laporan praktikum uji toksisitas

25
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (“Sola dosis facit venenum” : Hanya dosislah yang membuat suatu zat racun, Paracelsus (1541-1493 SM)). Ini berarti, adanya suatu zat racun potensial, di dalam suatu organisme belum tentu menimbulkan keracunan”. Hampir dalam tiap individu dapat terdeteksi adanya jumlah tertentu timbal, air raksa, dan lain-lain, akan tetapi zat ini tidak menimbulkan gejala keracunan, selama jumlah yang diterima masih dibawah konsentrasi toksik. Jadi, barulah pada dosis toksik suatu zat dapat bertindak sebagai racun. Sebaliknya jika suatu zat digunakan dalam jumlah amat besar, maka pada umumnya tiap zat beracun, bahkan air sekalipun. Karena itu pembuktian adanya konsentrasi toksik mempunyai arti yang penting.

description

farmakologi II

Transcript of laporan praktikum uji toksisitas

Page 1: laporan praktikum uji toksisitas

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya, setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja

sebagai racun dan merusak organisme (“Sola dosis facit venenum” : Hanya dosislah

yang membuat suatu zat racun, Paracelsus (1541-1493 SM)). Ini berarti, adanya suatu zat

racun potensial, di dalam suatu organisme belum tentu menimbulkan keracunan”. Hampir

dalam tiap individu dapat terdeteksi adanya jumlah tertentu timbal, air raksa, dan lain-

lain, akan tetapi zat ini tidak menimbulkan gejala keracunan, selama jumlah yang

diterima masih dibawah konsentrasi toksik. Jadi, barulah pada dosis toksik suatu zat

dapat bertindak sebagai racun. Sebaliknya jika suatu zat digunakan dalam jumlah amat

besar, maka pada umumnya tiap zat beracun, bahkan air sekalipun. Karena itu

pembuktian adanya konsentrasi toksik mempunyai arti yang penting.

Percobaan pada hewan merupakan uji praklinik yang sampai sekarang

merupakan persyaratan sebelum obat diuji–coba secara klinik pada manusia. Peranan

hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah ini telah berjalan sejak puluhan tahun

yang lalu.

Page 2: laporan praktikum uji toksisitas

Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat. Dari uji ini diperoleh

informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan toksisitas calon

obat. Pada mulanya yang dilakukan pada uji praklinik adalah pengujian ikatan obat pada

reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ terisolasi, selanjutnya dipandang perlu

menguji pada hewan utuh karena hanya dengan menggunakan hewan utuh dapat

diketahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan atau aman.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui efek toksisitas dari diazepam

terhadap hewan uji.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek toksisitas akut yang terjadi

setelah pemberian oral dan untuk mengetahui mekanisme terjadinya toksik terhadap

hewan uji

I.3 Prinsip Percobaan

Pemberian dizepam dengan konsentrasi 100 mg, 150 mg, dan 200 mg pada

hewan uji secara oral kemudian diamati efek yang ditimbulkan dalam waktu 5 menit, 10

menit,15, 30, 60, dan 120menit.

Page 3: laporan praktikum uji toksisitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Toksikologi merupakan pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap

tubuh sedangkan toksisitas adalah efek berbahaya dari suatu obat pada organ target.

Tahap dalam pengujian toksisitas obat meliputi :

a. Uji farmakokinetik, diperoleh melalui nasib obat dalam tubuh yang menyangkut

absorpsi, distribusi, deristribusi, biotransformasi,dan ekskresi obat.

b. Uji farmakodinamik, yaitu efek yang terjadi terhadap semua organ dalam tubuh yang

sehat.

c. Menilai keamanan zat, ditetapkan suatu batas keamanan yang disebut Acceptable

Daily Intake yang dinyatakan dalam mg/kgBB/hari.

Setiap zat kimia pada dasarnya racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh

regimen dosis. Uji toksisitas tidak hanya untuk mengetahui terpaparnya suatu objek

yang diteliti, tetapi lebih dari itu untuk mengetahui batas keamanan suatu obat .

