BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1901789174… · 25 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kinerja Pengukuran...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1901789174… · 25 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kinerja Pengukuran...
25
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengukuran Kinerja
Pengukuran (measurement) adalah observasi dan kuantifikasi dan
sebuah fenomena, yang diformulasikan dalam suatu daftar kriteria
(Palmius,2007), yang dimaksud adalah bahwa dalam pengukuran diperlukan
tindakan observasi terhadap objek yang berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya. kriteria atau parameter pengukuran merupakan alat bantu
yang menjadi hal utama yang harus ditentukan sebelum pengukuran
dilakukan. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang
ditetapkan. Menurut (B Simamora, 2003), kinerja dapat diartikan sebagai ukuran
keberhasilan organisasi dalam mencapai misinya. Walaupun sudah banyak
penelitian yang dilakukan mengenai pengukuran kinerja, namun definisi
pengukuran kinerja masih menjadi perdebatan (Wu D. 2009). Definisi pengukuran
kinerja yang paling banyak dikutip adalah definisi menurut Neely et al yang
menyatakan pengukuran kinerja sebagai proses mengukur efisiensi dan efektivitas
tindakan masa lalu (Neely, Adams, & Kennerley, 2002). Pengukuran kinerja
merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mencapai hasil yang baik
dalam suatu organisasi baik secara individu maupun secara tim sehingga kinerja
dapat dipahami dan dikelola dengan baik untuk mencapai tujuan, standard dan
kompetensi perusahaan (Striteska, 2012).
Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan
menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang
26
disepakati. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan, usaha,
dan kesempatan personel, tim, atau unit organisasi dalam melaksanakan
tugasnya untuk mewujudkan sasaran strategik yangtelah ditetapkan.
Keberhasilan pencapaian strategik yang menjadi basis pengukuran kinerja
perlu ditentukan ukurannya, dan ditentukan inisiatif strategik untuk
mewujudkan sasaran-sasaran tersebut. Sasaran strategik beserta ukurannya
kemudian digunakan untuk menentukan target yang dijadikan basis penilaian
kinerja. Oleh karena itu, pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang
dapat dilakukan terhadap aktivitas dari berbagai rantai nilai yang ada pada
perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan
balik yang akan memberikan informasi tentang pelaksanaan suatu rencana
dimana perusahaan memerlukan penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan
pengendalian tersebut. Untuk memastikan bahwa sumber (input) sudah
digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan, maka diperlukan pengukuran kinerja manajemen.Menurut Stout
(1993: 33) yang dikutip dari LAN dan BPKP (2000) Menurut Fauzi(1995:207)
“Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau
seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring
dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas
manajemen dan semacamnya”.Menurut Mulyadi(2001:337) “Kinerja adalah
keberhasilan personil, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran
strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan.
27
Dari pengukuran kinerja tersebut dapat diketahui kepuasan yang di dapat
pengguna. ada beberapa metode yang dapat di gunakan dalam mengukura dan
memantau kepuasan pelanggan atau pengguna, menurut Tjiptono dan chandra
(2005) berikut adalah metode nya
1. Sistem keluhan dan saran : setiap oraganisasi yang berorientasi pada
pelanggan perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan
nyaman bagi para pelangganya untuk menyampaikan saran, kritik,
pendapat dan keluhan mereka
2. Ghost shopping : salah satu cara memperoleh gambaran mengenai
kepuasan pengangan adalah memperkejakan beberapa ghost shopper
untuk berperan atau berpura - pura mencjadi pengguna pontensial
produk organisasi internal maupun organisasi lain
3. Lost customer analysis : sedapat mungkin suatu organisasi
menghubungi para pelanggan yang berhenti menggunakan layanan dan
produk mereka atau telah berpindah produsen agar organisasi
memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi
4. Survei kepuasan pelanggan: sebagian besar penelitian mengenai
kepuasan menggunakan metode survei. pengukuran kepuasan
konsumen melalui metode ini dapat menggunakan berbagai cara
seperti:
a. Directly reported satisfaction : pengukuran menggunakan item -
item spesifik yang menanyakan langsung tingkat kepuasan yang
dirasakan pelanggan
28
b. Deriverd satisfaction : pengukuran ini mengunakan beberapa
pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama seperti
tingkat harapan atau ekspetasi pelanggan terhadap layanan atau
produk, yang kedua adalah persepsi pelanggan terhadap layanan
