Bab 123 Toksisitas Mikrobiologi

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap harinya bisa terpapar oleh toksikan, karena sumber toksikan dapat kita temui dari mana saja, bisa dari lingkungan rumah, lingkungan kerja, bahkan dari makanan yang kita konsumsi. Paparan toksik dari mikrooganisme dapat melalui makanan ke saluran pencernaan dan langsung melalui kulit. Di negara berkembang hampir 15 juta orang meninggal setiap tahunnya diakibatkan oleh penyakit infeksi. Beberapa penyakit infeksi yang masuk dalam daftar 10 penyakit terbanyak yang diderita masyarakat Indonesia diantaranya adalah diare, infeksi saluran pernapasan akut dan pneumonia (Anonim, 2007 ; Anonim, 2008). Penyebab penyakit infeksi tersebut diantaranya adalah bakteri E. coli, P. aeruginosa atau B. subtilis. Infeksi merupakan proses saat organisme patogen (misalnya bakteri, virus, jamur) yang mampu menyebabkan penyakit masuk ke dalam tubuh atau jaringan dan menyebabkan trauma atau kerusakan (Pierce, A. dkk, 2006). Keracunan pangan oleh bakteri dapat berupa intoksifikasi atau infeksi. Intoksifikasi disebabkan oleh adanya toksin bakteri yang terbentuk didalam makanan pada saat bakteri bermultiplikasi, sedangkan

description

toksisitas

Transcript of Bab 123 Toksisitas Mikrobiologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia setiap harinya bisa terpapar oleh toksikan, karena sumber

toksikan dapat kita temui dari mana saja, bisa dari lingkungan rumah,

lingkungan kerja, bahkan dari makanan yang kita konsumsi.

Paparan toksik dari mikrooganisme dapat melalui makanan ke saluran

pencernaan dan langsung melalui kulit. Di negara berkembang hampir 15 juta

orang meninggal setiap tahunnya diakibatkan oleh penyakit infeksi. Beberapa

penyakit infeksi yang masuk dalam daftar 10 penyakit terbanyak yang diderita

masyarakat Indonesia diantaranya adalah diare, infeksi saluran pernapasan akut

dan pneumonia (Anonim, 2007 ; Anonim, 2008). Penyebab penyakit infeksi

tersebut diantaranya adalah bakteri E. coli, P. aeruginosa atau B. subtilis. Infeksi

merupakan proses saat organisme patogen (misalnya bakteri, virus, jamur) yang

mampu menyebabkan penyakit masuk ke dalam tubuh atau jaringan dan

menyebabkan trauma atau kerusakan (Pierce, A. dkk, 2006).

Keracunan pangan oleh bakteri dapat berupa intoksifikasi atau infeksi.

Intoksifikasi disebabkan oleh adanya toksin bakteri yang terbentuk didalam

makanan pada saat bakteri bermultiplikasi, sedangkan keracunan pangan berupa

infeksi, disebabkan oleh masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang

terkontaminasi dan tubuh memberikan reaksi terhadap bakteri tersebut. Ada dua

jenis intoksifikasi makanan yang disebabkan oleh bakteri yaitu botulism, karena

adanya toksin dalam makanan yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum dan

intoksifikasi lain yaitu stafilokokkal, yang disebabkan oleh enterotoksin dari

Staphylococcus aureus. Sedangkan keracunan pangan oleh bakteri yang

merupakan infeksi, dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama berasal dari

makanan yang berfungsi sebagai pembawa bakteri,

misalnya disentri demam tifoid, kolera, brusellosis dan lain-lain.

Pada dasarnya seluruh mikroorganisme yang ada dialam, hanya sebagian

kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organisme atau

mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organisme lain. Kemampuan

patogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenitas.

Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme

hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan

terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada didalam

tanah, dilingkungan akuatik, dan atmosfer (udara) serta makanan, dan karena

beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami kedalam tubuh

manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal

sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam

kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.

Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat

komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor

biologis seperti suhu, kelembapan dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-zat

penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan

karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup. Flora

yang bisa hidup dibagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting

dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa anggota

flora tetapi disaluran pencernaan menyintetis vitamin K dan penyerapan berbagai

zat makanan.

Flora yang menetap diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah

kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat gangguan

bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi pada

reseptor atau tempat pengikat pada sel penjamu, kompetisi untuk zat makanan,

penghambat oleh produk metabolik atau racun, penghambat oleh zat antibiotik

atau bakteriocin. Supresi flora normal menimbulkan tempat kosong yang

cenderung akan ditempati oleh mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain

pada tubuh. Beberapa bakteri bersifat oportunis dan bisa menjadi patogen. Selain

itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora adalah penting

untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh normal.

Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi

tertentu. Baerbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena

hambatan-hambatan yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari

lingkungan dihilangakan dan masuk kedalam aliran darah atau jaringan,

organisme ini mungkin menjadi patogen.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bakteri apa saja yang dapat menyebabkan keracunan?

2. Bagaimana gejala yang terjadi dari keracunan yang disebabkan

mikroorgnisme?

3. Bagaimana mekanisme terjadinya keracunan yang disebabkan oleh

mikroorganisme?

4. Bagaimana penanganan untuk keracunan yang diakibatkan oleh

mikroorgnsme?

1.3 Tujuan Makalah

Dari rumusan masalah tersebut, makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui mikroorgnsme apa saja yang menyebabkan keracunan.

2. Mengetahu gejala yang terjdi dari keracunan mikroorgnsme.

3. Mengetahui mekanisme terjadinya keaacunan yang disebabkan oleh

mikroorgnsme.

4. Mengetahui penanganan untuk keracunan yang diakibatkan oleh

mikroorgnsme.

1.4 Manfaat Makalah

1. Agar mahasiswa mengetahui mikroorgnsme apa saja yang dapat menyebabkan keracunan.

2. Agar mahasiswa mengetahui penangan untuk keracunan yang diakibatkan oleh mikroorgnsme.

3. Agar mahasiswa dapat terhindar dari racun yang diakibatkan oleh mikroorgnsme.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran

sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.

Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme

seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler).

Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang

dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga

termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler.

Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota,

protista, dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak

membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya, meskipun banyak

yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang

dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang

dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan

mampu memperbanyak diri secara mitosis.

Mikroorganisme berbeda dengan sel makrooganisme. Sel

makroorganisme tidak bisa hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian

dari struktur multiselular yang membentuk jaringan, organ, dan sistem organ.

Sementara, sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan proses

kehidupan dengan mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan

bereproduksi secara independen tanpa bantuan sel lain.

Mikroorganisme terbagi atas :

a. Bakteri

Bakteri dari kata latin bacterium atau bacteria adalah kelompok oragnisme

yang tidak memiliki membrane inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam

domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta

memiliki peran besar dalam kehidupan dibumi. Beberapa kelompok

bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan

kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan,

pengobatan, dan industry. Bakteri dapatditemukan hampir disemua tempat

ditanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun

sebagai agen parasite (pathogen) bahkan dalam tubuh manusia. Pada

umumnya, bakteri berukuran 0,5 – 5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang

dapat berdiameter hingga 700 μm yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya

memiliki dinding sel, seperti dinding sel tumbuhan dan jamur, tetapi

dengan bahan pembentuk yang sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa

jenis bakteri bersifat motil ( mampu bergerak ) dan mobilitasnya ini

disebabkan oleh flagel ( nurwantoro, 1997).

b. Fungi (termasuk Khamir dan Actinomycetes )

Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar mahluk hidup

eukariotik heterotroph yang mencerna makanannya diluar tubuh lalu

menyerap molekul nutrisi ke dalam sel – selnya. Fungi memiliki

bermacam – macam bentuk. Fungi memperbanyak diri secara seksual dan

aseksual. Perbanyakan seksual adalah dengan cara dua hifa dari jamur

berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh

buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora,

bertunas atau fragmentasi hifa.

c. Virus ( termasuk bacteriophage )

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel

organisme biologis. Virus ini bersifat parasite obligat, hal tersebut

disebakan karena virus hanya dapat bereproduksi didalam material hidup

dengan menginvasi dan memanfaatkan sel mahluk hidup karena virus

tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya

virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat ( DNA atau RNA, tetapi

tidak kombinasi keduanya ) yang diselubungi semacam bahan pelindung

yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.

d. Protozoa (termasuk Alga)

Protozoa berasal dari bahasa yunani yaitu protos artinya pertama dan zoon

artinya hewan. Jadi protozoa, adalah hewan pertama, protozoa merupakan

kelompok lain Protista eukariotik. Kadang – kadang antara alga dan

protozoa kurang jelas perbedaanya. Kebanyakan protozoa hanya dapat

dilihat dibawah mikroskop. Protozoa hidup di air atau setidaknya ditempat

yang basah. Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat dilautan,

lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat parasitic,

hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat

berupa organisme sederhana seperti alga, sampai vertebrata yang

kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh didalam

tanah atau permukaan tumbuh – tumbuhan. Semua protozoa memerlukan

kelembaban yang tinggi pada habitat apapun.

