BAB 1 (revisi 11)
description
Transcript of BAB 1 (revisi 11)
-
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang telah
mengubah gaya hidup masyarakat menjadi cenderung kurang melakukan aktivitas
fisik atau disebut sedentary life style. sekarang yang cenderung untuk sedenter
atau tidak banyak melakukan aktivitas fisik adalah hal yang patut diwaspadai
karena kebisaan ini dapat berdampak pada kesehatan (Uliyandari, 2009).
Perubahan tingkat kesejahteraan dan gaya hidup di Indonesia,
menyebabkan pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi. Hal
ini ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh
penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (Depkes RI, 2008).
Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian secara global.
Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada
tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh
penyakit tidak menular. Di negara negara dengan tingkat ekonomi rendah dan
menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang
dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh penyakit tidak menular, sedangkan di negara-
negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian penyakit
tidak menular pada orang orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%),
sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan penyakit tidak
-
menular yang lain bersama sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4%
kematian disebabkan diabetes (Depkes RI, 2012).
Penyakit pernafasan merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi
dewasa ini dan menyebabkan penurunan fungsi sistem respirasi (Fadilah, 2011).
Penyakit pernafasan kronis seperti asma dan penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK) merupakan jenis penyakit yang mengganggu fungsi sistem respirasi
terutama dengan menimbulkan obstruksi pada saluran nafas. Asma terjadi pada
semua usia sedangkan PPOK terjadi pada usia lebih dari 25 tahun dan
prevalensinya meningkat seiring dengan peningkatan usia (Kemenkes RI, 2013).
Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) merupakan salah satu indikator dalam
menilai fungsi sistem respirasi. PEFR adalah aliran udara maksimal yang dapat
dihasilkan selama manuver ekspirasi paksa dari kapasitas total paru. PEFR dapat
menggambarkan ada tidaknya keterbatasan aliran udara oleh adanya obstruksi
pada saluran pernafasan (Al Ashkar et al, 2003). PEFR mempunyai beberapa
keunggulan sebagai indikator yang cukup baik dan pengukurannya mudah serta
cepat.
Dalam perkembangan ilmu kedokteran, usaha-usaha di bidang kesehatan
telah mengalami perkembangan, yang tidak hanya terbatas pada usaha kuratif
saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Olahraga telah
mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu bentuk aktifitas fisik
dalam usaha pencegahan penyakit. Olahraga terbukti dapat meningkatkan derajat
kesehatan dan tingkat kesegaran jasmani seseorang (Uliyandari, 2009).
-
Yoga merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan sebagai
terapi pikiran dan tubuh (Dhebar, 2013). Yoga mempunyai enam cabang yang
berbeda; Raja Yoga, Karma Yoga, Bhakti Yoga, Jnana Yoga, Tantra Yoga dan
Hatha Yoga. Hatha yoga merupakan salah satu jenis yoga yang berorientasi pada
hal-hal yang bersifat fisik yang meliputi, posisi tubuh fisik, teknik-teknik
pernafasan, relaksasi mendalam, dan meditasi (Worby, 2007).
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian dikatakan bahwa latihan yoga
dapat meningkatkan fungsi kardiorespirasi, termoregulasi, fleksibilitas tubuh, dan
fungsi psikologi seperti status mental, peningkatan fungsi memori dan kreasi
(Harinath et al, 2004). Khusus pada sistem respirasi, yoga dapat meningkatkan
ekspansi dinding dada dan meningkatkan volume paru (Chanavirut, 2006).
Menurut Kadu dan Deshpande (2013) latihan yoga dapat meningkatkan komplain
paru di atas nilai basalnya. Stimulasi reseptor peregangan paru akibat inflasi paru-
paru secara otomatis akan melemaskan otot polos laring dan traceobhronchial
sehingga memodulasi perubahan kaliber saluran napas dan mengurangi resistensi
saluran napas.
Perubahan pada saluran nafas setelah latihan yoga mungkin akan
mengurangi derajat obstruksi saluran nafas terutama pada penderita asma dan
PPOK, namun karena keterbatasan dalam mencari sampel penderita asma dan
PPOK maka peneliti menggunakan mahasiswa sebagai pembandingnya.
Berdasarkan dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti manfaat dari latihan
Hatha Yoga terhadap Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
-
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah apakah terdapat
pengaruh latihan Hatha Yoga terhadap Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh latihan Hatha Yoga terhadap Peak Expiratory Flow
Rate (PEFR) pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbedaan antara nilai Peak Expiratory Flow Rate (PEFR)
pada awal dan akhir penelitian, baik pada kelompok yang diberikan
latihan Hatha Yoga (kelompok perlakuan) maupun kelompok yang
tidak diberikan latihan Hatha Yoga (kelompok kontrol)
2. Mengetahui perbandingan nilai Peak Expiratory Flow Rate (PEFR)
pada kelompok yang diberikan latihan Hatha Yoga (kelompok
perlakuan) dengan kelompok yang tidak diberikan latihan Hatha Yoga
(kelompok kontrol)
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam ilmu yang telah didapatkan
selama perkuliahan serta dapat menambah pengetahuan terkait penelitian.
-
1.4.2 Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, terutama
penelitian tentang fungsi fisiologis sistem respirasi.
1.4.3 Bagi Masyarakat
1. Memberikan pengetahuan pada masyarakat tentang pentingnya
olahraga atau latihan fisik untuk menjaga kesehatan, khususnya
meningkatkan kesehatan sistem respirasi terutama pada penderita asma
dan PPOK
2. Memberikan alternatif baru pada masyarakat untuk memilih latihan
Hatha Yoga sebagai latihan untuk meningkatkan kesehatan sistem
respirasi
3. Memberikan informasi untuk pencegahan terhadap penyakit-penyakit
akibat kurangnya aktifitas fisik terutama yang berhubungan dengan
sistem respirasi
1.5. Hipotesis
1.5.1 Hipotesis Nol
Terjadi perubahan nilai Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) antara
sebelum dan sesudah latihan Hatha Yoga
1.5.2 Hipotesis Alternatif
Tidak ada perubahan nilai Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) antara
sebelum dan sesudah latihan Hatha Yoga