BAB 2 cover - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00442-TI BAB 2.pdf · 30 Tetapi,...

47
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Dynamic Programming 2.1.1 Pengertian Dynamic Programming Dynamic Programming merupakan suatu teknik analisa kuantitatif untuk membuat tahapan keputusan yang saling berhubungan. Teknik ini menghasilkan prosedur yang sistematis untuk mencari keputusan dengan kombinasi yang optimal. Dynamic Programming adalah metode pemecahan masalah dengan cara menguraikan solusi menjadi sekumpulan langkah (step) atau tahapan (stage) sedemikian sehingga solusi dari persoalan dapat dipandang dari serangkaian keputusan yang saling berkaitan. Dynamic Programming adalah prosedur matematis yang terutama dirancang untuk memperbaiki efisiensi perhitungan masalah pemrograman matematis tertentu dengan menguraikannya menjadi bagian masalah yang lebih kecil. Dynamic Programming pada umumnya menjawab masalah dalam tahap – tahap dengan setiap tahap meliputi tepat satu variabel optimasi. Perhitungan ditahap yang berbeda–beda dihubungkan melalui perhitungan rekursif dengan cara yang menghasilkan pemecahan optimal yang mungkin bagi seluruh masalah. Nama dynamic programming mungkin berkembang karena penggunaan metode ini yang melibatkan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan waktu.

Transcript of BAB 2 cover - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00442-TI BAB 2.pdf · 30 Tetapi,...

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Dynamic Programming

2.1.1 Pengertian Dynamic Programming

Dynamic Programming merupakan suatu teknik analisa kuantitatif untuk

membuat tahapan keputusan yang saling berhubungan. Teknik ini menghasilkan

prosedur yang sistematis untuk mencari keputusan dengan kombinasi yang optimal.

Dynamic Programming adalah metode pemecahan masalah dengan cara menguraikan

solusi menjadi sekumpulan langkah (step) atau tahapan (stage) sedemikian sehingga

solusi dari persoalan dapat dipandang dari serangkaian keputusan yang saling

berkaitan.

Dynamic Programming adalah prosedur matematis yang terutama dirancang

untuk memperbaiki efisiensi perhitungan masalah pemrograman matematis tertentu

dengan menguraikannya menjadi bagian masalah yang lebih kecil. Dynamic

Programming pada umumnya menjawab masalah dalam tahap – tahap dengan setiap

tahap meliputi tepat satu variabel optimasi. Perhitungan ditahap yang berbeda–beda

dihubungkan melalui perhitungan rekursif dengan cara yang menghasilkan

pemecahan optimal yang mungkin bagi seluruh masalah.

Nama dynamic programming mungkin berkembang karena penggunaan

metode ini yang melibatkan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan waktu.

30

Tetapi, situasi lain dimana waktu bukan merupakan faktor juga dipecahkan oleh

dynamic programming. Untuk alasan ini nama yang lebih tepat mungkin adalah

pemrograman multitahap karena prosedur itu pada umumnya menentukan pemecahan

dalam tahap – tahap.

Teori utama dalam dynamic programming adalah prinsip optimalitas. Prinsip

itu pada dasarnya menentukan bagaimana suatu masalah yang diuraikan dengan benar

dapat dijawab dalam tahap – tahap melalui pemakaian perhitungan rekursif.

Pemecahan masalah dengan menggunakan dynamic programming mempunyai

empat tahapan yaitu :

a. memecah permasalahan asli menjadi bagian permasalahan yang juga disebut

sebagai tahapan dengan aturan keputusan ditiap – tiap tahapan.

b. Memecahkan tahapan terakhir dari permasalahan dengan semua kondisi dan

keadaan yang memungkinkan.

c. Bekerja mundur dari tahapan terakhir dan memecahkan tiap tahap. Hal ini

dikerjakan dengan mencari keputusan optimal dari tahap tersebut sampai

dengan tahap terakhir.

d. Solusi optimal dari permasalahan didapatkan jika semua tahap sudah

terpecahkan.

2.1.2 Model Dynamic Programming

Dalam dynamic programming perhitungan dilakukan dalam tahap – tahap

dengan memerinci masalah menjadi beberapa bagian masalah. Setiap bagian masalah

31

kemudian dipertimbangkan secara terpisah dengan tujuan untuk mengurangi jumlah

dan kerumitan perhitungan. Tetapi karena semua masalah saling bergantung, harus

dipikirkan sebuah prosedur untuk menghubungkan perhitungan dengan cara yang

menjamin bahwa pemecahan yang layak untuk tiap – tiap tahap juga layak untuk

keseluruhan masalah.

Sebuah tahap dalam dynamic programming didefinisikan sebagai bagian dari

masalah yang memiliki beberapa alternatif yang saling menggantikan yang darinya

alternatif terbaik akan dipilih. Gagasan dasar dynamic programming adalah secara

praktis menghilangkan pengaruh saling ketergantungan antara tahap - tahap dengan

menghubungkan definisi suatu keadaan dengan setiap tahap. Suatu keadaan biasanya

didefinisikan untuk menunjukkan suatu batasan yang mengikat semua tahap secara

bersama – sama.

Semua keputusan dimasa yang akan datang dipilih secara optimal tanpa

melihat keputusan yang diambil sebelumnya. Sifat khusus ini merupakan prinsip

optimalitas yang merupakan dasar bagi keabsahan perhitungan dynamic

programming.

Terdapat beberapa pendekatan yang ada dalam dynamic programming. Dua

pendekatan tersebut adalah : maju (forward atau up-down) dan mundur (backward

atau bottom-up).

1. Dynamic programming maju. Program dinamis bergerak mulai dari tahap 1,

terus maju ke tahap 2, 3, dan seterusnya sampai tahap j.

32

2. Dynamic programming mundur. Program dinamis bergerak mulai dari tahap

j, terus mundur ke tahap j – 1, j – 2, dan seterusnya sampai tahap 1.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dynamic programming memiliki sifat

rekursif, maka untuk menyatakan persamaan rekursif secara matematis, maka

persamaan rekrusif dynamic programming dapat ditulis sebagai berikut :

{ }[ ]{ } 2,3j)k(cxf)k(Rmax)x(f

)k(Rmax)x(f

jjjjx)k(c

x)k(c

=−+=

=

−≤

11111

1111

111

111

dimana : jtahappadakalternatifhasil)k(R jjj =

jjj xkeadaanjikajdan,...1,2tahapoptimalhasil)x(f =

Dalam rekursif mundur, perhitungan akan dilakukan dengan urutan :

123 fff →→

perhitungan ini dilakukan mulai pada tahap terakhir kemudian berlanjut ke belakang

ke tahap 1. Perbedaan utama antara metoda maju dan mundur terjadi dalam cara kita

mendefinisikan keadaan sistem. Persamaan rekursif mundur dengan demikian ditulis

sebagai :

{ }

[ ]{ } 2,1j)k(cxf)k(Rmax)y(f

)k(Rmax)y(f

jjj1jjjy)k(c

jj

33y)k(c

33

jk

jjj

3k

333

=−+=

=

+≤

Dimana : y = jumlah waktu yang dialokasikan

33

2.1.3 Karakteristik dan Konsep Dasar Dynamic Programming

Dynamic programming memiliki beberapa karakteristik diantaranya :

• Permasalahan dibagi menjadi stage, dengan keputusan diperlukan pada tiap

stage.

• Tiap stage punya nomor state berhubungan dengan awal dari stage.

• Hasil dari setiap stage ditransformasikan pada stage yang lainnya.

• Prosedur penyelesaiannya dirancang untuk mendapatkan hasil yang optimal.

• Hasil optimal dari suatu stage tidak berhubungan dengan stage sebelumnya.

• Prosedur penyelesaiannya diawali dari stage terakhir.

Konsep dasar dalam dynamic programming yaitu :

• Dekomposisi

Persoalan dynamic programming dapat dipecah-pecah menjadi subpersoalan

atau tahapan yang lebih kecil dan berurutan. Setiap tahap disebut juga

sebagai titik keputusan. Setiap keputusan yang dibuat pada suatu tahap akan

mepengaruhi keputusan-keputusan pada tahap berikutnya.

• Status

Status adalah kondisi awal dan kondisi akhir pada setiap tahap, dimana pada

tahap tersebut keputusan dibuat. Status akhir pada sebuah tahap tergantung

keadaan status awal dan keputusan yang dibuat pada tahap yang

34

bersangkutan. Status akhir pada suatu tahap merupakan input bagi tahap

berikutnya.

• Variabel Keputusan dan Hasil

Keputusan yang dibuat pada setiap tahap merupakan keputusan yang

berorientasi kepada return yang diakibatkannya, tingkat maksimal atau

minimal.

• Fungsi Transisi

Fungsi transisi menjelaskan secara pasti bagaimana tahap-tahap saling

berhubungan. Fungsi ini berbentuk fungsi hubungan antar status pada setiap

tahap yang berurutan.

Tahapan Stage :

- Sn : input stage

- Sn-1 : output stage

- n : nomor stage

- dn : keputusan

- Gn : return function

35

• Optimasi Tahap

Optimasi tahap dalam dynamic programming adalah menentukan keputusan

optimal pada setiap tahap dari berbagai kemungkinan nilai status inputnya.

• Fungsi Rekursif

Fungsi rekursif biasanya digunakan pada berbagai program komputer, di

mana nilai sebuah variabel pada fungsi itu merupakan nilai kumulatif dari

nilai variabel tersebut pada tahap sebelumnya.

36

2.2 Perancangan Tata Letak Fasilitas

Sebelum membahas mengenai perancangan tata letak dan fasilitas, sebaiknya

kita mengetahui pengertian dan definisi dari pabrik / industri tersebut. Menurut Sritomo

Wignjosoebroto (1996, p1), pabrik yang dalam istilah asingnya dikenal sebagai

factory atau plant adalah setiap tempat dimana faktor – faktor seperti manusia, mesin,

material, energi, uang, informasi dan sumber daya alam dikelola bersama – sama

dalam suatu sistem produksi guna menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif,

efisien dan aman. Istilah pabrik ini sering diartikan sama dengan industri, meskipun

industri sebenarnya memiliki pengertian yang lebih luas. Pabrik pada dasarnya

merupakan salah satu jenis industri yang terutama akan menghasilkan produk jadi.

Seperti hal nya yang dijumpai dalam industri amnufaktur.

Menurut Apple (1990, p2) rekayasawan rancang fasilitas menganalisis,

membentuk konsep, merancang, dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang dan

jasa. Rancangan ini umumnya digambarkan sebagai rencana lantai yaitu suatu susunan

fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan dan sarana lain) untuk mengoptimumkan

hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang

diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara sangkil, ekonomis, dan aman.

Umumnya tujuan keseluruhan rancang fasilitas adalah membawa masukan (bahan,

pasokan dll) melalui setiap fasilitas dalam waktu tersingkat yang memungkinkan

dengan biaya yang wajar. Dalam batasan industri, makin singkat sepotong bahan berada

dalam pabrik, makin kecil keharusan pabrik menanggung beban buruh dan ongkos tidak

37

langsung. Kebanyakan pekerjaan rancang fasilitas berhubungan dengan fasilitas industri

atau pabrik.

Tujuan dari tata letak fasilitas adalah untuk meminimasi total biaya, tapi total

biaya adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didapatkan. Banyak elemen yang termasuk

dalam total biaya sangat kompleks dan tidak jelas.

2.2.1 Operation Process Chart (OPC)

Operation Process Chart merupakan salah satu peta kerja. Sebelum membahas

lebih jauh, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu mengenai peta kerja.

Menurut Sutalaksana (1979, p15), peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis

dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta – peta kerja ini

kita bisa mendapatkan informasi – informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu

metoda kerja. Jadi peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kera

secara sistematis dan jelas. Lewat peta – peta ini kita bisa melihat semua langkah atau

kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja mulai dari masuk kepabrik, kemudian

menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin,

pemeriksaan dan perakitan sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap

atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap. Peta kerja dibagi menjadi 2

kelompok besar yaitu peta kerja untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan (peta

proses operasi, peta aliran proses, peta proses kelompok kerja, diagram aliran, multi

proses produk chart) dan peta kerja untuk menganalisa kegiatan kerja setempat (peta

38

pekerja mesin dan peta tangan kiri dan tangan kanan). Namun pada laporan ini hanya

akan dibahas mengenai OPC (Operation Process Chart).

Menurut catatan sejarah, peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan oleh

Gilberth. Pada saat itu, untuk membuat suatu peta kerja, Gilberth mengusulkan 40 buah

lambang yang bisa dipakai. Kemudian pada tahun berikutnya jumlah lambang –

lambang tersebut disederhanakan sehingga menjadi beberapa macam :

a. Operasi

suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan

sifat, baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun

memberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi.

b. Pemeriksaan / Inspeksi

suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan

mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas.

Lambang ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu

objek atau membandingkan objek tertentu dengan suatu standar.

c. Penyimpanan

Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka

waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali,

biasanya memerlukan suatu prosedur perizinan tertentu.

39

d. Transportasi

suatu kegiatan trnsportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau

perlengkapan menglami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian

dari suatu operasi.

e. Menunggu / Delay

Poses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan

tidak mengalami kegiatan apa – apa selain menunggu biasanya hanya

sebentar.

f. Kegiatan gabungan

kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas opeasi dan pemeriksaan

dilakukan secara bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

Menurut Sritomo (p100), peta proses operasi atau dikenal dengan operational

process chart akan menunjukkan langkah – langkah secara kronologis dari semua

operasi inspeksi, waktu longgar, dan bahan baku yang digunakan di dalam suatu proses

manufakturing yaitu mulai datangnya bahan baku sampai ke proses pembungkusan dari

produk jadi yang dihasilkan. Peta ini akan melukiskan peta operasi dari seluruh

komponen – komponen dan sub assembly. Dengan adanya peta proses, aliran umum

dari proses manufakturing komponen – komponen dari bahan mentah sampai ke

40

komponen jadi akan dapat digambarkan secara kronologis. Selanjutnya dengan

pembuatan peta semacam ini, suatu tata letak pabrik yang ideal akan dapat pula

direncanakan sebaik – baiknya yaitu terutama dengan memperhatikan aliran proses

operasi manufakturing dari komponen – komponen yang ada.

Menurut Sutalaksana (1979, p21), Peta proses operasi merupakan suatu diagram

yang menggambarkan langkah – langkah proses yang akan dialami bahan baku

mengenai urutan – urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi

produk jadi utuh maupun sebagai komponen dan juga memuat informasi – informasi

yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut seperti waktu yang dihabiskan, material yang

digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai.

Dengan adanya informasi – informasi yang bisa dicatat melalui peta proses

operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya :

• Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya

• Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku

• Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik

• Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.

• Sebagai alat untuk latihan kerja.

Untuk dapat menggambarkan peta proses operasi dengan baik, ada beberapa

prinsip yang perlu diikuti sebagai berikut :

• Pertama – tama pada baris paling atas dinyatakan kepalanya “Peta Proses

Operasi” yang diikuti oleh identifikasi lain seperti : nama objek, nama

41

pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta

dan nomor gambar.

• Material yang akan diproses diletakkan diatas garis horizontal yang

menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.

• Lambang – lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menyebabkan

terjadinya perubahan proses.

• Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan

sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk

tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.

• Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri

dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

.

2.2.2 From to Chart dan Skala Prioritas

Menurut Sritomo (p190), FTC (From to Chart) atau kadang disebut pula

dengan trip Frequency atau Travel Chart adalah suatu teknik konvensional yang

umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam

suatu proses produksi. Teknik ini sangat berguna untuk kondisi – kondisi dimana

banyak item mengalir melalui suatu area seperti job shop, bengkel permesinan, kantor

dan lainnya. Pada dasarnya from to chart adalah merupakan adaptasi dari “Mileage

Chart” yang umumnya dijumpai pada suatu peta perjalanan, angka – angka yang

terdapat dalam suatu from to chart akan menunjukkan total dari berat beban yang

42

harus dipindahkan, jarak perpindahan bahan, volume atau kombinasi – kombinasi

dari faktor – faktor tersebut.

From to Chart (FTC) biasanya sangat berguna apabila barang yang mengalir

pada suatu wilayah berjumlah banyak. Hal ini juga berguna jika terjadi keterkaitan

antara beberapa kegiatan dan jika diinginkan adanya penyusunan kegiatan yang

optimum.

FTC menggambarkan besarnya kedekatan hubungan aliran antarmesin yang

terjadi. Melalui FTC frekuensi ini kita dapat melakukan perhitungan untuk langkah

selanjutnya, yaitu perhitungan untuk FTC Inflow dan FTC Outflow. FTC Inflow dan

Outflow dibuat berdasarkan hasil perhitungan FTC Frekuensi dengan rumus (yang

dimasukkan ke dalam setiap kotak matriks) sebagai berikut:

beradaebut kotak tersmanadikolomTotalfrekuensi) FTC (dari terisiyangmatrik kotak pada Nilai =Inflow FTC

mesin barismanadikolomTotalfrekuensi) FTC (dari terisiyangmatrik kotak pada Nilai =Outflow FTC

Skala prioritas menunjukkan hubungan antarmesin (skala prioritas Inflow dan

skala prioritas Outflow) merupakan skala yang digunakan untuk mengetahui derajat

kepentingan hubungan antara mesin-mesin produksi, dimana derajat kedekatan

hubungannya dapat dilihat pada FTC Inflow dan Outflow. Di sini angka yang paling

besar yang terdapat pada kedua peta tesebut menunjukkan hubungan yang paling

dekat. Adapun tanda dari derajat kedekatan adalah sebagai berikut:

43

Tabel 2.1 Derajat Hubungan Kedekatan

A = Hubungan mutlak diperlukan (untuk aktivitas yang

dipertimbangkan saling berkelanjutan)

E = Hubungan sangat penting (untuk aktivitas yang saling

berhubungan)

I = Hubungan penting (untuk aktivitas berdampingan)

O = Hubungan biasa / umum (untuk aktivitas yang

mempunyai hubungan biasa)

U = Hubungan tidak penting (untuk hubungan geografis)

X = Hubungan tidak diinginkan (untuk hubungan yang

tidak diharapkan terjadi)

2.2.3 Activity Relationship Chart dan Activity Relationship Diagram

Aliran bahan bisa diukur secara kualitatif menggunakan tolok ukur derajat

kedekatan hubungan antara satu fasilitas dengan lainnya. Nilai – nilai yang

menunjukkan derajat hubungan dicatat sekaligus dengan alasan – alasan yang

mendasarinya dalam sebuah peta hubungan aktivitas dengan alasan – alasan yang

mendasarinya dalam sebuah peta hubungan aktivitas (Activity Relationship Chart)

yang telah dikembangkan oleh Richard Muther.

44

Menurut Sritomo (p200), peta hubungan aktivitas adalah suatu cara atau

teknik sederhana didalam merencanakan tata letak fasilitas atau departemen

berdasarkan derajat hubungan aktivitas yang sering dinyatakan dengan penilaian

“kualitatif” dan cenderung berdasarkan pertimbangan – pertimbangan yang bersifat

subjektif dari masing – masing fasilitas/departemen. Pada dasarnya ARC hampir

sama dengan FTC, hanya saja di sini analisanya lebih bersifat kualitatif.

ARC sangat berguna untuk perencanaan dan analisa hubungan aktivitas antar

masing – masing departemen. Berbagai hasilnya maka data yang didapat selanjutnya

akan simanfaatkan untuk penentuan letak masing – masing departemen tersebut yaitu

lewat apa yang disebut Activity Relationship Diagram. ARD merupakan dasar

perencanaan keterkaitan antara pola aliran material dan lokasi kegiatan pelayanan

yang dihubungkan dengan kegiatan produksi yang dibuat berdasarkan skala prioritas

sebagai data derajat hubungan yang harus ada dan harus dipenuhi.

Pada dasarnya ARD menjelaskan mengenai hubungan pola aliran bahan dan

lokasi dari masing – masing departemen penunjang terhadap departemen

produksinya. Untuk membuat ARD maka terlebih dahulu data yang diperoleh dari

ARC dimasukkan kedalam suatu lembaran kerja. Dengan data yang telah disusun

secara lebih sistematik dalam sebuah work sheet, suatu ARD dapat dibuat dengan

mudah.

45

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membuat diagram yaitu :

Dengan membuat suatu Activity Template Block Diagram.

Pada Activity Template Block Diagram, data yang telah dikelompokkan

dalam worksheet kemudian dimasukkan kedalam suatu activity template.

Tiap – tiap template akan menjelaskan mengenai departemen yang

bersangkutan dan hubungannya dengan aktivitas dari departemen lain.

Dengan menggunakan kombinasi – kombinasi garis dan pemakaian kode

warna yang telah distandarkan untuk setiap hubungan aktivitas yang ada.

Menurut Apple (p229), Activity Relationship Diagram (ARD) berguna untuk

perencanaan dan pengalaisaan keterkaitan kegiatan, informasi yang dihasilkan hanya

berguna jika diolah kedalam suatu diagram. Inilah tujuan dari ARD yang menjadi

dasar perencanaan keterkaitan antara pola aliran barang dan lokasi kegiatan

pelayanan dihubungkan dengan kenyataan prosuksi. ARD dalam kenyataannya

merupakan diagram balok yang menunjukkan pendekatan keterkaitan kegiatan yang

menunjukkan setiap kegiatan sebagai satu model keterkaitan tunggal. ARC pada

dasarnya sangat baik dipergunakan untuk menganalisis tata letak pabrik dengan

memperhatikan faktor – faktor yang bersifat kualitatif.

2.2.4 Waktu Baku

Penelitian kerja dan analisa metode kerja pada dasarnya akan memusatkan

perhatiannya pada bagaimana suatu macam pekerjaan akan diselesaikan. Dengan

mengaplikasikan prinsip dan teknik pengaturan cara kerja yang optimal dalam sistem

46

kerja tersebut, maka akan diperoleh alternatif metode pelaksanaan kerja yang

dianggap memberikan hasil yang paling efektif dan efisien. Suatu pekerjaan akan

dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung

paling singkat. Secara singkat pengukuran kerja adalah metoda penetapan

keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang

dihasilkan.

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang

memiliki tingkat kemampuan rata – rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Disini

sudah meliputi kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan

kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut.

Teknik pengukuran waktu kerja ini dapat dibagi atau dikelompokkan ke

dalam dua bagian yaitu :

1. Pengukuran kerja secara langsung.

Dilaksanakan ditempat dimana pekerjaan yang diukur berlangsung. Cara

pengukuran kerja yang termasuk didalamnya adalah pengukuran dengan

menggunakan stopwatch dan work sampling.

2. Pengukuran kerja secara tidak langsung.

Pengukuran jenis ini dilakukan tanpa di pengamat harus ditempat pekerjaan

yang diukur. Aktivitas pengukuran dilakukan dengan membaca tabel – tabel

waktu yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen

– elemen pekerjaan atau elemen – elemen gerakan.

47

Waktu baku ini sangat diperlukan terutama sekali untuk :

Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja).

Estimasi biaya – biaya untuk upah karyawan/pekerja.

Penjadwalan produksi dan penganggaran.

Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan/pekerja

yang berprestasi.

Indikasi keluaran yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.

Untuk mendapatkan waktu baku yang diinginkan harus dilakukan perhitungan

dengan langkah – langkah sebagai berikut :

• Waktu siklus

Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan jumlah produksi sejak

bahan baku mulai diproses ditempat kerja yang bersangkutan.

Waktu siklus dapat diperoleh dengan :

NX

Ws ∑= 1

dimana : ∑ 1X = jumlah total waktu

N = banyaknya pengamatan

48

• Waktu normal

pWsWn ×=

Dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan jika

pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak

wajar, sehingga hasil perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan

dulu untuk mendapatkan waktu siklus rata – rata yang wajar. Jika pekerja

bekerja dengan wajar, maka faktor penyesuaiannya p sama dengan 1 artinya

waktu siklus yang diperoleh sudah normal. Faktor penyesuaian ini akan

dibahas dipembahasan selanjutnya.

• Waktu baku

Waktu baku dapat diperoleh dengan cara :

nkelonggara%100%100xWnWb

−=

Penyesuaian dan Kelonggaran

Ketidakwajaran waktu dapat saja terjadi dalam proses operasi misalnya

bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah – olah diburu waktu atau karena

menjumpai kesulitan – kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sebab –

sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau

terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu

baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku

49

yang diselesaikan secara wajar. Oleh karena itu dilakukan suatu hal yang dinamakan

penyesuaian.

Penyesuaian ini bertujuan untuk menormalkan waktu proses operasi jika

pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar.

Sedangkan kelonggaran adalah waktu yang dibutuhkan pekerja terlatih agar dapat

mencapai performance kerja sesungguhnya, jika ia bekerja secara normal. Seorang

pekerja tidak mungkin bekerja sepanjang waktu tanpa adanya interupsi untuk

kebutuhan tertentu yang bersifat manusiawi. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal

yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan – hambatan

yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal – hal yang secara nyata

dibutuhkan oleh pekerja.

50

2.3 Penjadwalan

2.3.1 Pengertian Penjadwalan

Penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber daya untuk

menampilkan sekumpulan tugas pada jangka waktu yang telah ditetapkan. Definisi

ini dapat dijabarkan menjadi dua arti yaitu sebagai fungsi pengambilan keputusan

dalam melakukan penetapan penjadwalan yang paling tepat dan sebagai teori yang

berisi prinsip, model, teknik, konklusi logis dalam pengambilan keputusan.

Order aktual dalam fase agregat adalah dasar untuk penjadwalan sumber daya

produksi (fasilitas, tenaga kerja dan peralatan), kemudian pada setiap unit

mendapatkan tingkat penggunaan optimal dari kapasitas yang ada atau tujuan lainnya.

Dalam perencanaan agregat, peramalan permintaan untuk beberapa periode

dipenuhi dengan kapasitas yang ada tanpa perincian lebih spesifik untuk setiap

produk atau item yang diproduksi. Dalam penjadwalan produksi, pembebanan agregat

ini harus dipecah pada masing – masing produk (item) dalam pembebanan jam,

harian, atau mingguan di setiap unit produksi.

2.3.2 Kepentingan Strategis

Penjadwalan memiliki kepentingan strategis yang sangat penting dan

menunjang bagi perusahaan yaitu :

• Dengan membuat penjadwalan secara efektif berarti perusahaan

menggunakan aset secara lebih efektif da menciptakan kapasitas yang lebih

51

besar untuk setiap dolar yang ditanamkan yang selanjutnya menghasilkan

biaya yang lebih rendah.

• Kapastitas tambahan dan fleksibilitas yang terkait ini menghasilkan

pengiriman yang lebih cepat dan karenanya memberikan pelayanan

pelanggan yang lebih baik.

• Penjadwalan yang baik merupakan keunggulan bersaing karena berperan

dalam penyerahan yang terkait.

2.3.3 Tujuan Penjadwalan

Aktivitas penjadwalan memiliki beberapa tujuan yaitu :

• Meningkatkan sumber daya atau mengurangi waktu tunggu sehingga total

waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat.

• Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah

pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada

masih mengerjakan tugas yang lain.

• Mengurangi keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu

penyelesaian sehingga akan meminimasi biaya keterlambatan.

• Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik

dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang

mahal dapat dihindarkan.

52

2.3.4 Isu - Isu Penjadwalan

2.3.4.1 Penggolongan Penjadwalan

Penjadwalan mencakup penugasan batas waktu pada pekerjaan tertentu

dimana terdapat banyak pekerjaan secara bersamaan bersaing untuk menggunakan

sumber daya yang sama untuk membantu mengatasi berbagai kesulitan dalam

penjadwalan. Oleh karenanya teknik penjadwalan digolongkan menjadi dua yaitu :

Penjadwalan maju

Memulai jadwal segera setelah persyaratan suatu pekerjaan diketahui.

Penjadwalan maju dilakukan sesuai dengan pesanan pelanggan dan biasanya

diminta untuk dikirim sesegera mungkin. Penjadwalan maju umumnya

dirancang untuk menghasilkan sebuah jadwal yang dapat dipenuhi sekalipun

hal ini berarti batas waktunya tidak dapat dipenuhi.

Penjadwalan mundur

Dimulai dari batas waktu dan menjadwalkan operasi yang terakhir lebih

dahulu. Kemudian urutan pekerjaan dijadwalkan satu demi satu dalam

susunan terbaik. Dengan mengurangi lead time untuk setiap item, maka

diperoleh waktu mulai. Sumberdaya yang diperlukan untuk memenuhi

jadwal mungkin tidak ada. Penjadwalan ini digunakan dalam banyak

lingkungan manufaktur seperti halnya lingkungan jasa yang menyediakan

sebuah perjamuan.

53

2.3.5 Fungsi Penjadwalan Produksi

Penjadwalan produksi memiliki beberapa fungsi dalam sistem produksi,

aktivitas – aktivitas fungsi tersebut adalah sebagai berikut :

• Loading (Pembebanan)

Bertujuan mengkompromikan antara kebutuhan yang diminta dengan

kapasitas yang ada. Loading ini untuk menentukan fasilitas, operator dan

peralatan.

• Sequencing (penentuan urutan)

Bertujuan untuk membuat prioritas pengerjaan dalam pemrosesan order –

order yang masuk.

• Dispatching

Pemberian perintah – perintah kerja ke tiap mesin atau fasilitas lainnya.

• Pengendalian kinerja penjadwalan, dilakukan dengan cara :

a. memonitor perkembangan pencapaian pemenuhan order dalam semua

sektor.

b. merancang ulang sequencing, bila ada kesalahan atau ada prioritas

utama baru.

• Updating Schedules

Pelaksanaan jadwal biasanya selalu ada masalah baru yang berbeda dari saat

pembuatan jadwal, maka jadwal harus segera di update bila ada

permasalahan baru yang memang perlu diakomodasikan.

54

2.3.6 Parameter dan Variabel Keputusan Penjadwalan

Kapasitas untuk permintaan/order, prioritas job dan pengendalian jadwal

memerlukan informasi terperinci, sebagai input untuk membuat keputusan dalam

penjadwalan. Informasi ini berupa operation sheet (skill dan peralatan yang

diperlukan, waktu standar, dll) serta bill of material atau struktur produk (komponen,

part dan bahan pembantu).

Input tersebut harus di lengkapi dengan parameter – parameter pembatas

dalah hal kapasitas dalam berkenaan dengan hal - hal berikut :

1. Teknologi pemrosesan.

2. Limit kapasitas.

3. Rencana agregat.

4. Kebutuhan pemeliharaan.

5. Kelayakan dan jumlah persediaan antar tingkat.

Variabel keputusan dalam penjadwalan produksi berkenaan dengan

penyiapan, pengendalian dan updating jadwal memuat :

Kuantitas pasti dari tenaga kerja yang digunakan harian.

Setting adjustable tingkat produksi aktual untuk overtime dan undertime.

Alokasi spesifik dari order/permintaan ke sumber daya.

Sequencing (urutan), time phasing, dari pesanan sampai unit produksi.

55

2.3.7 Pengurutan Pekerjaan

Teknik penjadwalan produksi sangat tergantung pada jenis produksinya.

Penjadwalan pada produksi job shop akan berbeda dengan penjadwalan pada

produksi masal dan proyek. Pengurutan pekerjaan merupakan problem yang cukup

penting dalam analisis produksi. Pengurutan pekerjaan ini bertujuan utnuk mencapai

kriteria performance tertentu yang optimal. Beberapa kriteria yang sering dipakai

dalam pengurutan job antara lain :

• Mean Flow Time adalah rata – rata waktu job berada dalam sistem.

• Idle time atau waktu menganggur mesin.

• Mean latteness atau rata – rata kerterlambatan.

• Mean number job in the system atau rata – rata jumlah mesin dalam sistem.

• Make span atau total waktu penyelesaian seluruh job.

2.3.8 Istilah –Istilah dalam Penjadwalan

Dalam penjadwalan terdapat beberapa istilah penting yang perlu diketahui

diantaranya :

a. Waktu proses adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

suatu tugas.

b. Batas waktu adalah batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan suatu

tugas, apabila tugas tersebut tidak dapat diselesaikan hingga batas waktu

tersebut maka penyelesaian tugas tersebut akan terlambat.

56

c. Rentang waktu adalah waktu dari mulai bekerja menyelesaikan tugas

pertama sampai tugas terakhir selesai.

d. Keterlambatan adalah selisih antara waktu penyelesaian tugas dengan batas

waktunya.

e. Tardiness adalah besarnya keterlambatan dari job 1. Ini adalah

keterlambatan yang positif.

f. Slack adalah suatu ukuran dari perbedaan antara waktu yang tersisa bagi

suatu tugas untuk diselesaikan dengan waktu proses yang dibutuhkan utnuk

menyelesaikannya.

g. Flow time adalah jangka waktu dimana suatu tugas mulai siap untuk

diproses sampai dengan selesai diproses.

h. Makespan adalah total waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh

tugas mulai dari tugas pertama hingga tugas ke i.

i. Critical ratio adalah perbandingan antara waktu yang masih tersisa hingga

due date dengan waktu proses untuk tugas yang masih tersisa tersebut.

2.3.9 Algoritma Palmer

Algoritma Palmer merupakan metode penjadwalan flowshop untuk jumlah

mesin lebih dari tiga mesin. Algoritma Palmer ini memiliki kriteria yang sama

dengan Algoritma Campbell, Dudek dan Smith (CDS) yaitu makespan. Secara garis

besar, Algoritma Palmer membantu dalam penjadwalan job yang memiliki banyak

57

tugas yang harus dikerjakan dengan urutan mesin yang sama. Langkah – langkah

penjadwalan produksi dengan metode Algoritma Palmer adalah sebagai berikut :

a. Untuk setiap job Jj, cari nilai dari π j

( ) ( )( ) ( )

[ ]∑=

−++−++−−2

111212

m

ijimiijij tmtmπ

b. Pengurutan job berdasarkan π j secara descending.

Jika dua atau lebih job memiliki nilai π j yang sama, maka urutan sesuai

dengan keperluannya.

c. Jadwalkan job pada setiap mesin sesuai dengan urutan tersebut.

58

2.4 Pengukuran Tingkat Resiko Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang patut

diperhatikan dalam suatu industri. Ilmu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan

bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Keilmuan K3 merupakan perpaduan dari

multidisiplin ilmu antara ilmu – ilmu kesehatan, ilmu perilaku, ilmu alam dan

teknologi yang bersifat kajian maupun terapan. Ilmu K3 memiliki maksud dan tujuan,

yaitu untuk menciptakan kondisi sehat dan selamat bagi pekerja, tempat kerja

maupun lingkungan sekitarnya.

Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan operator dalam bekerja banyak hal

yang harus diperhatikan, diantaranya adalah tingkat resiko kerja ataupun kondisi

lingkungan tempat kerja. Namun untuk penelitian ini ilmu K3 sendiri tidak akan

dibahas dan hanya akan membahas mengenai pengukuran tingkat resiko kerja

terhadap operator pabrik.

Resiko kerja yang dimaksudkan ini yaitu berupa pengangkatan yang

dilakukan oleh operator terhadap benda kerja yang berupa work in process dan

produk yang dihasilkan. Pengangkatan – pengangkatan ini dapat dikatakan suatu hal

kecil namun jika tidak diperhatikan secara seksama hal ini dapat menimbulkan akibat

yang serius seperti cedera pada tulang belakang.

59

2.4.1 Faktor Resiko

Dalam pemindahan bahan secara manual, ada beberapa faktor yang

berpengaruh. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan

operator.

Jarak horisontal dari beban relatif terhadap operator.

Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar) akan

memiliki pusat massa yang letaknya jauh dari badan operator, hal tersebut

juga akan menghalangi pandangan operator.

Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban

(mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit dari pada

mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang).

Beban puntir (twisting load) pada badan operator selama aktivitas angkat

beban.

Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk

mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.

Stabilitas beban yang akan diangkat.

Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja.

Berbagai macam rintangan yang menghalangi ataupun keterbatasan postur

tubuh yang berada pada suatu tempat kerja.

Kondisi kerja yang meilputi : pencahayaan, temperatur, kebisingan dan

kelicinan lantai.

60

Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat.

Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara tiba-tiba).

Tidak terkoordinasinya kelompok kerja (lifting team).

Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama dengan

membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan beban pada

vertebral disc dan intervertebral disc pada vertebral column di daerah

punggung.

2.4.2 Pendekatan Untuk Mengurangi Resiko

Kebutuhan untuk mengangkat secara manual haruslah diteliti benar – benar

secara ergonomis. Penelitian ini akan mengakibatkan adanya standarisasi dalam

aktivitas angkat manusia.

Standar kemampuan angkat tersebut tidak hanya meliputi arah beban tetapi

berisi pula tentang ketinggian dan jarak operator terhadap beban yang akan diangkat.

Akhirnya pelatihan dalam mengangkat beban dan metode angkat terbaik haruslah

diimplementasikan.

2.4.3 Akibat Dari Resiko Kerja

Melakukan aktivitas kerja jika dilakukan dengan cara yang salah, maka akan

menimbulkan beberapa resiko. Pada bagian ini akan dibahas mengenai akibat yang

mungkin timbul dari resiko kerja.

61

Kriteria keselamatan adalah berdasarkan pada beban tekanan (compression

load) pada intervertebral disk antara lumbar nomor lima dan scarum nomor satu

(L5/S1). Gambar 2.1 menunjukkan cara pemberian nomor pada vertebral disk

(vertebral spinal). Telah ditemukan juga bahwa 85-95 % dari penyakit hernia pada

disk terjadi dengan relatif frekuensi pada L4/L5 dan L5/S1. L4/L5 adalah

intervertebral disk yang berada antara lumbar ke-4 dan ke-5 sedangkan L5/S1 adalah

intervertebral disk yang berada diantara lumbar ke-5 dan sacrum. Kebanyakan

penyakit tulang belakang merupakan hernia pada intervertebral disk yaitu keluarnya

inti intervertebral (pulpy nucleus) yang disebabkan oleh rusaknya lapisan

pembungkus intervertebral disk. Penyakit hernia yang terjadi karena rusaknya

intervertebral disk bagian belakang seperti digambarkan pada gambar 4.3, yang

menekan dan mengiritasi akar syaraf (spinal cord) dan menyebabkan rasa sakit yang

kronis. Rasa nyeri tersebut disebabkan oleh “Slipped discs”

62

Gambar 2.1 Klasifikasi dan Kodikasi Pada Vertebrae

Gambar 2.2 Slipped Disc yang Menyebabkan Adanya Tekanan Pada Akar Syaraf

63

Penelitian tentang rasa sakit pada tulang belakang (spinal injuries), yang

mana menganalisa biomekanika gaya kompresi pada L5/S1 yang diestimasi dengan

memberikan suatu beban luar, postur dan dara antropometri dari operator angkatnya.

Penelitian dengan uji tekanan pada spine (tulang belakang) menunjukkan bahwa

tulang belakang yang sehat tidak mudah terkena hernia, akan tetapi lebih mudah

rusak/retak jika diberikan beban yang ditanggung oleh segmen tulang belakang

(spinal) dan yang terjadi pertama kali adalah rusaknya bagian atas / bawah segmen

tulang belakang (the castilage and plates in the vertebrae). Rusaknya vertebral yang

mengakibatkan degenerasi pada invertebral disk, yang ditunjukkan dengan adanya

retak kecil (micro fractures) yang terjadi akan menyebabkan keluarnya cairan dari

dalam vertebrae menuju ke dalam intervertebral disk yang pada akhirnya akan

menjadi penyebab umum timbulnya rasa nyeri pada bagian punggung bawah

(lowback pain).

Penelitian dengan menguji tekanan pada tulang belakang dengan berbagai

variabel gerak flekxi (Flexion) menemukan bahwa :

1. Hernia dapat terjadi jika tulang belakang berada pada posisi hiperfleksi

(hiperflexion).

2. Gerakan fleksi yang sedikit akan meningkatkan kekuatan, akan tetapi

sebaliknya hiperfleksi akan menurunkan kekuatannya.

64

2.4.4 Recommended Weight Limit (RWL)

Dalam melakukan pergukuran tingkat resiko kerja, ada 2 hal yang harus

diperhatikan yaitu pembebanan RWL (Recommended Weight Limit) dan LI (Lifting

Index). RWL menyatakan berat beban yang dapat diangkat oleh hampir semua

pekerja sehat selama rentang waktu yang cukup lama, tanpa terjadinya peningkatan

resiko sakit punggung bawah yang berkaitan dengan pengangkatan. Perumusan RWL

sebagai berikut:

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

Dimana :

• LC (Load Constant)

Adalah beban maksimum yang direkomendasikan untuk pengangkatan pada

lokasi standar, yaitu posisi diam pada 30 in (76 cm) dari lantai dan berjarak

horizontal 10 in (25cm) dari titik tengah antara mata kaki dan pada kondisi

optimal yaitu posisi sagital, pengangkatan yang tidak terus menerus,

pemegangan yang baik dan perpindahan vertikal kurang dari 10 in (25cm).

Yang mana standar berat yang ditentukan oleh NIOSH (National Institute

for Occupational Safety and Health) adalah 23 kg (51 lbs).

• HM (Horizontal Multiplier)

Adalah faktor pengali horizontal yang ditentukan dari jarak horizontal dari

titik tengah mata kaki dan titik hasil proyeksi titik tengah pegangan kedua

tangan ke lantai.

65

HM = 10/H (untuk inchi)

HM = 25/H (untuk cm)

Batas – batas yang ditentukan untuk jarak horizontal adalah 10 in (25 cm)

dan 25 in (63 cm). Sebagian besar objek yang dipegang lebih dekat daripada

10 in (25cm) tidak dapat diangkat tanpa terhalang oleh perut atau terjadinya

pemanjangan bahu yang berlebih.

• VM (Vertical Multiplier)

Adalah faktor pengali vertikal yang ditentukan dari jarak vertikal dari titik

tengah antara kedua pegangan.

VM = 1 – (0.0075 |V – 30| ) (untuk inchi)

VM = 1 – (0.003 |V – 75| ) (untuk cm)

Batas – batas ini ditentukan untuk jarak vertikal adalah 0 (objek diangkat

dari permukaan lantai) sampai 70 in (175 cm).

• DM (Distance Multiplier)

Adalah faktor pengali jarak yang ditentukan dari pemindahan vertikal kedua

tangan, mulai dari titik asal sampai ketujuan pengangkatan.

DM = 0.82 + (1.8/D) (untuk inchi)

DM = 0.82 + (4.5/D) (untuk cm)

Batas – batas yang ditentukan untuk jarak perpindahan 0 sampai 70 in (175

cm).

66

• AM (Asymmetric Multiplier) adalah faktor pengali asimetri posisi tubuh.

AM didefiniskan sebagai pengangkatan yang dimulai atau diakhiri dibagian

mid-sagittal. Pada umumnya Asymmetric harus dihindari, jika tidak dapat

dihindari, batasan pengangkatan beban tidak boleh melebihi batasan

pengangkatan beban symmetric.

AM = 1 – (0.0032 x A)

• FM (Frequency Multiplier)

Adalah faktor pengali yang ditentukan berdasarkan banyaknya

pengangkatan permenit (frekuensi), lamanya waktu untuk aktivitas

pengangkatan (durasi) dan jarak vertikal pengangkatan dari lantai.frekuensi

pengangkatan dihitung dari rata – rata pengangkatan yang dilakukan per

menit selama rentang waktu 15 menit.

Durasi pengangkatan digolongkan menjadi 3, berdasarkan pola waktu kerja

dan waktu istirahatnya. Waktu istirahat didefinisikan sebagai lamanya

waktu pengerjaan aktivitas ringan setelah satu periode pengangkatan terus –

menerus.

• CM (Coupling Multiplier)

Adalah cara alami tangan untuk memegang objek atau menggenggam yang

dapat mempengaruhi gaya maksimum yang dapat diberikan pekerja pada

objek dan lokasi vertikal kedua tangan pada saat dilakukannya

pengangkatan. Pemegangan yang baik akan meningkatkan batas berat beban

67

yang masih mampu diangkat, sementara pemegangan yang buruk akan

menurunkan batas tersebut.

Gambar 2.3 Graphic Representation of Hand Location

Gambar 2.4 Posisi Tubuh

68

2.4.5 Lifting Index (LI)

Setelah menghitung RWL, dapat dilanjutkan dengan perhitungan LI dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

LI = LimitWightdRecommende

WeightLoad

Jika LI lebih besar dari satu, berarti pekerjaan yang dilakukan oleh operator

tergolong berbahaya.

Impretasi atas nilai LI (Lifting Index) :

Tugas – tugas dengan LI > 1.0 menyebkan peningkatan resiko cedera

punggung bawah pada sebagian pekerja.

LI dapat digunakan untuk mengestimasi besaran relatif dari tekanan fisik

suatu tugas.

LI dapat digunakan untuk memprioritaskan perancangan ulang secara

ergonomis dengan cara mengurutkan pekerjaan berdasarkan LI.

Faktor – faktor pengali individual dapat digunakan untuk mengidentifikasi

masalah – masalah spesifik yang berhubungan dengan pekerjaan.

RWL dapat digunakan untuk merekomendasikan berat beban yang akan

membuat pekerjaan menjadi lebih aman.

69

2.4.6 Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Setelah melakukan perhitungan normal, dilakukan pengujian dengan

menggunakan software Upper Extremity Assessment Tools 1.4 b (Rapid Entire Body

Assessment / REBA), untuk mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan oleh

operator cetak berbahaya atau tidak. Adapun langkah-langkah penggunaan Upper

Extremity Assessment Tools 1.4 b adalah sebagai berikut :

• Pilih REBA

• Pilih Task Information

• Masukkan Analyst, Job Name, Workstation ID

• Pilih gerakan-gerakan yang telah tersedia pada Task Information,

Coupling/Grip, Force or Load, dan Muscle Use.

• Pilih REBA Score.

70

Gambar 2.5 Tampilan Task Information REBA

71

Gambar 2.6 Tampilan REBA Score

2.4.7 Biomekanika Kerja

Biomekanika adalah aplikasi ilmu mekanika teknik untuk analisa sistem

kerangka otot manusia. Boimekanika mempelajari manusia dari segi kemampuan-

kemampuannya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketelitian. Hubungan

antara manusia, pekerja dengan mesin serta peralatan-peralatan dan lingkungan kerja

72

dapat dilihat sebagai hubungan yang unik karena interaksi antara hal-hal diatas yang

membentuk suatu sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan malibatkan berbagai

disiplin ilmu ( Nurmianto, 2003, h5).

Biomekanika kerja adalah salah satu bagian dari ilmu ergonomi dimana kita

mempelajari dari segala aktivitas kita mulai dari yang ringan sampai dengan yang

berat, data-data yang didapat digunakan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam

menyusun suatu pekerjaan manusia dengan memperlihatkan kapan pekerja itu lelah,

bagaimana keadaan tekanan darahnya pada saat sedang lelah dan lain-lain dengan

menggunakan beberapa metode baik yang langsung (fisiologi) atau dengan

menentukan waktu standar atau suatu cabang ilmu yang berhubungan dengan

lingkungan fisik disekitar tempat kerja, yang bertujuan untuk menyelidiki manusia

dari segi kemampuan-kemampuannya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan

ketelitian. Lingkungan fisik disini menunjukkan semua keadaan yang terdapat

disekitar tempat kerja yang akan mempengaruhi operator tersebut baik secara

langsung amupun tidak langsung.

Disamping itu, untuk mendapatkan inklinasi (kemiringan) sudut posisi kaki

atau tangan relatif terhadap horizontal agar gaya maksimum dapat diterapkan, maka

kondisi berikut haruslah dapat dipenuhi :

Analisa biomekanika secara global dengan mempertimbangkan kondisi

masing-masing otot.

73

Penyederhanaan model biomekanika yang berdasarkan pada sistem

sambungan tulang untuk memprediksi beban pada ruas tulang belakang

untuk mengangkat benda kerja.

2.4.8 Sendi

Pengertian sendi berdasarkan kutipan dari wikipedia yaitu sebuah struktur

yang menghubungkan dua buah tulang. Ada banyak jenis sendi yang ada di dalam

tubuh munusia. Namun yang paling banyak adalah sendi Synovial. Sendi jenis ini

termasuk sendi yang paling besar pergerakannya. Sendi Synovial terdapat pada sendi

bahu (Shoulder joint), sendi siku (Elbow joint), sendi panggul (Hip joint) dan sendi

lutut (Knee joint). Hubungan dua tulang disebut persendian.

Sendi lutut (Knee joint) merupakan sendi yang paling sering mendapat

keluhan. Nyeri, bengkak, kaku, bunyi ketika digerakkan, hingga posisi yang tidak

stabil merupakan keluhan-keluhan pada sendi lutut. Seperti yang diungkapkan

sebelumnya, keluhan itu muncul pada orang dewasa muda karena aktivitas yang

berlebih dan tidak seimbang. Sedangkan keluhan pada sendi di lutut yang timbul pada

usia di atas 40 tahun, biasanya berhubungan dengan keadaan degenerasi sendi dan

peningkatan berat badan. Sendi lutut akan terbenani dengan berat badan berlebih

yang harus ditumpunya. Oleh karena itu, kegemukkan sebaiknya dihindari terutama

di usia lanjut.

Seni lutut adalah sendi yang paling besar di tubuh manusia. Sendi Synovial

dalam keadaan normal dapat bergerak dari nol derajat samapai lebih dari 135 derajat

74

(naik-turun). Selain itu, sendi ini dapat pula sedikit berputar (rotasi). Fungsi sendi

lutut adalah menghubungkan tulang paha (femur) dan tulang kering (tibia). Pada

sendi lutut ini terdapat pula tulang tempurung (patella).

Sendi tidak dapat berfungsi maksimal bila tidak disokong otot-otot. Pada

sekitar sendi lutut juga didapati banyak otot. Pada sendi lutut terdapat otot-otot

terpenting di bagian depan (extensor). Otot ini berfungsi untuk meluruskan lutut

sedangka otot di bagian belakang (flexor) berfungsi untuk melipat lutut. Selain otot,

terdapat pula dua buah urat (ligament) yang terletak dipinggir sendi lutut bagian

dalam (ligament collateral medial) dan bagian luar (ligament collateral lateral).

Kedua struktur ini yaitu otot dan urat berfungsi unuk menjaga stabilitas sendi lutut.

Sendi lutut dibungkus oleh kapsul sendi dan berisi cairan sendi didalamnya.

Ada beberapa struktur lain yang sangat penting keberadaannya pada sendi, yaitu

tulang rawan sendi (cartilage), meniscus, urat silang (ligament crutiate). Tulang

rawan sendi melapisi permukaan tulang di dalam sendi dan berfungsi melindungi

tulang-tulang di sendi agar tidak berbenturan secara langsung. Meniscus bila dilihat

sepintas akan terlihat seperti cincin yang berfungsi sebagai peredam kejut. Sedangkan

urat silang (ligament crutiate) berfungsi untuk menjaga kestabilan sendi lutut. Agar

sendi lutut berada pada posisi stabil, terdapat pula dua buah urat silang, yaitu yang ke

arah depan (ligament cruciate anterior/ACL) dan yang ke arah belakang (ligament

cruciate posterior/PCL).

75

2.4.9 Siku

Siku merupakan salah satu bagian dari lutut. Gangguan fungsi siku ini bisa

diakibatkan oleh aktivitas atau pekerjaan yang pasif yang bertumpu pada otot-otot

lengan. Misalnya pekerjaan menulis, menggambar, dll. Gangguan ini bersumber pada

lengan bawah, yakni sisi luar dibawah sendi siku. Penyakit ini ditandai dengan

adanya rasa nyeri dan sakit pada siku lengan.

2.4.10 Lutut

Lutut adalah sendi yang menghubungkan tulang paha dan tulang kering. Lutut

manusia merupakan lutut yang menyokong hampir seluruh tubuh manusia, maka lutut

sangat rentan terhadap cidera.

2.4.11 Pergelangan Tangan

Dalam anatomi, pergelangan tangan adalah yang fleksibel dan sempit

sambungan antara lengan bawah dan telapak tangan. Pergelangan tangan yang pada

dasarnya adalah dua baris kecil pendek tulang disebut carpals, untuk membentuk

sebuah rumah sekitar engsel.