Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca...

169

Transcript of Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca...

Page 1: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari
Page 2: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

i

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Page 3: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

i

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

peRkembangan ekonomi keuangandan keRja sama inteRnasional

tRiwulan i - 2014

departemen internasional

perkembanganekonomi global

perkembangan ekonomiindividu negara

perkembangan pasar keuangandan pasar komoditas

perkembangan kerja sama danlembaga internasional

artikel

Page 4: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

ii

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

Tulisan dalam buku Perkembangan Ekonomi, Keuangan, dan Kerja Sama

Internasional ini bersumber dari berbagai publikasi dan pendapat pribadi para penulis

dan bukan merupakan pendapat dan kebijakan Bank Indonesia.

Pengutipan diizinkan dengan menyebut sumbernya.

Redaksi sangat mengharapkan komentar, saran,

dan kritik demi perbaikan terbitan ini.

Redaksi juga mengundang sumbangan artikel, karangan,

laporan untuk dapat dimuat dalam terbitan ini.

Alamat Redaksi:

Grup Studi Internasional

Departemen Internasional

Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 5

Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10110

Telepon : (021) 2981-6925, 2981-8631, Faksimili : (021) 2311529

Page 5: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

iii

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Kata Pengantar

Sinyal pemulihan ekonomi global pada triwulan pertama 2014 terus berlanjut meski

dibayangi oleh terjadinya perlambatan ekonomi di beberapa negara. Negara maju masih

mencatatkan akselerasi pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan negara berkembang.

Perekonomian Eropa, Inggris, Jepang tumbuh semakin kuat. Sedangkan di emerging, hanya

Malaysia yang berhasil membukukan pertumbuhan ekonomi cukup impresif. Di sisi lain, AS dan

Tiongkok mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Perlambatan di AS bersifat temporer

karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai

implikasi dari proses rebalancing yang dicanangkan pemerintah.

Perkembangan ekonomi yang bervariasi di berbagai negara berimplikasi pada respon

kebijakan yang juga beragam. Kelompok negara maju masih tetap akomodatif dengan

mempertahankan suku bunga di level rendah, meskipun AS mulai mengurangi stimulus

moneternya. Sedangkan sebagian besar negara berkembang cenderung mempertahankan suku

bunga kebijakannya, kecuali di negara dengan problem inflasi tinggi dan mengalami pelemahan

ekonomi.

Prospek perekonomian global ke depan dibayangi oleh risiko dampak normalisasi kebijakan

moneter negara maju, pelemahan ekonomi Tiongkok dan inflasi rendah di Euro. Krisis geopolitik

antara Ukraina dan Rusia, serta konflik politik di Thailand juga menjadi faktor yang dapat menahan

pemulihan ekonomi global sehingga perlu dimonitor perkembangannya.

Dalam tataran regional, langkah antisipatif terhadap potential risk melalui forum kerja

sama terus dilakukan. Di kawasan regional, terus dilakukan penguatan CMIM dan surveillance

kawasan. Di fora multilateral, negara-negara G20 mencanangkan komitmen untuk mencapai

pertumbuhan 2% di atas proyeksi terkini melalui implementasi growth strategy. Sementara

IMF menekankan perlunya langkah kolektif untuk menciptakan perekonomian dunia yang

lebih dinamis melalui respon kebijakan yang tepat dan melanjutkan surveillance global untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi.

Page 6: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

iv

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

Dinamika pertumbuhan ekonomi global, respon kebijakan, serta fokus kegiatan kerja

sama berbagai fora internasional dijabarkan dalam buku PEKKI triwulan satu 2014 dengan tema

“Ekonomi Global: Pemulihan Yang Termoderasi”. Selamat membaca!

Jakarta, Mei 2014

Departemen Internasional

Page 7: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

v

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Daftar Isi

Halaman

Kata Pengantar ..................................................................................................... iii Daftar IsI ................................................................................................................. vDaftar sIngKatan ................................................................................................. vii rIngKasan eKseKUtIf ............................................................................................. 1

BaB I PerKeMBangan eKOnOMI gLOBaL ............................................................. 3 BaB II PerKeMBangan eKOnOMI InDIVIDU negara ......................................... 15A. Negara Maju ........................................................................................................... 15

A.1. Amerika Serikat ................................................................................................ 15A.2. Kawasan Euro dan Inggris ................................................................................ 27

A.2.1. Kawasan Euro ........................................................................................ 27A.2.2. Inggris ................................................................................................... 37

A.3. Jepang ............................................................................................................. 42Boks 1: Satu Tahun Implementasi Kebijakan Quantitative dan Qualitative Easing (QQE)Bank of Japan (BOJ) ..................................................................................................... 52B. Negara Berkembang ................................................................................................ 56

B.1 Tiongkok .......................................................................................................... 56B.2 India ................................................................................................................. 64B.3 Korea ............................................................................................................... 70B.4 Malaysia ........................................................................................................... 76B.5 Filipina .............................................................................................................. 80B.6 Singapura ......................................................................................................... 84B.7 Thailand ........................................................................................................... 88B.8 Vietnam ........................................................................................................... 93B.9 Brazil ............................................................................................................... 99

BaB III Pasar KeUangan Dan Pasar KOMODItas ........................................... 105A. Pasar Keuangan ....................................................................................................... 105

A.1. Pasar Saham ..................................................................................................... 105A.2. Pasar Obligasi Pemerintah ................................................................................. 108

B. Pasar Valuta Asing ................................................................................................... 109C. Pasar Komoditas ...................................................................................................... 111

Page 8: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

vi

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

BAB IV PeRKeMBAngAn KeRJA sAMA DAn LeMBAgA InteRnAsIOnAL ............ 113A. Kerja Sama Regional ................................................................................................. 114

A.1 Respon Forum Kerja Sama Regional Menyikapi Kondisi Ekonomi Terkini ........... 114A.2 Liberalisasi Aliran Modal, Pengembangan Pasar Modal, dan Sistem Pembayaran 115A.3 Liberalisasi Jasa Keuangan ............................................................................... 118A.4 Penguatan Resiliensi Kawasan Serta Fasilitasi Perdagangan dan Investasi .......... 118

B. Kerja Sama Multilateral ............................................................................................ 119B.1 Respon Fora Atas Perkembangan Ekonomi dan Global ..................................... 119B.2 Kegiatan Surveillance Untuk Mendukung Pertumbuhan Perekonomian Global .. 120

Boks 2: G20 Data Gaps Initiative ................................................................................... 122B.3 G20 Comprehensive Growth Strategy ............................................................... 123B.4 Penguatan Global Financial Safety Net (GFSN). ................................................... 123

BAB V ARtIKeL .......................................................................................................... 125Artikel 1 Proyeksi Ekonomi Global dalam World Economic Outlook .............................. 125Artikel 2 Jeratan Deflasi Kawasan Euro .......................................................................... 130Artikel 3 Menakar Dampak Krisis Ukraina ...................................................................... 138

LAMPIRAn ................................................................................................................. 143 Tabel 1 Produk Domestik Bruto .................................................................................... 144Tabel 2 Angka Pengangguran ...................................................................................... 145Tabel 3 Inflasi IHK ........................................................................................................ 146Tabel 4 Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral ................................................................. 147Tabel 5 Pertumbuhan Uang Beredar ............................................................................. 148Tabel 6 Surplus/Defisit Keuangan Pemerintah ............................................................... 149Tabel 7 Neraca Berjalan ................................................................................................ 150Tabel 8 Cadangan Devisa ............................................................................................. 151Tabel 9 Nilai Tukar Dunia terhadap USD ....................................................................... 152Tabel 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia ................................................ 153Tabel 11 Indeks Saham ................................................................................................. 154Tabel 12 Government Debt ........................................................................................... 155Tabel 13 Harga Komoditi Dunia .................................................................................... 156

Page 9: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

vii

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Daftar Singkatan

ADB Asian Development Bank

AMRO ASEAN+3 Macroeconomic Research Office

ASEAN Association of South East Asian Nations

ASEAN+3 Kelompok Kerjasama ASEAN dengan China, Jepang, dan Korea Selatan

ASEAN5 Negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand,

Filipina

ASEAN6 Negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand,

Filipina dan Vietnam

Aspac Asia Pasifik

BANXICO Bank Sentral Mexico

BBM Bahan Bakar Minyak

BCB Banco Central do Brazil

BCBS Basel Committee on Banking Supervision

BCMLV Terdiri dari Brunei, Cambodia, Myanmar, Lao, Vietnam

BIS Bank for International Settlements

BNM Bank Negara Malaysia

BoE Bank of England

BoK Bank of Korea

BOJ Bank of Japan

BOT Bank of Thailand

BSP Bangko Sentral ng Pilipinas

BUMN Badan Usaha Milik Negara

CAP Cannes Action Plan

CDS Credit Default Swap

CF Consensus Forecast

CFT Combating the Financing of Terrorism

CGIF Credit Guarantee and Investment Facility

CMIM Chiang Mai Initiative Multilateralization

CoE Certificate of Entitlement

CPI Consumer Price Index

CRA Credit Rating Agencies

CRR Cash Reserve Ratio

DIFX Dubai International Financial Exchange

Page 10: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

viii

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

DJIM Dow Jones Islamic Market

EB Executive Board

EBA European Bank Authority

ECB European Central Bank

ED Executive Director

EFSF European Financial Stability Facility

EMDCs Emerging Market and Developing Countries

EMEAP Executives’ Meeting of East Asia-Pacific Central Banks

ESM European Stability Mechanism

ETP Economic Transformation Program

FDI Foreign Direct Investment

Fedres Federal Reserve

FOMC Federal Open Market Committee

FSB Financial Stability Board

FSSB Growth Framework for Strong, Sustainable, and Balanced Growth

FTA Free Trade Area

G-3 Group-3 yang terdiri dari Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang

G-20 Group-20 yang terdiri dari Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China,

Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab

Saudi, Afrika Selatan, Korea, Turki, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

G-SIBs Globally Systemic Important Banks

G-SIFIs Global Systematically Important Financial Institutions

GDP Gross Domestic Product

GWM Giro Wajib Minimum

ICDPS Islamic Cooperation for the Development of the Private Sector

IILM International Islamic Liquidity Management

IFA International Financial Architecture

IFC International Finance Corporation

IFI International Financial Institutions

IHK Indeks Harga Konsumen

IMF International Monetary Fund

ISM Institute for Supply Management

JII Jakarta Islamic Index

Page 11: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

ix

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

KPR Kredit Perumahan Rakyat

KRW Korean Won

LCBMs Local Currency Bond Markets

LTROs Longer-term Refinancing Operations

MAS Monetary Authority of Singapore

MEA Masyarakat Ekonomi ASEAN

MPI Manufacturing Production Index

MPP Macroprudential Policy

NPA Note Purchase Agreement

NPL Non Performing Loan

OECD Organisation for Economic Co-operation and Development

OIS Overnight Indexed Swap

OMTs Outright Monetary Transactions

OPR Overnight Policy Rate

OTC Over The Counter

PBoC People’s Bank of China

PDB Produk Domestik Bruto

PIIGS Portugal, Irlandia, Italy, Yunani (Greece) dan Spanyol

PLN Pinjaman Luar Negeri

PMI Purchasing Manager Index

PPI Producer Price Index

PRGT Poverty Reduction and Growth Trust

QE Quantitative Easing

QEP Quantitative Easing Policy

QOQ Quarter on Quarter

QTQ Quarter to Quarter

RBI Reserve Bank of India

REER Real Effective Exchange Rate

RFA Regional Financial Arrangement

SBV State Bank of Vietnam

SEACEN South East Asian Central Banks

SELIC The Central Depository of Securities yang dikeluarkan oleh The National

Treasury and The Banco Central do Brasil

Page 12: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

x

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

SSBG Strong, Sustainable and Balanced Growth

SSE Shanghai Stock Exchange

S&P Standard & Poor’s

TW Triwulan

TWI Trade Weighted Index

ULN Utang Luar Negeri

UMP Unconventional Monetary Policies

USD US Dollar

WEO World Economic Outlook

WPI Wholesale Price Index

WTI Western Texas Intermediate

YOY Year on Year

Page 13: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Ringkasan Eksekutif

1

Perekonomian global menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang terus berlanjut pada

Triwulan I- 2014 (TW1-14), namun mengalami moderasi di beberapa negara. AS merupakan

salah satu negara yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat musim dingin yang

ekstrim sehingga melumpuhkan sebagian aktivitas ekonominya. Tiongkok juga tumbuh melambat

sebagai dampak dari proses rebalancing yang sedang berlangsung. Sementara pertumbuhan

ekonomi di belahan bumi lainnya bergerak variatif, termasuk di kawasan ASEAN.

Melanjutkan perkembangan di triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi negara

maju relatif masih lebih baik dibandingkan negara berkembang. Meski ekonomi AS mengalami

perlambatan dengan hanya tumbuh 2,3% yoy, namun negara maju lainnya berhasil mencatatkan

pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, seperti Kawasan Euro (0,9%) dan Inggris (3,1%). Sejalan

dengan moderasi yang terjadi di TW1-14, tekanan inflasi di negara maju cukup terkendali dengan

kecenderungan melemah, kecuali di AS dan Jepang yang terpantau meningkat. Inflasi Kawasan

Euro yang cenderung rendah, menimbulkan kekhawatiran bahwa kawasan ini akan terjebak

dalam situasi deflation spiral (lihat artikel Jeratan Deflasi Kawasan Euro).

Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang juga bergerak bervariasi. Korea dan Malaysia

mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang impresif masing-masing 3,9% dan 6,2%. Sebaliknya,

pelemahan ekonomi terjadi di Tiongkok (7,4%), Indonesia (5,2%), dan Vietnam (5%). Sementara

di Thailand, krisis politik yang berkepanjangan telah meruntuhkan aktivitas konsumsi dan investasi

domestik, sehingga ekonomi terkontraksi 0,6%. Berbeda dengan pelemahan ekonomi AS yang

bersifat temporer, pelemahan ekonomi Tiongkok karena proses rebalancing diperkirakan akan

berlangsung lebih lama. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak rambatannya

kepada negara lain. Dari sisi harga, tekanan inflasi di beberapa negara berkembang masih persisten

di level tinggi sebagaimana terjadi di Indonesia, Brazil, India, Rusia dan Turki.

Sejalan dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi terkini, IMF memprediksi ekonomi

global akan tumbuh moderat di level 3,6% pada tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi tersebut

disumbang oleh negara maju yang diperkirakan tumbuh mencapai 2,2%, sementara negara

berkembang tumbuh 4,9%. Volume perdagangan dunia juga diekspektasikan meningkat menjadi

4,3% di 2014, dari tahun lalu sekitar 3%.

Ringkasan Eksekutif

“Ekonomi Global: Pemulihan Yang Termoderasi”

Page 14: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

2

Negara maju masih melanjutkan kebijakan moneter akomodatif dengan mempertahankan

suku bunga di level yang rendah sebagaimana terjadi di AS, Kawasan Euro, Inggris dan Jepang.

Merespon perkembangan ekonomi yang menunjukkan sinyal perbaikan, the Fed melanjutkan

kebijakan pengurangan stimulus moneter dan memperkenalkan forward guidance. Arah

kebijakan terbaru ini mengganti threshold angka pengangguran sebesar 6,5% untuk melakukan

normalisasi kebijakan moneter menjadi maximum employment yang lebih mempertimbangkan

faktor kualitatif. Sementara ECB siap melakukan kebijakan unconventional termasuk memangkas

suku bunga untuk mengatasi problem inflasi rendah.

Perkembangan ekonomi yang bervariasi di negara berkembang berimplikasi pada respon

kebijakan yang beragam. Mayoritas negara berkembang mempertahankan suku bunganya.

Namun tekanan inflasi yang terjadi di Brazil, Turki, India, Rusia dan Afrika Selatan mendorong

otoritas moneter negara tersebut menaikkan suku bunga. Sementara Vietnam dan Thailand

menurunkan suku bunga acuan untuk mengatasi pelemahan pertumbuhan ekonomi.

Tapering stimulus moneter AS telah menimbulkan gejolak di pasar keuangan, terutama

di negara emerging. Aksi safe haven investor global mengakibatkan terjadinya pelemahan nilai

tukar dan indeks saham. Sementara pasar komoditas global pada periode laporan cenderung

bergerak mixed. Investasi yang belum sepenuhnya pulih mendorong terjadinya pelemahan harga

energi. Namun di sisi lain, penerapan undang-undang Minerba oleh Pemerintah Indonesia telah

mengakibatkan kenaikan harga nikel di pasar global. Dinamika perekonomian mendorong fora

kerja sama internasional melakukan langkah antisipatif terhadap risiko yang dapat menghambat

pemulihan ekonomi global. Di tataran kerja sama regional, telah dilakukan penguatan kerja

sama Chiang Mai Initiative Multilateralisation dan penguatan surveillance kawasan. Kerja sama

di lingkup ASEAN juga semakin intens dan telah memasuki babak akhir persiapan implementasi

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Di forum kerja sama multilateral, pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat menjadi

perhatian negara-negara G20 untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan

tetap memperhatikan sustainabilitas fiskal dan sektor keuangan. Melalui growth strategy, negara-

negara G20 berkomitmen mencapai target ambisius meningkatkan pertumbuhan ekonomi kolektif

di atas 2% dari perkiraan pertumbuhan saat ini dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Di

sisi lain, IMF terus berbenah diri untuk memainkan peran sebagai penyelamat ekonomi negara

anggota dengan melakukan review terhadap fasilitas pendanaan yang berfungsi sebagai second

line of defense.

Page 15: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

3

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

Proses pemulihan ekonomi global terus berlanjut meskipun sedikit termoderasi pada

TW1-14. Perlambatan terjadi di beberapa negara besar, termasuk AS dan Tiongkok. Namun

demikian, ekonomi global tetap berpeluang besar untuk terus membaik mengingat perlambatan

di AS bersifat temporer dan perlambatan di Tiongkok telah mendorong pemerintah untuk

meresponnya dengan berbagai program pembangunan dan stimulus. Sementara itu, Kawasan

Euro telah menunjukkan perbaikan dan ekonomi Inggris tumbuh semakin kuat. Tekanan inflasi

yang relatif masih terkendali memberikan ruang bagi bank sentral untuk mendorong aktivitas

ekonomi melalui kebijakan moneter yang tetap akomodatif. Di sisi fiskal, konsolidasi fiskal yang

telah berjalan menjadikan kondisi fiskal yang lebih sehat sekaligus menciptakan ruang untuk

stimulus apabila diperlukan. Meskipun melambat di triwulan ini, ekonomi global diperkirakan

tetap akan tumbuh meningkat sepanjang tahun 2014, terutama didorong oleh negara maju.

Peningkatan pertumbuhan diperkirakan akan berlanjut di 2015 dengan kontribusi negara

berkembang terhadap pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan meningkat. Namun demikian,

beberapa faktor risiko tetap ada dan berpotensi menahan pertumbuhan ekonomi global, seperti

risiko dampak negatif inflasi rendah terhadap aktivitas ekonomi, risiko kegagalan penyelesaian

reformasi ekonomi di Kawasan Euro, risiko normalisasi kebijakan moneter AS, perlambatan

pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang lebih dalam dibandingkan dengan ekspektasi,

serta risiko dampak memburuknya krisis Crimea.

Perkembangan Ekonomi Global

1B A B

Page 16: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

4

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Pemulihan ekonomi global secara

umum sedikit tertahan di TW1-14 setelah

pada tahun lalu tumbuh meningkat yang

dimotori oleh kelompok negara maju.

Perlambatan pertumbuhan terjadi baik di

negara maju maupun negara berkembang,

termasuk AS dan Tiongkok. Namun, moderasi

pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan ini

dinilai bersifat temporer akibat musim dingin

yang ekstrim. Seiring dengan bergantinya

musim, aktivitas ekonomi AS akan kembali

normal dan pertumbuhan kembali meningkat

pada triwulan-triwulan selanjutnya. Berbeda

dengan AS, perlambatan ekonomi Tiongkok

diperkirakan akan berlangsung lebih lama

sebagai dampak dari rebalancing1 ekonomi.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok

berdampak luas pada negara-negara kawasan

yang juga melambat akibat penurunan

permintaan pasokan barang dari negara

kawasan (lihat Artikel Proyeksi Ekonomi Global

dalam World Economic Outlook).

D i t engah pe r tumbuhan yang

cenderung melambat, beberapa negara

tetap mampu tumbuh meningkat, seperti

negara-negara Kawasan Euro, Inggris dan

Korea. Meningkatnya pertumbuhan tersebut

pada umumnya didorong oleh peningkatan

konsumsi. Selain didorong oleh konsumsi yang

kuat, peningkatan pertumbuhan di Inggris juga

didorong oleh booming sektor properti.

Seiring moderasi ekonomi global pada

triwulan ini, tekanan inflasi pada umumnya

masih terkendali dimana inflasi relatif rendah

dan berada di bawah atau dalam target. Namun

demikian, tekanan inflasi di beberapa negara

berkembang masih persisten tinggi, seperti

di Indonesia, Malaysia, Brazil, Turki, Afrika

Selatan dan Rusia. Dengan kondisi demikian,

Grafik 1.1Pertumbuhan PDB Negara Maju

Grafik 1.2Pertumbuhan PDB Negara Berkembang

1 Rebalancing ditujukan untuk mengurangi ketergantungan pada investasi - yang sudah over capacity - dan mendorong konsumsi - terutama konsumsi jasa - sebagai motor pendorong pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

������

��

��

�������� ������������ ������� ������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ����

������������������

������

��

��

��

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ����

������������������

����� ������ ��������

����� ����� ���������

Page 17: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

5

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

melambat, sementara negara berkembang

bervariasi. Ekspor Tiongkok terkontraksi

cukup dalam di Januari-Februari 2014.

Namun di sisi lain impor masih tetap tumbuh,

bahkan meningkat di bulan Januari-Februari,

sebelum menurun di Maret 2014. Perlambatan

pertumbuhan ekspor dan impor antara

lain terjadi di India, Brazil dan Turki. Rusia

yang tengah berkonflik dengan Ukraina

(krisis Crimea) juga mengalami perlambatan

ekspor dan impor. Sementara beberapa

negara berkembang lain berhasil mendorong

peningkatan pertumbuhan ekspor dan impor,

seperti Singapura dan Afrika Selatan. Lebih jauh

lagi, kecenderungan perlambatan perdagangan

dunia juga berdampak pada harga komoditas

global yang cenderung menurun.

sebagian besar negara tetap mempertahankan

kebijakan moneter akomodatif, dan bahkan

beberapa negara melonggarkan kebijakan

moneternya, seperti Thailand dan Vietnam.

Kebijakan moneter AS masih tetap akomodatif

meskipun the Fed terus mengurangi program

pembelian aset (tapering QE). Di sisi lain, negara

yang menghadapi tekanan inflasi berupaya

meredamnya dengan menaikkan buku bunga,

seperti Brazil. Sementara Bank Sentral Indonesia

dan Malaysia tidak menaikkan suku bunga –

meskipun laju inflasi terakhir berada di atas

target bank sentral – dengan pertimbangan

inflasi ke depan masih terkendali.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi

global diikuti oleh perdagangan dunia yang

cenderung melambat. Ekspor dan impor AS,

Jepang dan negara maju lainnya tumbuh

Grafik 1.3 Inflasi Negara Maju Grafik 1.4 Inflasi Negara Berkembang

������

� � � � �� � � � �� ����� ���� ����

����

����

����

���

���

���

���

���

���

���

���

���

������� ������������ ������� ������

������������������

������

���� ���� ����� � � � �� � � � �� �

���

���

���

���

���

����

����

������������������

����� ������ ��������

����� ����� ���������

Page 18: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

6

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Tabel 1.1 Ekspor

Tabel 1.2 Impor

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

AmerikaKawasan Euro Jerman Perancis Italia SpanyolInggrisJepang

TiongkokIndiaKoreaIndonesiaMalaysiaFilipinaSingapuraThailandVietnamBrazilRussiaTurkiAfrika Selatan

1,8

4,1 2,6 -0,9 1,7 1,5 3,2 3,5 4,2 1,3 5,7 5,14,9 -1,0 -0,5 9,1 -0,1 -2,9 3,2 -5,6 3,1 1,4 -1,92,4 -3,2 -4,6 7,7 -4,8 -2,0 -0,3 -5,7 3,5 0,7 1,1-0,1 -3,9 -0,8 4,8 -4,8 -1,0 -0,3 -5,3 -1,5 -2,3 -2,94,1 0,1 0,2 -0,2 -1,5 2,0 -2,0 -2,5 0,8 -0,2 -2,57,9 2,4 2,0 18,6 7,3 10,5 1,3 3,8 8,3 1,8 -2,21,3 2,8 1,9 6,5 1,6 9,5 -1,0 1,4 1,2 1,9 0,21,9 1,7 2,2 4,0 7,7 10,4 10,4 14,3 13,1 16,7 17,6

25,0 21,8 10,0 14,6 0,9 -3,1 5,1 7,1 -0,3 5,6 12,71,2 5,9 6,6 1,8 -0,8 -4,8 10,4 13,5 11,8 13,3 1,9

10,9 -8,6 0,0 0,1 3,1 -1,0 2,6 7,6 -1,7 7,2 0,2-1,3 -4,3 -12,9 -8,7 -4,1 -4,4 -6,2 -6,9 -7,5 2,4 -2,33,4 -7,9 -3,2 -3,6 -5,3 -7,1 4,6 13,0 5,6 9,6 6,7-2,7 -15,6 0,1 -11,1 -0,8 4,1 2,3 20,2 5,1 14,0 18,92,2 -19,6 -7,7 1,3 1,3 -3,1 5,1 3,9 8,4 8,1 0,9

15,6 -4,6 3,3 3,8 -5,1 -3,5 -1,3 2,5 -6,3 -0,5 -4,042,4 -9,6 16,0 8,2 11,4 15,3 9,9 11,6 19,2 13,4 18,9-1,1 -13,8 -7,6 5,4 -6,0 9,2 -0,9 -4,3 5,0 4,9 1,938,1 42,0 44,3 44,2 40,6 44,7 43,2 43,3 45,1 43,4 47,511,0 5,4 -0,7 -1,3 1,1 -6,3 -13,4 0,8 -8,6 3,24,0 8,7 4,5 20,1 7,2 8,9 22,9 14,2 16,7 18,9 12,9

1,4 3,0 1,6 5,0 7,43,9 0,9 3,0 -0,7 7,54,5 2,9 4,6 1,9 5,1-0,5 -0,6 1,2 0,5 3,95,0 0,8 2,7 0,5 5,52,9 3,1 4,9 1,7 8,40,2 -2,8 -2,7 -2,5 4,4

15,7 8,4 9,4 5,0 1,4

4,3 10,6 -18,1 -6,6 12,63,5 3,8 -3,7 -3,1 13,06,9 -0,2 1,4 3,7 7,0

10,2 -5,9 -2,5 1,2 6,814,4 12,3 12,3 8,4 4,315,8 9,2 11,6 11,2 2,58,9 4,2 11,1 7,9 2,71,8 -1,5 2,2 -2,7 6,3

12,0 -10,2 34,3 8,8 20,45,6 0,4 2,5 -8,8 7,7

49,9 39,2 36,4 47,1 43,54,6 8,4 5,7 12,4 10,7

15,7 25,4 15,8 26,4 12,1

Sumber: Bloomberg

Ekspor na ik/tetap dari periode sebelumnya atau di atas/sama dengan rata-rata 2011-13

Ekspor turun/tetap dari periode sebelumnya dan mas ih di bawah rata-rata 2011-13

% yoy

NEGARA MAJU

NEGARA BERKEMBANG

Rata-rata2011-2013

NEGARA2013 2014

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

% yoy

AmerikaKawasan Euro Jerman Perancis Italia SpanyolInggrisJepang

TiongkokIndiaKoreaIndonesiaMalaysiaFilipinaSingapuraThailandVietnamBrazilRussiaTurkiAfrika Selatan

NEGARA MAJU

NEGARA BERKEMBANG

NEGARA2013 2014 Rata-rata

2011-2013

Sumber: Bloomberg

Impor naik/tetap dari periode sebelumnya atau di atas/sama dengan rata-rata 2011-13

Impor turun/tetap dari periode sebelumnya dan masih di bawah rata-rata 2011-13

-0,8 1,9 -5,5 -1,8 0,0 -1,0 0,8 1,2 1,9 3,4 -0,8 1,4 1,2 0,7 5,9 5,71,5 -7,1 -10,2 1,6 -5,8 -5,3 0,3 -7,4 1,1 -3,1 -5,2 0,8 -2,8 0,1 2,5 4,32,1 -4,1 -4,7 0,9 -2,3 -0,8 -0,8 -0,5 -2,0 -1,5 1,3 1,0 1,5 6,5 5,6 4,5-0,6 -4,7 -4,2 -1,3 -3,2 -3,9 1,8 -7,2 0,1 -3,1 -0,1 -1,1 0,3 -3,8 1,1 4,3-3,5 -7,9 -5,3 -9,0 -10,0 -2,5 -6,0 -7,7 -1,5 -5,1 -6,2 -0,9 -5,0 -2,0 -3,4 -0,15,7 -9,8 -15,0 7,2 -2,2 -2,8 -3,0 -3,6 4,7 1,1 -0,4 5,6 -0,6 6,9 15,4 2,1-2,1 0,7 0,6 -0,5 1,0 4,2 3,8 0,5 4,2 0,7 0,6 -3,4 0,4 -2,7 - 3,66,4 13,9 7,2 7,8 10,3 14,6 18,7 19,2 13,2 26,7 23,5 21,5 24,6 9,8 15,6 10,4

29,6 -15,0 14,1 16,6 -0,4 -0,8 10,9 7,2 7,5 7,6 5,3 8,3 10,0 10,0 -11,3 12,76,3 1,7 -4,3 11,4 7,2 -0,8 -6,4 -1,2 -18,6 -14,6 -16,7 -15,3 -18,0 -17,1 -2,1 11,54,1 -10,3 -2,4 -0,7 -4,7 -3,0 3,4 1,2 -3,5 5,1 -0,6 3,0 -1,1 3,9 3,6 7,56,2 3,0 -8,8 -2,8 -2,2 -6,5 6,5 -5,8 1,1 -8,9 -10,5 -0,8 -3,5 -9,9 -2,3 12,6

16,0 -4,4 7,4 9,1 -2,3 1,3 6,2 14,2 2,8 13,9 6,4 14,5 7,2 9,5 0,5 7,3-8,0 -5,8 -8,4 7,4 -2,4 -4,8 8,7 7,0 7,2 -8,6 0,5 2,1 26,0 0,3 - 4,40,6 -14,7 -13,4 2,4 -4,5 -9,5 6,0 3,0 8,6 4,3 -3,3 -1,6 -0,9 6,6 15,3 3,8

40,9 6,0 -12,2 8,6 -5,5 0,9 -0,3 -2,5 -6,1 -4,6 -9,3 -9,3 -12,4 -18,9 -13,7 11,743,0 -23,1 24,8 19,4 17,4 21,7 14,5 15,0 24,6 17,1 23,1 16,7 -2,8 49,2 6,3 17,914,7 3,1 1,4 15,7 4,0 1,5 25,2 5,4 8,1 14,6 -7,5 3,9 0,4 7,3 -8,6 10,619,2 24,2 27,0 28,5 24,7 27,1 28,6 25,9 26,5 28,1 27,4 30,7 18,5 22,2 26,0 26,07,6 9,0 -0,6 18,4 6,9 2,8 10,2 -3,3 3,5 3,7 2,2 16,7 2,6 -5,9 -3,0 12,2

15,3 13,9 8,5 32,2 7,8 13,3 28,8 22,0 21,2 11,3 13,2 17,4 18,9 10,8 27,7 18,5

Page 19: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

7

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

Perkembangan di atas menunjukkan

bahwa meskipun perlambatan pertumbuhan

terjadi secara luas, kinerja ekonomi negara

maju relatif masih lebih baik dibanding

negara berkembang (Grafik 1.5). Negara

berkembang, selain dihadapkan pada isu

rebalancing di Tiongkok, peningkatan tekanan

inflasi di beberapa negara -sehingga otoritas

harus melakukan pengetatan moneter di

tengah kondisi ekonomi yang melemah-,

dan masalah politik di beberapa negara, juga

dihadapkan pada permasalahan lainnya seperti

peningkatan faktor risiko2 yang berdampak

pada aliran modal keluar. Faktor lain yang

menyebabkan aliran modal keluar dari negara

berkembang adalah spekulasi normalisasi

kebijakan moneter the Fed. Aliran modal keluar

dari negara berkembang berlanjut di triwulan

ini, bahkan dengan magnitude yang semakin

meningkat. Aliran modal keluar tersebut

didominasi oleh divestasi saham investor asing

di negara berkembang. Akibatnya, harga

saham di negara berkembang cenderung

menurun.

Se la in berbagai perkembangan

sebagaimana diuraikan di atas, perkembangan

ekonomi global juga diwarnai oleh beberapa

isu penting. Permasalahan yang krusial dan

berdampak pada ekonomi global adalah

meningkatnya risiko geopolitik akibat eskalasi

krisis Crimea antara Rusia dan Ukraina (lihat

artikel Menakar Dampak Krisis Ukraina).

Dampak dari krisis ini akan cukup substansial

mengingat eksposur ekonomi Rusia – terutama

terhadap Kawasan Euro – cukup besar, sehingga

apabila sanksi ekonomi dijatuhkan pada Rusia

dampaknya juga akan merugikan ekonomi

global. Permasalahan politik juga terjadi di

Thailand yang melumpuhkan sebagian aktivitas

ekonomi Thailand. Namun krisis politik yang

berkepanjangan ini hanya bersifat domestik

sehingga diperkirakan tidak berdampak besar

pada perekonomian global. Isu penting yang

berkembang di Kawasan Euro adalah tren

menurunnya inflasi sehingga menimbulkan

kekhawatiran kawasan ini akan masuk dalam

deflation spiral3 (lihat artikel Jeratan Deflasi

Kawasan Euro).

Di kelompok negara berkembang, isu

yang cukup mengemuka adalah meningkatnya

utang korporasi, termasuk utang luar negeri,

sehingga menjadikannya rentan terhadap

external shocks (pengetatan kebijakan moneter

di negara maju). Permasalahan ini menjadi

sangat krusial oleh karena kondisi dan kinerja

ekonomi negara berkembang yang cenderung

melemah – sehingga menurunkan kemampuan

membayar kembali – dan negara maju (AS)

diperkirakan akan melakukan normalisasi

kebijakan moneter (meningkatkan suku bunga)

di tahun 2015. Spekulasi normalisasi kebijakan

moneter ini4 saja telah mengguncang pasar

2 Dalam GFSR April 2014 diuraikan mengenai Emerging Market Risk yang memburuk (dibanding GFSR Oktober 2013) akibat meningkatnya risiko volatilitas, risiko external financing, corporate sector vulnerability dan risiko likuiditas.

3 Deflationary spiral adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan harga yang diikuti oleh penurunan produksi (pasokan) dan penurunan upah sehingga menurunkan daya beli dan permintaan. Penurunan permintaan ini akan lebih jauh lagi menurunkan harga, dan seterusnya. Salah satu kasus deflationary spiral adalah yang terjadi di Jepang sejak awal tahun 1990-an.

4 Spekulasi normalisasi kebijakan moneter AS dipicu oleh keputusan the Fed menggunakan New Forward Guidance yang unsur ketidakpastiannya lebih tinggi dibanding framework sebelumnya.

Page 20: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

8

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

keuangan negara berkembang, terlebih apabila

normalisasi ini direalisasikan.

Pemulihan ekonomi pascakrisis keuangan

global 2008 yang berjalan lambat– terlebih

dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi

global di triwulan ini – mendorong negara-

negara G20 mencanangkan upaya lebih keras

untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

Melalui Growth Strategy, negara-negara G20

berupaya mendorong pertumbuhan seluruh

negara anggota melalui berbagai reformasi

ekonomi agar tumbuh 2% di atas perkiraan

pertumbuhan normal (tanpa growth strategy)

pada tahun 2018 (lihat Bab IV Perkembangan

Kerja Sama dan Lembaga Internasional).

Ekonomi AS pada TW1 tumbuh

melambat sebesar 2,3% (yoy) setelah pada

2013 terus meningkat mencapai 2,6% di

TW4-14. Pelemahan ini bersifat temporer

karena lebih dipengaruhi oleh faktor musim

dingin yang ekstrim (lebih parah dan lebih

panjang). Kondisi tersebut mengakibatkan

berbagai aktivitas ekonomi tidak dapat

dilakukan, termasuk aktivitas belanja konsumsi

yang juga terkendala. Persepsi perlambatan

ini hanya temporer tercermin pada aktivitas

ekonomi yang kembali meningkat cukup

signifikan menjelang akhir triwulan ini.

Penjualan ritel kembali meningkat lebih dari

dua kali lipat di Maret 2014, diikuti oleh

peningkatan produksi industri pada waktu

yang sama. Peningkatan penjualan ritel yang

lebih tinggi dibanding peningkatan produksi,

menjadikan inventory menurun dan tekanan

inflasi meningkat di akhir TW1-14. Selain

itu, peningkatan penjualan ritel tersebut juga

menunjukkan daya beli masyarakat yang tetap

kuat sebagaimana dikonfirmasi oleh kenaikan

upah, peningkatan payroll dan penurunan

angka pengangguran – bahkan menembus

6,5% yang merupakan threshold bagi the Fed

untuk normalisasi unconventional monetary

policy.

D e n g a n p e r k e m b a n g a n y a n g

menunjukkan berlanjutnya pemulihan ekonomi,

the Fed melanjutkan pengurangan stimulus

moneter (tapering), sekaligus memperkenalkan

new forward guidance. Dalam framework

baru ini, the Fed mengganti threshold angka

pengangguran 6,5% untuk normalisasi

kebijakan moneter menjadi ‘maximum

employment’ yang lebih mempertimbangkan

faktor-faktor kualitatif dalam melakukan

asesmen kondisi employment. Perubahan

ini memberikan room bagi the Fed untuk

melanjutkan UMP sampai kondisi ekonomi

dianggap pulih untuk kembali ke kebijakan

moneter berbasis suku bunga. Namun demikian,

new forward guidance ini menimbulkan

ketidakpastian dan spekulasi mengenai timing

peningkatan Fed Fund rate. Hal ini sempat

berdampak negatif bagi pasar keuangan di

negara berkembang.

Berbeda dengan AS, ekonomi Jepang

tumbuh di level yang tinggi pada TW1-14

– dan stabil dibanding triwulan sebelumnya

– namun prospeknya justru negatif. Hal

ini disebabkan Pemerintah Jepang mulai

memberlakukan kenaikan pajak penjualan (1

April 2014) sehingga masyarakat melakukan

pembelian barang-barang lebih awal sebelum

harga barang-barang meningkat. Akibatnya

Page 21: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

9

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

angka penjualan ritel melonjak, diikuti oleh

peningkatan produksi industri dan penurunan

inventory. Sejalan dengan peningkatan

permintaan, inflasi juga bergerak meningkat.

Namun demikian, peningkatan inflasi tersebut

juga disumbang oleh peningkatan harga energi

domestik akibat depresiasi yen, mengingat

pasokan energi Jepang harus diimpor setelah

ditutupnya seluruh pembangkit listrik tenaga

nuklir Jepang5.

Ke depan, pertumbuhan ekonomi Jepang

diperkirakan menurun dengan melambatnya

konsumsi sebagaimana ditunjukkan oleh

penurunan consumer confidence. Seiring

dengan ekspektasi penurunan konsumsi,

survei ekspektasi usaha Tankan menunjukkan

penurunan, baik untuk sektor manufaktur

maupun non-manufaktur. Dengan prospek

yang gloomy tersebut, pemerintah berupaya

mendorong daya beli masyarakat dengan

menghimbau kalangan pengusaha untuk

menaikkan gaji pekerja. Di sisi lain, pengusaha

juga menghadapi kenaikan biaya produksi

akibat kenaikan biaya energi. Hal ini menjadikan

beban pengusaha sangat berat mengingat

seluruh beban tersebut tidak memungkinkan

untuk ditransmisikan sepenuhnya kepada

konsumen mengingat permintaan yang

cenderung melemah di tengah kondisi pasar

yang tetap kompetitif. Akibatnya, profit margin

perusahaan menurun yang berimplikasi pada

penurunan kemampuan perusahaan untuk

ekspansi dan investasi.

Perkembangan pemulihan ekonomi

Kawasan Euro terus berlanjut namun dengan

kecepatan yang relatif lambat. Meskipun

melambat, perekonomian Kawasan Euro

berhasil tumbuh meningkat pada triwulan

ini bahkan dengan akselerasi yang cukup

signifikan. Peningkatan pertumbuhan terjadi

secara merata pada hampir seluruh komponen

PDB, yaitu konsumsi, investasi, ekspor dan

impor. Selain pertumbuhan ekonomi, inflasi di

Kawasan Euro juga menunjukkan perbaikan.

Inflasi di April 2014 kembali meningkat

(rebound) setelah dalam tujuh bulan berturut-

turut terus menurun dan menimbulkan

kekhawatiran akan terjadinya deflasi.

5 Pemerintah Jepang menutup 54 pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pasca bencana tsunami (11 Maret 2011) yang mengakibatkan kebocoran di PLTN Fukushima. Sejak saat itu Jepang mengimpor kebutuhan energinya (gas dan minyak) yang menyebabkan defisit neraca perdagangan.

Page 22: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

10

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Tabel 1.3 Penjualan Ritel

Tabel 1.4 Produksi Industri

AmerikaKawasan Euro Jerman Perancis Italia SpanyolInggrisJepang

TiongkokIndia*KoreaIndonesiaMalaysia*Filipina*SingapuraThailandVietnamBrazilRussiaTurkiAfrika SelatanSumber: Bloomberg, www.tradingeconomics.com

*) Data Vehicle Sales

Penjualan Ritel naik/tetap dari periode sebelumnya atau di atas/sama dengan rata-rata 2011-13

Penjualan Ritel turun/tetap dari periode sebelumnya dan masih di bawah rata-rata 2011-13

NEGARA MAJU

NEGARA BERKEMBANG

% yoy

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb MarNEGARA

2013 2014 Rata-rata2011-2013

4,7 4,4 3,2 3,7 4,3 5,9 5,6 4,4 3,2 3,9 3,9 3,4 1,8 1,6 4,1 5,7-2,1 -2,1 -2,4 -1,3 -0,2 -1,6 -0,9 -0,3 -0,1 -0,4 1,4 -0,4 0,8 1,0 0,9 -1,11,8 0,7 -0,5 0,2 1,0 -0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 1,0 0,1 0,6 1,5 1,7 0,5-3,3 -3,6 -3,4 -2,5 -2,1 -3,7 -1,9 0,3 -2,3 -0,6 1,8 0,1 -0,7 2,0 -0,8 -1,2-3,0 -2,7 -3,1 -2,0 -1,8 -1,8 -1,8 -1,9 -2,2 -1,3 -1,3 -1,6 -1,1 -1,3 - -1,5-5,6 -7,1 -8,2 -1,1 -2,9 -4,6 0,0 -3,3 2,2 -0,4 2,4 0,4 0,2 -0,3 0,5 -2,71,1 3,2 1,1 1,5 3,4 3,3 4,4 3,4 4,0 3,5 3,3 7,3 4,9 4,4 5,3 3,14,8 -2,2 -0,3 -0,2 0,8 1,6 -0,3 1,1 3,0 2,4 4,1 2,5 4,4 3,6 11,0 0,8

14,3 13,8 12,6 12,8 12,9 13,3 13,2 13,4 13,3 13,3 13,7 13,6 13,1 12,8 12,2 15,05,3 -5,4 -7,7 -0,3 -0,9 -5,1 -2,1 4,5 11,6 12,6 0,9 -1,2 3,8 5,0 12,8 7,4-2,0 2,5 2,2 1,7 0,1 0,6 2,0 3,3 -1,1 2,0 2,2 1,0 6,0 -0,6 2,8 5,08,0 13,3 9,3 10,0 12,0 14,9 15,2 2,0 11,4 12,9 17,7 28,2 24,8 21,2 24,2 12,2

34,5 2,3 7,5 9,9 -14,9 -5,3 15,1 -1,4 19,6 -0,7 -2,1 0,0 -8,7 12,6 2,3 3,748,3 35,2 12,2 22,7 11,2 4,0 8,2 20,7 14,8 11,4 8,9 11,8 27,1 16,5 - 4,3-2,4 -3,0 -7,5 -0,5 2,9 -4,2 -8,2 -7,7 -6,0 -9,7 -8,7 -5,5 0,1 -9,7 -3,9 0,718,2 4,8 7,9 7,4 2,0 -0,2 -4,2 -4,3 -7,6 -8,9 -9,6 -5,7 -10,3 -8,0 - 10,89,7 11,0 11,7 11,5 11,9 12,1 12,1 12,4 12,8 12,6 12,7 12,6 13,3 12,3 10,3 19,66,0 -0,2 4,5 1,7 4,4 1,6 6,1 6,3 4,2 5,4 7,1 3,9 6,4 8,7 -1,1 6,5

12,0 10,9 12,2 11,9 10,6 10,6 10,9 10,2 9,0 9,5 10,5 9,7 8,2 9,6 10,4 12,72,6 3,0 6,6 1,2 2,1 -5,4 2,2 8,7 9,2 8,6 6,4 4,3 10,7 7,0 3,3 6,26,7 8,2 6,9 6,5 10,4 5,6 7,0 7,6 4,3 5,1 8,1 6,0 10,4 6,6 5,9 8,2

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

AmerikaKawasan Euro Jerman Perancis Italia SpanyolInggrisJepang

TiongkokIndiaKoreaIndonesiaMalaysiaFilipinaSingapuraThailandVietnamBrazilRussiaTurkiAfrika Selatan

NEGARA MAJU

NEGARA BERKEMBANG

% yoy

NEGARA2013 2014 Rata-rata

2011-2013

Sumber: Bloomberg, www.tradingeconomics.com

Produksi Industri naik/tetap dari periode sebelumnya atau di atas/sama dengan rata-rata 2011-13

Produksi Industri turun/tetap dari periode sebelumnya dan masih di bawah rata-rata 2011-13

2,5 2,8 3,6 2,6 2,4 2,5 1,8 3,0 3,4 3,6 3,2 3,2 2,9 3,4 3,9 3,3-3,5 -2,8 -3,2 0,8 -2,4 1,0 -2,9 -1,5 0,2 1,3 4,0 1,9 4,8 4,0 2,8 2,4-2,5 -1,4 -3,0 0,4 -2,3 0,7 -1,6 0,5 0,8 1,2 4,0 3,8 4,9 4,7 3,0 2,4-3,2 -2,1 -1,3 0,3 1,2 0,4 -1,2 -2,1 -0,7 -0,2 1,6 0,4 0,2 -0,5 -0,8 -0,3-4,2 -4,4 -5,2 -4,1 -4,5 -2,4 -3,5 -4,5 -2,8 -0,8 0,5 -0,9 0,2 0,1 -0,1 -2,7-5,4 -4,6 -2,1 -2,7 -2,9 -1,8 -1,1 -2,6 1,0 -1,0 2,6 2,4 1,3 2,5 0,6 -3,2-3,2 -2,3 -1,8 -1,3 -2,2 1,4 -1,3 -1,6 1,9 2,8 2,0 1,9 2,8 2,5 2,3 -1,3-6,4 -10,0 -7,0 -3,2 -1,0 -4,7 1,9 -0,6 5,3 5,4 4,8 7,2 10,6 7,0 7,4 -0,8

9,8 9,5 8,9 9,3 9,2 8,9 9,7 10,4 10,2 10,3 10,0 9,7 9,4 9,2 8,8 11,12,5 0,6 3,5 1,5 -2,5 -1,8 2,6 0,4 2,7 -1,2 -1,3 -0,2 0,8 -1,8 -0,5 2,18,7 -8,7 -2,2 2,2 -0,5 -1,7 1,4 3,2 -3,8 3,6 -0,7 2,5 -4,3 4,1 2,7 2,6

10,9 6,3 9,9 6,9 3,2 3,5 12,4 6,2 -0,8 0,7 0,6 0,9 - - 4,73,1 -4,4 0,9 6,1 5,6 3,8 10,7 3,7 2,3 2,2 1,4 5,1 3,5 6,7 4,3 2,9-0,8 -4,8 -10,9 -1,5 8,8 0,8 7,4 9,7 10,9 14,3 13,2 18,9 4,3 6,2 -0,8 5,10,2 -15,5 -3,6 5,1 2,6 -4,7 2,9 3,5 9,2 8,4 6,8 6,4 4,3 13,1 12,1 3,78,9 1,1 1,7 -5,1 -8,1 -2,1 -6,2 -2,0 -3,3 -3,2 -9,6 -6,9 -5,9 -4,8 -10,6 -1,7

21,1 -10,1 5,6 5,8 6,7 6,5 7,0 4,4 6,7 5,9 5,7 7,0 3,0 15,2 4,7 6,75,9 -2,6 -3,3 8,6 1,4 2,9 1,9 -1,0 2,0 1,0 0,3 -2,5 -1,8 4,4 -0,9 -0,30,6 -2,2 0,4 1,4 -0,2 1,7 0,7 -0,4 1,2 0,7 2,1 0,1 0,4 2,5 1,7 2,91,8 3,9 2,3 2,4 0,2 4,8 4,1 1,6 6,2 2,1 4,7 6,9 6,4 4,1 3,8 5,23,6 -2,4 -1,4 7,2 2,2 0,7 6,2 -0,8 -3,9 2,1 0,0 3,0 2,1 1,5 1,0 2,1

Page 23: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

11

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

Tiongkok melanjutkan proses rebalancing

ekonominya sehingga sebagaimana perkiraan

banyak pihak, PDB Tiongkok tumbuh melambat

di triwulan ini. Melambatnya pertumbuhan

T iongkok d idorong o leh pe lemahan

pertumbuhan investasi, konsumsi dan ekspor.

Konsumsi dan investasi yang melambat

salah satunya disebabkan oleh penurunan

penyaluran kredit oleh perbankan. Hal ini

disebabkan oleh pengetatan kredit perbankan

dan pembatasan aktivitas shadow banking

sehingga sumber pembiayaan konsumsi dan

investasi menurun. Sejalan dengan permintaan

domestik, aktivitas produksi juga tumbuh

melambat sebagaimana ditunjukkan oleh

indeks produksi industri dan PMI Manufaktur.

Sementara itu, ekspor yang tumbuh melambat

berakibat pada memburuknya Trade Balance

dan CA Balance. Melemahnya perekonomian

Tiongkok juga tercermin pada tekanan inflasi

yang cenderung menurun.

Di tengah ekonomi yang melemah,

Tiongkok juga dihadapkan pada beberapa

permasalahan, seperti permasalahan shadow

banking dan menurunnya kinerja sektor

properti yang ditunjukkan oleh penurunan

harga properti. Kedua permasalahan ini saling

berkaitan dimana developer di sektor properti

banyak memanfaatkan sumber pembiayaan

melalui shadow banking. Pengetatan shadow

banking menjadikan sumber pembiayaan

terhambat dan developer mengalami kesulitan

likuiditas. Untuk mengatasinya, developer

menjual rumah dengan diskon cukup besar.

Di sisi lain permintaan juga melemah karena

pengetatan persyaratan dan proses KPR.

Akibatnya, harga rumah jatuh dan menimbulkan

ekspektasi harga rumah ke depan akan terus

menurun. Jatuhnya sektor properti akan

berdampak luas pada perekonomian mengingat

sektor ini memiliki kontribusi sebesar 15% dari

PDB Tiongkok. Selain itu, sektor properti juga

memiliki keterkaitan (forward dan backward

linkage) dengan 40 industri lainnya.

Oleh karena peran signifikan Tiongkok

sebagai salah satu pusat perdagangan

dunia, perlambatan pertumbuhan Tiongkok

berdampak besar bagi negara-negara yang

menjadi mitra dagang. Permintaan impor

Tiongkok yang menurun menjadikan ekspor

dari negara-negara utama pemasok barang ke

Tiongkok, seperti Jepang, Korea dan Kawasan

Euro mengalami penurunan. Selain itu, harga

komoditas juga terpengaruh oleh penurunan

permintaan dari Tiongkok.

Perkembangan negara-negara lain

sepanjang TW1-14 sangat bervariasi. Indonesia,

Vietnam, Singapura dan Thailand tumbuh

melambat, dengan faktor penyebab yang

bervariasi. Perlambatan ekonomi Indonesia,

Singapura dan Vietnam disebabkan oleh

penurunan konsumsi dan investasi, serta

penurunan ekspor di Indonesia. Berbeda

dengan negara berkembang lain, melambatnya

pertumbuhan ekonomi Thailand disebabkan

oleh gejolak politik dalam negeri yang

berkepanjangan dan disertai oleh memburuknya

kondisi stabilitas dan keamanan. Hal ini

berdampak pada terhambatnya berbagai

aktivitas ekonomi. Di sisi lain, perekonomian

Korea, India dan Turki tumbuh meningkat pada

triwulan ini.

Page 24: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

12

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Kebijakan Ekonomi

Perkembangan ekonomi yang bervariasi

di berbagai negara berimplikasi pada respon

kebijakan yang sangat beragam. Kebijakan

moneter di kelompok negara maju masih tetap

akomodatif mengingat perbaikan ekonomi

masih dalam tahap awal dan belum kembali

normal. Di AS, the Fed mulai melakukan

pengurangan stimulus moneter dimana

sepanjang triwulan laporan the Fed telah

mengurangi program pembelian aset finansial

dari USD85 miliar per bulan menjadi USD55

miliar dalam tiga kesempatan FOMC meeting.

Di Kawasan Euro, European Central Bank (ECB)

mempertahankan suku bunga kebijakan di

level 0,25% sejak November 2013. Di Jepang,

Bank of Japan (BoJ) mempertahankan suku

bunga dalam zero bound dengan target

Quantitative and Qualitative Easing.

Di sisi kebijakan fiskal, negara maju

terus melakukan konsolidasi fiskal, terutama

di Jepang. Jepang berupaya memperbaiki

postur dan sustainabilitas fiskal dengan

menaikkan penerimaan pemerintah melalui

peningkatan sales tax rate secara gradual.

Pada 1 April 2014, pemerintah Jepang telah

mengimplementasikan kenaikan pajak tahap

pertama menjadi 8%. Selanjutnya, kenaikan

pajak tahap kedua – menjadi 10% – akan

dilakukan pada Oktober 2015.

Kebijakan moneter di kelompok negara

berkembang lebih bervariasi. Sebagian besar

negara berkembang mempertahankan suku

bunga kebijakannya. Namun tekanan inflasi

yang meningkat di Brazil, Turki dan Afrika

Selatan memaksa bank sentral di negara-

negara tersebut untuk melakukan pengetatan

moneter. Bank sentral Turki menaikkan suku

bunga kebijakan dengan sangat agresif dari

4,5% menjadi 10% pada Januari 2014. Bank

Sentral Brazil menaikkan suku bunga kebijakan

sebesar 25 bps menjadi 10,75% pada Februari

2014 dan kembali menaikkan 25 bps menjadi

11,0% pada April 2014. Sementara itu,

Bank Sentral Afrika Selatan menaikkan 50

bps menjadi 5,5% pada Januari 2014. Selain

untuk mengendalikan inflasi, peningkatan suku

bunga di negara-negara tersebut juga untuk

menstabilkan nilai tukar.

Sebaliknya, negara berkembang yang

mengalami perlambatan pertumbuhan – dengan

tekanan inflasi menurun – melonggarkan stance

kebijakan moneternya. Bank Sentral Vietnam

menurunkan suku bunga kebijakan sebesar

50 bps menjadi 6,50% pada Maret 2014.

Thailand yang perekonomiannya melemah

akibat konflik politik yang berkepanjangan,

juga melonggarkan kebijakan moneter dengan

menurunkan suku bunga sebesar 25 bps

menjadi 2,0% pada Maret 2014.

