Proposal ptk.1

41
UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN PEMANFAATAN BUKU CERITA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS 1 SDN MAOSPATI 3 KABUPATEN MAGETAN TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: PHILIP FATMA DEWI NPM. 09141164 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

description

 

Transcript of Proposal ptk.1

Page 1: Proposal ptk.1

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN KEMAMPUAN

MEMBACA PERMULAAN DENGAN PEMANFAATAN BUKU

CERITA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS 1 SDN

MAOSPATI 3 KABUPATEN MAGETAN

TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh:

PHILIP FATMA DEWI

NPM. 09141164

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

2012

Page 2: Proposal ptk.1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas

sering dijumpai masalah, antara lain cara mengajar guru yang menganggap

siswa hanya sebuah benda yang hanya dapat menerima pelajaran dari

gurunya saja. Selain sangat banyaknya bahan pelajaran yang harus

dipelajari oleh siswa, guru juga kurang terbiasa menggunakan media-

media pembelajaran yang bervariasi.

Padahal seorang guru harus kreatif dalam menyelenggarakan proses

pembelajaran, baik itu dari segi materi, metode maupun media yang

digunakan harus menarik agar dapat menarik minat siswa untuk giat dalam

belajar di sekolah, khususnya di dalam kelas.

Di samping itu, kesulitan anak dalam berbahasa juga menjadi suatu

masalah yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan, karena seperti

yang telah kita ketahui bahwa bahasa adalah dasar komunikasi utama pada

manusia. Jika anak mengalami kesulitan dalam berbahasa, maka akan

mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep atau dalam

mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

Bahasa juga merupakan alat utama dalam belajar membaca. Oleh

karena itu, kesulitan dalam bahasa akan menyebabkan kesulitan dalam

memproses belajar mengajar terutama dalam belajar membaca, karena

pembelajaran membaca merupakan bagian dari pembelajaran bahasa.

Dalam proses belajar-mengajar di kelas guru memegang peranan

yang sangat penting. Para siswa tetap memerlukan bimbingan dan arahan

untuk dapat belajar dengan baik. Selain itu, media pembelajaran yang

bervariasi dapat membantu siswa mengembalikan semangat belajarnya. Di

samping itu, media pembelajaran yang bervariasi membuat para siswa

Page 3: Proposal ptk.1

tertarik dan tertantang untuk mengikuti proses pembelajaran tanpa

membuat siswa tersebut jenuh dan bosan dalam mengikuti proses balajar-

mengajar tersebut. Oleh karena itu, variasi media pembelajaran di sekolah

dasar sangat diperlukan, apalagi keadaan siswa sekolah dasar yang pola

pikirnya masih bersifat konkret dan masih senang bermain, sangat cocok

diterapkan media pembelajaran yang bervariasi. Para guru hendaknya

membuat pembelajaran jadi bermakna dan buatlah semua siswa aktif

dalam mengikuti proses belajar-mengajar, jangan gurunya saja yang aktif

dalam proses pembelajaran.

Media buku cerita bergambar sangat cocok untuk diterapkan pada

siswa kelas 1 sekolah dasar dalam upaya meningkatkan kemampuan

membaca permulaan, karena pelajaran membaca permulaan di kelas 1

sekolah dasar merupakan awal siswa mengenal simbol-simbol dan

mengalihkodekannya menjadi bermakna. Ketika anak tidak dapat

melakukannya, maka proses pembelajaran akan terhambat. Membaca

merupakan syarat utama dalam pembelajaran yang harus dipenuhi.

Menurut teori Piaget (dalam Syamsudin, 2001:102), anak usia

sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Hal ini menunjukkan

bahwa anak sangat menyukai benda-benda yang nyata. Di samping itu,

anak juga memiliki daya fantasi yang sangat tinggi. Berdasarkan asumsi

tersebut, agar lebih menarik dan menumbuhkan motivasi anak terhadap

sesuatu hal, diperlukan media yang dapat menyalurkan imajinasi yang

kreatif pada anak.

