Proposal ptk.1
-
Upload
philip-dewi -
Category
Documents
-
view
9.323 -
download
3
description
Transcript of Proposal ptk.1
UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN KEMAMPUAN
MEMBACA PERMULAAN DENGAN PEMANFAATAN BUKU
CERITA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS 1 SDN
MAOSPATI 3 KABUPATEN MAGETAN
TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh:
PHILIP FATMA DEWI
NPM. 09141164
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas
sering dijumpai masalah, antara lain cara mengajar guru yang menganggap
siswa hanya sebuah benda yang hanya dapat menerima pelajaran dari
gurunya saja. Selain sangat banyaknya bahan pelajaran yang harus
dipelajari oleh siswa, guru juga kurang terbiasa menggunakan media-
media pembelajaran yang bervariasi.
Padahal seorang guru harus kreatif dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran, baik itu dari segi materi, metode maupun media yang
digunakan harus menarik agar dapat menarik minat siswa untuk giat dalam
belajar di sekolah, khususnya di dalam kelas.
Di samping itu, kesulitan anak dalam berbahasa juga menjadi suatu
masalah yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan, karena seperti
yang telah kita ketahui bahwa bahasa adalah dasar komunikasi utama pada
manusia. Jika anak mengalami kesulitan dalam berbahasa, maka akan
mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep atau dalam
mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
Bahasa juga merupakan alat utama dalam belajar membaca. Oleh
karena itu, kesulitan dalam bahasa akan menyebabkan kesulitan dalam
memproses belajar mengajar terutama dalam belajar membaca, karena
pembelajaran membaca merupakan bagian dari pembelajaran bahasa.
Dalam proses belajar-mengajar di kelas guru memegang peranan
yang sangat penting. Para siswa tetap memerlukan bimbingan dan arahan
untuk dapat belajar dengan baik. Selain itu, media pembelajaran yang
bervariasi dapat membantu siswa mengembalikan semangat belajarnya. Di
samping itu, media pembelajaran yang bervariasi membuat para siswa
tertarik dan tertantang untuk mengikuti proses pembelajaran tanpa
membuat siswa tersebut jenuh dan bosan dalam mengikuti proses balajar-
mengajar tersebut. Oleh karena itu, variasi media pembelajaran di sekolah
dasar sangat diperlukan, apalagi keadaan siswa sekolah dasar yang pola
pikirnya masih bersifat konkret dan masih senang bermain, sangat cocok
diterapkan media pembelajaran yang bervariasi. Para guru hendaknya
membuat pembelajaran jadi bermakna dan buatlah semua siswa aktif
dalam mengikuti proses belajar-mengajar, jangan gurunya saja yang aktif
dalam proses pembelajaran.
Media buku cerita bergambar sangat cocok untuk diterapkan pada
siswa kelas 1 sekolah dasar dalam upaya meningkatkan kemampuan
membaca permulaan, karena pelajaran membaca permulaan di kelas 1
sekolah dasar merupakan awal siswa mengenal simbol-simbol dan
mengalihkodekannya menjadi bermakna. Ketika anak tidak dapat
melakukannya, maka proses pembelajaran akan terhambat. Membaca
merupakan syarat utama dalam pembelajaran yang harus dipenuhi.
Menurut teori Piaget (dalam Syamsudin, 2001:102), anak usia
sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Hal ini menunjukkan
bahwa anak sangat menyukai benda-benda yang nyata. Di samping itu,
anak juga memiliki daya fantasi yang sangat tinggi. Berdasarkan asumsi
tersebut, agar lebih menarik dan menumbuhkan motivasi anak terhadap
sesuatu hal, diperlukan media yang dapat menyalurkan imajinasi yang
kreatif pada anak.
