BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

50
Page | 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Negara-negara berkembang osteomielitis masih merupakan masalah dalam bidang orthopedi. Sebelum ditemukannya antibiotik, osteomielitis masih merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak. Keberhasilan pengobatan osteomielitis ditentukan oleh fakor-faktor diagnosis yang dini dan penatalaksanaan pengobatan berupa pemberian antibiotik atau tindakan pembedahan. Osteomielitis merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Pada dasarnya, semua jenis organism, termasuk virus, parasit, jamur dan bakteri, dapat menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan mikrobakteri. Penyebab osteomielitis piogenik adalah kuman Staphylococcus aureus (89-90%), Escherichia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus influenza dan Streptococcus group B seringkali bersifat pathogen . Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan

Transcript of BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

Page 1: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Di Negara-negara berkembang osteomielitis masih merupakan masalah

dalam bidang orthopedi. Sebelum ditemukannya antibiotik, osteomielitis masih

merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak. Keberhasilan

pengobatan osteomielitis ditentukan oleh fakor-faktor diagnosis yang dini dan

penatalaksanaan pengobatan berupa pemberian antibiotik atau tindakan

pembedahan. Osteomielitis merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang

dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik.

Pada dasarnya, semua jenis organism, termasuk virus, parasit, jamur dan bakteri,

dapat menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri

piogenik tertentu dan mikrobakteri. Penyebab osteomielitis piogenik adalah

kuman Staphylococcus aureus (89-90%), Escherichia coli, Pseudomonas, dan

Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus influenza dan Streptococcus

group B seringkali bersifat pathogen. Infeksi muskuloskeletal merupakan

penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem

muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan

membahayakan jiwa. Diagnosis perlu ditegakkan sedini mungkin, terutama pada

anak-anak sehingga pengobatan dapat segera dimulai dan perawatan pembedahan

yang sesuai dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi dan kerusakan

yang lebih lanjut pada tulang. Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah banyak

dikembangkan tentang bagaimana cara penatalaksanaan penyakit ini dengan tepat.

Seringkali usaha ini berupa suatu tim yang terdiri dari ahli bedah ortopedi, ahli

bedah plastik, ahli penyakit infeksi, ahli penyakit dalam, ahli nutrisi, dan ahli

fisioterapi yang berkolaborasi untuk menghasilkan perawatan multidisiplin yang

optimal bagi penderita. Infeksi dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat

berkembang melalui dua cara, baik melalui peredaran darah maupun akibat kontak

Page 2: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 2

dengan lingkungan luar tubuh. Referat ini berusaha merangkum mengenai

patogenesis, diagnosis, dan tatalaksana dari infeksi muskuloskeletal tersebut.

I.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dijadikan bahasan utama makalah ini antara lain :

1. Apakah pengertian osteomielitis?

2. Apa penyebab osteomielitis?

3. Bagaimana insidensi osteomielitis?

4. Bagaimana patogenesis osteomielitis?

5. Apakah manifekstasi klinis dari osteomielitis?

6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang perlu dilakukan untuk menegakkan

diagnosis osteomielitis?

7. Apa saja diagnosis banding pada keadaan osteomielitis?

8. Apa saja terapi atau tindakan yang dilakukan untuk menangani kondisi

osteomielitis?

9. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien osteomielitis?

10. Bagaimana prognosis dari osteomielitis?

I.3. Tujuan

Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan referat ini adalah untuk memberikan

pengetahuan mengenai osteomielitis kepada tenaga medis khususnya dokter

dan calon dokter

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian osteomielitis

b. Mengetahui penyebab terjadinya osteomielitis

c. Mengetahui insidensi osteomielitis

d. Mengetahui patogenesis osteomielitis

e. Mengetahui manifestasi klinis osteomielitis serta menentukan derajat

osteomielitis

Page 3: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 3

f. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk

menegakkan diagnosa osteomielitis

g. Mengetahui macam-macam diagnosa banding osteomielitis

h. Mengetahui terapi atau tindakan yang dilakukan pada pasien

osteomielitis

i. Mengetahui komplikasi osteomielitis

j. Mengetahui prognosis osteomielitis

I.4. Manfaat

Menambah ilmu pengetahuan dan sebagai sumber informasi mengenai

osteomielitis, khususnya untuk mengenali patogenesis, manifestasi klinik pada

pasien osteomielitis serta cara penanganan dan prognosis yang mungkin terjadi

akibat penyakit osteomielitis tersebut.

Page 4: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Embriologi Tulang

Pembentukan dan perkembangan tulang merupakan suatu proses

morfologik yang unik serta melibatkan perubahan biokimia. Tulang rawan

(kartilago) lempeng epifisis tidak sama dengan tulang rawan hialin dan tulang

rawan artikuler oleh karena tulang rawan lempeng epifisis mempunyai struktur

pembuluh darah, zona-zona dan susunan biokimia sehingga memberikan

gambaran matriks yang unik.2,5

Pada fase awal perkembangan tulang embrio (minggu ke-3 dan ke-4),

terbentuk tiga lapisan germinal yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan

ini merupakan jaringan yang bersifat multipotensial serta akan membentuk

mesenkim yang kemudian berdiferensiasi membentuk jaringan tulang rawan. Pada

minggu kelima perkembangan embrio, terbentuk tonjolan anggota gerak (limb

bud) yang di dalamnya terdapat juga sel mesoderm yang kemudan akan berubah

menjadi mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan. 2,5

II.2. Anatomi Histologi Tulang Manusia

Gambar 2.1 Tahap Pertumbuhan Tulang

Page 5: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 5

Kerangka terdiri dari berbagai tulang dan tulang rawan. Tulang adalah

jaringan ikat yang bersifat kaku dan membentuk bagian terbesar kerangka serta

merupakan jaringan penunjang utama pada tubuh. Tulang rawan (cartilago) adalah

sejenis jaringan ikat yang bersifat lentur dan membentuk bagian kerangka tertentu.