Salah satu media yang dapat dimanfaatkan diantaranya adalah media

buku cerita bergambar. Dengan buku cerita bergambar kita dapat

membantu mempermudah anak untuk menuangkan gagasan-gagasannya

ke dalam bentuk bahasa karena gambar akan memberikan inspirasi dan

motivasi yang sangat tinggi kepada siswa untuk melakukan proses

pembelajaran terutama dalam megajarkan membaca permulaan. Jika

kesulitan belajar berbahasa khususnya belajar membaca permulaan

Page 4: Proposal ptk.1

dibiarkan begitu saja tanpa adanya tindak lanjut maka akan banyak siswa

yang berkesulitan membaca.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar bahasa siswa mungkin berkaitan dengan

kemampuan membaca siswa. Terkait dengan ini muncul pertanyaan

apakah semakin tinggi kemampuan membaca siswa dalam pembelajaran

bahasa, maka semakin tinggi pula hasil belajar bahasanya

2. Rendahnya minat belajar bahasa siswa mungkin berkaitan dengan kurang

inovatifnya penggunaan media pembelajaran. Terkait dengan ini muncul

pertanyaan apakah semakin inovatif penggunaan media pembelajaran

dalam belajar bahasa, maka semakin tinggi pula minat belajar bahasanya.

3. Salah satu faktor yang mungkin juga menjadi penyebab rendahnya hasil

bahasa siswa adalah model pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Terkait dengan ini muncul pertanyaan apakah jika guru menggunakan

model pembelajaran yang menyenangkan dalam belajar bahasa, maka hasil

belajar bahasa siswa akan lebih baik.

C. Pemilihan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti hanya akan memilih masalah

nomor satu dan dua, yaitu yang berkaitan dengan masalah kemampuan

membaca siswa serta minat siswa dalam pembelajaran bahasa.

D. Pembatasan Masalah

Agar penelitian dapat lebih terarah, maka permasalahan dibatasi pada

eksperimentasi penggunaan media Buku Cerita Bergambar dalam

Page 5: Proposal ptk.1

pembelajaran membaca permulaan anak tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten

Magetan.

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil

belajar membaca permulaan antara siswa yang diberi perlakuan dengan

menggunakan media Buku Cerita Bergambar dan tidak menggunakan media,

dengan demikian media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil belajar membaca permulaan siswa.

Begitu juga dengan minat siswa, peneliti ingin mengetahui apakah

terdapat perbedaan minat siswa antara siswa yang diberi perlakuan dengan

menggunakan media Buku Cerita Bergambar dan tidak menggunakan media,

dengan demikian media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi minat siswa dalam membaca. Disamping itu, peneliti juga

ingin mengetahui apakah ada hubungan antara media terhadap minat dan

kemampuan membaca permulaan siswa.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan upaya meningkatkan minat dan kemampuan

membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada

siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana pelaksanaan peningkatkan minat dan kemampuan membaca

permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada siswa kelas 1

SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013?

3. Bagaimana hasil dari upaya meningkatkan minat dan kemampuan

membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada

siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013?

Page 6: Proposal ptk.1

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diutarakan di atas, maka tujuan

penelitian ini secara umum yaitu untuk mendapatkan informasi atau

gambaran tentang keefektifan pembelajaran matematika dengan penggunaan

media Software Interaktif.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Bagaimana perencanaan upaya meningkatkan minat dan kemampuan

membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada

siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Bagaimana pelaksanaan peningkatkan minat dan kemampuan membaca

permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada siswa kelas 1

SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013.

3. Bagaimana hasil dari upaya meningkatkan minat dan kemampuan

membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar pada

siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013.

G. Manfaat Penelitian

Hasil peneitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai berikut:

1. Dilihat dari segi teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia

pendidikan khususnya dalam pembelajaran bahasa. Adapun kegunaannya

adalah:

a. Memberikan masukkan kepada guru di sekolah tempat penelitian ini

yang dapat digunakan sebagai upaya peningkatan proses

pembelajaran.

b. Memberikan sumbangan penelitian dalam bidang pendidikan yang

ada kaitannya dengan masalah upaya peningkatan proses

pembelajaran.

Page 7: Proposal ptk.1

2. Dilihat dari segi praktis

Hasil-hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat dari segi praktis,

yaitu:

Guru:

a. Memberikan masukan tentang upaya peningkatan kualitas belajar

dan hasil belajar siswa terutama dalam membaca permulaan serta

menambah wawasan dan pengetahuan kepada guru dalam

mengatasi permasalahan yang timbul dalam kegiatan belajar

mengajar..

b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penggunaan

media buku cerita bergambar dalam peningkatan kemampuan

membaca permulaan siswa di sekolah dasar, dengan demikian kita

sebagai pendidik dapat menggunakan media tersebut pada saat kita

mengajar.

Siswa:

a. Diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang baru

kepada siswa dan memberikan pemahaman bahwa belajar itu tidak

membosankan tetapi menyenangkan sehingga tumbuh minat untuk

belajar dengan sungguh-sungguh dalam benak siswa.

Sekolah:

a. Diharapkan dapat memberikan masukan yang positif bagi Sekolah

sehingga Sekolah dapat memperbaiki kualitas setiap siswa lulusan

sekolah tersebut.

b. Diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran dalam pelaksanaan pendidikan

di Sekolah.

Page 8: Proposal ptk.1

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Membaca Permulaan

a. Pengertian Membaca Permulaan

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa

tulis yang bersifat reseptif karena dengan membaca, seseorang

akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu pengetahuan serta

pengalaman-pengalaman yang bersifat baru. Semua yang diperoleh

melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu

mempertinggi pemikiran dan wawasannya dan memperluas

pandangannya, karena membaca adalah jendela dunia. Membaca

juga  merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-

hari. Kegiatan membaca setiap saat dilakukan oleh individu. Di era

global banyak informasi-informasi disampaikan melalui media-

media elektronik maupun media cetak, dengan demikian

kemampuan membaca merupakan kemampuan dasar yang penting

yang harus dimiliki oleh individu, oleh karena itu pembelajaran

membaca di sekolah mempunyai peranan yang sangat penting.

Usia siswa kelas 1 Sekolah Dasar berkisar antara 6-7 tahun.

Dimana pada usia ini, anak mulai diajarkan membaca secara

formal. Pada usia 6-7 tahun inilah siswa mulai dapat belajar

membaca dengan baik, karena siswa telah memiliki kematangan

dalam berpikir dan memiliki kesiapan membaca yang lebih baik

dibandingkan dengan anak yang berusia 4-5 tahun.

Pembelajaran membaca di kelas rendah merupakan

pembelajaran membaca tahap awal, kemampuan membaca yang

diperoleh dikelas rendah terutama di kelas 1 sekolah dasar akan

Page 9: Proposal ptk.1

menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas-kelas berikutnya

dan membaca di jenjang tersebut akrab dikenal sebagai membaca

permulaan.

Membaca permulaan adalah salah satu aspek keterampilan

bahasa yang diperuntukan bagi siswa kelas awal. Akhadiah (dalam

Resmini, 2006:108) mengemukakan bahwa permulaan membaca

hanya berlangsung dua tahun, yaitu kelas 1 dan kelas 2 sekolah

dasar. Bagi siswa kelas 1 dan kelas 2 tersebut, membaca

merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis.

Melalui tulisan itulah siswa dituntut untuk dapat memahami

dan menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut.

Namun, pengucapan kata secara tepat hanya akan tercapai jika

pengenalan bunyi itu dapat membangkitkan makna sebagaimana

halnya dalam penggunaan bahasa lisan. Selain itu, latar belakang

pengalaman siswa juga akan mempengaruhi. Siswa yang memiliki

banyak pengalaman akan lebih mudah dalam mengembangkan

pemahaman kosakata dan konsep yang didapatkannya dalam teks

bacaan. Burns, Roe dan Rose (dalam Resmini, 2006:108).

Pada tahap membaca permulaan siswa mulai diperkenalkan

dengan berbagai simbol huruf, mulai dari simbol huruf /a/ sampai

dengan /z/. Mercer (dalam Abdurrahman, 1999:204)

mengidentifikasikan bahwa ada 4 kelompok karakteristik siswa

yang kurang mampu membaca permulaan, yaitu dilihat dari: (1).

Kebiasaan membaca. (2). Kekeliruan mengenal kata. (3).

Kekeliruan pemahaman, dan (4). Gejala-gejala lainnya yang

beraneka ragam. Siswa yang sulit membaca, sering

memperlihatkan kebiasaan dan tingkah laku yang tidak wajar.

Gejala-gejala gerakannya penuh ketegangan seperti: (1).

Mengernyitkan kening. (2). Gelisah. (3). Irama suara meninggi.

(4). Menggigit bibir. (5). Adanya perasaan tidak aman yang

Page 10: Proposal ptk.1

ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau

mencoba melawan guru.

Gejala-gejala tersebut muncul akibat dari kesulitan siswa

dalam membaca. Indikator kesulitan siswa dalam membaca

permulaan, antara lain: (1). Siswa tidak mengenali huruf. (2).

Siswa sulit membedakan huruf. (3). Siswa kurang yakin dengan

huruf yang dibacanya itu benar. (4). Siswa tidak mengetahui

makna kata atau kalimat yang dibacanya.

Pemahaman dalam membaca permulaan, disisi lain hanya

menuntut siswa untuk mampu melafalkan lambang-lambang bunyi

dan memahami makna bacaan secara sederhana. Menurut Ellis

(dalam Resmini, 2006:109) pusat perhatian membaca permulaan

adalah membantu siswa untuk belajar membaca. Maka

pembelajaran membaca permulaan di kelas 1, siswa lebih banyak

dituntut untuk melafalkan lambang bunyi bahasa tulis daripada

untuk memahami dan menafsirkan isi bacaan.

Pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar bertujuan

agar siswa mengenal dan menguasai sistem tulisan sehingga

mereka dapat membaca dengan menggunakan sistem tersebut.

Siswa sekolah dasar harus mampu membaca dengan tepat.

Ketepatan membaca permulaan sangat dipengaruhi oleh keaktifan

dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I sekolah dasar.

Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan

belajar mengajar ditentukan oleh penguasaan kemampuan

membaca mereka. Banyak pakar pendidikan mencari solusi

bagaimana cara memperbaiki pembelajaran kemampuan membaca

permulaan. Belajar membaca permulaan sebaiknya dilakukan

melalui gambar-gambar dengan kata-kata sederhana.

Page 11: Proposal ptk.1

b. Tujuan Membaca Permulaan

Pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar bertujuan

agar siswa mengenal dan menguasai sistem tulisan sehingga

mereka dapat membaca dengan menggunakan sistem tersebut.

Adapun tujuan lain dari membaca permulaan adalah untuk

membangkitkan, membina dan memupuk minat anak untuk

membaca. Siswa sekolah dasar harus mampu membaca dengan

tepat. Ketepatan membaca permulaan sangat dipengaruhi oleh

keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I SD.

Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar

mengajar ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca

mereka. Banyak pakar pendidikan mencari solusi bagaimana cara

memperbaiki pembelajaran kemampuan membaca permulaan.

c. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7

tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada

pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada

fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk

mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat

dengan objek yang bersifat konkret.

Dari usia perkembangn kognitif, siswa SD masih terikat

dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera.

Dalm pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan

alat bantu berupa media dan alat peraga yang dapat memperjelas

apa yang akan dusampaikan oleh guru sehingga lebih cepat

dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada

fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi

abstrak, dan selanjutnya abstrak.

Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru

dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap

Page 12: Proposal ptk.1

dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat

dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah,

maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan

pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja,

karena hal ini akan mudah dilupakan oleh siswa.

2. Media Buku Cerita Bergambar

a. Pengertian Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim

ke penerima pesan. (Arief Sadiman dkk,1986: 1).

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi

Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and

Communication Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi

media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk

menyalurkan pesan atau informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa

media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang

dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970)

berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film,

kaset, film bingkai adalah cntoh-contohnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim

ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian

dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

belajar terjadi.

b. Kegunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar

Menurut Arief Sadiman dkk (1986:05), secara umum media

pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut:

Page 13: Proposal ptk.1

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis

(dalam bentuk kta-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti:

a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita,

gambar, film bingkai, film atau model.

b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film

bingkai, film atau gambar.

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu

dengan timelapse atau high-speed photography.

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa

ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto

maupun secara verbal.

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat

disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.

f. Konsep yang terlalu luas (gunung, iklim dan lain-lain) dapat

divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-

lain.

3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan

bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik.

4. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan

lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum

dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka

guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu

harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru

dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan

media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:

a. Memberikan perangsang yang sama.

b. Mempersamakan pengalaman.

c. Menimbulkan persepsi yang sama.