Salah satu media yang dapat dimanfaatkan diantaranya adalah media
buku cerita bergambar. Dengan buku cerita bergambar kita dapat
membantu mempermudah anak untuk menuangkan gagasan-gagasannya
ke dalam bentuk bahasa karena gambar akan memberikan inspirasi dan
motivasi yang sangat tinggi kepada siswa untuk melakukan proses
pembelajaran terutama dalam megajarkan membaca permulaan. Jika
kesulitan belajar berbahasa khususnya belajar membaca permulaan
dibiarkan begitu saja tanpa adanya tindak lanjut maka akan banyak siswa
yang berkesulitan membaca.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar bahasa siswa mungkin berkaitan dengan
kemampuan membaca siswa. Terkait dengan ini muncul pertanyaan
apakah semakin tinggi kemampuan membaca siswa dalam pembelajaran
bahasa, maka semakin tinggi pula hasil belajar bahasanya
2. Rendahnya minat belajar bahasa siswa mungkin berkaitan dengan kurang
inovatifnya penggunaan media pembelajaran. Terkait dengan ini muncul
pertanyaan apakah semakin inovatif penggunaan media pembelajaran
dalam belajar bahasa, maka semakin tinggi pula minat belajar bahasanya.
3. Salah satu faktor yang mungkin juga menjadi penyebab rendahnya hasil
bahasa siswa adalah model pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Terkait dengan ini muncul pertanyaan apakah jika guru menggunakan
model pembelajaran yang menyenangkan dalam belajar bahasa, maka hasil
belajar bahasa siswa akan lebih baik.
C. Pemilihan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, peneliti hanya akan memilih masalah
nomor satu dan dua, yaitu yang berkaitan dengan masalah kemampuan
membaca siswa serta minat siswa dalam pembelajaran bahasa.
D. Pembatasan Masalah
Agar penelitian dapat lebih terarah, maka permasalahan dibatasi pada
eksperimentasi penggunaan media Buku Cerita Bergambar dalam
pembelajaran membaca permulaan anak tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten
Magetan.
Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil
belajar membaca permulaan antara siswa yang diberi perlakuan dengan
menggunakan media Buku Cerita Bergambar dan tidak menggunakan media,
dengan demikian media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar membaca permulaan siswa.
Begitu juga dengan minat siswa, peneliti ingin mengetahui apakah
terdapat perbedaan minat siswa antara siswa yang diberi perlakuan dengan
menggunakan media Buku Cerita Bergambar dan tidak menggunakan media,
dengan demikian media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi minat siswa dalam membaca. Disamping itu, peneliti juga
ingin mengetahui apakah ada hubungan antara media terhadap minat dan
kemampuan membaca permulaan siswa.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan upaya meningkatkan minat dan kemampuan
membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada
siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013?
2. Bagaimana pelaksanaan peningkatkan minat dan kemampuan membaca
permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada siswa kelas 1
SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013?
3. Bagaimana hasil dari upaya meningkatkan minat dan kemampuan
membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada
siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diutarakan di atas, maka tujuan
penelitian ini secara umum yaitu untuk mendapatkan informasi atau
gambaran tentang keefektifan pembelajaran matematika dengan penggunaan
media Software Interaktif.
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Bagaimana perencanaan upaya meningkatkan minat dan kemampuan
membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada
siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Bagaimana pelaksanaan peningkatkan minat dan kemampuan membaca
permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada siswa kelas 1
SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013.
3. Bagaimana hasil dari upaya meningkatkan minat dan kemampuan
membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada
siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013.
G. Manfaat Penelitian
Hasil peneitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan khususnya dalam pembelajaran bahasa. Adapun kegunaannya
adalah:
a. Memberikan masukkan kepada guru di sekolah tempat penelitian ini
yang dapat digunakan sebagai upaya peningkatan proses
pembelajaran.
b. Memberikan sumbangan penelitian dalam bidang pendidikan yang
ada kaitannya dengan masalah upaya peningkatan proses
pembelajaran.
2. Dilihat dari segi praktis
Hasil-hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat dari segi praktis,
yaitu:
Guru:
a. Memberikan masukan tentang upaya peningkatan kualitas belajar
dan hasil belajar siswa terutama dalam membaca permulaan serta
menambah wawasan dan pengetahuan kepada guru dalam
mengatasi permasalahan yang timbul dalam kegiatan belajar
mengajar..
b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penggunaan
media buku cerita bergambar dalam peningkatan kemampuan
membaca permulaan siswa di sekolah dasar, dengan demikian kita
sebagai pendidik dapat menggunakan media tersebut pada saat kita
mengajar.