atau produk yang sudah mereka rasakan
c. Problem analysis : pengukuran ini mengunakan cara dimana
responden mengungkapkan masalah - masalah yang mereka hadapi
berkaitan dengan produk atau layanan dari organisasi dan saran -
saran perbaikan
d. Importance performance analysis : dalam teknik ini responden
diminta untuk menilai kepentingan berbagai atribut relevan dan
tingkat kinerja perusahaan pada masing - masing atribut tersebut
Pada penulisan penelitian ini kita menggunakan metode survei
kepuasan pelanggan dengan cara menyebarkan kuisioner untuk
melihat apakah kinerja sistem ERP (SAP) sudah baik
2.2 Enterprise Resource Planing
Enterprise Resource Planning, adalah sistem informasi yang
diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan
mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan
aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan. Konsep
ERP sendiri baru dikenalkan pada tahun 1980an, yang merupakan pengembangan
dari konsep MRP II(Manufacturing Resource Planning). Sedangkan MRP II sediri
merupakan evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang berkembang
sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya mengangani proses
29
manufaktur, logistik, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan (shipping),
invoice dan akunting perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan
membantu mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi,
manajemen persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia
ERP (Enterprise Resource Planning) adalah sebuah sistem berbasiskan
komputer yang didesain untuk memproses transaksi-transaksi perusahaan
dan memfasilitasi perencanaan yang terintegerasi dan real time, produksi, dan
respon konsumen (O’Leary, 2000).Menurut Hau dan Kuzic (2010) ERP
(Enterprise Resource Planning) adalah multi-modul, solusi aplikasi
pengemasan bisnis yang memungkinkan organisasi untuk mengintegrasikan
proses bisnis dan kinerja perusahaan, pendistribusian data umum,
pengelolaan sumberdaya serta menyediakan akses informasi secara aktual.Sistem
ERP(Enterprise Resource Planning) ini telah menunjukkan penawaran
berupa perbaikan yang signifikan dalam efisiensi, produktivitas, profitabilitas,
kualitas layanan, kepuasan pelangganan, keputusan meminimalisir biaya serta
pembuat keputusan yang efektif
Meurut Danierl E. O’Leary sistem ERP memiliki beberapa Karakteristik
sebagai berikut [WHI-2006]
• Sistem ERP adalah suatu Paket perangkat Lunak yang di desain untuk
lingkunagn pelanggan pengguna server, apakah itu secara tradisional
atau berbasis jaringan.
• Sistem ERP memadukan sebagian besar dari proses bisnis
• Sistem ERP memproses sebagian besar dari transaksi perusahaan
30
• Sistem ERP menggunakan database perusahaan yang secara tipikal
menyimpan setiap data sekali saja
• Sistem ERP memungkinkan mengakses data seara waktu nyata (real
time)
• Dalam beberapa hal sistem ERP memungkinkan perpaduan proses
transaksi dan kegiatan perencanaan
• Sistem ERP menunjang sistem multi mata uang dan bahasa yang
sangat diperlukan oleh perusahaan multinasional
• Sistem erp memungkinkan penyesuaian untuk kebutuhan khusus
perusahaan tanpa melakukan pemograman kembali
Menurut Hau dan Kuzic (2010) keuntungan utama penerapan ERP
(Enterprise Resource Planning) adalah sistem ini mengintegrasi divisi
fungsional dan arus informasi kedalamsistem tunggal baik divisi
pemasaran, keuangan, HRD dan produksi. Sistem ERP (Enterprise Resource
Planning)juga memungkinkan hubungan semua proses bisnis dalam
perusahaan mulai dari awal proses perencanaan hingga tahap akhir setelah
penjualan layanan kepada pelanggan. Keefektifan menggunakan ERP
mengintegrasikan informasi yang digunakan dalam berbagai bidang seperi
akutansi, manufaktur, distribusi , dan HRD menjadi sebuah sistemkomputasi
yang berkualitas. Sehingga dipastikan bahwa data yang sama dapat disimpan
dan diunduh oleh karyawan dan manajer dalam setiap tahap proses bisnis yang
ada. Selain itu, ERP memfasilitasi proses otomatisasi yang
dapatberkontribusi dalam meningkatkan efisiensi usaha, peningkatan mutu
dan pengurangan biaya administrasi.
31
Menurut Turban dan Volonino (2010), keuntungan dalam menerapkan
sistem ERP tersebut dalam perusahaan, adalah ;
1. ERP dapat menciptakan keunggulan perusahaan secara kompetitif.
2. ERP dapat memungkinkan para manajer untuk lebih memahami apa
yang sedang terjadi dalam perusahaan.
3. ERP dapat menyediakan akses informasi, proses bisnis terpadu, dan
platform teknologi modern untuk menjadi dan tetap kompetitif.
4. ERP dapat mendukung semua, atau sebagian, dari fungsi bisnis
perusahaan dan proses bisnis perusahaan.
Menurut ISACA (2001) selain mengintegrasikan kegiatan organisasi,
penerapan sistem ERP memiliki keuntungan lainnya, diantaranya adalah ;
1. ERP dapat menggunakan praktik terbaik yang telah terbukti di dunia
nyata.
