BAB 2 FIX

49
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang kondisinya sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena patah atau lepas. Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau lebih tonjol gigi/ cusp. Apabila morfologi oklusal telah mengalami perubahan karena restorasi sebelumnya, karies, atau penggunaan fisik, maka inlay dengan dua permukaan tidak akan adekuat lagi. Hal ini memerlukan suatu restorasi yang meliputi seluruh daerah oklusal. Dan dalam keadaan ini, onlay MOD merupakan jenis restorasi yang tepat. 1.2 TUJUAN Mengenalkan kepada mahasiswa pendidikan kedokteran gigi macam-macam bahan-bahan kedokteran gigi yaitu inlay dan onlay. 1.3 MANFAAT 1

description

bab 2 fix

Transcript of BAB 2 FIX

Page 1: BAB 2 FIX

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab kemudian

dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang

dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau

gigi dengan tambalan yang kondisinya sudah buruk dan harus diganti, bila

ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin komposit dikhawatirkan

tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena patah atau lepas.

Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau lebih tonjol

gigi/ cusp. Apabila morfologi oklusal telah mengalami perubahan karena restorasi

sebelumnya, karies, atau penggunaan fisik, maka inlay dengan dua permukaan

tidak akan adekuat lagi. Hal ini memerlukan suatu restorasi yang meliputi seluruh

daerah oklusal. Dan dalam keadaan ini, onlay MOD merupakan jenis restorasi

yang tepat.

1.2 TUJUAN

Mengenalkan kepada mahasiswa pendidikan kedokteran gigi macam-macam

bahan-bahan kedokteran gigi yaitu inlay dan onlay.

1.3 MANFAAT

Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai preparasi, aplikasi pada

inlay dan onlay.

1

Page 2: BAB 2 FIX

BAB 2

PEMBAHASAN

INLAY DAN ONLAY PADA KEDOKTERAN GIGI

1. Inlay

Dental Inlay adalah restorasi gigi yang digunakan untuk memperbaiki

gigi yang rusak ringan hingga sedang. Inlay juga dapat digunakan untuk

mengembalikan gigi yang retak atau patah jika kerusakan tidak cukup parah

untuk memerlukan mahkota gigi. Inlay biasanya terbuat dari porselen, resin

komposit, dan kadang-kadang dari emas. Inlay disebut juga restorasi

intrakorona , yaitu restorasi yang terdapat di dalam kavitas oklusal. Restorasi

ini dibentuk di luar mulut dari bahan yang rigid dan kemudian disemenkan ke

dalam gigi yang telah dipreparasi, yang tentu saja tidak boleh mempunyai

undercut.

Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab

kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya

gigi yang dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah

berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang kondisinya sudah buruk dan

harus diganti, bila ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin

komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena

patah atau lepas.

Beberapa restorasi inlay yang sering digunakan adalah:

a. Inlay logam tuang dengan teknik direk

b. Inlay dan onlay logam tuang dengan teknik indirek

c. Inlay porselen

Bahan yang digunakan

a. Logam tuang

Logam tradisional bagi inlay adalah emas. Emas murni (24 karat,

100 persen atau 1000 fine) jarang sekali digunakan karena merupakan

bahan yang sangat lunak. Logam lain lalu ditambahkan kedalamnya untuk

meningkatkan sifat fisiiknya dan karena itu bahan yang digunakan dalam

inlay ”emas” tradisional adalah suatu aloi emas. Aloi tersebut ada yang

2

Page 3: BAB 2 FIX

terdiri dari 60 persen emas atau lebih dan ada pula yang hanya

mengandung 20 persen emas. Aloi-aloi lain sama sekali tidak

mengandung emas tetapi hanya mengandung kombinasi-kombinasi

logam-logam lain, sehingga sering disebut sebagai logam cor.

b. Porselen

Inlay dan vinir porselen dibuat dengan salah satu dari dua teknik

yang sangat berbeda. Pada teknik pertama,cetakan gigi dicor dalam bahan

refraktori yang dapat dipanaskan sampai suhu tinggi sekali tanpa

mengalami kerusaka. Bubuk porselen dicampur dengan cairan sampai

menjadi pasta dan dimasukkan ke dalam kavitas inlay atau ke dalam

permikaan labial model refraktori ini, kemudian dibakar dalam tungku

pembakaran sampai partikel-partikel porselennya menyatu. Proses diulang

beberapa kali hingga restorasi menjadi berbentuk dan berwarna seperti

yang diinginkan. Model refraktori kemudian dibuka,biasanya dengan

sand blasting atau glass bead blasting.

Teknik kedua adalah mengecor suatu batangan kaca yang layak

cor ke dalam mould dengan lost wax technique. Restorasi kaca ini

kemudian dimasukkan ke dalam tungku pembakaran keramik yang akan

mengubah bahan menjadi keramik yang kemudian diwarnai dan dibakar

untuk mengubah penampilannya. Kedua teknik menghasilkan restorasi

keramik (biasanya disebut porselen walaupun sebetulnya tidak akurat),

tetapi bahan-bahan ini agak berbeda sifatnya.

Keuntungan dan kerugian restorasi logam tuang dan porselen

yaitu:

a. Kekuatan

Pada daerah yang tipis, logam cor lebih kuat daripada amalgam,

komposit, atau semen ionomer kaca dan mempunyai kesanggupan

melawan kekuatan tensil yang lebih besar. Oleh karena itu, bahan ini

merupakan bahan pilihan untuk melindungi tonjol gigi yang telah

melemah, yang dengan ketebalan logam 1,0 mm atau kurang sudah cukup

dibandingkan dengan ketebalan minimal amalgam yang 3mm.

3

Page 4: BAB 2 FIX

Sifatnya yang kuat walau dalam potongan tipis juga membuat

bahan ini lebih ideal bagi restorasi vinir ekstrakorona seperti onlay, dan

mahkota lengkap atau sebagian. Bergatung pada aloi logam yang

digunakannya, logam cor bersifat agak duktil, yang memungkinkan tepi

restorasi diburnis agar adaptasinya lebih baik. Untuk itu, preparasi

diakhiri dengan bevel atau bahu pada tepi agar ujung logam nya bisa tipis.

Di pihak lain, porselen mempunyai kekuatan kompresif yang

tinggi tetapi rendah dalam kekuatan tensilnya. Ini berarti bahan ini relative

getas dalam potongan tipis, paling sedikit sampai bahan ini disemenkan

pada gigi dan mendapatkan dukungan dari jaringan gigi. Oleh karena itu

restorasi porselen jangan diberi bevel, dan diperlukan ketebalan minimal

agar restorasi tidak pecah. Bagi porselen konvensional, ketebalan ini

minimal sekitar 1,5mm, tapi bagi vinir porselen yang tidak terkena

tekanan oklusal, 0,5mm atau kurang sudah memadai.

b. Ketahanan Terhadap Abrasi

Walaupun amalgam menyerupai email dalam ketahananya

terhadap abrasi, baik komposit maupun semen ionomer kaca cenderung

aus dengan lebih cepat dari pada email, terutama dipermukaan oklusal.

Logam tuang dan porselen paling sedikit sama kuatnya dengan

email dalam menahan abrasi, dan memang ada keyakinan bahwa porselen

lebih resisten daripada email sehingga restorasi porselen berantagonis

dengan gigi asli, gigi aslinya itu yang akan aus lebih cepat. Ini akan benar-

benar terjadi jiuka pengupaman (glazing) porselen tidak sempurna atau

tidak terkikis.

Jika terdapat kavitas abrasi dileher gigi, komposit atau semen

ionomer mungkin sudah cukup menahan abrasi selanjutnya. Kadang-

kadang untuk mengulangi hal ini dipakai inlay porselen atau inlay logam

cor.

c. Penampilan

Emas sering merupakan bahan yang paling disukai untuk alasan

estetika karena lebih menarik daripada amalgam dan tidak rusak seperti

silikat. Selain itu, dilingkungan masyarakat tertentu, emas di anggap

4

Page 5: BAB 2 FIX

sebagai symbol status jika diletakkan di depan atau di pinggir mulut.

Dengan di perkenalkannya bahan restorasi sewarna dengan gigi yang

lebih andal, mode tersebut lambat laun menghilang dan kini relative

sedikit pasien yang meminta tambalan emas.

d. Versatilitas

Logam cor merupakan bahan yang sangat serbaguna. Dengan

teknik indirek, restorasi oklusal dan konturaksial serta daerah kontaknya

dapat di bentuk dengan akurat di laboratorium. Jika restorasi tuang di buat

pada pasien yang harus juga di buatkan gigi tiruan sebagian lepas, bidang

pemandu, dudukan test,dan reciprocal ledge dapat sekaligus di bentuk

pada restorasinya sewaktu dalam tahap laboratorium.

e. Biaya

Biaya merupakan kelemahan terbesar dari restorasi logam tuang

dan porselen. Penyebab tingginya biaya adalah jumlah waktu yang harus

dialokasikan. Selalu ada tahap laboratorium sehingga minimal harus ada

dua perjanjian klinis dengan pasien. Pertama untuk preparasi gigi dan

pencetakan, dan kedua untuk pengepasan restorasi setelah dibuat di

laboratorium. Waktu ekstra yang harus di keluarkan oleh dokter gigi dan

peteknik gigi tak terhindarkan lagi menyebabkan biaya yang beberapa kali

lebih mahal dari pada restorasi plastisnya yang setara.

f. Penyemenan

Faktor yang lemah pada setiap restorasi yang di semenkan adalah

penyemenan. Tepi suatu restorasi yang tepat-rapat sekalipun masih

mempunyai celah beberapa micrometer (10-16 mikrometer) dari dinding

kavitas. Kerapatan tepi restorasi dengan demikian bergantung seluruhnya

pada semen.

keuntungan dan kekurangan inlay:

a. Inlay akan menambah kekuatan gigi lebih besar daripada tumpatan biasa

b. Inlay lebih kuat dan tahan lama daripada tumpatan biasa.

c. Lebih sederhana dibanding crown  karena lebih sedikit jaringan gigi yang diambil

5

Page 6: BAB 2 FIX

d. Karena melalui proses laboratorium, inlay lebih mahal dibanding tambalan biasa.

Indikasi inlay:

1. Baik untuk kavitas yang kecil/ karies proksimal lebar

2. Bila diperlukan untuk restorasi klamer dari suatu gigi tiruan (pegangan),

misalnya: inlay bukal atau disto/mesial inlay yang perlu untuk dibuatkan “ Rest

Seat”, untuk gigi tiruan.

3. Kavitas dengan bentuk preparasi > 1,5 jarak central fossa ke puncak cusp

4. Mengembalikan estetik pada restorasi gigi posterior yang mengalami kerusakan

akibat adanya karies sekunder

5. Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang digunakan

untuk menggigit (pada gigi belakang)

6. Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang tersisa

sedikit (pada gigi belakang).

Kontraindikasi inlay:

1. Frekuensi karies tinggi

2. OH pasien jelek

3. Permukaan oklusal yang berat

Restorasi keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar untuk

mencukupi tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang memilki

bruxism atau kebiasaan clenching. Meihat permukaan oklusal dapat

menjadi indikasi apakah gigi pasien bruxism/clenching.

4. Ketidakmampuan untuk memeliharanya

Meskipun beberapa penelitin memberitahukan bahwa dental adhesive dapat menetralkan berbagai kontraindikasi, adhesive teknik memerlukan real-perfect moisture control.yang menjamin keberhasilan kliniknya.

5. Preparasi subgingival yang tajam

Walupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi dengan

kedalaman tepi gingival harus dihindari. Tepi akan sulit dan

mempengaruhi cetakan dan akan sulit untuk di selesaikan.

Dibawah ini diuraikan secara lebih lengkap mengenai indikasi yang

paling sering bagi setiap restorasi:

a.Inlay Logam Tuang Direct

6

Page 7: BAB 2 FIX

Teknik inlay logam tuang secara direct hanya dapat diterapkan pada

kavitas yang sangat kecil. Dengan demikian, sifat kuatnya suatu logam tuang

tidak termanfaatkan dengan maksimal. Hanya sedikit inlay logam tuang direct

yang dibuat dan ini pun biasanya diindikasikan bersama-sama dengan beberapa

restorasi lain.

b.Inlay Logam Tuang Indirect

Teknik indirect memungkinkan dibuatnya variasi desain preparasi yang

lebih banyak. Tipe yang paling sering dipakai adalah inlay yang juga

melindungi tonjol gigi dengan jalan menutup permukaan oklusal, yang biasa

disebut onlay. Indikasi kedua yang paling sering untuk inlay indirect adalah

sebagai bagian dari suatu jembatan atau piranti lain yang menggantikan gigi

hilang.

c. Inlay Porselen

Inlay atau onlay porselen memiliki keuntungan dalam hal

penampilannya yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay logam tuang dan

lebih tahan abrasi daripada komposit. Oleh karena itu, porselen cocok untuk

permukaan oklusal gigi posterior yang restorasinya luas dan penampilannya

diperlukan. Selain itu, porselen dapat juga dipakai di permukaan bukal yang

terlihat baik di gigi anterior maupun posterior. Porselen tidak sekuat logam

tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email melalui sistem etsa

asam tampaknya akan menguatkan gigi dengan cara yang sama seperti pada

restorasi berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit.

Macam-Macam Inlay

1. Bahan Inlay Logam antara lain:

a. Emas

b. Duro silver

c. Accolite

d. Caves

Indikasi Inlay Logam:

1) Untuk karies yang besar dan dalam, terutama yang meluas sampai aproksimal.

2) Sebagai penyangga dari bridge.

7

Page 8: BAB 2 FIX

3) Gigi yang mengalami abrasi yang luas atau karies yang lebar meskipun

dangkal.

4) Pada kasus dimana diperlukan:

a) Perlindungan terhadap jaringan periodontal.

b) Kontak yang lebih baik dengan gigi tetangga.

c) Menghindari penimbunan sisa makanan.

Konta Indikasi Inlay Logam:

1) Oral hygine pasien yang buruk.

2) Pasien dengan insiden karies yang tinggi.

3) Pasien muda di bawah usia 10 tahun.

2. Bahan Inlay Non Logam:

a. Porselen

b. Resin komposit

Keuntungan:

8

Page 9: BAB 2 FIX

a) Warna dapat disesuaikan dengan warna gigi.

b) Permukaan licin seperti kaca.

c) Daya kondensasinya rendah dan toleransi jaringan lunak baik.

Kerugian:

a) Ketahanan terhadap benturan rendah.

b) Kurang dapat beradaptasi dengan dinding kavitas.

c) Dalam proses pembuatannya membutuhkan tungku khusus.

3.1. Inlay/Onlay Logam

3.1.1. Inlay Logam Direk

Karakteristik utama preparasi ini adalah tidak boleh adanya

undercut. Secara teoritis sudut antara dinding-dinding kavitas harus antara

7-10 derajat. Dinding-dinding kavitas harus dihaluskan dengan finishing

bur fissure tappered dengan kecepatan rendah maupun tinggi dan

membentuk sudut internal yang tajam. Aloi yang digunakan hendaknya

aloi yang duktil dan tepi kavitas dibevel sehingga inlay dapat diburnis

untuk meningkatkan adaptasi tepinya. Bevel dapat dibuat dengan bur

karbida tungsten kecepatan tinggi atau dengan memakai finishing bur

karbida tungsten atau baja dengan stone hijau kecepatan tinggi atau

kecepatan rendah (Kidd, 2000).

Pada sebagian besar kasus dipakai malam inlay tetapi adakalanya

lebih praktis memakai resin akrilik yang khusus dibuat untuk tujuan ini

sehingga jika dipanaskan dalam investment bahan ini akan menguap

semua tanpa meninggalkan residu. Untuk membuat pola malam direk,

permukaan preparasi mula-mula dilumas dulu dengan laposan tipis parafin

cair atau larutan sabun. Sebatang malam inlay dilunakkan dan dibentuk

mengerucut dengan jalan memanaskan ujung malam secara hati-hati diatas

api spirtus. Ujung malam yang sudah melunak dibentuk dengan jari.

Kerucut malam yang lunak tersebut kemudian ditekankan kekavitas dan

tetap ditekan sampai malamnya mendingin. Jika sudah mengerah, malam

diukit dengan instrumen panas atau tajam sambil hati-hati dalam

9

Page 10: BAB 2 FIX

membentuk bevel sudut tepi kavitas dan kontur. Permukaan malam

dihaluskan dengan cotton pellet yang sudah dibasahu terlebih dahulu dan

dipanaskan (Kidd, 2000).

Tahapan selanjutnya adalah memberikan sprue pada pola malam.

Sprue terbuat dari kawat bulat lurus berdiameter sekitar 1mm dan panjang

15mm. Sprue dipanaskan dan setelah ditambah selapis malam inlay

disekelilingnya, sprue ditusukkan ditengah pola malam dan dibiarkan

sampai dingin. Sprue berfungsi sebagai pegangan untuk menarik pola

malam dari kavitas dan untuk membentuk saluran tempat mengalirnya

logam setelah pola ditanam dan spruenya diangkat (Kidd, 2000).

Tambalan sementara diperlukan untuk melindungi dentin yang

terbuka, sampai inlay-nya selesai dicor. Tambalan ini bisa berupa semen

OSE walaupun tidak ideal karena akan sukar dibuka tanpa merusak

preparasi. Lebih disukai memakai akrilik untuk mahkota dan jembatan

sementara karena dapat dibuka dalam satu kesatuan. Akrilik dicampur

sampai konsistensinya kental, dimasukkan kedalam kavitas, dan dibentuk

dengan instrumen plastis datar. Ketika hampir mengeras, inlay sementara

dikeluarkan kemudian dimasuk-keluarkan beberapa kali sampai mengeras.

Ini akan menghindarkan inlay sementara menempel pada kavitas. Inlay

sementara kemudian disemenkan dengan semen sementara OSE (Kidd,

2000).

Tahap Laboratorium

Sprue dan pola diletakkan pada cone-shaped form, ditutup dengan

bumbung tuang lalu dituangi dengan bahan investmen dan dibiarkan

mengeras. Jika telah mengeras, cone-shaped form dan sprue diangkat

dengan pinset. Bumbung tuang kemudian dipanaskan dalam tungku

sampai malam meleleh dan menguap atau akriliknya terbakar habis lalu

logam cair dicorkan dan dibiarkan mengeras. Ketika masih panas

bumbung tuang dicelupkan kedalam air sehingga investmen akan pecah

dan mudah dibuka. Sprue dipotong, biasanya disisakan sedikit sebagai

pegangan ketika mencoba inlay dalam kavitas. Inlay direk yang kecil

biasanya tidak dipoles sampai dicobakan di dalam mulut (Kidd, 2000).

10

Page 11: BAB 2 FIX

Kunjungan Kedua

Inlay sementara dibuka dan kavitas dibersihan serta diperiksa dari

sisa-sisa tambalan sementara. Untuk sebagian besar inlay kecil dianjurkan

memakai isolator karet agar bila terjatuh tidak ada resiko tertelan (Kidd,

2000).

Sebelum dicobakan kedalam kavitas, permukaan dalam inlay harus

diperiksa dengan teliti memakai alat pembesar. Kemudian inlay dicobakan

kedalam kavitas. Jika restorasinya telah pas, tepi inlay diburnis dengan

burnisher tangan dengan gerakan dari inlay ke gigi. Suatu daerah tepi yang

tampak terlalu tebal dapat dikurangi dengan finishing bur baja bulat dan

kecil atau dengan stone putih low speed. Jika telah ditipiskan, logam dapat

diburnis kembali (Kidd, 2000).

Tepi inlay dipoles dengan poin karet pumis dan caret. Kemudian

inlay diangkat dan sprue dipotong dengan disk karborondum dan sisa

permukaan dipoles dengan roda karet abrasif. Lalu inlay disemenkan

dengan semen ionomer kaca atau dengan semen zinc fosfat. semen

dicampur dengan rasio sesuai petunjuk pabrik dan diulaskan pada

permukaan dalam inlay, dimasukkan kekavitas, ditekan sampai posisinya

baik dengan burnisher. Jika semen telah mengeras, gunakan eskavator atau

sonde untuk menghilangkan kelebihan semen. Restorasi kemudian dipoleh

akhir dengan poin karet pumis dan tepinya divernish (Kidd, 2000).

3.1.2. Inlay Logam Indirek

Teknik preparasi inlay logam indirek sama dengan inlay logam

direk, yang membedakan keduanya adalah pada proses pencetakan.

Pencetakan pada inlay logam indirek menggunakan bahan cetak elastomer.

Cetakan dari rahang antagonis dibuat dengan alginat. Syarat penting dari

cetakan adalah semua permukaan oklusal gigi tercetak tanpa gelembung

udara sehingga model atas dan bawah bisa diartikulasikan dengan benar

(Kidd, 2000).

Rekaman hubungan antaroklusal dibutuhkan jika cukup banyak

gigi yang beroklusi. Tapi jika oklusi diragukan, bisa dibuat rekaman

antaroklusal yang baik pada posisi intercuspal, dengan menggunakan

11

Page 12: BAB 2 FIX

malam yang dilunakkan dengan pemanasan dan digigitkan. Bahan cetak

elastomer bersifat hidrofobik oleh karena itu permukaan gigi yang

dipreparasi harus kering. Gigi diisolasi dengan kapas serta bisa

menggunakan saliva ejector. Rincian permukaan oklusal dari seluruh

cetakan harus diperiksa karena lubang kosong akibat gelembung udara

nantinya akan terisi gips dan menghalangi oklusi model (Kidd, 2000).

3.1. Inlay/Onlay Resin Komposit

Preparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah

dan tidak kompleks apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam

hal isolasi gigi, penempatan etsa, primer dan bahan adhesif pada struktur

gigi, insersi, finishing dan polishing dari resin komposit lebih sulit dari

restorasi amalgam. Dan waktu yang dibutuhkan untuk penambalan lebih

lama dan operator harus lebih berhati-hati (Baum, et al., 1995).

Kemampuan dan pengetahuan dari penggunaan material dan

keterbatasannya sangat dibutuhkan oleh operator dalam menggunakan

resin komposit sebagi bahan restorasi.

a. Preparation of the Operating Site

Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan tidak melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan area operasi dengan menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan pewarnaan superfisial. Tahapan-tahapan tersebut akan menciptakan area yang baik untuk dilakukan bonding.

b. Shade selection

Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna

gigi dengan komposit material. Umunya gigi berwarna putih dengan

berbagai derajat variasi dari abu-abu,kuning, atau orange. Juga berbeda-

beda sesuai translusensi, ketebalan, serta distribusi dari enamel dan dentin

dan juga usia pasien. Faktor lain juga mempengaruhi seperti fluorosis, efek

tetrasiklin,dan perawatan endodontik. Pencahayaan yang baik sangat

dibutuhkan ketika melakukan pemilihan warna. Pencahayaan alami lebih

diutamakan disini. Ketika memilih warna yang tepat, shade guide

diletakkan dekat dengan gigi untuk menentukan warnanya secara umum.

12

Page 13: BAB 2 FIX

Kemudian seseorang yang lain mencocokkan dengan label shade guide

yang spesifik disamping area yang direstorasi. Area servikal biasanya lebih

gelap daripada area incisal. Pemilihan warna sebaiknya dilakukan secepat

mungkin.

c. Isolasi dengan Cotton Roll

Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi

saliva, lidah yang mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah

adalah sedikit dari masalah-masalah yang harus diatasi sebelum prosedur

kerja yang teliti dan tepat dapat dilakukan. Beberapa metode dapat

dilakukan untuk mengisolasi daerah kerja, seperti penggunaan rubber dam

dan cotton roll (Baum dkk, 1995). Isolasi daerah kerja dengan

menggunakan cotton roll efektif dalam menghasilkan isolasi jangka

pendek, seperti dalam prosedur polishing, penempatan sealant, dan aplilan

topikal fluoride (Chandra & Chandra, 2008).

Tipe-Tipe Preparasi Restorasi Resin Komposit:

a. Beveled Conventional Tooth Preparation

Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi

gigi bentuk konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada

margin enamel dibentuk bevel pada margin enamel. Preparasi ini dapat

dibentuk dan disempurnakan dengan menggunakan diamond atau stone

bur. Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin

komposit adalah perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik.

Selain itu, keuntungan lain adalah ikatan antara resin dengan email

menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi, mengurangi

marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal.

Bevel pada bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih

menyatu dengan struktur gigi sehingga tampak lebih estetik.

Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini

biasanya tidak ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior atau

permukaan lain yang berkontak tinggi karena pada preparasi konvensional

sudah didesain sedemikian rupa dimana perlekatannya memanfaatkan

enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak ditempatkan pada

13

Page 14: BAB 2 FIX

bagian proksimal jika penggunaan bevel ini akan memperluas cavosurface

margin. Preparasi bevel conventional jarang digunakan untuk restorasi

resin komposit pada gigi posterior.

b. Convensional Tooth Preparation

Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada dasarnya sama seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk outline diperlukan untuk perluasan dinding eksternal memerlukan batasan yang benar, bentuk yang sama, kedalaman dentin, membentuk dinding menjadi sebuah sudut 90 derajat dengan restorasi materialnya. Pada preparasi gigi konvensional dengan amalgam, bentuk konfigurasi marginal, retensi groove, dan perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri berbeda.

Desain preparasi ini digunakan secara ekstensif pada restorasi amalgam dan komposit masa lampau, dan desain ini bisa digabungkan ketika penggantian restorasi menjadi salah satu indikasinya. Kegunaan preparasi konvensional sebelumnya tidak hanya dibatasi pada preparasi permukaan akar saja, namun bisa juga menjadi desain untuk kelas 3, 4 dan 5.

Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan restorasi komposit adalah (1) preparasi terletak pada permukaan akar, (2) restorasi kelas 1 dan 2 sedang sampai besar. Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini akan memberikan bentuk preparasi yang baik karena ada retensi groovenya. Desain ini memberikan perlindungan yang baik antara komposit dan permukaan dentin atau sementum dan memberikan retensi pada material komposit di dalam gigi.

Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan bentuk resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi konvensional menggunakan amalgam. Bur inverted cone ataupun bur karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain preparasi yang sama seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya lebih kecil, perluasannya lebih sedikit, dan tanpa preparasi retensi sekunder. Bur inverted cone akan membuat hasil preparasi yang kasar bila menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain konservatif dari ekstensi oklusal fasiolingual.

Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi bisa lebih dari 90 derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat membentuk dinding yang konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan yang kasar, peningkatan area kontak, dan peningkatan retensi potensial, namun dapat menghasil menghasilkan smear layer yang lumayan tebal. Efek ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer ketika dilakukan bonding pada area yang kasar.

14

Page 15: BAB 2 FIX

Sistem self-etching bonding bisa menyebabkan terjadinya efek negative pada smear layer, karena asam yang dikandung semakin sedikit. Penggunaan istrumen putar tergantung keinginan operator, yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilannya.

Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam dan restorasi komposit, banyak operator lebihmenggunakan restorasi komposit ketika melakukan preparasi kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau untuk membentuk kavitas yang lebih kecil. Karena pentingnya bentuk struktur gigi maka restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional harus dilakukan dengan sesedikit mungkin perluasan fasiolingual dan harus diperluas sampai area pit dan fisur pada permukaan oklusal ketika sealant diperlukan.

c. Modified Tooth Preparation

Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun

kedalaman pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel

margin. Perbedaan yang mencolok antara teknik preparasi konvensional

dan modified adalah bahwa preparasi modified ini tidak dipreparasi hingga

kedalaman dentin. Perluasan margin dan kedalaman pada teknik ini

diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman dari lesi

karies atau kerusakan yang lain.

Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan

sekonservatif mungkin dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada

struktur gigi untuk mempertahankan restorasi di dalam mulut. Round burs

atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis preparasi ini, yang akan

menghasilkan disain marginal yang serupa dengan beveled preparation,

struktur gigi yang dibuang sedikit.

Box-Only

a) Indikasi: Teknik ini hanya dipergunakan pada permukaan proksimal saja.

b) Instrument: Inverted cone bur atau round diamond stone/bur.

Cara kerja:

a) Box proksimal dipreparasi dengan menggunakan inverted cone bur atau round diamond

stone/bur dengan posisi sejajar sepanjang axis mahkota gigi.

b) Preparasi diteruskan ke arah gingival hingga mencapai marginal ridge.

c) Kedalaman inisial proximal aksial dipreparasi sedalam 0,2 pada dentinoenamel junction.

15

Page 16: BAB 2 FIX

Facial Atau Lingual Slot

a) Indikasi:

Modifikasi desain yang ketiga dalam merestorasi kavitas bagian proksimal pada gigi posterior adalah dengan menggunakan preparasi fasial atau lingual slot. Pada kasus ini, lesi terdapat pada permukaan proximal, namun operator yakin bahwa akses menuju lesi tersebut dapat dicapai baik dari arah facial maupun lingual daripada arah oklusal.

b) Instrument: Round diamond stone/bur.

c) Cara kerja:

1) Round diamond stone/bur diarahkan dengan tepat pada ketinggian occlusogingival.

2) Jalan masuk instrument berasal dari gigi yang berdekatan, pertahankan permukaan

lingual atau facial dari gigi terdekat tersebut.

3) Kedalaman inisial aksial 0,2 mm pada dentinoenamel junction. Sudut pada oklusal,

fasial, dan gingival cavosurface margin sebesar 90o atau lebih. Preparasi dengan

teknik ini hampir serupa dengan preparasi kelas III pada gigi anterior.

Pulpal Protection

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, proteksi pulpa untuk

restorasi komposit diindikasikan untuk prosedur pulp capping secara

langsung. Walaupun beberapa penulis menyarankan penggunaan resin-

bonding agen, buku ini merekomendasikan penggunaan liner dari kalsium

hidroksida untuk pembukaan pulpa vital. Karena material komposit

merupakan bahan yang retentif dan kuat, maka penggunaan base pada

preparasi yang dalam biasanya tidak diperlukan.

Preliminary Steps For Enamel And Dentin Bonding

Teknik etsa asam dilakukan untuk mengoptimalkan hasil, termasuk isolasi dari cairan seperti saliva dan cairan sulkus dengan menggunakan rubber dam atau gulungan kapas dan alat retraksi. Etsa pada email mempengaruhi inti email dan bagian email yang mengelilinginya. Etsa pada dentin mempengaruhi dentin intertubuler dan peritubuler, menghasilkan pembukaan pada tubuler, menghilangkan permukaan hidroksiapatit dan meninggalkan fibril kolagen yang betautan.

Cairan dan gel etsa sudah tersedia, konsentrasi asam fosforik sekitar 32% hingga 37%. Etsa likuid bisa digunakan untuk penetsaan permukaan yang luas, seperti pada sealant dan full veneer. Thixotropic gels digunakan oleh banyak praktisi untuk dinding preparasi termasuk bevel dan margin. Etsa dalam bentuk gel dapat digunakan dengan brush atau paper-point endodontik dengan hati-hati, namun biasanya syringe digunakan untuk menginjeksikan gel tersebut ke gigi yang sedang di preparasi.

16

Page 17: BAB 2 FIX

Permukaan yang dietsa tidak boleh terkontaminasi oleh cairan yang ada di rongga mulut. Jika terkena, maka prosedur tersebut harus diulang. Untuk preparasi yang melibatkan area proksimal dari gigi anterior, matriks polyester diletakkan diantara gigi sebelum asam di aplikasikan untuk menghindari etsa pada gigi yang berdekatan.

Insersi Resin Komposit

Restorasi komposit biasanya diaplikasikan dalam dua tahap. Tahap

pertama yaitu aplikasi adesif bonding. Tahap kedua yaitu insersi material

restorative. Saat ini terdapat dua tipe komposit, yaitu self-cured dan light

cured. Komposit tipe self cured tidak lagi digunakan secara luas karena

tipe light cured lebih memberikan beberapa keuntungan seperti

berkurangnya diskolorisasi, berkurangnya porositas, penempatan yang

lebih mudah, dan finishingnya pun lebih mudah.

Karena sumber sinar harus di aplikasikan pada komposit light

cured agar menyebabkan polimerisasi, maka material komposit harus

diinsersikan pada preparasi gigi dengan ketebalan 1-2 mm. hal ini akan

menyebabkan sinar dapat mempolimerisasi komposit dengan sebaik-

baiknya dan akan mengurangi efek dari pengkerutan polimerisasi,

terutama pada sepanjang dinding gingival.

Baik instrumen tangan maupun alat syringe dapat digunakan untuk

menginsersi komposit light cured maupun self cured. Penggunaan

instrument tangan lebih popular digunakan karena lebih mudah dan cepat.

Kekurangan dari penggunaan instrument tangan yaitu udara dapat

terperangkap pada preparasi gigi atau tidak dapat tercampur pada material

saat prosedur insersi. Teknik syringe digunakan karena dapat memberikan

kenyamanan dalam memindahkan material komposit ke preparasi gigidan

mengurangi kemungkinan terperangkapnya udara. Pada preparasi yang

kecil, teknik syringe akan mendapatkan kesulitan karena ujung syringe

yang terlalu besar sehingga sebaiknya tip syringe yang kosong sebelumnya

sudah dicobakan pada preparasi gigi. Komposit yang dapat diinjeksikan

tergantung pula pada viskositasnya. Beberapa komposit microfill tidak

dapat diinjeksikan, sehingga bahan-bahan material sebaiknya dievaluasi

sebelum penggunaan klinis.

Finishing Dan Polishing Composite

17

Page 18: BAB 2 FIX

Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :

1. Alat untuk shaping: sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b atau

specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau

nikel titanium.

2. Alat untuk finishing dan polishing: diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe

disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips,

dan pasta polishing.

a) Diamond dan carbide burs

Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin

komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan

restorasi.

b) Discs

Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang

abrasive dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area

interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai

yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan finishing

dan polishing.

c) Impregnated rubber points dan cups

Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling

kasar digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar

sedangkan yang halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus

dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah

dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove,

membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk

permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior

d) Finishing stips

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal

margin gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam

bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi

ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-

18

Page 19: BAB 2 FIX

hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin.

Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing.

Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang

dapat digunakan secara berurutan.

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:

1. Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area

proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari

resin komposit.

2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada

aspek distal

3. Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing

permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.

4. Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal

5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan

permukaan oklusal restorasi

6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing

permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai

dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.

2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil, kontak

dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.

3. Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna

permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.

3.2. Inlay/Onlay Porcelain

Inlay atau onlay porselen yang modern mempunyai permukaan

dalam (pit surface) yang dietsa atau sekurang-kurangnya dikasarkan. Inlay

ini disemenkan dengan semen komposit terhadap email yang sudah dietsa

19

Page 20: BAB 2 FIX

atau ke basis semen ionomer kaca yang dietsa. Jadi, desain retentif dari

kavitas kurang penting dibandingkan untuk inlay logam tuang

konvensional. Disini karies dan restorasi yang lama harus dibuang, tetapi

basis ionomer kaca umumnya dibuat cukup tebal, kadang-kadang di atas

subpelapik hidroksida kalsium, dan berfungsi sebagai pembonding dan

penguat dentin yang masih ada pada tonjol gigi. Inlay atau onlay porselen

disini terutama berfungsi untuk memberikan lapisan permukaan oklusal

yang tahan keausan (Sturdevant, 2006; Baum, 1985).

Prinsip desain kavitasnya adalah harus masih ada cukup email atau

permukaan ionomer kaca untuk dietsa dan tepinya tidak dibevel. Teknik

pencetakannya sama untuk logam tuang indirek. Untuk penyemenan

digunakan resin komposit khusus. Inlay dikembalikan dari laboratorium

dengan permukaan dalam yang telah dietsa menggunakan asam

hidrofluorik atau hanya dibiarkan kasar setelah dilepas dari die refraktori

dengan cara sandblasting. Gigi diisolasi dengan isolator karet, inlay

sementara dilepas, dan email serta setiap semen ionomer kaca yang

membentuk bagian preparasi dietsa, dicuci dan dikeringkan.

Resin kemudian diaplikasikan menurut petunjuk pabrik. Pada

pemakaian beberapa semen perekat reaksi pengerasan bisa dipercepat

dengan penyinaran dan reaksi pengerasan akan berlanjut secara kimia.

Kelebihan semen akan lebih mudah dibersihkan pada saat semen belum

mengeras sempurna. Jika semen sudah mengeras, isolator karet dilepas dan

oklusi dicek dengan kertas artikulasi serta diasah dengan bur intan kecil.

Permukaan yang diasah bisa dipoles dengan disk pemoles komposit atau

dengan roret dan poin yang khusus dibuat untuk memoles porselen (Kidd,

2000).

Kunjungan Pertama

a) Akses Ke Karies

Tahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin karies dengan

menggunkan bur fisur tungsten carbide pendek-kuncup dengan kecepatan tinggi.

Penggunaan bur kuncup dan bukan bur fisur sejajar adalah untuk mencegah

terbentuknya undercut.

20

Page 21: BAB 2 FIX

b) Menentukan Luas Karies

Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan kearah bukopalatal

sampai dicapai pertautan email-dentin yang sehat. Hal ini menentukan lebar boks

arah bukopalatal.

c) Desain Preparasi Kavitas

Desain preparasi kavitas harus memastikan retensi seperti dinding vertikal

kavitas utama yang hampir sejajar dan sedut divergensi dinding bukal dan lingual

pada bagian proksimal masing-masing adalah 50-100. Jika sudut kurang 50, struktur

gigi yang masih ada berada pada keadaan yang terlalu banyak tekanan selama

prosedur sementasi dan jika sudut lebih dari 100, retensinya bermasalah.

d) Keyway

Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 100 memakai bus fisur

kuncup dan dijaga agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi. Lebar keyway

diantara tonjol merupakan daerah yang paling sempit dan melebar kearah yang

berlawanan dengan letak karies aproksimalnya dan dengan mengikuti kontur

fisurnya. Setelah membuat keyway, kavitas dikeringkan untuk memeriksa ada

tidaknya sisa karies dibagian ini dan bahwa kavitasnya sedikit membuka dengan

sumbu yang benar. Jika kemiringan dinding tidak tepat, maka ketidaktepatan itu

harus diperbaiki.

e) Boks Aproksimal

Kini perhatian dapat dialihkan kembali ke lesi aproksimalnya. Dibagian ini

kavitas harus di dalamkan memakai bur bulat kecepatan rendah dan dengan cara

yang sama dengan jalan membuang dentin karies pada daerah pertautan email-

dentin. Ketika dentin karies pada pertautan email-dentin telah dibuang, dinding

email dapat dipecahkan dengan pahat pemotong tepi gingiva. Preparasi dibuat

miring sebesar 10 derajat dengan bur fisur runcing. Gigi tetangga dilindungi

dengan lempeng matriks untuk melindunginya dari kemungkinan terkena bur.

Menjaga agar sumbu bur sejajar dengan waktu pembuatan keyway merupakan hal

yang sangat penting sehingga bagian boks dan keywaynya mempunyai kemiringan

yang sama. Pelebaran ke arah gingiva hanya dilakukan seperlunya saja sekedar

membebaskan pertautan email-dentin dari karies, demikian juga halnya dalam arah

21

Page 22: BAB 2 FIX

bukolingual. Setiap email yang tak terdukung dentin sehat, hendaknya dibuang

dengan bur fisur kecepatan tinggi.

f) Pembuangan Karies Dalam

Karies mungkin masih tertinggal di dinding aksial. Jika dinding karies telah

terbuang, periksalah kemungkinan masih adanya daerah undercut. Undercut

padadaerah pertautan email-dentin seharusnya telah dibersihkan. Jika masih

terdapat undercut pada dinding aksial, maka undercut tersebut biasanya terletak

seluruhnya pada dentin dan ditutup dengan semen pelapik pada tahap preparasi

berikutnya sehingga preparasi mempunyai kemiringan yang dikehendaki.

g) Bevel

Garis sudut aksiopulpa hendaknya dibevel, dengan menggunkan bur fisur.

Hal ini untuk memungkinka diperolehnya ketebalan yang cukup bagi pola malam

yang kelak akan dibuat di daerah yang dinilai kritis. Bevel hendaknya diletakkan di

tepi email agar tepi tipis hasil tuangan dapat dipaskan seandainya kerapatan hasil

tuangan dengan gigi tidak baik. Hendaknya bevel tidak diluaskan lebih ke dalam

lagi karena retensi restorasi akan berkurang. Tepi luar bevel harus halus dan

kontinyu untuk memudahkan penyelesaian restorasi dan supaya tepi tumpatannya

beradapatsi baik dengan gigi. Bevel biasanya tidak dibuat didinding aproksimal

karena akan menciptakan undercut, mengingat sebagian besar tepi kavitas terletak

di bawah bagian gigi yang paling cembung. Akan tetapi dinding gingiva dapat dan

harus dibevel. Bevel gingiva sangat penting karena akan menigkatkan kecekatan

tuangan yang biasanya merupakan hal yang paling kritis.

4.    Pola Malam

Pola malam dibuat secara:

-        Direct : pembuatan restorasi rigid secara langsung dalam satu kali kunjungan.

-        Indirect : pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium dan berkali-

kali kunjungan

5.    Gigi direstorasi rigid sementara dengan menggunakan semen perekat sementara,

seperti zinc oksid eugenol.

Kunjungan Kedua

1.    Tumpatan rigid sementara dibongkar

2.    Setelah preparasi selesai, aplikasikan lapisan tipis lubricant larut air atau

separating medium (cairan agar atau gliserin) pada gigi. Kemudian tempatkan

22

Page 23: BAB 2 FIX

matriks band, wedge atau cincin penahan untuk menghasilkan kontak proksimal

yang baik.

3.    Lalu tumpat dengan porselen. Sesuaikan anatomi oklusal dengan menggunkan

bur untuk menghasilkan pit dan fisur, inklinasi tonjol dan batas margin yang baik

dan sistemis.

4.    Trial Inlay/ Onlay porselen pada pasien

5.     Jika kedudukannya baik, restorasi rigid yang sudah ditrial disemenkan pada gigi

tersebut.

6.     Kelebihan semen dari tepi-tepi yang dapat dijangkau dibersihkan dengan

eskavator sementara benang gigi digunakan untuk membuang kelebihan di

aproksimal. Tepi-tepi restorasi harus dilapisi dua lapisan pernis copalite untuk

mengurangi pelarutan semen selama jam-jam pertama pengerasan. Setelah itu,

Permukaan oklusal harus dipoles dengan pasta pumis yang diletakkan pada bur

sikat, diikutu oleh whiting yang diletakkan pada berbagai sikat.

3.3. Inlay/Onlay Porcelain fused to metal ( PFM )

Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum

digunakan. Berdasarkan perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi

yaitu; regular felspathic porcelain (temperatur tinggi 1200-1400 oC),

aluminous porcelain (temperatur sedang 1050-1200 oC), dan metal

bonding porcelain (temperatur rendah 800-1050 oC). PFM merupakan

metal bonding porcelain. PFM terdiri atas beberapa lapisan yang difusikan

secara kimia pada dasar kerangka metal. Substruktur metal mendukung

keramik dan membuat keramik bertahan lama terhadap beban dari

kekuatan mulut.

Prinsip Umum Restorasi Metal Keramik

Restorasi metal keramik harus memenuhi syarat–syarat, antara lain,

adalah sebagai berikut :

a. Metal dan keramik mempunyai ikatan yang kuat.

b. Metal dan keramik mempunyai thermal expansi yang sesuai.

c. Keramik yang dipakai relatif mempunyai low fusing.

23

Page 24: BAB 2 FIX

d. Metal harus tahan terhadap deformasi pada saat keramik mencapai

temperatur fusing. Pada saat fusing, keramik harus dapat bersatu dengan

logam dan berikatan tanpa merubah bentuk logam. Pada saat mendingin,

baik logam maupun keramik akan mengalami kontraksi yang akan

menimbulkan retak atau bahkan terlepasnya keramik dari logam.

e. Bahan–bahan yang dipakai harus bersifat biokompatibel terhadap jaringan.

Pada prinsipnya, sifat–sifat restorasi metal keramik ditentukan oleh

keadaan interfacenya. Bila didapati ikatan yang rapat antara metal dengan

keramik maka akan terjadi penurunan energi bebas yang dapat

memisahkan kedua komponen atau sebaliknya.

Teknik preparasi

Secara umum bentuk preparasi gigi untuk restorasi tidak langsung

harus mempunyai ketinggian maksimum dan keruncingan yang minimum

untuk memperoleh retensi dan resistensi yang optimal. Untuk mencapai

hal ini dan untuk membuat ketebalan yang adekuat dari material restorasi

tanpa kontur yang berlebihan, maka permukaan dari preparasi sebaiknya

meniru restorasi yang diharapkan, baik oklusal maupun aksial. Adapun

ciri-ciri preparasi restorasi tidak langsung, antara lain, adalah sebagai

berikut :

1. Preparasi pembebasan undercut yang mana semua margin dan sudut dalam

dapat terlihat.

2. Penempatan single path dibuat selebar mungkin, hal ini dibuat dengan cara

mempersiapkan dinding yang berlawanan dibuat sejajar untuk memberikan

retensi maksimal. Posisi gigi yang berdekatan harus dipertimbangkan

terhadap kemungkinan terjadinya tepi yang menggantung pada gigi yang

dipreparasi.

3. Bentuk resisten perlu disediakan pada restorasi untuk mendistribusikan

tekanan yang berasal dari oklusal.

4. Dinding yang berlawanan dalam preparasi 1/2 gingival harus dibuat

mendekati paralel. 1/3 sampai 1/2 oklusal biasanya lebih runcing karena

adanya pengurangan dua dataran di sebelah labial yang dibutuhkan untuk

24

Page 25: BAB 2 FIX

menyediakan ruangan yang cukup untuk material restorasi di dalam kontur

gigi yang asli.

5. Mahkota klinis yang pendek memiliki peningkatan resiko kegagalan karena

jalan masuk yang pendek. Panjangnya preparasi dapat ditingkatkan

dengan memanjangkan mahkota, dan bentuk resisten dapat ditingkatkan

dengan pengurangan groove, celah atau box, dan dengan cara mengubah

permukaan lereng menjadi komponen vertikal dan horizontal.

6. Pengurangan oklusal harus mengikuti outline tonjol untuk memaksimalkan

retensi dan meminimalkan pengurangan gigi. Untuk mahkota porcelain

fused to metal dan untuk mahkota emas, jaraknya masing-masing 2 mm

dan 1 mm.

7. Posisi dan tipe margin yang telah selesai ditentukan oleh kontur gingiva,

keaslian material restorasi, ada atau tidaknya core margin, dan pemilihan

bahan luthing agent. Bila memungkinkan, margin tersebut sebaiknya

berada di supragingiva mengikuti kontur gingival yang asli. Akhiran tepi

gigi idealnya paling tidak 1 mm melewati core margin untuk

mengistirahatkan jaringan gigi yang masih sehat.

Desain Restorasi

Untuk mendapatkan kekuatan dan persyaratan warna yang optimal,

maka ketebalan logam ditambah porselen pada bagian fasial tidak kurang

dari 1,2-1,5 mm. Ketebalan minimal metal di bawah porselen yaitu 0.3

mm. Jika metal terlalu tipis, maka metal akan melentur di bawah tekanan

dan dapat menyebabkan retaknya porselen. Tetapi ketebalan metal

tergantung pada jenis metal yang digunakan. Ketebalan lapisan opak yaitu

0,1-0,2 mm. Ketebalan minimum dentin dan enamel porselen yaitu 0,8

mm. Ketebalan bagian insisal porselen yaitu 2 mm gunanya untuk

memberi sifat translusen pada restorasi.

Restorasi all kramik sangat baik penampilannya dan terlihat natural atau sewarna dengan gigi tetapi brittle dan cendrung mudah fraktur. Berbeda degan restorasi metal restorasi cendrung kuat namun tidak bisa digunakan pada gigi anterior

25

Page 26: BAB 2 FIX

karena pertimbangan estetik. Sehingga kombinasi keduanya metal kramik restorasi memiliki kekuatan yanga baik dan penampilan yang diharapkan.

(gambar: mahkota porselen fuse to metal)

(gambar: onlay menggunakan porselen fuse to metal)

Perlekatan Logam pada Porselen

Dua jenis ikatan utama:

a) Chemical bonding

26

Page 27: BAB 2 FIX

b) Mechanical interlocking

Kegagalan pada Restorasi Kramik Metal

a) Mayoritas kasus yang terjadi oleh karenan

Kegagalan biologis: fraktur gigi, periodontal disease, karies sekunder

Fraktur prothesisi dan kegagalan estetik, 20% dari kasusu retretment

b) Fraktur pada protesis (crown) terletak pada adhesif kramik coping.

Porcelain inlay

Keuntungan:

a) Warna dapat disesuaikan dengan warna gigi.

b) Permukaan licin seperti kaca.

c) Daya kondensasinya rendah dan toleransi jaringan lunak baik.

Kerugian:

a) Ketahanan terhadap benturan rendah.

b) Kurang dapat beradaptasi dengan dinding kavitas.

c) Dalam proses pembuatannya membutuhkan tungku khusus

2. Onlay

Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau

lebih tonjol gigi/ cusp. Apabila morfologi oklusal telah mengalami perubahan

27

Page 28: BAB 2 FIX

karena restorasi sebelumnya, karies, atau penggunaan fisik, maka inlay dengan

dua permukaan tidak akan adekuat lagi. Hal ini memerlukan suatu restorasi

yang meliputi seluruh daerah oklusal. Dan dalam keadaan ini, onlay MOD

merupakan jenis restorasi yang tepat. ( Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)

Indikasi :

1. Pengganti restorasi amalgam yang rusak.

2. Kalau restorasi dibutuhkan sebagai penghubung tonjol bukal dan lingual.

3. Restorasi karies interproksimal gigi posterior.

4. Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat.

5. Abrasi gigi posterior yang luas

6. Kerusakan gigi posterior yang besar tetapi email dan dentin bagian bukal dan

lingual masih sehat

7. Memperbaiki fungsi oklusi

8. Lebar ishtmus telah melebihi sepertiga jarak antar cups

9. Mahkota klinis masih tinggi

10. Untuk restorasi posterior pasca perawatan saluran akar dengan dinding bukal dan

lingual masi utuh.

Indikasi yang populer bagi onlay adalah menggantikan restorasi

amalgam yang rusak. Juga berguna untuk merestorasi lesi karies yang

mengenai kedua permukaan proksimal. Ciri-ciri utama dari restorasi ini adalah

mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang berhubungan dengan

gingival dan hal ini merupakan suatu pertimbangan periodontal yang sangat

membantu. (Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)

Onlay merupakan modifikasi dari MOD inlay dimana telah terjadi

kerusakan mengenai lebih dari 1 cups atau lebih dari 2/3 dataran oklusal.

Biasanya lebih luas dari inlay dan menutupi salah satu atau lebih tonjol gigi

tersebut.

28

Page 29: BAB 2 FIX

Kontraindikasi:

1. Dinding bukal dan lingual rusak

2. Mahkota klinis yang pendek

3. OH buruk

4. Pada pasien dengan usia muda (kurang dari 10 tahun)

5. Insidensi karies tinggi

Kelebihan onlay:

1. Menutupi sebagian / seluruh permukaan oklusal sehingga memperbaiki fungsi

oklusi.

2. Tekanan oklusal onlay bisa diteruskan merata ke jaringan gigi.

3. Tekanan pada onlay lebih menyatu

4. Mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang berhubungan dengan gingival

29

Page 30: BAB 2 FIX

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium dental

dengan menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan

pada gigi. Macam-macam restorasi rigid yaitu inlay, onlay, veneer, full crown,

mahkota pasak.

Inlay adalah tumpatan rigid yang ditumpatkan di kavitas diantara tonjol gigi/

cusp. Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau lebih

tonjol gigi/ cusp.

Indikasi inlay:

1. Baik untuk kavitas yang kecil/ karies proksimal lebar

2. Bila diperlukan untuk restorasi klamer dari suatu gigi tiruan

(pegangan), misalnya: inlay bukal atau disto/mesial inlay yang perlu

untuk dibuatkan “ Rest Seat”, untuk gigi tiruan.

3. Kavitas dengan bentuk preparasi > 1,5 jarak central fossa ke puncak

cusp

4. Mengembalikan estetik pada restorasi gigi posterior yang mengalami

kerusakan akibat adanya karies sekunder

5. Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang

digunakan untuk menggigit (pada gigi belakang)

6. Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang

tersisa sedikit (pada gigi belakang).

Kontraindikasi inlay:

1. Frekuensi karies tinggi

2. OH pasien jelek

3. Permukaan oklusal yang berat

Restorasi keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar

untuk mencukupi tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang

memilki bruxism atau kebiasaan clenching. Meihat permukaan oklusal

dapat menjadi indikasi apakah gigi pasien bruxism/clenching.

30

Page 31: BAB 2 FIX

4. Ketidakmampuan untuk memeliharanya

Meskipun beberapa penelitin memberitahukan bahwa dental adhesive

dapat menetralkan berbagai kontraindikasi, adhesive teknik

memerlukan real-perfect moisture control.yang menjamin keberhasilan

kliniknya.

5. Preparasi subgingival yang tajam

Walupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi

dengan kedalaman tepi gingival harus dihindari. Tepi akan sulit dan

mempengaruhi cetakan dan akan sulit untuk di selesaikan.

Indikasi onlay:

1. Pengganti restorasi amalgam yang rusak.

2. Kalau restorasi dibutuhkan sebagai penghubung tonjol bukal dan

lingual.

3. Restorasi karies interproksimal gigi posterior.

4. Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat.

5. Abrasi gigi posterior yang luas

6. Kerusakan gigi posterior yang besar tetapi email dan dentin bagian

bukal dan lingual masih sehat

7. Memperbaiki fungsi oklusi

8. Lebar ishtmus telah melebihi sepertiga jarak antar cups

9. Mahkota klinis masih tinggi

10. Untuk restorasi posterior pasca perawatan saluran akar dengan dinding

bukal dan lingual masi utuh.

Kontraindikasi Onlay:

1. Dinding bukal dan lingual rusak

2. Mahkota klinis yang pendek

3. OH buruk

4. Pada pasien dengan usia muda (kurang dari 10 tahun)

5. Insidensi karies tinggi

31

Page 32: BAB 2 FIX

Pilihan bahan restorasi rigid antara lain logam tuang, porselen, porselen fused

to metal, resin komposit. Logam merupakan bahan restorasi rigid dengan kekuatan

tensil yang besar, yang membutuhkan preparasi kavitas yang luas dan bevel

sebagai retensi, tetapi memiliki masalah estetik. Sedangkan porselen merupakan

bahan restorasi rigid estetik yang paling unggul dengan kekuatan kompresif yang

tinggi. Porselen mebutuhkan biaya besar biasanya, dua sampai tiga kali lebih

mahal dari restorasi rigid logam atau komposit plastis selain waktu pembuatan di

laboratorium. Porcelain fused to metal menggabungkan kelebihan dari bahan

porcelain dan metal. Mendapatkan estetis dari porcelain dan kekuatan dari metal.

Resin Komposit ada yang direct dan indirect. Resin komposit yang indirect

mempunyai kekuatan yang lebih karena selain dengan penyinaran juga dengan

pemanasan sehingga dapat terpolimerisasi sempurna. Namun mempunyai

kekuatan paling rendah jika dibandingkan dengan bahan restorasi rigid lainya.

3.2 Saran

a. Sumber dari pembuatan makalah harus diperluas.

b. Penjelasan lebih runtut untuk makalah yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.

(Johan Arief Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry, Philadelphia: W. B.

Saunders.

Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6.

Jakarta: Widya Medika.

Sturdevant, CM. (2006) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.5. St

Louis Mosby.

32

Page 33: BAB 2 FIX

33