Tiongkok yang mengalami perlambatan

pertumbuhan berupaya mendorong aktivitas

ekonominya melalui paket stimulus. Pemerintah

Tiongkok mengeluarkan mini stimulus berupa

(i) percepatan pembangunan infrastuktur dasar

(jaringan rel kereta api, jalan tol dan konservasi

air); (ii) menaikkan potongan pajak usaha kecil

dan menengah yang menyerap banyak tenaga

kerja; dan (iii) meningkatkan pembangunan

rumah murah (social housing) untuk mengatasi

kawasan kumuh dan mengembangkan

infrastruktur perkotaan. Untuk memberikan

Page 25: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

13

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

dorongan yang lebih kuat, pemerintah

mengeluarkan stimulus tambahan berupa

percepatan pelaksanaan proyek energi berskala

besar (pembangkit listrik berbasis nuklir

dan hidropower, konstruksi jaringan listrik

tegangan tinggi dan pembangunan sumber

energi non-konvensional). Untuk mendorong

perkembangan kredit di daerah, pemerintah

juga menurunkan GWM bagi bank komersial

daerah dan koperasi.

Outlook

Setelah rebound di 2013, perekonomian

global diperkirakan akan tumbuh semakin cepat

di 2014 dan 2015. Pendorong utama akselerasi

ekonomi global akan tetap berasal dari negara

maju, sementara negara berkembang akan

tetap struggle untuk memulihkan kinerja

dan resiliensi ekonominya. Berdasarkan WEO

April 2014, perekonomian dunia tahun 2014

akan tumbuh sebesar 3,6% (lebih moderat

dibanding proyeksi pada WEO Januari 2014

sebesar 3,7%). Negara maju tumbuh mencapai

2,2% – dari 1,3% di tahun 2013 – dan negara

berkembang tumbuh 4,9% – dari 4,7% di

tahun 2013. Untuk tahun 2015, pertumbuhan

ekonomi dunia akan mencapai 3,9% dimana

negara berkembang akan tumbuh lebih

cepat (sebesar 5,3%) dibanding akselerasi

pertumbuhan negara maju (2,3%). Sejalan

dengan peningkatan pertumbuhan, volume

perdagangan dunia juga meningkat dari 3,0%

(2013) menjadi 4,3% di 2014 dan 5,3% di

2015.

Meskipun pertumbuhan terakselerasi,

tekanan inflasi global diperkirakan masih

terkendali. Inflasi di negara maju diperkirakan

hanya akan sedikit meningkat, yaitu dari 1,4%

di 2013 menjadi 1,5% di 2014 dan 1,6%

di 2015. Hal ini disebabkan oleh economic

slack akibat krisis keuangan global 2008

yang masih lebar, sehingga peningkatan

permintaan tidak menimbulkan tekanan inflasi

yang tinggi. Inflasi di negara berkembang

bahkan diperkirakan menurun. Inflasi di

2014 diperkirakan hanya sebesar 5,5%, lebih

rendah dibanding inflasi 2013 yang mencapai

Grafik 1.5 PDB Dunia Grafik 1.6 PDB Kawasan

������

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

��������

������������������

�����

�����������

�����������������

������

��������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

��

��

��

��

����������������������������������������������

������������������

Page 26: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

14

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

5,8%. Pada 2015, inflasi negara berkembang

menurun lebih jauh menjadi 5,2%. Pelemahan

tekanan inflasi tersebut terutama disebabkan

oleh penurunan inflasi di negara berkembang

yang saat ini telah melakukan pengetatan

moneter sehingga dampaknya efektif pada

inflasi di 2014/2015.

Meskipun d iperk i rakan tumbuh

meningkat di 2014/15, beberapa tantangan

perlu diwaspadai untuk mencegah ekonomi

dunia tumbuh lebih rendah dari proyeksi di atas.

Inflasi yang berada di level rendah – terlebih jika

cenderung menurun – dapat berdampak pada

penurunan aktivitas ekonomi yang selanjutnya

dapat menurunkan pertumbuhan. Risiko

ini terutama dihadapi oleh Kawasan Euro.

Jepang juga menghadapi risiko ini meskipun

dalam derajat yang lebih rendah mengingat

inflasi sudah berada di level yang lebih tinggi

dibanding sebelumnya. Selain dampak negatif

dari tingkat inflasi yang rendah, Kawasan

Euro juga perlu memperhatikan risiko tidak

terselesaikannya berbagai reformasi yang

perlu dilakukan pascakrisis keuangan global.

Pemulihan ekonomi Kawasan Euro yang

cukup baik dapat mengurangi semangat

atau mengalihkan perhatian otoritas untuk

melakukan reformasi ekonomi. Apabila

hal ini terjadi, permasalahan utama yang

menyebabkan krisis tidak terselesaikan sehingga

dapat menghambat pertumbuhan dan bahkan

dapat memicu krisis yang sama di masa

mendatang.

Risiko lain di negara maju yang dapat

menurunkan laju pertumbuhan adalah dampak

normalisasi kebijakan moneter AS dan juga

peralihan kerangka kebijakan moneter the

Fed (new forward guidance). New forward

guidance di satu sisi memberikan fleksibilitas

yang lebih luas bagi the Fed dalam menentukan

timing normalisasi kebijakan suku bunga, oleh

karena asesmen indikator yang digunakan

untuk asesmen (maximum employment) lebih

luas dan lebih kualitatif. Namun demikian,

hal ini mengimplikasikan ketidakpastian bagi

pihak di luar the Fed. Bagi negara berkembang,

ketidakpastian ini dapat menjadi sumber

kerentanan di pasar keuangan. Lebih jauh

lagi, ketidakstabilan yang ditimbulkan tersebut

dapat berdampak negatif bagi pertumbuhan.

Faktor risiko juga berpotensi muncul dari

negara berkembang, yaitu risiko pelemahan

ekonomi yang lebih dalam sehingga negara

berkembang tumbuh lebih rendah dibanding

ekspektasi. Indikasi ini mulai muncul di Tiongkok

dimana PDB TW1-14 tumbuh di bawah

perkiraan. Pelemahan ekonomi Tiongkok

mengandung risiko yang lebih tinggi terhadap

pertumbuhan ekonomi global mengingat

banyaknya perekonomian negara lain yang

bergantung pada perekonomian Tiongkok.

Selain Tiongkok, beberapa negara berkembang

lain juga tumbuh di bawah ekspektasi, seperti

Singapura, Vietnam, dan Indonesia.

Krisis Crimea yang belum terselesaikan

juga menimbulkan risiko terhadap pertumbuhan

ekonomi global. Apabila krisis berkembang

semakin parah, pasokan beberapa komoditas

penting dari Rusia dan Ukraina, seperti gas,

minyak, gandum dan jagung, ke berbagai

negara – terutama negara-negara Eropa – akan

dapat terganggu.

Page 27: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

15

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

A. NEGARA MAJU

A.1. Amerika Serikat

Setelah menunjukkan kinerja yang impresif di 2013, pertumbuhan ekonomi AS sedikit

melambat pada awal tahun 2014 akibat musim dingin yang ekstrim. Perekonomian AS

pada TW1-14 tumbuh sebesar 2,3%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya (2,6%). Namun

demikian, sejumlah indikator kembali menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi menjelang

akhir TW1-14 sehingga pertumbuhan PDB AS pada triwulan berikutnya berpotensi kembali

meningkat. Perlambatan aktivitas ekonomi pada TW1-14 terutama disebabkan oleh penurunan

kinerja investasi dan net ekspor. Sementara konsumsi swasta masih meningkat didorong oleh

peningkatan konsumsi listrik, air, pemanas dan jasa layanan kesehatan. Di sisi lain, pemulihan

sektor perumahan terindikasi berjalan dengan lambat.

Kondisi ketenagakerjaan AS kembali melanjutkan perbaikan dengan tingkat pengangguran

yang semakin menurun. Namun, perkembangan pada sektor tenaga kerja masih perlu dicermati

lebih lanjut seiring peningkatan pekerja part-time dan tingkat partisipasi tenaga kerja yang

belum stabil.

The Fed kembali melanjutkan kebijakan akomodatif dengan mempertahankan suku

bunga rendah untuk mendorong perekonomian ke arah yang lebih baik. Selanjutnya, dengan

memperhatikan perbaikan sejumlah indikator ekonomi, pada FOMC Januari 2014 dan Maret

2014, the Fed memutuskan untuk mengurangi stimulus moneter masing-masing sebesar

USD10 miliar. The Fed akan kembali melakukan pengurangan stimulus secara bertahap dengan

memperhatikan perkembangan sejumlah indikator (data dependent). Pada FOMC Maret 2014,

the Fed juga mengumumkan new forward guidance untuk menentukan timing kenaikan Fed

Fund rate, dengan mempertimbangkan asesmen terhadap outlook dan realisasi sejumlah indikator

untuk mencapai maximum employment serta sasaran inflasi 2%.

Perkembangan EkonomiIndividu Negara

2B A B

Page 28: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

16

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Memasuki t r iwulan awal 2014,

momentum pemul ihan ekonomi AS

yang telah berlangsung sepanjang tahun

2013 tertahan oleh cuaca buruk. PDB AS

TW1-14 tumbuh 2,3% yoy, lebih rendah dari

triwulan sebelumnya (2,6%) dan berada di

bawah proyeksi Consensus Forecast1 (2,7%).

Pencapaian ini merupakan dampak dari

musim dingin ekstrim yang mempengaruhi

aktivitas ekonomi sejak akhir 2013 sampai

awal TW1-14. Namun, tren sejumlah indikator

penuntun pada TW1-14 mengindikasikan

aktivitas ekonomi secara gradual kembali

meningkat. Dengan perkembangan positif

tersebut, pertumbuhan PDB AS pada TW2-14

berpotensi kembali meningkat dan membawa

AS melanjutkan tren pemulihan ekonomi.

Perlambatan aktivitas ekonomi pada

TW1-14 terutama disebabkan oleh penurunan

kinerja investasi dan net ekspor. Pelemahan

kinerja investasi terutama berasal dari

penurunan non-residential fixed investment

dan private inventory investment. Sementara

pelemahan net ekspor pada TW1-14 merupakan

dampak dari penurunan ekspor ke sejumlah

negara mitra dagang utama AS, seperti

Canada dan Tiongkok. Di sisi lain, konsumsi

swasta pada TW1-14 secara mengejutkan

tumbuh lebih baik dari triwulan sebelumnya.

Peningkatan konsumsi swasta terutama

berasal dari sektor rumah tangga, khususnya

penggunaan utilities (listrik, air, pemanas) dan

jasa layanan kesehatan yang meningkat selama

cuaca buruk berlangsung. Sejalan dengan itu,

Grafik 2.1 Pertumbuhan PDB Grafik 2.2 PDB Kontribusi

1 April 2014.

Pemulihan ekonomi AS diperkirakan masih akan terus berlanjut dengan pertumbuhan yang

lebih tinggi. The Fed memperkirakan ekonomi AS tahun 2014 berada di kisaran 2,8% - 3,0%

dan kemudian meningkat menjadi 3,0% - 3,2% pada 2015. Sedangkan IMF memprediksi bahwa

PDB AS pada 2014 dan 2015 masing-masing akan tumbuh sebesar 2,8% yoy dan 3,0%.

������������������

����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

���

���

���

��

��

��

��������������������������������������������������������

����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

����������

��������

����

����

����

���

���

���

���

�����

�����

�����

�����

����

���

���

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �

���������������

�������������

��������������

�������������

���������������������

������������������

Page 29: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

17

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

kontraksi konsumsi pemerintah juga membaik

menjadi 1,5% dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (-2,4%).

Aktivitas bisnis dan investasi pada

TW1-14 mengalami pelemahan dengan

tumbuh 5,3% yoy, lebih rendah dari triwulan

sebelumnya (8,3%). Kontribusi investasi

terhadap PDB AS TW1-14 juga menurun

menjadi 0,85% dari 1,3% di triwulan

sebelumnya, terutama akibat penurunan

non-residential fixed investment dan private

inventory investment. Penurunan investasi

di luar sektor perumahan ini tercermin dari

melambatnya investasi peralatan pada industri

swasta sebagai dampak dari penurunan

pemesanan mesin dan barang pabrik.

Ketersediaan sumberdaya yang terkendala

oleh cuaca buruk telah menyebabkan aktivitas

sejumlah perusahaan manufaktur menjadi

tidak optimal dan cenderung melambat pada

TW1-14.

Sejalan dengan kondisi tersebut,

pergerakan sejumlah leading indicators

investasi juga memperlihatkan gerakan

yang searah. Indeks ISM manufaktur pada

TW1-14 turun ke level 52,7 dari 56,7 pada

triwulan sebelumnya. Leading indikator

sektor manufaktur lainnya yaitu Richmond

Fed Manufacturing Index, Philadelphia Fed

Index2 dan Chicago Purchasing Manager3

juga menunjukkan penurunan. Sementara

ISM non-manufaktur pada periode yang sama

juga tercatat turun menjadi 52,9, dari 54,07

pada TW4-13.

Di sisi lain, indikator produksi industri

dan kapasitas utilisasi, yang sempat mengalami

perlambatan pada awal tahun, tercatat

tumbuh membaik secara moderat pada

TW1-14. Indikator produksi industri yang

memperlihatkan tren peningkatan pada

Februari dan Maret 2014, tumbuh 3,39%

yoy pada TW1-14, dari 3,33% pada triwulan

Grafik 2.3 Leading Indikator Investasi

2 Indeks Fedres regional (mencakup kawasan Pennsylvania, New Jersey dan Delaware) yang menggambarkan aktivitas bisnis kawasan, terutama sektor manufaktur.

3 Indeks yang menggambarkan aktivitas manufaktur yang mencakup kawasan Illinois, Iowa, Indiana, Michigan, dan Wisconsin.

������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�����������������

�����������������������������

���������������������

��������������������������

������������������

������

������������������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

��������������������������

����������������������

��������������������������������

������������������

Page 30: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

18

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

sebelumnya. Sementara indikator kapasitas

utilisasi pada TW1-14 tercatat mencapai

78,7%, sedikit lebih tinggi dari kapasitas

utilisasi di triwulan sebelumnya (78,37%).

Pencapaian tersebut mengindikasikan upaya

kalangan bisnis dalam melakukan efisiensi

proses produksi dan mengantisipasi permintaan

dari domestik maupun eksternal setelah cuaca

buruk mereda.

Aktivitas konsumsi pada TW1-14 di

luar dugaan mampu berkontribusi sebesar

1,45% terhadap PDB, lebih besar dari

kontribusinya pada triwulan sebelumnya

(1,13%). Peningkatan tersebut terutama

didorong oleh konsumsi swasta yang tumbuh

mencapai 2,5% pada TW1-14, dari 2,3% pada

triwulan sebelumnya. Konsumsi swasta sektor

jasa, terutama penggunaan utilities (listrik,

air, pemanas) dan jasa layanan kesehatan,

tercatat memberikan kontribusi yang lebih

besar dibandingkan dengan konsumsi barang.

Hal tersebut merupakan imbas cuaca dingin

ekstrim yang telah menyebabkan masyarakat

lebih banyak menghabiskan waktunya di

rumah dan cenderung menunda kegiatan di

luar rumah. Kegiatan masyarakat di luar rumah

menjadi sangat terbatas karena pertimbangan

kesehatan dan terkendalanya akses jalan.

Pertumbuhan konsumsi barang yang

cenderung tertahan pada TW1-14 berangsur

membaik seiring meredanya cuaca buruk.

Meski rata-rata pencapaian TW1-14 lebih

rendah dari triwulan sebelumnya, sejumlah

indikator penuntun konsumsi menunjukkan

peningkatan pada akhir TW1-14. Penjualan

ritel pada TW1-14 tumbuh sebesar 2,33% yoy,

lebih rendah dari triwulan sebelumnya (3,73%).

Akan tetapi, tren penjualan ritel selama

TW1-14 tercatat mengalami peningkatan

hingga tumbuh mencapai 3,6% pada Maret

2014. Peningkatan penjualan terjadi pada

hampir semua produk, terutama penjualan

produk otomotif, penjualan bahan bangunan,

penjualan department stores dan penjualan

peralatan olahraga. Hal ini mengindikasikan

pulihnya aktivitas konsumsi, seiring masyarakat

Grafik 2.4 Produksi Industri Grafik 2.5 Indikator Aktivitas Bisnis

����������

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�������������� ������������������������

������������������

����������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

��

��

��

��

��

��

��

�������������������

������������������������������������������

������������������������

������������������

Page 31: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

19

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

yang mulai kembali mengunjungi pusat-

pusat perbelanjaan untuk membeli produk

kebutuhan rumah tangga pasca cuaca buruk

mereda.

Seperti halnya penjualan ritel, penjualan

kendaraan yang hanya tumbuh sebesar 2,27%

pada TW1-144, juga meningkat pada akhir

TW1-14. Penjualan kendaraan Maret 2014

tumbuh sebesar 7,08% setelah terkontraksi

0,13% pada bulan sebelumnya. Peningkatan

penjualan kendaraan yang terjadi pada akhir

TW1-14 dipengaruhi oleh berbagai promosi

yang ditawarkan produsen serta dealer. Untuk

menarik minat konsumen membeli kendaraan,

produsen dan dealer memberikan penawaran

menarik berupa potongan harga dan suku

bunga kredit pembelian kendaraan baru yang

rendah. Tren peningkatan angka penjualan

kendaraan diperkirakan akan kembali berlanjut

seiring kebutuhan peremajaan kendaraan oleh

konsumen5.

Optimisme masyarakat terhadap

pemulihan ekonomi AS pasca meredanya

cuaca buruk juga tercermin dari indikator

kepercayaan konsumen yang mengalami

peningkatan pada TW1-14. Kondisi tersebut

juga tidak terlepas dari perkembangan sektor

tenaga kerja yang mengindikasikan perbaikan

moderat bersamaan dengan wacana kenaikan

upah minimum oleh pemerintah. Indikator

kepercayaan konsumen pada TW1-14 secara

rata-rata naik menjadi 80,54 dari 73,97 pada

TW4-13. Sejalan dengan indikator penuntun

konsumsi lainnya, pada akhir triwulan laporan,

tingkat kepercayaan konsumen naik hingga

mencapai 83,9, tertinggi sejak Januari 2008.

Perbaikan kepercayaan konsumen tersebut

juga turut dipengaruhi oleh ekspektasi

masyarakat akan pemulihan ekonomi yang

diperkirakan masih terus berlanjut, seiring

langkah penyesuaian pembelian aset dan

peluncuran forward guidance terbaru oleh

The Fed.

4 Penjualan kendaraan TW4-13 tumbuh sebesar 4,53%.5 Rata-rata umur kendaraan di AS telah mencapai 11,4 tahun.

Grafik 2.6 Indikator Konsumsi

����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������

������

������

������

������

����

�����

�����

�����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� ����

���

��

��

������������������������

��������������������

������������������

�����������

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

�������������������������

������������������������

������������������

Page 32: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

20

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Kinerja sektor eksternal AS pada

TW1-14 mengindikasikan tantangan yang

semakin nyata terhadap perekonomian.

Ekspor AS di TW1-14 tumbuh rata-rata 3,2%

yoy, lebih rendah dari 4,07% pada TW4-13.

Penurunan ekspor yang cukup besar terutama

terjadi pada bulan Februari 20146, namun

kembali meningkat pada bulan berikutnya.

Melambatnya ekspor AS pada TW1-14

terutama terjadi pada kelompok industrial

supplies dan bahan bakar (produk refined

petroleum). Pertumbuhan ekspor Canada

dan Tiongkok yang merupakan peringkat 1

dan 3 negara tujuan ekspor AS pada 2013

juga terindikasi mengalami perlambatan7.

Penurunan ekspor AS ke Canada terutama

disebabkan oleh penurunan ekspor kendaraan

bermotor, sementara ekspor ke Tiongkok

dipengaruhi oleh melemahnya perekonomian

sebagai dampak rebalancing ekonomi.

Di sisi lain, impor pada TW1-14

cenderung meningkat dan tumbuh sebesar

2,6%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

(1,3%). Peningkatan impor merupakan

implikasi dari naiknya permintaan domestik

pada bulan Maret 2014 yang antara lain

tercermin dari peningkatan impor consumer

goods dan capital goods8. Impor produk

non-petroleum juga tercatat naik mencapai

7,2% pada Maret 2014 dan merupakan

yang tertinggi sejak Mei 2012. Kinerja impor

yang lebih baik dari ekspor pada TW1-14

menyebabkan defisit neraca perdagangan AS

sedikit melebar. Defisit neraca perdagangan

meningkat menjadi USD121,5 dari USD113,92

miliar pada TW4-13.

P e r k e m b a n g a n p a d a T W 1 - 1 4

mengindikasikan perbaikan sektor perumahan

AS berjalan lambat. Hal ini tercermin dari

indikator penjualan rumah (new home sales

dan existing home sales) yang menurun

pada TW1-14. Existing home sales, yang

berkontribusi sebesar 90% terhadap total

penjualan rumah di AS, terkontraksi semakin

dalam selama TW1-149. Pelemahan sektor

perumahan ditengarai dipengaruhi oleh harga

penjualan rumah yang meningkat, suku bunga

KPR yang bergerak naik, aturan pemberian

KPR yang semakin ketat, dan faktor cuaca

buruk yang menahan proses pembangunan

rumah. Selain itu, ekspektasi peningkatan suku

bunga oleh the Fed pasca stimulus pembelian

aset berakhir, menjadi salah satu faktor yang

mendorong suku bunga KPR naik. Dengan

perkembangan tersebut, Chairwoman the

Fed, Janet L. Yellen, menilai perkembangan

sektor properti AS saat ini patut untuk

mendapatkan perhatian khusus. Pelemahan

sektor perumahan yang terus berlangsung

dikhawatirkan berpotensi menghambat

pencapaian pertumbuhan PDB AS ke depan.

6 Ekspor Februari 2014 tercatat sebesar 1,6% yoy, paling rendah dibandingkan pertumbuhan ekspor Januari (3%) maupun Maret (5%).

7 Ekspor AS ke Canada turun menjadi 0,9% pada TW1-14, dari 4,2% triwulan sebelumnya. Sementara ekspor AS ke Tiongkok pada TW1-14 turun menjadi 10,4%, dari 23,7% triwulan sebelumnya.

8 Impor consumer goods pada Maret 2014 tumbuh 9,87% yoy, dari kontraksi 2,81% pada bulan sebelumnya dan tertinggi sejak Februari 2013. Sementara impor capital goods pada Maret 2014 tumbuh 7,2% yoy, dari 0,73% pada bulan sebelumnya dan tertinggi sejak Juni 2012.

9 Pertumbuhan existing home sales terkontraksi sebesar 6,56% dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,13%.

Page 33: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

21

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.7 Neraca Perdagangan Grafik 2.8 Ekspor – Mitra Dagang Utama

Grafik 2.9 Indikator Perumahan

���������������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

���

���

���

���

��

��

��

��

�����������������������������������������

������������������

����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�����

�����

���

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

������������������

��������������������� �����������

����������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��������������

���

���

���

���

���

���

��������������������������

������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������������

��� ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������

�����������������

���

���

���

���

�������������������������������������������������������������������������

��� ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ���������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������������

��

����

����

����

����

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����

����

����

����

����

����

����

����

�������������������� ���������� ��������������������������

����������������������������������������������

Page 34: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

22

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Tingkat pengangguran AS yang terus

membaik masih tetap harus dicermati. Pada

TW1-14, angka pengangguran secara rata-

rata membaik ke level 6,67%, dari 6,97%

pada triwulan sebelumnya. Perkembangan

terkini bahkan menunjukkan bahwa angka

pengangguran telah turun mencapai 6,3%

pada April 2014. Secara rata-rata, Initial

jobless claims juga tercatat mengalami

penurunan menjadi 331 ribu orang per minggu

pada TW1-14, dari 344 ribu orang pada

TW4-13. Sementara continuous claims selama

TW1-14 juga cenderung menurun. Pemulihan

sektor tenaga kerja juga tercermin dari

indikator pertumbuhan tenaga kerja (non-farm

payrolls), yang semakin membaik dan kembali

bertambah mencapai lebih dari 200 ribu orang

pada akhir TW1-14. Namun demikian, rata-

rata pertumbuhan tenaga kerja pada TW1-14

masih lebih rendah dibandingkan dengan

TW4-1310. Hal ini terutama disebabkan oleh

cuaca dingin ekstrim yang mengakibatkan

sekitar 262 ribu orang pekerja tidak dapat

bekerja pada bulan Januari. Terlebih, di saat

yang sama juga terjadi pengurangan tenaga

kerja yang dilakukan oleh unit administrasi

pemerintah (government agency) dan retailers

pasca liburan akhir tahun. Di sisi lain, labor

participation rate11 juga cenderung mengalami

peningkatan dan berada di level 63,2% pada

Maret 2014, setelah turun hingga berada di

level 62,8 pada Desember 2013.

Hal penting yang patut untuk dicermati

adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja part-

time menjadi 7,4 juta orang pada Maret 2014,

dari 7,2 juta orang pada Februari 201412. Data

penjelasan dari US Bureau of Labor Statistics

mengindikasikan bahwa bertambahnya

jumlah pekerja paruh waktu tersebut terutama

dilatarbelakangi oleh kesulitan dalam

mendapatkan perkerjaan tetap dan kondisi

bisnis yang kurang mendukung. Dengan

demikian, penurunan tingkat pengangguran

perlu dicermati dengan lebih berhati-hati

mengingat perbaikan di sektor tenaga kerja

AS terindikasi masih belum sepenuhnya

stabil. Selanjutnya the Fed pada Maret 2014

memperkirakan angka pengangguran tahun

2014 akan berada di kisaran 6,1% - 6,3%,

lebih rendah dari prediksi Desember 2013

di kisaran 6,3% - 6,6%. Sementara angka

pengangguran pada 2015 diperkirakan berada

di kisaran 5,6% - 5,9%13. Perbaikan indikator

ketenagakerjaan ini disinyalir akan memperkuat

komitmen the Fed untuk kembali melanjutkan

tapering pada FOMC selanjutnya.

Sejalan dengan peningkatan aktivitas

ekonomi pada akhir TW1-14, tekanan inflasi

cenderung mengalami peningkatan. Inflasi

pada TW1-14 meningkat menjadi 1,4%

yoy, dari 1,23% pada triwulan sebelumnya.

Peningkatan inflasi pada TW1-14 terutama

dipengaruhi oleh inflasi kelompok perumahan

10 Total Change in non-farm payrolls pada TW1-14 adalah 569 ribu orang, lebih rendah dari 595 ribu orang pada TW4-13.

11 Tingkat partisipasi angkatan kerja = angkatan kerja/penduduk usia produktif.

12 Bekerja part-time karena alasan ekonomi seperti slack di pasar tenaga kerja, kondisi bisnis yang kurang mendukung, kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan tetap, atau faktor penurunan permintaan yang bersifat musiman.

13 The Fed pada Desember 2013 memperkirakan angka pengangguran tahun 2015 berada di kisaran 5,8% - 6,1%

Page 35: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

23

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

dan makanan. Peningkatan inflasi kelompok

perumahan disebabkan oleh naiknya harga

sewa rumah. Sedangkan peningkatan

inflasi kelompok makanan disebabkan oleh

kekeringan di wilayah barat Amerika yang

menyebabkan terganggunya pasokan bahan

makanan.

Di sisi lain, tekanan inflasi kelompok

energi yang sempat meningkat pada Januari

2014 karena kebutuhan energi yang cukup

besar, cenderung melemah pada bulan

berikutnya. Hal ini mengingat produksi minyak

domestik yang meningkat tanpa diiringi

tambahan permintaan, serta harga minyak

dunia yang cenderung menurun pada Maret

2014. Sebaliknya, inflasi inti yang sempat

menurun pada Januari dan Februari 2014

kembali meningkat pada akhir TW1-14 dan

kembali berada di level 1,7% pada Maret

2014.

Perkembangan inflasi Maret 2014

meredakan kekhawatiran the Fed dan sejumlah

pihak mengenai inflasi AS yang melemah

dan persisten berada di bawah target 2%.

Namun, inflasi yang mulai bergerak naik

dapat menimbulkan risiko apabila tidak diiringi

oleh kenaikan upah. Dengan perkembangan

tersebut, realisasi kenaikan upah menjadi

penting untuk memperbaiki kepercayaan

masyarakat guna menggerakkan aktivitas

konsumsi ke depan. Menyikapi perkembangan

tersebut, Presiden Obama merencanakan

untuk menaikkan upah minimum nasional.

Pasca proposal kenaikan upah minimum dari

USD7,25 per jam menjadi USD10,10 per

jam pada pidato State of the Union 2014

tanggal 28 Januari 2014, selanjutnya Obama

mempersilahkan masing-masing negara bagian

untuk menaikkan upah minimum di wilayahnya.

Dalam hal ini, Congressional Budget Office

(CBO)14 memperhitungkan bahwa kenaikan

upah minimum menjadi USD10,10 per jam

akan menyebabkan pengurangan tenaga kerja

sebesar 500.000. Meskipun terjadi PHK, secara

14 The Effects of a Minimum-Wage Increase on Employment and Family Income, February 2014.

Grafik 2.10 Indikator Sektor Tenaga Kerja

��

��������������������������������������������������

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

��

��

��

��

��

��

��

��

��

������������������

��������������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��������������������������

��������������������������������

���������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������������

Page 36: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

24

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

umum pendapatan riil masyarakat AS akan

meningkat sebesar USD2 miliar.

Dengan kondisi perekonomian yang

belum sepenuhnya pulih dan bergerak

menuju moderasi pertumbuhan, the Fed

menempuh langkah untuk mempertahankan

stance kebijakan moneter akomodatif dan

mempertahankan suku bunga kebijakan pada

level 0-0,25%. Merespon sejumlah indikator

yang bergerak membaik (terutama sektor

tenaga kerja), pada FOMC meeting 29-30

Januari 2014, The Fed memutuskan untuk

kembali melakukan penyesuaian stimulus.

Stimulus pembelian aset dikurangi sebesar

USD10 miliar menjadi USD65 miliar per bulan.

Terhitung sejak Februari 2014, pembelian

Mortgage Back Securities (MBS) berkurang dari

USD35 miliar menjadi USD30 miliar per bulan.

Sedangkan pembelian UST jangka panjang

yang semula sebesar USD40 miliar menjadi

USD35 miliar per bulan.

Selajutnya, pada FOMC meeting 18-

19 Maret 2014 the Fed kembali melanjutkan

pengurangan stimulus pembelian aset sebesar

USD10 miliar menjadi USD55 miliar per bulan.

Mulai April 2014, pembelian Mortgage

Back Securities (MBS) berkurang dari USD30

miliar menjadi USD25 miliar per bulan,

dan pembelian UST jangka panjang dari

USD35 miliar menjadi USD30 miliar. The Fed

juga akan melanjutkan kebijakan roll-over

terhadap UST jatuh tempo melalui lelang,

serta mempertahankan kebijakan reinvestasi

dari nilai pokok surat berharga Agency

maupun Agency Mortgage Backed Securities

(MBS) yang jatuh tempo ke dalam surat-surat

berharga Agency MBS. Jika perekonomian

terus mengindikasikan perbaikan, The Fed akan

kembali melanjutkan pengurangan pembelian

aset pada tahun 2014 dengan memperhatikan

perkembangan sejumlah indikator.

Pada FOMC Maret 2014 the Fed juga

mengumumkan forward guidance baru

yang cenderung menggunakan pendekatan

kualitatif dalam menentukan timing mulai

dinaikkannya suku bunga kebijakan. Untuk

Grafik 2.11 Inflasi Grafik 2.12 Inflasi - Komponen

����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����

����

����

����

���

���

���

���

�����������

����������������

���������������

����������������

�����������

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

��

���

��

��

��

������������������

����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����

�����

�����

���

����

����

����

��

��

��

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�������

������������������

��������

����������

�����������

������������������

Page 37: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

25

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

mulai menaikkan suku bunga, the Fed akan

mempertimbangkan outlook dan realisasi

sejumlah indikator dalam asesmennya

untuk memastikan tercapainya maximum

employment dan sasaran inflasi 2%. Penilaian

tersebut juga mempertimbangkan kondisi

ketenagakerjaan, indikator pendorong tekanan

inflasi, ekspektasi inflasi, dan perkembangan

sektor keuangan. Pada kesempatan yang

sama, Yellen mengindikasikan suku bunga

kebijakan akan mulai dinaikkan enam bulan

pascastimulus pembelian aset berakhir.

Pernyataan tersebut memicu spekulasi akan

berakhirnya kebijakan moneter akomodatif

oleh the Fed dan menyebabkan volatilitas di

pasar keuangan meningkat. Kondisi tersebut

memaksa Yellen dan sejumlah pejabat the Fed

untuk melakukan klarifikasi bahwa peningkatan

seku bunga tidak akan dilakukan dalam waktu

dekat. Dalam beberapa kesempatan Yellen

juga memandang pemulihan pada sektor

tenaga kerja dan perumahan masih berjalan

lambat serta masih jauh dari selesai.

Pada TW1-14, polemik debt ceiling

AS yang menyita perhatian berbagai pihak

pada triwulan sebelumnya berakhir dengan

kesepakatan dinaikkannya debt ceiling menjadi

USD17,2 triliun hingga 15 Maret 2015. Untuk

sementara, keputusan tersebut mampu

meredakan kekhawatiran sejumlah pihak

akan risiko default pemerintah AS dalam

memenuhi kewajibannya. Kesepakatan

untuk menaikkan debt ceiling telah dicapai

pada 12 Februari 2014, setelah mendapat

persetujuan dari anggota senat15. Di sisi lain,

proses konsolidasi fiskal terus berlangsung.

Defisit fiskal AS pada TW1-14 turun menjadi

2,9%, dari 3,3% terhadap PDB pada triwulan

sebelumnya. Berdasarkan perkembangan

tersebut, Congressional Budget Office (CBO)

memproyeksikan defisit fiskal AS akan turun

menjadi USD492 miliar pada tahun fiskal 2014,

atau setara dengan 2,8% dari total PDB16.

P e r k e m b a n g a n t e r k i n i y a n g

memperlihatkan tingkat pengangguran yang

semakin membaik dan inflasi yang bergerak

menuju target jangka panjang mendorong

spekulasi akan percepatan tapering oleh the

Fed. Selain itu, pernyataan Yellen perihal timing

berakhirnya kebijakan moneter akomodatif

mendorong tingkat suku bunga perbankan

mulai bergerak naik. The Fed berupaya untuk

mengkomunikasikan secara jelas perihal

forward guidance yang baru dan langkah

pengurangan pembelian aset guna meluruskan

persepsi investor atas arah kebijakan The Fed

ke depan dan menghindari gejolak di pasar

saham dan keuangan.

Ekonomi AS ke depan diperkirakan

masih akan tumbuh meningkat dari tahun

2013, meski lebih rendah dari prediksi

sebelumnya. Dalam FOMC meeting Maret

2014, the Fed memperkirakan ekonomi AS

pada 2014 tumbuh sebesar 2,8% - 3,0% dan

meningkat pada 2015 menjadi 3,0% - 3,2%.

Dalam WEO April 2014, IMF juga memprediksi

PDB AS pada 2014 dan 2015 masing-masing

akan tumbuh sebesar 2,8% yoy dan 3,0%.

15 Sebagian anggota senat dari partai republik bergabung dengan anggota senat dari partai demokrat untuk menyetujui kenaikan debt ceiling.

16 Pada tahun 2013 defisit fiskal AS mencapai USD680 miliar (4,3% dari total PDB)

Page 38: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

26

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Sejalan dengan moderasi pertumbuhan

ekonomi AS, inflasi pada 2014 diperkirakan

berada di kisaran 1,5% - 1,6% yoy, dan

meningkat ke kisaran 1,5% - 2,0% yoy pada

tahun 2015. Selanjutnya guna menjangkar

ekspektasi inflasi, the Fed masih menetapkan

target inflasi jangka panjang di kisaran 2%

yoy. Hal ini ditujukan untuk menjaga kestabilan

harga, menjaga suku bunga jangka panjang

dalam level yang moderat, dan mendukung

sektor tenaga kerja (maximum employment).

Selanjutnya, The Fed memperkirakan angka

pengangguran tahun 2014 akan berada di

kisaran 6,1% - 6,3%.

Meskipun ekonomi AS terus membaik,

ekonomi AS masih dibayangi oleh beberapa

potensi di masa yang akan datang yang dapat

menghambat pemulihan ekonomi, seperti:

a. Perkembangan sektor tenaga kerja yang

masih rentan, seiring belum stabilnya

tingkat partisipasi tenaga kerja dengan

diiringi meningkatnya jumlah pekerja

paruh waktu;

b. Stagnasi pendapatan yang dikhawatirkan

mengancam aktivitas konsumsi dan

investasi, seiring penolakan senat

terhadap proposal kenaikan upah

Presiden Obama dan tekanan inflasi

yang mulai meningkat;

c. Pemulihan ekonomi Kawasan Euro

yang belum stabil sehingga berpotensi

mempengaruhi perbaikan ekonomi

AS melalui jalur perdagangan dan

keuangan;

d. Pelemahan ekonomi Tiongkok dan

negara emerging yang juga berpotensi

menahan kinerja ekonomi AS.

Tabel 2.1 Proyeksi PDB AS (% yoy)

Tabel 2.2 Proyeksi Inflasi AS (% yoy)

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

���� ��� ��� ��� ��������� ��������� ���������

���� ��� ��� ��� ��������� ��������� ������������������������������������

����������������������������������������

Sumber: The Fed, World Economic Outlook – IMF April 2014

������ ������ ������ ������ ������ ������

���� ��������� ��������� ���������

���� ��������� ��������� ���������

���������� ���������������������������

��� ��� ���

����������������

Page 39: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

27

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

A.2. Kawasan Euro dan Inggris

A.2.1. Kawasan Euro

Perekonomian Kawasan Euro telah

memasuki area ekspansi sejak akhir tahun

lalu dan kembali mengalami perbaikan di awal

2014. PDB Euro TW1-14 tumbuh sebesar 0,9%

yoy, lebih tinggi dibandingkan triwulan akhir

2013 sebesar 0,5%. Jerman kembali menjadi

penopang utama pertumbuhan ekonomi

Kawasan Euro. Sinyal perbaikan Kawasan

Euro juga ditunjukkan dengan keberhasilan

Irlandia, Spanyol dan Portugal melepaskan diri

dari program dana talangan. Irlandia, Portugal

serta Yunani juga telah kembali masuk pasar

dan menerbitkan obligasi global. Perbaikan

tersebut direspon lembaga rating dengan

menaikkan sovereign rating dan outlook

sejumlah negara di Kawasan Euro.

Salah satu risiko yang berpotensi

menghambat perbaikan ekonomi Kawasan

Euro adalah inflasi yang terpantau terus

melemah, hingga menimbulkan kekhawatiran

masuk ke dalam jerat deflasi seperti Jepang.

Di tengah tekanan inflasi yang menurun,

ECB masih menerapkan kebijakan moneter

akomodatif dengan mempertahankan suku

bunga di level rendah. Namun ECB telah

menegaskan akan melakukan beberapa

kebijakan untuk mengatasi inflasi rendah,

t e rmasuk menggunakan i n s t rumen

unconventional. Ke depan, perekonomian

Kawasan Euro diperkirakan semakin membaik.

ECB memprediksi PDB Eropa akan tumbuh

sebesar 1,2% pada 2014, sejalan dengan

estimasi IMF dalam WEO April 2014. Sementara

laju inflasi diperkirakan masih berada di kisaran

rendah yaitu sekitar 1% di tahun 2014.

Perekonomian Kawasan Euro pada

triwulan awal 2014 melanjutkan tren perbaikan

setelah keluar dari resesi pada akhir tahun lalu.

PDB TW1-14 tumbuh sebesar 0,9% yoy, lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan TW4-13

yang secara mengejutkan berhasil tumbuh

sebesar 0,5%. Perbaikan ekonomi di triwulan

akhir 2013 tersebut terutama didorong

oleh peningkatan konsumsi domestik baik

pemerintah maupun swasta. Sebagaimana

triwulan sebelumnya, peningkatan konsumsi

terus berlanjut pada triwulan ini.

Apabila ditinjau menurut negara,

pertumbuhan ekonomi Kawasan Euro pada

TW1-14 tetap digerakkan oleh peningkatan

ekonomi Jerman yang tumbuh mencapai

2,3%. Perancis tetap tumbuh namun stagnan

di level 0,8%. Namun demikian, PDB Italia

kembali terkontraksi sebesar 0,5%. Selain Italia,

beberapa negara periferal Eropa lainnya juga

masih mengalami kontraksi17 pertumbuhan

ekonomi yang menunjukkan masih terjadinya

disparitas pemulihan ekonomi di antara

negara-negara Kawasan Euro.

Indikator penuntun konsumsi bergerak

positif sebagaimana ditunjukkan oleh perbaikan

penjualan ritel dan penjualan kendaraan

penumpang (new passenger vehicle sales)

yang telah memasuki zona ekspansi sejak

triwulan akhir 2013. Rata-rata penjualan ritel

17 PDB Estonia terkontraksi 1,5%, Yunani (minus 1,1%), Cyprus (minus 4,1), Belanda (minus 0,5%), Finlandia (minus 0,8%).

Page 40: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

28

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

TW1-14 tumbuh sebesar 0,9%, lebih tinggi

dibandingkan periode sebelumnya yang hanya

tumbuh 0,2%. Perbaikan tersebut terutama

disumbang oleh peningkatan penjualan produk

non-makanan dan bahan bakar. Sementara itu,

peningkatan penjualan kendaraan dipengaruhi

oleh peningkatan kebutuhan peremajaan

kendaraan oleh perusahaan dan perorangan,

pemberian potongan harga dari produsen

dan kemudahan pembiayaan. Penjualan

kendaraan meningkat di hampir seluruh negara

Kawasan Euro, terutama negara produsen

otomotif seperti Jerman dan Perancis yang

masing-masing tumbuh 5,4% dan 8,5%

di Maret 2014. Perbaikan angka penjualan

ritel dan kendaraan tersebut sejalan dengan

membaiknya kepercayaan konsumen dan

kepercayaan perdagangan.

Peningkatan konsumsi juga diikuti

oleh aktivitas bisnis (dan juga investasi) yang

meningkat meski masih dalam skala yang

moderat. Indeks produksi industri dan iklim

bisnis meningkat dan kembali berada di zona

ekspansi melanjutkan perbaikan yang terjadi di

triwulan sebelumnya. Produksi industri di TW1-

14 secara rata-rata tumbuh 1,7%, meningkat

dari triwulan sebelumnya sebesar 1,4%.

Peningkatan produksi terutama didorong oleh

peningkatan produksi barang intermediate

dan barang modal. Sejalan dengan itu,

PMI manufaktur meningkat ke level 53,4 di

TW1-14 dari triwulan sebelumnya sebesar

51,9. Meskipun meningkat, perkembangan

aktivitas manufaktur di Kawasan Euro dari

bulan ke bulan selama TW1-14 menunjukkan

tren yang menurun. Jerman yang menjadi

kekuatan utama ekonomi Euro merupakan

salah satu negara yang mengalami penurunan

PMI Manufaktur, yaitu dari 56,5 pada Januari

2014 ke level 53,8 di Maret 2014.

Kinerja perekonomian Euro tidak

terlepas dari peranan Jerman yang menjadi

pendorong utama pertumbuhan ekonomi

Euro. Akselerasi pertumbuhan ekonomi Jerman

yang telah dimulai sejak TW2-13 terus berlanjut

di TW1-14 dengan tumbuh 2,3% dari triwulan

Grafik 2.13 Pertumbuhan PDB Grafik 2.14 Kontribusi Pertumbuhan PDB

�����

�����

����

����

����

����

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

������������ ������ ���������������������������

������������������

��������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����

����

����

����

���

���

���

���

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

����������

���������

���������������

�������������������

�����������

������������������

Page 41: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

29

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

18 Pangsa ekspor Jerman ke Kawasan Euro mencapai 60,8%, sementara impor mencapai 64,3% dari total.

19 Factory order TW1-14 terkontraksi 0,6% yoy dari TW4-13 yang tumbuh 0,3%. Secara rata-rata PMI Manufaktur TW1-14 membaik namun pergerakan bulanannya cenderung menurun. Rata-rata PMI Manufaktur TW1-14 sebesar 55, meningkat dari 52,9 di TW4-13.

sebelumnya sebesar 1,4%. Seiring dengan

kuatnya keterkaitan ekonomi Jerman dengan

negara Kawasan Eropa lainnya - mayoritas

transaksi ekspor dan impor Jerman dilakukan

dengan negara di Kawasan Euro dengan

pangsa di atas 60%18 -, perbaikan ekonomi

Jerman diperkirakan dapat menjadi pendorong

perbaikan ekonomi Kawasan Euro.

Perbaikan ekonomi Jerman terutama

didorong oleh meningkatnya konsumsi dan

permintaan ekspor termasuk dari sesama

negara Kawasan Euro yang telah memasuki

tahap recovery, meski masih dalam skala

yang lemah di beberapa negara periferal.

Konsumsi yang cukup kuat didukung oleh

penurunan angka pengangguran dan inflasi

yang terkendali sehingga meningkatkan daya

beli konsumen. Lebih jauh lagi, konsumsi

domestik yang kuat juga memacu impor –

termasuk dari negara lain di Kawasan Euro –

sehingga membantu recovery kawasan secara

keseluruhan.

Meski mengalami peningkatan,

konsumsi dan ekspor Jerman tertahan oleh

dampak eskalasi krisis Rusia-Ukraina. Krisis

yang terus meningkat berdampak pada

memburuknya faktor keamanan yang pada

gilirannya dapat menghambat aktivitas

perdagangan, termasuk ekspor Jerman ke

kedua negara tersebut. Pasokan beberapa

komoditas dari Rusia dan Ukraina ke Jerman –

baik barang konsumsi maupun bahan mentah

– juga terkendala, sehingga konsumsi dan

produksi dapat tertahan. Beberapa indikator

produksi menunjukkan gejala penurunan

aktivitas produksi, seperti factory order yang

menurun, indeks PMI manufaktur yang meski

membaik, namun trennya justru menurun19.

Ke depan, apabila krisis Rusia-Ukraina semakin

Grafik 2.15 Indikator Konsumsi Grafik 2.16 Penjualan Ritel

����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

��

��

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

������������������������������������������������������������������������������������������

������������������

�����

��

��

��

��

��

��

���������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

������������������

Page 42: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

30

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

memburuk, dampaknya pada perekonomian

Jerman berpotensi semakin memburuk.

Sinyal perbaikan ekonomi Kawasan Euro

juga ditunjukkan oleh keberhasilan Irlandia,

Spanyol dan Portugal untuk keluar dari program

dana talangan20. Irlandia, Spanyol dan Yunani

bahkan telah kembali menerbitkan obligasi

global untuk pertama kalinya di triwulan ini

sejak menerima dana talangan. Lembaga

rating internasional merespon positif perbaikan

di berbagai negara Kawasan Euro dengan

menaikkan rating dan outlook. Fitch pada

11 April 2014 mengafirmasi sovereign rating

Portugal pada BB+ serta menaikan outlook

Portugal menjadi ‘Positive’ dari ‘Negative’.

Portugal dinilai berhasil melakukan perbaikan

kinerja fiskal tahun 2013 di atas ekspektasi

Fitch dan program penyelamatan IMF-EU.

Fitch juga menaikkan prediksi pertumbuhan

ekonomi Portugal menjadi 1,3% pada 2014,

lebih tinggi dari estimasi pemerintah Portugal

sebesar 1,2%. Selain Fitch, Moody’s juga

menaikkan outlook Portugal dari ‘negative’

menjadi ‘stable’. Sementara itu, Moody’s juga

menaikkan rating Irlandia dari Baa2 menjadi

Baa3.

Sektor eksternal Kawasan Euro pada

periode laporan terus menunjukkan kinerja

yang membaik, meskipun belum cukup

berarti. Hal ini ditunjukkan oleh ekspor yang

masih tumbuh di bawah rata-rata serta surplus

neraca perdagangan yang menyempit. Selama

TW1-14, ekspor tumbuh 1,9% yoy, naik dari

1,1% pada TW4-13. Angka pertumbuhan

tersebut masih lebih rendah dibanding rata-

rata pertumbuhan ekspor dua tahun terakhir

yang mencapai 4,4%. Perkembangan ekspor

Kawasan Euro sangat bergantung pada

aktivitas ekspor Jerman di saat ekspor Perancis

dan Italia masih terkontraksi. Pada periode

Grafik 2.17 Indikator Investasi Grafik 2.18 Purchasing Manager Index (PMI)

20 Irlandia berhasil keluar dari dana talangan pada Desember 2013, disusul oleh Spanyol pada Januari 2014 dan Portugal pada Mei 2014. Dana talangan Spanyol digunakan untuk mengatasi problem perbankan.

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� ��

�����������������

���������������������

��������������������������

������������������

�����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � �

��������������

�������������

������������

��������������

�������������

������������������

Page 43: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

31

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

yang sama, impor terkontraksi sebesar 1,2%,

sedikit membaik dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang kontraksi 2,5%. Pergerakan

ekspor dan impor pada periode berjalan

menyebabkan surplus neraca perdagangan

selama TW1-14 menurun menjadi EUR31,8

miliar, dari triwulan sebelumnya yang mencapai

EUR48,1 miliar.

Pemulihan ekonomi yang lambat

berdampak pada tekanan inflasi yang relatif

rendah hampir di seluruh negara Kawasan

Euro. Inflasi HICP Kawasan Euro pada

TW1-14 secara rata-rata tercatat sebesar

0,7%, sedikit lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 0,8%. Namun

demikian, inflasi cenderung menurun dari

bulan ke bulan dan inflasi terendah terjadi

pada Maret 2014, yaitu 0,5%, semakin jauh

di bawah target ECB sebesar 2%. Pelemahan

inflasi dipengaruhi oleh output gap yang masih

lebar21, penurunan harga energi dan moderasi

kenaikan harga makanan. Inflasi inti Maret

2014 juga turun ke level 0,7% dari sebesar 1%

di Februari 2014. Penurunan inflasi di Maret

2014 terjadi hampir di seluruh negara Kawasan

Euro, kecuali Irlandia yang inflasinya tumbuh

0,3%. Beberapa negara bahkan mengalami

deflasi, yaitu Yunani (minus 1,5%), Cyprus

(minus 0,9%), Portugal (minus 0,4%), Spanyol

(minus 0,2%) dan Slovakia (minus 0,2%).

Inflasi yang rendah tersebut selain disebabkan

Grafik 2.19 Neraca Perdagangan Grafik 2.20 Nilai Tukar Euro

Grafik 2.21 Komponen Inflasi21 Output aktual masih jauh di bawah output potensial.

�����������

�����

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

�����

�����

�����

����

���

���

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���

������������������

�����������

����������

������������������

���

����

���

����

���

����

���

����

���

����������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ����

������������������

����������

��

��

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � ��� � � � �� � � � �� � � � �� �

����������������������������

�������������������������

������������������

Page 44: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

32

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

oleh masih rendahnya permintaan domestik,

juga diakibatkan oleh apresiasi nilai tukar Euro

terhadap US dollar yang mengakibatkan harga

barang impor menurun.

Lambatnya pemul ihan ekonomi

Kawasan Euro menunjukkan masih belum

terselesaikannya permasalahan struktural

dalam perekonomian, yaitu tingginya angka

pengangguran, belum pulihnya fungsi

intermediasi bank dan rendahnya inflasi.

Permasalahan-permasalahan tersebut saling

terkait dan saling memengaruhi dimana

untuk mengatasi perlu dilakukan reformasi

struktural. Namun demikian, urgensi untuk

mengimplementasikan reformasi dimaksud

sedikit menurun dan tertutupi oleh kinerja

ekonomi yang menunjukkan pemulihan yang

cukup kuat dalam dua triwulan terakhir.

Eforia membaiknya ekonomi Kawasan Euro

ini dikhawatirkan akan mengurangi semangat

reformasi sehingga permasalahan utama krisis

tidak akan terselesaikan dengan tuntas.

Permasalahan pengangguran di

Kawasan Euro tidak sekadar levelnya yang

tinggi, namun juga distribusi yang tidak

merata. Unemployment rate per Maret 2014

masih pada level yang tinggi, yaitu 11,8%,

dan tidak berubah sejak Oktober 2013. Hal

ini menunjukkan perbaikan kinerja ekonomi

belum dapat memperbaiki sektor tenaga

kerja. Sementara distribusi yang tidak merata

tercermin pada tingkat pengangguran yang

relatif tinggi di Yunani dan Spanyol (di atas

25%), namun di beberapa negara lainnya

relatif rendah (tidak lebih dari 6,1%), seperti

Austria, Jerman dan Luxemburg22. Angka

pengangguran yang masih tinggi menimbulkan

kekhawatiran akan daya beli masyarakat dan

tertahannya konsumsi domestik, yang pada

gilirannya meningkatkan risiko penurunan

inflasi yang semakin dalam.

Permasalahan krusial berikutnya yang

dihadapi Kawasan Euro adalah masih belum

pulihnya fungsi intermediasi perbankan.

Permasalahan ini mengakibatkan terkendalanya

penyaluran kredit oleh bank kepada sektor

industri dan rumah tangga. Tindakan kehati-

hatian perbankan di dalam menyalurkan kredit

untuk menghindari risiko kredit macet menjadi

faktor penyebab rendahnya intermediasi

perbankan, disamping masih berlanjutnya

proses delevereging dan belum selesainya

22 Angka pengangguran pada bulan Maret 2014 Austria (4,9%), Jerman (5,1%), dan Luxembourg (6,1%). Sementara Yunani (26,7% di Januari 2014) dan Spanyol (25,3%).

Grafik 2.22 Tingkat PengangguranKawasan Euro

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

����������������������������������

���������������������������

������������������

Page 45: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

33

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

restrukturisasi bank. Terkendalanya salah satu

sumber pembiayaan ekonomi di tengah daya

beli yang masih lemah – karena permasalahan

pengangguran yang tinggi – berdampak

pada lambatnya pemulihan ekonomi. Dalam

menjembatani kebutuhan pembiayaan,

European Commission (EC) telah menyusun

roadmap untuk mendorong pembiayaan

jangka panjang dan akan memfinalisasi aturan

kehati-hatian (prudential framework) bagi

perbankan dan perusahaan asuransi dalam

memberikan dukungan pembiayaan jangka

panjang kepada sektor riil.

Tekanan inflasi yang rendah menjadi

downside risk perekonomian Kawasan Euro.

Inflasi yang terus menurun merupakan indikasi

perekonomian sedang menuju deflation trap.

Kondisi ini menjadikan pertumbuhan semakin

menyusut disamping menjadikan semakin sulit

untuk keluar dari deflasi (lihat artikel mengenai

inflasi Eropa).

Di tengah tekanan inflasi yang melemah,

ECB memutuskan mempertahankan kebijakan

akomodatif dan belum mengeluarkan kebijakan

khusus untuk mengatasi problem inflasi. ECB

pada 3 April 2014 kembali mempertahankan

suku bunga di level rendah, yaitu main

refinancing operation rate di level 0,25%,

marginal lending facility rate sebesar 0,75%,

dan deposit facility rate sebesar 0%.

Presiden ECB – dalam konferensi pers

– menegaskan beberapa policy action yang

dapat dilakukan oleh ECB untuk mengatasi

inflasi rendah, antara lain: suku bunga yang

Grafik 2.23 Pertumbuhan KreditPerbankan Euro

Grafik 2.25 Suku Bunga Kebijakan

Grafik 2.24 Inflasi Kawasan Euro

����������

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����

���

���

���

���

���

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

������������������������������� �����������������������

������������

�����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

���� ������ ���������������������������

������

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����������������������

����������������������������������

���������������������������������

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

������������������

Page 46: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

34

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

lebih rendah, menurunkan deposit facility

rate, melakukan injeksi likuiditas, mengakhiri

Securities Market Program (SMP)23 Sterilization,

dan bentuk lain dari Long Term Refinancing

Operation (LTRO)24. Draghi untuk pertama

kalinya menegaskan bahwa ECB berkomitmen

untuk menggunakan instrumen unconventional

yang sesuai dengan mandatnya.