Perbandingan antara tulang dan tulang rawan dalam kerangka berubah seiring

dengan pertumbuhan tubuh, makin muda usia seseorang, makin besar bagian

kerangka yang berupa tulang rawan.3

Observasi umum potongan melintang tulang memperlihatkan daerah-

daerah padat tanpa rongga – yang sesuai dengan tulang kompakta (padat) – dan

daerah-daerah dengan banyak rongga yang saling berhubungan – yang sesuai

dengan tulang berongga (spons).2 Perbedaan antara kedua jenis tulang tadi

ditentukan oleh banyaknya bahan padat dan jumlah serta ukuran ruangan yang ada

di dalamnya. Semua tulang memiliki kulit luar dan lapisan substantia compacta

yang meliputi massa substantia spongiosa di sebelah dalam, kecuali bila massa

substantia spongiosa diubah menjadi cavitas medullaris (rongga sumsum). 3

Pada tulang panjang, ujung yang membulat – yang disebut epifisis – terdiri

atas tulang berongga yang ditutupi selapis tipis tulang kompakta. Bagian silindris

– yaitu diafisis – hampir seluruhnya terdiri dari tulang kompakta, dengan sedikit

tulang spons pada permukaan dalamnya di sekitar rongga sumsum tulang.2

Tulang pendek umumnya memiliki pusat yang terdiri atas tulang berongga

dan seluruhnya dikelilingi oleh tulang kompakta. Tulang pipih yang membentuk

Gambar 2.2 Anatomi Tulang

Page 6: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 6

calvaria memiliki 2 lapis tulang kompakta yang disebut lempeng, yang dipisahkan

oleh selapis tulang berongga yang disebut diploë. 2,5

Tulang dapat dibentuk dengan 2 cara, yaitu mineralisasi langsung dari

matirks yang disekresi osteoblas (osifikasi intramembranosa) atau oleh deposisi

matriks tulang pada matriks tulang rawan yang sudah ada (osifikasi endokondral).

Pada kedua proses, jaringan tulang mula-mula tampak sebagai tulang primer atau

tulang anyaman. Tulang primer merupakan jaringan temporer dan segera diganti

oleh tulang berlamela definitif atau sekunder. Selama pertumbuhan tulang, daerah

tulang primer, daerah resorpsi dan daerah tulang sekunder terlihat berdampingan.

Kombinasi sintesis tulang dan penghancurannya (remodelling), tidak hanya terjadi

pada tulang yang tumbuh, namun juga berlangsung seumur hidup, meskipun

kecepatan perubahannya pada orang dewasa sudah sangat menurun. 2,5

Osifikasi endokondral tulang panjang meliputi urutan kejadian berikut ini :

Mula-mula, jaringan tulang pertama tampak berupa tabung tulang berongga yang

mengelilingi bagian tengah model tulang rawan. Struktur ini, yaitu leher tulang,

Gambar 2.3. Tulang panjang manusia

Page 7: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 7

dihasilkan melalui osifikasi intramembranosa di dalam perikondrium setempat.

Pada tahap berikut, tulang rawan setempat mengalami proses degeneratif

kematian sel, dengan pembesaran sel dan kalsifikasi matriks, yang menghasilkan

struktur 3 dimensi yang terdiri atas sisa-sisa matriks tulang rawan yang mengapur.

Proses ini dimulai di bagian pusat model tulang rawan (diafisis), tempat masuknya

pembuluh darah melalui leher tulang yang sebelumnya telah dilubangi oleh

osteoklas, yang membawa masuk sel-sel osteoprogenitor ke daerah tersebut.

Berikutnya, osteoblas melekat pada matriks tulang yang telah mengapur dan

menghasilkan lapisan tulang primer yang mengelilingi sisa matriks tulang rawan.

Pada tahap ini, tulang rawan berkapur tampak basofilik dan tulang primer terlihat

eosinofilik. Dengan cara ini terbentuk pusat osifikasi primer, kemudian muncul

pusat osifikasi sekunder di bagian ujung yang membesar di model tulang rawan

(epifisis). Selama perluasan dan remodelling berlangsung, pusat osifikasi primer

dan sekunder membentuk rongga yang secara berangsur diisi dan dipenuhi oleh

sumsum tulang. 2,5

Di pusat osifikasi sekunder, tulang rawan tetap ada pada 2 daerah : tulang

rawan sendi, yang tetap ada seumur hidup dan tidak ikut dalam pertumbuhan

memanjang tulang dan tulang rawan epifisis, yang juga disebut lempeng epifisis,

yang menghubungkan epifisis dengan diafisis. Tulang-tulang epifisis bertanggung

jawab atas pertumbuhan memanjang tulang dan tidak terdapat lagi pada orang

dewasa, yang menjadi sebab terhentinya pertumbuhan tulang pada saat dewasa. 2,5

Gambar 1.4 Histologi Tulang

Page 8: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 8

Gambar 2.4. Pertumbuhan Tulang

Page 9: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 9

II.3. Osteomielitis

II.3.1. Definisi

Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari tulang

dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman kuman piogenik.

Dalam kepustakaan lain dinyatakan bahwa osteomielitis adalah radang tulang

yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi

lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat

tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa dan

periosteum. 1,5,6,7,8

II.3.2. Etiologi

Biasanya mikroorganisme dapat menginfeksi tulang melalui tiga cara yaitu

melalui pembuluh darah, langsung melalui area lokal infeksi (seperti selulitis)

atau melalui trauma, termasuk iatrogenik seperti dislokasi sendi atau fiksasi

internal. Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur

dan bakterI, dapat menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan

oleh bakteri piogenik tertentu dan mikobakteri.1,5

Pada balita, infeksi dapat menyebar ke sendi dan menyebabkan arthritis.

Pada anak-anak yang biasanya terinfeksi adalah tulang panjang. Abses

subperiosteal dapat terbentuk karena periosteum melekat longgar di

permukaan tulang, sedangkan pada orang dewasa tulang yang paling sering

terinfeksi adalah tulang belakang dan tulang panggul.1,5

Tibia bagian distal, femur bagian distal, humerus, radius dan ulna bagian

proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan mandibula merupakan tulang yang

paling beresiko untuk terkena osteomielitis karena merupakan tulang yang

banyak vaskularisasinya. Bagaimanapun, abses pada tulang dapat dipicu oleh

trauma di daerah infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus

(80-90%), yang merupakan flora normal yang dapat ditemukan di kulit dan

mukosa membran.1,5,7,8

Umur Organisme

Page 10: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 10

Neonatus (kurang dari 4 bulan) S.aureus, Enterobacter, Streptococcus

α dan β

Anak-anak (4 bulan – 4 tahun) S.aureus, Streptococcus α dan β,

Haemophilus influenza, Enterobacter

Anak-anak, remaja (4 tahun-

dewasa)

S.aureus (80%), Streptococcus α,

Haemophilus influenza, Enterobacter

Orang dewasa S.aureus, kadang-kadang Enterobacter

dan Streptococcus

Selain bakteri, jamur dan virus juga dapat menginfeksi langsung melalui

fraktur terbuka, operasi tulang atau terkena benda yang terkontaminasi.

