BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian...
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Jaringan
Jaringan komputer menurut Andrew S. Tanenbaum (1997, p1) adalah
sekumpulan computer berjumlah banyak yang terpisah-pisah akan tetapi saling
berhubungan dalam melaksanakan tugasnya. Ada dua model koneksi dalam
jaringan yaitu:
2.1.1 Internet
Pengertian internet memiliki arti yang cukup luas dimana kata
internet itu sendiri merupakan singkatan kata dari interconnection-
networking, bila dijabarkan secara sistem global maka internet merupakan
jaringan komputer diseluruh penjuru dunia yang saling terhubung satu
sama lain dengan menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP)
sehingga antara komputer dapat saling mengakses informasi dan bertukar
data. Internet mencangkup segala sesuatu secara luas baik itu
komputerisasi maupun telekomunikasi.
2.1.2 Protokol
Protokol adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur atau
mengijinkan terjadinya hubungan, komunikasi, dan perpindahan data
antara dua atau lebih titik komputer. Protokol dapat diterapkan pada
perangkat keras, perangkat lunak atau kombinasi dari keduanya. Pada
tingkatan yang terendah, protokol mendefinisikan koneksi perangkat keras.
2.2 Media Transmisi
Sesuai dengan fungsinya yaitu untuk membawa aliran bit data dari satu
komputer ke komputer lainnya, maka dalam pengiriman data memerlukan media
transmisi yang nantinya digunakan untuk keperluan transmisi. Media transmisi
memerlukan suatu jalur fisik antara transmitter dan receiver dalam sistem
transmisi data. Media transmisi dibagi menjadi dua yaitu:
6
2.2.1 Media Terarah (Guided Transmision Data)
Suatu media yang digunakan untuk mengirimkan data, dimana arah
ujung yang satu dengan ujung yang lainnya sudah jelas, sebagai contohnya
adalah kabel. Bila sumber data dan penerima jaraknya tidak terlalu jauh
dan dalam lokasi tersebut, maka dapat digunakan kabel sebagai media
transmisinya. Kabel merupakan komponen fisik jaringan yang paling
rentan dan harus diinstalasi secara cermat dan teliti. Kabel sebagai media
transmisi yang terpadu yang secara umum digunakan untuk transmisi data
adalah coaxial, twisted pair, fiber optic.
2.2.1.1 Coaxial
Coaxial secara umum digunakan sebagai antenna televisi,
transmisi telepon jarak jauh, link komputer dan LAN. Coaxial
dapat digunakan untuk signal analog maupun digital. Coaxial
terdiri dua konduktor, dibentuk untuk beroperasi pada pita
frekuensi. Kabel coaxial terdiri dari dua penghantar yaitu
penghantar dalam yang berupa inti tembaga dan penghantar luar
yang berbentuk serabut (shield). Berikut contoh dari kabel coaxial.
Gambar 2.1 Kabel Coaxial
Sumber : http://anangss.blogspot.com/2009/09/macam-macam-
kabel-jaringan.html
2.2.1.2 Twisted Pair
Kabel twisted pair dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
shielded yang memiliki selubung pembungkus dan unshielded yang
tidak mempunyai selubung pembungkus. Kabel ini merupakan
7
sepasang kabel yang di twist satu sama lain dengan tujuan untuk
mengurangi interferensi listrik. Ada dua jenis kabel twisted pair
yaitu UTP (Unshielded Twisted Pair) dan STP (Shielded Twisted
Pair) yang dapat melewatkan signal sampai 10-100 Mbps dan
hanya dapat menangani satu channel data (baseband). Koneksi
pada twisted pair biasanya menggunakan konektor RJ-11 atau RJ-
45. Kabel STP lebih tahan interferensi daripada UTP dan dapat
beroperasi pada kecepatan yang lebih tinggi sampai 100 Mbps,
namun lebih sulit ditangani secara fisik. Berikut contoh kabel STP
(gambar 2.2) dan kabel UTP (gambar 2.3)
Gambar 2.2 Kabel STP
Gambar 2.3 Kabel UTP
Sumber : http://apotas.blogspot.com/2010/10/twisted-pair-ethernet-
cable.html
2.2.1.3 Fiber Optic
Fiber optic adalah teknologi perkabelan terkini yang
memiliki kecepatan sangat tinggi. Kabel fiber optic bentuknya
sama dengan kabel coaxial. Jenis kabel ini tidak menggunakan
tembaga (cooper), melainkan serat optic dimana signal yang
8
dialirkan berupa berkas cahaya. Kabel fiber optic mampu
mengirimkan bandwidth lebih banyak dan biasanya digunakan
untuk komunikasi antar backbone atau bisa juga digunakan untuk
LAN dengan kecepatan yang tinggi. Pada pusat kabel terdapat inti
kaca yang merupakan tempat cahaya akan berpropagasi. Kabel
fiber optic terdiri dari dua jenis, yang dikenal sebagai singlemode
dan multimode. Kabel singlemode dapat menjangkau jarak yang
lebih jauh dan hanya mengirim satu signal pada satu waktu.
