Bab 1 sd 4 kel 2 tbk2 edit
-
Upload
myname-ratna-pusparini -
Category
Engineering
-
view
349 -
download
6
Transcript of Bab 1 sd 4 kel 2 tbk2 edit
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB I
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
(SNI-03-2847-2002)
(MIX DESIGN)
A. PENDAHULUAN
Tujuan utama mempelajari sifat-sifat dari beton adalah untuk perencanaan
dari campuran (mix design), yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang
memadai serta menentukan kuantitas masing-masing bahan untuk menghasilkan
beton yang seekonomis mungkin. Apabila tidak tersedia cukup data yang
menunjukkan bahwa suatu campuran beton tertentu yang diharapkan dapat
menghasilkan mutu beton yang disyaratkan dan atau bahwa Deviasi Standart
Rencana yang diusulkan benar-benar akan tercapai dalam pelaksanaan yang
sesungguhnya, maka harus diadakan percobaan pendahuluan. Sebagai
persiapannya dianjurkan untuk mengadakan dulu percobaan-percobaan di
laboratorium.
Perencanaan campuran merupakan bagian yang terpenting dari suatu
pelaksanaan struktur beton. Sebelum diadakan perencanaan campuran, semua
bahan dasar dari semen, pasir, kerikil, atau batu pecah dan air harus diperiksa
terlebih dahulu mutunya.
Suatu campuran beton harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Campuran yang seekonomis mungkin.
Masalah ekonomi berkaitan dengan suatu pelaksanaan pembuatan campuran
beton. Dalam pembuatan campuran beton diharapkan mempunyai ruang pori
adukan yang minimum, karena makin minimum ruang porinya makin sedikit
pasta yang dipergunakan, sehingga kebutuhan juga berkurang. Oleh karena
itu yang paling menentukan perencanaan campuran beton adalah bahan atau
material.
Dengan melihat harga semen yang lebih mahal dari pada harga agregat maka
dengan mengurangi kadar semen suatu faktor penting dalam menurunkan
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
biaya pembuatan beton. Hal ini dilakukan dengan cara memakai slump yang
rendah sesuai dengan batas yang diizinkan, memakai ukuran butir maksimum
agregat dan bila perlu dipakai bahan admixture. Keuntungan yang diperoleh
dengan menggunakan nilai slump yang rendah yaitu dapat mengurangi
terjadinya penyusutan beton dan panas hidrasi rendah. Tetapi apabila kadar
semen terlalu rendah akan dapat menurunkan kekuatan awal beton.
b. Campuran mudah dikerjakan pada saat masih muda (workabilitas).
Dalam desain yang baik campuran harus mudah dikerjakan dalam dipadatkan
sesuai peralatan yang tersedia. Kemampuan penyelesaian akhir harus
ditingkatkan sehingga segregasi (pemisahan agregat dengan pasta semen) dan
bleeding (keluarnya air yang berlebihan) dapat dikurangi. Kebutuhan air
untuk workabilitas yang minimun dengan menambah mortar semen sedikit
dari pada penambahan banyak air atau agregat halus.
c. Memenuhi kekuatan karakteristik yang dikehendaki dan keawetannya.
Yang dimaksud dengan kekuatan karakteristik adalah kekuatan tekan, dimana
dari sejumlah besar hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya
kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja. Pada umumnya
spesifikasi beton akan memerlukan kekuatan tekan yang minimum. Ini
penting untuk menjaga supaya kebutuhan ini tidak bertentangan satu dengan
yang lain. Spesifikasi ini juga menghendaki bahwa beton harus persyaratan
keawetan yang dikehendaki, seperti perlawanan terhadap pembekuan dan
pencairan atau terhadap serangan bahan kimia pertimbangan ini selanjutnya
memberikan batas penentuan untuk faktor air semen atau kadar air semen.
B. PERENCANAAN CAMPURAN ADUKAN BETON
Perencanaan campuran atau perbandingan campuran beton yang lebih dikenal
sebagai Mix Design merupakan suatu proses yang meliputi dua tahap yang saling
berkaitan, yaitu:
a. Pemilihan terhadap bahan-bahan yang sesuai untuk pembuatan campuran
beton seperti, semen, agregat halus, agregat kasar dan lain-lain.
b. Penentuan jumlah relatif dari bahan-bahan campuran untuk menghasilkan
beton yang baik.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Data Perencanaan
a. Tegangan Karakteristik Rencana : 26 MPa (Silinder)
b. Umur : 28 hari
c. Kemungkinan Gagal : 5%
d. Jenis Pekerjaan : Abutment
e. Keadaan Beton : di luar ruangan (tidak terlindung dari
hujan dan terik matahari langsung )
f. Zat aditif : 0,6% (Sika Viscocrete-10)
1. Kuat Tekan Karakteristik (𝑓𝑐′)
Yaitu kuat tekan yang disyaratkan, kuat tekan beton karakteristik umur 28
hari yang jumlah cacat tidak lebih dari 5% artinya kekuatan yang ada hanya
5% yang diperbolehkan dari jumlah yang ditest.
Nilai 𝑓𝑐′ =26 MPa
2. Deviasi Standar (Sd)
Deviasi standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian
pelaksanaan pencampuran betonnya, makin baik mutu pelaksanaan makin
kecil nilai deviasinya.
a. Jika pelaksana tidak mempunyai data pengalaman atau mempunyai
pengalaman kurang dari 15 buah benda uji, maka nilai deviasi standar
diambil dari tingkat pengendalian mutu pekerjaan pada tabel di bawah ini.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Mutu Pekerjaan dengan Deviasi Standar dapat dilihat pada Tabel 1.1
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Mutu Pekerjaan Diukur dengan Deviasi Standar
Tingkat Pengendalian
Mutu Pekerjaan
Standar Deviasi
(MPa)
Memuaskan
Sangat Baik
Baik
Cukup
Jelek
Tanpa Kendali
2,8
3,5
4,2
5,6
7,0
8,4
b. Jika pelaksana mempunyai data pengalaman pembuatan beton serupa
minimum 30 buah silinder yang diuji kuat tekan rata-ratanya pada umur
28 hari, maka jumlah data dikoreksi terhadap nilai deviasi standar dengan
suatu faktor pengali.
Rumus: Sd = √∑(𝑥−�̅�)2
𝑛−1 ...........................................(1.1)
Dimana:
x = tegangan untuk benda uji (MPa)
n = jumlah data
Untuk Faktor pengali Deviasi Standar dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2 Faktor pengali Deviasi Standar Bila Data Hasil Uji yang
Tersedia Kurang dari 30
Jumlah Data 30 25 20 15 < 15
Faktor Pengali 1,0 1,03 1,08 1,16 Tidak boleh
(sumber: TBK Mix Design, 2007)
Karena tidak mempunyai data pengalaman diambil Sd = 7 MPa
3. Nilai Tambah Margin (M)
Nilai tambah margin yang tergantung dari hasil kali deviasi Standar dimana
faktor k tergantung dari banyaknya cacat dan jumlah benda uji.
