BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan...

31
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah sumber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distrbusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. (Nasution, 2003, h103) 2.1.2. Jenis Persediaan Menurut Render dan Heizer (2001, h314-315), persediaan terdiri atas empat jenis, yaitu: i. persediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses (work in process/ WIP) iii. persediaan MRO (maintenance-repair-operation) iv. persediaan barang jadi 2.1.3. Fungsi Persediaan Menurut Render dan Heizer (2001, h314), persediaan memiliki enam fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari suatu perusahaan, yaitu: i. Persediaan barang untuk memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen. ii. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Persediaan

2.1.1. Pengertian Persediaan

Persediaan adalah sumber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu

proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distrbusi

ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. (Nasution, 2003, h103)

2.1.2. Jenis Persediaan

Menurut Render dan Heizer (2001, h314-315), persediaan terdiri atas empat

jenis, yaitu:

i. persediaan bahan mentah

ii. persediaan barang dalam proses (work in process/ WIP)

iii. persediaan MRO (maintenance-repair-operation)

iv. persediaan barang jadi

2.1.3. Fungsi Persediaan

Menurut Render dan Heizer (2001, h314), persediaan memiliki enam fungsi

penting yang menambah fleksibilitas dari suatu perusahaan, yaitu:

i. Persediaan barang untuk memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul

dari konsumen.

ii. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

8

iii. Untuk mengambil keuntungan dari potongan pembelian dalam jumlah besar yang

dapat menurunkan biaya produk.

iv. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.

v. Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca,

kekurangan pasokan, masalah mutu, atau kesalahan pengiriman.

vi. Untuk menjaga agar operasi berlangsung dengan baik dengan menggunakan

“barang dalam proses” sebagai persediaan.

2.2. Internet

2.2.1. Sejarah Internet

Definisi internet menurut Mcleod (2001, h59) pengertian internet dapat diartikan

sebagai koleksi jaringan komputer yang terbesar di dunia, masing-masing terdiri dari

jaringan-jaringan yang lebih kecil. Menurut McLeod (2001, h58) Intenet dimulai tahun

1979, ketika itu pemerintah US membangun sebuah jaringan yang disebut ARPANET.

ARPANET merupakan produk dari Advanced Research Project Agency. Penggunaan

ARPANET pada awalnya ditujukan sebagai alat pertukaran informasi untuk militer dan

periset sipil untuk hal-hal yang berkaitan dengan militer. ARPANET bersama dengan

dua jaringan lainnya yaitu CSNET (Computer Science Network) dan NSFNET (National

Science Foundation Network) membentuk internet. Jaringan tersebut dinamakan internet

mulai pada tahun 1980-an. Tahun 1989 dimulai berbagai pengembangan yang mengarah

pada WWW (World Wide Web).

Internet banyak digunakan perusahaan untuk melakukan pertukaran informasi

dalam bisnis mereka. Komunikasi tersebut bisa dilakukan baik dalam perusahaan

maupun perusahaan dengan lingkungannya. Jadi internet merupakan suatu penghubung

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

9

yang menghubungkan antara satu komputer dengan komputer lainnya dalam suatu

jaringan komunikasi yang besar. Jumlah pengguna internet didunia saat ini telah

mencapai mencapai 1.463.632.361 orang. Jumlah terbesar berasal dari Asia dengan

jumlah 578,538,257 orang. Sedangkan tingkat pertumbuhan pengguna tertinggi adalah

Timur tengah dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,176.8 %.

2.2.2. Web

Website mengacu pada pada suatu komputer yang dihubungkan pada suatu

jaringan yang dapat diakses oleh komputer lain. Web page adalah suatu file hypermedia

yang disimpan dalam sebuah website dan diidentifikasi oleh suatu alamat unik. Home

page adalah halaman pertama dari suatu web (McLeod ,2001, h60).

2.2.3. URL

URL (Universal Resource Locator) mengacu pada suatu halaman dari website

(McLeod, 2001, h60).

2.2.4. Browser

Browser adalah suatu sistem perangkat lunak yang memungkinkan kita

mengambil file dari website dengan mengetikkan alamat dari website tersebut (McLeod,

2001, h61). Contoh dari browser adalah Internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera,

Safari dan Google Chrome.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

10

2.2.5. Web Service

Web Service menyediakan standar komunikasi di antara berbagai aplikasi

software yang berbeda-beda. Ia dapat berjalan di berbagai platform maupun framework

(Siswoutomo, 2004, h11). Ada empat aplikasi utama untuk web service, yaitu: integrasi

aplikasi, integrasi bisnis, distribusi informasi, dan fungsionalitas aplikasi.

2.3. E-Business

Pengertian e-business adalah melakukan berbagai macam aktivitas bisnis yang

secara elektronik dengan mudah menggunakan teknologi yang berbasis internet

(Kalakota et al., 2001, h7). Proses e-business mencakup tidak hanya pemasaran dan

penjualan online, tetapi manajemen supply chain dan saluran, manufacturing dan kontrol

persediaan, operasi keuangan dan prosedur arus kerja pegawai yang melintasi

keseluruhan organisasi.

2.3.1. Business to Business (B2B)

Business to business (B2B) merupakan model e-commerce dimana semua yang

berpartisipasi adalah para pebisnis dan organisasi lainnya. B2B adalah transaksi yang

diadakan secara elektronik antar bisnis melalui internet, intranet, ekstranet , atau

jaringan pribadi.

2.3.2. Model Business to Business (B2B)

Model Business to Business (B2B) terdiri dari :

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

11

i. Model berpusat pada perusahaan (One-to-Many, Many-to-One).

Dalam model ini, satu perusahaan melakukan penjualan yang disebut tempat

pemasaran sisi penjualan (one-to-many), dan satu perusahaan yang lain melakukan

semua pembelian yang disebut tempat pemasaran sisi pembelian (many-to-one).

ii. Model pertukaran banyak ke banyak (Many-to-Many: Exchange).

Area ini merupakan tempat pemasaran secara elektronik dimana banyak pembeli dan

banyak penjual bertemu secara elektronik dengan tujuan perdagangan antar yang

lain.

iii. Model penjualan satu ke banyak (One-to-Many: Sell-side Marketplace).

Tempat pemasaran berbasis web dimana satu perusahaan menjual ke banyak pembeli

melalui katalog elektronik atau pelelangan, frekuensi pada ekstranet.

iv. Model B2B lain dan jasa.

Persetujuan bisnis dengan bisnis-bisnis untuk tujuan lain selain hanya penjualan dan

pembelian. Salah satu contohnya adalah perdagangan kolaboratif, beberapa tipe jasa

dan hubungan seperti penggabungan value chain, penyedia jasa value chain dan

perantara informasi.

2.4. Supply Chain Management

2.4.1. Pengertian Supply Chain

Menurut Pujawan (2005, h5), supply chain adalah jaringan perusahaan-

perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

12

termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan

pendukung seperti perusahaan jasa logistik.

2.4.2. Tipe Supply Chain

Menurut Turban, R. Kelly Rainer, dan Richard E. Potter (2003, h321), ada empat

tipe umum supply chain, yaitu:

i. Integrated make-to-stock

Model ini berfokus pada pelacakan permintaan konsumen pada real-time, sehingga

proses produksi dapat menyediakan persediaan ulang barang jadi secara

efisien.Integrasi ini seringkali dicapai dengan penggunaan sistem informasi yang

terintegrasi secara penuh. Melalui aplikasi jenis ini, organisasi dapat memperoleh

informasi permintaan real-time yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan

memodifikasi rencana dan jadwal produksi.

ii. Continuous Replenishment

Ide dasar model ini adalah untuk memenuhi persediaan ulang secara konstan dengan

bekerja sama dengan supplier atau perantara. Bagaimana pun, jika proses

penyediaan ulang melibatkan banyak pengiriman, biaya akan menjadi terlalu tinggi,

menyebabkan kegagalan supply chain. Untuk itu, diperlukan integrasi ketat antara

proses pemenuhan pesanan dan proses produksi. Informasi real time mengenai

perubahan permintaan dibutuhkan agar proses produksi dapat menjaga jadwal dan

tingkat penyediaan ulang.

iii. Build-to-order

Konsep di balik model ini adalah untuk memulai perakitan pesanan konsumen

hampir seketika pesanan tersebut diterima. Hal ini membutuhkan manajemen

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

13

persediaan komponen dan pengiriman persediaaan yang dibutuhkan dengan baik di

keseluruhan supply chain. Solusi untuk masalah persediaan ini adalah dengan

menggunakan beberapa komponen umum pada beberapa lini produksi dan beberapa

lokasi.

iv. Channel assembly

Channel assembly merupakan modifikasi singkat dari model build-to-order. Pada

model ini, komponen produk digabungkan dan dirakit selama pergerakan produk

melalui saluran distribusi. Hal ini diselesaikan melalui kerjasama strategis dengan

perusahaan pihak ketiga logistik. Pelayanan ini terkadang melibatkan perakitan fisik

suatu produk pada fasilitas perusahaan pihak ketiga logistik atau penggabungan

komponen akhir untuk dikirimkan kepada konsumen.

2.4.3. Komponen Supply Chain

Menurut Turban, et al. (2003, h321), terdapat tiga komponen utama supply

chain, yaitu:

i. Upstream supply chain segment

Segmen ini meliputi first-tier supplier (yang dapat berupa manufaktur atau

perakitan) beserta supplier mereka. Hubungan ini dapat diperluas meliputi beberapa

perusahaan hingga ke supplier material asli (misalnya barang tambang, hasil panen).

Aktivitas utama pada segmen ini adalah pembelian dan pengiriman.

ii. Internal supply chain segment

Segmen ini meliputi semua proses yang digunakan perusahaan dalam mengubah

input dari supplier menjadi output, sejak bahan baku masuk ke perusahaan hingga

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

14

menjadi barang jadi dan didistribusikan ke luar perusahaan. Aktivitas di segmen ini

meliputi penanganan bahan baku, penyimpanan, produksi, dan kontrol kualitas.

iii. Downstream supply chain segment

Segmen ini meliputi semua proses yang terdapat dalam pendistribusian dan

pengiriman produk ke konsumen akhir. Secara lebih jauh, supply chain berakhir

ketika produk tidak lagi digunakan konsumen. Aktivitas di segmen ini meliputi

beberapa pihak distributor (misalnya tengkulak dan pengecer).

2.4.4. Pengertian Supply Chain Management

Menurut Council of Logistic Management (Pujawan 2005, h7), supply chain

management adalah koordinasi sistematis dan strategis akan fungsi-fungsi bisnis

tradisional dalam dan lintas perusahaan dalam sebuah rantai persediaan untuk tujuan

mengembangkan kinerja jangka panjang perusahaan dan keseluruhan rantai persediaan.

Menurut Simchi-Levi, David, Philip Kaminsky, dan Edith Simchi-Levi (2004,

h2), supply chain management diartikan sebagai rangkaian pendekatan yang digunakan

untuk mengintegrasikan pemasok, produsen, gudang, dan toko secara efektif agar

persediaan barang dapat diproduksi dan didistribusi pada jumlah yang tepat, ke lokasi

yang tepat, dan pada waktu yang tepat sehingga biaya keseluruhan sistem dapat

diminimalisir selagi berusaha memuaskan kebutuhan dan layanan.

2.4.5. Sejarah Supply Chain Management

Di era tahun 1960-an orang mengenal Ford sebagai salah satu perusahaan

ternama di dunia. Mereka terkenal dengan kemampuannya memproduksi mobil yang

standar, yaitu “Model T” berwarna hitam. Ford mengatakan akan memenuhi semua

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

15

permintaan “any color as long as it is black”. Sistem produksi mereka kita kenal dengan

istilah mass production atau produksi massal. Dengan sistem produksi massal tersebut,

perusahaan mobil Ford dapat menekan biaya produksi dan harga jual. Sistem produksi

massal sangat mementingkan jumlah output yang dihasilkan per satuan waktu.

Produktivitas, efisiensi, dan utilitas system produksi adalah tiga kata kunci.

Persaingan kian ketat pada era 1970-80an dengan berkembangnya perusahaan

Jepang yang memasuki pasar dunia. Keunggulan bersaing pada era ini tidak hanya

ditentukan oleh kemampuan sebuah industry untuk mencuiptakan banyak ouput per

satuan waktu. Pelanggan mulai memprioritaskan kualitas sebagai pertimbangan dalam

pembelian produk. Pada era ini munculah konsep-konsep manajemen kualitas seperti

Total Quality Management dan Statistical Process Control.

Seiring dengan pasar yang semakin mengglobal dan munculnya teknologi

informasi, persaingan di dunia bisnis semakin ketat. Tuntutan pelanggan juga semakin

tinggi. Mendapatkan produk murah dan berkualitas tidaklah cukup. Variasi produk

menjadi semakin penting. Menyadari pentingnya variasi produk untuk memenuhi

tuntutan pasar, Alfred P. Sloan membalas semboyan Henry Ford dengan “a car for every

purse and purpose” yang kemudian didukung oleh General Motor dengan strategi

segmentasi aspek kecepatan respon, inovasi, dan fleksibilitas. Konsep-konsep time-

based competition, agile manufacturing, dan sejenisnya pun bermunculan pada era tahun

1990-an.

Pelaku industri pun mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah,

berkualitas, dan cepat, perbaikan di internal sebuah perusahaan manufaktur tidaklah

cukup. Ketiga aspek tersebut membutuhkan peran serta semua pihak mulai dari supplier

yang mengolah bahan baku dari alam menjadi komponen, pabrik yang mengubah

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

16

komponen dan bahan baku menjadi produk jadi, perusahaan transportasi yang

mengirimkan bahan baku dari supplier ke pabrik, serta jaringan distribusi yang akan

menyampaikan produk ke tangan pelanggan. Kesadaran akan pentingnya peran semua

pihak dalam menciptakan produk yang murah, berkualitas, dan cepat inilah yang

kemudian melahirkan konsep baru tahun 1990-an yaitu supply chain management

(SCM).

2.4.6. Tujuan Supply Chain Management

Tujuan yang ingin dicapai oleh supply chain management adalah untuk

memaksimalkan nilai yang dihaslikan secara keseluruhan (Chopra, 2001, h5). Supply

chain yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai

persediaan tersebut.

Menurut Simchi-Levi, David, Philip Kaminsky, dan Edith Simchi-Levi (2004,

h2), tujuan supply chain management adalah untuk meraih efektifitas dan efisiensi biaya

pada sitem secara keseluruhan; biaya total sistem, mulai dari biaya transportasi dan

distribusi hingga penyimpanan bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi harus

diminimalisir.

Secara spesifik Kalakota (2001, h279) menyebutkan bahwa tujuan strategis

supply chain management adalah untuk:

i. Meningkatkan koordinasi manufaktur dan proses bisnis antar perusahaan

ii. Meningkatkan efektifitas jalinan kerjasama distribusi dan saluran.

iii. Meningkatkan akuntabilitas dan respon terhadap konsumen.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

17

2.4.7. Manfaat Supply Chain Management

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002, h3) ada beberapa manfaat dari supply

chain management sebagai berikut:

i. Mengurangi inventori barang

Inventori merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang berkisar antara

30-40%. Sedangkan biaya permintaan barang berkisar antara 20-40% dari nilai

barang yang disimpan. Oleh karena itu, usaha dan cara harus dikembangkan untuk

menekan penimbunan barang.

ii. Menjamin kelancaran barang

Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal, supplier,

wholesaler, retailer, sampai kepada final customer. Jadi, rangkaian perjalanan dari

bahan baku sampai menjadi barang jadi diterima oleh pemakai/ pelanggan

merupakan rantai yang perlu dikelola dengan baik.

iii. Menjamin mutu

Mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksi barang tersebut,

tetapi juga oleh mutu barang mentahnya dan mutu keamanan pengirimannya.

