BAB 2

16
BAB 2. TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur, dan penggunaan obat kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Menurut Donna L.Wong dkk stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit dan dasar mulut. Stomatitis merupakan infeksi umum yang bisa meluas ke mukosa bukal, bibir dan palatum (William dan wilkins, 2008). Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, dan palatum lunak dan mukosa orofaring. SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda adanya penyakit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut yang paling menyakitkan

description

stomtitis

Transcript of BAB 2

13

BAB 2. TINJAUAN TEORI2.1 PengertianStomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur, dan penggunaan obat kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Menurut Donna L.Wong dkk stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit dan dasar mulut. Stomatitis merupakan infeksi umum yang bisa meluas ke mukosa bukal, bibir dan palatum (William dan wilkins, 2008).Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, dan palatum lunak dan mukosa orofaring.SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda adanya penyakit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut yang paling menyakitkan terutama sewaktu makan, menelan dan berbicara. Penyakit ini ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi orang-orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa sangat terganggu. Apalagi jika SAR dialami oleh bayi dan atau anak-anak dengan frekuensi yang tinggi akan akan membuat bayi dan atau anak tersebut akan mengalami komplikasi yang bernahaya. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran beberapa keadaan patologis dengan gejala klinis yang sama. Klasifikasi Stomatitis:1. Stomatitis apthous Reccurent terjadi akibat tergigit atau luka benturan dengan sikat gigi, stomatitis ini terdiri atas:a. Rekuren apthous stomatitis minorb. Rekuren Apthous Stomatitis Majorc. Herpetiformis apthous stomatitis2. Oral thrush disebabkan jamur candida albicans, banyak dijumpai di lidah;3. Stomatitis Herpetik disebabkan virus herpes simpleks dan berlokasi di bagian belakang tenggorokan.

2.2 EpidemiologiPenyakit infeksi pencernaan pada anak yaitu stomatitis dialami 15-20 % pada masyarakat dan 80% pada usia > 30 tahun, bila di atas usia tersebut kemungkinan besar penyebabnya merupakan suatu yang lebih kompleks. Di Amerika terdapat 29,6 % dari perokok mengalami stomatitis. Sedangkan SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren ) lebih banyak terjadi pada wanita.Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Dari penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya, prevalensi stomatitis berkisar 15-25% dari populasi. Di Amerika, prevalensi tertinggi ditemukan pada mahasiswa keperawatan 60%, mahasiswa kedokteran gigi 56% dan mahasiswa profesi 55%. Resiko terkena stomatitis cenderung meningkat pada kelompok sosioekonomi menengah ke atas, ini berhubungan dengan meningkatnya beban kerja yang dialami kalangan profesi atau jabatan-jabatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup besar, pada wanita dan individu yang stres, seperti mahasiswa yang sedang menghadapi ujian.

2.3 EtiologiStomatitis dapat terjadi pada anak dan bayi. Pada anak sariawan dapat disebabkan oleh:1. daya tahan tubuh anak yang rendah;2. kondisi mulut anak seperti kebersihan mulut yang buruk;3. luka pada mulut karena tergigit atau makanan dan minuman yang terlalu panas;4. kondisi tubuh seperti adanya alergi atau infeksi;5. luka akibat menyikat gigi terlalu keras atau bulu sikat gigi yang sudah mengembang;6. kekurangan vitamin c dan vitamin b;7. faktor psikologis (stress);8. pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan. pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok;9. jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno). berasal dari kadar imunoglobin abnormal;10. gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.

2.4 Tanda dan Gejala1. Stomatitis apthous ReccurentStomatitis yang sifatnya berulang atau Reccurent Apthous Stomatitis dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinis yaitu ulser minor, ulser major, dan ulser herpetiforma. Rekuren apthous stomatitis minorSebagian besar klien (80%) yang menderita bentuk minor ditandai dengan ulser berbentuk bulat atau oval dan dangkal dengan diameter yang kurang dari 5 mm serta pada bagian tepinya terdiri dari eritematous. Ulserasi bisa tunggal ataupun merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas. Ulkus ini mempunyai kecendrungan untuk terjadi pada mukosa bergerak yang terletak pada kelenjar saliva minor

Gambar 1. Minor apthous ulcerSumber : Laskaris G. Pocket atlas of oral desease.Second Edition. New York: Thieme; 2006.

Ulkus yang berkelompok dapat menetap dalam jangka waktu beberapa bulan. Ulserasi yang menetap seringkali sangat sakit dan biasanya mempunyai gambaran tak teratur. Frekuensi SAR lebih sering pada laki-laki daripada wanita dan mayoritas penyakit terjadi pada usia antara 10 dan 30 tahun. Pasien dengan ulser minor mengalami ulserasi yang berulang dan lesi individual dapat terjadi dalam jangka waktu pendek dibandingkan dengan tiga jenis yang lain. Ulser ini sering muncul pada mukosa non keratin. Lesi ini didahului dengan rasa terbakar, gatal dan rasa pedih dan adanya pertumbuhan makula eritematus. Ulserasi berdiameter 3-10 mm dan sembuh tanpa luka dalam 7-14 hari.b. Rekuren Apthous Stomatitis MajorRekuren apthous stomatitis major diderita kira-kira 10% dari penderita SAR dan lebih hebat dari bentuk minor. Secara sederhana, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm dan berlangsung selama empat minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut termasuk daerah-daerah yang berkeratin. Dasar ulser lebih dalam, melebihi 0,5 cm dan seperti ulser minor, hanya terbatas pada jaringan lunak tidak sampai ke tulang.

Gambar 2. Mayor apthous ulcerSumber : Laskaris G. Pocket atlas of oral desease. Second Edition. New York: Thieme; 2006. Ulser mayor dikenal sebagai periadenitis mukosa nekrosis yang rekuren atau disebut juga penyakit Sutton. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun banyak bukti yang berhubungan dengan defek imun. Tanda adanya ulser seringkali dilihat pada penderita bentuk mayor. Jaringan parut terbentuk karena keparahan dan lamanya lesi terjadi. Awal dari ulser mayor terjadi setelah masa puberti dan akan terus menerus tumbuh hingga 20 tahun atau lebih.c. Herpetiformis apthous stomatitisIstilah herpertiformis digunakan karena bentuk klinis dari ulserasi herpetiformis (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer tetapi virus-virus herpes tidak mempunyai peranan dalam etiologi ulserasi herpertiformis atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa.

Gambar 3. Multiple herpetiform ulcersSumber : Laskaris G. Pocket atlas of oral desease.Second Edition. New York: Thieme; 2006.

Herpertiformis apthous stomatitis menunjukkan lesi yang besar dan frekuensi terjadinya berulang. Pada beberapa individu, lesi berbentuk kecil dan berdiameter rata-rata 1-3 mm. Gambaran dari ulser ini adalah erosi-erosi kelabu putih yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar, bergabung dan mnjadi tak jelas batasnya. Pada awalnya ulkus-ulkus tersebut berdiameter 1-2 mm dan timbul berkelompok terdiri atas 10-100. Mukosa disekitar ulkus tampak eritematous dan diperkirakan ada gejala sakit.2. Oral thrushSariawan yang disebabkan jamur Candida Albican, biasanya banyak dijumpai di lidah. Pada keadaan normal, jamur memang terdapat di dalam mulut. Namun, saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah penggunaan obat antibioka yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian, jamur Candida Albican akan tumbuh lebih banyak lagi.3. Stomatitis HerpetikSariawan yang disebabkan virus herpes simplek dan beralokasi di bagian belakang tenggorokan. Sariawan di tenggorokan biasanya langsung terjadi jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh sedang rendah sehingga sistem imun tidak dapat menetralisir atau mengatasi virus yang masuk sehingga terjadilah ulser.

2.5 PatofisiologiStomatitis yang disebabkanberbagai macam faktor, diantaranya bakteri, jamur dan faktor traumatic seperti tergigit atau tergores sikat gigi. Penyebab oleh Candida Albicans (monilia: thrush) banyak dijumpai pada bayi. Stomatitis terlihat sebagai titik-titik putih kecil di bagian dalam pipi,lidah, dan atap mulut. Agak mirip dadih susu namun memiliki ukuran yang lebih besar dan dapat dengan mudah dilepaskan menggunakan spatula. Candida albicans dapat di kultur dalam jumlah besar dari apusan namun sering dapat dapat di kultur dari mulut atau tenggorokan anak sehat. Stomatitis berupa reaksi inflamasi dan lesi ulseratif dangkal yang terjadi pada permukaan mukosa mulut atau orofaring. Gingigo-stomatitis herpetica (HGS) disebabkan oleh herpes virus simpleks dapat menyebabkan infeksi primer atau kekambuhan yang tidak terlalu berat. Infeksi primer di mulai dengan faring menjadi edema dan eritema, vesikula muncul pada mukosa menyebabkan nyeri berat dan bau napas khas. Penyakit ini dapat berlangsung 5 sampai 14 hari dengan berbagai keparahan.

2.6 Komplikasi dan Prognosis2.6.1 Komplikasi Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia:a. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak b. teratur c. Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulitd. Pola Hygine : kurang menjaga kebersihan mulute. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perihStomatitis memunculkan berbagai macam komplikasi bagi tubuh kita diantaranya:1. Komplikasi akibat kemoterapiKarena sel lapisan epitel gastrointestinal mempunyai waktu pergantian yang mirip dengan leukosit, periode kerusakan terparah pada mukosa oral frekuensinya berhubungan dengan titik terendah dari sel darah putih. Mekanisme dari toksisitas oral bertepatan dengan pulihnya granulosit. Bibir, lidah, dasar mulut, mukosa bukal, dan palatum lunak lebih sering dan rentan terkena komplikasi dibanding palatum keras dan gingiva; hal ini tergantung pada cepat atau tidaknya pergantian sel epithelial. Mukosa mulut akan menjadi tereksaserbasi ketika agen kemoterapeutik yang menghasilkan toksisitas mukosa diberikan dalam dosis tinggi atau berkombinasi dengan ionisasi penyinaran radiasi.

2. Komplikasi Akibat RadiasiPenyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan perubahan histologis dan fisiologis pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi sitotoksik, tapi juga menghasilkan gangguan struktural dan fungsional pada jaringan pendukung, termasuk glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi radiasi pada tulang yang berhubungan dengan gigi menyebabkan hypoxia, berkurangnya supplai darah ke tulang, hancurnya tulang bersamaan dengan terbukanya tulang, infeksi, dan nekrosis. Radiasi pada daerah kepala dan leher serta agen antineoplastik merusak divisi sel, mengganggu mekanisme normal pergantian mukosa oral. Kerusakan akibat radiasi berbeda dari kerusakan akibat kemoterapi, pada volume jaringan yang terus teradiasi terus-menerus akan berbahaya bagi pasien sepanjang hidupnya. Jaringan ini sangat mudah rusak oleh obat-obatan toksik atau penyinaran radiasi lanjutan, Mekanisme perbaikan fisiologis normal dapat mengurangi efek ini sebagai hasil dari depopulasi permanen seluler3. Komplikasi Akibat PembedahanPada pasien dengan osteoradionekrosis yang melibatkan mandibula dan tulang wajah, maka debridemen sisa pembedahan dapat merusak. Usaha rekonstruksi akan menjadi sia-sia, kecuali jaringan oksigenasi berkembang pada pembedahan. Terapi hiperbarik oksigen telah berhasil menunjukkan rangsangan terhadap formasi kapiler baru terhadap jaringan yang rusak dan telah digunakan sebagai tambahan pada debridemen pembedahan.

2.6.2 PrognosisPrognosis stomatitis didasarkan pada masalah yang menyebabkan adanya gangguan ini. Infeki pada stomatitis biasanya dapat disebabkan karena pengobatan atau bila masalahnya disebabkan oleh obat-obatan maka yang harus dilakukan adalah dengan mengganti obat. Stomatitis yang disebabkan oleh iritasi lokal dapat diatasi dengan oral hygene yang bagus, memeriksakan gigi secara teratur, diet yang bermutu, dan pengobatan.2.7 PengobatanStomatitis akan sembuh sendiri dalam rentang waktu 10-14 hari. Stomatitis umumnya ditandai dengan rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang menyebabkan pederita sulit untuk menelan makanan, dan bila sudah parah dapat menyebabkan demam. Stomatitis dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotic dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Saat ini sudah banyak tersedia pasta gigi yang dapat mengurangi terjadinya stomatitis. Jika stomatitis sudah terlanjur parah maka dapat menggunakan antibiotic dan obat penurun panas (bila disertai demam). Stomatitis umumnya akan sembuh dalam waktu 4 hari. Namun bila stomatitis tidak kunjung sembuh, segera periksaan ke dokter karena hal itu dapat menjadi gejala awal adanya kanker mulut.Penatalaksanaan medis pasein dengan stomatitis adalah sebagai berikut.1. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya2. Diet lunak atau halus3. Pemberian antibiotikAntibiotik diberikan arus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya. Selain diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 23 ulcersi minor, pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Tetrasiklin dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada respon atau perbaikan keadaan terhadap pemberian kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson atau talidomid.4. TerapiPengobatan stomatitis yang disebabkan oleh herpes bersifat konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan antivirus untuk menghilangkan faktor penyebab. Gejala lokal yang terjadi dapat diatasi dengan berkumur air hangat dicampur dengan air garam dan penghilang rasa sakit topikal. Penderita harus menghindari penggunaan antiseptik karena dapt mengiritasi. Pada intinya, pengobatan stomatitis ditujukan untuk menghilangkan rasa sakit topikal. Namun, apabila ingin mendapatkan hasil pengobatan jengka panjang yang efektif maka penderita harus menghindari faktor pncetus stomatitis. Terapi yang dapat digunakan antara lain adalah sebagai berikut.a. Injeksi vitamin B12 IM. Pengobatan diberikan 1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan untuk pasien dengan level serum vitamin B12 di bawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropati peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien yang berasal dari golongan sosial ekonomi kurang mampu.b. Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari.

2.8 PencegahanPencegahan pada stomatitis ditekankan untuk menghindari faktor pencetus yang dapat menimbulkan stomatitis. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:1. hindari faktor etiologi;2. pelihara kesehatan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi;3. hindari stress yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala;4. usahakan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut anak;5. hati-hati saat menggosok gigi anak agar tidak menimbulkan luka pada mulut;6. hindari memberikan makanan yang terlalu panas pada anak, berikan makanan yang lembut dan mudah ditelan;7. hindari memberikan anak dot yang berkontur kasar dan terbuat dari karet yang keras;8. perbanyak makan yang mengandung B3 seperti serelia, hati, ayam, daging, kacang-kacangan, apukat dan lain sebagainya;9. anjurkan anak makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan kususnya bervitamin c;10. aturlah makanan agar tetap seimbang sehingga tidak kekurangan gizi.