M = 1,64 . Sd …….....……………………... (1.2)
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dimana:
M = Nilai tambah
Sd = Standar Deviasi
k = Konstanta Kegagalan 5% = 1,64
Rumus di atas berlaku jika pelaksana mempunyai data pengalaman
pembuatan beton yang diuji kuat tekannya pada umur 28 hari.
Jika data tidak tersedia, berdasarkan Tabel 1.3, untuk 𝑓𝑐′= 26 MPa
digunakan: M = 8,5 MPa
Tabel 1.3 Kuat tekan rata-rata jika data tidak tersedia (SNI-03-2847-
2002)
Persyaratan Kuat Tekan 𝑓𝑐′ (MPa) Kuat Tekan rata – rata perlu, 𝑓𝑐𝑟
′ (MPa)
Kurang dari 21 𝑓𝑐′+7,0
21 sampai dengan 35 𝒇𝒄′ +8,5
Lebih dari 35 𝑓𝑐′+7,0
4. Kuat Tekan Rata-rata (𝒇𝒄𝒓′ )
𝑓𝑐𝑟′ =𝑓𝑐
′+ M ……………………….(1.3)
Dimana: 𝑓𝑐𝑟′ = Kekuatan tekan rata-rata (MPa)
𝑓𝑐′ = Kekuatan tekan karakteristik (MPa)
Maka 𝒇𝒄𝒓′ = 26,0 + 8,5 = 34,5 MPa
5. Menetapkan Jenis Semen
Menurut SII 003-81 semen Portland dibagi menjadi lima jenis:
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan
persyaratan khusus
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi
sedang
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat
mengeras)
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
34,5
0.46
0
10
20
30
40
50
60
70
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Faktor Air-Semen
Ku
at
Tek
an
Sil
ind
er
Beto
n (
MP
a)
Semen Tipe I, II, V
Semen Tipe III
0
10
20
30
40
50
60
70
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Faktor Air-Semen
Ku
at T
ekan
Sil
ind
er B
eto
n (
MP
a)
Semen Tipe I, II, V
Semen Tipe III
0
10
20
30
40
50
60
70
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Faktor Air-Semen
Ku
at
Tek
an
Sil
ind
er
Beto
n (
MP
a)
Semen Tipe I, II, V
Semen Tipe III
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat
Semen yang digunakan semen Portland termasuk semen Tipe 1.
6. Jenis Agregat
Tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus. Adapun jenis agregat
dibedakan menjadi dua yaitu agregat alami (tak dipecah) dan batu pecah.
Jenis agregat halus adalah pasir dan agregat kasar adalah batu pecah.
7. Faktor Air Semen
Faktor air semen rencana diperoleh dari ketiga cara, yaitu:
Cara Pertama
Gambar 1.1 Grafik Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Silinder
Beton
Untuk fcr’ = 34,5 MPa dan Umur 28 hari dan Jenis semen Tipe I maka,
Faktor air-semen didapat sebesar 0,46.
0
10
20
30
40
50
60
70
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Faktor Air-Semen
Ku
at
Tek
an
Sil
ind
er
Beto
n (
MP
a)
Semen Tipe I, II, V
Semen Tipe III
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Cara Kedua
a. Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan Tabel
1.4, sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai. Didapat kuat
tekan beton sebesar 37 MPa.
b. Lihat Gambar 1.2.
c. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai
memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir 2 di atas.
d. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai
memotong kurva yang ditentukan pada sub butir 3 di atas.
e. Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan. Didapat faktor air semen
(f.a.s) adalah 0,44.
Tabel 1.4 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) Dengan f.a.s 0,5
Jenis Semen Jenis Agregat
Kasar
Kuat Tekan (MPa) Pada Umur
3 Hari 7 Hari 28 Hari 91 Hari
Semen Portland
(Tipe I, II, III)
Alami 17 23 33 40
Batu Pecah 19 27 37 45
Semen Portland
(Tipe III)
Alami 21 28 38 44
Batu Pecah 25 33 44 48
Untuk Umur 28 Hari , Jenis Semen Tipe I didapat Kuat Tekan 37 MPa.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 1.2 Grafik Hubungan Antara Kekuatan Tekan Beton dan Faktor
Air Semen
Faktor air-semen didapatkan dari grafik untuk Umur 28 Hari dan Kuat
Tekan 37 MPa, sebesar 0,44
8. Faktor Air Semen Maksimum
Nilai faktor air semen dengan melihat persyaratan untuk berbagai
pembetonan dan lingkungan khusus dapat dilihat pada Tabel 1.5, untuk beton
bertulang terendam air dapat dilihat pada Tabel 1.6, sedangkan untuk beton
yang berhubungan dengan air tanah mengandung sulfat dapat terlihat pada
Tabel 1.7 berikut ini:
37
0
10
20
30
40
50
60
70
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Faktor Air-Semen
Ku
at
Tek
an
Sil
ind
er
Beto
n (
MP
a)
Semen Tipe I, II, V
Semen Tipe III
0,44
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 1.5 Persyaratan Faktor Air-Semen maksimum untuk berbagai
Pembetonan dan Lingkungan Khusus
Uraian f.a.s
Maksimum.
1. Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non korosif
b. Keadaan keliling korosif disebabkan kondensasi
atau uap-uap korosif
2. Beton di luar ruang bangunan
a. Tak terlindung hujan dan terik matahari langsung
b. Terlindung hujan dan terik matahari langsung
3. Beton yang masuk kedalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering bergantian
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau air
tanah
4. Beton yang kontinu berhubungan dengan air
0,60
0,52
0,55
0,60
0,55
lihat Tabel 1.7
lihat Tabel 1.6
Tabel 1.6 Faktor Air Semen untuk Beton Bertulang dalam Air
Berhubungan dengan Tipe Semen Faktor Air Semen
Air Tawar
Air Payau
Air Laut
Semua Tipe I – IV
a. Tipe I + Pozolan(15%-40%)
atau S.P.Pozolan
b. Tipe II atau V
Tipe II atau V
0,50
0,45
0,50
0,45
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 1.7 Faktor Air Semen untuk Beton Bertulang dalam Air
Konsentrasi Sulfat (SO3)
Jenis Semen f.a.s
Maksimum
Dalam Tanah
SO3 Dalam
Air Tanah
(g/l)
Total
SO3 %
SO3 dlm
campuran
(g/l)
air : tanah =2 : 1
< 0,2
0,2 – 0,5
0,5 – 1,0
1,0 – 2,0
> 2,0
< 1,0
1,0 – 1,9
1,9 – 3,1
3,1 – 5,6
> 5,6
< 0,3
0,3 – 1,2
1,2 – 2,5
2,5 – 5,0
> 5,0
Tipe I, dengan atau tanpa
Pozolan (15%-40%)
c. Tipe I tanpa Pozolan
d. Tipe I + Pozolan(15%-
40%) atau S.P.Pozolan
e. Tipe II atau V
a. Tipe I + Pozolan (15%-
40%) atau S.P.Pozolan
b. Tipe II atau V
Tipe II atau V
Tipe II atau V dan
Lapisan Pelindung
0,50
0,50
0,55
0,55
0,45
0,45
0,45
0,45
Untuk Beton didalam ruangan keadaan keliling non korosif, Nilai f.a.s
maksimum sebesar 0,60.
9. Faktor Air Semen Yang Digunakan
Nilai fas yang digunakan adalah nilai terendah dari nilai fas rencana dan fas
maksimum.
Maka faktor air-semen yang digunakan 0,44.
10. Nilai Slump Beton
Nilai slump beton yang akan digunakan untuk memeriksa kekentalan suatu
adukan beton. Nilai slump juga dapat ditentukan sebelumnya, tetapi bila tidak
ditentukan nilai slump dapat diperoleh dari Tabel 1.8.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 1.8 Penetapan Nilai Slump
No Uraian Slump (cm)
Max Min
1
2
3
4
5
Dinding plat pondasi telapak bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison,
dan konstruksi bawah tanah
Plat, balok, kolom, dan dinding
Pengerasan jalan
Pembetonan missal
12,5
9,0
15,0
7,5
7,5
5,0
2,5
7,5
5,0
2,5
Untuk penggunaan beton (Balok) dari tabel diambil Nilai Slump dengan
rentang antara 75 - 150 mm.
11. Ukuran Maksimum Agregat
Penetapan butir maksimum diperoleh melalui pengayakan, dan tidak boleh
melebihi ketentuan-ketentuan berikut ini:
a. ¾ kali jarak bersih minimum antar tulangan atau berkas baja tulangan atau
tandon prategang atau selongsong.
b. 1/3 kali tebal plat
c. 1/5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan
Untuk penetapan butir maksimum dapat menggunakan diameter maksimum
40 mm, 20 mm, dan 10 mm.
Dari Analisa saringan didapatkan ukuran maksimum agregat 40 mm.
12. Kebutuhan Air
Kebutuhan air ditentukan sebagai berikut:
a. Agregat tak dipecah dan dipecah (jenis agregat sama) dapat dipergunakan
Tabel 1.9
b. Agregat campuran (Jenis agregat berbeda) dihitung menurut:
A = 2/3 Ah + 1/3 A .................................(1.4)
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dimana:
A = Kebutuhan air
Ah = perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Ak = perkiraan jumlah air agregat kasar pada Tabel 1.9
Karena Jenis Agregat sama, dari tabel didapat kebutuhan air 205 lt/m3 =
205 kg/m3.
Tabel 1.9 Penentuan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (liter)
Ukuran Max
Agregat (mm) Jenis Agregat
Slump (mm)
0 – 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
10 Alami 150 180 205 225
Batu Pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 160 180 190
Batu Pecah 170 190 210 225
40 Alami 115 140 160 175
Batu Pecah 155 175 190 205
13. Kebutuhan Semen Rencana
Kadar semen merupakan jumlah semen yang dibutuhkan per m3 beton sesuai
faktor air semen yang didapat dari membagi kadar air bebas dengan faktor air
semen. Nilai kebutuhan semen rencana dapat dihitung berdasarkan rumus
berikut:
saf
kbksr
..
Dimana:
ksr = kebutuhan semen rencana (kg/m3)
kb = kebutuhan air (kg/m3)
f.a.s = faktor air semen
saf
kbksr
.. =
205
0,44 = 465,909 kg/m3
Maka Kebutuhan semen rencana 465,909 kg/m3
........................................ (1.5)
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
14. Kebutuhan Semen Minimum
Kadar semen minimum ditetapkan berdasarkan Tabel 1.10 antara lain untuk
menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus misalnya
lingkungan korosif, air payau dan air laut.
Tabel 1.10 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan
dan Lingkungan Khusus
Uraian Jumlah Semen Minimum
Per m3 Beton (kg/m3)
1. Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non korosif
b. Keadaan keliling korosif disebabkan
kondensasi atau uap-uap korosif
2. Beton di luar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung
3. Beton yang masuk kedalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari
tanah atau air tanah
4. Beton yang kontinu berhubungan dengan
air tawar/ payau / laut
275
325
325
275
325
lihat Tabel 1.11
lihat Table 1.10
Dari Tabel 1.10 didapatkan kebutuhan semen minimum 275 kg/m3
Untuk mengetahui kandungan semen minimum beton bertulang dalam air
dapat dilihat Tabel 1.11 dan untuk kandungan semen minimum untuk beton
yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat dapat dilihat
Tabel 1.12 berikut:
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 1.11 Kandungan Semen Minimum Beton Bertulang dalam Air
Berhubungan
dengan Tipe Semen
Ukuran Agregat (mm)
40 20
Air Tawar
Air Payau
Air Laut
Semua Tipe I – IV
c. Tipe I + Pozolan(15%-
40%) atau S.P.Pozolan
d. Tipe II atau V
Tipe II atau V
280
340
290
330
300
380
330
370
Tabel 1.12 Kandungan Semen Minimum untuk Beton yang berhubungan
dengan Air tanah yang Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3)
Jenis Semen
Kandungan Semen
Minimum (kg/m3)
Ukuran Agregat
Dalam Tanah
SO3 Dalam
Air Tanah
(g/l) Total SO3 %
SO3 dlm
campuran (g/l)
air : tanah =2 :
1
40 20 10
< 0,2
0,2 – 0,5
0,5 – 1,0
1,0 – 2,0
> 2,0
< 1,0
1,0 – 1,9
1,9 – 3,1
3,1 – 5,6
> 5,6
< 0,3
0,3 – 1,2
1,2 – 2,5
2,5 – 5,0
> 5,0
Tipe I, dgn atau tanpa
Pozolan(15%-40%)
Tipe I tanpa Pozolan
Tipe I + Pozolan (15%-40%) atau S.P.Pozolan Tipe II atau V
Tipe I + Pozolan (15%-40%) atau S.P.Pozolan
Tipe II atau V Tipe II atau V Tipe II atau V dan Lapisan
Pelindung
280
290
250
340
290
330 330
300
330
290
380
330
370 370
350
380
430
430
380
420 420
15. Kebutuhan Semen Yang Dipakai
Untuk menetapkan kebutuhan semen, yang dipakai adalah harga terbesar dari
kadar semen rencana dan kadar semen minimum.
Karena Kebutuhan semen rencana lebih besar dari kebutuhan semen
minimum, maka kebutuhan semennya 465,909 kg/m3.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
16. Penyesuaian Jumlah Air atau Faktor Air-Semen
Tentukan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah,
maka faktor air semen harus diperhitungkan kembali dengan:
a. Jika akan menurunkan faktor air semen, maka faktor air semen
dihitung lagi dengan cara jumlah air dibagi jumlah semen minimum.
b. Jika akan menaikkan jumlah air, maka jumlah semen minimum
dikalikan faktor air semen.
Karena kebutuhan semen tidak berubah maka tidak perlu penyesuaian,
jadi nilai f.a.s 0,44 dan kebutuhan air sebesar 205 Liter/m3.
17. Gradasi Agregat Halus
Tentukan gradasi agregat halus melalui analisa saringan. Dalam SK-SNI-T-
15-1990-03 kekasaran pasir dibagi menjadi 4 daerah yaitu:
a. Zona I : pasir kasar
b. Zona II : pasir agak kasar
c. Zona III : pasir agak halus
d. Zona IV : pasir halus
DATA HASIL PERCOBAAN ANALISA SARINGAN
a. Hasil analisa data saringan untuk agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 1.13
berikut:
Tabel 1.13 Analisa Saringan untuk Agregrat Kasar
No.
Sharingan
Berat
Tertahan
(gr)
Persentase
Tertahan
Komulatif
Berat
Tertahan(%)
Berat
Lolos(%)
2
11
0,000 0,000 0,000 100,000
¾ 6970,000 45,125 45,125 54,875
½ 1020,000 15,750 60,875 39,125
3/8 10,000 10,000 70,875 29,125
No.4 0,000 27,250 98,125 1,875
PAN 0,000 1,875 100,000 0,000
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Hasil analisa data saringan untuk agregat kasar dapat dilihat pada
Tabel 1.14 berikut:
Tabel 1.14 Analisa Saringan untuk Agregrat Halus
Dari hasil percobaan didapat grafik persentase berat lolos agregat halus dan
agregat kasar, seperti yang ditampilkan pada Gambar 1.3 dan Gambar 1.4 berikut:
Gambar 1.3 Grafik Persentase berat lolos agregat halus
No.
Sharingan
Berat
Tertahan
(gr)
Persentase
Tertahan
Komulatif
Berat
Tertahan(%)
Berat
Lolos(%)
No. 12 19,080 1,908 1,908 98,089
No. 16 10,360 1,036 2,944 97,056
No. 30 65,750 6,575 9,519 90,481
No. 50 500,750 50,075 59,594 40,406
No. 100 387,400 38,740 98,334 1,660
PAN 16,600 1,660 100,000 0,000
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Zona 1 Batas Atas
Zona 1 Batas Bawah
Zona 2 Batas Atas
Zona 2 Batas Bawah
Zona 3 Batas Atas
Zona 3 Batas Bawah
Zona 4 Batas Atas
Zona 4 Batas Bawah
Data Praktikum
0.15; 2
0.3; 40
GRAFIK PERSENTASE BERAT LOLOS AGREGAT HALUS
0.6; 90 1.2 ; 97 2 ; 98
Pe
rse
n lo
los
%
Ukuran Ayakan (mm)
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 1.4 Grafik Persentase berat lolos agregrat kasar
Berdasarkan grafik yang telah diplot pada Gambar 1.3, didapat bahwa
agregat halus ini dikategorikan dalam Zone 3 yaitu pasir agak halus.
Berdasarkan grafik yang telah diplot pada Gambar 1.4, didapat bahwa agregat
kasar ini termasuk dalam zona 2, bearti agregat bergradasi baik.
18. Presentasi Agregat Halus
Presentase agregat halus terhadap agregat keseluruhan untuk ukuran
butir maksimum 40mm dapat dilihat pada Gambar 1.5 berikut:
Gambar 1.5 Grafik Persentase agregat hakus terhadap agregat keseluruhan
untuk ukuran butir maksimum 40 mm
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 5 10 15
Pe
rse
n L
olo
s (%
)
Ukuran Ayakan (mm)
zona 1 atas
zona 1 bawah
zona 2 atas
zona 2 bawah
Data saringan kerikil
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dari Gambar 1.5 diatas proporsi pasir untuk nilai slump 75 – 180
mm berada pada grafik 60 – 180 mm dan Ukuran Maksimum agregat 40
mm didapat presentase agregat halus sebesar 38%.
19. Berat Jenis Relatif Agregat Gabungan
Berat jenis relatif agregat ditentukan sebagai berikut:
a. Apabila tidak ada data maka agregat alami (tak dipecah) 2,6 t/m3 dan
untuk agregat dipecah 2,7 t/m3.
b. Apabila memiliki data (dari hasil uji) dapat menggunakan rumus:
BJ Ag.Gabungan = (% Agr. Halus x BJ Agr. Halus) +
(% Agr. Kasar x BJ Agr. Kasar)
Presentasi agregat halus = 38%
Presentasi agregat kasar = 100% - 38% = 62%
BJ SSD Agregat halus = 2,648
BJ SSD Agregat kasar = 2,622
BJ Ag.Gabungan = (0,38 x 2,648) + (0,62 x 2,622) = 2,632
Maka BJ Agr Gabungan untuk jenis agregat gabungan adalah 2,632 t/m3.
20. Berat Jenis Beton
Tentukan berat jenis beton menurut Grafik pada Gambar 1.6 sesuai dengan
kadar air bebas yang sudah ditentukan dan berat jenis relatif agregat
gabungan.
Gambar 1.6 Grafik hubungan kandungan air, berat jenis agregat campuran dan
berat beton
2375
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Untuk kebutuhan air 205 Liter dan BJ Agr.Gabungan 2,632 didapat BJ
Beton 2375 kg/m3.
21. Menentukan Kebutuhan Pasir dan Batu Pecah
Berat pasir+kerikil = BJ Beton Basah – Kebutuhan. Semen – Kebutuhan Air
= 2375 – 465,909 – 205
= 1704,091 Kg/m3
22. Menentukan Kebutuhan Pasir
Kebutuhan pasir = (berat pasir+batu pecah) x %Agregat. Halus
= 1704,091 x 38%
= 647,554 Kg/m3
23. Menentukan Kebutuhan Kerikil
Kebutuhan kerikil = (berat pasir+batu pecah) – Kebutuhan pasir
= 1704,091 – 647,554
= 1056,537 Kg/m3
Jadi perbandingan berat (SSD) bahan dari pengecoran:
a. Semen = 465,909 kg/m3
b. Air = 205,000 liter/m3
c. Agregat Halus = 647,554 kg/m3
d. Agregat Kasar = 1056,537 kg/m3
24. Zat Aditif
Dalam perencanaan mix design ini dipakai super plasticizer jenis Sika.
Jumlah dosis yang dipakai sebesar 0,6% dari berat semen.
Penambahan Admicture Sika Viscocrete 10 pada dosis 0,5% - 1,5% kuat tekan
beton mengalami kenaikan terutama pada umur 28 hari. Penambahan super
plasticizer pada beton mempunyai pengaruh dalam meningkatkan workability
beton sampai pada tingkat yang lebih besar. Bahan ini digolongkan sebagai
sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadinya pemisahan yang
diinginkan, dan umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar,
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
karena memungkinkan pengurangan kadar air guna mempertahankan
workability yang sama (L.J Murdock & Brook,1991).
25. Koreksi Terhadap Kondisi Bahan
Koreksi ini dilakukan minimal sekali sehari, karena pasir dan kerikil
dianggap dalam keadaan jenuh kering (SSD), padahal biasanya di lapangan
tidak dalam keadaan jenuh kering, maka perhitungan dikoreksi dengan
rumus:
Air = A – 100
1AAh x B – 100
AA 2k x C
Pasir = B + 100
1AAh x B
Kerikil = C + 100
2AAk x C
Dimana:
A = Jumlah kebutuhan air (L/m3)
B = Jumlah kebutuhan pasir (kg/m3)
C = Jumlah kebutuhan kerikil (kg/m3)
Ah = Kandungan air dalam pasir (%)
Ak = Kandungan air dalam kerikil (%)
A1 = Kandungan air pada pasir jenuh kering muka (%)
A2 = Kandungan air pada kerkil jenuh kering muka (%)
Adapun untuk koreksi terhadap kondisi bahan dapat dilihat pada Tabel 1.14 berikut: Tabel 1.15 Koreksi terhadap kondisi bahan
Bahan (kg/m3) Absorption (%) Kadar Air (%)
Semen = 465,909 - -
Air = 205,000 - -
Pasir = 647,554 1,215 1,580
Kerikil = 1056,537 1,781 1,780
* Nilai absorption dan kadar air didapat dari perhitungan terdahulu
(laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi I pada BAB VIII & IX)
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jadi bahan – bahan yang diperlukan:
a. Semen = 465,909 kg/m3
b. Pasir = 100
1AAh x B = x 647,554
= 2,363 kg/m3
Kebutuhan pasir = 647,554 + 2,363
= 649,917 kg/m3
c. Batu Pecah = 100
AA 2k x C = x 1056,537
= 0,010 kg/m3
Kebutuhan Kerikil = 1056,537+ 0,010
= 1056,547 kg/m3
d. Air = A – 100
1AAh x B – 100
AA 2k x C
= 205 – 2,363 - 0,010 = 202,627 Liter/m3
25. Perhitungan Benda Uji
Untuk percobaan diperlukan 6 benda uji, maka Volume benda uji:
Silinder = 6 (1/4*π*D2*t) = 6(1/4*3,14*0,152*0,3)= 0,0318
Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk menjaga
kemungkinan susut, jadi diperlukan material = (0,2 x 0,0318) + 0,0318
= 0,0382 m3= 38,2 liter
Maka bahan yang diperlukan untuk benda uji adalah sebagai berikut:
a. Semen = 0,0382 465,909 = 17,797 kg
= 17,797/3,168 (BJ Semen) = 5,618 liter
b. Pasir = 0,0382 647,554 = 24,736 kg
= 24,736/2,648 (BJ Pasir) = 9,341 liter
c. Batu Pecah = 0,0382 1056,537 = 40,359 kg
= 40,359/2,622 (BJ Kerikil) = 15,392 liter
d. Zat Aditif = 0,6% x 17,797 = 0,107 kg
= 0,107/1,06 (BJ Sika) = 0,100 liter
1,580– 1,215
100
1,781 - 1,780
100
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
e. Air = Total volume benda uji – Total bahan uji selain air
= 38,2 liter – (5,618 + 9,341 + 15,392 + 0,100)
= 7,749 liter
26. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan di atas, maka didapat jumlah bahan untuk 6
buah benda uji silinder dengan menggunakan zat aditif sebagai berikut:
a. Semen = 17,797 kg
b. Air = 7,749 liter
c. Pasir = 24,736 kg
d. Batu Pecah = 40,359 kg
e. Zat Aditif = 0,100 liter
Sedangkan untuk 6 buah benda uji tanpa menggunakan aditif adalah sebagai
berikut:
a. Semen = 17,797 kg
b. Air = 7,749 liter
c. Pasir = 24,736 kg
d. Batu Pecah = 40,359 kg
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
Kelompok: II Pekerjaan: Abutment
1. Tegangan Karakteristik : 26,0 MPa
Kegagalan = 5 %
2. Standart Deviasi : 7,0 MPa
3. Margin : 8,5 MPa
4. Rencana tegangan rata-rata : 34,5 MPa
5. Type semen : Tipe I
6. Type agregat kasar : Batu pecah
7. Type agregat halus : Alami
8. Faktor Air Semen maks. : 0,60
9. Faktor Air Semen Rencana : 0,44
10. Slump : 6 – 18 cm
11. Ukuran agregat maks. : 40 mm
12. Kebutuhan air bebas : 205,000 kg/m3
13. Kadar Semen Rencana : 465,909 kg/m3
14. Kadar Semen minimal : 275,000 kg/m3
15. Berat jenis gabungan kondisi SSD : 2,632
16. Berat jenis Beton basah : 2375 kg/m3
17. Berat agregat total : 1704,091 kg/m3
18. Grade agregat halus : Daerah III
19. Persen agregat halus : 38 %
20. Berat agregat halus : 647,554 kg/m3
21. Berat agregat kasar : 1056,537 kg/m3
22. Keausan : 26,0 %
Komposisi Campuran
Semen
(Kg)
Air
(Liter)
Ag.Halus
(Kg)
Ag.Kasar
(Kg)
Zat Aditif
(Liter) Total Bahan 6
Silinder 17,797 7,749 24,736 40,359 0,1
Jumlah Bahan per Silinder
2,966 1,292 4,122 6,727 0,017
Perbandingan Jumlah Bahan
1 0,436 1,390 2,268 5,731x10-3
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
Kelompok : II Pekerjaan : Abutment
1. Tegangan Karakteristik : 26,0 MPa
Kegagalan = 5 %
2. Standart Deviasi : 7,0 MPa
3. Margin : 8,5 MPa
4. Rencana tegangan rata-rata : 34,5 MPa
5. Type semen : Tipe I
6. Type agregat kasar : Batu pecah
7. Type agregat halus : Alami
8. Faktor Air Semen maks. : 0,60
9. Faktor Air Semen Rencana : 0,44
10. Slump : 6 – 18 cm
11. Ukuran agregat maks. : 40 mm
12. Kebutuhan air bebas : 205,000 kg/m3
13. Kadar Semen Rencana : 465,909 kg/m3
14. Kadar Semen minimal : 275,000 kg/m3
15. Berat jenis gabungan kondisi SSD : 2,632
16. Berat jenis Beton basah : 2375 kg/m3
17. Berat agregat total : 1704,091 kg/m3
18. Grade agregat halus : Daerah III
19. Persen agregat halus : 38,000 %
20. Berat agregat halus : 647,554 kg/m3
21. Berat agregat kasar : 1056,537 kg/m3
22. Keausan : 26,0 %
Komposisi Campuran
Semen
(Kg)
Air
(Liter)
Ag.Halus
(Kg)
Ag.Kasar
(Kg) Total Bahan 6
Silinder 17,797 7,749 24,736 40,359
Jumlah Bahan per Silinder
2,966 1,292 4,122 6,727
Perbandingan
Jumlah Bahan 1 0,436 1,390 2,268
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB II
PERCOBAAN SLUMP BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan slump beton merupakan
ukuran kekentalan beton segar. Sehingga akan diketahui apakah sampel yang
dibuat telah memenuhi slump yang telah ditentukan pada perhitungan
sebelumnya (pada Bab I).
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk percobaan slumb beton adalah sebagai
berikut:
a. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm,
bagian atas 10 cm, dan tinggi 30 cm, bagian atas dan bagian bawah terbuka.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung dibulatkan
dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
c. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh rata dan kedap air (talam).
d. Sendok cekung.
C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk percobaan slumb beton adalah contoh beton
segar sebanyak-banyaknya sama dengan isi cetakan.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan Slump beton dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah
2. Letakkan cetakan diatas pelat
3. Isi cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapisan, tiap lapisan
berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara bagian bawah tiap-tiap lapisan.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Pemadatan lapisan pertama pemasukan bagian tepi tongkat dimiringkan
sesuai dengan kemiringan cetakan.
4. Setelah selesai pemadatan, segera ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat, tunggu selama setengah menit. Dan dalam jangka waktu ini semua
kelebihan beton segar di sekitar cetakan harus dibersihkan.
5. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
6. Balikkan cetakan dan letakan perlahan-lahan di samping benda uji.
7. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan
dengan tinggi rata-rata dari benda uji.
E. PERHITUNGAN
Berikut merupakan hasil prcobaan Test Slump Beton:
Tabel 2.1 Hasil percobaan Test Slump Beton
Percobaan Penurunan (cm) Keterangan
1
2
5
9
Tidak sesuai Sesuai dengan slump yang
direncanakan yaitu 6 cm – 18 cm
F. KESIMPULAN
Percobaan uji slump dilakukan sebanyak 2 kali. Percobaan pertama pengujian
slump gagal atau hasil uji melebihi dari batas yang disyaratkan, yaitu 5 cm. Hal
ini dikarenakan adukan beton yang kurang merata. Setelah adukan beton diaduk
kembali, maka uji slump kembali dilakukan sehingga didapatkan nilai slump
sebesar 9 cm dan telah memenuhi persyaratan slump yang direncanakan, yaitu
antara 6 cm - 18 cm untuk dinding plat pondasi telapak bertulang.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
G. GAMBAR
Adapun gambar langkah-langkah dalam percobaan Test Slump Beton pada
Gambar 2.1 – 2.4 berikut:
Gambar 2.1 Pengadukan Bahan Gambar 2.2 Pengecoran
Gambar 2.3 Pengangkatan Slump Gambar 2.4 Pembacaan Slump
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
B A B III
PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON
DAN BANYAKNYA BETON PER ZAK SEMEN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi beton dan
banyaknya beton per zak semen.
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan berat isi beton adalah
sebagai berikut:
a. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
b. Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujungnya
dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
c. Alat perata.
d. Takaran dengan kapasitas dan penggunaannya sebagai berikut :
Kapasitas 6 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 25 mm
Kapasitas 10 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 37,5 mm
Kapasitas 14 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 50 mm
Kapasitas 28 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 50 mm
Didalam percobaan ini menggunakan agregat ukuran maksimal 40 mm
jadi digunakan takaran/bohler dengan kapasitas 28 liter. Hasil pengukuran
volume takaran adalah 2830 cm3.
C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk pemeriksaan berat isi beton adalah contoh
beton segar sebanyak-banyaknya dengan kapasitas takaran/bohler.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur pemeriksaan berat isi beton dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Timbang dan catat berat takaran (W1).
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2. Isilah takaran dengan benda uji dalam tiga lapis, dalam tiap lapis dipadatkan
dengan 25 kali tusukan secara merata.
3. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan sampai tidak
tampak gelembung-gelembung udara.
4. Ratakan permukaan pada benda uji dan tentukan beratnya (W2).
E. HASIL PERCOBAAN
a. Berat beton segar + bohler W2 = 10000 gr
b. Berat bohler W1 = 3840 gr
c. Volume bohler V = 2830 cm3
F. PERHITUNGAN
Perhitungan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Berat Isi Beton:
3
12
gr/cm 2,177
2830
3840 -10000
D
D
V
WWD
b. Banyaknya Beton Per Zak Semen:
- Berat jenis beton basah (A) = 2375 kg/m3
- Kadar semen rencana (B) = 465,909 kg/m3
Berat Beton Per Zak Semen (50 kg) :
KgW
W
AB
zak per beratW
88,254
Kg/m 2375Kg/m 465,909
Kg 50 3
3
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Banyaknya beton per zak semen:
zakmY
xY
D
WY
/177,0
102,177
254,88
3
3
Banyaknya semen per m3:
3zak/m 649,5
0,177
1
1
X
X
YX
G. KESIMPULAN
Dalam percobaan ini didapat data sebagai berikut:
a. Berat isi beton = 2,177 gr/cm3
b. Berat beton per zak semen = 254,880 kg
c. Banyaknya beton per zak semen = 0,177 m3
d. Banyaknya semen per m3 = 5,649 zak
H. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan pemeriksaan berat isi beton dapat dilihat
pada Gambar 3.1 – 3.2 berikut:
Gambar 3.1 Semen yang digunakan Gambar 3.2 Menimbang Semen
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB IV
PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan beton
berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium. Kekuatan
tekan adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah
sebagai berikut:
a. Silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
b. Tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 60 cm dengan ujung dibulatkan
dan terbuat dari baja anti karat.
c. Bak pengaduk beton kedap air dengan mesin pengaduk.
d. Timbangan dengan ketelitian 0.3 % dari berat contoh.
e. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
f. Satu set alat pemeriksaan slump.
g. Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.
C. BAHAN
Bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah
sebagai berikut:
a. Air bersih.
b. Agregat halus (Pasir).
c. Agregat kasar (Kerikil).
d. Semen Gresik Type I.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur pemeriksaan kekuatan tekan beton dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Pembetonan Beton Segar
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Timbang bahan-bahan tersebut di atas seperti tercantum dalam
perencanaan campuran.
b. Pengadukan bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk atau
secara manual. Pada pelaksanaannya kami menggunakan cara manual.
c. yaitu dengan memasukkan agregat kasar dan halus serta semen ke dalam
talam besar kemudian diaduk dengan menggunakan cangkul sampai
campuran merata.
2. Penentuan Slump
a. Tentukan nilai slump dengan range slump 50-125 mm.
b. Apabila nilai slump telah memenuhi range 50-125 mm, berarti kekentalan
beton segar telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
c. Apabila belum memenuhi, maka ulangi pekerjaan pengadukan sampai
memenuhi nilai slump yang direncanakan.
3. Pencetakan dan Persiapan Benda Uji
a. Cetakan diolesi dengan oli terlebih dahulu supaya pada saat pelepasan
benda uji dari cetakannya lebih mudah
b. Isilah cetakan dengan adukan dalam tiga lapisan dipadatkan dengan
tusukan 25 kali secara merata.
Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat boleh
mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua serta ketiga
tongkat pemadat boleh masuk antara 25,4 mm kedalam lapisan pertama
atau bawahnya. Tempatkan cetakan di atas alat penggetar atau gunakan
alat penggetar (Vibrator) dan getarkan sampai gelembung dan rongga-
rongga udara tidak ada lagi. Ratakan permukaan beton dan tempatkan
cetakan di tempat yang lembab, kemudian diamkan selama 24 jam.
c. Setelah 24 jam bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
d. Rendam benda uji di dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi
syarat untuk perawatan selama waktu yang dikehendaki.
4. Persiapan Pengujian
a. Ambillah benda uji yang akan ditentukan kekuatannya dari bak pertama.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
5. Pengujian
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah
beban maksimum yang terjadi selama pemerikasaan benda uji.
E. PERHITUNGAN
Rumus kekuatan tekan beton: A
P kg/cm2
Dimana : P = beban maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
Tabel 4.1 Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
No Tanggal
Umur
(Hari)
Berat
(gram) Kode
Luas
(cm2)
Beban
Max
(Kg)
Faktor
Umur
Tekanan
28 Hari
Buat Test (Kg/cm2) MPa
1 10-03-14 07-04-14 28 12600 A 176,63 34000 1 192,50 16,00
2 10-03-14 07-04-14 28 12550 B 176,63 31000 1 175,50 14,56
3 10-03-14 07-04-14 28 12650 C 176,63 28500 1 161,35 13,42
4 10-03-14 07-04-14 28 12700 D 176,63 30000 1 169,84 14,09
5 10-03-14 07-04-14 28 12500 E 176,63 33000 1 186,83 15,5
6 10-03-14 07-04-14 28 12600 F 176,63 32000 1 181,17 15,03
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Simpangan Beton dengan Aditif
𝑓𝑐′
(MPa) 𝑓𝑐𝑟
′ = 𝑓𝑐
′
3 = 17,645
(MPa)
(𝑓𝑐′ − 𝑓𝑐𝑟
′ )2
19,250 17,645 2,576
17,550 17,645 0,009
16,135 17.645 2,280
Σ = 52,935 Σ 4,865
S = √ (𝑓𝑐
′ −𝑓𝑐𝑟′ )
2
𝑁−1 = √
4,865
3−1= 1,559 MPa
Tabel 4.3 Tabel Perhitungan Simpangan Beton Normal
𝑓𝑐′
(MPa) 𝑓𝑐𝑟
′ = 𝑓𝑐
′
3 = 17,645
(MPa)
(𝑓𝑐′ − 𝑓𝑐𝑟
′ )2
16,984 17,928 0,891
18,683 17,928 0,570
18,117 17,928 0.035
Σ = 53,784 Σ 1,496
S = √ (𝑓𝑐
′ −𝑓𝑐𝑟′ )
2
𝑁−1 = √
1,496
3−1= 1,559 MPa
Mutu beton tersebut dianggap memenuhi syarat apabila:
1. Rata-rata dua buah benda uji tidak boleh 0,85 f’c
a. Untuk Sampel dengan zat Aditif
𝑓𝑐𝑟2 =
19,250+17,5502
= 18,400 𝑀𝑃𝑎
′
𝑓𝑐𝑟2 =
17,550+16,1352
= 16,840 𝑀𝑃𝑎
′
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
𝑓𝑐𝑟2 =
19,250+16,1352
= 17,693 𝑀𝑃𝑎
′
MPa 22,100260,850,85 f 'c
22,100MPa MPa 400,18
MPa 22,100 MPa 840,16
MPa 22,100 MPa 693,17
b. Untuk Sampel normal
𝑓𝑐𝑟2 =
16,984+18,6832
= 17,833 𝑀𝑃𝑎
′
𝑓𝑐𝑟2 =
18,683+18,1172
= 18,400 𝑀𝑃𝑎
′
𝑓𝑐𝑟2 =
16,984+18,1172
= 17,550 𝑀𝑃𝑎
′
MPa 22,100280,850,85 f 'c
MPa 22,100 MPa 833,17
MPa 22,100 MPa 400,18
MPa 22,100 MPa 550,17
2. Berdasarkan standar deviasi
a. Untuk zat aditif
𝑓𝑐′ = 𝑓𝑐𝑟
′ − 1,64. 𝑆
𝑓𝑐′ = 17,645 − (1,64 𝑥 1,559) = 15,088 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑐′ = 15,088 < 22,100 𝑀𝑃𝑎 (Tidak Memenuhi)
Berdasarkan hasil perhitungan dicapai 68,271% dari 22,100 MPa
b. Untuk zat normal
𝑓𝑐′ = 𝑓𝑐𝑟
′ − 1,64. 𝑆
𝑓𝑐′ = 17,928 − (1,64 𝑥 0,864) = 16,511 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑐′ = 16,511 < 22,100 𝑀𝑃𝑎 (Tidak Memenuhi)
Berdasarkan hasil perhitungan dicapai 74,710% dari 22,100 MPa
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3. Berdasarkan nilai tambah margin
a. Untuk zat aditif
𝑓𝑐𝑟′ = 𝑓𝑐
′ + 𝑀
𝑓𝑐′ = 𝑓𝑐𝑟
′ − 𝑀
𝑓𝑐′ = 17,645 − 8,5
𝑓𝑐′ = 9,145 < 22,100 𝑀𝑃𝑎 (Tidak Memenuhi)
Berdasarkan hasil perhitungan dicapai 41,380% dari 22,100 MPa
b. Untuk normal
𝑓𝑐𝑟′ = 𝑓𝑐
′ + 𝑀
𝑓𝑐′ = 𝑓𝑐𝑟
′ − 𝑀
𝑓𝑐′ = 17,928 − 8,5
𝑓𝑐′ = 9,428 < 22,100 𝑀𝑃𝑎 (Tidak Memenuhi)
Berdasarkan hasil perhitungan dicapai 42,660% dari 22,100 Mpa
4. Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara tiga hasil pemeriksaan
benda uji berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3Sd.
a. Untuk zat aditif
Sd3,4)135,16250,19(
3,115 < 6,703 𝑀𝑃𝑎 (Memenuhi)
b. Untuk normal
Sd 3,4)984,16117,18(
1,133 < 3,715 𝑀𝑃𝑎 (Memenuhi)
5. Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa beton dengan aditif
memiliki kuat tekan beton 16 Mpa (72,390% dari 22,100 MPa), ini lebih
tinggi dibandingkan dengan beton normal dengan kuat tekan beton 15,5
Mpa (70,135% dari 22,100 MPa. Persentase perbedaan kuat tekan beton
antara beton dengan aditif dan beton normal sebesar 2,255%.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Berdasarkan hasil perhitungan diatas terdapat perbedaan hasil antara beton
dengan aditif dan beton normal, dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Kesimpulan Hasil Perhitungan antara Beton dengan Aditif
dan Beton Normal
Berdasarkan
Perhitungan
Beton dengan Aditif
(MPa)
Beton Normal
(MPa)
Kuat Tekan Beton
28 Hari
a. 16,000
b. 14,560
c. 13,420
a. 14,090
b. 15,500
c. 15,030
Rata-rata dua buah
benda uji
a. 18,400
b. 16,840
c. 17,693
a. 17,833
b. 18,400
c. 17,550
Standar Deviasi 15,088 16,511
Nilai Tambah
Margin 9,145 9,428
Dengan data material campuran beton dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Data material untuk Campuran Beton
1. Berat Jenis Batu Pecah : 2,622 t/m3
2. Berat Jenis Agregat Halus : 2,648 t/m3
3. Abrasi Batu Pecah : 26,00 %
4. Gradasi Batu Pecah : Daerah II
5. Gradasi Agregat Halus : Daerah III
6. Faktor Air Semen : 0,44
7. Jumlah Semen : 465,909 Kg/m3
8. Berat Jenis Beton Beton Basah : 2375 Kg/m3
9. Pola Retak : Tidak merata
10. Agregat Maksimum : 40,00 mm
F. KESIMPULAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dari percobaan ini dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Sesuai SNI-03-2847-2002 Pasal 7.6 Kuat tekan suatu mutu beton dapat
dikategorikan memenuhi syarat jika dua hal berikut dipenuhi:
a) Setiap nilai rata-rata dari tiga uji kuat tekan yang berurutan mempunyai
nilai yang sama atau lebih besar dari 𝑓𝑐′.
b) Tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata-rata dari
dua hasil uji contoh silinder mempunyai nilai dibawah 𝑓𝑐′ melebihi dari
3,5 MPa.
2. Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat dikesimpulan bahwa hasil uji kuat
tekan beton yang telah dilakukan tidak memenuhi persyaratan dari SNI-03-
2847-2002 Pasal 7.6.
3. Tidak terpenuhinya syarat tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
a) Getaran yang diberikan selama proses pengecoran beton kedalam
cetakan benda uji kemungkinan terlalu besar sehingga didala
campuran beton terjadi pemisahan atau penumpukan agregat halus
terhadap campuran. Hal ini menjadikan kekuatan beton menjadi
berkurang.
b) Didalam melaksanakan praktikum, menggunakan material yang tidak
terlalu baik dan material bisa saja masih terdapat kadar lumpur.
c) Kondisi sampel yang belum benar – benar kering.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
G. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan Kuat Tekan Beton dapat dilihat pada
Gambar 4.1- 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Sebelum Pengujian Gambar 4.2 Setelah Pengujian Kuat Kuat Tekan Beton Kuat Tekan Beton
Gambar 4.3 Mesin Tekan
BAB V
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TEGANGAN REGANGAN PADA BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan grafik perbandingan antara
tegangan dengan regangan dari sampel beton.
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk percobaan tegangan dan regangan pada
beton adalah sebagai berikut:
a. Silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
b. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
c. Dial pembaca perpendekan sampel.
C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk percobaan tegangan dan regangan pada
beton adalah sebagai berikut:
a. Air bersih
b. Agregat halus (Pasir Mantraman)
c. Agregat kasar (Kerikil Martadah)
d. Semen Portland Tipe I
D. CARA MELAKUKAN
1. Persiapan Pengujian tegangan regangan adalah sebgai berikut:
a. Ambillah benda uji yang akan ditentukan kekuatannya dari bak pertama
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
2. Prosedur Pengujian regangan adalah sebgai berikut:
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2-4 km/cm3 per detik.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah nilai
perpendekan setiap kenaikan 2000 kg beban yang terjadi selama
pemerikasaan benda uji.
E. PERHITUNGAN
Rumus tegangan pada beton : =𝑃
𝐴
Dimana : P = beban maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
Rumus regangan pada beton : ε = 𝛥𝐿
𝐿
L
Gambar 5.1 Sketsa Beton mengalami Regangan
Dimana : ΔL = Perpendekan (mm)
L = Tinggi Awal (mm)
Perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam Tabel 5.1 dan Tabel 5.2
ΔL
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 5.1 Tegangan Regangan pada sampel beton dengan zat aditif
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 Mm mm kg/cm2
0 176,63 0 300 0.000 0.000
2000 176,63 2 300 11.323 0.007
4000 176,63 3 300 22.646 0.010
6000 176,63 4 300 33.969 0.013
8000 176,63 5 300 45.292 0.017
10000 176,63 6 300 56.616 0.020
12000 176,63 7 300 67.939 0.023
14000 176,63 8 300 79.262 0.027
16000 176,63 9,5 300 90.585 0.032
18000 176,63 10 300 101.908 0.033
20000 176,63 11 300 113.231 0.037
22000 176,63 12 300 124.554 0.040
24000 176,63 14 300 135.877 0.047
26000 176,63 15 300 147.200 0.050
28000 176,63 16 300 158.523 0.053
30000 176,63 18 300 169.847 0.060
32000 176,63 19 300 181.170 0.063
34000 176,63 20 300 192.493 0.067
Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.2 sebagai berikut:
Gambar 5.2 Grafik Tegangan Regangan pada sampel beton dengan zat
aditif
0
50
100
150
200
250
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070
Grafik Tegangan Vs Regangan
Tega
nga
n(K
g/cm
2)
Regangan
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 5.2 Tegangan Regangan pada sampel beton normal
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 mm mm kg/cm2
0 176,63 0 300 0.000 0.000
2000 176,63 0 300 11.323 0.000
4000 176,63 5 300 22.646 0.017
6000 176,63 7 300 33.969 0.023
8000 176,63 8 300 45.292 0.027
10000 176,63 9 300 56.616 0.030
12000 176,63 10 300 67.939 0.033
14000 176,63 11 300 79.262 0.037
16000 176,63 12 300 90.585 0.040
18000 176,63 13 300 101.908 0.043
20000 176,63 14 300 113.231 0.047
22000 176,63 15 300 124.554 0.050
24000 176,63 16 300 135.877 0.053
26000 176,63 17 300 147.200 0.057
28000 176,63 18 300 158.523 0.060
30000 176,63 19 300 169.847 0.063
32000 176,63 20 300 181.170 0.067
Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan pada Gambar 5.3 sebagai berikut:
Gambar 5.3 Grafik Tegangan Regangan pada sampel beton normal
0
50
100
150
200
250
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070
Grafik Tegangan Vs Regangan
Tega
nga
n(K
g/cm
2)
Regangan
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK II
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
F. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan Tegangan Regangan paada Beton dapat
dilihat pada Gambar 5.4 sebagai berikut:
Gambar 5.4 Sampel Beton dan Alat Dial Pembaca Perpendekan Sampel