Otoritas Kawasan Euro memil iki

ketergantungan yang cukup tinggi terhadap

utang pemerintah, tercermin dari rasio

government debt to GDP yang masih tinggi.

Pada TW4-13, rasio tersebut tercatat di level

92,6% dari PDB, hanya sedikit membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu

92,8%. Rasio tersebut masih jauh dari

benchmark Maastricht Treaty sebesar 60%.

Perbaikan rasio terutama terjadi di Jerman

dan Irlandia yang masing-masing berhasil

menurunkan ke level 78,4% dan 123,7% dari

PDB25. Sedangkan Yunani merupakan negara

dengan level utang tertinggi yaitu 175,1%.

Seiring dengan kembalinya Yunani ke pasar

obligasi global, terdapat kekhawatiran negeri

para dewa tersebut akan kesulitan untuk

menurunkan rasio utangnya terhadap PDB.

Pada periode laporan, EC telah

menyiapkan roadmap untuk memenuhi

kebutuhan pembiayaan jangka panjang. EC

pada 27 Maret 2014 telah mengadopsi paket

kebijakan untuk mendorong pembiayaan

jangka panjang guna mendukung pemulihan

ekonomi yang sustainable. Pembiayaan jangka

panjang diperlukan untuk mewujudkan

“Europe 2020 Strategy” dan “2030 Climate

and Energy Package”26. EU diperkirakan

membutuhkan dana sekitar EUR1 triliun untuk

melaksanakan proyek infrastruktur di bidang

transportasi, energi dan telekomunikasi.

Roadmap tersebut diterjemahkan ke dalam

beberapa kegiatan, yaitu:

a. Memobilisasi sumber pembiayaan

swasta untuk investasi jangka panjang.

Kegiatan yang dilakukan adalah

memfinalisasi prudential framework

bagi perbankan dan perusahaan

asuransi dalam memberikan dukungan

pembiayaan jangka panjang kepada

sektor riil, memobiliasi dana pensiun dan

mendalami kemungkinan peningkatan

cross border flows dari saving and merit

EU saving account.

23 SMP adalah government bond purchased facility.24 Pinjaman perbankan kepada ECB berbunga rendah dengan

jaminan surat berharga.25 Pada TW4-13, rasio utang terhadap PDB Jerman dan Irlandia

masing-masing 78,5% dan 124,3%.

26 “Europe 2020 Strategy” merupakan strategi Eropa yang menitikberatkan pada area ketenagakerjaan, inovasi, pendidikan, social inclusion dan iklim/energi. Sementara “2030 Climate and Energy Package ”bertujuan untuk menjadikan ekonomi EU dan sistem energi yang lebih kompetitif, aman dan berkelanjutan.

Grafik 2.26 Debt to GDP Ratio

�����

��

��

��

��

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

���

���

�� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������

������

�������������� ��������������

�������

������ ��������

������������

����������������

Page 47: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

35

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

27 Shadow banking di Eropa meliputi (i) securitisation activities; (ii) money market funds; (iii) repo market, dan (iv) hedge funds.

28 Meski peranan shadow banking masih lebih kecil dibandingkan di AS, namun memiliki peran penting di beberapa negara Kawasan Euro.

29 Sekitar 11 negara sedang bernegosiasi untuk memberikan pembebasan pajak.

b. Meningkatkan peranan dana publik.

Meningkatkan peranan institusi

keuangan pemerintah untuk

pembangunan ekonomi, dan

mendorong kerja sama/keterkaitan

antara institusi pembiayaan ekspor.

c. Mengembangkan peranan European

Capital Market.

Memfasilitasi akses UMKM kepada capital

market dan meningkatkan investment

pool dengan menciptakan transparansi

di pasar sekunder untuk corporate bond,

merevitalisasi securitization market

dengan mempertimbangkan risiko dan

diferensiasi produk, serta meningkatkan

iklim yang kondusif bagi covered bond

dan private placement.

d. Meningkatkan akses pembiayaan kepada

UMKM.

Memberikan informasi kredit kepada

UMKM, dialog antara bank dan UMKM,

serta mengevaluasi best practice untuk

mendorong akses UMKM kepada pasar

modal.

e. Menarik minat swasta untuk membiayai

proyek infrastruktur.

f. Memperluas framework pembiayaan

yang berkelanjutan.

Roadmap EC untuk memenuhi

pembiayaan jangka panjang mengindikasikan

keinginan Kawasan Euro untuk memanfaatkan

pendanaan di luar sektor perbankan (shadow

banking). Secara historis, shadow banking

memiliki peran yang cukup penting bagi

Kawasan Euro dengan total aset mencapai 50%

dari total aset perbankan27. EU nampaknya

ingin mendorong peran shadow banking28

sehingga dapat dijadikan sumber pembiayaan

proyek infrastruktur dan teknologi, dan pada

saat yang sama mengurangi ketergantungan

pada pembiayaan perbankan.

Salah satu cara yang akan ditempuh

adalah melalui sekuritisasi, yang mengaitkan

pemberian pinjaman dengan jaminan surat

berharga. Untuk itu otoritas di Kawasan Euro

perlu menerapkan aturan main yang lebih

ketat guna menghindari risiko berulangnya

kasus subprime mortgage AS. Upaya lain yang

sedang dinegosiasikan29 adalah memberikan

pengecualian pajak terhadap aktivitas shadow

banking, khususnya transaksi repurchase

agreement serta securities lending and

borrowing.

Pencanangan roadmap pembiayaan

jangka panjang diharapkan dapat memperbaiki

kinerja perekonomian Kawasan Euro. Dalam

kaitan ini, ECB memperkirakan PDB akan

tumbuh sebesar 1,2% pada 2014 dan

kemudian meningkat secara gradual menjadi

1,5% di 2015 dan 1,8% di 2016. Estimasi

pertumbuhan PDB tahun 2014 dan 2015

sejalan dengan perkiraan IMF dalam WEO

April 2014.

Perba ikan tersebut antara la in

dipengaruhi oleh (a) berlanjutnya pemulihan

permintaan domestik seiring peningkatan

Page 48: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

36

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

kepercayaan konsumen; (b) kebijakan moneter

yang sangat akomodatif; (c) harga minyak yang

rendah; dan (d) perbaikan permintaan ekspor

meski belum terlalu signifikan. Permintaan

domestik Kawasan Euro diperkirakan akan

terus membaik seiring dengan kebijakan fiskal

yang tetap ekspansif pada tahun mendatang

dan peningkatan penyaluran kredit.

Surplus trade balance dan current

account diperkirakan membaik dan memberikan

kontribusi positif bagi pertumbuhan PDB.

Surplus current account diperkirakan mencapai

2,7% di 2016. Pertumbuhan ekspor ke negara

non-kawasan diperkirakan memperoleh

momentum perbaikan pada tahun 2014

dan 2015, mencerminkan penguatan

permintaan eksternal dan menurunnya

dampak apresiasi nilai tukar euro. Sementara

transaksi perdagangan antar negara kawasan

diperkirakan sedikit lebih rendah dibandingkan

perdagangan dengan negara-negara di luar

kawasan.

Laju inflasi (HICP) diperkirakan masih

berada di kisaran rendah sebelum meningkat di

akhir 2016. Inflasi diperkirakan akan mencapai

1% di 2014, untuk kemudian meningkat

secara gradual hingga mencapai 1,5% di 2016.

Perkiraan inflasi yang tetap rendah tersebut

terutama dipengaruhi oleh penurunan harga

minyak futures dan masih tingginya slack di

dalam perekonomian.

Angka pengangguran diperkirakan

membaik, namun tetap di atas 11% hingga

tahun 2016. Labour productivity diperkirakan

meningkat yang merefleksikan akselerasi

aktivitas ekonomi. Government deficit to GDP

ratio diperkirakan menurun menjadi 2,7% di

2014, dari 3,2% di 2013. Perbaikan tersebut

merupakan cerminan dari upaya konsolidasi

fiskal di sejumlah negara Kawasan Euro dan

berkurangnya bantuan pemerintah kepada

sektor keuangan. Rasio utang terhadap PDB

Kawasan Euro diproyeksikan akan mencapai

puncaknya pada tahun 2014, mencapai

93,5%, dan kemudian menurun menjadi

92,2% di 2016.

Perjalanan ekonomi Kawasan Euro

ke depan masih penuh dengan tantangan.

Dari sisi internal, negara Kawasan Euro harus

mengatasi masalah disparitas pertumbuhan

ekonomi yang masih cukup tinggi antara core

dan periferal, belum pulihnya intermediasi

perbankan, ketergantungan fiskal pada utang,

dan inflasi yang rendah. Di sisi lain, Euro juga

menghadapi tantangan dari meningkatnya

ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

Aktivitas perdagangan dan finansial berpotensi

terganggu mengingat Kawasan Euro memiliki

hubungan perdagangan dan keuangan

yang kuat dengan Rusia. Rusia merupakan

pemasok gas utama kepada Euro dan sejumlah

perusahaan Eropa melakukan investasi di Rusia

dalam jumlah yang cukup signifikan (lihat

artikel mengenai krisis Ukraina).

Page 49: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

37

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

A.2.2. Inggris

Pada triwulan awal 2014, perekonomian

Inggris kembali menunjukkan pertumbuhan

yang semakin solid. PDB Inggris berhasil

tumbuh mencapai 3,1% yoy pada TW1-14,

jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya 2,7%. Pertumbuhan

ekonomi tersebut juga merupakan pencapaian

terbaik sejak TW4-07. Konsumsi domestik

masih menjadi pendorong utama pertumbuhan

PDB Inggris, yang kemudian diikuti oleh

peranan investasi meski perkembangannya

belum terlalu menggembirakan. Inggris masih

mengalami kendala di sektor eksternal seiring

dengan ekspor yang masuk ke zona kontraksi

karena pelemahan permintaan dari negara di

kawasan Euro.

Angka pengangguran telah membaik

melebihi ekspektasi otoritas moneter sehingga

Bank of England (BoE) meluncurkan further

guidance yang menjadi acuan baru untuk

menetapkan kenaikan suku bunga. Inflasi

yang terkendali menjadikan BoE kembali

mempertahankan kebijakan akomodatifnya.

Ekonomi Inggris ke depan diperkirakan terus

membaik. Pertumbuhan ekonomi yang kuat,

tingkat pengangguran yang menurun dan

inflasi yang terkendali menjadi modal yang

kuat bagi Inggris untuk tumbuh lebih tinggi

pada periode mendatang. BoE memprediksi

PDB Inggris akan tumbuh 3,4% yoy pada 2014,

lebih tinggi dibandingkan prediksi IMF yang

memperkirakan sebesar 2,9%.

Inggris terus mengalami perbaikan

ekonomi dengan akselerasi pertumbuhan yang

lebih cepat. PDB Inggris pada triwulan awal

2014 berhasil tumbuh impresif mencapai 3,1%

yoy30, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

yaitu 2,7%, maupun dari estimasi Concencus

Forecast sebesar 3,0%31. Kinerja ekonomi

tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi

sejak TW4-07. Perbaikan ekonomi Inggris

terutama ditopang oleh konsumsi swasta

dan kegiatan investasi32. Perbaikan di sektor

konstruksi; distribusi, hotel dan restoran;

serta jasa bisnis dan keuangan merupakan

Tabel 2.3 PDB Negara di Kawasan Euro

���� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������ ���� ����

���������������� �����

���������� ����������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����

����

����

���

���

����

����

����

���

���

����

����

����

����

����

����

����

���

���

���

���

���

����

���

���

����

����

���

���

���

���

���

����

���

���

����

����

����

���

���

����

����

���

���

���

���

���

������������

������

��������

������

�������

�����������

�����������������������������������������

30 First estimate.31 April 2014.32 Konsumsi domestik memberikan kontribusi terbesar dalam ekonomi

Inggris yaitu sebesar 1,8% dan kemudian diikuti dengan investasi yang berkontribusi sebesar 1,2% terhadap PDB TW1-14.

Page 50: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

38

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

faktor kunci pendorong perbaikan ekonomi

Inggris. Kinerja positif ekonomi Inggris yang

terus berlanjut merupakan implikasi positif

dari kebijakan moneter akomodatif yang

diterapkan otoritas moneter.

I nd i ka to r penun tun konsums i

melanjutkan tren perbaikan yang mulai terjadi

sejak TW2-13. Hal ini ditunjukkan dengan rata-

rata penjualan ritel di TW1-14 yang meningkat

menjadi 3,8% yoy dari triwulan sebelumnya

sebesar 3,0%. Penjualan ritel tertinggi pada

periode tersebut terjadi pada bulan Maret

2014 yang mencapai 4,2%, dipicu oleh

meningkatnya penjualan pakaian musim semi

seiring dengan pergantian musim. Berbeda

dengan penjualan ritel, rata-rata penjualan

kendaraan bermotor mengalami sedikit

pelemahan dengan tumbuh 9,4% yoy, lebih

rendah dibandingkan 11,6% pada triwulan

lalu. Penurunan penjualan kendaraan bermotor

terutama terjadi pada dua bulan pertama tahun

2014, dan mulai pulih kembali di bulan Maret.

Sedangkan indeks kepercayaan konsumen

mengalami perbaikan secara gradual meski

masih berada di zona kontraksi.

Konsumsi domestik yang bergerak positif

mendorong perbaikan investasi pada triwulan

berjalan. Selama TW1-14, produksi industri,

termasuk produksi manufaktur, melanjutkan

Grafik 2.27 Pertumbuhan PDB Grafik 2.28 Pertumbuhan PDB Sektoral

Grafik 2.29 Indikator Konsumsi

�����

��������

���

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

�������

�������������������

������ �����

���������

���������������

������������������

�����

���

��

��

��

���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

��������

���������������������

���

�������������������������������

������������������

�����������

��

��

���

���

���

���

��

��

��

��

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� ����� ���� ���� ���� ����

��������������������

����������������������������������

�������������������������

������������������

Page 51: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

39

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

tren perbaikannya dengan pertumbuhan yang

lebih tinggi mencapai 2,8%33 dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 2,2%. Demikian

pula halnya dengan rata-rata PMI manufaktur

dan PMI Konstruksi yang masih di level tinggi

yaitu 56,3 dan 63,2. Perkembangan terkini

di April 2014 menunjukkan PMI manufaktur

kembali naik ke 57,3% dari 55,8% pada bulan

Maret 2014, dipengaruhi oleh peningkatan

output dan new orders seiring dengan

perbaikan permintaan dari pasar domestik dan

internasional khususnya di luar Kawasan Euro.

Perbaikan aktivitas manufaktur juga ditopang

oleh peningkatan investasi asing di Inggis

terutama dari Amerika Utara, Eropa, Asia dan

Timur Tengah.

Sektor ketenagaker jaan Inggr is

mengalami perbaikan yang mengesankan.

Sejak triwulan akhir 2013, angka pengangguran

menurun lebih cepat dari perkiraan dengan

rata-rata TW1-14 mencapai 7,0%, lebih

rendah dari 7,2% di TW4-13. Bahkan pada

bulan Maret 2014, angka pengangguran telah

menurun ke level 6,8%. Perbaikan angka

pengangguran tersebut di atas ekspektasi

BoE yang memperkirakan baru akan mencapai

target 7% pada tahun 2016. Kinerja positif

tersebut juga diiringi dengan perbaikan tingkat

upah yang menjadi daya dorong permintaan

domestik.

Grafik 2.30 Indikator Aktivitas Bisnis Grafik 2.32 Pergerakan Upah

Grafik 2.31 Tingkat Pengangguran

33 Angka sampai dengan Februari 2014.

�����������

���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�������������������������������������������������������������������������������������������������

������������������

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

����������������

�����������������

������������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

��������������������

������������������

Page 52: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

40

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Kinerja sektor eksternal Inggris masih

menghadapi tantangan seiring dengan

rendahnya volume ekspor yang mulai memasuki

zona kontraksi. Rata-rata pertumbuhan ekspor

Inggris pada TW1-14 terkontraksi sebesar

2,7% yoy dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh 0,8%, sedangkan impor terkontraksi

semakin dalam ke level 1,2%34 dari kontraksi

0,7% pada periode sebelumnya. Penurunan

ekspor dipengaruhi oleh berkurangnya

permintaan dari negara di Kawasan Euro yang

mendominasi sekitar 53,6% dari total ekspor

Inggris. Pelemahan ekspor tersebut merupakan

implikasi dari belum pulihnya perekonomian

kawasan EU dari krisis finansial. Sejalan

dengan itu, impor juga menurun khususnya

produk kapal, pesawat terbang, batu mulia

dan perak. Dengan pergerakan ekspor dan

impor tersebut, neraca perdagangan masih

mengalami defisit sebesar GBP 5,2 miliar dari

triwulan sebelumnya yaitu GBP 5,7 miliar.

Sejalan dengan itu, defisit neraca berjalan

Inggris pada TW1-14 diperkirakan sedikit

menyempit.

Tekanan inflasi Inggris tetap terkendali

meski permintaan domestik mengalami

penguatan. Selama TW1-14, rata-rata inflasi

Inggris tercatat sebesar 1,7%, menurun dari

TW4-13 sebesar 2,1% dan telah dibawah

target bank sentral sebesar 2% (mid point

rentang target inflasi 1% – 3%). Bahkan inflasi

pada bulan Maret 2014 telah mencapai 1,6%,

terendah sejak Oktober 2009. Penurunan

tekanan harga tersebut terutama dipengaruhi

oleh penurunan harga BBM, pakaian dan

furniture. Inflasi yang terkendali membuka

peluang bagi pengambil kebijakan untuk

mempertahankan suku bunga pada rekor yang

rendah untuk waktu yang lebih lama.

Meski inflasi terkendali, Inggris masih

menghadapi problema kenaikan harga

perumahan. Harga rumah terakselerasi hingga

9,1% yoy pada Februari 2014. Kenaikan

Grafik 2.34 Current AccountGrafik 2.33 Neraca Perdagangan

34 Data s.d. Februari 2014.

���������������

�����

����

���

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���

���

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

������������������ ����������� ����������

������������������

������

�����

�����

�����

�����

����

���

���

����

����

���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

����������

�������������

��������������

����������������

������������������

Page 53: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

41

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

harga rumah terutama terjadi di London yang

meningkat hingga 17,7%, tertinggi sejak

Juli 2010. Peningkatan harga perumahan

merupakan akibat dari kebijakan help to

buy yang diluncurkan pemerintah untuk

mendorong sektor properti pada awal 2013. Di

satu sisi, kenaikan harga rumah mencerminkan

keberhasilan program help to buy, namun di

sisi lain meningkatkan risiko bubble harga

perumahan yang dikhawatirkan dapat

memengaruhi ekonomi Inggris ke depan.

Sesuai dengan prediksi, BoE kembali

mempertahankan kebi jakan moneter

akomodatif. Dalam MPC meeting April 2014,

BoE kembali menetapkan suku bunga di

level 0,5% yang telah dipertahankan sejak

tahun 2009 dan mempertahankan stimulus

moneter di level GBP375 miliar35. Pada triwulan

berjalan, BoE merilis further guidance yang

akan menjadi acuan kenaikan suku bunga

pada saat target angka pengangguran 7%

telah tercapai. Pada intinya, BoE menekankan

bahwa kenaikan suku bunga perlu dilakukan

secara tepat dan bertahap untuk menghindari

pelemahan ekonomi, serta untuk menjaga

inflasi mendekati target. Kenaikan suku

bunga akan dilakukan bertahap, tergantung

perkembangan ekonomi Inggris. Further

guidance tersebut menunjukkan bahwa BoE

tidak lagi menggunakan angka pengangguran

semata dalam menentukan kenaikan suku

bunga. Selanjutnya untuk mengatasi kenaikan

harga rumah yang berpotensi bubble, otoritas

Inggris kemungkinan akan menggunakan

kebijakan makroprudensial dan memperketat

pemanfaatan fasilitas help to buy guna

meredam pembelian rumah dengan motif

spekulasi.

Perbaikan ekonomi Inggris yang semakin

solid mendapat respon positif dari pelaku

pasar sehingga nilai tukar poundsterling

mengalami apresiasi dan indeks harga saham

35 Target total pembelian aset sebesar GBP 375 miliar telah tercapai sejak November 2012, dan sampai saat ini masih terus dipertahankan (belum akan menambah pembelian aset).

Grafik 2.35 Harga Rumah dan Suku Bunga Grafik 2.36 Inflasi

�������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

� � � � � � � � � �

����������������

�����������������

������������������

�����

����

���

���

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

������������������

����������������� ����������������������� ������������������������������

������� ���������

Page 54: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

42

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

cenderung meningkat. Salah satu indikator

yang selalu menjadi perhatian pelaku pasar

adalah perbaikan angka pengangguran Inggris.

Pergerakan nilai tukar dan indeks harga

saham selama periode laporan juga sempat

berfluktuasi seiring dengan meningkatnya

perselisihan antara Ukraina dan Rusia yang

memicu perang dingin antara Rusia dan

Amerika Serikat.

Pemulihan ekonomi Inggris diperkirakan

akan semakin solid dengan meningkatnya

pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan

perbaikan sektor ketenagakerjaan dan inflasi

yang terkendali. IMF memprediksi bahwa

ekonomi Inggris akan melesat dengan tumbuh

mencapai 2,9% yoy pada 2014, lebih tinggi

dibandingkan pencapaian 2013 yang hanya

sebesar 1,8%. Sejalan dengan IMF, BoE juga

optimis dan memperkirakan ekonomi Inggris

dapat tumbuh lebih tinggi yaitu 3,4% pada

2014.

Optimisme tersebut masih dibayangi

oleh sejumlah downside risk baik dari dalam

negeri maupun faktor eksternal. Risiko yang

berasal dari dalam negeri antara lain tingkat

produktivitas yang cenderung masih stagnan

sehingga dikhawatirkan dapat menghambat

aktivitas investasi dan perbaikan tingkat

upah yang mulai bergerak positif, serta risiko

bubble harga perumahan. Sedangkan dari sisi

eksternal, Inggris perlu mewaspadai eskalasi

krisis Ukraina dan Rusia yang cenderung

meningkat dan menimbulkan ketegangan

antara Blok Barat dan Timur. Sanksi yang

dikenakan oleh Pemerintah AS dan Eropa

dikhawatirkan dapat mengganggu aktivitas

bisnis dan ekonomi Inggris mengingat terdapat

keterkaitan hubungan perdagangan dan

keuangan yang cukup erat antara Inggris dan

Rusia.

A.3. Jepang

P e r e k o n o m i a n J e p a n g p a d a

TW1-14 kembali melanjutkan tren peningkatan

pertumbuhan yang telah berlangsung selama

2013. Aksi front-loaded demand masyarakat

sebelum kenaikan pajak mampu membawa

PDB TW1-14 tumbuh sebesar 3,0% yoy,

lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Namun

demikian, peningkatan konsumsi tersebut

dikhawatirkan kembali menurun apabila

kenaikan pajak dibebankan sepenuhnya pada

konsumen tanpa diiringi oleh perbaikan daya

beli.

Aktivitas konsumsi dan investasi yang

tumbuh impresif pada TW1-14 dihadapkan

pada tantangan dari sektor eksternal. Kinerja

ekspor TW1-14 tercatat mengalami penurunan,

Grafik 2.37 Nilai Tukar dan Indeks Saham

�������������

���������

����

����

����

����

����

����

������������ �������������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���� ����

������������������

����

���

����

���

����

���

����

Page 55: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

43

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

sementara impor terus meningkat. Biaya

impor energi yang terus mengalami kenaikan

semakin memberikan tekanan terhadap

neraca perdagangan. Di sisi lain, inflasi yang

terpantau berada dalam tren meningkat dan

mencerminkan terjangkarnya ekspektasi inflasi

masyarakat terindikasi turut disumbang oleh

tekanan dari sisi pasokan. Tanpa kenaikan

upah yang memadai, kondisi tersebut berisiko

semakin menekan daya beli masyarakat dan

berpotensi menahan pemulihan ekonomi

serta membawa ekonomi Jepang kembali ke

zona deflasi.

Meski perekonomian berpotensi tumbuh

melambat pasca kenaikan pajak, BOJ kembali

melanjutkan kebijakan moneter akomodatifnya

dengan kembali mempertahankan suku bunga

kebijakan di level 0,1% dan melanjutkan

kebijakan Quantitative and Qualitative

Easing (QQE) tanpa melakukan penambahan

stimulus. Dengan perkembangan tersebut,

IMF dan Consensus Forecast memprediksi

pertumbuhan ekonomi Jepang pada 2014

tumbuh sebesar 1,4% yoy, lebih rendah dari

proyeksi sebelumnya (1,7%).

Perekonomian Jepang pada TW1-14

tumbuh pesat dan mencapai level tertinggi

sejak TW2-12. PDB TW1-14 tumbuh 3%36

yoy, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 2,5%37. Pencapaian

tersebut juga lebih baik dibandingkan proyeksi

Consensus Forecast yang memperkirakan PDB

TW1-14 tumbuh sebesar 2,7%38. Pertumbuhan

ekonomi Jepang TW1-14 terutama didorong

oleh aktivitas investasi dan konsumsi yang

meningkat cukup signifikan. Investasi tumbuh

mencapai 7,8% pada TW1-14, dari 5,3%

triwulan sebelumnya. Sementara konsumsi

tumbuh 2,9%, juga lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya (2,3%). Di sisi lain, kinerja sektor

eksternal cenderung mengalami pelemahan

karena pertumbuhan ekspor tidak mampu

mengimbangi pertumbuhan impor yang

melonjak tinggi. Impor energi yang dibutuhkan

untuk mendukung aktivitas ekonomi domestik

terus meningkat dan beban impor semakin

berat seiring dengan depresiasi yen. Pada

TW1-14 ekspor tumbuh sebesar 8,9%,

sementara impor tumbuh mencapai 14,9%.

Kinerja konsumsi dan investasi yang

mengalami peningkatan pada TW1-14 tidak

terlepas dari aksi front-loaded demand

sebelum kenaikan pajak. Konsumsi swasta

tumbuh sebesar 3,4% yoy dan dengan pangsa

mencapai 60% PDB berkontribusi sebesar 2%

terhadap pertumbuhan PDB TW1-14. Investasi

yang tumbuh sebesar 7,8% dan memiliki

pangsa sebesar 20%, berkontribusi sebesar

1,5%. Di sisi lain, net ekspor yang mengalami

kontraksi sebesar 40,2%, berkontribusi

negatif terhadap total PDB TW1-14, sebesar

minus 0,7%. Sementara itu, pengeluaran

pemerintah mengalami penurunan sehingga

hanya berkontribusi sebesar 0,25% terhadap

pertumbuhan PDB TW1-14.

36 First preliminary report oleh Japan Cabinet Office.37 PDB TW4-13 di revisi menjadi 2,5% yoy, dari 2,7% pada rilis

sebelumnya . 38 Perkiraan Consensus Forecast April 2014.

Page 56: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

44

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Peningkatan aktivitas konsumsi pada

TW1-14 tercermin dari pertumbuhan penjualan

ritel dan penjualan department store yang

meningkat signifikan pada akhir triwulan39.

Penjualan ritel pada TW1-14 tumbuh sebesar

6,3% yoy, dari 3% pada TW4-13. Sementara

penjualan department store pada TW1-14

tumbuh sebesar 10,4%, lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya (1,2%). Peningkatan

penjualan tersebut merupakan fenomena

percepatan pembelian barang (yang seharusnya

dibeli setelah April 2014) yang didorong oleh

ekspektasi kenaikan harga pasca kenaikan

pajak penjualan yang berlaku efektif 1 April

2014. Masyarakat melakukan pembelian

barang elektronik, furnitur, peralatan rumah

tangga, serta pakaian untuk memenuhi

kebutuhan beberapa waktu ke depan. Dengan

demikian, peningkatan konsumsi tersebut

diperkirakan hanya berlangsung sementara

dan akan kembali surut setelah kenaikan

pajak.

Sejalan dengan peningkatan konsumsi,

aktivitas bisnis – yang juga mencerminkan

kegiatan investasi – juga cenderung mengalami

peningkatan pada TW1-14. Produksi industri

tumbuh 8,2% yoy pada TW1-14, lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya 2,2%. Kenaikan produksi

industri pada TW1-14 menggambarkan upaya

produsen dan kalangan bisnis mengakomodir

peningkatan permintaan masyarakat. Hal

ini berdampak positif meningkatkan profit

perusahaan sebagaimana tercermin pada

hasil survey Tankan 1 April 2014 yang

mengindikasikan kondisi bisnis saat ini cukup

baik. Indeks manufaktur dan non-manufaktur

periode TW1-14 (current condition) mengalami

peningkatan masing-masing menjadi 17

dan 24, dari sebelumnya 16 dan 20 pada

TW4-13. Perbaikan indeks tersebut merupakan

cerminan dari aktivitas front-loaded demand

yang telah berlangsung sejak akhir 2013

hingga triwulan awal 2014. Grafik 2.38 Pertumbuhan PDB

Grafik 2.39 Indikator Konsumsi

39 Penjualan ritel Maret 2014 tumbuh sebesar 11% yoy, tertinggi sejak 17 tahun terakhir. Sementara penjualan department store Maret 2014 tumbuh sebesar 25,4%, tertinggi sejak 1989.

������������������

��������

���

���

���

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����

�����

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

��������������

��������������

���������������

������������

�����������

������������������

����������

���

���

���

��

��

��

��

��

��

���

���

���

��

��

��

��

���

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�����������������

������������������������������������������

���������������������

������������������

Page 57: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

45

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Respon masyarakat Jepang terhadap

kebijakan kenaikan pajak oleh pemerintah

dengan melakukan front-loaded demand

mengindikasikan keterbatasan tingkat

pendapatan yang berpotensi menekan daya beli

masyarakat ke depan. Indikasi pelemahan daya

beli dan penurunan ekspektasi pendapatan

secara nyata tercermin dari penurunan

pertumbuhan rata-rata pendapatan bulanan

masyarakat pada TW1-14 menjadi 0,13%

yoy dari 0,33% pada triwulan sebelumnya.

Daya beli masyarakat cenderung melemah

dengan tingkat inflasi yang relatif lebih tinggi

(dibandingkan peningkatan pendapatan)

dan cenderung meningkat. Perkembangan

tersebut dikonfirmasi oleh indeks kepercayaan

konsumen yang terus menurun sepanjang

TW1-14. Indeks kepercayaan konsumen Maret

2014 bahkan telah turun hingga berada di level

37,5, terendah sejak Agustus 2011.

Sejalan dengan penurunan kepercayaan

konsumen, hasil survei Tankan terhadap

ekspektasi sentimen bisnis ke depan juga

mengindikasikan potensi terjadinya pelemahan.

Indeks ekspektasi manufaktur dan non-

manufaktur periode TW1-14 menurun masing-

masing menjadi 8 dan 13, dari sebelumnya 14

dan 17 pada TW4-13. Melemahnya sentimen

bisnis tersebut menggambarkan persepsi

bisnis terhadap potensi pelemahan daya beli

masyarakat setelah kenaikan pajak efektif

berlaku.

Grafik 2.40 Indikator Aktivitas Bisnisdan Investasi

�����������

���� ���� ���� ���� ���� ����

���

���

���

��

��

��

��

��

��

���

���

���

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�������������������������

�������������������������������� ��������������������

����������������������

�����������������������

������������������

Grafik 2.41 Survei Tankan Current Condition

Grafik 2.42 Indeks Kepercayaan Konsumen

�� ��

����

������

�������

���

���

���

���

��

��

��

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� ���� ����

��������������������������������������������������

����������������������������������������������

������������������

������������

��

��

��

��

��

����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

�������� ����

����

��

��

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ����

������������������

Page 58: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

46

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Dalam upaya mengantisipasi dampak

kenaikan pajak terhadap daya beli masyarakat,

salah satu langkah yang telah ditempuh

pemerintahan PM Abe sejak triwulan akhir

2013 adalah menghimbau kalangan bisnis dan

pengusaha untuk menaikkan upah karyawan.

Dalam negosiasi antara enterprise unions

dengan pihak pekerja yang dikenal dengan

“shunto” (the spring wage offensive), kalangan

pengusaha telah menyetujui kenaikan upah

karyawan. Pada 12 Maret 2014, sejumlah

perusahaan besar telah menyetujui kenaikan

upah karyawan, diantaranya adalah Toyota,

Honda, Hitachi, Toshiba, Mitsubishi Electric

Corp, Fujitsu, NEC Corp dan Panasonic.

Meski h imbauan dan dorongan

pemerintah untuk menaikkan upah telah

direspons oleh sejumlah perusahaan, namun

besaran kenaikan upah belum cukup memadai.

Sebagai contoh, Toyota hanya menaikkan

upah sebesar 0,8%, jauh lebih rendah dari

kenaikan pajak pada April 2014 sebesar

3%. Kondisi ini mengindikasikan langkah

hati-hati perusahaan dalam mengantisipasi

potensi risiko terhadap ekonomi ke depan.

Perusahaan juga cenderung mempekerjakan

pegawai kontrak dan part time. Beban gaji

pegawai yang akan menjadi fixed cost lebih

sulit untuk dikurangi jika pemulihan ekonomi ke

depan cenderung memburuk. Kecenderungan

perusahaan mempekerjakan pegawai kontrak

dan part-time berpotensi meningkatkan risiko

ketidakmampuan membayar bagi pegawai

yang memiliki kewajiban tetap (kredit). Pegawai

kontrak dan part-time sangat rentan terhadap

shock -dapat diberhentikan setiap saat- yang

dapat mengganggu daya beli dan kemampuan

membayar kewajiban yang bersifat tetap seperti

KPR dan pinjaman bank lainnya.

Di sisi lain, tingkat pengangguran pada

TW1-14 tercatat turun menjadi 3,63% yoy

dari 3,87% pada triwulan sebelumnya. Kondisi

tersebut ditengarai dipengaruhi oleh kebutuhan

perusahaan untuk memenuhi peningkatan

permintaan menjelang kenaikan pajak. Sinyal

positif juga terlihat dari ketersediaan lapangan

pekerjaan di triwulan laporan. Job to availability

ratio tercatat terus membaik dan mencapai

1,07 di akhir TW1-14, tertinggi sejak Juni

2007. Hal ini mengindikasikan terdapat 107

lowongan kerja untuk 100 orang pencari kerja.

Secara umum perkembangan sektor tenaga

kerja Jepang tersebut juga turut dipengaruhi

oleh karakteristik pegawai yang cenderung

loyal kepada perusahaan, meski perusahaan

berupaya melakukan penghematan dan

mempertimbangkan biaya gaji pegawainya

untuk menghindari pemutusan hubungan

kerja.

Grafik 2.43 Survei Tankan Expectation

������

�����������

�� �

����

�������������������������������������������

���������������������������������������

���

���

���

���

��

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������������

Page 59: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

47

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Aktivitas konsumsi dan investasi yang

tumbuh impresif pada TW1-14 dihadapkan

pada tantangan dari sektor eksternal. Kinerja

ekspor TW1-14 tercatat mengalami penurunan,

sementara impor terus meningkat. Impor pada

triwulan laporan tumbuh sebesar 17,3% yoy

sebagai dampak dari peningkatan impor

kelompok energi yang terjadi bersamaan dengan

pelemahan Yen terhadap USD sepanjang

TW1-14. Di sisi lain, depresiasi yen hanya

mampu mendorong ekspor tumbuh sebesar

7,6%. Defisit neraca perdagangan40 Jepang

pada TW1-14 kembali melebar mencapai

4,7 triliun yen dari 3,7 triliun pada TW4-13.

Melebarnya defisit neraca perdagangan41 pada

TW1-14 mendorong terjadinya peningkatan

defisit neraca berjalan.

Grafik 2.45 Neraca PerdaganganGrafik 2.44 Tingkat Pengangguran

Defisit neraca perdagangan Jepang

yang telah berlangsung cukup lama dan

kian melebar mulai menuai kekhawatiran

sejumlah pihak, terutama terkait dengan

biaya impor energi yang terus membebani

neraca perdagangan. Kebutuhan impor energi

Jepang terus meningkat42 dan mencapai level

tertinggi sebesar JPY2,78 triliun pada Maret

2014. Sementara, penurunan pertumbuhan

ekspor pada TW1-14 dipengaruhi oleh

berkurangnya permintaan dari negara tujuan

ekspor utama. Ekspor ke AS, peringkat pertama

tujuan ekspor Jepang, mengalami penurunan

pada TW1-14 akibat cuaca dingin ekstrim.

Sementara penurunan ekspor ke kawasan Asia

dipengaruhi oleh lunar year dan penurunan

permintaan barang semikonduktor dari

40 Seasonally adjusted.41 Defisit telah berlangsung selama dan telah tercatat selama 37

bulan berturut-turut sejak Maret 2011.

42 Pasca bencana gempa bumi dan tsunami pada Maret 2011, reaktor nuklir Fukushima Daiichi mengalami kerusakan. Untuk mencegah berulangnya bencana nuklir dan menjaga keselamatan seluruh penduduk, 54 reaktor nuklir telah ditutup.

����������

���� ���� ���� ���� ����

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�����������������������

��������������������������

�������������������������������

������������������

����� ��������������

���

���

���

��

��

��

�����

�����

�����

����

���

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

���������������

����������������

�����������������������

������������������

Page 60: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

48

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Tiongkok, yang merupakan peringkat kedua

terbesar tujuan ekspor Jepang. Di sisi lain,

pada TW1-14 produsen juga cenderung beralih

untuk memenuhi peningkatan permintaan

domestik menjelang kenaikan pajak.

Di tengah kekhawatiran tertahannya

daya beli masyarakat, tingkat harga kembali

melanjutkan tren meningkat. Tekanan inflasi

pada TW1-14 telah mencapai 1,5% yoy, sedikit

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (1,4%).

Peningkatan inflasi terutama didorong oleh

inflasi kelompok energi dan makanan43. Di luar

inflasi kelompok makanan dan energi, inflasi inti

tercatat naik menjadi 0,73% pada TW1-14, dari

0,53% pada triwulan sebelumnya. Peningkatan

inflasi inti dipengaruhi oleh masyarakat yang

cenderung melakukan pembelian durable

goods, seperti furnitur dan produk elektronik,

untuk mengantisipasi kenaikan pajak.

Inflasi yang berada dalam tren meningkat

dan mendekati target BOJ (2%) merupakan

perkembangan positif bagi ekonomi Jepang

yang telah lebih dari dua dekade berada

dalam zona. Keberhasilan ini tidak terlepas

dari Program Abenomics (lihat boks: Satu

Tahun Implementasi Kebijakan QQE BOJ)

yang telah diimplementasikan PM Abe dalam

satu tahun terakhir. Meski tren peningkatan

inflasi mencerminkan terjangkarnya ekspektasi

inflasi masyarakat, namun peningkatan

inflasi tersebut juga didorong oleh inflasi

dari sisi pasokan (cost push inflation). Hal ini

tercermin pada semakin tingginya biaya energi

domestik dan bahan mentah untuk produksi

industri yang disebabkan oleh pelemahan yen

terhadap USD, serta dampak dari kenaikan

pajak penjualan. Dorongan inflasi dari sisi

Grafik 2.46 Negara Tujuan Ekspor Grafik 2.47 Komoditas Impor Jepang

���������������

���

���

���

���

��

��

��

��

�����

�����

�����

����

���

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�����������������������

���������������

���������������

������������������

������������������ ���������

�������������

�������������������

������������������������������������

������

�������������������

���������������������

��������

�������������

�������� ��������

��������

���������������������

���

�����

�����

�����

�����

�����

���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������������������

43 Inflasi kelompok energi pada TW1-14 naik menjadi 5,89%, dari 5,61% triwulan sebelumnya. Sementara inflasi kelompok makanan tercatat sebesar 1,91% pada TW1-14, dari 1,30% periode sebelumnya

Page 61: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

49

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

pasokan ini berpotensi meningkat apabila

kenaikan upah direalisasikan dan perusahaan

mentransmisikan bebannya pada konsumen

melalui kenaikan harga barang.

BOJ kembali melanjutkan kebijakan

moneter akomodatif. Pada Monetary Policy

Committee (MPC) Meeting 8 April 2014,

BOJ kembali mempertahankan suku bunga

kebijakan di level 0,1% dan melanjutkan

kebijakan Quantitative and Qualitative Easing

(QQE). Keputusan BOJ mempertahankan

kebijakan akomodatifnya dilatarbelakangi

oleh moderasi perekonomian Jepang setelah

program Abenomics diluncurkan. Namun,

indikasi perlambatan imbas konsolidasi fiskal

yang dilakukan pemerintah mulai nampak

dari pertumbuhan penjualan kendaraan

yang terkontraksi sebesar 11,4% yoy pada

April 2014, setelah tumbuh sebesar 14,5%

pada bulan Maret. Merespon perkembangan

tersebut, pemerintah (Menteri Keuangan

Taro Aso) menyatakan akan melakukan

front-loaded spending guna mengantisipasi

dampak kenaikan pajak penjualan. Pemerintah

menargetkan akan mencapai 40% dari total

pengeluaran tahun fiskal 2014/15 pada Juni

2014, dan 60% lainnya pada akhir September

2014.

Meskipun potensi perlambatan ekonomi

pada TW2-14 kian nyata, BOJ memutuskan

tidak menambah stimulus moneter pada MPC

Meeting 30 April 2014. Sasaran penambahan

jumlah monetary base yang ingin dicapai

masih tetap sebesar 60-70 triliun Yen per

tahun dengan target sebesar 270 triliun Yen

pada akhir tahun 2014. Jumlah monetary

base outstanding sampai dengan 30 April

2014 telah mencapai 225,5 triliun Yen, yang

berarti masih on-track menuju target akhir

tahun 2014. Keputusan MPC meeting tersebut

mematahkan spekulasi yang memperkirakan

BOJ akan menempuh langkah agresif pada

April untuk mengantisipasi dampak kenaikan

pajak penjualan. Gubernur Kuroda menilai

dampak kenaikan pajak pada April 2014 tidak

akan seburuk yang dikhawatirkan berbagai

Grafik 2.48 Inflasi Grafik 2.49 Indeks Harga Saham Jepangdan Nilai tukar

����������

����

����

����

����

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� �

�������������������

���������������������������������

��������������

��������������������

������������������

�������������

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�������������������

���������������

���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������������������

Page 62: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

50

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

pihak saat ini. Pemerintah dan BOJ menyadari

potensi risiko perlambatan pertumbuhan

pada TW2-14, namun Gubernur BOJ optimis

perekonomian Jepang akan kembali membaik

pada TW3-14.

Kinerja ekonomi Jepang pada tahun

2014 sangat dipengaruhi oleh peningkatan

permintaan domestik imbas dari aksi front-

loaded demand dan penurunan permintaan

domestik pasca implementasi kenaikan pajak.

Upaya konsolidasi fiskal yang ditempuh

oleh pemerintah, untuk mengurangi beban

defisit anggaran pemerintah, diperkirakan

memberikan tekanan terhadap pertumbuhan

ekonomi Jepang pada tahun 2014. Pemerintah

dan BOJ perlu mencermati perlambatan

aktivitas ekonomi pasca kenaikan pajak yang

dikhawatirkan dapat membawa perekonomian

Jepang kembali ke zona kontraksi. Ke

depan, IMF dan Consensus Forecast (CF)

memproyeksikan ekonomi Jepang tahun 2014

akan tumbuh sebesar 1,4% yoy44.

Sejalan dengan proyeksi IMF dan CF,

Monetary Policy Board BOJ juga menurunkan

proyeksi pertumbuhan PDB tahun fiskal 2013

dan 201445 pada MPC Meeting 8 April 2014.

PDB tahun fiskal 2013 diperkirakan tumbuh

sebesar 2,2% yoy, lebih rendah dari proyeksi

Januari 2014 (2,7%). Sementara PDB tahun

fiskal 2014 diproyeksi tumbuh sebesar 1,1%

yoy, sedikit lebih rendah dari proyeksi Januari

2014 (1,4%). Di sisi lain, proyeksi inflasi tahun

fiskal 2013 dan 2014 relatif tidak mengalami

perubahan yang berarti. Inflasi tahun fiskal

2013 diperkirakan sebesar 0,8% yoy dan

inflasi tahun fiskal 2014 diperkirakan mencapai

3,3%, dengan memperhitungkan dampak

kenaikan pajak yang di mulai pada 2014.

Namun demikian, BOJ memperkirakan inflasi

44 Dalam WEO April 2014, estimasi pertumbuhan PDB Jepang 2014 diturunkan menjadi 1,4% yoy, dibandingkan dengan estimasi WEO Januari 2014 yang sebesar 1,7%.

45 Periode tahun Fiskal 2013 adalah April 2013-Maret 2014. Sedangkan periode tahun fiskal 2014 adalah April 2014 - Maret 2015.

Grafik 2.50 Suku Bunga Kebijakan

Tabel 2.4 Proyeksi PDB dan Inflasi BOJ�����

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

��������������������������

��������������������������

������������������

������� ������� ������� �������

����������

���������������

���������������

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������

������

����������������������������������

������ ������

���

�����������

���

�����������

���

�����������

���

�����������

���

�����������

���

�����������

���

���

�����������

���

�����������

���

�����������

Page 63: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

51

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

hanya akan mencapai 1,3% yoy pada tahun

fiskal 2014 apabila dampak kenaikan pajak

tidak ikut diperhitungkan.

Perekonomian Jepang ke depan

diperkirakan masih akan menghadapi sejumlah

tantangan yang berpotensi menghambat laju

pertumbuhan ekonomi dan tercapainya sasaran

inflasi (2%). Implementasi kenaikan pajak

tanpa disertai kenaikan upah yang memadai

dikhawatirkan berdampak pada perlambatan

aktivitas ekonomi dan membawa perkonomian

Jepang kembali ke zona deflasi. Kenaikan

harga akibat kenaikan pajak penjualan akan

mengakibatkan penurunan daya beli dan

konsumsi masyarakat, serta pada akhirnya

menurunkan laju pertumbuhan. Untuk

mencegahnya, upah perlu meningkat secara

proporsional dengan kenaikan harga. Upaya

pemerintah mendorong upah melalui “Shunto”

diperkirakan hanya akan meningkatkan upah

secara minimal sehingga tidak cukup untuk

mempertahankan pertumbuhan yang tinggi.

Upaya lain melalui percepatan pengeluaran

pemerintah hanya dapat mendorong

pertumbuhan apabila memiliki multiplier effect

yang tinggi. Oleh karena itu, alokasi dan timing

pengeluaran pemerintah menjadi sangat

krusial untuk mendorong pertumbuhan.

Tantangan juga dihadapi oleh sisi bisnis

dimana perusahaan menghadapi kenaikan

biaya energi dan upah di tengah persaingan

pasar yang semakin ketat – daya beli masyarakat

menurun –. Dalam kondisi normal, perusahaan

dapat membebankan kenaikan biaya produksi

kepada konsumen melalui kenaikan harga.

Namun dalam kondisi daya beli yang menyusut,

perusahaan tidak akan menaikkan harga secara

penuh untuk mempertahankan market share,

sehingga perusahaan mengorbankan marjin

keuntungannya. Jika kondisi ini berlanjut

terus, perusahaan tidak dapat melakukan

ekspansi bisnis, atau bahkan harus menutup

usahanya apabila terus menerus merugi. Hal

ini pada gilirannya berdampak negatif bagi

pertumbuhan ekonomi dan pencapaian target

inflasi.

Tantangan la in yang d ihadap i

perekonomian Jepang adalah permasalahan

aging population dan jumlah penduduk yang

semakin terbatas. Hal ini berdampak pada

terbatasnya jumlah tenaga kerja sehingga

diperlukan terobosan pemerintah untuk

mengatasinya46. Di sisi lain, pertumbuhan

ekonomi Jepang ke depan juga dibayangi

oleh risiko eksternal seperti perlambatan

pertumbuhan ekonomi negara emerging,

terutama Tiongkok dan negara-negara ASEAN,

yang memiliki keterkaitan perdagangan cukup

erat dengan Jepang, permasalahan utang

Kawasan Euro dan kemungkinan percepatan

normalisasi kebijakan moneter akomodatif

AS.

46 Pada Januari 2014 pemerintah telah menyetujui untuk mempermudah perusahaan di Jepang mendatangkan pekerja asing (untuk pekerjaan yang membutuhkan keahlian tinggi) dan memperkuat child care system guna meningkatkan jumlah pekerja wanita.

Page 64: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

52

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Satu Tahun Implementasi Kebijakan Quantitative dan Qualitative Easing (QQE) Bank of Japan (BOJ)

Pada 4 April 2013, BOJ memasuki

babak baru dengan meluncurkan kebijakan

QQE, sebagai implementasi first arrow dari

kebijakan Abenomics PM Jepang Shinzo

Abe. BOJ melakukan injeksi likuiditas besar-

besaran dengan mengadopsi monetary

base sebagai sasaran operasi moneternya.

Sasaran penambahan jumlah monetary

base yang ingin dicapai adalah JPY60-70

triliun per tahun hingga mencapai JPY270

triliun pada 2014, dua kali lipat dari posisi

akhir tahun 2012 sebesar JPY138 triliun.

Penambahan monetary base

dilakukan melalui pembelian Japanese

Government Bonds (JGBs) di pasar

sekunder dalam jumlah besar. BOJ

menetapkan sasaran pembelian JGBs

untuk semua jenis tenor dan kriteria,

dengan target penambahan JPY50 triliun

per tahun. Meskipun menetapkan sasaran

penambahan atas pembelian instrumen

lainnya47, BOJ lebih menitikberatkan kepada

target monetary base dan penambahan

pembelian JGBs. Kebijakan moneter

Boks 1

47 Exchange Trade Fund (ETFs) dan Japan Real Estate Investment Trusts (J-REITSs)

Tabel 1. Monetary Base Target and The Bank’s Balance Sheet Projection��������������

����������������

����������������

����������������

��������������������

����������������

���

������������

������������

������

���

�����������

��������������

���

���

������������

������

�����

������

���

������������

�������������

������

���

������������

������

�����

������

�������������

��������������������������������������������������������������������������������������

���������������������������������������������

���������������������������������������������������

�������������������������

��������������������������������������������������

�����������

Page 65: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

53

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

48 Target tahunan pembelian JGBs oleh BOJ pada tahun 2009-2012 adalah sebesar JPY21,6 triliun, lebih kecil dari target pembelian JGBs pada program QQE yaitu sebesar JPY50 triliun per tahun.

49 Kecuali untuk target loan support program.

BOJ ini terbilang cukup agresif karena

menargetkan pembelian JGBs dalam

jumlah yang jauh lebih besar (double

size) dibandingkan dengan kebijakan

sebelumnya48. Begitu juga halnya dengan

target untuk menyasar JGBs dengan

average remaining maturity yang juga dua

kali lebih panjang (diperkirakan mencapai

rata-rata tujuh tahun) dari pembelian

JGBs sebelumnya yang average remaining

maturity-nya kurang dari tiga tahun.

S a t u t a h u n b e r l a l u s e j a k

dicanangkannya QQE, sebagian besar

target tahun 2013 telah berhasil dicapai49.

Beberapa pencapaian yang telah melampaui

target, antara lain:

- Realisasi monetary base pada akhir

tahun 2013 telah mencapai JPY202

triliun, melebihi target JPY200

triliun.

- Realisasi pembelian JGBs pada akhir

tahun 2013 telah mencapai JPY142

triliun. Pembelian JGBs dengan

average remaining maturity yang

lebih panjang (tujuh tahun), dari

sebelumnya di bawah tiga tahun

juga telah berhasil dipenuhi.

- Sementara kepemilikan BOJ atas ETF

dan J-REITSs pada akhir tahun 2013

telah mencapai JPY2,5 triliun dan

JPY0,14 triliun.

Grafik 1. Komposisi JGBs

�����

�����

�����

���� ����

��������������������������������������

�����

�����

�����

��������

��������������������������������������

������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

�����������

Page 66: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

54

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Kebijakan yang ditempuh oleh BOJ

tersebut diharapkan dapat mempengaruhi

tingkat harga dan berdampak positif

terhadap perekonomian Jepang, yang

ditransmisikan melalui:

1. Pembelian JGBs, ETFs dan J-REITs

diharapkan mampu mendorong

penurunan suku bunga jangka

panjang, sehingga dapat

meningkatkan permintaan kredit.

Sejauh ini, suku bunga jangka

panjang (new loan dan outstanding

loan) telah memperlihatkan tren

menurun, namun kredit perbankan

hanya meningkat secara moderat.

2. Pembelian JGBs dalam jumlah

besar oleh BOJ, diharapkan akan

mendorong portfolio rebalancing

effect50 untuk menggerakkan

Grafik 2. Suku Bunga Pinjaman

Grafik 3. Kredit Perbankan

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

�����������������������������������������������������������������

�����������������������������������������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ����

�����������

��������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

�����������

50 Program QQE diharapkan mampu memberikan insentif kepada investor maupun lembaga keuangan (bank) untuk beralih ke aset yang lebih berisiko seperti saham, obligasi asing dan/atau meningkatkan pembiayaan kredit.

51 Quarterly Newsletter of the Ministry of Finance, Japan, January 2014.

perekonomian Jepang. Data per

September 2013 telah menunjukkan

terjadinya peningkatan kepemilikan

JGBs oleh BOJ yang mencapai

17,4%, dari posisi September

2012 sebesar 11,1%51. Simpanan

perbankan swasta di BOJ juga

tercatat mengalami kenaikan.

Namun demikian, belum terdapat

indikasi gelombang pengalihan

investasi yang cukup signifikan ke

obligasi.

3. Optimisme program Abenomics

telah mendorong transaksi

perdagangan saham meningkat

pasca pengumuman program QQE

oleh BOJ. Volume perdagangan

saham Nikkei 225 bahkan mencapai

Page 67: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

55

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 5. Indeks Nikkei 225 & Nilai Tukar Grafik 7. Inflasi

Grafik 6. Outward Portfolio Investment

sebesar 3.742.071 unit pada bulan

Mei 2013, tertinggi sejak Oktober

2008. Sejalan dengan itu, indeks

Nikkei 225 cenderung meningkat.

Namun demikian, peningkatan

likuiditas akibat QQE tidak terserap

sepenuhnya di pasar domestik dan

sektor riil, melainkan mendorong

terjadinya outflow untuk mencari

Grafik 4. Volume Perdagangan Nikkei 225

���������

���������� ���

�������

���������

���������

���������

���������

���������

���������

���������

��

������

������

������

������

�������

�������

�������

�������

���������������������������������������������

�����������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

����������������������

�������������

���

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���������������

�������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

�����������������

������������������������������������������������������������������������

������

�������

��

��

��

��

����������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

�����������

return yang lebih besar (yen carry

trade). Dengan terjadinya outflow,

nilai tukar yen terhadap USD

cenderung bergerak melemah.

4. Komitmen untuk mencapai target

stabilitas harga dalam waktu secepat-

cepatnya dan stimulus kebijakan

moneter yang terus berlanjut,

diharapkan dapat menjangkar

����������

����

����

����

����

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� �

��������� ������������������������

���������������������������������

��������������������

�����������������

Page 68: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

56

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

ekspektasi inflasi masyarakat, pasar

dan lembaga keuangan. Pasca

peluncuran program Abenomics

dan QQE, ekspektasi inflasi mulai

terjangkar dan menjauhi zona

deflasi52. Di sisi lain, tren kenaikan

inflasi juga didorong oleh supply side,

yaitu kenaikan harga energi dan

upah. Peningkatan inflasi tersebut

dipengaruhi oleh pelemahan yen

yang memberikan tekanan kenaikan

harga terhadap produk-produk

impor.

52 CPI Jepang telah meninggalkan zona deflasi sejak pertengahan triwulan dua 2013

B. NEGARA BERKEMBANG

B.1. Tiongkok

Perekonomian Tiongkok di triwulan

pertama 2014 melambat menjadi 7,4%

yoy, setelah tumbuh 7,7% pada TW4-13.