Sedangkan untuk kabel multimode dapat mengirim signal yang
berbeda dan mengirim data pada sudut refraksi yang berbeda pada
saat yang bersamaan. Kabel singlemode dapat menjangkau ratusan
kilometer sedangkan multimode biasanya hanya mencapai 550
meter atau kurang.
Gambar 2.4 Kabel Fiber Optic
Sumber : http://10110163.blog.unikom.ac.id/sekilas-tentang.4ak
2.2.2 Media Tak Terarah (Un-Guided Transmission Data)
Suatu media yang digunakan untuk mengirimkan data, dimana arah
ujung yang satu dengan ujung yang lainnya tersebar, contohnya nirkabel
(wireless). Komunikasi ini mengirimkan signal ke udara berdasarkan
spectrum elektromagnetik.
9
2.2.2.1 Transmisi Radio
Perkembangan teknologi komunikasi radio sangat pesat,
penggunaan wireless LAN sudah semakin popular. Untuk
mengirimkan data menggunakan komunikasi radio ada beberapa
cara yaitu memancarkan langsung, sesuai dengan permukaan bumi
dan dipantulkan melalui lapisan atmosfer. Komunikasi radio ini
menggunakan frekuensi khusus supaya tidak mengakibatkan
interferensi dengan pengguna frekuensi lainnya. Frekuensi yang
boleh digunakan disebut ISM band (Industrial, Scientific and
Medical).
2.2.2.2 Komunikasi Satelit
Komunikasi ini digunakan untuk komunikasi jarak jauh
dimana menghubungkannya diperlukan teknologi satelit. Menurut
jaraknya satelit bias dikategorikan menjadi geostationary, medium-
earth orbit, low-earth orbit. Untuk menghubungi site yang lain,
bisa dilakukan dengan Very Small Aperture Terminal (VSAT).
VSAT adalah sebuah stasiun bumi kecil yang bekerja pada satelit
geostationer dan digunakan untuk berbagai aplikasi di dunia
telekomunikasi, termasuk data interaktif pelayanan komunikasi
suara, data, video digital serta dapat diaplikasikan untuk jaringan
WAN (Wide Area Network). Jaringan VSAT sendiri dapat
digabungkan dengan jaringan lain yang sudah ada misalnya
jaringan telepon dan jaringan internet.
2.2.2.3 Frame Relay
Frame relay merupakan suatu layanan data paket yang
memungkinkan beberapa pengguna menggunakan satu jalur
transmisi pada waktu yang bersamaan. Untuk lalu lintas
komunikasi yang padat, frame relay jauh lebih efisien daripada
leased line yang disediakan khusus untuk satu pelanggan
(dedicated). Dalam teknik telekomunikasi, paket switching
dikembangkan untuk memenuhi komunikasi data yang sifatnya
cepat dan akurat. Pada paket data ada istilah frame yang
menyatakan batas bingkai sebuah paket. Batas frame ditandai
10
dengan flag. Dan data akan dibawa sepanjang jalur komunikasi
dalam bentuk frame-frame.
2.2.2.4 Wireless
Wireless atau wireless network merupakan sekumpulan
komputer yang saling terhubung antara satu dengan lainnya
sehingga terbentuk sebuah jaringan komputer dengan
menggunakan media udara/gelombang sebagai jalur lintas datanya.
Pada dasarnya wireless dengan LAN merupakan sama-sama
jaringan komputer yang saling terhubung antara satu dengan
lainnya, yang membedakan antara keduanya adalah media jalur
lintas data yang digunakan, jika LAN masih menggunakan kabel
sebagai media lintas data, sedangkan wireless menggunakan media
gelombang radio/udara. Penerapan dari aplikasi wireless network
ini antara lain adalah jaringan nirkabel diperusahaan, atau mobile
communication seperti handphone, dan HT.
2.3 IP Address (Internet Protocol Address)
IP Address menurut Rendra Towidjojo (2012, p13) adalah metode
pengalamatan pada jaringan komputer dengan memberikan sederetan angka
pada komputer (host), router atau peralatan jaringan lainnya. IP Address
sebenarnya bukan diberikan kepada komputer (host) atau router, melainkan pada
interface jaringan dari host / router tersebut.
Jika sebuah host / router memiliki 2 interface jaringan maka host tersebut
bisa saja menggunakan 2 IP Address sebagai alamatnya. Angka yang digunakan
adalah bilangan biner (bilangan yang hanya mengenal angka 1 dan 0).
Pengalamatan IP Address merupakan pengalamatan yang memungkinkan
alamat-alamat komputer diatur secara logika oleh Administrator jaringan
(Admin).
Baik host dan router yang berada dalam jaringan harus menggunakan IP
Address yang unik. Unik artinya tidak boleh ada dua host yang memiliki IP
Address yang sama dalam satu broadcast domain. Karena nomor tersebut
11
merupakan alamat atau pengenal bagi host tersebut dalam jaringan maka
pengiriman data tentu akan kacau jika ada dua komputer yang memiliki alamat
yang sama.
