BAB 2 Anc

54
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIK 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan hasil penelitian Diana (2010), menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan agresifitas antar siswa SMA dan SMK. Penelitian ini juga menunjukkan tidak ada perbedaan kelapangdadaan antara siswa SMA dan SMK. Penelitian yang dilakukan Triwulandari (2009) mengatakan perilaku agresif adalah perilaku yang dilakukan oleh remaja untuk membahayakan atau menyakiti orang lain atau diri sendiri serta dilakukan secara verbal atau fisik. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif remaja adalah pengaruh dari teman sepermainan, pengaruh keluarga, pengaruh bakat dan hobi, pengaruh kondisi sosial 6

Transcript of BAB 2 Anc

Page 1: BAB 2 Anc

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIK

2.1 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian Diana (2010), menunjukkan bahwa tidak

ada perbedaan agresifitas antar siswa SMA dan SMK. Penelitian ini juga

menunjukkan tidak ada perbedaan kelapangdadaan antara siswa SMA dan

SMK.

Penelitian yang dilakukan Triwulandari (2009) mengatakan perilaku

agresif adalah perilaku yang dilakukan oleh remaja untuk membahayakan atau

menyakiti orang lain atau diri sendiri serta dilakukan secara verbal atau fisik.

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku agresif remaja adalah pengaruh dari teman

sepermainan, pengaruh keluarga, pengaruh bakat dan hobi, pengaruh kondisi

sosial ekonomi, dan pengaruh lingkungan. Sedangkan jenis-jenis perilaku

agresif yaitu berkelahi,mencuri,mencium, merokok, minum-minuman keras,

merusak fasilitas sekolah dan melawan guru. Ketika kecerdasan seorang tumpul

maka akan mengarahkan kepada perilaku agresif dalam menghadapi masalah

yang terjadi. Sebaliknya ketika sesesorang memiliki kecerdasan sosial yang

tinggi maka tindakannya tidak akan mengarah kepada perilaku agresif dalam

menyelesaikan persoalan yang di hadapi.6

Page 2: BAB 2 Anc

7

2.2 Landasan Teoritik

2.2.1 Pengertian Perilaku Agresif

Perilaku agresif adalah ledakan–ledakan, emosi, kemarahan

hebat, meluap- luap dalam bentuk sewenang–wenang, penyerangan,

serbuan kekejaman, perbuatan-perbuatan yang menimbulkan

penderitaan dan kesakitan, pengrusakan dan tindakan permusuhan

ditunjukan kepada seseorang atau benda, (Kartono 2006). Patricia

(2005), menyatakan Agresif adalah suatu keadaan emosi yang

merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Menurut

Murry dan Lindzey (2002), agresif didefinisikan sebagai suatu cara

untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang,

membunuh, atau menghukum orang lain.

Pengertian perilaku agresif dalam pslikologis menurut KKBI

(2005), perilaku agresif berarti cenderung (ingin) menyerang kepada

sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi

atau menghambat.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah

perilaku negatif yang dilakukan untuk mengganggu, menyakiti dan

merugikan orang lain maupun benda-benda disekitar serta berupa

perkataan (mengejek, mengolok-olok, menghina, berbicara kasar dan

Page 3: BAB 2 Anc

8

kotor), dan perbuatan (berkelahi, mengganggu, merusak, menendang,

memukul, dan lain-lain).

2.2.2 faktor-faktor penyebab perilaku agresif.

Menurut Koeswara (2004), faktor-faktor penyebab remaja

berperilaku agresif bermacam-macam, sehingga dapat dikelompokkan

menjadi faktor sosial, faktor lingkungan, faktor situasional, faktor

alkohol dan obat-obatan (faktor yang berasal dari luar individu) dan sifat

kepribadian (faktor-faktor yang berasal dari dalam individu), yaitu :

1. faktor sosial di bagi atas tiga bagian antara lain:

a) Frustasi

Frustasi terjadi karena ketika individu gagal mendapatkan apa

yang diingingkan atau diharapkan dan dengan demikian dapat

menyebabkan timbulnya perilaku agresif. Remaja yang miskin

dan nakal adalah akibat dari frustasi yang berhubungan dengan

banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan

adanya kebutuhan yang harus terpenuhi tetapi sulit sekali di

capai. Akibatnya remaja seringkali mudah marah dan berperilaku

agresif.

Page 4: BAB 2 Anc

9

b) Profokasi

Yaitu pelaku agresi profokasi dilihat sebagai ancaman yang

harus dihadapi dengan respon agersif untuk meniadakan bahaya

yang diisaratkan oleh ancaman tersebut. aksi yang dilakukan

oleh orang lain yang memicu agresif individu. Ketika individu

mendapatkan perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu

oleh karena seseorang, individu cenderung membalas perlakuan

yang tidak menyenangkan itu kepada orang yang memberikan

perlakuan tersebut.

c) Media massa

Yaitu menonoton Film dan TV dengan kekerasan dapat

menimbulkan agresif pada seorang anak, makin banyak

menonton kekerasan dalam acara TV makin besar tingkat agresif

mereka terhadap orang lain karena tanyangan tentang tindak

kejahatan menyebakan anak secara tidak segaja menganggap

bahwa perilaku agresif tersebut sesuatu yang wajar.

2. faktor dari lingkungan di bagi lagi menjadi tiga bagian yaitu:

a) Polusi udara

Page 5: BAB 2 Anc

10

Polusi udara yaitu bau busuk dan kebisingan dapat menimbulkan

perilaku agresif tetapi tidak selalu demikian tergantung dari

berbagai faktor lain. Bila di perhatikan secara seksama tawuaran

atau perkelahian sering terjadi pada siang hari di terik panas

matahari, tapi bila saat musim hujan relative jarang terjadi hal

tersebut. Sedangkan perilaku yang lain serperti, mencuri,

memaki atau kata-kata kasar sering terjadi dan tidak penah

mengenal musim.

b) Kesesakan (crowding)

Kesesakan (crowding) merupakan peningkatkan kemungkinan

untuk perilaku agresif terutama bila sering timbul kejengkelan,

iritasi, dan frustasi pada remaja meraka sering melakukan

sesuatu yang kurang baik.

c) Kemiskinan

Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku

agresif mereka secara alami mengalami penguatan. Hal yang

sangat menyedihkan adalah dengan brlarut-larut terjadinya krisis

ekonomi dan menyebabkan siswa bisa melakukan hal yang tidak

baik atau mencuri milik teman, guru, atau di lingkungan

sekitarnya.

Page 6: BAB 2 Anc

11

3. Faktor situasional

Didasarkan pada keadaan disekitar individu yang membuat individu

terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum-minuman

keras dalam jumlah yang melewati batas atau mabuk, suhu yang

tinggi atau panas, kepadatan, kebisingan dan polusi udara

menunjukkan bahwa faktor-faktor ini mendorong terjadinya perilaku

agresif

4. Faktor obat-obatan dan alkohol

Konsumsi obat-obatan dan alcohol yang berlebihan akan memicu

timbulnya perilaku agresif dikarenakan kesadaran seseorang akan

terganggu dan mengakibatkan masalah-masalah.Misalnya, konsumsi

obat-obatan dan alcohol secara berlebihan akan menyebabkan tindak

kriminalis yang merugikan diri seniri dan orang lain.

5. Faktor kepribadian

Setiap individu akan berbeda dalam cara menentukan dirinya untuk

mendekati atau menjauhi perilaku agresif. Ada beberapa yang

memiliki sifat karakteristik yang berorentasi untuk menjauhkan diri

dari perilaku agresif tersebut.

Page 7: BAB 2 Anc

12

2.2.3 Bentuk-bentuk penyimpangan

Agresif dapat terjadi dalam beberapa bentuk, dapat di ekpresikan secara

verbal, seperti memaki atau penyerangan meliputi serangan langsung

terhadap temannya, sedangkan serangan tidak langsung sebagai contoh

posesif terhadap orang lain,(Dayakisni & Hudaniah, 2003 ).

Bentuk-bentuk perilaku perilaku agresi dapat di bagin dalam beberapa

bentuk di antaranya yaitu:

1. Agresif fisik aktif langsung

Agresif fisik aktif langsung adalah tindakan agresif fisik yang

dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara

langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi target

dan terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memukul,

menikam atau menembak seseorang.

2. Agresif fisik pasif langsung

Agresif fisik pasif langsung adalah tindakan agresif fisik yang

dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak

berhadapan secara langung dengan individu atau kelompok lain

yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara

langsung. Contohnya memasang ranjau atau jebakan untuk melukai

Page 8: BAB 2 Anc

13

orang lain, menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh

temannya.

3. Agresif fisik aktif tidak langsung

Agresif fisik aktif tidak langsung adalah tindakan agresif fisik yang

dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya

namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya

demonstrasi, aksi mogok dan aksi diam.

4. Agresif fisik pasif tidak langsung

Agresif fisik pasif tidak langsung adalah tindakan agresif fisik yang

dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak

berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi

targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya

tidak peduli, apatis, masa bodoh, menolak melakukan tugas atau

pekerjaan rumah dan tidak mau melakukan perintah apa yang

dierintah oleh guru.

5. Agresif verbal aktif langsung

Agresif verbal aktif langsung adalah tindakan agresif verbal yang

dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan

secara langsung dengan individu atau kelompok lain. Contoh

Page 9: BAB 2 Anc

14

menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan,dan

mengomel.

6. Agresif fisik aktif langsung

Agresif verbal aktif tidak langsung adalah tindakan agresif yang

dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak

berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain

yang menjadi targetnya. Contoh menyebarkan berita tidak benar

atau gosip tentang orang lain.

7. Agresif verbal pasif langsung

Agresif verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresif verbal yang

dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak

berhadapan dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi

kontak verbal secara langsung seperti menolak bicara, bungkam.

8. Agresi verbal pasif tidak langsung

Agresif verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresif verbal

yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menajdi

targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti

tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.

2.2.4 Usaha Penanggulangan Perilaku Menyimpang

Page 10: BAB 2 Anc

15

Usaha yang di lakukan dalam mengatasi perilaku agresif dilakuakan

dengan cara:

1. Usaha di lingkungan keluarga

a. Mencipatakan keluarga yang harmonis, terbuka dan jauh dari

kekacauan. Dengan kaadaan keluarga yang seperti ini,

mengakibatkan anak-anak lebih sering tingggal di rumah dari

pada keluyuran di luar rumah. Tindakan ini lebih mendekatkan

hubungan orang tua dengan anaknya.

b. Memberikan kemerdekaan kepada anak untuk mengemukakan

pendapatnya dalam batas-batas kewajaran tertentu. Dengan

tindakan seperti ini, anak-anak dapat berani untuk menentukan

langkahnya, tanpa ada keraguan dan paksaan dari berbagai

pihak. Sehingga mereka dapat menjadi lebih bertanggung jawab

terhadap apa yang mereka kerjakan.

c. Orang tua selalu bebagi (sharing) pengalaman, cerita dan

informasi kepada anak-anak. Sehinga mereka dapat memilih

figure dan sikap yang cocok untuk di jadikan peganagan dalam

bertingkalaku.

Page 11: BAB 2 Anc

16

d. Orang tua sebaiknya memperhatikan sikap-sikap yang pantas dan

dapat diteladani oleh anak-anak mereka.

2. Usaha di lingkungan sekolah

a. Menegakkan di siplin sekolah yang wajar dan dapt diterima

siswa dan penghuni sekolah. Disiplin yang baik dan wajar dapt

diterapkan dengan pembentukan aturan-aturan yang sesuai dan

tidak merugikan berbagai pihak.

b. Pelaksanaan peraturan dengan adil dan tidak pandang bulu.

Tindakan di laukan dengan cara memberikan sangsi yang sesuai

terhadap semua siswa yang melanggar peraturan tanpa melihat

keadaan orang tua siswa tersebut. Seperti siswa yang bersal dari

keluarga terpandang atau pejabat.

c. Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat yang tinggal di

lingkungan sekitar sekolah. Dengan cara ini, masyarakatdapat

melaporkan langsung penyimpangan-penyimpangan yang di

lakukna siswa di luar pekarangan sekolah. Seperti bolos,

tawuran, merokok dan minum-minuman keras.

2.2.5 Pengertian Prestasi Belajar

Page 12: BAB 2 Anc

17

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata

yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari suatau kegiatan yang

telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu mauapun secara

kelompok (Djamarah 2008). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul

Dahar dalam Djamarah (2009), bahawa prestasi adalah apa yang telah

dapat diciptakan, hasil pekrjaan, hasil yang menyenangkan hati yang

diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dari pengertian yang

dikemukakan tersebut di atas jelas terlihat pebedaan pada kata-kata

tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasi yang dicapai

dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah

hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang

menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik

secara individual maupaun secara kelompok dalam bidang kegiatan

tertentu.

Belajar adalah suatau proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkalaku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan linkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar

sebagaimana dikemukakan oleh pendapat diatas, dapat diamabil suatu

pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu

perubahan yang terjadi dalam diri individu Menurut Slameto (2008).

Page 13: BAB 2 Anc

18

Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkalaku

sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon atau perubahan

yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untu bertingkalaku

dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon

(P.Irawan, dkk 2009). Seseorang dianggap telah di belajar bila ia telah

mampu menunjukkan perubahan tingkalaku. Sedangkan menurut

(Nurkencana, 2008), mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil

yang telah dicapai atau yang diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran.

Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

aktivitas dalam belajar.

Setelah menelusuri uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa

prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai

siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu

baik berupa perubahan tingkalaku, ketrampilan dan pengetahuan dan

kemudian akan diukur dan dinilai kemudian diwujudkan dalam angka

atau pernyataan.

Menurut (Asmara 2009) Prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan

yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes

angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Hetika (2008 ), prestasi

Page 14: BAB 2 Anc

19

belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam

keahlian atau kumpulan pengetahuan. Poerwanto (2007) memberikan

pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.

Menurut Winkel (2008) mengatakan bahwa prestasi belajar

adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang

siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang

dicapainya. Sedangkan menurut Nasution (2009) prestasi belajar adalah

Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan

berbuat.

Marsun dan Martaniah (2010) berpendapat bahwa prestasi

belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta

didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang di ikuti oleh

munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan

baik. Poerwodarminto (2009) yang dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang.

Gunarso (2010) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha

maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-

usaha belajar.

Page 15: BAB 2 Anc

20

Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang

siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar dibidang akademik

disekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir

semester di dalam bukti laporan yang disebut raport dan sesuatu yang

dapat dicapai yang dinampakkan dalam pengetahuan,sikap dan keahlian

masing-masing siswa.

2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-

faktor yang perlu diperhatikan. Menurut (Winkle,2011), secara garis

besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar

dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

1. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi

dua kelompok, yaitu :

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan

dengan kesehatan dan pancaindera.

Page 16: BAB 2 Anc

21

a) Kesehatan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu

memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.

Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi

siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya

memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan

pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar

metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk

memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan

ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.

b) Pancaindera

Pancaindera merupakan syarat dapat menangkap serta

belajar secara berlangsung dengan baik. Dalam sistem

pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling

memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.

Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang

dipelajari oleh manusia melalui penglihatan dan

pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang

memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan

menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran,

Page 17: BAB 2 Anc

22

sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi

belajarnya di sekolah.

b. Faktor psikologis

Ada beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa adalah :

a) Intelegensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan

yang dimiliki siswa. Menurut Binet (2002) hakikat

inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan

mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu

penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk

menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf

inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang

siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi

mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi

belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan

memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah

suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi

Page 18: BAB 2 Anc

23

rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga

sebaliknya.

b) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat

merupakan faktor yang menghambat siswa dalam

menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan

(2002) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak

secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang

positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan

langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di

sekolah.

c) Motivasi

Menurut Irwanto (2003) motivasi adalah penggerak

perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang

untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau

kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang

berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan

menurut Winkle (2000), motivasi belajar adalah keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu,

Page 19: BAB 2 Anc

24

maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi

belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non

intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah

atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan

mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan

belajar.

d) Minat

Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (2004),

bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang

dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya

terhadap aktivitas belajar siswa-siswa yang gemar membaca

akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan

teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas

sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau

pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin

karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu

pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh

karena ada daya tarik baginya.

e) Perhatian

Menurut Al-Ghazali dalam Slameto (2008) bahwa perhatian

adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa bertujuan

Page 20: BAB 2 Anc

25

semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan

obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa

harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang

dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian

siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga siswa tidak lagi

suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku

pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakat siswa.

f) Kematangan

Menurut Slameto (2009) bahwa kematangan adalah sesuatu

tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana

alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.

Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah

suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang

apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan

untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu

datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga

dalam belajar siswa akan lebih berhasil jika siswa sudah

siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.

g) Kesiapan

Page 21: BAB 2 Anc

26

Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh

Slameto (2010) adalah preparedes to respon or react, artinya

kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Jadi, dari

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa

dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi

prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar

siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri

mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran

dengan baik di sekloh.

2. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada juga faktor-

faktor diluar dari diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yang akan diraih, antara lain:

1. Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan keluarga di bagi atas tiga yaitu:

a. Sosial ekonomi dan keluarga

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih

berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih

baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan

sekolah.

Page 22: BAB 2 Anc

27

b. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya

terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh

Wirowidjojo Slameto (2010) mengemukakan bahwa

keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

utama. Keluarga yang sehat besar artinya keluarga yang

mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan

mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan

bangsa dan Negara. Dari pendapat diatas dapat dipahami

betapa pentingnya peranan keluarga didalam pendidikan

anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan

berpengaruh terhadap belajar anak.

c. Perhatian orang tua

Menurut Slameto (2009) bahwa anak belajar perlu

dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang

belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah.

Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang

tua wajib memberi pengertian dan mendorong anak

sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang

dialaminya sehinnga mereka bisa kembali semangat

untuk belajar.

Page 23: BAB 2 Anc

28

d. Keadaan keluarga

Menurut Hamalik (2008) mengemukakan bahwa

keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar

anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari

keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu

seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat

ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga

terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga

dapat mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga

faktor inilah yang memberikan pengalaman kepada anak

untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan

pemahamannya sehingga proses belajar yang dicapai

oleh anak dapat dipengaruhi oleh orang tua yang tidak

berpendidikan atau kurang pengetahuann.

e. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar (Roestiyah,

2009). Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan

kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya

hasil belajar yang optimal bagi mereka.

Page 24: BAB 2 Anc

29

f. Suasana rumah

Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar,

hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2008) yang

mengemukakan bahwa suasana rumah merupakan

situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam

keluarga di mana anak-anak berada dan belajar. Suasana

rumah yang gaduh, bising dan sembaraut tidak akan

memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk

belajar. Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang

besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang,

ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara

anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak

bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang

akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.

2. Faktor lingkungan sekolah

Faktor lingkungan sekolah dapat di bagi atas beberapa

bagian yaitu :

a. Cara guru mengajar

Menurut Purwanto (2010) faktor guru dan cara mengajar

merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan

kepribadian guru tinggi rendahnya pengetahuan yang

Page 25: BAB 2 Anc

30

dimiliki oleh guru dan bagaimana cara guru itu

mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak

didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan

dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Nana Sudjana

(2008) mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses,

yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang

ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan

dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.

b. Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP

akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di

sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi

proses belajar mengajar.

c. Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan

materi tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran

yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk

menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam

kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan (2010)

mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah

Page 26: BAB 2 Anc

31

faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana,

tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu

membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka

prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, paling

tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti

pelajaran.

d. Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar

mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari,

siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah juga

mempengaruhi belajar siswa (Slameto, 2008) untuk bisa

berprestasi.

e. Interaksi guru dan murid

Menurut Roestiyah (2007) bahwa guru yang kurang

berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan

proses belajar mengajar itu kurang lancar. Oleh karena

itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka segan

berpartisipasi secara aktif di dalam belajar.

f. Disiplin sekolah

Page 27: BAB 2 Anc

32

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan

kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar

(Slameto, 2008). Kedisiplinan sekolah ini misalnya

mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan

pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau

karyawan dalam pekerjaan administrasi dan

keberhasilan atau keteraturan kelas, gedung sekolah,

halaman, dan lain-lain.

g. Media pendidikan

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah siswa yang

masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang

membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah yang

besar pula, menurut (Roestiyah,2009). Media pendidikan

ini misalnya seperti buku - buku diperpustakaan,

laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung

tercapainya prestasi belajar siswa dengan baik.

3. Faktor lingkungan masyarakat

a. Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta

didik. Masyarakat yang masih memandang rendah

Page 28: BAB 2 Anc

33

pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke

sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan

guru atau pengajar.

b. Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung

kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa

kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat

bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha

memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

c. Teman bergaul

Anak perlu bergaul dengan anak lain, untuk

mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga

jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk

perangaulannya. Perbuatan tidak baik mudah

berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol

dengan siapa mereka bergaul.Menurut Slameto (2008),

agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan

berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga

sebaliknya, teman bergaul yang jelek pergaulannya pasti

mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu

diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang

Page 29: BAB 2 Anc

34

baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta

pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana.

d. Cara hidup lingkungan

Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak

tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak

(Roestiyah, 2008). Hal ini misalnya anak tinggal di

lingkungan orang-orang rajin belajar, otomatis anak

tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh.

e. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Menurut Slameto (2009) mengatakan bahwa kegiatan

siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap

perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil

bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak

misalnya, berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan

lain-lain, belajar siswa akan terganggu, lebih-lebih jika

tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

2.2.7 Pengukuran prestasi belajar

Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu

kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu

proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi

Page 30: BAB 2 Anc

35

belajar bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku

laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana

prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau

gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi

Suryabrata (2009) bahwa rapor merupakan perumusan terakhir yang

diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-

muridnya selama masa tertentu.