2. ERP dapat menggabungkan lebih dari seribu praktik terbaik.
3. ERP dapat memungkinkan standardisasi organisasi.
Menurut Henny dan Hari (2014) ada beberapa ringkasan point-point yang
bisa di gunakan menjadi pedoman pada saat implementasi ERP:
1. ERP adalah bagian dari infrastruktur perusahaan, dan sangat penting
untuk kelangsungan hidup perusahaan . semua orang dan bagian yang
akan terpengaruh oleh adanya ERP harus terlibat dan memberikan
dukungan
2. ERP ada untuk mendukung proses bisnis dan meningkatkan
produktivitas, bukan sebaliknya. Tujuan implementasi ERP adalah
untuk meningkatkan daya saing perusahaan
32
3. Pelajari kesuksesan dan kegagalan implementasi ERP. Jangan
berusahaan membuat sendiri praktek impplementasi ERP. Ada
metodologi tertentu untuk implementasi ERP yang lebih terjamin
keberhasilannya
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan dalam penerapan ERP,
menurut O’brien (2005, P324) Penyebab kegagalan ERP secara umum yaitu:
1. Kegagalan untuk melibatkan para karyawan yang terkena dampak
dalam tahap perencanaan dan pengembangan serta program
manajemen perubahaan
2. Kegagalan akibat mencoba terlalu banyak hal dengan cara yang terlalu
cepat pada proses konversi
Adapun penyebab lain kegagalan implementasi ERP menurut O’brien
yaitu:
1. Pelatihan yang tidak memadai dalam berbagai tugas pekerjaan baru
yang di butuhkan oleh sistem ERP
2. Kegagalan untuk melakukan konversi data dan pengujian yang cukup
atas data
3. Dalam banyak kasus, kegagalan ERP juga di sebabkan karena
perusahaan atau management IT terlalu mempercayai berbagai
pernyataan yang diberikan para penjual software ERP atau bantuan
dari perusahaan konsultan pretisius yang di kerjakan untuk memimpin
implementasi tersebut
PT HERO saat ini menggunakan SAP. Berikut sedikit sejarah mengenai
SAP. SAP AG adalah perusahaan pembuat software yang mengakomodasi
33
kebutuhan (requirement) yang diinginkan dalam ERP. Salah satu software ERP
dari SAP AG yang banyak digunakan adalah SAP R/3.SAP AG merupakan
perusahaan software ERP terkemuka di dunia saat ini. Perusahaan Software yang
berasal dari negeri Jerman ini pertama kali didirikan tahun 1972 oleh 5 orang
mantan karyawan IBM. Visi mereka adalah membangun software aplikasi
standard untuk mengakomodasi proses bisnis secara real time. SAP sendiri
merupakan akronim dari System Analysis and Program Development. Software
akuntansi finansial pertama diselesaikan pada tahun 1973 yang bernama RF
System, yang kemudian bernama R/1 System dan merupakan awal dari R/3 yang
ada sekarang,
Tidak seperti dulu, saat ini monitoring hingga manajemen aktivitas
perusahaan sehari-hari sudah bisa dilakukan secara otomatis dengan
menggunakan sistem SAP. SAP atau juga dikenal dengan System Application and
Product in Data Processing adalah sistem yang digunakan untuk mendukung
kegiatan atau aktivitas yang berjalan dalam suatu organisasi secara otomatis
sehingga efisiensi dan produktivitas bisa meningkat secara efisien. Sistem ini
terdiri dari bermacam-macam modul yang mempunyai tugas masing-masing
sesuai dengan perintah yang diberikan. Semua modul tersebut saling reintegrasi
untuk menyajikan data yang akurat dan langsung kepada pengawasnya
Aplikasi SAP atau IDES adalah software operasional sistem SAP dengan
kompleksitas yang tinggi. Software ini mampu melaksanakan berbagai fungsi
yang berbeda sesuai dengan objektif perusahaan. Software SAP ini terdiri dari
sejumlah program besar dan sub-program. Yang dimaksud dengan Program SAP
adalah sebuah instruksi terstruktur atau kode yang ditulis dalam bahasa
34
pemograman khusus SAP atau lebih dikenal adalah ABAP. Bahasa ABAP inilah
yang mengontrol perilaku komputer untuk merekam transaksi bisnis dan
melakukan berbagai fungsi analisis. Ketika program SAP sedang beroperasi, ia
memiliki fungsi tertentu seperti fungsi di bidang finance, procurement, sales
order, warehouse management, dan sebagainya. Perusahaan yang menggunakan
SAP di operasional mereka akan mengambil dan menyimpan database perusahaan
dari segala aspek sesuai dengan fungsi yang mereka gunakan untuk menjadikan
kegiatan operasional mereka sehari-hari lebih efektif antar department.
Ada tiga manfaat dasar yang bisa diperoleh dengan menerapkan SAP
sebagai sistem manajemen perusahaan, yaitu:
1. Meningkatkan kecepatan bisnis perusahaan karena dengan SAP,
respons terhadap perubahan pasar bisa dengan cepat diketahui. Hal
tersebut sangat penting mengingat setiap keputusan penting
membutuhkan data yang akurat sebagai pedomannya.
2. Meningkatkan konsistensi dari setiap aktivitas bisnis yang berjalan.
Sistem SAP dapat memantau apakah SOP sudah dijalankan dengan
baik atau belum. Selain itu, SAP dapat mengurangi kesalahan produksi
dikarenakan Human Error.
3. Meningkatkan kualitas bisnis dengan meningkatkan kualitas informasi
yang di dapatkan dari pasar. SAP mampu menyajikan informasi secara
real-time sehingga keakuratannya tidak diragukan lagi. Di samping itu,
SAP juga menyediakan alat analisis yang bisa digunakan untuk
membaca data yang didapatkan tersebut.
35
PT HERO Menggunakan Software SAP Is Retail yang berfungsi untuk
mengatur segala kebutuhan yang ada di SSC (HO)
2.3 Balanced Scorecard dan IT Balanced Scorecard
2.3.1 Balanced Scorecard
Balanced Scorecard atau BSC merupakan suatu sistem manajemen strategi
(Strategic Based Responsibility Accounting System) yang menjelaskan mengenai
misi serta strategi dari suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolok
ukur kinerja perusahaan tersebut.
Menurut Brand, KoenI, Boonen, & Harry (2007:16) Balanced Scorecard
merupakan sistem manajemen yang memungkinkan organisasi untuk
mengklarifikasi visi, misi, dan strategi mereka dan menerjemahkannyakedalam
tindakan. Memberikan umpan balik tentang kedua proses bisnis internal dan hasil
eksternal untuk memungkinkan perbaikan berkesinambungan dari hasil kinerja
strategis
Menurut Rangkuti (2011:3) ada perspektif non keuangan yang lebih
penting yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Konsep balance
scorecard sendiri mulai diperkenalkan pada awal tahun 1992 di USA oleh David P
norton dan Robert Kaplan melalui sebuah riset tentang “pengukuran kinerja dalam
organisasi masa depan”. Istilah balance scorecard terdiri dari 2 kata yaitu balanced
yang dapat diartikan dengan kinerja yang diukur secara berimbang dari dus sisi
baik dari sisi keuangan dan non-keuangan, mencangkup jangka pendek dan
jangka panjang serta melibatkan bagian internal dan eksternal, sedangkan
scorecard atau kartu skor adalah sebuah kartu yang digunakan untuk mencatat
skor hasil kinerja baik untuk kondisi sekarang maupun perencanaan dimasa yang
36
akan datang. Dalam pengukuran kinerja diperlukan pengukuran yang koprehensif
yang mencangkup 4 perspektif yaitu : keuangan, konsumen, proses bisnis internal,
dan pembelajaran-pertumbuhan.
Menurut Kaplan dan Norton yang dikutip oleh Amin (2002) Balanced Scorecard
dibagi 4 perspektif :
1. Perspekti keuangan : Mengukur kemampulabaan dan nilai pasar atau
merket value diantara perusahaan-perusahaan lain, sebagai indikator
seberapa baik perusahaan memuaskan pemilik dan pemegang saham.
2. Pespektif pelanggan : mengukur mutu, pelayanan, dan rendahnya biaya
yang dibandingkan dengan perusahaan lainnya, sebagai indikator
seberapa baik perusahaan memuaskan pelanggan.
3. Perspektif proses bisnis internal ( internal business process) :
mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam memproduksi
barang dan jasa.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth
perspective): mengukur kemampuan perusahaan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya manusia sehingga
tujuan strategik perusahaan dapat tercapai untuk masa sekarang dan
masa yang akan datang.
2.3.2 IT Balanced scorecard
Jika dalam sisi management ada pengukuran kinerja dengan menggunakan
Balance Scorecaard, maka seiring dengan perkembangan teknologi informasi
bahwa perlu dilakukannya sebuah pengukuran kinerja khusunya untuk teknlogoi
informasi. Hal tersebut dilakukan agar teknologi informasi yang digunakan dapat
37
di ukur serta di evaluasi berdasarkan hasil pengukuran yang telah
dilakukan.Menurut Arofah, Sholiq, dan Nisafani (2012 : 2) yang dikutip dari Van
Grembergen dan Van Bruggen, mereka mengadopsi Balanced Scorecard(BSC)
yang digunakan oleh bagian teknologi informasi. Mereka mengatakan bahwa
bagian teknologi informasi merupakan penyedia layanan internal, sehingga
perspektif yang digunakan oleh bagian teknologi informasi harus diubah dan
disesuaikan. Hasil adopsi Balanced Scorecard menjadi IT Balanced Scorecard
sebagai berikut :
Gambar 2.1 Relationship Business Balanced Scorecard and IT Balanced
Menurut Van Grembergen (2000), Balanced Scorecards (BSC)
dikemukakan oleh Kaplan dan Norton pada 1992 sebagai alat bantu
38
pengukuran performansi yang dapat membantu dalam mengkomunikasikan
strategi organisasi. Menurut mereka, evaluasi sebuah perusahaan seharusnya
tidak terbatas hanya pada evaluasi dari sisi finansial semata, namun
harus dilengkapi dengan pengukuran terkait kepuasan pelanggan, proses
internal, dan kemampuan untuk berinovasi. Dalam pengukuran dengan
balance scorecard, organisasi kemudian perlu mendefinisikan Key
Performance Indicator (KPI) yang akan diukur, dan dilanjutkan dengan
menentukan target dari KPI sebagai tolak ukur keberhasilan perusahaan
Penggunaan IT Balanced Scorecard merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk membantu penyelarasan IT dan bisnis. Tujuannya adalah membuat
sebuah fasilitas bagi pelaporan manajemen, menumbuhkan konsensus diantara
stakeholder kunci mengenai tujuan strategis IT, menunjukkan efektifitas dan nilai
tambah dari IT dan mengkomunikasikan kinerja, resiko dan kemampuan IT
(Grambergen, 2000).
Ada 4 parameter IT balanced scorecard menurut (Grambergen,2000)
konsep Balance Scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton dapat
diimplementasikan ke fungsi IT dan proses-prosesnya sehingga timbul konsep
Information Technology Balance Scorecard. Implementasi Balance Scorecard
pada fungsi TI ini menjadi tool yang semakin popular digunakan oleh perusahaan-
perusahaan. IT Balance Scorecard terbagi menjadi empat faktor, yaitu:
1. Kontribusi Perusahaan (Corporate Contribution)
untuk memungkinkan dan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan
bisnis melalui penyampaian layanan informasi bernilai tambah secara
efektif.
39
2. Orientasi Pengguna (User Orientation)
menjadi supplier pilihan untuk semua layanan informasi baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui hubungan supplier
3. Penyempurnaan Operasional (Operational Excellent)
memberikan layanan tepat waktu dan efektif pada tingkat dan biaya
layanan yang ditargetkan.
4. Orientasi Masa Depan (Future Orientation)
untuk mengembangkan kemampuan internal untuk terus meningkatkan
kinerja melalui inovasi, pembelajaran, dan pertumbuhan organisasi
pribadi.
Berikut adalah tujuan dari 4 perspektif
1. Perspektif Kontribusi Perusahaan (Corporate Contribution)
adalah untuk mencapai kontribusi bisnis terhadap investasi TI.
Hal-hal yang dibahas dalam kontribusi perusahaan yaitu kontribusi
strategis performance yang sinergis, nilai bisnis dari proyek TI
dan manajemen dari investasi TI-nya. Tolok ukur yang digunakan
berdasarkan standar obyektif yang tersedia atau yang dapat
ditentukan dan kasus yang berasal dari sumber eksternal, (Saull, 2000).
Sasaran pada perspektif kontribusi perusahaan yaitu mengendalikan
biaya TI dari aplikasi TI yang baru dan nilai bisnis dari fungsi
aplikasi TI yang sedang berjalan.
2. Perspektif Orientasi Pengguna (User Orintation) difokuskan
untuk mengevaluasi performance TI dari pandangan pelanggan
dan pengguna internal (Karyawan Perusahaan) hal yang dibahas
40
dalam orientasi pengguna yaitu kepuasan pelanggan,
penggabungan TI, atau bisnis, keberhasilan pengembangan dan
tingkat keberhasilan pelayanan Ada tiga fokus yang perlu
diperhatikan yaitu: menjadi penyedia aplikasi pilihan, bekerja
sama dengan pengguna dan menjamin kepuasan pengguna. Hal ini
bertujuan untuk memfokuskan pada pengembangan hubungan bisnis
dan pengimplementasian organisasi TI yang baru beserta proses TI-
nya.
3. Perspektif Keunggulan Operasional (Operational
Execllence)menjelaskan tentang seberapa efektif dan efisien
proses-proses TI dalam perusahaan. Fungsi TI harus memberikan
pelayanan yang berkualitas tinggi kepada pengguna dengan biaya
seminimal mungkin. Keunggulan Operasional memiliki kontribusi
yang penting karena berakibat pada dua hal, yaitu: kualitas produk dan
penekanan biaya TI. Apabila hal diatas kurang diperhatikan maka
akibat yang akan ditimbulkan adalah beban kerja personil TI
akan menjadi tinggi karena prosedur kerja kacau sehingga
mengakibatkan banyak kesalah-pahaman dan pekerjaan ulang.
Adapun faktor yang dibahas dalam Keunggulan Operasional yaitu
proses yang cepat tanggap, pengelolaan jaminan dan perlindungan
serta keamanan.
4. Perspektif Orientasi Masa Depan (Future Orientation)
membahas tentang peningkatan kemampuaan perusahaan,
keefektifan perusahaan manajemen karyawan, perkembangan
41
arsitektur perusahaan dan penelitian terhadap teknologi-teknologi
baru yang muncul. Rencana perusahaan dimasa yang akan datang
harus dipersiapkan mulai dari sekarang. Perusahaan harus dapat
membaca tren TI dimasa depan dan mengantisipasinya terlebih
dahulu dengan penguasaan teknologi baru. Karena itu,
penguasaan terhadap TI terbaru merupakan syarat mutlak untuk
mendukung orientasi masa depan. Jadi solusi terbaik adalah
dengan selalu mengadakan pelatihan personil TI secara tetap
sehingga meningkatkan keahlian TI. Hal ini didukung dengan
faktor teknologi juga, diantaranya melakukan penelitian teknologi
informasi yang selalu up to date diharapkan dapat menjawab
tantangan dimasa depan.
Menurut Purnomo (20 02, p10) ada 4 langkah membangun IT Balance
Scorecard adalah:
1. Menyelaraskan Visi dan Misi ke Strategi TI
2. Membangun hubungan sebab akibat
3. Menentukan Obyektif dan ukuran strategis
4. Menentukan target dan inisiatif strategis
Berdasarkan teori di atas bisa kita simpulkan dalam gambar berikut
42
Gambar 2.2 IT Balanced Scorecard Consept, Kay harkoph (2003)
Menurut kay harkopf (2003) integrasi penetapan tujuan, pengukuran kinerja dan
kontrol manajemen masing-masing dari empat perspektif merupakan kerangka
kerja kinerja dan mendukung komunikasi sebab-akibat.
Gambar 2.3 The Integrated Performance Management Framework, Kay
harkoph (2003)
43
Berdasarkan gambar di atas bisa asumsikan bahwa 4 perspektif ini
memiliki hubungan sebab akibat.
Jadi bisa di asumsikan bahwa Perspektif Kontribusi Bisnis menetapkan
kinerja TI dari sudut pandang Direksi, manajemen eksekutif, pemegang saham.
Suatu organisasi dapat fokus pada masalah-masalah seperti nilai bisnis proyek-
proyek IT, pencapaian sinergi, kontribusi strategis. Perspektif Orientasi Pelanggan
(Pengguna) menilai kinerja IT dari sudut pandang pelanggan (pengguna bisnis)
dan, akibatnya, pelanggan unit bisnis. Masalah-masalah yang dapat menjadi fokus
perhatian perusahaan adalah misalnya kemitraan IT / bisnis, kepuasan pelanggan,
kinerja tingkat layanan, kinerja pengembangan aplikasi. Perspektif Keunggulan
Operasional mengevaluasi kinerja IT dari manajemen IT (manajer pemberian
layanan, pemilik proses), sudut pandang audit dan badan pengawas. Masalah-
masalah yang dapat dihadapi perusahaan dalam bidang ini adalah misalnya
keamanan dan keselamatan, keunggulan proses, manajemen jaminan dan penuaan,
responsif. Dan yang terakhir - perspektif Orientasi Masa Depan mendefinisikan
kinerja IT dari sudut pandang organisasi IT itu sendiri: praktisi, pemilik proses
dan profesional pendukung. Sebuah perusahaan dapat berkonsentrasi pada
masalah-masalah seperti peningkatan kemampuan layanan, evolusi arsitektur
perusahaan, efektivitas manajemen penelitian yang muncul dalam riset teknologi
(IT Balanced Scorecard - A Roadmap, 2000).
Masing-masing dari empat perspektif harus ditafsirkan ke dalam metrik
yang simple dan langkah - langkah harus sesuai dengan situasi saat ini. Masing-
masing penilaian ini harus dilakukan secara sistematis dan harus dihadapkan
dengan tujuan yang harus ditetapkan sebelumnya dan dengan angka
44
pembandingan. Yang sangat penting adalah bahwa di dalam IT BSC korelasi
sebab-akibat dibentuk dan hubungan antara dua jenis tindakan, pendorong kinerja
dan ukuran hasil. IT BSC yang dibuat dengan baik membutuhkan perpaduan yang
tepat dari kedua jenis tindakan ini. Ukuran hasil yang disebutkan seperti
produktivitas pemrogram tanpa pendorong kinerja (seperti pendidikan staf IT)
tidak mengkomunikasikan bagaimana hasil akan diperoleh. Dan juga - pendorong
kinerja tanpa ukuran hasil dapat mengarah pada investasi yang berarti tanpa
pengukuran jika strategi yang ditetapkan baik dan efektif. Hubungan sebab-dan-
efektif ini harus dijelaskan di seluruh BSC
pendidikan staf IT yang lebih baik dan lebih baik (perspektif masa depan)
memungkinkan (pendorong kinerja) untuk menciptakan kualitas yang lebih baik
dari sistem yang dibuat (perspektif keunggulan operasional) yang setelah itu
memungkinkan terciptanya kepuasan pengguna (perspektif pengguna) yang pada
akhirnya harus meningkatkan nilai bisnis IT (perspektif kontribusi bisnis) (The
Balanced Scorecard dan IT governance, 2000).
Standar yang diusulkan IT Balanced screcard terhubung dengan bisnis
dengan perspektif kontribusi bisnis. Hubungan yang nyata antara bisnis dan IT
dapat lebih diekspresikan secara langsung melalui kaskade BSC. Gambar dibawah
ini menggambarkan hubungan antara IT dan bisnis scorecard. BSC
Pengembangan IT dan BSC Operasional IT memungkinkan BSC Strategis IT
yang pada gilirannya memungkinkan BSC Bisnis. Cascade scorecard yang
disajikan menjadi seperangkat tindakan terkait yang tanpa keraguan akan berperan
dalam menyelaraskan strategi bisnis dan IT dan membantu menyajikan cara nilai
bisnis diciptakan melalui IT(Grembergen, Saull, 2001, p. 201).
45
Gambar 2.4 Cascade IT BSC, Grembergen, Saull 2001, p. 201.