2.2 Macam-macam

Berbagai macam jenis-jenis bakteri, ada yang menguntungkan ada juga

bakteri yang merugikan bagi kehidupan manusia.

2.2.1 Bakteri yang Menguntungkan Manusia

Sesungguhnya, lebih dari 90% bakteri bermanfaat bagi manusia, antara

lain sebagai penghasil antibiotik, vitamin, bahan-bahan makanan, bahan-bahan

kimia, bioinsektisida, dan biogas. Selain itu, bakteri juga bermanfaat bagi

lingkungan karena menguraikan sampah-sampah organik menjadi bahan-

bahan anorganik yang merupakan unsur hara bagi tumbuhan.

Berikut ini adalah contoh-contoh bakteri yang bermanfaat bagi

manusia dan lingkungan:

1. Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermofillus dan Streptococcus

lactis, digunakan dalam pembuatan yoghurt;

2. Acetobacter xylinum, digunakan untuk pembuatan nata de coco;

3. Acetobacter aceti, digunakan untuk pembuatan asam asetat;

4. Streptomyces griceus, menghasilkan antibiotik sikloheksimid;

5. Streptomyces erythraeus, menghasilkan antibiotik eritromisin;

6. Bacillus subtilis, menghasilkan antibiotik subtilisin;

7. Bacillus subtilis, menghasilkan enzim protease yang digunakan pada

industri deterjen;

8. Rhizobium dan Bradyrhizobium. dapat bersimbiosis dengan akar tanaman

polong-polongan (Leguminoceae) untuk mengikat atau memfiksasi

nitrogen dari udara bebas menjadi nitrat {N03) sehingga dapat

menyuburkan tanaman:

9. Bacillus thuringiensis, menghasilkan racun yang dapat membunuh

serangga hama sehingga digunakan sebagai bioinsektisida;

10. Brefibacteriumflafum, digunakan untuk memproduksi asam amino

glutamat untuk penyedap masakan;

11. Cellulomonas, hidup di dalam perut ruminansia untuk membantu proses

pencemaan makanan;

12. Thiobacillus ferro-oxidans dan Thiobacillus thio-oxidans, digunakan untuk

penambangan tembaga, perak dan emas secara biologis;

13. berbagai jenis bakteri tanah sangat berjasa pada manusia karena

membusukkan' dan menguraikan sampah, sisa-sisa tumbuhan, dan bangkai

hewan ataupun manusia. 

Selain yang telah disebutkan di atas, bakteri juga dapat dimanfaatkan

dalam bidang bioteknologi, yaitu dalam teknik rekayasa genetika. Dalam hal

ini bakteri berperan sebagai sumber gen. Gen-gen unggul yang terdapat dalam

DNA bakteri dapat dipotong dan diambil (diisolasi), kemudian disisipkan pada

DNA organisme lain. Dengan teknik tersebut diharapkan organisme yang

telah disisipi gen-gen unggul dari bakteri  tersebut memiliki sifat-sifat atau

kemampuan sesuai yang kita kehendaki. Dalam teknik rekayasa genetika

tersebut, DNA bakteri juga dapat disisipi gen-gen dari organisme lain, semisal

gen manusia. Bakteri yang telah disisipi gen-gen manusia dapat menghasilkan

bermacam-macam zat kimia dan hormon, seperti insulin dan hormon

pertumbuhan, yang dapat digunakan sebagai obat bagi beberapa penyakit pada

manusia.

2.2.2 Bakteri yang Merugikan Manusia

Ada beragam jenis bakteri, salah satunya adalah kelompok patogenik.

Istilah “patogenik” itu sendiri secara harfiah mengakar pada bahasa Yunani

kuno yang berarti penyebab penderitaan. Jadi secara sederhana, bakteri

pathogen bisa diartikan sebagai jenis bakteri yang menjadi sumber

penderitaan. Dalam kajian yang lebih lengkap, bakteri patogen adalah jenis-

jenis bakteri yang menjadi biang penyakit pada makhluk hidup. Bakteri

patogen ini bekerja dengan cara menginfeksi organisme dan sebagai

akibatnya, muncul gejala-gejala abnormal yang kita kenali sebagai tanda-tanda

penyakit. Sebagian dari bakteri patogen ini tidak terasa di tubuh, namun tak

jarang pula yang menyebabkan penyakit serius semacam HIV, SARS, Flu

Burung dan masih banyak lagi lainnya.

