BAB 1 raden isa

download BAB 1 raden isa

of 8

description

scabies

Transcript of BAB 1 raden isa

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPenyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur. Penyakit yang sering muncul karena kurangnya kebersihan diri adalah berbagai penyakit kulit (Kristiwiani,2005). Skabies merupakan penyakit kulit yang masih sering di jumpai diIndonesia dan tetap menjad imasalah kesehatan masyarakat (Sudirman, 2006)Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di Puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6%-12,9%, dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di Bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 734 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6% dan 3,9%. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai (Depkes. RI, 2000). Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenaisemua golongan umur (Harahap, 2000). Penyakit kulit skabies merupakanpenyakit yang mudah menular. Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, danmelalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung (melalui benda),misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan selimut (Djuanda, 2007). Penyakit ini mudah menular dan banyak faktor yang membantu penyebarannya antara lain kemiskinan, higiene individu yang jelek danlingkungan yang tidak sehat (Sudirman, 2006). Penyakit skabies pada umumnya menyerang individu yang hidup berkelompok seperti di asrama, pesantren, lembaga pemasyarakatan, rumahsakit, perkampungan padat, dan rumah jompo (Sudirman, 2006). Prevalensi skabies di negara berkembang dilaporkan sebanyak 6-27% dari populasi umum dan insidens tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Berdasarkan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) tahun 2001, darisembilan rumah sakit di tujuh kota besar di Indonesia, jumlah penderita skabies terbanyak didapatkan di Jakarta yaitu 335 kasus di tiga rumah sakit(Mansyur, 2007). Penularan skabies terjadi lebih mudah karena faktor lingkungan dan perilaku yang tidak bersih.. Berdasarkan hasil penelitian Handayani (2007), di Pondok Pesantren Nihayatul Amal menunjukkan bahwa persentase responden yang terkena skabies ada 62,9% mempunyai kebiasaan mencuci pakaianbersama pakaiantemannya 61,4%, mempunyai kebiasaan tidur bersama temannya yangmenderita skabies 60,0%, mempunyai kebiasaan memakai selimut bersama-sama temannya yang menderita skabies 54,3% dan 32,8% yang mempunyai kebiasaan berwudlu tidak menggunakan kran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan pemakaian sabunmandi, kebiasaan pemakaian handuk, kebiasaan berganti pakaian, kebiasaantidur bersama, dan kebiasaan mencuci pakaian bersama penderita skabies dengan kejadian skabies Berdasarkan penelitian Marufi (2005) di Pondok PesantrenLamongan, penilaian higiene perorangan dalam penelitian tersebut meliputifrekuensi mandi, memakai sabun atau tidak, pakaian dan handuk bergantian,dan kebersihan alas tidur. Sebagian besar santri di Pesantren Lamongan (63%)mempunyai higiene perorangan yang jelek dengan prevalensi penyakit skabies73,70%. Perilaku yang tidak mendukung berperilaku hidup bersih dan sehat dalam mencegah skabies diantaranya adalah sering memakai baju atau handuk bergantian dengan temanserta tidur bersama dan berhimpitan dalam satutempat tidur. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 11 Juli 2014, di rumah sakit jiwa provinsi jambi biasanya kehidupan sehari-hari pasein rawat inap rumah sakit jiwa sering memakai baju dan handuk secara bergantian. Hal tersebut mempermudah penularan penyakit skabies. Timbulnya penyakit tersebut disebabkan pola dan kebiasaan hidup yang kurang bersih dan benar,salah satu faktor yang dominan yaitu kehidupan bersama dengan kontak langsung yang relatif erat (Iskandar, 2000 ). Berdasarkan hasil hasil wawancara pada tanggal 11 Juli 2014 dari 10 sebanyak 6 pasein rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi mengatakan sering memakai handuk dan baju secara bergantian. Berdasarkan cacatan medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi Kasus Scabies pada tahun 2013 dari jumlah pasein 380 orangNoBulanJumlah pasienRuangan Sebanyak 12

1September9 pasein /ruangan108 pasein

2Oktober10 Pasein /ruangan120 pasein

3November11 Pasein/ruangan132 pasein

4Desember11 Pasein/ruangan132 pasein

Berdasarkan data tersebut di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan prilaku hidup bersih dan sehat terhadap kejadian penyakit scabies pada pasein rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi tahun 2014

B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya hubungan sanitasi lingkungan dan personal hygiene terhadap kejadian penyakit scabies pada pasein rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi tahun 2014

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum Diketahuinya gambaran dan hubungan sanitasi lingkungan dan personal hygiene terhadap kejadian penyakit scabies pada pasein rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi tahun 2014.2. Tujuan Khusus1. Diketahuinya gambaran sanitasi lingkungan dan personal hygiene terhadap kejadian penyakit scabies pada pasein rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi tahun 2014.2. Diketahuinya hubungan antara sanitasi lingkungan dan personal hygiene terhadap kejadian penyakit scabies pada pasein rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi tahun 2014.3. Diketahuinya hubungan antara sanitasi lingkungan dan personal hygiene terhadap kejadian penyakit scabies pada pasein rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi tahun 2014

D. Manfaat Penelitian1. Bagi Dinas Pendidikan Sebagai sumber informasi bagi Dinas Pendidikan sehingga dapat memberikan bimbingan bagi pasein rawat inap Rumah Sakit Jiwa provinsi Jambi mengenai sanitasi lingkungan dan personal hygiene yang baik dan menggantisipasi resiko-resiko penyakit scabies tersebut.

2. Bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi JambiSebagai sumber informasi baru dan menambah referensi bagi rumah Sakit Jiwa Procvinsi Jambi agar mencegah kejadian scabies dan menangani secara diri penyakit tersebut. 3. Bagi Pasein Rumah sakit Jiwa rawap inat Menambah wawasan pengetahuan mengenai sanitasi lingkungan dan personal hygiene yang baik dan dapat juga mengetahui penyakit scabies.4. Bagi Peneliti lain Sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi peneliti lain yang melakukan dengan variabel lainnyaE. Ruang LingkupPenelitian ini dilakukan Rumah Sakit Jiwa Jambi tahun 2014 pada tanggal 15- 22 A 2014 .Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap rumah sakit jiwa. Penelitian ini menggunakan penelitian obsevasi yang bertujuan untuk mengetahui sanitasi lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian penyakit cabies di rumah sakit jiwa Provinsi Jambi.Populasi pada penelitian ini populasi sebanyak 380 pasein dan sampelnya menggunakn metode ramdom sampel ( sampel acak).

Kerangka Konsep

Sanitasi LingkunganPenyediaan air bersih Kondisi fisik Rumah sakitVentilasiKelembabanPencahayaanKepadatan penghuni Lantai Rumah sakitVariabel Independen Variabel Dependen

Higiene PeroranganKebersihan kulit Kebershan rambut Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Kejadian Penyakit Skabies

Karateristik IndividuUmurPendidikanLama Dirawat di RSJ

Emier, 2007 dan Jurnal kesehatah lingkungan vol 2, no 1 Juli 2005: 11.18

KERANGKA TEORI

Faktor eksternal:LingkunganBudayaSosial ekonomiFaktor internal:Kebersihan kulitKebersihan tangan dan kakiKebersihan kukuKebersihan genetaliaPerilaku Hidup Bersih dan Sehat

Kejadian Penyakit Scabies

Emier, 2007 dan Jurnal kesehatah lingkungan vol 2, no 1 Juli 2005: 11.18

Kerangka Konsep

Sanitasi Lingkungan dan personel hygieneKejadian Penyakit ScabiesVariabel IndenpendenVariabel Dependen