Siswa:
a. Diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang baru
kepada siswa dan memberikan pemahaman bahwa belajar itu tidak
membosankan tetapi menyenangkan sehingga tumbuh minat untuk
belajar dengan sungguh-sungguh dalam benak siswa.
Sekolah:
a. Diharapkan dapat memberikan masukan yang positif bagi Sekolah
sehingga Sekolah dapat memperbaiki kualitas setiap siswa lulusan
sekolah tersebut.
b. Diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran dalam pelaksanaan pendidikan
di Sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Membaca Permulaan
a. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa
tulis yang bersifat reseptif karena dengan membaca, seseorang
akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu pengetahuan serta
pengalaman-pengalaman yang bersifat baru. Semua yang diperoleh
melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu
mempertinggi pemikiran dan wawasannya dan memperluas
pandangannya, karena membaca adalah jendela dunia. Membaca
juga merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-
hari. Kegiatan membaca setiap saat dilakukan oleh individu. Di era
global banyak informasi-informasi disampaikan melalui media-
media elektronik maupun media cetak, dengan demikian
kemampuan membaca merupakan kemampuan dasar yang penting
yang harus dimiliki oleh individu, oleh karena itu pembelajaran
membaca di sekolah mempunyai peranan yang sangat penting.
Usia siswa kelas 1 Sekolah Dasar berkisar antara 6-7 tahun.
Dimana pada usia ini, anak mulai diajarkan membaca secara
formal. Pada usia 6-7 tahun inilah siswa mulai dapat belajar
membaca dengan baik, karena siswa telah memiliki kematangan
dalam berpikir dan memiliki kesiapan membaca yang lebih baik
dibandingkan dengan anak yang berusia 4-5 tahun.
Pembelajaran membaca di kelas rendah merupakan
pembelajaran membaca tahap awal, kemampuan membaca yang
diperoleh dikelas rendah terutama di kelas 1 sekolah dasar akan
menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas-kelas berikutnya
dan membaca di jenjang tersebut akrab dikenal sebagai membaca
permulaan.
Membaca permulaan adalah salah satu aspek keterampilan
bahasa yang diperuntukan bagi siswa kelas awal. Akhadiah (dalam
Resmini, 2006:108) mengemukakan bahwa permulaan membaca
hanya berlangsung dua tahun, yaitu kelas 1 dan kelas 2 sekolah
dasar. Bagi siswa kelas 1 dan kelas 2 tersebut, membaca
merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis.
Melalui tulisan itulah siswa dituntut untuk dapat memahami
dan menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut.
Namun, pengucapan kata secara tepat hanya akan tercapai jika
pengenalan bunyi itu dapat membangkitkan makna sebagaimana
halnya dalam penggunaan bahasa lisan. Selain itu, latar belakang
pengalaman siswa juga akan mempengaruhi. Siswa yang memiliki
banyak pengalaman akan lebih mudah dalam mengembangkan
pemahaman kosakata dan konsep yang didapatkannya dalam teks
bacaan. Burns, Roe dan Rose (dalam Resmini, 2006:108).
Pada tahap membaca permulaan siswa mulai diperkenalkan
dengan berbagai simbol huruf, mulai dari simbol huruf /a/ sampai
dengan /z/. Mercer (dalam Abdurrahman, 1999:204)
mengidentifikasikan bahwa ada 4 kelompok karakteristik siswa
yang kurang mampu membaca permulaan, yaitu dilihat dari: (1).
Kebiasaan membaca. (2). Kekeliruan mengenal kata. (3).
Kekeliruan pemahaman, dan (4). Gejala-gejala lainnya yang
beraneka ragam. Siswa yang sulit membaca, sering
memperlihatkan kebiasaan dan tingkah laku yang tidak wajar.
Gejala-gejala gerakannya penuh ketegangan seperti: (1).
