Bab 16 dan 17

21
HUKUM PAJAK Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Hukum Pajak Internadional Dosen: Desy Lesmana, S.E., M. Si,. Ak, CA, BKP Disusun oleh: Winda Yohana (13.1.047) Hermi Ponniati (13.1.052) Mimi Utami (13.1.060)

description

tugas

Transcript of Bab 16 dan 17

HUKUM PAJAKPajak Daerah dan Retribusi Daerah Hukum Pajak InternadionalDosen: Desy Lesmana, S.E., M. Si,. Ak, CA, BKP

Disusun oleh:

Winda Yohana(13.1.047)

Hermi Ponniati(13.1.052)

Mimi Utami(13.1.060)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUSIPALEMBANGTAHUN AJARAN 2013/2014Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)A. Tujuan dari Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah1. Menyederhanakan berbagai pungutan daerah dalam rangka mengurangi ekonomi biaya tinggi2. Menyederhanakan sistem dan administrasi perpajakan dan retribusi daerah untuk memperkuat fondasi penerimaan daerah khususnya kabupaten/ kota, dengan mengefektifkan jenis pajak dan retribusi tertentuyang potensialB. Pengertian-Pengertian UmumC. Pajak Daerah1. Jenis Pajak Daerah dan Tarif Pajak Daeraha) Pajak Provinsib) Pajak Kabupaten/Kota2. Cara Penghitungan Pajak Daerah3. Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Daerah 4. Peraturan Daerah tentang Pajak5. Sistem Pemungutan Pajak Daeraha) Sistem Official AssestmentPemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan Kepala Daerah dengan menggunakan SKPD atau dokumen lainnya yang dipersamakan. WP melakukan pembayaran menggunakan SSPD pada kantor pos atau bank persepsi. Jika WP tidak atau kurang membayar akan ditagih dengan STPD.b) Sistem Self Asesstment.WP menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan adalah SPTPD yaitu, formulir untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan pajak yang terutang. Jika WP tidak atau kurang membayar atau terdapat salah hitung atau salah tulis akan ditagih dengan STPD.Bila dalam jangka waktu 5 tahun berdasarkan pemeriksaan ditemukan adanya pajak daerah yang tidak atau kurang dibayar maka akan ditagih dengan SKPDKB, setelah diterbitkan SKPDKB berdasarkan data baru (novum) ternyata masih ada pajak daerah yang kurang dibayar maka diterbitkan SKPDKBT.Jumlah Pajak yang terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Sedangkan jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.Kepala Daerah dapat menerbitkan STPD bila:a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;b. Dari hasil penelitian SPT Pajak Daerah terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;c. WP dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.Dalam penghitungannya jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SPTD ditambah sanksi administrasi berupa bunga 2% setiap bulan untuk paling lama 15 bulan sejak saat terutangnya pajak. Untuk SKPD yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan, dan ditagih melalui STPD.

6. Tata Cara Pembayaran dan PenagihanTanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 hari setelah saat terutangnya pajak. SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SK Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.Atas permohonan WP, Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada WP untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga 2% sebulan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Keputusan Kepala Daerah.Pajak yang terutang berdasarkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SK Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh WP pada waktunya, dapat ditagih dengan Surat Paksa.

7. KeberatanWP hanya dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu:a. SKPD;b. SKPDKB;c. SKPDKBT;d. SKPDLB;e. SKPD Nihil;f. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang berlaku.Dalam mengajukan keberatan WP harus memenuhi persyaratan berikut:a. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.b. Dalam hal WP mengajukan keberatan atas ketetapan pajak secara jabatan, WP harus dapat membuktikan Ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut.Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan, kecuali jika WP dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaanya. Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak sesuai ketentuan yang berlakuKepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang. Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi keputusan, keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan.

8. BandingJika WP menolak keputusan surat keberatan maka WP dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 3 bulan sejak diterimanya Surat Keputusan Keberatan.

9. Daluwarsa Pajak DaerahBatas Daluwarsa dari Pajak Daerah adalah 5 tahun, kecuali WP Daerah melakukan tindak pidana Pajak Daerah. Jangka waktu 5 tahun ditangguhkan jika:a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa;b. Ada pengakuan utang pajak dari WP baik secara langsung maupun tidak langsung.

D. Retribusi DaerahAdalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.1. Objek Retribusi Daeraha. Jasa Umum;b. Jasa Usaha;c. Perizinan tertentu.Jasa yang diselenggarakan oleh BUMD bukan merupakan objek retribusi.Retribusi dibagi menjadi 3 golongan:a. Retribusi Jasa Umum;b. Retribusi Jasa Usaha;c. Retribusi Perizinan tertentu.

