BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi...
17
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Produksi
2.1.1 Definisi Sistem Produksi
Sistem menurut kamus webstern merupakan satu kesatuan yang kompleks
yang dibentuk o leh bagian-bagian yang sama untuk mencapai t ujuan yang sama.
Sistem dapat pula didefin isikan sebagai suat u rangkaian dar i beberapa
elemen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain dari beberapa
elemen yang saling berhubungan dan menunjang antara satu dengan yang lain
untuk mencapai suatu tujuan tertentu1.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem produksi adalah
merupakan suatu gabungan dari beberapa unit atau elemen yang saling
berhubungan dan saling menunjang untuk melaksanakan proses produksi dalam
suatu perusahaan tertentu2.
Sedangkan proses produksi adalah cara, metoda maupun teknik-teknik
untuk pelaksanaan hal tertentu, dalam hal ini pelaksanaan penambahan manfaat
dar i suatu barang.
1 Agus Ahy ari, Manajemen Produksi, Buku I, Yogyak arta hal .12 2 Ibid, hal.13
18
2.1.2 Sistem Produksi Dalam Perusahaan
Sistem produksi dalam perusahaan terdir i atas beberapa sub sistem, antara
lain:
1. Produk yang dapat diproduksikan
Ber isi memgenai rencana produk yang akan diproduksi oleh perusahaan
tersebut, sehingga perusahaan dapat menentukan sistem produksi yang akan
dilaksanakan dan merencanakan mesin atau peralatan yang akan digunakan
umtuk memproduksi produk tersebut.
2. Lokasi Pabrik
Lokasi produksi harus dapat mendukung fungsi pelaksanaan kegiatan
produksi. Bila lokasi pabr ik tidak dapat mendukung kegiatan produksi akan
menghambat perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang.
3. Letak Fasilitas Produksi
Letak fasilitas produksi akan mempengaruhi secara langsung terhadap
produktifitas perusahaan. Susunan mesin dan peralatan produksi diusahakan
menunjang pelaksanaan proses produksi dengan baik.
4. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja akan mempengaruhi produktifitas karyawan. Lingkungan
kerja terdiri dari tiga hal:
• Karayawan
• Kondisi ker ja karyawan
• Hubungan karyawan dalam perusahaan yang bersangkutan
19
5. Standar Produksi Yang Berlaku
Standar produksi memegang peranan yang penting, karena akan
mempermudah karyawan untuk melaksanakan operasi perusahaan dan
pemasaran.
2.2 Sistem Persediaan
2.2.1 Definisi Sistem Persediaan
Definisi persediaan menurut Biegel adalah:
“ Persediaan sebagai bahan yang disimpan dalam gudang untuk kemudian
digunakan atau dijiual “3.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa sistem persediaan merupakan
sekumpulan elemen-elemen atau material-material yang membentuk suatu
rangkaian proses untuk memudahkan kegiatan produksi.
2.2.2 Macam -m acam Sistem Persediaan
Sistem persediaan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis menurut cara
pemesanannya, yait u:
2.2.2.1 Order Point System
Yang dimaksud dengan order po int system adalah suatu sistem atau cara
pemesanan bahan, dimana pesanan dilakukan apabila persediaan yang ada telah
3 Beagle. John , Peng endalian Produksi : Su atu Pendekatan Kuantitatif, Akademika Pressindo, Jak arta, 1992 , hal.112
20
mencapai suatu tingkat tertentu4. Jadi dalam cara in i, ditentukan jumlah
persediaan tertentu yang merupakan batas untuk dilakukannya pemesanan
kembali. Cara ini berarti juga jarak waktu antara satu pesanan ke pesanan
ber ikutnya tidaklah sama. Selain itu diper lukan adanya pengawasan yang teliti
mengenai jumlah bahan baku tersedia.
2.2.2.2 Order Cycle System
Yang dimaksud dengan order cycle system adalah suat u cara pemesanan
bahan baku dimana jarak waktu tiap pesanan tetap, misalnya tiap hari, tiap
minggu atau tiap bulan. Karena waktuya tetap maka jumlah pemesannya akan
berubah-ubah tergant ung banyaknya pemakaian bahan. Dalam cara ini
pengawasan perseediaan dilakukan pada saat waktu pemesanan akan tiba.
2.3 Sistem Produksi Tepat Waktu
2.3.1 Definisi Sistem Produksi Tepat Waktu
Sistem produksi tepat wakt u (Just In Time) sering disebut pula sebagai
Sistem Produksi Toyota, karena Toyota adalah pelopor dan yang menciptakan
sistem produksi tersebut karena adanya krisis minyak bumi pada tahun 1973.
Definisi sistem produksi tepat wakt u menurut Yasuh iro Monden dalam
bukunya yang berjudul Sistem Produksi Toyota, yaitu:
4 So fyan Assauri, Man ajemen Produksi dan Operasi, edisi 4, Fakultas UI, Jak arta, 1993, h al.219
21
“ Just In Time pada dasarnya bermaksud menghasilkan unit yang
diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada wakt u yang diperlukan 5.
Dengan kata lain dapat disimpulkan JIT merupakan suat u metode untuk
menyesuaikan dir i terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan
permintanan dengan membuat semua proses menghasilkan barang yang
diperlukan pada waktu diperlukan dalam jumlah yang diper lukan.
2.3.2. Manfaat dan Tujuan Just In Time
Manfaat dalam melaksanakan sistem produksi Just In Time antara lain
meningkatkan efisiensi waktu produksi dan meningkatkan produktivitas
karyawan.
Sedangkan tujuan dilaksanakannya sistem produksi Just In Tim e adalah:
1. Menghilangkan pem borosan karena over produksi, wakt u menunggu,
transportasi, pemrosesan, tingkat persediaan barang, gerak, cacat produksi.
2. Pengendalian optimum barang.
3. Konsistensi pada mutu.
4. Pemanfaatan sumber daya manusia yang optimal dan fleksibel.
Pemborosan disin i berarti bahwa sesuatu yang dilakukan tetapi tidak memberikan
nilai tambah.
Langkah-langkah yang per lu dilakukan untuk mencapai tujuan JIT:
1. Penggunaan metoda Kanban
Antara lain: 5 Biegel,E. John , Peng endalian Produksi: Suatu Pendekat an Ku antitati f, Akademika Pressindo, Jak arta, 1992 , hal.112
22
- Dengan penggunaan kartu kanban
- Penggunaan alat informasi
- Menyesuaikan kondisi produksi yang berubah-ubah.
2. Melancarkan proses produksi
- Produksi yang sesuai dengan pasar, baik kualitas maupun kuantitasnya.
- Penentuan waktu produksi (hari, minggu, bulan)
- Penyesuaian penggunaan mesin dan alat terhadap perubahan permintaan
dan variasi produk.
3. Memperpendek wakt u persiapan
- Persiapan bahan baku.
- Persiapan bahan setengah jadi unt uk proses berikutnya.
- Persiapan pengiriman
4. Tata letak mesin, alat dan fasilitas.
5. Pembakuan operasi.
6. Automatisasi
7. Peranan gugus kendali mutu.
2.3.3 Prinsip-prinsip Dasar dalam JIT
JIT merupakan suatu sistem untuk memproduksi dan membawa apa yang
dibutuhkan dalam jumlah yang tepat. JIT memiliki beberapa prinsip-prinsip dasar
yang dapat menunjang berjalannya sistem operasi tersebut, yaitu :
23
2.3.3.1 Heijunka
Heijunka adalah proses unt uk meratakan barang atau produk yang
bervariasi dalam jumlah item produksi maupun jenisnya unt uk perencanaan
produksi dalam suatu periode tertentu. Metode in i dilakukan unt uk mengantisipasi
perubahan-perubahan yang terjadi terhadap keinginan konsumen/pasar. Metoda
penunjang JIT ini sangat tepat untuk diaplikasikan pada produksi produk-produk
yang berlainan jenis/model dalam suat u line produksi.
Dalam heijunka, volume produksi yang telah direncanakan untuk periode bulanan
dit urunkan ke periode harian dengan cara merata-ratakannya untuk masing-
masing jenis/model produk. Dar i volume produksi harian ini kemudian ditentukan
besarnya rasio umtuk sem ua jenis produk yang akan diproduksi. Selan jutnya rasio
yang didapat ditetapkan sebagai dasar penentuan urut-urutan produksi. Urut-
urutan ini didasarkan atas penyeim bangan wakt u penyelesaian (beban kerja)
seluruh jenis produk di line produksi. Penyeimbangan waktu penyelesaian yang
dilakukan untuk pengaturan urut-urutan tersebut berfungsi untuk
menyeimbangkan beban kerja oleh tiap operator yang akan mengerjakan produk-
produk tersebut line produksi. Selanjutnya rasio yang telah ditetapakn urut-
urutannya tadi ditetapkan sebagai pola heijunka produksi. Untuk lebih jelasnya
ber ikut ini akan diberikan contoh unt uk menentukan po la heijunka. Dar i rencana
produksi bulanan suat u perusahaan manufakturing ditetapkan sebesar 600 unit
sepeda motor yang terdir i dar i 3 model, yaitu model A, model B dan model C.
Rincian unt uk masing-masing model tersebut yaitu :
24
Tabel 2.1 Rencana Volume Produksi Bulan “B”
Model Sepeda Motor Rencana Produksi Bulanan (Unit)
A 100
B 200
C 300
Tahap I – Meratakan Volume Produksi Harian
Pada tahap pertama heijunka, ketiga volume bulanan dari Sepeda Motor
ini dit urunkan ke dalam rata-rata harian. Dengan merata-ratakan vo lume produksi
bulanan selanjutnya dapat dilihat hasil rata-rata har ianya sebagai berikut:
Tabel 2.2 Rencana Volume Produksi Harian Bulan “ B” (20 HariKerja)
Model Sepeda
Motor
Rencana Produksi
Bulanan
Jumlah Hari
Kerja
Volume Produksi
Harian
A 100 20 5
B 200 20 10
C 300 20 15
Tahap II – Menentukan Rasio Produksi
Setelah volume produksi harian didapat selanjutnya ditentukan rasio dari
volume tersebut, yaitu 5:10 :15 atau 1:2:3.
Tahap III – Menentukan Waktu Penyelesaian Setiap Jen is Produk
Setelah rasio produksi harian diketahui selanjutnya menentukan waktu
penyelesaian dari tiap produk yang akan diproduksi. Tabel berikut ini akan
25
menunjukkan wakt u penyelesaian dari tiap-tiap model sepeda motor yang akan
dibuat.
Tabel 2.3 Waktu Penyelesaian Tiap Model Sepeda Motor
Model Sepeda Motor Waktu Penyelesaian (Menit)
A 10
B 20
C 30
Tahap IV – Menentukan Pola Heijunka
Setelah jumlah produksi har ian, rasio produksi dan wakt u penyelesaian
tiap model produk diketahui maka selanjutnya adalah menentukan pola heijunka.
