BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan...

91

Transcript of BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan...

Page 1: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab
Page 2: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab
Page 3: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

BAB-1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbagai kecenderungan baru yang tengah melanda di dunia, telah

membawa pula konsekuensi-konsekuensi baru bagi tata interaksi sosial di

lingkungan, lokal, nasional, regional maupun global. Interaksi yang terjadi

bagi Indonesia bisa berdampak sangat variatif sesuai kondisi masyarakat

saat itu. Dengan semakin canggihnya sarana komunikasi serta kemudahan

untuk memperoleh informasi dari segala penjuru dunia, telah melengkapi

kecenderungan baru tersebut sehingga mejadikan negara seolah-oleh sudah

tidak ada batasnya. Informasi yang masuk dapat mempengaruhi cara

pandang masyarakat terhadap berbagai hal dalam kehidupan bernegara.

Oleh karenanya bila pengaruh negatif lebih mendominasi, maka ini juga akan

memberikan perubahan terhadap masyarakat untuk berperilaku negatif

seperti pemaksaan kehendak atau coercive power. Perilaku itu dapat terjadi,

pada siapa saja baik masyarakat biasa, kalangan profesional, tokoh

masyarakat, tokoh agama dan sebagainya yang ingin kepentingannya

tercapai. Tentunya masalah itu dapat membahayakan eksistensi bangsa

Indonesia. Maka dari itu pemerintah betul-betul memperhatikan masalah

kesatuan dan persatuan bangsa.

Presiden Republik Indonesia pada acara silaturahmi dengan para

ulama tanggal di Istana Negara telah menyampaikan bahwa:

“...agar bersama dengan pemerintah dapat terjalin ukhuwah yang lebih erat serta mampu menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu hidup rukun dan damai dalam keberagaman...saya harap kita bisa tetap bersatu dalam kebhinnekaan kita, tetap bersatu dalam persaudaraan, bersatu dalam kebersamaan, dan kita akan jadikan ini contoh dunia bahwa membangun masyarakat yang bisa hidup rukun dan damai dalam keberagaman…” (Humas Kemensetneg, 2016).

Page 4: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

2

Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan

dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab negara Indonesia

memiliki Pancasila sebagai pedoman bangsa, serta menjunjung tinggi

supremasi hukum. Senada dengan pernyataan itu, menurut As’sad Said Ali

(2010) bahwa Presiden Pertama RI Ir. Sukarno dalam kuliah tentang

Pancasila pada tahun 1958, menjelaskan Pancasila merupakan

weltanschauung (pandangan hidup) bangsa yang dapat menjadi resep

ampuh untuk mengatasi beragam masalah di Indonesia. Fenomena dan

dinamika perkembangan politik dalam kehidupan masyarakat Indonesia

khususnya di wilayah Provinsi DKI Jaya sebagai dampak Pilkada Gubernur

DKI Jakarta baik sebelum, selama dan paska pelaksanan Pilkada telah

menimbulkan suasana konflik atau benturan yang semakin menajam oleh: (1)

antar agama, khsusnya antara Islam dan Kristen; (2) antara pribumi dan

nonpribumi; (3) antara kaya dan miskin; (4) antar organisasi massa; dan (5)

perbenturan antar kelompok-kelompok lainnya. (Kiki Syahnakri, 2017).

Kondisi politik di atas semakin diperparah oleh adanya dugaan penghinaan

terhadap agama Islam oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama

(Ahok) yang melahirkan emosi kemarahan di bebarapa kalangan umat

Muslim. Dampak kondisi suhu politik yang memanas di wilayah DKI Jakarta

juga berimbas kepada wilayah kota penyangga DKI Jaya termasuk Kota

Tanggerang di Provinsi Banten.

Sementara itu, juga terjadi fenomena adanya upaya sekelompok

masyarakat cenderung memaksakan kehendaknya didalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Sekelompok masyarakat yang memaksakan

kehendaknya tersebut dapat digolongkan sebagai kekuatan untuk

memaksakan kehendak atau coercive power. Menurut French and Raven

(1959) coercive power adalah:

“Coercive power exists when the use of or the threat of force is made ` to extract compliance from another. Force is not limited to physical means; social, emotional, political, or economic force is also included.”

Page 5: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

3

Sifat psikologis sosial yang memaksakan kehendak terhadap orang lain untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuai yang diinginkan orang atau

kelompok tersebut juga dengan kekuatan sosial, emosional, politik atau

dengan kekuatan ekonomi.

Perilaku coercive power yang mulai marak saat ini berkembang secara

terus menerus setelah reformasi. Keberhasilan gerakan mahasiswa pada

tahun 1998 menurunkan pemerintahan orde baru seperti telah mengilhami

sebagian masyarakat untuk melakukan hal yang sama bila situasi yang

dihadapi tidak berjalan sesuai yang mereka harapkan. Demonstrasi adalah

salah satu hak warga negara untuk menyampaikan pendapat dan hal ini telah

diatur oleh Undang-undang. Akan tetapi kebebasan berpendapat ini akan

berubah menjadi “pemaksaan” bila tuntutannya tidak terealisasi. Sehingga

muncul coercive power agar tuntutan tersebut dikabulkan. Bentuk coercive

power ini sangat beragam dapat secara langsung maupun tidak langsung,

baik secara kasar dan kasat mata, bisa juga halus dan nyaris tidak terasa

bahwa dirinya dipaksa untuk melakukan sesuai yang diinginkan.

Fenomena pemaksaan kehendak melalui coercive power dengan

pengerahan massa, dan anarkisme telah sering diberitakan, bahkan seolah-

olah sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Sehingga hampir

setiap moment kehidupan bernegara diwarnai oleh perilaku tersebut.

Menurut Panglima TNI (2016) bahwa “Indonesia adalah negara yang kaya,

hal ini telah menimbulkan kecemburuan negara-negara lain yang tidak

menginginkan Indonesia menjadi negara maju”. Memahami hal tersebut,

tentunya ada upaya-upaya pihak lain dengan memperalat masyarakat

Indonesia agar selalu bersikap atau memiliki perilaku coercive power, dalam

rangka menguasai Indonesia. Masyarakat Indonesia bila secara

berkelanjutan menganut bahkan menerapkan coercive power, tentunya akan

menjadi precedent buruk bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan

bernegara. Permasalahan yang terjadi sebagaimana yang diuraikan di atas

semakin nyata dan jelas manakala akhir-akhir ini semakin meningkat

Page 6: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

4

fenomena intoleransi, radikalisme, saling menghujat, saling membenci dan

saling melaporkan serta maraknya berita bohong (hoax).

Dalam waktu yang bersamaan, hingga saat ini Indonesia merupakan

negara yang terdiri dari beragam budaya atau multicultural. Merujuk

penjelasan Siahaan (2014) wilayah Indonesia yang memiliki perbedaan

etnis dan budaya yang sangat variatif selain menjadi kebanggaan bangsa

Indonesia yang tak ternailai harganya sekaligus juga menjadi potensi konflik

yang dapat menghambat integrasi bahkan mengancam keutuhan Negara.

Mencermati hal itu, bila masyarakat Indonesia sudah merasa tidak ada ikatan

yang diwadahi dalam pengamalan Pancasila yang kuat, maka dapat

dipastikan bisa terjadi disintegrasi bangsa Indonesia.

Energi nasional saat ini banyak terbuang hanya untuk mengatasi

permaslahan tersebut di atas. Padahal penduduk Indonesia dikenal oleh

masyarakat dunia sebagai masyarakat yang santun dan memiliki budaya

yang indah. Banyak slogan yang menggambarkan tentang keindahan

wilayah Indonesia seperti misalnya Paris Van java, Zamrud di Khatulistiwa,

Paradis in the east dan lain sebagainya. Slogan-slogan tersebut seakan

sirna di era sekarang dan berubah menjadi negatif seperti kekerasan,

narkoba, terorisme yang lebih sering dipublikasikan melalui berita-berita.

Keterpengaruhan masyarakat yang mempunyai perilaku seperti

tersebut di atas dinilai tidak terlepas dari kurangnya kesadaran bela negara

masyarakat. Tentu, kondisi ini tidak sejalan dengan pencapaian sasaran

strategis pertahanan negara khususnya dalam rangka mewujudkan

keasadaran bela negara.

Kebijakan dalam hal aspek pertahanan khususnya untuk menjaga

keutuhan dan kedaulatan NKRI, Pemerintah telah menetapkannya dalam

strategi pertahanan negara. Kebijakan yang tercantum dalam Buku Putih

Pertahanan Indonesia (2015) telah secara jelas ditegaskan tentang sasaran

strategis pertahanan negara yang ingin dicapai yang salah satunya adalah

“mewujudkan masyarakat yang memiliki rasa bela negara”. Mewujudkan

Page 7: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

5

masyarakat yang memiliki rasa bela negara sebagai salah satu sasaran

strategis pertahanan negara sangat relevan dan aktual dihadapkan dengan

fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Hal ini dapat dilihat

dari penyelenggaraan pembangunan pertahanan sampai saat ini belum dapat

mewujudkan sosok pertahanan yang kuat dan disegani di dunia, bahkan

dalam lingkup regional sekalipun pertahanan Indonesia bukan yang terkuat.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, pembangunan nasional masih

menempatkan aspek kesejahteraan sebagai prioritas yang mengakibatkan

perlambatan dan pembatasan terhadap modernisasi pertahanan.

Kondisi riil bangsa Indonesia seperti yang digambarkan di atas

berimplikasi terhadap pelaksanaan pembangunan sektor pertahanan Negara

yang hingga kini belum mencapai standar penangkalan yang diharapkan,

bahkan berada dibawah kekuatan pertahanan minimal. Dalam keterbatasan

pembangunan postur dan struktur TNI maka dukungan rakyat menjadi sangat

penting dan relevan dalam kondisi yang dihadapi oleh bangsa dan Negara ini

melalui perwujudan masyarakat yang memiliki rasa bela negara

sebagaimana yang tercantum dalam pencapaian sasaran strategi pertahanan

negara. Dukungan masyarakat dalam bentuk bela negara merupakan “Alat

Juang” yaitu dimana para penduduk usia produktif dengan militansi tinggi

bisa bertempur bersama-sama dan atau membantu aparat pertahanan

negara.

Mengacu kepada kesadaran bela negara sebagai salah satu sasaran

strategi pertahanan negara yang sudah lama ditetapkan melalui berbagai

kegiatan mestinya sudah semakin mantap termasuk meningkatnya

kesadaran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;

tumbuhnya semangat kebersamaan, gotong royong dan rasa kekeluargaan

serta partisipasi aktif masyarakat dalam membangun daerahnya dan tercipta

jiwa persatuan dan kesatuan yang kokoh kuat.(Ditpopthan,2014). Namun

pertanyaan yang timbul adalah sejauhmana sudah terwujud “masyarakat

Page 8: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

6

yang memiliki rasa bela negara” selama ini termasuk di wilayah kota

Tangerang?.

Pertanyaan tersebut menjadi relevan manakala masih banyak terdapat

dalam setiap pelaksanaan kegiatan bersama antara unsur TNI dengan

masyarakat baik yang bersifat fisik maupun non fisik terlihat bahwa yang

berpartisipasi pada umumnya hanyalah masyarakat yang berasal dari

kalangan kelas bawah sedangkan masyarakat dari golongan menengah ke

atas sangat jarang bahkan nyaris tidak ada yang terlibat berpartisipasi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa kebersamaan dan rasa kekeluargaan dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan terkait dengan kepentingan lingkungannya

ternyata kurang diminati oleh kalangan masyarakat kelas menengah ke atas.

Keadaan tersebut di atas juga dapat dinilai sebagai indikasi kesadaran

berbangsa dan bernegara yang dicerminkan dalam sikap dan perbuatannya

antara lain “rukun dan berjiwa gotong royong dalam pergaulan masyarakat”.

Dengan demikian, kesadaran bela negara hanya diminati atau melibatkan

kalangan masyarakat golongan bawah.

Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan mewujudkan warga

negara yang memiliki keasadaran bela negara sebagai salah satu sasaran

strategis pertahanan negara maka perlu dilakukan evaluasi di kota

Tanegrang di wilayah propinsi Banten sebagai wilayah penyangga ibukota

Jakarta. Evaluasi menurut James C. Mc David dkk (2005) dapat dipandang

sebagai suatu proses terstruktur yang menghasilkan dan mensintesa

informasi dengan maksud untuk mengurangi tingkat ketidakpastian bagi para

stakeholder tentang suatu program atau kebijakan yang ditetapkan.

Ditambahkan pula bahwa evaluasi dimaksudkan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan atau test hipotesa dimana hasilnya digabungkan

kemudian dengan informasi dasar oleh yang memiliki andil dalam program

atau kebijakan. Song dan Nick Letch (2012) mengemukakan bahwa

evaluasi adalah proses yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

dan menilai nilai suatu obyek dalam konteks tertentu.

Page 9: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

7

Oleh sebab itu, evaluasi terhadap mewujudkan warga negara yang

memiliki kesadaran bela negara sebagai salah satu sasaran strategi

pertahanan memiliki makna yang sangat penting dan mendesak dilakukan

untuk mendapatkan informasi empirik tentang sejauh mana keberhasilan

mewujudkan kesadaran bela negara tersebut dicapai khususnya di kota

Tangerang wilayah propinsi Banten dimana informasi empirik tersebut akan

dijadikan sebagai bahan masukan pembuatan keputusan perbaikan. Selain

itu, evaluasi ini dilakukan juga untuk memperoleh informasi empirik tentang

nilai/value dan kualitas dari kesadaran masyarakat untuk bela negara.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah penegasan dari adanya kesenjangan antara

aspek-aspek teoritis dan aspek-aspek realistis tentang fenomena yang diteliti.

Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus penelitian maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi

Mewujudkan Warga Negara yang memiliki Kesadaran Bela Negara Di

Kota Tanggerang-Provinsi Banten?” yang mencakup:

1.2.1 Bagaimana assesmen dalam merumuskan tujuan dan sasaran

implementasi mewujudkan warga negara yang memiliki

kesadaran bela negara sebagai salah satu sasaran strategis

pertahanan negara di kota Tanggerang- Provinsi Banten

1.2.2 Bagaimana kesiapan, ketepatan dan kelengkapan perencanaan

kegiatan, struktur organisasi, dukungan sumber daya,

mekanisme dan pengendalian mewujudkan warga negara yang

memiliki kesadaran bela negara sebagai salah satu sasaran

strategis pertahanan negara meliputi di wilayah Kota

Tanggerang Provinsi Banten?;

1.2.3 Bagaimana pelaksanaan kegiatan mewujudkan warga negara

yang memiliki kesadaran bela negara sebagai salah satu

sasaran strategis pertahanan negara sesuai dengan rencana

Page 10: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

8

kegiatan, struktur organisasi, dukungan sumber daya,

mekanisme dan pengendalian di wilayah Kota Tanggerang

Provinsi Banten?, dan

1.2.4. Bagaimana hasil implementasi mewujudkan warga negara yang

memiliki kesadaran bela negara sebagai salah satu sasaran

strategi pertahanan sesuai dengan rencana kegiatan, struktur

organisasi, dukungan sumber daya, mekanisme dan

pengendalian di wilayah Kota Tanggerang Provinsi Banten?.

1.3 Tujuan dan Signifikasi Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi tentang

implementasi mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran

bela negara sebagai salah satu sasaran strategi pertahanan negara di

kota Tangerang- propinsi Banten. Penelitian ini juga diharapkan dapat

mendiskripsikan keterkaitannya antara program pemerintah pusat,

daerah dan kebijakan strategi pertahanan negara di wilayah Kota

Tanggerang Provinsi Banten dengan upaya-upaya lain yang dapat

mendukung terwujudnya sasaran strategis pertahanan negara.

1.3.2 Signifikansi Penelitian

Penelitian tentang evaluasi implementasi mewujudkan warga

negara yang memiliki kesadaran bela negara sebagai salah satu

sasaran strategi pertahanan negara di Tangerang-Provinsi Banten,

sangat penting dilakukan karena beberapa pertimbangan, sebagai

berikut:

1.3.2.1 Dengan memahami implementasi mewujudkan warga

negara yang memiliki kesadaran bela negara sebagai

salah satu sasaran strategi pertahanan negara, akan

membantu membuka wawasan para stakeholder di

Page 11: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

9

wilayah Kota Tanggerang Provinsi Banten tentang

pentingnya kesadaran bela negara dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara.

1.3.2.2 Dengan implementasi mewujudkan warga negara yang

memiliki kesadaran bela negara sebagai salah satu

sasaran strategi pertahanan negara secara terencana

dengan baik dapat meningkatkan keharmonisan dan

menghilangkan coercive power dalam kehidupan

masyarakat. Selanjutnya hal itu akan menciptakan

pencapaian sasaran strategis negara dalam

pembangunan karakter bangsa

1.3.2.3 Terintegrasinya implementasi mewujudkan warga negara

yang memiliki kesadaran bela negara sebagai salah satu

sasaran strategi pertahanan negara, merupakan bentuk

dari sistim pertahanan negara yang bersifat semesta.

Dengan demikian hasil penelitian ini, dapat dipergunakan

untuk melengkapi penelitian yang memfokuskan pada

pertahanan semesta di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Menurut Sugiyono (2011) manfaat penelitian adalah dampak bila tujuan

penelitian tercapai dan rumusan masalah telah terjawab dengan akurat.

Adapun manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua hal, yaitu aspek teoritis

untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan aspek praktis yaitu membantu

mengantisispasi masalah pada obyek yang diteliti.

1.4.1 Aspek Teoritis

Melalui proses yang dihasilkan dalam penelitian, dimaksudkan agar

dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan ilmu pertahanan, yaitu:

Page 12: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

10

1.4.1.1 Bermanfaat untuk referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang

kebijakan strategi pertahanan khususnya dalam pembangunan kesadaran

bela negara warga negara yang dilandasi Pancasila.

1.4.1.2 Penelitian ini juga bermanfaat sebagai rujukan untuk mempelajari

studi-studi kasus tentang peran pemerintah yang dihadapkan pada perilaku

coercive power suatu masyarakat.

1.4.1.3 Dari pembahasan dalam penelitian, juga dapat dipergunakan sebagai

bahan banding dalam merancang pengamatan atau pengkajian tentang

kebijakan strategi pertahanan negara Indonesia terkait dengan kesadaran

bela negara warga negara.

1.4.2 Aspek Praktis

Hasil dari penelitian ini juga dapat menjadi masukan untuk dijadikan

bahan pertimbangan pengambilan kebijakan bagi:

1.4.2.1 Stakeholder di wilayah Kota Tanggerang Provinsi Banten sebagai

penanggungjawab untuk membina masyarakat dengan melalui implementasi

bela negara di wilayahnya guna tercapinya sasaran strategis pertahanan

negara.

1.4.2.2 Unsur pelaksana program implementasi mewujudkan warga negara

yang memiliki kesadaran bela negara sebagai salah satu sasaran strategi

pertahanan di wilayah Kota Tanggerang Provinsi Banten sehingga lebih

memahami tentang metode yang harus diterapkan dalam membina

masyarakat guna terwujudnya kesadaran bela negara yang tinggi di kawasan

tersebut. Dengan demikian tujuan untuk mendukung tercapainya sasaran

strategis pertahanan negara bisa terlaksana.

1.5 Ruang lingkup dan Gambaran Desain Penelitian

1.5.1 Ruang Lingkup.

Ruang lingkup penelitian ini berkaitan dengan strategi pertahanan

negara dan strategi perang semseta dimana kesadaran bela negara warga

negara di kota Tangerang menjadi focus penelitian. Penelitian ini dibatasi

Page 13: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

11

hanya pada bagaimana implementasi mewujudkan warga negara yang

memiliki kesadaran bela negara sebagai salah satu sasaran pencapaian

strategi pertahanan negara di kota Tangerang dengan sistematika sebagai

berikut:

1.5.1.1 Bab 1 : Pendahuluan.

Pada bab ini menjelaskan tentang Pendahuluan yang terdiri dari lima

subbab, yaitu latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan

signifikansi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup serta gambaran

desain penelitian yang berkaitan dengan implementasi mewujudkan warga

negara yang memiliki kesadaran bela negara di kota Tangerang sebagai

salah satu pencapaian sasaran strategi negara.

1.5.1.2 Bab 2 : Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran.

Pada bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang berisikan

landasan teori dan konsep serta penelitian terdahulu yang relevan yang

digunakan dalam penelitian ini, dan kerangka pemikiran yang dituangkan

dalam diagram alur pemikiran oleh peneliti.

1.5.1.3 Bab 3 : Metode Penelitian.

Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari

beberapa sub bab yaitu desain penelitian, sumber data penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisa data, prosedur penelitian dan rencana

jadwal penelitian yang berkaitan dengan implementasi mewujudkan warga

negara yang memiliki kesadaran bela negara di kota Tangerang sebagai

salah satu pencapaian sasaran strategi negara.

1.5.1.4 Bab 4 : Analisis Data dan Pembahasan.

Pada bab ini menjelaskan tentang hasil pengkajian dan analisis dari

data penelitian di lapangan yang berkaitan dengan implementasi

mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran bela negara di kota

Tangerang sebagai salah satu pencapaian sasaran strategi negara

1.5.1.5 Bab 5: Simpulan dan Saran.

Page 14: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

12

Pada bab ini beri penjelasan tentang kesimpulan yang dapat diambil

dari hasil penelitian dan saran yang dapat diberikan sebagai bahan masukan.

1.5.2 Gambaran Desain Penelitian.

Sedangkan gambaran desain penelitian adalah dengan melalukan

penelitian tentang bagaimana implementasi mewujudkan warga negara yang

memiliki kesadaran bela negara di kota Tangerang dengan metoda kualitatif.

Penelitian dimulai dengan studi kepustakaan menyangkut dokumen-dokumen

yang relevan tentang kondisi kesadaran bela negara di kota Tangerang.

Selanjutnya melakukan penelitian di lapangan untuk mengumpulkan data

dengan teknik pengisian questionare, wawancara, observasi dan tinjuan

lapangan terkait dengan kesadaran warga negara terhadap bela negara di

kota Tangerang. Selanjutnya data tersebut akan dianalisa untuk

mendapatkan kesimpulan tentang kesadaran warga negara dalam bela

negara di kota Tangerang.

Page 15: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

13

BAB 2

TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Guna memahami lebih mendalam tentang evaluasi implementasi,

terlebih dahulu perlu mengetahui pengertian atau defenisi dari evaluasi dan

implementasi. Hal ini dianggap penting mengingat banyak pengertian dan

defenisi tentang evaluasi dan implementasi yang dikemukakan oleh para ahli

yang meskipun terdapat persamaan maupun perbedaannya diantara

pendapat-pendapat tersebut.

2.1.1 Teori Evaluasi

Stufflebeam dan Shinkfield (2007) menjelaskan bahwa evaluasi sangat

penting mengingat evaluasi adalah suatu proses untuk memberikan

pengesahan mengenai hal-hal seperti keandalan, efektivitas, efektivitas

biaya, efisiensi, keamanan, kemudahan penggunaan, dan kejujuran.

Selanjutnya, evaluasi memeriksa tujuan, struktur dan proses program

terutama jika evaluasi memberikan kontribusi terhadap peningkatan program.

Stufflebeam dan Shinkfield mengatakan bahwa evaluasi juga memiliki

peranan penting dalam membantu untuk merencanakan dan memandu

program untuk pencapaian keberhasilan program. Stufflebeam dan

Shinkfield juga menjelaskan bahwa evaluasi sebagai studi sistematis yang

dilakukan untuk menilai dan/atau meningkatkan nilai jasa dari beberapa

objek. Stufflebeam dan Shinkfield menambahkan pula bahwa evaluasi

merupakan kegiatan pengumpulan dan analisis kualitas informasi bagi

pengambil keputusan.

Selanjutnya, Fort, Martinez, Mukhopadhyay (2001) dalam Donna M.

Mertens mendefenisikan evaluasi sebagai penilaian berkala terhadap

relevansi, kinerja, efisiensi, dan dampak yang diharapkan serta dampak yang

tak terduga dari proyek sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut C.H

Page 16: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

14

Weiss, bahwa evaluasi adalah penilaian yang sistematis dari hasil suatu

program atau kebijakan dibandingkan dengan standar eksplisit atau standar

implisit untuk memperbaiki program atau kebijakan.

Evert Vedung (1997) juga mendefenisikan evaluasi sebagai penilaian

retrospektif atas jasa, manfaat, nilai dari administrasi, maupun keluaran untuk

memainkan peran di masa depan. Berdasarkan defenisi tersebut maka

evaluasi tidak difokuskan dengan siklus seluruh kebijakan tapi hanya dengan

bagian akhir dari kebijakan. Lebih lanjut dikatakan bahwa evaluasi adalah

suatu tehnik pengelolaan organisasi-organisasi publik di dalamnya terdapat

pengumpulan data secara sistematik. Evert Vendung menambahkan bahwa

evaluasi sebagai pemantau yang dipercaya secara terus menerus dari sistem

pembuatan kebijakan publik. John M.Owen (2006) berpendapat bahwa objek-

objek evaluasi adalah: a) kebijakan-kebijakan; b) program-program; c)

produk-produk; dan individu-individu

Berdasarkan beberapa definisi tentang evaluasi di atas tampaknya lebih

menekankan kepada proses dan penilaian yang sistematis meskipun

pengumpulan informasi juga menjadi perhatian dalam rangka meningkatkan

suatu proyek. E. Jane Davidson (2005) mengemukakan bahwa evaluasi

umumnya dilakukan untuk menemukan area perbaikan dan/atau untuk

menghasilkan penilaian kualitas bagi kepentingan pelaporan maupun

pengambilan keputusan.

2.1.2 Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi sangat bervariasi, terdapat banyak model evaluasi

dimana beberapa diantaranya sangat populer dan banyak digunakan sebagai

strategi atau pedoman kerja pelaksanaan evaluasi program. Meskipun

antara satu dengan lainnya berbeda, namun pada dasarnya maksudnya

sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang

berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan

bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu

Page 17: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

15

program. Berbagai jenis model evaluasi yang dibuat oleh para ahli, masing-

masing memiliki kelebihan dan kekurangan dengan kata lain model yang satu

tidak lebih baik dari model lainnya. Model-model tersebut hanya sebagai

alat yang membantu evaluator dalam melakukan kegiatan pengumpulan

informasi atau data terkait dengan objek yang akan dievaluasi.

Sebagai salah satu model evaluasi yang bertujuan menyediakan

informasi bagi pembuat keputusan maka model yang dipilih dalam penelitian

ini adalah Evaluasi Model CIPP (Daniel L.Stufflebeam, Anthony J.Shinkfield,

2007). Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi, yaitu: Evaluasi Konteks

(Context Evaluation), Evaluasi Masukan (Input Evaluation), Evaluasi Proses

(Process Evaluation), dan Evaluasi Produk (Product Evaluation) yang

dilukiskan pada gambar-1 (Wirawan,2012:92-94)

Context Evaluation # Berupaya untuk

mencari jawaban atas pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan?

# Waktu pelaksanaan: Sebelum program Diterima

# Keputusan: Perencanaan

program

Input Evaluation: # Berupaya mencari

jawaban atas pertanyaan: Apa yang harus ilakukan?

# Waktu pelaksanaan: Sebelum program di mulai.

# Keputusan:

Penstrukturan

program.

Process Evaluation: # Berupaya mencari

jawaban atas pertanyaan: Apakah program sedang dilaksanakan?

# Waktu pelaksanaan: Ketika program sedang dilaksanakan # Keputusan:

Pelaksanaan

Product Evaluation: # Berupaya mencari

jawaban atas pertanyaan: Apakah program sukses?

# Waktu pelaksanaan: Ketika program selesai.

# Keputusan:

Resikel: Ya atau

Tidak program

harus diresikel.

Gambar 1 . Model Evaluasi Context, Input, Process, dan Product (CIPP)

2.1.2.1 Evaluasi Konteks. Menurut Daniel Stufflebeam Evaluasi konteks

untuk menjawab pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan? (What needs to be

done?) Evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang

mendasari disusunnya suatu program.

2.1.2.2 Evaluasi Masukan. Evaluasi Masukan untuk mencari jawaban atas

pertanyaan: Apa yang harus dilakukan? (What should be done?) Evaluasi ini

mengidentifikasi dan problem, aset, dan peluang untuk membantu para

pengambil keputusan mendefinisikan tujuan, prioritas-prioritas, dan

membantu kelompok-kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan,

Page 18: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

16

prioritas, dan manfaat-manfaat dari program, menilai pendekatan altematif,

rencana tindakan, rencana staf, dan anggaran untuk feasibilitas dan potensi

cost effectiveness untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan.

Para pengambil keputusan memakai Evaluasi Masukan dalam memilih di

antara rencana-rencana yang ada, menyusun proposal pendanaan, alokasi

sumber-sumber, menempatkan staf, menskedul pekerjaan, menilai rencana-

rencana aktivitas, dan penganggaran.

2.1.2.3 Evaluasi Proses. Evaluasi Proses berupaya untuk mencari

jawaban atas pertanyaan: Apakah program sedang dilaksanakan? (Is it being

done?) Evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk

membantu staf program melaksanakan aktivitas dan kemudian membantu

kelompok pemakai yang lebih luas menilai program dan menginterpretasikan

manfaat.

2.1.2.4 Evaluasi Produk. Evaluasi produk diarahkan untuk mencari

jawaban pertanyaan: Did it succed? Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi

dan mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan atau tidak

direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Keduanya untuk

membantu staf menjaga upaya memfokuskan pada mencapai manfaat yang

penting dan akhirnya untuk membantu kelompok-kelompok pemakai lebih

luas mengukur kesuksesan upaya dalam mencapai kebutuhan-kebutuhan

yang ditargetkan.

Menurut Stufflebeam, Model Evaluasi Model CIPP bersifat linier. Artinya

Evaluasi Input harus didahului oleh Evaluasi Context; Evaluasi Proses harus

didahului oleh Evaluasi Input; Sungguhpun demikian menurut Stufflebeam

dalam Model Evaluasi CIPP juga dikenal evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif. Dalam evaluasî formatîf CIPP berupaya mencari jawaban atas

pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan? Bagaimana melakukannya? Apakah

hal tersebut sedang dilakukan? Apakah berhasil? Evaluator subunit

memberikan informasi mengenai temuan kepada para pemangku

kepentingan; membantu mengarahkan pengambilan keputusan, dan

Page 19: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

17

memperkuat kerja staf. Ketika evaluasi formatif dilaksanakan, dapat dilakukan

penyesuaian dan pengembangan jika yang direncanakan tidak dapat

dilaksanakan dengan baik.

Dalam evaluasi sumatif evaluasi CIPP berupaya mendapatkan tambahan

inforrnasi untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: Apakah kebutuhan

yang penting ditangani dengan baik? Apakah upaya dipandu oleh suatu

rencana dan anggaran yang dapat dipertahankan? Apakah desain layanan

dilaksanakan secara lengkap dan dimodifikasi jika diperlukan? Apakah upaya

yang dilakukan sukses?

2.1.3 Alasan Pemilihan Model Evaluasi CIPP

Alasan pemilihan model evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh

Daniel Stufflebeam ini adalah bahwa model evaluasi ini merupakan suatu

kerangka kerja secara menyeluruh untuk panduan dalam melakukan suatu

program, proyek, produk, institusi dan sistem. Evaluasi model CIPP ini

merupakan salah satu model evaluasi yang berusaha menyediakan informasi

bagi keputusan yang prosesnya bekerja secara sistematis. Selanjutnya,

model evaluasi CIPP juga banyak digunakan khususnya untuk menyediakan

format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan proses evaluasi.

Selain itu, model evaluasi CIPP ini praktis, mudah dipahami dan dikerjakan

serta dapat memberikan informasi tentang keberhasilan atau kegagalan

pelaksanaan program dengan cepat. Oleh sebab itu, model evaluasi CIPP

ini dinilai sangat relevan dan cocok untuk mengevaluasi implementasi

perwujudan warga negara yang memiliki kesadaran bela negara sebagai

salah satu sasaran strategis pertahanan di wilayah kota Tangerang, propinsi

Banten untuk menghasilkan keputusan-keputusan dan rekomendasi-

rekomendasi dalam meningkatkan kesadaran bela negara di wilayah propinsi

Banten.

Menggunakan model CIPP dalam penelitian ini akan memberikan

gambaran tentang kebijakan yang akan dievaluasi melalui survei

Page 20: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

18

pendahuluan sebelum menyusun proposal penelitian yang dilihat dari

komponen-komponen sebagi berikut:

2.1.3.1 Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Fokus evaluasi konteks adalah untuk mengevaluasi sejauh mana

perumusan tujuan dan sasaran kesadaran bela negara telah sesuai dengan

kebutuhan strategi pertahanan negara. Selain itu, dalam evaluasi konteks ini

akan dievaluasi apakah perumusan tujuan dan sasaran sudah sesuai dengan

apa yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Apakah tujuan kesadaran

bela negara dirumuskan secara jelas dan spesifik atau tidak jelas?

2.1.3.2 Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Fokus evaluasi masukan adalah untuk mengevaluasi sejauh mana

rencana tindakan, strategi, prosedur dan struktur organisasi, dukungan

sumber daya (manusia, sarana-prasarana, anggaran) serta monitoring dan

pengendalian dapat mendukung pencapaian tujuan dan sasaran yang

diinginkan dalam rangka mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran

bela negara warga negara di kota Tangerang wilayah propinsi Banten.

2.1.3.3 Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Fokus evaluasi proses adalah untuk mengevaluasi sejauh mana

terlaksana rencana tindakan, strategi, prosedur dan struktur organisasi,

dukungan sumber daya (manusia, sarana-prasarana, anggaran) serta

monitoring dan pengendalian untuk mewujudkan warga negara yang memiliki

kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang, propinsi Banten. Selain

itu, akan dievaluasi hambatan yang dialami dalam implementasi mewujudkan

warga negara yang memiliki kesadaran bela negara di kota Tangerang,

propinsi Banten.

2.1.3.4 Evaluasi Produk (Product Evaluation)

Fokus pada evaluasi produk adalah untuk mengevaluasi hasil dari

pelaksanaan kegiatan apakah telah berhasil mencapai tujuan dan sasaran

sebagaimana yang ditetapkan yaitu untuk meningkatkan kesadaran bela

negara. Selanjutnya, dalam evaluasi ini akan memberikan masukan apakah

Page 21: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

19

terdapat hasil kegiatan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masih

bermanfaat untuk dilanjutkan, diulang atau diperluas ke kondisi yang lain.

Selain itu, dalam evaluasi produk ini akan mengindentifikasi apa kelemahan

dari implementasi sasaran strategi pertahanan khususnya kesadaran bela

negara di wilayah propinsi Banten.

Sebagaimana yang diuraikan di atas, model evaluasi CIPP yang

dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam ini, selain merupakan suatu kerangka

kerja secara menyeluruh dalam melakukan suatu kebijakan atau program

juga memberikan informasi tentang keberhasilan atau kegagalan

pelaksanaan kebiajakan atau program. Model evaluasi CIPP ini juga

membantu organisasi dalam mempertahankan atau meningkatkan

operasionalisasi sistem programnya.

INPUT PRODUCTProsesPROCESS

CONTEXT

Gambar 2 : Model Evaluasi Berdasarkan Komponen CIPP

Sumber: Stufflebeam (1967)

2.1.4 Deskripsi Implementasi

Studi tentang implementasi selalu mengalami perkembangan dari masa

kemasa. Hal ini tentunya juga mempengaruhi definisi yang dikemukakan oleh

para ahli. Menurut Pressman dan Wildavsky (1973) bahwa implementasi

sebagai “..accomplishing, fulfilling, carrying out, producing and

Page 22: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

20

completing a policy”. Sementara itu Tornanatzky dan Johnson

(Subandijah, 1996: 305) telah membuat batasan tentang implementasi

sebagai ”…the translation of any tool technique process or method of

doing from knowledge to practice”. Selanjutnya, Harsono (2002:67)

menjelaskan implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan

kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi.

Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.

Sedangkan Setiawan (2004:39) mengemukakan bahwa implementasi

adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi

antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan

jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. Menurut Purwanto &

Sulistyastuti (2015; 21) implementasi merupakan tahapan kegiatan dalam

rangka mendistribusikan keluaran kebijakan yang dilakukan oleh kelompok

implementer kepada kelompok sasaran sebagai upaya untuk mewujudkan

tujuan kebijakan. Memperhatikan definisi diatas mengenai implementasi

maka peneliti dapat memahami bahwa implementasi merupakan tahapan

dalam melengkapi dan memenuhi pencapaian tujuan dari kebijakan dengan

melaksanakan interaksi aktivitas yang saling menyesuaikan antara tujuan,

tindakan dan sistim birokrasi yang efektif dalam rangka kesempurnaan suatu

program.

Dalam era saat ini yang telah didukung dengan sarana teknologi yang

modern telah memberikan kemudahan bagi implementer antara lain untuk

koordinasi, pengawasan, pendataan dan hal lainnya. Dengan demikian

peluang keberhasilan dari implementasi akan lebih besar. Selanjutnya

peluang itu berlaku bagi pihak-pihak lain untuk membantu memberi

pengawasan terhadap kebijakan yang sedang diimplementasikan. Hal ini

akan memberikan pengaruh positif untuk mencegah adanya penyimpangan

dalam pelaksanaan implementasi. Demikian juga kepada kelompok sasaran

sistim pengawasan ini dapat memberikan koreksi implementasi secara lebih

awal. Penyelenggaraan implementasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 23: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

21

Gambar 3: Implementasi sebagai dasar Delivery Mechanism Policy Output

Sumber : Purwanto & Sulistyastuti (2015)

2.1.5 Deskripsi Sistem Pertahanan Rakyat Semesta.

Sistem Pertahanan Rakyat Semesta adalah suatu sistem pertahanan

keamanan dengan komponen yang terdiri dari seluruh potensi, kemampuan,

dan kekuatan nasional yang berkerja secara total, integral serta berlanjut

untuk mewujudkan kemampuan dalam upaya pertahanan keamanan Negara.

Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) bersifat

semesta dalam ruang lingkup dan semesta dalam pelaksanaannya (Zainal

Ittihad Amin, 2007).

Menurut Zainal Ittihad Amin (2007), terdapat 4 komponen dalam sistem

pertahanan keamanan rakyat semesta, yaitu komponen dasar, komponen

kekuatan utama, komponen khusus, dan komponen pendukung. Adapun

komponen dasar Sishankamrata tersebut adalah rakyat yang terlatih yang

diupayakan melalui mobilisasi.

Komponen utamanya adalah TNI dan POLRI yang berfungsi sebagai

subyek kekuatan pertahanan keamanan negara dan kekuatan sosial.

Komponen khusus yaitu perlindunan masyarakat (Linmas) yang berfungsi

menanggulangi akibat bencana perang, alam, atau bencana lainnya. Dan

menjadi komponen pendukung yaitu : sumber daya dan prasarana nasional

yang berfungsi menjamin kemampuan bangsa dan negara dalam

meniadakan ancaman setiap ancaman dari luar negeri dan dalam negeri.

Jika dilihat dari kekuatan perlawanan yang ada dalam Sishankamrata

Page 24: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

22

terdapat dua kekuatan perlawanan yaitu kekuatan perlawanan bersenjata

dan kekuatan perlawanan tidak bersenjata. Kekuatan perlawanan bersenjata

yaitu Bela Semesta, yaitu terdiri dari Bela Negara dan Bela Potensial. Bela

negara terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan

POLRI yang merupakan kekuatan pertahanan dan keamanan negara. Bela

Potensial yaitu rakyat yang berfungsi untuk ketertiban umum, baik keamanan,

perlawanan, dan perlindungan rakyat. Kekuatan perlawanan tidak bersenjata

yaitu rakyat diluar Bela Semesta yang berfungsi untuk perlindungan

masyarakat dalam menanggulangi akibat bencana perang (UU RI No.3 tahun

2002 tentang pertahanan Negara).

Gambar 4: Bagan Kekuatan Sishankamrata. (Zainal Ittihad Amin,2007),

Sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata), berkembang

seiring dengan perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan

kemerdekaan dan kedaulatan, kemudian berlanjut dengan operasi-operasi

pemulihan keamanan dalam negeri dalam upaya menumpas pemberontakan

dan gerakan separatis berbagai gangguan keamanan lainnya.

Berdasarkan hasil-hasil pengalaman tersebut dapat dihimpin doktrin

Hamkamrata yang disahkan pada tahun 1982 dengan

Kekuatan Sishankamrata

Kekuatan Perlawanan Bersenjata

Bela Semesta

Bela Negara AD,AL,AU,Polri

Bela Potensial Rakyat yang

berfungsi untuk ketertiban umum Kekuatan

Perlawanan Tidak Bersenjata

Rakyat di luar Bela Semesta

Page 25: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

23

SKMenhankam/pangab No. Skep/820/vii/1982 tanggal 12 Juli 1982.

Sedangkan Undang-undang No.20 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan

pokok pertahanan keamanan negara telah menetapkan Sishankamrata

sebagai sistem penyelenggara pertahanan keamanan negara (Hankamneg).

Dalam perjalanannya hingga tercapai konsep perang rakyat semesta dalam

merebut kemerdekaan, Bangsa Indonesia pertama kali mengenal konsep

Perang Gerilya Rakyat Semesta, dimana konsep ini diperoleh setelah adanya

kenyataan pengalaman pertempuran dengan pihak tentara penjajah yang

telah menduduki wilayah rakyat Indonesia.

Kemudian pada tahun 1950, dimana perlengkapan angkatan perang

mulai diperbaiki mutunya beserta pendidikan personelnya, maka dikenalah

konsep Perang Wilayah. Namun didalam konsep Perang Wilayah masih

terdapat beberapa masalah yang belum dimuat dalam pelaksanaannya

antara lain bagaimana menghadapi subversi dan pemberontakan dalam

negeri, sehingga diperlukan Perang Rakyat Semesta. Adapun pokok-pokok

doktrin perang rakyat semesta meliputi :

2.1.5.1 Perang Rakyat Semesta (Perata) merupakan bagian mutlak dan

tidak terpisahkan pertahanan keamanan nasional (Hankamnas).

2.1.5.2 Perata adalah bersifat semesta, yang menggunakan seluruh

kekuatan nasional secara total dan integral, dengan menggunakan militansi

rakyat sebagai unsur kekuatannya untuk mempertahankan kemerdekaan dan

kedaulatan Negara Republik Indonesia dan mengamaknan jalanya

pembangunan nasional.

2.1.5.3 Perang Rakyat Semesta mempunya pola operasi.

2.1.5.4 Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta, memiliki kelemahan

yang perlu diperbaiki.

2.1.6 Deskripsi Kebijakan Strategi Pertahanan

Peter L. Hays, Brenda Vallance, dan Alan Van Tassel (dalam

Supriyatno, 2014) mendefinisikan kebijakan pertahanan dalam 4 cara, yaitu:

Page 26: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

24

(1) Kebijakan pertahanan adalah sebuah perencanaan atau kegiatan yang

berkaitan dengan rekruitmen, latihan, pengorganisasian, pemberian

perlengkapan, pengerahan, dan penggunaan kekuatan bersenjata. Dengan

kata lain, kebijakan pertahanan adalah salah satu output dari suatu sistem

politik, output tersebut merupakan salah satu tujuan yang lebih luas, yaitu

keamanan nasional; (2) Kebijakan pertahanan sebagai komponen militer dari

strategi keamanan nasional, kebijakan pertahanan merujuk kepada

bagaimana menjaga negara, keselamatan rakyatnya, dan kepentingan

nasional melalui ancaman dan penggunaan kekuatan militer secara nyata; (3)

Kebijakan pertahanan adalah suatu proses politik. Ini tercermin dengan

adanya masukan (input) yang terdiri dari lingkungan internasional dan

domestik. Masukan ini dikomunikasikan kepada para pembuat kebijakan

(policy maker) dan para implementer, output yang dihasilkan dari aktivitas

para pembuat dan para implementer tersebut akan mengeluarkan feed back

dan menjadi masukan kembali ke dalam suatu sistem untuk membuat input

tambahan. Selanjutnya, interaksi para pembuat kebijakan dan pelaksana

dapat berdampak pada kebijakan dan program yang akan dihasilkan; dan (4)

Kebijakan pertahanan merupakan suatu “bidang kajian” terutama

dalam mengkombinasikan internasional hubungan internasional dan politik

negara dengan beberapa elemen komparatif seperti ilmu politik, filsafat

politik, sejarah, ekonomi, hukum, psikologi, dan sosiologi.

Menurut Ryamizard (2015) kebijakan strategi dalam pertahanan

negara adalah untuk mengelola segala sumber daya nasional dan sarana

prasarana untuk pertahanan negara yang diawali dengan kebijakan secara

umum yang ditentukan oleh Presiden. Dalam kebijakan umum yang

ditetapkan oleh Presiden pada Peraturan Presiden RI Nomor 97 tahun 2015

telah ditegaskan tentang tujuan strategis pertahanan. Guna mewujudkan

tujuan strategis pertahanan negara adalah dengan menetapkan pokok-pokok

kebijakan umum pertahanan negara antara lain adalah adalah pembangunan

karakter bangsa dengan pengertian sebagai berikut:

Page 27: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

25

“..pembangunan karakter bangsa sebagai bagian dari revolusi mental diselenggarakan melalui pembinaan kesadaran dan kemampuan bela negara bagi setiap warga negara Indonesia untuk menyiapkan sumber daya manusia pertahanan negara, serta penguatan jati diri bangsa yang berkepribadian dan berkebudayaan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” (Perpres RI Nomor 97 tahun 2015).

2.1.7 Deskripsi Sasaran Strategis Pertahanan

Merujuk pada buku putih kebijakan pertahanan Negara (2015) bahwa

sasaran strategis pertahanan adalah:

2.1.7.1 Mewujudkan pertahanan negara yang mampu menghadapi

ancaman.

2.1.7.2 Mewujudkan pertahanan negara yang mampu menangani

keamanan wilayah maritim, keamanan wilayah daratan dan keamanan

wilayah dirgantara.

2.1.7.3 Mewujudkan pertahanan negara yang mampu berperan dalam

menciptakan perdamaian dunia berdasarkan politik bebas aktif.

2.1.7.4. Mewujudkan industri pertahanan yang kuat, mandiri dan

berdaya saing.

2.1.7.5. Mewujudkan warga negara Indonesia yang memiliki kesadaran

bela negara.

Mencermati sasaran strategis kebijakan pertahanan yang kelima yaitu

mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran bela negara perlu

dilakukan upaya pemantapan kesadaran dan kemampuan bela negara.

Upaya yang dilaksanakan melalui revitalize pembinaan kepada seluruh

warga Negara yang dilaksanakan baik melalui lingkungan pendidikan,

pekerjaan dan lingkungan pemukiman. Adapun wujud dari pembinaan itu

adalah menerapkan nilai-nilai kebangsaan yaitu komitmen dan kepatuhan

seluruh warga negara dalam membangun kekuatan bangsa dengan segenap

pranata, prinsip dan kondisi yang diyakini kebenarannya serta digunakan

sebagai instrumen pengatur kehidupan moral, identitas, karakter serta jati diri

Page 28: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

26

bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia

1945 merupakan modalitas yang mampu mendinamisasikan pembangunan

nasional di segala bidang. Dalam perspektif pertahanan negara, nilai-nilai

tersebut menjadi landasan aktualisasi cinta tanah air, kesadaran berbangsa

dan bernegara, rela berkorban bagi bangsa dan negara serta kemampuan

bela negara.

2.1.8 Deskripsi Bela Negara

Istilah bela negara berasal dari kata self defence yang artinya “ the use

of force to protect yourself against someone who is attacking you” (Collins

Cobuild,2001:1404) sehingga dalam bahasa Indonesia dapat diartikan

sebagai tindakan untuk membela diri dari serangan lawan. Sedangkan self-

help seperti yang telah diuraikan di atas merupakan upaya yang dilakukan

oleh bangsa sendiri untuk membela negaranya. Karena tindakan tersebut

dilakukan oleh subjek bangsa secara kolektif dan objek yang dilindungi

adalah negara dengan segala isinya, maka kata “membela diri” dapat

diperluas menjadi “membela negara” atau “bela negara”. (Saeful Anwar,

2016:65).

Selanjutnya, pengertian bela negara menurut Marsono (2015: 39)

adalah kewajiban dasar manusia, juga kehormatan bagi setiap warga negara

yang penuh kesadaran, tanggung jawab dan rela berkorban kepada negara

dan bangsa. Bela negara bagi warga negara Indonesia dapat diartikan

sebagai sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya

kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang

seutuhnya. Arti bela negara itu sendiri adalah Warga Negara Indonesia

(WNI) yang memiliki tekad, sikap dan perilaku yang dijiwai cinta NKRI

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang rela berkorban demi

kelangsungan hidup bangsa dan negara. Adapun kriteria warga negara yang

Page 29: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

27

memiliki kesadaran bela negara adalah mereka yang bersikap dan bertindak

senantiasa berorientasi pada nilai-nilai bela negara.

Masih menurut Marsono (2015:41) bahwa kesadaran bela negara pada

hakekatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban

membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling

halus hingga yang paling kera. Mulai dari hubungan baik sesame warga

negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh

bersenjata,tercakup didalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik

bagi bangsa dan negara.

Istilah bela negara, dapat kita temukan dalam rumusan Pasal 27 Ayat 3

UUD NRI 1945. Pasal 27 Ayat 3 menyatakan “Setiap warga negara berhak

dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Dalam buku

Pemasyarakatan UUD NRI 1945 oleh MPR (2012) dijelaskan bahwa Pasal 27

Ayat 3 ini dimaksudkan untuk memperteguh konsep yang dianut bangsa dan

negara Indonesia di bidang pembelaan negara, yakni upaya bela negara

bukan hanya monopoli TNI tetapi merupakan hak sekaligus kewajiban setiap

warga negara. Berdasarkan Pasal 27 Ayat 3 UUD NRI 1945 tersebut dapat

disimpulkan bahwa usaha pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban

setiap negara Indonesia. Hal ini berkonsekuensi bahwa setiap warganegara

berhak dan wajib untuk turut serta dalam menentukan kebijakan tentang

pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD

1945 dan perundang-undangan yang berlaku termasuk pula aktifitas bela

negara. Selain itu, setiap warga negara dapat turut serta dalam setiap usaha

pembelaan negara sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing.

Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal

9 ayat 1 disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta

dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan

pertahanan negara”. Terdapat hubungan antara pertahanan negara dengan

pembelaan negara atau bela negara. Bela negara merupakan perwujudan

warga negara dalam upaya meningkatkan pertahanan negara bangsa

Page 30: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

28

Indonesia. Keikutsertaan warga negara dalam upaya menghadapi atau

menanggulagi ancaman sesungguhnya merupakan pertahanan negara yang

dilakukan dalam wujud upaya bela negara. (Kemenristekdikti RI: 2016:249).

2.1.9 Deskripsi Warga Negara

Pada awalnya istilah warga negara seringkali disebut hamba atau

kawula negara yang dalam bahasa Inggris object berarti orang yang memiliki

dan mengabdi kepada pemiliknya. AS Hikam (2005) mendifinisikan bahwa

warga negara yang merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota

dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Sedangkan

Koerniatmanto S. (2006) mendefinisikan warga negara dengan anggota

negara. Sebagai anggota negara, seorang warga negara mempunyai

kedudukan yang khusus terhadap negaranya dan mempunyai hubungan hak

dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. Dalam

perkembangan berikutnya, warga negara diartikan orang-orang sebagai

bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara serta mengandung

arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu

perssekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama. Dalam UUD 1945

pasal 26 ayat (1) dan (2) disebutkan bahwa: (1) yang menjadi warga negara

adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan

undang undang sebagai warga negara, dan (2) syarat-syarat mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang. Dalam konteks

Indonesia, istilah warga negara (sesuai dengan UUD 1945 pasal 26)

dimaksud untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan

undang-undang sebagai warga negara Indonesia. Dalam pasal 1 UU Nomor

22 Tahun 1958 disebutkan bahwa warga negara Republik Indonesia adalah

orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan atau perjanjian-

perjanjian dan atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17

Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia. Perlu

dijelaskan juga tentang perbedaan antara istilah warga Negara dengan rakyat

dan penduduk. Rakyat menunjuk pada orang-orang yang berada di bawah

Page 31: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

29

satu pemerintahan dan tunduk kepada pemerintahan itu. Penduduk adalah

orang-orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah negara dalam kurun

waktu tertentu. Orang yang berada di suatu wilayah negara dapat dibedakan

menjadi penduduk dan bukan penduduk. Adapun penduduk negara dapat

dibedakan menjadi warga negara dan bukan warga negara atau orang asing.

2.1.10. Deskripsi Masyarakat

Definisi Masyarakat dikutip dari Syafrudin (2009) Definisi masyarakat

terdiri dari berbagai ahli, menurut Linton (ahli antropologi) masyarakat adalah

setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup bekerja sama

sehingga dapat mengorganisasi dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai

satu kesatuan social dengan batas-batas tertentu. Menurut MJ. Herskovits,

masyarakat adalah kelompok individu yang dikoordinasikan dan mengikuti

satu cara hidup tertentu. Menurut JL. Jillin dan JP. Jillin, masyarakat adalah

kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan tradisi sikap dan

perasaan persatuan yang sama. Menurut Prof. DR. Koentjoroningrat,

masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

system adat istiadat tertentu yang berkesinambungan dan terikat oleh suatu

rasa identitas bersama. Menurut R. Linton, Setiap kelompok manusia yang

telah cukup lama hidup dan bekerja sam sehingga mereka ini dapat

mengorganisasikan dalam kesatuan social dengan batas-batas tertentu.

Ciri-ciri masyarakat adalah sebagai berikut:

2.1.10.1 Interaksi antar warga.

2.1.10.2 Adat istiadat, norma hokum dan aturan khas yang mengatur seluruh

penduduk warga kota atau desa.

2.1.10.3 Satuan komunitas dalam wilayah.

2.1.10.4 Satuan rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.

Selanjutnya, jenis masyarkat terdiri dari:

2.1.10.5 Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama

dan bekerja sama disuatu daerah tertentu dengan bermata

pencaharian dari sector agraris.

Page 32: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

30

2.1.10.6 Masyarakat kota adalah suatu himpunan penduduk tidak agraris

yang bertempat tinggal di dalam dan disekitar suatu kegiatan

ekonomi, pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan dsb.

2.1.10.7 Masyarakat pinggiran adalah masyarakat yang tinggalnya di

daerah-daerah pinggiran kota yang kehidupannya selalu diwarnai

dengan kegelisahan dan kemiskinan dan mencari nafkahnya

dengan cara menjadi pemulung. (Syafrudin. 2009).

Kemudian, Unsur-unsur Masyarakat adalah:

2.1.10.8 Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena

adanya suatu ciri-ciri yang objektif yang dikenakan pada manusia-

manusianya, seperti: seks, usia, pendapatan dll.

2.1.10.9 Golongan sosial adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh

suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu dikenalkan kepada

mereka dari pihak luar kalangan mereka sendiri. Misalnya: golongan

pemuda, gelandangan dan pengemis.

2.1.10.10 Komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang

menempati wilayah yang nyata dan berinteraksi menurut suatu

system adat istiadat, terikat identitas komunitas dan memiliki

patriotism dan nasionalisme. Misalnya kesatuan-kesatuan seperti

kota, desa, RW, pengrajin, petani dll. Kelompok dan himpunan

masyarakat terdiri dari:

(i) Kelompok adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi antar

anggotanya, mempunyai adat istiadat tertentu norma-norma

berkesinambungan dan adanya rasa identitas yang sama serta

mempunyai organisasi dan sistem pimpinan.

(ii) Himpunan adalah kesatuan manusia yang berdasarkan sifat tugas dan

atau guna, sifat hubungan berdasarkan kotrak, dasar organisasinya

buatan, pimpinan berdasarkan wewenang dan hokum. Misalnya PPNI, IDI,

IBI, IAKMI, dll. (Syafrudin, 2009)

Page 33: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

31

2.2. Hasil Penelitian yang relevan

Penelitian yang berkaitan dengan implementasi sasaran strategis

pertahanan khususnya kesadaran bela negara di wilayah Tangerang Provinsi

Banten belum pernah dilaksanakan semenjak kebijakan ini ditetapkan.

Namun demikian, penelitian-penelitian sebelumnya terkait dengan

implementasi bela negara merupakan rujukan yang relevan dalam penelitian

ini antara lain:

Pertama, penelitian terkait dengan Bela Negara yang disusun oleh

Sutarman (2011) dengan judul Persepsi dan Pengertian Pembelaan Negara.

Teori dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan teori persepsi.

Sedangkan fokus penelitian yaitu tentang kebijakan dalam persepsi

pembelaan negara. Dengan hasil penelitian antara lain dikatakan bahwa

ketahanan nasional sebagai suatu konsep harus terus dipelihara dan

dikembangkan seiring dengan peluang dan tantangan yang sedang dan akan

dihadapi demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Terwujudnya Ketahanan Nasional

yang tangguh dan sangat bergantung kepada kesadaran Bela Negara

masyarakatnya sebagai warganegara Indonesia sebagai sumber kekuatan

bangsa dalam upaya pertahanan keamanan negara.

Persepsi dan pengertian Bela Negara dengan Ketahanan Nasional

ternyata terdapat suatu kesamaan pada tujuan akhirnya, dimana keduanya

adalah ingin mewujudkan keamanan dan kesejahteraan bagi rakyat warga

negara Indonesia. Persepsi dan pengertian Pembelaan Negara berdasarkan

UUD 1945 (Amandemen) seperti tercantum dalam Pasal 27 ayat 3 serta yang

tercantum dalam UU N0. 3 Th. 1999 merupakan upaya-upaya warga negara

dalam usaha peningkatan kesadaran Bela Negara. Penelitian ini memiliki

kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan.

Kesamaannya dengan penelitian yang dilakukan, yaitu menggunakan metode

kualitatif dengan fokus penelitian pada Bela Negara. Sedangkan

Page 34: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

32

perbedaannya ada pada teori yang digunakan dalam penelitian adalah

dengan menggunakan teori persepsi dalam pembahasannya.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Reno (2010) dalam judul

Implementasi nilai nasionalisme-patriotisme dalam pendidikan bela negara

mahasiwa di Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Hal yang menonjol dalam penelitian ini adalah pada observasi

yang dilakukan oleh peneliti. Pada tahap mengumpulkan data melalui

pengamatan peneliti berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan bela negara di

lingkungan mahasiswa. Sehingga penelitian dapat memberikan hasil bahwa

cara implementasi nilai-nilai Nasionalisme-Patriotisme dalam pendidikan bela

negara pada Mahasiswa lebih ditekankan pada kegiatan langsung. Kegiatan

tersebut pelaksanaannya dilakukan di dalam kampus maupun juga ada yang

diluar kampus. Dengan adanya kegiatan tersebut, secara langsung

diharapkan dapat menumbuhkan nilai-nilai Nasionalisme-Patriotisme yang

ada pada Mahasiswa baik dalam tingkah lakunya, ucapannya, perbuatannya

dan tindakannya.

Mencermati tentang penelitian ini juga menyerupai dengan penelitian

yang akan dilaksanakan. Hal yang sama adalah metode yang yang

digunakan yaitu pendekatan kualitatif. Kemudian fokus penelitian adalah bela

negara. Perbedaan yang dapat diketahui yaitu teori yang dipakai dalam

penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

Penelitian ini hanya menggunakan konsep pendidikan bela negara.

Sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan mempergunakan teori

evaluasi. Demikian pula obyek penelitiannya hanya dilingkungan mahasiswa.

Namun penelitian ini akan melibatkan segenap pemangku kepentingan bela

negara di kota Tangerang.

Ketiga, penelitian oleh Wahyudi (2017) dengan judul Implementasi nilai-

nilai bela negara masyarakat perbatasan sebagai penguatan dalam

menghadapi ancaman proxy war. Penelitian ini merupakan studi kasus di

Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan,

Page 35: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

33

Provinsi Kalimantan Utara. Hasil penelitian ini telah memberikan kesimpulan

bahwa kesadaran berbangsa dan bernegara yang ditunjukkan lewat bentuk

keaktifan dan dukungan masyarakat dalam mengikuti organisasi masyarakat

dan kegiatannya yang berorientasi pada pembangunan bangsa dan negara,

partisipasi dalam pemilihan umum dan turut menjaga kedaulatan negara

lewat aktivitas yang rutin digelar oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan

adanya dukungan penuh dan bantuk loyalitas warga perbatasan terhadap

negara dan pemerintahan. Adapun keyakinan akan ideologi Pancasila yang

ditunjukkan lewat sikap persatuan dan toleransi antar kelompok masyarakat

di tengah perbedaan etnis maupun agama. Hal ini menunjukkan adanya

sikap persatuan masyarakat di tengah perbedaan identitas yang mereka

miliki.

Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus. Adapun untuk

pembahasannya menggunakan pendekatan kualitatif. Apabila dikaitkan

dengan penelitian yang akan dilaksanakan terdapat perbedaan yaitu lokasi

penelitian. Demikian juga teori atau konsep yang dipergunakan dalam

menganalisa hasil penelitian. Untuk penelitian yang akan dilaksanakan telah

ditentukan teori evaluasi sebagai teori utama. Sedangkan penelitian ini

menggunakan konsep Perang Proxy. Namun fokus penelitian tetap pada

implementasi bela negara. Penelitian ini juga memberikan input posistif bagi

peneliti untuk penelitian yang akan dilaksanakan di Banten khususnya yang

berkaitan dengan masyarakat secara umum.

Dengan memeprhatikan dari ketiga penelitian yang relevan maka dapat

dipahami bahwa terwujudnya pertahanan nasional yang tangguh dan sangat

bergantung kepada kesadaran Bela Negara masyarakatnya, sebagai warga

negara Indonesia sebagai sumber kekuatan bangsa dalam upaya pertahanan

keamanan negara. Demikian pula pemberian kegiatan yang langsung dapat

dirasakan oleh masyarakat mengenai bela negara dapat menumbuhkan nilai-

nilai Nasionalisme-Patriotisme. Perwujudan yang nyata atas kesadaran

berbangsa dan bernegara yang ditunjukkan lewat bentuk keaktifan dan

Page 36: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

34

dukungan masyarakat dalam mengikuti organisasi masyarakat dan

kegiatannya yang berorientasi pada pembangunan bangsa dan negara,

partisipasi dalam pemilihan umum dan turut menjaga kedaulatan negara.

Oleh karenanya hal ini menunjukan bahwa pencapaian sasaran strategis

pertahanan negara yaitu membangun kesadaran bela negara menjadi sangat

penting untuk dievaluasi. Sehingga diharapkan akan menjadi masukan bagi

para stake holder di wilayah Tangerang Banten sebagai lokasi penelitian

yang nanti akan dilaksanakan, dalam upayanya mincitakan masyarakat yang

memiliki ketangguhan dalam membela negaranya.

Page 37: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

35

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan

diskriptif analisis dalam mengevaluasi impelementasi perwujudan warga

negara yang memiliki kedadaran bela negara di kota Tangerang sebagai

salah satu sasaran strategis pertahanan negara. John W. Creswell pada

metode penelitian kualitatif menyatakan penelitian kualitatif merupakan

penelitian interpretif, yang didalamnya peneliti terlibat langsung dalam

pengalaman yang berkelanjutan dan terus menerus dengan para partisipan.

Dengan keterlibatannya dalam konsern seperti ini, peneliti kualitatif berperan

untuk mengidentifikasi bias-bias, nilai-nilai dan latar belakang pribadinya

secara refleksif, seperti gender, sejarah, kebudayaan, dan status sosial

ekonominya, yang bisa saja turut membentuk interprestasi mereka selama

penelitian. (John W. Creswell, 2013: 264). Lebih lanjut Sugiono (2011)

menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif dapat dikatakan sebagai penelitian

ilmiah sebab penelitian dilakukan dalam keadaan yang sebenarnya melaui

teknik memperoleh data juga saat analisa dilaksanakan secara kualitatif.

Penelitian seperti ini dimanfaatkan agar memperoleh data secara lengkap,

yakni kondisi data yang memiliki arti. Makna atau arti itu sebagai data yang

nyata. Dalam pengertian merupakan data sesungguhnya yang berada

dibelakang dari data yang terlihat. Sehingga dengan mengacu dari uraian itu.

Maka pada penelitian yang sudah dilakukan ini mempunyai tujuan dalam

memahami, analisa dan menyimpulkan arti dari pelaksanaan yang diteliti

dalam bentuk uraian yang jelas, sistematik, faktual, akurat, dan valid tentang

evaluasi implementasi bela negara sebagai sasaran strategis pertahanan

negara.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi empiris.

Menurut Arikunto (2013) menjelaskan bahwa salah satu cara yang memadai

Page 38: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

36

untuk melakukan penelitian kualitatif adalah studi empiris. Hal ini dikarenakan

peneliti menyelidiki secara langsung ke obyek penelitian Pada pelaksanaan

pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada

sumber data guna mendapatkan data yang diperlukan. Informasi didapat

dengan mengajukan serangkaian pertanyaan yang sudah disiapkan, baik

kepada perorangan maupun kelompok (Ronny Kountur, 2004). Kegiatan

observasi oleh peneliti adalah guna mengetahui secara kegiatan dan aktifitas

di lokasi penelitian. Untuk memperkaya data, peneliti juga melakukan studi

pustaka terhadap dokumen dan data dari sumber lain, yang terkait dengan

topik penelitian yaitu analisis evaluasi implementasi Bela negara sebagai

sasaran strategis pertahanan negara.

3.2 Sumber Data/Subyek/Objek Penelitian

Hal terpenting dalam penelitian adalah tentang data-data serta dari

mana data tersebut diperoleh. Oleh karenanya kejelasan dari sumber data

sangat diperlukan untuk keabsahan penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian

ini telah sesuai dengan yang direncanakan dan tidak mengalami

permasalahan khususnya dari tahap pengumpulan data. Oleh karenanya,

perlu dijelaskan tentang pemahaman dari sumber data, subyek dan objek

penelitian yang telah dipergunakan dan diperoleh selama melaksanakan

penelitian.

3.2.1 Sumber Data

Menurut Sugiyono (2011) pengertian sumber data adalah asal dari data

tersebut. Sehingga dijelaskan bahwa data terdiri dari data primer dan data

sekunder. Hal ini ditinjau dari sumber data tersebut. Sumber primer yaitu

pemberi data prImer atau sumber yang langsung menyampaikan data primer.

Sedangkan sumber sekunder ialah sumber yang dapat memberikan data-

data sekunder yaitu melalui studi kepustakaan. Penelitian evaluasi

implementasi mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran bela

negara telah dipertimbangkan tentang sumber data. Dalam penentuan

Page 39: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

37

sumber data peneliti menggunakan purposive sample, yang mana menurut

Arikunto (2013) bahwa atas pertimbangannya maka peneliti dapat

menentukan sumber data yang memiliki karakteristik paling tepat sebagai

sumber data dari penelitian (Key Subjects).

Selanjutnya, sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri dari data

primer dan data sekunder. Arikunto (2006) menyatakan bahwa sumber data

dikelompokkan ke dalam dua sumber utama yaitu sumber primer dan

sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder

merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpui data. (Sugiyono, 2013).

3.2.2 Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, pemahaman tentang subyek penelitian adalah

sebagai penentu kebijakan tentang implementasi bela negara yang berlaku di

wilayah kota Tanggerang. Mendasari pada pertimbangan peneliti, subjek

penelitian yaitu individu-individu yang secara langsung merupakan nara

sumber atau yang memahami mengenai data yang akan dibutuhkan, dalam

mendukung kegiatan peneliti untuk mengolah data bahan penelitian terkait

dengan masalah penelitian. Oleh karenanya dalam penelitian yang telah

dilakukan, sebagai berperan menjadi subyek yaitu para pejabat yang

berhubungan dengan masalah dalam penelitian, yang terdiri dari Pejabat

militer maupun Pejabat di Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat dengan

rincian sebagai berikut:

3.2.2.1 Pejabat Direktorat Strategi Pertahanan Kemhan RI cq. Direktur

Bela Negara.

3.2.2.2 Walikota Tangerang cq. Kepala Kantor Sosial dan Politik Pemda

Provinsi dan Kota Tanggerang; Camat Cipondoh; Lurah Sukasari;

Ketua RT/RW 05 se-Kel.Sukasari.

3.2.2.3 Kepala Kantor Perwakilan Kemhan Di daerah Wilayah Provinsi

Banten.

Page 40: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

38

3.2.2.4 Pejabat Satuan Kewilayahan TNI AD (Kodim 0506/Tangerang)

3.2.2.5 Organisasi Kepemudaan. (FKPPI Tangerang; Pokdar Kamtibmas;

3.2.2.6 Lembaga Sosial Kemasyarakatan.

3.2.2.7 Guru, Mahasiswa dan Pelajar.( SMAN-3 Tangerang;SMAN 11

Tangerang; SMAK Agathos Tangerang)

3.2.2.8 Tokoh Masyarakat,Tokoh Agama,Tokoh Pemuda ( Karang Anyar;

Karang Sari; Benda; Batuceper; Batu Jaya)

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sumber yang digunakan dalam data

penelitian. Objek penelitian lazimnya memiliki sifat langsung diberikan, telah

ada sebelum penelitian diselenggarakan. Jenis dari objek penelitian

bermacam-macam yaitu, tulisan-tulisan maupun gambar. Selanjutnya yang

dimaksud dengan tulisan dan gambar, misal; hasil wawancara dan catatan-

catatan penelitian yang sebelumnya sudah ada, hasil penelitian sebelumnya,

catatan rapat, rincian diskripsi tugas pokok dan fungsi, peta, bagan dan lain-

lain, hingga berbentuk benda, bangunan, lahan dan lain-lain. Objek penelitian

bisa berupa abstrak, misalnya institusi atau mekanisme. Hal di atas

menjelaskan kalau objek penelitian ialah sesuatu hal penting dari dinamika

penelitian. Oleh karenanya mengacu uraian diatas, maka untuk penelitian

yang telah dilaksanakan sebagai objek penelitian yaitu: (a) Dokumen, yang

digunakan sebagai objek penelitian tentang perwujudkan warga negara yang

memiliki kesdaran bela negara di kota Tangerang; dan (b) Kegiatan, adalah

seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan berhubungan

dengan implementasi sasaran strategi pertahanan negara khususnya

kesadaran bela negara.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011) pada pendekatan kualitatif, untuk memperoleh

data dilaksanakan dalam situasi sebenarnya (natural setting) dari asal

sumber yaitu primer dan sekunder. Data primer antara lain adalah hasil

Page 41: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

39

wawancara serta hasil pengamatan. Kemudian untuk sekunder didapat

dengan cara studi referensi dan kepustakaan. Selanjutnya oleh Creswell

(2014) dijelaskan yaitu perolehan data adalah merupakan tahapan kegiatan

yang berhubungan, serta mempunyai tujuan untuk mendapatkan data yang

valid guna menjadi jawaban pertanyaan dalam penelitian. Dengan demikian,

teknik memperoleh data yang dilakukan pada penelitian ini sudah sangat

tepat yaitu melalui cara pengamatan, wawancara, dan studi pustaka.

3.3.1 Studi Pustaka

Studi pustaka pada penelitian yang telah dilaksanakan adalah

berkaitan dengan kajian teoritis serta referensi lain yang terkait dengan, nilai,

budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti.

Studi kepustakaan diperlukan untuk memperoleh gambaran tentang

penelitian-peneiitian lain yang lain berhubungan dengan peneiitian ini,

menghubungkan penelitian dengan dialog yang lebih luas dan

berkesinambungan tentang topik yang sama, dan memberi kerangka untuk

melakukan analisis terhadap topik penelitian. Studi kepustakaan dalam

rangka penelitian dilakukan dengan cara mempelajari sejumlah literatur,

jumal, paper, naskah akademis, media cetak dan elektronik untuk

memperoleh data yang relevan dengan masalah penelitian yaitu evaluasi

implementasi mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran bela

negara sebagai sasaran strategis pertahanan negara di kota Tangerang.

3.3.2 Wawancara

Dalam penelitian kualitatif, menurut Cresswell (2014) wawancara

adalah dimana peneliti dapat melakukan face to face interview dengan

partisipan, wawancara dengan telepon, terlibat dalam diskusi. Hal ini

dimaksudkan untuk mendapat data primer yang salah satunya diperoleh

melalui wawancara. Wawancara merupakan aspek penting dalam bentuk

perbincangan, seni bertanya dan mendengar. Informasi yang diperoleh

melalui wawancara sangat dipengaruhi oleh karakteristik personal seorang

Page 42: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

40

peneliti. Dalam hal ini, kemampuan dan keahlian peneliti untuk memperoleh

informasi dari narasumber (informan) sangat diperlukan. Wawancara pada

penelitian ditujukan agar memperoleh data-data oral melaui menanyakan

langsung kepada naras sumber tentang masalah yang ditanyakan pada

penelitian. Data yang diperoleh melalui wawancara ini diperlukan untuk

mendukung analisis penelitian sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan

penelitian.

Pewawancara dalam penelitian ini telah dilaksanakan oleh peneliti

sendiri, penentuan informan ditentukan disesuaikan dengan kebutuhan data

penelitian Informan dalam penelitian ini terdiri dari: (a) Pejabat Militer; (b)

Pejabat Pemerintah Daerah; dan (c) tokoh masyarakat yang diwawancarai

antara lain pemuka agama, tokoh adat, tokoh pemuda, dan Ketua Lembaga

Sosial Masayarakat. Pada penelitian kualitatif terdapat tiga bentuk

wawancara, yaitu terstruktur, semiterstruktur dan tak terstruktur, Sugiyono

(2011). Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apaila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

diperoleh. Oleh karena itu, peneliti sudah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Wawancara semi trestruktur

termasuk ke dalam jenis wawancara mendalam yang dalam pelaksanaannya

lebih bebas jika dibandingan dengan teknik wawancara terstruktur.

Wawancara secara detail ini digunakan peneliti untuk mendalami data yang

belum bisa diperoleh dengan data dan pengamatan, sehingga dapat

mendukung proses analisis data secara kualitatif. Tujuan wawancara ini

untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin dari informan dengan teknik

bertanya lebih terbuka dan tidak kaku. Jenis wawancara lainnya yaitu

wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara. Selain menggunakan alat tulis,

dalam melaksanakan wawancara juga digunakan alat perekam dan

dokumentasi. Sehingga diharapkan pelaksanaan wawancara dapat

terlaksana dengan benar dan akurat. Agar lebih fokus terhadap

Page 43: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

41

permasalahan dalam penelitian ini maka perlu disusun pedoman wawancara

untuk para stake holder dan nara sumber di wilayah Tangerang yang telah

direncanakan antara lain: (a) Pejabat Direktorat Strategi Pertahanan Kemhan

RI cq. Direktur Bela Negara; (b) Walikota Tangerang cq. Kepala Kantor Sosial

dan Politik Pemda Provinsi dan Kota Tanggerang; (c) Kepala Kantor

Perwakilan Kemhan Di daerah Wilayah Provinsi Banten; (d) Pejabat Satuan

Kewilayahan TNI AD; (e) Organisasi Kepemudaan; (f) Lembaga Sosial

Kemasyarakatan; (g) Guru, Mahasiswa dan Pelajar; dan (h) Tokoh

Masyarakat dan Tokoh Agama

3.3.3 Observasi

Pada penelitian ini, pengertian observasi atau pengamatan merujuk

pada penjelasan Cresswell (2014), yaitu metode memperoleh data yang

dimanfaatkan untuk mendapatkan data penelitian dengan observasi dan

penginderaan dilapangan pada lokasi penelitian. Observasi yang dilakukan

dalam penelitian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1)

direncanakan secara serius; (2) aspek yang diamati harus berkaitan dengan

tujuan penelitian; (3) dilakukan secara sistematis; (4) pengamatan dapat

dicek dan dikontrol keabsahannya.

Mencermati penjelasan di atas, maka peneliti secara langsung akan

mengamati ke objek penelitian untuk melakukan observasi. Menurut Spradley

(dalam Sugiyono,2011) objek observasi terdiri dari tiga hal penting yaitu

Place, Actor, dan Activity. Dalam penelitian ini sebagai place adalah

Provensi Banten yang melibatkan Pemerintah dalam rangka implementasi

sasaran strategi pertahanan negara. Sedangkan sebagai activity adalah

kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam implementasi sasaran strategi

pertahanan khususnya kesadaran bela negara warga negara.

Pada pengumpulan data melalui observasi, Peneliti akan

mengkoordinasikan dengan pihak yang melaksanakan kegiatan sesuai

dengan tataran kewenangannya baik di tingkat pusat maupun di tingkat

daerah. Hasil koordinasi selanjutnya oleh peneliti akan digunakan sebaga

Page 44: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

42

dasar untuk menyusun tahapan dalam observasi. Menurut Cresswell (2014)

tahapan dalam melakukan observasi yaitu diawali dengan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengakhiran. Adapun penjelasan tentang tahapan itu,

sebagai berikut;

3.3.3.1 Tahap perancanaan. Pada tahap ini peneliti secara detail telah

melihat tentang hal-hal apa saja yang diamati, waktu pengamatan dan lokasi.

Hal ini perlu dilakukan mengingat pertimbangan etis, bahwa dalam

mengumpukan data harus dikomunikasikan secara detail terlebih dahulu

dengan objek observasi.

3.3.3.2 Tahap pelaksanaan. Pada observasi, peneliti melakukan dalam

tiga langkah yaitu observasi deskriptif, observasi berfokus dan observasi

terseleksi. Ketika observasi deskriptif maka peneliti telah berupaya

mengumpulkan data sebanyak mungkin. Setelah mempelajari data yang

masuk selanjutnya dengan menggunakan analisis taksonomi, data telah

dipersempit. Kemudian dengan data yang sudah dipersempit peneliti akan

melaksanakan analisis, sehingga data menjadi lebih rinci dan diharapkan

pada langkah ini diharapkan sudah menemukan pemahaman yang

mendalam tentang evaluasi implementasi Bela negara sebagai sasaran

strategis pertahanan negara.

3.3.3.1 Tahap pengakhiran. Diakhir dari observasi maka peneliti

menyusun simpulan dari observasi. Hasil ini bila diketemukan kekurangan

maka menjadi dasar dalam melaksanakan wawancara yang mendalam (deep

interview) untuk mengklarifikasi data tersebut. Peneliti juga perlu melaporkan

sementara hasil observasi yang telah dilaksanakan.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum masuk ke

lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai dari lapangan (Sugiyono,

2011). Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif penting untuk melakukan

analisis data. Analisis data dilakukan oleh peneliti agar mendapatkan makna

Page 45: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

43

yang terkandung dalam sebuah data, sehingga interpretasinya tidak sekedar

deskripsi data belaka. Dalam penelitian ini analisis data telah merujuk pada

Creswell (2014) yang menjelaskan tentang langkah-langkah dalam

menganalisa data yaitu;

3.4.1 Langkah pertama adalah mengolah dan mempersiapkan data untuk

dianalisis. Langkah ini melibatkan transkrips wawancara, men-scaning

materi, mengetik data lapangan, memilih-milah dan menyusun data tersebut

kedalam jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.

3.4.1 Langkah kedua adalah membaca keseluruhan data yang telah

diperoleh selama melaksanakan penelitian ini. Pada langkah pertama

bertujuan membangun general sense dari informasi yang diperoleh.

Sedangkan pada langkah ini peneliti membuat catatan-catatan khusus pada

data yang diperoleh.

3.4.1 Langkah ketiga adalah menganalisa lebih detail dengan meng-coding

data. Adapun yang dimaksud coding merupakan proses mengolah materi

atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya.

Dengan demikian, merujuk pada penjelasan tersebut, maka data yang

telah diperoleh adalah dari wawancara, observasi dan studi pustaka tentang

analisis evaluasi implementasi Bela negara sebagai sasaran strategis

pertahanan negara Data yang telah terkumpul dianalisis sesuai langkah-

langkah penganalisaan tersebut di atas. Selanjutnya adalah mereduksi data,

menyajikan data dan menarik kesimpulan sehingga telah dapat diketahui

jawaban atas pertanyaan penelitian.

3.5 Prosedur penelitian

3.5.1 Instrumen penelitian

Menurut Sugiyono (2011) terdapat dua hal utama yang mempengaruhi

hasil penelitian yaitu kualitas instrument penelitian dan kualitas pengumpulan

data. Dalam penelitian kualitatif sebagai instrumen penelitian adalah peneliti

itu sendiri. Oleh karenanya latar belakang pengalaman peneliti sangat

Page 46: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

44

mempengaruhi keberhasilan penelitian. Demikian juga, perlu untuk divalidasi

kesiapannya untuk melaksanakan penelitian.

3.5.2 Data Primer

Dalam penelitian yang dilakukan, data primer didapat dari pengamatan

serta wawancara terhadap nara sumber terhadap nara sumber yang

ditetapkan dengan terstruktur. Pertanyaan wawancara dan pengamatan

dilaksanakan merujuk pedoman pertanyaan mengenai analisis implementasi

sasaran strategi pertahanan negara khususnya menyangkut kesadaran bela

negara. Sumber data primer berasal dari pejabat-pejabat (a) Pejabat

Direktorat Strategi Pertahanan Kemhan RI cq. Direktur Bela Negara; (b)

Walikota Tangerang cq. Kepala Kantor Sosial dan Politik Pemda Provinsi dan

Kota Tanggerang; (c) Kepala Kantor Perwakilan Kemhan Di daerah Wilayah

Provinsi Banten; (d) Pejabat Satuan Kewilayahan TNI AD; (e) Organisasi

Kepemudaan; (f) Lembaga Sosial Kemasyarakatan; (g) Guru, Mahasiswa

dan Pelajar; dan (h) Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama

3.5.3 Data Sekunder

Dalam penelitian data sekunder didapat dengan cara mempelajari

referensi yang erat kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian. Data

sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung. Data

sekunder akan didapatkan dari berbagai sumber yang tersedia seperti

dokumen publik, hasil penelitian, jumal, makalah, buku buku, peraturan

peraturan, notulen rapat dan sebagainya yang berkaitan langsung dengan

penelitian tentang implementasi mewujudkan warga negara yang memiliki

kesadaran bela negara di kota Tangerang dalam pencapaian sasaran

strategis pertahanan negara.

3.5.4 Pengujian Keabsahan dan Keterandalan Data.

Menurut Moleong (2013) menyatakan pengujian keabsahan data

adalah bagaimana peneliti dapat meyakinkan pembaca mengenai kegiatan

Page 47: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

45

penelitian dilakukan dengan cara yang benar dan baik sehingga meningkatkan

derajat kepercayaan terhadap kegiatan dan hasil penelitian tersebut. Data

yang sudah didapat kemudian dideskripsikan dan dikatagorisasikan, mana

data yang sama, mana data yang berbeda dan spesifik dari keseluruhan

sumber data tersebut.

Menurut Sugiyono (2014:455) dalam penelitian perlu dikemukakan

rencana uji keabsahan yang dilakukan. Uji keabsahan data meliputi uji

kredibilitas data (validitas internal), uji dependabilitas (reliabilitas) data, uji

transferabilitas (validitas ekstemal/generalisasi) dan uji konfirmabilitas

(obyektifitas). Selain iłu, untuk uji keabsahan data menurut Sugiyono

diperlukan adanya: a) Perpanjangan pengamatan, b) Ketekunan, c)

Triangulasi, d) Gunakan bahan referensi.

3.6 Defenisi Operasional

3.6.1 Kriteria Evaluasi Implementasi Mewujudkan Warga Negara Yang

Memiliki kesadaran bela negara di wilayah Tangerang.

Sesuai dengan deskripsi defenisi dan pengertian evaluasi, ditetapkan

kriteria evaluasi yang digunakan sebagai tolok ukur implementasi

mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran bela negara di wilayah

Tangerang Kriteria ini akan menjadi patokan standar untuk mengukur

pencapaian implementasi yang disusun dalam bentuk table mencakup: tahap

evaluasi (konteks, input, proses dan masukan), aspek yang dievalusi dalam

setiap komponen serta standar/kriteria evaluasi yang diharapkan

sebagaimana table di bawah ini:

Tabel 1. Kriteria Evaluasi Implementasi Mewujudkan Warga Negara

Yang Memiliki kesadaran bela negara di wilayah Tangerang

Komponen

Evaluasi

Aspek Yang Dievaluasi

Kriteria/Standard

Evaluasi

Contex

Tujuan dan

1. Rumusan tujuan kegiatan telah jelas,

Page 48: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

46

Komponen

Evaluasi

Aspek Yang Dievaluasi

Kriteria/Standard

Evaluasi

Evaluation

- Perumusan

tujuan dan

sasaran

kegiatan

Kebutuhan

Sasaran Kegiatan

Bela Negara

realistis, berdaya guna, dapat dicapai serta

telah melalui proses penilaian kebutuhan dan

hasil evaluasi program sebelumnya.

2. Rumusan sasaran kegiatan telah jelas,

realistis, signifikan, dapat diukur, bisa dicapai

dan berdaya guna.

Input

Evaluation

- Persiapan

kegiatan

Rencana Kegiatan

Prosedur

Mekanisme

Struktur

Organisasi

Dukungan Sumber

Daya Manusia

Dukungan Sarana-

Prasarana

Dukungan

Anggaran

Monitoring dan

pengendalian

1. Rencana kegiatan telah terperinci, relevan,

bisa dicapai, spesifik.

2. Prosedur pelaksanaan kegiatan jelas,

terperinci, effektif, dan relevan.

3. Struktur organisasi pelaksanaan kegiatan

realistis, jelas, effektif, dan spesifik.

4. Dukungan sumber daya manusia relevan,

berdaya guna, spesifik secara kualitas dan

kuantitas.

5. Dukungan sarana-prasarana relevan,

berdaya guna, spesifik secara kualitas dan

kuantitas.

6. Dukungan anggaran relevan, berdaya guna,

effektif anggaran yang mendukung

pelaksanaan kegiatan sesuai tujuan Bela

Negara.

7. Monitoring dan pengendalian pelaksanaan

kegiatan effektif, relevan, berdaya guna dan

spesifik

Process

Evaluation

-Pelaksanaan

Kegiatan

Implementasi

Rencana Kegiatan

Implementasi

Prosedur dan

Mekanisme

Implementasi

Struktur

1. Pelaksanaan rencana kegiatan terlaksana

sesuai dengan sasaran, signifikan dan

realistis.

2. Prosedur dan mekanisme terlaksana

dengan tepat dan berdaya guna.

3. Struktur Organisasi terlaksana dengan

Page 49: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

47

Komponen

Evaluasi

Aspek Yang Dievaluasi

Kriteria/Standard

Evaluasi

Organisasi

Dukungan Sumber

Daya Manusia

Dukungan Sarana

dan Prasarana

Dukungan

Anggaran

Implementasi

Monitoring dan

Pengendalian

effektif dan berdaya guna.

4. Sumber daya manusia telah tersedia

dengan effektif dan berdaya guna.

5. Sarana-prasarana telah tersedia dengan

effektif, tepat waktu dan berdaya guna.

6. Anggaran telah tersedia dengan tepat

waktu, effektif dan berdaya guna.

7. Monitoring dan pengendalian terlaksana

dengan effektif dan berdaya guna.

Product

-Pencapaian

Kegiatan

Hasil capaian

kegaiatan Bela

Negara.

Terdapat peningkatan kesadaran bela

negara warga negara di wilayah Tangerang

Selanjutnya, untuk keperluan analisis kualitatif maka kriteria-kriteria

ditransfer dan disusun menjadi nilai sesuai tingkatan atas gradasi. Untuk

keperluan evaluasi dengan menggunakan kriteria kualitatif disusun dengan

kriteria tanpa pertimbangan, artinya menghitung banyaknya indikator dalam

komponen yang dapat memenuhi persyaratan. Untuk persentase skala

penilaian ditetapkan maksimal 100% dan minimal 1% dengan 3 (tiga)

peringkat yaitu: (a) persentase “sepenuhnya mendukung” berkisar dari 75%

s.d 100% (b) persentase “setengah penuh mendukung ” berkisar 50% s.d

74% dan (c) persentase “kurang mendukung” berkisar dari 25% s.d 49%

serta (d) persentase “ tidak mendukung” berkisar dari 1% s.d 24%.

3.6.2 Deskripsi Indikator Keberhasilan Pembinaan Bela Negara

Page 50: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

48

Merujuk pada buku tataran Dasar Bela negara Ditpothan Kemhan

(2014) telah dijelaskan bahwa untuk mengetahui tingkat keberhasilan

pembinaan bela negara perlu adanya indikator. Dalam upaya untuk

memberikan pengetahuan dasar mengenai bela negara terdapat dua

indikator yaitu indikator umum dan indikator khusus yang dapat dijelaskan

melalui tabel dibawah ini.

3.6.2.1 Indikator Umum Keberhasilan Bela Negara

Tabel 2. : Indikator Umum Bela Negara

(Sumber Ditpothan, 2014)

No Nilai Indikator

1 2 3

1.

Mencintai tanah air,

tercermin dalam sikap dan

perbuatan, antara lain:

1. Mencintai produk dalam negeri 2. Rajin belajar bagi kepentingan bangsa dan

Negara 3. Mecintai lingkunan hidup 4. Mampu melaksanakan hidup bersih 5. Mengenal wilayah tanah air tanpa rasa fanatisme

kedaerahan

2.

Kesadaran berbangsa dan

bernegara, dicer-minkan

dalam sikap dan

perbuatannya antara lain:

1. Memiliki sikap disiplin terhadap tugas yang dibebankan

2. Menghormati sesama warga masya-rakat 3. Bersikap “satu” dengan warga masya-rakat

lainnya yang berlainan etnik/suku 4. Mendahulukan kepentingan umum di atas

kepentingan pribadi dan golongan 5. Bangga terhadap bangsa dan negara sendiri 6. Rukun dan berjiwa gotong royong dalam

pergaulan masyarakat

3.

Yakin akan Pancasila

sebagai ideologi negara,

tercermin dalam sikap dan

perbuatannya antara lain:

1. Memiliki ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2. Menjalankan kewajiban agama dan kepercayaan secara baik dan benar

3. Mempunyai kesadaran membantu sesama warga dalam masyarakat

4. Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa 5. Melestarikan budaya bangsa melalui pewarisan

kultural yang kontinyu

4.

Rela berkorban untuk

bangsa dan negara,

tercermin dalam sikap dan

perbuatan antara lain:

1. Kerelaan menolong sesama warga, apapun latar belakang sosio-kulturalnya

2. Mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi

3. Bersedia menyumbangkan tenaga, pikiran, kemampuan keahlian dan materi untuk

Page 51: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

49

kepentingan masyarakat, bangsa dan negara 4. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai

macam ancaman 5. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk

bangsa dan negaranya tidak sia-sia

5.

Memiliki kemampuan awal

bela negara, tercermin dalam

sikap dan perbuatannya

antara lain:

1. Memiliki kemampuan, integrasi pribadi dan kepercayaan diri yang tinggi

2. Pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan dan tahan uji

3. Melaporkan kepada yang berwajib terhadap setiap kegiatan/peristiwa yang merugikan dan mengganggu keamanan serta ketertiban masyarakat

4. Memiliki kondisi kesehatan fisik dan mental yang baik

5. Memiliki pengetahuan tentang wawasan kebangsaan yang memadai (rasa, faham dan semangat kebangsaan)

3.6.2.2 Indikator Khusus Keberhasilan Bela Negara

Tabel 3 : Indikator Khusus Bela Negara

(Sumber Ditpothan, 2014)

No Nilai Indikator

1. Lingkungan Pendidikan

a. Pelajar/Mahasiswa

1. Senantiasa disiplin dalam memanfaat-kan waktu, mulai masuk sekolah, pada saat belajar, pada saat menger-jakan tugas, hingga kegiatan di luar sekolah

2. Memiliki prestasi yang dapat dibangga-kan baik oleh orangtua maupun sekolah

3. Menjaga kebersihan dan kerapian, mulai dari diri sendiri, lingkungan kelas hingga lingkungan sekolah

4. Menjaga ketertiban serta menjaga kerukunan/persatuan dan kesatuan baik di sekolah maupun di luar sekolah

5. Menaati peraturan dan tata tertib sekolah/kampus

6. Menghargai dan menghormati guru dan orangtua

7. Memahami Lambang dan Simbol-simbol negara

b. Guru/Dosen

1. Mampu menjelaskan secara teori dan contoh implementasi nilai bela negara dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan

Page 52: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

50

sekolah/kampus maupun di luar sekolah/kampus

2. Dapat menjadi contoh/teladan bagi murid/mahasiswa dalam disiplin, kebersihan dan kerapihan baik dalam kelas maupun di luar kelas

3. Selalu menaati peraturan dan tata tertib 4. Menegur/memperingatkan siswa/maha-siswa

yang salah dan mendidik-nya ke arah yang lebih baik

5. Menjaga persatuan dan kesatuan serta persaudaraan antar guru/dosen serta murid/mahasiswa

6. Senantiasa meningkatkan kemampuan dalam pengetahuan dan profesional-isme sebagai modal dalam memajukan pendidikan

2. Lingkungan Pekerjaan

a. Instansi Pemerintah

1. Disiplin tepat waktu dalam bekerja maupun pelayanan kepada masyarakat

2. Selalu menaati peraturan dan per-undang-undangan yang berlaku

3. Dapat menjadi contoh/teladan bagi dalam disiplin, kebersihan dan ketertiban lingkungan

4. Menjaga persatuan dan kesatuan serta persaudaraan antar pegawai/karyawan

5. Senantiasa meningkatkan kemampuan dalam pengetahuan dan profesiona-lisme

6. Senantiasa berusaha untuk mewujud-kan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)

7. Mampu menghargai pendapat orang lain 8. Mampu menerapkan pola hidup sederhana di

dalam dan di luar kantor 9. Mampu menciptakan lingkungan peker-jaan

yang tertib, bersih dan aman.

b. Instansi Swasta

1. Disiplin dan tepat waktu dalam bekerja dan memberikan pelayanan

2. Selalu menaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

3. Dapat menjadi contoh/teladan bagi masyarakat dalam disiplin, kebersihan dan ketertiban lingkungan

4. Menjaga persatuan dan kesatuan serta persaudaraan antar pegawai di lingkungan kerjanya

5. Senantiasa meningkatkan kemampuan dan pengetahuan serta profesional-isme

6. Menegur/memperingatkan anggota atau sesama karyawan/pegawai yang tidak disiplin dan tidak tertib serta tidak menjaga lingkungan

Page 53: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

51

7. Senantiasa berusaha untuk mewujud-kan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

8. Mampu menghargai pendapat orang lain 9. Mampu menerapkan pola hidup sederhana

di dalam maupun di luar perusahaan 10. Mampu menciptakan lingkungan pe-kerjaan

yang tertib, bersih dan aman

3. Lingkungan Pemukiman

a. Tokoh Masyarakat

1. Dapat memberikan contoh dan ketela-danan yang baik dalam kehidupan sehari-hari

2. Selalu menaati peraturan dan tata tertib 3. Berani menegur anggota masyarakat yang

salah dan mendidiknya ke arah yang lebih baik

4. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan serta persaudaraan antar warga masyarakat

5. Mampu menciptakan lingkungan masyarakat yang tertib, bersih dan aman

6. Memberikan contoh kepada masya-rakat tentang perlakuan terhadap Lambang dan Simbol-simbol negara

b.Organisasi Masyarakat

1. Memiliki visi dan misi organisasi yang diarahkan untuk membina wawasan kebangsaan dan kesadaran bela negara masyarakat

2. Anggota-anggotanya memahami benar tentang konstruksi bangsa yang plural dan heterogen dengan berbagai bentuk konsekuensinya

3. Dapat berperan sebagai wadah seka-ligus kader penggerak integrasi bangsa

4. Menjalin hubungan yang positif antar organisasi dan terhadap warga masyarakat

5. Menjadi katalisator bagi proses penye- maian, penumbuhan, pengem-bangan, pembudayaan dan pelestarian kesa-daran bela negara masyarakat

4. Lingkungan Pemukiman

Anggota Masyarakat

1. Menghargai Sang saka Merah Putih dan Lambang Negara Indonesia, serta simbol-simbol negara lainnya

2. Saling membantu sesama warga 3. Menjaga fasilitas umum 4. Selalu menjaga persatuan da kesatuan 5. Selalu menjaga kebersihan dan keter-tiban

umum 6. Meningkatkan pengetahuan dan kete-

Page 54: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

52

rampilan 7. Senantiasa mendengarkan pimpinan/ tokoh

masyarakat sepanjang tidak melanggar hukum’

8. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berusaha dan bekerja keras

9. Sadar untuk mematuhi tata tertib dan peraturan yang berlaku di lingkungan

10. Mampu menghargai pendapat orang lain 11. Mampu menerapkan pola hidup sederhanadi

dalam dan di luar ling-kungan 12. Mampu menciptakan lingkungan yang tertib,

bersih dan aman.

Page 55: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

53

BAB 4

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografi Kota Tangerang

Sesuai Undang-undang Nomor 2 tahun 1993 mengenai pembentukan

Kotamadya Tingkat II Tangerang, merupakan awal berdirinya wilayah kota

Tangerang. Tepatnya pada tanggal 28 Pebruari 1993 diresmikan wilayah

tersebut. Adapun luas Kota Tangerang mencapai 183,78 Km2, luas ini juga

termasuk meliputi Bandar Udara Soekarno-Hatta seluas 19,69 Km 2.

Letak Kota Tangerang Secara gafis Kota Tangerang terletak pada

posisi 106 36 - 106 42 Bujur Timur (BT) dan 6 6 - 6 Lintang Selatan (LS).

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan

Sepatan Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong dengan DKI Jakarta, sedangkan

sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

Luas wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13 kecamatan, yaitu

Ciledug (8,769 Km2), Larangan (9,611 Km2), Karang Tengah (10,474Km2),

Cipondoh ((17,91 Km2), Pinang (21,59 Km2), Tangerang (15,785 Km2),

Karawaci (13,475 Km2), Jatiuwung (14,406 Km2), Cibodas (9,611 Km2),

Periuk (9,543 Km2), Batuceper (11,583 Km2), Neglasari (16,077 Km2), dan

Benda (5,919 Km2), serta meliputi 104 kelurahan dengan 981 rukun warga

(RW) dan 4.900 rukun tetangga (RT).

Page 56: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

54

Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada di

antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai

dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan

Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan

salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.

Gambar-5: Peta Kota Tengrang (Sumber Pemkot Tangerang, 2015)

4.1.2 Kondisi Demografi Kota Tangerang

Berdasarkan data BPS Kota Tangerang, jumlah penduduk Kota

Tangerang dalam kurun waktu tahun 2009-2013 mengalami peningkatan dari

1.652.590 jiwa (2009) menjadi 1.982.132 jiwa (2013). Pertumbuhan

penduduk rata-rata Kota Tangerang dalam kurun waktu tahun 2009-2013

sebesar 3,28%. Jumlah penduduk terbesar saat ini berada di Kecamatan

Cipondoh, yaitu 256.810 jiwa (2013), sedangkan jumlah penduduk terkecil

berada di Kecamatan Benda, yaitu 92.336 jiwa (2013). Laju pertumbuhan

penduduk rata-rata tertinggi dalam kurun waktu tahun 2009-2013 dialami oleh

Page 57: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

55

Kecamatan Cipondoh, yaitu rata-rata 5,88% per tahun, sedangkan laju

pertumbuhan penduduk rata-rata terendah dialami oleh Kecamatan

Jatiuwung, yaitu rata-rata 0,23% per tahun. Jumlah rumah tangga di Kota

Tangerang dalam kurun waktu tahun 2009-2013 juga mengalami peningkatan

dari 446.646 KK (2009) menjadi 519.925 KK (2013). Jumlah rumah tangga

terbesar saat ini berada di Kecamatan Cipondoh, yaitu 62.862 KK (2013),

sedangkan jumlah rumah tangga terkecil berada di Kecamatan Benda, yaitu

24.199 KK (2013).

Tabel 4: Penduduk Kota Tangerang

Sumber : BPS Kota Tangerang (2016)

NO KECAMATAN PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Ciledug

Larangan

Karang Tengah

Cipondoh

Pinang

Tangerang

Karawaci

Jatiuwung

Cibodas

Periuk

Batu Ceper

Neglasari

Benda.

91.863

96.597

67.970

138.861

97.614

88.826

89.852

64.247

76.307

73.135

51.150

59.025

49.666

87.961

93.358

66.619

135.340

94.447

83.839

89.137

57.246

75.508

69.776

47.957

54.694

46.666

179.824

189.955

134.589

274.201

192.061

172.665

178.989

121.493

151.815

142.911

99.107

113.719

95.776

Jumah 1.045.113 1.001.992 2.047.105

4.1.3 Kondisi Sosial Kota Tangerang

4.1.3.1 Bidang Ideologi

Page 58: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

56

Pemahaman terhadap Ideologi Pancasila untuk masyarakat di

wilayah Kota Tangerang, secara umum dapat dikatakan baik, apabila

ditambah dengan usaha untuk lebih memantapkan sampai ke tingkat desa.

Masih terdapat beberapa orang napi / tapol yang memerlukan

pembinaan dan pengawasan secara terus-menerus. Dengan

derasnya informasi dan pesatnya perkembangan Iptek dalam era globalisasi

telah mempengaruhi sikap dan pandangan hidup masyarakat, terutama

terhadap tata nilai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. (Kodim

0506/Tangerang)

4.1.3.2 Bidang Politik

Kehidupan politik Kota Tangerang dapat dipelihara dengan baik

berkat adanya peningkatan kesadaran politik dengan Pemerintahan cukup

baik. Supra struktur politik telah berjalan dengan baik, hubungan peserta

Pemilu dan Parpol dengan Pemerintahan cukup baik. Dengan banyaknya

Partai yang bermunculan sejak dalam pelaksanaan Pemilu bebrapa waktu

yang lalu situasi tetap dapat terkendali dengan tertib.

Kebijaksanaan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat dapat

berjalan sesuai dengan program. Hal ini dikarenakan mekanisme kehidupan

di lembaga Legislatif daerah telah berjalan dengan baik, semua pendapat

dan aspirasi masyarakat sebagain besar bisa disalurkan melalui Wakil-wakil

rakyat dan melalui penyampaian aspirasi langsung. Dengan demikian

kehidupan politik relatif stabil sesuai dengan tingkatan pemahaman

masyarakat, dan pelaksanaan pembangunan daerah mendapat dukungan

sepenuhnya dari parpol maupun lembaga legislatif daerah. Kondisi Politik di

Wilayah Tangerang hingga saat ini masih kondusif pasca Pemilukada. Para

partai politik yang akan mengikuti Pemilu 2018 saat ini sudah mulai

mempersiapkan diri. (Kodim 0506/Tangerang)

4.1.3.3 Bidang Ekonomi

Tangerang adalah pusat manufaktur dan industri di pulau Jawa dan

memiliki lebih dari 1000 pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan

Page 59: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

57

internasional yang memiliki pabrik di kota ini. Kondisi perekonomian daerah

Kota Tangerang tahun 2009-2013 berdasarkan indikator perekonomian

daerah berupa: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendapatan

perkapita, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), dan tingkat inflasi dapat

diuraikan di bawah ini.

Penghitungan PDRB didasarkan pada dua harga, yaitu harga

dasar/konstan (constant price) dan harga berlaku (current price). PDRB atas

dasar harga konstan (Hk) adalah jumlah dari barang dan jasa, pendapatan

atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga pasar yang tetap (tahun

dasar, yaitu tahun 2000). Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku (Hb)

adalah jumlah nilai barang dan jasa, pendapatan atau pengeluaran yang

dinilai sesuai dengan harga berlaku pada tahun bersangkutan. Nilai PDRB ini

merepresentasikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah atas barang dan

jasa yang diproduksi dalam satu tahun. Besar kecilnya PDRB suatu daerah

sangat tergantung pada potensi sumber ekonomi yang dimiliki daerah

tersebut. Dalam kurun waktu tahun 2009-2013, PDRB atas dasar harga

konstan Kota Tangerang mengalami peningkatan dari 27.562,54 milyar

rupiah (2009) menjadi 35.754,78 milyar rupiah (2013). Artinya, dalam kurun

waktu tersebut terdapat kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan Kota

Tangerang sebesar 8.192,24 milyar rupiah. Sedangkan nilai PDRB atas

dasar harga berlaku Kota Tangerang, dalam kurun waktu yang sama,

mengalami kenaikan sebesar 25.979,95 milyar rupiah, yaitu dari 49.332,26

milyar rupiah (2009) menjadi 75.312,21 milyar rupiah (2013). Pendapatan

perkapita dihitung dengan membagi jumlah PDRB dengan jumlah penduduk

pada pertengahan tahun. Angka pendapatan perkapita ini memperlihatkan

rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk dan dapat

merepresentasikan tingkat kesejahteraan suatu daerah. Berdasarkan data di

atas, dalam kurun waktu tahun 2009-2013, angka pendapatan perkapita Kota

Tangerang atas dasar harga konstan mengalami kenaikan sebesar 1,36 juta

rupiah, yaitu dari 16,68 juta rupiah per tahun (2009) menjadi 18,04 juta rupiah

Page 60: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

58

per tahun (2013). Sedangkan angka pendapatan perkapita Kota Tangerang

atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan sebesar 8,14 juta rupiah, yaitu

dari 29, 85 juta rupiah per tahun (2009) menjadi 38,00 juta rupiah per tahun

(2013). Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang dalam kurun

waktu tahun 2009- 2013 relatif stabil seiring dengan LPE Provinsi Banten dan

LPE Nasional, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 2-2 Grafik Laju

Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2009-2013. Berdasarkan data dalam gambar

tersebut, juga terlihat bahwa LPE Kota Tangerang saat ini (2013) sebesar

6,02% lebih tinggi dari LPE Provinsi Banten (5,86%) dan LPE Nasional

(5,72%). Gambar 2-2 Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2009-2013

Sumber: Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD)

Kota Tangerang 2013. Selama Januari-Desember 2013 telah terjadi inflasi

di Kota Tangerang sebesar 10,02%, berada di atas laju inflasi Provinsi

Banten (9,65%) dan Nasional (8,38%). Sedangkan perkembangan inflasi

Kota Tangerang dalam kurun waktu tahun 2009- 2012 menunjukkan angka

yang cukup terkendali dan masih berada pada koridor sasaran inflasi Provinsi

Banten dan Nasional untuk setiap tahunnya.

Krisis ekonomi beberapa tahun yang lalu yang melanda Indonesia

tidak mempengaruhi kondisi di Kota Tangerang. Secara umum ekonomi

berjalan stabil dan dapat memenuhi kebutuhan dan daya beli masyarakat.

Kemampuan daerah bidang ekonomi, sarana dan prasarana pendukung juga

cukup merata walaupun masih diperlukan pembinaan dan penataan di tingkat

kelurahan dan kecamatan agar lebih mandiri. Pembangunan daerah secara

umum cukup pesat. Akan tetapi masih belum sepenuhnya menjawab tuntutan

kebutuhan masyarakat banyak. Hal tersebut khususnya dalam menciptakan

lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan perkapita guna mencapai

sasaran sebagaimana yang diharapkan. Keadaan itu disebabkan belum

dapat diwujudkan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan lapangan

kerja. Pada bidang pengadaan dan penyaluran bahan kebutuhan pokok

masyarakat berjalan lancar untuk di Kota Tangerang. Hal ini ditopang oleh

Page 61: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

59

kondisi ekonomi yang baik. Mengingat wilayah ini banyak terdapat sektor

usaha yang cukup kuat seperti industri dan bisnis perumahan. (Kodim

0506/Tangerang)

Posisi Kota Tangerang secara geografis telah menjadikan

pertumbuhan ekonominya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang

menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan di Ibukota Negara DKI Jakarta.

Di sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi daerah kolektor pengembangan

wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam

yang produktif. Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula

dengan keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang sebagian

arealnya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota Tangerang. Gerbang

perhubungan udara Indonesia tersebut telah membuka peluang bagi

pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota

Tangerang.

4.1.3.4 Bidang Sosial Budaya

Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah penduduk

miskin di Kota Tangerang mencapai 107.000 jiwa (5,5% dari jumlah

penduduk total), dengan Garis Kemiskinan (GK) sebesar Rp 375.341,00

perkapita perbulan. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 tersebut

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 114.300 jiwa

dengan GK sebesar Rp 337.543,00 perkapita perbulan (2011) dan 124.300

jiwa dengan GK sebesar Rp 303.551,00 perkapita perbulan (2010).

Berdasarkan hasil verifikasi terhadap data PPLS (Pendataan Program

Perlindungan Sosial) 2011, jumlah rumah tangga miskin di Kota Tangerang

pada tahun 2013 mencapai 64.360 KK. Jumlah rumah tangga miskin terbesar

berada di wilayah Kecamatan Tangerang, yaitu sebanyak 7.148 KK.

Sedangkan jumlah rumah tangga miskin terkecil berada di Kecamatan

Ciledug, yaitu sebanyak 2.494 KK.

Page 62: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

60

Tangerang memiliki jumlah komunitas Tionghoa yang cukup

signifikan, banyak dari mereka adalah campuran Cina Benteng. Mereka

didatangkan sebagai buruh oleh kolonial Belanda pada abad ke 18 dan 19,

dan kebanyakan dari mereka tetap berprofesi sebagai buruh dan petani.

Budaya mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya di Tangerang:

ketika hampir tidak satupun dari mereka yang berbicara dengan aksen

Mandarin, mereka adalah pemeluk Taoisme yang kuat dan tetap menjaga

tempat-tempat ibadah dan pusat-pusat komunitas mereka. Secara etnis,

mereka tercampur, namun menyebut diri mereka sebagai Tionghoa. Banyak

makam Tionghoa yang berlokasi di Tangerang, kebanyakan sekarang telah

dikembangkan menjadi kawasan sub-urban seperti Lippo Village.

Di bidang Keagamaan sikap toleransi antara umat beragama baik,

meskipun masih terdapat adanya fanatisme agama yang sempit namun tidak

menimbulkan bentrokan antara umat beragama. Pengaruh orang -orang

tua/pini sepuh dan tokoh masyarakat dalam sosial budaya dikaitkan dengan

adat istiadat yang berlaku masih cukup dominan. Upaya pembinaan

kerukunan umat beragama di wilayah Kota Tangerang dilakukan setiap ada

kesempatan pertemuan antara tokoh-tokoh umat beragama atau pada hari

tertentu seperti Jum’atan di Masjid dan kebaktian di gereja. Data pemeluk

agama sebagai berikut:

Tabel 5: Pemeluk Agama

Sumber BPS Kota Tangerang (2016)

NO AGAMA JUMLAH

1 Islam 1.567.461

2 Kristen 103.233

3 Katolik 48.041

4 Hindu 2.982

5 Budha 72.920

6 Konghucu 497

7 Lainnya 302

Jumlah 1.795.436

Page 63: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

61

Kawasan pecinan Tangerang berlokasi di Pasar Lama, Benteng

Makassar, Kapling dan Karawaci (bukan Lippo Village), dan Poris. Orang-

orang dapat menemukan makanan dan barang-barang berkhas China. Lippo

Village adalah lokasi permukiman baru. Kebanyakan penduduknya adalah

pendatang, bukan asli Cina Benteng. Dalam beberapa tahun terakhir,

perluasan urban Jakarta meliputi Tangerang, dan akibatnya banyak

penduduknya yang berkomuter ke Jakarta untuk kerja, atau sebaliknya.

Banyak kota-kota kelas menengah dan kelas atas sedang dan telah

dikembangkan di Tangerang, lengkap dengan pusat perbelanjaan, sekolah

swasta dan mini market. Pemerintah bekerja dalam mengembangkan system

jalan tol untuk mengakomodasikan arus lalu lintas yang semakin banyak ke

dan dari Tangerang. Tangerang dahulu adalah bagian dari Provinsi Jawa

Barat yang sejak tahun 2000 memisahkan diri dan menjadi bagian Provinsi

Banten.

4.1.3.5 Bidang Kamtibmas

Pada Bidang Pertahanan untuk kesadaran masyarakat tentang hak

dan kewajiban bela negara cukup baik. Kondisi keamanan diseluruh daerah

Kota Tangerang mantap berkat kesadaran masyarakat dan adanya upaya

Kodim Kota Tangerang, Polres dan Pemkot Tangerang untuk mengupayakan

peningkatan bela negara.

Kota Tangerang belum bebas dari gangguan kriminalitas

sebagaimana data yang diperoleh dari Polres Metro angering Kota. Tingkat

kriminalitas dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Akhir-akhir ini sering

terjadi gangguan Kamtibmas (pencurian, perampokan baik Ranmor maupun

ternak dll) dan tidak jarang selalu diikuti dengan tindak kekerasan oleh pelaku

tindak Kriminalitas terhadap para korbannya untuk itu perlu ada pola

penanganan secara bersama oleh aparat terkait.

Page 64: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

62

4.2 Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,

menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain

(Sugiyono, 2014:402). Dengan demikian, maka pada bab ini peneliti akan

menyajikan data yang telah dianalisa dan dijabarkan ke dalam unit-unit untuk

kemudian ditarik sebuah kesimpulan yang relevan sehingga memudahkan

penliti untuk menyajikan data.

4.2.1 Aspek Konteks (Perencanaan).

Sesuai dengan teori evaluasi CIPP yang digunakan peneliti sebagai

pisau analisis, maka dalam tahapan Evaluasi Konteks ini bertujuan untuk

menjawab pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan? (What needs to be done?).

Dengan demikian dalam tahapan ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-

kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program.

Dalam hal merumuskan “konsep tujuan” dan “konsep sasaran” agar

warga negara memiliki kesadaran bela negara dalam rangka

penyelenggaraan bela negara di wilayah kota Tangerang, Pemangku

Kepentingan Terkait sudah menyampaikan /menjelaskannya kepada

anggota Komponen Bangsa serta sudah mendapatkan masukan/saran dari

anggota Komponen Bangsa di wilayah Tangerang, pada umumnya

responden menyatakan sebagai berikut:

Menurut Ditjen Pothan cq. Dit. Bela Negara Kemhan sebagaimana

hasil kuesioner mengatakan bahwa kegiatan “menjelaskan” dan

“menerima” masukan tentang “konsep tujuan” dan “konsep sasaran” sudah

dilakukan dan sudah diterima sebelum diselenggarakannya kegiatan

Page 65: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

63

kesadaran bela negara yang ditunjukkan dengan prosentase 11% dari

kemungkinan 11% untuk evaluasi konteks. Dengan demikian, tidak ada

jawaban yang mengatakan “belum” atau “tidak tahu” tentang perumusan

konsep tujuan dan sasaran sebelum kegiatan bela negara dilaksanakan.

Menurut Kodim 0506 Tangerang sebagaimana hasil kuesioner

mengatakan bahwa kegiatan “menjelaskan” dan “menerima” masukan

tentang “konsep tujuan” dan “konsep sasaran” sudah dilakukan dan sudah

diterima sebelum diselenggarakannya kegiatan kesadaran bela negara

yang ditunjukkan dengan prosentase 11% dari kemungkinan 11% untuk

evaluasi konteks. Dengan demikian, tidak ada jawaban yang mengatakan

“belum” atau “tidak tahu” tentang perumusan konsep tujuan dan sasaran

sebelum kegiatan bela negara dilaksanakan.

Selanjutnya, hasil jawaban kuesioner dari Instansi Pemerintah (Kota,

Kecamatan dan Kelurahan) menyatakan bahwa bahwa kegiatan

“menjelaskan” dan “menerima” masukan tentang “konsep tujuan” dan

“konsep sasaran” sudah dilakukan dan sudah diterima sebelum

diselenggarakannya kegiatan kesadaran bela negara yang ditunjukkan

dengan prosentase 9,92% dari kemungkinan 11% untuk evaluasi konteks.

Namun demikian, terdapat jawaban yang mengatakan “belum” dengan

prosentase 0.70 % dan tidak terdapat jawaban “tidak tahu” tentang

perumusan konsep tujuan dan sasaran sebelum kegiatan bela negara

dilaksanakan.

Kemudian, hasil jawaban kuesioner dari Guru menyatakan bahwa

bahwa kegiatan “menjelaskan” dan “menerima” masukan tentang “konsep

tujuan” dan “konsep sasaran” sudah dilakukan dan sudah diterima

sebelum diselenggarakannya kegiatan kesadaran bela negara yang

ditunjukkan dengan prosentase 2,81% dari kemungkinan 11% untuk

evaluasi konteks. Terdapat jawaban yang mengatakan “belum” dengan

prosentase 3,52 % dan jawaban “tidak tahu” dengan prosentase 4,22 %

Page 66: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

64

tentang perumusan konsep tujuan dan sasaran sebelum kegiatan bela

negara dilaksanakan.

Hasil jawaban kuesioner dari Mahasiswa dan Pelajar menyatakan

bahwa bahwa kegiatan “menjelaskan” dan “menerima” masukan tentang

“konsep tujuan” dan “konsep sasaran” sudah dilakukan dan sudah diterima

sebelum diselenggarakannya kegiatan kesadaran bela negara yang

ditunjukkan dengan prosentase 6,26% dari kemungkinan 11% untuk

evaluasi konteks. Terdapat jawaban yang mengatakan “belum” dengan

prosentase 0,59 % dan jawaban “tidak tahu” dengan prosentase 3,58 %

tentang perumusan konsep tujuan dan sasaran sebelum kegiatan bela

negara dilaksanakan.

Dalam hal yang sama, hasil jawaban kuesioner dari Tokoh Masyarakat

Sipil (Tokoh Agama, Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat) menyatakan

bahwa bahwa kegiatan “menjelaskan” dan “menerima” masukan tentang

“konsep tujuan” dan “konsep sasaran” sudah dilakukan dan sudah diterima

sebelum diselenggarakannya kegiatan kesadaran bela negara yang

ditunjukkan dengan prosentase 4,94% dari kemungkinan 11% untuk

evaluasi konteks. Terdapat jawaban yang mengatakan “belum” dengan

prosentase 4,16 % dan jawaban “tidak tahu” dengan prosentase 1,30 %

tentang perumusan konsep tujuan dan sasaran sebelum kegiatan bela

negara dilaksanakan.

Terakhir, hasil jawaban kuesioner dari Ormas dan Warga Masyarakat

menyatakan bahwa bahwa kegiatan “menjelaskan” dan “menerima”

masukan tentang “konsep tujuan” dan “konsep sasaran” sudah dilakukan

dan sudah diterima sebelum diselenggarakannya kegiatan kesadaran bela

negara yang ditunjukkan dengan prosentase 5,97% dari kemungkinan 11%

untuk evaluasi konteks. Terdapat jawaban yang mengatakan “belum”

dengan prosentase 0.39 % dan jawaban “tidak tahu” dengan prosentase

Page 67: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

65

2,39 % tentang perumusan konsep tujuan dan sasaran sebelum kegiatan

bela negara dilaksanakan.

4.2.2 Aspek Masukan. (Persiapan)

Evaluasi Masukan ini untuk mencari jawaban atas pertanyaan: Apa

yang harus dilakukan? (What should be done?) Evaluasi ini mengidentifikasi

rencana-rencana kegiatan, menyusun organisasi, alokasi sumber-sumber

daya, menjadwal kegiatan, menilai rencana-rencana aktivitas, dan

penganggaran.

Dalam hal rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan;

dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan

sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran

pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan agar warga negara

memiliki kesadaran bela negara dalam rangka penyelenggaraan bela

negara di wilayah kota Tangerang, Pemangku Kepentingan Terkait (Ditjen

Pothan cq. Dit. Bela Negara Kemhan dan unsur-unsur lainnya) selaku

penanggung jawab mempersiapkan sesuai kebutuhan, pada umumnya

responden menyatakan sebagai berikut:

Menurut Ditjen Pothan cq. Dit. Bela Negara Kemhan sebagaimana

hasil kuesioner mengatakan bahwa sudah melakukan persiapan dengan

baik tentang: rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan sebelum diselenggarakannya

kegiatan kesadaran bela negara yang ditunjukkan dengan prosentase 30%

dari kemungkinan 30% untuk evaluasi input. Dengan demikian, tidak ada

jawaban yang mengatakan “belum” atau “tidak tahu” tentang informasi

persiapan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

Page 68: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

66

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan.

Menurut Kodim 0506 Tangerang sebagaimana hasil kuesioner

mengatakan bahwa sudah melakukan persiapan dengan baik tentang:

rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber

daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan sebelum diselenggarakannya kegiatan kesadaran

bela negara yang ditunjukkan dengan prosentase 30% dari kemungkinan

30% untuk evaluasi input. Dengan demikian, tidak ada jawaban yang

mengatakan “belum” atau “tidak tahu” tentang informas i persiapan rencana

kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya manusia

pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan;

dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan

Selanjutnya, hasil kuesioner Instansi Pemerintah (Kota, Kecamatan

dan Kelurahan) hasil kuesioner mengatakan bahwa kegiatan persiapan

tentang: rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan sudah dilakukan sebelum

diselenggarakannya kegiatan kesadaran bela negara yang ditunjukkan

dengan prosentase 17,02 % dari kemungkinan 30% untuk evaluasi input.

Namun demikian, terdapat jawaban yang mengatakan “belum” dengan

prosentase 7,09 % dan jawaban “tidak tahu” dengan prosentase 0,70 %

tentang informasi persiapan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan;

dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan.

Page 69: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

67

Hasil kuesioner dari Guru mengatakan bahwa kegiatan persiapan

tentang: rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan sudah dilakukan sebelum

diselenggarakannya kegiatan kesadaran bela negara yang ditunjukkan

dengan prosentase 2,81 % dari kemungkinan 30% untuk evaluasi input.

Namun demikian, terdapat jawaban yang mengatakan “belum” dengan

prosentase 1,40 % dan jawaban “tidak tahu” dengan prosentase 11,97 %

tentang informasi persiapan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan;

dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan.

Hasil kuesioner dari Mahasiswa dan Pelajar mengatakan bahwa

kegiatan persiapan tentang: jadwal kegiatan; pengorganisasian

kegiatan; dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan;

dukungan sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan

anggaran pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan sudah

dilakukan sebelum diselenggarakannya kegiatan kesadaran bela negara

yang ditunjukkan dengan prosentase 11,34 % dari kemungkinan 30%

untuk evaluasi input. Namun demikian, terdapat jawaban yang

mengatakan “belum” dengan prosentase 2,38 % dan jawaban “tidak tahu”

dengan prosentase 8,65 % tentang informasi persiapan kegiatan;

pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya manusia pelaksanaan

kegiatan; dukungan sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan

anggaran pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan.

Hasil kuesioner dari Tokoh Masyarakat Sipil (Tokoh Agama, Tokoh

Adat dan Tokoh Masyarakat) mengatakan bahwa kegiatan persiapan

tentang: rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

Page 70: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

68

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan sudah dilakukan sebelum

diselenggarakannya kegiatan kesadaran bela negara yang ditunjukkan

dengan prosentase 5,46 % dari kemungkinan 30% untuk evaluasi input.

Namun demikian, terdapat jawaban yang mengatakan “belum” dengan

prosentase 11,19 % dan jawaban “tidak tahu” dengan prosentase 3,12 %

tentang informasi mengenai rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan;

dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan.

Hasil kuesioner dari Ormas dan Warga Masyarakat mengatakan

bahwa kegiatan persiapan tentang: rencana kegiatan; pengorganisasian

kegiatan; dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan;

dukungan sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan

anggaran pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan sudah

dilakukan sebelum diselenggarakannya kegiatan kesadaran bela negara

yang ditunjukkan dengan prosentase 18,72% dari kemungkinan 30% untuk

evaluasi input. Namun demikian, terdapat jawaban yang mengatakan

“belum” dengan prosentase 1,19 % dan jawaban “tidak tahu” dengan

prosentase 2,39 % tentang informasi mengenai rencana kegiatan;

pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya manusia pelaksanaan

kegiatan; dukungan sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan

anggaran pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan.

4.2.3 Aspek Proses (Pelaksanaan)

Evaluasi Proses ini berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan:

Apakah program sedang dilaksanakan? (Is it being done?) Evaluasi ini

berupaya mengakses pelaksanaan maupun hambatan dari kegiatan yang

sudah direncanakan dengan segala aspek dukungannya.

Page 71: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

69

Proses pelaksanaan kegiatan sudah dilaksanakan oleh Pemangku

Kepentingan Terkait (Ditjen Pothan cq. Dit. Bela Negara Kemhan dan

unsur-unsur lainnya) selaku penanggung jawab berdasarkan: rencana

kegiatan; struktur organisasi; dukungan sumber daya manusia;

dukungan sarana-prasarana; dukungan anggaran; pengendalian

kegiatan serta hambatan yang dialami agar warga negara memiliki

kesadaran bela negara dalam rangka penyelenggaraan bela negara dalam

baik di tingkat Kota, Kecamatan maupun Kelurahan di wilayah Tangerang,

pada umumnya responden menyatakan sebagai berikutmaka para responden

pada umumnya menyatakan sebagai berikut:

Menurut Ditjen Pothan cq. Dit. Bela Negara Kemhan sebagaimana

hasil kuesioner mengatakan bahwa sudah melaksanakan kegiatan

berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan dalam rangka kegiatan kesadaran

bela negara yang ditunjukkan dengan prosentase 32% dari kemungkinan

32% untuk evaluasi proses. Dengan demikian, tidak ada jawaban yang

mengatakan “belum” atau “tidak tahu” tentang informasi pelaksanaan

kegiatan berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan;

dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan.

Namun demikian terdapat hambatan yang dialami dalam aspek

dukungan sumber daya manusia, anggaran dan dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan dengan prosentasi cukup signifikan yaitu

9,70% dari 32 %.

Menurut Kodim 0506/Tangerang sebagaimana hasil kuesioner

mengatakan bahwa sudah melaksanakan kegiatan berdasarkan rencana

Page 72: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

70

kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya

manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan dalam rangka kegiatan kesadaran bela negara

yang ditunjukkan dengan prosentase 32% dari kemungkinan 32% untuk

evaluasi proses. Dengan demikian, tidak ada jawaban yang mengatakan

“belum” atau “tidak tahu” tentang informasi pelaksanaan kegiatan

berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan.

Namun demikian terdapat hambatan yang dialami dalam aspek

dukungan sumber daya manusia, anggaran dan dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan dengan prosentasi cukup signifikan yaitu

10,70% dari 32 %.

Selanjutnya, hasil kuesioner Instansi Pemerintah (Kota, Kecamatan

dan Kelurahan) mengatakan bahwa sudah melaksanakan kegiatan

berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan dalam rangka kegiatan kesadaran

bela negara yang ditunjukkan dengan prosentase 17,73% dari

kemungkinan 32% untuk evaluasi proses. Namun demikian, terdapat

jawaban yang mengatakan “belum” dengan prosentase 7,09 % dan

jawaban “tidak tahu” dengan prosentase 0,70 % tentang proses

pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian

kegiatan; dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan;

dukungan sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran

pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan. Selanjutnya, terdapat

Page 73: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

71

hambatan yang dialami dalam aspek dukungan sumber daya manusia,

anggaran dan dukungan sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan dengan

prosentasi cukup signifikan yaitu 7,09% dari 32 %.

Kemudian, hasil kuesioner Guru mengatakan bahwa sudah

melaksanakan kegiatan berdasarkan rencana kegiatan;

pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya manusia

pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana pelaksanaan

kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan dalam rangka kegiatan kesadaran bela negara

yang ditunjukkan dengan prosentase 8,45% dari kemungkinan 32% untuk

evaluasi proses. Tidak terdapat jawaban yang mengatakan “belum”

dengan prosentase 0 %. Namun demikian, terdapat jawaban “tidak tahu”

dengan prosentase 4,22 % tentang proses pelaksanaan kegiatan

berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan.

Selanjutnya, hasil kuesioner Mahasiswa dan Pelajar mengatakan

bahwa sudah melaksanakan proses kegiatan berdasarkan rencana

kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya

manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan dalam rangka kegiatan kesadaran bela negara

yang ditunjukkan dengan prosentase 13,43% dari kemungkinan 32% untuk

evaluasi proses. Namun demikian, terdapat jawaban yang mengatakan

“belum” dengan prosentase 5,07 % dan jawaban “tidak tahu” dengan

prosentase 6,56 % tentang proses pelaksanaan kegiatan berdasarkan

rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya

manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana pelaksanaan

Page 74: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

72

kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian

kegiatan.

Hasil kuesioner Tokoh Masyarakat Sipil (Tokoh Agama, Tokoh Adat

dan Tokoh Masyarakat) mengatakan bahwa sudah melaksanakan proses

kegiatan berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan;

dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan

sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran

pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan dalam rangka

kegiatan kesadaran bela negara yang ditunjukkan dengan prosentase

11,45% dari kemungkinan 32% untuk evaluasi proses. Namun demikian,

terdapat jawaban yang mengatakan “belum” dengan prosentase 4,68 %

dan jawaban “tidak tahu” dengan prosentase 4,68 % tentang proses

pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian

kegiatan; dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan;

dukungan sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran

pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan.

Hasil kuesioner Ormas dan Warga Masyarakat Sipil mengatakan

bahwa sudah melaksanakan proses kegiatan berdasarkan rencana

kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya

manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan dalam rangka kegiatan kesadaran bela negara

yang ditunjukkan dengan prosentase 11,95% dari kemungkinan 32% untuk

evaluasi proses. Namun demikian, terdapat jawaban yang mengatakan

“belum” dengan prosentase 6,77 % dan jawaban “tidak tahu” dengan

prosentase 5,17 % tentang proses pelaksanaan kegiatan berdasarkan

rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya

manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana pelaksanaan

Page 75: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

73

kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian

kegiatan.

Terdapat hambatan yang dialami dalam aspek dukungan sumber

daya manusia, anggaran dan dukungan sarana-prasarana pelaksanaan

kegiatan dengan prosentasi cukup signifikan yaitu 6,70% dari 32 %.

4.2.4 Aspek Produk (Hasil)

Evaluasi Produk ini diarahkan untuk mencari jawaban pertanyaan:

Did it succed? Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses

keluaran dan manfaat kegiatan baik yang direncanakan atau tidak

direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka Panjang.

Manfaat selama pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Pemangku

Kepentingan Terkait (Ditjen Pothan cq. Dit.Bela Negara Kemhan dan

unsur-unsur lainnya) selaku penanggung jawab penyelenggaraan bela

negara berdasarkan: rencana kegiatan; struktur organisasi; dukungan

sumber daya manusia; dukungan sarana-prasarana; dukungan

anggaran; pengendalian kegiatan telah menghasilkan agar warga negara

yang memiliki kesadaran bela negara dalam rangka penyelenggaraan bela

negara baik di tingkat Kota, Kecamatan maupun Kelurahan di wilayah

Tangerang yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

4.2.4.2 Sudah meningkatkan kecintaan terhadap tanah air yang

tercermin dalam sikap dan perbuatan antara lain: mencintai produk dalam

negeri; mecintai lingkungan hidup; mampu melaksanakan hidup bersih;

4.2.4.3 Sudah meningkatkan Kesadaran berbangsa dan bernegara

yang tercermin dalam sikap dan perbuatan antara lain: menghormati sesama

warga masyarakat; bersikap “satu” dengan warga masyarakat lainnya yang

berlainan etnik/suku; mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan

pribadi dan golongan;

Page 76: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

74

4.2.4.4 Sudah meningkatkan keyakinan akan Pancasila sebagai

ideologi negara, tercermin dalam sikap dan perbuatan antara lain:

menjalankan kewajiban agama dan kepercayaan secara baik dan benar;

mempunyai kesadaran membantu sesama warga dalam masyarakat;

4.2.4.5 Sudah meningkatkan kemampuan awal bela negara khususnya

di kalangan Tokoh Masyarakat/Tokoh Adat/Tokoh Agama, tercermin dalam

sikap dan perbuatan antara lain: dapat memberikan contoh dan keteladanan

yang baik dalam kehidupan sehari-hari; selalu menaati peraturan dan tata

tertib; berani menegur anggota masyarakat yang salah dan mendidiknya ke

arah yang lebih baik; meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan serta

persaudaraan antar warga masyarakat; mampu menciptakan lingkungan

masyarakat yang tertib, bersih dan aman; menghargai sang saka merah putih

dan lambang negara Indonesia, serta simbol-simbol negara lainnya;

memberikan contoh kepada masyarakat tentang perlakuan terhadap lambang

dan simbol-simbol negara; selalu menjaga persatuan dan kesatuan; selalu

menjaga kebersihan dan ketertiban umum; dan saling membantu sesama

warga.

Terkait dengan hasil pelaksanaan penyelenggaraan bela negara

tersebut di atas, pada umumnya responden menyatakan:

Menurut Ditjen Pothan cq. Dit. Bela Negara Kemhan sebagaimana

hasil kuesioner mengatakan bahwa manfaat yang dihasilkan setelah

melaksanakan kegiatan berdasarkan rencana kegiatan;

pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya manusia

pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana pelaksanaan

kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan sudah menghasilkan kesadaran bela negara

warga negara di wilayah kota tengerang yang ditunjukkan dengan

prosentase 30% dari kemungkinan 30% untuk evaluasi produk. Dengan

Page 77: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

75

demikian, tidak ada jawaban yang mengatakan “belum bermanfaat” atau

“tidak tahu manfaat” atas hasil pelaksanaan kegiatan bela negara

berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan.

Menurut Kodim 0506/Tangerang sebagaimana hasil kuesioner

mengatakan bahwa manfaat yang dihasilkan setelah melaksanakan

kegiatan berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan;

dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan

sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran

pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan sudah menghasilkan

kesadaran bela negara warga negara di wilayah kota tengerang yang

ditunjukkan dengan prosentase 30% dari kemungkinan 30% untuk evaluasi

produk. Dengan demikian, tidak ada jawaban yang mengatakan “belum

bermanfaat” atau “tidak tahu manfaat” atas hasil pelaksanaan kegiatan

bela negara berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan;

dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan.

Menurut Instansi Pemerintah (Kota, Kecamatan dan Kelurahan)

sebagaimana hasil kuesioner mengatakan bahwa manfaat yang dihasilkan

setelah melaksanakan kegiatan berdasarkan rencana kegiatan;

pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya manusia

pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana pelaksanaan

kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan sudah menghasilkan kesadaran bela negara

warga negara di wilayah kota tengerang yang ditunjukkan dengan

prosentase 21,27 % dari kemungkinan 30% untuk evaluasi produk.

Page 78: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

76

Dengan demikian, terdapat jawaban yang mengatakan “belum bermanfaat”

dengan prosentase 15,60 % dan jawaban “tidak tahu manfaat” dengan

prosentase 1,41 % atas hasil pelaksanaan kegiatan bela negara

berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan.

Menurut Guru sebagaimana hasil kuesioner mengatakan bahwa

manfaat yang dihasilkan setelah melaksanakan kegiatan berdasarkan

rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber

daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan sudah menghasilkan kesadaran bela negara

warga negara di wilayah kota tengerang yang ditunjukkan dengan

prosentase 13,38 % dari kemungkinan 30% untuk evaluasi produk.

Dengan demikian, terdapat jawaban yang mengatakan “belum bermanfaat”

dengan prosentase 19,71 % dan jawaban “tidak tahu manfaat” dengan

prosentase 5,63 % atas hasil pelaksanaan kegiatan bela negara

berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan

sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan.

Menurut Mahasiswa dan Pelajar sebagaimana hasil kuesioner

mengatakan bahwa manfaat yang dihasilkan setelah melaksanakan

kegiatan berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan;

dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan

sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran

pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan sudah menghasilkan

kesadaran bela negara warga negara di wilayah kota tengerang yang

Page 79: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

77

ditunjukkan dengan prosentase 27,76% dari kemungkinan 30% untuk

evaluasi produk. Dengan demikian, terdapat jawaban yang mengatakan

“belum bermanfaat” dengan prosentase 9,25 % dan jawaban “tidak tahu

manfaat” dengan prosentase 2,38 % atas hasil pelaksanaan kegiatan bela

negara berdasarkan rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan;

dukungan sumber daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-

prasarana pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan

kegiatan; dan pengendalian kegiatan

Menurut Tokoh Masyarakat Sipil (Tokoh Agama, Tokoh Adat dan

Tokoh Masyarakat) sebagaimana hasil kuesioner mengatakan bahwa

manfaat yang dihasilkan setelah melaksanakan kegiatan berdasarkan

rencana kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber

daya manusia pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana

pelaksanaan kegiatan; dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan

pengendalian kegiatan sudah menghasilkan kesadaran bela negara

warga negara di wilayah kota tengerang yang ditunjukkan dengan

prosentase 27,46% dari kemungkinan 30% untuk evaluasi produk. Dengan

demikian, terdapat jawaban yang mengatakan “belum bermanfaat” dengan

prosentase 6,25 % dan jawaban “tidak tahu manfaat” dengan prosentase

2,86 % atas hasil pelaksanaan kegiatan bela negara berdasarkan rencana

kegiatan; pengorganisasian kegiatan; dukungan sumber daya manusia

pelaksanaan kegiatan; dukungan sarana-prasarana pelaksanaan kegiatan;

dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan; dan pengendalian kegiatan

4.3 Pembahasan

4.3.1 Aspek Konteks (Perencanaan).

Dalam hal merumuskan “konsep tujuan” dan “konsep sasaran”

agar warga negara memiliki kesadaran bela negara dalam rangka

penyelenggaraan bela negara di wilayah kota Tangerang, dimana

Page 80: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

78

Pemangku Kepentingan Terkait sudah menyampaikan /menjelaskannya

kepada anggota Komponen Bangsa serta sudah mendapatkan

masukan/saran dari anggota Komponen Bangsa di wilayah Tangerang,

terlihat jawaban responden bahwa Ditjen Pothan,Kodim 0506/Tangerang dan

Instansi Pemerintahlah yang mendukung sepenuhnya pernyataan tersebut di

atas. Sedangkan yang setengah mendukung pernyataan tersebut di atas

berasal dari Mahasiswa dan Pelajar, Ormas dan Warga Masyarakat.

Sebaliknya yang kurang mendukung pernyataan tersebut di atas berasal dari

pihak Guru dan Tokoh Masyarakat. Walaupun tidak terlalu signifikan kecuali

pendapat dari Tokoh Masyarakat ternyata pendapat responden yang

mengatakan “belum” dan “tidak tahu” tidak bisa diabaikan artinya masih

terdapat komponen masyarakat yang belum atau tidak tahu tentang adanya

kegiatan perumusan tujuan dan sasaran bela negara di wilayah Tangerang.

Hasil kuesioner di atas juga diperkuat dari hasil pendalaman Peneliti melalui

wawancara dengan para responden serta observasi dilapangan.

Dengan demikian, dalam hal perumusan tujuan dan perumusan konsep

warga negara memiliki kesadaran bela negara dalam rangka

penyelenggaraan bela negara di wilayah kota Tangerang maka belum

seluruhnya komponen masyarakat mendapat baik penjelasan maupun

menerima masukan dari Pemangku Kepentingan Terkait penyelenggara bela

negara.

4.3.2 Aspek Masukan. (Persiapan)

Dalam hal Pemangku Kepentingan Terkait (Ditjen Pothan cq. Dit.

Bela Negara Kemhan dan unsur-unsur lainnya) selaku penanggung jawab

mempersiapkan kegiatan; pengorganisasian; dukungan sumber daya

manusia; dukungan sarana-prasarana; dukungan anggaran

pelaksanaan; dan pengendalian kegiatan agar warga negara memiliki

kesadaran bela negara dalam rangka penyelenggaraan bela negara di

wilayah kota Tangerang, terlihat jawaban responden bahwa hanya Ditjen

Page 81: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

79

Pothan dan Kodim 0506/Tangerang yang mendukung sepenuhnya

pernyataan tersebut di atas. Sedangkan yang setengah mendukung

pernyataan tersebut di atas berasal dari Instansi Pemerintah dan Ormas

serta Warga Masyarakat. Sebaliknya yang kurang mendukung pernyataan

tersebut di atas berasal dari pihak Guru yang paling ekstrem kemudian dari

Tokoh Masyarakat dan Mahasiswa/Pelajar. Selain pendapat dari Tokoh

Masyarakat yang signifikan ternyata pendapat responden yang mengatakan

“belum” dan “tidak tahu” tidak bisa diabaikan artinya masih terdapat

komponen masyarakat yang belum atau tidak tahu tentang adanya kegiatan

persiapan kegiatan; pengorganisasian; dukungan sumber daya

manusia; dukungan sarana-prasarana; dukungan anggaran

pelaksanaan; dan pengendalian kegiatan agar warga negara memiliki

kesadaran bela negara dalam rangka penyelenggaraan bela negara di

wilayah kota Tangerang. Hasil kuesioner di atas juga diperkuat dari hasil

pendalaman Peneliti melalui wawancara dengan para responden serta

observasi dilapangan.

Dengan demikian, dalam hal persiapan kegiatan;

pengorganisasian; dukungan sumber daya manusia; dukungan

sarana-prasarana; dukungan anggaran pelaksanaan; dan

pengendalian kegiatan agar warga negara memiliki kesadaran bela negara

dalam rangka penyelenggaraan bela negara di wilayah kota Tangerang

maka belum seluruhnya komponen masyarakat mengetahui hal tersebut.

4.3.3 Aspek Proses (Pelaksanaan)

Dalam hal Pemangku Kepentingan Terkait (Ditjen Pothan cq. Dit.

Bela Negara Kemhan dan unsur-unsur lainnya) selaku penanggung jawab

telah melaksanakan sepenuhnya kegiatan sesuai rencana persiapan;

pengorganisasian; dukungan sumber daya manusia; dukungan

sarana-prasarana; dukungan anggaran pelaksanaan; dan

pengendalian kegiatan agar warga negara memiliki kesadaran bela negara

Page 82: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

80

dalam rangka penyelenggaraan bela negara di wilayah kota Tangerang,

terlihat jawaban responden bahwa hanya Ditjen Pothan dan Kodim

0506/Tangerang yang mendukung sepenuhnya pernyataan tersebut di atas.

Sedangkan yang setengah mendukung pernyataan tersebut di atas berasal

dari Instansi Pemerintah. Sebaliknya yang kurang mendukung pernyataan

tersebut di atas berasal dari pihak Guru yang paling ekstreem lalu diikuti oleh

Tokoh Masyarakat, Ormas serta Mahasiswa/Pelajar. Selain hal tersebut di

atas, kecuali pendapat Guru terdapat pendapat responden yang signifikan

mengatakan bahwa “belum” sepenuhnya dilaksanakan atau “tidak tahu”

sudah dilaksanakan sepenuhnya kegiatan berdasarkan perencanaan;

pengorganisasian; dukungan sumber daya manusia; dukungan

sarana-prasarana; dukungan anggaran pelaksanaan; dan

pengendalian kegiatan agar warga negara memiliki kesadaran bela negara

dalam rangka penyelenggaraan bela negara di wilayah kota Tangerang.

Hasil kuesioner di atas juga diperkuat dari hasil pendalaman Peneliti

melalui wawancara dengan para responden serta observasi dilapangan.

Adanya hambatan dalam aspek dukungan sumber daya manusia, anggaran

dan dukungan sarana-prasarana dinilai memiliki relevansi dengan

pelaksanaan kegiatan tersebut di atas.

Dengan demikian, dalam hal pelaksaaan kegiatan dengan

sepenuhnya berdasarkan perencanaan; pengorganisasian; dukungan

sumber daya manusia; dukungan sarana-prasarana; dukungan

anggaran pelaksanaan; dan pengendalian kegiatan agar warga negara

memiliki kesadaran bela negara dalam rangka penyelenggaraan bela

negara di wilayah kota Tangerang maka ternyata belum seluruhnya

komponen masyarakat berpendapat pelaksanaannya berjalan dengan

sepenuhnya serta adanya hambatan dalam aspek dukungan sumber daya

manusia, anggaran dan sarana-prasarana ikut mempengaruhi kondisi

tersebu di atas.

Page 83: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

81

4.3.4 Aspek Produk (Hasil)

Dalam hal pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Pemangku

Kepentingan Terkait (Ditjen Pothan cq. Dit.Bela Negara Kemhan dan

unsur-unsur lainnya) selaku penanggung jawab penyelenggaraan bela

negara berdasarkan: rencana kegiatan; struktur organisasi; dukungan

sumber daya manusia; dukungan sarana-prasarana; dukungan anggaran;

pengendalian kegiatan telah menghasilkan warga negara yang memiliki

kesadaran bela negara dalam rangka penyelenggaraan bela negara baik di

tingkat Kota, Kecamatan maupun Kelurahan di wilayah Tangerang sesuai

dengan indikator-indikator keberhasilan. Adapun komponen bangsa yang

mendukung pernyataan tersebut dengan sepenuhnya berasal dari pendapat

Ditjen Pothan, Kodim 0506/Tangerang, Tokoh Masyarakat, Ormas dan

Warga Masyarakat serta Mahasiswa/Pelajar. Sedangkan yang setengah

mendukung pernyataan tersebut di atas berasal dari Instansi Pemerintah.

Sebaliknya yang kurang mendukung pernyataan tersebut di atas berasal dari

pihak Guru. Selain hal tersebut di atas, terdapat pendapat responden yang

signifikan mengatakan bahwa “belum” sepenuhnya penyelenggaraan bela

negara menghasilakan warga negara yang memiliki sadar bela negara yaitu

dari pendapat Guru dan Instansi Pemerintah. Dalam hal yang sama juga

terdapat pendapat responden yang “tidak tahu” bahwa penyelenggaraan bela

negara sudah menghasilkan warga negara yang sadar bela negara meskipun

sudah dilaksanakan sepenuhnya kegiatan berdasarkan rencana kegiatan;

pengorganisasian; dukungan sumber daya manusia; dukungan sarana-

prasarana; dukungan anggaran pelaksanaan; dan pengendalian kegiatan

di wilayah kota Tangerang. Hasil kuesioner di atas juga diperkuat dari hasil

pendalaman Peneliti melalui wawancara dengan para responden serta

observasi dilapangan.

Dengan demikian, dalam hal pelaksaaan kegiatan penyelenggaraan

bela negara maka belum seluruhnya komponen masyarakat menyatakan

manfaat atau hasil pelaksanaan kegiatan untuk menjadikan warga negara

Page 84: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

82

memiliki kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang. Adanya

hambatan dalam aspek dukungan sumber daya manusia, anggaran dan

sarana-prasarana ikut mempengaruhi kondisi tersebu di atas.

Page 85: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

83

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap evaluasi implementasi

mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran bela negara di wilayah

kota Tanggerang dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

5.1.1 Aspek Konteks.

Dalam rangka perencanaan untuk mewujudkan warga negara yang

memiliki kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang melalui

“perumusan tujuan” dan “perumusan konsep”, belum sepenuhnya komponen

masyarakat mendapat baik penjelasan dari Pemangku Kepentingan Terkait

Penyelenggara Bela Negara serta belum sepenuhnya Pemangku

Kepentingan Terkait Penyelenggara Bela Negara menerima masukan dari

komponen masyarakat kecuali Instansi Pemerintah (Kota, Kecamatan dan

Kelurahan).

Oleh sebab itu, komponen masyarakat lainnya perlu mendapatkan

penjelasan yang lebih baik dan lebih luas dari Pemangku Kepentingan

Terkait Penyelenggara Bela Negara serta perlu lebih banyak dan lebih luas

Pemangku Kepentingan Terkait Penyelenggara Bela Negara mendapatkan

masukan dari Komponen Masyarakat menyangkut hal-hal “perumusan

tujuan” dan “perumusan konsep” untuk mewujudkan warga negara yang

memiliki kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang.

5.1.2 Aspek Input.

Dalam rangka persiapan untuk mewujudkan warga negara yang

memiliki kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang melalui kegiatan

perencanaan; pengorganisasian; dukungan sumber daya manusia;

dukungan sarana-prasarana; dukungan anggaran pelaksanaan; dan

pengendalian kegiatan belum seluruhnya komponen masyarakat

mengetahui hal tersebut kecuali Instansi Pemerintah. Oleh sebab itu,

Page 86: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

84

komponen masyarakat lainnya perlu mengetahui dengan lebih baik dan lebih

luas dari Pemangku Kepentingan Terkait Penyelenggara Bela Negara

menyangkut hal-hal kegiatan perencanaan; pengorganisasian; dukungan

sumber daya manusia; dukungan sarana-prasarana; dukungan anggaran

pelaksanaan; dan pengendalian kegiatan untuk mewujudkan warga negara

yang memiliki kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang.

5.1.3 Aspek Proses.

Dalam hal pelaksanaan untuk mewujudkan warga negara yang

memiliki kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang berdasarkan

perencanaan; pengorganisasian; dukungan sumber daya manusia;

dukungan sarana-prasarana; dukungan anggaran pelaksanaan; dan

pengendalian kegiatan ternyata belum seluruhnya komponen masyarakat

berpendapat bahwa pelaksanaannya berjalan dengan sepenuhnya. Adanya

hambatan dalam aspek dukungan sumber daya manusia, anggaran dan

sarana-prasarana ikut mempengaruhi kondisi tersebu di atas.

Oleh sebab itu, perlu pelaksanaan kegiatan yang lebih baik

menyangkut hal-hal kegiatan perencanaan; pengorganisasian; dukungan

sumber daya manusia; dukungan sarana-prasarana; dukungan anggaran

pelaksanaan; dan pengendalian kegiatan untuk mewujudkan warga negara

yang memiliki kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang.

5.1.4 Aspek Produk.

Dalam hal setelah pelaksanaan kegiatan berdasarkan perencanaan;

pengorganisasian; dukungan sumber daya manusia; dukungan sarana-

prasarana; dukungan anggaran pelaksanaan; dan pengendalian kegiatan

ternyata sebagain besar komponen masyarakat berpendapat bahwa

pelaksanaan kegiatan telah mewujudkan warga negara yang memiliki

kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang meskipun dalam aspek

perencanaan, aspek persiapan dan aspek pelaksanaan tidak sepenuhnya

berjalan baik.

Page 87: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

85

Oleh sebab itu, perlu pelaksanaan kegiatan sudah baik perlu

dilanjutkan serta pelaksanaan kegiatan yang belum baik perlu

disempurnakan menyangkut hal-hal kegiatan khususnya dukungan sumber

daya manusia; dukungan sarana-prasarana; dukungan anggaran

pelaksanaan; dan pengendalian kegiatan untuk mewujudkan warga negara

yang memiliki kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang.

5.2 Saran

Untuk mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran bela

negara yang lebih baik di wilayah kota Tanggerang disarankan hal-hal

sebagai berikut:

5.2.1 Aspek Perencanaan.

Pemangku Kepentingan Terkait Penyelenggara Bela Negara di

wilayah Tangerang di satu sisi perlu memberikan penjelasan yang lebih baik

dan lebih luas kepada Komponen Masyarakat serta di sisi lain Pemangku

Kepentingan Terkait Penyelenggara Bela Negara perlu lebih banyak dan

lebih luas mendapatkan masukan dari Komponen Masyarakat terkait dengan

perencanaan kegiatan menyangkut hal-hal “perumusan tujuan” dan

“perumusan konsep”.

5.2.2 Aspek Persiapan.

Pemangku Kepentingan Terkait Penyelenggara Bela Negara di

wilayah Tangerang perlu menjelaskan lebih baik dan lebih luas kepada

Komponen Masyarakat menyangkut hal-hal kegiatan perencanaan;

pengorganisasian; dukungan sumber daya manusia; dukungan sarana-

prasarana; dukungan anggaran pelaksanaan; dan pengendalian kegiatan

untuk mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran bela negara di

wilayah kota Tangerang.

5.2.3 Aspek Proses.

Pemangku Kepentingan Terkait Penyelenggara Bela Negara di

wilayah Tangerang perlu melaksanakan kegiatan yang lebih baik menyangkut

hal-hal kegiatan perencanaan; pengorganisasian; dukungan sumber daya

Page 88: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

86

manusia; dukungan sarana-prasarana; dukungan anggaran pelaksanaan;

dan pengendalian kegiatan untuk mewujudkan warga negara yang memiliki

kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang.

5.2.4 Aspek Produk.

Pemangku Kepentingan Terkait Penyelenggara Bela Negara di

wilayah Tangerang perlu melanjutkan pelaksanaan kegiatan yang sudah baik

serta menyempurnakan pelaksanaan kegiatan yang belum baik menyangkut

hal-hal dukungan sumber daya manusia; dukungan sarana-prasarana;

dukungan anggaran pelaksanaan untuk mewujudkan warga negara yang

memiliki kesadaran bela negara di wilayah kota Tangerang.

Page 89: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

87

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A’sad Said, (2010). Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa.

Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Arikunto,Suharsimi (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta; PT Rineka Cipta.

Anwar, Syaiful (2016), Melindungi Negara, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Burhan (2001). Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya; Airlangga University

Press.

Badan Pusat Statistik (2014). Tabel Perkelahian Masal. Jakarta: BPS

Badan Pusat Statistik Tangerang (2016).

Creswell, John (2014). Research design. Jakarta; Pustaka Pelajar

David, James C.Mc dan Hawthorn, Laura R.L. Key Concepts And Issues In Program Evaluation And Performance Measurement. Chapter 1, London: Sage Publications,Inc, 2005.

Davidson, E.Jane. Evaluation Methodology Basics: The Nuts and Bolts of Sound Evaluation. Thousand Oaks: Sage Publications,Inc. 2005.

French and Raven (1959). Social psychologist: The Bases of Social Power. New York; Journal Institute for Social Research D. Cartwright Edition pp. 150-167.

Hays. Peter L; Vallanc, Brenda; Van Tasse, Alan (dalam Supriyatno, 2014).

American Defence Policy. Baltimore: The Johns Hpkins University

Press.

Hinkin, T. R., & Schriesheim, C. A. (1989). Development and application of new scales to measure the French and Raven (1959) bases of social power. Journal of Applied Psychology, 74(4), 561-567.

Kemenristekdikti RI (2015). Pendidikan Warga Negara Di Perguruan Tinggi Jakarta: Kemenristekdikti RI.

Kemhan RI. (2015). Buku Putih Kebijakan Pertahanan Indonesia (BPPI). Jakarta; Kementerian Pertahanan RI.

Kodim 0506 / Tangerang (2017). Data Teritorial Bidang Wanwil Kodim

0506/Tangerang Semester I, Periode Januari s.d Juni 2017.

Tangerang: Kodim 0506/Tangerang.

Page 90: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

88

Marsono, (2015). Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila Untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta; In Media

Mertens, Donna M. Research and Evaluation in Education and Psychology:

Integrating Diversity with Quantitative,qualitative and Mixed Methods.

Second Edition, Thousand Oaks: Sage Publications,Inc, 2005.

Owen, John M. Evaluation Fundamentals in Program Evaluation: Forms and

Approaches, Third Edition. Crown Nest-NSW: Allen&Unwin, 2006.

Pressman, Jeffrey& Widavsky, Aaron (1073). Implementation: How Great

Expectations in Washington are Dashed in Oakland. Los Angeles:

University of California Press.Ltd.

Purwanto dan Sulistyastuti. (2005). Analisis Kebijakan dari Formulasi ke

Implementasi Kebijakan, Jakarta: Bumi Aksara

Setiawan, Tato (2015). Bahan Ajar Pendidikan Pancasila. Cimahi: Fakultas

Ekonomi, Unjani

Siahaan, Timbul (2014). Tataran Dasar Bela Negara. Jakarta: Ditpothan

Kemhan RI.

Song, Nick Letch. “Research on IT/IS Evaluation: A 25 Year Review

Xingchen”. Electronic Journal Information Sistem Evaluation. Volume

15 Issue 3, 2012.

Sobirin, Achmad (2015). Organisasi dan Perilaku Organisasi. Jakarta;

Pustaka Universitas Terbuka

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung; Alfabeta CV.

Stufflebeam, Daniel L dan Shinkfield, Anthony J. Evaluation Theory, Models

& Applications. San Franscisco: Jossey Bass, 2007.

----------,Daniel L dan Anthony J. Shinkfield,“Sistematic Evaluation: A Self-

Instruction Guide to Theory and Practice. Norwell : Kluwer Academic

Publisher Group, 1986

---------, Daniel L. dan Shinkfield, Anthony J. Sistematic Evaluation: A Self-

Instruction Guide to Theory and Practice, Chapter.2, An Analysis of

Alternative Approaches to Evaluation. Norwell : Kluwer Academic

Publisher Group, 1986.

Tunas (2010). Memahami Dan Memecahkan Masalah Dengan Pendekatan

Sistem. Jakarta: PT Nimas Ultima

Page 91: BAB-1opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/d6b57-hasil...2 Penyampaian itu merupakan hal yang harus disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab

89

Vendung, Evert. Evaluation: A Semantic Magnet in Public Policy and

Program Evaluation ,Chapter 1. New Jersey: Transaction Publishers

Rutgers, 1997.

Weick, Karl E. (1979) The Social Psychology of Organizing ed. ke-2 McGraw

Hill.

Weiss, C.H. Evaluation, 2nd edition. Upper Saddle River: Prentice-Hall,

1998.

Winarno (2012). Mengungkap Kembali Tafsir Pancasila: Dibalik Pencabutan

Ketetapan MPR tentang P4. Jurnal Forum Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang Vol 39 No. 2, Desember 2012.

Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi.

Jakarta,PT.Rajagrafindo Persada, 2011.

Dokumen

Undang-Undang RI No.2. Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Bandung: Fokusmedia, 2004.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Keputusan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor: KEP/ 1255/ M/

XII/ 20125 tentang Kebijakan Pertahanan Negara Tahun 2016.

Jakarta: Kemenhan RI

Sumber Elektronik.

Humas Kemensetneg (2016). Bertemu Pimpinan Ormas Islam, Presiden

Jokowi: Kita Bisa Tetap Bersatu Dalam Kebhinnekaan. Diunduh dari

http://www.setneg.go.id pada tanggal 18 Januari 2017.

Zainal Ittihad Amin, (2007). Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta

(Sishankamrata) diakses melalui https://www.slideshare.net/pjj

kemenkes/sistem-pertahanan-keamanan-rakyat-semesta.