BAB 1 PTK

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari evaluasi setelah proses pembelajaran dilakukan. Menurut Winkel (1991:28) belajar adalah bukti keberhasilan dan usaha yang dilakukan serta merupakan kecakapan yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka. Selanjutnya Soemantri (2001:1) hasil belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar. Guru biasanya mengungkapnya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan. Pada dunia pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu yang dinyatakan dengan angka. Hasil belajar yang harus dicapai siswa pada mata pelajaran produktif atau standar kompetensi kejuruan di SMK terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar mata pelajaran produktif ini di SMK

Transcript of BAB 1 PTK

Page 1: BAB 1 PTK

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari evaluasi setelah

proses pembelajaran dilakukan. Menurut Winkel (1991:28) belajar adalah bukti

keberhasilan dan usaha yang dilakukan serta merupakan kecakapan yang diperoleh

melalui kegiatan pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka.

Selanjutnya Soemantri (2001:1) hasil belajar merupakan suatu indikator dari

perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar. Guru

biasanya mengungkapnya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan. Pada

dunia pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh

siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu yang dinyatakan dengan angka.

Hasil belajar yang harus dicapai siswa pada mata pelajaran produktif atau

standar kompetensi kejuruan di SMK terdiri dari pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Hasil belajar mata pelajaran produktif ini di SMK Negeri 1 Kinali

masih perlu ditingkatkan karena belum sesuai dengan harapan. Salah satu mata

pelajarannya adalah Memahami Prinsip Pembuatan Master (MPPM) , dimana setelah

dilaksanakan ulangan harian teori ketuntasan siswa secara klasikal hanya mencapai

30 % . Nilai ketuntasan minimal setiap individu yang harus dicapai (kkm) adalah 75

sedangkan ketuntasan klasikal minimal 80%. Hasil belajar siswa ini masih jauh dari

tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai pendidikan yang bermutu.

Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa merupakan masalah penting yang

harus dicarikan solusinya dan perlu penanganan khusus. Guru harus mampu

mencarikan solusi agar masalah ini dapat segera diatasi. Jika masalah tersebut tidak

Page 2: BAB 1 PTK

segera diatasi dikuatirkan dapat menpengaruhi mutu pendidikan di SMK Negeri 1

Kinali.

Metode pembelajaran yang dilakukan pada mata pelajaran MPPM bervariasi

diantaranya ceramah, tanya jawab, demontrasi. Variasi ini bertujuan untuk

menunjang proses pembelajaran. Pada saat dilakukan tanya jawab selama

pembelajaran, hampir semua siswa sudah paham mengenai materi yang disampaikan.

Tetapi seminggu atau dua minggu kemudian bila ujian harian yang dilaksanakan

hasilnya rendah atau banyak siswa yang tidak tuntas (nilai dibawah kkm = <75).

Pada saat ujian banyak siswa yang gelisah, melamun, menunggu kesempatan untuk

meminta jawaban dari teman, bahkan setelah dilakukan wawancara dengan siswa

yang tidak tuntas banyak yang menjawab tidak melakukan pengulangan belajar di

1rumah karena hanya mengharapkan jawaban ujian dari teman. Kenyataan inilah

yang mendorong penulis untuk melakukan Penelitian Tidakan Kelas ,yaitu dengan

penerapan ujian harian dengan tes lisan agar tercapainya peningkatan hasil belajar

siswa untuk mata pelajaran MPPM.

Melalui penerapan tes lisan pada mata pelajaran MPPM siswa diwajibkan

menguasai materi pelajaran, karena harus menjawab soal dari kemampuan sendiri

dan tidak bisa mengharapkan jawaban dari teman. Siswa diharapkan termotivasi

untuk melakukan pengulangan belajar karena jawaban yang diberikan siswa sesuai

dengan usaha, kemampuan dan berdasarkan pengalaman belajarnya sendiri. Melalui

tes lisan guru juga akan lebih mengenal kemampuan, kebiasaan belajar, kelemahan-

kelemahan yang menghambat pembelajaran dan mengetahui karakter masing masing

siswa yang bermanfaat bagi guru dalam proses pembelajaran. Selain itu penerapan

tes lisan juga dapat menanamkan sifat (karakter) jujur pada siswa untuk mencapai

masa depan yang sukses apapun nanti profesinya.