Berdasarkan data-data di atas maka ditentukan pola heijunka sebagai berikut:
Rasio 1:2:3 mengandung arti bahwa dalam satu siklus produksi model
campuran (model A, B, C) akan dihasilkan 1 un it model A, 2 unit model B dan 3
unit model C. Jika rencana produksi har ian model A = 5, model B = 10 dan model
C = 15, maka unt uk masing-masing model akan mengalami pengulangan
sebanyak 5 siklus. Dimana angka ini didapat berdasarkan rumus sebagai berikut:
RasioPerhariUnitVolumeeltiapPerulanganSiklus =)mod(
Sebagai contoh, model B memiliki volume harian 10 dan rasio 2, sehingga siklus
perulangannya sebanyak 10 / 2 = 5.
Berdasarkan rasio dan siklus produksi yang telah diketahui maka urutan
produksi dari ketiga model ter sebut yaitu: ABBCCC, ABBCCC, ABBCCC,
ABBCCC, ABBCCC.
26
2.3.3.2 Sistem Tarik (Pulling System)
Sistem ini juga dikenal sebagai sistem kanban, dimana dalam sistem ini
proses berikutnya mengambil part yang dibut uhkan, pada saat yang dibutuhkan
dan dalam jumlah yang tepat dari proses sebelumnya. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bantu, yaitu kartu kanban. Dimana dengan kanban, informasi
untuk pengambilan part tertera dengan jelas pada kanban yang digunakan
sehingga kegiatan ini dapat terkontrol.
2.3.3.3 Aliran Proses yang Berkelanjutan
Aliran proses yang berkelanjutan artinya bahwa dalam suat u proses
produksi yang terdiri dar i bermacam-macam proses dilakukan secara
berkesinambungan. Jika suat u produk telah selesai dikerjakan suat u proses, maka
produk tersebut segera dibawa ke proses selanjutnya unt uk segera dikerjakan
tanpa harus menumpuk produk tersebut dan begitu seterusnya hingga proses
mencapai tahap akh ir.
2.3.3.4 Tact Time
Tact Time adalah rentang wakt u untuk memproduksi suatu unit produk.
Waktu siklus ini ditentukan oleh jumlah harian yang dibut uhkan dan waktu
operasi harian efektif dengan cara sebagai berikut :
dibutuhkanyangHarianKeluaranJumlah
HarianOperasiWaktuTimeTact =
Waktu operasi harian merupakan wakt u yang tersedia untuk
menyelesaikan sejumlah produk dalam periode waktu kerja ( per shift atau per
27
hari ). Waktu harian ini tidak boleh dikurangi karena alasan kerusakan mesin,
pengerjaan ulang atau karena lelah dan istirahat. Jumlah keluran har ian
merupakan target produksi yang harus dipenuhi dalam kurun wakt u pengoperasian
( per shift atau per hari ). Selain it u, jumlah keluaran harian tidak boleh ditambah
dengan mengganti keluaran yang cacat.
2.3.3.5 Multiskilled O perator
Dalam konsep JIT, operator yang memilki tingkat ketrampilan tinggi
sangat penting peranannya dalam rangka mengatur proses-proses produksi. Hal ini
dilakukan karena adanya permintaan pasar yang sering berubah terhadap volume
maupun modal produk yang dihasilkan perusahaan.
Dengan kemampuan yang tinggi seorang operator dapat mengoperasikan
beberapa jenis mesin, yang mana hal ini akan sangat berguna bagi perusahaan.
2.4 Sistem Kanban
2.4.1 Definisi Sistem Kanban
Kanban dalam bahasa Jepang berarti kartu. Dalam sistem produksi Just In
Time, kanban berarti kartu yang merupakan sarana unt uk meningkatkan kegiatan
perbaikan. Dalam kartu kanban berisi informasi mengenai nomor part, jumlah
part, asal dan tujuan part juga cycle issue.
Sedangkan sistem merupakan suatu rangkaian dari beberapa elemen yang
saling berhubungan dan saling menunjang antara satu dengan yang lain untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
28
Jadi sistem kanban adalah rangkaian dar i beberapa elemen dengan
menggunakan kart u yang dapat digunakan untuk menghubungkan pengunaan
elemen-elemen yang terkait dan dapat meningkatkan perbaikan dalam
melaksanakan pekerjaan.
Sistem kanban digunakan untuk mengendalikan proses seh ingga setiap
proses akan memproduksi un it tunggal dalam wakt u siklus yang ditentukan.
Ada dua jenis kanban yang biasa digunakan: kanban pengambilan dan
kanban pemesanan produksi. Kanban pengam bilan merinci jumlah yang harus
diambil oleh proses berikutnya, sementara kanban pemesanan produksi
menunjukkan jumlah yang harus diproduksi o leh proses sebelumnya.
2.4.2 Fungsi Kanban
Fungsi kanban dalam pelaksanaan sistem produksi Just In time antara lain 6
:
1. Memberikan informasi pengambilan dan pengangkutan.
Dalam kartu kanban terdapat informasi mengenai jumlah part yang harus diambil
dan tempat tujuan ditempatkannya part tersebut.
2. Memberikan informasi produksi
Kanban produksi dapat berfungsi pula sebagai kanban pindahan dan member ikan
informasi banyaknya part yang harus diproduksi untuk keper luan produksi
selanjutnya.
3. Mencegah kelebihan produksi atau pengangkutan.
6 Tai chi Ohno , Just In Ti me, PPM, Jakarta, 1995 , hal.25
29
Kanban dapat mencegah terjadinya kelebihan produksi, karena dalam peraturan
kanban yang ketiga disebutkan bahwa tidak ada pengir iman maupun produksi
barang bila tidak ada informasi berupa kanban.
4. Ber laku sebagai perintah kerja yang ditempelkan langsung pada barang.
5. Mencegah produk cacat dengan mengenali proses yang membuat cacat.
Dengan menggunakan sistem produksi Just In Tim e, maka barang yang
diproduksi dalam jumlah yang tidak terlalu besar, sehingga bila terjadi kelainan
pada mesin yang digunakan dapat denga segera diketahui oleh operator, karena
dilakukannya otomasi (Jidoka) sehingga mesin akan berhenti bila terjadi kelainan.
2.4.3 Peraturan Dasar Dalam Sistem Kanban
Terdapat sejumlah peraturan dasar ( basic ru les ) yang harus diperhatikan
dalam menggunakan kanban agar dapat menunjang , yaitu :
1. Pemindahan suatu kanban boleh dilakukan hanya apabila lot tersebut akan
dipergunakan. Peraturan ini mengharuskan proses ber ikut untuk menarik
parts yang dibutuhkan dari proses sebelumnnya sesuai dengan kuantitas
yang dibutuhkan dan pada saat dibutuhkan. Proses sesudah harus mengirm
kanban kepada proses sebelumnya untuk meminta tambahan parts hanya
apbila pro ses sesudah telah menggunakan semua parts yang menyertai
kanban tersebut.
2. Tidak boleh ada penar ikan parts tanpa disertai dengan kanban. Perat uran
ini mengharuskan bahwa kanban merupakan satu-satunya alat yang sah
30
mengijinkan pemindahan atau penar ikan parts dar i proses sebelum ke
proses sesudah.
3. Banyaknya parts yang dikeluarkan atau dikirim kre proses berikut harus
tepat sama dengan yang dispesifikasaikan kanban. Peraturan ini
mengharuskan bahwa proses sebelum tidak boleh mengeluarkan atau
mengirim kanban dengan parts yang tidak sesuai dengan lot size yang
diminta. Apabila jumlah parts yang tersedia dalam proses sebelum tidak
mencukupi, maka kanban harus menunggu sampai proses sebelum
memproduksi kekurangannya.
4. Suatu kanban harus dilampirkan atau ditaruh pada produk-produk fisik.
Peraturan ini mengharuskan agar suatu kanban sebagai kartu per jalanan
selalu dilampirkan pada lot yang selalu tampak oleh pekerja.
5. Proses sebelumnya harus memproduksi parts dalam kuantitas sama
dengan yang ditarik oleh proses sesudah. Dengan ini setiap proses tidak
boleh memproduksi dalam kuantitas yang lebih dar ipada kebut uhan,
karena hal itu merupakan pemborosan dalam penggunaan tenaga kerja,
mesin, material, dan sumber daya lainnya.
6. Proses kanban dalam setiap pusat kerja dilakukan dengan susunan atau
urutan tibanya kanban itu dipusat ker ja. Seh ingga apabila pusat ker ja
menemukan beberapa kanban dalam kotak surat atau kotak khusus yang
diterima dari proses berbeda, maka peker ja harus melayan i kanban dalam
susunan yang berurut sesuai dengan urutan kedatangan kanban. Jadi
ber laku prin sip tiba pertama akan dilayani lebih dahulu.
31
7. Jumlah kanban harus sesedikit mungkin, karena jumlah kanban
menyatakan sedian maksimum suatu suku cadang, maka jumlah ini harus
dijaga sekecil mungk in. Karena persediaan merupakan suatu pemborosan
yang harus dihilangkan.
2.4.4 Penggunaan Kanban
Gambar berikut ini menunjukkan bagaimana kanban pengambilan dan
pemesanan produksi digunakan. Mulai dari poses ber ikutnya, berbagai langkah
yang menggunakan kanban adalah :
Gambar 2.1 Penggunaan Dua Kanban
1. Pembawa dar i proses berikutnya pergi ke gudang proses terdahulu dengan
kanban pengambilan yang disimpan dalam pos kanban pengambilan
( yakni, kotak atau berkas penerima ) bersama pallet kosong ( peti kemas
) yang ditaruh diatas forklift atau jip. Ia melakukannya secara teratur pada
waktu yang telah ditentukan.
32
2. Bila pembawa proses ber ikutnya mengambil suku cadang di gudang A,
pembawa it u melepaskan kanban p emesanan-produksi yang dilampirkan
pada unit fisik dalam pallet dan menaruh kanban ini dalam pos penerimaan
kanban. Ia juga meninggalkan pallet kosong ditempat yang dit unjuk o leh
orang yang ada pada proses terdahulu.
3. Untuk tiap kanban pemesanan-produksi yang dilepaskannya, ditmpat itu ia
menempelkan satu kanban p engambilan. Ketika ia menukarkan kedua
jenis kanban itu, dengan hati-hati ia membandingkan kanban pengambilan
dengan kanban pemesanan-produksi unt uk melihat konsistensinya.
4. Bila pekerjaan dimulai pada proses berikutnya, kanban pengam bilan harus
ditaruh dalam pos kanban penggambilan.
5. Pada prosesa terdahulu, kanban pemesanan-produksi harus dikumpulkan
dar i pos penerima kanban pada wakt u tertentu atau bila sejumlah unit telah
diporoduksi kan dan harus ditempatkan dalam pos kanban pemesanan-
produksi dengan urutan yang sama dengan urutan penyobekkan kanban di
gudang A.
6. Menghasilakan suku cadang sesuai dengan urutan nomor kanban
pemesan-produksi di dalam pos.
7. Ketika diolah, unit fisik dan kanban itu harus bergerak secara
berpasangan.
8. Bila unit fisik diselesaikan dalm proses in i, unit ini dan kanban
pemesanan-produksi ditaruh dalam gudang A, sehingga pembawa dari
proses berikutnya dapat mengambilnya kapan saja.
33
2.4.5 Jenis Kanban Lain
Selain kanban pengambilan dan pemesanan-produksi, masih terdapat
beberapa jenis kanban yang lain yang dapat digunakan dalam berproduksi.
Ber ikut ini adalah beberapa kanban lainnya yang dibedakan berdasarkan
fungsinya, yaitu :
1. Kanban Ekpress : Kanban jenis ini dikeluarkan bila terjadi kekurangan
suku cadang.
2. Kanban darurat : Suat u kanban darurat akan dikeluarkan untuk sementara
waktu bila beberapa sediaan diper lukan untuk memperbaiki unit yang
cacat, kerusakan mesin, sisipan ekstra, atau tambahan mendadak dalam
oprasi akhir pekan.
3. KanbanTerusan : Kalau dua buah proses atau saling berhubungan dengan
sangat erat, meraka dapat dianggap sebagai satu proses t unggal, tidak perlu
menukarkan kanban diantara proses-proses yang bersebelahan ini.
4. Kereta atau Truk sebaga i sua tu kanban : Kanban sering sangat efektif bila
digunakan dalam kombinasi dengan kereta angkut.
5. Sistem Kerja-Penuh : Sistem kerja-penuh dilakukan pada proses
pengerjaan mesin otomatis.
6. Kanban Sementara : Kanban jenis ini digunakan untuk part-part yang
penggunaannya jarang dengan perputaran yang tidak tertentu.
34
2.4.6 Jumlah Kanban
Dalam perusahaan industri manufakt ur, perencanaan material merupakan
orang yang bertanggung jawab mengeluarkan kartu-kartu kanban. Perencana juga
menentukan ukuran-ukuran lot dari kanban yang akan menarik material. Kadang-
kadang perencanaan material akan mengeluarkan kart u kanban tambahan guna
meningkatkan tingkat produksi untuk part tertentu. Sebaliknya perencana material
juga menarik keluar kartu kanban dari sirkulasi guna mengurangi jadwal
produksi.
Banyaknya kanban yang dikeluarkan untuk part tertentu biasa ditentukan
berdasarkan :
1. Permintaan Harian
2. Ukuran Lot atau Kapasitas per Box
3. Cycle I ssue atau Siklus Pemesanan
4. Koefisien Keamanan
Keempat faktor inilah nantinya yang akan digunakan unt uk menghitung
berapa jumlah kanban yang sepantasnya beredar salam lingkungan produksi.
2.4.6.1 Permintaan Harian
Permintan harian merupakan tingkat produsi harian dalam un it untuk
suatu part. Bisanya permintaan ini diturunkan dar i permintaan produksi bulanan
yang dirata-ratakan berdasarkan jumlah hari ker ja dalam bulan yang berjalan.
35
2.4.6.2 Ukuran Lot
Ukuran lot adalah kuantitas part yang ditentukan untuk kanban tarik pada
sdaat pengambilan material atau part unt uk kanban produksi pada saat pembuatan
part itu. Ukuran ini ditentukan berdasarkan kapasitas kontainer ( alat angkut ) atau
kapasitas mesin atau pertimbangan lainnya.
2.4.6.3 Cycle Issue ( Siklus Pemesanan )
Cycle issue (siklus pemesanan) menggambarkan waktu pemesanan (hari),
waktu pengiriman serta frekwensinya. Terdapat 3 informasi penting dalam cycle
issue y ang dilambangkan o leh huruf X (periode pemesanan), Y (frekwensi
pengiriman) dan Z (interval pengiriman). Periode pemesanan member ikan
informasi dilakukannya pemesanan dalam suatu periode yang ditentukan. Sebagai
contoh periode pemesanan atau X adalah 2, yang berarti dalam 2 hari dilakukan
sekali pemesanan.
Frekwensi pengiriman memberiakan informasi besarnya frekwensi
pengiriman part yang dilakukan selama satu per iode pemesanan. Misalnya,
frekwensi pengiriman atau Y adalah 4. Ini berarti dalam satu periode pemesanan
dilakukan 4 kali pengiriman material atau part.
Terakhir adalah interval pengiriman yang memberikan informasi tentang
kedatangan part yang dipesan. Misalnya interval pengiriman 2, maka pengiriman
part akan dilakukan pada frekwensi ketiga dari frekwensi pengiriman. Contoh dari
cycle issue ini adalah sebagai berikut : Misalnya penyedia part A memeiliki CI
yaitu 1 – 4 – 2 dengan waktu pengiriman 07.30, 13.00, 19.30 dan 23.30. In i berarti
36
pemesanan dilakukan sat u hari sekali dengan frekwensi kedatangan sebanyak 4
kali pada jam seperti diatas dan bila pesanan dilakukan pada frekwensi pertama
yaitu jam 07.30 maka part akan datang pada frekwensi ke-3 yaitu jam 19.30,
karena interval pengir iman 2.
2.4.6.4 Koefisien Keamanan (α)
Besarnya koefisien keamanan (α ) bisanya ditentukan o leh perusahaan
yang berguna untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi.
Koefisien kemanan biasanya merupakan peningkatan persentase dalam banyaknya
kartu kanban y ang dikeluarkan dan diperlakukan sebagai ukuran untuk inventori
pengamanan. Misalnya koefisien keamanan ditentukan 0,5 ini berarti akan
dikelurkan kartu kanban 50% lebih banyak dari kebutuhan aktual.
Berdasarkan keempat informasi diatas maka selanjutnya jumlah kartu
kanban yang dibutuhkan dapat dihit ung dengan menggunkan rumus :
Dimana :
Keterangan : X = Periode pemesanan (har i)
Y = Frekwensi pengiriman
Z = Interval pengiriman
N = Currently stock (sediaan yang ikut berputar selam perakitan)
Currently stock (N) = yx { }⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
palletperCaphariodZ
./Pr1
Total kanban = N + Saftey stock
37
2.5 Pengukuran Waktu ( Time Study )
2.5.1 Tahap Pengukuran Waktu
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat
waktu-wakt u kerjanya, baik setiap elemen maupun sik lus dengan menggunakan
alat-alat yang telah disiapkan.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah melaksanakan pengukuran
pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan adalah untuk
mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan
tingkat keyakinan yang diinginkan dan telah ditetapkan pada saat menjalankan
langkah penetapan tujuan pengukuran. Untuk mengetahui berapa kali pengukuran
harus dilakukan beberapa tahap pengukuran pendahuluan, seperti langkah ber ikut
:
1) Pengukuran tahap pertama
Pengukuran tahap pertama ini dilakukan dengan melakukan beberapa kali
pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur ( dalam hal ini
sepuluh kali pengukuran ). Setelah pengukuran tahap pertama ini dijalankan,
tiga hal harus mengikutinya yait u proses pengujian data yang terdiri atas : uji
kenormalan data, uji keseragaman data, dan menghitung jumlah pengukuran
yang diperlukan dengan menguji kecukupan data.
2) Apabil jumlah pengukuran belum mencukupi, dilanjutkan dengan pengukuran
tahap kedua. Demikian seterusnya sampai jumlah keseluruhan pengukuran
mencukupi unt uk tingkat ketelitian dan kepercayaan yang dikehendaki.
38
2.5.2 Tingkat Ketelitian dan Tingkat Kepercayaan
Dalam melakukan pengukuran waktu ini yang dicar i adalah waktu
sebenarnya diperlukan unt uk menyelesaikan suat u pekerjaan, karena waktu
penyelesaian ini tidak pernah diketahui sebelumnya, maka harus dilakukan
pengukuran-pengukuran yang banyak ( tak hingga ) akan memberikan jawaban
yang pasti, tetapi hal in i tidak mungkin dilakukan karena keterbatasan yaitu
tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan.
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksim um hasil
pengukuran dari wakt u penyelesaian sebenarnya, sedangkan tingat kepercayaan
menunjukkan besarnya kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang dipero leh
memenuhi syarat ketelitian. Keduanya dinayatakan dalam satuan persen 7.
Dalam penelitian ini, digunakan tingkat ketelitan 5 % dan keyakinan 95%.
Ini berarti bahwa penulis membolehkan rata-rata hasil pengukuran menyimpang
sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal
ini adalah 95%. Dengan kata lain, penyimpangan yang terjadi lebih dari rata-rata
pengukuran hanya dapat ditoleransi dengan kemungkinan 5% (100%-95%) dari
populasi hasil pengukuran atau jumlah pengukuran. Secara intuitif dapat diduga
bahwa semakin besar tingkat ketelitian dan semakin tinggi tingkat keyak inan
maka semakin banyak pengukuran yang diper lukan.
7 Iftikar Z. Sutalaksan a, Rohana Wirasaatra, Jan H .Tjakra At madja, Teknik Cara Kerja, Bandung
39
2.5.3 Uji Kenormalan Data
Didalam SPSS terdapat beberapa cara unt uk menguji kenormalan suatu
data, antara lain adalah uji chi-square dan uji Kolmogorov-smirnov yang dapat
digunakan pada data yang berskala minimal ordinal. Langkah- langkah dalam uji
Kolmogorov-smirnov sebagai berikut :
1. Definisikan var iabel dalam data misal : n ilai pada ko lom pertama
2. Masukkan data tersebut ke dalam kolom pertama
3. Pada menu utama pilih : Analyze, Nonparametric, Test, 1 sample KS
• Pada test Variabel List masukkan variabel n ilai
• Pada test distribution pilih lah normal
Catatan :
Karena distribusi yang ingin diuji adalah distribusi normal maka Goodnes of
Fit pada SP SS yang digunakan juga hanya untuk normal.
4. Klik OK
Hasil perhitungan :
One-sample Kolmogorov-smirnov Test DATA N 6
Mean 5,4433 Normal Parameters a.b Std Dev iation 1.033E-02
Absolute .407 Positive .259
Most extreme Diff erencess Negative -.407 Kolmogorov-smirnov Z .998 Asymp. Sig. (2-t ailed) .272 a.Test distr ibution is normal b.calculat ed f rom data
40
Analisa
Hipotesis
Ho : F(x)=0, dengan F (x) adalah fungsi distribusi populasi yang diwakili o leh
sampel, dan Fo (x) adalah fungsi distribusi suatu populasi berdistribusi
normal dengan μ = 5.55 dan σ = 1.03 ( lihat hasil output SPSS)
Hi : F (x) ≠ Fo (x) atau distribusi populasi tidak normal
Uji dilakukan dua sisi, karena adanta tanda ‘≠’.
Pwngambilan keputusan.
• Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterma
• Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
Keputusan
• Terlihat pada kolom asymp.Sig/asymptotic signif icance dua sisi adalah
0,272, atau probabilitas diatas 0,05 (0,272>0,05). Maka Ho ditrima, atau
distribusi populasi data elemen ker ja 1 adalah normal.
2.5.4 Uji Keseragaman Data
Karena yang diukur adalah sistem yang selalu berubah-ubah, maka
perubahan yang terjadi diupayakan dalam batas kewajaran., sehingga data
pengukuran yang dihasilkan akan seragam. Karena ketidakseragaman datang
dengan tanpa disadar i, maka diperlukan alat untuk mendeteksinya yang berupa
batas kontrol. Karena batas kontrol dapat menunjukkan seragam atau tidaknya
data. Untuk menentukan batas kontrol in i digunakan rumus :
41
• Untuk tingkat keyakinan 68 %
BKA = X + σ-x BKB = X - σ-x
• Untuk tingkat keyakinan 95 %
BKA = X + 2σ-x BKB = X - 2σ-x
• Untuk tingkat keyakinan 99 %
BKA = X + 3σ-x BKB = X - 3σ-x
Dimana X = K
Xik
i∑=1 X =
n
Xon
j∑=1
α = 1
)(−
−∑N
xxi
α x = nα
Keteran gan : X = Rata-rata dari harga rata-rata subgrup
α x = Simpangan bak u dar i harga rata-rata subgrup
Xi = W aktu penyelesaian elemen kerja y ang teramati dar i
pengukuran
Xi = Rata-rata subgrup
N = Jumlah data
n = Uk uran subgro up
K = banyaknya subgro up
42
2.5.5 Uji Kecukupan Data
Pada bagian awal telah dijelaskan bahwa tujuan melakukan p en guk uran
pendah uluan adalah : mengetah ui beberapa kali pen guk uran harus dilak ukan
untuk tingkat ketelitan dan tingk at kepercay aan yan g diinginkan. Oleh karena itu
pada tahap ini akan diketahui banyakny a pen guk uran yan g sesun gguhny a yan g
dip erlukan. Tentunya data yan g digunak an adalah data normal dan data-data yan g
telah masuk kedalam batas kontrol. Dengan diketah ui banyaknya p en guk uran
sesungguhnya yan g diperlukan maka secra langsung dap at dipastikan ap akah
sudah mencuk upi atau belum untuk mewakili satu per io de p engamatan den gan
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang telah ditetapkan.
Jumlah data dikatakan cuk up apabila N’<N. Jika jumlah p en guk uran
belum mencuk upi maka perlu dilak ukan kembali pen guk uran tahap kedua yan g
prosesnya sama seperti tahap penguk uran pendah uluan. Jumlah pen guk uran tahap
kedua adalah N’-N atau lebih k arena umumnya den gan bertambahnya jumlah,
data harga N’ cen derung mengecil. Gejala ini disebabkan juga karena operator
telah semakin terbiasa den gan pekerjaan sehin gga fluktuasi waktu yan g
dih abisakan mengecil. Unt uk mengetahui apakah data yan g telah kita ambil telah
cuk up atau tidak digunakan rumus sebagai berik ut :
σ x = N'σ ..................(1)
Keterangan : σ x = Deviasi standar dari distribusi rata-rata
σ = Deviasi standar sebenarnya dari mpengukuran
N = jumalah operasi
43
Dimana
σ = N
XXXXX n2
21 )()()( −++−+Χ−∑ K
σ = N
XXi2)−∑
Dimana Xi = Pengukuran per elemen
X = Rata-rata pengukuran
Σ = Jumalah pengukuran
karena X = ,N
Xi∑ maka :
22
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡ Χ−
Χ= ∑∑
NNiiσ
( )221 ∑∑ Χ−Χ= NN
σ ......................(2)
Jika rumus 1 dan 2 dikombinasikan, maka :
σ x = ( )
'
221
N
NN ∑∑ Χ−Χ
Jika tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitan 5%, maka :
0,05 X = 2 σ x atau 0,05 N∑Χ
= 2 σ x
0,05 N∑Χ
= 2 ( )
'
221
N
NN ∑∑ Χ−Χ
44
0,05 N∑Χ
= ( )
'
222
N
NN ∑∑ Χ−Χ
( )22205,0
' ∑∑∑Χ−Χ⋅
Χ= N
NNN
N’ = ( )
22240
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ
Χ−Χ
∑∑∑N
unt uk populasi
dan N’ =
( )( )
222
140
⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ−
Χ−Χ ∑∑NN
N ii
Untuk sampel
• Apabila tingkat kepercayaan 95% dan ketelitian 10%
Populasi Sampel
N’ = ( )
22220
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ
Χ−Χ
∑∑∑
i
iiN dan N’=
( )( )
222
120
⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ−
Χ−Χ ∑∑NN
N ii
• Apabila tingkat kepercayaan 99% dan ketelitian 5%
Populasi Sampel
N’ = ( )
22260
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ
Χ−Χ
∑∑∑
i
iiN dan N’ =
( )( )
222
160
⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ−
Χ−Χ ∑∑NN
N ii
45
• Apabila tingkat kepercayaan 99% dan ketelitian 10%
Populasi Sampel
N’ = ( )
22230
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ
Χ−Χ
∑∑∑
i
iiN dan N’ =
( )( )
222
130
⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ−
Χ−Χ ∑∑NN
N ii
• Apabila tingkat kepercayaan 68% dan ketelitian 5%
Populasi Sampel
N’ = ( )
22220
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ
Χ−Χ
∑∑∑
i
iiN dan N’ =
( )( )
222
1
20
⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ−
Χ−Χ ∑∑NN
N ii
• Apabila tingkat kepercayaan 68% dan ketelitian 10%
Populasi Sampel
N’ = ( )
22210
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ
Χ−Χ
∑∑∑
i
iiN dan N’ =
( )( )
222
110
⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
Χ−
Χ−Χ ∑∑NN
N ii
2.5.6 Faktor Penyesuaian dan Faktor Kelonggraran
a) Faktor Penyesuaian
Waktu standar yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan
cara ker ja wajar. Agar harga rata-rata waktu proses menjadi wajar, pengukur harus
menormalkan dengan melakukan penyesuaian. Biasanya penyesuaian dilakukan
46
dengan mengalikan wakt u sik lus rata-rata dengan harga P yang disebut dengan
faktor penyesuaian. Besarnya harga P diat ur sedemikian rupa sehingga dapat
mencerminkan waktu sewajarnya atau waktu normal.
Jika P > 1, maka operator dikatakan bekerja diatas normal (terlalu cepat),
sebaliknya jika P < 1, maka operator maka dikatakan beker ja dibawah normal
(terlalu lam bat), sedangkan jika P = 1, maka operator bekerja wajar. Pengukur
dapat memeahami konsep bekerja wajar, apabila operator dianggap
berpengalaman dalam bekerja tanpa usaha yang ber lebihan sepanjang har i kerja,
menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam
melaksanakan pekerjaan.
Ada beberapa cara yang digunakan dalam menentukan besarnya faktor
penyesuuaian, antara lain :
1. Cara Persentase
2. Cara Shumard
3. Cara Westinghouse
4. Cara Objektif
Dalam penelitian ini, faktor penyesuaian yang digunakan memekai cara
westinghouse.
Pada cara westinghouse, faktor penyesuaian diarahkan kepada penilaian
terhadap empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran
dalam bekerja, yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja, dan kompetensi. Setiap
faktor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilai sendiri-sendiri.
47
Ketrampilan atau skill didef inisikan sebagai kemampuan mengikuti kerja
yang ditetapkan, untuk dapat meningkatkan ketrampilan seorang operator
diperlukan suatu latihan tetapi hanya sampai tingkat tertentu saja, dimana
merupakan batas kemampuan maksimal yang dapat diberikan oleh pekerja yang
bersangkutan.
Untuk usaha atau Effort diartikan sebai kesungguhan yang ditun jukkan
atau diberikan oprator ketika melakukan peker jaanya. Sedangkan yang dimaksud
dengan kondisi ker ja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan penerangan,
temperatur dan kebisingan ruangan. Kondisi ker ja merupakan sesutu diluar
operator yang diterima apa adanya tanpa banyak kemampuan unt uk merubahnya.
Hanya p ihak manajemen yang berwenang merubah atau memperbaikinya.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah konsistensi, karena secara nyata
pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dipero leh tidak semuanya sama.
Waktu penyelesaian yang dit unjukkan pekerja selalu berubah-ubah, bahkan dari
satu sik lus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke har i. Hal ini perlu
diperhatikan terutama bila variabilitasnya tinggi angka-angka yang diberikan bagi
setiap kelas dari keempat faktor diatas dapat dilihat pada lampiran.
Sebagai ilustrasi, jika seseorang pekerja dinilai sebagai berikut :
Ketrampilan : Good ( C 2 ) = + 0,03
Usaha : Fair ( E 1 ) = - 0,04
Kondisi : Excellent ( B ) = + 0,04
Konsentrasi : Fair ( B ) = - 0,02 +
Total = + 0,01
48
Jadi P = ( 1 + 0,01 ) atau P = 1,01 seh ingga waktu normalnya dapat langsung
dikalikan dengan n ilai tersebut.
b) Kelonggaran ( Allowance )
Setelah didapat data yang normal dan seragam, jumlah pengukuran yang
cukup dan penyertaan faktor penyesuaian, satu hal lain yang per lu dilakukan
adalah menambahkan kelonggaran atas wakt u normal yang telah didapatkan.
Kelonggaran adalah toleransi waktu sebagai kompensai bagi operator atas
kerugian atau keterlambatan yang disebabkan sebagai faktor yang berpengaruh.
Faktor-faktor tersebut terdiri atas tiga hal yait u :
1. Kelonggaran kebut uhan pribadi
Yang dimaksud didalam kebutuhan pribadi adalah sesut u yang mutlak dan
tidak dapat dihindarkan yaitu seperti minum sekedarnya unt uk menghilangkan
haus, ke kamar kecil atau bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedarnya
untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam bekerja.
Penentuan besarnya kelonggaran untuk kebutuhan pribadi didasarkan kepada
karekteristik dan t untutan suatu pekerjaan yang berbeda antara satu dengan
lainnya.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique ( lelah )
Secara gar is besar untuk menghilangkan rasa fatique merupakan suatu pola
yang timbul pada sutu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu
yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktifitasnya. Rasa fatique
tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi, baik jumlah maupun
kwalitasnya.
49
3. Kelonggaran untuk hambatan yang tak terhindarkan
Dalam melakukan suatu pekerjaan, operator tidak akan lepas dari berbagai
hambatan. Hal ini tidak mungkin dihindar i karena hambatan akan tetap ada
dan karenanya harus dipertimbangkan dalam perhitungan waktu standar.
Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan-hambatan yang tidak
terhindarkan adalah meminta atau menerima pet unjuk kepada pengawas,
melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin, memperbaiki kemacetan-
kemacetan singkat yang terjadi pada peralatan kerja, mengambil alat-alat
kerja, dan lain sebagainya.
2.5.7 Perhitungan Waktu Standar
1. Perhitungan waktu sik lus rata-rata
Waktu siklus rata-rata adalah waktu yang didapat dari rata-rata waktu
pengukuran langsung dilapangan yang telah melalui proses pengujian data.
Waktu siklus rata-rata = n
tjM
j∑=1
dimana : tj = waktu pengamatan yang teramati
n = jumlah pengamatan yang dilakukan
2. Perhitungan Waktu Normal
Waktu normal adalah waktu siklus rata-rata yang telah diber ikan
penyesuaian-penyesuaian.
Waktu Normal = Waktu Siklus x ( 1 + Faktor Penyesuaian )
50
3. Perhitungan waktu St andar
Waktu standar adalah waktu yang ditetapkan sebagaiu standar lamanya
satu sik lus elemen dilakukan setelah diberi penyesuaian dan kelonggaran. Waktu
ini diperoleh dari wakt u normal dengan menambahkan kelonggaran-kelonggaran
yang dibutuhkan pekerja didalam melaksanakan sat u elemen kerja.
Waktu Standar = Waktu Normal x ( 1 + Allowance )