Mengernyitkan kening. (2). Gelisah. (3). Irama suara meninggi.
(4). Menggigit bibir. (5). Adanya perasaan tidak aman yang
ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau
mencoba melawan guru.
Gejala-gejala tersebut muncul akibat dari kesulitan siswa
dalam membaca. Indikator kesulitan siswa dalam membaca
permulaan, antara lain: (1). Siswa tidak mengenali huruf. (2).
Siswa sulit membedakan huruf. (3). Siswa kurang yakin dengan
huruf yang dibacanya itu benar. (4). Siswa tidak mengetahui
makna kata atau kalimat yang dibacanya.
Pemahaman dalam membaca permulaan, disisi lain hanya
menuntut siswa untuk mampu melafalkan lambang-lambang bunyi
dan memahami makna bacaan secara sederhana. Menurut Ellis
(dalam Resmini, 2006:109) pusat perhatian membaca permulaan
adalah membantu siswa untuk belajar membaca. Maka
pembelajaran membaca permulaan di kelas 1, siswa lebih banyak
dituntut untuk melafalkan lambang bunyi bahasa tulis daripada
untuk memahami dan menafsirkan isi bacaan.
Pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar bertujuan
agar siswa mengenal dan menguasai sistem tulisan sehingga
mereka dapat membaca dengan menggunakan sistem tersebut.
Siswa sekolah dasar harus mampu membaca dengan tepat.
Ketepatan membaca permulaan sangat dipengaruhi oleh keaktifan
dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I sekolah dasar.
Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan
belajar mengajar ditentukan oleh penguasaan kemampuan
membaca mereka. Banyak pakar pendidikan mencari solusi
bagaimana cara memperbaiki pembelajaran kemampuan membaca
permulaan. Belajar membaca permulaan sebaiknya dilakukan
melalui gambar-gambar dengan kata-kata sederhana.
b. Tujuan Membaca Permulaan
Pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar bertujuan
agar siswa mengenal dan menguasai sistem tulisan sehingga
mereka dapat membaca dengan menggunakan sistem tersebut.
Adapun tujuan lain dari membaca permulaan adalah untuk
membangkitkan, membina dan memupuk minat anak untuk
membaca. Siswa sekolah dasar harus mampu membaca dengan
tepat. Ketepatan membaca permulaan sangat dipengaruhi oleh
keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I SD.
Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar
mengajar ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca
mereka. Banyak pakar pendidikan mencari solusi bagaimana cara
memperbaiki pembelajaran kemampuan membaca permulaan.
c. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7
tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada
pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada
fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk
mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat
dengan objek yang bersifat konkret.
Dari usia perkembangn kognitif, siswa SD masih terikat
dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera.
Dalm pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan
alat bantu berupa media dan alat peraga yang dapat memperjelas
apa yang akan dusampaikan oleh guru sehingga lebih cepat
dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada
fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi
abstrak, dan selanjutnya abstrak.
Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru
dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap
dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat
dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah,
maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan
pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja,
karena hal ini akan mudah dilupakan oleh siswa.
2. Media Buku Cerita Bergambar
a. Pengertian Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
ke penerima pesan. (Arief Sadiman dkk,1986: 1).
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and
Communication Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi
media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan atau informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970)
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film,
kaset, film bingkai adalah cntoh-contohnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim
ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian
dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi.
b. Kegunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut Arief Sadiman dkk (1986:05), secara umum media
pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kta-kata tertulis atau lisan belaka).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti:
a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita,
gambar, film bingkai, film atau model.
b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film
bingkai, film atau gambar.
c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu
dengan timelapse atau high-speed photography.
d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto
maupun secara verbal.
e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat
disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.
f. Konsep yang terlalu luas (gunung, iklim dan lain-lain) dapat
divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-
lain.
3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik.
4. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum
dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka
guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu
harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru
dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan
media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a. Memberikan perangsang yang sama.
b. Mempersamakan pengalaman.
c. Menimbulkan persepsi yang sama.
c. Buku Cerita Bergambar
Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual
kedalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran.
Gambar dapat dipergunakan sebagai media dalam penyelenggaraan
proses pendidikan sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-
mengajar. Tarigan (1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan
gambar haruslah tepat, menarik dan dapat merangsang siswa untuk
belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa
dan menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses
pembelajaran. Media gambar yang digunakan dalam pembelajaran
akan diingat lebih lama oleh siswa karena bentuknya yang konkrit dan
tidak bersifat abstrak. Gambar adalah suatu bentuk ekspresi
komunikasi universal yang dikenal khalayak luas.
Buku cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam
bentuk cerita, bukan buku informasi. Dengan demikian buku cerita
bergambar sesuai dengan ciri-ciri buku cerita, mempunyai unsur-unsur
cerita (tokoh, plot, alur). Buku cerita bergambar ini dapat dibedakan
menjadi dua jenis, (1) buku cerita bergambar dengan kata-kata, (2)
buku cerita bergambar tanpa kata-kata. Kedua buku tersebut biasanya
untuk prasekolah atau murid sekolah dasar kelas awal.
Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing
dalam kehidupan anak-anak. Disamping itu, buku adalah sebuah
media yang baik bagi anak-anak untuk belajar membaca. Buku cerita
bergambar merupakan kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar
yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat
membantu proses pemahaman terhadap isi buku tersebut. Melalui
buku cerita bergambar, diharapkan pembaca dapat dengan mudah
menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak disampaikan.
Untuk anak usia dini, alangkah baiknya jika kita mengenalkan
buku cerita bergambar yang sesuai dengan usia mereka, untuk
membantu perkembangannya. Karena pada saat usia dini,
perkembangan otak anak berkembang secara pesat. Sehingga kita
harus memotivasi anak untuk selalu belajar dan media pembelajaran
membaca permulaan yang efektif adalah melalui buku cerita
bergambar.
Dari beberapa paparan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
media buku cerita bergambar sangat cocok jika diterapkan dalam
proses pembelajaran membaca permulaan di kelas 1, karena media
tersebut dapat merangsang siswa dalam pembelajaran membaca
khususnya membaca permulaan, media buku cerita bergambar
tersebut diwujudkan dalam bentuk visual ke dalam bentuk dua
dimensi sebagai hasil pikiran dan perasaan.
Manfaat dan Fungsi Media Buku Cerita Bergambar
Mitchell (dalam Nurgiantoro, 2005:159) mengungkapkan
fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar sebagai berikut:
1. Membantu perkembangan emosi anak.
2. Membantu anak belajar tentang dunia dan keberadaannya.
3. Belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan
pengembangan perasaan.
4. Memperoleh kesenangan.
5. Untuk mengapresiasi keindahan, dan
6. Untuk menstimulasi imajinasi.
3. Minat Baca
a. Pengertian
Minat secara bahasa diartikan dengan kesukaan,
kecenderungan hati terhadap suatu keinginan. Sedangkan arti minat
menurut istilah diartikan oleh sebagian tokoh sebagai berikut :
a. Menurut Slamito, minat adalah suatu perasaan cenderung lebih
atau suka kepada sesuatu hak atau aktifitas tanpa ada yang
menyuruh.
b. Mahfud Shalahuddin, mengemukakan arti minat secara
sederhana, yakni, perhatian yang mengandung unsur- unsur
perasaan.
c. Menurut Abu Ahmadi, minat adalah sikap seseorang termasuk
tiga fungsi jiwa (kognisi, konasi, dan emosi) yang tertuju pada
sesuatu dan dalam hubungan itu terdapat unsur perasaan yang
sangat kuat.
d. Andi Mappiare berpendapat bahwa, minat adalah suatu
perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,
harapan, pendirian, prasangka takut atau kecenderungan-
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu
pilihan tertentu.
Dari pemaparan menganai definisi- deinisi minat diatas dapat
disimpulkan bahwa, minat adalah gejala psikis yang muncul dalam
diri seseorang dan direalisasikan dengan perasaan senang dan
menimbulkan perhatian yang khusus terhadap sasaran, sehingga
seseorang cenderung berupaya untuk mencapai sasaran tersebut.
Jadi untuk melihat reaksi dari gejala psikis tersebut dapat di
pastikan dari sikap, prilaku, atau motivasi yang dimiliki seseorang
ketika sedang beraktifitas.
Pengertian minat baca adalah keinginan pada seseorang untuk
membaca. Kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat
teratas, karena tanpa minat seseorang akan sukar melakukan
kegiatan membaca (Rahim, 2005).
Pengertian minat baca menurut Rahim (2005) adalah keinginan
yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang
yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya
dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian
membacanya atas kesadarannya sendiri. Rahim juga mengemukakan
bawa minat membaca seorang anak perlu sekali dikembangkan.
Menumbuhkan minat baca seorang anak lebih baik dilakukan pada
saat dini, yaitu pada saat anak baru belajar membaca permulaan, atau
bahkan pada saat anak baru mengenal sesuatu.
Kemudian Sumadi (dalam Sudiana, 2004) mengungkapkan
bahwa minat baca adalah kecenderungan jiwa yang mendorong
seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ini
ditunjukkan oleh adanya keinginan yang kuat untuk melakukan
kegiatan membaca.
Berdasarkan pengertian minat dan minat baca dapat disimpulkan
bahwa minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha
seseorang untuk membaca mengandung aspek kognitif dan afektif.
Di mana dalam minat baca, aspek afektif mempunyai peran
yang lebih penting dari aspek kognitif. Hal ini disebabkan:
1. Aspek afektif lebih besar peranannya dalam memotivasi
tindakan daripada aspek kognitif.
2. Aspek afektif yang sudah terbentuk cenderung lebih tahan
terhadap perubahan dibandingkan aspek kognitif.
B. Kerangka Berfikir
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis
yang bersifat reseptif karena dengan membaca, seseorang akan
memperoleh informasi, memperoleh ilmu pengetahuan serta pengalaman-
pengalaman yang bersifat baru. Membaca permulaan adalah salah satu
aspek keterampilan bahasa yang diperuntukan bagi siswa kelas awal.
Membaca merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui
tulisan itulah siswa dituntut untuk dapat memahami dan menyuarakan
lambang-lambang bunyi bahasa tersebut. Namun, pengucapan kata secara
tepat hanya akan tercapai jika pengenalan bunyi itu dapat membangkitkan
makna sebagaimana halnya dalam penggunaan bahasa lisan.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi. Media yang baik digunakan dalam
belajar membaca adalah buku cerita, namun yang paling baik digunakan
untuk belajar membaca permulaan adalah Buku Cerita Bergambar, karena
buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam
kehidupan anak-anak. Buku cerita bergambar merupakan kesatuan cerita
disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan
pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap isi
buku tersebut. Melalui buku cerita bergambar, diharapkan pembaca dapat
dengan mudah menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak
disampaikan
Minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha
seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang
kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan
bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Minat
membaca seorang anak perlu sekali dikembangkan. Menumbuhkan minat
baca seorang anak lebih baik dilakukan pada saat dini, yaitu pada saat anak
baru belajar membaca permulaan, atau bahkan pada saat anak baru
mengenal sesuatu..
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Dengan menggunakan media buku cerita bergambar dalam
pembelajaran bahasa khususnya pada saat pengajaran membaca
permulaan siswa menjadi lebih tertarik dalam proses pembelajaran.
Selain itu, siswa juga akan lebih mudah memahami maksud dari cerita
dalam buku tersebut.
2. Dengan tertariknya siswa untuk membaca buku cerita tersebut, maka
siswa akan lebih sering membaca buku cerita bergambar yang
dibawanya dan secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan
membaca permulaan siswa.
Media BelajarBuku Cerita Bergambar
Minat Membaca Anak
Kemampuan Membaca Anak
Berdasarkan paparan di atas, maka media sangat berpengaruh
terhadap minat dan kemampuan membaca siswa. Bahkan dapat
dimungkinkan dengan penggunaan media tersebut kemampuan dan minat
membaca siswa akan meningkat.
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
C. Hipotesa
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Pemanfaatan buku cerita bergambar dapat meningkatkan minat dan
kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 SDN Maospati 3
Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2012/2013”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Maospati 3 Kabupaten Magetan
tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini akan dimulai tanggal 05 November
2012 sampai tanggal 26 November 2012.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Kabupaten
Magetan semester 1, tahun pelajaran 2012/2013. Dengan jumlah siswa
sebanyak 25 anak, 24 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Siswa yang
mempunyai kemampuan membaca permulaan tinggi adalah siswa yang sudah
lancar membaca buku cerita yang dibawanya dari rumah. Sedangkan siswa
yang mempunyai kemampuan membaca permulaan sedang dan rendah adalah
siswa yang kurang lancar dalam membaca buku cerita yang dibawanya dari
rumah..
C. Prosedur Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah Classroom Action Research atau
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dikatakan demikian karena
permasalahan berasal dari kelas dan penerapan penelitian di dalam kelas
melibatkan guru dan siswa, berupa kegiatan pembelajaran serta bertujuan
memperbaiki dan meningkatkan minat dan kualitas kemampuan membaca
permulaan siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Kabupaten Magetan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Mulyasa (2011: 11) yang menyatakan bahwa
PTK merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar
sekelompok peserta didik dengan memberikan tindakan yang sengaja
dimunculkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Pada penelitian tindakan kelas ada beberapa tahap yang dilakukan
oleh peneliti, antara lain: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Dalam hal penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru
kelas1 SDN Maospati 3.
1. Observasi Awal
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada fase perencanaan adalah:
1. Mengidentifikasi masalah
Obervasi AwalPerencanaan I
Pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media Buku Cerita Bergambar
Pelaksanaan I
Pengamatan I
SIKLUS I
Refleksi I
Permasalahan Baru
Perencanaan IIPembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media Buku Cerita Bergambar
Pelaksanaan IISIKLUS II
Pengamatan II
Refleksi II
Laporan
2. Memilih materi pelajaran
3. Membuat RPP
4. Membuat perlengkapan
b. Pelaksanaan
Dalam observasi awal guru hanya menjelaskan tanpa
menggunakan media.
c. Pengamatan
Peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar dan mencatat
beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Penulis menganalisa kegiatan-kegiatan selama proses belajar
mengajar. Mulai dari proses sampai hasil dari penugasan,
kemudian mempertimbangkan apa yang selanjutnya dilakukan.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada fase perencanaan adalah:
1. Mengidentifikasi masalah dari observasi awal
2. Membuat RPP
3. Membuat perlengkapan
4. Menyiapkan media pembelajaran
b. Pelaksanaan
Pada siklus I guru menggunakan media buku cerita
bergambar dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Pengamatan
Peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan media buku cerita bergambar, kemudian mencatat
beberapa kelebihan dan kekurangan dalam kegiatan belajar
mengajar.
d. Refleksi
Penulis menganalisa hasil observasi dan mempertimbangkan
apa yang selanjutnya dilakukan.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada fase perencanaan adalah:
1. Mengidentifikasi masalah dari siklus I
2. Membuat RPP
3. Membuat perlengkapan
4. Menyiapkan media pembelajaran
b. Pelaksanaan
Pada siklus II guru kembali menggunakan media buku cerita
bergambar dalam kegiatan belajar mengajar tetapi harus
disesuaikan dengan hasil dari siklus I
c. Pengamatan
Peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan media buku cerita bergambar, kemudian mencatat
beberapa kelebihan dan kekurangan dari kemajuan belajar siswa.
d. Refleksi
Penulis menganalisa kegiatan selama proses belajar mengajar
dan menentukan apakah siklus ini membutuhkan refleksi lagi atau
tidak.
2. Data dan Teknik Pengumpulan Data
a. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data yang diperlukan mengacu pada rumusan
masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perencanaan upaya meningkatkan minat dan
kemampuan membaca permulaan dengan pemanfaatan buku
cerita bergambar pada siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun
Ajaran 2012/2013?
2. Bagaimana pelaksanaan peningkatkan minat dan kemampuan
membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar
pada siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013?
3. Bagaimana hasil dari upaya meningkatkan minat dan kemampuan
membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar
pada siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013?
Untuk menjawab rumusan masalah pertama, data yang
diperlukan adalah perencanaan pembelajaran yang dikembangkan
oleh peneliti. Dalam hal ini, data perencanaan pembelajaran berupa
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), maka sumber datanya
berupa dokumen RPP yang dikembangkan berdasarkan media buku
cerita bergambar.
Untuk menjawab rumusan masalah kedua, data yang
diperlukan adalah data proses pembelajaran. Dalam hal ini, data
proses pembelajaran berupa aktivitas guru dan siswa dalam proses
pembelajaran serta interaksi antara keduanya. Maka sumber datanya
adalah peristiwa selama proses pembelajaran yang terjadi di tempat
penelitian.
Untuk menjawab rumusan masalah ketiga, data yang
diperlukan adalah data hasil pembelajaran. Dalam hal ini, data hasil
pembelajaran berupa peningkatan minat dan kemampuan membaca
permulaan siswa, maka sumber datanya adalah siswa.
b. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian
ini digunakan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini, teknik
pengumpulan data didasarkan pada jenis data dan sumber data.
1. Data yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Data ini diperoleh dari sumber data yang berupa dokumen.
Dokumen adalah sesuatu yang dapat dijadikan sumber data yang
berupa tulisan. Teknik pengumpulan datanya disebut teknik
dokumentasi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat
oleh guru selaku peneliti.
2. Data yang berupa aktivitas dalam proses pembelajaran.
Data ini diperoleh dari aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung di tempat penelitian. Sumber datanya
berupa peristiwa yang terjadi di tempat penelitian. Teknik
pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi langsung.
Pengamatan dilakukan sebelum, selama dan sesudah penelitian
berlangsung.
3. Data yang berupa hasil belajar.
Data ini diperoleh dari sumber data yaitu siswa yang
melaksanakan pembelajaran. Teknik pengumpulan datanya
dengan menggunakan tes lisan.
c. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mendapatkan dan mengolah data sehingga data penelitian yang ada
akan bisa digunakan untuk menjaring fakta yang terjadi pada
penelitian. Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ceklis (Check-list)
Instrumen yang disusun adalah ceklis untuk memperoleh data
tentang data penilaian dokumen yang berupa RPP dan data
observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Peneliti diminta untuk mengisinya dengan
memberikan tanda cek (√) pada jawaban yang telah disediakan.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah bentuk instrumen penelitian yang
digunakan pada proses pembelajaran berlangsung untuk
memperoleh data tentang observasi kegiatan siswa dan guru yang
mungkin tidak ada dalam ceklis.
3. Soal Evaluasi
Soal evaluasi merupakan instrumen penelitian yang digunakan
untuk mengetahui hasi belajar siswa. Bentuknya bisa berupa
pilihan ganda, isian ataupun uraian.
3. Teknik Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan
menyeleksi dan mengelompokkan data, kedua dengan memaparkan atau
mendeskripsikan data dan yang terakhir adalah menyimpulkan atau
memberi makna.
Pada tahap pertama, data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang
direduksi karena itu tahap ini sering disebut sebagai reduksi data.
Tahap kedua, data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan
sehingga bermakna baik dalam bentuk narasi, grafik maupun tabel.
Tahap terakhir, berdasarkan paparan atau deskripsi yang sudah
dibuat maka ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan singkat.
Daftar Pustaka
Ardi. 2012. Minat Baca., (Online). Tersedia:
http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-minat-baca.html (16
Desember 2012)
Sugiono. 2011. Pengertian Minat Belajar Siswa., (Online). Tersedia:
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2134770-pengertian-minat-siswa-
belajar/ (14 Desember 2012)
Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara
Sadiman, Arief., et al. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan
C.V. Rajawali
Sareb, Masri. 2008. Menumbuhkan Minat baca Sejak Dini. Jakarta: PT Macanan
Jaya Cemerlang
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta