BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu...

118
BAB 12 PERTAMBANGAN DAN MINYAK BUMI

Transcript of BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu...

Page 1: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

BAB 12

PERTAMBANGAN DAN MINYAK BUMI

Page 2: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.
Page 3: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

BAB 12

A. PERTAMBANGAN DAN MINYAK BUMI

PENDAHULUANDalam pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa

tahun terakhir, bidang pertambangan telah mengambil pera- nan yang sangat penting. Perkembangan yang mantap tampak jelas, di satu pihak dari angka-angka produksi hasil tambang yang terus meningkat dan di lain pihak dari semakin meluasnya kegiatan eksplorasi diberbagai bagian Indonesia. Meskipun pengetahuan mengenai kekayaan bumi Indonesia masih jauh daripada lengkap, tetapi dari sementara hasil eksplorasi selama Repelita I terhadap berbagai bahan galian, termasuk minyak dan gas bumi dapat disimpulkan bahwa pengembangan pertambangan mempunyai harapan cerah.

Sektor pertambangan pada akhir masa Repelita I telah dapat menghasilkan kurang lebih 55% dari seluruh penghasilan devisa dan akan tetap memegang peranan utama sebagai sum-ber pembiayaan dalam pembangunan ekonomi Indonesia dalam masa Repelita II. Apabila dalam masa Lima tahun terakhir ini nilai pertambangan Indonesia terutama hanya berkisar pada hasil minyak bumi dam timah, maka dalam waktu mendatang akan ada diversifikasi dengan munculnya hasil-hasil tambang tambahan. Di samping minyak bumi dan timah yang akan terus meningkat produksinya, pertambangan Indonesia akan rnenghasilkan antara lain konsentrat tembaga, ferro nickel dan nickel matte, alumina, liquified natural gas (LNG), dan lain sebagainya.

Pertambangan yang pada hakekatnya merupakan penggalian sumber alam yang tidak dapat diperbaharui lagi harus selalu didasarkan pada usaha pemanfaatan sumber-sumber semak-

143

Page 4: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

simal mungkin bagi kepentingan nasional. Hal inilah yang akan selalu menjadi dasar dalam menggariskan kebijaksanaan. pengembangan usaha pertambangan di Indonesia.

Namun harus pula disadari bahwa pembangunan sektor pertambangan ini tidaklah semata-mata menyangkut bidang usaha produksi. Di luar kegiatan-kegiatan perusahaan masih harus pula dikembangkan kegiatan pembinaan dalam arti luas. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan antara lain kegiatan peng-aturan, perizinan, dan pengawasan. Di samping itu penyeleng-garaan penyelidikan dasar yang antara lain meliputi pemetaan

ygeologi dalam arti luas, eksplorasi serta penelitian pemanfaatan bahan galian dalam rangka usaha inventarisasi potensi keka-kayaan bumi. Tambahan pula pelaksanaan pendidikan dan latihan tenaga kerja dalam bidang pertambangan dan perminyakan harus ditingkatkan.

II. KEADAAN DEWASA INI

Minyak bumi

Minyak bumi tidak saja merupakan hasil utama usaha per-tambangan, tetapi juga merupakan bahan ekspor dan penghasil devisa terbesar. Usaha pengembangan bidang minyak bumi yang baru dimulai kembali secara sungguh-sungguh sejak tahun 1967, dalam beberapa tahun terakhir ini telah mulai menunjukkan hasil-hasil nyata dan maju dengan pesat.

Selama Repelita I produksi minyak bumi dari tahun ke tahun telah dapat dinaikkan. Pada tahun 1969 permulaan Repelita I produksi adalah sebesar 284 juta barrel dan meningkat menjadi 465 juta barrel pada tahun 1973 yang berarti produksi rata- rata setiap tahunnya telah dapat ditingkatkan sebesar 12%. Dalam tahun 1971 untuk pertama kalinya mulai dihasilkan minyak bumi dari lapangan-lapangan di daerah lepas pantai dan pada permulaan tahun 1972 keseluruhan produksi harian minyak bumi untuk pertama kalinya pula melampaui jumlah satu juta barrel sehari. Lapangan-lapangan di daerah lepas

Page 5: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

144

1,44

Page 6: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

pantai yang dalam tahun 1971 baru menghasilkan 1,4% dari keseluruhan jumlah produksi minyak bumi Indonesia, dalam tahun 1972 telah meningkat produksinya hingga mencapai 6,5% dari jumlah keseluruhan.

Begitu juga pemanfaatan gas bumi telah meningkat dari 100,97 BSCF pada tahun 1969 menjadi 146,49 BSCF pada tahun 1972. Mulai tahun 1974 akan dihasilkan gas alam dari daerah Sumatra Selatan sebanyak 12,4 milyar SCF setahun untuk men-supply pabrik pupuk Pusri. Selain itu juga dipersiapkan untuk dapat men-supply konsumen-konsumen lain di daerah Sumatra Selatan.

Dalam hal pengilangan, sesuai dengan kenaikan kebutuhan hasil-hasil minyak bumi dalam negeri dengan tingkat pertum-buhan sebesar + 10% pertahun, maka kegiatan pengolahan mengikuti pola perkembangan konsumsi dalam negeri. Jumlah minyak yang dikilang (intake) dan hasil pengilangan minyak mentah selama Repelita I menunjukkan peningkatan. Pada tahun 1969 intake adalah sebesar 76,098 juta barrel, dan pada tahun 1973 telah mencapai 101,273 juta barrel. Sedangkan hasil pengilangan minyak mentah naik dari 72,250 juta barrel pada tahun 1969 menjadi 96,983 juta barrel pada tahun 1973.

TABEL 12 -1.PRODUKSI MINYAK MENTAH, EKSPOR MINYAK MENTAH DAN

HASIL MINYAK 1969/70 - 1973/74

Tahun Produksi(juta barrel)

Ekspor minyak mentahdan hasil minyak

(juta barrel)

1969/70 284,0 241,31970/71 314,1 267,11971/72 340,8 287,71972/73 412,3 360,71973/74 475,0 425,0

*) Angka perkiraan.

145

Page 7: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 - 2.

PENGILANGAN MINYAK MENTAH DAN PEMASARAN HASILMINYAK DALAM NEGERI 1969 - 1973

Tahun Intake(juta barrel)

Pemasaran dalam negeri. (juta kiloliter)

1969 76,1 5,9

1970 83,7 6,3

1971 90,0 7,0

1972 100,5 8,0

1973 *) 101,3 9,4

1 barrel = 159 liter. *) Angka perkiraan.

Peningkatan pengilangan minyak mentah dimungkinkan de-ngan diselesaikan pusat-pusat pengilangan baru di Sungai Pakning dan di Dumai.

Untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan/konsumsi bahan bakar minyak, diusahakan agar pembangunan kilang minyak Cilacap yang akan dimulai pada tahun 1973 dapat selesai awal tahun 1976.

Dengan meningkatkan kebutuhan akan bahan bakar dalam negeri, maka telah diselesaikan beberapa prasarana angkutan, penimbunan serta jaringan distribusi. Selain meningkatkan jumlah tanker, maka guna memperlancarkan pembongkaran minyak telah selesai dipasang pipa-pipa di bawah laut di Semarang sepanjang 9 km maupun di Medan sepanjang 16 km dan di berbagai tempat lainnya. Dengan pemasangan pipa-pipa tersebut, tanker-tanker sebesar 15.000 DWT dapat membong-kar minyak dengan aman. Di daratan telah dipasang pipa antara Cilacap dan Maos sepanjang 22 km dan antara Maos dan Yogyakarta sepanjang 159 km. Demikian pula alat-alat

146

Page 8: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

transpor berupa armada darat telah dapat ditambah menjadi dua kali. Usaha-usaha ini akan ditingkatkan sesuai dengan laju kebutuhan dalam negeri akan minyak bumi.

Sementara itu proyek-proyek Petrokimia telah memberikan hasil yang nyata pabrik penghasil bahan plastik polypropylene di Plaju telah selesai dibangun pada tahun 1973, dengan kapa-sitas permulaan 10.000 ton setahun, yang kemudian dalam waktu singkat akan ditingkatkan menjadi 20.000 ton setahun.

Untuk keperluan pengembangan pemakaian plastik, di Jakar-ta pada tahun 1973 didirikan Sales Service Laboratory yang tugasnya memberikan pelayanan tehnis kepada calon pemakai bahan plastik.

Timah

Dalam subsektor timah selama Repelita I telah dilakukan pekerjaan eksplorasi, produksi, dan modernisasi peralatan secara bertahap. Dalam lima tahun terakhir ini dapat dilihat adanya trend produksi yang menaik, namun perlu diperhatikan bahwa peningkatan produksi timah tidak dapat dilepaskan dari masalah ekspor, karena hanya ± 2 % dari timah yang dihasil-kan dapat ditampung oleh pasaran dalam negeri.

Pada tahun fiskal 1969 jumlah produksi timah sebesar 17.900 ton sedang dalam tahun 1973 akan menjadi 22.700 ton. Begitu juga ekspor yang pada tahun 1969 berjumlah 16.400 ton akan mencapai 21.000 ton pada tahun 1973. Sementara nilai ekspor pada tahun 1969 sebesar US $ 54 juta meningkat menjadi US $ 82 juta pada tahun 1973. Kenaikan nilai ekspor selain dari kwantum ekspor juga disebabkan karena perbaikan harga timah d dunia internasional.

Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan produksi masih diperlukan investasi-investasi untuk peningkatan pemin-dahan tanah sehubungan dengan menurunnya kadar timah di dalam endapan. Begitu juga usaha untuk mencari endapan-

147

Page 9: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

endapan baru memerlukan pembiayaan untuk eksplorasi. Pada dasarnya investasi tersebut dititikberatkan kepada usaha-usaha eksplorasi, perbaikan, modernisasi kapal keruk, dan sentral-sentral pembangkit tenaga listrik ditambang-tambang.

TABEL 12 - 3.

PRODUKSI DAN EKSPOR TIMAH1969/70 - 1973/74

148

Page 10: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.
Page 11: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

1969/70 17,9 16,4 54,5401970/71 19,1 17,4 62,326

1971/72 20,5 19,1 63,086

1972/73 21,5 20,7 73,435

1973/74 *) 22,7 21,0 82,5

*) Angka perkiraan.

NikelDalam Repelita I kegiatan-kegiatan yang dilakukan di bidang

nikel memberikan hasil-hasil yang menonjol. Selama Repelita I, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan negara di Daerah Pomala, Sulawesi Tenggara, lebih bersifat peningkatan produksi biji nikel serta survey untuk pembangunan pabrik ferro nikel.

Selama Repelita I, produksi/ekspor biji nikel yang seluruhnya dihasilkan oleh perusahaan negara terus meningkat dari 311.000 metrik ton pada tahun 1969 menjadi 800.000 metrik ton pada tahun 1973.

Begitu juga nilai ekspor telah meningkat dari US $ 2,8 juta pada tahun 1969, diperkirakan menjadi US $ 10,6 juta pada tahun 1973.

Page 12: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 - 4.

PRODUKSI DAN EKSPOR NIKEL1969/70 - 1973/74

Tahun Produksi(Ribu ton)

E k s p o r

Jumlah(Ribu ton)

Nilai(Juta US $)

1969/70 311,0 232,0 2,827

1970/71 689,0 538,4 7,421

1971/72 850,0 764,7 9,956

1972/ 73 971,5 737,5 10,183

1973/74 *) 800,0 800,0 10,565

*) Angka perkiraan.

Bauksit

Kegiatan di bidang pertambangan bauksit selama Repelita I terutama ditujukan untuk mempertinggi produksi, mengadakan penyelidikan cadangan baru dan penyelidikan terhadap cadang-an berkadar rendah.

Kegiatan di bidang produksi dan penyelidikan cadangan ber-kadar rendah dilakukan di daerah pulau Bintan.

Dalam Repelita I, produksi/ekspor bauksit pada tahun 1969 berjumlah 907.000 metrik ton dan pada tahun 1973 menjadi 1.000.000 metrik ton. Sedangkan nilai ekspor meningkat dari US $ 4,7 juta pada tahun 1969 menjadi US $ 5,2 juta pada tahun 1973. Hingga saat ini ekspor yang terbesar hanyalah ke Jepang yaitu untuk memenuhi kontrak jangka panjang (10 tahun) yang meliputi jumlah 9,6 juta ton sejak tahun 1969.

149

Page 13: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 - 5.

PRODUKSI DAN EKSPOR BAUKSIT

1969/70 - 1973/74

E k s p o rTahun Produksi

(Ribu ton)Jumlah(Ribu ton)

Nilai(Juta US $),

1969/70 907,0 863,6 4,666

1970/71 1.207,7 1.182,2 6,290

1971/72 1.288,1 1.211,7 6,710

1972/73 1.240,2 1.255,0 6,561

1973/74 *) 1.000,0 1.000,0 5,190

*) Angka sementara.

TABEL 12 - 6.

PRODUKSI DAN EKSPOR PASIR BESI1969/70 - 1973/74

Tahun Produksi(Ribu ton)

E k s p o r

Jumlah(Ribu ton)

Nilai(Juta US $)

1969/70

1970/71 - - -

1971/72 298,5 242,7 1,162

1972/73 237,6 276,2 1,149

1973/74 *) 300,0 300,0 1,283

a) Angka perkiraan.

150

Page 14: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Pasir BesiSelama Repelita I telah dilakukan pembangunan proyek per-

tambangan pasir besi di pantai Cilacap oleh Perusahaan Negara Aneka Tambang dan sejak tahun 1971 telah dilakukan expor konsentrat pasir besi ke Jepang. Ekspor ini didasarkan kepada suatu kontrak jangka panjang dengan jumlah penjualan sebesar 300.000 ton tiap tahun untuk masa 10 tahun, dimulai tahun 1971. Jumlah ekspor pada tahun 1971 adalah sebesar 242.704 metrik ton dan pada tahun 1973 diperkirakan akan menjadi 300.000 metrik ton. Sedangkan nilai ekspor pada tahun 1971 berjumlah US $ 1,2 juta pada tahun 1973 diperkirakan menjadi US $ 1,3 juta.

Emas dan PerakSelama Repelita I produksi emas PN. Aneka Tambang dari

tambang Cikotok tidak banyak mengalami perubahan dan se-luruh produksi dijual di dalam negeri. Sebagian dari produksi perak telah dapat diekspor pada tahun 1971 dan 1972, sedangkan kebutuhan dalam negeri tetap dipenuhi dengan harga ± 15% lebih rendah daripada harga ekspor.

TABEL 12 -7.PRODUKSI EMAS DAN PERAK

1969/70 - 1973/74

P r o d u k s iTahun

Emas (Kg) Perak (ton)

1969/70 261,0 10,5

1970/71 255,4 9,21971/72 343,4 8,11972/73 332,3 9,11973/74 *) 300,0 8,5

*) Angka perkiraan.

Page 15: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Produksi emas menunjukkan peningkatan, pada tahun 1969 produksi sebesar 261,602 kg, diperkirakan akan menjadi 300 kg pada tahun 1973. Sedangkan produksi perak memperlihatkan penurunan jika dibandingkan dengan tahun 1969, di mana produksi berjumlah 10.589,944 kg, pada tahun 1973 turun menjadi 8.571,930 kg.

T e m b a g a

Selama Repelita I telah dilakukan penyelidikan serta pem-bangunan pabrik pengolahan tembaga di Erstberg, Irian Jaya. Proyek ini telah menelan biaya US $ 141 juta dan 3,5 milyar rupiah. Tambang dan pabrik yang dibangun, menghasilkan 250.000 ton konsentrat tembaga setahun dengan kadar 26% Cu. Sampai dengan akhir tahun 1973 diperkirakan akan dapat di-hasilkan 165.000 ton konsentrat tembaga dengan nilai ± US $ 40 juta yang seluruhnya untuk diekspor.

BatubaraDalam Repelita I telah diusahakan rasionalisasi dan konso-

lidasi Perusahaan Negara Batu bara dengan ditutupnya tam-bang Batu bara Mahakam, memperkecil jumlah tenaga kerja di Tambang Batu bara Ombilin dan Bukit Asam serta diciut -kannya kantor pusat di Jakarta. Tindakan tersebut dengan disertai usaha menaikkan produksi, dimaksudkan untuk mem-perbaiki kedudukan perusahaan sehingga lambat-laun akan dapat menutup biaya eksploitasi. Untuk ini pemerintah telah memberikan bantuan subsidi, namun usaha-usaha belum mem-berikan hasil yang diharapkan.

Dalam usaha perbaikan tambang batu bara Ombilin, ter -masuk pula pemasangan pusat tenaga listrik yang terdiri dari dua unit dari 3 MW dan satu unit dari 6 MW yang penyelesaian - nya akan diharapkan pada tahun pertama Repelita II.

Selama Repelita I produksi batu bara lebih kurang tetap yaitu antara 170.000 - 190.000 ton setiap tahun yang berarti jauh di bawah "break-even point".

152

Page 16: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 - 8.

PRODUKSI BATU BARA1969/70 - 1973/74

Tahun Produksi (Ribuan ton)

1969/70 176,01970/71 175,41971/72 196,81972/73 177,21973/74 *) 190,0

*) Angka perkiraan.

G r a n i tDalam Repelita I di pulau Karimun telah dibangun proyek

pertambangan batu granit dengan pembiayaan sebesar US $ 3 juta. Tujuan utama dari usaha ini adalah untuk menghasilkan batu granit guna diekspor, khususnya ke Singapore dan daerah sekitarnya. Selama tahun 1972 telah diprodusir 80.000 ton granit dan produksi tahun 1973 diperkirakan sebesar 630.000 ton.

II I. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Setiap usaha pengembangan pertambangan dimulai dengan penyelidikan dalam bentuk survey dan eskplorasi. Jangka waktu yang diperlukan untuk kegiatan pendahuluan ini, se-belum tahap produksi tercapai banyak tergantung dari data dasar yang telah tersedia. Karena itu diberikan prioritas ke-pada peningkatan penyelidikan geologi, eksplorasi mineral, penelitian pengolahan bahan-bahan tambang, pembinaan usaha swasta nasional di bidang pertambangan, pengelolaan perusa-haan-perusahaan negara, dan pendidikan serta latihan tenaga

Page 17: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

kerja. Di samping itu akan diambil langkah-langkah yang nyata dalam pengarahan partisipasi modal asing di bidang pertambangan, pembinaan lingkungan hidup, dan pengembangan daerah.

Pengembangan sektor pertambangan pada umumnya harus dimulai dengan penyelidikan geologi. Peta geologi dapat me-nunjukkan daerah mana yang mempunyai potensi mineral atau pun potensi lain yang terdapat di atas ataupun di bawah muka bumi.

Mengingat sifatnya yang tidak komersiil pemetaan geologi secara sistematis merupakan program utama dalam Repelita II. Pemetaan dan penerbitan peta-peta geologi akan dilakukan dalam berbagai tingkat ketelitian yang dapat dinyatakan dalam skala peta-peta tersebut. Peta-peta geologi dalam skala 1 : 1.000.000 atau lebih kecil, dimaksudkan untuk mendapat -kan gambaran dari wilayah Indonesia secara menyeluruh, dan diperlukan dalam perencanaan pembangunan secara nasional. Peta-peta geologi dalam skala 1 : 100.000 dan 1 : 250.000 di-pergunakan sebagai dasar bagi perencanaan pembangunan se-cara regional, sedang peta-peta geologi dalam skala 1 : 50.000 atau lebih besar, dapat dipergunakan sebagai dasar bagi pem-bangunan secara sektoral. Tergantung dari tujuan pemetaan geologi secara sistematis akan diikuti oleh pembuatan peta-peta lainnya yaitu peta geokimia, peta geofisika, peta air tanah, peta geologi teknik, dan lain sebagainya.

Bagi usaha pertambangan, indikasi mineral didapatkan pula dari penyelidikan geokimia dan geofisika yang dilakukan se-cara sistematis dan karena itu kegiatan tersebut merupakan pekerjaan yang ter-integrasi dengan pemetaan geologi. Demi-kian pula halnya dengan pembuatan peta-peta air tanah dan geologi teknik. Pelaksanaan pemetaan secara ter-integrasi demikian itu akan menjamin tercapainya efisiensi yang setinggi tingginya dalam pemakaian tenaga, peralatan, dan biaya. Pembuatan peta-peta air tanah dan geologi teknik, meskipun tidak langsung berhubungan dengan usaha pertambangan, me-

154

Page 18: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

rupakan unsur yang sangat penting bagi perencanaan penye-diaan air untuk kota, industri, dan, irigasi, pemilihan daerah pertanian, pembuatan jalan, jembatan, pelabuhan, wilayah industri, dan lain-lainnya. Di sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Dalam hubungan kegiatan di bidang geologi ini, masih perlu disebut secara khusus peranan bidang volkanologi. Indonesia adalah negara yang mempunyai gunung api terbanyak di dunia. Penyelidikan dan pengawasan gunung ditujukan untuk meramalkan kemungkinan terjadinya bencana peletusan. Dengan demikian diharapkan kerugian berupa jiwa manusia maupun harta benda yang disebabkan oleh letusan gunung api dapat dihindarkan atau ditekan seminimal mungkin. Penga-matan gunung api akan ditingkatkan dalam masa Repelita II, khususnya terhadap gunung-gunung yang masih aktif yang terletak du daerah-daerah yang padat penduduknya.

Bergandengan erat dengan penyelidikan volkanologi adalah penelitian terhadap potensi tenaga panas bumi. Dalam Repe-lita II akan diusahakan pula peningkatan penelitian dan eks-plorasi terhadap kemungkinan pemanfaatan energi geothermal di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

Bagi pengembangan usaha pertambangan, penyelidikan geo-logi yang menghasilkan petunjuk-petunjuk adanya minerali-sasi, harus diikuti dengan kegiatan eksplorasi untuk menge-tahui lebih lanjut potensi endapan bahan galian yang bersangkutan. Untuk penyusunan kebijaksanaan secara nasional adalah sangat penting untuk mengetahui sejauh mungkin jumlah maupun kwalitas kekayaan mineral yang tersimpan dalam bumi Indonesia.

Usaha-usaha eksplorasi tidak hanya akan terbatas pada en-dapan mineral yang bermutu tinggi saja, tetapi juga kepada yang bermutu rendah, yang dengan kemajuan teknologi ke-

155

Page 19: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

mungkinan sekali dikemudian hari akan dapat dimanfaatkan. Pekerjaan eksplorasi memerlukan biaya yang tidak sedikit se-dang risikonya besar. Tetapi eksplorasi merupakan prasyarat bagi peningkatan hasil pertambangan. Karenanya pekerjaan eksplorasi harus ditingkatkan pula.

Kegiatan eksplorasi dalam Repelita II selain akan dilakukan oleh pemerintah, akan dilaksanakan pula oleh perusahaan ne-gara dan perusahaan swasta nasional maupun asing, dengan ketentuan bahwa seluruh hasil eksplorasi berupa data dise-rahkan kepada pemerintah. Dengan dasar pengetahuan itu, da-pat diatur cara pengembangannya yang terbaik bagi kepen-tingan nasional. Pengusahaannya sendiri dapat diserahkan pa-da perusahaan negara atau swasta.

Selain itu akan diusahakan peningkatan kegiatan dalam pengolahan bahan galian. Untuk bahan-bahan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan tambang yang telah beroperasi, pengarahan umum ialah bahwa bahan-bahan tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum diekspor. Biji nike1 akan di-olah menjadi ferro nikel, nikel matte ataupun senyawa logam nikel lain yang lebih tinggi mutunya; bauksit akan diolah menjadi alumina, gas bumi akan dimanfaatkan sebagai bahan pupuk dan bahan-bahan petrokimia lainnya, dan demikian seterusnya.

Dalam pada itu akan ditingkatkan kegiatan penelitian dalam bidang pengolahan bahan-bahan tambang yang khususnya akan ditujukan kepada bahan-bahan galian nonmetalik dan peneli-tian pengolahan minyak bumi. Penelitian terhadap bahan-bahan galian nonmetalik akan dilaksanakan terutama dalam rangka membina usaha swasta nasional, karena di bidang per-tambangan bahan-bahan itulah kiranya kemampuan swasta nasional pada saat ini dapat dikembangkan sebaik-baiknya. Penelitian minyak dan gas bumi, akan dititikberatkan pada penelitian cara-cara pengolahan yang sesuai dengan tipe mi- nyak bumi yang terdapat di Indonesia. Di samping itu akan

156

Page 20: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

dilaksanakan inventarisasi serta pengumpulan data dari ke-giatan eksplorasi minyak dan gas bumi baik yang dilakukan oleh perusahaan negara maupun perusahaan asing.

Dalam hubungan pembinaan usaha pertambangan akan di-utamakan pembinaan usaha pertambangan swasta nasional. Mengingat kesulitan permodalan dan terbatasnya kemampuan pengusaha swasta nasional, kepada mereka akan diberikan bimbingan dan bantuan teknik terutama dengan mengarah-kannya pada usaha pertambangan bahan galian nonmetalik (bahan galian industri) dan endapan bahan galian lainnya yang mudah ditambang dan mempunyai pasaran di dalam negeri. Bimbingan teknis dilakukan dengan memberikan informasi dan saran-saran tentang potensi mineral sesuatu daerah, cara-cara penambangan, pengolahan, pemurnian, pemasaran, dan lain-lain. Bantuan teknik dapat diberikan se -cara langsung dalam pelaksanaan penyelidikan dan penelitian di daerah kuasa pertambangan swasta nasional yang bersang-kutan. Penyelidikan dan penelitian ini dapat meliputi semua tahap usaha pertambangan, yaitu eksplorasi penelitian cara--cara pengolahan bahan galian, penelitian pelaksanaan, penam-bangan, dan pemasaran. Bantuan teknik dapat pula diberikan secara tidak langsung, antara lain dengan cara melakukan pe-nyelidikan di daerah di mana banyak terdapat kuasa pertam-bangan swasta nasional. Eksplorasi dengan cara demikian ini yang khususnya ditujukan pada endapan mineral industri dan mineral lain yang mudah ditambang dan mudah dipasarkan, dimaksudkan untuk kemudian diserahkan pelaksanaan pertam-bangannya kepada swasta nasional. Bagi pemerintah, perusa-haan-perusahaan negara di bidang pertambangan di samping mempunyai tugas utama menghasilkan penerimaan bagi pemerintah guna pembiayaan pembangunan negara, juga menjadi alat untuk mengembangkan usaha pertambangan nasional. Pe-ranan ini menjadi sangat penting berdasarkan pada kenyataan bahwa tradisi pertambangan swasta nasional belum lagi tum-Buhdi Indonesia. Berhubung dengan i tu d iharapkan agar per -

157

Page 21: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

usahaan negara menjadi pelopor dalam pengembangan usaha pertambangan nasional dengan menggiatkan eksplorasi mine- ral dan membuka proyek-proyek tambang baru. Melalui pro- yek-proyek baru ini diharapkan akan dapat dimulai pengikut-sertaan swasta nasional dalam kegiatan usaha pertambangan di Indonesia. Tambahan pula untuk mengurangi ketergantung- an ekspor hasil-hasil tambang kepada satu negara, akan diting-katkan usaha-usaha diversifikasi pasaran. Dalam menjajagi kemungkinan tersebut, perusahaan-perusahaan negara akan memegang peranan penting. Perhatian khusus akan diberikan kepada usaha-usaha pertambangan batubara, yang selama ini berada dalam keadaan terbengkalai. Dalam hubungan ini akan dikembangkan suatu kebijaksanaan nasional bahan bakar dan energi yang akan dapat memanfaatkan sumber-sumber energi di Indonesia se-optimal mungkin. Untuk keperluan ini akan diadakan penelitian yang mendalam. Sementara itu akan di -manfaatkan sebaik mungkin sumber energi dari luar minyak bumi antara lain batubara.

Peningkatan kegiatan dalam usaha pertambangan akan ba-nyak memerlukan tenaga yang mempunyai keahlian maupun ketrampilan khusus. Pusat Pendidikan Migas di Cepu dan Aka-demi Geologi dan Pertambangan di Bandung, selama ini telah berhasil mendidik sebagian tenaga inti yang diperlukan oleh kalangan perminyakan maupun pertambangan umum di Indo- nesia. Pelaksanaan pendidikan kader dan latihan tenaga kerja, akan terus dilaksanakan dan ditingkatkan agar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, dapat dibina kemampuan nasional, meliputi segala tingkatan dan profesi sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu dan teknologi pertambangan modern.

Dalam mengusahakan pengembangan pertambangan di In-donesia dewasa ini, masih harus diakui kurangnya modal dan kemampuan/keahlian nasional yang dapat dikerahkan untuk maksud tersebut. Karena itu dalam masa Repelita II, masih akan dimanfaatkan partisipasi modal asing untuk mengem-

159

158

Page 22: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

bangkan sektor pertambangan tertentu yang belum sepenuh- nya dapat ditangani sendiri. Mengingat kemampuan nasional, khususnya perusahaan negara, yang telah semakin besar da- lam beberapa tahun terakhir ini, pemerintah akan melaksana- kan prinsip selektivitas dalam memasukkan modal asing di bidang pertambangan. Demikian pula persyaratan-persyaratan dalam kontrak karya maupun kontrak bagi hasil di bidang per-tambangan umum dan perminyakan akan ditingkatkan untuk lebih menguntungkan kepentingan nasional. Untuk beberapa sektor pertambangan tertentu tidak akan dibuka lagi kesem- patan bagi penanaman modal asing baru.

Sesuai dengan kebijaksanaan umum mengenai penanaman modal asing, kepada pengusaha-pengusaha asing diwajibkan untuk membantu melatih tenaga Indonesia sehingga pada wak-tunya tenaga asing dapat diganti oleh tenaga Indonesia. Di samping itu pengawasan terhadap pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi di sektor pertambangan antara lain bahan-bahan galian yang diekspor, baik mengenai jumlah, jenis maupun ni- lai akan ditingkatkan.

Persoalan pembangunan daerah merupakan hal yang sangat erat sangkut pautnya dengan pembangunan proyek-proyek per-tambangan. Ditinjau dari kepentingan daerah, adalah suatu hal yang menguntungkan, bahwa sumber mineral yang dimiliki kebanyakan justru terletak di daerah-daerah di luar Pulau Jawa, yang pada umumnya masih terbelakang perkembangan- nya. Tidak perlu diragukan bahwa pembangunan proyek per-tambangan di daerah-daerah tersebut tidak saja akan mem- buka daerah yang bersangkutan, tetapi akan membawa pula pengembangan dan modernisasi. Yang perlu dusahakan ialah agar pertumbuhan dan pengembangan daerah akibat pemba-ngunan proyek-proyek pertambangan itu dapat berlangsung serasi dan sejajar dengan pola pembangunan daerah yang di-inginkan. Untuk ini akan diusahakan koordinasi yang sebaik-baiknya dengan semua instansi yang bersangkutan.

Page 23: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Erat hubungannya dengan pengembangan daerah ialah usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh rakyat setempat secara sederhana dan biasanya telah merupakan kegiatan lokal yang tradisionil. Usaha yang sifatnya tidak menentu, tersebar, dan sulit diawasi itu, pada umumnya merupakan kegiatan-kegiatan pendulangan (untuk intan, emas) yang dikenal sebagai usaha pertambangan rakyat.

Usaha-usaha ini meskipun secara nasional hampir-hampir tak ada artinya, tetapi secara lokal adalah penting dan dapat menyerap tenaga kerja cukup banyak, meskipun kadang-kadang hanya bersifat musiman. Akan diusahakan pembinaan kegiatan pertambangan rakyat ini.

Usaha pengembangan pertambangan pada umumnya membawa akibat yang mengobah keadaan lingkungan. Tambang-tam- bang terbuka misalnya secara langsung akan mengobah keada- an muka tanah dan industri pengolahan bahan tambang serta minyak bumi akan menghasilkan pula berbagai bahan yang dapat mengotori daerah sekitarnya.

Pengembangan industri pertambangan secara meluas di In-donesia dalam waktu yang akan datang sudah tentu akan me-nimbulkan masalah pencemaran lingkungan hidup. Ha1 ini secara langsung tidak saja akan mempenganuhi kehidupan biologi alam sekeliling, tetapi juga akan menurunkan kwalitas kehidupan itu sendiri.

Dalam mengatasi masalah lingkungan hidup yang menyang- kut kegiatan pertambangan dan perminyakan, pemerintah akan melakukan usaha perbaikan dan penertiban secara bertahap, karena pada hakekatnya usaha tersebut akan harus mencakup pula, hal-hal yang timbul sebagai akibat kegiatan di waktu silam selama puluhan tahun.

Dalam Repelita II akan diadakan inventarisasi berbagai masalah lingkungan hidup yang timbul sebagai akibat aktivi-tas pertambangan dalam arti yang seluas-luasnya. Adapun ter-hadap proyek-proyek pertambangan baru, pengamatan ling-

160

Page 24: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

kungan hidup serta cara penanggulangannya dapat langsung mulai dilaksanakan sejak saat beroperasinya proyek yang ber-sangkutan.

Penelitian keadaan lingkungan selama Repelita II akan dila-kukan di lapangan-lapangan minyak, khususnya di daerah- daerah lepas pantai, terhadap kemungkinan pencemaran aki- bat tumpahan minyak, kemudian juga di daerah-daerah per-tambangan yang menggunakan sistem penggalian terbuka se- perti di tambang-tambang timah di Pulau Bangka dan Belitung, pertambangan bauksit di Pulau Bintan, pertambangan pasir besi di Cilacap dan lain sebagainya, khususnya dalam hubungan pengupasan dan pemindahan tanah, pembuangan kotoran hasil pengolahan, pembuangan asap, dan lain sebagainya.

Penanganan masalah lingkungan hidup pada pokoknya bertu- juan agar dalam menghadapi perkembangan industri pertam-bangan dikemudian hari akan tetap dapat diusahakan pula terpeliharanya lingkungan hidup yang sehat.

Sehubungan dengan usaha untuk mengembangkan kegiatan dan meningkatkan produksi pertambangan Indonesia, sering di-permasalahkan apakah usaha tersebut tidak menjurus kepada pengurasan habis-habisan kekayaan bumi Indonesia.

Dalam menilai persoalannya, perlu terlebih dahulu disadari bahwa pengetahuan tentang kekayaan bumi Indonesia masih sangat minimal. Oleh karenanya, kebijaksanaan dalam bidang pengembangan sumber-sumber mineral tak dapat dititikberat- kan pada "depletion concept" (atau konsep akan habisnya sum- ber-sumber mineral tersebut), sebelum diketahui dengan pasti potensi serta keterbatasan sumber-sumber mineral yang ada, karena hal ini dapat menghambat pembangunan.

Usaha "konservasi" sumber mineral harus ditafsirkan sebagai usaha pemanfaatan yang semaksimal mungkin daripada sumber- sumber tersebut, antara lain dengan mencegah pemborosan karena cara penambangan dan pengolahan yang tidak efisien. Sudah menjadi kenyataan bahwa semakin banyak suatu sumber mineral dimanfaatkan, semakin giat usaha pencahariannya, dan

161

Page 25: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

dengan demikian semakin banyak cadangan baru akan ditemu- kan. Karena itu, yang penting ialah menggiatkan usaha eksplorasi. Pengembangan sumber-sumber mineral harus didasarkan pada pendekatan positif berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi dan ekologi, dalam arti merobah sumber-sumber mi- neral sebagai kekayaan potensiil yang tersimpan di dalam bumi menjadi kekayaan nasional secara riil tanpa merusak kwalitas lingkungan hidup.

IV. PROGRAM.

SUBBIDANG PRODUKSI.

Minyak dan Gas Bumi

Minyak dan gas bumi memegang peranan yang penting dalam pembangunan. Minyak dan gas bumi merupakan penghasil uta-ma devisa dan peranannya sebagai sumber penerimaan negara dalam tahun-tahun terakhir Repelita I telah meningkat. Hal ini disebabkan karena produksi minyak meningkat dengan cepat. Dibandingkan dengan tahun 1966 maka produksi minyak pada tahun 1973 meningkat dengan 200 %. Bersamaan dengan me-ningkatnya produksi maka penghasilan devisa yang berasal dari minyak meningkat dengan lebih cepat karena perkembangan harga yang sangat menguntungkan. Peranan minyak sebagai sumber penerimaan negara mulai terasa setelah Undang-undang Pertamina disahkan dan dilaksanakan.

Dalam Repelita 11 produksi minyak bumi diperkirakan akan meningkat dengan 8%. Berdasarkan perkiraan tersebut di atas dan perkiraan perkembangan harga minyak bumi, maka nilai ekspor minyak dan gas bumi diperkirakan akan meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Demikian juga halnya dengan penerimaan negara selama lima tahun yang akan datang. Dengan demikian peranan minyak dan gas bumi sebagai peng- hasil devisa dan sumber penerimaan negara juga akan bertam-

162

Page 26: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

bah besar. Diperkirakan bahwa pada akhir Repelita II lebih kurang 51% penghasilan devisa dan lebih kurang 45% pene- rimaan negara berasal dari produksi dan ekspor minyak bumi.

Tambahan bagi sebagai sumber energi dalam negeri maka minyak dan gas bumi memegang peranan penting dalam pem-bangunan sektor-sektor lain dan dalam penyediaan bahan bakar bagi masyarakat banyak. Karenanya minyak dan gas bumi akan disediakan dalam jumlah yang cukup dan tersebar ke pelosok daerah Indonesia.

Perkiraan produksi minyak bumi dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 12-9.

TABEL 12 - 9.

PERKIRAAN PRODUKSI MINYAK BUMI 1974/75 - 1978/79

(juta barrel)

1974/75 529

1975/76 550

1976/77 620

1977/78 660

1978/79 720

Beberapa eksplorasi dalam Repelita I memberi petunjuk ada- nya cadangan gas bumi yang cukup besar diberbagai daerah di Indonesia, antara lain di lapangan Arun (Sumatra Utara), lapangan Badak (Kalimantan Timur), di daratan Sumatra Utara, Sumatra Selatan, daratan dan daerah lepas pantai Jawa Barat, dan kemungkinan di daerah-daerah lainnya. Sumber energi ini sebagian sudah dimanfaatkan dan akan ditingkatkan kegunaannya untuk berbagai usaha. Perincian dari penggunaan gas alam dapat dilihat pada tabel 12-10.

163

Page 27: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.
Page 28: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 -10

PERKIRAAN PEMANFAATAN GAS BDM (BSCF)

No. Untuk digunakan 1974/75 1975/76

1976/77 1977/78 1978/79

1. Gaslift 16,80 16,80 16,70 16,40 16,002. Pressure Maintenance 0,50 0,45 0,40 0,30 0,203. Pemakaian sendiri 18,00 18,00 18,00 18,00 18,004. Carbon Black/LPG 6,69 6,69 13,20 13,20 13,205. Polypropylene 4,70 4,70 4,70 4,70 4,706. L.N.G. - - - 547,50 547,507. Petrokimia - - - - 100,008. Pusri I 5,00 5,00 5,00 5,00 5,009. Pusri I I - - 12,40 12,40 12,40

10. Pupuk Jawa Barat - - - 20,00 20,0011. Pupuk Kal. Timur - - 27,20 27,20 27,2012. P.G.N. 1,00 1,14 1,27 1,27 1,2713. Industri-industri kecil 0,06 0,06 0,08 0,06 0,0614. Industri Baja Jabar - - 38,75 38,75 38,7515. L.N.G. Mini - - - 11,90 15,8016. Methanol - - - - 12,75

J u m 1 a h: 52,75 52,84 137,68 716,68 832,83

Sebagian dari gas alam akan digunakan untuk kebutuhan eksploitasi minyak di lapangan (gaslift gas), yaitu untuk kom-presor dalam mempertahankan tekanan gas alam pipa-pipa saluran, untuk bahan bakar dalam pusat pengilangan dan se-bagai bahan bakar untuk pembangkit tenaga di dalam kom-pleks pengilangan (pemakaian sendiri). Selain itu gas bumi di daratan Sumatera Utara sudah dipergunakan untuk karbon black/LPG, sedangkan gas bumi di Sumatra Selatan diper-gunakan untuk produks pupuk urea di Pusri I dan di Pusri II, produksi polypropylene dan industri petrokimia lainnya. Ca-dangan gas bumi di lapangan Arun akan diarahkan untuk

Page 29: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

165

Page 30: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

diolah sebagai LNG, serta untuk bahan baku petrokimia, se-dangkan gas bumi dilapangan Badak di Kalimantan Timur, selain diolah untuk menjadi LNG juga dimanfaatkan dalam menghasilkan amoniak yang selanjutnya akan diproses untuk menjadi pupuk urea. Gas bumi yang ditemukan di daratan dan lepas pantai di Jawa Barat akan dimanfaatkan untuk produksi pupuk urea. Selain itu juga sedang dilakukan usaha untuk penggunaan gas bumi sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik, bahan baku di sektor industri maupun untuk rumah tangga (PGN).

Dalam Repelita II hasil pengilangan minyak mentah akan terus ditingkatkan; hal ini dimungkinkan dengan akan diba-ngunnya kilang baru di Cilacap dan pulau Batam serta peningkatan efisiensi dari kilang-kilang yang sudah ada. Usaha ini perlu dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan hasil minyak bumi dalam negeri, yang selalu meningkat sekitar 13% tiap tahun.

Pembangunan Kilang Minyak Cilacap dimulai tahun 1973 dan direncanakan selesai pada tahun 1976 dengan kapasitas kilang 100.000 barrel/hari. Investasi dalam pembangunan kilang ini diperkirakan US $ 160 juta.

TABEL 12 - 11.PERKIRAAN PENGILANGAN MINYAK MENTAH,

1974/75 - 1978/79(juta barrel)

1974/75 118,6

1975/76 125,7

1976/77 162,1

1977/78 174,5

1978/79 185,0

166

Page 31: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

I I I

Page 32: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.
Page 33: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Dalam pengembangan Pulau Batam sebagai daerah industri, beberapa perusahaan asing bermaksud membangun beberapa kilang minyak, masing-masing dengan 100.000 barrel/hari yang dapat ditingkatkan hingga 300.000 barrel/sehari. Pembangunan diharapkan dapat dimulai pada tahun 1974. Hasil kilang ini terutama ditujukan untuk diekspor, sedang minyak mentahnya akan didatangkan dari Timur Tengah.

Di dalam Repelita II ekspor dari minyak mentah diperkirakan akan meningkat.

Selain ekspor minyak mentah, akan diekspor pula hasil pengi-langan yang tidak digunakan di dalam negeri yaitu Naphtha dan Low Sulfur Waxy Residu (LSWR), sebagaimana tertera pada Tabel 12-13.

TABEL 12 -12.PERKIRAAN EKSPOR MINYAK MENTAH,

1974/75 - 1978/79(juta barrel)

1974/75 423

1975/76 4441976/77 5141977/78 5501978/79 610

TABEL 12 - 13.PERKIRAAN EKSPOR NAPHTHA DAN LSWR

1974/75 - 1978/79(juta barrel)

1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

NAPHTHA 3,6 3,4 8,2 9,3 9,9LSWR 44,2 44,1 47,5 47,3 49,6FUEL OIL - 4,8 5,8 0,9

J u m l a h : 47,8 47,5 60,5 62,4 60,4

168

Page 34: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.
Page 35: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga tahun 1975, masih akan diimpor beberapa produk-produk minyak seperti minyak tanah, minyak diesel serta minyak bakar. Dengan penye-lesaian kilang di Cilacap diharapkan produk-produk minyak tersebut dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Tetapi dengan selalu berkembangnya kebutuhan minyak dalam negeri diperkirakan pada tahun 1978/79 akan diperlukan adanya impor lagi, kecuali apabila ada penambahan kapasitas pengilangan.

TABEL 12 -14.

PERKIRAAN IMPOR PRODUK-PRODUK MINYAK,1974/75 - 1978/79

(juta barrel)

1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

Avgas

Avtur 0,5 1,0Super 98

Premium

Minyak Tanah 1,3 1,5

Minyak Solar 0,5 0,7

Minyak Diesel 0,8 1,1

Minyak Bakar 2,1 1,7

J u m l a h : 5,2 6,0

Untuk kebutuhan pengilangan maka diperlukan minyak men-tah impor yang tiap tahun meningkat sebagai tabel 12-15.

Kebutuhan bahan bakar di dalam negeri, yang diperkirakan akan meningkat sekitar 13 % per tahun, terdiri dari bermacam-macam jenis bahan bakar yang diproyeksikan sebagai tabel 12-16.

170

Page 36: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 - 15PERKIRAAN IMPOR MINYAK MENTAH,

1974/75 - 1978/79(juta barrel)

1974/75 12,8

1975/76 20,11976/77 56,7

1977/78 63,91978/79 69,0

TABEL 12 - 16.

PERKIRAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKAR DALAM NEGERI •)1974/75 - 1978/79

(juta barrel)

1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

1. Avgas 94 94 93 93 892. Avtur 2.029 2.516 3.019 3.522 4.2253. Super 98 0.403 0.503 0.629 0.818 1.0244. Premium 12.332 13.072 13.856 14.687 15.5695. Minyak tanah 24.996 26.745 28.617 30.621 32.714

6. Minyak solar 13.938 16.497 19.014 21.532 24.0497. Minyak diesel 5.869 6.639 8.655 10.035 11.5938. Minyak bakar 9.352 12.684 15.196 18.498 24.113

J u m L a h: 69.013 78.750 89.079 99.716 113.170

*) Termasuk Avtur Internasional dan Bunker Internasional.

171

Page 37: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 - 17.

RENCANA KEKUATAN ARMADA TANKER PERTAMINA, 1974 - 1979

1974 1975 1976 1977 1978 1979Unit DWT Unit DWT Unit DWT Unit DWT Unit DWT Unit DWT

L Kapal Milika. Tanker ***) 28 435.810 32 576.769 31 615.390 31 627.070 32 677.070 28 603.469b. Lighter **) 17 12.772,68 14 10.800,68 7 4.560,68 7 4.560,68 7 4.560,68 7 4.560,68

2. Hire Purchasea. Tanker * * *) 40 1.171.057 45 1.590.415 512.135.055 54 2.338.955 55 2.358.955 57 2.666.670b. Lighter - - - - - - - -

3. Time Chartera. Tanker *) 25 457.478 20 592.712 6 354.307 3 296.593 1 265.000 1 265.000b. Lighter 9 8.720,5 2 2.343 - - - -

JUMLAH:

L19. 2.085.838,18 113 2.773.039,68 953.109.312,68 95 3.267.178,68 95 3.305.585,68 93 3.539.699,68

* ) Termasuk Ocean Going Tanker. ** ) Termasuk LPG Tanker.

***) Termasuk Oil Storage Barge.

Catatan : Dalam tahun 1975 dan berikutnya dihitung per 1 Januari.Untuk memenuhi kemungkinan kekurangan kapal dipenuhi dengan Time Charter dan atau penundaan Scraping.

Page 38: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Dalam Repelita II juga akan diadakan perbaikan serta per-luasan jaringan distribusi dan penimbunan bahan bakar minyak yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia seperti pembangunan depot-depot baru, dermaga serta pipa bawah laut, dengan perkiraan biaya seluruhnya 8 milyar rupiah.

Rencana perluasan jaringan distribusi meliputi pembangunan depot dan dermaga baru di berbagai tempat di Sumatra, yaitu di Olele, Meulaboh, Siak, di Jawa yaitu di Banyuwangi, di Kalimantan Tengah yaitu di Palangkaraya, di Sulawesi yaitu di Kendari, Gorontalo, Donggala, di Maluku yaitu di Ternate, di Nusa Tenggara yaitu di Bima, Endeh, Maumere dan di Irian Jaya yaitu di Manokwari. Dermaga baru akan dibangun pula di Pontianak, Samarinda, Pare-pare, Ambon, dan Sorong. Sedangkan di Panjang, yang merupakan pelabuhan baru, akan dipasang pipa di bawah laut (submarine).

Selain daripada itu kekuatan armada tanker dari Pertamina akan ditingkatkan sehingga seluruh armada perkapalan, khu-susnya untuk distribusi dalam negeri akan diusahakan sejauh mungkin dapat dimiliki oleh Pertamina.

Rencana penambahan kekuatan armada tanker selama Repelita II akan terdiri atas macam-macam jenis kapal seperti tercantum dalam Tabel 12-17.

TimahDalam Repelita II produksi timah akan ditingkatkan secara

terbatas, mengingat bahwa peningkatan konsumsi internasional akan timah berkembang dengan tingkat pengembangan sekitar 1,6% saja tiap tahun, sedangkan di lain pihak kemampuan peningkatan produksi adalah lebih tinggi.

Selain itu mengingat akan adanya ketentuan quota ekspor maka bagaimanapun produksi harus disesuaikan dengan ke-mungkinan ekspor.

Diperkirakan produksi timah mencapai kenaikan rata-rata 4% tiap tahun.

173

38

Page 39: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 - 18.

PERKIRAAN PRODUKSI TIMAH, 1974/75 - 1978/79(metrik ton)

1974/75 23.3231975/76 24.886

1976/77 25.582

1977/78 27.203

1973/79 28.408

Sebagian dari konsentrat bijih timah yang dihasilkan oleh PN Timah akan dilebur sendiri diunit Peleburan Timah Muntok (Peltim).

TABEL 12 - 19.

PERKIRAAN PRODUKSI LOGAM TIMAH (PELTIM),1974/75 - 1978/79

(metaik ton)

1974/75 - 14.820

1975/76 - 19.7601976/77 - 26.2631977/78 - 29.3461978/79 - 30.537

Peningkatan produksi logam timah tahun 1976 dan seterus-nya adalah sebagai hasil ekspans peleburan. Peningkatan produksi timah terutama diarahkan untuk ekspor; konsumsi dalam negeri hanya sekitar 500 ton tiap tahun dan kelebihan produksi yang belum dapat diekspor adalah untuk stock yang sewaktu-waktu dapat diekspor untuk mengisi jika terdapat kekurangan produksi dari negara-negara produsen timah yang lain.

Page 40: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

174

40

Page 41: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.
Page 42: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

42

Page 43: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 - 20

KONSUMSI DALAM NEGERI DAN NILAI RUPIAH

1974/75 1975/76 1976/77 1977/78

1978/79

500 500 550 600 600

17

Page 44: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Konsumsi dalam

Nilai dalam rupiah aRp. 1.825.000,00 per metrik ton

Rp. 1.095.000.000,00 Rp. 1.095.000.000,00

Page 45: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

negeri (dalam Rp. 912.500.000,00 Rp. 912.500.000,00 Rp. 1.003.750.000,00 metrik ton)

Page 46: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Dengan demikian volume ekspor lebih rendah dari pada jumlah produksi, seperti terlihat pada tabel berikut:

TABEL 12 - 21

EKSPOR TIMAH

T a h u n 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

Volume (Metrik ton) 22.150 23.725 24.975 27.500 29.175

Nilai (Ribuan US $) 110.750 118.625 124.875 137.500 145.875

Catatan:Dengan asumsi tidak akan ada pembatasan ekspor.

Investasi di bidang pertambangan timah dititikberatkan ke-pada usaha-usaha eksplorasi untuk mencari endapan baru, modernisasi kapal keruk sebagai lanjutan dari program reha-bilitasi dalam Repelita I,, perbaikan serta modernisasi dari sentral-sentral pembangkit tenaga listrik untuk tambang dan penambahan kapal keruk baru untuk mengeruk daerah ca-dangan yang lebih dalam letaknya, yang tidak dapat dikerukoleh kapal-kapal keruk yang telah dipunyai PN Timah dewasaini.

NikelDiperkirakan bahwa proyek-proyek baru akan dimulai beroperasi

dalam Repelita II, ~dengan perkiraan produksi sebagaimana tertera dalam Tabel 12-22.

Dengan mulai dilaksanakan persiapan pembangunan pabrik- pabrik pengolahan, baik di dalam rangka penanaman modal asing maupun oleh PN Aneka Tambang sendiri, maka ekspor nikel dalam Repelita II selain dalam bentuk bijih juga akan berupa ferro nikel, nikel matte, dan logam nikel. Agar lebih jelas tentang ekspor nikel berikut ini disajikan Tabel 12-23.

Page 47: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

178

Page 48: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

GRAFIK 12 - 21

74/75 75/76 76/77

Page 49: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

PERKIRAAN EKSPOR TIMAH1974/75 - 1978/79

49

1

Page 50: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

( metrik ton )

Page 51: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

77/78 78/79

17951

1

Page 52: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 - 22.

PERKIRAAN PRODUKSI NIKEL, 1974/15 - 1978/79(ribu ton)

Jenis produksi 1974 1975

1976

1977

1978

1. Bijih nikel 850 900 950 975 1.000

2. Ferro nikel - 5 5 53. Nikel matte 8,4 14 144. Logam nikel 19,5 45

TABEL 12 - 23.

PERKIRAAN NILAI EKSPOR NIKEL, 1974/75 - 1978/79(dalam juta US $)

Jenis ekspor 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

1. Bijih nikel 11.2 11.8 12.5 13.2 13.2

2. Ferro nikel - 2.8 13.9 13.9 13.9

3. Nikel matte - - 14.3 35.8 35.8

4. Logam nikel - - - 80 185

*) Volume ekspor diperhitungkan = besarnya produksi.

Proyek ferro nikel di Pomala yang dilaksanakan oleh PN Aneka Tambang telah mulai dibangun pada tahun 1973. Pe-nyelesaian dari proyek akan diharapkan pada tahun 1975 untuk mana masih diperlukan investasi pada tahun-tahun 1974 dan 1975 dengan perkiraan sebesar US $ 7.85 dan US $ 3.97 juta.

Demikian pula, akan dilakukan investasi untuk pembangunan pabrik pengolahan nikel yang menghasilkan nikel matte di daerah Soroako, Sulawesi Tenggara, dengan biaya sekitar US $ 135 juta.

180

Page 53: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

53

1

Page 54: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Sedang suatu 1prayek yang akan menghasilkan logam nikel sedang direncanakan di Pulau Gag Irian Jaya dengan rencana biaya ± US $ 554 juta.

BauksitDalam Repelita II kegiatan di bidang penyelidikan dan produksi

akan dilanjutkan oleh PN Aneka Tambang di Pulau Bintan. Juga diselidiki cadangan-cadangan baru di berbagai tempat di Indonesia, khususnya Kalimantan Barat. Usaha-usaha yang terakhir ini mungkin belum mencapai tahap produksi. Dengan demikian produksi bijih berkwalitas ekspor akan didapat dari Pulau Bintan, dengan jumlah yang sama dengan tahun-tahun Repelita I, seperti yang tertera pada Tabel 12-24 di bawah ini.

TABEL 12 - 24.PERKIRAAN PRODUKSI BAUKSIT, 1974/75 - 1978/79

(ribu ton)

1974/75 1.1001975/76 1.125

1976/77 1.150

1977/78 1.1751978/79 1.200

Nilai ekspor bauksit yang sebagian besar akan ditujukan ke Jepang dalam bentuk bijih adalah mempunyai nilai seperti tertera pada Tabel 12-25.

Eksplorasi bauksit yang berkadar rendah di Pulau Bintan dilakukan untuk mempelajari kemungkinan pendirian suatu pabrik Alumina Plant, sehingga bijih yang tidak dapat di -ekspor dapat dimanfaatkan. Dari hasil penyelidikan ini di -ketahui bahwa pendirian suatu pabrik Alumina Plant dengan kapasitas 200.000-250.000 ton setahun adalah cukup feasible.

182

Page 55: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

GRAFIK 12 - 24

PRODUKSI BAUKSIT1974/75 - 1978/79

(ribu ton) 1200

Page 56: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

1200

Page 57: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

1175

1

57

Page 58: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

'150

Page 59: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

1125

1

59

Page 60: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

1io0

Page 61: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 – 25PERKIRAAN NILAI EKSPOR BAUKSIT

1974/75 - 1978/79 (juta US $)

1974/75 - 5.706

1975/76 - 5.835

1976/77 - 5.966

1977/78 - 6.095

1978/79 - 6.235

Mengingat besarnya modal yang akan diperlukan untuk pen-dirian pabrik, maka telah diambil kebijaksanaan untuk kerjasama dengan pihak luar negeri. Diharapkan bahwa pembangunan pabrik alumina dapat dimulai ,dalam Repelita II. Hasil eksplorasi selama Repelita I telah membuktikan terdapatnya endapan bauksit dalam jumlah besar di Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil penemuan tersebut, pada permulaan tahun 1974 telah dimulai penelitian bagi pelaksanaan pembangunan pertambangan bauksit dan proyek alumina di daerah Kalimantan Barat.

Pasir besi

Dalam Repelita II produksi pasir besi direncanakan akan ditingkatkan menjadi 400.000 ton tiap tahun. Hasil produksi ini seluruhnya diekspor ke Jepang dengan perkiraan nilai se-besar US $ 1.7 juta, tiap tahun. Disamping itu sedang dilaku-kan pula penyelidikan-penyelidikan serta feasibility study untuk mengembangkan deposit pasir besi di daerah Selatan Yogyakarta. Telah dilakukan penyelidikan dan penelitian untuk mempergunakan pasir besi dalam pembuatan besi dan baja. Usaha ini dalam Repelita II akan ditingkatkan.

184

Page 62: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Emas dan PerakDalam periode Repelita II produksi emas tidak akan banyak

berbeda dengan semasa periode Repelita I, walaupun akan ter-jadi peningkatan penggalian bijih, berhubung menurunnya kadar emas dan perak dalam bijih.

TABEL 12 - 26.

PERKIRAAN PRODUKSI EMAS DAN PERAK,1974/75 - 1978/79

(Kg)

1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

E m a s 300 300 300 300 300Perak 8.500 8.500 8.500 8.500 8.500

Eksplorasi endapan emas aluvial dalam Repelita II akan di-tingkatkan. Pekerjaan ini akan dilaksanakan khususnya di daerah Sulawesi Utara, Riau Daratan, dan Kalimantan Tengah.

Dalam hubungan rencana investasi baru, akan diusahakan pemindahan pabrik pengolahan emas dan perak "Logam Mulya", yang sekarang ini berada di tengah kota Jakarta ke daerah Pulau Gadung dan sekaligus direncanakan untuk mem-bangun satu unit "Copper rodrolling" dengan perkiraan biaya sebesar US $ 5 juta.

TembagaProduksi tembaga dalam periode Repelita II diharapkan

akan konstan, sebesar 250.000 ton konsentrat per tahun (kadar tembaga dalam konsentrat 26% Cu).

Dengan didasarkan pada harga tembaga tahun 1973 maka proyeksi nilai ekspor diperkirakan sebesar US $ 70 juta tiap tahun. Selama Repelita II tidak akan dilakukan investasi -investasi besar, kecuali perbaikan-perbaikan instalasi pengo-

Page 63: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

185

1

63

Page 64: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

lahan dan tambang. Eksplorasi tembaga secara meluas telah dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir ini, khususnya di Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Meskipun hasil dari eksplorasi ini belum lagi dapat dipastikan, tetapi petunjuk-petunjuk tentang terdapatnya endapan "porphyry capper" di kedua daerah ini memberikan harapan besar bagi perluasan produksi tembaga di masa yang akan datang.

GranitDirencanakan dalam Repelita II produksi batu granit

akan terus meningkat tiap tahun sebagai berikut:TABEL 12 - 27

PERKIRAAN PRODUKSI GRANIT, 1974/75 - 1978/79(ribu ton)

1974/75 1.0701975/76 1.6001976/77 2.220

1977/78 2.400

1978/79 2.400

Batu granit di samping untuk diekspor juga dijual di dalam negeri.

TABEL 12 - 28.PERKIRAAN EKSPOR DAN PEMASARAN DALAM NEGERI BATU

GRANIT, 1974/75 - 1978/79(dalam ribu US $)

1974/75 4.600

1975/76 7.100

1976/77 10.3001977/78 11.600

1978/79 12.600

Page 65: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.
Page 66: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

189

Page 67: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Direncanakan investasi tambahan sebesar ± US $ 7 juta untuk meningkatkan produksi, yang akan dilaksanakan pada tahun pertama dan kedua Repelita II.

Batu baraDalam Repelita II akan diusahakan peningkatan

penggunaan batu-bara dalam rangka kebijaksanaan energi. Untuk Tambang Batu Bara Bukit Asam sementara akan dilakukan penelitian yang luas untuk perbaikan tambang yang kelak dapat ditingkatkan produksinya guna menjamin kebutuhan-kebutuhan batu bara sebagai bahan energi maupun sebagai bahan bakar.

Untuk Tambang Batu Bara Ombilin usaha akan diarahkan untuk perbaikan-perbaikan tambang dan penyelesaian sentral listrik dengan daya terpasang kapasitas 12 MW dalam tahun 1974/75.

Sebagaimana diketahui usaha pertambangan batu bara di Ombilin dan Bukit Asam selama ini masih beroperasi dengan defisit. Tetapi dalam bayangan krisis energi dan dengan terus meningkatnya harga bahan bakar minyak dari tahun ke tahun, bari depan kemungkinan perusahaan tambang dan pemasaran batu bara menjadi semakin baik karena harga batu bara boleh jadi akan dan dapat bersaing dengan harga minyak bumi dalam waktu mendatang.

Sambil menunggu terbukanya kemungkinan pemasaran batu bara seperti tersebut di atas, maka diperlukan pembiayaan guna memperbaiki alat tambang, alat transpor, dan pembelian alat-alat baru, sehingga produksi secara bertahap dapat ditingkatkan.

Rehabilitasi tambang-tambang batu bara tersebut di atas akan dilaksanakan secara bertahap; usaha dimulai dengan usaha perbaikan alat-alat pertambangan untuk memantapkan dan melancarkan produksi batu bara guna memenuhi pasaran dii dalam negeri yang ada sekarang ini. Dalam tahap selanjutnya akan diusahakan peningkatan produksi sampai mencapai

1

189

Page 68: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

tingkat yang berimbang (break even) dengan perhitungan akan terbukanya kesempatan pemasaran baru di dalam negeri, misalnya dalam hubungan pembangunan proyek-proyek PLTU baru, pabrik-pabrik semen, dan kemungkinan ekspor secara terbatas.

Untuk rencana jangka panjang, bila terbukti dari hasil eksplorasi tambahan bahwa cadangan batu bara di kedua tam-bang tersebut di atas cukup besar, maka perlu pula dipikirkan tahap pengembangan lebih lanjut secara besar-besaran apabila ada kemungkinan untuk ekspor dan pengembangan pasaran lebih lanjut.

Aspal

Dewasa ini pengusahaan tambang aspal di Pulau Buton dilaksanakan oleh Perusahaan Aspal Negara (PAN). Dalam lima tahun terakhir ini produksi aspal mengalami peningkatan dari 31.215 ton pada tahun 1969 menjadi 115.000 ton pada ta-hun 1973. Dalam Repelita II produksinya akan ditingkatkan.

M a n g g a n

Pertambangan manggan di Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta diusahakan oleh perusahaan daerah masing-masing dan juga oleh rakyat. Produksi masih belum teratur dan ber -sifat musiman sesuai dengan adanya pasar. Manggan Yang ditambang terbatas pada yang berkadar MnO 2 di atas 75%. Pada tahun 1972 tercatat produksi untuk Jawa Barat 7.431 ton dan untuk Yogyakarta 100 ton. Dalam Repelita II eksplorasi yang lebih intensif akan dilakukan. Di samping itu diadakan pula studi untuk mendirikan pabrik ferro-manggan dengan menggunakan manggan yang dihasilkan dari dalam negeri .

Intan

Penambangan intan Yang dilaksanakan PN Aneka Tambang di daerah Cempaka, Kalimantan Selatan, hingga saat ini belum merupakan usaha yang komersiil.

Page 69: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Di samping kegiatan PN Aneka Tambang, rakyat meng-usahakan penggalian dan pendulangan intan secara perorangan maupun dalam kelompok di daerah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Produksi intan oleh rakyat ini tidak dapat diketahui dengan pasti.

Bahan Galian Industri

Kecuali bahan-bahan galian seperti tersebut di atas telah diusahakan pula berbagai bahan galian industri. Yang terpen-ting di antaranya adalah lempung, kaolin, pasir kwarsa, bentonit, diatomit, marmar, tras, andesit , dan lain-lain.

Batu gampimg dan tanah liat merupakan bahan baku utama untuk membuat semen. Inventarisasi secara umum akan dila - kukan terhadap kedua bahan galian yang sangat penting ini khususnya dalam rangka penyelidikan untuk pembangunan proyek semen baru. Eksplorasi detail baru akan dilakukan kalau sudah diambil keputusan untuk mempergunakannya sebagai dasar bagi pendirian sesuatu pabrik. Penyelidikan detail antara lain telah dilakukan di Batu Raja (Sumatra Selatan), Indarung (Sumatra Barat), Bahorok (Sumatra Utara), Olele (Aceh), Cirebon (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah).

Persediaan kedua bahan galian ini terdapat dalam jumlah besar sekali di Indonesia dan dapat mendukung pendirian pabrik semen secara menyebar untuk mencukupi seluruh kebutuhan di berbagai daerah Indonesia.

Batu gamping juga merupakan bahan dasar yang penting bagi pendirian pabrik-pabrik lain atau sebagai campuran dalam sesuatu proses seperti untuk pembuatan karbit, proses pembuatan besi/baja, -dan lain-lain.

Lempung juga merupakan bahan galian yang sangat penting. Di samping untuk pembuatan semen, lempung adalah bahan dasar untuk pembuatan bata, genteng, dan lain-lain. Lempung yang mempunyai sifat tertentu dapat dijadikan bahan dasar

191

1

Page 70: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

bagi pembuatan "expanded clay" yang merupakan bahan yang sangat penting bagi pendirian bangunan-bangunan tinggi. Lem-pung tahan api sangat diperlukan dalam proses pabrik yang mempergunakan temperatur tinggi.

Kaolin dan pasir kwarsa merupakan bahan dasar yang pen-ting bagi industri keramik maupun industri lainnya. Penyeli-dikan di antaranya akan dilakukan di Bangka Belitung dan Kalimantan Barat.

Bentonit dan diatomit masing-masing sangat diperlukan dalam pengapuran dan penyulingan minyak. Kemungkinan terdapat-nya bentonit di Indonesia adalah sangat baik dan eksplorasi ke arah itu akan dilangsungkan secara intensif. Diatomit dite -mukan di berbagai tempat di Indonesia dan penyelidikan me-ngenai kwalitasnya bagi penggunaannya dalam proses pe-nyulingan minyak akan ditingkatkan.

Tras gunung api, andesit dan batu lainnya telah umum ditambang sebagai bahan bangunan. Meskipun catatan mengenai hasil produksi belum terkumpul secara lengkap tetapi dapat diperkirakan bahwa jumlah dan nilainya cukup bermutu; yang penting diselidiki di masa yang akan datang ialah mengenai mutunya dan usaha untuk mengadakan standardisasi dalam bidang ini.

Eksplorasi dalam bidang bahan galian industri terutama. ditujukan bagi pengembangan usaha pertambangan swasta nasional.

Program PenunjangPerbaikan fasilitas pembinaan pertambangan akan

ditingkat-kan berdasarkan hasil yang dicapai dalam Repelita I, dengan menitik beratkan terutama kepada pembinaan dengan cara bimbingan dan penyuluhan usaha-usaha di bidang pertambang-an serta penciptaan dan penyediaan sarana untuk meningkat- kan pelaksanaan tugas-tugas dasar. Khususnya untuk para penanam modal dalam negeri, penyuluhan akan diarahkan

Page 71: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

kepada penambangan dan pengolahan bahan-bahan galian nonmetalik yang mempunyai kemungkinan besar untuk ber-kembang diwaktu yang akan datang.

Pendidikan dan latihan institutiontil akan bertujuan untuk memperbanyak tenaga ahli dan menengah dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang meningkat di bidang pertambangan. Untuk maksud ini akan diadakan peningkatan mutu serta perluasan sarana pendidikan ahli-ahli dan kader-kader menengah maupun latihan-latihan kerja untuk mening-gikan kemampuan nasional.

Program Penelitian Minyak dan Gas Bumi ditujukan untuk mendapatkan dasar-dasar serta saran-saran yang diperlukan pemerintah dalam rangka mengarahkan kegiatan perminyakan di Indonesia. Dalam Repelita II program ini akan dititik berat-kan kepada usaha-usaha ke arah penelitian cara-cara pengolahan yang sesuai dengan tipe dari minyak bumi yang terdapat di Indonesia, inventarisasi serta pengumpulan data dari kegiatan eksplorasi, mempelajari masalah pencemaran yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup dan pendidikan kader yang diperlukan dalam industri perminyakan.

Penelitian minyak dan gas bumi akan dititikberatkan pada cara pengolahan sehingga hasil pengolahan minyak bumi Indonesia sejauh mungkin akan dapat memenuhi kebutuhan bermacan-macam bahan bakar dan minyak pelumas. Dalam rangka usaha-usaha konservasi minyak dan gas bumi diper-lukan data sebanyak mungkin mengenai cadangan minyak dengan tujuan untuk menyusun suatu peta cadangan minyak yang terdapat di seluruh Indonesia.

Dengan diketahuinya deposit-deposit minyak, baik penye-barannya maupun jumlahnya, maka pemerintah sewaktu-waktu dapat mengambil kebijaksanaan apabila diperlukan dalam rangka menghadapi masalah energi secara keseluruhan di Indonesia.

Berkembangnya kegiatan pertambangan seperti nikel, tem-baga, kilang-kilang minyak, pabrik-pabrik petrokimia serta industri pengolahan lainnya dapat mencemarkan udara dan air

1931

Page 72: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

yang disebabkan oleh tumpahan minyak asap industri, yang kesemuanya ini akan dapat mengakibatkan lingkungan hidup yang tidak sehat. Untuk mencegah hal ini diperlukan penelitian lingkungan dengan tujuan mencari keseimbangan antara perkembangan sektor pertambangan dengan lingkungannya. Untuk ini diadakan monitoring perairan, monitoring udara, experimen-experimen toksikologis dan penelitian tentang identifikasi zat-zat pencemar. Selama Repelita II penelitian lingkungan hidup ini akan ditingkatkan.

Program peningkatan kegiatan geologi ditujukan bukan untuk semata-mata penyusunan peta geologi tetapi juga ditujukan untuk penelitian geofisika, penelitian geologi teknik untuk perencanaan bangunan sipil seperti waduk, jembatan, jalan, dan lain-lainnya. Program ini juga ditujukan untuk pene-litian air tanah. Tambahan pula di daerah-daerah yang ada gunung apinya akan dilakukan pemetaan gunung api dan penelitian panas bumi (geothermal).

Salah satu prasyarat bagi berhasilnya berbagai macam penelitian geologi tersebut ialah pembuatan foto udara. Pemot- retan dari udara sebaiknya diikuti oleh airborne survey yang lain seperti aeromagnetik, radiometrik dan infrared scanning. Dalam kegiatan pemotretan ini daerah yang mendapat prioritas adalah daerah yang direncanakan untuk diselidiki secara menyeluruh selama Repelita II.

B. MASALAH ENERGI I. E N E R G I.Dengan meningkatnya perkembangan ekonomi di

Indonesia, maka kebutuhan akan energi dari tahun ke tahun terus naik. Dewasa ini diperkirakan bahwa perbandingan antara kebutuhan energi komersiil yaitu untuk keperluan industri, pengangkutan umum, dan lain sebagainya dan energi untuk sektor nonkomersiil diantaranya untuk berbagai keperluan rumah tangga di daerah-daerah pedesaan sampai kota-kota besar masih seimbang keadaannya.

194

Page 73: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Dengan semakin majunya pembangunan ekonomi dan indus-trialisasi, maka kebutuhan energi komersiil akan lebih cepat peningkatannya dibandingkan dengan kebutuhan untuk sektor nonkomersil.

Di Indonesia dewasa dni minyak dan gas bumi merupakan komponen utama daripada sumber energi yang telah diman-faatkan. Sekalipun batu bara, kayu bakar, dan arang secara langsung juga memberikan sumbangannya sebagai sumber energi yang dihasilkan, peranannya dapat dikatakan sangat minimal sekali. Untuk sektor yang nonkomersiil belum dapat diketahui dengan pasti berapa besar peranan bahan bakar minyak sebagai sumber pembangkit energi ,, akan tetapi dari data statistik yang ada dapatlah diketahui bahwa dewasa ini hampir 94% dari kebutuhan energi komersiil dicukupi oleh bahan bakar minyak dan ada kecenderungan yang nyata bahwa kebutuhan di dalam negeri akan minyak bumi secara keseluruhan akan terus meningkat dengan pesat.

Melihat perkembangan pemakaian sumber energi di dalam beberapa tahun terakhir ini, yang menunjukkan kecenderungan pemakaian bahan bakar minyak yang semakin meningkat secara tidak seimbang dibandingkan dengan pemakaian sumber-sumber energi yang lain, maka perlu ditelaah kemungkinan peningkatan penggunaan sumber-sumber energi lain yang terdapat di Indonesia.

Suatu hal yang menguntungkan Indonesia adalah bahwa di samping memiliki cadangan minyak bumi Indonesia juga mem-punyai potensi cadangan batu bara, tenaga air, tenaga panas bumi (geothermal), dan mungkin juga potensi lain yang masih harus diselidiki lebih lanjut.

II. KEBUTUHAN ENERGI.

Kebutuhan energi dalam negeri dewasa ini dapat dibagi da-lam tiga kategori besar, yaitu: (a) kebutuhan untuk transpor sebesar 43%; (b) kebutuhan rumah tangga sebesar 35%; dan (c) kebutuhan perlistrikan/industri sebesar 22%.

195

1

Page 74: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Kebutuhan untuk transporPada Repelita I perkembangan kebutuhan bahan

bakar minyak bumi untuk transpor meningkat dengan rata-rata 15% per tahun, terutama sekali untuk kendaraan bermotor yang menggunakan bensin premium dan minyak diesel. Dieselisasi perkeretaapian juga merupakan faktor yang penting dalam pe-ningkatan kebutuhan akan minyak diesel, sedang perkembangan penggunaan bensin yang ber-oktan tinggi telah meningkat pula dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir ini. Dalam hu-bungan masalah transpor secara umum, kiranya memang sudah menjadi kenyataan bahwa mengingat sifatnya mobil itu, bahan bakar minyak akan tetap merupakan sumber energi yang paling cocok dan sangat sulit untuk menggantinya. Karena untuk sektor transpor, kebutuhan akan bahan minyak kiranya harus tetap diprioritaskan demi kelancaran roda ekonomi .

Kebutuhan rumah tanggaMinyak tanah merupakan bahan bakar utama untuk keper-

luan rumah tangga, khususnya di daerah-daerah kota. Kenaikan kebutuhan akan bahan bakar ini naik dengan rata-rata 8% per tahun. Dalam Repelita II penggunaan liquified petroleum gas (LPG) dapat ditingkatkan, dan untuk itu perlu usaha pro-duksi, khususnya bagi kota-kota besar di mana fasilitas untuk distribusi LPG dan pemakaian kompor-kompor khusus telah tersedia. Dengan meningkatnya perlistrikan dikemudian hari, terutama di daerah-daerah perkotaan, dapat diharapkan bahwa peningkatan penggunaan energi dari l istrik untuk berbagai keperluan rumah tangga akan dapat mengurangi laju peningkatan pemakaian minyak tanah.

Kebutuhan perlistrikan/industri

Daya listrik terpasang (installed) yang diselenggarakan oleh PLN pada akhir Repelita I berjumlah ± 1055 MW (PLN), dengan perincian 26,3% menggunakan mesin diesel, 24,5% menggunakan mesin tenaga uap, 10,3% menggunakan tenaga gas (yang ketiga-tiganya memerlukan bahan bakar minyak),

Page 75: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

196

197

1

Page 76: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

dan selebihnya adalah 38,8% tenaga air dan 0,1% tenaga air mikro (Mikro-hydro). Dengan demikian, maka pembangkitan listrik dengan bahan bakar minyak adalah 61,1 % dari keselu -ruhan daya listrik yang terpasang. Di luar PLN terdapat pem-bangkit-pembangkit listrik yang diusahakan sendiri oleh ber-bagai industri/tambang, yang pada tahun 1968 mempunyai daya terpasang 547 MW (perhitungan sementara). Kebanyakan dari pembangkit-pembangkit listrik inipun menggunakan bahan bakar minyak sebagai sumber tenaga dan hanya beberapa yang menggunakan batu bara ataupun tenaga air.

Dalam usaha meningkatkan penyediaan energi dikemudian hari, prioritas perlu diberikan kepada penambahan pembang -kitan tenaga listrik dan dalam hubungan ini PLN telah meren-canakan penambahan sebesar 1105 MW daya terpasang dalam periode Repelita II. Bila diikuti perbandingan pertumbuhan tenaga listrik di negara-negara yang sedang berkembang maka diperkirakan setiap lima tahun konsumsi tenaga listrik di Indonesia haruslah menjadi dua kali lipat . Pertumbuhan sepesat ini hanya dapat terlaksana apabila kita tidak semata-mata menggantungkan diri pada bahan bakar minyak untuk pembangkitan tenaga listrik sebaliknya pertumbuhan ini memberi- kan peluang baik bagi peningkatan pemanfaatan sumber energi lain, seperti batu bara, tenaga air, dan tenaga panas bumi.

I I I . INVENTARISASI SUMBER ENERGI.

Inventarisasi sumber energi di bumi Indonesia masih jauh dari pada lengkap, namun begitu telah dapat diketahui bahwa Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas bumi berkadar belerang rendah dalam jumlah besar, serta cadangan batu bara dan tenaga air yang cukup potensiil. Di samping itu melihat keadaan geologinya, negeri ini diperkirakan memiliki potensi sumber panas bumi yang cukup besar, di samping kemungkinan mengandung pula endapan mineral radioaktif khususnya uranium. Dalam periode Repelita I penyelidikan telah dilaksanakan terhadap segala sumber energi tersebut di atas, dan untuk panas

Page 77: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

197

199

1

Page 78: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

bumi dan mineral radioaktif penyelidikan baru dalam taraf permulaan.

Secara kwalitatif, berdasarkan data yang tersedia sampai se-karang, dapatlah disimpulkan bahwa penggunaan bahan bakar minyak untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia, secara relatif sudah terlalu besar dan menunjukkan pertumbuhan sa-ngat cepat. Sebaliknya, gas alam yang banyak terdapat di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, masih belum dimanfaatkan sepe-nuhnya, demikian pula potensi tenaga air , khususnya di Pulau Jawa yang sudah jelas sangat meningkat kebutuhan energinya dalam beberapa tahun terakhir ini. Di samping itu penggunaan batu bara di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir ini terus menurun dan pasarannya semakin terdesak oleh minyak bumi; produksi batu bara Indonesia yang pernah mencapai 2.000.000 ton lebih setahun sebelum perang dunia kedua, dalam beberapa tahun terakhir ini hanya tinggal sebesar ± 175.000 ton setahun, dan untuk jumlah produksi yang sekecil itupun, pemasarannya masih mengalami kesulitan.

Tetapi dari perkembangan sumber energi di seluruh dunia akhir-akhir ini telah menjadi jelas bahwa dunia akan mengha-dapi krisis apabila menggantungkan sumber energinya dari minyak bumi semata-mata. Bahkan secara umum harus disim-pulkan bahwa sekarang ini masa energi murah telah lampau. Kenyataan ini harus pula kita sadari dalam melaksanakan pem-bangunan ekonomi Indonesia dan oleh karenanya perlu ditem-puh kebijaksanaan yang lebih terarah dalam pemanfaatan berbagai sumber energi yang terdapat di Indonesia.

IV. KEBIJAKSANAAN.Mengingat hal-hal diatas, maka perlu diambil pokok-pokok

kebijaksanaan sebagai berikut: dengan meningkatnya kebu-tuhan energi dalam negeri yang sebagian terbesar selama ini masih dipenuhi oleh bahan bakar minyak, maka dalam Repelita II dilaksanakan survey secara menyeluruh untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber-sumber energi lain tanpa mengurangi peningkatan penyediaan energi dari tahun

Page 79: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

ke tahun.

201

1

Page 80: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Usaha peningkatan penyediaan energi di dalam negeri harus memprioritaskan penambahan dan perluasan perlistrikan, dan pembangunan pusat-pusat pembangkit listrik di tiap daerah sejauh mungkin harus dengan memanfaatkan semaksimal mungkin sumber-sumber energi yang terdapat di daerah itu sendiri, apabila secara ekonomis masih dapat dipertanggung jawabkan.

Perlu diteruskan usaha penelitian untuk mengetahui bila -mana sekiranya pembangunan suatu pembangkit tenaga nuklir (PLTN) secara ekonomis dapat dipertanggung jawabkan dan diperlukan, khususnya bagi daerah-daerah yang sumber ener -ginya sangat terbatas. Karena persiapan pembangunan PLTN memakan waktu cukup lama (kira-kira sampai 10 tahun), maka kegiatan penelitian yang telah ada selama ini pelu ditingkatkan.

Untuk menunjang kebijaksanaan pengembangan berbagai sumber energi seperti diuraikan dalam pasal-pasal di atas, perlu dipersiapkan pula segala sarana penunjang, khususnya penyusunan perundang-undangan yang serasi, penetapan tarif dan harga serta perpajakan yang wajar dan seimbang terhadap sektor-sektor usaha yang mengembangkan dan memanfaatkan berbagai sumber energi tersebut.

PEMBIAYAAN

Pembiayaan dari Anggaran Pembangunan Negara untuk pem-bangunan Pertambangan dan Minyak Bumi dalam tahun 1974/ 75 berjumlah 3,35 milyar rupiah, sedang selama jangka waktu lima tahun dalam Repelita II diperkirakan berjumlah 35,1 milyar rupiah.

Di samping itu ada pula kegiatan untuk pembangunan Per-tambangan dan Minyak Bumi yang pembiayaannya diperhi -tungkan di sektor lain yakni untuk pendidikan yang digolongkan dalam sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional, dan Pembinaan Generasi Muda sebesar Rp 340.000.000,00 dalam tahun 1974/ 75 dan diperkirakan berjumlah Rp. 2.380.000.000,00 jangka

Page 81: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

waktu lima tahun selama Repelita II.

1

203

Page 82: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

Sedang untuk pembangunan prasarana fisik pemerintahan dan/atau untuk peningkatan efisiensi aparatur pemerintahan yang digolongkan dalam Sektor Aparatur Negara sebesar Rp 95.000.000,00 dalam tahun 1974/75 dan diperkirakan ber-jumlah Rp. 570.000.000,00 selama lima tahun dalam Repelita II.

Dalam seluruh jumlah tersebut di atas sudah termasuk nilai

Page 83: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

lawan pelaksanaan bantuan proyek.

205

1

Page 84: BAB 12 · Web viewDi sini terlihat pentingnya peranan geologi bagi perencanaan pembangunan suatu daerah. Karena-nya kegiatan dalam bidang ini akan ditingkatkan dalam Repe-lita II.

TABEL 12 - 29.PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN

1974/75 - 1978/79(dalam jutaan rupiah)

PERTAMBANGAN DAN MINYAK BUMI

No. Kode Sektor/Subsektor/Program 1974/75 (Anggaran

Pembangunan)

1974/75-1978/79(Anggaran

Pembangunan)

2

2.2

2.2.1

2.2.2

9.

9.2.

9.2.2.

15.

15.3.15.3.2.

16.

16.2.16.2.2.

SEKTOR INDUSTRI DAN PERTAM- BANGAN

Subsektor Pertambangan

Program PeningkatanHasil Pertam- bangan

Program Pengembangan Geologi

Kegiatan-kegiatan Pertambangan dan Minyak Bumi lainnya yang pembiayaannya diperhitungkan di sektor-sektor lain.

Sektor Pendidikan, Kebudayaan Na- sional, dan Pembinaan Generasi Muda

Subsektor Pendidikan dan Latihan Institusionil/Kedinasan

Program Pendidikan Industri dan Pertambangan

Sektor Pengembangan Ilmu dan Tek-nologi Penelitian dan Statistik

Subsektor Penelitian Institutionil

Program Penelitian Industri dan Per- tambangan

Sektor Aparatur Negara

Subsektor Aparatur Pemerintahan

Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintahan

3.350,0

2.775,0

575,0

340,0

820,0

955,0

35.100,0

25.400,0

9.700,0

2.380,0

5.740,0

570,0