Page 3: BAB 1 PTK

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengidentifikasi masalah yang ada

sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa rendah

2. Siswa tidak mengulang pelajaran di rumah

3. Waktu ulangan siswa mengharapkan jawaban dari teman

4. Suasana kelas saat ujian kurang kondusif

5. Kemampuan siswa yang sesungguhnya kurang terukur oleh guru

6. Apakah tes lisan dapat membuat siswa termotivasi menguasai materi pelajaran

MPPM

7. Apakah dengan tes lisan pada mata pelajaran MPPM dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah peneliti membatasi masalah pada penelitian ini

hanya pada hasil belajar siswa yang rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Apakah Penerapan Tes lisan dapat Meningkatkan Hasil Belajar

Siwa Kelas X TAV 1 pada Mata Pelajaran MPPM “.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan tes lisan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TAV 1 mata pelajaran MPPM.

Page 4: BAB 1 PTK

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Meningkatkan hasil belajar bagi siswa khususnya pada pelajaran teori Memahami

Prinsip Pembuatan Master.

2. Memotivasi siswa untuk mencapai hasil belajar melalui usaha sendiri

3. Menanamkan sifat (karakter) jujur pada siswa yang berguna untuk mencapai

sukses yang bertahan dalam persaingan hidup dimasa depan

4. Memberikan masukan kepada penulis agar siswa dapat mencapai hasil belajar

yang optimal dalam proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Kinali

5. Pengembangan diri bagi penulis untuk belajar terus sehingga dapat lebih

meningkatkan kemampuan membantu siswa untuk mencapai hasil pembelajaran.

6. Memberikan masukan kepada SMK Negeri 1 Kinali dalam usaha meningkatkan

kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.

Page 5: BAB 1 PTK

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TENTANG HASIL BELAJAR

1. Definisi Belajar

Sebelum membicarakan pengertian hasil belajar, terlebih dahulu akan

dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan

mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya,

namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang

yang belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.

Beberapa pendapat dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar

sebagai berikut: Sntrock dan Yussen (sugihartono,2007:74) mengemukakan

bahwa belajar merupakan sebagai perubahan yang relatif permanen karena

adanya pengalaman. Sugihartono (2007:74) mengemukakan bahwa belajar

suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi iidu dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Morgan (Ngalim

Purwanto, 2002:84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang

relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan

atau pengalaman.

Skinner ( Dimyanti dan Mudjiono, 2006 : 9) mengemukakan belajar adalah

suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik,

sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

Gagne (dimyati dan Mujiono, 2006:10) mengemukakan belajar merupakan

kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah orang belajar

orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.

Page 6: BAB 1 PTK

Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas tentang defenisi belajar adalah

belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perobahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dan tidak bisa diwakilkan dalam interaksi dengan

lingkungannya. Semakin sering dilakukan pengulangan belajar maka hasilnya

akan lebih menetap.

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh cara belajar siswa itu sendiri.

Muhabbibin Syah (2003:144) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi

belajar siswa yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar.

a. Faktor internal

Faktor dari dalam yaitu faktor faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang

berasal dari siswa. Faktor dari dalam (internal) meliputi dua aspek, fisiologi

dan psikologis.

1. Kondisi fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum

dan kondisi panca indra.

2. Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat,

motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.

b. Faktor Eksternal

Faktor ekternal atauu faktor dari luar yaitu faktor faktor yang berasal dari

luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor faktor ini

meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

1. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia attau sesama

manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung

Page 7: BAB 1 PTK

hadir. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini

dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah, sekolah dan masyarakat.

2. Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu, belajar, cuaca,

lokasi gedung sekolah dan alat alat pembelajaran.

c. Faktor pendekatan yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi belajar,

model dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan pembelajaran

materi materi pelajaran.

Dengan demikian guru harus memperhatikan perbedaan individu dalam

memberikan pelajaran kepada mereka, supaya dapat menangani siswa sesuai

dengan kondisinya untuk menunjang keberhasilan belajar. Hal tersebut

disebabkan faktor faktor yang mempengaruhi belajar siswa satu dengan yang

lainnya berbeda. Guru harusnya bisa memfasilitasi, mendesain, membantu agar

siswa mau belajar , karena belajar harus dari pengalaman sendiri

3. Hasil Belajar

Setelah membahas pengerian belajar dan faktor yang mempengaruhinya,

maka akan dikemukakan apa itu hasil belajar. Nana Sudjana (2005 : 5)

menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar

mengajar . Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Suratinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan hasil belajar adalah

penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,

angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah

dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.Syaiful Bahri Djamarah (1996 :

Page 8: BAB 1 PTK

23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan

kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

aktifitas dalam belajar. Selanjutnya Eko Putro Widoyoko (2009:1)

mengemukakan bahwa hasil belajar terkai dengan pengukuran , kemudian akan

terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik itu menggunakan tes dan non

tes.

Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010:22-31) mengemukakan secara

garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah

afektif dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif

tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tinngkat tinggi .

Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

1. Pengetahuan

2. Pemahaman

3. Aplikasi

4. Analisis

5. Sintetis

6. Evaluasi

Tohirin (2006:155) mengungkapkan seseorang yang berubah tingkat

kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pada sikap dan

perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007:121 ) mengungkapakan ranah kognitif

pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah ingatan, pemahaman dan aplikasi.

Page 9: BAB 1 PTK

Sedangkan untuk analisis, sintetis, baru dapat dilatih di SLTP dan SMU,

Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang ada.

Pengetahuan dan ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah

misalnya mengingat rumus, istilah, nama- nama tokoh atau nama nama kota.

Kemudian pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada

pengetahuan misalnya memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau

menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Sedangkan aplikasi adalah

penggunaan abtraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Menerapkan

abtraksi yaitu ide, teori atau petunjuk teknis kedalam situasi baru disebut

aplikasi.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang

mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu meengingat,

sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk

menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, model atau

prosedur yang dipelajari untuk mengungkapkan tentang kegiatan mecahkan

masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah mengungkapkan

tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai

ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adala nilai hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor yang diperoleh sebagai nilai akibat usaha atau aktifitas

kegiatan belajar dan dinilai dalam peride tertentu. Perubahan setelah belajar

adalah peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari yang sebelumnya .

Penulis membatasi hasil belajar pada penelitan ini adalah kemampuan siswa

Page 10: BAB 1 PTK

memahami teori dari materi pelajaran MPPM yang dibuktikan kemampuan

menjawab soal-soal relevan dengan menggunakan tes lisan.

B. TINJAUAN TENTANG EVALUASI HASIL BELAJAR

1. Teknik Evaluasi Hasil Belajar

Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau proses

untuk menentukan nilai dari sesuatu ( Nurkanca dan Sunartana,1990: 1). Selain

itu Rasyid dan Mansyur (2008:3) mendefinisikan evaluasi adalah

mengumpulkan informasi untukmengetahuii pencapaian belajar kelas atau

kelompok. Melalui evaluasi guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar,

minat dan keperibadian siswa. Yang lebih penting lagi hasil evaluasi diharapkan

dapat mendorong dapat mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan

mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Jadi evaluasi memberikan informasi

bagi kelas dan pendidik untuk meningkatkan proses belajar mengajar.

Menurut pendapat Hamalik (2006:159) evaluasi hasil belajar adalah

keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),

pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang

tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan

belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Dalam KKBI, teknik diartikan sebagai sebuah model atau sistem

mengerjakan sesuatu. Akan tetapi, istilah teknik dapat juga diartikan sebagai

alat. Jadi dalam istilah teknik evaluasi hasil belajar terkandung arti alat-alat

(yang digunakan dalam rangka melakukan) evaluasi hasil belajar. Sedangkan

Page 11: BAB 1 PTK

yang dimaksud evaluasi hasil belajar adalah cara yang digunakan oleh guru

dalam mengevaluasi hasil belajar mengajar.

Untuk mendapatkan hasil belajar siswa diperlukan alat evaluasi. Menurut

Arikunto (2002:31) terdapat dua alat evaluasi yakni teknik tes dan non tes.

Dengan menggunakan teknik tes evaluasi hasil belajar dilakukan dengan

menguji siswa. Sebaliknya denganteknik non tes evaluasi hasil belajar dilakukan

tanpa menguji peserta didik.

2. Teknik Lisan sebagai salah satu bentuk tes

a. Pengertian Tes

Tes adalah suatu cara mengdakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau

serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak

sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak

tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak anak

lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana dan sunartana,

1990 : 34).