Ringkasan Hasil penelitian Dengan Metode IT Balanced Scorecard sebelumnya
Tabel 1.1 Penelitian sebelumnya
No Penulis (tahun) Judul Metode Hasil
1
Wim Van
Grembergen and
Steven De
Haes(2005)
Measuring and Improving
IT GovernanceThrough
the Balanced Scorecard
IT Balanced
Scorecard bisa
mengukur dan
mengelola IT
IT Governance
balanced scorecard
dapat memainkan peran
penting dalam
keseluruhan program
yang harus
adameningkatkan tata
kelola perusahaan
2 Sandy Kosasi (2015)
Analisis Model IT
Menggunakan Balanced
ScorecardUntuk
Pengembangan Sistem
Teknologi Informasi
IT Balanced
Scorecard bisa
mengembangkan
Sistem teknologi
informasi
Dengan IT balanced
scorecard kita bisa
menemukan hasil dari
sebuah sistem aplikasi,
di paper ini
menunjukan bahwa
hasil 4 perspektif tidak
semuanya bangus. Titik
terendah dari perspektif
kontribusi organisasi
3 Rahmadi Wijaya,
(2007)
Analisis Model IT
Menggunakan Balanced
ScorecardUntuk
Pengembangan Sistem
Teknologi Informasi
IT Balanced
Scorecard bisa
mengembangkan
Sistem teknologi
informasi
Metode IT-Balance
Scorecard tidak hanya
digunakan untuk
mengukur secara
keseluruhan dari proses
bisnis dalam satu
organisasi, tetapi
bisauga digunakan
untuk mengukur proses
bisnis dalam satu sub
unit dalam sebuah
organisasi
4 Ratna Kartika
Wiyati (2015)
Penggunaan IT Balanced
Scorecard Untuk
Pengukuran Kinerja
Teknologi Informasi
Pada Stikom Bali
IT Balance
Scorecard
mengukur Kinerja
IT
Dengan metode IT
balanced scorecard kita
bisa mengukur kinerja
IT dan bisa mengetahui
persentase kinerja
divisi IT
46
No Penulis (tahun) Judul Metode Hasil
5 Bertho , Andeka ,
Melkior (2017)
Analisis kinerja sistem
informasi dan teknologi
informasi untuk
menunjang kinerja
karyawan menggunakan
framework it balanced
scorecard(studi kasus
pada wi-fi universitas
kristen satya wacana)
IT Balanced
Scorecard kita bisa
pengukuran
bagaimana tingkat
pemanfaatan
Sistem Informasi
dan Teknologi
Informasi
berdasarkan
kinerja karyawan
IT Balanced Scorecard
menyelaraskan Visi dan
Misi perusahaan ke
arah yang lebih baik
tentunya, dan dapat
memberikan nilai baik
bagi kemajuan
perusahaan melalui
evaluasi dan
pengukuran terhadap
kinerja karyawan
6
Michael
RosemannJens
Wiese (1999)
Measuring the
Performance of ERP
Software– a Balanced
Scorecard Approach
Mengukur kinerja
ERP dengan
pendekatan
Balanced
Scorecard
Balanced scorecard
membuat agar sistem
ERP bekerja tidak
hanya secara efektif,
tetapi juga secara
efisien, pengumpulan,
pemrosesan, dan
pemformatan informasi
harus terkomputerisasi
sebanyak
mungkin,pengukuran
dilakukan di semua
perspektif yang pada
akhirnya menemukan
bahwa lunak ERP akan
digunakan untuk
mewujudkan solusi
berbasis IT
7 Matsuki (2015)
It balanced scorecard
implementation to
measure information
technology performance
on information
technology division of pt.
Samudera indonesia tbk
Pengukuran
Kinerja IT dengan
Metode IT
Balanced
Scorecard
Dengan IT Balanced
Scorecard (ITBSC)
peneliti menemukan
bahwa Kinerja IT
sangat baik
8 Siswono, Sherly
Edinan (2005)
Pengukuran kinerja divisi
It PT MENJANGAN
SAKTI menggunakan it
balanced scorecard
Metode Deskritif
dalam IT
balanaced
Scorecard kita bisa
mengukur kinerja
IT
Dengan menggunakan
empat perspektif dalam
IT balanced scorecard
kita bisa mendapatkan
hasil kinerja dari divisi
IT
9 Kosasi.s (2016)
PENGUKURAN
KINERJA SISTEM
INFORMASI
KARYAWAN
MENGGUNAKAN IT
BALANCED
SCORECARD
IT Balanced
Scorecard bisa di
dapatkan
hasilnya dengan
cara metode
deskritif analitis
Penelitian ini dapat
dilanjutkan dengan
menggabungkan tata
kelola TI dalam
memenuhi kesesuaian
dan sinkronisasi
sasaran strategis dan
kondisi aktual dari
setiap organisasi
47
No Penulis (tahun) Judul Metode Hasil
10
Liza Haryani,
Indriana Hidayah
(2014)
IT BALANCED
SCORECARD DAN
IMPLEMENTASINYA
DALAM
PENYELARASAN TI
DENGAN STRATEGI
BISNIS
Implementasikan
IT Balanced
Scorecard untuk
menyelaraskan
IT dengan Bisnis
strategi
IT Balanced
Scorecard
memungkinkan
perusahaan untuk
menerjemahkan visi,
misi dan strategi
bisnis perusahaan
yang menjadi
indikator kinerja yang
jelas untuk semua
pihak
1. Wim Van Grembergen and Steven De Haes(2005)
Dengan IT Governance balanced scorecard, organisasi dapat
memberdayakan pihak management, CEO, CIO, manajemen eksekutif,dan
para peserta bisnis dan TI dengan menyediakan mereka informasi yang
diperlukan untuk bertindak dan mencapai perpaduan yang lebih baik
antara bisnis dan TI dan, akibatnya, mencapai lebih baik hasil. Dalam hal
ini, IT Governance scorecard dapat memainkan peran penting dalam
keseluruhan program yang harus ada meningkatkan tata kelola perusahaan
Gambar 2.5 IT Balanced Scorecard (Wim Van Grembergen and Steven De
Haes,2005)
48
2. Sandy Kosasi (2015)
Dengan IT balanced scorecard kita bisa menemukan hasil dari
sebuah sistem aplikasi, di paper ini menunjukan bahwa hasil 4 perspektif
tidak semuanya bangus. Titik terendah dari perspektif kontribusi
organisasi.