2. Kriteria Retribusi Jasa Umuma. Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu.b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi.e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya.f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial.g. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

3. Kriteria Retribusi Jasa Usahaa. Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa umum atau retribusi perizinan tertentu.b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

4. Kriteria Retribusi Perizinan Tertentu1) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi.2) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum.3) Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.Selain tiga jenis retribusi tersebut, dapat pula ditetapkan jenis retribusi lainnya yang sesuai dengan kewenangan otonomi dan memenuhi kriteria yang ditetapkan, dan harus ditetapkan dengan peraturan daerah.Jenis-jenis retribusi yang diatur, dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah.

5. Cara Penghitungan RetribusiTingkat penggunaan Jasa x Tarif Retribusi

Tingkat penggunaan jasa diukur dengan:1) Kuantitas penggunaan jasa;2) Ditaksir dengan rumus;Tarif retribusi diukur dengan:1) Nilai rupiah atau persentase terentu yang ditetapkan;2) Dapat ditentukan seragam atau diadakan pembedaan sesuai prinsip atau sasaran tarif.

6. Peraturan Daerah tentang RetribusiPeraturan daerah untuk jenis-jenis retribusi yang tersolong dalam Retribusi Perizinan Tertentu harus terlebih dahulu disosialisasikan dengan masyarakat sebelum ditetapkan. Ketentuan untuk mengatur tata cara dan mekanisme pelaksanaan sosialisasi peraturan pemerintah daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah.Peraturan daerah harus disampaikan kepada pemerintah paling lama 15 hari setelah ditetapkan. Jika peraturan daerah bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peratutan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka pemerintah dapat membatalkan peraturan daerah tersebut. Pembatalan dilakukan paling lama 1 tahun sejak diterimanya peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Prinsip dan Sasaran Penentuan TarifRetribusi Jasa UmumDitetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.

Retribusi Jasa UsahaDitentukan berdasarkan pada tujuan untuk mempeoleh keuntungan yang layak.

Retribusi Perizinan TertentuDitentukan berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

8. Sistem Pemungutan RetribusiSistem pemungutan Retribusi Daerah menggunakan sistem official assessment.

9. Daluwarsa Retribusi DaerahBatas daluwarsa dari retribusi daerah adalah 3 tahun kecuali wajib retribusi (WR) melakukan tindak pidana retribusi daerah. Jangka waktu 3 tahun ditangguhkan jika:1) Diterbikan surat teguran;2) Ada pengakuan utang retribusi dari WR baik secara langsung maupun tidak langsung.

10. Keberatan1) Keberatan dapat diajukan WP daerah atau WR daerah kepada Kepala Daerah terhadap suatu:a. SKPD;b. Pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.3) Jangka pengajuan surat keberatan untuk Pajak Daerah adalah 3 bulan sejak diterimanya SKP. Unuk retribusi daerah 2 bulan sejak diterimanya SK Retribusi Daerah.4) Kepala Daerah harus mengambil keputusan dalam jangka waktu 12 bulan untuk Pajak Daerah dan 6 bulan untuk Retribusi daerah. Jika dalam jangka waktu tersebut Kepala Daerah tidak mengambil keputusan maka keberatan WP/WR dianggap diterima.5) Keputusan dari keberatan dapat berupa:a. Ditolak;b. Diterima;c. Menambah.

11. Pembetulan, Pembatalan, dan Pengurangan KetetapanKepala Daerah karena jabatan atau atas permohonan WP/WR dapat membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar, membetulkan SKP yang salah tulis, salah hitung, atau keliru menerapkan peraturan perundangan.

12. Penghapusan atau Pengurangan Sanksi AdministrasiKepala Daerah dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan pajak daerah yang berlaku dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan WP atau karena bukan kesalahannya.

13. Pengembalian Kelebihan PembayaranAtas kelebihan pembayaran pajak atau retribusi WP atau WR dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Kepala Daerah. Dalam jangka waktu paling lama 6 bulan sejak diterimanya permohonan, Kepala Daerah harus memberikan keputusan.Jika jangka waktu terlampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan dianggap dikabulkan dan SKPDLB atau SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 bulan.Untuk WP atau WR yang mempunyai utang pajak atau utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran pajak atau retribusi langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang tersebut.Pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau retribusi dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 bulan sejak diterbitkannya SKPDLB atau SKRDLB. Apabila pengembalian dilakukan setelah melewati jangka waktu, Kepala Daerah memberikan imbalan bungan sebesar 2% sebulan atas keterlambatannya.

14. PembukuanWP yang memenuhi kriteria tertentu wajib menyelenggarakan pembukuan. Kriteriayang berlaku saat ini adalah WP yang melakukan usaha antara lain jasa dagang dengan omzet lebih besar dari Rp 300juta per tahun.

15. PemeriksaaanKepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan WP dalam pemenuhan kewajiban Pajak Daerah. Kewajiban WP jika diperiksa:1) Memperlihatkan/meminjamkan perpajakan daerah dan retribusi;2) Memberikan kesempatan untuk memasuki ruangan/tempat tertentu;3) Memberikan keterangan yang diperlukan.

Hukum Pajak InternasionalA. Pengertian Hukum Pajak InternasionalPajak internasional adalah kesepakatan perpajakan yang berlaku di antara negara yang mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dan pelaksanaannya dilakukan dengan niat baik sesuai dengan Konvensi Wina (Pacta Sunservanda).a. Prof Dr. Ottmar BuhlerPajak dalam arti sempitAdalah kaidah-kaidah atau norma hukum perselisihan (kilisi) yang berdasarkan pada hukum antar bangsa (hukum internasional).Pajak dalam arti luasAdalah kaidah-kaidah hikum antar bangsa ini ditambah peraturan nasional yang mempunyai sebagai objeknya hukum perselisihan (kolisi), tentunya yang letaknya dibidang perpajakanb. RosendolfMengartikan hukum pajak internasional sebagai keseluruhan hukum pajak nasional dari semua negara yang ada di dunia.c. Dr. P. Van ThemaatMendefinisikan hukum pajak internasional sebagai keseluruhan norma-norma, termasuk juga kebiasaan-kebiasaan dan trkaktat-traktat internasional yang membetasi kedaulatan suatu negara dalam soal pemungutan pajak.d. Prof. Dr. P.J.A. AndrianiMengartiksn bahwa pajak harus dihubungkan dengan suatu rangkaian arus daya beli yang berjalan terus melalui masyarakat.e. Anglo-SaxonBerlaku pengertisn ysng lebih terperinci tentsng hukum pajak internasional. Diantaranya:1. National External Tax LawMerupakan bagian dari hukum pajak nasional yang memuat mengenai peraturan perpajakan yang mempunyai daya kerja sampai di batas luar negara karena terdapat unsur-unsur asing, baik mengenai objeknya (sumber ada di luar negeri) maupun terhadap subjeknya (subjek ada di luar negeri.2. Foreign Tax LawAdalah mencakup keseluruhan perundang-undangan dan peraturan-peraturan pajak dari negara-negara yang ada di seluruh dunia. Foreign tax law berguna sebagai bahan perbandingan dalam melakukan comparative tax law study ketika akan melakukan perjanjian perpajakan dengan negara lain.3. International Tax LawDalam arti sempit diartikan bahwa hukum pajak internasional merupakan keseluruhan kaedah pajak berdasarkan hukum antar negara seperti traktat-traktat, konvensi, dll yang semata-mata berdasarkan sumber-sumber asing. Sedangkan dalam arti luas adalah keseluruhan kaedah baik yang berdasarkan traktat, konvensi, dan prinsip hukum pajak yang diterima negara-negara dunia, maupun kaedah-kaedah nasional yang objeknya adalah pengenaan pajak yang mengandung adanya unsur-unsur asing, yang dapat menimbulkan bentrokan hukum antara dua negara atau lebih.B. Sumber-Sumber Hukum Pajak Internasionalyaitu:1. Hukum Pajak Nasional atau Unilateral yang mengandung unsur asing.2. Trakat, yaitu kaedah hukum yang dibuat menurut perjanjian antar negara baik secara bilateral maupun multilateral.3. Keputusan Hakim Nasional atau Komisi Internasional tentang pajak-pajak internasional. C. Sumber Pajak dan Objek Pajak dalam Pajak InternasionalSubjek pajak dibagi menjadi 2 :1. Subjek pajak dalam negeri yang mendapat penghasilan dari sumber-sumber di luar negeri2. Subjek pajak luar negeri yang mendapat penghasilan dari sumber-sumber di dalam negeriSedangkan objek pajak dibagi menjadi 2 yaitu :1. Objek pajak dengan sumber di dalam negeri2. Objek pajak dengan sumber di luar negeri

D. Pajak GandaMerupskan masalah pokok dalam hukum pajak internasional disamping hal-hal lainnya. Pajak ganda nasional adalah pajak yang dikenakan lebih dari satu kali terhadap objek yang sama oleh suatu negara. Dengan kata lain, pajak ganda internasional taimbul karena:1. Ada lebih dari satu negara yang memungut pajak2. Dikenakan terhadap objek pajak yang samaUntuk menghindari pajak berganda internasional maka diadakan perjanjian penghinfaran pajak berganda (agreement for the avoidance of double taxation and the prevention of tax evasion) atau lebih dikenal dengan istilah tax treaty.E. Tax TreatyAdalah perjanjian pajak antar dua negara dalam uaya penghindaran pajak berganda. Dan dapat dikelompokan menjadi 3 diantaranya :1. Menyebutkan jenis pajaknya, tetapi tidak menyatakan definisinya2. Mencantumkan definisi pajak yangdiliputinya disertai dengan nama pajak-pajak3. Menyebutkan nama pajak dengan ketentuan, bahwa pajak tersebut juga berlaku untuk pajak-pajak yang akan diadakn, dan pada hakikatnya mempunyai dasar yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Suandy, Erly. (2014). Hukum Pajak Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.