Penurunan PDB disebabkan oleh pelemahan

kinerja investasi dan perdagangan, sementara

konsumsi mengalami peningkatan. Pelemahan

aktivitas ekonomi tidak terlepas dari upaya

pengetatan likuiditas oleh otoritas untuk

mengatasi kerentanan di sektor keuangan.

Seiring pelemahan ekonomi, tekanan inflasi

sepanjang TW1-14 juga menurun ke level

2,3% dan masih di bawah target pemerintah

(3,5%).

Dalam upaya mendorong aktivitas

ekonomi , pemer in tah memutuskan

mempercepat implementasi program kerja

2014. Sementara PBoC menurunkan GWM

bagi bank komersial daerah dan koperasi

kredit di daerah untuk mendorong penyaluran

kredit bagi industri agrikultur. Di sisi lain,

agenda liberalisasi sektor keuangan mengalami

kemajuan signifikan berupa pelebaran band

nilai tukar yuan untuk meningkatkan fleksibilitas

pergerakan yuan.

Ke depan , ekonomi T iongkok

diperkirakan mengalami soft landing sesuai

komitmen pemerintah untuk mengatasi

berbagai tantangan struktural, di tengah

berbagai kerentanan domestik dan eksternal.

Kerentanan dari sisi domestik, terutama berasal

dari pelemahan sektor properti. Sedangkan

risiko eksternal berasal dari potensi instabilitas

pasar keuangan di negara emerging akibat

normalisasi kebijakan QE negara maju, risiko

geopolitik di Eropa Timur, dan apresiasi yuan

yang dapat menurunkan daya saing produk

ekspor.

Pe rekonomian T iongkok pada

TW1-14 tumbuh melemah ke level 7,4%

yoy, dibandingkan triwulan sebelumnya

Page 69: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

57

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

sebesar 7,7%. Pencapaian tersebut lebih

rendah dibandingkan prediksi Consensus

Forecast sebesar 7,6% (April 2014) dan

merupakan terendah dalam 6 kuartal

terakhir. Namun di sisi lain, pertumbuhan

PDB lebih baik dibandingkan ekspektasi pasar

(7,3%). Penurunan PDB di triwulan laporan

disebabkan oleh melemahnya kinerja investasi

dan perdagangan. Sementara itu, konsumsi

tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Perkembangan tersebut sejalan

dengan agenda rebalancing Tiongkok untuk

beralih dari struktur ekonomi yang selama ini

bertumpu pada investasi dan ekspor menjadi

ekonomi yang ditopang oleh konsumsi.

Secara sektoral, sektor jasa (tersier)

tumbuh 7,8% yoy, lebih tinggi dibandingkan

sektor industri (sekunder) yang tumbuh sebesar

7,3%. Pangsa sektor jasa juga naik dari 41%

pada TW4-13 menjadi 44,9%. Kinerja sektor

jasa terutama ditopang oleh perdagangan dan

intermediasi keuangan, yang masing-masing

tumbuh 9,8% dan 9,5%.

Aktivitas investasi melambat dari 4,2%

yoy pada TW4-13 menjadi 3,1% di triwulan

laporan, ditandai oleh penurunan kinerja

produksi industri, indeks PMI Manufaktur,

dan Fixed Asset Investment (FAI). Rata-

rata pertumbuhan produksi industri pada

TW1-14 turun menjadi 8,7% yoy, dari 10,0%

pada TW4–13. Sementara itu, rata-rata PMI

Manufaktur melemah menjadi 50,3 dari

51,3 pada periode sebelumnya, bahkan

PMI Manufaktur Februari 2014 merupakan

yang terendah dalam 8 bulan terakhir.

Indikator FAI juga melambat menjadi 17,6%

di TW1-14 dari rata-rata sebesar 18,6%

pada kuartal sebelumnya. Perlambatan

aktivitas investasi disebabkan oleh permintaan

domestik dan ekspor yang menurun. Selain itu,

penurunan FAI turut dipicu oleh menurunnya

kebutuhan atas investasi akibat overcapacity

di berbagai industri besar, seperti industri baja

dan pembuatan kapal.

Faktor lainnya yang turut menghambat

pertumbuhan investasi adalah pengetatan

likuiditas sejak akhir 2013 dalam upaya

mengatasi kerentanan di sektor keuangan

Tiongkok, khususnya untuk mengurangi

aktivitas shadow banking. Ketatnya likuiditas

menyebabkan sektor konstruksi terkontraksi

sebesar 1,8% di triwulan laporan karena para

developer sulit memperoleh pendanaan dan

kredit. Pembangunan real estate, termasuk

pembangunan residensial, melambat menjadi

16,8% yoy, dari 19,9% pada TW4-13. Bahkan

permasalahan likuiditas telah menyebabkan

perusahaan pengembang Zhejiang Xingrun

Real Estate Co. kolaps pada pertengahan

Maret 2014. Grafik 2.51 Kontribusi PDB

��

��

��

��

��

��

��� ������

������

������ ���

������ ��� ��� ���

��� ��� ������ ��� ��� ���

���

���

��� ��� ��� ������

��� ��� ������ ��� ��� ��� ���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ������

��� ��� ��� ���

������������ ����

���� ���� �������� ������������

��� ���

������������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� ����

�����������������������������������������������������������������������������������

�����

������������

Page 70: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

58

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Perkembangan di sektor perdagangan

juga melemah dibandingkan tr iwulan

sebelumnya. Rata-rata ekspor pada TW1-14

terkontraksi 4,7% yoy, setelah tumbuh sebesar

7,5% di TW4-13. Pelemahan ekspor disebabkan

menurunnya permintaan mitra dagang

serta dipengaruhi faktor distorsi akibat over-

invoicing (penggelembungan invoice ekspor)

pada tahun 201353. Perlambatan tersebut

turut dikonfirmasi oleh rata-rata sub-indeks

Grafik 2.53 PMI Manufaktur &PMI Non-Manufaktur

Grafik 2.52 Produksi Industri Grafik 2.54 Pembangunan Konstruksi-Baru

order-ekspor-baru pada PMI Manufaktur yang

turun menjadi 48,9 dari 50,3 pada TW4-13.

Beberapa komoditas ekspor yang mengalami

kontraksi adalah batubara, minyak mentah,

dan produk refined petroleum. Sementara

itu, rata-rata pertumbuhan impor melambat

menjadi 2,9% dari 7,1% pada TW4-13 seiring

permintaan domestik yang melemah dan

harga komoditas yang menurun. Pelemahan

permintaan domestik tersebut diakibatkan

oleh melambatnya investasi Tiongkok selama

TW1-14.

Perlambatan kinerja ekspor dan impor

menyebabkan surplus neraca perdagangan

menyempit menjadi USD16,7 miliar dari

USD90,1 miliar pada triwulan sebelumnya,

dan merupakan surplus terendah sejak

TW2-12. Bahkan pada Februari 2014, Tiongkok

53 Selama pertengahan 2012 hingga April 2013, eksportir bekerjasama dengan investor melakukan penggelembungan tagihan ekspor untuk menyelundupkan dana investasi dari luar Tiongkok. Modus over-invoicing tersebut dilakukan untuk mengakali ketatnya capital control Tiongkok, dan terutama terjadi pada ekspor Tiongkok ke Hong Kong dan Taiwan.

����

�����������������

��

��

��

��

��

��

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� ����� ���� ���� ���� ����

�����������������

������������

���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

� � � �� � � � �� � � � �� �

����������������������

������������������

�����������������

�����

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

������������ ��� ��� ��� ��� ��������� ������������ ��� ��� ��� ��� ������������ ������������� ���� ����

�����������������

Page 71: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

59

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.55 Neraca Perdagangan Grafik 2.57 Ekspor BerdasarkanNegara Tujuan

Grafik 2.56 Neraca Berjalan

mengalami defisit neraca perdagangan sebesar

USD22,9 miliar karena faktor cyclical dan

libur panjang Lunar New Year (31 Januari – 6

Februari 2014). Dengan surplus perdagangan

yang menurun, surplus neraca berjalan juga

turun menjadi USD7,2 miliar dari USD44 miliar

pada triwulan sebelumnya, dan merupakan

surplus terendah dalam tiga tahun terakhir.

Namun demikian, perkembangan tersebut

lebih baik dibandingkan ekspektasi pasar yang

memperkirakan neraca berjalan Tiongkok akan

mengalami defisit.

Di tengah pelemahan investasi dan

perdagangan, konsumsi menjadi penopang

kinerja ekonomi selama triwulan laporan.

Konsumsi berkontribusi sekitar 64,9% PDB

TW1-14, lebih tinggi dibandingkan TW4-

13, yaitu 50%. Pertumbuhan konsumsi juga

meningkat ke level 5,7% yoy, dari 3,9% pada

TW4-13. Namun demikian, mayoritas indikator

konsumsi Tiongkok cenderung mengindikasikan

konsumsi yang masih tertahan. Perbaikan

konsumsi hanya diperlihatkan oleh rata-rata

indeks kepercayaan konsumen yang terus

berada di area optimis, dari 101,4 pada

TW4-13 menjadi 104,0. Sebaliknya, rata-rata

pertumbuhan penjualan ritel menurun menjadi

12% yoy, dari 13,5% pada TW4-13 dan

lebih rendah dari target pemerintah (14,5%).

Produk yang mengalami penurunan penjualan

antara lain peralatan komunikasi, material

���������������

���

���

���

��

��

��

��

��

��

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� �

������������������������ ������������ �����������

�����������������

���������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

��������������������� ����������������������������

�����������������

����������

���

���

��

��

��

���� ���� ����� � � � �� � � � �� �

������� ��������� �������� ����������

���

���

���

���

��

��

��

��

�����������������

Page 72: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

60

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

bangunan dan dekorasi, serta furnitur. Selain

itu, konsumsi barang mewah menurun tajam,

khususnya emas, perak, dan perhiasan, seiring

kampanye pemerintah yang menghimbau

masyarakat untuk mengurangi dan prospek

harga komoditas emas yang menurun.

Penurunan konsumsi barang mewah juga

ditengarai disebabkan masyarakat Tiongkok

lebih memilih melakukan pembelian barang

mewah di luar negeri karena harga yang lebih

kompetitif.

Permintaan di sektor properti juga

melemah. Rata-rata penjualan rumah selama

TW1-14 terkontraksi sebesar 7,8% yoy,

dari tumbuh 14,9% pada TW4-13, yang

merupakan pertumbuhan terendah sejak

2009. Penurunan tersebut diakibatkan oleh

persyaratan KPR yang lebih ketat, waktu yang

diperlukan untuk persetujuan KPR menjadi

lebih lama, dan suku bunga yang tinggi.

Selain itu, penurunan demand properti juga

disebabkan meningkatnya ketersediaan rumah

murah (affordable housing). Sejak 2011,

pemerintah Tiongkok melaksanakan program

pembangunan rumah murah yang ditujukan

untuk meredam kenaikan harga dan spekulasi

di sektor properti.

Penurunan permintaan propert i

menyebabkan laju kenaikan harga properti

terus melambat. Rata-rata kenaikan harga

rumah baru di 70 kota utama selama

TW1-14 melambat menjadi 8,2% yoy, dari

9,0% di triwulan sebelumnya. Disamping

demand yang lemah, menurunnya harga

properti turut disebabkan oleh potongan

harga yang diberikan pengembang di beberapa

kota sejak Februari 2014 untuk mendorong

penjualan. Sayangnya langkah tersebut belum

efektif karena konsumen berekspektasi harga

properti ke depan akan terus menurun.

Seiring konsumsi yang masih tertahan,

rata-rata inflasi sepanjang TW1-14 melemah

menjadi 2,3% yoy dibandingkan triwulan

sebelumnya (2,9%) dan masih lebih rendah

Grafik 2.58 Indikator Konsumsi Grafik 2.59 Harga & PenjualanProperti Residensial

�����������

���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

������������ ������������������������

�����������������

����������

���

���

��

��

��

��

���

���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� �

��

��

��

��

�����������������������������

������������������������������

�������������

�����������������

Page 73: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

61

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.60 Inflasi & PPI

Grafik 2.62 OPT PBoC

Grafik 2.61 Pertumbuhan M2

dibandingkan target pemerintah (3,5%).

Bahkan IHK pada Februari 2014 mencapai

level terendah dalam 13 bulan terakhir (2,0%),

meskipun terdapat Lunar New Year Holiday

yang biasanya menyebabkan kenaikan harga.

Melemahnya tekanan harga disebabkan

penurunan harga komoditas agrikultur karena

faktor cuaca yang mendukung. Dalam hal ini,

kenaikan harga makanan melambat menjadi

3,5%, dari 5,5% pada TW4-13. Sedangkan

harga non-makanan sedikit meningkat dari

1,6% menjadi 1,7% didorong kenaikan harga

kelompok pakaian dan kesehatan. Sementara

itu, Producer Price Index (PPI) mengalami

deflasi yang kian dalam ke level 2,0% yoy

dari sebelumnya 1,4%, dan menandai deflasi

PPI selama 8 kuartal berturut-turut. Persistensi

deflasi tersebut turut mengonfirmasi lemahnya

permintaan domestik, terutama permintaan

terhadap investasi.

Di sisi respon kebijakan, upaya pengetatan

likuiditas oleh otoritas Tiongkok diindikasikan

oleh terus menurunnya pertumbuhan uang

beredar. Rata-rata pertumbuhan M2 turun

menjadi 12,9% yoy di TW1-14 dibandingkan

14,0% pada TW4-13. Angka M2 tersebut

merupakan rekor terendah yang pernah

dialami Tiongkok, dan mendekati target

pemerintah sebesar 13%. Meski demikian,

PBoC menyatakan bahwa perlambatan

tersebut masih normal dan likuiditas di

pasar domestik memadai untuk memenuhi

kebutuhan real economy. Pada dasarnya,

PBoC memang tengah berupaya menyerap

����������

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � ��� � � � �� � � � �� �

�����������

����������������

������������

�������

�����������������

�����

���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�����������������

����������

�����

�����

����

���

����

��������������������������

���������������������������������������������

���������������������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

�����������������

Page 74: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

62

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

kelebihan likuiditas di ekonomi Tiongkok untuk

mengatasi kerentanan di sektor keuangan,

khususnya kerentanan yang diakibatkan oleh

aktivitas shadow banking.

Sejalan dengan perlambatan M2,

kontraksi Total Social Financing (TSF) masih

tertahan. TSF merupakan alat ukur kredit

secara keseluruhan di Tiongkok, yang meliputi

shadow banking54, kredit bank, dan obligasi.

Selama TW1-14, TSF terkontraksi sebesar

9,9% yoy, dari kontraksi sebesar 16,0%

pada triwulan sebelumnya, dan disebabkan

aktivitas shadow banking yang terkontraksi

kian dalam sebesar 42,1%, dari kontraksi

4,4% pada TW4-13. Penerbitan obligasi

juga terus terkontraksi meski sedikit tertahan

dari kontraksi 58,8% menjadi 50,6%, seiring

terjadinya default beberapa perusahaan

Tiongkok55. Sedangkan kredit bank bertahan

tumbuh di kisaran 8,5%-8,6% yoy.

Sementara itu, l iberalisasi sektor

keuangan Tiongkok juga mencatatkan

kemajuan. Mulai 17 Maret 2014 PBoC

memperlebar band nilai tukar yuan di pasar

spot menjadi + 2% terhadap nilai tukar acuan

harian PBoC, dari ±1% yang telah berlaku

sejak April 2012. PBoC juga menyatakan akan

berupaya meningkatkan fleksibilitas yuan agar

pergerakannya bersifat dua arah (tidak selalu

terapresiasi) dan fleksibel secara sepenuhnya,

Grafik 2.63 Perkembangan TSF

Grafik 2.64 Nilai Tukar dan PelebaranBand Yuan

54 Yang tergolong aktivitas shadow banking pada TSF adalah trust loans, entrusted loans, dan bankers acceptance.

55 Selama TW1-14, beberapa perusahaan mengalami default (gagal bayar) di pasar obligasi Tiongkok. Default yang pertama kali terjadi pada pembayaran kupon obligasi yang jatuh tempo oleh Shanghai Chaori Solar Energy Science & Technology Co., sebuah perusahaan di Tiongkok yang bergerak dalam bidang tenaga surya.

sebagaimana mata uang internasional lainnya.

Langkah pelebaran trading band tersebut juga

membuktikan komitmen Pemimpin Tiongkok

menuju penerapan kebijakan nilai tukar yang

sesuai pergerakan pasar.

Merespon perkembangan ekonomi yang

lemah, pemerintah memutuskan meluncurkan

s t imulus min i dengan mempercepat

implementasi program kerja 2014 dalam rangka

mendorong permintaan dan meningkatkan

����������

����

���

����

����

����

����

����

���� ���� ����� � � �� � � � �� �

�����������������

��������������������������������������������������������

������������������

�������

����

����

���

����

���

����

���

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

�������������������������

�����������������

Page 75: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

63

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

lapangan kerja. Stimulus mini tersebut berupa:

(a) percepatan pembangunan infrastruktur

dasar (seperti rel kereta, jalan tol, dan

konservasi air di wilayah pusat dan barat yang

masih less-developed), (b) memperpanjang

pemberlakuan dan menaikkan potongan pajak

bagi UMKM agar dapat menyerap lebih banyak

tenaga kerja, (c) meningkatkan pembangunan

rumah murah (social housing) untuk mengatasi

kawasan kumuh, dan (d) mengembangkan

infrastruktur perkotaan.

Pemer in tah j uga akan sege ra

mengeksekusi sejumlah proyek energi

berskala besar, termasuk instalasi pembangkit

listrik berbasis nuklir dan hidropower,

konstruksi jaringan listrik tegangan tinggi

ke area yang mengalami krisis energi, serta

mengakselerasi pembangunan sumber energi

non-konvensional. Selain itu, dalam upaya

memenuhi target pertumbuhan perdagangan

internasional tahun 2014 sebesar 7,5% yoy,

Perdana Menteri Li Keqiang akan mendorong

stabilitas sektor perdagangan dan memperbaiki

struktur perdagangan. Salah satu langkah

yang akan ditempuh adalah mempercepat

proses pembayaran potongan pajak bagi

eksportir. Sementara itu, PBoC mulai 25

April 2014 menurunkan GWM sebesar 2%

bagi bank komersial daerah yang memenuhi

kualifikasi dan 0,5% bagi koperasi kredit

di daerah. Langkah tersebut ditujukan

untuk meningkatkan ketersediaan dana dan

mendorong kredit bagi industri agrikultur.

Ekonomi Tiongkok pada TW2-14

diperkirakan masih mengalami pelemahan

ke kisaran 7% - 7,3% yoy, seiring langkah

pemerintah untuk mengatasi berbagai

hambatan struktural. Pelemahan ekonomi

tersebut merupakan implikasi dari penanganan

masalah overcapacity di sektor industri,

pengendalian utang pemda dan shadow

banking, pengetatan likuiditas di sistem

perbankan, serta kenaikan upah minimum

yang akan meningkatkan biaya modal dan

menurunkan investasi. Selain itu, pelemahan

sektor properti juga menjadi faktor downside

risk yang cukup signifikan, mengingat

kontribusinya terhadap PDB yang mencapai

15% dan memengaruhi sekitar 40 sektor

industri lainnya.

Di samping faktor domestik, Tiongkok

juga berpotensi menghadapi tantangan

eksternal antara lain instabilitas pasar keuangan

di negara emerging akibat normalisasi

kebijakan QE negara maju, risiko geopolitik

di Eropa Timur, dan apresiasi yuan yang akan

menurunkan daya saing produk ekspor.

Terlepas dari permasalahan yang

menghadang, Pemerintah Tiongkok optimis

bahwa proses rebalancing beserta langkah

kebijakan komprehensif yang ditempuh akan

membawa Tiongkok mengalami soft landing

dengan pertumbuhan ekonomi dalam kisaran

yang ditargetkan (+ 7,5%) pada tahun 2014.

Perkiraan tersebut sejalan dengan estimasi IMF

dalam WEO April 2014.

Page 76: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

64

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

B.2. India

Ekonomi India pada TW1-14 diperkirakan

mengalami perbaikan yang moderat, didorong

oleh peningkatan konsumsi dan investasi.

Kinerja ekonomi tersebut tidak terlepas dari

berbagai respon kebijakan otoritas India,

seperti pemberlakuan potongan pajak, investasi

infrastruktur, relaksasi ekspansi investasi, serta

kebijakan moneter yang ketat. Sejalan dengan

kebijakan moneter yang ditempuh, tekanan

inflasi mulai mereda terutama dipengaruhi

penurunan harga kelompok makanan dan

bahan bakar.

Dinamika ekonomi India akan diwarnai

oleh langkah kebijakan pemerintah India

yang baru. Hasil pemilu yang menunjukkan

bahwa partai pemenang berhasil meraih suara

mayoritas di parlemen, menimbulkan optimisme

berlanjutnya penguatan ekonomi India. Ke

depan, ekonomi India di TW2-14 diprediksi

akan tumbuh di atas 5%. Optimisme tersebut

dilandasi oleh stabilitas politik pascapemilu,

yang diharapkan mendorong kepercayaan

usaha dan investasi, serta dukungan kebijakan

yang proaktif dari pemerintah. Kinerja ekspor

juga diperkirakan menguat sejalan dengan

pemulihan ekonomi mitra dagang. Namun

dalam perjalanannya, perekonomian India

masih akan menghadapi risiko antara lain suku

bunga tinggi, dampak badai El Nino, dampak

normalisasi stimulus moneter AS, dan krisis

geopolitik yang dapat menyebabkan kenaikan

harga komoditas internasional.

Ekonomi India pada TW1-14 diperkirakan

mengalami perbaikan setelah pada triwulan

sebelumnya tumbuh 4,7% yoy. Kinerja positif

ekonomi India terutama akan ditopang oleh

aktivitas konsumsi domestik dan investasi,

sedangkan kinerja perdagangan cenderung

melemah. Consensus Forecast56 memprediksi

PDB India akan tumbuh sebesar 4,9% yoy.

Tabel 2.5 Target Makroekonomi 2014

Grafik 2.65 Pertumbuhan PDB

����������������

���������������������������

�����������������

����������������

�������������������

�������

���������������������

������������������������������

��� ��� ���� ���� ���� ���� ��� �����������

������

������

��������

��������

��������

��������

������

������

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

56 Consensus Forecast, April 2014.

����������

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

������� �������������

�������������� �����������

�����������������

Page 77: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

65

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.66 Penjualan Kendaraan Grafik 2.67 Kepercayaan Konsumen

Grafik 2.68 Investasi Infrastruktur Utama, Produksi Industri, dan PMI Manufaktur

Indikator konsumsi pada TW1-14

mengalami perbaikan. Penjualan kendaraan

bermotor mencapai 7,2% yoy dari triwulan

sebelumnya sebesar 3,9%. Pada Maret

2014, penjualan kendaraan mencapai level

tertinggi dalam 17 bulan terakhir (12,8%).

Peningkatan permintaan kendaraan didorong

oleh harga kendaraan yang lebih murah seiring

pemberlakuan potongan cukai (excise duty)

sebesar 3% - 6% sejak 17 Februari 2014,

serta program promosi yang ditawarkan

dealer. Selain itu, peningkatan konsumsi juga

disebabkan kenaikan upah, baik di perusahaan

swasta maupun instansi pemerintah. Konsumsi

diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi,

tercermin dari tingkat kepercayaan konsumen

di TW1-14 yang mencapai level tertinggi dalam

enam kuartal yaitu mencapai 121 dari 115

pada TW4-13.

Indikator aktivitas bisnis sepanjang

TW1-14 juga memperlihatkan kinerja yang

positif. Indikator PMI Manufaktur terekspansi

menjadi 51,7 dari 50,5 pada triwulan

sebelumnya seiring meningkatnya order

baru. Sementara itu, investasi infrastruktur

delapan industri utama India tumbuh 2,9%

yoy, lebih tinggi dibandingkan 1,1% pada

TW4-13 dengan kontributor utama adalah

sektor kelistrikan. Pemerintah India bekerja

sama dengan pihak swasta mengeksekusi

beberapa proyek pembangkit listrik tenaga

����������

���

���

���

��

��

��

���

���

���

��

��

��

� � � �� � � � �� � � � �� ����� ���� ���� ����

������������������� ������������� �����������

������������

���

���

���

���

���

��

���

���

���

���

���

��

������

�� ��

���������

���

���������������

���������

������

���

�������������������������

��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ����

������������������������������������������

�����������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

�������� ���� ����� � �� � � � �� � � � �� �

�����������������������

���������������������������

�������������������������������������

�����������������

Page 78: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

66

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

termal57 dan tenaga air dalam upaya mengatasi

krisis pasokan listrik di dalam negeri. Indikator

produksi industri juga mengalami perbaikan

meski masih di zona kontraksi, dari minus

0,8% yoy menjadi minus 0,5%, ditopang

oleh aktivitas industri listrik dan industri

pertambangan.

Sebaliknya, kinerja sektor eksternal

mengalami penurunan cukup signifikan.

Rata-rata pertumbuhan ekspor beralih ke

zona kontraksi sebesar 1,0% yoy pada

TW1-14, setelah tumbuh 6,2% pada TW4-13.

Pelemahan ekspor disebabkan berkurangnya

permintaan dari mitra ekspor utama India,

yakni AS dan EU. Ekspor ke AS menurun akibat

musim dingin ekstrim dan larangan impor yang

diterapkan AS terhadap beberapa produk

farmasi India58. Larangan impor tersebut

berdampak signifikan bagi India mengingat AS

merupakan pasar utama ekspor obat-obatan

India, dengan pangsa sekitar 25%. Sementara

itu, penurunan ekspor India ke EU disebabkan

oleh dihentikannya pemberlakuan skema

preferential access oleh EU bagi beberapa

komoditas ekspor India59.

Impor juga masih tertahan di zona

kontraksi meski level kontraksinya mulai

berkurang. Pada TW1-14, impor terkontraksi

sebesar 12,4% dari minus 15,5% pada

TW4-13. Kontraksi impor terutama disumbang

oleh komoditas emas dan perak akibat kenaikan

pajak impor dan pengetatan regulasi impor

emas60. Dengan kinerja ekspor impor tersebut,

defisit neraca perdagangan India pada TW1-14

menyempit menjadi USD28,6 miliar, dari defisit

USD30,7 miliar pada TW4-13.

Secara umum, selama tahun fiskal

2013-2014, ekspor tumbuh 4% yoy61, impor

terkontraksi 8,1%, dan defisit perdagangan

menyempit menjadi USD138,6 miliar dari

USD190,3 miliar. Kontraksi impor terutama

disebabkan menurunnya impor emas India

hingga 40% menjadi USD33,5 miliar, dari

USD55,8 miliar pada tahun fiskal sebelumnya.

Seiring kinerja tersebut, otoritas optimis bahwa

defisit neraca berjalan tahun fiskal 2013-2014

57 Batubara, gas, dan diesel.58 AS mengklaim India melakukan pelanggaran hak cipta (intellectual

property rights) karena memproduksi versi generik dari obat-obatan buatan AS yang telah memiliki hak paten.

59 Mulai 1 Januari 2014, ekspor produk mineral, tekstil, kendaraan bermotor, sepeda, dan kimia dari India ke EU tidak berhak atas fasilitas Generalized Scheme of Preferences (GSP). GSP adalah skema keringanan cukai (bahkan hingga nol persen) yang sebelumnya diberikan EU bagi 176 negara dan kawasan. Namun mulai 1 Januari 2014, EU menerapkan pembatasan negara dan kawasan, serta produk yang berhak menerima fasilitas tersebut.

60 Selama 2013, pajak impor emas dinaikkan sebanyak 3 kali, yakni dari 4% menjadi 6% pada 21 Januari, lalu naik menjadi 8% pada 6 Juni, dan menjadi 10% pada 13 Agustus. Selain itu, 20% dari emas yang diimpor harus ditujukan untuk re-ekspor (skema 80:20).

61 Secara keseluruhan tahun fiskal 2013-2014, total ekspor sebesar USD312 miliar, lebih rendah dibandingkan target (US$325 miliar).

Grafik 2.69 Neraca Perdagangan

���������������

���

���

���

���

��

���

���

��

��

��

��

���

���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

������������������� ������������� �������������

�����������������

Page 79: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

67

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

akan turun ke level USD45 miliar dari USD88

miliar di tahun fiskal 2012-2013.

Tekanan inflasi Wholesale Price Index

(WPI) dan Consumer Price Index (CPI) pada

triwulan laporan cenderung melemah. Secara

rata-rata, inflasi WPI turun menjadi 5,2% yoy,

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

(7,1%), dan sesuai koridor target inflasi

pemerintah (5,0% - 5,5%). Rata-rata inflasi

CPI juga turun menjadi 8,4%, dari 10,4% pada

Grafik 2.70 Pertumbuhan Impordan Impor Emas

Grafik 2.71 Defisit Neraca Berjalan Grafik 2.73 Inflasi Inti

Grafik 2.72 Inflasi (WPI dan CPI)

triwulan sebelumnya. Bahkan pada Februari

2014, angka CPI merupakan yang terendah

dalam 25 bulan terakhir. Pelemahan inflasi

disebabkan oleh harga kelompok makanan dan

bahan bakar yang menurun. Namun demikian,

inflasi inti (core CPI) relatif stagnan di level

yang tinggi (7,9%), dari 8,0% pada triwulan

sebelumnya, sedangkan core WPI meningkat

dari 3% menjadi 3,2%.

����������

���

���

���

��

��

��

��

����

���

��

���

���

���� ���� ����� � � � �� � � � �� �

����� ����������

�����������������

���������������

����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ���������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��

������

����

���� ����

����

��������������������������

�����������

�����������������

�����

��

��

��

���� ���� ����� � � � �� � � � �� �

������

��

��

�����

���� ���� ����

�������� ��������

������������

Page 80: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

68

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Seiring perkembangan inflasi inti yang

masih relatif tinggi - mengindikasikan bahwa

tekanan dari sisi permintaan masih cukup

kuat - Reserve Bank of India (RBI) menempuh

kebijakan moneter ketat. RDG 28 Januari 2014

memutuskan untuk menaikkan suku bunga

kebijakan sebesar 25 bps. Suku bunga repo

rate naik menjadi 8% dan suku bunga reverse

repo rate naik menjadi 7%, yang selanjutnya

dipertahankan pada RDG 1 April 2014. Namun

demikian, RBI memberikan sinyal tidak akan

menaikkan suku bunga lebih lanjut, apabila

dalam jangka pendek tekanan inflasi terus

mereda.

Sejak 1 April 2014, RBI menggunakan

CPI sebagai alat ukur utama inflasi India -

menggantikan WPI - mengingat CPI lebih

mencerminkan beban kenaikan harga yang

sesungguhnya ditanggung masyarakat. Dalam

hal ini, RBI menargetkan menurunkan CPI

India menjadi 8% pada Januari 2015, dan

menjadi 6% pada Januari 2016, sesuai dengan

rekomendasi Urjit Patel Committee63. Akan

tetapi, RBI belum secara formal mengadopsi

inflation targeting framework (ITF) dikarenakan

masih adanya pro-kontra penggunaan ITF

di berbagai kalangan. Beberapa kalangan

memandang masih terlalu prematur bagi

India untuk menjadikan CPI sebagai anchor

karena transmisi kebijakan moneter di India

masih lemah, peran administered price masih

signifikan, dan kebijakan moneter tidak dapat

mempengaruhi inflasi pangan yang merupakan

komponen terbesar CPI. Pengukuran CPI di

India juga masih relatif baru, yakni sejak tahun

2011.

P e m e r i n t a h I n d i a t e n g a h

mempertimbangkan untuk melonggarkan

re s t r i k s i impor emas . Ha l t e r sebut

dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa restriksi

yang diterapkan justru menyebabkan ekspor

perhiasan terkontraksi. Sebelumnya, kontribusi

ekspor perhiasan mencapai 14%-15% dari

total ekspor India. Di samping itu, restriksi

impor juga mendorong penyelundupan

emas. Selama tahun fiskal 2013-2014, telah

62 Marginal Standing Facility Rate (MSF) adalah suku bunga fasilitas pinjaman dari RBI kepada bank komersial, dengan batas maksimal pinjaman sebesar 1% dari Net Demand and Time Liabilities (NDTL) bank. Sedangkan Bank Rate adalah suku bunga pinjaman jangka pendek dari RBI kepada bank komersial dalam rangka memenuhi kekurangan giro wajib minimum (GWM).

63 Urjit Patel Committee adalah komite yang dibentuk Gubernur RBI, Raghuram Rajan, pada awal September 2013 dengan tugas mengkaji dan menyusun rekomendasi dalam rangka memperkuat framework kebijakan moneter India.

Tabel 2.6 Perubahan Suku Bunga Kebijakan dan Aturan CRR RBI selama 2013-201462

��������� ���������� ��������� �������� ��������� �������� ��������� ��������� �������� ��������� ��������� ��������

�����������������������������������������������������������������

������������������

���������������

�����

�����

���������������

�����

���

�����

���������������

�����

���������������

�����

��

������

������

���������������

�����

��

�����

�����

���������������

�����

���������������

�����

���

����������������������������������������

Page 81: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

69

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

terjadi lebih dari 700 kasus penyelundupan

emas. Perdana Menteri India, Palaniappan

Chidambaram, menyatakan akan meninjau

aturan impor emas setelah data defisit neraca

berjalan dirilis (TW1-14). Sementara itu,

Gubernur RBI memandang bahwa pelonggaran

tersebut perlu dilakukan secara perlahan

tapi pasti. Sebagai langkah awal relaksasi,

pada Maret 2014, RBI menambah bank

swasta yang diijinkan mengimpor emas

menggunakan skema 80:2064, yakni Axis

Bank, Kotak Mahindra Bank, IndusInd Bank

and Yes Bank. Sebelumnya, hanya enam bank

dan tiga lembaga keuangan yang diijinkan

mengimpor emas dalam skema tersebut.

Seiring penambahan ijin tersebut, impor emas

mulai pulih, khususnya oleh perusahaan yang

berorientasi ekspor.

Ke depan, ekonomi diprediksi akan

tumbuh lebih baik di atas 5%65. Optimisme

tersebut dilandasi oleh stabilitas politik pasca

pemilu66. Aktivitas investasi dan industri

diperkirakan meningkat seiring perbaikan

kepercayaan usaha, serta dukungan kebijakan

yang proaktif dari pemerintah, termasuk

berupa pelonggaran aturan impor emas guna

membangkitkan kembali aktivitas industri

dan ekspor produk perhiasan. Kinerja ekspor

juga diperkirakan menguat sejalan dengan

pemulihan ekonomi mitra dagang.

Prospek pertumbuhan ekonomi India

masih akan menghadapi sejumlah tantangan.

Di sisi domestik, kerentanan berasal dari faktor

cuaca (badai El Nino) yang dapat berdampak

pada produksi pertanian dan tekanan inflasi,

serta risiko dari suku bunga yang cenderung

tinggi. Sementara dari sisi eksternal, risiko

berasal dari normalisasi kebijakan stimulus

negara maju yang dikhawatirkan memicu

pembalikan modal asing dari India, dan krisis

geopolitik yang dapat menyebabkan kenaikan

harga komoditas internasional.

Keputusan investasi juga sangat

dipengaruhi oleh kebijakan yang akan

ditempuh pemerintahan baru hasil pemilu.

Perusahaan menantikan kepastian apakah

berbagai kebijakan - seperti potongan pajak,

administered prices (khususnya bahan bakar,

pupuk, dan tarif listrik) dan kebijakan harga

komoditas pertanian (minimum support price)67

- yang selama ini berlaku dapat berlanjut pada

pemerintahan berikutnya.

64 Skema 80:20 berarti 20% dari ekspor emas harus ditujukan untuk re-ekspor.

65 Consensus Forecast April 2014 memprediksi PDB India di TW2-14 sebesar 5,3%.

66 India melaksanakan pemilu legislatif pada 7 April hingga 12 Mei 2014, dan hasilnya telah diumumkan pada 16 Mei 2014. Bharatiya Janata Party (BJP) menjadi partai pemenang dengan suara mayoritas, sehingga diharapkan akan tercipta pemerintahan yang stabil dan memiliki legislative power yang kuat. BJP - yang dipimpin Narendra Modi - akan fokus pada reformasi struktural dan memperbaiki governance untuk mendorong ekonomi. Dalam hal ini, bercermin pada keberhasilan Modi memimpin negara bagian Gujarat selama 13 tahun terakhir, masyarakat optimis bahwa ekonomi India ke depan berpeluang tumbuh lebih tinggi.

67 Minimum Support Price (MSP) adalah harga beli hasil panen petani oleh pemerintah, berapapun harga yang berlaku di pasar. Alat tersebut diharapkan dapat menjadi insentif bagi petani untuk berproduksi dan melindungi petani di saat gagal panen (ataupun ketika harga di pasar komoditas global menurun).

Page 82: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

70

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

B.3. Korea

Ekonomi Korea mengalami penguatan

di TW1-14 dengan tumbuh sebesar 3,9% yoy,

ditopang oleh ekspor dan konsumsi swasta.

Kinerja investasi juga masih tinggi. Peningkatan

aktivitas ekonomi turut didorong oleh berbagai

paket kebijakan yang diluncurkan otoritas

Korea. Pertumbuhan PDB tersebut terutama

ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor

dan konsumsi swasta. Sementara itu, secara

sektoral, sektor manufaktur masih menjadi

penopang utama pertumbuhan ekonomi

Korea.

Seiring dengan peningkatan kinerja

ekonomi, sektor ketenagakerjaan Korea semakin

membaik. Namun di sisi lain, tekanan harga pada

TW1-14 relatif stagnan dan masih di bawah

target. Merespon perkembangan tersebut,

Bank Sentral Korea (BoK) mempertahankan

kebijakan akomodatif dengan menahan suku

bunga kebijakan di level 2,5%. Ke depan,

otoritas Korea optimis bahwa kinerja ekonomi

akan terus meningkat ditopang oleh kondisi

ekonomi global yang membaik. Akan tetapi,

sejumlah faktor risiko masih membayangi. Dari

dalam negeri, tragedi tenggelamnya kapal feri

‘Sewol’ pada medio April 2014 menyebabkan

pelemahan konsumsi dan investasi secara

temporer. Sedangkan risiko eksternal yang

harus dihadapi adalah pelemahan outlook

Tiongkok, volatilitas pasar keuangan global

serta potensi instabilitas pasar keuangan di

negara emerging akibat normalisasi kebijakan

QE negara maju, depresiasi yen, kenaikan pajak

konsumsi Jepang, dan risiko geopolitik.

Melanjutkan perbaikan kinerja ekonomi

pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan

ekonomi Korea TW1-14 mencapai 3,9%

yoy68, lebih tinggi dari PDB TW4-13 (3,7%)

dan merupakan tertinggi dalam 12 kuartal

terakhir. Sebelumnya, pasar memprediksi PDB

Korea akan tumbuh 3,8%, sedangkan proyeksi

Consensus Forecast (April 2014) sebesar 3,7%.

Pertumbuhan PDB tersebut terutama ditopang

oleh peningkatan kinerja ekspor dan konsumsi

swasta. Sementara itu, secara sektoral, sektor

manufaktur masih menjadi penopang utama

pertumbuhan ekonomi Korea.

Pertumbuhan sektor manufaktur

pada triwulan laporan mencapai 5,5% yoy,

meningkat signifikan dari TW4-13 sebesar

4,5%, dan merupakan angka tertinggi sejak

11 kuartal terakhir69. Share sektor manufaktur

terhadap PDB juga meningkat menjadi 29,0%

PDB, dari 28,7% pada triwulan sebelumnya.

Selain sektor manufaktur, peran sektor jasa

juga terus meningkat. Pemerintah Korea

memang tengah berupaya mengurangi

ketergantungan ekonomi terhadap ekspor

dan manufaktur, dan di sisi lain meningkatkan

peranan sektor jasa. Selama ini, pangsa sektor

jasa di Korea baru mencapai 58,1%, lebih

rendah dibandingkan negara maju lainnya

seperti Jepang (72,7%), Inggris (77,7%), dan

AS (78,6%). Sementara itu, ketergantungan

yang tinggi terhadap ekspor menyebabkan

ekonomi rentan terhadap shock eksternal.

68 Advanced estimate Bank of Korea (BoK).69 Kinerja sektor manufaktur didorong oleh peningkatan produksi

peralatan elektronik, produk logam, serta petroleum.

Page 83: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

71

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

70 Di sisi lain, belanja pemerintah melambat menjadi 2,7% yoy, dari 3,3%.

Aktivitas konsumsi meningkat 2,6%

yoy, dari 2,4% di TW4-13. Kinerja tersebut

ditopang oleh konsumsi swasta yang tumbuh

2,6%, lebih tinggi dari 2,2% pada triwulan

sebelumnya70, disebabkan perbaikan sektor

ketenagakerjaan dan upah. Perbaikan konsumsi

turut dikonfirmasi oleh meningkatnya rata-

Grafik 2.74 PDB Berdasarkan Pengeluaran Grafik 2.76 Penjualan Ritel, Dept. Store, dan Discount Store, serta Kepercayaan Konsumen

rata pertumbuhan penjualan ritel, penjualan

discount store dan department store, serta

pertumbuhan kredit rumah tangga dan

KPR. Selain itu, rata-rata indeks kepercayaan

konsumen juga naik ke level 108,3 dari 106,7

pada TW4-13, tertinggi dalam tiga tahun

terakhir, yang mengindikasikan optimisme

masyarakat terhadap prospek ekonomi ke

depan.

������������������������������������������������������������������������������������

��������������������������������������������������������������������������������������������������

���������

��

��

��

���� �� �� �� �� �� �� �� ��

���� ���� ����

���������������������

Grafik 2.75 PDB Berdasarkan Sektor

Grafik 2.77 Kredit Rumah Tangga

���������

��

���� �� �� �� �� �� �� �� ��

���� ���� ����

���������������������������������

����������������������������������

��������

�������������

������������

����������������������

���������������������

�����

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

��������������������

���������������������

�����������������

�����

��

��

���� ���� ���� ���� ����� � � � � � � � �

������������������������������ �������������������������������

�����������������

Page 84: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

72

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Kinerja investasi melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya, namun tetap berada di

level pertumbuhan yang relatif tinggi. Pada

TW1-14, investasi hanya tumbuh sebesar

6,2% yoy, dari 7,8% pada TW4-13. Aktivitas

investasi terutama dipicu oleh intellectual

property products yang tumbuh 8,3% (dari

9,7% pada TW4-13), didorong oleh inovasi di

sektor informasi dan teknologi. Sementara itu,

facilities investment, yang merupakan indikator

utama bagi aktivitas perusahaan, tumbuh

8%, setelah mengalami peningkatan yang

signifikan pada triwulan sebelumnya (10,9%).

Perlambatan aktivitas perusahaan tersebut

juga sejalan dengan indikator produksi industri

dan PMI Manufaktur yang memperlihatkan

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya

akibat stagnasi order baru.

Kinerja ekspor selama TW1-14 lebih

baik dibandingkan kuartal sebelumnya.

Pertumbuhan ekspor meningkat dari 3,2% pada

TW4-13 menjadi 4,6%, seiring peningkatan

permintaan dari mitra dagang utama, khususnya

Inggris, Singapura, dan EU. Sementara itu,

pertumbuhan ekspor ke China dan AS relatif

melambat karena aktivitas ekonomi China

yang menurun dan berlangsungnya musim

dingin ekstrim di AS. Berdasarkan komoditas,

kenaikan ekspor pada triwulan laporan

didominasi oleh alat komunikasi nirkabel,

produk baja, dan peralatan elektonik.Ekspor

Korea ke Jepang juga terus terkontraksi akibat

depresiasi yen di tengah won yang cenderung

terapresiasi. Hubungan dagang Korea-Jepang

sedang merenggang seiring penolakan

Korea memenuhi permintaan Jepang untuk

menghapus larangan impor produk seafood

dan ikan dari kawasan Fukushima yang

diterapkan sejak Juni 2012, pasca bencana

nuklir tahun 2011.

Berkebalikan dengan ekspor, aktivitas

impor di TW1-14 melambat menjadi 3,8%

yoy, dari 4,9% yoy pada TW4-13, karena

harga komoditas yang menurun dan apresiasi

won. Kontraksi terjadi pada impor mesin-mesin

berat, minyak mentah, logam non-besi, dan

Grafik 2.78 Pertumbuhan Investasi Grafik 2.79 Produksi Industri &PMI Manufaktur

�����

���

���

��

��

��

���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

�������������������

���������������������������������

������������������������������

�����������������

�����������

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

� � � � � � ����� ���� ���� ����

������������������

���������������������

�����������������

Page 85: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

73

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.80 Neraca Perdagangan Grafik 2.81 Ketenagakerjaan

komoditas agrikultur. Meski kinerja ekspor

lebih baik dibandingkan impor, surplus neraca

perdagangan di TW1-14 menyempit menjadi

USD5,85 miliar, dari triwulan sebelumnya yang

mencapai USD13,3 miliar.

Seiring dengan peningkatan kinerja

ekonomi, pertumbuhan employment71 selama

TW1-14 meningkat signifikan ke level 3,0%

yoy, dari 2,2% pada triwulan sebelumnya.

Labor participation rate juga meningkat dari

61,8% menjadi 62,6%. Perbaikan participation

rate dipicu lonjakan jumlah pencari kerja pasca

periode kelulusan perguruan tinggi serta

program pemerintah untuk meningkatkan

partisipasi tenaga kerja muda, tenaga kerja

wanita, dan tenaga kerja senior (pensiunan)

dalam rangka mendorong konsumsi domestik.

Peningkatan employment selama TW1-14

terutama terjadi di sektor jasa, khususnya

perdagangan, akomodasi, dan makanan.

Sementara itu, upah juga meningkat setelah

kebijakan kenaikan upah minimum sebesar

7,2% per Januari 2014.

Meskipun aktivitas ekonomi domestik

meningkat, perkembangan harga pada

TW1-14 relatif stagnan dan masih di bawah

target inflasi pemerintah (2,5%-3,5%). Rata-

rata inflasi selama TW1-14 hanya sedikit

bergeser ke level 1,13% yoy, dari 1,07%

pada TW4-13. Bahkan rata-rata inflasi inti

turun menjadi 1,83% yoy dari 1,90% pada

triwulan sebelumnya disaat terjadi kenaikan

beberapa administered prices. Sejak 1 Januari

2014 pemerintah menaikkan tarif gas sekitar

5,8%, yang diikuti dengan kenaikan tarif

listrik serta fasilitas publik lainnya72. Sejalan

dengan kenaikan tersebut, tarif sewa rumah

terus meningkat. Stagnasi inflasi ditengarai

disebabkan output gap yang masih lebar serta

penurunan harga produk agrikultur seiring

peningkatan pasokan akibat cuaca yang

kondusif. Selain itu, tekanan imported inflation

���������������

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

�������������������

������������

������������

�����������������

������

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � ��� �

�����������������������������������������������������������

��������������

�����������������

71 Pertumbuhan jumlah orang yang bekerja. 72 Seperti tarif air, buangan limbah, bis, dan biaya kesehatan.

Page 86: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

74

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

juga melemah karena won yang terapresiasi

dan harga komoditas impor yang menurun -

khususnya mineral dan logam.

Di sisi respon kebijakan, Presiden

Park Geun-hye berambisi meningkatkan

ketenagakerjaan negeri ginseng untuk

mendorong konsumsi domestik. Sejak Juni

2013, Park meluncurkan road map untuk

mencapai employment to population ratio

menjadi 70% di akhir kepemimpinannya

(2017), dengan milestone 65,6% pada 2014,

66,9% pada 2015, dan 68,4% pada 2016.

Tekad tersebut ditegaskan kembali pada 6

Januari 2014, dengan sebutan “4-7-4”, yakni

target pertumbuhan ekonomi sebesar 4%,

employment to population ratio 70%, dan

pendapatan per kapita US$40.000.

S t rateg i yang d i tempuh untuk

mencapai target tersebut adalah memperkuat

fundamental ekonomi, mendukung ekonomi

kreatif dan dinamis, serta mengurangi

ketergantungan ekonomi terhadap ekspor

dan menyeimbangkannya dengan demand

domestik. Strategi tersebut dijabarkan menjadi

100 rencana tindakan, antara lain pelonggaran

restriksi ekspansi investasi di beberapa area

strategis, memfasilitasi sektor konstruksi

perumahan, serta mendorong sektor real

estate dengan melonggarkan aturan loan-

to-value (LTV) dan debt-to-income (DTI)

untuk kepemilikan rumah. Pemerintah juga

meningkatkan pendanaan investasi untuk

mendorong inovasi, terutama di sektor R&D

dan usaha baru (start up businesses). Selain itu,

pemerintah akan merelaksasi aturan di berbagai

industri penting guna mendorong kompetisi,

seperti industri kesehatan, keuangan, dan

pendidikan.

Sejauh ini, langkah-langkah tersebut telah

menampakkan hasil yang menggembirakan.

Di sektor real estate, aktivitas konstruksi

residensial meningkat, baik dari segi pasokan

maupun permintaan. Seiring perkembangan

tersebut, harga perumahan juga menunjukkan

tren meningkat, bahkan pada Maret 2014

harga rumah naik ke level tertinggi dalam 18

bulan terakhir dan outstanding KPR tumbuh

ke level tertinggi dalam 21 bulan. Sementara

itu, pertumbuhan jumlah UMKM-baru (start-up

businesses) selama TW1-14 mencapai rekor

tertinggi sebesar 9,4% yoy (20.761 unit).

Pemerintah juga proaktif memperbaiki

struktur utang rumah tangga yang selama

ini menjadi masalah fundamental ekonomi

Korea. Berdasarkan data OECD, rasio utang

terhadap pendapatan (debt-to-income, DTI)

Korea per akhir 2012 sebesar 163,8%73 dan

73 DTI Korea jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata DTI 34 negara anggota OECD (134,8%).

Grafik 2.82 Sektor Perumahan

����������

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ������� ������ ��� ������ ��� ������ ��� ������ ��� ������ ��� ������ ��� ������ ��� ������ ��� ���

������������������������������������

����������������������������������������

�����������������

Page 87: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

75

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

diperkirakan turun ke kisaran 160% pada akhir

2013. Pemerintah berkomitmen menurunkan

rasio utang terhadap pendapatan sebesar 5%

pada akhir 2017. Dalam hal ini, pemerintah

akan meningkatkan ketersediaan KPR dengan

tenor yang lebih panjang. Sementara itu, mulai

Februari 2014, bank diharuskan meningkatkan

pangsa kredit berbunga tetap (fixed-rate

loans). Sebelumnya, mayoritas KPR di Korea

menggunakan suku bunga mengambang,

sehingga rumah tangga rentan terhadap

kenaikan suku bunga.

Di sisi moneter, Bank Sentral Korea (BoK)

masih menahan suku bunga kebijakan 7-day

repurchase rate sebesar 2,5%74. Keputusan

tersebut dilatarbelakangi pertimbangan output

gap yang masih lebar sehingga tekanan inflasi

cenderung melemah dan di bawah target,

capital inflow yang masih tinggi dan apresiasi

won - seiring kinerja fiskal dan keseimbangan

eksternal Korea yang kuat.

Otoritas Korea optimis bahwa ekonomi

ke depan akan terus meningkat. Pemerintah

menargetkan ekonomi Korea akan tumbuh

3,9% di 2014, ditopang oleh konsumsi

swasta yang diprediksi tumbuh 3,3% dan

ekspor yang diperkirakan tumbuh hingga

6,4%. Sementara itu, pemulihan ekonomi

negara maju diperkirakan akan meningkatkan

kepercayaan bisnis dan korporasi, sehingga

dapat mendorong industri untuk melakukan

ekspansi dan investasi. Pelonggaran restriksi

investasi yang telah dilakukan pemerintah juga

diharapkan mendukung kinerja investasi.

Sejalan dengan optimisme pemerintah,

pada 10 April 2014 BoK merevisi ke atas

pertumbuhan PDB Korea 2014-2015 sebesar

0,2% masing-masing menjadi 4% dan 4,2%75.

Untuk tahun 2014, PDB semester 1 diprediksi

sebesar 3,9% dan meningkat menjadi 4% pada

semester berikutnya. Tingkat pengangguran

diperkirakan naik menjadi 3,2% dan tingkat

employment to population mencapai 60,2%.

Ekspor diprediksi tumbuh 6,5%, sementara

konsumsi swasta diharapkan naik 3,1%. Di sisi

tekanan harga, BoK menurunkan forecast rata-

rata inflasi 2014 menjadi 2,1% dari forecast

sebelumnya 2,3%, mengingat inflasi TW1-14

yang rendah dan di bawah target serta outlook

harga produk pertanian dan komoditas global

yang masih rendah.

74 Suku bunga telah dipertahankan sejak 9 Mei 2013.75 Consensus Forecast (April 2014) dan IMF memprediksi ekonomi

Korea akan tumbuh 3,5%-3,8% yoy di 2014-2015.

Grafik 2.83 Inflasi & Suku Bunga Kebijakan

����������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����

����������������������������������������������������������

� � � � � � � � �

�����������������

Page 88: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

76

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Outlook perekonomian Korea juga

dihadapkan pada sejumlah faktor risiko. Dari

sisi domestik, risiko jangka pendek terutama

bersumber dari melemahnya sentimen konsumsi

masyarakat pasca insiden tenggelamnya kapal

feri ‘Sewol’ (16 April 2014). Suasana berkabung

yang menyebar ke berbagai kawasan di Korea

telah menyebabkan penurunan aktivitas sektor

jasa (terutama pariwisata) serta penjualan

department stores dan discount stores. Bahkan

selama liburan Golden Week (1-6 Mei 2014),

banyak penundaan/pembatalan program

entertainment, promosi, dan perjalanan yang

telah direncanakan sebelumnya. Biasanya masa

libur panjang tersebut menjadi peak season

bagi industri perhotelan dan ritel.

Sementara itu, keterkaitan ekonomi yang

tinggi terhadap perkembangan ekonomi global

juga menyebabkan Korea rentan terhadap

berbagai risiko eksternal. Risiko tersebut berasal

dari perlambatan pertumbuhan ekonomi

China, volatilitas pasar keuangan global

serta potensi instabilitas pasar keuangan di

negara emerging akibat normalisasi kebijakan

QE negara maju, risiko geopolitik di Eropa

Timur, dan pelemahan daya saing ekspor

akibat depresiasi yen di tengah apresiasi won.

Selain itu, kenaikan pajak penjualan di Jepang

berpotensi memperdalam kontraksi ekspor

Korea ke Jepang.

B.4. Malaysia

Perekonomian Malaysia TW1-14 mampu

tumbuh sebesar 6,2% yoy, lebih tinggi

dibandingkan periode sebelumnya (5,1% yoy).

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Malaysia

didorong oleh perbaikan konsumsi domestik

dan kinerja sektor eksternal. Tekanan inflasi

TW1-14 meningkat dari 3% yoy menjadi 3,5%

di TW1-14, terutama didorong oleh kenaikan

harga perumahan dan transportasi. Meski

mengalami kenaikan, angka inflasi tersebut

masih berada dalam kisaran target BNM sebesar

3%-4% di tahun 2014.

Kinerja perekonomian Malaysia yang

positif mendorong Bank Negara Malaysia (BNM)

mempertahankan suku bunga kebijakan di

level 3%. Namun tidak tertutup kemungkinan

menaikkan suku bunga apabila inflasi terus

merangkak naik. BNM memprediksi bahwa

ekonomi Malaysia pada 2014 akan tumbuh

di kisaran 5%-5,5%. Estimasi tersebut sejalan

dengan IMF yang memperkirakan tumbuh

5,2%. Namun dalam perjalanannya, Malaysia

mesti menghadapi sejumlah risiko yaitu dampak

implementasi konsolidasi fiskal, volatilitas pasar

keuangan dan aliran modal seiring pengurangan

stimulus negara maju, ekonomi yang masih

rentan di beberapa negara emerging, dan

pelemahan ekonomi Tiongkok.

Tabel 2.7 Revisi Forecast 2014 BoK

��� ��� � �������������������� ��� ��� �������������������������� � � ������������������������ ��� ��� ��������������������������������� ��� ��� ����������������� ��� ��� ������������������� ��� ��� ������ ��� ��� ����������� ��� ��� �������������������� ��� ��� ������������������������ ���� ���� ����

��������������� �� ����

Page 89: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

77

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

76 Consensus forecast April 2014.77 Pada TW1-14 industri agrikultur tumbuh 2,3% yoy dari 0,2% yoy,

manufaktur tumbuh 6,8% yoy dari 5,2% yoy, konstruksi tumbuh 18,9% yoy dari 9,8% yoy, dan jasa tumbuh 6,6% yoy dari 6,4% yoy.

Ekonomi Malaysia pada TW1-14

mampu tumbuh sebesar 6,2% yoy, lebih

tinggi dari pertumbuhan TW4-13 (5,1%)

dan proyeksi Consensus Forecast (5,5%)76.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Malaysia

TW1-14 terutama didorong oleh peningkatan

konsumsi domestik dan kinerja perdagangan.

Peningkatan konsumsi domestik tercermin

dari pengeluaran pemerintah yang naik

menjadi 11,2% yoy, dari 5,2% pada triwulan

sebelumnya. Sementara peningkatan kinerja

perdagangan tercermin dari meningkatnya

pertumbuhan ekspor menjadi 7,9% yoy

pada TW1-14, dari 5,7% pada TW4-13.

Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan

ekonomi Malaysia ditopang oleh peningkatan

pertumbuhan sektor agrikultur, manufaktur,

konstruksi dan jasa77.

Sejalan dengan peningkatan konsumsi,

indikator penuntun konsumsi yaitu indikator

penjualan kendaraan dan penjualan manufaktur

telah menunjukkan pertumbuhan positif.

Indikator penjualan kendaraan TW1-14

tumbuh rata-rata 2% yoy, setelah terkontraksi

0,9% pada TW4-13. Sementara indikator

penjualan manufaktur TW1-14 tumbuh rata-

rata 13,8% yoy, dari 3,7% pada TW4-13.

Sejalan dengan indikator penuntun konsumsi,

indikator penuntun investasi yaitu produksi

industri juga tumbuh meningkat menjadi

Grafik 2.84 Pertumbuhan EkonomiBerdasarkan Pengeluaran

Grafik 2.86 Indikator Penuntun Konsumsi

Grafik 2.85 Pertumbuhan EkonomiBerdasarkan Industri

������

����

����

����

����

���

�����

�����

�����

����

����

���

���

���

����

����

����

���

���

����

���������������������������������������������������������������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�������

��������������������������������������������������

��������

����� �����

�����������������

��

��

��

��

���

���

��

��

��

��

��

���

��

����������������������������������������������������������������

���������������������������������������������������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ����

����� �����

�����������������

��

��

��

��

���

���

���

����������������������������������������������������������������������������������������

�����

���� ���� ����� � � �� � � � �� �

�����������������

Page 90: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

78

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

4,8% yoy pada TW1-14, dari rata-rata 2,9%

pada triwulan sebelumnya, didorong oleh

peningkatan produksi industri di sektor

manufaktur.

Ekspor TW1-14 Malaysia tumbuh sebesar

10,9% yoy, lebih tinggi dari periode sebelumnya

(10,2%). Peningkatan pertumbuhan ekspor

terutama didorong oleh ekspor makanan

dan hewan hidup, minuman dan tembakau,

mesin, dan barang manufaktur lainnya78.

Berbeda dengan ekspor, pertumbuhan impor

Malaysia TW1-14 turun menjadi 5,5% yoy,

dari 11,6% pada TW4-13. Penurunan impor

terbesar terjadi pada impor barang manufaktur

yang terkontraksi mencapai 13,4% yoy pada

TW1-14, setelah tumbuh 6,7% pada triwulan

sebelumnya.

Di sisi lain, produksi industri manufaktur

yang meningkat mengindikasikan kebutuhan

domestik akan barang manufaktur Malaysia

dipenuhi dari produksi dalam negeri, sehingga

menurunkan ekspor dan impor barang

tersebut. Kinerja ekspor dan impor selama

triwulan berjalan, menyebabkan masih

terjadinya surplus neraca perdagangan di

TW1-14 sebesar MYR26,4 miliar. Surplus

terbesar terjadi pada bulan Februari 2014

sebesar MYR10,4 miliar.

Tekanan inf las i Malays ia pada

TW1-14 mengalami sedikit peningkatan

menjadi 3,5%, dari 3% pada TW4-13.

Peningkatan inflasi terutama didorong oleh

komponen perumahan dan transportasi

akibat kenaikan harga utilitas dan tarif listrik.

Inflasi produk alkohol dan tembakau juga

masih bertahan di level yang tinggi setelah

peningkatan yang cukup besar di TW4-1379.

Meski mengalami kenaikan, namun angka

inflasi tersebut masih berada dalam kisaran

target BNM sebesar 3%-4% di tahun 2014.

Grafik 2.87 Indikator Penuntun Investasi

Grafik 2.88 Neraca Perdagangan

��

��

��

��

���

���

�����������������������������������������������������������������

�����

���� ���� ����� � � �� � � � �� ��

�����������������

78 Ekspor makanan dan hewan hidup tumbuh sebesar 14,4% yoy, minuman dan tembakau tumbuh 7,2%, mesin tumbuh sebesar 3,1%, dan barang manufaktur lainnya tumbuh 10,6%.

79 Kenaikan pajak tembakau mendorong peningkatan inflasi kelompok produk alkohol dan tembakau. Pada TW4-13 inflasi tembakau rata-rata 14,8% yoy dan sedikit menurun menjadi 14,1% yoy di TW1-14.

��������������������

��

��

��

��

��

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�������������

�������������

�������������������

�����������������

Page 91: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

79

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.89 Inflasi Grafik 2.90 Pergerakan Nilai tukardan Indeks Saham

Grafik 2.91 Utang pemerintah dan defisit fiskal (% terhadap GDP)

Secara umum, pergerakan nilai tukar

Ringgit Malaysia terhadap USD sedikit melemah

pada TW1-14 (rata-rata MYR3,3 per USD)

dibandingkan dengan TW4-13 (rata-rata

MYR3,2 per USD). Pelemahan nilai tukar

selama periode laporan dipengaruhi oleh

tapering stimulus moneter AS yang efektif

berlaku pada Januari 2014, dan mendorong

terjadinya capital outflow cukup besar dari

Malaysia80. Sebaliknya, indeks saham Malaysia

pada TW1-14 cenderung menguat dari 1811,2

menjadi 1821,4. Menguatnya indeks saham

Malaysia didorong oleh sejumlah perusahaan

yang mampu membukukan pendapatan positif

pada periode tersebut.

Dalam rangka efisiensi guna mencapai

kondisi fiskal yang lebih baik, pemerintah

Malaysia berambisi untuk mencapai target

fiskal yang seimbang (defisit 0% dari PDB)

pada tahun 2020. Pencapaian target fiskal

ini akan dilakukan secara bertahap dimulai

dengan pencapaian defisit sebesar 3% dari

PDB pada tahun 2015. Untuk mencapai

target tersebut, pemerintah mulai melakukan

beberapa langkah antara lain mengurangi

subsidi BBM dan reformasi jaring pengaman

sosial pada 2014. Kemudian, pada tahun

2015 pemerintah berencana memperkenalkan

pajak terhadap barang dan jasa (Goods and

80 Berdasarkan riset MIDF (Malaysian Industrial Development Finance Berhad), per Februari 2014 total dana yang keluar dari pasar ekuitas Malaysia mencapai MYR9,4 miliar.

��� � � �� � � � �� �

���� ���� ����

��������������������������������������������������������������������������������

����� �����

�����������������

���

���

���

���

���

���

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

������� ������

������������

�����������������

����������

���� ����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

�����������������

���� ���� ��������

����

����

��

��

��

��

��

������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����������������

���������������������

����������������

Page 92: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

80

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Services Tax). Upaya konsolidasi fiskal yang

ditempuh pemerintah Malaysia dilakukan

untuk mengurangi ketergantungan terhadap

utang yang terus meningkat. Berdasarkan data

dari IMF, rasio utang pemerintah terhadap

PDB tercatat terus meningkat dari waktu ke

waktu81.

Kinerja perekonomian Malaysia yang

cukup baik serta kondisi ekonomi global yang

moderate di kuartal pertama 2014 mendorong

Bank Negara Malaysia (BNM) untuk tetap

mempertahankan suku bunga kebijakan di

level 3%, tidak berubah sejak pertengahan

2011. BNM diperkirakan akan meningkatkan

suku bunga kebijakan pada TW3-14 didorong

oleh ekspektasi kenaikan inflasi sebagai

dampak dari peningkatan harga energi

pasca pengurangan subsidi BBM. Kebijakan

moneter BNM juga didukung dengan kebijakan

makroprudensial82 untuk mengurangi risiko

dari pertumbuhan kredit dan utang rumah

tangga yang pesat.

BNM menargetkan pertumbuhan

ekonomi 2014 sebesar 5%-5,5% yoy.

Permintaan domestik diprediksi akan tetap

kuat, investasi swasta akan terus tumbuh

mencapai double-digit, didorong oleh

percepatan implementasi proyek-proyek

ETP (Economic Transformation Programme).

Ekspor diperkirakan tumbuh 2,5% yoy.

Sedangkan IMF dalam World Economic

Outlook memproyeksikan ekonomi Malaysia

akan tumbuh sebesar 5,2% yoy di 2014 dan

5% yoy di 2015.

Risiko yang berpotensi menghambat

perekonomian Malaysia terutama berasal dari

implementasi konsolidasi fiskal yang selama

ini enggan untuk ditempuh pemerintah

Malaysia. Namun demikian, mengingat sektor

eksternal mulai menunjukkan perbaikan

maka dampak keseluruhan konsolidasi fiskal

terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan

dapat diredam. Sementara itu, risiko eksternal

yang masih harus dihadapi antara lain adalah

volatilitas pasar keuangan dan aliran capital

outflow seiring pengurangan stimulus negara

maju, ekonomi yang masih rentan di beberapa

negara emerging, dan pelemahan ekonomi

Tiongkok.

B.5. Filipina

Ekonomi F i l ip ina pada TW1-14

diperkirakan kembali tumbuh melambat,

setelah berhasil tumbuh 6,5% yoy pada

TW4-13. Pelemahan tersebut tercermin pada

menurunnya kinerja beberapa indikator

penuntun investasi dan ekspor. Sementara

itu, indikator konsumsi bergerak mixed. Meski

aktivitas ekonomi melambat, tekanan inflasi

masih meningkat namun masih terjaga dalam

kisaran target (4%+1%). Kondisi tersebut

dikontribusi oleh kenaikan harga kelompok

makanan akibat pasokan yang ketat karena

cuaca yang kurang kondusif dan kendala

infrastruktur pasca bencana topan Haiyan.

Merespon perkembangan ekonomi, Bank

81 Berdasarkan WEO, rasio utang pemerintah terhadap PDB meningkat dari 53,3% di 2012 menjadi 54,6% di 2013.

82 Kebijakan makroprudensial telah mulai diperkenalkan Malaysia pada tahun 2010, dimulai dengan kebijakan pengenaan pajak properti sebesar 5% untuk penjualan kembali properti dibawah lima tahun.

Page 93: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

81

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Sentral Filipina (BSP) mempertahankan suku

bunga kebijakan di level 3,5%. Selain itu, untuk

mencegah risiko terhadap stabilitas keuangan

di tengah pertumbuhan likuiditas dan kredit

yang tinggi, BSP menaikkan GWM sebesar 1%

menjadi 19%.

Pertumbuhan ekonomi Filipina ke depan

diperkirakan akan terus membaik, seiring

dengan fundamental makroekonomi yang

kuat, peningkatan belanja konstruksi pasca

topan Haiyan, serta peningkatan aktivitas

ekspor dan kebutuhan tenaga kerja asal Filipina

seiring perbaikan ekonomi negara maju.

Ekonomi F i l ip ina pada TW1-14

diperkirakan kembali tumbuh melambat,

setelah mencatat pertumbuhan sebesar 6,5%

yoy pada TW4-13. Pelemahan tersebut terutama

dikontribusi oleh aktivitas investasi dan ekspor.

Sementara itu, indikator konsumsi bergerak

mixed. Consensus Forecast83 memperkirakan

PDB Filipina di TW1-14 tumbuh sebesar 6,2%

yoy.

83 Februari 2014.

Di sisi permintaan, indikator penuntun

konsumsi menunjukkan perkembangan

yang mixed . Rata-rata pertumbuhan

penjualan ritel melambat menjadi 2,1% pada

TW1-14, setelah tumbuh 2,3% pada periode

sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan dengan

rata-rata pertumbuhan remitansi yang turun

menjadi 6% dari 8,8% pada TW4-13. Rata-

rata pertumbuhan uang beredar (M1) yang

mencerminkan daya beli, juga mengalami

sedikit penurunan yaitu dari 27,3% yoy di

TW4-13 menjadi 26,9% di TW4-13. Di sisi lain,

rata-rata pertumbuhan penjualan kendaraan

pada TW1-14 naik pesat menjadi 24% yoy dari

sebesar 10,7% di TW4-13, karena peningkatan

permintaan menjelang musim panas. Industri

otomotif Filipina memang tengah tumbuh pesat

didorong oleh permintaan yang meningkat di

pasar domestik serta promosi penjualan yang

gencar.

Mayoritas indikator penuntun investasi

pada tr iwulan laporan menunjukkan

pelemahan. Indeks produksi manufaktur

Grafik 2.92 PDB Filipina

Grafik 2.93 Indikator Penuntun Konsumsi

�����

��������

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

�������������������������

�����������������������������

�����������������

�����

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

�������������

�����������

�������

�����������������

Page 94: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

82

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Grafik 2.94 Indikator Penuntun Investasi Grafik 2.95 Neraca Perdagangan

pada TW1-14 melambat secara signifikan ke

level 3,1%, dibanding triwulan sebelumnya

(15,2%). Sejalan dengan perkembangan

tersebut, rata-rata utilisasi kapasitas menurun

dari 83,4 pada triwulan sebelumnya menjadi

83,1%. Indeks ekspektasi bisnis TW1-14

turun signifikan ke level 37,8% dari 52,3%.

PMI Jasa juga sedikit melemah menjadi 62,4

dari 63,1 pada TW4-13. Kinerja positif hanya

ditunjukkan oleh indikator PMI Manufaktur.

Rata-rata PMI Manufaktur meningkat menjadi

55,4 dari 54,5 pada triwulan sebelumnya,

karena peningkatan aktivitas produksi untuk

tujuan inventori.

Aktivitas perdagangan Filipina selama

TW1-14 diwarnai oleh ekspor yang melambat

dan impor yang melonjak. Ekspor tumbuh

10,7% yoy, lebih rendah dari pencapaian

TW4-13 sebesar 16,2%. Perlambatan ekspor

disebabkan penurunan permintaan dari

beberapa mitra dagang, utama, khususnya AS,

Tiongkok, dan Belanda, sementara ekspor ke

Jepang, Hong Kong, dan Singapura meningkat.

Dari sisi komoditas, beberapa komoditas

ekspor yang mengalami kontraksi adalah

produk petroleum dan pertanian. Berkebalikan

dengan perlambatan ekspor, impor justru

mengalami peningkatan yang signifikan. Rata-

rata pertumbuhan impor mencapai 13,2%84,

setelah terkontraksi sebesar 2% pada triwulan

sebelumnya. Lonjakan impor terutama terjadi

pada kelompok bahan baku, produk elektronik,

dan barang-barang konsumsi. Impor yang

meningkat di tengah perlambatan ekspor

menyebabkan defisit neraca perdagangan

melebar. Per Februari 2014, defisit neraca

perdagangan mencapai USD1,64 miliar, dari

total defisit USD1,55 miliar selama TW4-13.

Meski aktivitas ekonomi di TW1-14 relatif

melambat, tekanan inflasi memperlihatkan

peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.

Rata-rata inflasi TW1-14 mencapai 4,1%

yoy, dari 3,5% pada TW4-13. Inflasi inti juga

meningkat dari 2,8% menjadi 3,0%. Kenaikan

84 Berdasarkan data Januari-Februari 2014.

����������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

������������������������ ������������������������

�����������������

���������������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

�����

�����

�����

����

���

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

������������������������ �����������������������

�����������������

Page 95: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

83

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.96 Tingkat Inflasi

Grafik 2.97 Suku Bunga

inflasi pada periode laporan lebih dikontribusi

oleh kelompok makanan. Inflasi kelompok

makanan mencapai 5,6% yoy dari 4,0% pada

triwulan sebelumnya karena pasokan yang ketat

– khususnya beras – akibat cuaca yang kurang

kondusif. Selain itu, kelancaran pasokan juga

terhambat oleh kendala infrastruktur pasca

bencana topan Haiyan. Bahkan kenaikan harga

makanan tersebut telah mendorong inflasi

pada Januari 2014 mencapai level tertinggi

dalam 25 bulan terakhir yaitu 4,2%. Namun

demikian, secara umum laju inflasi Filipina

masih dalam rentang target inflasi di kisaran

4,0% + 1%, yang menandai keberhasilan Bank

Sentral Filipina mencapai target inflasi dalam 5

tahun berturut-turut.

Se j a l an dengan me l amba tnya

pertumbuhan ekonomi, pada RDG 27 Maret

2014 Bank Sentral Filipina mempertahankan

suku bunga kebijakan (overnight borrowing

rate) di level 3,5%, tidak berubah sejak

September 2012. Keputusan tersebut dilandasi

oleh ekpektasi inflasi yang masih terjaga

dalam kisaran target. Namun demikian, untuk

mencegah risiko terhadap stabilitas keuangan

di tengah pertumbuhan likuiditas dan kredit

yang tinggi, BSP menaikkan Giro Wajib

Minimum (GWM) sebesar 1% sejak 4 April

2014, menjadi 19%.

Sementara itu, Pemerintah Filipina

merilis roadmap pengentasan kemiskinan

dengan target menurunkan jumlah masyarakat

miskin hingga 50% dalam waktu 1 dekade.

Pemerintah berencana meningkatkan investasi

di fasilitas jasa sosial, infrastruktur dan pelatihan

keterampilan, serta menambah anggaran

bantuan langsung tunai (BLT) bersyarat.

Prospek pertumbuhan ekonomi Filipina

pada TW2-14 diperkirakan kembali membaik

dibandingkan TW1-14. Berdasarkan CF April

2014, PDB di TW2-14 diprediksi tumbuh

6,5% yoy, sejalan dengan median hasil survei

Bloomberg. Optimisme tersebut seiring dengan

�����

����

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

�����������������������������������������������������������������

������������������������������������������������������������������������������������

�����������������������������������������������������

�����������������

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���������������

���������

��������������������

�����������������

Page 96: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

84

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

fundamental makroekonomi yang kuat, aliran

remitansi yang berkelanjutan, peningkatan

belanja konstruksi pasca topan Haiyan, serta

peningkatan aktivitas ekspor dan prospek

peningkatan kebutuhan tenaga kerja asal

Filipina (Overseas Filipino’s Workers /OFW) dari

negara maju. Untuk keseluruhan tahun 2014,

Pemerintah menargetkan pertumbuhan PDB

sebesar 6,5%-7,5%, sejalan dengan IMF WEO

April 2014 yang memprediksi ekonomi Filipina

akan tumbuh 6,5%.

Namun demikian, prospek pertumbuhan

ekonomi masih akan menghadapi sejumlah

tantangan. Di sisi domestik, kerentanan berasal

dari likuiditas di sistem keuangan yang tinggi

yang dapat membahayakan stabilitas keuangan,

peningkatan inflasi akibat kenaikan tarif listrik,

dan depresiasi peso yang dapat meningkatkan

biaya impor. Sedangkan di sisi eksternal, risiko

berasal dari normalisasi kebijakan stimulus

negara maju yang dikhawatirkan memicu

pembalikan modal asing, krisis geopolitik yang

dapat menyebabkan kenaikan harga komoditas

internasional, serta perlambatan ekonomi dan

dinamika pasar keuangan Tiongkok.

B.6. Singapura

Di tengah perlambatan ekonomi AS dan

Tiongkok, pertumbuhan ekonomi Singapura

tertahan di level 4,9% yoy, tidak berubah dari

periode sebelumnya. Pertumbuhan yang sama

tersebut didorong oleh perbaikan konsumsi

swasta, perdagangan yang masih positif meski

melambat dan berkurangnya penurunan

investasi. Adapun konsumsi pemerintah

turun drastis, sehingga secara total, konsumsi

masih mengalami kontraksi. Dari sisi sektoral,

pertumbuhan ditopang oleh manufaktur

namun tertekan oleh penurunan sektor

jasa. Tekanan inflasi cenderung melemah

dibandingkan periode sebelumnya, terutama

disebabkan penurunan biaya kepemilikan

kendaraan bermotor. Ke depan, ekonomi

di TW2-14 diprediksi masih tertahan, dan

tumbuh di kisaran 3%, seiring berbagai risiko

yang menghadang. Risiko tersebut antara

lain adalah perlambatan ekonomi Singapura

akibat pembatasan tenaga kerja asing, potensi

kenaikan suku bunga akibat normalisasi

stimulus moneter AS yang dapat menyebabkan

terjadinya kredit macet, pelemahan ekonomi

Tiongkok, serta pelemahan ekonomi negara

emerging yang berpotensi menurunkan

transaksi ekspor.

Ekonomi Singapura pada TW1-14

tumbuh 4,9% yoy, sama dengan periode

sebelumnya, namun lebih rendah dibandingkan

proyeksi Consensus Forecast April 2014 (5,4%

yoy). Kontribusi positif terhadap pertumbuhan

ekonomi TW1-14 berasal dari konsumsi swasta

dan net export yang masih positif meski

menurun dibandingkan periode sebelumnya.

Pada triwulan ini, konsumsi swasta meningkat

dari 2,1% yoy menjadi 2,8%, sedangkan net

export tumbuh melambat menjadi 15,9% yoy

dari 24,7% yoy pada TW4-13. Sementara

investasi sedikit membaik meskipun masih

berada di zona kontraksi. Belanja pemerintah

terkontraksi 10,1% yoy turun dari 12,9%

pada kuartal sebelumnya. Sementara investasi

tumbuh minus 1,1% yoy, dari minus 4,6%.

Page 97: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

85

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi

ditumpu oleh investasi manufaktur. Sementara

itu, stagnasi ekonomi disebabkan oleh

penurunan aktivitas sektor jasa. Selama

periode laporan, rata-rata PMI Manufaktur

berada di level ekspansi dan mengalami

sedikit peningkatan ke level 50,7 dari triwulan

sebelumnya sebesar 50,6. Perbaikan PMI

manufaktur terutama terjadi pada bulan

Februari 2014 yang mencapai 50,9 - tertinggi

sejak Oktober 2013 - seir ing dengan

peningkatan order domestik dan ekspor,

serta peningkatan produksi dan inventori.

Sementara itu, indikator produksi industri

pada TW1-14 juga mengalami pertumbuhan

positif dengan rata-rata 9,8%, lebih tinggi dari

7,2% yoy pada TW4-13. Peningkatan aktivitas

sektor manufaktur terutama terjadi pada

kluster biomedis, kimia, dan mesin transportasi.

Adapun penurunan aktivitas sektor jasa

terutama terlihat pada sektor jasa keuangan

dan asuransi, akomodasi dan jasa makanan,

serta perdagangan besar dan eceran.

Konsumsi swasta juga mengalami

perbaikan. Kontraksi pertumbuhan penjualan

ritel di TW1-14 menyempit dari 8% menjadi

sebesar 4,5%. Kondisi tersebut didorong oleh

penjualan ritel makanan dari minus 9,3%

menjadi minus 5,2%. Sementara itu, penjualan

kendaraan bermotor masih terkontraksi seiring

upaya pemerintah untuk membatasi tenor

kredit maksimal lima tahun dan pembatasan

LTV dalam upaya meredam permintaan kredit

kendaraan bermotor. Sebaliknya, konsumsi

Grafik 2.98 Pertumbuhan Ekonomi Grafik 2.100 Produksi Industri

Grafik 2.99 PMI

��

��

��

��

��

���

��

��

��

��

��

���

���

��

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ����

���

�������������������������������������������������������������������������������������

����� �����

�����������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���������������������������������

�������������������������������������

������

���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

�����������������

���

���

��

��

��

��

���

��

��

��

��

��

���

���

��

���

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ����

����������������������������������������������������������������������������������������������������������

�������������������������

�����������������

Page 98: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

86

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

pemerintah Singapura menurun pada periode

ini. Sesuai RED MAS Singapura tanggal 7

April 2014, penurunan tersebut terjadi karena

penundaan beberapa proyek infrastruktur

publik. Namun data konsumsi kemungkinan

akan disesuaikan oleh otoritas Singapura

sesuai revisi PDB Singapura. Meski demikian,

kemungkinan arah konsumsi tetap membaik.

Aktivitas perdagangan juga meningkat.

Ekspor TW1-14 tumbuh sebesar 7,7% yoy,

lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar

6%. Peningkatan tersebut didorong oleh

ekspor minyak yang tumbuh 10,2% dari 1,8%

di TW4-13 seiring meningkatnya kapasitas

produksi85. Sementara itu, kinerja ekspor

non-minyak terkontraksi semakin dalam,

dari minus 47,8% di TW4-13 menjadi minus

97,1% - akibat penurunan ekspor elektronik86.

Impor di TW1-14 juga tumbuh pesat dari 1,5%

menjadi 7%. Peningkatan impor terbesar

terjadi pada impor minyak, yang beralih dari

zona kontraksi (minus 1,9%) menjadi 11,6%,

sementara impor non-minyak tumbuh dari

3% menjadi 4,6%. Seiring peningkatan impor

yang lebih pesat dibandingkan ekspor, surplus

neraca perdagangan pada TW1-14 menyempit

menjadi SGD10,4 miliar, dari SGD13,2 miliar

di TW4-13. Net ekspor tetap positif meskipun

melambat menjadi 15,9% yoy dari 24,7% yoy

pada periode sebelumnya.

Tekanan inflasi pada TW1-14 mulai

melemah, setelah pada periode sebelumnya

mengalami peningkatan. Rata-rata inflasi (CPI)

menurun dari 2% yoy di TW4-13 menjadi 1%

yoy di TW1-14. Bahkan inflasi pada Februari

2014 mencapai 0,4% terendah dalam empat

tahun terakhir. Penurunan tersebut antara

lain didorong oleh penurunan premi COE87

yang berimbas pada menurunnnya biaya

transportasi. Inflasi komponen transportasi

menurun dari 1% di TW4-13 menjadi minus

85 Sejak akhir tahun 2013, produksi petrokimia terus berkembang di Singapura seiring pembangunan plant perusahaan minyak baru seperti plant Exxon Mobil.

86 Ekspor elektronik menurun dari minus 6,8% yoy di TW4-13 menjadi minus 12,8% di TW1-14, antara lain disebabkan ekspor barang elektronik diklasifikasikan sebagai re-ekspor karena berkurangnya konten lokal pada produk tersebut.

Grafik 2.101 Penjualan Ritel

Grafik 2.102 Neraca Perdagangan

��

��

��

��

��

���

���

��

��

��

��

��

���

���

���� � � �� � � � �� �

���� ���� ����

�����������������������������������������������������������������������������

���������� ����������

�����������������

��

��

��

���

���

���

���� ���� ����� � � �� � � � �� �

��������������������������������������������

���������� �����

���

���

���

���

���

���

���

�����������������

Page 99: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

87

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

87 Premi Certificate of Entitlement (COE) adalah biaya pengajuan ijin untuk mendaftarkan, memiliki, dan menggunakan kendaraan baru selama 10 tahun di Singapura.

88 Rata-rata harga saham Capital Land TW1-14 turun dari SGD3,1 menjadi SGD2,8. Sementara Wilmar turun dari SGD3,4 menjadi SGD3,3.

3,5% di TW1-14. Selain itu, inflasi komponen

perumahan juga mengalami penurunan akibat

meningkatnya ketersediaan rumah sehingga

harga sewa rumah lebih stabil.

Secara umum pergerakan pasar keuangan

Singapura relatif stabil. Indeks saham Singapura

pada TW1-14 cenderung melemah dari 3160,9

menjadi 3093,5. Melemahnya kinerja sejumlah

industri di Tiongkok berdampak pada performa

beberapa saham di Singapura, terutama saham

perusahaan dengan eksposur yang signifikan

terhadap perekonomian Tiongkok seperti

CapitaLand Ltd dan Wilmar Ltd88. Rata-rata

nilai tukar SGD terhadap USD di TW1-14

berada di level 1,27 (USD/SGD), cukup stabil

dibandingkan TW4-13 yaitu 1,25. Pergerakan

nilai tukar selama periode laporan dipengaruhi

oleh dinamika pembahasan normalisasi

kebijakan stimulus moneter AS, serta indikasi

perlambatan ekonomi Tiongkok.

Di sisi kebijakan moneter, Singapura

mempertahankan band kebijakan nilai tukar

yang telah ditetapkan sejak April 2012,

yaitu mengijinkan terjadinya apresiasi dolar

Singapura secara modest dan bertahap

terhadap basket currencies (NEER) tanpa

mengubah slope, lebar dan nilai tengah band

nilai tukar tersebut. Kebijakan tersebut dinilai

memadai untuk mengatasi sumber-sumber

tekanan inflasi, baik dari domestik maupun

eksternal, serta memastikan stabilitas harga

dalam jangka menengah sebagai landasan

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Monetary Authority of Singapore (MAS) juga

akan terus mewaspadai perkembangan kondisi

eksternal, termasuk pasar keuangan, serta

siap sedia mengatasi ekses likuiditas dalam

perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi Singapura

ke depan diperkirakan tertahan. Menurut

CF Apri l 2014, pertumbuhan PDB di

TW2-14 diprediksi melemah ke level 3,5%

Grafik 2.103 Inflasi

Grafik 2.104 Nilai tukar dan Indeks Saham

��

��

��

��

��

���

��������

�����������������������������������������������������������

���� ���� ����� � � �� � � � �� �

����� �����

�����������������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���������

������� ������

������������� ������������������

��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

�����������������

Page 100: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

88

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

yoy, sementara median hasil survey MAS Maret

2014 memperlihatkan ekonomi di triwulan

tersebut hanya akan tumbuh 3%. Pesimisme

tersebut disebabkan oleh adanya sejumlah

risiko yang harus dihadapi ekonomi Singapura,

baik risiko yang berasal dari domestik maupun

eksternal. Risiko tersebut antara lain adalah

perlambatan ekonomi sebagai imbas dari

pembatasan tenaga kerja asing, potensi

kenaikan suku bunga terutama akibat tapering

stimulus moneter AS yang dapat menyebabkan

terjadinya kredit macet, pelemahan ekonomi

Tiongkok yang lebih dalam dari ekspektasi,

serta pelemahan ekonomi negara emerging

yang berpotensi menurunkan transaksi

ekspor.

Terkait inflasi, MAS memperkirakan

tekanan inflasi dari faktor eksternal relatif

moderat seiring pasokan di pasar komoditas

yang melimpah dan inflasi di negara mitra

utama impor Singapura yang rendah. Tekanan

harga diprediksi berasal dari faktor domestik,

khususnya imbas dari pembatasan tenaga

kerja asing yang dapat mendorong kenaikan

upah dan menyebabkan kenaikan harga

jual produk. Di tengah situasi tersebut,

MAS memproyeksikan inflasi inti akan naik

ke kisaran 2%-3% di 2014, dari 1,7% di

2013. Namun demikian, headline inflation

diperkirakan sedikit melemah. MAS merevisi

ke bawah proyeksi inflasi 2014 dari kisaran

2%-3% menjadi 1,5%-2,5%, karena prediksi

melemahnya harga kendaraan dan sewa

perumahan.

B.7. Thailand

Gejolak politik yang berkepanjangan

di Thailand telah berpengaruh buruk pada

perekonomian. Pada TW1-14 ekonomi

Thailand terkontraksi sebesar 0,6%, jauh

lebih buruk dibandingkan triwulan sebelumnya

yang berhasil tumbuh 0,6%. Penurunan PDB

terutama disebabkan oleh aktivitas investasi

dan konsumsi yang terkontraksi. Terpuruknya

aktivitas investasi dipengaruhi oleh tertahannya

sejumlah proyek besar akibat situasi yang

belum menentu. Sedangkan pelemahan

konsumsi dipengaruhi oleh perilaku menahan

konsumsi oleh masyarakat yang cenderung

wait and see. Meski konsumsi tertahan, inflasi

pada periode laporan cenderung meningkat ke

level 2% disebabkan kenaikan harga makanan

dan energi.

Prospek ekonomi Thailand ke depan

masih akan menghadapi permasalahan konflik

politik. Selain itu, Thailand harus menghadapi

risiko fiskal, kesenjangan pendapatan dan

utang rumah tangga yang tinggi. Sedangkan

dari sisi eksternal, Thailand mesti mewaspadai

dampak volatilitas pasar keuangan sejalan

dengan langkah pengurangan stimulus AS.

Memperhatikan kondisi terkini, the State

Planning Agency merevisi ke bawah estimasi

pertumbuhan PDB tahun 2014 menjadi

1,5%-2,5% yoy. Sedangkan Bank of Thailand

memperkirakan PDB akan tumbuh di bawah

2,7%.

Page 101: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

89

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Gejolak politik yang terus berlanjut

melumpuhkan ekonomi Thailand sehingga

pertumbuhan ekonomi terkontraksi. PDB

Thailand pada TW1-14 terkontraksi 0,6% yoy,

setelah tumbuh melemah sebesar 0,6% di

TW4-13. Kontraksi ini jauh lebih buruk dibanding

ekspektasi sebesar 0,4% dan merupakan yang

pertama kalinya sejak TW4-11 pada saat

Thailand terkontraksi 8,9% akibat bencana

banjir yang sangat parah. Memburuknya

kinerja ekonomi Thailand disebabkan oleh

kontraksi yang terjadi pada investasi dan

konsumsi. Investasi terkontraksi sebesar 6,9%,

melanjutkan kontraksi sebelumnya sebesar

7%. Aktivitas konsumsi semakin melemah

dengan konsumsi swasta terkontraksi sebesar

1,8% yoy, melanjutkan kontraksi yang terjadi

di triwulan sebelumnya, sebesar 0,8%.

Permasalahan politik di Thailand semakin

memanas pasca impeachment terhadap PM

Yingluck Shinawatra, sehingga berbagai

aktivitas ekonomi semakin terganggu.

Terpuruknya konsumsi domestik

terindikasi dari pelemahan sejumlah indikator

konsumsi yang terkontraksi. Rata-rata

penjualan ritel selama TW1-14 terkontraksi

semakin dalam menjadi 9,1%, dari triwulan

sebelumnya (minus 8,1%). Konsumsi swasta

juga semakin terkontraksi mencapai 1,8%

dari minus 0,8% di TW4-13. Sedangkan angka

penjualan kendaraan bermotor terkontraksi

sebesar 45,6% dari minus 31,9% di

TW4-13. Indikator kepercayaan konsumen

juga menurun menjadi 70,1% dibandingkan

sebelumnya sebesar 75%. Konsumsi domestik

yang terkontraksi disebabkan oleh perilaku 89 Pemerintah mengalami kesulitan untuk melunasi pembelian beras

petani di atas harga pasar yang dilakukan pemerintah dalam Rice Pledging Program.

wait and see masyarakat terhadap situasi politik

domestik, penurunan daya beli akibat tingginya

utang rumah tangga, dan pendapatan yang

cenderung tertahan akibat penerimaan

penjualan beras yang tertunda89. Penurunan

tersebut juga disebabkan oleh berakhirnya

stimulus pemerintah bagi individu yang baru

pertama kali memiliki mobil.

Aktivitas investasi juga masih lemah,

tercermin dari penurunan aktivitas bisnis.

Manufacturing production index pada TW1-14

masih terkontraksi sebesar 6,9%, meski lebih

baik dari kontraksi 7% di TW4-13. Rata-rata

capacity utilization index juga menurun ke

level 61,7% dari triwulan sebelumnya (62,1%)

dan masih dibawah rata-rata kapasitas jangka

panjang sebesar 65,5%. Kontraksi produksi

manufaktur diakibatkan oleh penundaan

investasi sebagai respon lambatnya pemulihan

ekspor manufaktur, rendahnya permintaan,

serta penutupan beberapa pabrik untuk

Grafik 2.105 PDB

�����

��������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

����������

��������

���������

����������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� ����

�����������������

Page 102: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

90

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

pemeliharaan (maintenance shutdown).

Thailand mengalami penundaan sejumlah

proyek investasi dalam skala besar akibat

tertundanya pemilihan Board of Investment

(BoI) - lembaga pemerintah yang menangani

investasi – karena krisis politik. Diperkirakan

terdapat sekitar 400 proyek dengan total

investasi senilai THB600 miliar (sekitar USD18,6

miliar) yang tertunda.

Pariwisata termasuk salah satu industri

yang terpuruk akibat krisis politik Thailand. Pada

TW1-14, jumlah kedatangan turis terkontraksi

5,8% yoy, dari 9,3% di TW4-13 meskipun

status darurat telah dicabut pada pertengahan

Maret 2014. Pariwisata merupakan salah

satu sektor penting bagi Thailand dengan

kontribusi sekitar 7% terhadap ekonomi

Thailand. Berdasarkan estimasi Chamber of

Commerce Thailand, gejolak politik tersebut

mengakibatkan kerugian di sektor pariwisata

sebesar THB1 miliar (USD30 juta) per hari akibat

penurunan jumlah wisatawan. Lebih dari 50

negara telah mengeluarkan travel warning

untuk warganya yang akan melakukan

perjalanan ke Thailand.

Dari sisi eksternal, impor yang terkontraksi

semakin dalam berkontribusi pada terjadinya

surplus perdagangan. Kinerja ekspor mengalami

perbaikan meski masih di zona kontraksi. Rata-

rata ekspor TW1-14 terkontraksi sebesar 0,7%,

sedikit lebih baik dari triwulan sebelumnya

(minus 0,9%), seiring dengan permintaan global

yang masih lemah. Di sisi lain, impor semakin

Grafik 2.106 Indikator Penuntun Investasi Grafik 2.107 Neraca Perdagangan

Grafik 2.108 Turis

�����������

���

���

���

��

��

��

��

���

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�����������������������������������������������������������������������������������������������������������

�����������������

���������������

���

���

���

��

��

��

��

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

����������������������������� ����������

�����������������

�����������������������������������������������������������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���������������������� ������������������������� �����������

���������������������� �����

�����

�����

�����

�����

�����

���

������������������������

Page 103: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

91

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

90 Negara mitra dagang utama ekspor adalah China, Jepang, AS dan Hong Kong.

Tabel 2.8 Pertumbuhan Turis

terkontraksi mencapai 15%, dari sebelumnya

minus 7,7%. Kinerja ekspor yang sedikit

membaik di tengah terjadinya penurunan impor

mengakibatkan surplus neraca perdagangan

melebar menjadi USD6,5 miliar dari periode

sebelumnya sebesar USD3,8 miliar. Pemerintah

Thailand tetap optimis kinerja ekspor akan

mengalami perbaikan dan menjadi motor

utama penggerak ekonomi seiring keyakinan

bahwa ekonomi negara mitra dagang semakin

pulih90. Produk ekspor utama Thailand adalah

suku cadang automotif, bahan farmasi, dan

peralatan elektronik.

Di tengah konsumsi yang cenderung

tertahan, inflasi Thailand pada TW1-14

tumbuh sebesar 2% yoy, meningkat dari

periode sebelumnya sebesar 1,7%. Kenaikan

inflasi terutama diakibatkan oleh peningkatan

harga makanan khususnya daging dan sayur

mayur karena faktor cuaca buruk. Selain itu,

inflasi juga disebabkan oleh kenaikan harga

energi seiring kebijakan pemerintah yang

menaikkan harga LPG dan diesel sejak tahun

2013. Dampak kenaikan harga tersebut masih

dirasakan oleh masyarakat karena berpengaruh

pada kenaikan harga makanan jadi.

������������������������������ ����� ����� ����� ����� ����� ���������� ���� ���� ��� ���� ���� ������������������ ��� ���� ���� ���� ���� ��������������������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����� ����� ����� ����� ����� ������ ������

������������������������

Grafik 2.109 Neraca berjalan Grafik 2.110 Tingkat Inflasi

����������

�����

�����

�����

�����

����

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

���������������

�����������������������������

�����������������

�����������������

�����

����

����

���

���

���

���

���

����

����

���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � �

���������������������������������������������������������������������������������������������������������

�����������������

Page 104: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

92

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Pasar keuangan Thailand terguncang

akibat krisis politik yang belum menunjukkan

tanda-tanda penyelesaian. Pelarian modal asing

telah menyebabkan nilai tukar terdepresiasi

dan indeks harga saham menurun. Rata-rata

indeks saham pada TW1-14 turun menjadi

1312, dari periode sebelumnya sebesar 1400.

Sementara, rata-rata nilai tukar baht terhadap

USD diperdagangkan melemah menjadi 32,65

per USD pada TW1-14 dibandingkan triwulan

sebelumnya 31,70.

Bank of Thailand menerapkan kebijakan

moneter akomodatif untuk merespon tanda-

tanda pemburukan ekonomi. Dalam MPC bulan

Maret 2014, Bank of Thailand menurunkan

suku bunga sebesar 25 bps menjadi 2%,

terendah sejak tiga tahun terakhir. Penurunan

suku bunga diharapkan dapat mendorong

pemulihan ekonomi domestik. Dengan

memperhatikan suku bunga yang sudah sangat

rendah, kemungkinan untuk menurunkan

suku bunga lebih lanjut cukup rendah. BoT

berpendapat bahwa level suku bunga telah

memadai untuk mendorong pertumbuhan.

Prospek perekonomian Thailand masih

harus menghadapi sejumlah tantangan. Dari

dalam negeri, Thailand harus mengatasi konflik

politik yang belum terselesaikan, risiko fiskal91,

kesenjangan pendapatan dan utang rumah

tangga yang tinggi. Sedangkan dari eksternal,

Thailand mesti mewaspadai dampak volatilitas

pasar keuangan sejalan dengan langkah

pengurangan stimulus AS. Seiring berlarutnya

konflik politik yang telah berdampak pada

pelemahan ekonomi, the State Planning

Agency Thailand merevisi ke bawah estimasi

pertumbuhan PDB tahun 2014 menjadi 1,5%-

2,5% yoy, dari estimasi sebelumnya 3%-4%.

Estimasi pertumbuhan ekspor 2014 juga

diturunkan menjadi 3,7% dari sebelumnya

sekitar 5%-7%. Sedangkan investasi diprediksi

menurun menjadi 1,3% dari 3,1%. Sejalan

dengan itu, Bank of Thailand memperkirakan

pertumbuhan PDB pada 2014 akan tumbuh

di bawah 2,7%92. Ekspor diperkirakan tumbuh

4,5% dari proyeksi sebelumnya 7%, dan inflasi

diprediksi tumbuh 1,5%, lebih tinggi dari

proyeksi sebelumnya 1,2%.

Grafik 2.111 Nilai Tukar Baht dan Saham

��

��

��

��

��

��

��

�������������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���� ����

����

����

����

�����

����

����

������������������� ������������������

����������������� 91 Pemerintah Thailand memiliki tunggakan pembayaran pembelian beras kepada petani.

92 Ditegaskan dalam MPC April 2014. Angka 2,7% merupakan estimasi pertumbuhan PDB yang dikemukakan dalam MPC bulan Maret 2014.

Page 105: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

93

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

93 Proyeksi World Bank April 2014.94 PDB TW1-12 tumbuh 4,75% yoy, sementara PDB TW1-13 tumbuh

4,76%.95 Sektor industri dan konstruksi memiliki pangsa sekitar 40,3%

terhadap PDB Vietnam.

B.8. Vietnam

Kinerja ekonomi Vietnam TW1-14

menunjukkan pemulihan ekonomi yang

berja lan lambat, karena menghadapi

tantangan pelemahan permintaan domestik

dan perlambatan penyaluran kredit. PDB

TW1-14 tumbuh sebesar 4,96% yoy, lebih

rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh

mencapai 6,04%. Pertumbuhan ekonomi

Vietnam pada TW1-14 masih ditopang

oleh konsumsi swasta dan investasi yang

tercermin dari share sektor jasa dan industri

terhadap PDB yang mencapai 87%. Sejalan

dengan perlambatan pertumbuhan PDB pada

TW1-14, penanaman investasi asing di Vietnam

juga tercatat mengalami penurunan. Di sisi

lain, kinerja sektor eksternal Vietnam pada

TW1-14 membaik seiring penurunan impor

yang lebih besar dari penurunan ekspor yang

menyebabkan surplus neraca perdagangan

meningkat. Perkembangan inflasi pada

triwulan laporan kembali menunjukkan

keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan

inflasi hingga berada di bawah target (8%).

Perekonomian Vietnam ke depan diperkirakan

tumbuh moderat dan menghadapi tantangan

pelemahan dari persoalan NPL, negative

spillover akibat perlambatan ekonomi Tiongkok

karena proses rebalancing, serta meningkatnya

ketegangan antara Vietnam dan Tiongkok

terkait sengketa di Laut China Selatan.

Perekonomian Vietnam pada triwulan

awal 2014 mengindikasikan proses pemulihan

berjalan lambat dan masih menghadapi

sejumlah persoalan. PDB TW1-14 tumbuh

sebesar 4,96% yoy, lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh mencapai 6,04%.

Kinerja ekonomi Vietnam yang tumbuh

melambat pada triwulan awal 2014 disebabkan

oleh pelemahan permintaan domestik dan

perlambatan penyaluran kredit. Pertumbuhan

ekonomi Vietnam pada triwulan awal 2014

juga tercatat lebih rendah dari target tahunan

pemerintah (5,8%) dan proyeksi World Bank

(5,5%)93. Namun demikian, pertumbuhan

ekonomi Vietnam pada TW1-14 tercatat masih

lebih baik bila dibandingkan dengan pencapaian

TW1-12 dan TW1-1394. Perkembangan

tersebut memberikan harapan bahwa kinerja

ekonomi pada tahun 2014 akan semakin

membaik dan tumbuh lebih tinggi dari tahun

sebelumnya.

Sebagaimana pada periode sebelumnya,

konsumsi swasta dan investasi berperan

penting dalam pencapaian pertumbuhan

PDB TW1-14. Hal tersebut dikonfirmasi oleh

pertumbuhan PDB secara sektoral, yang

menunjukkan sekitar 46,8% ekonomi Vietnam

ditopang oleh sektor jasa. Pertumbuhan sektor

jasa pada TW1-14 mencapai 6,0%, paling

tinggi dibandingkan dengan sektor lainya,

disusul oleh sektor industri dan konstruksi

yang tumbuh sebesar 4,7%95. Sementara

sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

yang tumbuh sebesar 2,4% memiliki pangsa

terendah dalam perekonomian Vietnam

(12,88%).

Page 106: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

94

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

S e i r i n g p e m u l i h a n e k o n o m i

yang terkendala sejumlah permasalahan

domestik, aktivitas konsumsi menunjukkan

pergerakan yang mixed. Penjualan ritel pada

TW1-14 tumbuh sebesar 10,2%, lebih rendah

dari 12,2% pada triwulan sebelumnya.

Penurunan penjualan ritel terutama berasal

dari sektor rumah tangga sebagai dampak

dari melemahnya permintaan akibat bonus

akhir tahun yang relatif rendah. Di sisi lain,

penjualan kendaraan tumbuh mencapai 34,6%

pada TW1-14, meningkat signifikan dari

19,1% pada periode sebelumnya. Peningkatan

penjualan kendaraan terutama disebabkan

oleh tingginya permintaan menjelang lunar

new year, penawaran pembiayaan yang

menarik dan potongan harga oleh produsen

kendaraan. Pertumbuhan penjualan kendaraan

yang sangat pesat pada TW1-14 juga disinyalir

melanjutkan performa impresif di tahun 2013

akibat penurunan biaya registrasi mobil baru

yang telah diberlakukan sejak 1 April 2013.

Grafik 2.112 PDB Vietnam Grafik 2.114 Indikator Penuntun Konsumsi

Grafik 2.113 Penjualan Ritel Grafik 2.115 Produksi Industri

�����

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���

��� ����

����

����

�����������������

�����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����

�����

���

����

����

����

����

�����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

������������ ��������������� �������

�����������������

�����������������

����������

���

���

���

��

��

��

��

����

���

��

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

��������������������� �������������������������

�����������������

�����

���

���

���

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ����� � �� � � � �� � � � �� �

�����������������

���������������������������������

�����������������

Page 107: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

95

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.116 PMI Vietnam Grafik 2.117 Neraca Perdagangan

Berbeda dengan aktivitas konsumsi yang

menghadapi tantangan dari sisi permintaan,

kegiatan industri dan sektor manufaktur pada

TW1-14 menunjukkan peningkatan. Produksi

industri pada TW1-14 tercatat tumbuh

mencapai 7,6% yoy, lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya (6,2%). Peningkatan produksi

industri pada triwulan laporan kembali didorong

oleh ekspansi sektor manufaktur, terutama

produksi tekstil serta produksi alas kaki dan

kulit. Produksi manufaktur yang membaik

tercermin dari indeks PMI manufaktur yang

mencapai 51,5 pada TW1-14, meningkat dari

51,2 pada triwulan sebelumnya. Peningkatan

produksi industri pada sektor manufaktur tidak

terlepas dari kepercayaan bisnis akan kondisi

ekonomi ke depan yang semakin membaik,

pasar yang semakin terbuka dan ketersediaan

tenaga kerja terampil yang memadai. Selain

itu, penciptaan harga yang kompetitif dan

stabil juga turut berperan dalam mendorong

peningkatan order baru.

Penanaman investasi asing di Vietnam

pada TW1-14 tercatat mengalami penurunan.

Total foreign direct investment (FDI) pada

TW1-14 sebesar USD3,33 miliar, menurun

sebesar 49,6% dibandingkan periode yang

sama pada tahun 2013. Sementara, estimasi

FDI yang terealisasi pada TW1-14 diperkirakan

mencapai USD2,85 miliar, meningkat 5,6%

dibandingkan TW1-13. Sektor manufaktur

dan real estate, dengan pangsa masing-masing

sebesar 70% dan 8% dari total FDI, menjadi

sektor yang paling diminati oleh investor

asing.

Berdasarkan informasi dari Foreign

Investment Agency (FIA), Korea merupakan

negara penyumbang terbesar investasi asing

di Vietnam hingga mencapai USD765,6 juta

(22,9% dari total FDI) pada TW1-14. Samsung

dan LG adalah dua perusahaan besar Korea

yang berencana untuk melakukan ekspansi

investasi di Vietnam. Berada di posisi kedua

adalah Jepang dengan jumlah investasi sebesar

USD414 juta (12,42% dari total FDI TW1-14).

Meski mengalami penurunan pada TW1-14,

FDI Vietnam masih berpotensi meningkat

pada tahun 2014. Pasalnya, saat ini sedang

������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

� � � �� � � � �� ����� ���� ����

�������������������������������������

��������������������

�������������

���

���

���

��

��

��

��

���

�����

�����

�����

�����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

������������������������

�����������������

Page 108: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

96

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

dilakukan perundingan terkait proyek investasi

listrik serta proyek investasi di bidang minyak

dan gas, yang diperkirakan mampu mendorong

FDI Vietnam pada tahun 2014. Selain itu,

tingginya biaya dan upah di Tiongkok, serta

iklim investasi yang cenderung lebih kondusif96

menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor

untuk berinvestasi di Vietnam.

Sektor eksternal Vietnam pada TW1-14

membaik seiring penurunan impor yang lebih

besar dari penurunan ekspor. Ekspor TW1-14

tumbuh sebesar 14,9% yoy, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya (16,8%).

Sementara, impor tercatat tumbuh 13,6%,

juga lebih rendah dari triwulan sebelumnya

(19%). Melambatnya pertumbuhan ekspor

pada TW1-14 terutama dipengaruhi oleh

penurunan ekspor ke AS dan Tiongkok

sebagai pangsa pasar ekspor terbesar pertama

dan kedua Vietnam. Penurunan ekspor

tersebut disebabkan oleh cuaca buruk di

AS dan melemahnya ekonomi Tiongkok

karena proses rebalancing ekonomi. Kategori

produk ekspor yang tercatat mengalami

penurunan cukup signifikan diantaranya adalah

produk tekstil, minyak mentah, dan karet.

Penurunan pertumbuhan impor disebabkan

oleh melemahnya permintaan domestik,

dengan kategori produk impor yang turun

cukup signifikan yaitu produk mesin dan

elektronik. Penurunan impor yang lebih besar

dibandingkan dengan penurunan ekspor,

menjadikan surplus neraca perdagangan

96 Pemerintah dan otoritas terkait terus melakukan upaya perbaikan dengan menyederhanakan prosedur administratif guna menarik investor asing.

meningkat menjadi USD698 juta pada TW1-14,

dari USD557 juta pada triwulan sebelumnya.

Tekanan inflasi Vietnam pada triwulan

awal 2014 relatif terkendali dan berada

di bawah target pemerintah (8%). Inflasi

TW1-14 tercatat sebesar 4,8%, lebih rendah

dari triwulan sebelumnya (5,9%) dan berada

dalam tren menurun selama Januari-Maret

2014. Kondisi ini mencerminkan masih

lemahnya permintaan domestik di negara

tersebut. Meski berada dalam tren menurun,

inflasi Vietnam masih menduduki peringkat

kedua tertinggi di kawasan ASEAN. Penurunan

inflasi pada TW1-14 terutama dikontribusi oleh

inflasi kelompok makanan yang dipengaruhi

oleh penurunan harga komoditas pangan.

Di sisi lain, inflasi kelompok energi dan

transportasi mengalami kenaikan seiring

kebijakan pemerintah terkait penyesuaian

harga BBM yang dilakukan pada bulan Februari

dan Maret 2014.

Pada TW1-14, pelemahan permintaan

domestik dan penurunan pertumbuhan kredit

Grafik 2.118 Inflasi

�����

�����������������������������������

���

���

��

��

��

��

��

�������� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

���������������������������������������������������

�����������������

Page 109: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

97

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

97 Dalam rangka mengatasi tingginya kredit macet, pemerintah telah membentuk Vietnam Asset Management Company (VAMC) pada Mei 2013 yang diharapkan mampu membantu sektor perbankan menjadi lebih sehat. VAMC resmi beroperasi pada Juli 2013 dan diawasi oleh State Bank of Vietnam (SBV) dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. 98 Thailand sedang mengalami kekacauan politik.

Grafik 2.119 Nilai Tukar dan Indeks Saham

Grafik 2.120 Tingkat Suku Bunga Kebijakan

terindikasi telah menahan tren perbaikan

pertumbuhan PDB yang terjadi sepanjang

tahun 2013. Melambatnya pertumbuhan

kredit pada TW1-14 terutama dipengaruhi

oleh kondisi sejumlah perusahaan yang sedang

berjuang melakukan restrukturisasi internal

dalam rangka meningkatkan produktivitasnya.

Selain itu, penurunan permintaan domestik

telah menyebabkan sejumlah perusahaan

juga menurunkan kapasitas produksi guna

mencegah penumpukan inventory. Atas

perkembangan tersebut, peluang untuk

meningkatkan kredit menjadi terbatas

mengingat sejumlah perusahaan terindikasi

akan menghadapi kendala dalam memenuhi

kewajiban pembayaran kredit terdahulu.

Kondisi tersebut berpotensi mendorong

kenaikan rasio Non Performing Loan (NPL),

yang saat ini sedang dalam penanganan

intensif dengan dibentuknya Vietnam Asset

Management Company (VAMC)97. Hal yang

juga menjadi perhatian terkait NPL perbankan

Vietnam adalah persoalan akurasi data NPL.

Meski perwakilan otoritas menyebutkan kredit

bermasalah telah mengalami penurunan

pada akhir TW4-13, namun sejumlah pihak

memperkirakan rasio NPL Vietnam masih

cukup tinggi.

Kinerja pasar keuangan kembali

menunjukkan penguatan pada TW1-14.

Indeks saham pada TW1-14 meningkat 12,6%

menjadi 565,8, dari 502,5 pada TW4-13.

Peningkatan indeks saham Vietnam ditengarai

sebagai imbas dari kondisi domestik yang

relatif stabil dibandingkan dengan negara

peers di kawasan, yang cenderung memiliki

kerentanan yang lebih besar98. Sementara itu,

nilai tukar Vietnam Dong (VND) juga cenderung

menguat dan berada di level VND21,097/USD

pada TW1-14, dari VND21,107/USD pada

TW4-13.

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

�������������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����������������

�������������

������������

��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ������� ���� ����

�����������������

��������

��

��

��

��

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� ����� ���� ���� ���� ����

��������������������������������������������

���������������������

������������

�����������������

Page 110: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

98

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

H i n g g a s a a t i n i S B V m a s i h

mempertahankan suku bunga kebijakan

(base interest rate) di level 9%. Base interest

rate Vietnam tetap dipertahankan di level

tersebut sejak November 2011 dalam upaya

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, pada akhir TW1-14, SBV telah

melakukan penurunan discount rate dan

refinancing rate untuk mendorong ekonomi

tumbuh lebih pesat. Pada 18 Maret 2014, SBV

menurunkan discount rate dan refinancing rate

masing-masing sebesar 50bps menjadi 4,5%

dan 6,5%. Langkah ini ditempuh dalam rangka

meningkatkan upaya untuk menciptakan

kondisi yang lebih menarik bagi investor asing,

membantu meningkatkan penyaluran kredit

perbankan serta mendorong pertumbuhan

konsumsi. Pada kesempatan yang sama, SBV

menyatakan rencananya untuk melelang bad-

debt assets pada perbankan domestik.

Perekonomian Vietnam ke depan

diperkirakan akan tumbuh moderat. Consensus

Forecast (CF)99 memperkirakan PDB 2014

akan tumbuh sebesar 5,7% yoy dan inflasi

2014 diperkirakan akan mencapai 5,8%.

Sementara IMF (World Economic Outlook April

2014) memperkirakan PDB Vietnam tahun

2014 akan tumbuh sebesar 5,6%, dan inflasi

sebesar 6,3%. Dalam rangka mendorong

pertumbuhan ekonomi dan pencapaian target

pertumbuhan tahun 2014, SBV diperkirakan

masih akan menempuh stance kebijakan

moneter akomodatif. Langkah tersebut

ditempuh mengingat tingkat inflasi yang

relatif terkendali dan pertumbuhan kredit yang

lesu pada TW1-14. Selain itu, untuk menarik

minat investor, diperlukan upaya pemerintah

untuk mereformasi kebijakan terkait investasi

guna menciptakan iklim investasi yang lebih

kondusif. Dalam hal ini, salah satu langkah

yang akan ditempuh oleh pemerintah adalah

menurunkan corporate income tax dari 25%

menjadi 20% pada 1 Januari 2016. Selain itu,

untuk sejumlah industri prioritas, corporate

income tax akan diturunkan hingga 17%.

Ke depan, persoalan NPL dan negative

spillover dari perlambatan ekonomi Tiongkok

karena proses rebalancing berpotensi menjadi

downside risk terhadap perekonomian Vietnam

pada tahun 2014. Selain itu, potensi pelemahan

perekonomian Vietnam juga mulai muncul

seiring meningkatnya risiko geopolitik di

kawasan Asia Timur yaitu konflik antara

Vietnam dan Tiongkok terkait anjungan

minyak dan gas alam di Laut China Selatan.

Meningkatnya ketegangan Vietnam-Tiongkok

telah mengakibatkan indeks saham di Vietnam

terpuruk. Di sisi lain, Tiongkok juga merupakan

negara tujuan ekspor Vietnam kedua setelah

AS, dengan pangsa eskpor mencapai 11,8%100

dari total ekspor Vietnam. Apabila konflik tidak

mereda dan terus berlanjut, dikhawatirkan

perdagangan antara Vietnam dengan Tiongkok

akan terganggu dan mempengaruhi kinerja

sektor eksternal Vietnam.

99 Mei 2014.100 Data per September 2013. Sumber data dari IMF-DOTS Februari

2014.

Page 111: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

99

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

B.9. Brazil

Perekonomian Brazil yang melemah

sejak pertengahan 2013 diperkirakan tumbuh

lebih rendah pada triwulan awal 2014.

Prakiraan tersebut dilatarbelakangi oleh

indikator investasi yang belum mengalami

perbaikan signifikan dan aktivitas konsumsi

yang menurun pada periode laporan. Brazil

juga menghadapi problem inflasi tinggi yang

menggerus daya beli konsumen. Dalam

rangka mengatasi inflasi, BCB cenderung

mempertahankan kebijakan moneter ketat

dengan menaikkan suku bunga.

Selain inflasi, kinerja fiskal Brazil juga

masih tertahan, terindikasi dari surplus primer

anggaran pemerintah yang lebih rendah dari

target, serta rasio utang pemerintah terhadap

PDB yang terakselerasi. Permasalahan fiskal

tersebut menjadi pertimbangan utama bagi

S&P untuk menurunkan rating sovereign

menjadi BBB- dari sebelumnya di level BBB

dengan outlook stable. Dengan sejumlah

permasalahan yang membelenggu ekonomi

Brazil, BCB memprediksi pertumbuhan ekonomi

tahun 2014 akan menurun ke level 2% yoy,

lebih rendah dari tahun 2013 yang mencapai

2,3%. IMF bahkan lebih pesimis dengan

memperkirakan PDB hanya akan tumbuh

sebesar 1,8%.

Perekonomian Brazil di triwulan akhir

2013 masih terjebak dalam pertumbuhan

ekonomi yang rendah. PDB TW4-13 tumbuh

sebesar 1,9% yoy, lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 2,2%. Penurunan

PDB terutama dipengaruhi oleh pelemahan

aktivitas investasi dan konsumsi. Investasi Brazil

pada TW4-13 hanya tumbuh 5,5%, turun dari

7,3% pada triwulan sebelumnya. Sedangkan

pertumbuhan konsumsi swasta menurun

menjadi 1,92% dibandingkan TW3-13 yang

tumbuh sebesar 2,31%. Dengan konsumsi

yang masih mengalami pelemahan, investasi

yang belum membaik signifikan, serta inflasi

yang cenderung tinggi maka PDB Brazil pada

TW1-14 berpotensi tumbuh lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Memasuki tahun 2014, aktivitas

investasi Brazil belum mengalami perbaikan

yang berarti dengan rata-rata produksi industri

TW1-14 hanya tumbuh sebesar 0,6%, sedikit

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 0,1%. Produksi industri

pada Maret 2014 bahkan kembali ke zona

kontraksi sebesar 1,1% dibandingkan TW4-13

yang sempat tumbuh 4,4%. Di sisi lain, rata-

rata PMI Manufaktur mengalami perbaikan

moderat ke level 50,6 dari 50,1 di triwulan

sebelumnya. Jika dibandingkan dengan era

sebelum krisis, sektor industri Brazil belum

sepenuhnya pulih karena menghadapi masalah

kenaikan upah, penurunan daya saing,

hambatan infrastruktur dan pajak yang tinggi.

Brazil tidak berhasil memanfaatkan momentum

penyelenggaraan piala dunia sepak bola untuk

mendorong investasi tumbuh lebih tinggi.

Berbeda dengan investasi, aktivitas

konsumsi justru mengalami pelemahan. Hal

tersebut tercermin dari rata-rata penjualan ritel

TW1-14 yang tumbuh 4,7% yoy, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

5,5%. Bahkan penjualan ritel pada Maret 2014

Page 112: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

100

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

terkontraksi sebesar 1,1%, diakibatkan oleh

tergerusnya daya beli konsumen karena inflasi

yang tinggi. Penurunan penjualan terutama

terjadi pada produk makanan dan minuman,

serta pakaian dan alas kaki. Penurunan

indikator konsumsi sejalan dengan pelemahan

indeks kepercayaan konsumen menjadi 110,5

di TW1-14 dari sebelumnya 112,3.

Kinerja eksternal Brazil mengalami

pelemahan, tercermin dari neraca perdagangan

TW1-14 yang mengalami defisit sebesar

USD6,0 miliar, setelah selama tiga triwulan

sebelumnya mengalami surplus. Defisit terjadi

sebagai akibat dari pelemahan ekspor yang

lebih dalam dibandingkan penurunan impor.

Performa ekspor yang kurang menggembirakan

terutama diakibatkan oleh penurunan ekspor ke

Argentina101, khususnya produk kendaraan dan

suku cadang. Ekspor kendaraan ke Argentina

menurun sekitar 32% selama TW1-14 akibat

Grafik 2.121 PDB Brazil Grafik 2.122 PMI Manufaktur &Produksi Industri

�����

���� ���� ���� ���� ���� ����

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���� �� �� �� �� �� �� ���� �� �� �� �� �� �� �� ���� �� �� �� �� ��

�����������������������������������������������������������������������������������������������

�����������������

������ �����

��

��

��

��

��

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

��������������������

������������������������

��������������������

101 Argentina merupakan negara tujuan ekspor terbesar ketiga Brazil dengan pangsa sekitar 7,4% setelah Tiongkok dan AS.

belum tercapainya kesepakatan limit ekspor

Brazil yang dibebaskan dari bea masuk.

Saat ini Brazil dan Argentina tengah

berunding untuk menentukan limit ekspor Brazil

yang akan dibebaskan dari pajak (bea) untuk

setiap nilai impor Argentina dari Brazil senilai

USD100. Argentina mengajukan penurunan

limit menjadi USD135 dari sebelumnya

USD195. Penurunan ekspor kendaraan ke

Argentina juga dipengaruhi oleh depresiasi

mata uang peso sehingga menggerus daya

beli masyarakat Argentina. Pelemahan neraca

perdagangan Brazil mendorong terjadinya

pelebaran defisit current account di TW1-

14 menjadi USD25,2 miliar, dari triwulan

sebelumnya USD20,8 miliar.

Tekanan inflasi masih cenderung tinggi

dengan rata-rata TW1-14 sebesar 5,81%

yoy. Meski sedikit membaik dibandingkan

triwulan sebelumnya (5,84%), namun angka

tersebut masih lebih tinggi dari mid point

target pemerintah sebesar 4,5%. Bahkan pada

Page 113: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

101

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.123 Penjualan Ritel Grafik 2.124 Neraca Perdagangan

Grafik 2.125 Current Account

����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

���

���

��

��

��

��

��

��

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�����������������

��������������������������������

�����������������������������������

����������

��������������������������

�����������������

���������������

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� ����� ���� ���� ���� ����

���������������������������������������

�����������������

Maret 2014, inflasi mulai merangkak naik

hingga 6,15%. Kenaikan inflasi disebabkan

peningkatan harga makanan khususnya sayur

dan buah karena pasokan yang terbatas.

Hambatan pasokan terjadi sebagai akibat dari

bencana kekeringan parah di Brazil. Tekanan

inflasi juga dipengaruhi oleh kenaikan biaya

transportasi khususnya tiket pesawat terbang

dan ethanol.

Banco Centra l Do Braz i l (BCB)

mempertahankan kebijakan moneter ketat

untuk merespon kenaikan inflasi. Pada Maret

2014, BCB sempat mempertahankan suku

bunga Selic rate di level 10,75%, setelah

mengalami kenaikan sebesar 25 bps pada

Februari 2014. Namun BCB kembali menaikkan

suku bunga Selic rate sebesar 25 bps menjadi

11% pada 2 April 2014. Dengan kenaikan

tersebut, sejak tahun lalu (April 2013) BCB

telah menaikkan suku bunga sebanyak

350 bps. Sebenarnya dalam MPC tanggal

2 April 2014, BCB telah memberikan sinyal

untuk mengakhiri kebijakan moneter ketat

atau menahannya untuk sementara. Namun

perkembangan inflasi terkini yang kembali

terakselerasi diperkirakan menyulitkan rencana

bank sentral tersebut.

�������������

��

����

��

����

��

����

��

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������

������

������

������

������

�����

��������������������������������������������������

����������������������������

�������������������������������

�����������������

Page 114: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

102

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Grafik 2.126 Inflasi Grafik 2.127 Suku Bunga dan Inflasi

Grafik 2.128 Nilai Tukar dan Indeks Saham

Perekonomian Brazil tidak luput dari

dampak sentimen eksternal sebagaimana

tercermin dari pergerakan nilai tukar. Real

Brazil sempat terdepresiasi di awal TW1-14

akibat sentimen tapering stimulus moneter AS,

kekhawatiran pelemahan ekonomi Tiongkok

yang di luar ekspektasi, serta dampak devaluasi

mata uang Argentina. Selain itu, pergerakan

nilai tukar juga dipengaruhi oleh kondisi

internal Brazil antara lain problem current

account defisit102 dan inflasi yang cenderung

tinggi, serta menurunnya kinerja fiskal.

Rata-rata nilai tukar real selama TW1-14

cenderung melemah ke level 2,364 per dolar

AS, dari triwulan sebelumnya sebesar 2,275.

Pergerakan yang hampir serupa juga terjadi

pada pasar saham - indeks sempat melemah di

awal tahun namun kemudian meningkat sejak

awal Maret 2014.

Dar i s i s i f i ska l , Braz i l berhas i l

membukukan surplus anggaran primer senilai

BRL3,2 miliar pada Maret 2014. Dengan

pencapaian tersebut, total surplus selama

TW1-14 mencapai BRL13 miliar, atau BRL70

miliar selama satu tahun (1,75% dari PDB).

Surplus anggaran primer tersebut masih lebih

rendah dari target pemerintah yang mencapai

1,9% dari PDB. Utang pemerintah Brazil di

bulan Maret tercatat sebesar 34,2% PDB,

meningkat dari 33,7% PDB di Februari 2014.

Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak

dan memperbaiki kinerja fiskal, pemerintah

menaikkan pajak minuman bir, soda dan jenis

minuman lainnya.

�����

��

��

��

��

��

��

�������� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

��� ���������������

������������������������

��������� ���������

�����������������

102 Current account deficit TW4-13 mencapai 3,63%, rekor tertinggi sejak tahun 2008.

�������������

���

���

���

���

���

���

���

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����������������� ������������

���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������

������������������������

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� ��

��������������� ��������������

�����������������

Page 115: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

103

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

103 Pemilihan presiden, national congress, state governor dan state legislatures akan dilaksanakan tanggal 5 Oktober 2014. Putaran kedua akan dilaksanakan 26 Oktober 2014 jika tidak terdapat pemenang mayoritas yang melebihi 50% suara.

104 Sumber: Bloomberg

105 Tiongkok dan Argentina merupakan mitra dagang pertama dan ketiga bagi Brazil. Komoditas primer merupakan produk ekspor utama Brazil.

106 WEO April 2014, dibandingkan dengan estimasi sebelumnya (WEO Januari 2014).

Standard & Poors pada 24 Maret

2014 menurunkan sovereign rating Brazil

menjadi BBB- (the lowest investment grade)

dari sebelumnya BBB. Namun rating outlook

direvisi ke atas dari negative menjadi stable,

yang mencerminkan bahwa Brazil terhindar

dari penurunan rating lebih lanjut. Penurunan

tersebut dilatarbelakangi oleh pelemahan kinerja

fiskal dan rendahnya prospek pengetatan fiskal

di tengah terjadinya penurunan pertumbuhan

ekonomi. S&P juga memperkirakan utang

pemerintah akan naik hingga 45% dari

PDB. Pemerintah dikhawatirkan tidak dapat

merespon sejumlah permasalahan yang terjadi

menjelang pelaksanaan Pemilu di Oktober

2014103. Pemerintah Brazil tidak sependapat

dengan S&P dan menyatakan bahwa risiko

eksternal relatif rendah karena Brazil memiliki

cadangan devisa yang cukup besar. Jumlah

cadangan devisa per 28 Maret 2014 mencapai

USD 377 miliar104.

Perkembangan ekonomi Brazil ke depan

menghadapi sejumlah risiko. Dari dalam

negeri, risiko yang harus dihadapi antara lain

terhambatnya investasi akibat kebijakan yang

cenderung ketat, tenaga kerja terdidik dan

tabungan yang terbatas, ketergantungan

pada pembiayaan asing yang cukup tinggi

serta instabilitas ekonomi menjelang pemilu

2014. Sejumlah realisasi investasi diperkirakan

tertunda menunggu hasil pemilu sejalan dengan

tindakan para pengusaha yang cenderung wait

and see. Sedangkan dari sisi ekstenal, Brazil

rentan menghadapi risiko pembalikan arus

modal akibat sentimen berakhirnya kebijakan

monetar akomodatif AS, pelemahan ekonomi

Tiongkok dan Argentina, serta fluktuasi harga

komoditas.105

Dengan perkembangan indikator

ekonomi dan potensi risiko yang membayangi,

BCB memprediksi pertumbuhan ekonomi

Brazil di 2014 sebesar 2% yoy, lebih rendah

dibandingkan realisasi pertumbuhan PDB

tahun 2013 sebesar 2,3%. Prakiraan tersebut

lebih optimis dibandingkan estimasi IMF yang

memprediksi hanya tumbuh 1,8%, lebih rendah

0,5% dari estimasi sebelumnya106. Sementara

terkait tekanan harga, BCB memprediksi inflasi

tahun 2014 dan 2015 masih lebih tinggi dari

midpoint target bank sentral. Inflasi tahun

2014 diperkirakan mencapai 6,1%, dan

kemudian sedikit menurun ke level 5,5% pada

tahun 2015.

Page 116: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

104

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 117: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

105

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

Perkembangan pasar keuangan global sepanjang TW1-14 banyak dipengaruhi oleh

perkembangan ekonomi global yang mengalami moderasi pertumbuhan. Tekanan terhadap pasar

keuangan global, terutama yang terjadi di akhir Januari hingga awal Februari 2014, dipicu oleh

berbagai sentimen negatif. Hal ini menyebabkan aliran modal keluar dari negara emerging yang

diiringi dengan pelemahan nilai tukar dan jatuhnya harga aset, terutama saham. Di sisi lain, aliran

modal yang kembali ke negara maju menjadikan harga aset meningkat. Dengan perkembangan

tersebut, kinerja pasar keuangan di negara maju relatif lebih baik dibanding di negara emerging.

Sementara itu, volatilitasnya berbeda antara pasar satu dengan lainnya. Di pasar saham, volatilitas

harga saham global cenderung meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Namun, volatiltas nilai

tukar dan harga obligasi relatif lebih stabil. Terkait dengan pasar komoditas global, pemulihan

ekonomi yang telah terjadi sampai saat ini belum cukup kuat untuk mendorong peningkatan

harga komoditas, terlebih pada triwulan ini pertumbuhan ekonomi global sedikit melambat.

Hampir seluruh komoditas mengalami penurunan harga, termasuk harga minyak.

Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

3B A B

A. PASAR KEUANGAN

A.1. Pasar Saham

Sejalan dengan moderasi pertumbuhan

ekonomi global, perkembangan pasar saham

pada TW1-14 juga sedikit gloomy. Meskipun

masih dalam tren bullish, harga saham global

sempat terkoreksi cukup dalam di akhir Januari

sampai awal Februari 2014, dan setelah itu

harga saham kembali pada tren peningkatan.

Koreksi harga saham yang terjadi di negara

emerging relatif lebih tajam sehingga harga

saham baik secara point to point maupun

secara rata-rata lebih rendah dibanding

TW4-13. Namun, penurunan harga saham

tidak terjadi di seluruh negara emerging,

dimana beberapa negara, seperti Indonesia,

masih mengalami peningkatan harga saham.

Page 118: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

106

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Perkembangan harga saham di negara

maju dan negara emerging yang menunjukkan

pola berbeda tidak tercermin pada volatilitasnya.

Perkembangan volatilitas harga saham cukup

bervariasi. Volatilitas harga saham di negara

maju cenderung sedikit meningkat, namun

di negara emerging tidak menunjukkan satu

pola tertentu.

Di sisi lain, negara maju juga mengalami

pelemahan harga saham secara point to point,

namun secara rata-rata masih menunjukkan

peningkatan. Berbeda dengan negara maju

lainnya, harga saham di Jepang mengalami

penurunan cukup signifikan dan pemulihannya

berjalan lebih lambat, sehingga penurunannya

secara point to point cukup signifikan.

Perkembangan harga saham yang cukup

baik di negara maju dan di beberapa negara

berkembang masih dapat menopang harga

saham global untuk sedikit meningkat

sebagaimana ditunjukkan oleh indeks harga

saham global, MSCI World, yang meningkat.

Penurunan harga saham yang terjadi di

akhir Januari 2014 disebabkan oleh munculnya

beberapa sentimen negatif, termasuk eskalasi

krisis Rusia-Ukraina dan berlanjutnya tapering

stimulus moneter oleh the Fed. Sentimen

negatif tersebut memicu terjadinya aliran modal

keluar dari negara-negara emerging, terutama

dari pasar saham dan sebagian lagi dari pasar

obligasi. Aliran modal tersebut ditengarai

kembali masuk ke negara maju - termasuk

ke pasar modal, sehingga harga saham di

negara maju kembali meningkat dengan pace

yang lebih cepat dibanding negara emerging.

Selain itu, peningkatan harga saham di AS

dan Eropa pada umumnya didorong oleh

perkembangan pemulihan ekonomi yang

cukup baik, dan secara spesifik juga didorong

oleh keberhasilan proses merger dan akuisisi,

serta tingkat keuntungan banyak perusahaan

yang lebih tinggi dari ekspektasi.

Grafik 3.1 Indeks Harga Saham Negara Maju

Grafik 3.2 Indeks Harga Saham Dunia dan Negara Emerging

��������������

��

��

���

���

���

���

���

��������������

��������

�����������������������

�������������������

������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���

���

���

����

����

����

������

���������������

�������������������������

������������������

������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

Page 119: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

107

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

Grafik 3.3 Net Capital Flow Asia

Grafik 3.5 Perubahan Harga SahamGlobal TW1-14

Grafik 3.4 Indeks Harga SahamNegara Emerging

Grafik 3.6 Volatilitas Harga Saham Global

��

��

��

��

���

���

���

��������������������������������������������������������������

����������������������������

���������� ������������ �������������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ����

�����������

������ ������

����

����

����

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

������

�������������� ������������� ������������� ��������������

������������� ���������� ����������

���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������

������

�����������

��������������������

��������������

��������������������������������������������

����� ����� ���� ��� ���

��������������

���������

�������������������

������

�����������

��������������������

��������������

��������������������������������������������

��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������������������

�����������������

Page 120: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

108

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

A.2. Pasar Obligasi Pemerintah

Pola perkembangan di pasar saham juga

terjadi di pasar obligasi pemerintah sepanjang

TW1-14, dimana harga obligasi negara maju

meningkat – tercermin pada penurunan yield

– lebih tinggi dibanding negara emerging.

Sebagaimana di pasar saham, yield obligasi di

negara emerging pada umumnya juga tertekan

(meningkat) di Januari hingga awal Februari

2014 yang disebabkan oleh terjadinya aliran

modal keluar yang dipicu oleh faktor sentimen

negatif. Pengalihan ke obligasi negara maju

tersebut mengakibatkan harga obligasi di

negara emerging menurun, sementara harga

obligasi di negara maju meningkat. Namun

harga obligasi di negara emerging secara

gradual kembali meningkat pada pertengahan

Februari hingga Maret 2014. Aliran modal

asing yang kembali masuk dan ditempatkan

pada obligasi pemerintah mendorong harga

kembali meningkat.

Pergerakan harga (yield) yang sedikit

berbeda terjadi pada obligasi pemerintah

Filipina dan Thailand. Harga obligasi Filipina

cenderung bergerak melemah sepanjang

TW1-14, bahkan pada saat harga obligasi

negara emerging lain meningkat. Sementara

itu, harga obligasi Pemerintah Thailand pada

awalnya bergerak searah dengan negara

emerging lainnya, namun menjelang akhir

TW1-14 – saat harga obligasi negara emerging

meningkat – harga obligasi Thailand justru

berfluktuasi dengan kecenderungan melemah.

Hal ini disebabkan oleh semakin memburuknya

krisis politik di Thailand.

Secara keseluruhan TW1-14 harga

obligasi di negara emerging pada umumnya

hanya mengalami sedikit peningkatan

dibanding negara maju yang meningkat cukup

signifikan. Peningkatan harga obligasi yang

cukup tinggi terjadi pada obligasi pemerintah

AS, Kawasan Euro dan Inggris. Indonesia

termasuk yang mengalami peningkatan harga

obligasi cukup signifikan, bahkan yield obligasi

Indonesia menurun lebih tajam dibanding

penurunan yield obligasi negara-negara maju.

Berbeda dengan Indonesia, obligasi Jepang

hanya mengalami sedikit peningkatan harga

yang disebabkan masih berlanjutnya carry

trade.

Terkait dengan volatilitas, pergerakan

harga obligasi di TW1-14 pada umumnya

lebih stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Hal ini ditengarai karena investor obligasi

– terutama di negara emerging – semakin

didominasi oleh investor jangka panjang (real

money).

Grafik 3.7 Perubahan Yield ObligasiPemerintah Negara Maju

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

������������ �����������������

������������ �����������

�����������������

Page 121: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

109

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

B. PASAR VALAS

Perkembangan nilai tukar mata uang

utama dunia sangat beragam sepanjang

TW1-14. Namun secara umum nilai tukar

negara maju cenderung melemah terhadap

dolar AS. Nilai tukar euro dan poundsterling

Inggris sedikit melemah terhadap dolar AS.

Namun, yen Jepang menguat terhadap dolar

AS. Apresiasi yen lebih disebabkan oleh

pembalikan yen carry trade – capital reversal

dari negara emerging –pada saat pasar

keuangan global diguncang beberapa sentimen

negatif. Meskipun bervariasi, pergerakan nilai

tukar berbagai mata uang global di triwulan

ini relatif lebih stabil dibanding pergerakan di

TW4-13.

Sementara pergerakan mata uang

negara emerging relatif bervariasi dibanding

negara maju. Apresiasi antara lain terjadi pada

mata uang ringgit Malaysia, baht Thailand dan

rupiah Indonesia. Rupiah bahkan terapresiasi

cukup tajam dari Rp12.173 per USD menjadi

Rp11.360. Di sisi lain, renminbi Tiongkok, won

Korea dan peso Filipina melemah terhadap

dolar AS. Pergerakan nilai tukar yang bervariasi

tersebut juga disebabkan oleh faktor domestik.

Tiongkok yang baru saja melebarkan band

nilai tukar mengalami pelemahan renminbi.

Hal ini sejalan dengan pelemahan ekonomi

dan beberapa permasalahan yang muncul

sepanjang TW1-14, seperti turunnya harga

properti, permasalahan shadow banking,

dan default pembayaran kupon obligasi oleh

beberapa korporasi.

Grafik 3.9 Perubahan Yield Govt.Bonds TW1-14

Grafik 3.8 Perubahan Yield ObligasiPemerintah Negara Emerging

Grafik 3.10 Volatilitas Yield Govt. Bonds

��

����

���

����

����

���

��������������

�������������

�������������

�������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

�����������������

������

��������������������

�������������������������

�����������������

�����������

���� ���� ��� ��� ��� ���

��������������

���������

�����������������

������

��������������������

�������������������������

�����������������

������

��� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����������������

��������

��������

��������

Page 122: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

110

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Seperti nilai tukar nominal, nilai tukar riil

negara emerging juga bergerak dengan sangat

bervariasi. Nilai tukar renminbi Tiongkok, won

Korea, dolar Singapura, peso Filipina dan

beberapa mata uang negara emerging lainnya

mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Di

Grafik 3.11 Perkembangan Nilai Tukar Global Grafik 3.12 Volatilitas Nilai Tukar Global

����������������

����������

���������

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

�����������������������������������

������� ������������

������� ������

���

���

����

����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������������������������

��������

��������

��������

Grafik 3.13 Perkembangan Nilai Tukar Riil

����������������

��

��

���

���

���

���

�����������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

����������

���������

����� �����

��������� �����

����������������

��

��

��

���

���

���

��������� ��������

�������� ��������

����������

���������

�����������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

sisi lain, beberapa mata uang negara emerging

bergerak menguat terhadap dolar AS, yaitu

rupiah. Rupiah menguat cukup tajam yang

didorong oleh aliran modal masuk ke Indonesia

yang cukup deras.

Page 123: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

111

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

C. PASAR KOMODITAS

Meskipun pemulihan ekonomi global

terus berlanjut namun belum cukup kuat

meningkatkan harga komoditas dunia.

Melambatnya ekonomi Tiongkok yang

merupakan importer komoditas utama dunia

berdampak besar pada penurunan harga

komoditas global, terutama harga karet,

batubara dan tembaga. Penurunan harga

Grafik 3.14 Perkembangan Harga Minyakdan Emas

Grafik 3.15 Perubahan Harga BeberapaKomoditas TW1-14

karet disebabkan oleh peningkatan pasokan

dari Thailand dan Malaysia. Hal yang sama

juga terjadi pada batubara dimana harga

batubara menurun akibat meningkatnya

pasokan dari AS. Sementara itu, harga minyak

juga cenderung menurun sejalan dengan

meningkatnya pasokan dari negara-negara

non-OPEC.

����������������������������������

��

��

��

���

���

���

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

�����������������

��������������

����������������

���������

��������������������������

�����������������������

�����������������������

������������������

��������������������

��������������

�������������������������

����� ����� ���� ��� ��� ���� ����

���������

��������������

������������������

Page 124: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

112

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 125: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

113

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

Pemulihan ekonomi advance economies dan prospek pertumbuhan emerging economies

yang stabil merupakan respon dari serangkaian upaya kerja sama di tataran regional dan

multilateral. Namun sinyal positif perbaikan ekonomi global tersebut masih dibayangi oleh

sejumlah risiko yang harus diantisipasi dengan baik. Dalam tataran regional, langkah antisipatif

melalui forum kerja sama terus dilakukan, diantaranya penguatan Chiang Mai Initiative

Multilateralisation (CMIM) dan peningkatan status kelembagaan ASEAN+3 Macroeconomic

Research Office (AMRO) menjadi International Organisation (IO).

Kesiapan negara-negara ASEAN menghadapi integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

terus diperjuangkan. Kerangka liberalisasi jasa keuangan, pengembangan dan integrasi pasar

modal, serta konvergensi rejim aliran modal menjadi agenda utamanya. Upaya integrasi harus

dapat mengatasi tantangan perbedaan tingkat kemajuan serta kesiapan masing-masing negara

dalam melewati berbagai pencapaian yang harus ditempuh demi tercapainya integrasi baik intra

ASEAN maupun dengan mitra dialog. Peran sistem pembayaran dan setelmen bank sentral menjadi

salah satu faktor penentu keberhasilan proses integrasi keuangan kawasan. Dengan kemajuan

sistem dan teknologi yang dikembangkan, upaya tersebut dapat terus dilakukan.

Di tataran kerja sama multilateral, isu perkembangan ekonomi dan keuangan global serta

respon kebijakan untuk mengatasi masalah dan mendorong pemulihan global menjadi fokus

bahasan fora IMF dan G20. Kedua fora tersebut berpandangan bahwa perekonomian global

secara umum membaik dan diekspektasikan berlanjut pada tahun 2014-2015. Namun demikian,

tetap diperlukan langkah-langkah ambisius untuk mengatasi tantangan perekonomian global

yang membayangi. Secara khusus, G20 2014 menyoroti implementasi comprehensive growth

strategy yaitu menetapkan target pertumbuhan ekonomi global 2% di atas proyeksi yang telah

ditetapkan IMF untuk lima tahun mendatang. Sementara itu, IMF menekankan perlunya semua

pihak untuk mempertahankan tujuan kolektif yaitu menciptakan perekonomian dunia yang lebih

Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

4B A B

Page 126: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

114

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

A. KERJA SAMA REGIONAL

A.1. Respon Forum Kerja Sama Regional

Menyikapi Kondisi Ekonomi Terkini

Prospek pertumbuhan ekonomi global

yang berkesinambungan pada 2014 dapat

menjadi momentum untuk meningkatkan

kepercayaan pasar, meski masih terdapat

risiko kerentanan yang membayangi. Prospek

pertumbuhan tersebut terutama dimotori oleh

advanced economies dan semakin kuatnya

resiliensi emerging countries. Pada 2013,

kawasan ASEAN mampu tumbuh sebesar

5,1% yoy. Hal tersebut tidak terlepas dari

keberhasilan proses integrasi ekonomi ASEAN

yang telah diupayakan selama ini. Pertumbuhan

konsumsi dan investasi infrastruktur, serta

pulihnya ekspor pada paruh kedua 2013 telah

menjadi engine of growth bagi perekonomian

ASEAN. Pencapaian tersebut juga merupakan

keberhasilan para pengambil kebijakan

negara kawasan di tengah risiko capital

outflow, volatilitas pergerakan nilai tukar,

meningkatnya tekanan inflasi, serta ketatnya

kondisi fiskal yang membayangi. Sementara

itu, pertumbuhan yang stabil di Jepang,

Tiongkok, dan Korea selama 2013 diperkirakan

berlanjut pada 2014.

Di tengah perkembangan positif

tersebut, prospek pertumbuhan ekonomi

di 2014 masih dibayangi oleh dampak dari

kebijakan tapering stimulus moneter the

Fed. Akibatnya, volatilitas pasar keuangan

meningkat sehingga menyebabkan kerentanan

eksternal di negara-negara emerging. Kondisi

ini menarik perhatian banyak pihak dan

menjadi salah satu topik yang akan dibahas

dalam forum Bank for International Settlement

(BIS) dan Executives’ Meeting of East Asia

Pacific Central Banks (EMEAP) pada TWI-14.

Pembahasan materi tersebut menunjukkan

besarnya perhatian terhadap dampak yang

dapat ditimbulkan.

Normalisasi kebijakan moneter yang

secara akomodatif dan bertahap diterapkan

oleh advanced economies telah menjadi

sinyal bagi negara emerging khususnya di

ASEAN+3 untuk terus beradaptasi. Secara

umum para Menteri Keuangan dan Gubernur

Bank Sentral di ASEAN+3 telah berkomitmen

untuk terus melanjutkan penerapan kebijakan

moneter, fiskal, dan makro/mikroprudensial

demi menjaga keberlangsungan pertumbuhan

ekonomi dan stabilitas pasar keuangan. Dalam

hal ini penerapan kebijakan moneter ke

depan akan dikomunikasikan dan dikalibrasi

secara hati-hati dengan mempertimbangkan

dampaknya terhadap perekonomian global

dan regional. Kebijakan makroekonomi

khususnya di ASEAN diterapkan dengan

mempertimbangkan faktor country-specific

negara anggota, dengan tetap memperhatikan

dinamis dan membuka lapangan pekerjaan. Untuk mencapai hal tersebut, IMF menyarankan

tiga tema besar respon kebijakan serta melanjutkan kegiatan surveillance untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi global.

Page 127: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

115

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

lanjut atas komitmen implementasi Roadmap

for Monetary and Financial Integration (RIA-

Fin)2. Sementara itu, inisiatif bank sentral

dalam ASEAN Financial Integration Framework

(AFIF) meliputi integrasi perbankan dan

sistem pembayaran, serta capacity building

bank sentral, bekerja sama dengan ADB, dan

SEACEN Research and Training Centre.

A . 2 . L i b e r a l i s a s i A l i r a n M o d a l ,

Pengembangan Pasar Modal, dan Sistem

Pembayaran

Di forum ASEAN, agenda yang menjadi

isu utama adalah liberalisasi aliran modal,

pengembangan infrastruktur pasar modal,

serta pengembangan sistem pembayaran.

Freer Capital Mobility sebagaimana tercantum

dalam cetak biru ASEAN telah menjadi

pedoman perlunya aliran modal yang lebih

bebas dalam mendukung peningkatan investasi

dan perdagangan, serta integrasi pasar ASEAN

dengan global. ASEAN telah menyepakati

pengukuran liberalisasi aliran modal dalam

sebuah indikator heat map yang di-update

secara berkala. Di samping itu untuk mencapai

kondisi aliran modal yang lebih bebas, ASEAN

melalui forum teknis Working Committee

on Capital Account Liberalisation (WC-CAL)

menyepakati sebuah pengukuran freer capital

mobility yang disebut monitoring tools dan

risiko spillover yang berasal dari luar. Fokus

utama kebijakan tetap pada kestabilan harga

dan sistem keuangan untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi. Seluruh negara

anggota menyadari sepenuhnya bahwa

perekonomian domestik dengan kelemahan

struktural seperti tingginya inflasi, lebarnya

defisit neraca transaksi berjalan, dan besarnya

ketidakseimbangan fiskal, dapat berisiko

pada stabilitas sistem keuangan. Khusus

ASEAN, para Menteri Keuangan dan Gubernur

Bank Sentral menitikberatkan pada upaya

penguatan domestic demands, reformasi

struktural, investasi swasta, dan pembangunan

ekonomi yang berkeadilan (equitable economic

development), serta terus meningkatkan

resiliensi kawasan dari shock eksternal melalui

skema kerja sama yang telah terjalin.

Kerja sama ASEAN saat ini telah

memasuki fase akhir persiapan implementasi

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Pada awal

April 2014, telah diselenggarakan rangkaian

forum tahunan Menteri Keuangan dan Bank

Sentral ASEAN yang merupakan puncak

pembahasan inisiatif integrasi ASEAN di jalur

keuangan1. Beberapa agenda utama yang

menjadi pembahasan antara lain adalah inisiatif

integrasi sektor jasa keuangan (termasuk

perbankan), pasar modal, sistem pembayaran,

dan upaya liberalisasi rezim aliran modal.

Seluruh inisiatif tersebut merupakan tindak

1 Pertemuan tersebut merupakan Rangkaian Sidang ASEAN Finance Ministers Meeting (AFMM) yang sebelumnya didahului dengan ASEAN Central Bank Deputies Meeting (ACDM), ASEAN Finance and Central Bank Deputies Meeting (AFDM), dan ASEAN Central Bank Governors Meeting (ACGM). Pada periode 2014, keketuaan ASEAN berada di Myanmar.

2 RIA-Fin merupakan inisiatif yang disepakati oleh AFMM tahun 2003 di Vietnam yang terdiri dari langkah, timeline, dan indikator aktivitas pada empat area kerja sama yaitu: Capital Account Liberalisation, Capital Market Development, Financial Services Liberalisation, dan Currency Cooperation.

Page 128: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

116

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

proses policy dialogue sebagai wahana untuk

bertukar pandangan mengenai tantangan

yang dihadapi dalam implementasi safeguard

mechanism ASEAN demi terciptanya stabilitas

makro, moneter, dan keuangan.

Dalam rangka pengembangan pasar

modal, proses integrasi khususnya dalam

peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur

pasar modal ASEAN terus dilanjutkan.

Harmonisasi regulasi dan mutual recognition

dilakukan antar negara. Dalam hal ini ASEAN

Capital Market Forum (ACMF) telah bertindak

sebagai fasilitator harmonisasi regulasi sebagai

forum teknis yang menaungi otoritas pasar

modal ASEAN. Upaya harmonisasi dilakukan

sebagai salah satu usaha pendalaman pasar

untuk menjamin arus modal dapat diarahkan

menuju sektor-sektor produktif. Lebih lanjut,

ASEAN tengah memformulasikan sebuah

cetak biru infrastruktur pasar modal ASEAN

yang menjadi pedoman arah integrasi dan

pengembangan pasar modal ASEAN, khususnya

dalam hal akses kliring, custody dan setelmen

yang terintegrasi, untuk mewujudkan ASEAN

trading link. Inisiatif pengembangan pasar

modal lainnya antara lain adalah kelanjutan

monitoring kemajuan pasar obligasi ASEAN

melalui Bond Market Development Scorecard,

disepakatinya kerangka cross border offering

untuk Collective Investment Schemes (CIS)

oleh Singapura, Malaysia, dan Thailand, serta

selesainya joint study asesmen pengembangan

dan integrasi pasar modal ASEAN. Pembahasan

tingkat teknis integrasi pasar modal ASEAN

terus dilanjutkan di forum Working Committee

on Capital Market Development (WC-CMD),

dan lebih lanjut Gubernur Bank Sentral ASEAN

juga mengapresiasi studi Working Committee

on Payment and Settlement System (WC-PSS)

terkait cross border trade settlement, cross

border money remittance, cross border retail

market system, cross border market settlement,

dan standardization.

Sementara itu, di forum ASEAN+3,

telah diselenggarakan pertemuan tahunan

yang merupakan puncak kerja sama di wilayah

ASEAN dengan mitra dialog Jepang, Tiongkok,

dan Korea untuk membahas kelanjutan inisiatif

penguatan resiliensi dan berbagai inisiatif

lainnya3, di bawah keketuaan Myanmar dan

Jepang. Pertemuan tersebut melanjutkan

agenda inisiatif kerja sama Chiang Mai

Initiative Multilateralisation (CMIM), penguatan

ASEAN+3 Macroeconomic Research Office

(AMRO), pengembangan pasar obligasi

kawasan dalam ASEAN+3 Bond Market

Initiative (ABMI), studi-studi terkini, serta

pemetaan prospek area kerja sama ASEAN+3

ke depan.

Agenda ASEAN+3 Bond Market Initiative

(ABMI) adalah kerja sama keuangan untuk

mengembangkan pasar obligasi yang likuid

dan efisien guna mengurangi risiko currency

dan maturity mismatch yang dialami kawasan

pada saat krisis Asia. Beberapa proyek yang

berhasil dikembangkan dalam inisiatif ini

antara lain peningkatan skala penjaminan

3 Pertemuan ASEAN+3 Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM+3) telah diselenggarakan di Astana, Kazakhstan, 2-3 Mei 2014.

Page 129: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

117

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

Credit Guarantee Investment Facilities (CGIF)4

dari USD700 juta menjadi USD1,75 miliar;

dilanjutkannya upaya fasilitasi transaksi obligasi

cross border melalui standardisasi penerbitan

obligasi denominasi mata uang lokal di

kawasan dalam ASEAN+3 Multi Currency Bond

Issuance Framework (AMBIF); rekomendasi

implementasi proses setelmen surat berharga

dengan lebih dahulu membentuk bilateral

linkages melalui Central Securities Depository

– Real Time Gross Settlement (CSD-RTGS)

linkages oleh forum Cross Border Settlement

Infrastructure Forum (CSIF)5, dan adanya

upaya asistensi untuk capacity building kepada

negara di kawasan yang membutuhkan.

Sementara di kerja sama BIS, isu

yang mengemuka di forum tersebut adalah

peran pengelolaan dana oleh asset manager

terutama dalam memengaruhi pergerakan

pasar keuangan di emerging economies. Peran

dari Asset Management Companies (AMC) di

emerging market economies (EMEs) semakin

signifikan. AMC berperan dalam memberikan

investment advice dan risk management tools

untuk membantu klien dalam mengelola

investasi. Namun demikian, di sisi lain strategi

investasi dari AMC dapat meningkatkan

volatilitas pasar keuangan atau menyebabkan

periode mispricing berkepanjangan. Salah satu

risiko adalah perilaku “herding” oleh AMC di

pasar EMEs yang memang pada umumnya

tidak likuid, dapat menimbulkan instabilitas

pada sistem keuangan.

Isu penggunaan mata uang Bitcoin juga

menarik perhatian pada forum EMEAP dan

BIS. Penggunaan Bitcoin dan virtual curency

lain sebagai alat pembayaran sejauh ini masih

sangat terbatas karena uang digital tersebut

tidak memenuhi fungsi uang konvensional

yaitu: medium of exchange, unit of account

dan store of value. Namun, kemungkinan

meluasnya penggunaan mata uang ini di masa

depan telah meningkatkan concern terhadap

fungsi dan integritas sistem pembayaran, serta

potensi implikasinya pada stabilitas keuangan

dan kebijakan moneter. Untuk itu, beberapa

bank sentral telah mengeluarkan pernyataan

tidak mengakui fungsi Bitcoin sebagai alat

pembayaran sah dan risiko penggunaan Bitcoin

sebagai alat pembayaran. Sejalan dengan sikap

sebagian besar bank sentral, Bank Indonesia

telah mengeluarkan pernyataan bahwa Bitcoin

dan virtual currency lainnya bukan merupakan

mata uang atau alat pembayaran yang sah di

Indonesia. Masyarakat dihimbau untuk berhati-

hati terhadap Bitcoin dan virtual currency

lainnya. Segala risiko terkait kepemilikan/

penggunaan Bitcoin ditanggung sendiri oleh

pemilik/pengguna Bitcoin dan virtual currency

lainnya.

4 CGIF merupakan lembaga yang dibentuk dari inisiatif kerja sama ABMI, yang bertujuan untuk memberikan penjaminan terhadap obligasi berdenominasi mata uang lokal yang diterbitkan oleh korporasi negara ASEAN+3 dengan investment grade. Dengan penjaminan tersebut, korporasi akan memperoleh pembiayaan dengan tenor yang lebih panjang dan dapat mengurangi risiko currency dan maturity mismatch.

5 CSIF merupakan inisiatif kerja sama yang ditelurkan pada AFMGM+3 di India 2013 yang bertujuan sebagai wadah bagi Members untuk membahas work-plan dan detil proses demi perbaikan sistem setelmen transaksi cross border di kawasan ASEAN+3 termasuk ide pembentukan Regional Settlement Intermediary (RSI). Keanggotaan CSIF dari Member bersifat sukarela.

Page 130: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

118

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

A.3. Liberalisasi Jasa Keuangan

P e r k e m b a n g a n b e r a r t i p a d a

TW1-14 adalah siklus putaran perundingan

jasa keuangan ASEAN Framework Agreement

on Services (AFAS) yang telah memasuki

tahun terakhir pada putaran keenam, inisiatif

kerja sama liberalisasi sektor asuransi, dan

perkembangan pembahasan integrasi jasa

keuangan ASEAN dengan Mitra Dialog.

Terkait AFAS, Para Menteri Keuangan terus

mengupayakan penyelesaian Putaran keenam

ini dengan penandatanganan protokol paket

keenam AFAS pada tahun 2014. Sementara

itu, review atas kerangka AFAS yang selama

ini menjadi payung hukum liberalisasi sektor

jasa termasuk jasa keuangan di ASEAN terus

dilakukan untuk meningkatkan kapasitas

AFAS yang telah berlaku sejak tahun 1995.

Kemajuan lain yang dapat digarisbawahi

dalam konteks liberalisasi jasa keuangan

adalah kerja sama antara Working Committee

on Financial Services Liberalisation (WC-FSL)

dengan ASEAN Insurance Regulation Meeting

(AIRM), serta peningkatan kapasitas negara-

negara ASEAN di sektor asuransi melalui

kerja sama WC-FSL dengan ASEAN Insurance

Training and Research Institute (AITRI). Di

samping itu, ASEAN juga menjalin kerja sama

integrasi jasa keuangan dengan mitra dialog.

Perundingan ASEAN dengan mitra dialog

yang masih berjalan adalah ASEAN – Japan

Comprehensive Economic Partnership dan

Regional Comprehensive Economic Partnership

(yang terdiri dari ASEAN+3 dan Australia, New

Zealand, dan India).

A.4. Penguatan Resiliensi Kawasan Serta

Fasilitasi Perdagangan dan Investasi

Skema kerja sama keuangan baik

bilateral maupun multilateral terus dijajaki

Indonesia dan negara ASEAN+3 lainnya

sebagai bentuk keseriusan kawasan dalam

memperkuat resiliensi kawasan menghadapi

risiko ketidakpastian global. Setelah sejak 2012

skema CMIM6 sepakat untuk diperkuat melalui

doubling size pooling of fund ASEAN+3,

berbagai upaya untuk menjamin kelancaran

implementasi skema tersebut terus dilakukan,

termasuk penyelesaian penyusunan Operational

Guideline Perjanjian CMIM dengan bantuan

penuh dari AMRO. Di samping itu sebuah set

indikator kerentanan7 yang telah digarap sejak

tahun 2013 sebagai kualifikasi bagi Members

untuk mendapatkan fasilitas pendanaan

pencegahan krisis CMIM terus dikerjakan.

Sebagai lembaga surveillance independen

dalam rangka CMIM ASEAN+3, AMRO terus

menunjukkan perbaikan kualitas surveillance

dengan memperluas cakupan analisis termasuk

isu sektoral di samping analisis makroekonomi

dan kondisi finansial, identifikasi risiko, dan

rekomendasi kebijakan regional yang telah

dilakukan. Penguatan organisasi AMRO

sebagai lembaga independen dilakukan melalui

6 CMIM merupakan kerja sama keuangan regional (regional financial arrangement) beranggotakan seluruh Negara ASEAN+3 dengan skema pooling fund dengan total nilai USD240 miliar yang bertujuan untuk memfasilitasi pencegahan dan penanganan krisis bagi anggotanya.

7 Indikator kerentanan yang disebut dengan Economic Review and Policy Dialogue (ERPD) Matrix terdiri dari berbagai indikator ekonomi dan keuangan dari seluruh anggota kerja sama ASEAN+3.

Page 131: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

119

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

peningkatan status AMRO dari perseroan

terbatas menjadi organisasi internasional

(international financial institution/IFI) melalui

penandatanganan AMRO Agreement oleh

seluruh anggota. Selain itu, penyusunan

Secondary Rules (aturan pelaksana) dan

persiapan transisi AMRO menjadi organisasi

internasional terus dilakukan disamping

pembenahan SDM secara internal. AMRO

juga terus menjalin kerja sama dengan IFIs

lainnya seperti IMF maupun ADB dalam rangka

peningkatan kapasitas organisasinya.

Selanjutnya terkait upaya fasilitasi

perdagangan dan investasi, sebagai tindak

lanjut kesepakatan pada Oktober 2013,

Gubernur Bank Indonesia dan Bank of

Korea menandatangani perjanjian kerja sama

bilateral KRW/IDR swap arrangement pada 6

Maret 2014. Kerja sama swap KRW/IDR yang

bernilai efektif KRW10,7 triliun/Rp115 triliun

(ekuivalen USD 10 miliar) akan berlaku efektif

selama tiga tahun dan dapat diperpanjang

sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA)

tersebut bertujuan untuk mempromosikan

perdagangan bilateral dan memperkuat kerja

sama keuangan yang bermanfaat bagi kedua

negara.

B. KERJA SAMA MULTILATERAL

B.1. Respon Fora Atas Perkembangan

Ekonomi dan Global

IMF memandang kondisi perekonomian

g loba l seca ra umum menguat dan

diekspektasikan terus meningkat pada tahun

2014-2015, terutama dipicu oleh perbaikan

ekonomi advanced economies (AEs). Sejalan

dengan itu, G20 memandang perekonomian

global telah menunjukkan indikasi perbaikan.

Hal ini tercermin dari penguatan pertumbuhan di

AS, UK dan Jepang, berlanjutnya pertumbuhan

ekonomi Tiongkok dan beberapa negara

berkembang utama, serta mulai membaiknya

perekonomian di kawasan Euro. Pada sisi lain,

G20 juga memandang bahwa perekonomian

global masih menghadapi kelemahan di sisi

permintaan dan pertumbuhan yang dicapai

masih belum cukup untuk mengurangi tingkat

pengangguran. Selain itu, terdapat beberapa

tantangan yang harus terus dikelola, seperti

tingginya volatilitas di pasar keuangan,

tingginya tingkat utang publik, berlanjutnya

ketidakseimbangan global dan isu vulnerabilitas

di beberapa negara berkembang.

Meskipun prospek pertumbuhan

membaik, namun sejumlah faktor risiko baik

yang telah maupun belum teridentifikasi

sebelumnya tetap membayangi. Sebagaimana

disampaikan dalam Global Financial Stability

Report (GFSR), normalisasi kebijakan moneter

AS yang tidak diekspektasi dapat menciptakan

goncangan keuangan dan dapat menghambat

pertumbuhan sehingga diperlukan respon

kebijakan yang tepat untuk dapat memulihkan

perekonomian global.

Page 132: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

120

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

B.2. Kegiatan Survei l lance Untuk

Mendukung Pertumbuhan Perekonomian

Global

Sebagai pelaksanaan tugas IMF untuk

menjaga sistem moneter internasional dan

memonitor kebijakan ekonomi dan keuangan

negara anggotanya, termasuk Indonesia, tim

IMF melaksanakan kunjungan ke Indonesia

pada bulan Maret 2014. Kunjungan tersebut

merupakan kegiatan rutin IMF dan merupakan

misi interim dalam rangka surveillance Article

IV Consultation IMF terhadap Indonesia untuk

melakukan asesmen terhadap perkembangan

ekonomi terkini serta prospek Indonesia

tahun 2014. Dari hasil surveillance, IMF

memandang bahwa Indonesia cukup resilien

terhadap dampak tapering. Kebijakan ekonomi

makro yang dilakukan sejak pertengahan

2013 dapat mengurangi volatilitas pasar

keuangan dan memperbaiki sentimen pasar.

Selain itu, kebijakan “stability over growth”

telah diterima dengan baik oleh pasar.

Koordinasi moneter - fiskal yang baik juga telah

meningkatkan kepercayaan pelaku ekonomi

sehingga IMF memperkirakan pertumbuhan

ekonomi Indonesia diproyeksikan sebesar 5,4

persen pada tahun 2014 dengan di dorong

oleh konsumsi swasta. IMF juga memprediksi

bahwa:

- Ekspor neto memberikan kontribusi yang

lebih rendah dibandingkan tahun lalu

sebagai dampak dari kebijakan mineral

dan batubara juga defisit perdagangan

minyak dan gas - meskipun di sisi lain

pertumbuhan ekspor manufaktur

tumbuh lebih tinggi;

- Pertumbuhan investasi diperkirakan

melambat seiring semakin ketatnya

pembiayaan internal dan meningkatnya

biaya pinjaman dan FDI berada pada

level modest;

- Tren headline inflasi akan kembali pada

kisaran target 4,5+1 di akhir 2014.

Tim IMF memberikan rekomendasi

kepada Indonesia yaitu kebijakan ekonomi

makro dan keuangan terus diarahkan untuk

mengurangi ketidakseimbangan eksternal dan

fiskal, serta memastikan pemeliharaan sistem

keuangan yang stabil. Koordinasi kebijakan

antara moneter dan fiskal yang berkelanjutan

akan membantu mengurangi kerentanan.

Selain itu, reformasi struktural sangat penting

dilakukan untuk ketersediaan lapangan

pekerjaan dan prospek pertumbuhan.

Bersamaan dengan kunjungan tersebut,

Statistics Department IMF juga melaksanakan

kunjungan ke Indonesia untuk mengetahui

perkembangan implementasi G20 Data Gaps

Initiative (DGI), serta mendapat pandangan

Indonesia dalam mengimplementasikan

rekomendasi G20 DGI, apabila DGI saat ini telah

selesai dilaksanakan8. IMF menggali informasi

sejauh mana kemajuan yang telah dicapai

dalam mengimplemetasi rekomendasi G20

DGI. Proses tersebut membantu meningkatkan

kualitas statistik Indonesia untuk mendukung

analisa dan pengambilan keputusan yang

lebih baik.

8 Dalam kunjungan tersebut, IMF bertemu dengan otoritas terkait di Indonesia, yaitu Bank Indonesia, Kementerian Keuangan dan Badan Pusat Statistik.

Page 133: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

121

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

Pertemuan IMF pada Spring Meeting

2014 membahas implementasi kebijakan

prioritas, upaya ke depan yang perlu ditempuh

oleh anggota IMF, serta upaya yang perlu

dilakukan IMF untuk memperkuat pemulihan

ekonomi yang berkelanjutan. IMF kembali

menekankan perlunya semua pihak untuk

mempertahankan tujuan kolektif yaitu

menciptakan perekonomian dunia yang lebih

dinamis dan membuka lapangan pekerjaan. Tiga

tema besar respon kebijakan yang disarankan,

yaitu (i) mengupayakan normalisasi di sektor

moneter dan mengantisipasi dampaknya; (ii)

mendorong pertumbuhan dan mengurangi

kerentanan; serta (iii) menyeimbangkan

ekonomi (eksternal dan internal) dan menjaga

koherensi kebijakan. Dalam pertemuan tersebut,

para Gubernur Bank Sentral mendukung IMF

untuk (i) memperkuat kerangka surveillance

IMF dan meningkatkan konsultasi antara

IMF dengan negara anggota, dan (ii) fokus

pada isu-isu kebijakan yang terkait dengan

perubahan sumber pertumbuhan, dampak

imbas normalisasi kebijakan moneter negara

maju, dampak reformasi regulasi sektor

keuangan terhadap stabilitas makroekonomi

dan keuangan, serta peran sinergi kebijakan.

Pertemuan Menteri Keuangan dan

Gubernur Bank Sentral G20 membahas isu-

isu yang menjadi fokus untuk meningkatkan

per tumbuhan perekonomian g loba l .

Pembahasan difokuskan pada perkembangan

ekonomi global, investasi dan infrastruktur,

tantangan pertumbuhan ekonomi (growth

challenge), reformasi kuota IMF, regulasi

keuangan dan pajak. Pertemuan tersebut

menghasilkan beberapa komitmen dalam

rangka pemulihan ekonomi global. Terkait isu

investasi dan infrastruktur, G20 berkomitmen

untuk menciptakan iklim investasi yang

kondusif di setiap negara, terutama investasi

pada proyek infastruktur dan UKM. Sementara

terkait dengan reformasi IMF yang tertunda,

G20 menyatakan penyesalannya atas tidak

tercapainya penyelesaian 15th General Review

of Quotas sesuai target, yaitu di Januari 2014

dan mendesak agar AS segera melakukan

ratifikasi reformasi IMF 2010 agar 15th General

Review of Quotas dapat dicapai pada Januari

2015. Kenaikan quota perlu segera diwujudkan

untuk memastikan terjaganya kapasitas

keuangan IMF dalam membantu negara yang

membutuhkan fasilitas keuangan.

Selanjutnya, terkait reformasi sektor

keuangan, G20 diarahkan untuk mendukung

resiliensi sistem keuangan dan meningkatkan

kepastian dalam lingkup regulasi dalam

kerangka mendukung kepercayaan pasar dan

mendorong pertumbuhan. Pada agenda sektor

keuangan, G20 akan fokus pada reformasi yang

menjadi respon krisis keuangan global, yaitu (i)

meningkatkan ketahanan lembaga keuangan

terhadap krisis, (ii) mengatasi isu too-big-to-

fail, (iii) mengatasi risiko shadow banking

dan (iv) melanjutkan agenda reformasi OTC

derivative. Terkait dengan agenda perpajakan,

G20 sepakat untuk terus mendukung G20/

OECD Base Erosion and Profit Shifting (BEPS)

Action Plan dan mendorong the Common

Reporting Standard for Automatic Exchange

of Tax Information dengan basis resiprokal dan

bermanfaat untuk semua pihak, termasuk bagi

lembaga keuangan sebagai agen pembayar

pajak.

Page 134: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

122

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

G20 Data Gaps Initiative

Terjadinya krisis global menekankan

bahwa ekonomi berbasis res idensi

(residence-based economic) dan data

statistik seperti pertumbuhan GDP,

pertumbuhan kredit domestik, posisi

neraca, statistik ketenagakerjaan, utang

luar negeri, utang dan defisit negara sangat

diperlukan untuk memahami perekonomian

suatu negara. Komunitas internasional

memberi penekanan terhadap kebutuhan

data yang berkualitas, dapat dibandingkan

dan konsisten. Penyusunan financial stability

report secara reguler untuk setiap negara

dan dalam skala global melalui Global

Financial Stability Report (GFSR) juga turut

menekankan kebutuhan standardisasi data

yang baik. Oleh karena itu, G20 meminta

FSB dan IMF untuk dapat mengidentifikasi

dan mentutup data gap yang terlihat

dengan terjadinya krisis global.

Atas permintaan tersebut, IMF dan

FSB meluncurkan G20 DGI pada bulan

November 2009, sementara pelaksanaan

dan pengembangannya secara lebih lanjut

dikoordinasikan oleh Inter-Agency Group9

(IAG). Kemajuan yang signifikan telah

dicapai dalam jangka waktu empat tahun

setelah diluncurkannya G20 DGI dan

diharapkan sebagian besar dari rekomendasi

DGI diimplementasikan pada akhir 2015/

awal 2016.

G20 DG I menge lua rkan 20

rekomendasi pada 2009 IMF/FSB Report.

Dari 20 rekomendasi, sebanyak 19

rekomendasi harus dipenuhi oleh setiap

anggota G20. Pemenuhan rekomendasi

G20 DGI tersebut di Indonesia dilaksanakan

oleh tiga instansi, yaitu Bank Indonesia,

Kementerian Keuangan dan Badan Pusat

Statistik.

Dalam mengimplementasikan G20

DGI, Indonesia telah berpartisipasi aktif

dalam penyediaan kebutuhan data dan

telah mencapai progres yang signifikan

dalam mengimplementasikan rekomendasi

DGI. Indonesia (BI) merupakan negara G20

pertama yang menghubungkan website-

nya dengan website Principal Global

Indicators (PGI). Laporan Fourth Progress

Report in the Implementation of G20 DGI

dinyatakan bahwa Indonesia telah berhasil

memenuhi 6 dari 10 rekomendasi. Ke

depan, Indonesia akan terus berupaya

untuk memenuhi rekomendasi G20 DGI

agar memperoleh data dengan kualitas baik,

dapat dibandingkan dan konsisten.

Boks 2

9 Anggota dari IAG adalah the Bank for International Settlements (BIS), the European Central Bank (ECB), Eurostat, the IMF (Chair), the Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), the United Nations Statistics Division (UNSD), and the World Bank. IAG bekerja dengan berkonsultasi dengan FSB.

Page 135: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

123

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

B.3 . G20 Comprehens ive Growth

Strategy

Merespon pertumbuhan ekonomi

global yang masih dibayangi oleh berbagai

risiko dan masih jauh dari pertumbuhan

yang kuat, berkelanjutan dan seimbang, G20

berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi global secara signifikan dengan

tetap memperhatikan sustainabilitas fiskal dan

stabilitas sektor keuangan. Target ambisius

yang dicapai adalah meningkatkan GDP

kolektif lebih dari 2% (lebih dari USD2 triliun)

di atas proyeksi pertumbuhan yang ada

saat ini dalam lima tahun ke depan. Negara

anggota G20 akan melakukan langkah konkrit

dalam mencapai target ambisius tersebut,

meliputi kebijakan meningkatkan investasi,

ketenagakerjaan, memperketat perdagangan

dan kompetisi.

Pencapaian target G20 membutuhkan

upaya kebijakan dari semua anggota. IOs

mengidentifikasi sejumlah prioritas kebijakan

yang berdampak tinggi bagi G20 yaitu (i)

investasi, (ii) ketenagakerjaan, (iii) perdagangan

dan (iv) kompetisi. Upaya tambahan untuk

mengurangi ketidakseimbangan eksternal

dan meningkatkan kesinambungan fiskal

juga harus dilakukan. G20 mendorong setiap

anggotanya untuk mengimplementasikan

respon kebijakan tersebut sebagai bagian

dari strategi pertumbuhan masing-masing

negara.

I O s m e n y a m p a i k a n b e b e r a p a

rekomendasi sebagai prioritas kebijakan yang

berdampak tinggi bagi anggota G20. Untuk

Indonesia, rekomendasi yang disampaikan yaitu

untuk mengurangi pembatasan pasar produk

dan dilakukannya reformasi pendidikan. G20

dalam pertemuan Spring Meeting 2014 kembali

menegaskan kembali komitmennya untuk

tumbuh 2% lebih tinggi dari proyeksi saat ini

dalam kurun waktu lima tahun ke depan. G20

mengharapkan agar negara-negara ambisius

dalam melaksanakan komitmennya untuk

mencapai target kenaikan pertumbuhan dalam

lima tahun ke depan.

B.4. Penguatan Global Financial Safety

Net (GFSN)

Sejalan dengan upaya IMF dalam

mencapai pemulihan global serta dalam rangka

menjalankan peran IMF dalam GFSN, IMF

menyediakan fasilitas keuangan bagi negara

anggotanya yang membutuhkan fasilitas

pendanaan. Melanjutkan review tahun 2011

atas fasilitas keuangan IMF, IMF menyusun

paper “Review of the Flexible Credit Line (FCL),

the Precautionary and Liquidity Line (PLL), and

the Rapid Financing Instrument (RFI)”. Paper

tersebut menguraikan analisis yang dibangun

atas dasar survey terhadap otoritas (dilakukan

tahun 2013), wawancara terhadap staf senior,

dan analisis yang dilakukan oleh staf.

Review dimaksud difokuskan pada

empat isu utama, yaitu: (i) Permintaan terhadap

FCL dan PLL dalam konteks peran IMF dalam

GFSN; (ii) Kerangka kualifikasi/kondisionalitas

untuk FCL dan PLL; (iii) Permasalahan akses/exit

untuk FCL dan PLL; dan (iv) Kurangnya peminat

untuk RFI. Terkait dengan isu pertama, IMF

Page 136: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

124

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

telah membuat beberapa perbaikan terhadap

fasilitas FCL dan PLL untuk memperkuat GFSN.

Namun demikian, meskipun perekonomian

global termasuk EMEs sempat mengalami

gejolak dalam beberapa tahun terakhir,

permintaan terhadap FCL dan PLL masih

terbatas. IMF memperkirakan bahwa walaupun

terdapat kebutuhan terhadap fasilitas ini,

negara anggota tetap merasa enggan untuk

meminta bantuan IMF jika tidak terdapat

kesulitan keuangan yang terlalu mendesak

karena adanya stigma dan bukan karena desain

instrumen FCL/PLL itu sendiri.

Untuk mengatasi masalah stigma

tersebut, IMF mengusulkan penyelenggaraan

outreach yang lebih ekstensif dengan upaya

yang berjangka panjang. Selain itu, beberapa

alternatif cara operasional diajukan untuk

dieksplorasi lebih lanjut yaitu: (i) Synchronized

Arrangements (pengajuan permintaan fasilitas

IMF oleh beberapa negara secara bersama-

sama untuk mengatasi first mover problem);

(ii) kerja sama dengan Regional Financial

Arrangements; (iii) dukungan terhadap

central bank swap lines; dan (iv). prakualifikasi

(penyusunan daftar negara yang memenuhi

kriteria untuk memperoleh fasilitas FCL/PLL

tanpa negara menyampaikan pengajuan

kepada IMF).

Selanjutnya, terkait dengan isu RFI, sejak

diluncurkan tahun 2011 belum ada negara

yang meminta fasilitas ini, diperkirakan karena

jumlah aksesnya yang kecil sehingga tidak

dapat memainkan peran yang baik sebagai

katalis bagi sumber pendanaan lainnya.

Walaupun demikian, staf masih memandang

fasilitas ini berguna untuk mengisi kekurangan

dalam instrumen pendanaan IMF.

Indonesia menyadari pentingnya GFSN

yang dapat membantu negara-negara dalam

mencegah/mengatasi kesulitan keuangan,

volatilitas dan efek dari krisis. Namun demikian,

masih perlu diupayakan GFSN yang lebih

optimal, dan diperlukan upaya lebih ekstensif

untuk mengatasi masalah stigma terhadap IMF.

Oleh karenanya, Indonesia mendukung upaya

IMF dalam melakukan review terhadap fasilitas

keuangan tersebut agar dapat dimanfaatkan

dengan lebih optimal.

Page 137: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Bab 5 - A r t i k e l

125

A R T I K E L

5B A B

Proyeksi Ekonomi Global dalam World Economic Outlook

Artikel 1

Oleh: M. Noor Nugroho

IMF secara reguler melakukan proyeksi

ekonomi global yang diterbitkan dalam World

Economic Outlook (WEO). Dalam satu tahun

WEO terbit dua kali, yaitu setiap bulan April

dan Oktober. Selain menampilkan outlook

ekonomi global, WEO juga mengangkat dan

membahas isu-isu tertentu yang dianggap

penting dan/atau sedang menjadi perhatian

dunia. Di antara dua penerbitan tersebut

IMF juga mengeluarkan WEO Update, yaitu

di bulan Januari dan Juli. Namun WEO

Update ini hanya menampilkan asesmen

atau tracking IMF atas outlook sebelumnya.

Apabila asesmen atas perkembangan ekonomi

global terkini menunjukkan indikasi proyeksi

tidak tercapai, IMF akan mengeluarkan

outlook yang baru untuk merevisi outlook

sebelumnya. Revisi dimaksud dapat revisi

ke atas – apabila ekonomi kinerja ekonomi

lebih baik dari ekspektasi – ataupun revisi ke

bawah – apabila sebaliknya kinerja ekonomi

cenderung memburuk.

Dalam WEO Update Januari 2014,

IMF menilai perkembangan ekonomi terakhir

menunjukkan kinerja yang lebih baik

dibanding ekspektasi. Dengan perkembangan

tersebut pertumbuhan ekonomi dunia di 2014

diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari

perkiraan WEO Oktober 2013 sebesar 3,6%.

Oleh karena itu IMF secara optimis merevisi

ke atas perkiraan pertumbuhan ekonomi

global 2014 menjadi 3,7%. Optimisme IMF

tersebut didasari oleh kinerja ekonomi negara

maju yang sangat impresif di triwulan terakhir

2013. AS dan Inggris tumbuh tinggi diiringi

oleh Jepang yang juga tumbuh meningkat.

Bahkan, Kawasan Euro juga menunjukkan

progres pemulihan yang cukup menjanjikan

dengan berhasil keluar dari resesi yang terjadi

sejak TW1-12.

Page 138: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

126

Namun, dalam WEO rilis terakhir, yaitu

April 2014, IMF menampilkan hasil estimasi

proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun

2014 dan 2015 yang sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya

(Januari 2014). Revisi ke bawah outlook

ini setelah mempertimbangkan moderasi

pertumbuhan beberapa negara di TW1-14

yang antara lain disebabkan oleh musim dingin

yang ekstrim di AS dan proses rebalancing

ekonomi Tiongkok.

Dalam WEO April 2014, ekonomi

global diperkirakan tumbuh 3,6% di 2014,

lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya

sebesar 3,7%. Revisi ke bawah pertumbuhan

tahun 2014 terjadi karena pertumbuhan

ekonomi negara berkembang diperkirakan

lebih rendah (4,9%) dari perkiraan sebelumnya

(5,1%). Beberapa negara berkembang yang

diperkirakan tumbuh lebih rendah dari

perkiraan sebelumnya adalah Rusia (lebih

rendah sebesar 0,6%), Brazil (0,5%) dan Afrika

Selatan (0,5%). Sebenarnya revisi ke bawah

angka proyeksi pertumbuhan tidak hanya

terjadi di kelompok negara berkembang,

tapi juga di negara maju, yaitu Jepang. IMF

menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi

Jepang 2014 sebesar 0,3% menjadi 1,4%.

Namun, revisi pertumbuhan Jepang tersebut

tidak mengakibatkan pertumbuhan negara

maju juga menurun oleh karena di saat yang

sama IMF merevisi ke atas pertumbuhan

ekonomi Kawasan Euro (0,1%), Inggris (0,4%)

dan Canada (0,1%). Dengan demikian, secara

Grafik 1. Outlook Ekonomi Global oleh IMF

Grafik 2.Outlook Ekonomi Negara Maju dan Emerging oleh IMF

���

���

���

���

���

���

���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ����

���

����

����

����

����

���

���

���

���

���

���

���

����

����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ����

���

���

���

���

���

���

���

���

����

����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ����

���

Page 139: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Bab 5 - A r t i k e l

127

keseluruhan (neto) pertumbuhan kelompok

negara maju relatif tetap, sebesar 2,2%.

Untuk 2015, pertumbuhan diperkirakan

meningkat mencapai 3,9%, sedikit lebih rendah

dibandingkan perkiraan sebelumnya, sebesar

4,0%. Revisi ke bawah ini juga disebabkan

oleh penurunan proyeksi pertumbuhan negara

berkembang. IMF kembali menurunkan outlook

pertumbuhan ekonomi negara berkembang

menjadi 5,3%, dari outlook sebelumnya

5,4%. Pertumbuhan ekonomi Rusia, Brazil

dan Afrika Selatan kembali diturunkan dengan

penurunan masing-masing sebesar 0,2%,

0,2% dan 0,6%. Sementara itu, pertumbuhan

ekonomi negara maju diperkirakan meningkat

sedikit menjadi 2,3% (tidak berubah dibanding

estimasi sebelumnya).

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi

yang meningkat, volume perdagangan dunia

juga diproyeksikan tumbuh meningkat, yaitu

sebesar 4,3% di 2014 dan 5,3% di 2015. IMF

menurunkan proyeksi pertumbuhan volume

perdagangan dunia untuk tahun 2014 dari

4,4% pada proyeksi sebelumnya (WEO Update

Januari 2014). Sebaliknya, untuk 2015, IMF

justru merevisi ke atas volume perdagangan

dunia dari 5,2%.

Peningkatan pertumbuhan output dan

volume perdagangan dunia belum cukup

kuat mendorong kenaikan harga komoditas

global. Harga minyak diprediksi hanya sedikit

meningkat (0,1%) di 2014 dan kembali

terkontraksi (6,0%) di 2015. Di sisi lain,

harga komoditas non-migas diperkirakan

semakin terpuruk dengan kontraksi harga

yang semakin dalam, yaitu 3,5% di 2014 dan

3,9% di 2014.

Apabila memperhatikan pola perkiraan

IMF terlihat pada proyeksi awal suatu

tahun (1–3) IMF cenderung sangat optimis.

Pada proyeksi selanjutnya –dan dengan

mempertimbangkan perkembangan ekonomi

saat itu–, IMF cenderung merevisi ke bawah

outlook sebelumnya. Penurunan outlook yang

agresif terjadi pada outlook pertumbuhan

ekonomi global 2012 yang direvisi ke bawah

dari 4,5% (WEO Januari 2011) menjadi 3,3%

(WEO April dan Oktober 2012, atau secara

total direvisi ke bawah sebesar 1,2%. Revisi

outlook 2012 terutama terjadi pada paruh

kedua 2011 dimana Kawasan Euro sedang

menghadapi krisis sovereign debt yang sempat

mengguncang pasar keuangan global dan

berdampak negatif menurunkan aktivitas

ekonomi. Akibatnya, perkiraan pertumbuhan

2012 yang cukup tinggi (4,5%) diperkirakan

tidak akan tercapai dan IMF mengoreksinya

hingga ke level 3,3%.

Outlook pertumbuhan ekonomi global

tahun 2013 juga mengalami revisi ke bawah.

Meskipun besarnya revisi relatif sama dengan

revisi outlook 2012, penurunan outlook

2013 berjalan lebih smooth mengingat setiap

revisi ke bawah yang dilakukan IMF tidak

melebihi 0,3% – dibanding revisi outlook

2012 yang mencapai minus 0,7%, yaitu

pada WEO Januari 2012 –. Untuk outlook

2014, IMF hanya merevisi ke bawah proyeksi

pertumbuhan ekonomi negara emerging,

sementara outlook negara maju relatif tetap.

Page 140: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

128

Pola seperti ini menunjukkan bahwa

outlook IMF cenderung lebih optimis. Hal ini

dapat disebabkan oleh model atau metode

estimasi yang digunakan, sehingga outlook

yang dihasilkan persisten di atas pertumbuhan

aktual. Akibatnya, IMF harus senantiasa

merevisi ke bawah outlook-nya. Argumen lain

yang dapat menjelaskan fenomena ini adalah

misi IMF untuk menanamkan optimisme di

seluruh dunia untuk mempercepat pemulihan

ekonomi dunia dari dampak krisis finansial

global 2008. Terlebih, WEO banyak menjadi

referensi bagi otoritas, investor dan pelaku bisnis

lainnya terkait dengan outlook ekonomi dunia.

Dengan posisi sebagai referensi, optimisme IMF

dapat ditularkan secara luas melalui WEO dan

diharapkan memicu bekerjanya self-fulfilling

prophecy untuk mendorong dan mempercepat

proses pemulihan ekonomi global.

Namun demik ian , apab i l a ha l

ini memang menjadi strategi IMF untuk

mendorong pemulihan ekonomi global, IMF

juga mempertaruhkan kredibilitasnya apabila

ternyata proyeksinya tidak pernah tercapai.

Sisi negatifnya, semua pihak akan mendiskon

perkiraan outlook IMF.

Hal lain yang menarik dari pola proyeksi

IMF ini adalah revisi outlook negara maju di

2013 dan 2014 yang semakin menurun (slope

tetap negatif, namun semakin flat). Sebaliknya,

revisi outlook negara emerging di 2013 dan

2014 justru semakin tinggi (steep). Hal ini

mengimplikasikan kinerja negara emerging

yang lebih buruk dibanding negara maju,

sehingga prospek ekonominya menurun lebih

tajam.

Page 141: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Bab 5 - A r t i k e l

129

Tabel 1. Proyeksi Ekonomi Global

World Output 1/Advanced EconomiesUnited StatesEuro Area 2/

GermanyFranceItalySpain

JapanUnited KingdomCanadaOther Advances Economies 3/Emerging Market and Developing Economies 4/Commonwealth of Independent States

RussiaExcluding Russia

Emerging and Developing AsiaChinaIndia 5/ASEAN-5 6/

Emerging and Developing EuropeLa�n America and the Caribbean

BrazilMexico

Middle East, North Africa, Afghanistan, and PakistanSub-Saharan Africa

South AfricaMemorandumEuropean UnionLow-income Developing CountriesMiddle East and North AfricaWorld Growth Based on Market Exchange Rates

World Trade Volume (goods and services)Imports

Advanced EconomiesEmerging Market and Developing Economies

ExportsAdvanced EconomiesEmerging Market and Developing Economies

Commodity Price (U.S. Dollars)Oil 7/Nonfuel (average based in world commodity export weights)Consumer PricesAdvanced EconomiesEmerging Market and Developing Economies 4/London Interbank Offered Rate (percent)On U.S. Dollar Deposites (six-moth)On Euro Deposits (three-month)On Japanese Yen Deposits (six month)

3,21,42,8-0,70,90,0-2,4-1,61,40,31,71,95,03,43,43,36,77,74,76,21,43,11,03,94,24,92,5

-0,35,74,12,52,8

1,15,8

2,14,2

1,0-10,0

2,06,0

0,70,60,3

3,01,31,9-0,50,50,3-1,9-1,21,51,82,02,34,72,11,33,96,57,74,45,22,82,72,31,12,44,91,9

0,23,12,22,43,0

1,45,6

2,34,4

-0,9-1,2

1,45,8

0,40,20,2

3,62,22,81,21,71,00,60,91,42,92,33,04,92,31,35,36,77,55,44,92,42,51,83,03,05,42,3

1,66,33,23,14,3

3,55,2

4,25,0

0,7-3,5

1,55,5

0,40,30,2

3,92,33,01,51,61,51,11,01,02,52,43,25,33,12,35,76,87,36,45,42,93,02,73,54,45,52,7

1,86,54,53,35,3

4,56,3

4,86,5

-6,0-3,9

1,65,2

0,80,40,2

-0,10,00,00,10,20,10,00,3-0,30,40,00,0-0,2-0,3-0,61,20,00,00,0-0,2-0,5-0,4-0,50,0-0,1-0,7-0,5

0,2-0,3-0,20,0-0,1

0,1-0,7

0,2-0,4

0,42,7

-0,2-0,2

0,0-0,10,0

-0,10,00,00,10,10,00,00,20,00,30,00,0-0,10,1-0,21,40,00,00,0-0,2-0,2-0,3-0,20,0-0,4-0,3-0,6

0,10,1-0,50,00,1

0,3-0,1

0,1-0,1

-0,8-1,5

-0,1-0,1

0,3-0,20,0

3,32,12,60,51,40,8-0,9-0,22,52,72,72,94,81,31,1...

6,47,74,7...

3,61,91,90,6......

2,1

1,1......

2,8...

...

...

...

...

2,6-3,0

1,25,3

...

...

...

3,62,12,71,31,61,20,71,11,23,02,12,75,22,01,6...

6,77,65,7...

2,53,12,04,5......

2,1

1,7......

3,0...

...

...

...

...

-2,3-3,2

1,65,1

...

...

...

3,72,43,01,51,71,61,40,90,51,92,43,65,32,52,5...

6,87,26,5...

2,92,52,92.4......

3,0

1,7......

3,2...

...

...

...

...

-6,3-3,0

1,74,7

...

...

...

Sumber: IMF - WEO April 2014Note: Real effec�ve rates are assumed to remain constant at the levels prevailing during January 31-February 28, 2014. When economies are not listed alphabe�cally, they are ordered on the basis of economic size. The aggregated quarterly data are seasonally adjusted. Projec�on for Ukraine are excluded in the April 2014 WEO due to the ongoing crisis but were included in the January 2014 WEO Updated. Latvia is included in the advanced economies; in the January 2014 WEO Update, it was included in theemerging and developing economies.1/The quarterly es�mates and projec�on account for 90 percent of the world purchasing-power-parity weights.2/Excludes Latvia3/Excludes the G7 (Canada, France, Germany, Italy, Japan, United Kingdom, United States) and euro area countries but include Latvia.4/The quarterly es�mates and projec�ons account for approximately 80 percent of the emerging market and developing conomies.5/For India, data and forecast are presented on a fiscal year basis and output growth is based on GDP at market prices. Corresponding growth forecasts for GDP at factor costare 4.6, 5.4, and 6.4 percent for 2013, 2014, and 2015, respec�vely.6/Indonesia, Malaysia, Phillipines, Thailand, and Vietnam.7/Simple average of prices of U.K. Brent, Dubai Fateh, and West Texas Intermediate crude oil. The Average price of oil in U.S. Dollars was $104.07 in 2013; the assumedprice based on futures markets is $104.17 in 2014 and $97.92 in 2015.

Es�mates

2012 2013 2014 2015 2014 2015 2013 2014 2015

Projec�on

Year over Year Q4 over Q4

Projec�onDifference from

January 2014 WEO Update

Page 142: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

130

Jeratan Deflasi Kawasan Euro

Artikel 2

Oleh: Arief Adrianto Rasyid

Penurunan harga secara umum atau

deflasi merupakan fenomena ekonomi

yang umum terjadi pasca suatu negara

mengalami tekanan krisis. Kali ini, pergerakan

harga, permintaan, dan tingkat bunga di

Kawasan Euro mengindikasikan adanya gejala

deflasi tersebut. Pada kondisi normal, deflasi

merupakan sinyal positif membaiknya efisiensi

produksi. Namun, bagi negara yang masih

melakukan pemulihan ekonomi, deflasi cukup

mengganggu karena menaikkan suku bunga

dan nilai utang riil, yang dapat menghambat

konsumsi dan investasi. Pada titik ini, ekonomi

sangat berisiko masuk ke dalam jeratan deflasi

yang semakin dalam. Pengalaman dari AS dan

Jepang memperlihatkan bahwa deflasi harus

dilawan dengan komitmen yang kuat dari

pemerintah untuk membangun ekspektasi

mengenai cerahnya masa depan ekonomi.

Bagaimana dengan Kawasan Euro, akankah

kawasan ini masuk dalam jerat deflasi tersebut,

dan bagaimana sikap otoritas setempat?

PENDAHULUAN

Ungkapan “too much good thing is

definitely bad” sepertinya dapat mewakili

kekhawatiran terhadap melemahnya harga-

harga barang yang terjadi di Kawasan

Euro. Jika banyak negara mengharapkan

inflasi yang rendah, tidak demikian halnya

di Kawasan Euro. Inflasi yang rendah dan

terus menurun justru menimbulkan keraguan

terhadap prospek ekonomi kawasan tersebut.

Pascakrisis finansial global 2008, tren inflasi

Kawasan Euro terus menurun, dari 2,7% di

2011 menjadi 0,8% di akhir 2013. Bahkan,

di TW1-14 pelemahan inflasi masih terus

berlangsung dan mencapai level terendah

0,5% (Grafik 1). Jika ini terus berlangsung

maka pertumbuhan harga dikhawatirkan

akan masuk pada zona negatif atau deflasi.

Di tahap ini, penurunan harga bukan hanya

menjadi sinyal pelemahan ekonomi, namun

menjadi hambatan pemulihan ekonomi yang

sedang berlangsung.

Deflasi sebenarnya tidak selalu terkait

dengan buruknya performa ekonomi.

Fenomena ini juga bisa merupakan cerminan

dari kemajuan teknologi produksi (technological

progress), sehingga dapat memangkas biaya-

biaya dan harga jual barang. Namun, kasus ini

sangatlah berbeda dengan kasus deflasi yang

didahului oleh krisis ekonomi.

Page 143: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Bab 5 - A r t i k e l

131

1 Bunga dalam arti barang. Misalnya bunga riil 10%, maka 10% bunga riil untuk 100 kg beras adalah 10 kg beras.

Deflasi Sebagai Stabilisator Ekonomi

Dalam kondisi yang normal, deflasi

dapat menjadi stabilisator ekonomi dengan

menolong penurunan pendapatan nasional

kembali kepada keseimbangannya. Misalnya,

sebuah kejutan negatif (negative shock) telah

menurunkan pendapatan nasional dan tingkat

harga (deflasi). Penurunan harga membuat

nilai uang secara riil menjadi lebih tinggi dan

tingkat bunga nominal (bunga yang ada di

pasar uang) lebih rendah. Kondisi ini kemudian

mendorong naiknya investasi dan konsumsi

masyarakat sehingga pendapatan kembali

ke posisi semula (keseimbangan). Dalam

kondisi krisis dimana suku bunga mendekati

nol, deflasi tidak mendorong konsumsi dan

investasi oleh karena prospek ekonomi yang

gloomy, sehingga konsumen cenderung

menahan konsumsi untuk berjaga-jaga

terhadap kondisi yang lebih buruk.

Perangkap Likuiditas dan Jeratan Deflasi

Suku bunga nominal yang sangat

rendah biasa terjadi pascakrisis yang besar.

Bank sentral umumnya melakukan kebijakan

moneter longgar untuk menstimulasi ekonomi

dengan memangkas tingkat bunga. Hingga

pada suatu titik, suku bunga nominal tidak

dapat lagi diturunkan karena mendekati nol

(lower zero bound). Keynes menyebut kondisi

ini sebagai perangkap likuiditas (liquidity trap),

di mana kebijakan moneter tidak efektif lagi

dalam mendorong aktivitas ekonomi untuk

keluar dari krisis.

Alih-alih menurunkan suku bunga,

deflasi pada kondisi liquidity trap justru

meningkatkan suku bunga secara riil.1 Kenaikan

ini di satu sisi meningkatkan nilai aset bagi

penabung, namun di sisi lain meningkatkan

beban utang bagi debitur (orang yang

berutang). Melambungnya nilai aset riil bagi

Grafik 1. Inflasi Kawasan Euro Grafik 2. PDB Kawasan Euro

�����������������������������

�����������

������

�����������������

���

���

���

���

���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� �

�����������������

����

����

����

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

Page 144: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

132

penabung akan menambah stimulus untuk

lebih banyak menabung, dan tidak mendorong

konsumsi atau investasi. Sebaliknya, kenaikan

tingkat bunga riil menyebabkan beban utang

yang lebih tinggi bagi debitur. Akibatnya,

alokasi untuk membayar utang meningkat

dan alokasi konsumsi (dan investasi) justru

menurun. Dengan demikian, kedua hal

tersebut menahan laju konsumsi dan investasi

(pemintaan). Menurunnya permintaan lebih

jauh lagi akan memicu deflasi yang lebih

dalam, dan serterusnya semakin menekan

konsumsi dan investasi, sehingga ekonomi

masuk dalam jeratan deflasi atau deflationary

spiral.

Kasus Deflasi: Great Depression dan Lost

Decades

Paling tidak ada dua kasus besar

deflasi dalam sejarah ekonomi modern, yaitu

Great Depression di Amerika Serikat (AS)

dan “dekade yang hilang” (lost decades) di

Jepang. Great depression merupakan contoh

nyata bagaimana deflasi dapat terjadi setelah

krisis ekonomi yang sangat dalam. Sementara,

kasus lost decades menjelaskan fenomena

liquidity trap di Jepang, yang didahului dari

upaya memperlemah mata uang Jepang

(JPY) sehingga suku bunga nominal berada

pada batas bawahnya. Hingga saat ini Jepang

masih berusaha keluar dari belenggu stagnasi

ekonomi dengan meluncurkan berbagai

program perbaikan struktural yang dikemas

dalam program Abenomics.

Kemungkinan Kawasan Euro Masuk ke

dalam Zona Deflasi

Kawasan Euro telah menunjukkan

gejala-gejala yang mengarah pada fenomena

deflasi. Inflasi di kawasan tersebut cukup

rendah dan cenderung terus menurun,

tingkat bunga juga mendekati batas bawah

(0,25%), recovery berjalan dengan lambat,

dan permintaan juga belum solid. Namun

demikian, analisis deflasi terhadap wilayah

ini agak sedikit unik dibandingkan kasus

deflasi lainnya. Kawasan Euro sangatlah

heterogen dengan perbedaan yang cukup

mencolok antara kawasan inti yang kinerja

ekonominya lebih baik dan periferal yang

masih harus berjuang untuk keluar dari resesi

ekonomi. Disparitas ekonomi antara kawasan

inti dan periferal menjadikan asesmen harus

dilakukan secara berhati-hati untuk dapat

menarik sebuah kesimpulan secara konklusif

dan tepat.

Konsumsi di negara-negara periferal

masih lemah sekalipun tingkat harga relatif

rendah. Sebaliknya, kinerja negara inti

(terutama Jerman) terus membaik dengan

aktivitas produksi yang cenderung meningkat.

Dengan integrasi perdagangan yang kuat,

perbaikan produksi membuat pasokan barang

melimpah di seluruh Euro. Kombinasi antara

pasokan yang membaik dan konsumsi yang

masih lemah terus memberikan tekanan

pada harga untuk turun lebih rendah lagi.

Hal ini secara umum tercermin pada data

terkini. Meskipun membaik dalam beberapa

periode terakhir, konsumsi Kawasan Euro

Page 145: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Bab 5 - A r t i k e l

133

masih terlihat rapuh. Konsumsi di kawasan

inti secara umum sudah berada di zona

ekspansi (Grafik 4 kiri). Sebaliknya, konsumsi di

kawasan periferal masih terkontraksi dengan

magnitude yang relatif besar (Grafik 4 kanan).

Secara keseluruhan, konsumsi Kawasan Euro

meningkat namun dengan pace yang lebih

moderat (Grafik 5). Konsumsi yang meningkat

terbatas di saat harga bergerak menurun

(inelastis) mengindikasikan kurva permintaan

yang relatif curam (steep).

Grafik 3. Indikator Konsumsi

Grafik 4. Penjualan Eceran Kawasan Inti dan Periferal

Grafik 5. Penjualan Eceran Jerman dan Kawasan Euro

������ ������

���

���

���

���

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����

���

���

���

���

���

��

��

� � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

��������������������������������

����������������������������������

��������������������

������������������������

�����������������

������

�����

����

����

����

����

����

���

���

���

�����������������

�������� ���� ���� ���� ����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

������

��������

���������

������

�����

����

����

����

����

����

���

���

���

���������

���� ���� ���� ���� ����

�����������������

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���������������������

���������������

������

��

��

��

��

�����������������

���� ���� ����

�������������������������������

� � � �� � � � ��

Kondisi sisi penawaran sedikit berbeda

dengan sisi permintaan. Purchasing Manager

Index (PMI), sebagai indikator produksi, terus

terekspansi sejak pertengahan 2013. Berbeda

dengan sisi permintaan yang lebih kaku,

sisi penawaran (pasokan) di Kawasan Euro

diduga lebih sensitif terhadap harga yang

mengindikasikan kurva pasokan yang lebih

Page 146: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

134

datar (flat). Dengan demikian, inflasi yang

menurun tetap dapat mendorong kenaikan

produksi yang relatif lebih besar dibanding

perubahan konsumsi. Ekses pasokan (produksi)

dapat diserap oleh permintaan ekspor ke

luar kawasan, dan seandainya tidak diekspor

harga (inflasi) akan semakin menurun yang

mengindikasikan terjadinya deflation spiral.

Peranan Jerman dalam Pasokan Kawasan

Euro

Jerman memiliki peranan signifikan

terhadap peningkatan produksi kawasan.

Dengan lalu lintas perdagangan yang bebas

dalam kawasan, peningkatan surplus produksi

di Jerman dapat dengan mudah menyebar

ke seluruh Kawasan Euro. Lebih dari 50%

Grafik 6. Purchasing Manager Index

Grafik 7.Produksi Industri Inti dan Periferal

������

��������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

�����������������

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � �

�������������

��������������������������

������

�����

����

���

���

����

����

����

���� ���� ���� ����

�����������������

� � � � �� � � � �� � � � ��

������

��������

���������

������

�����

����

���

���

����

����

���������

���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � ��

�����������������

���������������������

���������������

Page 147: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Bab 5 - A r t i k e l

135

produk ekspor Jerman diserap oleh negara

lain di Kawasan Eropa (Grafik 9). Jika pasokan

kawasan membaik, sementara permintaan

masih lemah, potensi deflasi akan semakin

kuat.

A p r e s i a s i E u r o y a n g K u r a n g

Menguntungkan

Selain itu, tren apresiasi Euro sejak

2012 juga kurang menguntungkan Kawasan

Grafik 8. Neraca Perdagangan Jerman

Grafik 10. Nilai Tukar Euro

Grafik 11. Suku Bunga Refinancing Rate

������

�����������������

����������

��

��

��

��

��

�����

�����

���

����

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

�����������������������������������������������

Grafik 9. Tujuan Ekspor Jerman

��������������������������

����������

��

���

���

���

���

���

���

����������

��

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���� ���� ���� ����

Euro dalam meredam gejala deflasi. Meskipun

suku bunga kebijakan Euro terus diturunkan

hingga berada di ambang lower zero bound

(0,25%), nilai tukar terus terapresiasi. Apresiasi

Euro tersebut diantaranya diakibatkan oleh

surplus transaksi perdagangan yang dimotori

oleh Jerman. Akibatnya, harga barang impor

menurun di pasar domestik dan mendorong

inflasi semakin melemah dan menuju deflasi.

���

����

���

����

���

����

���

����

���

����

������������

�����������������

���� ���� ���� ���� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� ��

�����������������

Page 148: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

136

Peranan Kebijakan

Dalam situasi bunga mendekati nol,

stimulus fiskal secara teoritis merupakan cara

yang paling efektif untuk melawan risiko jeratan

deflasi. Stimulus fiskal dapat lebih ampuh

mendorong berkembangnya permintaan

agregat karena didukung melimpahnya

likuiditas di pasar uang. Kendalanya, saat ini

Kawasan Euro sedang intensif melakukan

upaya konsolidasi fiskal akibat ekspansi fiskal

yang berlebihan pada periode sebelumnya.

Dengan kondisi ini, ekspansi atau tambahan

stimulus fiskal sangat sulit diharapkan,

terutama dari sisi politis.

Di sisi lain, kebijakan moneter sudah

mendekati ambang batasnya. Suku bunga

kebijakan (refinancing rate) sudah mendekati

nol, sementara bunga deposit bank sentral

sudah nol. Bank Sentral Eropa (ECB) tengah

bersiap untuk melakukan kebijan moneter

unconventional melalui quantitative easing

(QE) atau menambah uang beredar melalui

pembelian surat-surat berharga. Amunisi

lainnya yang disiapkan adalah penetapan

tingkat bunga negatif untuk mendorong

kredit.

Namun demikian, berdasarkan fakta

historis, kedua cara tersebut masih belum

terbukti efektivitasnya. Pascakrisis, AS dan

Jepang telah melakukan QE dalam jumlah yang

cukup besar. Meskipun mengalami kemajuan,

konsumsi belum cukup kuat dan tingkat harga

belum masuk ke zona target inflasi (2%) di

kedua negara. Sebaliknya, pelaksanaan QE

di Kawasan Euro dikhawatirkan hanya akan

memperparah sistem keuangan karena sisi

sektor riil sebagai pengguna dana masih belum

pulih. Penggelontoran likuiditas besar-besaran

dikhawatirkan menyebabkan ekses likuiditas,

tidak hanya di Kawasan Euro namun juga di

perekonomian global.

Sementara, untuk kebijakan suku

bunga negatif belum ditemui kisah sukses

hingga saat ini. Suku bunga negatif hanya

menjadi wacana lama di perekonomian Jepang

untuk mengatasi lost decades. Secara teoritis,

suku bunga negatif dapat menjadi solusi

alternatif untuk mendorong penggunaan dana

di sektor riil. Namun, efeknya dikhawatirkan

dapat merusak pasar uang yang hidup dari

pendapatan bunga.

Alternatif lain yang juga muncul adalah

intervensi langsung ECB di pasar valas untuk

memperlemah nilai tukar Euro (devaluasi).

Dengan devaluasi mata uang, inflasi barang

impor (imported inflation) akan muncul. Jika

cukup kuat, tekanan ini diharapkan mampu

menghambat pelemahan harga. Namun

demikian, kebijakan ini dapat dinilai sebagai

ancaman bagi kompetitor Kawasan Euro dan

dapat memicu currency war sebagai balasan

dari negara mitra dagang.

PENUTUP

Seperti telah dikemukakan, paling

tidak dunia telah mengalami dua episode

deflasi besar dalam sejarah ekonomi modern,

Great Depression di AS dan Lost Decades

di Jepang. Deflasi pada Great Depression di

Page 149: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Bab 5 - A r t i k e l

137

mulai dari 1929 dan berakhir pada 1934.

Sebagian ekonom belum dapat menyimpulkan

dengan jelas mengenai kebijakan atau kondisi

yang menyebabkan berakhirnya periode

deflasi tersebut. Namun, fakta sejarah telah

menunjukkan kebijakan ekonomi telah diambil

Pemerintah AS persis sebelum era deflasi

berakhir.

Deflasi AS berakhir setelah terpilihnya

Franklin D. Roosevelt pada tahun 1933.

Diyakini bahwa terpilihnya Presiden Roosevelt

membangkitkan semangat baru mengenai

masa depan ekonomi AS sehingga memperbaiki

ekspektasi konsumsi masyarakat. Dalam

bindang industri, pemerintah menerapkan

kebijakan “persaingan teratur” atau “orderly

competition.” Melalui kebijakan tersebut,

pemerintah AS menaikkan upah minimum

meskipun pengangguran sedang melimpah.

Pemerintah juga menjamin laba perusahaan

akan naik lebih tinggi dengan persaingan

teratur tersebut sehingga memicu semangat

berproduksi yang lebih baik.

Di Jepang, kebijakan anti deflasi

dilakukan melalui paket kebijakan Abenomics

setelah terpilihnya Perdana Menteri Shinzo

Abe di 2012. Kebijakan ini diluncurkan

dalam tiga tahapan (the three arrows)

yang meliputi: stimulus moneter, fiskal,

dan reformasi struktural. Stimulus moneter

dilakukan dengan Quantitative-Qualitative

Easing (QQE) dalam bentuk pembelian surat-

surat berharga (SSB) dalam jumlah yang besar

(quantitative) dan perpanjangan tenor SSB

tersebut (qualitative). Stimulus fiskal juga

dilakukan namun terkendala utang fiskal

yang terlajur membengkak (lebih dari 200%

dari PDB). Sebagai tahapan terakhir, third

arrow bertujuan untuk memperbaiki mesin

pertumbuhan Jepang di area pertanian,

ketenagakerjaan, kesehatan, dan tingkat

partisipasi tenaga kerja perempuan.

Terlepas dari kontroversi mengenai

efektivitas kebijakan ini, berbagai kemajuan

telah dicapai. Inflasi Jepang meningkat cukup

progresif dari minus 0,9% pada Maret 2013

menjadi 1,6% pada Maret 2014. Kemajuan

juga terlihat pada pertumbuhan ekonominya,

dari 0% di TW1-13 menjadi 2,6% pada

TW1-14.

Sementara AS dan Jepang telah

melakukan semacam kebijakan anti-deflasi

dengan komitmen yang sangat kuat dari

pemerintah, Kawasan Euro saat ini belum

terlihat memiliki satu strategi khusus untuk

melawan risiko jerat deflasi. Bahkan, beberapa

pejabat Kawasan Euro yakin bahwa penurunan

harga hanya bersifat sementara dan tidak

mengarah pada deflasi. Pada prinsipnya,

masuk atau tidaknya Kawasan Euro ke

zona deflasi akan sangat tergantung pada

kemampuan kawasan tersebut dalam

mendorong konsumsi.

Page 150: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

138

Menakar Dampak Krisis Ukraina

Artikel 3

Oleh: Diah Indira

Perbaikan ekonomi global yang masih

tertatih-tatih kembali dihadapkan pada risiko

geopolitik yang berpotensi menghambat

pemulihan. Salah satu risiko geopolitik

yang menjadi sorotan adalah meningkatnya

ketegangan antara Rusia dan Ukraina,

yang menimbulkan kekhawatiran terjadinya

perang dingin ke II antara Barat dan Timur.

Sejauh ini, sanksi yang diberikan kepada

Rusia masih bersifat terbatas dan belum

berdampak signifikan pada ekonomi global.

Namun tidak tertutup kemungkinan krisis

akan semakin tereskalasi jika masing-masing

pihak tidak mencapai kesepakatan terbaik.

Ketegangan di kawasan Timur Eropa tersebut

telah menjadi perhatian IMF dan diungkapkan

dalam WEO April 2014. Tulisan singkat ini

ditujukan untuk memberikan gambaran

mengenai latar belakang terjadinya krisis

Ukraina dan menganalisis dampaknya kepada

perekonomian global.

Bagaimana krisis Ukraina terjadi?

Krisis geopolitik Ukraina diawali

oleh pembatalan perjanjian kerja sama

(Association Agreement atau AA) dengan

European Union (EU) oleh Pemerintah Ukraina

secara sepihak pada 21 November 2013.

Alih-alih meningkatkan kerja sama dengan

Kawasan Euro, Ukraina justru memilih

untuk meningkatkan kerja sama ekonomi

dengan Rusia beserta blok perdagangannya.

Keputusan Ukraina tersebut dipengaruhi

oleh pertimbangan politik – mendekatkan

diri kepada Rusia – dan ketidakmampuan

memenuhi persyaratan yang diajukan EU

untuk penandatanganan AA.2

Penyusunan AA EU-Ukraina merupakan

kesepakatan para pemimpin EU (Nicholas

Sarkozy dan José Manuel Durão Barroso)

dengan Ukraina (Viktor Yushchenko) pada EU-

Ukraine Paris Summit (9 September 2008). AA

tersebut akan menjadi framework institusional

dalam rangka meningkatkan kerja sama politik

serta integrasi ekonomi Ukraina dengan EU.3

2 Persyaratan yang harus dipenuhi antara lain reformasi di bidang hukum (UU pemilu, reformasi lembaga kepolisian, reformasi konstitusi, penanganan korupsi), persiapan free trade area dengan EU, reformasi keuangan publik, dan investasi.

3 Draft AA setebal 1200 halaman berisi langkah-langkah konkrit untuk mendukung reformasi Ukraina, pertumbuhan ekonomi, tata kelola, serta kerja sama di lebih dari 30 sektor. Salah satu bagian penting dari AA tersebut adalah mengenai Deep and Comprehensive FTA (DCFTA) yang diyakini akan mendukung penciptaan peluang usaha, serta integrasi dan modernisasi ekonomi di kedua pihak.

Page 151: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Bab 5 - A r t i k e l

139

4 Rusia bersama Kazakhstan dan Belarus telah membentuk blok perdagangan pada 1 Januari 2010.

5 Referendum berlangsung tanggal 16 Maret 2014.

Penandatanganan AA seharusnya dilakukan

pada Eastern Partnership Summit, 28-29

November 2013, di Vilnius (Lithuania).

Secara implisit Ukraina mengakui

bahwa penarikan diri Ukraina diakibatkan oleh

desakan Rusia yang keberatan atas ‘kedekatan’

Ukraina dengan EU. Negara Beruang Merah

tersebut menginginkan Ukraina bergabung

dengan blok perdagangan (custom union)

yang telah dibentuk Rusia, sebagai tandingan

EU4. Pengunduran diri Pemerintah Ukraina dari

negosiasi dengan EU menyulut kekecewaan

dan protes di kalangan oposisi melalui

demonstrasi massa. Kalangan oposan yang

mewakili elit bisnis dan kalangan menengah

berpandangan bahwa peningkatan kerja

sama dengan EU akan lebih menguntungkan

Ukraina. Protes yang terus memuncak berujung

pada pendudukan kantor pemerintah sehingga

memaksa Presiden Yanukovych melarikan diri

ke Rusia dan dimakzulkan oleh parlemen.

Pemerintah Ukraina setelah itu dijalankan oleh

pemerintahan interim baru, dengan Arseniy

Yatsenyuk sebagai Perdana Menteri dan

Oleksandr Turchinov sebagai Presiden.

Beralihnya tampuk pemerintahan ke

tangan oposisi menimbulkan gelombang

protes masyarakat Pro-Rusia terutama di

semenanjung Crimea dan berujung pada

pelaksanaan referendum. Hasil referendum5

menunjukkan sekitar 97% warga Crimea

memilih memisahkan diri dari Ukraina dan

bergabung dengan Rusia. Crimea yang

berbatasan dengan Laut Hitam merupakan

wilayah yang sangat strategis bagi Rusia

karena merupakan lokasi pangkalan angkatan

laut Rusia. Rusia menyewa pangkalan angkatan

laut ‘Sevastopol’ di Crimea, Ukraina, dengan

membayar sekitar USD98 juta per tahun.

Sebagai kompensasi, Rusia memberikan

potongan harga untuk penjualan gas senilai

USD100 per-ton kepada Ukraina.

Pasca-referendum, Crimea mulai

mengadopsi rubel sebagai mata uang

nasional dan mata uang Ukraina ‘hryvnia’

akan ditarik secara bertahap hingga 2016.

Parlemen Crimea menyatakan bahwa seluruh

properti pemerintah Ukraina di Crimea akan

dinasionalisasi dan menjadi aset Republik

Crimea. Referendum Crimea tersebut telah

menjadi preseden buruk bagi kesatuan

Ukraina. Kini sejumlah wilayah lainnya

yang berpenduduk mayoritas Pro-Rusia

akan mengikuti jejak Crimea dan menuntut

dilakukannya referendum.

Sanksi terhadap Rusia

Sejak bergulirnya krisis Ukraina,

sejumlah upaya telah dilakukan AS dan Eropa

untuk menghambat langkah Rusia. Aksi

tersebut diawali dengan penundaan dialog

kerja sama ekonomi antara EU dan Rusia,

menunda persiapan meeting G8 summit di

Sochi, Rusia, yang rencananya diselenggarakan

pada Juli 2014 dan bahkan mengeluarkan

Rusia dari keanggotaan negara G8. AS dan

Eropa telah membekukan aset sejumlah

pejabat Rusia dan Ukraina dan melarang

Page 152: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

140

pemberian visa kepada mereka. Selain itu,

NATO telah menunda seluruh kerja sama

sipil dan militer dengan Rusia sejak 1 April

2014, dan meningkatkan kerja sama dengan

Ukraina. NASA juga menunda kerja sama

dengan Rusia, kecuali untuk tugas menjaga

keamanan dan kelanjutan operasi stasiun

luar angkasa internasional. AS dan Eropa

menegaskan akan meningkatkan sanksi jika

Rusia tidak menghentikan upaya militer di

wilayah Ukraina.

Merespon berbagai sanksi dari AS dan EU,

Rusia mengumumkan tidak akan mengizinkan

AS menggunakan motor roket buatan Rusia

untuk kepentingan peluncuran satelit militer

ke ruang angkasa. Moskow juga menyatakan

tidak akan memperpanjang penggunaan

Stasiun Ruang Angkasa Internasional6 setelah

tahun 2020, sebagaimana diminta oleh

AS. Sanksi yang diberikan AS dan Eropa

terbilang sangat ringan dibandingkan sanksi

kepada negara lainnya seperti Iran7. Tingginya

keterkaitan ekonomi Eropa kepada Rusia8 baik

melalui jalur perdagangan maupun keuangan

menjadi penyebab utama relatif ringannya

sanksi tersebut.

Implikasi Krisis Bagi Rusia dan Ukraina

Perebutan pengaruh Timur dan Barat

dalam kasus Ukraina menimbulkan gejolak

di pasar keuangan Rusia. Sejak angkatan

bersenjata Rusia menduduki Crimea pada 28

Februari 2014, indeks saham Moscow turun

drastis ke level terendah, dan ditengarai sekitar

50 perusahaan mengalami kerugian senilai

USD110 miliar. Nilai tukar Rubel terhadap

dolar AS juga terdepresiasi cukup dalam yaitu

sekitar 10% dibandingkan posisi awal tahun

2014. Sejalan dengan itu, capital outflow

diperkirakan mencapai USD70 miliar pada

kuartal 1-2014 dan berpotensi menyebabkan

Rusia mengalami resesi akibat menurunnya

permintaan domestik dan ketidakpastian

kondisi keuangan.

Sebelum merebaknya krisis Ukraina,

ekonomi Rusia telah mengalami masalah

pertumbuhan ekonomi rendah sejak tahun

2009. PDB periode TW3-13 hanya tumbuh

1,2% yoy seiring dengan belanja pemerintah

dan investasi yang lemah. Bahkan terdapat

kekhawatiran kapasitas utilisasi sektor industri

kembali pada level sebelum krisis 2008 yang

relatif rendah. Di sisi lain, struktur eksternal

Rusia memiliki ketergantungan yang sangat

tinggi pada ekspor energi. Pangsa ekspor

bahan bakar mineral termasuk minyak

mendominasi sekitar 57,9% dari total ekspor

Rusia. Krisis berkepanjangan akan menggerus

ekspor Rusia sehingga pertumbuhan PDB akan

semakin tertekan. Situasi Rusia telah menjadi

perhatian Moody’s yang mempertimbangkan

untuk menurunkan rating Rusia dari level saat

6 International Space Station (ISS) dioperasikan oleh Amerika Serikat, Rusia dan sejumlah negara lain, dan berada di orbit sejak 1998.

7 Sanksi terhadap Iran antara lain membekukan aset minyak, ekspor minyak tertentu adan melumbpuhkan sektor perbankan.

8 London dan Manhattan oversupply dana Rusia, kebutuhan gas Jerman yang besar dan Perancis dapat mengalami kerugian, Perancis akan kehilangan kontrak pertahanan yang menguntungkan.

Page 153: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Bab 5 - A r t i k e l

141

9 PDB Ukraina TW1-14 terkontraksi 1,1% yoy. Inflasi bulan April tumbuh 6,9%, naik signifikan dari 3,4% (Maret). Rasio Utang pemerintah terhadap PDB sebesar 41%.

10 Gazprom menaikkan harga gas ke Ukraina sebesar 81% menjadi USD485,5 dari sebelumnya USD268,50 per 1.000 meter kubik.

ini Baa1 (review for downgrade). Moody’s

akan menitikberatkan assessment dampak

krisis Rusia-Ukraina pada aspek pertumbuhan

ekonomi, keuangan pemerintah dan aspek

lainnya.

Bagi Ukraina, eskalasi krisis menimbulkan

ancaman krisis ekonomi dengan pertumbuhan

ekonomi yang terkontraksi, kenaikan inflasi,

dan jeratan utang9. Meski AS, Eropa dan

IMF telah mengucurkan bantuan keuangan,

namun tidak akan memadai untuk mengatasi

permasalahan di Ukraina. IMF telah meminta

Ukraina untuk menghapus subsidi gas dan

bahan bakar di saat harga impor komoditas

tersebut meningkat tinggi. Pemerintah juga

akan menaikkan pajak untuk mendongkrak

penerimaan negara, merampingkan birokrasi

dan menurunkan anggaran pensiun. Semua

langkah tersebut pada akhirnya akan

Grafik 1. PDB Rusia Grafik 2. Nilai Tukar dan Saham Rusia

������ ������

��

��

��

�������� �������������������

�������������������� ���������������������������������������� ������������

���

��

��

��

��

��

��

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ����

�����������������

��

��

��

��

��

��

��

����

����

����

����

����

����

����

����

�����������������������������

�����������������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���� ����

menurunkan kesejahteraan masyarakat

Ukraina.