Osteomielitis kadang dapat merupakan komplikasi sekunder dari tuberkulosis

paru. Pada keadaan ini, bakteri biasa menyebar ke tulang melalui sistem

sirkulasi, pertama yang terinfeksi adalah sinovium (karena kadar oksigen

yang tinggi) sebelum menginfeksi tulang. Pada osteomielitis tuberkulosis,

tulang panjang dan tulang belakang merupakan satu-satunya tulang yang

terinfeksi.1,5,7,8

Osteomielitis dapat juga disebabkan potongan besi yang mengenai tulang

pada saat pembedahan untuk memperbaiki fraktur. Spora bakteri dan jamur

dapat juga mengenai sendi tulang yang terlibat. Osteomielitis juga dapat

terjadi akibat penyebaran infeksi jaringan lunak. Infeksi tersebut meyebar ke

tulang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Tipe penyebaran ini

biasa terjadi pada orang yang lebih tua. Infeksi dapat dimulai dari kerusakan

akibat trauma, terapi radiasi, kanker, atau pada kulit yang luka yang

disebabkan sedikitnya sedikit sirkulasi darah pada tulang atau pada penyakit

diabetes. Infeksi sinus, gusi atau gigi dapat meyebar ke tulang-tulang kepala.

Penyebab osteomielitis biasanya adalah Staphylococcus aureus, bakteri gram

positif seperti Streptococcus pyogenes atau S. Pneumoniae. Pada anak

dibawah 4 tahun bakteri gram negatif Haemophilus influenzae (insiden

bervariasi dari 5-50%). Bakteri gram negatif lainnya : Escherichia coli,

Tabel 2.1. Etiologi osteomielitis

Page 11: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 11

Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis dan Bacteroides fragilis

anaerobik biasanya menyebabkan infeksi tulang akut.1,5,7,8

Penyebab osteomielitis pada anak-anak adalah kuman Staphylococcus

aureus (89-90%), Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%),

Salmonella typhii dan Eschericia coli (1-2%). Pada anak infeksi melalui

aliran darah berasal dari abrasi kecil pada kulit, bisul, infeksi pada gigi atau

pada saat lahir dari infeksi tali pusat. Pada dewasa sumber infeksi berasal dari

kateter ureter, jarum dan semprit arteri yang tidak pada tempatnya atau kotor.

Organisme lain ditemukan pada pecandu heroin dan kelainan oportunistik

pada pasien dengan mekanisme immune defence compromised . Pasien

dengan sickle-cell disease mudah terinfeksi Salmonella.1,5

II.3.3. Epidemiologi

Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonatus

adalah sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien

dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah

trauma pada kaki sekitar 16% (30-40% pada pasien dengan DM). insidensi

osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk.

Osteomielitis hematogen akut banyak ditemukan pada anak-anak, anak laki-

laki lebih sering terkena dibanding perempuan (3:1). Tulang yang sering

terkena adalah tulang panjang dan tersering adalah femur, tibia, humerus,

radius, ulna, fibula. Pada dewasa infeksi hematogen biasanya paling banyak

pada tulang vertebra dibandingkan tulang panjang.1,5,7

Orang dewasa terkena karena menurunnya pertahanan tubuh karena

kelemahan, penyakit ataupun obat-obatan. Diabetes juga berhubungan dengan

osteomielitis, imunosupresi sementara baik yang didapat ataupun di induksi

meningkatkan faktor predisposisi, trauma menentukan tempat infeksi,

kemungkinan disebabkan oleh hematom kecil atau terkumpulnya cairan di

tulang.1,5,7

Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran infeksi lokal

ke jaringan lunak yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi kronis,

dengan rasa nyeri dan kecacatan; amputasi ekstremitas yang terlibat; infeksi

umum; atau sepsis. Sebanyak 10-15% pasien dengan osteomielitis vertebral

Page 12: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 12

mengembangkan temuan neurologis atau kompresi corda spinalis. Sebanyak

30% dari pasien anak dengan osteomielitis tulang panjang dapat berkembang

menjadi trombosis vena dalam (DVT). Perkembangan DVT juga dapat

menjadi penanda adanya penyebarluasan infeksi.1,5,7

Komplikasi vaskular tampaknya lebih umum dijumpai dengan

Staphylococcus aureus yang resiten terhadap methacilin yang didapat dari

komunitas (Community-Acquired Methicillin-Resistant Staphylococcus

Aureus / CA-MRSA) dari yang sebelumnya diakui.1,5,7

1. Mortalitas

Tingkat mortalitas rendah, kecuali yang berhubungan dengan sepsis atau

keberadaan kondisi medis berat yang mendasari.

2. Ras

Tidak ada peningkatan kejadian osteomielitis dicatat berdasarkan ras.

3. Jenis kelamin

Pria memiliki resiko relatif lebih tinggi, yang meningkatkan melalui masa

kanak-kanak, memuncak pada masa remaja dan jatuh ke rasio rendah pada

orang dewasa.

4. Usia

Secara umum, osteomielitis memiliki distribusi usia bimodal.

Osteomielitis akut hematogenous merupakan suatu penyakit primer pada

anak. Trauma langsung dan fokus osteomielitis berdekatan lebih sering

terjadi pada orang dewasa dan remaja dari pada anak. Osteomielitis

vertebral lebih sering pada orang tua dari 45 tahun.

Page 13: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 13

II.3.4. Patogenesis

Infeksi dalam sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui beberapa

cara. Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung,

melalui penyebaran hematogen dari situs infeksi didekatnya ataupun dari

struktur lain yang jauh, atau selama pembedahan dimana jaringan tubuh

terpapar dengan lingkungan sekitarnya.1,5,6,7

Osteomielitis hematogen adalah penyakit masa kanak-kanak yang

biasanya timbul antara usia 5 dan 15 tahun. Ujung metafisis tulang panjang

Gambar 2.5. Etiologi dan prevalensi osteomielitis

Page 14: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 14

merupakan tempat predileksi untuk osteomielitis hematogen. Diperkirakan

bahwa end-artery dari pembuluh darah yang menutrisinya bermuara pada

vena-vena sinusoidal yang berukuran jauh lebih besar, sehingga

menyebabkan terjadinya aliran darah yang lambat dan berturbulensi pada

tempat ini. Kondisi ini mempredisposisikan bakteri untuk bermigrasi melalu

celah pada endotel dan melekat pada matriks tulang. Selain itu, rendahnya

tekanan oksigen pada daerah ini juga akan menurunkan aktivitas fagositik

dari sel darah putih. Dengan maturasi, ada osifikasi total lempeng fiseal dan

ciri aliran darah yang lamban tidak ada lagi. Sehingga osteomielitis

hematogen pada orang dewasa merupakn suatu kejadian yang jarang terjadi. 1,4,5,6,7

Infeksi hematogen ini akan menyebabkan terjadinya trombosis pembuluh

darah lokal yang pada akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avaskular

yang kemudian berkembang menjadi abses. Akumulasi pus dan peningkatan

tekanan lokal akan menyebarkan pus hingga ke korteks melalui sistem Havers

dan kanal Volkmann hingga terkumpul dibawah periosteum menimbulkan

rasa nyeri lokalisata di atas daerah infeksi. Abses subperiosteal kemudian

akan menstimulasi pembentukan involukrum periosteal (fase kronis). Apabila

pus keluar dari korteks, pus tersebut akan dapat menembus soft tissues

disekitarnya hingga ke permukaan kulit, membentuk suatu sinus drainase.1,5,6,7

Faktor-faktor sistemik yang dapat mempengaruhi perjalanan klinis

osteomielitis termasuk diabetes mellitus, immunosupresan, penyakit

imundefisiensi, malnutrisi, gangguan fungsi hati dan ginjal, hipoksia kronik,

dan usia tua. Sedangkan faktor-faktor lokal adalah penyakit vaskular perifer,

penyakit stasis vena, limfedema kronik, arteritis, neuropati, dan penggunaan

rokok.1,5,6,7

Page 15: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 15

Gambar 2.6. Patogenesis osteomielitis

Page 16: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 16

II.3.5. Klasifikasi

Beberapa sistem klasifikasi telah digunakan untuk mendeskripsikan

ostemielitis. Sistem tradisional membagi infeksi tulang menurut durasi dari

timbulnya gejala : akut, subakut, dan kronik. Osteomielitis akut diidentifikasi

dengan adanya onset penyakit dalam 7-14 hari. Infeksi akut umumnya

berhubungan dengan proses hematogen pada anak. Namun, pada dewasa juga

dapat berkembang infeksi hematogen akut khususnya setelah pemasangan

prosthesa dan sebagainya.1,5

Durasi dari osteomielitis subakut adalah antara 14 hari sampai 3 bulan.

Sedangkan osteomielitis kronik merupakan infeksi tulang yang perjalanan

klinisnya terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini berhubungan dengan adanya

nekrosis tulang pada episentral yang disebut sekuester yang dibungkus

involukrum.1,5

Sistem klasifikasi lainnya dikembangkan oleh Waldvogel yang

mengkategorisasikan infeksi muskuloskeletal berdasarkan etiologi dan

kronisitasnya : hematogen, penyebaran kontinyu (dengan atau tanpa penyakit

vaskular) dan kronik. Penyebaran infeksi hematogen dan kontinyu dapat

bersifat akut meskipun penyebaran kontinyu berhubungan dengan adanya

trauma atau infeksi lokal jaringan lunak yang sudah ada sebelumnya seperti

ulkus diabetikum.1,5

Cierny-Mader mengembangkan suatu sistem staging untuk osteomielitis

yang diklasifikasikan berdasarkan penyebaran anatomis dari infeksi dan

status fisiologis dari penderitanya. Stadium 1 – medular, stadium 2 – korteks

superfisial, stadium 3 – medular dan kortikal yang terlokalisasi, dan stadium

4 – medular dan kortikal difus.1,5

II.3.6. Manifestasi Klinis

1. Osteomielitis hematogenik akut

Osteomielitis akut hematogen merupakan infeksi serius yang

biasanya terjadi pada tulang yang sedang tumbuh. Penyakit ini disebut

Page 17: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 17

sebagai osteomielitis primer karena kuman penyebab infeksi masuk ke

tubuh secara langsung dari infeksi lokal di daerah orofaring, telinga, gigi,

atau kulit secara hematogen. Berbeda dengan osteomielitis primer, infeksi

osteomielitis sekunder berasal dari infeksi kronik jaringan yang lebih

superfisial seperti ulkus dekubitum, ulkus morbus hensen ulkus tropikum,

akibat fraktur terbuka yang mengalami infeksi berkepanjangan, atau dari

infeksi akibat pemasangan protesis sendi.1,4,5

Pada awalnya terjadi fokus inflamasi kecil di daerah metafisis

tulang panjang. Jaringan tulang tidak dapat meregang, maka proses

inflamasi akan menyebabkan peningkatan tekanan intraoseus yang

menghalangi aliran darah lebih lanjut. Akibatnya jaringan tulang tersebut

mengalami iskemi dan nekrosis. Bila terapi tidak memadai, osteolisis akan

terus berlangsung sehingga kuman dapat menyebar keluar ke sendi dan

sirkulasi sistemik dan menyebabkan sepsis. Penyebaran ke arah dalam

akan menyebabkan infeksi medula dan dapat terjadi abses yang akan

mencari jalan keluar sehingga membentuk fistel. Bagian tulang yang mati

akan terlepas dari tulang yang hidup dan disebut sebagai sekuester.