Page 14: Proposal ptk.1

c. Buku Cerita Bergambar

Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual

kedalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran.

Gambar dapat dipergunakan sebagai media dalam penyelenggaraan

proses pendidikan sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-

mengajar. Tarigan (1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan

gambar haruslah tepat, menarik dan dapat merangsang siswa untuk

belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa

dan menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses

pembelajaran. Media gambar yang digunakan dalam pembelajaran

akan diingat lebih lama oleh siswa karena bentuknya yang konkrit dan

tidak bersifat abstrak. Gambar adalah suatu bentuk ekspresi

komunikasi universal yang dikenal khalayak luas.

Buku cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam

bentuk cerita, bukan buku informasi. Dengan demikian buku cerita

bergambar sesuai dengan ciri-ciri buku cerita, mempunyai unsur-unsur

cerita (tokoh, plot, alur). Buku cerita bergambar ini dapat dibedakan

menjadi dua jenis, (1) buku cerita bergambar dengan kata-kata, (2)

buku cerita bergambar tanpa kata-kata. Kedua buku tersebut biasanya

untuk prasekolah atau murid sekolah dasar kelas awal.

Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing

dalam kehidupan anak-anak. Disamping itu, buku adalah sebuah

media yang baik bagi anak-anak untuk belajar membaca. Buku cerita

bergambar merupakan kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar

yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat

membantu proses pemahaman terhadap isi buku tersebut. Melalui

buku cerita bergambar, diharapkan pembaca dapat dengan mudah

menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak disampaikan.

Untuk anak usia dini, alangkah baiknya jika kita mengenalkan

buku cerita bergambar yang sesuai dengan usia mereka, untuk

membantu perkembangannya. Karena pada saat usia dini,

Page 15: Proposal ptk.1

perkembangan otak anak berkembang secara pesat. Sehingga kita

harus memotivasi anak untuk selalu belajar dan media pembelajaran

membaca permulaan yang efektif adalah melalui buku cerita

bergambar.

Dari beberapa paparan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa

media buku cerita bergambar sangat cocok jika diterapkan dalam

proses pembelajaran membaca permulaan di kelas 1, karena media

tersebut dapat merangsang siswa dalam pembelajaran membaca

khususnya membaca permulaan, media buku cerita bergambar

tersebut diwujudkan dalam bentuk visual ke dalam bentuk dua

dimensi sebagai hasil pikiran dan perasaan.

Manfaat dan Fungsi Media Buku Cerita Bergambar

Mitchell (dalam Nurgiantoro, 2005:159) mengungkapkan

fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar sebagai berikut:

1. Membantu perkembangan emosi anak.

2. Membantu anak belajar tentang dunia dan keberadaannya.

3. Belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan

pengembangan perasaan.

4. Memperoleh kesenangan.

5. Untuk mengapresiasi keindahan, dan

6. Untuk menstimulasi imajinasi.

3. Minat Baca

a. Pengertian

Minat secara bahasa diartikan dengan kesukaan,

kecenderungan hati terhadap suatu keinginan. Sedangkan arti minat

menurut istilah diartikan oleh sebagian tokoh sebagai berikut :

a. Menurut Slamito, minat adalah suatu perasaan cenderung lebih

atau suka kepada sesuatu hak atau aktifitas tanpa ada yang

menyuruh.

Page 16: Proposal ptk.1

b. Mahfud Shalahuddin, mengemukakan arti minat secara

sederhana, yakni, perhatian yang mengandung unsur- unsur

perasaan.

c. Menurut Abu Ahmadi, minat adalah sikap seseorang termasuk

tiga fungsi jiwa (kognisi, konasi, dan emosi) yang tertuju pada

sesuatu dan dalam hubungan itu terdapat unsur perasaan yang

sangat kuat.

d. Andi Mappiare berpendapat bahwa, minat adalah suatu

perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,

harapan, pendirian, prasangka takut atau kecenderungan-

kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu

pilihan tertentu.

Dari pemaparan menganai definisi- deinisi minat diatas dapat

disimpulkan bahwa, minat adalah gejala psikis yang muncul dalam

diri seseorang dan direalisasikan dengan perasaan senang dan

menimbulkan perhatian yang khusus terhadap sasaran, sehingga

seseorang cenderung berupaya untuk mencapai sasaran tersebut.

Jadi untuk melihat reaksi dari gejala psikis tersebut dapat di

pastikan dari sikap, prilaku, atau motivasi yang dimiliki seseorang

ketika sedang beraktifitas.

Pengertian minat baca adalah keinginan pada seseorang untuk

membaca. Kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat

teratas, karena tanpa minat seseorang akan sukar melakukan

kegiatan membaca (Rahim, 2005).

Pengertian minat baca menurut Rahim (2005) adalah keinginan

yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang

yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya

dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian

membacanya atas kesadarannya sendiri. Rahim juga mengemukakan

bawa minat membaca seorang anak perlu sekali dikembangkan.

Page 17: Proposal ptk.1

Menumbuhkan minat baca seorang anak lebih baik dilakukan pada

saat dini, yaitu pada saat anak baru belajar membaca permulaan, atau

bahkan pada saat anak baru mengenal sesuatu.  

Kemudian Sumadi (dalam Sudiana, 2004) mengungkapkan

bahwa minat baca adalah kecenderungan jiwa yang mendorong

seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ini

ditunjukkan oleh adanya keinginan yang kuat untuk melakukan

kegiatan membaca. 

Berdasarkan pengertian minat dan minat baca dapat disimpulkan

bahwa minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha

seseorang untuk membaca mengandung aspek kognitif dan afektif.

Di mana dalam minat baca, aspek afektif mempunyai peran

yang lebih penting dari aspek kognitif. Hal ini disebabkan:

1. Aspek afektif lebih besar peranannya dalam memotivasi

tindakan daripada aspek kognitif. 

2. Aspek afektif yang sudah terbentuk cenderung lebih tahan

terhadap perubahan dibandingkan aspek kognitif. 

B. Kerangka Berfikir

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis

yang bersifat reseptif karena dengan membaca, seseorang akan

memperoleh informasi, memperoleh ilmu pengetahuan serta pengalaman-

pengalaman yang bersifat baru. Membaca permulaan adalah salah satu

aspek keterampilan bahasa yang diperuntukan bagi siswa kelas awal.

Membaca merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui

tulisan itulah siswa dituntut untuk dapat memahami dan menyuarakan

lambang-lambang bunyi bahasa tersebut. Namun, pengucapan kata secara

tepat hanya akan tercapai jika pengenalan bunyi itu dapat membangkitkan

makna sebagaimana halnya dalam penggunaan bahasa lisan.

Page 18: Proposal ptk.1

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian

rupa sehingga proses belajar terjadi. Media yang baik digunakan dalam

belajar membaca adalah buku cerita, namun yang paling baik digunakan

untuk belajar membaca permulaan adalah Buku Cerita Bergambar, karena

buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam

kehidupan anak-anak. Buku cerita bergambar merupakan kesatuan cerita

disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan

pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap isi

buku tersebut. Melalui buku cerita bergambar, diharapkan pembaca dapat

dengan mudah menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak

disampaikan

Minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha

seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang

kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan

bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Minat

membaca seorang anak perlu sekali dikembangkan. Menumbuhkan minat

baca seorang anak lebih baik dilakukan pada saat dini, yaitu pada saat anak

baru belajar membaca permulaan, atau bahkan pada saat anak baru

mengenal sesuatu..

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dengan menggunakan media buku cerita bergambar dalam

pembelajaran bahasa khususnya pada saat pengajaran membaca

permulaan siswa menjadi lebih tertarik dalam proses pembelajaran.

Selain itu, siswa juga akan lebih mudah memahami maksud dari cerita

dalam buku tersebut.

2. Dengan tertariknya siswa untuk membaca buku cerita tersebut, maka

siswa akan lebih sering membaca buku cerita bergambar yang

dibawanya dan secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan

membaca permulaan siswa.

Page 19: Proposal ptk.1

Media BelajarBuku Cerita Bergambar

Minat Membaca Anak

Kemampuan Membaca Anak

Berdasarkan paparan di atas, maka media sangat berpengaruh

terhadap minat dan kemampuan membaca siswa. Bahkan dapat

dimungkinkan dengan penggunaan media tersebut kemampuan dan minat

membaca siswa akan meningkat.

Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

C. Hipotesa

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Pemanfaatan buku cerita bergambar dapat meningkatkan minat dan

kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 SDN Maospati 3

Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Page 20: Proposal ptk.1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Maospati 3 Kabupaten Magetan

tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini akan dimulai tanggal 05 November

2012 sampai tanggal 26 November 2012.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Kabupaten

Magetan semester 1, tahun pelajaran 2012/2013. Dengan jumlah siswa

sebanyak 25 anak, 24 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Siswa yang

mempunyai kemampuan membaca permulaan tinggi adalah siswa yang sudah

lancar membaca buku cerita yang dibawanya dari rumah. Sedangkan siswa

yang mempunyai kemampuan membaca permulaan sedang dan rendah adalah

siswa yang kurang lancar dalam membaca buku cerita yang dibawanya dari

rumah..

C. Prosedur Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah Classroom Action Research atau

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dikatakan demikian karena

permasalahan berasal dari kelas dan penerapan penelitian di dalam kelas

melibatkan guru dan siswa, berupa kegiatan pembelajaran serta bertujuan

memperbaiki dan meningkatkan minat dan kualitas kemampuan membaca

permulaan siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Kabupaten Magetan. Hal ini

sejalan dengan pendapat Mulyasa (2011: 11) yang menyatakan bahwa

PTK merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar

sekelompok peserta didik dengan memberikan tindakan yang sengaja

Page 21: Proposal ptk.1

dimunculkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Pada penelitian tindakan kelas ada beberapa tahap yang dilakukan

oleh peneliti, antara lain: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi. Dalam hal penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru

kelas1 SDN Maospati 3.

1. Observasi Awal

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada fase perencanaan adalah:

1. Mengidentifikasi masalah

Obervasi AwalPerencanaan I

Pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media Buku Cerita Bergambar

Pelaksanaan I

Pengamatan I

SIKLUS I

Refleksi I

Permasalahan Baru

Perencanaan IIPembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media Buku Cerita Bergambar

Pelaksanaan IISIKLUS II

Pengamatan II

Refleksi II

Laporan

Page 22: Proposal ptk.1

2. Memilih materi pelajaran

3. Membuat RPP

4. Membuat perlengkapan

b. Pelaksanaan

Dalam observasi awal guru hanya menjelaskan tanpa

menggunakan media.

c. Pengamatan

Peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar dan mencatat

beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran.

d. Refleksi

Penulis menganalisa kegiatan-kegiatan selama proses belajar

mengajar. Mulai dari proses sampai hasil dari penugasan,

kemudian mempertimbangkan apa yang selanjutnya dilakukan.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada fase perencanaan adalah:

1. Mengidentifikasi masalah dari observasi awal

2. Membuat RPP

3. Membuat perlengkapan

4. Menyiapkan media pembelajaran

b. Pelaksanaan

Pada siklus I guru menggunakan media buku cerita

bergambar dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Pengamatan

Peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan media buku cerita bergambar, kemudian mencatat

beberapa kelebihan dan kekurangan dalam kegiatan belajar

mengajar.

Page 23: Proposal ptk.1

d. Refleksi

Penulis menganalisa hasil observasi dan mempertimbangkan

apa yang selanjutnya dilakukan.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada fase perencanaan adalah:

1. Mengidentifikasi masalah dari siklus I

2. Membuat RPP

3. Membuat perlengkapan

4. Menyiapkan media pembelajaran

b. Pelaksanaan

Pada siklus II guru kembali menggunakan media buku cerita

bergambar dalam kegiatan belajar mengajar tetapi harus

disesuaikan dengan hasil dari siklus I

c. Pengamatan

Peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan media buku cerita bergambar, kemudian mencatat

beberapa kelebihan dan kekurangan dari kemajuan belajar siswa.

d. Refleksi

Penulis menganalisa kegiatan selama proses belajar mengajar

dan menentukan apakah siklus ini membutuhkan refleksi lagi atau

tidak.

2. Data dan Teknik Pengumpulan Data

a. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data yang diperlukan mengacu pada rumusan

masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana perencanaan upaya meningkatkan minat dan

kemampuan membaca permulaan dengan pemanfaatan buku

Page 24: Proposal ptk.1

cerita bergambar pada siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun

Ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana pelaksanaan peningkatkan minat dan kemampuan

membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar

pada siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013?

3. Bagaimana hasil dari upaya meningkatkan minat dan kemampuan

membaca permulaan dengan pemanfaatan buku cerita bergambar

pada siswa kelas 1 SDN Maospati 3 Tahun Ajaran 2012/2013?

Untuk menjawab rumusan masalah pertama, data yang

diperlukan adalah perencanaan pembelajaran yang dikembangkan

oleh peneliti. Dalam hal ini, data perencanaan pembelajaran berupa

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), maka sumber datanya

berupa dokumen RPP yang dikembangkan berdasarkan media buku

cerita bergambar.

Untuk menjawab rumusan masalah kedua, data yang

diperlukan adalah data proses pembelajaran. Dalam hal ini, data

proses pembelajaran berupa aktivitas guru dan siswa dalam proses

pembelajaran serta interaksi antara keduanya. Maka sumber datanya

adalah peristiwa selama proses pembelajaran yang terjadi di tempat

penelitian.

Untuk menjawab rumusan masalah ketiga, data yang

diperlukan adalah data hasil pembelajaran. Dalam hal ini, data hasil

pembelajaran berupa peningkatan minat dan kemampuan membaca

permulaan siswa, maka sumber datanya adalah siswa.

b. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian

ini digunakan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini, teknik

pengumpulan data didasarkan pada jenis data dan sumber data.

1. Data yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Page 25: Proposal ptk.1

Data ini diperoleh dari sumber data yang berupa dokumen.

Dokumen adalah sesuatu yang dapat dijadikan sumber data yang

berupa tulisan. Teknik pengumpulan datanya disebut teknik

dokumentasi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat

oleh guru selaku peneliti.

2. Data yang berupa aktivitas dalam proses pembelajaran.

Data ini diperoleh dari aktivitas guru dan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung di tempat penelitian. Sumber datanya

berupa peristiwa yang terjadi di tempat penelitian. Teknik

pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi langsung.

Pengamatan dilakukan sebelum, selama dan sesudah penelitian

berlangsung.

3. Data yang berupa hasil belajar.

Data ini diperoleh dari sumber data yaitu siswa yang

melaksanakan pembelajaran. Teknik pengumpulan datanya

dengan menggunakan tes lisan.

c. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mendapatkan dan mengolah data sehingga data penelitian yang ada

akan bisa digunakan untuk menjaring fakta yang terjadi pada

penelitian. Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ceklis (Check-list)

Instrumen yang disusun adalah ceklis untuk memperoleh data

tentang data penilaian dokumen yang berupa RPP dan data

observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Peneliti diminta untuk mengisinya dengan

memberikan tanda cek (√) pada jawaban yang telah disediakan.

Page 26: Proposal ptk.1

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah bentuk instrumen penelitian yang

digunakan pada proses pembelajaran berlangsung untuk

memperoleh data tentang observasi kegiatan siswa dan guru yang

mungkin tidak ada dalam ceklis.

3. Soal Evaluasi

Soal evaluasi merupakan instrumen penelitian yang digunakan

untuk mengetahui hasi belajar siswa. Bentuknya bisa berupa

pilihan ganda, isian ataupun uraian.

3. Teknik Analisis Data

Analisis data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan

menyeleksi dan mengelompokkan data, kedua dengan memaparkan atau

mendeskripsikan data dan yang terakhir adalah menyimpulkan atau

memberi makna.

Pada tahap pertama, data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang

direduksi karena itu tahap ini sering disebut sebagai reduksi data.

Tahap kedua, data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan

sehingga bermakna baik dalam bentuk narasi, grafik maupun tabel.

Tahap terakhir, berdasarkan paparan atau deskripsi yang sudah

dibuat maka ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan singkat.

Page 27: Proposal ptk.1

Daftar Pustaka

Ardi. 2012. Minat Baca., (Online). Tersedia:

http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-minat-baca.html (16

Desember 2012)

Sugiono. 2011. Pengertian Minat Belajar Siswa., (Online). Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2134770-pengertian-minat-siswa-

belajar/ (14 Desember 2012)

Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi

Aksara

Sadiman, Arief., et al. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan

C.V. Rajawali

Sareb, Masri. 2008. Menumbuhkan Minat baca Sejak Dini. Jakarta: PT Macanan

Jaya Cemerlang

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta