Bab 2

34
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal 2.1.1 Pengertian Audit Internal Institute of Internal Auditor (IIA) dalam Sawyer et al. (2003:8) mendefinisikan audit internal adalah sebagai berikut : “Audit internal sebagai suatu fungsi penilaian independen yang ada dalam organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai pemberian jasa kepada organisasi. Audit internal melakukan aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Pengertian Audit internal menurut Kell and Boynton (2001:983) adalah sebagai berikut : Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designend to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.” Menurut Sukrisno Agoes (2004:221) audit internal adalah: “Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.” Peraturan pemerintah yang dimaksud sebelumnya misalnya peraturan dalam bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, dan lain-lain.

description

aa

Transcript of Bab 2

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Audit Internal

    2.1.1 Pengertian Audit Internal

    Institute of Internal Auditor (IIA) dalam Sawyer et al. (2003:8) mendefinisikan

    audit internal adalah sebagai berikut :

    Audit internal sebagai suatu fungsi penilaian independen yang ada dalam organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai

    pemberian jasa kepada organisasi. Audit internal melakukan aktivitas

    pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan obyektif, yang

    dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi.

    Pengertian Audit internal menurut Kell and Boynton (2001:983) adalah

    sebagai berikut :

    Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designend to add value and improve an organizations operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic,

    disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk

    management, control, and governance processes.

    Menurut Sukrisno Agoes (2004:221) audit internal adalah:

    Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan

    terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan

    terhadap peraturan pemerintah dan dan ketentuan-ketentuan dari ikatan

    profesi yang berlaku.

    Peraturan pemerintah yang dimaksud sebelumnya misalnya peraturan dalam

    bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, dan

    lain-lain.

  • 9

    Sesuai dengan sumber audit Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)

    sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

    Negara no.PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 pada standar umum telah

    ditetapkan tentang standar keahlian bahwa auditor harus mempunyai pengetahuan,

    keterampilan dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung

    jawabnya (Kementerian Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,

    2008).

    2.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal

    Idependensi merupakan kata kunci paling penting untuk menilai peran internal

    audit. Idepedensi dapat diartikan sebagai mengambil sikap netral, tidak memihak,

    bebas dari pengaruh, dan keberpihakan pada kepentingan yang lebih besar/bernilai.

    Bersikap netral pada hakikatnya merupakan hal yang mustahil. Ketika dihadapkan

    pada pilihan mana yang benar dan salah, antara kepentingan manfaat bisnis atau

    kepentingan orang banyak, atau antara kebijakan internal dan regulasi pemerintah,

    mau tidak mau harus terjadi keberpihakan (Valery G. Kumaat, 2011:9).

    Menurut Wuryan Andayani (2011:3) tujuan audit internal meliputi

    penganalisaan, konsultasi, menilai anggota-anggota organisasi atas efektivitas dalam

    melaksanakan tanggung jawab mereka, menginformasikan tindakan-tindakan yang

    telah di review dan memberikan rekomendasi.

  • 10

    Tujuan Audit internal menurut Ratliff (2002:193) adalah sebagai berikut :

    1) Existencies or Occurrence (Eksistensi)

    Aset dan kewajiban perusahaan berada dalam waktu dan tanggal yang benar, dan

    transaksi yang dicatat adalah yang terjadi dalam periode akuntansi.

    2) Completeness (Kelengkapan)

    Semua transaksi, akuntansi dan informasi yang berhubungan harus diungkapkan

    dalam laopran keuangan.

    3) Right and Obligations (Penilaian dan Obligasi)

    Hak dan kewajiban dibedakan dan dicerminkan dalam pelaporan asset, kewajiban,

    dan ekuitas yang nyata.

    4) Valuation and Allocation (Penilaian dan alokasi)

    Jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan telah ditentukan dengan baik.

    5) Presentation and Disclosure. (Presentasi dan Pengungkapan)

    Informasi dari laporan keuangan telah dikalsifikasikan, diuraikan, dan

    diungkapkan dengan baik menurut Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU).

    Hal ini sesuai dengan ruang lingkup kegiatan audit internal dalam perusahaan

    menurut The Institute of Internal Auditors yang dikutip oleh Moller dan Witt (1999:5-

    27) sebagai berikut :

    The scope of the internal audit should encompasses the examination and evaluation of the adequacy and effectiveness of the organizations system of internal control and the quality of performance in carrying out assigned

    responsibilities.

  • 11

    Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa rusng lingkup audit internal meliputi

    pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan keefektivan system pengendalian internal

    yang dimiliki organiasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.

    Tujuan peninjauan terhadap kecukupan suatu system pengendalian internal tersebut

    untuk menentukan apakah system yang yang ditetapkan telah memberikan kepastian

    yang layak dan masuk akal bahwa tujuan dan sasaran organisasi akan dapat dicapai

    secara ekonomis dan efisien.

    Guy et al. (2003:410) mengemukakan ruang lingkup audit sebagai berikut :

    Ruang lingkup audit meliputi :

    1) Menelaah reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi serta

    perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

    mengklasifikasi, dan melaporkan informasi semacam itu.

    2) Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap

    kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat memiliki

    pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan, serta menentukan apakah

    organisasi telah mematuhinya.

    3) Menelaah perangkat perlindungan aktiva dan secara tepat memverifikasi

    keberadaan aktiva tersebut.

    4) Menilai keekonomian dan efisiensi sumber daya yang dipergunakan.

    Jadi ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan evaluasi atas

    kecukupan, serta efektivitas sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas

    kinerja ketika melaksanakan tanggung jawab penugasan.

    Moller dan Witt (1999:5-29) juga nenjelaskan bahwa General Standard

    mengenai Scope of work (ruang lingkup pekerjaan) menekankan pada 2 aspek, yang

  • 12

    pertama yaitu pemeriksaan dan evaluasi atas pengendalian internal suatu organisasi,

    ini berhubungan jelas dengan jenis pekerjaan yang akan segara diselenggrakan, dan

    yang kedua adalah kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan

    yang diberikan, hal ini menyangkut penegasan atas tujuan peninjauan (review) yang

    dilakukan oleh auditor internal.

    Sementara itu Hiro Tugiman (1997:100) menyatakan hal-hal yang harus

    dilakukan oleh auditor internal menyangkut ruang lingkup pekerjaannya, yaitu :

    1) Mereview keandalan (realibilitas dan integritas) informasi yang finansial dan

    operasional serta cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

    mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut.

    2) Mereview berbagai system yang telah ditetapkan untuk memastikan

    kesesuaiannya denganberbagai kebijaksanaan, rencana prosedur, hukum, dan

    peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi, serta harus

    menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut.

    3) Mereview berbagai cara yang dipergunakan untuk melindungi harta dan bila

    dipandang perlu, menverifikasi keberadaan harta-harta tersebut.

    4) Menilai keekonomisan dan keefesienan penggunaan berbagai sumber daya.

    5) Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya akan

    konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan apakah kegiatan

    atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

  • 13

    2.1.3 Fungsi dan Tanggung jawab Audit Internal

    Fungsi audit internal adalah sebagai penilai independen yang dibentuk dalam

    suatu organisasi dan mempunyai aktivitas untuk memberikan jaminan keyakinan dan

    konsultasi. Auditor internal berperan untuk membantu para anggota organisasi agar

    dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif dan untuk membantu organisasi

    dalam mencapai tujuannya (Wuryan Andayani, 2011:4).

    Berikut ini adalah fungsi audit internal yang dikemukakan oleh Bambang

    Hartadi (1997:37) :

    Fungsi pemeriksaan internal adalah melaksanakan kegiatan bebas dan

    memberi saran-saran suatu fungsi pengendalian guna mengukur dan menilai

    efektivitas system pengendalian internal.

    Fungsi audit internal bagi manajemen menurut Sawyers (2005:32) adalah

    sebagai berikut :

    mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak, mengidentifikasi dan meminimalkan resiko, memvalidasi

    laporan ke manajer senior, membantu manajemen pada bidang-bidang teknis,

    membantu manajemen pada bidang-bidang teknis, membantu proses

    pengambilan keputusan, menganalisis masa depan bukan hanya untuk masa

    lalu, dan membantu manajer untuk mengelola perusahaan.

    Sementara itu Chasin (1998:9) menyatakan bahwa fungsi dan tanggung jawab

    audit internal adalah sebagai berikut :

    internal auditing is a staff function rather than a line function. Therefore, the internal auditor does not exercise directly authority over other person in the

    organization, whose work the review. The internal auditor should be free to

    review and appraise policies, plans, procedures, and record, but the review

    and appraisal does not any way relieve other person in the organization of the

    responsibility assigned to them.

  • 14

    Fungsi audit internal dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1) Memberikan kepastian kepada manajemen dalam mencapai operasi perusahaan

    yng paling efektif dengan menaati kebijaksanaan yang telah ditetapkan

    2) Menentukan tingkat keandalan data keuangan dan fektivitas prosedur-prosedur

    3) Menemukan dan memperbaiki operasi-operasi yang kurang efisien

    4) Menyarankan perubahan seperlunya dalam berbagai tahap operasi perusahaan

    5) Menentukan tingkat perlindungan, pertanggungjawaban, pengamanan harta

    perusahaan terhadap segala kerugian yang mungkin timbul

    6) Menentukan tingkat koordinasi diantara kebijakan-kebijakan yang telah

    ditetapkan oleh manajemen

    Menurut Amin Widjaja Tunggal (2000:21) tanggung jawab departemen

    bagian audit adalah sebagai berikut :

    1) Tanggung jawab direktur audit internal adalah menerapkan program audit internal

    perusahaan, direktur audit internal mengarahkan personil dan aktivitas-aktivitas

    departemen audit internal, juga menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan

    semua unit perusahaan dan menyajikan program yang telah dibuat untuk

    persetujuan.

    2) Tanggung jawab auditing supervisor adalah membantu direktur audit internal

    dalam membantu direktur audit internal dalam mengembangkan program audit

    tahunan dan membantu dalam mengkoordinasi usaha auditing dengan auditor

    independen agar memberikan cakupan audit yang sesuai tanpa duplikasi usaha.

  • 15

    3) Tanggung jawab senior auditor adalah menerima program audit dan instruksi

    untuk area audit yang ditugaskan dari auditing supervisor, senior auditing

    memimpin staf auditor dalam pekerjaan lapangan audit.

    4) Tanggung jawab staf auditor adalah dalam melaksanakan tugas audit pada suatu

    lokasi audit.

    Hal ini sesuai dengan SPAI yang dikutip oleh Konsorsium Organisasi Profesi

    Audit Internal (2004:15) tentang tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab audit

    internal :

    Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam charter audit internal, konsisten dengan

    SPAI, dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan dewan pengawas

    organisasi.

    2.1.4 Kualifikasi Audit Internal yang Memadai

    Kualifikasi audit internal yang memadai, yaitu :

    1) Independensi

    Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, indepedensi, dan

    sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. menurut Arens et al. (2008:43)

    yaitu :

    independence in fact exsist when the auditors is actually able to maintain an unbiased attitude throughout the audit, where as independence in appearance

    is the result of others interpretations of this independence.

  • 16

    Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa agar seorang audit internal efektif

    dalan melaksanakan tugas, auditor internal harus independen dan objektif dalam

    melaksanakan kegiatannya, hal ini berarti auditor internal harus memberikan

    penilaian tidak memihak kepada siapapun. Audit internal harus independen terhadap

    segala aktivitas yang diauditnya.

    Sedangkan menurut Konsorsium Profesi Audit Internal (2004:8) menyatakan :

    fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan meningkat

    jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap

    pimpinan dan dewan pengawas organisasi dan auditor internal harus memiliki

    sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan

    timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest).

    2) Kompetensi / Kecakapan Profesional

    Agar tujuan perusahaan dapat tercapai seperti yang telah direncanakan, auditor

    internal harus mempunyai kompetensi yang baik. Konsorsium Profesi Audit

    Internal (2004:57) menyatakan bahwa Penugasan harus dilaksanakan dengan

    memperhatikan keahlian dan kecermatan professional.

    a) Keahlian

    Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi

    yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Fungsi

    audit internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan,

    keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung

    jawabnya.

  • 17

    b) Kecermatan Profesional

    Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang

    layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang professional dan

    berkompeten.

    c) Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan

    Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

    kompetensinya melalui pengembangan professional yang berkelanjutan.

    Kemampuan professional menurut Hiro Tugiman (1997:27) adalah sebagai

    berikut :

    Kemampuan professional merupakan tangung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan

    haruslah menugaskan orang-orang yang secara bersama atau keseluruhan

    memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang

    diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.

    Jadi bagian audit internal harus memiliki pengetahuan dan kecakapan yang

    penting bagi pelaksanaan praktek profesi di dalam organisasi. Sifat-sifat ini

    mencakup kemampuan dalam menerapkan standar pemeriksaan, prosedur, dan

    teknik-teknik pemeriksaan

    2.1.5 Program Audit Internal

    Program audit menurut Standar for Professional Practice Internal Auditing tahun

    2000 yang dikutip oleh Boynton et al (2001:983) adalah sebagai berikut :

    1) Planning the audit, auditor internal harus merencanakan setiap pelaksanaan

    audit.

  • 18

    2) Examining and evaluation information, auditor harus mengumpulkan,

    menganalisa, menafsirkan, dan mendokumentasikan informasi untuk

    mendukung hasil audit.

    3) Communicating result, auditor internal harus melakukan tindak lanjut untuk

    meyakinkan bahwa tindakan tepat telah diambil dalam melaporkan temuan

    audit.

    4) Following up, auditor internal harus melakukan tindak lanjut untuk

    meyakinkan bahwa tindakan tepat telah diambil dalam melaporkan temuan

    audit.

    Konsorium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15) menyatakan bahwa :

    Dalam merencanakan penugasan, audit internal mempertimbangkan sasaran

    penugasan, alokasi sumber daya penugasan, serta kerja penugasan.

    Audit program berisi seperangkat prosedur analitis atau langkah-langkah

    pengumpulan bukti-bukti audit. Tujuan dari langkah-langkah ini adalah untuk :

    1) Pengumpulan bukti

    2) Penilaian kecukupan dan efektivitas pengendalian

    3) Penilaian efisiensi, ekonomis dan efektivitas dari kegiatan yang direview.

    Menurut Mulyadi (2002:104), program audit merupakan daftar prosedur audit

    untuk seluruh audit unsure tertentu, sedangkan prosedur audit adalah intsruksi rinci

    untuk menentukan tipe bukti audit tertentu dalam audit.

  • 19

    2.1.6 Pelaksanaan Audit Internal

    Menurut Ratliff (2002:113-470) pelaksanaan audit internal dapat dilakukan

    dalam beberapa tahap, yaitu :

    1) Pemilihan Auditee (selection of auditee)

    Pemilihan auditee secara khusus mungkin tidak hanya dari auditor saja, tetapi bisa

    juga dari orang-orang yang terlibat dalam suatu perusahaan. Pada dasarnya ada

    tiga metode penyeleksian auditee :

    a) Pemilihan sistematis (systematic selection)

    b) Pemeriksaan Ad Hoc (Ad Hoc Audits)

    c) Permintaan dari pihak yang diaudit (auditee request)

    2) Persiapan Audit (audit preparation)

    Persiapan audit meliputi tujuh bagian, yaitu :

    a) Penentua tujuan dan bidang audit

    b) Tinjauan atas data audit

    c) Pemilihan tim audit

    d) Komunikasi pendahuluan

    e) Persiapan program pendahuluan

    f) Perencanaan laporan audit

    g) Persetujuan dari program audit

  • 20

    3) Survey pendahuluan

    Tujuan dari survey pendahuluan adalah untuk memperoleh kesan awal auditee,

    untuk mengumpulkan bukti pendahuluan, untuk perencanaan audit lebih jauh, dan

    untuk memperoleh kerjasama dari auditee.

    a) Konferensi terbuka (opening conference)

    b) On site Tour

    c) Penyelidikan dokumen (document study)

    d) Penulisan deskripsi (written description)

    e) Pemeriksaan analitis (analytical reviews)

    4) Deskripsi dan Analisis Pengendalian Intern (Description and Analysis Internal

    Control)

    Tahap empat ini merupakan aktivitas berikutnya yang mempersiapkan deskripsi

    terinci yang masuk akal tentang pengendalian intern auditee yang berhubungan

    dengan wilayah pembelajaran, memimpin walk throught dari transaksi terpilih

    dan operasi pada pengendalian kunci, menampilkan pengujian pengendalian yang

    terbatas, mengevaluasi pengendalian intern dan menafsirkan risiko yang

    dihubungkan dengan pengendalian.

    5) Pengembangan Pengujian (Expanded Testing)

    Pengembangan pengujian ini termasuk pemeriksaan catatan-catatan dan

    dokumen-dokumen dan wawancara dengan manajemen dan pihak lain,

    pengamatan dan dokumentasi operasi, pemeriksaan kekayaan, dan pemeriksaan

    ulang akunting untuk kekayaan tersebut. Tujuan lain dari prosedur dalam

  • 21

    penyediaan oleh auditor dengan pemahaman tentang bagaimana fungsi

    pengendalian perusahaan yang baik.

    6) Temuan Rekomendasi (Finding and Recommendations)

    Pada saat studi dan evaluasi tentang auditee selesai, maka auditor siap untuk

    mengembangkan temuanya dan menentukan apakah perubahan diperlukan untuk

    memperbaiki pengendalian intern. Temuan auditor termasuk kondisi

    sesungguhnya dari penelitian, criteria untuk mengevaluasi kondisi, pengaruh, dan

    risiko yang dikumpulkan dengan beberapa masalah pemeriksaan dan akibat dari

    masalah-masalah tersebut.

    Rekomendasi terdiri dari empat bentuk, yaitu :

    a) Membuat tidak ada perubahan dari sistem pengendalian

    b) Peningkatan pengendalian memperbaiki efektivitas biaya dari pengendalian

    dengan mengubah pengendalian saat ini atau dengan membuat yang baru

    c) Auditor mungkin mengajukan menambah asuransi untuk mengurangi atau

    menghilangkan resiko supaya memungkinkan untuk menambah atau

    memperbesar operasional sistem pengendalian

    d) Auditor mungkin menganjurkan perubahan dalam tingkat pengembalian yang

    diperlukan untuk kepastian investasi

  • 22

    7) Laporan Audit Internal (Reporting Internal Audit)

    Pelaporan audit meliputi dikumentasi dan mengkomunikasikan hasil audit.

    Laporan berisi penjelasan dari sasaran audit, lingkungan, pertanyaan, prosedur

    umum, temuan, dan rekomendasi-rekomendasi.

    8) Tindak Lanjut (Follow Up)

    Tindak lanjut dapat mengambil tiga bentuk umum, yaitu :

    a) Manajemen tingkat atas berkonsultasi dengan auditee untuk memutuskan jika,

    kapan, dan bagaimana sejumlah rekomendasi auditor akan dilakukan

    b) Auditee melakukan keputusan tersebut

    c) Auditor bersamaan dengan auditee memeriksa kembali apakah tindakan

    koreksi telah diambil dan hasil yang diharapkan sedang dicapai

    9) Evaluasi Audit (Evaluation of The Audit)

    Aktivitas terakhir yang berhubungan dengana audit adalah evaluasi yang dibuat

    oleh auditor sendiri. Manajer dan direktur memeriksa seberapa besar efektivitas

    audit yang telah dilakukan, bagaimana untuk mengerjakan lebih baik lagi dan

    manfaat apa yang dapat diambil untuk audit dimasa yang akan datang.

    Adapula menurut The Institute of Internal Auditor (2004:13) pengelolaan program

    audit internal sebagai berikut :

    1) Planning

    2) Communicating and approval

    3) Resource management

    4) Policies and procedures

  • 23

    5) Coordination

    6) Reporting to the Bord and Senior Management

    2.1.7 Laporan Audit Internal

    Tahapan yang dilakukan oleh audit internal setelah melakukan pengujian dan

    penilaian terhadap informasi yang telah ditetapkan dalam auditnya adalah melaporkan

    hasil audit tersebut dalam bentuk tertulis. Tetapi, seringkali kesulitan dalam menulis

    laporan audit dikarenakan penulisan sebuah laporan audit lebih sulit daripada

    penulisan sebuah laporan bisnis. Penulisan laporan audit harus dilakukan dengan baik

    karena untuk kepentingan profesi audit internal itu sendiri.

    Laporan audit merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan sesuatu

    serta meyakinkan auditee dan manajemen. Laporan audit yang meyakinkan auditee

    dan manajemen merupakan petunjuk atas langkah-langkah apa yang harus diambil

    oleh auditee dan pihak manajemen. Tetapi harus diperhatikan bahwa pekerjaan audit

    internal yang baik pun akan kurang berarti apabila penyajian laporan hasil

    pemeriksaan kurang berperan sebagaimana yang dikemukakan oleh Hiro Tugiman

    (2006:191) sebagai berikut :

    Antara perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan penulisan

    laporan hasil-hasil pemeriksaan terdapat hubungan sebab akibat yang bersifat

    langsung. Pengawas internal tidak akan dapat menulis laporan pemeriksaan

    yang baik tanpa adanya pemeriksaan pelaksanaan yang baik.

  • 24

    Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:34-35)

    menyatakan bahwa auditor internal harus melaporkan hasil audit yang dilakukannya

    dengan memperhatikan hal-hal berikut :

    1) Laporan tertulis yang telah ditandatangani

    2) Mendiskusikan berbagai kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan yang

    tepat

    3) Laporan harus objektif, jelas, singkat, konstruktif, dan tepat waktu

    4) Laporan harus mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil pelaksanaan

    audit

    5) Laporan mencatumkan rekomendasi bagi perkembagan yang mungkin dicapai

    6) Mencantumkan pandangan dan pihak yang diaudit tentang berbagai kesimpulan

    atau rekomendasi

    7) Pimpinan audit internal harus mereview dan menyetujui laporan audit akhir.

    Berdasarkan definisi di atas, jadi sebelum mengeluarkan laporan tertulis

    tersebut, audit internal harus melihat apakah laporan tersebut memenuhi kriteria

    mendasar. Apabila laporan tersebut telah memenuhi kriteria maka barulah laporan

    audit tersebut ditulis. Laporan yang disampaikan kepada manajemen akan

    mencerminkan kualitas pekerjaan audit internal. Bentuk laporan ini bersifat khusus

    karena ditujukan kepada manajemen dalam rangka menjaga keamanan harta

    perusahaan dan meningkatkan efisiensi.

  • 25

    2.1.8 Tindak Lanjut Audit Internal

    Menurut Hiro Tugiman (2006:53) tahap tindak lanjut (follow up) hasil audit

    adalah dimana audit internal terus menerus meninjau/melakukan tindak lanjut (follow

    up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan

    telah dilakukan tindakan yang tepat. Audit internal harus memastikan apakah suatu

    tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan,

    ataukah manajemen senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak

    dilakukannya tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan.

    Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:25) menyatakan

    bahwa :

    Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan

    kepada manajemen.

    Berdasarkan definisi di atas, auditor harus menetapkan suatu prosedur tindak

    lanjut untuk memonitor dan meyakinkan bahwa manajemen telah mengambil

    tindakan perbaikan atas rekomendasi audit internal, atau manajemen yang

    bersangkutan menerima risiko untuk tidak menindaklanjuti rekomendasi audit

    tersebut.

  • 26

    2.2 Efektivitas

    2.2.1 Pengertian Efektivitas

    Pengertian efektivitas yang dikemukakan oleh Anthony dan Govindarajan

    (2005:174) menyatakan bahwa yaitu :

    Efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang

    dikontribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut karena

    baik tujuan maupun input sangatlah sukar dikuantifikasikan.

    Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan

    hubungan antara output yang dihasilkan dan tujuan yang hendak dicapai oleh

    perusahaan. Pada dasarnya, efektivitas merupakan derajat keberhasilan bagi suatu

    perusahaan, sampai seberapa jauh perusahaan dinyatakan berhasil dalam usahanya

    mencapai tujuan tersebut. Semakin besar konstribusi output terhadap tujuan, maka

    unit tersebut semakin efektif.

    Arens et al. (2008:496) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut :

    Efektivitas merujuk ke pencapaian tujuan, sedangkan efisiensi mengacu ke

    sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

    Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas lebih

    menitikberatkan pada tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan. Jadi, penilaian efektivitas didasarkan atas sejauh mana tujuan

    organisasi dapat dicapai dan pencapaian sasaran yang berkaitan dengan tujuan yang

    telah ditetapkan.

  • 27

    2.3 Pengendalian Internal

    2.3.1 Pengertian Pengendalian Internal

    Pengendalian internal merupakan kegiatan yang sangat penting dalam

    pencapaian tujuan usaha. Demikian pula pada dunia usaha mempunyai perhatian yang

    makin meningkat terhadap pengendalian internal. Definisi mengenai pengendalian

    internal yang disusun oleh The Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh

    Sanyoto (2007:247) :

    The attitude and actions of management and the board regarding the significance of control within the organization. The control environment

    provides the disclipined and structure for achievement of the primary

    objectives of the system of internal control. The control environment includes

    for the following elements : integrity and ethical values, managements philosophy and operating style, organizational structure, assignment of

    authority and responsibility, human resources policies and practices, and

    competence of personnel.

    Menurut Sunarto (2003:137) yang dikutip dari COSO, pengendalian intern

    yaitu:

    Pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya, yang dirancang untuk

    memberikan jaminan yang masuk akal, terkait dengan tercapainya tujuan

    berikut : keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan kepada peraturan dan

    kebijakan yang berlaku, dan efektivitas dan efisiensi operasi.

    Menurut perluasan Standar Auditing Seksi 78 yang dikutip Sawyers

    (2005:58) adalah pengendalian intern sebagai berikut :

    Pengendalian internal sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang didesain untuk

    memberikan keyakinan yang wajar tentang pencapaian tiga golongan tujuan,

    yaitu : keandalan pelaporan keuangan, efisiensi operasi, kepatuhan terhadap

    hokum dan peraturan yang berlaku.

  • 28

    Dari definisi pengendalian internal tersebut terdapat empat konsep dasar

    pengendalian internal :

    1) Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.

    2) Pengendalian internal dijalankan oleh oranhg dari setiap jenjang organisasi yang

    mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.

    3) Pengendalian internal dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai,

    bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.

    4) Pengendalian internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan,

    yaitu peloparan keuangan, kepatuhan dan operasi.

    2.3.2 Tujuan Pengendalian Intern

    Tujuan pengendalian intern menurut COSO yang dikutip Sawyers (2005:61)

    adalah sebagai berikut :

    Pengendalian (kontrol) internal dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian dalam hal efektivitas dan efisiensi operasi,

    keandalan informasi keuangan, dan ketaatan terhadap hokum dan peraturan

    yang berlaku.

    Sedangkan tujuan pengendalian intern menurut COSO yang dikutip oleh

    Bodnar dan Hopwood (2001:182) adalah sebagai berikut :

    1) Effectiveness and efficiency of operations;

    2) Realibility of financial reporting;

    3) Compliance with applicable laws and regulations.

  • 29

    Adapun tujuan khusus dari pengendalian intern yang dikemukakan oleh Arens

    et al. (2006:264) adalah sebagai berikut :

    1) Transaksi yang dianggap sah (validaty)

    2) Transaksi diotorisasi dengan pantas (authorization)

    3) Transaksi yang terjadi telah dicatat (completeness)

    4) Transaksi dinilai dengan pantas (valuation)

    5) Transaksi dikualifikasikan dengan pantas (classification)

    6) Transaksi dicatat tepat waktu (timing)

    7) Transaksi dimasukan didalam berkas induk dengan pantas dan di ikhtisarkan

    dengan benar (posting and summarization).

    2.3.3 Komponen-komponen Pengendalian Intern

    Menurut COSO yang dikutip oleh Whittington (2001:242) pengendalian internal

    suatu organisasi meliputi berbagai tindakan internal yang dilakukan manajemen yang

    pada dasarnya terdiri dari 5 komponen, yaitu :

    1) Lingkungan pengendalian (control environment)

    Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi

    kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan

    dasar untuk semua komponen pengendalian internal, menyediakan disiplin dan

    struktur. Lingkungan pengendalian terdiri dari tujuh faktor, yaitu integritas dan

    nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau

  • 30

    komite audit, filosofi dan gaya manajemen, struktur organisasi, pemberian

    wewenang dan tanggung jawab, kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

    2) Penaksiran risiko (risk assessment)

    Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang

    relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan

    bagaimana risiko harus dikelola. Faktor-faktor yang menimbulkan penaksiran

    risiko, yaitu perubahan dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi

    yang baru atau yang diperbaiki, pertumbuhan yang pesat, teknologi baru, lini

    produk, atau aktivitas baru, restrukturisasi korporat, operasi luar negeri, dan

    penerbitan standar akuntansi baru.

    3) Aktivitas pengendalian (control activities)

    Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin

    bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian menurut COSO

    dapat dikenal sebagai kebijakan dan prosedur yang menyangkut masalah :

    a) Review atau Kinerja

    Pengendalian akuntansi yang berupa penelaahan atas kinerja yang

    sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan angaran yang telah ditetapkan

    sebelumnya.

    b) Proses informasi

    Suatu pengendalian akuntansi dilakukan untuk menguji dan memberikan

    keyakinan bahwa semua transaksi yang terjadi telah diproses secara akurat,

    lengkap, dan diotorisasikan dengan benar.

  • 31

    c) Pengendalian fisik

    Pengendalian aktivitas berupa pengamanan fisik atas aktivitas perusahaan

    termasuk penjagaan baik atas fasilitas-fasilitas perushaan yang dilindungi,

    adanya akses atau otorisasi tertentu untuk harta dan catatan-catatan

    perusahaan.

    d) Pemisahan fungsi yang memadai

    Kegiatan menempatkan orang yang berbeda untuk tanggung jawab

    pencacatan, otorisasi transaksi, dan aktivitas penyimpangan agar perusahaan

    terlindungi dari penipuan dan kecurangan.

    4) Informasi dan Komunikasi (information and communication)

    Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penagkapan, dan pertukaran

    informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang

    melaksanakan tanggung jawab mereka.

    5) Pemantauan (monitoring)

    Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian

    internal sepanjang waktu.

    Berdasarkan definisi di atas, kelima komponen diatas terkait satu dengan yang

    lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat

    merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem pengendalian internal terjalin

    dengan aktivitas operasional perusahaan, dan akan lebih efektif apabila pengendalian

    dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang

    paling esensial dari perushaan (organisasi).

  • 32

    Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2001:319) menyatakan

    unsure-unsur pengendalian intern adalah sebagai berikut :

    1) Lingkungan Pengendalian

    2) Sistem Akuntansi

    3) Prosedur Pengendalian

    2.3.4 Keterbatasan Pengendalian Intern

    Menurut Arens and Loebbecke yang di alihbahasakan oleh Amir Abadi Jusuf

    (2002:281) menyimpulkan definisi bahwa yang memperlemah suatu pengendalian

    intern yaitu :

    Kelemahan didefinisikan sebagai tidak adanya pengendalian yang cukup,

    yang meningkatkan risiko adanya salah saji dalam laporan keuangan.

    Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern tidak

    dapat dikatakan sangat baik dan efektif, meskipun disertai dengan kecermatan dan

    ketelitian dalam pelaksanaan dan perancangannya, hal itu dikarenakan adanya

    keterbatasan-keterbatasan dan kelemahan-kelemahan seperti adanya kolusi dan

    kelemahan-kelemahan seperti adanya kolusi dan kelemahan manusia yang

    melaksanakannya.

    Keterbatasan-keterbatasan pengendalian intern menurut Mulyadi (2002:181)

    terdiri dari :

    Kesalahan dalam pertimbangan, gangguan, kolusi, pengabaian oleh

    manajemen, dan biaya lawan manfaat.

  • 33

    Dari pernyataan di atas, dapat dijelaskan keterbatasan pengendalian intern

    sebagai berikut :

    1) Keterbatasan dalam pertimbangan

    Seringkali manajemen dan personil lain dapat salah mempertimbangkan

    keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena

    memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.

    2) Gangguan

    Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personil

    secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak

    adanya perhatian atau kelelahan.

    3) Kolusi

    Tindakan berasama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut kolusi.

    Kolusi dapat engakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk

    melindungi aktiva perusahaan dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak

    terderteksinya kecurangan oleh pengendalian yang dirancang.

    4) Pengabaian oleh manajemen

    Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan

    untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian

    kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.

    5) Biaya lawan manfaat

    Biaya yang diperlukan untuk mengopersikan pengendalian intern tidak boleh

    melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut.

  • 34

    Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengendaluan intern

    yang efektif tidak memberikan jaminan absolut akan tercapainya tujuan perusahaan.

    Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian yang handal tidak bisa

    mengubah kinerja manajer yang kurang baik menjadi baik. Akan tetapi sistem

    pengendalian intern yang handal dan efektif dapat memberikan informasi yang tepat

    bagi manajer maupun dewan direksi untuk mengambil keputusan maupun kebijakan

    yang tepat untuk pencapaian tujuan perusahaan yang lebih efektif pula.

    2.4 Pengendalian Intern Penjualan

    2.4.1 Pengertian Penjualan

    Definisi penjualan menurut Mulyadi (2008:202) bahwa penjualan merupakan

    kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan

    akan memperleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat

    diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa

    dari pihak penjual ke pembeli.

    Warren dan Reeve (2005:10) mendefinisikan penjualan sebagai berikut :

    Penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang

    dagangan yang dijual, baik secara tunai maupun kredit.

  • 35

    Sedangkan menurut Basu Swastha (2001:8) penjualan adalah :

    Penjualan adalah ilmu seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh

    penjual untuk mengajak agar orang lain bersedia membeli barang atau jasa

    yang ditawarkannya.

    Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penjualan adalah suatu

    proses pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak

    penjual kepada pihak pembel yang disertai dengan penyerahan imbalan dari penerima

    barang atau jasa sebagai timbale balik atas penyerahan tersebut. Rencana volume

    penjualan, harus selalu memperhatikan keadaan ekonomi di masa datang.

    2.4.2 Tujuan Penjualan

    Dalam lingkungan korporasi bisnis, apapun industrinya, bidang pemasaran,

    penjualan, dan pelayanan pelanggan merupakan tiga serangkai ujung tombak yang

    kerap dianggap anak emas perusahaan. Bidang-bidang itulah yang bertarung secara

    langsung di garis depan mengembangkan bisnis, mewujudkan target, dan mencetak

    omzet perusahaan (Valery G. Kumaat, 2011:119).

    Cushing yang dialihbahasakan oleh Ruchyat Kosasih (1989:514) memberikan

    pernyataan sebagai berikut :

    suatu perusahaan harus menghasilkan suatu produk atau memberikan jasa dimana terdapat permintaan pemasaran. Dari pasaran ini permintaan harus

    dihasilkan suatu aliran pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya

    (expense) dan ongkos (cost) perusahaan dan memberikan pemberi modalnya

    (pemilik) dengan suatu rentabilitas sebagai pengembalian investasinya (return

    on investment).

  • 36

    Tetapi dalam upaya mencapai tujuan tersebut, sebelumnya sasaran dan misi

    harus dimiliki oleh perusahaan karena dengan adanya sasaran dan misi inilah tujuan

    perusahaan dapat dicapai. Menurut Winardi (1990:154) sasaran tersebut adalah :

    1) Sasaran memenuhi tujuan dalam sebuah organisasi.

    2) Sasaran memenuhi gambaran kepada orang lain dalam sebuah organisasi.

    3) Sasaran menimbulkan konsistensi dalam hal pengambilan keputusan.

    4) Sasaran memberikan dana untuk penyusunan spesifik.

    5) Sasaran merangsang pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan.

    6) Sasaran memberikan landasan untuk tindakan korektif serta pengawasan.

    Tujuan umum yang dimiliki perusahaan menurut Winardi (2001:67) yaitu

    sebagai berikut :

    1) Mencapai Volume Penjualan Tertentu,

    2) Mendapat laba tertentu,

    3) menunjang pertumbuhan perusahaan.

    2.4.3 Tujuan Pengendalian Intern Penjualan

    Tujuan pengendalian intern penjualan menurut Bambang Hartadi (1997:78)

    adalah untuk memastikan :

    1) Penjualan yang dicatat adalah untuk pengiriman aktiva.

    2) Penjualan yang telah diposting dan diikhtisarkan dengan benar.

    3) Semua transaksi penjualan yang ada telah dicatat dengan benar.

    4) Penjualan yang dicatat telah dinilai dan diotorisasi dengan benar.

  • 37

    5) Penjualan telah diklarifikasi dengan jelas.

    6) Penjualan dicatat dalam waktu yang tepat.

    Arens et al. (2008:374) mengemukakan tujuan pengendalian intern dalam

    penjualan sebagai berikut :

    1) Penjualan yang dicatat adalah untuk pengiriman yang dilakukan kepada

    pelanggan yang ada (keterjadian) yang meliputi :

    a) Transaksi yang dicatat benar-benar terjadi dan tidak fiktif.

    b) Faktur penjualan dipranomori dan dipertanggungjawabkan.

    2) Transaksi penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan) yang meliputi :

    a) Diselenggarakan suatu catatan pengiriman.

    b) Dokumen pengiriman dipranomori dan dipertanggungjawabkan.

    3) Penjualan yang dicatat adalah senilai barang-barang yang dikirimkan serta

    ditagihkan dan dicatat dengan tepat (keakuratan) yaitu digunakan daftar harga

    yang resmi.

    4) Transaksi penjualan dicantumkan dengan benar dalam file induk dan

    diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran) yang meliputi :

    a) Transaksi penjualan diikhtisarkan dengan benar.

    b) Transaksi penjualan dimasukkan dalam catatan akuntansi yang sesuai.

    5) Transaksi penjualan diklasifikasikan dengan tepat (klasifikasi) yang meliputi :

    a) Terdapat pemisahan fungsi pencacatan antara penjualan tunai dan kredit.

  • 38

    b) Ada pemisahan fungsi pencacatan pesanan penjualan, pembuatan faktur,

    penagihan, dan penerimaan kas.

    c) Setiap transaksi penjualan langsung dijurnal oleh bagian akuntansi.

    d) Pendistribusian formulir kepada pihak-pihak yang terkait.

    6) Penjualan dicatat pada tanggal yang benar (tepat waktu) yaitu dicatat sesuai

    transaksi dengan tanggal transaksi.

    Sedangkan menurut Arens dan Loebecke (2000:406), tujuan dari penerapan

    pengendalian intern penjualan adalah :

    1) Recorded sales are for shipments actually made to existing customer (existence) 2) Recorded sales transactions are recorded (completeness) 3) Recorded sales are for amount of goods and are correctly billed and recorded

    (accuracy)

    4) Sales transaction are properly classified (classification) 5) Sales are recorded on the correct data (timing) 6) Sales transactions are properly included in the account receivable master file and

    are correctly summarized (posting and summarization)

    Dari definisi di atas jelas bahwa aktivitas penjualan perlu dilindungi dari

    kemungkinan terjadinya penggelapan, pencurian, dan kesalahan dalam pencatatan

    agar perusahaan terhindar dari kerugian. Untuk mencapai tujuan yang telah

    dikemukakan di atas, pimpinan perusahaan perlu menetapkan suatu pengendalian

    intern atas penjualan yang memadai.

  • 39

    2.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

    2.5.1 Kerangka Pemikiran

    Audit internal sebagai suatu fungsi penilai independen yang ada dalam

    organisasi untuk membantu mencapai tujuannya dengan memberikan suatu

    pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan

    keefektivan manajemen risiko, pengendalian, dan proses pengelolaan dan

    pengelolaan organisasi (Wuryan Andayani, 2011:2)

    Pengendalian intern merupakan salah satu cara pengendalian yang

    dikembangkan dalam perusahaan. Pengendalian intern dilaksanakan melalui

    penerapan metode, prosedur, dan tolak ukur lainnya dengan maksud agar seluruh

    kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sehingga diharapkan

    dapat mengurangi dan menekan sekecil mungkin kesalahan, penyelewengan, dan

    kecuranagan terhadap aktiva perusahaan (Valery G. Kumaat, 2011:5)

    Mendasari perlunya pengendalian intern atas penjualan adalah pendapatan

    perusahaan. Dampak yang timbul dari pengelolaan yang kurang efektif terhadap

    penjualan akan mengakibatkan sasaran penjualan tidak dapat tercapai, hal ini

    berdampak langsung terhadap berkurangnya pendapatan perusahaan. Selain itu

    penjualan harus mampu mengahsilkan suatu pengembalian investasi yang cukup bagi

    pemberi modal, inilah yang mendasari alasan mengapa kegiatan penjualan ini perlu di

    amankan. Hal yang perlu di ingat juga bahwa penjualan merupakan sumber

    pendapatan utama dari seluruh aktivitas perusahaan oleh karenanya transaksi-

  • 40

    transaksi yang mempengaruhi pikiran penjualan harus dapat dikendalikan dengan

    baik (Basu Swastha, 2009:67).

    Untuk memperkuat dan menjamin agar pengendalian internal penjualan

    benar-benar efektif, maka perusahaan yang memiliki aktivitas operasi yang kompleks

    sangat memerlukan audit internal yang senantiasa mengawasi dan mengevaluasi

    pengendalian intern, yang pemerikasaannya bersifat independen dan objektif, artinya

    tidak memihak bagian-bagian yang ada didalam perusahaan. Bila audit internal

    efektif, maka akan dapat menunjang efektivitas pengendalian intern penjualan

    (Sawyer, 2006:132).

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta pengujian hipotesis yang

    dilakukan oleh R. Ait Novatianti (2003:46) menyatakan bahwa terdapat kolerasi yang

    positif antara sistem pengendalian intern penjualan yang terdiri dari struktur

    organisasi yang memisahkan fungsi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan,

    praktek yang sehat, pegawai yang cakap, dengan efektifitas pencapaian target

    penjualan.

    Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Marzuki (2008:51) menunjukkan

    bahwa terdapat hubungan antara sistem informasi akuntansi penjualan dengan

    efektifitas pengendalian intern penjualan dengan nilai 0,963, angka ini menunjukkan

    bahwa adanya tingkat hubungan yang kuat dan searah dengan dibuktikannya nilai

    signifikan 0,000 < 0,05. Ini berarti, jika sistem informasi akuntansi penjualan bekerja

    lebih baik di dalam perusahaan maka efektifitas pengendalian intern penjualan akan

  • 41

    semakin membaik juga, dengan demikian tujuan perusahaan dalam meningkatkan

    penjualannya akan tercapai dengan baik.

    Gambar 2.1

    Gambar Kerangka Pemikiran

    2.5.2 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis merumuskan suatu hipotesis

    sebagai berikut :

    Audit Internal berperan sebagai alat bantu manajemen dalam

    menunjang keefektivan pengendalian internal penjualan.

    Peranan Audit Internal

    sebagai Alat Bantu

    Manajemen

    Efektivitas

    Pengendalian Intern

    Penjualan