Pendapat lain dikemukakan oleh Rasyid dan Mansur (2008:11), bahwa

tes merupakan salah satu cara menaksir besarnya tingkat kemampuan manusia

secara langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap sejumlah stimulus

atau pertanyaan. Oleh karena itu agar diperoleh informasi yang akurat

dibutuhkan tes yang handal.

Teknis tes menurut Arikunto (2002:32) adalah suatu alat atau prosedur

yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-

Page 12: BAB 1 PTK

keterangan yang diinginkan seseorang dengan cara yang boleh dikatakan cepat

dan tepat.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah

suatu cara, prosedur atau alat yang sistematis dan objektif untuk mengevaluasi

tingkah laku (kognitif, afektif dan psikomotor) siswa atau sekelompok siswa

berdasarkan nilai standar yang ditetapkan.

Dalam kaitannya dengan rumusan tersebut, sebagai alat evaluasi hasil

belajar tes minimal mempunyai dua fungsi yaitu:

1. Mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat

pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu; dan

2. Menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam kelompok, tentang

penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.

b. Tes Lisan ( Oral Tes)

Menurut Sujana ( 2008:35), tes hasil belajar dapat dibagi menjadi 2 jenis

yaitu tes lisan dan tes tertulis. Tes lisan adalah suatu bentuk tes yang menuntut

jawaban dari siswa dalam bentuk bahasa lisan. Siswa akan mengucapkan

jawaban dengan kata katanya sendiri sesuai dengan pernyataan ataupun

perintah yang diberikan. Tes lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf

siswa untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif yaitu pengetahuan dan

pemahaman. Tes lisan dapat berupa individual dan kelompok. Tes individual

yaitu suatu tes yang diberikan kepada kelompok siswa bersamaan. Jadi teknik

evaluasi lisan adalah cara pelaksanaannya dengan tanya jawab secara langsung

antara bahasa didik dan peserta didik. Thoha (2003 : 61) menjelaskan bahwa

Page 13: BAB 1 PTK

tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya

menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara bertannya, tes lisan

ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Tes lisan bebas, yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada siswa tanpa

menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis;

2. Tes lisan bepedoman, yaitu pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang

apa yang akan ditanyatakan kepada peserta didik.

Secara umum tes lisan memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tes

lisan adalah :

1. Menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap,

serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.

2. Bagi siswa yang kemampuan berfikirnya relatif lambat sehingga sering

mengalami kesukaran dalam memahami pertanyaan soal, tes ini dapat

membantu sebab siswa dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan

yang dimaksud.

3. Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik

4. Meminimalkan terjadinya penyontekan sehingga menanamkan sifat jujur

pada siswa.

5. Siswa dapat mengemukakan argumentasi

6. Mengevaluasi kemampuan penalaran dan kemampuan berbahasa lisan

7. Ujian dapat luas dan mendalam

Page 14: BAB 1 PTK

Kelemahan tes lisan adalah:

1. Subjektif pendidik sering mencemari hasil tes

2. Waktu yang pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama

3. Jiika siswa memiliki sikap gugup dapat mengganggu kelancaran menjawab,

4. Sangat memungkinkan ketidak adilan

C. Perancangan Tes Lisan

Nurkanca, dkk (1986 : 60) menjelaskan bahwa hal hal yang perlu mendapat

perhatian dalam pelaksanaan tes lisan antara lain adalah:

1. Pertahankanlah situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan. Guru harus tetap

menyadari bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan gambaran

tentang prestasi belajar yang dicapai oleh murid-murid.

2. Janganlah guru membentak-bentak seorang murid karena murid tersebut

memberikan jawaban yang kurang relevan.

3. Jangan pula ada kecendrungan untuk membantu seorang siswa yang sedang di

tes dengan memberikan kunci-kunci tertentu karena merasa kasihan ataupun

simpati pada siswa tersebut. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip

evaluasi terhadap murid karena guru bertindak tidak adil terhadap murid

yang lain.

4. Siapkan terlebih dahulu suatu rencana pertanyaan serta score jawaban yang

diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini untuk menjaga agar guru jangan

sampai terkecoh oleh jawaban yang ngelantur dari murid murid.

Page 15: BAB 1 PTK

d. Pelaksanaan Tes Lisan

Tata cara pelaksanaan tes lisan adalah sebagai berikut:

1. Langsung kepada individu

2. Menyebar kepada semua siswa

3. Guru bertanya, siswa diberi waktu untuk menjawab

4. Balikan, pertanyaan siswa dijawab guru selanjutnya guru bertanya lagi kepada

siswa yang bertanya

5. Terusan, pertanyaan peserta dibalikkan untuk dijawab oleh peserta lainnya.

Manfaat pertanyaan dengan teslisan adalah sebagai berikut

1. Mengembangkan pemahaman siswa

2. Mengembangkan kemampuan berfikir dan membuat keputusan

3. Mengaktifkan kedua belah pihak guru dan siswa

4. Menghindari kecurangan.

Adapun pengembangan tes lisan pada dasarnya sama dengan tes uraian.

Perbedaanya selain dengan pelaksanaanya juga keragaman dari aitem yang diberikan

kepada responden. Pada tes uraian satu aitem untuk seluruh responden, sementara

pada tes lisan satu format aitem hanya dapat diberikan pada seorang responden.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan aitem tes lisan adalah

sebagai berikut :

1. Buatlah format aitem dengan beberapa kemungkinan jawaban serta bobot dan

skornya. Sebagai contoh dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 16: BAB 1 PTK

Tabel : Format Aitem Tes Lisan

No Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

1.

2.

3.

2. Siapkan beberapa format aitem yang paralel untuk beberapa orang responden,

3. Untuk memenuhi persyaratan parallel maka setiap aitem harus memiliki isi, derajat

kesukaran, dan waktu untuk menjawab yang sama.

4. Dalam mengajukan pertanyaan penguji dapat melakukan pendalaman untuk

mengetahui tingkat penguasaan yang sebenarnya.

D. Kerangka Berfikir

Page 17: BAB 1 PTK

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kinali yang terletak dijalan

Tengku Umar kilometer 1 Kapundung Kinali Pasaman Barat. Penelitian ini

dilakukan pada siswa kelas X TAV 1 SMK Negeri 1 Kinali yang berjumlah 30

orang . Penelitian dilakukan dengan sistem siklus satu siklus terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Refleksi dilakukan

diakhir siklus. Refleksi dilakukan diakhir siklus untuk melihat ketercapaian tujuan

penelitian . Jika tujuan tercapai penelitian ini dilakuakan dengan duasiklus saja,

kalau belum tercapai maka dilanjutkan kesiklus berikutnya, dengan tahapan seperti

siklus satu.

B. Tahapan Tahapan Penelitian

Siklus 1

1. Perencanaan

Persiapan, guru menyusun RPP, persiapan bahan ajar, persiapan test yang akan

diberikan pada siswa setelah PBM berlangsung

2. Pelaksanaan Tindakan

Penyajian materi ajar sesuai RPP, pelaksanaan Ujian Harian dengan tes lisan.

Masing- masing siswa di panggil, dan berpedoman kepada soal yang sudah

dipersiapkan . Kegiatan siswa yang lain yang belum mendapat panggilan bisa

melanjutkan peraktek bergiliran.

Page 18: BAB 1 PTK

3. Observasi

Kegiatan ini di observasi dan dibuat catatan kegiatan apa kelemahan, hambatan-

hambatan, kelebihan yang terjadi untuk mencapai tujuan penelitian.

4. Refleksi

Pada tahap ini hasil evaluasi yang dilakukan dengan tes lisan menjadi

pertimbangan untuk masuk kesiklus selanjutnya. Hasil tes lisan menjadi bahan

pertimbangan, apakah hasil penelitian ini sudah mencapai hasil dimana 80%

siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan kkm 75. Nilai rata- rata klasikal

sudah diatas nilai kkm. Jika belum tercapai dilanjutkan ke siklus berikutnya.

C. Data dan Teknik Analisa Data

1. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah hasil dari tes lisan kelas X TAV 1 pada

mata pelajaran MPPM.

2. Cara pengambilan data

Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah siswa melakukan tes lisan

dan nilai yang diperoleh siswa merupakan data yang akan diolah.

3. Teknik Analisa data

Data dianalisa untuk menentukan pencapaian hasil penelitian ini dengan

persamaan berikut ini:

Page 19: BAB 1 PTK

a. Nilai rata-rata klasikal = Jumlah nilai siswa Jumlah siswa

b. % ketuntasan siswa = Jumlah siswa yang tuntas Jumlah seluruh siswa