32 bit
. . .
Gambar 2.5 IP Address dengan representasi dalam biner
IPv4 memiliki 5 jenis kelas yaitu, A, B, C, D, dan E. Tetapi umumnya
yang digunakan hanya kelas A, B, dan C. Berikut skema kelas pada IPv4.
Tabel 2.1 IPv4
Kelas Format Range Alamat Jumlah Host Maksimal
A N.H.H.H 1.0.0.0 – 126.0.0.0 224 – 2
B N.N.H.H 128.1.0.0 – 191.254.0.0 216 – 2
C N.N.N.H 192.0.1.0 – 223.255.254.0 28 – 2
D - 224.0.0.0 – 239.255.255.255 -
E - 240.0.0.0 – 254.255.255.255 -
Keterangan: N = Alamat Jaringan ; H = Alamat Host
2.4 Subnet Mask dan Subnetting
Subnetting menurut Rendra Towidjojo (2012, p34) adalah teknik memecah
sebuah jaringan (network) menjadi beberapa jaringan baru. Hasil dari subnetting
adalah beberapa jaringan kecil yang disebut sub jaringan atau sub network.
Subnet mask digunakan untuk menentukan bagian manakah dari sebuah
alamat yang merupakan alamat jaringan dan bagian manakah yang merupakan
alamat host. Subnet mask direpresentasikan dengan nilai 1 dan 0 dimana bagian
dengan angka 1 merepresentasikan alamat jaringan dan bagian dengan angka 0
Alamat Jaringan Alamat Host
192 168 1 10
11000000 10101000 00000001 00001010
12
merepresentasikan alamat host, akan tetapi untuk lebih mudah maka biasanya
direpresentasikan dengan bilangan desimal.
Tidak semua jaringan membutuhkan subnet, dalam hal ini berarti sebuah
jaringan menggunakan subnet mask default. Subnet default untuk masing-masing
kelas tidak dapat diubah. Maksudnya adalah kita tidak bisa menggunakan sebuah
subnet 255.255.0.0 untuk kelas A, jika kita mencobanya maka alamat tersebut
menjadi tidak valid bahkan biasanya tidak diperbolehkan mengetikkan subnet
mask yang salah tersebut.
Tabel 2.2 Subnet Mask Default
Kelas Format Subnet Mask Default
A N.H.H.H 255.0.0.0
B N.N.H.H 255.255.0.0
C N.N.N.H 255.255.255.0
Subnetworks atau subnet adalah sekelompok komputer dan peralatan
jaringan yang memiliki routing prefix IP address yang sama. Dengan
menggunakan subnetting, sebuah jaringan yang besar bisa dipecah dan dibentuk
menjadi sebuah jaringan-jaringan yang lebih kecil. Proses tersebut dinamakan
dengan subnetting. Tanpa adanya subnetting di jaringan besar, lalu lintas paket
bisa mencapai nilai rata-rata yang cukup tinggi. Subnetting juga membantu
dalam mengatasi keterbatasan jumlah host pada IPv4. Oleh karena itu, jika
dilihat dari posisinya di dalam sebuah jaringan, alamat IP dibagi menjadi 2
golongan, yaitu:
a. IP public yaitu IP address yang langsung terhubung ke dalam
internet dan bersifat unik.
b. IP private yaitu IP address yang bersifat tidak umum yang
hanya dikenali oleh jaringan lokal saja.
Tabel 2.3 IP Private
Kelas Range IP
A 10.0.0.0 – 10.255.255.255
B 172.16.0.0 – 172.31.255.255
C 192.168.0.0 – 192.168.255.255
13
Ketika sudah diputuskan untuk memilih sebuah subnet mask, maka kita
perlu menentukan beberapa hal yaitu, jumlah subnet, alamat network, host yang
valid, dan alamat broadcast. Berikut ini adalah contoh perhitungan subnet untuk
kelas C.
Subnetting pada IP address 110.5.96.0 dengan subnet mask 255.255.255.192.
a. Subnet mask diubah menjadi bilangan biner. 255.255.255.192 =
11111111.11111111.11111111.11000000
b. Untuk menghitung banyaknya subnet dihitung dengan 2x
dimana x adalah banyaknya bilangan 1 pada octet terakhir. 22 = 4, berarti ada
4 subnet.
c. Untuk menghitung banyaknya masing-masing host pada tiap
subnet dihitung dengan 2y-2 dimana y adalah banyaknya bilangan 0. 26-2 =
62.
d. Untuk lebih mempermudah, kita bias membuat tabel seperti
berikut.
Tabel 2.4 Subnetting Kelas C
Subnet Network Host Min Host Max Broadcast
1 110.5.96.0 110.5.96.1 110.5.96.62 110.5.96.63
2 110.5.96.64 110.5.96.65 110.5.96.126 110.5.96.127
3 110.5.96.128 110.5.96.129 110.5.96.190 110.5.96.191
4 110.5.96.192 110.5.96.193 110.5.96.254 110.5.96.255
2.5 Autonomous System Number (ASN)
APNIC (the Asia Pacific Network Information Centre) adalah Regional
Internet Registry untuk kawasan Asia Pasifik, yang bertanggung jawab
mendistribusikan address space internet public dan sumber daya yang berkaitan,
termasuk Autonomous System Number (ASN). Autonomous System (AS) adalah
kelompok yang terdiri dari satu atau lebih IP prefix yang terkoneksi yang
dijalankan oleh satu atau lebih operator jaringan dibawah satu kebijakan routing
yang didefinisikan dengan jelas. Autonomous System Number (ASN) adalah
nomor two-byte unik yang diasosiasikan dengan AS. ASN digunakan sebagai
pengidentifikasi yang memungkinkan AS untuk saling menukar informasi
14
routing dinamik dengan AS yang lain. Protokol routing eksterior seperti Border
Gateway Protocol (BGP) membutuhkan ASN untuk saling bertukar informasi
antara jaringan.Seperti hal nya IP address, ASN juga dibagi menjadi 2 jenis
yaitu, ASN public dan ASN private. ASN public memiliki range dari 1 – 64511
sedangkan ASN private memiliki range dari 64512 – 65535.
Menurut Rendra Towidjojo (2012, p135) dalam Autonomous System,
protokol routing dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
2.5.1 Interior Gateway Protocol (IGP)
Interior Gateway Protocol adalah protokol routing yang digunakan
pada router-router yang berada dalam satu Autonomous System. Atau
dengan kata lain IGP digunakan untuk menghubungkan jaringan-jaringan
dalam sebuah Autonomous System. Contohnya bila ingin menerapkan
routing pada sebuah jaringan internal kampus atau internal sebuah
perusahaan, maka harus menggunakan protokol routing kategori IGP.
Protokol routing yang termasuk IGP adalah RIP, IGRP, EIGRP, OSPF,
BGP (iBGP) ,dan IS-IS.
2.5.2 Exterior Gateway Protocol (EGP)
Exterior Gateway Protocol adalah protokol routing yang digunakan
pada router-router yang berasal dari Autonomous System yang berbeda.
Atau dapat dikatakan EGP digunakan untuk menghubungkan jaringan-
jaringan yang berasal dari Autonomous System yang berbeda. Contoh
penggunaan EGP dapat dilihat jika ingin dilakukan routing antar kampus
atau antar ISP. Satu-satunya protokol routing yang digunakan untuk
keperluan ini adalah BGP (eBGP).
2.6 Routing
Routing menurut Rendra Towidjojo (2012, p47) adalah proses penentuan
jalur terbaik ( best path ) untuk mencapai suatu network tujuan. Routing juga
dapat berarti proses memindahkan paket data dari host pengirim ke host tujuan
dimana host pengirim dan host tujuan tidak berada dalam satu network.
Router memiliki kemampuan melewatkan paket IP dari satu jaringan ke
jaringan lain yang mungkin memiliki banyak jalur diantara keduanya. Router-
15
router yang saling terhubung dalam jaringan internet turut serta dalam dalam
sebuah algoritma routing terdistribusi untuk menentukan jalur terbaik yang
dilalui paket IP dari sistem ke sistem lain. Proses routing dilakukan secara hop
by hop. IP tidak mengetahui jalur keseluruhan menuju tujuan setiap paket. IP
routing hanya menyediakan IP Address dari router berikutnya yang menurutnya
lebih dekat ke host tujuan.
Router dapat digunakan untuk menghubungkan sejumlah LAN sehingga
trafik yang dibangkitkan oleh suatu LAN terisolasikan dengan baik dari trafik
yang dibangkitkan oleh LAN yang lain. Jika dua atau lebih LAN terhubung
dengan router, setiap LAN dianggap sebagai subnetwork yang berbeda.
Router terletak pada Layer 3 dalam OSI, router hanya perlu mengetahui
Net-Id (Nomor Jaringan) dari data yang diterimanya untuk diteruskan ke
jaringan yang dituju. Cara kerjanya setiap paket data yang datang, paket data
tersebut dibuka lalu dibaca header paket datanya kemudian mencocokkan atau
membandingkan ke dalam tabel yang ada pada routing jaringan dan diteruskan
ke jaringan yang dituju melalui suatu interface.
2.6.1 Routing Statik
Routing Statik ( Static Routing ) menurut Rendra Towidjojo (2012,
p74) adalah teknik routing yang dilakukan dengan memasukan entry route
ke network tujuan ( remote network ) ke dalam table routing secara manual
oleh Administrator jaringan. Bila sebuah router memiliki satu network
tujuan, maka Administrator jaringan juga harus memasukkan satu entry
route ke network tersebut. Jika terdapat dua remote network , maka
Administrator akan memasukkan entry route sebanyak dua kali untuk
masing – masing remote network tersebut. Dalam memasukkan entry route
tersebut Administrator harus dapat mengetahui dengan pasti gateway yang
akan digunakan untuk mencapai remote network. Untuk jaringan yang
terdiri dari beberapa router, maka penentuan gateway maupun jalur ( path )
harus dilakukan dengan lebih cermat.
2.6.2 Routing Dinamik
Menurut Rendra Towidjojo (2012, p76) , routing dinamik tidak
seperti pada routing static dimana entry route pada tabel routing diisi
16
manual oleh Administrator jaringan, routing dinamik merupakan teknik
routing dimana router akan memasukkan sendiri entry-entry route ke
dalam tabel routingnya. Untuk melakukan itu, router akan saling bertukar
informasi routing dengan router yang lain tentang jaringan yang mereka
ketahui masing-masing. Setelah mempelajari keberadaan jaringan lain
beserta cara mencapai jaringan tersebut, router akan membuat entry route
dan pada akhirnya memasukkannya ke dalam tabel routing.
2.6.3 Protokol Routing
Protokol routing adalah komunikasi antara router-router. Protokol
routing mengijinkan router-router untuk sharing informasi tentang
jaringan dan koneksi antar router. Router menggunakan informasi ini
untuk membangun dan memperbaiki table routingnya. Berikut contoh dari
protokol routing:
2.6.3.1 Open Shortest Path First (OSPF)
Menurut Rendra Towidjojo (2012, p231) Open Shortest Path
First (OSPF) merupakan protokol routing link state dan digunakan
untuk menghubungkan router-router yang berada dalam satu
Autonomous System (AS), sehingga protokol routing ini termasuk
juga kategori Interior Gateway Protocol (IGP). OSPF
dikembangkan untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang
dimiliki oleh RIP, terutama pengimplementasian di jaringan
berskala besar.
Link state merupakan routing protokol yang digunakan pada
OSPF, link state routing protokol mampu mengenali topologi dari
jaringan. Router-router yang menjalankan protokol routing link
state bahkan mampu mengetahui status (state) dari setiap jalur
(link) antar router yang ada dalam jaringan. Routing protokol link
state melakukan serangkaian proses yang kompleks untuk
menyusun tabel-tabel routingnya. Router yang menjalankan
protokol routing link state akan menggunakan hello packet untuk
mengetahui keberadaan dan status dari router tetangga, menyusun
link state advertisement (LSA), saling mengirimkan LSA keseluruh
17
router dalam jaringan, membangun link state database dan barulah
kemudian menyusun tabel routingnya.
Protokol routing link state menggunakan algoritma routing
yang disusun oleh Edsger Dijkstra. Oleh sebab itu protokol routing
ini sering disebut juga protokol routing yang menggunakan
algoritma Dijkstra atau Shortest Path First (SPF). Disebut shortest
path first karena protokol routing ini selalu mencari jalur (path)
yang terpendek untuk mencapai suatu remote network. Dalam
mencari path terpendek, algoritma OSPF tidak menggunakan
jumlah lompatan (hop count). Algoritma OSPF menggunakan cost
kumulatif dari setiap link antar router untuk mencapai suatu remote
network. Algoritma OSPF akan memilih path dengan cost terendah
sebagai best path, walaupun path tersebut akan memiliki hop count
yang lebih banyak dibanding dengan path lain dan juga OSPF
memiliki beberapa keunggulan yaitu informasi akan diupdate jika
ada perubahan topologi jaringan, lebih cepat untuk konvergen,
tidak rentan terhadap routing loop dan lebih sedikit menghabiskan
bandwidth dibanding distance vector.
OSPF pertama kali dikembangkan pada tahun 1987 oleh
Internet Engineering Task Force (IETF) dan yang pertama kali
dipublikasikan adalah OSPFv1. OSPFv1 ini tidak pernah
diimplementasikan dan selalu disempurnakan. Pada tahun 1991,
OSPFv2 dipublikasikan oleh John Moy dan juga selalu mengalami
penyempurnaan. OSPFv2 ditujukan untuk jaringan IPv4. Saat ini
juga telah ada OSPFv3 yang ditunjukan untuk implementasi
jaringan yang menggunakan IP Address versi 6 (IPv6).
Untuk dapat menangani jaringan yang berskala besar, maka
OSPF menerapkan konsep area dalam implementasinya. Sehingga
pengimplementasian OSPF dikenal dengan dua cara, yaitu Single
Area OSPF dan Multi Area OSPF. Untuk jaringan yang masih
berskala kecil, dapat diterapkan Single Area OSPF, namun untuk
jaringan yang berskala besar maka harus diterapkan Multi Area
OSPF.
OSPF memiliki karakteristik sebagai berikut :
18
- Merupakan link state routing protocol,
sehingga setiap router memiliki gambaran topologi
jaringan.
- Menggunakan Hello Packet untuk
mengetahui keberadaan neighbor router.
- Routing update hanya dikirimkan bila
terjadi perubahan dalam jaringan dan dikirimkan secara
multicast.
- Dapat bekerja dengan konsep hirarki karena
dapat dibagi berdasarkan konsep area.
- Menggunakan cost sebagai metric, dengan
cost terendah yang akan menjadi metric terbaik.
- Tidak memiliki keterbatasan hop count,
tidak seperti RIP yang hanya menjangkau 15 hop count.
- Merupakan classless routing protocol.
- Secara default nilai Administrative Distance
110.
- Memiliki fitur authentication pada saat
pengiriman routimg update.
OSPF merupakan protokol routing yang menggunakan
konsep hirarki routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan
menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan
dengan menggunakan sistem pengelompokan area. Dalam
penerapan OSPF, area dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
- Backbone Area, area ini memiliki Area-ID
0.0.0.0 dan merupakan area yang diharapkan dapat
melakukan forward paket data secepat-cepatnya. Area ini
wajib ada jika ternyata hanya akan ada satu area dalam
suatu jaringan. Jika ternyata dalam jaringan tersebut akan
dibuat beberapa area, maka Backbone wajib ada karena
berfungsi menghubungkan area-area yang lain.
- Regular Area, area ini adalah area selain
backbone dan berfungsi menghubungkan end user. Jika
dalam satu jaringan ada dua regular area, maka kedua
19
area tersebut harus melewati backbone area untuk
berkomunikasi.
Dengan menggunakan konsep hirarki routing ini sistem
penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi.
Efek dari keteraturan distribusi routing ini adalah jaringan yang
penggunaan bandwidth-nya lebih efisien, lebih cepat mencapai
konvergensi, dan lebih presisi dalam menentukan rute-rute terbaik
menuju ke sebuah lokasi. OSPF merupakan salah satu protokol
routing yang selalu berusaha untuk bekerja demikian. Teknologi
yang digunakan oleh protokol routing ini adalah teknologi link
state yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat efisien
dalam proses pengiriman update informasi rute.
Cara OSPF membentuk hubungan dengan router lain adalah
dengan membentuk komunikasi dengan router lain. Kemudian
membentuk hubungan dengan router neighbor router. Router OSPF
memiliki sebuah mekanisme untuk dapat menemukan router yang
lain dan dapat membentuk suatu hubungan. Mekanisme itu disebut
dengan istilah hello protocol. Dalam membentuk hubungan dengan
router lain OSPF akan mengirimkan sebuah paket yang memiliki
ukuran yang kecil dengan mengirimkan secara berkala kedalam
jaringan yang terhubung langsung dengan OSPF. Hello packet
merupakan sebutan untuk paket kecil yang dikirim oleh OSPF dan
didalam paket tersebut berisikan informasi seputar pernak-pernik
yang ada pada router pengirim. Pada kondisi yang standart hello
packet akan dikirim 10 detik sekali di dalam media broadcast
multi-access dan 30 detik sekali dalam media point to point. Hello
packet pada umumnya dikirim dengan menggunakan multicast
address untuk menuju ke semua router yang menjalankan OSPF.
Semua router yang menjalankan OSPF pasti akan mendengarkan
protocol hello ini dan juga akan mengirimkan hello packetnya
secara berkala.
20
2.6.3.2 Border Gateway Protocol (BGP)
Menurut Uyless Black (2000, p157) Border Gateway
Protocol (BGP) adalah inti dari protokol routing internet yang
sudah digunakan sejak 1989. Protokol ini yang menjadi backbone
dari jaringan internet dunia yang digunakan untuk melakukan
pertukaran informasi routing antar jaringan. Tujuan BGP adalah
untuk memperkenalkan pada dunia luar alamat-alamat IP apa saja
yang ada dalam jaringan tersebut. Setelah dikenal dari luar, server-
server, perangkat jaringan, dan perangkat komputer lainnya yang
ada dalam jaringan tersebut juga dapat dijangkau dari dunia luar.
Protokol routing BGP dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. iBGP (Internal BGP)
iBGP adalah sebuah sesi BGP yang terjalin antara dua
router yang menjalankan BGP yang berada dalam ASN yang
sama. iBGP biasanya digunakan pada jaringan internal ISP.
Sebuah sesi iBGP antar dua buah router atau lebih tidak
memerlukan koneksi secara langsung, atau dengan kata lain
tidak memerlukan koneksi Point-to-Point. iBGP bisa dibangun
meskipun router berada dalam jarak yang jauh, asalkan masih
dengan ASN yang sama.
b. eBGP (External BGP)
eBGP adalah sesi BGP yang terjadi antar dua router atau
lebih yang berbeda ASN. Ketika kita ingin berkomunikasi
dengan ISP lain, maka kita harus melakukan eBGP. Hal ini
disebabkan masing-masing ISP mempunyai ASN yang berbeda.
Sesi eBGP biasanya dibuat dengan menggunakan bantuan
media Point-to-Point seperti line Point-to-Point serial, satelite
Point-to-Point, wireless Point-to-Point, dan sebagainya. Sesi
eBGP biasanya terjadi pada router yang letaknya berada di
perbatasan antara jaringan kita dengan jaringan lain, atau sering
disebut juga dengan istilah border router. Tujuan utama
dibuatnya eBGP adalah untuk memudahkan pendistribusian
informasi routing dari pihak luar ke jaringan kita.
21
BGP bekerja dengan cara memetakan sebuah tabel IP
network yang menunjuk ke jaringan yang dapat dicapai antar AS.
Hal ini digambarkan sebagai sebuah protocol path vector. Protokol
routing BGP baru dikatakan pada sebuah router jika sudah
terbentuk sesi komunikasi dengan router tetangganya yang juga
menjalankan BGP. Sesi komunikasi ini adalah berupa komunikasi
dengan protokol TCP dengan nomor port 179. Setelah terjalin
komunikasi ini, maka kedua buah router BGP dapat saling bertukar
informasi rute.
Untuk membentuk dan mempertahankan sebuah sesi BGP
dengan router tetangganya, BGP mempunyai mekanisme yang
unik. Pembentukan sesi BGP ini mengkitalkan paket-paket pesan
yang terdiri dari empat macam. Paket-paket tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Open Message
Paket pesan jenis ini merupakan paket pembuka sebuah
sesi BGP. Paket inilah yang pertama dikirimkan ke router
tetangga untuk membangun sebuah sesi komunikasi. Paket ini
berisikan informasi mengenai BGP version number, AS
number, hold time, dan router ID.
b. Keepalive Message
Paket keepalive message bertugas untuk menjaga
hubungan yang telah terbentuk antar kedua router BGP. Paket
jenis ini dikirimkan secara periodik oleh kedua buah router
yang bertetangga. Paket ini berukuran 19 byte dan tidak
berisikan data sama sekali.
c. Notification Message
Paket pesan ini adalah paket yang bertugas
menginformasikan error yang terjadi terhadap sebuah sesi
BGP. Paket ini berisikan field-field yang berisi jenis error apa
yang telah terjadi, sehingga sangat memudahkan penggunanya
untuk melakukan troubleshooting.
d. Update Message
22
Paket update merupakan paket pesan utama yang akan
membawa informasi rute-rute yang ada. Paket ini berisikan
semua informasi rute BGP yang ada dalam jaringan tersebut.
Ada tiga komponen utama dalam paket pesan ini, yaitu Network
Layer Reachability Information (NLRI), path atribut, dan
withdrawn routes.
Salah satu ciri khas dan juga merupakan kekuatan dari
protokol routing BGP ada pada atribut-atribut pendukungnya.
Atribut-atribut ini yang nantinya digunakan sebagai parameter
untuk menentukan jalur terbaik untuk menuju ke suatu situs.
Atribut ini juga dapat mengatur keluar masuknya routing update
dari router-router BGP tetangga. Dengan mengatur atribut ini, kita
dapat dengan bebas mengatur bagaimana karakteristik dan sifat dari
sesi BGP tersebut.
Berikut adalah macam-macam atribut BGP. Masing-masing
memiliki ciri khas dan tugasnya tersendiri untuk memungkinkan
kita memanajemen routing update dan traffic yang keluar masuk.
a. Origin
Jika sumbernya berasal dari router BGP dalam jarigan
lokal atau menggunakan ASN yang sama dengan yang sudah
ada maka indikator atribut ini adalah huruf “i” untuk interior.
Apabila sumber rute berasal dari luar jaringan lokal maka
indikatornya adalah huruf “e” untuk exterior. Sedangkan
apabila rute didapat dari hasil redistribusi dari protokol routing
lain maka indikatornya adalah “?” yang artinya incomplete.
b. AS_Path
Atribut ini harus ada pada setiap rute yang dipertukarkan
menggunakan BGP. Atribut ini menunjukkan perjalanan paket
dari awal hingga berakhir di tempat kita. Perjalanan paket ini
ditunjukkan secara berurut dan ditunjukkan dengan
menggunakan ASN. Dengan demikian akan tampak melalui
mana saja sebuah paket data berjalan ke tempat kita.
c. Next Hop
23
Next hop merupakan atribut yang menjelaskan kemana
selanjutnya sebuah paket data akan dilemparkan untuk menuju
ke suatu lokasi.
d. Multiple Exit Discriminator (MED)
Atribut ini berfungsi untuk menginformasikan router yang
berada di luar AS untuk mengambil jalan tertentu untuk
mencapai si pengirimnya. Atribut ini dikenal sebagai metric
eksternal dari sebuah rute.
e. Local Preference
Atribut ini bersifat wellknown discreationary dimana
sering digunakan untuk memberitahukan router-router BGP lain
dalam satu AS kemana jalan keluar yang di prefer jika ada dua
atau lebih jalan keluar dalam router tersebut.
f. Atomic Aggregate
Atribut ini bertugas untuk memberitahukan bahwa sebuah
rute telah diaggregate (disigkat menjadi pecahan yang lebih
besar) dan ini meyebabkan sebagian informasi ada yang hilang.
g. Weight
Atribut ini merupakan atribut dengan priority tertinggi dan
sering digunakan dalam proses path selection. Fungsi dari
atribut ini adalah untuk memilih salah satu jalan yang
diprioritaskan dalam sebuah router.
Router perlu melakukan pemilihan rute terbaik ketika
mendapatkan dua atau lebih rute untuk menuju ke suatu lokasi di
luar. Ketika dihadapkan pada dua jalan dengan tujuan yang sama,
maka tugas router BGP adalah harus memilih salah satu jalan untuk
digunakan meneruskan informasi yang dibawanya. Dalam proses
pemilihan jalur terbaik atau path selection, atribut sangat berperan
penting. Semua atribut memiliki tingkat prioritasnya sendiri dalam
proses penentuan jalur terbaik. Proses path selection ke sebuah
lokasi yang terjadi dalam sebuah sesi BGP hingga menemukan
sebuah jalur terbaik adalah sebagai berikut:
24
a. Jika hanya ada sebuah rute menuju ke
lokasi A, maka rute tersebutlah yang pasti dijadikan rute terbaik
dan akan langsung digunakan.
b. Jika ada dua buah rute menuju ke lokasi A,
maka router BGP akan menggunakan atribut weight untuk
memilih rute mana yang paling baik. Rute dengan nilai weight
tertinggi akan dipilih sebagai jalur terbaik.
c. Jika nilai weight keduanya sama, maka
router akan menggunakan atribut local preference sebagai
bahan pembanding. Rute dengan nilai local preference tertinggi
adalah rute yang terpilih sebagai rute terbaik.
d. Jika nilai local preference sama, maka
sebagai bahan pembanding router BGP akan memeriksa rute
mana yang berasal dari dirinya sendiri. Jika rute tersebut
berasal dari dirinya sendiri maka rute tersebut yang akan
dijadikan rute terbaik.
e. Jika rute menuju A bukan berasal dari
dirinya, maka router akan menggunakan atribut AS_Path untuk
mencari rute terbaik. Rute dengan atribut AS_Path terpendek
akan dipilih sebagai rute terbaik. Apabila atribut AS_Path nya
sama, maka atribut selanjutnya yang digunakan untuk memilih
rute terbaik adalah Origin. Atribut origin terdiri dari parameter
IGP, EGP, dan Incomplete. Parameter dengan nilai referensi
terendah akan dipilih menjadi rute terbaik. IGP memiliki nilai
referensi terendah, disusul EGP, dan yang terakhir Incomplete.
f. Jika atribut origin pada rute-rute tersebut
sama, maka atribut selanjutnya yang digunakan adalah MED.
Jenisnya kurang lebih sama seperti local preference namun
bedanya atribut MED ini hanya disebarkan dalam satu AS yang
sama saja. Rute dengan nilai MED yang paling rendah adalah
yang dipilih sebagai jalur terbaik.
g. Jika nilai MED pada kedua rute tersebut
sama, maka router BGP akan melakukan pemilihan berdasarkan
jenis sesi BGP dari rute-rute tersebut. Jenis BGP ada dua yaitu
25
iBGP dan eBGP. Sebuah rute yang berasal dari sebuah sesi
eBGP memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada rute dari
sesi iBGP.
h. Jika setelah melalui ketentuan di atas,
kedua rute tersebut juga masih identik, maka proses path
selection selanjutnya adalah menggunakan parameter jalur
terdekat dalam jaringan internal untuk menuju ke next hop.
Maksudnya adalah, router BGP akan membaca atribut next hop
dari kedua jalur tersebut. Setelah diketahui, router tersebut akan
memeriksa jalur mana yang memiliki next hop yang terdekat
dari router tersebut. Jalur yang diperiksa ini merupakan jalur
yang berasal dari protokol routing internal seperti OSPF,
EIGRP, atau bahkan statik. Setelah didapatkan rute mana yang
memiliki next hop yang paling dekat dan mudah diakses, maka
rute tersebut langsung dipilih menjadi yang terbaik.
i. Jika prosedur ini masih tidak menghasilkan
sebuah rute terbaik juga, maka jalan terakhir untuk
menemukannya adalah dengan membandingkan BGP router ID
dari masing-masing rute. Sebuah rute pasti akan membawa
informasi BGP router ID dari router asalnya. Parameter inilah
yang menjadi pembanding terakhir untuk proses path selection.
Karena BGP router ID tidak mungkin sama, maka sebuah jalan
terbaik pastilah dapat terpilih. BGP router ID biasanya adalah
alamat IP tertinggi dari sebuah router atau dapat juga berupa IP
interface loopback. Router BGP akan memilih rute dengan nilai
BGP router ID terendah.
Kekuatan BGP yang lainnya adalah kita dapat memodifikasi
dan mengubah atribut-atribut yang ada pada sebuah rute, sehingga
proses pemilihan jalur terbaik ini juga dapat kita atur. Dengan
mengatur proses ini, maka kita dapat mengatur lalu-lintas data yang
keluar masuk jaringan kita.