Dalam kajian ilmu biologi, dikenal kecenderungan karakteristik

organisme yang sangat patogen sajalah yang bisa menyebabkan penyakit pada

makhluk hidup. Sementara selebihnya tidak mengakibatkan apa-apa. Bakteri

yang jarang menyebabkan pemyakit tersebut dikenal dengan istilah patogen

oportunis, yakni jenis bakteri yang tidak menyebabkan atau menimbulkan

penyakit pada makhluk hidup dengan kompetensi umun atau daya tahan tubuh

yang baik. Sebaliknya, jenis bakteri ini bisa memicu penyakit bagi mereka

yang memiliki kekebalan tubuh yang rendah. Jadi bisa disumpulkan bahwa

bakteri patogen oportunis ini mengambil kesempatan dari menurunnya sistem

pertahanan di dalam tubuh sang inang yang ia infeksi.

Berikut ini adalah contoh-contoh bakteri yang merugikan: 

1. Bacillus anthracis, penyebab penyakit antraks;

2. Bordetella pertussis, penyebab penyakit batuk rejan

3. Corynebacterium diphtheriae, penyebab penyakit difteri;

4. Vibrio cholerae, penyebab penyakit kolera;

5. Staphylococcus aureus, patogen kulit dan jaringan yang lunak;

6. Streptococcus pyogenes, penyebab penyakit faringitis;

7. Streptococcus pneumoniae, penyebab penyakit paru-paru;

8. Streptococcus agalactiae, penyebab penyakit meningitis;

9. Salmonella typhi, penyebab penyakit tifus;

10. Haemophilus infiuenzae, penyebab penyakit brorikitis;

11. Neisseria gonorrhoeae, penyebab penyakit gonorea;

12. Mycobacterium tuberculosis, penyebab penyakit TBC (tuberculosis);

13. Treponema pallidum, penyebab penyakit kelamin sifilis;

14. Clostridium botulinum, dapat menghasilkan racun yang berbahaya pada

makanan kaleng.

15. mycobacterium leprae : penyebab penyakit lepra pada manusia

Bakteri juga merupakan penyebab utama keracunan makanan.

Keracunan makanan oleh bakteri terjadi karena bakteri dalam makanan

tersebut mengeluarkan enterotoksin, atau racun, sebagai produk sampingan

dari pertumbuhannya. Racun ini sering mengurangi kemampuan penyerapan

makanan oleh usus dan menyebabkan sekresi air dan elektrolit yang mengarah

ke dehidrasi. Tingkat keparahan gejala keracunan tergantung pada jenis

bakteri, jumlah bakteri dan makanan yang dikonsumsi, dan kesehatan individu

dan kepekaan terhadap toksin bakteri.

Bakteri dapat menyebabkan keracunan pangan melalui dua

mekanisme, yaitu intoksikasi dan infeksi.

1. Intoksikasi

Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri

patogen (baik itu toksin maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri

tumbuh pada pangan dan memproduksi toksin. Jika pangan ditelan, maka

toksin tersebut yang akan menyebabkan gejala, bukan bakterinya.

Beberapa bakteri patogen yang dapat mengakibatkan keracunan

pangan melalui intoksikasi adalah:

1) Bacillus cereus

Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong

bakteri Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora.

Keracunan akan timbul jika seseorang menelan bakteri atau bentuk sporanya,

kemudian bakteri bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau

seseorang mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin tersebut.

Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin

yang menyebabkan diare dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis).

Gejala keracunan:

- Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin

penyebab diare, maka gejala yang timbul berhubungan dengan saluran

pencernaan bagian bawah berupa mual, nyeri perut seperti kram, diare

berair, yang terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi pangan.

- Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin

penyebab muntah, gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut

serta berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas, berupa mual

dan muntah yang dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan yang

tercemar.

Bakteri penghasil toksin penyebab muntah bisa mencemari pangan

berbahan beras, kentang tumbuk, pangan yang mengandung pati, dan tunas

sayuran. Sedangkan bakteri penghasil toksin penyebab diare bisa mencemari

sayuran dan daging.Tindakan pengendalian khusus bagi rumah tangga atau

penjual makanan terkait bakteri ini adalah pengendalian suhu yang efektif

untuk mencegah pertunasan dan pertumbuhan spora. Bila tidak tersedia lemari

pendingin, disarankan untuk memasak pangan dalam jumlah yang sesuai

untuk segera dikonsumsi. Toksin yang berkaitan dengan sindrom muntah

bersifat resisten terhadap panas dan pemanasan berulang, proses

penggorengan pangan juga tidak akan menghancurkan toksin tersebut.

2) Clostridium botulinum

Clostridium botulinum merupakan bakteri Gram-positif yang dapat

membentuk spora tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi.

Toksin yang dihasilkan dinamakan botulinum, bersifat meracuni saraf

(neurotoksik) yang dapat menyebabkan paralisis. Toksin botulinum bersifat

termolabil. Pemanasan pangan sampai suhu 800 C selama 30 menit cukup

untuk merusak toksin. Sedangkan spora bersifat resisten terhadap suhu

pemanasan normal dan dapat bertahan hidup dalam pengeringan dan

pembekuan.

Clostridium botulinum (umumnya dikenal sebagai botulisme)

merupakan bakteri yang dapat membuat keracunan makanan yang mematikan.

Sumber botulisme pada orang dewasa biasanya bersumber dari makanan

kalengan atau awetan yang rusak.

Gejala keracunan:

Gejala botulism berupa mual, muntah, pening, sakit kepala, pandangan

berganda, tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut, letih, lemah otot,

paralisis, dan pada beberapa kasus dapat menimbulkan kematian. Gejala dapat

timbul 12-36 jam setelah toksin tertelan. Masa sakit dapat berlangsung selama

2 jam sampai 14 hari.

Tidak seperti penyakit bawaan makanan lainnya, tidak ada muntah dan

diare yang berhubungan dengan botulisme. Awalnya, seseorang yang

menderita botulisme merasakan lemah, pusing, dan gangguan penglihatan.

Gejala berikutnya berupa kesulitan berbicara dan menelan. Racun dari

Clostridium botulinum adalah racun neurotoksin yang menyerang sistem

saraf, dan bisa menyebabkan kelumpuhan. Jika penyakit tidak segera diatasi,

kelumpuhan ini akan berlanjut ke seluruh tubuh. Akhirnya, tanpa intervensi

medis, otot-otot pernafasan akan menjadi lumpuh dan korban akan mati lemas.

Pada bayi yang mengidap botulisme, spora Clostridium botulinum

tinggal dalam saluran usus bayi. Madu, terutama bila dikonsumsi oleh bayi

yang berumur di bawah 12 bulan, dapat menjadi sumber dari spora. Gejala

botulism pada bayi terjadi secara bertahap. Bayi awalnya memiliki konstipasi,

diikuti dengan nafsu makan yang buruk, lesu, lemah, dan menangis. Akhirnya

bayi kehilangan kemampuan untuk mengendalikan otot-otot kepalanya.

Kelumpuhan kemudian bisa berkembang ke seluruh tubuh.

Penanganan:

Tidak ada penanganan spesifik untuk keracunan ini, kecuali mengganti

cairan tubuh yang hilang. Kebanyakan keracunan dapat terjadi akibat cara

pengawetan pangan yang keliru (khususnya di rumah atau industri rumah

tangga), misalnya pengalengan, fermentasi, pengawetan dengan garam,

pengasapan, pengawetan dengan asam atau minyak.

Bakteri ini dapat mencemari produk pangan dalam kaleng yang

berkadar asam rendah, ikan asap, kentang matang yang kurang baik

penyimpanannya, pie beku, telur ikan fermentasi, seafood, dan madu.

Tindakan pengendalian khusus bagi industri terkait bakteri ini adalah

penerapan sterilisasi panas dan penggunaan nitrit pada daging yang

dipasteurisasi. Sedangkan bagi rumah tangga atau pusat penjualan makanan

antara lain dengan memasak pangan kaleng dengan seksama (rebus dan aduk

selama 15 menit), simpan pangan dalam lemari pendingin terutama untuk

pangan yang dikemas hampa udara dan pangan segar atau yang diasap.

Hindari pula mengkonsumsi pangan kaleng yang kemasannnya telah

menggembung.

3) Staphilococcus aureus

Terdapat 23 spesies Staphilococcus, tetapi Staphilococcusaureus

merupakan bakteri yang paling banyak menyebabkan keracunan pangan.

Staphilococcus aureus merupakan bakteri berbentuk kokus/bulat, tergolong

dalam bakteri Gram-positif, bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk

spora. Toksin yang dihasilkan bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak

mudah rusak pada suhu memasak normal.

Staphylococcus aureus menyebar terutama dari pengolah makanan

yang terinfeksi bakteri staph pada kulitnya. Selain itu, peralatan pengolah

makanan juga dapat menjadi sumber kontaminasi. Hampir setiap jenis

makanan dapat terkontaminasi bakteri ini, tapi terutama pada salad, produk

susu, kue krim, dan makanan yang disimpan pada suhu kamar.

Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal. Toksin dapat

rusak secara bertahap saat pendidihan minimal selama 30 menit. Pangan yang

dapat tercemar bakteri ini adalah produk pangan yang kaya protein, misalnya

daging, ikan, susu, dan daging unggas; produk pangan matang yang ditujukan

dikonsumsi dalam keadaan dingin, seperti salad, puding, dan sandwich;

produk pangan yang terpapar pada suhu hangat selama beberapa jam; pangan

yang disimpan pada lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang suhunya

kurang rendah; serta pangan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada

suhu ruang.

Gejala keracunan:

Gejala keracunan biasanya muncul dengan cepat, sekitar 2-8 jam

setelah memakan makanan yang tercemar. Gejala seperti biasanya

berlangsung hanya 3-6 jam dan jarang lebih dari dua hari. Gejalanya berupa

mual, muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut

hebat,distensi abdominal, demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat

dapat timbul sakit kepala, kram otot, dan perubahan tekanan darah.

Penanganan:

Penanganan keracunannya adalah dengan mengganti cairan dan

elektrolit yang hilang akibat muntah atau diare. Pengobatan antidiare biasanya

tidak diperlukan. Untuk menghindari dehidrasi pada korban, berikan air

minum dan larutan elektrolit yang banyak dijual sebagai minuman elektrolit

dalam kemasan. Untuk penanganan leboih lanjut, hubungi puskesmas atau

rumah sakit terdekat.

2. Infeksi

Bakteri patogen dapat menginfeksi korbannya melalui pangan yang

dikonsumsi. Dalam hal ini, penyebab sakitnya seseorang adalah akibat

masuknya bakteri patogen ke dalam tubuh melalui konsumsi pangan yangtelah

tercemar bakteri.Untuk menyebabkan penyakit, jumlah bakteri yang tertelan

harus memadai. Hal itu dinamakan dosis infeksi.

Beberapa bakteri patogen yang dapat menginfeksi tubuh melalui

pangan sehingga menimbulkan sakit adalah:

1) Salmonella

Salmonella merupakan bakteri Gram negatif, bersifat anaerob

fakultatif, motil, dan tidak menghasilkan spora. Salmonellabisa terdapat pada

bahan pangan mentah, seperti telur dan daging ayam mentah serta akan

bereproduksi bila proses pamasakan tidak sempurna. Sakit yang diakibatkan

oleh bakteri

Salmonella dinamakan salmonellosis. Cara penularan yang utama

adalah dengan menelan bakteri dalam pangan yang berasal dari pangan

hewani yang terinfeksi. Pangan juga dapat terkontaminasi oleh penjamah

yanng terinfeksi, binatang peliharaan dan hama, atau melalui kontaminasi

silang akibat higiene yang buruk. Penularan dari satu orang ke orang lain juga

dapat terjadi selama infeksi.

Gejala keracunan:

Pada kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella, gejala yang terjadi

adalah diare, kram perut, dan demam yang timbul 8-72 jam setelah

mengkonsumsi pangan yang tercemar. Gejala lainnya adalah menggigil, sakit

kepala, mual, dan muntah. Gejala dapat berlangsung selama lebih dari 7 hari.

Salmonella biasanya ditularkan melalui konsumsi makanan yang

terkontaminasi oleh tinja manusia atau binatang. Kontaminasi ini sebagian

besar terjadi disebabkan karena kebiasaan mencuci tangan yang buruk,

terutama sebelum memegang makanan. Banyak orang dapat pulih tanpa

pengobatan, tetapi infeksi Salmonella ini juga dapat membahayakan jiwa

terutama pada anak-anak, orang lanjut usia, serta orang yang mengalami

gangguan sistem kekebalan tubuh.

Penanganan:

Untuk pertolongan dapat diberikan cairan untuk menggantikan cairan

tubuh yang hilang. Lalu segera bawa korban ke puskesmas atau rumah sakit

terdekat.

2) Clostridium perfringens

Clostridium perfringens merupakan bekteri Gram-positif yang dapat

membentuk endospora serta bersifat anaerobik. Bakteri ini terdapat di tanah,

usus manusia dan hewan, daging mentah, unggas, dan bahan pangan kering.

Clostridiumperfringensdapat menghasilkan enterotoksin yang tidak dihasilkan

pada makanan sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan oleh bakteri di dalam

usus.

Gejala keracunan:

Gejala keracunan dapat terjadi sekitar 8-24 jam setelah mengkonsumsi

pangan yang tercemar bentuk vegetatif bakteri dalam jumlah besar. Di dalam

usus, sel-sel vegetatif bakteri akan menghasilkan enterotoksin yang tahan

panas dan dapat menyebabkan sakit. Gejala yang timbul berupa nyeri perut,

diare, mual, dan jarang disertai muntah. Gejala dapat berlanjut selama 12-48

jam, tetapi pada kasus yang lebih berat dapat berlangsung selama 1-2 minggu

(terutama pada anak-anak dan orang lanjut usia).

Penanganan:

Tidak ada penanganan spesifik, kecuali mengganti cairan tubuh yang

hilang. Tindakan pengendalian khusus terkait keracunan pangan akibat bakteri

ini bagi rumah tangga atau pusat penjual makanan antara lain dengan

melakukan pendinginan dan penyimpanan dingin produk pangan matang yang

cukup dan pemanasan ulang yang benar dari masakan yang disimpan sebelum

dikonsumsi.

3) Escherichia coli

Bakteri Escherichia colimerupakan mikroflora normal pada usus

kebanyakan hewan berdarah panas. Bakteri ini tergolong bakteri Gram-

negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, kebanyakan bersifat motil

(dapat bergerak) menggunakan flagela, ada yang mempunyai kapsul, dapat

menghasilkan gas dari glukosa, dan dapat memfermentasi laktosa.

Kebanyakan strain tidak bersifat membahayakan, tetapi ada pula yang

bersifat patogen terhadap manusia, seperti Enterohaemorragic Escherichia coli

(EHEC). Escherichia coli O 157:H7 merupakan tipe EHEC yang terpenting

dan berbahaya terkait dengan kesehatan masyarakat.E. coli dapat masuk ke

dalam tubuh manusia terutama melalui konsumsi pangan yang tercemar,

misalnya daging mentah, daging yang dimasak setengah matang, susu mentah,

dan cemaran fekal pada air dan pangan.

Gejala keracunan:

Gejala penyakit yang disebabkan oleh EHEC adalah kram perut, diare

(pada beberapa kasus dapat timbul diare berdarah), demam, mual, dan muntah.

Masa inkubasi berkisar 3-8 hari, sedangkan pada kasus sedang berkisar antara

3-4 hari.

Gejala keracunan makanan dari E. coli dan turunannya muncul lebih

lambat daripada keracunan yang disebabkan oleh bakteri lainnya. Satu sampai

tiga hari setelah memakan makanan yang tercemar, korban mulai mengalami

kram perut yang parah dan diare yang biasanya bercampur darah. Diare yang

terjadi bahkan sebagian besar berupa darah, sehingga kondisi ini kadang-

kadang disebut kolitis hemoragik. Diare berdarah berlangsung dari satu

sampai delapan hari, dan kondisi biasanya sembuh dengan sendirinya. Gejala

keracunan kadang disertai sedikit demam atau tidak sama sekali.

Makanan yang terkontaminasi E. coli biasanya ditemukan pada daging

sapi mentah atau yang dimasakan kurang matang. Susu mentah juga dapat

menjadi sumber keracunan makanan oleh E. coli.

4) Campylobacter jejuni

Infeksi yang disebabkan campylobacter jejuni sering disebabkan

karena memakan daging ayam yang terkontaminasi, kontaminasi juga dapat

bersumber dari air yang tidak bersih dan susu mentah. Gejala keracunan

makanan, biasanya termasuk demam dan diare, mulai 2-5 hari setelah

mengkonsumsi makanan atau air yang tercemar dengan C. jejuni. Diare

mungkin berair dan mungkin juga mengandung darah. Gejala keracunan

biasanya berakhir pada tujuh sampai 10 hari.

5) Shigella

Gejala keracunan makanan oleh bakteri Shigella muncul sekitar 36-72

jam setelah memakan makanan yang tercemar. Gejala-gejala yang ditimbulkan

shigella sedikit berbeda dari gejala yang ditimbulkan oleh bakteri lain. Selain

gejala-gejala keracunan makanan yang umum, sekitar 40% anak yang

keracunan berat menunjukkan gejala neurologis. Gejala ini termasuk kejang,

kebingungan, sakit kepala, lesu, dan leher kaku. Keracunan ini biasanya

berlangsung dalam dua sampai tiga hari.

2.3 Gejala Keracunan Pangan dan Penatalaksanaannya

Gejala keracunan bergantung pada tipe pencemar dan jumlah yang

tertelan. Gejala keracunan pangan yang tercemar bakteri patogen biasanya

dimulai 2-6 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar. Namun,

waktunya bisa lebih panjang (setelah beberapa hari) atau lebih pendek,

tergantung pada cemaran pada pangan. Gejala yang mungkin timbul antara

lainmual dan muntah; kram perut; diare (dapat disertai darah); demam dan

menggigil; rasa lemah dan lelah; serta sakit kepala.

Untuk keracunan pangan yang umum, biasanya korban akan pulih

setelah beberapa hari. Namun demikian ada beberapa kasus keracunan pangan

yang cukup berbahaya. Korban keracunan yang mengalami muntah dan diare

yang berlangsung kurang dari 24 jam biasanya dapat dirawat di rumah saja.

Hal penting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi

dengan cara segera memberikan air minum pada korban untuk mengganti

cairan tubuh yang hilang karena muntah dan diare. Pada korban yang masih

mengalami mual dan muntah sebaiknya tidak diberikan makanan padat.

Alkohol, minuman berkafein, dan minuman yang mengandung gula juga

sebaiknya dihindarkan.

Untuk penanganan lebih lanjut, sebaiknya segera bawa korban ke

puskesmas atau rumah sakit terdekat.Korban keracunan yang mengalami diare

dan tidak dapat minum (misalnya karena mual dan muntah)akan memerlukan

cairan yang yang diberikan melalui intravena.Pada penanganan keracunan

pangan jarang diperlukan antibiotika. Pada beberapa kasus, pemberian

antibiotika dapat memperburuk keadaan.

Jika korban keracunan pangan adalah bayi, anak kecil, orang lanjut

usia, wanita hamil, dan orang yang mengalami gangguan sistem pertahanan

tubuh (imun) maka perlu segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit

terdekat untuk mendapatkan pertolongan.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan

pangan akibat bakteri pathogen adalah:

a. Mencuci tangan sebelum dan setelah menangani atau mengolah pangan.

b. Mencuci tangan setelah menggunakan toilet.

c. Mencuci dan membersihkan peralatan masak serta perlengkapan makan

sebelum dan setelah digunakan.

d. Menjaga area dapur/tempat mengolah pangan dari serangga dan hewan

lainnya.

e. Tidak meletakan pangan matang pada wadah yang sama dengan bahan

pangan mentah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.

f. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah kadaluarsa atau pangan dalam

kaleng yang kalengnya telah rusak atau menggembung.

g. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah berbau dan rasanya tidak enak.

h. Tidak memberikan madu pada anak yang berusia di bawah satu tahun

untuk mencegah terjadinya keracunan akibat toksin dari bakteri

Clostridium botulinum

i. Mengkonsumsi air yang telah dididihkan.

j. Memasak pangan sampai matang sempurna agar sebagian besar bakteri

dapat terbunuh. Proses pemanasan harus dilakukan sampai suhu di bagian

pusat pangan mencapai suhu aman (>700C) selama minimal 20 menit.

k. Menyimpan segera semua pangan yang cepat rusak dalam lemari

pendingin (sebaiknya suhu penyimpanan di bawah 50C).

l. Tidak membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dari 2 jam,

karena mikroba dapat berkembang biak dengan cepat pada suhu ruang.

m. Mempertahankan suhu pangan matang lebih dari 600C sebelum disajikan.

Dengan menjaga suhu di bawah 50C atau di atas 600C, pertumbuhan

mikroba akan lebih lambat atau terhenti.

n. Menyimpan produk pangan yang harus disimpan dingin, seperti susu

pasteurisasi, keju, sosis, dan sari buah dalam lemari pendingin.

o. Menyimpan produk pangan olahan beku, seperti nugget, es krim, ayam

goreng tepung beku, dll dalam freezer

p. Menyimpan pangan yang tidak habis dimakan dalam lemari pendingin.

q. Tidak membiarkan pangan beku mencair pada suhu ruang.

r. Membersihkan dan mencuci buah-buahan serta sayuran sebelum

digunakan, terutama yang dikonsumsi mentah.

BAB III

3.1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Mikroorganisme

atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk

mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme

mikroskopik dan terdiri dari yang mengutungkan maupun yang merugikan dengan

toksisitasnya yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.

3.2. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi si pembaca dan juga dapat di lakukan

penelitian lebih lanjut mengenai toksisitas mikrobiologi dari segala bidang.