3. Rahmadi Wijaya (2007)
Metode IT-Balance Scorecard tidak hanya digunakan untuk
mengukur secara keseluruhan dari proses bisnis dalam satu organisasi,
tetapi bisa juga digunakan untuk mengukur proses bisnis dalam satu sub
unit dalam sebuah organisasi
49
Gambar 2.6 Langkah penelitian (Rahmadi Wijaya,2007)
4. Ratna Kartika Wiyati (2015)
Dengan metode IT balanced scorecard kita bisa mengukur kinerja
IT dan bisa mengetahui persentase kinerja divisi IT
50
Gambar 2.7 Model penelitian (Ratna Kartika Wiyati,2015)
5. Bertho Molly, Andeka Rocky Tanaamah, Melkior Nikolar Ngalumsine
Sitokdana (2017)
IT Balanced Scorecard menyelaraskan Visi dan Misi perusahaan ke
arah yang lebih baik tentunya, dan dapat memberikan nilai baik bagi
kemajuan perusahaan melalui evaluasi dan pengukuran terhadap kinerja
karyawan, berikut adalah tahapan penelitian yang di lakukan di dalam
paper ini
51
Gambar 2.8 Tahapan Penelitian oleh (Bertho Molly, Andeka Rocky
Tanaamah Dkk, 2017)
6. Michael RosemannJens Wiese (1999)
Balanced scorecard membuat agar sistem ERP bekerja tidak hanya
secara efektif, tetapi juga secara efisien, pengumpulan, pemrosesan, dan
pemformatan informasi harus terkomputerisasi sebanyak mungkin,
52
pengukuran dilakukan di semua perspektif yang pada akhirnya
menemukan bahwa lunakERP akan digunakan untuk mewujudkan solusi
berbasis IT
7. Matsuki (2015)
Dengan IT Balanced Scorecard (ITBSC) peneliti menemukan bisa
Kinerja IT dengan sangat baik berikut kerangka pikir yang dilakukan
matsuki
Gambar 2.9 Kerangka Pikir pengukuran kinerja dengan IT BSC Matsuki
(2015)
8. Siswono, Sherly Edinan (2005)
Dengan menggunakan empat perspektif dalam IT balanced
scorecard kita bisa mendapatkan hasil kinerja dari divisi IT, penelitian ini
di dukung dalam bentuk aplikasi jadi pihak management hanya
memasukan nilai dari yang diminta dari aplikasi tersebut sehingga
53
management bisa mengetahui kinerja dari divisi IT dari aplikasi yang
sudah di buat base on IT Balanced scorecard
9. Kosasi.s (2016)
Dengan IT balanced scorecard kita bisa mengukur kinerja sistem
informasi karyawan hal ini diukur dari empat perspektif yang terdapat it
balanced scorecard, pengukuran dan hasil pengukuran IT BSC,melakukan
pembobotan tujuan strategis pada empat perspektif IT BSC, berikut
langkah – langkah penelitian yang dilakukan
Gambar 2.10 Langkah penelitian Sandy kosasi (2016)
10. Liza Haryani, Indriana Hidayah (2014)
Dengan implementasi IT Balanced scorecard pada perusahaan kita
bisa menerjemahkan visi, misi dan strategi bisnis perusahaan yang menjadi
indikator kinerja yang jelas untuk semua pihak sehingga tujuan dari
perusahaan lebih dapat dipastikan
54
Hasil hasil penelitian ini menjadi landasan bagi saya melakukan penelitian
ini yang di dasarkan oleh IT balanced scorecard , hasil dari penelitian sebelumnya
saya kembangkan kembali sesuai dengan kebutuhan dari pengukuran kinerja ERP
pada PT HERO SUPERMARKET