BAB 2 Anc
Transcript of BAB 2 Anc
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIK
2.1 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil penelitian Diana (2010), menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan agresifitas antar siswa SMA dan SMK. Penelitian ini juga
menunjukkan tidak ada perbedaan kelapangdadaan antara siswa SMA dan
SMK.
Penelitian yang dilakukan Triwulandari (2009) mengatakan perilaku
agresif adalah perilaku yang dilakukan oleh remaja untuk membahayakan atau
menyakiti orang lain atau diri sendiri serta dilakukan secara verbal atau fisik.
Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku agresif remaja adalah pengaruh dari teman
sepermainan, pengaruh keluarga, pengaruh bakat dan hobi, pengaruh kondisi
sosial ekonomi, dan pengaruh lingkungan. Sedangkan jenis-jenis perilaku
agresif yaitu berkelahi,mencuri,mencium, merokok, minum-minuman keras,
merusak fasilitas sekolah dan melawan guru. Ketika kecerdasan seorang tumpul
maka akan mengarahkan kepada perilaku agresif dalam menghadapi masalah
yang terjadi. Sebaliknya ketika sesesorang memiliki kecerdasan sosial yang
tinggi maka tindakannya tidak akan mengarah kepada perilaku agresif dalam
menyelesaikan persoalan yang di hadapi.6
7
2.2 Landasan Teoritik
2.2.1 Pengertian Perilaku Agresif
Perilaku agresif adalah ledakan–ledakan, emosi, kemarahan
hebat, meluap- luap dalam bentuk sewenang–wenang, penyerangan,
serbuan kekejaman, perbuatan-perbuatan yang menimbulkan
penderitaan dan kesakitan, pengrusakan dan tindakan permusuhan
ditunjukan kepada seseorang atau benda, (Kartono 2006). Patricia
(2005), menyatakan Agresif adalah suatu keadaan emosi yang
merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Menurut
Murry dan Lindzey (2002), agresif didefinisikan sebagai suatu cara
untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang,
membunuh, atau menghukum orang lain.
Pengertian perilaku agresif dalam pslikologis menurut KKBI
(2005), perilaku agresif berarti cenderung (ingin) menyerang kepada
sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi
atau menghambat.
Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah
perilaku negatif yang dilakukan untuk mengganggu, menyakiti dan
merugikan orang lain maupun benda-benda disekitar serta berupa
perkataan (mengejek, mengolok-olok, menghina, berbicara kasar dan
8
kotor), dan perbuatan (berkelahi, mengganggu, merusak, menendang,
memukul, dan lain-lain).
2.2.2 faktor-faktor penyebab perilaku agresif.
Menurut Koeswara (2004), faktor-faktor penyebab remaja
berperilaku agresif bermacam-macam, sehingga dapat dikelompokkan
menjadi faktor sosial, faktor lingkungan, faktor situasional, faktor
alkohol dan obat-obatan (faktor yang berasal dari luar individu) dan sifat
kepribadian (faktor-faktor yang berasal dari dalam individu), yaitu :
1. faktor sosial di bagi atas tiga bagian antara lain:
a) Frustasi
Frustasi terjadi karena ketika individu gagal mendapatkan apa
yang diingingkan atau diharapkan dan dengan demikian dapat
menyebabkan timbulnya perilaku agresif. Remaja yang miskin
dan nakal adalah akibat dari frustasi yang berhubungan dengan
banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan
adanya kebutuhan yang harus terpenuhi tetapi sulit sekali di
capai. Akibatnya remaja seringkali mudah marah dan berperilaku
agresif.
9
b) Profokasi
Yaitu pelaku agresi profokasi dilihat sebagai ancaman yang
harus dihadapi dengan respon agersif untuk meniadakan bahaya
yang diisaratkan oleh ancaman tersebut. aksi yang dilakukan
oleh orang lain yang memicu agresif individu. Ketika individu
mendapatkan perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu
oleh karena seseorang, individu cenderung membalas perlakuan
yang tidak menyenangkan itu kepada orang yang memberikan
perlakuan tersebut.
c) Media massa
Yaitu menonoton Film dan TV dengan kekerasan dapat
menimbulkan agresif pada seorang anak, makin banyak
menonton kekerasan dalam acara TV makin besar tingkat agresif
mereka terhadap orang lain karena tanyangan tentang tindak
kejahatan menyebakan anak secara tidak segaja menganggap
bahwa perilaku agresif tersebut sesuatu yang wajar.
2. faktor dari lingkungan di bagi lagi menjadi tiga bagian yaitu:
a) Polusi udara
10
Polusi udara yaitu bau busuk dan kebisingan dapat menimbulkan
perilaku agresif tetapi tidak selalu demikian tergantung dari
berbagai faktor lain. Bila di perhatikan secara seksama tawuaran
atau perkelahian sering terjadi pada siang hari di terik panas
matahari, tapi bila saat musim hujan relative jarang terjadi hal
tersebut. Sedangkan perilaku yang lain serperti, mencuri,
memaki atau kata-kata kasar sering terjadi dan tidak penah
mengenal musim.
b) Kesesakan (crowding)
Kesesakan (crowding) merupakan peningkatkan kemungkinan
untuk perilaku agresif terutama bila sering timbul kejengkelan,
iritasi, dan frustasi pada remaja meraka sering melakukan
sesuatu yang kurang baik.
c) Kemiskinan
Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku
agresif mereka secara alami mengalami penguatan. Hal yang
sangat menyedihkan adalah dengan brlarut-larut terjadinya krisis
ekonomi dan menyebabkan siswa bisa melakukan hal yang tidak
baik atau mencuri milik teman, guru, atau di lingkungan
sekitarnya.
11
3. Faktor situasional
Didasarkan pada keadaan disekitar individu yang membuat individu
terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum-minuman
keras dalam jumlah yang melewati batas atau mabuk, suhu yang
tinggi atau panas, kepadatan, kebisingan dan polusi udara
menunjukkan bahwa faktor-faktor ini mendorong terjadinya perilaku
agresif
4. Faktor obat-obatan dan alkohol
Konsumsi obat-obatan dan alcohol yang berlebihan akan memicu
timbulnya perilaku agresif dikarenakan kesadaran seseorang akan
terganggu dan mengakibatkan masalah-masalah.Misalnya, konsumsi
obat-obatan dan alcohol secara berlebihan akan menyebabkan tindak
kriminalis yang merugikan diri seniri dan orang lain.
5. Faktor kepribadian
Setiap individu akan berbeda dalam cara menentukan dirinya untuk
mendekati atau menjauhi perilaku agresif. Ada beberapa yang
memiliki sifat karakteristik yang berorentasi untuk menjauhkan diri
dari perilaku agresif tersebut.
12
2.2.3 Bentuk-bentuk penyimpangan
Agresif dapat terjadi dalam beberapa bentuk, dapat di ekpresikan secara
verbal, seperti memaki atau penyerangan meliputi serangan langsung
terhadap temannya, sedangkan serangan tidak langsung sebagai contoh
posesif terhadap orang lain,(Dayakisni & Hudaniah, 2003 ).
Bentuk-bentuk perilaku perilaku agresi dapat di bagin dalam beberapa
bentuk di antaranya yaitu:
1. Agresif fisik aktif langsung
Agresif fisik aktif langsung adalah tindakan agresif fisik yang
dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara
langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi target
dan terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memukul,
menikam atau menembak seseorang.
2. Agresif fisik pasif langsung
Agresif fisik pasif langsung adalah tindakan agresif fisik yang
dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak
berhadapan secara langung dengan individu atau kelompok lain
yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara
langsung. Contohnya memasang ranjau atau jebakan untuk melukai
13
orang lain, menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh
temannya.
3. Agresif fisik aktif tidak langsung
Agresif fisik aktif tidak langsung adalah tindakan agresif fisik yang
dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya
namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya
demonstrasi, aksi mogok dan aksi diam.
4. Agresif fisik pasif tidak langsung
Agresif fisik pasif tidak langsung adalah tindakan agresif fisik yang
dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak
berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi
targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya
tidak peduli, apatis, masa bodoh, menolak melakukan tugas atau
pekerjaan rumah dan tidak mau melakukan perintah apa yang
dierintah oleh guru.
5. Agresif verbal aktif langsung
Agresif verbal aktif langsung adalah tindakan agresif verbal yang
dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan
secara langsung dengan individu atau kelompok lain. Contoh
14
menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan,dan
mengomel.
6. Agresif fisik aktif langsung
Agresif verbal aktif tidak langsung adalah tindakan agresif yang
dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak
berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain
yang menjadi targetnya. Contoh menyebarkan berita tidak benar
atau gosip tentang orang lain.
7. Agresif verbal pasif langsung
Agresif verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresif verbal yang
dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak
berhadapan dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi
kontak verbal secara langsung seperti menolak bicara, bungkam.
8. Agresi verbal pasif tidak langsung
Agresif verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresif verbal
yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menajdi
targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti
tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.
2.2.4 Usaha Penanggulangan Perilaku Menyimpang
15
Usaha yang di lakukan dalam mengatasi perilaku agresif dilakuakan
dengan cara:
1. Usaha di lingkungan keluarga
a. Mencipatakan keluarga yang harmonis, terbuka dan jauh dari
kekacauan. Dengan kaadaan keluarga yang seperti ini,
mengakibatkan anak-anak lebih sering tingggal di rumah dari
pada keluyuran di luar rumah. Tindakan ini lebih mendekatkan
hubungan orang tua dengan anaknya.
b. Memberikan kemerdekaan kepada anak untuk mengemukakan
pendapatnya dalam batas-batas kewajaran tertentu. Dengan
tindakan seperti ini, anak-anak dapat berani untuk menentukan
langkahnya, tanpa ada keraguan dan paksaan dari berbagai
pihak. Sehingga mereka dapat menjadi lebih bertanggung jawab
terhadap apa yang mereka kerjakan.
c. Orang tua selalu bebagi (sharing) pengalaman, cerita dan
informasi kepada anak-anak. Sehinga mereka dapat memilih
figure dan sikap yang cocok untuk di jadikan peganagan dalam
bertingkalaku.
16
d. Orang tua sebaiknya memperhatikan sikap-sikap yang pantas dan
dapat diteladani oleh anak-anak mereka.
2. Usaha di lingkungan sekolah
a. Menegakkan di siplin sekolah yang wajar dan dapt diterima
siswa dan penghuni sekolah. Disiplin yang baik dan wajar dapt
diterapkan dengan pembentukan aturan-aturan yang sesuai dan
tidak merugikan berbagai pihak.
b. Pelaksanaan peraturan dengan adil dan tidak pandang bulu.
Tindakan di laukan dengan cara memberikan sangsi yang sesuai
terhadap semua siswa yang melanggar peraturan tanpa melihat
keadaan orang tua siswa tersebut. Seperti siswa yang bersal dari
keluarga terpandang atau pejabat.
c. Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat yang tinggal di
lingkungan sekitar sekolah. Dengan cara ini, masyarakatdapat
melaporkan langsung penyimpangan-penyimpangan yang di
lakukna siswa di luar pekarangan sekolah. Seperti bolos,
tawuran, merokok dan minum-minuman keras.
2.2.5 Pengertian Prestasi Belajar
17
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata
yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari suatau kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu mauapun secara
kelompok (Djamarah 2008). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul
Dahar dalam Djamarah (2009), bahawa prestasi adalah apa yang telah
dapat diciptakan, hasil pekrjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dari pengertian yang
dikemukakan tersebut di atas jelas terlihat pebedaan pada kata-kata
tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasi yang dicapai
dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik
secara individual maupaun secara kelompok dalam bidang kegiatan
tertentu.
Belajar adalah suatau proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkalaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan linkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar
sebagaimana dikemukakan oleh pendapat diatas, dapat diamabil suatu
pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri individu Menurut Slameto (2008).
18
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkalaku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon atau perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untu bertingkalaku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon
(P.Irawan, dkk 2009). Seseorang dianggap telah di belajar bila ia telah
mampu menunjukkan perubahan tingkalaku. Sedangkan menurut
(Nurkencana, 2008), mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang telah dicapai atau yang diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran.
Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktivitas dalam belajar.
Setelah menelusuri uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa
prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai
siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu
baik berupa perubahan tingkalaku, ketrampilan dan pengetahuan dan
kemudian akan diukur dan dinilai kemudian diwujudkan dalam angka
atau pernyataan.
Menurut (Asmara 2009) Prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan
yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes
angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Hetika (2008 ), prestasi
19
belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam
keahlian atau kumpulan pengetahuan. Poerwanto (2007) memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.
Menurut Winkel (2008) mengatakan bahwa prestasi belajar
adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang
siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya. Sedangkan menurut Nasution (2009) prestasi belajar adalah
Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat.
Marsun dan Martaniah (2010) berpendapat bahwa prestasi
belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta
didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang di ikuti oleh
munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan
baik. Poerwodarminto (2009) yang dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang.
Gunarso (2010) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha
maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-
usaha belajar.
20
Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang
siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar dibidang akademik
disekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir
semester di dalam bukti laporan yang disebut raport dan sesuatu yang
dapat dicapai yang dinampakkan dalam pengetahuan,sikap dan keahlian
masing-masing siswa.
2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-
faktor yang perlu diperhatikan. Menurut (Winkle,2011), secara garis
besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
1. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu :
a. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan
dengan kesehatan dan pancaindera.
21
a) Kesehatan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.
Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi
siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya
memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan
pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar
metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk
memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan
ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
b) Pancaindera
Pancaindera merupakan syarat dapat menangkap serta
belajar secara berlangsung dengan baik. Dalam sistem
pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling
memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.
Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang
dipelajari oleh manusia melalui penglihatan dan
pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang
memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan
menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran,
22
sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi
belajarnya di sekolah.
b. Faktor psikologis
Ada beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa adalah :
a) Intelegensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan
yang dimiliki siswa. Menurut Binet (2002) hakikat
inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan
mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu
penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk
menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf
inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang
siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi
mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi
belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan
memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah
suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi
23
rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga
sebaliknya.
b) Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat
merupakan faktor yang menghambat siswa dalam
menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan
(2002) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak
secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang
positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan
langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di
sekolah.
c) Motivasi
Menurut Irwanto (2003) motivasi adalah penggerak
perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang
untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau
kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang
berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan
menurut Winkle (2000), motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu,
24
maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi
belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah
atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar.
d) Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (2004),
bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang
dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya
terhadap aktivitas belajar siswa-siswa yang gemar membaca
akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan
teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas
sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau
pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin
karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu
pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh
karena ada daya tarik baginya.
e) Perhatian
Menurut Al-Ghazali dalam Slameto (2008) bahwa perhatian
adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa bertujuan
25
semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan
obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian
siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga siswa tidak lagi
suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku
pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakat siswa.
f) Kematangan
Menurut Slameto (2009) bahwa kematangan adalah sesuatu
tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana
alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah
suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang
apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan
untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu
datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga
dalam belajar siswa akan lebih berhasil jika siswa sudah
siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.
g) Kesiapan
26
Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh
Slameto (2010) adalah preparedes to respon or react, artinya
kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Jadi, dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa
dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi
prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar
siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri
mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran
dengan baik di sekloh.
2. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada juga faktor-
faktor diluar dari diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang akan diraih, antara lain:
1. Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan keluarga di bagi atas tiga yaitu:
a. Sosial ekonomi dan keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih
berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih
baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan
sekolah.
27
b. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya
terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh
Wirowidjojo Slameto (2010) mengemukakan bahwa
keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama. Keluarga yang sehat besar artinya keluarga yang
mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan
mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan
bangsa dan Negara. Dari pendapat diatas dapat dipahami
betapa pentingnya peranan keluarga didalam pendidikan
anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan
berpengaruh terhadap belajar anak.
c. Perhatian orang tua
Menurut Slameto (2009) bahwa anak belajar perlu
dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang
belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah.
Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang
tua wajib memberi pengertian dan mendorong anak
sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang
dialaminya sehinnga mereka bisa kembali semangat
untuk belajar.
28
d. Keadaan keluarga
Menurut Hamalik (2008) mengemukakan bahwa
keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar
anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari
keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu
seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat
ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga
terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga
dapat mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga
faktor inilah yang memberikan pengalaman kepada anak
untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan
pemahamannya sehingga proses belajar yang dicapai
oleh anak dapat dipengaruhi oleh orang tua yang tidak
berpendidikan atau kurang pengetahuann.
e. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar (Roestiyah,
2009). Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan
kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya
hasil belajar yang optimal bagi mereka.
29
f. Suasana rumah
Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar,
hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2008) yang
mengemukakan bahwa suasana rumah merupakan
situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam
keluarga di mana anak-anak berada dan belajar. Suasana
rumah yang gaduh, bising dan sembaraut tidak akan
memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk
belajar. Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang
besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang,
ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara
anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak
bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang
akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.
2. Faktor lingkungan sekolah
Faktor lingkungan sekolah dapat di bagi atas beberapa
bagian yaitu :
a. Cara guru mengajar
Menurut Purwanto (2010) faktor guru dan cara mengajar
merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan
kepribadian guru tinggi rendahnya pengetahuan yang
30
dimiliki oleh guru dan bagaimana cara guru itu
mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak
didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan
dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Nana Sudjana
(2008) mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses,
yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang
ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan
dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
b. Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP
akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di
sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi
proses belajar mengajar.
c. Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan
materi tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran
yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk
menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan (2010)
mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah
31
faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana,
tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu
membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka
prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, paling
tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti
pelajaran.
d. Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari,
siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah juga
mempengaruhi belajar siswa (Slameto, 2008) untuk bisa
berprestasi.
e. Interaksi guru dan murid
Menurut Roestiyah (2007) bahwa guru yang kurang
berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan
proses belajar mengajar itu kurang lancar. Oleh karena
itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka segan
berpartisipasi secara aktif di dalam belajar.
f. Disiplin sekolah
32
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan
kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar
(Slameto, 2008). Kedisiplinan sekolah ini misalnya
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan
pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau
karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
keberhasilan atau keteraturan kelas, gedung sekolah,
halaman, dan lain-lain.
g. Media pendidikan
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah siswa yang
masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang
membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah yang
besar pula, menurut (Roestiyah,2009). Media pendidikan
ini misalnya seperti buku - buku diperpustakaan,
laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung
tercapainya prestasi belajar siswa dengan baik.
3. Faktor lingkungan masyarakat
a. Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta
didik. Masyarakat yang masih memandang rendah
33
pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke
sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan
guru atau pengajar.
b. Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung
kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa
kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat
bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha
memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
c. Teman bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain, untuk
mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga
jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk
perangaulannya. Perbuatan tidak baik mudah
berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol
dengan siapa mereka bergaul.Menurut Slameto (2008),
agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan
berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga
sebaliknya, teman bergaul yang jelek pergaulannya pasti
mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu
diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang
34
baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta
pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana.
d. Cara hidup lingkungan
Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak
tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak
(Roestiyah, 2008). Hal ini misalnya anak tinggal di
lingkungan orang-orang rajin belajar, otomatis anak
tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh.
e. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Menurut Slameto (2009) mengatakan bahwa kegiatan
siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil
bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak
misalnya, berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan
lain-lain, belajar siswa akan terganggu, lebih-lebih jika
tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2.2.7 Pengukuran prestasi belajar
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu
kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu
proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi
35
belajar bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku
laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana
prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau
gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi
Suryabrata (2009) bahwa rapor merupakan perumusan terakhir yang
diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-
muridnya selama masa tertentu.
Menurut Syaifuddin (2008) menyebutkan bahwa ada beberapa
fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu:
a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)
Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir dalam suatu
program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan
tersebut. Dengan kata lain penilaian berfungsi untuk membantu
guru mengadakan seleksi terhadap beberapa siswa, misalnya :
1) Memilih siswa yang akan diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat naik kelas
3) Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa
b. Penilaian berfungsi diagnostic
36
Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai
siswa, juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya
penilaian, maka guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan
masing-masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan
siswa, maka kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)
Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa
tersebut ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi belajar yang telah dicapainya.
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi
formatif)
Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program
dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk
mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan
berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut.
Dalam penelitian ini pengukuran prestasi belajar
menggunakan penilaian sebagai pengukur keberhasilan (fungsi
formatif), yaitu nilai-nilai raport pada akhir masa semester.
37
2.2.8 Definisi Remaja
Istilah remaja berasal dari kata latin adolescere yang artinya
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Santrock (2010) menyatakan
bahwa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang
merupakan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,
meliputi perubahan-perubahan biologis, kognitif dan psikososial.
Sarwono (2009) menyatakan bahwa remaja berada dalam
periode transisi antara anak-anak dan orang dewasa dengan segala
perkembangan bialogis, kognitif, dan psikososial.
1. Usia masa remaja
Menurut Hurlock (2009) batasan usia masa remaja adalah 13
tahun – 17 tahun. Batasan usia untuk remaja indonesia adalah
antara usia 11 tahun24 tahun. Pertimbangan bahwa usia 11 tahun
adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder
mulai tampak dan batasan usia 24 tahun merupakan batas
maksimal untuk individu yang belum memenuhi persyaratan
kedewasaan secara sosial maupun secara psikologis. Individu yang
sudah menikah di anggap dan di perlakukan sebagai individu
dewasa sehingga tidak lagi di golongkan sebagai remaja (Sarwono,
2009). Santrock (2008) berpendapat bahwa masa remaja di awali
38
pada usia yang berkisar 10 tahun - 13 tahun dan berakhir di usia 18
tahun - 22 tahun.
2. Tugas perkembangan remaja
Havinghurst (dalam Bigner,2008, Hurlock, 2007) secara
umum menyebutkan tugas-tugas perkembangan masa remaja yaitu:
1) Mencapai hubungan baru dan hubungan yang lebih dewasa
dengan teman seusia dari dua jenis kelamin.
2) Mencapai peran sosial yang maskulin dan feminism
3) Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara
efektif.
4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-
orang yang lebih dewasa.
5) Mencapai kepastian atau jaminan akan kemandirian ekonomi.
6) Menyeleksi dan mempersiapkan pekerjaan.
7) Mempersiapkan diri untuk rencana pernikahan dan
menghadapi kehidupan berkeluarga.
8) Mengembangkan kemampuan intelektual dan konsep-konsep
yang di perlukan.
39
9) Memiliki rasa tanggung jawab secara sosial.
3. perkembangan fisik remaja
Masa remaja di mulai dengan terjadinya pubertas, yaitu masa
atau periode yang singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan
perubahan hormonal dan tubuh yang di mulai sejak awal masa
remaja. Perubahan hormonal tersebut menyebabkan terjadinya
perubahan fisik pada tubuh (santrock, 2010).
Perubahan fisik yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah perubahan tubuh yaitu badan
menjadi semakin panjang dan tinggi. Selanjutnya mulai
berfungsinya alat reproduksi yang di tandai dengan haid pada
remaja putri dan mimpi basah pada remaja putra. Perubhan-
perubahan fisik ini menyebabkan kecanggungan bagi remaja karna
ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada
dirinya (Sarwono, 2008).