Sekuester meninggalkan rongga yang secara perlahan membentuk dinding

tulang baru yang terus menguat untuk mempertahankan biomekanika

tulang. Rongga ditengah tulang ini disebut involukrum.1,5

Penderita kebanyakan adalah anak laki-laki. Lokasi infeksi

tersering adalah di daerah metafisis tulang panjang femur, tibia, humerus,

radius, ulna dan fibula. Daerah metafisis menjadi daerah sasaran infeksi

diperkirakan karena : 1) daerah metafisis merupakan daerah pertumbuhan

sehingga sel-sel mudanya rawan terjangkit infeksi; 2) dan metafisis kaya

akan rongga darah sehingga risiko penyebaran infeksi secara hematogen

juga meningkat; 3) pembuluh darah di metafisis memiliki struktur yang

unik dan aliran darah di daerah ini melambat sehingga kuman akan

berhenti di sini dan berproliferasi.1,5

Secara klinis, penderita memiliki gejala dan tanda dari inflamasi

akut, diiawali dengan nyeri lokal hebat yang terasa berdenyut. Nyeri

biasanya terlokalisasi meskipun bisa juga menjalar ke bagian tubuh lain di

Page 18: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 18

dekatnya. Sebagai contoh, apabila penderita mengeluhkan nyeri lutut,

maka sendi panggul juga harus dievaluasi akan adanya arthritis. Penderita

biasanya akan menghindari menggunakan bagian tubuh yang terkena

infeksi.1,5

Pada pemeriksaan biasanya ditemukan nyeri tekan lokal dan

pergerakan sendi yang terbatas, namun edema dan kemerahan jarang

ditemukan. Dapat pula disertai gejala sistemik seperti demam, menggigil,

letargi, dan nafsu makan menurun pada anak. Nyeri terus menghebat dan

disertai pembengkakakn. Setelah beberapa hari, infeksi yang keluar dari

tulang dan mencapai subkutan akan menimbulkan selulitis sehingga kulit

akan menjadi kemerahan. Oleh karenanya, setiap selulitis pada bayi

sebaiknya dicurigai dan diterapi sebagai osteomielitis sampai terbukti

sebaliknya.1,5,8  

Pada pemeriksaan laboratorium darah, dijumpai leukositosis

dengan predominasi sel-sel PMN, peningkatan LED dan protein reaktif-C

(CRP). Aspirasi dengan jarum khusus untuk membor dilakukan untuk

memperoleh pus dari subkutan, subperiosteum, atau fokus infeksi di

metafisis. Foto polos pada awal gejala didapatkan hasil yang negatif.

Seminggu setelah itu dapat ditemukan adanya lesi radiolusen dan elevasi

periosteal. Sklerosis reaktif tidak ditemukan karena hanya terjadi pada

infeksi kronis. Presentasi radiologi dari Osteomielitis hematogen akut

mirip dengan gambaran neoplasma seperti Leukimia limfositik akut,

Ewing’s sarkoma, dan histiositosis Langerhans’. Karena itu, dibutuhkan

biopsi untuk menentukan diagnosis pasti. Kelainan tulang baru tampak

Gambar 2.7. Osteomielitis hematogen akut

Page 19: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 19

pada foto rongent akan tampak 2-3 minggu. Pada awalnya tampak reaksi

periosteum yang diikuti dengan gambaran radiolusen ini baru akan tampak

setelah tulang kehilangan 40-50% masa tulang. MRI cukup efektif dalam

mendeteksi osteomielitis dini, sensitivitasnya 90-100%. Skintigrafi tulang

tiga fase dengan teknisium dapat menemukan kelainan tulang pada

osteomielitis akut, skintigrafi tulang khusus juga dapat dibuat dengan

menggunakan leukosit yang di beri label galium dan indium.1,5,8

Osteomielitis akut harus diterapi secara agresif agar tidak menjadi

osteomielitis kronik. Diberikan antibiotik parenteral berspektrum luas

berdosis tinggi selama 4-6 minggu. Selain obat-obatan simtomatik untuk

nyeri, pasien sebaiknya tirah baring dengan memperhatikan kelurusan

tungkai yang sakit dengan mengenakan bidai atau traksi guna mengurangi

nyeri, mencegah kontraktur, serta penyebaran kuman lebih lanjut. Bila

setelah terapi intensif 24 jam tidak ada perbaikan, dilakukan pengeboran

tulang yang sakit di beberapa tempat untuk mengurangi tekanan

intraoseus. Cairan yang keluar dapat dikultur untuk menentukan antibiotik

yang lebih tepat.1,5,8

Diagnosis banding pada masa akut yaitu demam reumatik, dan

selulitis biasa. Setelah minggu pertama, terapi antibiotik dan analgetik

sudah diberikan sehingga gejala osteomielitis akut memudar. Gambaran

rongent pada masa ini berupa daerah hipodens di daerah metafisis dan

reaksi pembentukan tulang subperiosteal.  Gambaran rongent dan klinis

yang menyerupai granuloma eosinofilik, tumor Ewing, dan osteosarkoma.

Komplikasi dini osteomielitis akut yaitu berupa abses, atritis septik,

hingga sepsis, sedangkan komplikasi lanjutnya yaitu osteomielitis kronik,

kontraktur sendi, dan gangguan pertumbuhan tulang.1,5,8

2. Osteomielitis Subakut

Infeksi subakut biasanya berhubungan dengan pasien pediatrik.

Infeksi ini biasanya disebabkan oleh organisme dengan virulensi rendah

dan tidak memiliki gejala. Osteomielitis subakut memiliki gambaran

radiologis yang merupakan kombinasi dari gambaran akut dan kronis.

Seperti osteomielitis akut, maka ditemukan adanya osteolisis dan elevasi

Page 20: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 20

periosteal. Seperti osteomielitis kronik, maka ditemukan adanya zona

sirkumferensial tulang yang sklerotik. Apabila osteomielitis subakut

mengenai diafisis tulang panjang, maka akan sulit membedakannya

dengan Histiositosis Langerhans atau Ewing’s Sarcoma.1,5,8

Brodie Abses

Lesi ini, awalnya ditemukan oleh Brodie pada tahun 1832,

merupakan bentuk lokal osteomielitis subakut, dan sering disebabkan

oleh Staphylococcus aureus. Insiden tertinggi (sekitar 40%) pada

dekade kedua. Lebih dari 75% kasus terjadi pada pasien laki-laki.

Onset ini sering membahayakan, dan untuk manifestasi sistemik pada

umumnya ringan atau tidak ada. Abses, biasanya terlokalisasi di

metaphysis dari tibia atau tulang paha, dan dikelilingi oleh sclerosis

reaktif. Sesuai teori tidak terdapatnya sekuester, namun gambaran

radiolusen mungkin akan terlihat dari lesi ke lempeng epifisis. Abses

tulang mungkin menyebrang ke lempeng epifisis namun jarang

terlokalisir.1,5,8

3. Osteomielitis Kronik

Osteomielitis kronis merupakan hasil dari osteomielitis akut dan

subakut yang tidak diobati. Kondisi ini dapat terjadi secara hematogen,

iatrogenik, atau akibat dari trauma tembus. Infeksi kronis seringkali

berhubungan dengan implan logam ortopedi yang digunakan untuk

mereposisi tulang. Inokulasi langsung intraoperatif atau perkembangan

Gambar 2.8. Osteomielitis subakut

Page 21: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 21

hematogenik dari logam atau permukaan tulang mati merupakan tempat

perkembangan bakteri yang baik karena dapat melindunginya dari leukosit

dan antibiotik. Pada hal ini, pengangkatan implan dan tulang mati tersebut

harus dilakukan untuk mencegah infeksi lebih jauh lagi. Gejala klinisnya

dapat berupa ulkus yang tidak kunjung sembuh, adanya drainase pus atau

fistel, malaise, dan fatigue. Penderita osteomielitis kronik mengeluhkan

nyeri lokal yang hilang timbul disertai demam dan adanya cairan yang

keluar dari suatu luka pascaoperasi atau bekas fraktur. Pemeriksaan

rontgen memperlihatkan gambaran sekuester dan penulangan baru.1,5,8

Penangan osteomielitis kronik yaitu debridemant untuk

mengeluarkan jaringan nekrotik dalam ruang sekuester, dan penyaliran

nanah. Pasien juga diberikan antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur.

Involukrum belum cukup kuat untuk menggantikan tulang asli yang telah

hancur menjadi sekuester sehingga ekstrimitas yang sakit harus dilindungi

oleh gips untuk mencegah patah tulang patologik, dan debridement serta

sekuesterektomi ditunda sampai involukrum menjadi kuat.1,5,8

Chronic Recuiment Multifocal Osteomielitis

Pada dasarnya hal ini sudah menjadi pembahasan umum bahwa

orang yang sudah terkena penyakit osteomielitis akan sulit untuk sembuh.

Walaupun sudah diberikan antibiotik yang bagus. Hal ini dikaitkan dari

pathogenesis osteomielitis itu sendiri. Kuman yang masuk ke dalam tubuh

melalui hematogen menyebabkan suatu kondisi untuk mempredisposisikan

bakteri bermigras melalui celah endotel dan melekat pada matriks tulang.

Selain itu rendahnya tekanan oksigen pada daerah ini juga akan

menurunkan aktivitas fagositik dari sel darah putih. Infeksi hematogen ini

akan menyebabkan terjadinya thrombosis pembuluh darah local yang pada

akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avaskular yang kemudian akan

menjadi abses. Pada awalnya terjadi inflamasi kecil di daerah metafisis

tulang panjang. Jaringan tulang tidak dapat meregang, maka proses

inflamasi akan menyebabkan peningkatan intraoseus yang menghalangi

aliran darah lebih lanjut. Akibatnya jaringan tulang tersebut mengalami

nekrosis dan iskemi. Sehingga akan terbentuknya sekuster. Sekuester yang

Page 22: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 22

berada di lingkungan yang avaskular dan nekrotik akan menjadi tempat

yang menguntungkan untuk berkembangbiak bakteri. Dimana tempat

avaskular tersebut tidak mampu dijangkau oleh antibiotik  dan sel-sel

fagositik. Setelah fase akut terlewati, tidak menutup kemungkinan untuk

muncul sequelae infeksi di tulang dari sequestrumnya yang belum tuntas.

Karena orang yang terkena penyakit osteomielitis biasanya pada orang-

orang yang memiliki immunokompremise.1

II.3.7. Pemeriksaan Penunjang

II.3.7.1. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan darah lengkap

Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal. Adanya

pergeseran ke kiri biasanya disertai dengan peningkatan jumlah leukosit

polimorfonuklear. Tingkat C-reaktif protein biasanya tinggi dan

nonspesifik; penelitian ini mungkin lebih berguna daripada laju

endapan darah (LED) karena menunjukan adanya peningkatan LED

pada permulaan. LED biasanya meningkat (90%), namun, temuan ini

secara klinis tidak spesifik. CRP dan LED memiliki peran terbatas

dalam menentukan osteomielitis kronis seringkali didapatkan hasil yang

normal.1,5,8

Gambar 2.9. Osteomielitis kronik

Page 23: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 23

2. Kultur

Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak

berkorelasi dengan bakteri yang menyebabkan osteomielitis dan

memiliki penggunaan yang terbatas. Darah hasil kultur, positif pada

sekitar 50% pasien dengan osteomielitis hematogen. Bagaimanapun,

kultur darah positif mungkin menghalangi kebutuhan untuk prosedur

invasif lebih lanjut untuk mengisolasi organisme. Kultur tulang dari

biopsi atau aspirasi memiliki hasil diagnostik sekitar 77% pada semua

studi.1,5,8

II.3.7.2. Pemeriksaan Radiologis

1. Foto polos

Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada

pemeriksaan radiograf. 3-5 hari setelah terinfeksi terdapat adanya

edema jaringan lunak. Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area

osteopeni, yang mengawali destruksi cancellous bone. Seiring

berkembangnya infeksi, reaksi periosteal akan tampak, dan area

destruksi pada korteks tulang tampak lebih jelas. Osteomielitis kronik

diidentifikasi dengan adanya detruksi tulang yang masif dan adanya

involukrum, yang membungkus fokus sklerotik dari tulang yang

nekrotik yaitu sequestrum. Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat

dilihat pada radiograf kecuali apabila terdapat edema. Pengecualian

lainnya adalah apabila terdapat infeksi yang menghasilkan udara yang

menyebabkan terjadinya ‘gas gangrene’. Udara pada jaringan lumak ini

dapat dilihat sebagai area radiolusen, analog dengan udara usus pada

foto abdomen. Dengan 28 harim 90 % pasien menunjukkan beberapa

kelainan. Sekitar 40-50% kehilangan fokus tulang yang menyebabkan

terdeteksinya lusensi pada film biasa.1,5,8

Page 24: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 24

Gambar 2.10. Lesi destruksi dan reaksi periosteal pada osteomielitis akut

Gambar 2.11. Osteomielitis pada tulang metacarpal digiti 2

2. Ultrasound

Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan menguntungkan

untuk mengevaluasi pasien pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul.

Teknik sederhana dan murah telah menjanjikan, terutama pada anak

dengan osteomielitis akut. Ultrasonografi dapat menunjukkan perubahan

sejak 1-2 hari setelah timbulnya gejala. Kelainan termasuk abses jaringan

lunak atau kumpulan cairan dan elevasi periosteal. Ultrasonografi

memungkinkan untuk petunjuk ultrasound aspirasi. Tidak memungkinkan

untuk evaluasi korteks tulang.1,5,8

Page 25: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 25

3. Radionuklir

Jarang dipakai untuk mendeteksi osteomielitis akut. Pencitraan ini

sangat sensitif namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang.

Umumnya, infeksi tidak bisa dibedakan dari neoplasma, infark, trauma,

gout, stress fracture, infeksi jaringan lunak, dan artritis. Namun,

radionuklir dapat membantu untuk mendeteksi adanya proses infeksi

sebelum dilakukan prosedur invasif dilakukan.1,5,8

1.

Gambar 2.12. Gambaran akumulasi radioaktif pada ankle kanan,

karakteristik pada osteomielitis

4. CT Scan

CT scan dapat menggambarkan kalsifikasi abnormal, pergeseran

dan kelainan intracortical. Hal ini tidak direkomendasikan untuk

penggunaan rutin untuk mendiagnosis osteomielitis tetapi sering menjadi

pilihan pencitraan ketika MRI tidak tersedia.1,5,8

CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk

mengidentifikasi sequestra pada osteomielitis kronik. Sequestra akan

tampak lebih radiodense dibanding involukrum disekelilingnya.1,5,8

Gambar 2.13. CT-scan osteomielitis kaput femoralis kanan.

Page 26: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 26

5. MRI

MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi osteomyelitis.

Penelitian telah menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan

radiografi polos, CT, dan scanning radionuklida dan dianggap sebagai

pencitraan pilihan. Sensitivitas berkisar antara 90-100%. Tomografi emisi

positron (PET) scanning memiliki akurasi yang mirip dengan MRI.1,5,8

II.3.8. Diagnosis Banding

Osteomielitis mudah didiagnosis secara klinis, pemeriksaan radiologis dan

tambahan seperti CT dan MRI jarang diperlukan. Namum demikian,

seringkali osteomielitis memiliki gejala klinis yang hampir sama dengan yang

lain. Khususnya dalam keadaan akut, gejala klinis yang muncul sama seperti

pada histiocytosis sel Langerhans atau sarcoma Ewing. Perbedaan pada setiap

masing-masing kondisi dari jaringan lunak. Pada osteomielitis, jaringan lunak

Gambar 2.14. MRI osteomielitis

Page 27: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 27

terjadi pembengkakan yang difus. Sedangkan pada sel langerhan histiocytosis

tidak terlihat secara signifikan pembengkakan jaringan lunak atau massa.

Sedangkan pada ewing sarkoma pada jaringan lunaknya terlihat sebuah

massa. Durasi gejala pada pasien juga memainkan peranan penting untuk

diagnostik. Untuk sarkoma ewing dibutuhkan 4-6 bulan untuk

menghancurkan tulang sedangkan osteomielitis 4-6 minggu dan histiocytosis

sel langerhans hanya 7-10 hari.1,5,8

II.3.9. Penatalaksanaan

Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan

pemberian antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan.

Karena Staphylococcus merupakan kuman penyebab tersering, maka

antibiotika yang dipilih harus memiliki spektrum antistafilokokus. Jika biakan

darah negatif, maka diperlukan aspirasi subperiosteum atau aspirasi

intramedula pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan untuk tirah baring,

keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan antipiretik bila

demam, dan ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Perbaikan klinis biasanya

terlihat dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika. Jika tidak ditemukan

perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah.1,5,6,8

Terapi antibiotik biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan

osteomielitis. LED dan CRP sebaiknya diperiksa secara serial setiap minggu

untuk memantau keberhasilan terapi. Pasien dengan peningkatan LED dan

CRP yang persisten pada masa akhir pemberian antibiotik yang direncanakan

mungkin memiliki infeksi yang tidak dapat ditatalaksana secara komplit. C-

Reactive Protein (CRP) Adalah suatu protein fase akut yang diproduksi oleh

hati sebagai respon adanya infeksi, inflamasi atau kerusakan jaringan.

Inflamasi merupakan proses dimana tubuh memberikan respon terhadap

injury. Jumlah CRP akan meningkat tajam beberapa saat setelah terjadinya

inflamasi dan selama proses inflamasi sistemik berlangsung. Sehingga

pemeriksaan CRP kuantitatif dapat dijadikan petanda untuk mendeteksi

adanya inflamasi/infeksi akut. Berdasarkan penelitian, pemeriksaan Hs-CRP

dapat mendeteksi adanya inflamasi lebih cepat dibandingkan pemeriksaan

Page 28: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 28

Laju Endap Darah (LED). Terutama pada pasien anak-anak yang sulit untuk

mendapatkan jumlah sampel darah yang cukup untuk pemeriksaan LED.1,5,6,8

Sedangkan LED adalah merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk

darah. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur

dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam.

Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi LED-

nya. Tinggi ringannya nilai pada LED memang sangat dipengaruhi oleh

keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Nilai LED meningkat pada

keadaan seperti kehamilan (35 mm/jam), menstruasi, TBC paru-paru (65

mm/jam) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan

jaringan. Jadi pemeriksaan LED masih termasuk pemeriksaan penunjang

yang tidak spesifik untuk satu penyakit. Bila dilakukan secara berulang laju

endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti

tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. LED yang cepat

menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan LED dibandingkan

sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan LED yang

menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.1,4,5,6,8

Perbedaan pemeriksaan CRP dan LED:

Hasil pemeriksaan Hs-CRP jauh lebih akurat dan cepat

Dengan range pengukuran yang luas, pemeriksaan Hs-CRP sangat

baik dan penting untuk: Mendeteksi Inflamasi/infeksi akut secara

cepat (6-7 jam setelah inflamasi)

Hs-CRP meningkat tajam saat terjadi inflamasi dan menurun jika

terjadi perbaikan sedang LED naik kadarnya setelah 14 hari dan

menurun secara lambat sesuai dengan waktu paruhnya.

Pemeriksaan Hs-CRP dapat memonitor kondisi infeksi pasien dan

menilai efikasi terapi antibiotika.

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang

yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik

diangkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin

fisiologis steril. Terapi antibiotik dianjurkan. Pada osteomielitis kronik,

antibiotika merupakan adjuvan terhadap debridement bedah. Dilakukan

Page 29: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 29

sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah

dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang

untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal

(saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat

supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen. Pada beberapa kasus,

infeksi sudah terlalu berat dan luas sehingga satu-satunya tindakan terbaik

adalah amputasi dan pemasangan prothesa. Bila proses akut telah

dikendalikan, maka terapi fisik harian dalam rentang gerakan diberikan.

Kapan aktivitas penuh dapat dimulai tergantung pada jumlah tulang yang

terlibat. Pada infeksi luas, kelemahan akibat hilangnya tulang dapat

mengakibatkan terjadinya fraktur patologis. Indikasi dilakukannya

pembedahan ialah:1,5,6,8

1. Adanaya sequester

2. Adanya abses

3. Rasa sakit yang hebat

4. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma

Epidermoid).

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau

dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan

grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk

mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan

salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan

pemberian irigasi ini.1,5,6,8

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk

merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi

dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot

diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).

Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan

darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi

infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk

menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang,

kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau

Page 30: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 30

alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang. Saat yang

terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involukrum telah

cukup kuat; mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.1,5,6,8

Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh :

1. Pemberian antibiotik yang tidak cocok dengan mikroorganisme

penyebabnya

2. Dosis yang tidak adekuat

3. Lama pemberian tidak cukup

4. Timbulnya resistensi

5. Kesalahan hasil biakan

6. Pemberian pengobatan suportif yang buruk

7. Kesalahan diagnostic

8. Pada pasien yang imunokempromaise

II.3.10. Komplikasi1,5

Komplikasi dari osteomielitis antara lain:

1. Kematian tulang (osteonekrosis)

2. Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam tulang,

menyebabkan kematian tulang. Jika terjadi nekrosis pada area yang luas,

kemungkinan harus diamputasi untuk mencegah terjadinya penyebaran

infeksi.

3. Arthritis septik

4. Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tuolang bias menyebar ke dalam

sendi di dekatnya.

5. Gangguan pertumbuhan

Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi osteomielitis adalah pada

daerah yang lembut, yang disebut lempeng epifisis, di kedua ujung tulang

panjang pada lengan dan kaki. Pertumbuhan normal dapat terganggu pada

tulang yang terinfeksi.

6. Kanker kulit

Page 31: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 31

Jika osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuka yang

menyebabkan keluarnya nanah, maka kulit disekitarnya berisiko tinggi

terkena karsinoma sel skuamosa.

7. Abses tulang

8. Bakteremia

9. Fraktur

10. Selulitis

II.3.11. Prognosis

Setelah mendapatkan terapi, umumnya osteomielitis akut menunjukkan

hasil yang memuaskan. Prognosis osteomielitis kronik umumnya buruk

walaupun dengan pembedahan, abses dapat terjadi sampai beberapa minggu,

bulan atau tahun setelahnya. Amputasi mungkin dibutuhkan, khususnya pada

pasien dengan diabetes atau berkurangnya sirkulasi darah. Pada penderita yang

mendapatkan infeksi dengan penggunaan alat bantu prostetik perlu dilakukan

monitoring lebih lanjut. Mereka perlu mendapatkan terapi antibiotik profilaksis

sebelum dilakukan operasi karena memiliki resiko yang lebih tinggi untuk

mendapatkan osteomielitis.1,5

Page 32: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 32

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sumsum tulang, biasanya

disebabkan oleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa

mengenai semua usia tetapi umumnya mengenai anak-anak dan orang tua.

Oteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri, diantaranya dari species

staphylococcus dan stertococcus. Selain bakteri, jamur dan virus juga dapat

menginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur

bagian distal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, vertebra,

maksila, dan mandibula merupakan tulang yang paling beresiko untuk terkena

osteomielitis karena merupakan tulang yang banyak vaskularisasinya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

osteomielitis akut, sub akut dan kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas

tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan

menimbulkan nyeri. Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang,

infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang

menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari

tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran

sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

Oteomielitis didiagnosis banding dengan osteosarkoma dan Ewing

sarkoma sebab memiliki gambaran radiologik yang mirip. Gambaran

radiologik osteomielitis baru terlihat setelah 10-14 hari setelah infeksi, yang

akan memperlihatkan reaksi periosteal, sklerosis, sekuestrum dan involikrum.

Penatalaksanaan osteomielitis harus secara komprehensif meliputi

pemberian antibiotika selama 2-4 minggu, pembedahan, dan konstruksi

jaringan lunak, kulit, dan tulang. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama

perjalanan penyakitnya, untuk yang akut prognosisnya umumnya baik, tetapi

yang kronis umumnya buruk. Tingkat mortalitas osteomielitis adalah rendah,

kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari.

Page 33: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 33

III.2. Saran

Dengan adanya referat yang berjudul osteomielitis ini, diharapkan kepada

para calon dokter, dokter dan tenaga medis lainnya untuk dapat lebih mengenali

mengenai osteomielitis baik mengenai tanda dan gejala dari osteomielitis maupun

penanganan yang dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut sesuai dengan

kriteria klinis yang tepat dan sesuai pada pasien tersebut, hal ini sangat penting

dilakukan mengingat risiko perburukan keadaan yang sangat cepat pada penderita

dengan osteomielitis serta penentuan dalam penanganan yang membutuhkan

tindakan yang cepat dan tepat.

Page 34: BAB 2 Osteomielitis Fix (Autosaved)

P a g e | 34

DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar, Cotran Robins. 2005. Patologi Anatomi, Edisi 2.. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

2. Junqueira L., Carneiro J., 2007, Histologi Dasar Teks & Atlas, Edisi 10.

Pernerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta

3. Moore K., Agur A., 2002, Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates. Jakarta

4. Nugroho E., 1995,  Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, ED. 7, hal

281-282, WidyaMedika, Indonesia

5. Rasjad C., 2007, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. PT. Yarsif Watampone.

Jakarta

6. Carek, J Peter. 2001. Diagnosis and Management of Osteomyelitis. Available

from : http://www.aafp.org/afp/2001/0615/p2413.html [Accessed : 2013, 12

October]

7. Roy, Mayank. Jeremy S. 2012. Pathophysiology and Pathogenesis of

Osteomyelitis. Available from: http://www.intechopen.com/books/

osteomyelitis/pathophysiology-and-pathogenesis [Accessed : 2013, 12

October]

8. Osteomyelitis: Detection and treatment. Available from:

http://reference.medscape.com/features/slideshow/ osteomyelitis [Accessed :

2013, 12 October]