Raden Ageng Wiyarto

download Raden Ageng Wiyarto

of 47

description

laporan algologi yaitu maro dan mikro alga

Transcript of Raden Ageng Wiyarto

LAPORAN PRAKTIKUM ALGOLOGI

Dilaksanakan dan disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian resposi mata kuliah Algologi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman

Oleh :Raden Ageng WiyartoNIM. H1K011041Kelompok. 7Asisten. Widya Cahyaning T

JURUSAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO2015DAFTAR ISIhalamanDAFTAR ISIiiI.PENDAHULUAN11.1Latar belakang11.2Tujuan2II.TINJAUAN PUSTAKA32.1Mikroalgae32.2Makroalgae32.3 Parameter Kualitas Perairan52.3.1 pH52.3.2 Salinitas52.3.3 Suhu62.3.4 Kedalaman62.3.5 Dissolve oxygen7III.MATERI DAN METODE83.1 Materi83.1.1Alat83.1.2Bahan83.1.3Waktu dan Tempat83.2Metode93.2.1Pengambilan Sample Mikroalga93.2.2Pengambilan Sample Makroalga10IV.HASIL DAN PEMBAHASAN124.1.1.Mikroalga124.1.2.Makroalga124.1.3.Parameter Kualitas Air124.2.Pembahasan134.2.1. BBPBAP134.2.2. Mikroalga164.2.3. Makroalga32IV.KESIMPULAN395.1 Kesimpulan395.2 Saran39DAFTAR PUSTAKA40

1

I. PENDAHULUAN1.1 Latar belakangAlgologi (Latin: alga, "ganggang"), adalah subdisiplin botani yang mempelajari alga atau ganggang. algologi juga mempelajari beberapa organisme prokariotik yang dikenal sebagai Cyanobacteria.Alga sendiri berasal dari istilah latin yang sering disebut algae. Lebih populer dikalangan masyarakat dengan sebutan ganggang laut atau rumput laut. Rumput laut tumbuh tersebar di berbagai daerah pantai dari pulau-pulau di Indonesia dengan bermacam macam jenisnya.Rumput laut adalah suatu tumbuhan tingkat rendah termasuk dalam divisi Thallophyta. Berdasarkan kandungan pigmennya rumput laut dibagi kedalam empat divisi yaitu alga hijau (Chlorophyta), alga hijau biru (Cyanophyta), alga coklat atau alga pirang (Phaeophyta), dan alga merah (Rhodophyta). Bagian tumbuhan ini secara keseluruhan disebut thallus, tidak dapat dibedakan antara bagian akar, batang dan daun.Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan (Chapman dan Chapman, 1980).Salah satu manfaat alga adalah sebagai sumber makanan serta energi baik bagi manusia maupun hewan ternak.Alga merupakan jenis sumber daya alam yang dapat kita temukan di berbagai tempat di planet Bumi ini.Keanekaragaman yang dimiliki spesies tumbuhan ini menurut para ahli sangat tinggi.Di dunia pendidikan (science), orang-orang yang berfokus pada penelitian demi mempelajari pertumbuhan dan perkembangan alga disebut algologi.Dalam bahasa Yunani algae disebut phycos. Di dunia internasional sendiri, penamaan alga juga sangat beragam diantaranya: pond scum, frog spittel, water mosses, dan seaweeds. Selain sebagai sumber makanan bagi manusia dan hewan ternak, alga juga memiliki peranan penting bagi kelanjutan ekosistem di laut maupaun di air tawar.Bagi jenis ikan dilaut (terutama ikan yang berukuran kecil) alga dapat dijadikan sumber makanan utama, pun begitu halnya dengan jenis-jenis ikan air tawar.Disamping itu pula, alga memiliki manfaat dapat membantu kesuburan tanah, karena mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara atau nitrogen yang berasal dari tubuhnya sendiri yang selanjutnya terurai dalam tanah karena mengalami dekomposisi.Semua jenis alga juga memberikan manfaat berupa zat iodium yang terkandung di dalanya.Zat ini berupa garam mineral yang bermanfaat bagi kehidupan tumbuhan maupun hewan.Bagi manusia sendiri, alga juga sering diolah sebagai bumbu penyadapa masakan, membantu dlaam proses pengerasan susu maupun cokelat, sebagai bahan kosmetik, dan sering dijumpai sebagai bahan pembuat agar-agar atau jeli. Dari beberapa penjelasan di atas, penulis akan mencoba merangkum berbagai macam jenis alga beserta manfaatnya bagi kehidupan.1.2 Tujuan1. Mahasiswa dapat mengenal algae baik makroalgae maupun mikroalga melalui ciri morfologinya.2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi makroalga maupun mikroalga dengan pengamatan ciri morfologi pada saat pengamatan dihabitat aslinya.3. Mahasiswa dapat melakukan teknik pengawetan basah dan kering sampel alga.

II.TINJAUAN PUSTAKA2.1MikroalgaeAlga merupakan produsen primer dalam suatu ekosistem perairan dan merupakan organisme uniseluler, filamen dan berkembang biak secara aseksual. Cara hidupnya dapat menempel ataupun melayang sebagai fitoplankton.Alga berdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi mikroalga dan makroalga.Mikroalga adalah alga yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan kasat mata.Mikroalga juga tersebar dalam perairan laut, seperti mikroalga jenis Chorella sp. (Feldman, 1951).Mikroalga yaitu alga yang berukuran sangat kecil sehingga dibutuhkan alat bantu untuk melihatnya. Berdasarkan cara hidupnya mikroalga dibedakan menjadi fitoplankton, fitobenthos, alga simbiotik, dan aeria alga. Mikroalga mempunyai peranan penting antara lain untuk makanan hewan dan manusia, sumber kimia, treatment limbah, tanah diatome, biofertiliser, pupuk, dan cadangan minyak. Selain itu mikroalga juga dapat menimbulkan kerugian antara lain blooming sehingga akan mengakibatkan kekurangan oksigen dan dapat menimbulkan keracunan (Isnan dan Kurniastuty, 1995). Cyanobacteria merupakan salah satu mikroalga yang serbaguna dalam fotosintesis dan berperan penting dalam ekologi.beberapa spesies dalam marga ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan karena memiliki nutrien yang sangat tinggi (Jacquet et al, 2013).2.2Makroalgae2.2.1Klasifikasi berdasarkan pigemnMenurut Atmadja dan Sulistyo (1988) makroalga dapat diklasifikasikan menjadi 3 divisi berdasarkan kandungan pigmen fotosintetik dan pigmen aksesoris yaitu : Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta. Chlorophyta merupakan divisi terbesar dari semua divisi alga, sekitar 6500 jenis anggota divisi ini telah berhasil diidentifikasi. Divisi Cholorophyta tersebar luas dan menempati beragam substrat seperti tanah yang lembab, batang pohon, batuan basah, danau, laut hingga batuan bersalju. Sebagian besar (90%) hidup di air tawar dan umumnya merupakan penyusun komunitas plankton. Sebagian kecil hidup sebagai makro alga di air laut. Divisi Chlorophyta hanya terdiri atas satu kelas yaitu Chlorophyceae yang terbagi menjadi empat ordo yaitu : Ulvales, Caulerpales, Cladophorales, dan Dasycladales (Verheij, 1993 dalam Palallo, 2013). Kelompok algae coklat memiliki bentuk yang bervariasi tetapi hampir sebagian besar jenis-jenisnya berwarna coklat atau pirang. Warna tersebut tahan dan tidak berubah walaupun algae ini mati atau kekeringan. Hanya pada beberapa jenis warnanya misal pada sargassum, warnanya akan sedikit berubah menjadi hijau kebiru-biruan apabila mati kekeringan. Ukuran thalli atau rumpun beberapa jenisnya sudah lebih tinggi dari jenis-jenis algae merah dan hijau, misal dapat mencapai sampai sekitar tiga meter (Wanda, 1988 dalam Pallalo, 2013).Algae merah merupakan kelompok algae yang jenis-jenisnya memiliki berbagai bentuk dari variasi warna. Namun demikian sebagain indikasinya dari segi warna bahwa itu alga merah, adalah antara lain terjadinya perubahan warna dari warna aslinya menjadi ungu pabila algae tersebut terkena panas sinar matahari secara langsung (Atmadja, 1988 dalam Pallalo, 2013).2.2.2MorfologiMakroalgae adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada substrat di dasar laut.Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang, daun, bujgan, buah dan biji sejati (Sumich, 1979).Makroalga tersebar pada daerah litoral dan sub-litoral. Daerah tersebut masih dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup, sehingga proses fotosintesis masih dapat berlangsung (Dawes, 1981). Makroalga menyerap nutrisi berupa fosfor dan nitrogen dari lingkungan sekitar perairan.2.2.3HabitatMakroalga divisi Chlorophyta memiliki thalli berbentuk filamen, membran dan tabung. Makroalga tersebut umunya menempel pada substrat di dasar perairan laut seperti karang mati, fragmen karang, dan pasir. Chlorophyta dapat bersifat uniseluler atau multiseluler (Gupta, 1981).Makroalga divisi Phaeophyta memiliki bentuk thalli lembaran, bulat atau menyerupai batang.Thalli tersebut berwarna coklat, berbentuk filamen bercabang dan berbentuk seperti lembaran daun (Dawes, 1981).Makroalga divisi Rhodophyta memiliki thalli berbentuk silindris, pipih, dan lembaran.Makroalga tersebut umunya memiliki thalli berwarna merah, ungu, pirang, coklat dan hijau (Bold dan Wayne, 1978).Makroalgae ini juga merupakan habitat bagi beberapa hewan seperti Gastropoda sp. dan Strombus sp. (Suryanti, 2008).2.3 Parameter Kualitas Perairan2.3.1 pHFaktor lingkungan sangat menentukan dalam kultur atau budidaya mikroalga. salah satu faktor lingkungan yang perlu mendapat perhatian adalah pH (derajat keasaman) agar metabolism sel mikroalga tidak terganggu. Derajat keasaman atau pH digambarkan sebagai keberadaan ion hidrogen. Derajat keasaman (pH) berpengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan ion mineral sehingga mempengaruhi penyerapan nutrien oleh sel. Perubahan nilai pHyang signifikan dapat mempengaruhi kerja enzim dan menghambat proses fotosintesis dan pertumbuhan mikroalga. Penelitian tentang pengaruh derajat keasaman juga telah dilakukan pada mikroalga Chlorella yang menjelaskan bahwa kerapatan sel tertinggi terdapat pada pH 7 dan kerapatan sel terendah pada pH 5. Kisaran pH pada media kultur tergantung pada jenis mikroalganya. ( Gunawan, 2012).2.3.2 SalinitasSalinitas menurut Nybakken (1992) adalah garam-garam terlarut dalam satu kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan perseribu. Selanjutnya dinyatakan bahwa dalam air laut terlarut macam-macam garam terutama NaCl, selain itu terdapat pula garam-garam magnesium, kalium dan sebagainya (Nontji, 1993). Kebanyakan makroalga atau rumput laut mempunyai toleransi yang renda terhadap perubahan salinitas (Prudhomme van Reine and Trono, 2001). Salinitas dapat berpengaruh terhadap proses osmoregulasi pada tumbuhan rumput laut (Aslan, 1991). Salinitas yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan rumput laut. Selanjutnya Aslan (1991) merekomendasikan salinitas yang cocok untuk rumput laut jenis ini berkisar antara 30 37 /.2.3.3 SuhuSuhu berperan sebagai pengatur proses metabolisme dan fungsi fisiologis organisme. Suhu bukan merupakan faktor pembatas pada alga alami selama banyak genus mampu tumbuh pada kondisi lingkungan lain yang sesuai. Namun suhu sangat berpengaruh terhadap percepatan atau perlambatan pertumbuhan dan reproduksi alga. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang baik bagi pertumbuhannya. Perubahan temperatur akan mengubah pola sirkulasi stratifikasi dan gas terlarut sehingga akan mempengaruhi kehidupan dalam air. Peningkatan suhu perairan sebesar 100C dapat menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen dan juga menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan organic oleh mikroba, khususnya bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan dengan kisaran suhu optimum 25 - 30C. Suhu juga merupakan faktor intensitas dari energi panas (Simaremare, 2007).2.3.4 KedalamanKedalaman suatu perairan berhubungan erat dengan produktivitas, suhu vertikal, penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara (Hutabarat dan Evans, 2008). Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap biota yang dibudidayakan. Hal ini berhubungan dengan tekanan yang yang diterima di dalam air, sebab tekanan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman (Nybakken, 1992).2.3.5 Dissolve oxygenOksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan biologis yang dilakukan organisme aerobik maupun aerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangata penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara perlakuan aerobik yang ditunjukkan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga (Salmin, 2005).

III.MATERI DAN METODE3.1 Materi3.1.1AlatAlat yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah sebagai berikut : Plankton net, Botol film, Line transek 50 m, Transek kuadran 1x1 m, Ember 20L, Kamera, HVS laminating, Alat tulis, Botol Neril, Toples selai, Plastik bening 1kg, Kantong kresek, dan Potongan kardus.3.1.2BahanBahan yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah sebagi berikut : Sampel Makroalga, Sampel Mikroalga, Formalin 4%, Larutan KOH-KI, Larutan H2SO4 pekat, Larutan MnSO4, Larutan Na2S2O3, Amilum dan CuSO4.3.1.3Waktu dan TempatPraktikum Lapangan Algologi dilakukan di Perairan Teluk Awur, dan di BBPBAP (Balai Besar Penelitian Benih Air Payau) Jepara, Jawa Tengah, tanggal 03 Mei 2015 sampai dengan 05 Mei 2015. Untuk sampling Mikroalga dilakukan pukul 12.00, 18.00 dan 06.00 WIB sedangkan untuk Makroalga pukul 16.00. Praktikum Laboratorium Algologi dilakukan di Laboratorium Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman, tanggal 06 Mei 2015 pukul 09.00 WIB.

3.2 MetodeMetode sampling yang dilakukan untuk mendapatkan mikroalga adalah dengan metode Kuantitatif dengan menggunakan Plankton net, dilakukan pada pukul 06.00, 12.00, dan 18.00 WIB.3.2.1Pengambilan Sample Mikroalga3.2.1.1. Identifikasi Mikroalga

Sample MikroalgaHasilDiambil dengan pipet tetesDiletakkan di objek glassDitutup dengan cover glassDiamati dengan mikroskop ( 25 lapang pandang 3x pengulanganDiambil dengan pipet tetes

3.2.1.2. Pengawetan Mikroalga

Sample MikroalgaAwetan MikroalgaDimasukkan botol film 30 mlDitambahkan formalin 3 mlDitambahkan CuSO4 2 ml

3.2.2Pengambilan Sample Makroalga

Sample MakroalgaHasilDiamati morfologinyaDiidentifikasi dengan buku identifikasiDicatat3.2.2.1. Identifikasi Makroalga

3.2.2.2. Pengawetan Basah Makroalga

Sample MakroalgaAwetan BasahDicuci dengan air bersihDimasukkan toplesDitambahkan air laut dan alkohol (perbandingan 10:1)

3.2.2.3. Pengawetan Kering Makroalga

Sample MakroalgaAwetan KeringDibersihkanDikeringkanDiletakan di potongan kardusDipress, diikat dengan karetDilabeli dan diberi nama

3.2.3 Parameter Kualitas Air

Sample Air 250 mlDitambahkan MnSO4 1 mlDihomogenkanDitambahkan Amilum 10 tetesDitambahkan H2SO4 pekat 1 mlDitambahkan Na2S2O3 sampai kuning mudaDipindahkan 100 ml ke tabung erlenmeyerDidiamkan 2 menit hingga terbentuk endapanDihomogenkan hingga kuning pekatDitambahkan KOH-KI 1 mlDitambahkan Na2S2O3 sampai jernihHasil

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN4.1.Hasil4.1.1.MikroalgaTable 1.Data Pengamatan Mikroalga JamAwetanTanpa awetan

06.00Nitzschia sp.Ankyra sp.Oscillatoria sp.Microspora sp.Carteria sp.Chlamydomonas sp.Euglena sp.Nitzschia sp.

12.00Oscillatoria sp.Pleodorina sp.Mongeotia sp.Plectonema sp.Navicula sp.Gyrosigma sp.Nitzschia sp.

18.00Plectonema sp.Euglena sp.Limnothrix sp.Thalassionthrix sp.Ankyra sp.Gyrosigma sp.Sinedra sp.Cymbella sp.

4.1.2.MakroalgaTable 2.Data Pengamatan Makroalga Tiap Jam.Transek keNama SpesiesSubstrat

1Padina sp.Halimeda discoideaPasirPasir

2Halimeda macrolobaHalimeda opuntiaHalimeda discoideaCaulerpa serrulataCaulerpa racemosaPasirBatu karangPasirBatu karangBatu karang

3Sargassum polycistumCaulerpa racemosaHalimeda macrolobaPadina sp.Batu karangBatu karangPasirPasir

4.1.3.Parameter Kualitas AirTable 3. Data Pengamatan Parameter Kualitas AirJamPhSalinitasSuhuKedalamanDO

6.0073028653

12.0082931305,4

18.0072830273,8

4.2.Pembahasan4.2.1. BBPBAP1. MikroalgaA. Teknik IsolasiAir laut steril sebanyak 100ml ditambahkan Bacto AgarLarutan campuran dihomogenkan dengan magnetic stirerLalu larutan diberi pupuk, selanjutnya larutan disterilkan dengan autoklafSetelah itu tambahkan larutan dengan vitamin B12, lalu di tuang pada cawan petri/ tabung reaksi dengan media miringSetelah media dingin, dilakukan penanaman mikroalga dengan menggoreskan jarum oseSetelah 5-7 hari mikroalga mulai tumbuh.B. Teknik Kultur Semi MassalAir laut sebagai air media sebanyak 60 liter dengan salinitas 30 ppm dituang ke aquarium melalui filterbagLalu air media diklorine selama beberapa waktu agar steril. Setelah 1-2 jam bau klorine hilang air media diberi pupuk. Pupuk yang diberikan yaitu urea, TSP, FeCl, EDTA, dan ZA.Masing-masing pupuk dituang sebanyak 6ml. Setelah 15 menit diberi pupuk lalu bibit mikroalga dituang sebanyak 10-20 % dari air media.Setelah 1 minggu dari media semi massal dipindahkan menuju media yang lebih besar.Setelah 1 minggu selanjutnya dituang ke media massal.Setelah layak panen, mikroalga dipanen dan disaring melalui filterbagHasil penyaringan dari filterbag yang berupa gel lalu dikeringkan hingga kadar airnya 10% selama 12-17 jam.C. Teknik Kultur MassalSiapkan air laut yang sudah difilter UV dan aerasiuntuk salinitas dibutuhkan 20 25/milsetelah itu dipupuk, lalu distock bibit (untuk makan udang udangan )umur skeletonema min satu hari satu malam, max dua hari dua malampenempatannya terbuka dan tertutup yang terpenting terkena mataharisuhu yang dibutuhkan 31 34c (suhu tinggi bias memepercepat pertumbuhan skeletonema)panennya menggunakan kain santan, jika menggunakan bak yang ada paralonnya tinggal di buka ujung paralonnya lalu disaring menggunakan kain santan tersebut lalu skeletonema yang sudah disaring dipindahkan ke ember.2. MakroalgaRumput laut merupakan komoditas eksport ke-dua di bidang perikanan Indonesia.Rumput laut merupakan tumbuhan laut yang banyak hidup di daerah tropis oleh karena itu banyak negara-negara subtropis yang mengimport rumput laut dari Indonesia.Salah satu pengembangan dalam penggunaan rumput laut adalah digunakan sebagai alat-alat kecantikan dan juga pembuatan obat dalam dunia medis.Gracillaria sp. merupakan salah satu jenis rumput laut yang banyak tumbuh di Indonesia yang dan juga menjadi andalan dalam eksport rumput laut di Indonesia.Terdapat 3 jenis yang dikembangkan oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) yaitu Euchema cottonii, Gracillaria sp., dan Caulerpa sp..Pada Euchema cottonii bila dilihat terdapat bagian mirip akar, batang dan daun menjadi satu berupa thallus.Euchema cottonii membutuhkan tingkat kecerahan yang sangat tinggi oleh karena itu Total Organic Matter (TOM) harus dibawah 50 mg/L maka dari itu biasanya Euchema cottonii ditemukan pada substat liat berlumpur.Tehnik budidaya Euchema cottonii baru berkembang sekitar 5 tahun yang lalu di Indonesia.Caulerpa sp. bila dilihat secara kasat mata dapat dibedakan masing-masing bagian mirip akar, batang dan daunnya.Alga jenis ini mampu hidup walaupun tingkat kecerahannya cenderung rendah karena masih mampu mentolerir Total Organic Matter senilai 100 mg/L.Caulerpa biasanya hidup di tempat bersubstrat lumpur berpasir maupun berliat.Tehnik budidaya Caulerpa baru ditemukan di Indonesia sekitar 3 tahun yang lalu.Gracillaria sp. bila dilihat secara kasat mata tidak memiliki akar dan juga batang serta daunnya menyatu sebagai thallus.Alga jenis ini bisa hidup walaupun Total Organic Matter-nya mencapai 200 mg/L oleh karena itu biasa dijumpai disubstrat lumpur berpasir. Di Indonesia, Gracillaria sudah ditemukan tehnik budidayanya sejak 14 tahun yang lalu. Semua rumput laut pada umumnya membutuhkan nutrisi dan salah satu nutrisi yang paling penting ialah nitrogen yang digunakan untuk proses fotosintesis serta perpindahan energinya. Dalam budidaya rumput laut ada beberapa tehnik yang bisa digunakan.Dalam tehnik apung atau floating terdapat longline dan rakit longline.Pada tehnik di dasar perairan atau bottom terdapat Net bottom dan total bottom.

4.2.2. Mikroalga4.2.2.1 Nitzschia sp.

(a)(b)Gambar 1. (a) gambar sample dan (b) gambar literature (algaebase.org)Kingdom: Chromista Phylum: Ochrophyta Class: Bacillariophyceae Order: Bacillariales Family: Bacillariaceae Genus: Nitzschia Species :Nitzschia sp.(Bold, 1976 dalamMarash,2010)Nitzschia adalah yang terbesar tunggal diatom genus dan salah satu yang paling umum, dengan spesies yang terjadi di lingkungan yang ekstrim seperti air organik tercemar. Nitzschia strain sigma dalam koleksi kultur diisolasi dari hiper Laut Aral saline. Data molekuler saat ini diperoleh untuk jenis Nitzschia palea dalam upaya untuk menentukan batas-batas spesies dalam kelompok ini. The Nitzschia fonticola strain menunjukkan sebuah penurunan seksualitas yang luar biasa dengan produksi pedogamous dari auxospores di gametangia tidak berpasangan. Di Nitzschia longissima sistem kawin heterotolik. Pengurangan eksperimental dari ukuran sel ini dimungkinkan dengan pembedahan memotong ujung sel dengan silet(Bold, 1976 dalamMarash,2010)

4.2.2.2 Ankyra sp.

(a)(b)Gambar 2. (a) gambar sample dan (b) gambar literature (algaebase.org)Kingdom:Plantae Phylum:Chlorophyta Class:Chlorophyceae Order:Chlorococcales Genus:Ankyra Species:Ankyra sp (algabase.org)Uniseluler, planktonik; sel tubuh berbentuk spindel, dengan kedua ujungnya tertarik keluar untuk proyeksi berduri memanjang, kloroplas tunggal seperti pelat dalam bentuk, dengan pyrenoid. pyrenoid kurang lebih sentral dikelilingi oleh selubung pati, yang kadang-kadang tidak jelas. Inti juga tidak mudah untuk membedakan, karena biasanya sebagian tertutup di lipatan kloroplas baik di depan atau belakang pyrenoid tersebut. Memperluas luar kloroplas di kedua ujung sel adalah zona granular. Rutenium merah juga diambil kuat oleh tubuh Golgi (Setiowati et,al.2007).

4.2.2.3 Oscillatoria sp.

(a)(b)Gambar 3. (a) gambar sample dan (b) gambar literature (algaebase.org)Kingdom:Bacteria Phylum:Cyanobacteria Class:Cyanophyceae Order:Nostocales Genus:Oscillatoriaceae Species:Ankyra sp (algabase.org)Oscillatoria merupakan golongan Cyanobacteria yang memiliki habitat hidup pada pH netral sampai basa (Prihantini dkk., 2008 dalam Karseno et al, 2013). Pigmen yang dimiliki Oscillatoria adalah fikobiliprotein. Fikobiliprotein adalah kelompok kecil dari kromoprotein yang diteliti. Kelas fikobiliprotein yang paling dikenal adalah allofikosianin, fikosianin, dan fikoeritrin. Ketiganya terbentuk dari dan sub unit protein (Romay dkk., 2003 dalam Karseno et al, 2013)

4.2.2.4 Microspora sp.

(a)(b)Gambar 4. (a) gambar sample dan (b) gambar literature (algaebase.org)Kingdom:Plantae Phylum:Chlorophyta Class:Chlorophyceae Order:Ulothricales Genus:Microspora Species:Microspora sp (algabase.org)filamen koloni tidak bercabang. Dinding selnya berebentuk seperti huruf H sehingga protoplasama berada dalam sambungan huruf H. Pada pembelahan sel terjadi pembentukan lapisan selulose tipis menyelubungi protoplasma anak yang disusul dengan penambahan tangan-tangan huruf-huruf H yang juga dari selulose. Kloroplas tidak memiliki pirenoidPerkembangbiakan aseksual dengan pembentukan 1, 2, 4, 8, atau 16 zoospora, yang akan terlepas dari sel induk karena putusnya sambungan fragmen H dinding sel, atau karena dinding sel induk mengalami gelatinasi dan seksual dengan membentuk aplanospora, bentuknya bulat dan hanya satu dalam setiap sel. Ditemukan di sungai yang deras hingga sungai sedang hingga dengan kualitas air yang baik (Setiowati et,al.2007).4.2.2.5 Carteria sp

(a)(b)Gambar 5. (a) gambar sample dan (b) gambar literature (algaebase.org)Kingdom: Plantae Phylum: Chlorophyta Class: Chlorophyceae Order: Volvocales Family: Chlamydomonas Genus: Carteria Spesies: Carteria sp (algabase.org)Sel kebanyakan secara radial simetris, kadang-kadang dorsiventrally diratakan; sel membentuk seperti telur bentuknya, berbentuk bola, membalikkan seperti telur bentuknya, silindris, chloroplast yang tunggal, secara sepihak dinding badan, asteroid, dilubangi, seperti jala dan berlekuk atau membubarkan ke dalam potongan yang kecil; pyrenoid menyajikan, eyespot menyajikan, inti kurang lebih pusat; contractile vacuoles, dua atau empat, secara di depan menempatkan; reproduksi tidak berkelamin oleh 2-8 zoospores; reproduksi seksual isogamous, anisogamous, di satu jenis oogamous; peleburan seksual dari isogametes diaktipkan oleh flagellar perpaduan dan dinding sel lysis (Setiowati et,al.2007).

4.2.2.6 Chlamydomonas sp.

(a)(b)Gambar 6. (a) gambar sample dan (b) gambar literature (algaebase.org)Kingdom: Plantae Phylum : Chlorophyta Class: Chlorophyceae Order: Volvocales Family : Chlamydomonadaceae Genus :Chlamydomonas Spesies: Chlamydomonas sp(algabase.org)Merupakan alaga hijau uniseluler yang berflagela. Berukuran antara 3-30 mikrometer, sering di temukan di air tawar yang tergenang. Selnya berbentuk menyerupai bola agak lonjong dengan dinding sel dari bahan selulosa. Dua flagella muncul dari ujung depan sel. Mempunyai kloroplas tunggal berbentuk mangkuk yang hamper mengisi seluruh ruangan di dalam sel. Satu atau beberapa butir pirenoid di temukan di dalam sitoplasma. Chlamydomonas mempunyai bintik mata yang mengandung pigmen kemerahan terletak di pangkal flagella yang disebut stigma, bintik mata ini peka terhadap cahaya. Vakuola kontraktil terletak didekat flagella yang berguna untuk mengeluarkan kelebihan air guna menjaga kestabilan tekanan osmotis (Setiowati et,al.2007).

4.2.2.7 Pleodorina sp.

(a)(b)Gambar 7. (a) gambar sample dan (b) gambar literature (algaebase.org)Kingdom:Viridiplantae Phylum: Chlorophyta Class: Chlorophyceae Order: Chlamydomonadales Family: Volvocaceae Genus: Pleodorina Spesies: Pleodorina sp (algabase.org)Sel bola ke dalam bentuk bulat telur. Sel vegetatif dengan kloroplas berbentuk cangkir mengandung satu pyrenoid; sebuah eyespot anterior besar; dua silia panjang yang sama dengan dua vakuola kontraktil . Sel reproduksi pada awalnya seperti sel vegetatif, kemudian dengan kloroplas lebih besar yang akhirnya mengandung beberapa pyrenoids. eyespot dan silia sel reproduksi menghilang ketika mereka dewasa kolonial dan tidak terhubung dengan untaian sitoplasma (http://cfb.unh.edu/).

4.2.2.8 Mongeotia sp.

(a)(b)Gambar 8. (a) gambar sample dan (b) gambar literature (algaebase.org)Kingdom: Plantae Phylum: Charophyta Class: Conjugatophyceae Order: Zygnematales Family: Zygnemataceae Genus: Mougeotia Spesies: Mougeotia sp (algabase.org)Thalli bercabang, membentuk gelendong luas terjalinnya filamen uniseriate. Sel silinder, 5 sampai 30 m. sel dinding dua lapis dengan selulosa pada bagian dalam lapisan luar yaitu lendir. Kromosom (n = 24-92) biasanya kecil dan dotlike (