (2010,

2.5.2 Manajemen Procurement

Menurut Turban (2010, p.253) manajemen

perencanaan, pengelolaan, dan pengkoordinasian seluruh aktivitas yang

berkaitan dengan pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan untuk mencapai

misi organisasi.

Menurut Pujawan (2005, p.137) manajemen

satu komponen utama dari

dari manajemen pengadaan secara umum, yakni:

1. Menyediakan input, berupa barang dan jasa yang dibutuhkan dalam

kegiatan produksi maupun kegiatan lain dalam perusahaan.

2. Menyediakan jasa seperti jasa t

konsultasi, dan sebagainya.

3. Merancang hubungan yang tepat dengan

4. Memilih supplier.

5. Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok.

6. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data

7. Melakukan proses pembelian.

8. Mengevaluasi kinerja

procurement tradisional biasanya terdiri dari :

2 Proses Procurement Tradisional

Sumber : Turban, et al., (2010, p.253)

Procurement

Menurut Turban (2010, p.253) manajemen procurement adalah proses

perencanaan, pengelolaan, dan pengkoordinasian seluruh aktivitas yang

berkaitan dengan pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan untuk mencapai

Menurut Pujawan (2005, p.137) manajemen procurement adalah salah

tama dari supply chain management. Terdapat beberapa tugas

dari manajemen pengadaan secara umum, yakni:

Menyediakan input, berupa barang dan jasa yang dibutuhkan dalam

kegiatan produksi maupun kegiatan lain dalam perusahaan.

Menyediakan jasa seperti jasa transportasi dan pegudangan, jasa

konsultasi, dan sebagainya.

Merancang hubungan yang tepat dengan supplier.

Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok.

Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier.

pembelian.

Mengevaluasi kinerja supplier.

adalah proses

perencanaan, pengelolaan, dan pengkoordinasian seluruh aktivitas yang

berkaitan dengan pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan untuk mencapai

adalah salah

. Terdapat beberapa tugas

Menyediakan input, berupa barang dan jasa yang dibutuhkan dalam

ransportasi dan pegudangan, jasa

2.6 E-Procurement

2.6.1 Pengertian

Menurut Chaffey (2007, p.309)

integrasi aktivitas pengadaan secara elektronik, termasuk didalamnya proses

permintaan, otorisasi, pemesanan, pengiriman, dan pembayaran antara pembeli

dan supplier.

Menurut Turban (2010, p.253)

dan jasa secara elektronik untuk kebutuhan perusahaan.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

proses pengadaan barang, termasuk didalamnya adalah permintaan, otorisasi,

pemesanan, pengiriman, dan pembayaran antara perusahaan

dengan vendor, dengan bantuan internet atau jaringan lainnya.

Pengertian e-Procurement

Menurut Chaffey (2007, p.309) e-Procurement adalah pengelolaan dan

integrasi aktivitas pengadaan secara elektronik, termasuk didalamnya proses

permintaan, otorisasi, pemesanan, pengiriman, dan pembayaran antara pembeli

Menurut Turban (2010, p.253) e-Procurement adalah perolehan barang

dan jasa secara elektronik untuk kebutuhan perusahaan.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa e-Procurement

proses pengadaan barang, termasuk didalamnya adalah permintaan, otorisasi,

pemesanan, pengiriman, dan pembayaran antara perusahaan sebagai pembeli

, dengan bantuan internet atau jaringan lainnya.

Gambar 2.3 Manajemen e-Procurement

Sumber : Kalakota (2001, p.339)

17

adalah pengelolaan dan

integrasi aktivitas pengadaan secara elektronik, termasuk didalamnya proses

permintaan, otorisasi, pemesanan, pengiriman, dan pembayaran antara pembeli

adalah perolehan barang

Procurement adalah

proses pengadaan barang, termasuk didalamnya adalah permintaan, otorisasi,

sebagai pembeli

18

2.6.2 Proses dan Kegiatan dalam e-Procurement

Gambar 2.4 Proses e-Procurement

Sumber : Turban, et al., (2010, p.354)

Seperti yang telah dijelaskan pada gambar 2.3, proses e-Procurement

terdiri dari beberapa tahap, yakni:

1. Melakukan pencarian vendor dan produk dengan menggunakan katalog,

brosur, telepon, dan lainnya.

2. Melakukan kualifikasi vendor sesuai dengan spesifikasi yang telah

ditentukan. Dari list vendor yang ada, ditentukan mana yang sekiranya

dapat diajak bekerja sama.

3. Memilih mekanisme pasar, seperti private, umum, lelang, barter, dll.

4. Melakukan perbandingan serta negosiasi, baik mengenai kualitas

barang, harga barang, metode pengiriman, dll.

5. Membuat kesepakatan pembelian setelah negosiasi berhasil.

6. Membuat Purchase Order (PO).

7. Mengatur jadwal pengambilan atau pengiriman barang, sesuai dengan

kesepakatan yang telah dibentuk sebelumnya.

8. Melakukan pembayaran terhadap

Menurut Kalakota (2001, p

skema rantai e-Procurement

2.6.3 Tujuan dan Manfaat

Menurut Turban (2010, p

dalam penggunaan

1. Meningkatkan

banyak waktu dan mengurangi tekanan pekerjaan)

2. Mengurangi harga pembelian melalui adanya standarisasi produk,

reverse auction

3. Meningkatkan arus dan pengelolaan informasi. Misal : informasi

supplier dan informasi harga.

4. Meminimalisasi pembelian dari

kerja sama dengan perusahaan (

5. Meningkatkan proses pembayaran dan penyimpanan un

mempercepat proses pembayaran (untuk penjual).

6. Menciptakan hubungan yang kolaboratif dan efisien dengan

7. Memastikan proses pengiriman tepat waktu setiap saat.

Melakukan pembayaran terhadap vendor.

Menurut Kalakota (2001, p.315), proses e-Procurement terangkum dalam

Procurement seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.5 Rantai e-Procurement

Sumber : Kalakota (2001, p.315)

Tujuan dan Manfaat e-Procurement

Menurut Turban (2010, p.254), terdapat beberapa tujuan dan manfaat

dalam penggunaan e-Procurement, antara lain:

Meningkatkan produktivitas dari bagian pembelian (menyediakan lebih

banyak waktu dan mengurangi tekanan pekerjaan)

Mengurangi harga pembelian melalui adanya standarisasi produk,

reverse auction, diskon, dan pembelian konsolidasi.

Meningkatkan arus dan pengelolaan informasi. Misal : informasi

dan informasi harga.

Meminimalisasi pembelian dari vendor yang tidak memiliki kontrak

kerja sama dengan perusahaan (maverick buying).

Meningkatkan proses pembayaran dan penyimpanan un

mempercepat proses pembayaran (untuk penjual).

Menciptakan hubungan yang kolaboratif dan efisien dengan

Memastikan proses pengiriman tepat waktu setiap saat.

19

terangkum dalam

254), terdapat beberapa tujuan dan manfaat

produktivitas dari bagian pembelian (menyediakan lebih

Mengurangi harga pembelian melalui adanya standarisasi produk,

Meningkatkan arus dan pengelolaan informasi. Misal : informasi

yang tidak memiliki kontrak

Meningkatkan proses pembayaran dan penyimpanan untuk

Menciptakan hubungan yang kolaboratif dan efisien dengan supplier.

20

8. Memangkas waktu pemrosesan dan pemenuhan pesanan dengan

leveraging automation.

9. Mengurangi kebutuhan akan keahlian dan kebutuhan pelatihan untuk

bagian pembelian.

10. Mengurangi jumlah supplier.

11. Mempersingkat proses pembelian dan membuatnya lebih cepat dan

mudah dimengerti (biasanya melibatkan adanya otorisasi peminta

dalam melakukan permintaan melalui desktop, tanpa melalui bagian

pengadaan).

12. Mempersingkat proses rekonsiliasi invoice dan adanya perselisihan

dalam pemecahan masalah.

13. Mengurangi biaya proses administrasi per pemesanan.

14. Dapat menemukan supplier dan vendor baru yang dapat menyediakan

barang dan jasa lebih cepat atau lebih murah.

15. Mengintegrasi pengawasan anggaran yang ada dalam proses pengadaan.

16. Meminimalisasi adanya human error dalam proses pembelian dan

pengiriman.

17. Mengawasi dan meregulasi perilaku pembelian.

2.7 Peramalan (Forecasting)

Menurut Heizer dan Render (2009, p.162), Peramalan (forecasting) adalah

seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan. Hal ini dapat dilakukan

dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya kemasa akan

datang dengan suatu bentuk model matematis. Bila juga merupakan prediksi intuasi

yang bersifat subjektif dengan menggunakan kombinasi model matematis yang

disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer. Oleh karena itu

peramalan dapat dikatakan sebagai suatu bentuk perkiraan untuk perusahaan untuk

dapat mengantisipasi permintaan dengan membuat suatu perencanaan operasi sampai

melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan.

21

2.7.1 Klasifikasi Peramalan Berdasarkan Waktu

Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa

depan yang dilingkupinya. Heizer dan Render (2009, p.163) membagi horizon

waktu peramalan menjadi beberapa kategori:

1. Peramalan jangka pendek. Peramalan ini meliputi jangka waktu

hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini

digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah

tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi.

2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah atau

intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga 3 tahun.

Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan

dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacam-

macam rencana operasi.

3. Peramalan jangka panjang. Umumnya untuk perencanaan masa 3

tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk

merencanakan produk baru, pembelanjaan, modal, lokasi atau

pembangunan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang).

2.7.2 Jenis-Jenis Peramalan

Menurut Heizer dan Render (2009, p.164), organisasi pada umumnya

menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan operasi.

1. Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus bisnis

dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang

dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan

lainnya.

2. Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat

kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang

menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.

3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan

untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut

peramalan penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta

sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan,

pemasaran, dan sumber daya manusia.

22

2.7.3 Peramalan Permintaan

Peramalan yang baik sangatlah penting dalam semua aspek bisnis.

Peramalan merupakan satu-satunya prediksi mengenai permintaan hingga

permintaan yang sebenarnya diketahui. Menurut Heizer dan Render (2009,

p.164), Peramalan ekonomi dan teknologi adalah teknik khusus yang mungkin

bukan termasuk bagian dari tugas manajer operasi.

Peramalan permintaan mengendalikan keputusan di banyak bidang.

Berikut ini akan dibahas dampak peramalan produk pada tiga aktivitas yaitu:

1. Sumber Daya Manusia

Mempekerjakan, melatih dan memberhentikan pekerja bergantung

pada permintaan. Jika departemen sumber daya manusia harus

mempekerjakan pekerja tambahan tanpa adanya persiapan, akibatnya

kualitas pelatihan menurun dan kualitas pekerja juga menurun.

2. Kapasitas

Saat kapasitas tidak mencukupi, kekurangan yang diakibatkannya bisa

berarti tidak terjaminnya pengiriman, kehilangan konsumen dan

kehilangan pangsa pasar.

3. Manajemen Rantai Pasokan

Hubungan yang baik dengan pemasok, serta harga barang dan

komponen yang bersaing bergantung pada peramalan yang akurat.

2.7.4 Langkah-Langkah Sistem Peramalan

Peramalan terdiri atas tujuh langkah dasar yang dikemukakan oleh

Heizer dan Render (2009, p.165). Tujuh langkah peramalan tersebut, yaitu:

1. Menetapkan tujuan peramalan

2. Memilih unsur yang akan diramalkan

3. Menentukan horizon waktu peramalan

4. Memilih jenis model peramalan

5. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan peramalan

6. Membuat peramalan

7. Memvalidasi dan menerapkan hasil peramalan

23

2.7.5 Metode-Metode Peramalan

Metode peramalan digunakan agar peramalan jumlah permintaan suatu

barang maupun jasa dimasa yang akan datang dapat direncanakan dan hasil

yang diperoleh tidak jauh menyimpang dari actual yang terjadi.

Menurut Heizer dan Render (2009) terdapat dua metode peramalan

berdasarkan metode yang digunakan, yaitu metode kuantitatif dan metode

kualitatif.

2.7.5.1 Metode Kualitatif

Yaitu metode yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi,

pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal.

Terdapat empat teknik peramalan kualitatif, yaitu:

• Juri dari opini eksekutif

Dalam metode ini, pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar

tingkat tinggi umumnya digabungkan dengan model statistik,

dikumpulkan untuk mendapatkan prediksi permintaan kelompok.

• Metode Delphi

Ada tiga jenis partisipan dalam metode Delphi: pengambil keputusan,

karyawan, dan responden. Pengambil keputusan biasanya terdiri atas 5

hingga 10 orang pakar yang akan melakukan peramalan. Karyawan

membantu pengambilan keputusan dengan menyiapkan,

menyebarkan, mengumpulkan, serta meringkas sejumlah kuisioner

dan hasil survei. Responden adalah sekelompok orang yang biasanya

ditempatkan di tempat yang berbeda dimana penilaian dilakukan.

Kelompok ini memberikan input pada pengambil keputusan sebelum

peramalan dibuat.

• Komposit tenaga penjualan

Dalam pendekatan ini, setiap tenaga penjualan memperkirakan berapa

penjualan yang dapat ia capai dalam wilayahnya. Kemudian,

peramalan ini dikaji untuk memastikan apakah peramalan cukup

realistis. Kemudian, peramalan tersebut digabungkan pada tingkat

wilayah dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara

keseluruhan.

24

• Survei pasar konsumen

Metode ini meminta input dari konsumen mengenai rencana

pembelian mereka di masa depan. Hal ini tidak hanya membantu

dalam menyiapkan peramalan, tetapi juga memperbaiki desain produk

dan perencanaan produk baru.

2.7.5.2 Metode Kuantitatif

Yaitu metode yang menggunakan model matematis yang beragam

dengan berdasarkan data masa lalu untuk meramalkan permintaan dimasa

yang akan datang. Ada tiga kondisi yang diterapkan pada metode ini, yaitu:

1. Informasi mengenai keadaan pada waktu yang tersedia.

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data

numeric (angka).

3. Waktu yang akan datang (disebut asumsi kontinuitas).

Metode peramalan secara kuantitatif menurut Heizer dan Render

(2009, p.170), meliputi:

1. Rata-rata Bergerak (Moving Average)

Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual

masa lalu untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak

berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar

akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan. Secara matematis,

rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan

periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut:

Ft=∑Permintaan pada periode n sebelumnya

n

Keterangan:

n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak.

2. Rata-rata Bergerak Tertimbang (Weighted Moving Average)

Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan

untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktik

ini membuat teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan

karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat.

Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada

rumus untuk menetapkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot

25

yang digunakan membutuhkan pengalaman. Rata-rata bergerak

dengan pembobotan atau rata-rata bergerak tertimbang dapat

digambarkan secara matematis sebagai berikut:

Ft � ∑ (Bobot periode n)(Permintaan dalam periode n)

n

3. Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing)

Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata

bergerak dengan pembobotan yang canggih tetapi masih mudah

digunakan. Metode ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang

sangat sedikit. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat

ditunjukkan sebagai berikut:

Peramalan baru = peramalan periode lalu + α (permintaan sebenarnya

periode terakhir – peramalan periode terakhir).

Dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang

dipilih oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan

diatas dapat pula ditulis dengan:

Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1)

Keterangan:

Ft = peramalan baru

Ft-1 = peramalan sebelumnya

α = konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1)

At-1 = permintaan aktual periode lalu

Konsep ini tidak rumit. Prediksi terakhir untuk permintaan sama

dengan prediksi lama, disesuaikan dengan sebagian diferensiasi

permintaan aktual periode lalu dengan prediksi lama.

Pendekatan penghalusan eksponensial mudah digunakan dan telah

berhasil diterapkan pada hampir setiap jenis bisnis. Walaupun

demikian, nilai yang tepat untuk konstanta penghalusan dapat

membuat diferensiasi antara peramalan yang akurat dan yang tidak

akurat. Nilai α yang tinggi dipilih pada saat rata-rata cenderung

berubah. Nilai α yang rendah digunakan saat rata-rata cukup stabil.

Tujuan pemilihannilai untuk konstanta penghalusan adalah

mendapatkan peramalan yang paling akurat. Nilai α yang paling

26

banyak digunakan adalah yang berada dalam jarak 0,05 sampai 0,50

untuk aplikasi bisnis.

4. Penghalusan Eksponensial dengan Tren (Exponential Smoothing with

Trend)

Penghalusan eksponensial yang sederhana gagal memberikan respon

terhadap tren yang terjadi. Inilah alasan penghalusan ekponnensial

harus diubah saat ada tren. Untuk memperbaiki peramalan, maka

digunakan model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan

dapat menyesuaikan diri pada tren yang ada. Idenya adalah

menghitung rata-rata data penghalusan eksponensial, kemudian

menyesuaikan untuk kelambatan (lag) positif atau negatif pada tren.

Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi

rata-rata, dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua

konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian,

dihitung rata-rata dan tren untuk setiap periode.

Ft = α (At-1) + (1 – α)(Ft-1 + Tt-1)

T t = β (Ft – Ft-1) + (1 – β) Tt-1

Keterangan:

Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri

pada

periode t

Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t

At = permintaan aktual pada periode t

α = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1)

β = konstanta penghalusan untuk tren (0 ≤ β ≤ 1)

Jadi, terdapat tiga langkah menghitung peramalan dengan yang

disesuaikan dengan trend adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Ft, peramalan eksponensial yang dihaluskan untuk

periode t, menggunakan persamaan Ft.

2. Menghitung tren yang dihaluskan, Tt, menggunakan

persamaan Tt.

3. Menghitung peramalan dengan tren, FITt, dengan rumus FITt =

Ft + Tt.

27

5. Regresi Linear (Linear Regression)

Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk

mengukur ada atau tidaknya korelasi antarvariabel. Jika kita memiliki

dua buah variabel atau lebih maka sudah selayaknya apabila kita ingin

mempelajari bagaimana variabel-variabel itu berhubungan atau dapat

diramalkan.

Analisis regresi mempelajari hubungan yang diperoleh dinyatakan

dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional

antara variabel-variabel. Hubungan fungsional antara satu variabel

prediktor dengan satu variabel kriterium disebut analisis regresi

sederhana (tunggal), sedangkan hubungan fungsional yang lebih dari

satu variabel disebut analisis regresi ganda.

Persamaan garisnya dapat dinyatakan sebagai:

ŷ = a + bX

a = ∑Y

n� b ∑X

n

b = n ∑XY – ∑X ∑Y

n ∑X2– ( ∑X)2

Keterangan:

ŷ = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi (variabel terikat)

a = perpotongan sumbu Y

b = koefisien regresi/slop

Y = nilai variabel terikat yang diketahui

X = nilai variabel bebas yang diketahui

b = kemiringan garis regresi (tingkat perubahan y untuk perubahan x)

n = jumlah data atau pengamatan

6. Metode Naif (Naive Method)

Metode naif adalah teknik peramalan yang mengansumsikan

permintaan periode berikutnya sama dengan permintaan periode

terakhir, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ft = Ft-1

Keterangan:

Ft = peramalan baru

Ft-1= peramalan sebelumnya

28

Metode peramalan kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Model Deret Waktu(Time-Series)

Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan

merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa

yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa

lalu tersebut untuk melakukan peramalan.

Menganalisis time series berarti membagi data masa lau menjadi

komponen-komponen, dan kemudian memproyeksikannya kemasa

depan.

Time Series mempunyai empat komponen:

1. Tren merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau

menurun.

2. Musim adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu

seperti hari, minggu, bulan, kwartal.

3. Siklus adalah pola dalam data yang terjadi beberapa tahun. Siklus ini

biasanya terkait pada siklus bisnis dan merupakan satu hal penting

dalam analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek.

4. Variasi acak merupakaan satu titik khusus dalam data yang

disebabkan oleh peluang dan situasi yanhg tidak biasa. Variasi acak

tidak mempunyai pola khusus jadi tidak dapat diprediksi.

Metode-metode yang dapat digunakan dalam hal ini dapat berupa

rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial, model

matematika, dan metode box-jenkins.

b. Model Asosiatif (Hubungan Sebab Akibat)

Model asosiatif (atau hubungan sebab akibat), seperti regresi linear,

menggabungkan banyak variabel atau faktor yang mungkin

mempengaruhi kuantitas yang sedang diramalkan.

Dengan mengolah data yang sudah ada sebelumnya melalui deret waktu

dan metode sebab akibat, maka akan diperoleh hasil peramalan.

29

2.7.6 Mengukur Kesalahan Peramalan

Heizer dan Render (2009, p.177) mengemukakan bahwa, tiga dari

perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute

Deviation - MAD ) dan kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error - MSE).

1. Deviasi Mutlak Rerata (Mean Absolute Deviation = MAD)

MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan

untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai

absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode

data (n).

MAD= ∑ |Aktual – Peramalan|

n

2. Kesalahan Kuadrat Rerata (Mean Square Error = MSE)

MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan

keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuardrat antara nilai yang

diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah

bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya

pengkuadratan.

MSE = ∑ (Kesalahan peramalan)

2

n

Vincent Gasperz (2004, p.80) mengatakan dalam buku Production

Planning and Inventory Control bahwa akurasi peramalan akan semakin

tinggi apabila nilai-nilai MAD dan MSE semakin kecil. Ketepatan dari

sebuah ramalan merupakan hal yang sangat penting. Namun, hal yang

perlu disadari bahwa suatu ramalan adalah tetap ramalan, yang selalu ada

unsur kesalahannya. Sehingga yang penting diperhatikan adalah usaha

untuk memperkecil kemungkinan kesalahannya tersebut. Akhirnya, baik

tidaknya suatu ramalan yang disusun sangat tergantung pada orang yang

melakukannya, langkah-langkah peramalan yang dilakukannya dan

metode yang dipergunakannya.

30

2.8 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan adalah suatu sistem yang memonitor smua transaksi

yang terjadi pada inventory, terutama pada jumlah transaksi dan waktu transaksi.

Jacobs, Chase, dan Aquilano dalam buku Operations & Supply Management (2009,

p.548) menyebutkan beberapa tujuan inventory yaitu:

- Menjaga kelancaran operasi bisnis perusahaan

- Mengetahui variasi permintaan

- Fleksibilitas penjadwalan produksi

- Menjaga hal-hal yang tak terduga seperti keterlambatan pengiriman bahan

- Mengambil keuntungan dari ukuran pembelian bahan baku

Pada dasarnya metode pengendalian persediaan mencari jawaban optimal

dalam menentukan jumlah ukuran pemesanan yang ekonomis, titik pemesanan

kembali atau re-order point (ROP), dan jumlah stok cadangan yang diperlukan (SS).

Metode pengendalian persediaan yang bersifat statistic ini biasanya digunakan untuk

mengendalikan barang yang permintaannya bersifat bebas dan pengelolannya tidak

tergantung dengan ada tidaknya produksi barang lain, yang berpengaruh hanyalah

mekanisme pasar.

2.8.1 Economic Order Quantity (EOQ)

Menurut Heizer dan Render (2009, p.92), EOQ adalah sebuah teknik

kontrol persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan

penyimpanan serta berdasar pada beberapa asumsi:

1. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen.

2. Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan

pesanan – diketahui dan konstan.

3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya.

4. Tidak tersedia diskon kuantitas.

5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan

pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan

dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan dan membawa).

6. Kehabisan atau kekurangan persediaan dapat sepenuhnya dihindari

jika jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

31

Dengan menggunakan metode ini dapat diasumsikan jumlah pemesanan

yang optimal untuk menghasilkan biaya yang minimum. Dimana rumus nya

sebagai berikut

Rata-rata persediaan = (Q/2)

Frekuensi pemesanan = (D/Q)

Annual set up cost = (D/Q)(S)

Annual holding cost = (Q/2)(H)

Biaya unit total = (harga produk)(D)

Biaya total = biaya unit total + biaya pemesanan + biaya

penyimpanan

d = (D/jumlah hari per tahun)

ROP = [SS + (L x d)]

Dimana

D : jumlah permintaan

S : biaya pemesanan

L : waktu tunggu

d : rata-rata permintaan

H : biaya penyimpanan

SS : safety stock

Q : jumlah unit yang dipesan

2.8.2 Economic Order Interval (EOI)

Fixed Order Interval System juga disebut sistem persediaan secara

periodik, yang lebih berdasar kepada periode daripada sistem persediaan

kontinu yang lebih kepada posisi stok persediaan. Sistem persediaan yang

berbasiskan waktu yang melakukan pesanan berdasarkan jangka waktu

tertentu. Jumlah pesanan bergantung kepada pemakaian demand selama

periode waktu tertentu.

Menggunakan tingkat persediaan maksimum (maximum inventory

level) selama waktu lead time dan interval pesanan. Setelah suatu periode tetap

(T) telah terlewati, jumlah persediaan dihitung. Sebuah pesanan dilakukan

untuk memulihkan persediaan, dan jumlah pesanannya tergantung berapa

EOQ = Q* = √√√√ 2 DS H

32

jumlah yang berkurang (maximum inventory level). Jadi, jumlah pesanan

didapat dari selisih maximum inventory level dan sisa persediaan pada waktu

waktu melakukan perhitungan. Sistemnya terdiri dari 2 parameter yang

digunakan yaitu periode tetap pemeriksaan (T) dan maximum inventory level

(E).

Masalah dasar pada metode ini adalah bagaimana menentukan interval

pesanan (T) dan maximum inventory level (E) yang diinginkan. Economic order

interval dapat diperoleh untuk meminimumkan total biaya tahunan.

Model persediaan EOI memiliki interval waktu yang konstan dalam

melakukan pemesanan kembali (reorder), tetapi kuantitas produk yang dipesan

dapat berubah-ubah (dinamis) hingga mencapai optimal. Berikut adalah data-data

yang diperlukan dalam melakukan perhitungan EOI :

1. Permintaan dalam 1 periode (D, dalam satuan unit)

2. Harga produk [P, dalam satuan materi (Rupiah)]

3. Biaya pemesanan (S, dalam satuan Rupiah per-sekali pesan)

4. Biaya penyimpanan (H, dalam satuan Rupiah per-periode)

5. Lead Time (L, dalam satuan waktu)

6. Service Level and Safety Stock

Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan kemudian dicari Fixed

Order Interval dengan cara sebagai berikut:

T = � ���

Setelah mendapatkan Standar deviasi dan juga interval periode (T �) waktu

pemesanan, baru dapat dilakukan perhitungan Safety Stock (SS) selama 1 periode

dengan tingkat kepuasan sebesar 95% (Z=1,65):

SS = Z s √� �

EOI sedikit berbeda dengan metode EOQ, dimana ia memiliki target level

(E) atau biasa dikenal dengan Maximum Inventory Level yaitu tingkat persediaan

yang cukup besar dalam memenuhi permintaan selama interval pesanan T � dan

waktu tenggang L, perhitunganya adalah sebagai berikut:

E = SS + d (T + L)

Sehingga apabila perusahaan ingin melakukan pemesanan kembali, maka

kuantitas pemesanan dapat dihitung dengan rumus :

Q* = Maximum Inventory Level (E) – sisa inventory akhir

33

Rata-rata tingkat persediaan (Average Inventory Level) (I) :

I = SS + (1/2 ��)

Order Quantity :

Q(T) = E – I

Turn Over Ratio (TOR) :

TOR = �

Total biaya persediaan (EOI) dalam 1 periode:

Tc (EOI) = �� + (SS +

�� dT) H

Total biaya (EOI) selama 1periode:

TC (EOI) = PD + �� + (SS +

�� dT) H

2.8.3 Minimum-Maximum Inventory (Min-Max)

Cara kerja sistem ini yaitu apabila persediaan telah melewati batas

minimum dan mendekati batas safety stock maka reorder harus dilakukan. Jadi

batas minimum (minimum stock) merupakan batas tingkat reorder. Batas

maksimum (maximum stock) adalah batas kesediaan perusahaan untuk

menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan bahan baku. Jadi dalam

hal ini yang terpenting adalah batas minimum dan maksimum untuk dapat

menentukan order quantity. Pada metode ini, terdapat perbedaan cara dalam

menghitung safety stock yakni metode ini tidak memerlukan standar deviasi

dan tingkat pelayanan melainkan hanya membutuhkan rata-rata permintaan

per-bulan.

Min-Max system memiliki cara kerja dengan melihat batasan-batasan

yang telah ditentukan seperti batas titik minimum dan batas titik maksimum.

Dalam hal ini, batas minimum adalah batas safety stock dimana pada saat titik

mencapai safety stock, maka dilakukanlah re-order point, sedangkan batas

maksimum adalah kemampuan/kesediaan perusahaan dalam menginvestasikan

uangnya dalam bentuk stok persediaan yang ada di gudang. Jadi dalam metode

ini, batas minimum dan batas maksimum adalah yang terpenting dalam

melakukan perhitungan.

Berikut adalah data-data yang diperlukan dalam melakukan

perhitungan Min-Max system :

34

a. Permintaan dalam 1 periode, biasanya dalam 1 tahun = 12 bulan (D,

dalam satuan Unit)

b. Harga produk (P, dalam satuan materi, Rupiah)

c. Biaya pemesanan (S. dalam satuan Rupiah per-sekali pesan)

d. Biaya penyimpanan (H, dalam satuan Rupiah)

e. Lead Time (L , dalam satuan waktu)

f. Safety Stock (SS)

Pada metode Min-Max, terdapat perbedaan dalam menghitung safety

stock, yaitu di dalam metode ini tidak lagi memerlukan standart deviasi dan

tingkat pelayanan dalam melakukan perhitungannya, melainkan kebutuhan

rata-rata per periodenya (bulan), sehingga didapat perhitungan sebagai

berikut:

SS = ��

Kemudian dalam metode ini terdapat variabel-variabel baru yaitu

maximum stock dan minimum stock. Dimana maximum stock adalah titik

tingkat persediaan yang paling diizinkan, sedangkan minimum stock adalah

titik dimana pemesanan dilakukan kembali. Berikut adalah perhitungan min

stock dan max stock :

Min Stock = (DL) + SS

Max Stock = (2)(DL) + SS

Setelah mendapatkan min stock dan max stock, maka jumlah pesanan

dapat dihitung sebagai berikut :

Order (Min-Max) = Max Stock - Min Stock

Rata-rata tingkat persediaan (Average Inventory Level) (I) :

I = SS + (1/2 Q* )

Turn Over Ratio (TOR):

TOR = ��

Total biaya persedian (Min-Max) dalam 1 periode

TC (Min-Max) = �

�∗ S+ HD

Total Cost (Min-Max) selama 1 periode:

TC (Min-Max) = PD + �

�∗ S+ HD

35

2.9 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Menurut Satzinger, et al (2010, p.60), Object-Oriented Analysis (OOA)

adalah menentukan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan

menunjukkan apa usecase yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.

Menurut Satzinger, et al (2010, p.60), Object-Oriented Design (OOD)

menentukan semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang-

orang dan perangkat dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk

menyelesaikan tugas, dan memperbaiki pengertian masing-masing jenis objek

sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan tertentu.

Menurut Whitten, et al (2007, p.25) Object Oriented Analysis and Design

(OOAD) adalah sekumpulan alat dan teknologi untuk mengembangkan sistem yang

akan mengutilisasi objek untuk membangun sistem dan software-nya.

2.10 Unified Modeling Language (UML)

Unified Modeling Language (UML) menurut Satzinger, et al (2010, p.48)

adalah suatu standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara

khusus untuk pengembangan object-oriented.

2.10.1 Activity Diagram

Menurut Satzinger, et al (2010, p .141), activity diagram adalah

diagram alur kerja yang menggambarkan berbagai aktivitas pengguna atau

sistem, orang yang melakukan setiap kegiatan, dan aliran berurutan aktivitas

ini. Diagram aktivitas adalah salah satu diagram Unified Modeling Language

(UML) yang terkait dengan pendekatan berorientasi objek, tetapi dapat

digunakan dengan pendekatan pengembangan.

36

Gambar 2.6 `

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.143

Menurut Satzinger, et al (2010, p.141), dalam activity diagram terdapat

beberapa simbol yang digunakan, yaitu:

a. Synchronization bar

Merupakan simbol dalam activity diagram untuk mengontrol

pemisahan atau penyatuan jalur berurutan.

b. Swimlane

Merupakan area persegi pada activity diagram mewakili kegiatan dari

agen tunggal.

c. Starting activity (pseudo)

Merupakan notasi yang menandakan dan menjelaskan dimulainya

sebuah aktivitas.

d. Transition arrow

37

Merupakan garis penunjuk arah yang menggambarkan transisi dari

suatu aktivitas dan arah dari suatu aktivitas.

e. Activity

Merupakan notasi yang menggambarkan dan menjelaskan suatu

aktivitas.

f. Ending activity (pseudo)

Merupakan notasi yang menandakan dan menjelaskan berakhirnya

suatu aktivitas.

2.10.2 Event Table

Menurut Satzinger, et al. (2010, p.168) Event table merupakan sebuah

katalog dari usecase yang menyusun peristiwa pada barisnya dan kunci

informasi dari setiap kejadian pada kolomnya.

Gambar 2.7 Event Table Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.170

38

Komponen dari sebuah event table yaitu dalam proses yang dilakukan

menurut cara membuatnya yaitu:

a. Event: Suatu peristiwa yang menjadi penyebab bagi sistem untuk

melakukan sesuatu.

b. Trigger: Suatu pertanda atau sinyal yang mennginformasikan sistem

bahwa suatu peristiwa telah terjadi, baik suatu data yang memerlukan

pengolahan atau titik waktu.

c. Source: Agen eksternal yang menyediakan data untuk sistem.

d. Usecase: Kegiatan yang dilakukan sistem ketika peristiwa (event)

terjadi.

e. Response: Output yang diproduksi oleh system dan memiliki tujuan.

f. Destination: Agen eksternal atau aktor yang menerima data dari

sistem.

2.10.3 Usecase

Menurut Sazinger, et al (2010, p.69), usecase adalah aktivitas yang

dilakukan oleh sistem, biasanya dalam menanggapi permintaan oleh pengguna

sistem.

2.10.3.1 Usecase Diagram

Menurut Sazinger, et al (2010, p.242), usecase diagram adalah

diagram untuk menunjukkan berbagai peran pengguna dan bagaimana peran

mereka menggunakan sistem. Tujuan dari usecase diagram adalah untuk

mengidentifikasi penggunaan atau usecases dari sistem baru yang dimana

dengan kata lain untuk mengidentifikasi bagaimana sistem akan digunakan.

39

Gambar 2.8 Usecase Diagram Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.244

2.10.3.2 Usecase Description

Menurut Satzinger, et al (2010, p.171), usecase descriptions adalah

gambaran yang menjelaskan detail proses dari setiap usecase. Fully

Developed Description seperti pada Gambar 2.4 memberikan pemahaman

yang lebih dalam tentang proses bisnis dan bagaimana sistem berperan

dalam mendukung proses tersebut (Satzinger, et al., 2010, p.173).

Gambar 2.9 Usecase Description Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.175

40

2.10.4 Class Diagram

Class diagram adalah model grafis yang digunakan dalam pendekatan

berorientasi objek untuk menunjukkan kelas objek dalam sistem. Ada beberapa

tahapan dalam class diagram yaitu (Satzinger. et al., 2010, p.60):

2.10.4.1 Domain Model Class Diagram

Menurut Satzinger, et al (2010, p.187), salah satu jenis UML class

diagram ini menunjukkan users work domain atau disebut sebagai domain

model class diagram. Tipe lain dari notasi UML class diagram digunakan

untuk membuat design class diagrams ketika merancang software. Simbol

domain kelas adalah rectangle dengan dua bagian. Bagian atas berisi nama

kelas dan bagian bawah berisi daftar atribut kelas.

Gambar 2.10 Domain Model Class Diagram

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.187

2.10.4.2 First Cut Class Diagram

Menurut Satzinger, et al (2010, p.413), first cut class diagram

dikembangkan dengan memperpanjang model domain class diagram. Hal ini

membutuhkan dua langkah yaitu menguraikan tentang atribut dengan jenis dan

informasi nilai awalnya dan menambahkan panah navigation visibility

(Satzinger, et al., 2010, p.413).

Menurut Satzinger, et al (2010, p.415), terdapat beberapa panduan

dalam menentukan panah navigation visibility adalah:

41

• One-to-many relationships mengindikasikan pada sebuah hubungan

superior/subordinate yang biasanya dinavigasi dari superior ke

subordinate. Contohnya dari Order ke OrderItem.

• Mandatory relationships, dimana objek dalam suatu kelas tidak

mungkin ada tanpa objek dari kelas lain, biasanya dinavigasi dari

independent class ke dependent class. Contohnya dari Customer ke

Order.

• Ketika sebuah objek memerlukan informasi dari objek lain, panah

navigasi mungkin dibutuhkan untuk menunjukkan baik ke objek itu

sendiri atau perusahaan induknya dalam suatu hirarki.

• Panah navigasi mungkin juga dua arah

Gambar 2.11 First Cut Design Class Diagram

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.416

2.10.4.3 Updated Design Class Diagram

Menurut Satzinger, et al (2010, p.457), berdasarkan metode ini, pertama

kita harus menambahkan method signatures sebelum finalisasi tampilan. Ada

tiga jenis metode yang ditemukan di sebagian besar kelas: (1) constructor

methods, (2) data get and set methods, dan (3) usecase specific methods.

Constructor methods membuat instance baru dari objek. Data get and set

methods mengambil dan memperbarui nilai atribut. Oleh karena setiap kelas

harus mempunyai constructor, dan sebagian besar biasanya memiliki data get

42

and set methods, ini merupakan opsional untuk memasukkan method

signatures dalam design class diagram. Metode ketiga yaitu usecase specific

methods harus dimasukkan dalam design class diagram.

Gambar 2.12 Updated Design Class Diagram

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.457

2.10.5 Statechart Diagram

Satzinger, et al (2010, p.260) mengungkapkan bahwa state adalah kondisi

dari sebuah objek yang terjadi selama masa hidupnya memenuhi beberapa

standar, menjalankan kegiatan, atau menunggu suatu peristiwa.

Gambar 2.13 Statechart Diagram

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.261

43

2.10.6 Sequence Diagram

Sequence diagram digunakan untuk menjelaskan interaksi beberapa objek

pada waktu tertentu secara berurutan. Menurut pendapat Satzinger, et al (2010,

p.252) notasi di dalam sequence diagram adalah sebagai berikut:

1. Actor sebagai pengguna yang berinteraksi secara langsung dengan

sistem.

2. Input message sebagai pesan input dari pengguna ke dalam suatu

sistem.

3. Surat returned value sebagai pesan output dari suatu sistem ke

pengguna, hasil dari pemrosesan input.

4. Object sebagai objek-objek yang berinteraksi di dalam sequence

diagram.

5. Object lifeline sebagai urutan pesan dari atas ke bawah.

2.10.6.1 System Sequence Diagram (SSD)

Menurut Satzinger, et al (2010, p.242), System Sequence Diagram

(SSD) adalah diagram yang menunjukkan urutan pesan antara faktor

eksternal dan sistem selama kasus penggunaan atau skenario.

Gambar 2.14 System Sequence Diagram (SSD)

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.253

44

2.10.6.2 Three Layer Sequence Diagram

Menurutt Satzinger, et al (2010, p,436), three layer sequence

diagram merupakan gambaran lengkap dari sequence diagram dan juga

pengembangan dari first cust sequence diagram yang terdiri dari tambahan

layer sebagai berikut:

• View layer

View Layer melibatkan interaksi manusia-komputer dan

membutuhkan merancang user interface untuk setiap usecase. Desain

user interface adalah salah satu aktivitas utama dari disiplin desain UP.

• Data Access Layer

Prinsip pemisahan tanggung jawab juga berlaku untuk data access

layer. Desain Multilayer penting untuk mendukung jaringan multitier di

mana database pada satu server, logika bisnis pada server lain, dan user

interface pada beberapa klien desktop. Cara baru merancang sistem

yang tidak hanya menciptakan sistem yang lebih kuat, tetapi juga sistem

yang lebih fleksibel.

Gambar 2.15 Three Layer Sequence Diagram

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.454

45

2.10.7 Package Diagram

Menurut Satzinger, et al (2010, p.459), package diagram pada Unified

Modifying Language (UML) merupakan diagram level tinggi yang digunakan

oleh perancang untuk mengelompokkan kelas-kelas pada grup yang terkait.

Gambar 2.8 menunjukkan package diagram yang berguna untuk

mendokumentasikan persamaan atau perbedaan hubungan objek pada view layer,

domain layer, dan data access layer.

Gambar 2.16 Package Diagram

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.459

2.10.8 User Interface

Menurut Satzinger, et al (2010, p.531) user interface adalah bagian dari suatu

sistem informasi yang memerlukan interaksi pengguna untuk membuat input dan

output untuk masing-masing kejadian baik sebagai system interface atau user

interface. Dimana system interface merupakan bagian sistem informasi yang

mencakup input dan output yang membutuhkan campur tangan manusia yang

minimal. Input yang dimaksud dapat diperoleh secara otomatis melalui input device

seperti scanner, pesan elektronik dari sistem lain, atau transaksi batch processing

46

yang dijalankan oleh sistem lain, dan output terjadi ketika sistem mengirim pesan

ke sistem lain.

Sedangkan user interface merupakan bagian sistem informasi yang

membutuhkan interaksi user untuk menghasilkan input dan output. Input terjadi

ketika user mencatat transaksi dengan menggunakan sistem, dan output berupa

informasi yang dihasilkan setelah user melakukan query.

2.10.9 Navigation Diagram

Menurut Satzinger, et al (2010, p.504), navigation diagram adalah proses

mengakses objek dengan penggalian pengenalan suatu objek dari objek lain yang

saling berkaitan.

2.11 Deployment Environment dan Application Architecture

Menurut Satzinger, et al (2010, p.291), deployment environment adalah

konfigurasi perangkat keras komputer, perangkat lunak sistem, dan jaringan dimana

perangkat lunak aplikasi baru akan beroperasi.

Dalam bukunya, Satzinger, et al (2010, p.340) membagi beberapa application

architecture ke dalam jenisnya sebagai berikut :

a. Single Computer and Multitier Architecture

Single Computer Architecture adalah arsitektur yang menggunakan

komputer tunggal. Arsitektur ini digunakan untuk mengeksekusi semua

aplikasi yang berhubungan dengan sistem.

Gambar 2.17 Single-Computer Architecture Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.341

47

Multitier Architecture merupakan arsitektur untuk mendistribusikan aplikasi

yang berhubungan dengan software atau beban pemrosesan ke beberapa

sistem komputer. Dibagi menjadi 2 jenis :

o Clustered Architecture

Merupakan kumpulan dari komputer-komputer yang bertipe sama.

Serta berbagi proses dan tindakan sebagai sistem komputer tunggal

yang besar.

Gambar 2.18 Clustered Architecture

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.341

o Multicomputer Architecture

Merupakan kumpulan dari komputer yang memiliki tipe yang berbeda

serta berbagi proses berdasarkan fungsi-fungsinya.

Gambar 2.19 Multicomputer Architecture

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.341

48

b. Centralized and Distributed Architecture

Menurut Satzinger, et al (2010, p.342), Centralized Architecture adalah

arsitektur yangmenempatkansumber daya komputasisemuadi satu lokasi pusat.

Sedangkan Distributed Architecture adalah arsitektur yang menyebarkan sumber

daya komputasidi beberapa lokasi yang terhubungoleh sebuah jaringan komputer.

c. Client/Server Architecture

Client/Server Architecture membagi program menjadi dua jenis: client dan

server. Sebuah server mengelola satu atau lebih sistem sumber daya informasi atau

menyediakan layanan baik ditetapkan. Client berkomunikasi dengan server untuk

meminta sumber daya atau layanan, dan server merespon permintaan tersebut.

Server merupakan proses, modul, objek atau komputer yang menyediakan

layanan menggunakan jaringan.

Client merupakan proses, modul, objek atau komputer yang meminta

layanan dari satu atau lebih server.

Gambar 2.20 Client/Server Architecture

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.342

d. Three-Layer Client/Server Architecture

Client atau server membagi aplikasi menjadi beberapa bagian yaitu view

layer, business logic layer, dan data layer.

View layer, yang mengelola data yang tersimpan, biasanya dalam satu atau lebih

database.

Business logic layer, yang menerapkan aturan dan prosedur bisnis

pengolahan.

View layer, yang menerima masukan pengguna dengan format dan menampilkan

hasil pengolahan.

49

Gambar 2.21 Three-Layer Client/Server Architecture

Sumber : Satzinger, et al., 2010, p.345

2.12 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran menggambarkan dan menjelaskan mengenai penulisan

dari skripsi ini dalam menganalisis pengendalian persediaan maintenence spare part

dan meracang e-Procurement sebagai pengendalian persediaan sebagai berikut:

50

Gambar 2.22 Kerangka Pemikiran