Jaminan mutu ini juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang harus

dikelola dengan baik.

2.4.8. Tantangan Supply Chain Management

Ada berbagai tantangan dalam supply chain management yang menurut Simchi-

Levi (2004, h2) secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

18

i. Optimisasi Global.

Tantangan besar adalah merancang dan mengoperasikan supply chain agar biaya

keseluruhan sistem diminimalkan dan tingkat pelayanan dinaikan. Kesulitan terletak

pada pengoperasian satu fasilitas untuk semua pihak anggota supply chain. Berbagai

faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain letak geografis, tujuan, strategi bisnis,

serta sistem yang berbeda antar perusahaan.

ii. Ketidakpastian terdapat pada semua supply chain.

Permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan secara tepat, waktu pengiriman

yang tidak selalu tepat, dan kerusakan mesin dan kendaraan. Supply chain

dibutuhkan untuk dapat meminimalkan ketidakpastian yang ada.

2.4.9. Area Cakupan Supply Chain Management

Menurut Pujawan (2005, h8), kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam

klasifikasi SCM pada perusahaan manufaktur adalah:

i. Kegiatan merancang produk baru (Product Development)

ii. Kegiatan mendapatkan bahan baku (Procurement)

iii. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (Planning and Control)

iv. Kegiatan melakukan produksi (Production)

v. Kegiatan melakukan pengiriman/ distribusi (Distribution)

Tabel 2.1 Bagian utama dalam perusahaan manufaktur yang terkait dengan fungsi-fungsi utama supply chain

Bagian Cakupan Kegiatan

Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru,

melibatkan supplier dalam perancangan produk

baru

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

19

Pengadaan Memilih supplier, mengevaluasi kinerja

supplier, melakukan pembelian bahan baku dan

komponen, memonitor supply risk, membina

dan memlihara hubungan dengan supplier

Perencanaan dan

Pengendalian

Demand planning, peramalan permintaan,

perencanaan kapasitas, perencanaan produksi

dan persediaan

Operasi dan Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kualitas

Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan

pengiriman, mencari dan memelihara

hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman,

memonitor service level di tiap pusat distribusi

Sumber : Pujawan (2008, h9)

2.4.10. Proses Supply Chain Management

Supply chain pada sebuah perusahaan meliputi pengelolaan bahan mentah,

barang setengah jadi, dan barang jadi melalui proses perolehan, pengubahan,

penyimpanan, pendistribusian, dan penjualan. Seluruh proses ini terhubung oleh mata

rantai transportasi sepanjang arus produk dan material. Idealnya, supply chain terdiri

dari kumpulan perusahaan yang berjalan secara efisien sebagai satu perusahaan, dengan

kemampuan mengetahui informasi secara penuh dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pada dasarnya supply chain management merupakan koordinasi arus material,

informasi, dan keuangan sepanjang dan di antara seluruh perusahaan anggota melalui

transaksi bisnis.

i. Arus material, meliputi produk fisik mengalir dari pemasok ke konsumen melalui

rantai, juga arus balik material, seperti retur produk, daur ulang, dan sebagainya.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

20

ii. Arus informasi, meliputi peramalan permintaan, transmisi pemesanan, dan laporan

status pengiriman.

iii. Arus keuangan, meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal

pembayaran, dan penetapan kepemilikan dan pengiriman.

2.4.11. Electronic Supply Chain Management (e-SCM)

Menurut Turban, dkk. (2004, h302), e-supply chain management adalah

kolaborasi penggunaan teknologi untuk meningkatkan proses business-to-business dan

meningkatkan kecepatan, kemampuan, pengawasan real-time, dan kepuasan pelanggan.

Hal ini meliputi penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan kinerja aktivitas

supply chain (misalnya pengadaan) sekaligus manajemen supply chain (misalnya

perencanaan, koordinasi, dan kontrol). E-SCM bukan sekedar mengenai perubahan

teknologi, tetapi meliputi perubahan kebijakan manajemen, budaya organisasi, matriks

kinerja, proses bisnis, dan struktur organisasional di sepanjang supply chain.

2.4.12. Kunci Sukses e-SCM

Menurut Turban, dkk. (2004, h302), kesuksesan e-SCM bergantung pada:

i. Kemampuan semua anggota supply chain untuk melihat rekan kerjasama sebagai

aset strategis. Adalah integrasi ketat dan kepercayaan di antara rekan perdagangan

yang dapat menciptakan kecepatan, kemampuan, dan biaya rendah.

ii. Keterbukaan informasi di antara anggota supply chain. Informasi persediaan pada

berbagai segmen supply chain, permintaan produk, waktu pengiriman, dan informasi

lain harus dapat terbuka kepada semua anggota supply chain.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

21

iii. Kecepatan, biaya, kualitas, dan pelayanan pelanggan. Ini adalah matriks pengukuran

kinerja supply chain. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mendefinisikan secara

jelas pengukuran terhadap ke empat matriks tersebut bersama tingkat sasaran yang

diinginkan.

iv. Pengintegrasian supply chain lebih ketat. Sebuah e-supply chain akan

menguntungkan dengan integrasi lebih ketat, baik di dalam perusahaan, maupun

lintas perusahaan yang terdiri dari supplier, rekan bisnis, penyedia logistik, dan

saluran distribusi.

2.5. Value Configuration Analysis

Menurut Thompson (Stabell dan Fjeldstad, 1998, h414-415), value configuration

analysis adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menganalisis level

keunggulan kompetitif suatu perusahaan berdasarkan teori penciptaan nilai (value

creation analysis). Value configuration analysis terdiri dari tiga bentuk alternatif

representasi nilai yang berbeda, yaitu:

i. Value Chain

Value chain umumnya digunakan oleh perusahaan yang menggunakan teknologi

long-linked. Teknologi long-linked merupakan teknologi yang digunakan oleh

perusahaan-perusahaan manufaktur. Value creation logic dari value chain adalah

transformasi input menjadi produk.

ii. Value Shop

Value shop pada umumnya digunakan oleh perusahaan yang menggunakan teknologi

intensive. Teknologi intensive merupakan teknologi yang umumnya digunakan oleh

perusahaan yang bergerak di bidang jasa khususnya jasa yang memberikan solusi

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

22

bagi konsumennya. Value creation logic dari value shop adalah menyelesaikan

permasalahan konsumen.

iii. Value Networks

Value network umumnya digunakan oleh perusahaan yang menggunakan teknologi

mediasi. Teknologi mediasi merupakan teknologi yang umumnya digunakan oleh

perusahaan yang bergerak di bidang jasa, khususnya yang menghubungkan

kepentingan antar konsumen. Value creation logic dari value network adalah

menghubungkan konsumen.

Value Network Analysis

Menurut Thompson (Stabell dan Fjeldstad, 1998, h427), Value network

merupakan model dari value creation analysis yang dapat digunakan oleh perusahaan

yang menyediakan jasa jaringan (networking services), yang memanfaatkan teknologi

mediasi untuk menghubungkan kepentingan antara klien atau konsumennya. Contoh

perusahaan yang menggunakan value network adalah perusahaan yang bergerak di

bidang: perbankan, telekomunikasi, asuransi, jasa pengiriman.

Dalam konsep value network, value creation analysis direpresentasikan melalui

aktivitas bisnis perusahaan yang digolongkan menjadi: aktivitas utama (primary

activities) dan aktivitas pendukung (support activities). Pada gambar 2.1 akan

digambarkan diagram value network yang mencakup kedua aktivitas tersebut.

i. Aktivitas Utama (primary activities)

Aktivitas utama pada value network meliputi:

a. Manajemen kontrak dan promosi jaringan (Network promotion and contract

management).

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

23

Manajemen kontrak dan promosi jaringan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

bekaitan dengan usaha penggabungan konsumen potensial ke dalam jaringan

perusahaan, penyeleksian konsumen, pengenalan, manajemen, dan penghentian

kontrak yang mengatur penyediaan layanan dan pembebanan biaya.

b. Penyediaan layanan (Service provisioning)

Penyediaan layanan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan

pembuatan, pengelolaan, dan penghentian hubungan antar konsumen.

c. Operasional infrastruktur jaringan (Network infrastructure operation)

Operasional infrastruktur jaringan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan

dengan pemeliharaan dan pengoperasian infrastruktur fisik dan informasi.

Aktivitas ini mendukung kelancaran aktivitas jariangan.

ii. Aktivitas Pendukung (support activities)

Aktivitas pendukung pada value network meliputi:

a. Infrastruktur perusahaan (Firm Infrastructure), mencakup manajemen umum

perusahan, keuangan, dan manajemen sistem informasi perusahaan secara umum.

b. Manajemen sumber daya manusia (Human Resources Management), mencakup

aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan sumber daya manusia, seperti:

perekrutan tenaga kerja baru, pelatihan, dan pemberhentian.

c. Pengembangan teknologi (Technology Development), mencakup aktivitas yang

berkaitan dengan pengembangan infrastruktur jaringan dan pengembangan

layanan. Misalnya perancangan, pengembangan, dan implementasi infrastruktur

jaringan, serta modifikasi dan pengembangan layanan baru.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

24

d. Pengadaan (Procurement), mencakup pengadaan barang-barang kebutuhan

perusahaan yang digunakan dalam aktivitas keseharian perusahaan, misalnya

pengadaan barang-barang kantor.

Sumber : Stabell dan Fjeldstad (1998, h430)

Gambar 2.1 Value Network Diagram

Value network analysis menawarkan sebuah cara untuk melakukan pemodelan,

analisis, evaluasi, dan meningkatkan kemampuan bisnis untuk mengkonversikan aset

tangible dan intangible menjadi bentuk value lain yang dapat dinegosiasikan, dan untuk

menyadari value yang lebih besar daripadanya. Hal penting di balik pendekatan ini

adalah pengertian bahwa intangible, hubungan yang dinamis dan kuat dan aset tangible

yang membuat dan berdampak pada hubungan tersebut adalah fondasi dari kesuksesan

bisnis manapun. Bahkan, kesuksesan perusahaan di masa depan bergantung pada

seberapa efisien sebuah perusahaan dapat mengkonversikan satu bentuk value ke bentuk

lain. Yang dimaksud dengan aset intangible meliputi hubungan, kompetensi dan

pengetahuan pekerja, efektifitas kerja dan struktur, efisiensi proses bisnis dan pelayanan,

dan tingkat kepercayaan antar tenaga kerja dan organisasi dalam hubungan tersebut.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

25

Sedangkan aset tangible dapat berupa aspek keuangan dan sumber daya berbasis modal

lainnya yang dikontrol oleh perusahaan. (Allee, 2008, h5-6)

Peserta dalam value network, baik individu maupun kolektif memanfaatkan aset

tangible dan intangible dengan menciptakan peran (roles) yang mengkonversikan aset

tersebut menjadi bentuk yang lebih dapat dinegosiasikan yang dapat disampaikan

kepada peran lain melalui transaksi. Sebaliknya, value dari deliverables itu diterima oleh

peserta tadi ketika mereka mengkonversikan menjadi keuntungan atau perbaikan dalam

aset tangible dan intangible. (Allee, 2008, h9)

Sumber : Allee (2008, h10)

Gambar 2.2 Value Conversion Strategy

Dalam melakukan analisis value network, penting untuk pertama-tama

memetakan pertukaran nilai (value exchange) pada keseluruhan jaringan. Ada tiga

elemen dasar dalam pengembangan value exchange, yaitu roles, transaction, dan

deliverables. Setelah ketiga elemen teridentifikasi, kemudian analisis value network

dapat dimulai. Ada tiga pertanyaan utama yang menjadi dasar analisis value network,

yaitu:

a. Exchange Analysis : Bagaimana pola pertukaran dan penciptaan nilai secara

keseluruhan?

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

26

b. Impact Analysis : Apa dampak dari setiap input (value input) terhadap setiap

pihak (roles) yang terlibat?

c. Value Creation Analysis : Bagaimanakah cara terbaik untuk menciptakan,

mengembangkan, dan meningkatkan value, baik dalam penambahan,

pengembangan, maupun pengkonversian value?

Penggambaran pola pertukaran dalam system dapat menggunakan pola seperti

gambar 2.3. Dan untuk malakukan impact analysis dan value creation dapat

menggunakan tabel 2.2 dan tabel 2.3.

Sumber : Allee (2002, h11)

Gambar 2.3 Value Exhange pada Pharm Co

Tabel 2.2 Impact Analysis What We Receive

Comes From

Activities Tangible Impact

Intangible Impact

Cost/ Risk Benefit

What activities does the input generate?

Does it have positive or negative impact on cost and tangibles?

Does it have positive or negative impact on intangibles assets?

What is the

overall cost/ risk for this input?

What is the

overall benefit for

this input?

Sumber : Allee (2008, h17)

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

27

Tabel 2.3 Value Creation What we output?

Goes To Value Enhancements or Value Added

Cost/ Risk Benefit

What do we do to add value to this output?

Sumber : Allee (2008, 20)

2.6. Sistem Informasi

2.6.1. Pengertian Sistem

Menurut O’Brien (2003, h8), sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang

saling terhubung dan bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan yang sama dengan

menerima input dan menghasilkan output dalam sebuah proses transformasi yang

terorganisasi. Sebuah sistem terdiri dari tiga komponen utama yaitu input, proses, dan

output.

2.6.2. Pengertian Informasi

Menurut Laudon (2004, h8), “Informasi adalah data yang sudah diubah menjadi

suatu bentuk yang berarti dan bermanfaat bagi manusia”.

2.6.3. Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi menurut O`Brien (2003, h8) adalah kombinasi dari orang,

hardware, software, jaringan komunikasi, dan data yang mengumpulkan, merubah, dan

menyebarkan informasi dalam sebuah perusahaan.

Menurut Whitten, Jeffrey L., Lonnie D. Bentley, dan Kevin C. Ditman (2004,

h8), sistem informasi adalah rangkaian orang, data, proses, presentasi informasi, dan

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

28

teknologi informasi yang berinteraksi untuk mendukung dan meningkatkan operasional

bisnis sehari-hari dan juga mendukung pemecahan masalah dan pembuatan keputusan

bagi manajemen dan penggunanya.

2.7. Analisis dan Perancangan Sistem

2.7.1. Pengertian Analisis Sistem

Menurut Whitten, Jeffrey L., Lonnie D. Bentley, dan Kevin C. Ditman (2004,

h165), analisis sistem adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang memecah sistem

ke dalam komponen-komponennya untuk mempelajari sebaik apa komponen tersebut

bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuan mereka.

Menurut O`Brien (2003, h350), analisis sistem meliputi pembelajaran mendetail

mengenai kebutuhan informasi perusahaan dan pengguna akhir, juga aktivitas, sumber

daya, dan produk dari sistem informasi yang berjalan, serta kemampuan sistem

informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan informasi. Analisa sistem

menggambarkan apa yang harus dilakukan sistem untuk memenuhi kebutuhan informasi

pengguna.

2.7.2. Pengertian Perancangan Sistem

Menurut Whitten, Jeffrey L., Lonnie D. Bentley, dan Kevin C. Ditman (2004,

h165), perancangan sistem diartikan sebagai pelengkap teknik pemecahan masalah yang

mengatur kembali komponen sistem menjadi sebuah sistem lengkap yang telah

diperbaiki. Hal ini meliputi penambahan, pengurangan, dan perubahan komponen

sistem.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

29

Menurut O`Brien (2003, h351), perancangan sistem mengidentifikasi bagaimana

sistem akan mencapai tujuannya.

2.8. Object Oriented Analysis and Design (OOA&D)

Menurut Mathiassen et al (2000, h3-4), Object Oriented Analysis and Design

menggunakan object dan class sebagai konsep kuncinya serta terdiri atas empat prinsip

umum untuk analisis dan perancangan: membuat model konteks sistem, menekankan

perhatian pada arsitektural, penggunaan ulang pola yang menggambarkan dengan baik

sebuah ide, dan merangkai metode untuk setiap solusi pengembangan.

Menurut Mathiassen et al (2000, h14-15), terdapat empat aktivitas utama dalam

OOA&D, yaitu Problem Domain Analysis, Application Domain Analysis, Architectural

Design, dan Component Design.

Sumber : Mathiassen et al (2000, h15)

Gambar 2.4 Aktivitas Utama dalam OOA&D

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

30

2.8.1. Problem Domain Analysis

Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian informasi-informasi yang harus ada

pada suatu sistem untuk menghasilkan sebuah model sistem. Problem Domain

merupakan bagian dari keadaan yang akan diatur, dipantau, dan dikontrol oleh sistem

(Mathiassen et al, 2000, h6). Sumber dari aktivitas ini adalah system definition, yaitu

deskripsi singkat dan jelas dari sistem terkomputerisasi dengan menggunakan bahasa

alami (Mathiassen et al, 2000, h24).

Terdapat tiga subaktivitas yang harus dilakukan untuk membuat system

definition, yaitu usaha untuk mendapatkan pandangan menyeluruh dari situasi,

membuat, dan mengevaluasi ide-ide untuk pendesainan sistem, dan diakhiri dengan

memformulasi dan mengevaluasi system definition sesuai dengan situasi yang ada

(Mathiassen et al, 2000, h25).

Mathiassen et al (2000, h46-47) menjelaskan bahwa terdapat tiga subaktivitas

dalam Problem Domain Analysis, yaitu :

Sumber : Mathiassen et al (2000, h46)

Gambar 2.5 Aktivitas dalam Problem Domain Analysis

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

31

2.8.1.1. Classes

Merupakan tahapan dilakukannya pemilihan class dan event dari system

definitions untuk menghasilkan event table. Class adalah deskripsi dari kumpulan object

yang mempunyai structure, behavioral pattern, dan attributes yang sama. Object adalah

suatu entitas yang memiliki identity, state, dan behavior (Mathiassen et al, 2000, h4).

2.8.1.2. Structure

Tujuan structure adalah untuk mendeskripsikan hubungan struktural antara class

dan object. Sumber dari tahap ini adalah Class Diagram, yaitu diagram yang

menyediakan gambar ikhtisar Problem Domain yang bertalian secara logis dengan

menggambarkan seluruh hubungan struktural antara classes dan objects di dalam model

(Mathiassen et al, 2000, h69-70).

2.8.1.3. Behavior

Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memodelkan keadaan Problem Domain

yang dinamis dengan memperluas definisi class, yang terdapat dalam Class Diagram,

yaitu dengan menambahkan behavioral pattern dan attributes untuk setiap class.

Sumber dari tahap ini adalah Event Table dan Class Diagram yang telah dihasilkan dari

tahap-tahap sebelumnya. Sedangkan hasil akhirnya adalah behavioral pattern yang

diekspresikan secara grafis dalam Statechart Diagram (Mathiassen et al, 2000, h80-90).

2.8.2. Application Domain Analysis

Tahap ini mendefinisikan requirements dari suatu sistem. Application Domain

merupakan bagian yang mengatur, memantau, atau mengontrol Problem Domain

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

32

(Mathiassen et al, 2000, h6). Atau dengan kata lain berhubungan dengan aktivitas yang

dikerjakan / dijalankan oleh sistem. Prinsip dari Application Domain Analysis adalah

bekerja sama dengan user untuk menentukan usage, function, dan interface. Sumber dari

aktivitas ini adalah system definition dan tahap dari model sebelumnya.

Menurut Mathiassen et al (2000, h117) terdapat tiga subaktivitas dalam

Application Domain Analysis, yaitu :

Sumber : Mathiassen (2000, h117)

Gambar 2.6 Aktivitas dalam Application Domain Analysis

2.8.2.1. Usage

Hasil akhir dari aktivitas ini adalah membuat deskripsi dari actor dan use cases,

dimana relasinya diekspresikan dengan menggunakan Actor Table atau Use Case

Diagram. Actor merupakan abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan

sistem (Mathiassen et al, 2000, h119). Sedangkan use case adalah pola interaksi antara

sistem dengan actors dalam Application Domain (Mathiassen et al, 2000, h120).

Hubungan antara actor dan use case adalah association.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

33

2.8.2.2. Functions

Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menentukan kemampuan pemrosesan dari

suatu sistem sehingga menghasilkan suatu Function List beserta spesifikasi untuk

function yang kompleks. Funtion memfokuskan pada apa yang bisa dilakukan oleh

sistem untuk membantu actor. Dengan kata lain, function merupakan fasilitas untuk

membuat sebuah model berguna bagi actor (Mathiassen et al, 2000, h138).

2.8.2.3. Interfaces

Tujuan dari aktivitas ini adalah menentukan antar muka (interface) dari sistem

yang sedang dikembangkan. Interface adalah fasilitas yang membuat model sistem dan

function tersedia bagi actor (Mathiassen et al, 2000, h151). Adanya interface

memungkinkan actor untuk berinteraksi dengan sistem. Sumber aktivitas berasal dari

Class Diagram, Use Cases, dan Function List.

2.8.3. Architectural Design

Pada tahap ini akan dilakukan penstrukturan sistem berdasarkan bagian-

bagiannya dan pemenuhan beberapa criteria design. Tahap ini juga merupakan suatu

framework bagi aktivitas pengembangan selanjutnya. Aktivitas Architectural Design

bertujuan untuk menstrukturkan suatu sistem yang terkomputerisasi. Hasil yang

diperoleh berupa struktur dari komponen-komponen dan proses-proses sistem. Tahap

Architectural Design memiliki tiga subaktivitas (Mathiassen, 2000, h173), yaitu :

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

34

Sumber : Mathiassen (2000, h176)

Gambar 2.7 Aktivitas dalam Architectural Design

2.8.3.1. Criteria

Criteria adalah suatu prioritas dari arsitektur (Mathiassen et al, 2000, h176).

Tujuan aktivitas dari criteria ini adalah untuk menentukan prioritas desain. Hasil yang

diperoleh dari tahap ini adalah kumpulan criteria untuk desain yang telah diprioritaskan.

2.8.3.2. Component Architecture

Component Architecture adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari

komponen-komponen yang saling terhubung. Component adalah kumpulan dari bagian-

bagian program yang membentuk sistem dan memiliki tanggung jawab yang telah

terdefinisikan dengan jelas (Mathiassen et al, 2000, h190).

2.8.3.3. Process Architecture

Tahap ini menentukan bagaimana suatu proses sistem didistribusi dan

dikoordinasi. Tujuan dari tahap ini adalah mendefinisikan struktur fisikal dari suatu

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

35

sistem. Hasil yang akan diperoleh berupa sebuah Deployment Diagram. Processor

adalah suatu bagian peralatan yang dapat mengeksekusi sebuah program (Mathiassen et

al, 2000, h211-212).

2.8.4. Component Design

Tujuannya adalah untuk menentukan implementasi dari kebutuhan di dalam

kerangka arsitektur. Yang menjadi titik awal dari tahap ini adalah architectural

spesification dan system requirement yang akan menghasilkan connected component

spesification. Menurut Mathiassen et al (2000, h232) terdapat dua subaktivitas dalam

component design, yaitu :

Sumber : Mathiassen ( 2000, h232 )

Gambar 2.8 Aktivitas dalam Component Design

2.8.4.1. Design of Components

Design of Components merupakan tahapan untuk merancang komponen sistem,

yaitu:

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

36

i. Model Component

Model Componen adalah bagian dari sistem yang mengimplementasi model

Problem Domain (Mathiassen et al, 2000, h236). Tujuan dari Model Component Design

adalah untuk menggambarkan model dari Problem Domain. Model tersebut merupakan

hasil dari kegiatan ini yang digambarkan oleh Class Diagram yang telah direvisi dari

hasil kegiatan analisis.

Revisi Class Diagram dapat dilakukan dengan memperhatikan private events dan

common events. Private events adalah event yang hanya melibatkan 1 object domain

(Mathiassen et al, 2000, h239).

ii. Function Component

Function Component adalah bagian sistem yang mengimplementasikan

kebutuhan fungsional (Mathiassen et al, 2000, h252). Tujuannya adalah agar user

interface dan komponen-komponen sistem lainnya dapat mengakses model. Sedangkan

tujuan dari Function Component Design adalah menentukan implementasi functions.

Hasil dari kegiatan ini adalah Class Diagram dengan operations dan spesifikasi dari

operations yang kompleks.

2.8.4.2. Connecting of Components

Tujuan dari aktivitas ini adalah menghubungkan komponen-komponen sistem

yang akan menghasilkan Class Diagram dari komponen-komponen tersebut. Jadi pada

aktivitas ini, hubungan antara komponen-komponen dirancang untuk mendapatkan

desain yang fleksibel dan comprehensible. Untuk itu dibutuhkan evaluasi dari coupling

dan cohesian. Hasil dari aktivitas connecting components ini adalah class diagram yang

dimana dependencies-nya berubah menjadi connections.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan 2.1.1.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00370-MNSI bab 2.pdfpersediaan bahan mentah ii. persediaan barang dalam proses ... penting

37

Coupling adalah ukuran tentang seberapa dekat dua classes atau components

dihubungkan (Mathiassen et al, 2000, h272). Cohesion adalah ukuran tentang seberapa

baik sebuah class atau component terikat bersama (Mathiassen et al, 2000, h273).

Prinsipnya adalah “highly cohesive classes and loosely coupled components”.