Menurut Syaifuddin (2008) menyebutkan bahwa ada beberapa

fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu:

a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)

Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir dalam suatu

program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan

tersebut. Dengan kata lain penilaian berfungsi untuk membantu

guru mengadakan seleksi terhadap beberapa siswa, misalnya :

1) Memilih siswa yang akan diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat naik kelas

3) Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa

b. Penilaian berfungsi diagnostic

Page 31: BAB 2 Anc

36

Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai

siswa, juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya

penilaian, maka guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan

masing-masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan

siswa, maka kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.

c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)

Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa

tersebut ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi belajar yang telah dicapainya.

d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi

formatif)

Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program

dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk

mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan

berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut.

Dalam penelitian ini pengukuran prestasi belajar

menggunakan penilaian sebagai pengukur keberhasilan (fungsi

formatif), yaitu nilai-nilai raport pada akhir masa semester.

Page 32: BAB 2 Anc

37

2.2.8 Definisi Remaja

Istilah remaja berasal dari kata latin adolescere yang artinya

tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Santrock (2010) menyatakan

bahwa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang

merupakan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,

meliputi perubahan-perubahan biologis, kognitif dan psikososial.

Sarwono (2009) menyatakan bahwa remaja berada dalam

periode transisi antara anak-anak dan orang dewasa dengan segala

perkembangan bialogis, kognitif, dan psikososial.

1. Usia masa remaja

Menurut Hurlock (2009) batasan usia masa remaja adalah 13

tahun – 17 tahun. Batasan usia untuk remaja indonesia adalah

antara usia 11 tahun24 tahun. Pertimbangan bahwa usia 11 tahun

adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder

mulai tampak dan batasan usia 24 tahun merupakan batas

maksimal untuk individu yang belum memenuhi persyaratan

kedewasaan secara sosial maupun secara psikologis. Individu yang

sudah menikah di anggap dan di perlakukan sebagai individu

dewasa sehingga tidak lagi di golongkan sebagai remaja (Sarwono,

2009). Santrock (2008) berpendapat bahwa masa remaja di awali

Page 33: BAB 2 Anc

38

pada usia yang berkisar 10 tahun - 13 tahun dan berakhir di usia 18

tahun - 22 tahun.

2. Tugas perkembangan remaja

Havinghurst (dalam Bigner,2008, Hurlock, 2007) secara

umum menyebutkan tugas-tugas perkembangan masa remaja yaitu:

1) Mencapai hubungan baru dan hubungan yang lebih dewasa

dengan teman seusia dari dua jenis kelamin.

2) Mencapai peran sosial yang maskulin dan feminism

3) Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara

efektif.

4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-

orang yang lebih dewasa.

5) Mencapai kepastian atau jaminan akan kemandirian ekonomi.

6) Menyeleksi dan mempersiapkan pekerjaan.

7) Mempersiapkan diri untuk rencana pernikahan dan

menghadapi kehidupan berkeluarga.

8) Mengembangkan kemampuan intelektual dan konsep-konsep

yang di perlukan.

Page 34: BAB 2 Anc

39

9) Memiliki rasa tanggung jawab secara sosial.

3. perkembangan fisik remaja

Masa remaja di mulai dengan terjadinya pubertas, yaitu masa

atau periode yang singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan

perubahan hormonal dan tubuh yang di mulai sejak awal masa

remaja. Perubahan hormonal tersebut menyebabkan terjadinya

perubahan fisik pada tubuh (santrock, 2010).

Perubahan fisik yang terbesar pengaruhnya pada

perkembangan jiwa remaja adalah perubahan tubuh yaitu badan

menjadi semakin panjang dan tinggi. Selanjutnya mulai

berfungsinya alat reproduksi yang di tandai dengan haid pada

remaja putri dan mimpi basah pada remaja putra. Perubhan-

perubahan fisik ini menyebabkan kecanggungan bagi remaja karna

ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada

dirinya (Sarwono, 2008).