Ukraina juga memiliki ketergantungan

yang tinggi terhadap pasokan gas dari Rusia,

dan selama ini memperoleh keringanan

harga. Dengan terjadinya krisis ini, Rusia

telah menaikkan harga jual gas sekitar 81%

dari harga awal10. Bahkan, Rusia mengancam

untuk meminta pembayaran dimuka atas

pembelian gas dari Ukraina, seiring dengan

utang gas Ukraina yang telah mencapai USD3,5

miliar. Merespon berbagai permasalahan di

Ukraina, Moody’s menurunkan rating negara

tersebut menjadi Caa3 dari Caa2 dengan

outlook negative. Penurunan rating juga

dilatarbelakangi oleh meningka risiko likuiditas

seiring dengan penurunan cadangan devisa,

penarikan bantuan keuangan dari Rusia dan

kenaikan harga impor gas.

Page 154: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

142

Dampak Krisis bagi perekonomian

global

K r i s i s t e r s e b u t m e n i m b u l k a n

kekhawatiran terhadap proses pemulihan

ekonomi global – terutama Kawasan Euro

– yang sedang berjalan. Bahkan IMF dalam

rilis WEO April 2014 telah memasukkan

risiko geopolitik Ukraina sebagai salah satu

hambatan perekonomian global yang harus

diwaspadai. Dampak rambatan krisis dapat

terjadi baik melalui jalur keuangan maupun

jalur perdagangan. Spillover negatif terutama

akan dialami oleh Kawasan Euro yang

merupakan negara mitra dagang utama Rusia.

Sekitar 43,6% ekspor Rusia ditujukan kepada

negara-negara Eropa. Kawasan Euro juga

sangat bergantung pada pasokan gas dari

Rusia yaitu sekitar 30% dari total kebutuhan

gas Eropa dan setengahnya disalurkan melalui

Ukraina. Di sisi lain, 35% impor Rusia berasal

dari Eropa. Hubungan keuangan Rusia dan

Eropa juga cukup erat. Sebagian besar aliran

dana inflow dan outflow Rusia yaitu sekitar

70% berasal dari dan mengalir ke Eropa.

Instabilitas di Ukraina juga berpotensi

menimbulkan aksi pelarian modal dari negara

berkembang. Perilaku menghindari risiko oleh

investor semakin kuat seiring dilakukannya

pengurangan stimulus moneter AS. Selain

di sektor keuangan, krisis juga memicu

kenaikan harga komoditas gas dan minyak,

akibat terganggunya proses produksi dan

transportasi. Harga gandum dan jagung juga

akan meningkat karena Ukraina merupakan

eksportir utama produk tersebut di dunia.

Sejauh ini dampak krisis Ukraina bagi

Indonesia dan kawasan Asia masih terbatas.

Namun demikian tidak tertutup kemungkinan

akan terkena dampak second round effect

j ika krisis tersebut telah mengganggu

perekonomian Eropa ataupun AS. Oleh

karena itu, perkembangan krisis di Ukraina

perlu terus dimonitor perkembangannya agar

dapat dilakukan tindakan preventif pada saat

yang tepat.

Page 155: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

L a m p i r a n

143

L a m p i r a n

Page 156: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

144

Tabel 1. Produk Domestik Bruto

Negara 2008 2009 2010 2011 2012

(%, yoy)

Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast April 2014 Keterangan: Cetak miring adalah angka proyeksi dari Consensus Forecast April 2014 Tanda (-): data belum keluar

2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1

2012

Amerika

Amerika Serikat 1,1 -2,4 2,5 1,9 2,8 1,6 2,7 3,0 2,8 2,0 1,9 1,5 2,0 3,3 2,8 3,1 2,0 1,3 1,6 2,0 2,6 2,3

Argentina 7,0 0,9 9,1 8,7 1,1 5,1 12,1 10,5 8,7 10,7 8,1 8,5 7,3 4,6 -1,5 0,2 0,9 1,5 5,5 3,5 1,4 -

Brazil 5,1 -0,2 7,6 2,8 1,0 9,3 8,8 6,9 5,3 4,2 3,3 2,1 1,4 0,8 0,6 0,9 1,8 1,8 3,3 2,2 1,9 -

Chili 3,2 -1,5 5,7 5,8 5,5 2,5 6,5 7,4 6,5 9,21 5,5 3,21 5,3 4,9 5,8 5,9 5,2 5,5 3,7 4,9 2,6 2,0

Meksiko 1,3 -6,5 5,1 4,0 3,9 3,7 6,7 5,4 4,6 4,4 3,2 4,1 4,2 4,8 4,4 3,1 3,3 0,6 1,6 1,4 0,7 -

Asia Pasifik

Australia 2,3 1,3 2,3 2,6 3,6 2,0 2,2 2,3 2,5 1,7 2,5 3,2 2,9 4,6 3,8 3,2 2,8 2,1 2,4 2,4 2,8 2,9

Tiongkok 9,0 8,7 10,4 9,3 7,7 11,9 10,3 9,6 9,8 9,7 9,5 9,1 8,9 7,9 7,6 7,4 7,9 7,7 7,5 7,8 7,7 7,4

India 7,3 5,7 9,4 7,7 4,8 11,4 9,1 8,2 8,7 9,6 7,6 7,0 6,5 5,8 4,5 4,6 4,4 4,4 4,4 4,8 4,7 4,9

Jepang -0,7 -5,2 4,7 -0,5 1,5 4,9 4,4 6,0 3,3 0,0 -1,5 -0,5 0,1 3,2 3,2 -0,2 -0,3 0,1 1,3 2,4 2,5 3,0

Korea Selatan 2,2 0,2 6,5 3,7 2,3 7,2 7,4 5,4 6,0 4,9 3,6 3,3 3,1 2,6 2,4 2,1 2,1 2,1 2,7 3,4 3,7 3,9

ASEAN-6

Indonesia 6,1 4,5 6,2 6,5 6,3 6,0 6,3 5,8 6,8 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,0 5,8 5,6 5,7 5,2

Malaysia 4,6 -1,7 7,6 5,1 5,6 10,3 9,4 5,5 5,0 5,2 4,3 5,7 5,3 5,1 5,6 5,3 6,5 4,1 4,4 5,0 5,1 6,2

Filipina 4,6 0,9 7,7 3,7 6,8 8,4 8,9 7,3 6,1 4,6 3,2 3,0 3,8 6,5 6,3 7,3 7,1 7,7 7,6 6,9 6,5 6,2

Singapura 1,1 -2,0 15,4 5,3 2,5 17,6 18,8 10,7 14,3 9,9 1,8 5,7 3,6 2,8 3,2 1,1 2,9 1,5 4,0 5,0 4,9 4,9

Thailand 2,6 -2,3 7,9 0,2 6,8 12,0 9,2 6,6 3,8 3,2 2,7 3,7 -8,9 0,4 4,4 3,1 19,1 5,4 2,9 2,7 0,6 -0,6

Vietnam 6,2 5,3 6,3 5,7 4,5 5,8 6,2 6,5 6,8 5,4 5,6 5,8 5,9 4,0 4,4 4,7 5,0 4,8 4,9 5,1 5,4 5,0

Eropa

Kawasan Euro 0,6 -4,1 1,9 1,7 -0,6 1,0 2,2 2,2 2,3 2,7 1,8 1,4 0,7 -0,2 -0,5 -0,7 -1,0 -1,1 -0,6 -0,3 0,5 0,9

Inggris 0,7 -4,9 1,6 1,2 0,3 0,5 1,9 2,3 1,7 1,7 0,8 1,0 1,1 0,6 0,1 0,2 0,1 0,5 1,7 1,8 2,7 3,1

Russia 5,6 -7,9 4,5 4,2 3,6 4,1 5,0 3,8 5,1 3,3 3,3 5,0 5,2 4,9 4,3 3,0 2,0 0,8 1,0 1,3 2,0 0,9

Turki 0,7 -4,8 9,4 8,9 2,2 12,6 10,4 5,3 9,3 12,4 9,3 8,7 5,3 3,1 2,7 1,5 1,3 2,9 4,5 4,3 4,4 -

Afrika

Afrika Selatan 3,8 -1,8 3,1 3,6 2,5 2,3 3,4 3,4 3,4 3,8 3,6 3,3 3,7 2,7 2,9 2,2 2,1 1,6 2,3 1,7 2,0 -

2013 2014

Page 157: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

L a m p i r a n

145

Tabel 2. Angka Pengangguran

Akhir Periode (%)

Negara 2008 2009

Sumber: Bloomberg, CEIC Keterangan: Tanda ( - ) : Data belum keluar n.a:Datatidaktersedia

2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1

2012

Amerika

Amerika Serikat 7,2 10,0 9,9 9,4 9,5 9,4 9,0 9,1 9,0 8,5 8,2 8,2 7,8 7,9 7,5 7,5 7,2 6,7 6,7

Argentina 7,3 8,4 8,3 7,9 7,5 7,3 7,4 7,3 7,2 6,7 7,1 7,2 7,6 6,9 7,9 7,2 6,8 6,4 7,1

Brazil 6,8 6,8 7,6 7,0 6,2 5,3 6,5 6,2 6,0 4,7 6,2 5,9 5,4 4,6 5,7 6,0 5,4 4,3 5,0

Chili 7,5 10,0 9,0 8,5 8,0 7,1 7,3 7,2 7,4 6,6 6,6 6,6 6,5 6,1 6,2 6,2 5,7 5,7 6,5

Meksiko 4,7 5,4 5,2 5,4 5,3 5,5 5,1 5,7 5,3 5,0 5,1 4,9 4,7 5,0 5,0 5,0 4,9 4,8 5,3

Asia Pasifik

Australia 4,5 5,5 5,4 5,2 5,1 4,9 4,9 4,9 5,3 5,2 5,1 5,2 5,5 5,4 5,6 5,7 5,7 5,9 5,8

Tiongkok 4,2 4,3 4,2 4,2 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,0 4,1 4,1

India n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a

Jepang 4,3 5,2 5,1 5,2 5,1 4,9 4,7 4,7 4,2 4,5 4,5 4,3 4,3 4,3 4,1 3,9 4,0 3,7 3,6

Korea Selatan 3,3 3,6 3,7 3,5 3,7 3,6 3,9 3,3 3,3 3,1 3,4 3,2 3,2 3,0 3,1 3,1 3,0 3,1 3,5

ASEAN-6

Indonesia 8,4 7,9 7,4 n.a 7,1 n.a 6,8 n.a 6,6 n.a 6,3 n.a 6,1 n.a 5,9 n.a 6,3 n.a 5,7

Malaysia 3,1 3,5 3,6 3,2 3,1 3,2 3,1 3,0 3,1 3,0 3,0 3,0 3,0 3,1 3,1 3,0 3,1 3,0 3,2

Filipina 6,8 7,1 7,3 8,0 7,0 7,1 7,4 7,2 7,1 6,4 7,2 6,9 7,0 6,8 7,1 7,5 7,3 6,5 7,5

Singapura 2,5 2,3 3,3 3,1 3,1 3,1 2,8 2,9 2,9 2,9 3,0 2,8 2,8 2,7 2,8 2,9 2,7 2,7 2,9

Thailand 1,4 0,9 1,0 1,2 0,9 0,7 0,7 0,4 0,8 0,4 0,7 0,7 0,6 0,5 0,7 0,6 0,7 0,6 0,9

Vietnam 4,7 4,6 - - - 4,3 - - - 3,6 - - - 3,2 - - - - -

Eropa

Kawasan Euro 8,2 9,9 10,1 10,1 10,1 10,0 9,9 9,9 10,3 10,6 11,0 11,3 11,5 11,8 12,0 12,0 12,0 11,8 11,8

Inggris 6,3 7,8 8,0 7,9 7,7 7,8 7,8 7,9 8,3 8,4 8,2 8,0 7,8 7,8 7,8 7,8 7,6 7,2 6,8

Russia 7,8 8,2 8,6 6,8 6,6 7,2 7,1 6,1 6,0 6,1 6,3 5,2 5,0 5,1 5,7 5,4 5,3 5,6 5,4

Turki 14,0 13,5 13,7 10,5 11,3 11,4 10,8 9,2 8,8 9,8 9,9 8,0 9,1 10,1 10,1 8,8 9,9 10,0 10,2

Afrika

Afrika Selatan n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a

2013 2014

Page 158: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

146

Tabel 3. Inflasi IHKAkhir Periode (%, yoy)

Sumber: Bloomberg Keterangan:*InflasiWholesalePriceIndex

Amerika

Amerika Serikat 0,1 2,7 2,3 1,1 1,1 1,5 2,7 3,6 3,9 3,0 2,7 1,7 2,0 1,7 1,5 1,8 1,2 1,5 1,5

Argentina 7,2 7,7 9,7 11,0 11,1 10,9 9,7 9,7 9,9 9,5 9,8 9,9 10,0 10,8 10,6 10,5 10,5 11,0 -

Brazil 5,9 4,3 5,2 4,8 4,7 5,9 6,3 6,7 7,3 6,5 5,2 4,9 5,3 5,8 6,6 6,7 5,9 5,9 6,2

Chili 8,7 -1,8 0,3 1,2 1,9 3,0 3,3 3,3 3,2 4,2 3,6 2,6 2,8 1,5 1,5 1,9 1,9 2,9 3,5

Meksiko 6,5 3,6 5,0 3,7 3,7 4,4 3,0 3,3 3,1 3,8 3,7 4,3 4,8 3,6 4,3 4,1 3,4 4,0 3,8

Asia Pasifik

Australia 3,7 2,1 2,9 3,1 2,9 2,8 3,3 3,5 3,4 3,0 1,6 1,2 2,0 2,2 2,5 2,4 2,2 2,7 2,9

Tiongkok 1,2 1,9 2,4 2,9 3,6 4,6 5,4 6,4 6,1 4,1 3,6 2,2 1,9 2,5 2,1 2,7 3,1 2,5 2,4

India* 6,7 7,2 10,4 10,3 9,0 9,5 9,7 9,5 10,0 7,7 7,7 7,6 8,1 7,3 5,7 5,2 7,1 6,4 5,7

Jepang 0,4 -1,7 -1,1 -0,7 -0,6 0,0 -0,5 -0,4 0,0 -0,2 0,5 -0,2 -0,3 -0,1 -0,9 0,2 1,1 1,6 1,6

Korea Selatan 4,1 2,8 2,5 2,7 3,4 3,0 4,1 4,2 3,8 4,2 2,7 2,2 2,1 1,4 1,5 1,2 1,0 1,1 1,3

ASEAN-6

Indonesia 11,1 2,8 3,4 5,1 5,8 7,0 6,6 5,5 4,6 3,8 3,9 4,3 3,8 3,7 5,0 5,4 7,9 8,1 7,3

Malaysia 4,4 1,1 1,4 1,6 1,8 2,1 3,0 3,5 3,4 3,0 2,1 1,6 1,3 1,2 1,6 1,8 2,6 3,2 3,5

Filipina 8,0 4,4 3,9 3,6 3,8 3,6 4,9 5,2 4,7 4,2 2,6 2,9 3,7 3,0 3,2 2,7 2,7 4,1 3,9

Singapura 4,3 0,0 1,6 2,7 3,7 4,6 5,0 5,2 5,5 5,5 5,2 5,3 4,7 4,3 3,5 1,8 1,6 1,5 1,2

Thailand 0,4 3,5 3,5 3,3 3,0 3,1 3,1 4,1 4,0 3,5 3,5 2,6 3,4 3,6 2,7 2,3 1,4 1,7 2,1

Vietnam 19,9 6,5 9,5 8,7 8,9 11,8 13,9 20,8 22,4 18,1 14,2 6,9 6,5 6,8 6,6 6,7 6,3 6,0 4,4

Eropa

Kawasan Euro 1,6 0,9 1,6 1,5 1,9 2,2 2,7 2,7 3,0 2,7 2,7 2,4 2,6 2,2 1,7 1,6 1,1 0,8 0,5

Inggris 3,1 2,9 3,4 3,2 3,1 3,7 4,0 4,2 5,2 4,2 3,5 2,4 2,2 2,7 2,8 2,9 2,7 2,0 1,6

Rusia 13,3 8,8 6,5 5,8 7,0 8,8 9,5 9,4 7,2 6,1 3,7 4,3 6,6 6,6 7,0 6,9 6,1 6,5 6,9

Turki 10,1 6,5 9,6 8,4 9,2 6,4 4,0 6,2 6,2 10,5 10,4 8,9 9,2 6,2 7,3 8,3 7,9 7,4 8,4

Afrika

Afrika Selatan 9,5 6,3 5,2 4,1 3,1 3,5 4,1 5,0 5,7 6,1 6,0 5,5 5,4 5,7 5,9 5,5 6,0 5,4 6,0

Negara 2008 2009 2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1

2012 2013 2014

Page 159: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

L a m p i r a n

147

Tabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralPosisi akhir periode (%, yoy)

Sumber: Bloomberg Keterangan: -

Amerika

Amerika Serikat (Fed fund rate) 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25

Brazil(Selicrate) 13,75 8,75 8,75 10,25 10,75 10,75 11,75 12,25 12,00 11,00 9,75 8,50 7,50 7,25 7,25 8,00 9,00 10,00 10,75

Chili (Overnite rate) 8,25 0,50 0,50 1,00 2,50 3,25 4,00 5,25 5,25 5,25 5,00 5,00 5,00 5,00 6,00 5,00 5,00 4,50 4,00

Meksiko (Overnite rate) 8,25 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,00 4,00 3,75 3,50 3,50

Asia Pasifik

Australia (Cash target rate) 4,25 3,75 4,00 4,50 4,50 4,75 4,75 4,75 4,75 4,25 4,25 3,50 3,50 3,00 3,00 2,75 2,50 2,50 2,50

Tiongkok (Lending rate) 5,31 5,31 5,31 5,31 5,31 5,81 6,06 6,31 6,56 6,56 6,56 6,31 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00

India (Reverse repo rate) 6,50 4,75 5,00 5,25 6,00 6,25 6,75 7,50 8,25 8,50 8,50 8,00 8,00 8,00 7,50 7,25 7,50 7,75 8,00

Jepang (O/N Call target) 0,50 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10

Korea Selatan (Call rate) 3,00 2,00 2,00 2,00 2,25 2,50 3,00 3,25 3,25 3,25 3,25 3,00 3,00 2,75 2,75 2,50 2,50 2,50 2,50

ASEAN-5

Indonesia (BI rate) 9,25 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75 6,75 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 6,00 7,25 7,50 7,50

Malaysia (O/N rate) 3,25 2,00 2,25 2,50 2,75 2,75 2,75 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00

Filipina (O/N rate) 5,50 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,25 4,50 4,50 4,50 4,00 4,00 3,75 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50

Thailand (Repo rate) 2,75 1,25 1,25 1,25 1,75 2,00 2,50 3,00 3,50 3,25 3,00 3,00 3,00 2,75 2,75 2,50 2,50 2,25 2,00

Eropa

KawasanEURO(Refinancingrate) 2,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,25 1,50 1,00 1,00 1,00 0,75 0,75 0,75 0,50 0,50 0,25 0,25

Inggris (Bank rate) 2,00 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

Rusia(Refinancingrate) 13,00 8,75 8,25 7,75 7,75 7,75 8,00 8,25 8,25 8,00 8,00 8,00 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25

Turki(1WeekRepo) - - - 7,00 7,00 6,50 6,25 6,25 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,50 5,50 4,50 4,50 4,50 10,00

Afrika

AfrikaSelatan(Refinancingrate) 11,50 7,00 6,50 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,50

Negara 2008 2009 2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1

2012 2013 2014

Page 160: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

148

Tabel 5. Pertumbuhan Uang Beredar

Akhir Periode (%, yoy)

Sumber: Bloomberg Keterangan: -

Amerika

Amerika Serikat (M2) 9,6 3,7 1,6 1,9 3,0 3,5 5,0 6,0 9,9 9,8 10,1 9,6 6,7 8,0 7,4 6,9 6,3 5,4 6,0

Argentina(M3) 14,6 13,0 16,6 25,7 34,8 45,2 42,1 42,5 40,2 38,5 31,9 34,2 35,6 44,6 36,9 37,0 31,7 32,3 25,8

Brazil (M3) 17,5 16,4 15,5 13,6 14,8 15,5 18,4 19,7 18,6 18,9 20,6 20,5 18,8 16,1 13,3 12,2 9,8 8,7 6,8

Meksiko (M3) 14,5 6,7 7,4 10,6 13,1 12,8 12,7 13,3 13,7 16,0 17,5 18,0 16,7 14,5 15,0 10,0 10,1 9,4 8,8

Asia Pasifik

Australia (M3) 15,4 5,8 5,9 4,5 6,4 10,4 10,2 9,0 9,8 8,1 7,5 9,2 7,5 7,1 6,8 6,4 6,1 6,7 6,7

Tiongkok (M2) 17,8 27,6 22,5 18,5 19,0 19,7 16,6 15,9 13,0 13,6 13,4 13,6 14,8 13,8 15,7 14,0 14,2 13,6 12,1

India (M3) 19,6 17,2 17,1 15,2 15,2 17,0 16,1 17,27 16,6 16 13,0 13,7 13,6 11,2 14,0 12,8 12,5 14,9 14,0

Jepang (M3) 0,7 2,2 2,0 2,2 2,1 1,8 2,0 2,3 2,3 2,6 2,6 2,0 2,1 2,2 2,5 3,1 3,1 3,4 2,9

Korea Selatan (M3) 10,4 8,1 8,8 9,3 7,7 6,9 4,7 4,1 5,7 6,2 8,7 8,5 7,6 7,3 6,8 6,6 6,7 6,6 6,4

ASEAN-5

Indonesia (M2) 14,7 13,0 10,2 12,8 12,7 15,4 16,1 13,1 16,2 16,4 18,9 21,0 18,3 15,0 14,0 11,8 14,6 12,7 10,1

Malaysia (M3) 11,9 9,1 8,7 8,5 8,2 6,8 8,0 12,4 12,5 14,3 15,0 12,9 12,7 9,0 8,7 8,2 6,7 7,5 6,1

Filipina (M3) 15,6 8,3 10,3 10,3 10,5 10,6 10,3 11,4 7,4 6,3 5,6 7,1 7,5 10,9 13,4 20,6 31,7 33,1 35,7

Singapura (M3) 11,6 10,6 8,2 6,9 7,8 8,3 8,6 10,6 11,2 10,1 10,0 6,9 6,5 7,6 8,8 9,2 7,5 4,3 2,0

Thailand (M2) 9,2 6,7 6,1 7,0 9,9 10,9 13,2 16,3 16,2 15,2 13,1 11,1 12,6 10,3 9,5 10,2 7,1 7,3 6,4

Eropa

Kawasan Euro (M3) 7,5 -0,3 -0,2 0,1 0,8 1,1 1,8 1,3 1,7 1,6 2,8 3,0 2,8 3,5 2,5 2,4 2,0 1,0 1,1

Inggris (M4) 16,3 6,7 3,4 3,1 1,2 -1,6 -1,3 -0,5 -1,7 -2,7 -5,0 -5,6 -3,8 -1,0 0,4 1,6 2,5 0,2 -0,3

Rusia (M2) 1,7 16,3 35,0 33,6 35,0 31,1 26,5 22,6 21,4 22,3 21,2 19,1 14,8 11,9 14,6 15,5 16,1 14,6 8,5

Turki (M3) 23,9 13,2 12,7 16,1 16,2 18,8 20,7 21,4 20,0 13,7 8,3 7,0 8,3 13,1 16,0 17,2 21,7 20,1 21,2

Afrika

Afrika Selatan (M3) 14,8 1,8 1,6 2,5 5,1 6,9 6,5 6,0 6,8 8,3 6,7 7,0 7,5 5,2 8,1 9,2 7,0 6,1 7,9

Negara 2008 2009 2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1

2012 2013 2014

Page 161: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

L a m p i r a n

149

Tabel 6. Surplus/Defisit Keuangan Pemerintah

Sumber:Moody’sStatisticalHandbookNovember2013,TradingEconomics Keterangan: CetakMiring=ProyeksiMoody’sStatisticalHandbookNovember2013 *)MenggunakandataMoody’sStatisticalHandbookNovember2013

(% PDB)

Amerika

Amerika Serikat -3,1 -3,4 -4,3 -13,2 -11,0 -10,6 -8,2 -5,7

Argentina 1,8 1,1 1,4 -0,6 0,2 -1,7 -2,6 -2,5

Brazil -3,4 -2,0 -1,9 -3,2 -2,8 -2,9 -2,2 -3,2

Chile 7,3 7,8 3,9 -4,4 -0,5 1,3 0,6 -0,5

Meksiko -1,4 -1,6 -1,3 -1,9 -2,4 -2,3 -2,4 -2,3

Asia Pasifik

Australia 2,0 1,6 1,4 -3,4 -5,5 -4,7 -4,2 -2,4

Tiongkok -0,7 0,6 -0,4 -2,2 -1,7 -1,1 -1,6 -2,1

India -5,4 -4,0 -8,3 -9,4 -6,8 -8,1 -7,2 -8,0

Jepang -3,6 -2,1 -4,1 -10,4 -9,3 -9,9 -10,1 -9,8

Korea Selatan 0,7 3,8 1,5 -1,7 1,4 1,5 1,5 0,9

ASEAN-6

Indonesia -0,9 -1,3 -0,1 -1,6 -0,7 -1,1 -1,9 -2,4

Malaysia -3,2 -3,1 -4,6 -6,7 -5,4 -4,8 -4,5 -4,2

Filipina -1,1 -1,5 -1,3 -3,7 -3,5 -2,0 -2,4 -2,0

Singapura 0,0 2,8 0,1 -0,3 0,3 1,2 1,1 1,4

Thailand 1,1 -1,7 -1,1 -4,4 -2,6 -1,3 -4,1 -3,0

Vietnam -0,6 -1,0 -1,9 -4,6 -3,3 -0,9 -4,3 -4,5

Eropa

Kawasan Euro *) -2,5 -1,4 -0,6 -2,1 -6,4 -6,2 -4,2 -3,7

Inggris -2,8 -2,8 -5,0 -11,3 -10,1 -7,7 -6,1 -6,5

Rusia 8,3 6,8 4,9 -6,3 -3,4 1,5 0,4 -0,7

Turki -0,2 -1,6 -2,5 -5,9 -3,4 -0,7 -1,7 -1,8

Afrika

Afrika Selatan 1,0 1,5 -0,6 -4,8 -3,9 -3,8 -4,6 -4,7

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013E

Page 162: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

150

Tabel 7. Neraca Berjalan

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013E

(% PDB)

Amerika

Amerika Serikat -6,0 -5,1 -4,7 -2,7 -3,2 -3,1 -2,7 -2,3

Argentina 3,2 2,3 1,3 3,7 0,3 -0,6 0,0 -0,9

Brazil 1,2 0,1 -1,7 -1,5 -2,3 -2,1 -2,4 -3,7

Chili 4,6 4,1 -3,2 2,0 1,7 -1,2 -3,4 -3,4

Meksiko -0,5 -1,4 -0,6 -0,9 -0,3 -0,8 -0,8 -1,4

Asia Pasifik

Australia -5,8 -6,7 -4,9 -4,6 -3,5 -2,8 -4,1 -2,9

Tiongkok 8,5 10,1 9,3 4,9 4,0 1,9 2,6 2,0

India -1,0 -1,3 -2,3 -2,8 -2,7 -4,2 -4,7 -1,7

Jepang 3,9 4,8 3,2 2,8 3,6 2,0 1,1 0,7

Korea Selatan 1,5 2,1 0,3 3,9 2,9 2,4 4,3 5,8

ASEAN-6

Indonesia 2,9 2,4 0,0 2,0 0,7 0,2 -2,8 -2,1

Malaysia 16,4 15,9 17,1 15,5 11,1 11,0 7,6 4,7

Filipina 4,5 4,9 2,2 5,8 4,5 3,1 2,8 3,5

Singapura 24,8 27,3 14,6 19,0 24,4 24,6 17,0 18,0

Thailand 1,1 6,3 0,8 8,3 3,8 1,2 -0,4 -0,7

Vietnam -0,2 -9,0 -10,9 -6,2 -3,7 0,2 5,8 5,5

Eropa

Kawasan Euro *) -0,1 0,1 -0,7 0,1 0,3 0,2 1,2 2,3

Inggris -3,4 -2,5 -1,0 -1,3 -2,5 -1,3 -3,8 -4,4

Rusia 9,5 5,9 6,2 4,1 4,7 5,5 3,6 1,6

Turki -6,1 -5,9 -5,6 -2,3 -6,6 -9,7 -6,1 -7,5

Afrika

Afrika Selatan -5,3 -7,0 -7,2 -4,0 -2,8 -3,4 -5,2 -5,8

Sumber:Moody’sStatisticalHandbookNovember2013,TradingEconomics Keterangan: CetakMiring=proyeksiMoody’sStatisticalHandbookNovember2013 *)MenggunakandataMoody’sStatisticalHandbookNovember2013 Tanda(-)datatidaktersedia

Page 163: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

L a m p i r a n

151

Tabel 8. Cadangan DevisaAkhir periode (Miliar USD)

Sumber: Bloomberg, SEKI (untuk Indonesia) Keterangan: Tidak termasuk emas Tanda (-): Data belum keluar

Amerika

Amerika Serikat 66,6 119,7 44,4 43,3 46,7 47,5 47,7 48,2 48,1 52,2 46,5 46,0 50,4 50,5 45,6 44,4 43,8 42,7 43,0

Argentina 44,9 47,7 42,4 44,3 46,0 46,6 45,6 45,8 42,2 40,1 40,8 40,0 38,3 36,8 34,2 31,5 28,9 25,0 21,3

Brazil 192,8 237,4 244,0 253,1 275,2 288,6 317,1 335,8 349,7 352,0 365,2 373,9 378,7 378,6 376,9 371,1 376,0 375,8 377,2

Chili 23,2 26,0 25,6 25,2 26,4 27,9 31,5 34,9 37,8 42,0 39,6 40,3 40,1 41,6 39,8 41,0 42,3 41,1 41,0

Meksiko 88,5 90,4 94,5 100,4 108,0 113,6 121,9 129,6 138,0 142,5 150,3 157,3 161,9 163,6 167,0 166,5 172,0 176,6 182,7

Asia Pasifik

Australia 30,7 39 29,1 28,5 - - - - - - - - - - - - - - -

Tiongkok 1.946,0 2.399,2 2.447,1 2.454,0 2.648,0 2.847,3 3.044,7 3.197,5 3.201,7 3.181,2 3.305,0 3.240,0 3.285,1 3.311,6 3.442,7 3.496,7 3.662,7 3.821,3 3.948,1

India 245,9 265,2 252,8 251,4 264,5 267,8 273,7 277,1 275,7 262,9 260,1 257,0 260,0 262,0 259,7 255,3 247,9 268,6 276,4

Jepang 982,8 1.033,9 990,5 995,7 1.051,5 1.035,8 1.041,4 1.061,5 1.122,9 1.220,8 1.210,5 1.195,6 1.198,1 1.193,1 1.181,8 1.175,9 1.206,3 1.202,4 1.212,9

Korea Selatan 201,2 273,7 272,3 274,2 289,8 291,6 298,6 304,5 303,4 306,4 316,0 312,4 322,0 327,0 327,4 326,4 336,9 346,5 354,3

ASEAN-6

Indonesia 49,6 60,4 66,1 70,4 80,3 89,8 99,1 112,9 107,5 103,4 103,1 99,4 102,6 105,3 97,5 91,6 88,9 92,9 95,8

Filipina 32,7 40,0 45,6 48,7 53,8 62,4 66,0 69,0 75,2 75,3 76,1 76,1 82,0 83,8 84,0 81,3 83,5 83,2 79,6

Malaysia 91,0 95,6 91,5 90,9 96,6 102,3 109,4 129,8 126,3 129,0 130,9 129,6 132,5 134,9 135,0 131,9 132,0 130,5 125,8

Singapura 174,2 189,6 197,1 200,0 214,7 225,8 234,2 242,3 233,6 237,7 243,6 243,4 252,1 259,3 258,2 259,8 268,1 273,1 272,9

Thailand 108,7 135,5 139,3 141,6 157,1 165,7 174,4 176,6 170,0 165,2 168,8 164,6 172,7 171,1 167,7 162,5 163,5 159,0 158,8

Vietnam 23,8 16,4 13,4 13,7 13,7 12,1 12,2 15,2 15,3 13,5 17,8 20,1 21,7 25,6 28,4 27,0 - -

Eropa

Kawasan Euro 232,2 283,6 197,2 194,8 206,5 207,1 216,5 211,7 204,3 208,1 208,0 217,8 218,4 220,0 217,2 215,5 221,9 220,8 228,8

Inggris 44,6 55,7 40,2 43,6 48,1 49,3 53,5 57,6 56,6 56,2 58,7 60,8 63,9 64,9 65,3 67,2 70,3 69,6 74,7

Russia 426 424,8 423,3 433,0 458,3 443,6 465,5 484,0 472,5 454,0 465,7 468,0 476,4 486,6 477,3 475,2 479,5 469,6 448,7

Turki -2,2 -0,1 68,3 70,6 75,8 80,7 86,2 92,7 87,5 78,3 80,1 83,1 94,8 100,7 105,7 105,6 108,9 112,0 105,9

Afrika

Afrika Selatan 30,2 35,1 34,8 34,6 36,0 35,4 40,7 41,1 40,4 39,8 41,2 40,1 41,0 41,2 40,8 39,0 41,8 41,9 41,4

Negara 2008 2009 2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1

2012 2013 2014

Page 164: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

152

Tabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USD Rata-rata Periode

Sumber: Bloomberg, diolahKeterangan: -

Amerika

Argentina(Peso) 3,07 3,73 3,91 4,01 4,08 4,17 4,26 4,13 4,34 4,45 4,61 4,80 4,55 5,01 5,24 5,60 6,05 5,48 7,60

Brazil (Real) 1,96 2,00 1,76 1,67 1,60 1,64 1,80 1,68 1,77 1,97 2,03 2,06 1,96 2,00 2,07 2,29 2,28 2,16 2,36

Chili(Peso) 510,43 559,06 510,12 481,69 469,21 471,96 511,90 483,69 489,03 496,30 482,32 477,84 486,37 472,44 484,77 507,00 516,63 495,21 551,97

Meksiko(Peso) 10,72 13,51 12,63 12,06 11,72 12,34 13,65 12,44 12,97 13,54 13,17 12,95 13,16 12,64 12,48 12,90 13,02 12,76 13,23

Asia Pasifik

Australia (Dollar) 0,85 0,79 0,92 1,01 1,06 1,05 1,01 1,03 1,06 1,01 1,04 1,04 1,04 1,04 0,99 0,92 0,93 0,97 0,90

New Zealand (Dollar) 0,71 0,64 0,72 0,76 0,80 0,83 0,78 0,79 0,82 0,79 0,81 0,82 0,81 0,83 0,82 0,80 0,83 0,82 0,84

HongKong(Dollar) 7,79 7,75 7,77 7,79 7,78 7,79 7,78 7,78 7,76 7,76 7,76 7,75 7,76 7,76 7,76 7,76 7,75 7,76 7,76

Tiongkok (Yuan) 6,95 6,83 6,77 6,58 6,50 6,42 6,36 6,46 6,31 6,33 6,35 6,24 6,31 6,22 6,16 6,13 6,09 6,15 6,10

India (Rupee) 43,49 48,38 45,74 45,26 44,74 45,78 51,00 46,70 50,30 54,51 55,19 54,15 53,54 54,17 55,96 62,07 61,98 58,54 61,79

Jepang (Yen) 103,31 93,62 87,77 82,25 81,57 77,69 77,36 79,72 79,37 80,09 78,62 81,25 79,83 92,25 98,76 98,89 100,48 97,59 102,83

KoreaSelatan(Won) 1,101 1,277 1,156 1,119 1,083 1,085 1,145 1,108 1,131 1,152 1,133 1,090 1,127 1,085 1,122 1,109 1,062 1,095 1,069

ASEAN-6

Indonesia (Rupiah) 9.697 10.404 9.085 8.901 8.591 8.614 8.987 8.773 9.082 9.312 9.507 9.646 9.387 9.707 9.799 10.652 11.604 10.440 11.835

Malaysia (Ringgit) 3,33 3,52 3,22 3,05 3,02 3,02 3,15 3,06 3,06 3,11 3,12 3,06 3,09 3,08 3,07 3,24 3,21 3,15 3,30

Filipina(Peso) 44,42 47,63 45,09 43,79 43,24 42,75 43,44 43,30 43,03 42,77 41,90 41,18 42,22 40,71 41,78 43,68 43,63 42,45 44,87

Singapura (Dollar) 1,42 1,45 1,36 1,28 1,24 1,23 1,29 1,26 1,26 1,26 1,25 1,22 1,25 1,24 1,25 1,27 1,25 1,25 1,27

Thailand (Bath) 33,00 34,33 31,71 30,53 30,28 30,13 31,00 30,48 30,98 31,28 31,35 30,67 31,07 29,80 29,87 31,45 31,74 30,71 32,65

Vietnam (Dong) 16.449 17.813 19.138 20.249 20.694 20.725 20.978 20.662 20.898 20.877 20.865 20.853 20.873 20.881 20.968 21.158 21.108 21.029 21.094

Eropa

Kawasan Euro (USD/Euro) 1,47 1,39 1,33 1,37 1,44 1,41 1,35 1,39 1,31 1,28 1,25 1,30 1,29 1,32 1,31 1,33 1,36 1,33 1,37

Inggris(Poundsterling) 1,85 1,57 1,55 1,60 1,63 1,61 1,57 1,60 1,57 1,58 1,58 1,61 1,59 1,55 1,54 1,55 1,62 1,56 1,65

Rusia (Ruble) 24,90 31,76 30,36 29,23 27,99 29,17 31,22 29,40 30,16 31,07 31,95 31,08 31,06 30,42 31,65 32,79 32,55 31,85 35,03

Turki (Lira) 1,31 1,55 1,51 1,58 1,57 1,74 1,84 1,68 1,80 1,81 1,80 1,79 1,80 1,79 1,84 1,97 2,03 1,90 2,21

Afrika

Afrika Selatan (Rand) 8,27 8,42 7,32 7,00 6,79 7,16 8,11 7,26 7,75 8,13 8,26 8,69 8,21 8,95 9,48 9,99 10,16 9,64 10,86

Negara 2008 2009 20102011

20112012

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW42012 2013

2013 2014

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1

Page 165: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

L a m p i r a n

153

Tabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia Rata-rata Periode

Sumber: Bloomberg, diolahKeterangan: -

Amerika

Amerika Serikat (Dollar) 9.697 10.404 9.085 8.901 8.591 8.614 8.987 8.773 9.082 9.312 9.507 9.646 9.387 9.707 9.799 10.652 11.604 10.440 11.835

Argentina(Peso) 3.165 2.798 2.323 2.219 2.105 2.068 2.111 2.126 2.092 2.092 2.063 2.010 2.064 1.936 1.870 1.903 1.917 1.907 1.557

Brazil (Real) 5.104 5.221 5.166 5.340 5.385 5.264 4.987 5.244 5.135 4.737 4.688 4.685 4.811 4.860 4.737 4.657 5.099 4.838 5.006

Chili(Peso) 19,0 18,6 17,8 18,5 18,3 18,3 17,6 18,1 18,6 18,8 19,7 20,2 19,3 20,5 20,2 21,0 22,5 21,1 21,4

Meksiko(Peso) 903,6 769,3 719,4 738,2 733,2 698,1 658,2 706,9 700,1 687,7 722,1 745,0 713,7 768,2 785,5 825,5 891,0 817,6 894,4

Asia Pasifik

Australia (Dollar) 10.996 13.430 9.900 8.850 8.083 8.206 8.872 8.503 8.604 9.221 9.149 9.289 9.066 9.341 9.881 11.627 12.513 10.841 13.198

New Zealand (Dollar) 13.928 16.749 12.601 11.774 10.727 10.353 11.565 11.105 11.100 11.784 11.754 11.720 11.590 11.625 11.929 13.347 14.018 12.730 14.149

HongKong(Dollar) 1.246 1.342 1.169 1.143 1.105 1.105 1.155 1.127 1.170 1.200 1.226 1.244 1.210 1.252 1.262 1.373 1.497 1.346 1.525

Tiongkok (Renminbi) 1.397 1.523 1.342 1.352 1.322 1.342 1.414 1.358 1.440 1.471 1.497 1.545 1.488 1.560 1.592 1.739 1.905 1.699 1.940

India (Rupee) 223,1 214,8 198,7 196,7 192,0 188,2 176,2 188,3 180,6 170,8 172,3 178,1 175,4 179,2 175,1 171,6 187,2 178,3 191,6

Jepang (Yen) 94,4 111,1 103,7 108,2 105,3 110,9 116,2 110,1 114,4 116,3 120,9 118,7 117,6 105,2 99,2 107,7 115,5 106,9 115,1

KoreaSelatan(Won) 8,9 8,1 7,9 8,0 7,9 7,9 7,8 7,9 8,0 8,1 8,4 8,8 8,3 8,9 8,7 9,6 10,9 9,6 11,1

ASEAN-5

Malaysia (Ringgit) 2.907 2.948 2.823 2.922 2.846 2.853 2.853 2.868 2.967 2.990 3.045 3.156 3.039 3.150 3.194 3.289 3.617 3.312 3.588

Filipina(Peso) 218,3 218,4 201,5 203,3 198,7 201,5 206,9 202,6 211,1 217,7 226,9 234,2 222,5 238,5 234,5 243,9 266,0 245,7 263,8

Singapura (Dollar) 6.843 7.142 6.670 6.973 6.930 7.025 6.982 6.978 7.186 7.366 7.623 7.888 7.516 7.845 7.846 8.403 9.282 8.344 9.327

Thailand (Baht) 293,7 302,7 286,7 291,6 283,7 285,9 289,9 287,8 293,1 297,7 303,2 314,4 302,1 325,7 328,1 338,7 365,6 339,5 362,5

Vietnam (Dong) 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6

Eropa

Kawasan Euro (Euro) 14.205 14.452 12.050 12.191 12.370 12.171 12.108 12.210 11.915 11.950 11.894 12.516 12.069 12.813 12.800 14.119 15.799 13.883 16.219

Inggris(Pound) 17.850 16.220 14.036 14.269 14.016 13.868 14.127 14.070 14.276 14.739 15.021 15.490 14.882 15.068 15.051 16.523 18.793 16.359 19.586

Rusia (Rubbel) 389,1 327,2 299,3 304,5 307,0 295,3 287,9 298,7 301,2 299,7 297,6 310,4 302,2 319,0 309,7 324,9 356,5 327,5 337,9

Turki (Lira) 7.427 6.698 6.026 5.643 5.480 4.956 4.886 5.220 5.056 5.154 5.272 5.375 5.214 5.437 5.328 5.411 5.730 5.482 5.345

Afrika

Afrika Selatan (Rand) 1.178 1.240 1.243 1.272 1.265 1.203 1.108 1.212 1.172 1.146 1.151 1.110 1.145 1.085 1.034 1.066 1.142 1.082 1.090

Negara 2008 2009 20102011

20112012

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW42012 2013

2013 2014

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1

Page 166: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

154

Tabel 11. Indeks Saham Rata-rata Periode

Negara 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg, diolahKeterangan: -

20112011

2012

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW42012

2013 20142013

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1

Amerika

Amerika Serikat (DJIA) 11.257 8.870 10.666 12.025 12.365 11.648 11.799 11.959 12.848 12.761 13.113 13.140 12.966 13.994 14.959 15.286 15.736 14.994 16.177

AmerikaSerikat(S&P500) 1.222 946 1.140 1.303 1.318 1.225 1.226 1.268 1.349 1.350 1.401 1.418 1.379 1.514 1.609 1.675 1.769 1.642 1.835

Argentina(MERV) 1.769 1.628 2.539 3.496 3.333 3.005 2.589 3.106 2.756 2.300 2.431 2.466 2.488 3.264 3.481 3.844 5.324 3.978 5.810

Brazil(BVSP) 53.980 52.766 67.277 67.827 64.378 56.474 56.407 61.271 64.263 58.095 57.569 58.453 59.595 58.813 53.355 50.234 52.697 53.775 47.907

Chili(IGPA) 13.087 14.265 19.824 21.912 22.540 20.529 19.910 21.223 21.092 21.212 20.502 20.703 20.877 21.974 20.658 18.681 18.630 19.985 17.945

Meksiko (BOLSA) 26.774 25.302 33.303 37.172 35.949 34.683 35.859 35.916 37.792 38.545 40.445 42.114 39.724 44.384 41.414 40.926 41.199 41.981 40.321

Asia Pasifik

Australia (All Ord.) 5.043 4.063 4.673 4.876 4.779 4.344 4.244 4.561 4.318 4.258 4.300 4.517 4.348 4.951 4.960 5.075 5.286 5.068 5.336

Tiongkok (Shanghai) 3.057 2.751 2.833 2.863 2.839 2.608 2.366 2.669 2.343 2.343 2.119 2.088 2.223 2.324 2.205 2.085 2.170 2.196 2.052

India (BSE) 14.406 13.637 18.182 18.590 18.618 17.400 16.468 17.769 17.183 16.791 17.625 18.916 17.629 19.519 19.336 19.344 20.703 19.726 21.107

Jepang (Nikkei 225) 12.148 9.331 10.011 10.285 9.609 9.246 8.581 9.430 9.295 9.026 8.886 9.209 9.104 11.458 13.629 14.128 14.951 13.541 14.959

KoreaSelatan(KOSPI) 1.534 1.425 1.763 2.034 2.116 1.938 1.850 1.985 1.974 1.910 1.900 1.938 1.931 1.986 1.934 1.913 2.010 1.961 1.946

ASEAN-6

Indonesia (JSX) 2.095 1.979 3.056 3.522 3.791 3.894 3.709 3.729 3.971 4.019 4.113 4.311 4.104 4.598 4.938 4.457 4.364 4.589 4.530

Malaysia (KLSE) 1.148 1.080 1.373 1.525 1.544 1.497 1.459 1.506 1.553 1.580 1.634 1.647 1.604 1.647 1.743 1.769 1.811 1.742 1.821

Filipina(PCOM) 2.626 2.475 3.525 3.922 4.255 4.334 4.240 4.188 4.824 5.090 5.249 5.541 5.176 6.419 6.850 6.393 6.248 6.478 6.197

Singapura (STI) 2.680 2.273 2.937 3.118 3.125 2.923 2.723 2.972 2.922 2.877 3.027 3.064 2.973 3.262 3.299 3.171 3.161 3.223 3.093

Thailand (SET) 687 583 848 1.003 1.061 1.061 979 1.026 1.120 1.169 1.228 1.315 1.208 1.501 1.535 1.413 1.400 1.462 1.313

Vietnam(HoChiMin) 500 426 487 484 449 421 392 436 407 448 409 389 413 471 497 489 502 490 566

Eropa

KawasanEuro(DJStoxx50) 3.323 2.466 2.780 2.933 2.863 2.382 2.278 2.614 2.474 2.226 2.401 2.543 2.411 2.677 2.696 2.782 3.018 2.793 3.091

Inggris (FTSE 100) 5.370 4.562 5.466 5.945 5.905 5.463 5.429 5.686 5.822 5.551 5.744 5.844 5.740 6.300 6.438 6.530 6.612 6.470 6.680

Rusia (RTS. $ terms) 1.694 997 1.521 1.929 1.936 1.713 1.445 1.755 1.608 1.428 1.424 1.463 1.481 1.557 1.363 1.349 1.445 1.428 1.278

Turki (XU100) 37.807 37.532 59.374 64.627 65.408 58.108 54.756 60.725 58.228 58.809 65.080 72.675 63.698 81.200 83.784 73.021 74.075 78.020 64.761

Afrika

Afrika Selatan (JSE AS) 26.868 23.275 28.536 32.030 31.866 30.718 31.743 31.589 33.778 33.743 35.113 37.558 35.048 40.336 39.861 42.078 44.704 41.745 46.569

Page 167: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

L a m p i r a n

155

Tabel 12. Government Debt

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013E

(% PDB)

Amerika

Amerika Serikat 63,9 64,8 76,0 87,1 95,2 99,7 100,1 101,5

Argentina 64,0 56,0 49,0 49,0 45,0 42,0 44,9 45,6

Brazil 56,4 58,0 57,4 60,9 53,4 54,2 58,8 56,8

Chili 5,0 3,9 4,9 5,8 8,6 11,2 11,9 12,8

Meksiko 18,2 17,1 21,1 29,7 30,1 31,1 33,1 36,9

Asia Pasifik

Australia 10,0 9,7 11,8 16,9 20,4 22,9 27,2 20,5

Tiongkok 16,2 19,6 17,0 17,7 33,5 28,7 26,0 22,4

India 78,5 75,4 74,7 72,5 67,5 66,7 66,6 67,7

Jepang 172,1 167,0 174,1 194,1 200,0 211,7 218,8 227,2

Korea Selatan 30,1 29,7 29,0 32,6 33,4 34,0 34,8 33,8

ASEAN-6

Indonesia 39,0 35,1 33,2 28,6 26,1 24,4 24,0 26,1

Malaysia 41,5 41,2 41,2 52,8 53,5 54,3 53,3 54,8

Filipina 55,4 51,4 54,7 54,8 52,4 51,0 51,5 49,2

Singapura 89,0 87,1 94,9 105,4 101,0 103,4 108,4 105,5

Thailand 41,3 38,7 38,1 45,8 43,8 40,8 43,5 45,3

Vietnam 34,8 36,0 31,9 38,4 38,3 37,9 50,0 55,0

Eropa

Kawasan Euro *) 68,4 66,2 70,2 80,0 85,5 87,4 90,7 92,6

Inggris 43,4 44,5 52,3 67,1 78,4 84,3 89,1 90,6

Rusia 9,0 8,5 7,9 11,0 11,0 11,7 12,5 14,1

Turki 46,5 39,9 40,0 46,1 42,3 39,1 36,2 34,4

Afrika

Afrika Selatan 32,5 26,9 24,6 27,1 34,5 38,6 40,1 43,1

Sumber:Moody’sStatisticalHandbookNovember2013,TradingEconomics Keterangan: CetakMiring=proyeksiMoody’sStatisticalHandbookNovember2013 *)MenggunakandataMoody’sStatisticalHandbookNovember2013Tanda(-)datatidaktersedia

Page 168: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan I 2014

156

Tabel 13. Harga Komoditi Dunia

Akhir Periode Rata-rata

Sumber: Bloomberg , IMF, diolah Keterangan: Indeks Harga Komoditi, harga rata-rata 2005=100

2011 20112012 2012

TW3 TW4 TW3 TW4 TW3 TW4 TW3 TW4 TW3 TW4 TW3 TW4 2010 2010

2013 20132014 2014

TW1 TW1

Total 223,7 218,2 184,3 215,1 206,8 184,1 177,5 187,0 180,1 223,9 203,2 212,5 207,7 187,0 179,4 181,4

Indeks

Energi

Indeks 123,6 109,6 112,3 101,8 102,4 110,1 108,6 109,9 99,4 112,6 111,7 99,2 101,9 111,3 107,2 112,4

Hargaspot

MinyakWTI(USD/barrel) 91,4 79,2 98,8 94,5 88,2 106,2 97,9 100,6 87,3 89,5 94,0 92,2 88,1 105,8 97,4 98,7

Batubara (USD/ton) 71,2 80,2 75,3 63,7 68,2 60,8 63,2 60,7 65,0 80,0 78,9 61,2 66,8 64,0 63,6 62,4

Gas Alam (USD/Mn Btu) 4,2 3,7 3,0 2,9 3,3 3,6 4,2 4,5 4,4 4,1 3,3 2,9 3,4 3,6 3,8 5,2

Logam

Indeks 248,3 241,4 216,2 226,8 229,7 201,7 196,0 200,4 206,9 251,0 223,1 214,3 225,8 196,9 198,7 198,3

Hargaspot

Emas(USD/ounce) 1.421 1.624 1.564 1.746 1.683 1.351 1.222 1.335 1.227 1.706 1.683 1.657 1.717 1.331 1.271 1.294

Timah (USD/mt) 26.900 20.350 19.200 20.734 22.881 22.738 22.764 23.001 20.441 24.682 20.912 19.324 21.591 21.327 22.909 22.611

Tembaga (USD/mt) 9.600 7.019 7.600 8.095 7.990 7.186 7.207 6.632 7.558 8.993 7.530 7.732 7.925 7.104 7.168 6.999

Alumunium (USD/mt) 2.413 2.157 2.020 2.077 2.098 1.808 1.785 1.749 2.200 2.430 2.115 1.954 2.022 1.828 1.813 1.753

Nikel (USD/mt) 24.750 17.600 18.710 17.336 17.513 13.873 13.984 15.712 21.869 22.037 18.396 16.424 17.043 14.025 13.972 14.704

Pangan

Indeks 273,2 260,2 195,6 273,1 246,7 211,0 200,4 219,8 198,2 257,0 232,5 278,6 252,9 222,4 203,5 205,8

Hargaspot

Jagung (USD/bushel) 5,9 5,7 6,3 7,7 7,2 4,8 4,1 4,6 5,4 7,0 6,1 7,9 7,3 5,8 4,1 4,3

Gandum (USD/bushel) 7,1 6,1 6,6 8,4 8,2 6,9 6,5 7,2 6,3 7,1 6,2 8,3 8,4 6,9 6,9 6,6

Gula (Cents/pound) 36,2 26,3 23,3 20,0 19,3 17,4 16,6 17,9 19,6 28,7 24,7 21,2 19,7 17,1 17,6 16,7

Kedelai (USD/bushel) 13,5 11,5 11,8 16,9 14,5 14,0 13,2 14,2 10,3 13,5 11,6 16,9 14,7 14,4 12,9 13,5

Beras (USD/mt) 536,8 615,6 580,9 590,5 565,5 503,8 447,5 435,3 521,0 579,7 597,4 583,9 580,3 521,0 449,9 441,1

CPO(USD/mt) 1.164 916,6 997,0 865,2 679,5 724,4 792,4 868,5 856,0 1,024 956,0 910,0 715,1 723,6 783,3 814,5

Page 169: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · Perlambatan di AS bersifat temporer karena faktor cuaca dingin ekstrim, sedangan di Tiongkok dapat berlangsung lebih lama sebagai implikasi dari

Tim Penyusun PEKKI Triwulan I - 2014

EditorM. Noor Nugroho

Tim ProduksiM. Noor Nugroho, Diah Indira, Tora Erita Siallagan, Shinta Fitrianti, Betty Purbowati Cahyadewi, dan

Dea Woro Rinujit.

Kontributor Tulisan, Tabel, dan GrafikPerkembangan Ekonomi Global, Kawasan, dan Individu NegaraM. Noor Nugroho (Perkembangan Ekonomi Global); Diah Indira (Kawasan Euro, Inggris, Brazil); Tora Erita Siallagan (Thailand); Shinta Fitrianti (Tiongkok, India, Korea, dan Filipina); Betty Purbowati Cahyadewi (Amerika Serikat, Jepang, dan Vietnam); dan Dea Woro Rinujit (Malaysia dan Singapura).

Perkembangan Pasar Keuangan dan KomoditasTora Erita Siallagan (Pasar Keuangan, Pasar Valuta Asing, dan Pasar Komoditas).

Perkembangan Kerja Sama dan Lembaga Internasional

Ahmad Adi Nugroho (Kerja Sama Regional); Mutiara Syifaus Shabrina (Kerja Sama Multilateral).

ArtikelM. Noor Nugroho (Proyeksi Ekonomi Global dalam World Economic Outlook); Arief Adrianto Rasyid

(Jeratan Deflasi Kawasan Euro); dan Diah Indira (Menakar Dampak Krisis Ukraina).

Lampiran, Tabel, dan GrafikAzmi Utama Nawawi