Uji toksisitas dibagi menjadi 3 macam yaitu :

1. Uji toksisitas toksik

2. Uji toksisitas subkronis

3. Uji toksisitas kronik

Toksisitas akut didefinisikan sebagai efek berbahaya yang terjadi dalam waktu

singkat setelah pemberian obat dalam waktu 24 jam hingga beberapa hari, umumnya 3-

14 hari tergantung gejala yang ditimbulkannya. Uji toksisitas akut diperlukan untuk

mengetahui : dosis total yang biasa ditentukan adalah LD50, gejala keracunan obat,

Page 4: laporan praktikum uji toksisitas

penyebab keracunan hewan percobaan, dan memperkirakan organ target yang terkena

akibat toksik.

Mekanisme toksisitas terjadinya karena interaksi biokimia antara zat toksik atau

metabolitnya dengan struktur reseptor tertentu dalam tubuh dimana reseptor sebagai

“site of action” zat kimia.

Reseptor berfungsi sebagai sistem biologis yang dapat mengenali berbagai zat

yang mempunyai sifat kimia khusus, jika suatu senyawa diberikan pada dosis tertentu

maka senyawa tersebut akan memberikan efek biologis namun bila dosis ditingkatkan

maka reseptor akan mengalami perubahan yang merupakan stimulus positif atau negatif.

Mekanisme kerja diperlihatkan secara skematis sebagai berikut :

S R Stimulus ( + atau - ) Keracunan Integral

S = Obat

R = Reseptor

Klasifikasi tingkat toksisitas sebagai berikut :

1. < 5 mg / kg Super toksik

2. 5 – 50 mg / kg Luar biasa toksik

3. 50 – 500 mg / kg Sangat toksik

4. 0,5 – 5 g / kg Toksik sedang

5. 5 – 15 g / kg Sedikit toksik

6. > 15 g / kg Praktis tidak toksik

Penelitian toksisitas merupakan cara potensial untuk mengevaluasi :

1. Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis

Page 5: laporan praktikum uji toksisitas

2. Kerusakan genetik (genotoksisitas, mutagenisitas)

3. Pertumbuhan tumor (onkogenisitas atau karsinogenisitas)

4. Kejadian cacat waktu lahir (teratogenisitas)

II.2 Uraian Bahan

1. Air suling

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest

Rumus molekul : H2O

Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Pelarut

2. Diazepam

Nama Resmi : DIAZEPAMUM

Nama Lain : Diazepam

Pemerian : serbuk hablur; putih atau hamper putih; tidak berbau atau

hampir tidak berbau; rasa, mula-mula tidak mempunyai rasa,

kemudian pahit.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

Khasiat : sedativum

Dosis lazim : sekali : -

Sehari : 5 mg – 30 mg, dalam dosis bagi

Page 6: laporan praktikum uji toksisitas

Dosis maksimum : sekali : -

Sehari : 40 mg

Keterangan : sehari sekali

3. Na. CMC

Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Nama lain : Natrium Karboksimetilselulosa

Pemerian : serbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading; tidak

berbau; higroskopik

Kelarutan : mudah mendispersi dalam air, membentuk suspense

koloidal; tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P dan

dalam pelarut organic lain

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat tambahan

II.3 Uraian Hewan Uji

II.3.1 Karakteristik hewan uji mencit (Mus musculus)

Mencit adalah hewan yang berkembang biak, mudah dipelihara dalam

jumlah yang banyak, mudah ditangani. Bersifat patogit (takut dengan cahaya).

Cenderung berkumpul dengan sesamanya, aktif pada malam hari, suhu tubuh 37,40C.

Bila diperlakukan harus secara halus, mudah dikendalikan, tetapi mudah pula

menggigit. Mencit jantan yang baru, bila dimasukkan dalam kelompok yang stabil

maka akan saling berkelahi dan mencit betina yang sedang menyusui, bila anaknya

dipegang dengan tangan maka induknya akan memakan anaknya.

Page 7: laporan praktikum uji toksisitas

Mencit bisa mencapai umur 2-3 tahun, masa hidupnya beranak 7-18 bulan

menghasilkan 6-10 persalinan (hitter). Dengan jumlah yang lahir 11-12 ekor. Lama

kehamilan 3 minggu (20-21 hari).

II.3.2 Klasifikasi Mencit (Mus musculus)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Mamalia

Subclass : Cheria

Ordo : Rhodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

Page 8: laporan praktikum uji toksisitas

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat yang Digunakan

1. Spoit oral

2. Timbangan berat badan hewan uji

3. Erlenmeyer

4. Lumpang dan Stamfer

5. Tissue

6. Batang pengaduk

7. Gelas ukur

8. Beker gelas

9. Spidol

III.1.2 Bahan yang Digunakan

1. Aquadest

2. Diazepam

3. Larutan koloidal Na. CMC 1%

III.2 Prosedur kerja

1. Dibagi kelompok hewan uji dan konsentrasi Diazepam

2. Ditimbang berat badan hewan uji, diukur panjang, tinggi dan aktifitasnya, serta

ditentukan jenis kelamin mencit.

Page 9: laporan praktikum uji toksisitas

3. Diberi tanda pada ekor Mencit yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis

pemberian obat (1 ml/20 g berat badan).

4. Disiapkan dosis pemberian hewan uji pada spoit oral.

5. Dimasukkan kedalam mulut spoit secara perlahan-lahan. Dipastikan obat masuk,

tarik perlahan-lahan spoit tersebut.

6. Dilakukan pengamatan peningkatan laju nafas, penurunan aktif gerak, lumpuh,

kejang, Urinasi, Diare dan Salivasi mulai 5 menit pertama, 10 menit pertama, 15

menit pertama, 30 menit pertama, dan 60 menit pertama

Page 10: laporan praktikum uji toksisitas

BAB IV

METODE KERJA

IV.1 Data Pengamatan

No Kode JK BB (gr) PB (cm) TB Aktivitas Ket.

1

2

III

Kontrol

23

20

Klp 1

3 II 21 Klp 2

4

5

I

Kontrol

20

16

Klp 3

Kode

Mencit/

Bahan

Waktu

(Menit)

Parameter yang Dinilai

Pening.

Laju

Nafas

Penur.

Aktif

gerak

Lumpuh Kejang Urinasi Diare Salivasi

Kode III

Diazepam

100 mg

5

10

15

30

60

120

+

+

+

+

+

-

+

+

+

+

+

+

-

-

-

-

-

-

-

-

+

+

-

-

-

-

+

-

-

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Kode I

Diazepam

5

10

+

+

+

+

-

+

+

-

-

-

-

-

-

-

Page 11: laporan praktikum uji toksisitas

120 mg

15

30

60

120

+

+

+

+

+

+

+

+

-

-

+

+

+

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Kode II

Diazepam

140 mg

5

10

15

30

60

120

Kontrol

I

5

10

15

30

60

120

-

+

-

-

-

-

-

+

-

-

-

+

-

+

-

-

-

-

-

+

-

-

-

-

-

+

-

-

-

+

-

+

-

-

-

+

-

+

-

-

-

-

Kontrol

II

5

10

15

30

60

Page 12: laporan praktikum uji toksisitas

120

BAB V

PEMBAHASAN

Page 13: laporan praktikum uji toksisitas

Pada praktikum farmakologi kali ini yaitu efek toksisitas akut pada hewan uji,

dimana hewan uji yang dipakai adalah mencit dengan prinsip percobaan menginduksi

mencit dengan dosis 100 mg, 120 mg, dan 140 mg suspensi diazepam.

Untuk jumlah volume suspensi diazepam yang digunakan (dosis obat),

dihitung berdasarkan berat badan mencit. Dosis pemberian umum untuk uji toksisitas

yaitu 1 ml / 20 gram berat badan mencit yang diamati. Lalu diamati, dengan

parameter penilaian adalah : peningkatan laju nafas, penurunan aktivitas gerak,

lumpuh, kejang, urinasi, diare,dan salivasi.

Dosis untuk tiap-tiap mencit ialah ; mencit pertama dengan suspense

diazepam sebesar 0,655 ml, mencit kedua dengan suspense diazepam sebesar 0,728

ml, mencit ketiga dengan suspense diazepam sebesar 0,598 ml, mencit control 1 dan

2 dengan Na CMC berturut-turut sebesar 0,52 ml dan 0,416 ml. Setelah dilakukan

pemberian oral, dilakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada hewan

uji, mencit-mencit tersebut memiliki reaksi yang berbeda-beda berdasarkan

konsentrasi dosis yang diberikan.

Pada umumnya, setelah pemberian suspense diazepam peroral, hewan

menunjukkan tanda-tanda laju pernafasan yang meningkat atau cepat dan kian lama

kian melambat. Selain itu, hewan uji Nampak lemah dan tidak seagresif sebelumnya.

Konsentrasi yang diberikan pada hewan uji merupakan konsentrasi yang cukup besar,

sehingga mempengaruhi tubuh hewan uji, atau dengan kata lain memberikan efek

toksik.

Page 14: laporan praktikum uji toksisitas

Untuk efek-efek lainnya dapat dilihat pada tabel di atas dengan parameter

penilaiannya. Satu hal yang dapat digaris bawahi dalam percobaan ini adalah bahwa

pada konsentrasi diazepam 100 mg ini tidak menyebabkan mencit atau hewan uji

menjadi lumpuh.

Parameter penilaian yang selalu menunjukkan nilai positif adalah peningkatan

laju nafas dan penurunan aktivitas gerak. Sedangkan perameter penilaian lainnya

menunjukkan nilai yang timbul tenggelam. Parameter yang paling kecil efek yang

diberikan adalah salivasi dan diare.

BAB VI

Page 15: laporan praktikum uji toksisitas

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa toksisitas akut

terjadi pada konsentrasi obat diazepam … mg .

VI.2 Saran.

Bantuan dan bimbingan dari pembimbing dalam pemberian obat kepada

hewan uji sangat kami perlukan. Diharapkan kepada seluruh praktikan agar

memperhatikan prosedur kerja serta diharapkan kerja samanya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: laporan praktikum uji toksisitas

Dirjen POM. 1973. “farmakope Indonesia edisi ketiga”. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia . Jakarta

Djamhuri,Agus. 1995. “Sinopsis farmakologi dan terapan khusus di klinik dan

perawatan edisi I”. Jakarta : hipokrates

Tim farmakologi. 2006. “Penuntun Praktikum farmakologi”. Jurusan Farmasi

Politeknik Kesehatan Makassar : Makassar.

Page 17: laporan praktikum uji toksisitas

LAMPIRAN I

PERHITUNGAN DOSIS OBAT

Diazepam

1. Diazepam 100 mg untuk dosis manusia

Konversi ke mencit : 100 mg X 0,0026 = 0,26 mg

2. Diazepam 120 mg untuk dosis manusia

Konversi ke mencit : 120 mg X 0,0026 = 0,312 mg

3. Diazepam 140 mg untuk dosis manusia

Konversi ke mencit : 140 mg X 0,0026 = 0,364 mg

1. Kelompok II (120 mg)

Untuk dosis toksis 0,26 mg / 20 g BB, maka :

Dosis = 0,312 / 0,5 X 1 ml = 0,624 ml / 20 g BB

Sehingga,

Dosis mencit kode ( I ) = 21 g / 20 g X 0,312 ml = 0,655 ml

2. Kelompok III (140 mg)

Untuk dosis toksis 0,364 mg / 20 g BB, maka :

Dosis = 0,364 / 0,5 X 1 ml = 0,728 ml / 20 g BB

Sehingga,

Dosis mencit kode ( II ) = 20 g / 20 g X 0,728 ml = 0,728 ml

Dosis mencit Kontrol II = 16 g / 20 g X 0,52 ml = 0,416 ml

Page 18: laporan praktikum uji toksisitas

3. Kelompok I (100 mg)

Untuk dosis toksis 0,26 mg / 20 g BB, maka :

Dosis = 0,26 / 0,5 X 1 ml = 0,52 ml / 20 g BB

Sehingga,

Dosis mencit kode ( III) = 23 g / 20 g X 0,52 ml = 0,598 ml

Dosis mencit Kontrol I = 20 g / 20 g X 0,52 ml = 0,52 ml

Page 19: laporan praktikum uji toksisitas