BAB 2 fix

download BAB 2 fix

of 17

description

aaaa

Transcript of BAB 2 fix

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1Alpukat2.1.1Sejarah SingkatTanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa buah dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/ Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain lain.Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/ tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke- 18. Secara rismi antara tahun 1920 1930 Indonesia telah mengitroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi.(Coronel, 1997)2.1.2ToksonomiKingdom: PlantaeDivision : SpermatophytaSub division: AngiospermaeClass: DicotyledoneaeOrdo : LauralesFamily: LauraceaeGenus: PerseaSpecies: Persea americana Mill(Coronel, 1997)Furnawanthi, 2002) (Adrian, 2011)Gambar 2.1Buah alpukat (Persea americana)2.1.3Morfologi TanamanTanaman ini berperawakan pohon bertajuk kubah dan selalu hijau, mencapai 20 m. akar tunggangnya menembus sampai 3 4 m, tetapi pohonnya terutama ditunjang oleh system perakaran sekundernya yang dangkal (0,5 m) dan tidak menggabus. Daunnya tunggal, tersusun secara spiral berpinggiran rata serta bervariasi dalam bentuk dan ukurannya. Satu setengah hingga 1 cm panjangnya, helaian daunnya berbentuk jorong smapai lanset, bulat telur sungsang. Berukuran (1,5-40 cm) x (3-15 cm) berwarna kemerah-merahan selagi muda kemudian menjadi hijau gelap, lembaran sebelah atas berjalin, sebelah bawah berkilap, dengan tulang tengah dan tulang daun yang jelas. Bunganya lengkap berkelamin dua (memiliki benang sari dan putik), tumbuh tersusun mulai pucuk tunas tetapi tidak terjadi penyerbukan sendiri. Bunga tergolong kecil berdiameter 0,5-1,5 cm. Bijinya berkerkeping dua. Kulit biji umumnya mudah lepas dari bijijinya. Bagian bawah biji agak rata dan membulat atau melonjonf. Di bagian bawah ini terdapat semacam urat yang berhuung dengan daging buahnya (Bob, 2005).Buah alpukat adalah buah yang mempunyai bau yang harum dan rasa yang enak. Buahnya berbentuk telur atau mirip bola, panjang 5-20 cm, warna kulitnya hijau atau hijau kekuningan, berbintik ungu atau ungu sama sekali, tergantung varietas. Buah alpukat tidak matang di pohon karena pematangannya terhambat oleh hormone yang diproduksi daun, daging buahnya lunak jika sudah masak dan berwarna hijau pucat kekuningan. Buah alpukat yang sudah masak ditandai dengan warna kulit hijau tua, tidak mengilap, dan bila dikocok akan berbunyi karena adanya benturan antara biji dengan daging buahnya.2.1.4Sifat kimiawi dan efek farmakologisBerkat kandungan minyaknya yang tinggi pada buah alpukat yang matang, tekstur daging buahnya seperti mentega dan memiliki rasa tidak asam dan tidak manis serta berkhasiat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol yang tinggi, memperkuat daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terinfeksi, melebarkan pembuluh dara (mild vasodilator), dan merelaksasi otot di sekitar pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, antijamur, antikanker, dan antioksidan.Carranza et al menyelidiki efek buah alpukat pada tingkat lipid darah pada 8 pasien dengan fenotif II dan 8 pasien dengan dislipidemia fenotif IV. Pasien di beri perlakuan untuk diet dalam MUFA menggunakan alpukat sebagai sumber utama mereka. Diet tersebut dilakukan selama 4 minggu dan di konsumsi 3 kali dalam sehari. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil kolesterol total dan LDL-C menurun secara signifikan pada pasien fenotif II dislipidemia, peningkatan HDL-C yang signifikan juga dialami pada pasien tersebut. Carranza et al menyimpulkan bahwa alpukat adalah sumber yang sangat baik untuk diet karena kandungan MUFA, dan dalam mengobati hiperkolesterolimia dibandingkan diet rendah lemak dengan jumlah yang lebih besar dari karbohidrat. Penelitian ini dilakukan dengan makan terkontrol untuk memperkuat penelitian (Pieterse zelda et al, 2003).2.1.5Kandungan alpukatBuah alpukat merupakan buah bergizi tinggi dengan sejumlah fitokimia seperti saponin, alkaloid, flavonoid (carotenoid lutein), tannin, asam folat, asam pantotenat, asam oleat (oleic acid), beta-sitosterol, lesitin, niasin, vitamin (B1, B2, B5, C, A, K, E, biotin), mineral (fosfat, zat besi, tembaga, kalium, magnesium, zink, glutatione), dan serat. Setengah buah alpukat mengandung 57 mikrogram folat yang memenuhi 14% kebutuhan sehari atau mendekati 10% dari kebutuhan yang berjumlah 600 mikrogram bagi perempuan hamil. Kandungan kaliumnya juga tinggi. Setengah buah alpukat menyediakan 548 mg kalium yang memenuhi 16% kebutuhan sehari untuk mineral kalium. Kandungan fosfornya yang cukup tinggi sangat berguna untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi. Satu cangkir buah alpukat mengandung 120mg fosfor yang sudah memenuhi 12% dari kebutuhan sehari. Dalam fakta baru kandungan glutation juga cukup tinggi, berkisar 3 kali lipatnya dari buah lainnya (pisang, apel, blewah maupun anggur) berguna sebagai antioksidan kuat, pengusir beragam kanker, khususnya kanker mulut dan tenggorokan serta mencegah serangan jantung. Kandungan beta-sitosterolnya tinggi, berkisar 4 kali lipatnya dari buah lainnya (pisang, apel, blewah maupun anggur) berguna untuk menormalkan kadar kolesterol jahat dengan mengurangi penyerapan kolesterol di usus yang berasal dari makanan, trigliserida, maupun total lemak darah (Kalimartha, 2011).Buah alpukat tinggi akan kalori. Sekitar 90% kandungan alpukat adalah lemak yang 80% di antaranya berupa oleic acid, yaitu lemak tidak jenuh tunggal yang memberi banyak keuntungan bagi kesehatan seperti menurunkan kadar LDL-kolesterol dan trigliserida serta membantu menstabilkan kadar gula darah. Kandungan lemak alpukat melebih durian yaitu mencapai dua kali lipatnya. Hal ini yang membuat para wanita enggan untuk mengkonsumsinya karena takut gemuk. Faktanya alpukat memang memiliki kadar lemak yang cukup tinggi tapi umumnya terdapat dalam bentuk lemak tidak jenuh (MUFA). Kandungan asam lemak jenuh pada alpukat adalah 2,13 gr / 100 gr sedangkan kadar lemak tak jenuh adalah 9,8 gr / 100 gr. Konsumsi asam lemak MUFA justru dapat memperbaiki kadar kolesterol dan memproteksi kerusakan arteri (pembuluh darah). Lemak alpukat juga menganding asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA) dengan kadar 1,82g/100g daging buah. Manfaat PUFA pada alpukat sama dengan yang ada pada ikan laut. Konsumsi MUFA dan PUFA dalam jumlah yang cukup akan memberikan manfaat kesehatan yang optimal bagi tubuh (Adrian, 2011).Penelitian yang dilakukan para kardiolog di Queensland, Australia, menemukan bahwa konsumsi alpukat (1 buah per hari) dapat menggantikan diet rendah lemak untuk menurunkan kolesterol. Penelitian tersebut dilakukan dengan membandingkan wanita yang diberi diet tinggi karbohidrat tetapi rendah lemak dengan wanita lain yang diberi diet tinggi alpukat selama tiga minggu. Kandungan serat dan asam lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acid = MUFA) memiliki aktivitas antiradang dan antioksidan yang bersama-sam dengan vitamin C,E dan glutathione dapat melindungi pembuluh darah arteri dari kerusakan akibat timbunan kolesterol-LDL. Kandungan niasin pada buah alpukat juga mempengaruhi aktivitas enzim lipoprotein lipase sehingga terjadi penurunan produksi VLDL di hati yang berakibat penurunan kolesterol total, kolesterol-LDL, dan trigliserida. Niasin juga dapat meningkatkan kolesterol-HDL. Kandungan asam folatnya mencegah cacat lahir di otak dan tulang belakang. Folat juga mencegah timbulnya penyakit jantung koroner dengan cara menurunkan kadar homosistein, suatu asam amino yang berbahaya bagi pembuluh darah bila kadar terlalu tinggi (Adrian, 2011).Sebuah alpukat ukuran sedang (200 g) mengandung 324 kalori, 74% air, 10 g lemak, 15 g karbohidrat, 4 g protein, 22 mg kalsium, 2 mg zat besi, 1 mg zink, 1,204 mg kalium, 78 mg magnesium, 82 mg fosfor, 123 IU vitamin A, 16 mg vitamin C, 0,2 mg B1, 0,2 mg B12, 0,5 mg B6, 3 mg vitamin E, 3,8 mg niasin, dan 124 micrg folat (Kalimartha, 2011).2.1.6Pemakaian alpukatHampir semua bagian dari tanaman alpukat dapat dimanfaatkan, yaitu batang, buah, biji dan kulitnya. Untuk pemakaian luar, daging buah alpukat secukupnya digiling halus, dipakai untuk masker dan lulur guna melembutkan kulit, melumas kulit kepala dan rambut yang kering, merangsang pertumbuhan rambut dan untuk mempercepat penyembuhan luka (ulkus). Alpukat dapat juga di gunakan untuk bahan makanan dalam campuran pembuatan es campur, koktail, salad, dioleskan pada roti, dibuat jus, atau dihaluskan dan dicampur dalam saus, sup, dan es krim (Adrian, 2011).2.1.7Asam Lemak Tak Jenuh (Monounsaturated Fatty Acid = MUFA)Asam lemak tak jenuh (MUFA) dapat dbedakan dari kelas asam lemak lainnya karena hanya memiliki satu ikatan ganda. Berbeda dengannya, Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) memliki dua atau lebih ikatan ganda, dan Saturated Fatty Acid (SFA) tidak memilikinya. Posisi atom hydrogen yang mengelilingi ikatan ganda menentukan konfigurasi geometric MUFA sehingga dapat ditentukan apakah isomer cis atau trans. Dalam suatu MUFA cis, atom-atom hidrogen berada pada sisi yang sama dengan ikatan ganda, sedangkan dalam konfigurasi trans mereka berada pada sisi yang berlawanan (Kris-Etherton, 1999).Marsic dan Yodice (1992) mengulas pengaruh asam lemak tidak jenuh (MUFA) yang ada dalam lemakmakanan bersama dengan asam lemak jenuh dan tidak jenuh majemuk terhadap perubahan baik kadarjumlah kolesterol maupun kolesterol LDL dan kholesterol HDL. Substitusi lemak jenuh (S) dengan lemak tidak jenuh majemuk (P) dan lemak tidak jenuh tunggal (M) atau yang diformulasikan dengan kenaikan nilai (P+M)/S akan dapat menurunkan kadar kolesterol , baik jumlah kolesterol maupun kolesterol LDL. Penggunaan asam lemak tidak jenuh untuk menurunkan kadar kolesterol nampaknya dianggap lebih efektif. Hal ini disebabkan, karena kadar asam lemak tidak jenuh yang tinggi dalam makanan yang dikonsumsi tidak mempunyai dampak penurunan kadar kolesterol HDL, karena banyaknya bukti tentang peran positif asam lemak tidak jenuh dalam mencegah terjangkitnya penyakit jantung koroner dan pertumbuhan beberapa jenis kanker. Sumber bahan makanan yang mengandung MUFA antara lain, alpukat, margarine, minyak kacang tanah, minyak zaitun dan minyak biji kapas.2.2Obesitas2.2.1Klasifikasi obesitasObesitas atau kegemukan adalah ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh. Obesitas juga sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adipose sehingga mengganggu kesehatan (Adiningsih, 2005). Obesitas merupakan gangguan metabolik komplek yang disebabkan oleh banyak faktor termasuk genetik dan faktor lingkungan, dimana kejadian obesitas merupakan kombinasi dari kedua faktor tersebut (James, et al., 2001) Obesitas terjadi bila asupan energi melebihi penggunaannya sebagai akibat perubahan genetik maupun lingkungan. Proses biokimiawi dalam tubuh menetukan rasa kenyang dan lapar, termasuk pemilihan macam makanan, selera dan frekuensi makan seseorang. Kondisi dan aktifitas penyimpanan kelebihan energi di jaringan adipose dikomunikasikan ke system saraf sentral melalui mediator leptin dan sinyal-sinyal lain (Oetomo, 2011).Menurut peningkatan berat badan, obesitas di bagi menjadi :a) Obesitas RinganYaitu peningkatan berat badan antara 20-29% dari berat badan ideal.b) Obesitas SedangYaitu peningkatan berat badan antara 30-40% dari berat badan ideal.c) Obesitas BeratYaitu peningkatan berat badan lebih dari 40% dari berat badan ideal(Soetjiningsih, 1998).WHO 1985 mendefinisikan obesitas sebagai kondisi BMI 30 untuk laki-laki dan 28,6 untuk perempuan. Definisi tersebut kemudian dikembangkan dengan BMI 25 untuk berat badan lebih over weight dan BMI 30 sebagai obese. Berdasakan BMI, obesitas dapat diklasifikasikan seperti pada tabel : Tabel 2.1 Klasifikasi obesitas berdasarkan BMIBMIKlasifikasi

< 18,5Berat badan kurang

18,5-24,9Berat badan normal

25,0-29,9Overweight

30,0-34,9Obesitas kelas I

35,0-39,9Obesitas kelas II

40,0Obesitas kelas III

(Koernia Swa Oetomo, 2011)2.2.2Prevalensi obesitasObesitas telah membawa ke seluruh dunia dan prevalensinya bervariasi antar negara. Beberapa survey melaporkan terjadinya peningkatan prevalensi pada anak. Variasi prevalensi obesitas antar negara dan waktu menunjukkan bahwa faktor lingkungan merupakan faktor dominan terjadinya obesitas. Akhir-akhir ini banyak bukti yang menunjukkan bahwa kejadian overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di berbagai Negara Asia Pasifik, US, Negara-negara Eropa, serta Australia (James, et al., 2001).2.2.4 Efek obesitas terhadap kesehatan2.2.4.1MortalitasObesitas sangat terkait dengan peningkatan factor resiko seperti diabetes militus, penyakit jantung koroner (PJK), penyakit degenerative, dan kanker. Data dari NHANES membandingkan hubungan antara BMI dan mortalitas dalam kohort dari tahun 1960 sampai dengan 1970-an ke 1990-2000-an yang menyimpulkan bahwa tingkat mortalitas meningkat dilihat dengan BMI dari 25-30 kg/m2 (Yach et al, 2006).2.2.4.2MorbiditasObesitas meningkatkan resiko kondisi fisik dan mental. Morbiditas biasanya ditunjukkan dengan terjadinya sindroma metabolic seperti diabetes militus tipe 2, tekanan darah tinggi, kanker, depresi, stigmatisasi sosial, strok, infertilitas, disfungsi ereksi, gagal ginjal, gangguan pernafasan, osteoarthritis, hiperkolesterol dan hipertrigliseritemia. Obesitas dapat menyebabkan secara langsung beberapa komplikasi yang disebabkan karena diet dan pola hidup. Salah satu resiko obesitas adalah diabetes militus tipe 2 dimana 64% terjadi pada laki-laki dan 77% pada wanita. Pada orang dengan gagal ginjal dimana mempunyai BMI antara 30-34,9 mempunyai mortalitas lebih tinggi daripada orang dengan berat badan normal. Hal ini merupakan fakta bahwa orang yang mempunyai berat badan berlebih akan menyebabkan peningkatan kesakitan dan faktor resiko (Grundy, 2003).2.2.5 Etiologi obesitas2.2.5.1 Kurangnya aktifitas fisikFaktor aktifitas fisik yang kurang diperhatikan menjadi penyebab kegemukkan terutama pada anak masa kini. Pada anak-anak, permainan-permainan yang dahulu umumnya permainan fisik sehingga mengharuskan anak berlari, melompat dan gerak fisik lainnya, tetapi semua itu sudah berkurang. Sebagai gantinya sekarang lebih memilih untuk bermain game elektronik, computer, internet dan televisi yang menyita waktu anak untuk melakukan gerak fisik. Kurangnya aktifitas gerak badan inilah yang menjadi penyebab kegemukkan karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan.2.2.5.2Kurang tidurEfek dari kurang tidur adalah meningkatnya rasa lapar dan nafsu makan. Akibatnya, seseorang yang kurang tidur akan mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan memicu terjadinya kegemukkan.2.2.5.3Sindroma makan malam sebelum tidurMungkin sindroma ini berawal dari seringnya seseorang makan di malam hari, sebelum tidur sehingga kemudian menjadi ketergantungan. Efek bagi obesitas adalah bahwa pada saat tidur, proses metabolism biasanya berjalan lambat. Seperti dikutip Solopos Erna Adi Kuncoro dari Rumah Sakit Panti Waluyo berpendapat, bila seseorang mendapat asupan kalori dalam jumlah besar menjelang tidur, kalori yang masuk tidak akan dibakar dengan sempurna. Akibatnya, kalori itu akan disimpan dalam bentuk cadangan lemak yang berlebihan. Inilah yang menyebabkan kegemukkan.2.2.5.4PolusiPolusi dapat meracuni tubuh. Akibatnya terjadi gangguan pada aktifitas hormon yang mempengaruhi pertumbuhan, sehingga dapat menyebabkan kegemukkan.2.2.5.5Pengaruh emosionalPandangan lain mengatakan bahwa obesitas berhubungan dengan masalah emosional yang tidak teratasi. Pandangan ini mengatakan bahwa orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, sebab ketika masih kecil salah satu symbol kasih sayang ibu adalah makanan. Pendapat lain melihat bahwa orang perlu menambah makannya sebagai pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya. Ketika seseorang frustasi atau stres karena gagal mendapatkan sesuatu, ia akan mengganti dengan sejumlah makanan (Ahmad Mustofa, 2010). Orang yang terlanjur gemuk seringkali cenderung makan lebih banyak apabila mereka tegang atau cemas, demikian eksperimen membuktikannya. Orang gemuk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam, ornag dengan berat badan yang normal makan dalam situasi yang kurang mencekam (McKenna, 1999).2.2.5.6Kerusakan otakMenurut Zainun Mutadin (2002), kerusakan pada salah satu bagian otak dapat menjadi faktor penyebab obesitas. Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsure kimiawi dari darah. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan), hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Hasil penelitian menemukan bahwa bila HL rusak/ hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan meninggal dunia kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus pada makanan sehingga kegemukan menjadi akibatnya. Penyelidikan lain menemukan adanya beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.2.2.5.7Mengkonsumsi makanan yang salahTerdapat banyak sekali makanan yang dapat memicu terjadinya kegemukan, seperti makanan yang siap sedia untuk dimakan junk-food. Pada kenyataannya tampilan memang menarik untuk dimakan, tapi tidak tahu apakah makanan yang dikonsumsi tersebut sehat atau tidak, dan bahkan malah berisiko menimbulkan kegemukan yang akhirnya menimbulkan banyak komplikasi.2.2.5.8Efek samping obat dan penyakit tertentuPerlu berhati-hati dalam menkonsumsi obat. Semua jenis obat yang biasa dikonsumsi seperti obat antidepresi, kontrasepsi, tekanan darah tinggi, dan diabetes militus dalam beberapa kasus dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang sangat drastis. Beberapa penyakit lain yang bisa menyebabkan obesitas diantaranya, sindroma cushing akibat penggunaan obat steroid terlalu berlebihan.2.2.5.9Faktor hormonalHormon adalah bagian penting dari sistem biologis tubuh manusia. Penurunan fungsi hormon tyroid misalnya, dapat terjadi pada perempuan yang sedang menopause. Kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang dengan menurunnya fungsi hormon ini. Metabolisme tubuh menurun sehingga menyebabkan kegemukan.Energi yang dikonsumsi dapat lebih lambat untuk dipecah menjadi glikogen oleh adanya faktor kecepatan metabolism basal yang rendah sehingga akan lebih banyak lemak yang disimpan di dalam tubuh. Penderita obesitas yang mempunyai metabolisme basal yang rendah mempunyai kecenderungan bertambah gemuk, karena semakin membesarnya otot akan menyebabkan mudah lapar kecuali jika melakukan olahraga dan diet yang benar.2.2.5.10 Faktor genetikPenelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Hal ini merupakan faktor keturunan dari orang tua yang sulit dihindari. Bila ayah atau ibu memiliki kelebihan berat badan, hal ini dapat diturunkan pada anak. Obesitas yang disebabkan oleh lingkungan pada generasi sebelumnya dapat tertanam di dalam gen generasi tersebut yang dapat diwariskan kepada generasi sesudahnya. Sampai saat ini sudah diketahui 7 gen penyebab obesitas pada manusia antara lain, leptin reseptor, melanocortin receptor-4 (MA4R), alpha melanocyte stimulating hormone (alpha MSH), prohormone convertase-1 (PC-1), leptin, Barder5t-Biedl, dan Dunnigan partial lypodystrophy.2.2.5.11 Faktor lingkunganHal lain yang berperan sebagai penyebab terjadinya obesitas adalah faktor lingkungan, seperti perilaku makan, aktivitas fisik, trauma (neurologik atau psikologik), dan sosial. Pola makan yang ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya dapat menyebabkan mereka jadi kegemukan. Profesor John Worobey, ketua departemen ilmu nutrisi dari Rugrs University, AS, mengevaluasi kebiasaan para ibu dalam member makan anak-anaknya. Worobey dan timnya mengamati 96 ibu dan member kuesioner pada mereka mengenai apa yang dilakukan para ibu saat anak mereka rewel dan mengamati bagaimana anak-anak tersebut diberi makan (Mustofa, 2010). 2.2.6 Patogenesis2.2.6.1Menurut patogenesisnya obesitas dapat dibagi menjadi dua golongan :a. Regulatory obesityPada regulatory obesity gangguan primernya berada pada pusat yang mengatur masukan makanan (central mechanism regulating food intake).b. Obesitas metabolikPada obesitas metabolic terdapat kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat (Pudjiaji, 1997).2.2.6.2Patogenesis menurut jumlah sel lemakTerjadinya obesitas menurut jumlah sel lemak, adalah sebagai berikut :1. Jumlah sel lemak normal, tetapi terjadi hipertrofi/ pembesaran2. Jumlah sel lemak meningkat/ hiperplasi dan juga terjadi hipertrofiPenambahan dan pembesaran jumlah sel lemak paling cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa tidak akan terjadi penambahan jumlah sel, tetapi hanya pembesaran sel. Obesitas yang terjadi pada masa anak selain hiperplasi juga hipertrofi, sedangkan obesitas yang terjadi setelah masa dewasa pada umumnya hanya terjadi hipertrofi sel lemak.Obesitas pada anak terjadi kalau intake kalori berlebihan, terutama pada tahun pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut sampai dewasa, setelah itu hanya terjadi pembesaran sel saja, sehingga kalau terjadi penurunan berat badan setelah dewasa, bukan karena jumlah selnya yang berkurang tetapi besarnya sel yang berkurang (Soetjiningsih, 1998).2.2.7 Cara untuk Menilai Berat BadanBanyak definisi untuk menyatakan berat badan ideal, kelebihan berat badan dan kegemukan. Standar atau baku untuk menentukan ternyata banyak ragamnya antara lain :2.2.7.1Standar BroccaBrocca membuat definisi berat badan ideal sebagai berikut :BB = (TB-100) 10%(TB-100)TB = Tinggi BadanPerhitungan Brocca sebenarnya lebih cocok diterapkan untuk remaja dan usia dewasa muda. Bila diterapkan pada orang-orang yang lebih tua kurang sesuai karena banyak faktor lain yang perlu diperhatikan selain tinggi dan berat badan saja.2.2.6.2 Formula Berat BadanSelama masa pra dan sekolah berat badan anak naik setiap tahunnya. Peningkatan 11/2 - 2 Kg setiap tahunnya dapat dengan rumus Formula Berat Badan, yaitu :BB = 8 + 2n Kgdimana n = umur dalam tahun Berat badan usia 1 tahun = 3 x berat badan lahir Berat badan usia 2 tahun = 4 x berat badan lahir Berat badan usia 6 tahun = 2 x berat badan usia 1 tahun2.2.7.3 Baku HavardBaku Havard merupakan standar yang telah dibuat berdasarkan perhitungan-perhitungan teliti sehingga diperoleh hasil serangkaian angka-angka berat badan kategori kurus sehat, ideal maupun gemuk sehat dengan selang angka tertentu. Seseorang yang ingin melihat berat badan idealnya tinggal mencocokan dengan baku/ standar yang ada.2.2.7.4 Indeks Massa Tubuh (IMT)Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) merupakan penentuan berat badan sehat yang sekarang banyak juga dipakai dan berlaku untuk orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun.Perhitungannya adalah sebagai berikut :

IMT ideal perempuan = 19-24IMT ideal laki-laki = 20-25Dari perhitungan pemakaian IMT ini, seseorang yang mempunyai IMT antara 25-30 disebut kelebihan berat badan/ over weight dan IMT yang lebih besar dari 30 disebut kegemukan/ obesitas (Wirakusumah, 1994).Sedangkan menurut criteria WHO (1999), obesitas di kategorikan sebagai berikut:Tabel 2.2 Kategori obesitasKATEGORIIMT (Kg/m2)

Underweight< 18,5

Normal18,5-24,9

Overwight25,0-29,9

Obese I30,0-34,9

Obese II35,0-39,9

Obese III 40,0

(Arisman, 2004)15