BAB 1 PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR...
Transcript of BAB 1 PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR...
MODUL AJAR
MATA KULIAH ANTROPOLOGI
Kode Mata Kuliah: IT – 051202
2 SKS, Semester I (PTA)
Dosen Pengampu: Nurul Huda SPsi., MSi
APRIL
2020
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmatNya,
sehingga saya dapat menyelesaikan modul ajar mata kuliah Antropologi untuk Fakultas
Psikologi tingkat I. Modul ini disusun sebagai salah satu buku ajar dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mata kuliah Antropologi di kampus.
Meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, penulis yakin modul ini masih jauh
dari sempurna dan harapan, oleh karena keterbatasan ilmu pengetahuan, tenaga, waktu, serta
literatur bacaan. Namun dengan ketekunan, tekad dan rasa ingin tahu dalam pengembangan
ilmu pengetahuan penulis dapat menuangkan pikiran tersebut kedalam sebuah modul dan
akhirnya dapat menyelesaikannya. Penulis menyadari, bahwa buku ini dapat terselesaikan
berkat bantuan dari berbagai pihak. Rasa hormat dan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada pihak-pihak yang telah mendorong, membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan modul ini.
Penulis menyadari bahwa modul ini bukan karya yang sempurna, untuk itu kritik dan
saran dari pembaca budiman sangat penulis perlukan. Akhirnya, semoga modul ajar ini
mampu memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta,
25 April 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi ................................................................................................................iii
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
BAB 1 PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR ANTROPOLOGI............1
A. Arti Ilmu Antropologi ......................................................................1
B. Ruang Lingkup Antropologi ............................................................2
C. Kajian Ilmu Antropologi ..................................................................5
D. Objek dan Pembagian Antropologi...................................................5
BAB 2 METODE DAN PENDEKATAN KAJIAN ANTROPOLOGI.......10
A. Antropologi Sebagai Metode .........................................................10
B. Hubungan Antropologi Dengan Ilmu Lain .....................................13
BAB 3 KEBUDAYAAN....................................................................................16
A. Definisi Kebudayaan ........................................................................16
B. Ciri-Ciri Kebudayaan ........................................................................17
C. Wujud Kebudayaan ..........................................................................18
D. Unsur-Unsur Kebudayaan.................................................................22
BAB 4 HUBUNGAN KEBUDAYAAN DENGAN MANUSIA......................25
A. Hubungan Antara Kebudayaan Dengan Manusia..............................25
B. Hubungan Antara Kebudayaan Dengan Masyarakat.........................25
C. Perkembangan Kebudayaan .............................................................25
D. Sejarah Kebudayaan...........................................................................27
BAB 5 ANGGAPAN-ANGGAPAN KEBUDAYAAN....................................28
A. Beberapa Anggapan Dasar Mengenai Kebudayaan...........................28
B. Proses Terbentuknya Kebudayaan.....................................................28
iii
BAB 6 BAHASA DAN KOMUNIKASI...........................................................31
A. Struktur Bahasa..................................................................................31
B. Hubungan Antara Budaya Dan Bahasa .............................................32
C. Komunikasi ......................................................................................32
BAB 7 MASYARAKAT..................................................................................36
A. Proses Terbentuknya Masyarakat ...................................................36
B. Bermacam-Macam Kesatuan Sosial ................................................36
BAB 8 SISTEM KEKERABATAN.................................................................38
A. Kelompok Kekerabatan ...................................................................38
B. Perkawinan ......................................................................................40
C. Rumah Tangga dan Keluarga Inti ...................................................40
D. Komunitas (Besar dan Kecil)...........................................................41
BAB 9 DINAMIKA KEBUDAYAAN ............................................................42
A. Konsep – Konsep Dinamika Kebudayaan ......................................42
BAB 10 ANTROPOLOGI PSIKOLOGI........................................................45
A. Antropologi dan Psikologi ..............................................................45
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi Psikologi .......................45
C. Metode-Metode Dalam Antropologi Psikologi ...............................47
D. Beberapa Penelitian Antropologi Psikologi.....................................50
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................52
iv
BAB IPENGERTIAN DAN KONSEP DASAR ANTROPOLOGI
A. Arti Ilmu Antropologi
Berasal dari bahasa Yunani, antropos → manusia
logos → studi.
Ilmu yang mempelajari tentang manusia, dalam artian khusus, yaitu studi aspek fisik,
budaya, dan perilaku manusia untuk mendapat pengertian tentang keragaman manusia.
Segi yang menonjol dari ilmu antropologi ialah pendekatan secara menyeluruh (holistik)
bukan terkhusus (atomistik).
Istilah Antropologi sering dicampuradukkan dengan beberapa istilah yang sekilas
memang mirip, namun jika dipelajari lebih mendalam, memiliki perbedaan maksud dan
pengertiannya. Istilah-istilah tersebut antara lain:
1. Etnografi: Pelukisan atau tentang bangsa-bangsa. Tentang masyarakat dan kebudayaan
suku-suku bangsa diluar Eropa dan bagian dari ilmu antropologi yang bersifat
deskriptif.
2. Etnologi: Ilmu bangsa-bangsa. Telah lama dipakai sejak permulaan masa terjadinya
antropologi dan khusus mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan
sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
3. Volkerkunde: Ilmu bangsa-bangsa. Dipergunakan terutama di Eropa Tengah sampai
sekarang.
4. Kulturkunde: Ilmu kebudayaan. Pernah dipakai sarjana dari Jerman, L. Frobenius dan
guru besar Univesitas Indonesia C.J. Held.
5. Antropologi: Ilmu tentang manusia. Istilah yang sangat tua. Dalam arti lain ilmu
tentang ciri-ciri tubuh manusia.
6. Kultural Antropologi: Terutama diapakai di Amerika. Dalam arti luas yang tidak
mempelajari manusia dari sudut fisiknya, lawan daripada physical anthropology.
Sekarang dipakai secara resmi oleh Universitas Indonesia menjadi “antropologi
budaya”.
7. Antropologi Sosial. Dipakai di Inggris untuk menyebut antropologi dalam fase
ketiganya, sebagai lawan etnologi.
Pengertian antropologi menurut beberapa tokoh, yaitu:
1
1. Koentjaraningrat Menurut bapak Antropologi Indonesia, antropologi adalah ilmu
yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna,
2
2. bentuk fisik masyarakat, serta kebudayaan yang dihasilkan.
3. David Hunter: Antropologi merupakan sebuah ilmu yang lahir dari rasa ingin tahu yang
tak terbatas dari umat manusia.
4. William A. Haviland: Antropologi merupakan studi tentang umat manusia, berusaha
untuk membuat generalisasi yang berguna tentang manusia dan perilaku mereka dan
untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap dari keragaman manusia.
5. Rifhi Shiddiq: Antropologi merupakan sebuah ilmu yang mendalami semua aspek yang
terdapat pada manusia yang terdiri atas berbagai macam konsepsi kebudayaan, ilmu
pengetahuan, norma, seni, linguistik dan lambang, tradisi, teknologi, kelembagaan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari
dengan segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi,
nilai-nilai) yang dihasilkan setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Antropologi sebagai ilmu digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Akurat
Dalam hal ini, antropologi mempelajari tiga hal:
a. Mempelajari kapan, dimana, dan bagaimana asal mula munculnya manusia,
b. Mempelajari ciri-ciri fisik manusia, dan
c. Mempelajari kebiasaan dari suatu masyarakat tertentu dimasa sekarang dan masa
yang akan dating.
b. Tidak Akurat.
Ilmu antropologi dikatakan tidak akurat dikarenakan ilmu antropologi merupakan ilmu
yang masihn dapat digabung dengan disiplin ilmu lainnya, seperti: Antropologi-
psikologi, Antropologi-sosiologi, antropologi-arkeologi, antropologi-ekonomi,
antropologi-ilmu kesehatan.
B. Ruang Lingkup Antropologi
Meliputi semua manusia dan gejala kebudayaan, termasuk proses yang
mengakibatkan timbulnya fenomena dan berbagai bentuk persamaan dan perbedaan.
Perbedaan itu disebabkan tujuan penelitian yang berbeda-beda. Misalnya, menulis tentang
sekelompok manusia, seorang ahli antropologi akan menggambarkan; bagian sejarah
daerah manusia, pola pemukiman, system politik dan ekonomi, agama, kesenian, bahasa,
dan sebagainya.
Segi yang menonjol dari ilmu antropologi ialah pendekatan holistik yaitu sebuah
pendekatan dalam antropologi yang melihat keadaan-keadaan dan individu-individu secara
3
utuh. Jadi, pokok kajiannya, baik sebuah organisasi atau individu, tidak akan
disederhanakan kepada variabel yang telah ditata atau sebuah hipotesa yang telah
direncanakan sebelumnya, tetapi akan dilihat sebagai bagian dari suatu yang utuh.
1. Sejarah Perkembangan Antropologi
a. Fase I (Sebelum 1800)
Awalnya sejak akhir abad ke 15 dan awal abad ke 16 ditandai oleh himpunan-
himpunan besar berupa kitab-kitab kisah perjalanan, dan catatan-catatan orang
Eropa yang mengunjungi Afrika, Asia pada umumnya, dan Indonesia pada
khususnya. Himpunan-himpunan besar tersebut oleh Koentjaraningrat dibagi
menjadi lima golongan pengarang, yaitu:
1. Karangan-karangan para musafir
2. Karangan-karangan para pendeta nasrani
3. Karangan-karangan para pegawai kolonial/bahasa
4. Karangan-karangan para penyelidik alam
5. Karangan-karangan para pegawai pemerintah jajahan
Kelima golongan karangan diatas biasanya merupakan hasil dari pengalaman
hubungan nyata dengan bangsa-bangsa pemangku kebudayaan itu. Namun
biasanya karangan-karangan ini juga tak luput dari kelemahan, diantaranya:
a. Susunan keterangan yang tidak urut
b. Hanya mencatat hal-hal yang tampak aneh dan hal-hal yang berbeda dengan
adat istiadat pengarangnya.
c. Hanya mencatat unsur-unsur kebudayaan yang tampak saja.
d. Sering kurang detail menjelaskan tentang lokasi spesifiknya di daerah
bersangkutan.
b. Fase II (Pertengahan abad ke-19)
Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius
beberapa karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan didunia
pada berbagai tingkat evolusi. Pada abad ini masyarakat dan kebudayaan yang
tingkat evolusinya sangat lambat dianggap “primitif”. Sehingga pada sekitar tahun
1860, lahirlah antropologi setelah terdapat beberapa karangan yang menghasilkan
bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan didunia dalam berbagai tingkat
evolusi.
c. Fase III (Awal abad ke-20)
4
Pada masa ini, negara-negara penjajah dari Eropa mulai memiliki daerah
jajahan di Afrika dan Asia. Maka pada saat itu, antropologi merupakan ilmu
penting untuk mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa. Antropologi juga menjadi
ilmu yang praktis untuk kepentingan kolonial dalam mempelajari masyarakat dan
kebudayaan di luar Eropa Penguasaan daerah jajahan ini berarti:
a. Adanya hubungan langsung antara pihak penjajah dan pihak masyarakat terjajah
b. Pemerintah penjajah memerlukan keterangan-keterangan tentang kebudayaan
dan masyarakat bangsa terjajah.
Pada fase ini, dimulai terdapat angggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa
Non-Eropa ternyata makin penting. Hal ini dikarenakan bahwa masyarakat tersebut
pada umumnya belum sekompleks bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman
mengenai masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu akan menambah
pemahaman tentang masyarakat yang kompleks.
d. Fase IV (Setelah tahun 1930)
Pada fase ini, ilmu antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi
akademik. Ilmu antropologi juga bermaksud menyelidiki sebanyak mungkin
tentang masyarakat manusia, dan untuk mengetahui kelakuan manusia pada
umumnya.
Adanya perluasan penyelidikan ilmu antropologi pada fase ke IV ini, berarti:
1. Pertambahan bahan pengetahuan
2. Kemajuan metode-metode ilmiahnya
Perubahan-perubahan dalam ilmu antropologi ini disebabkan oleh dua aspek,
yaitu:
1. Aspek timbulnya antipati terhadap kolonialisme, gejala ini jelas sekali terlihat
sesudah perang dunia ke II
2. Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif
Tujuan antropologi pada fase ke IV ini, mencapai perkembangan yang paling
penting, juga telah mencapai pengertian dalam segi-segi:
1. Sejarah terjadinya, dan perkembangan makhluk manusia sebagai makhluk
biologi
2. Sejarah dan persebaran kebudayaan-kebudayaan
3. Dasar-dasar dari kebudayaan yang hidup dalam kenyataan masyarakat-
masyarakat suku-suku bangsa di dunia ini.
5
Sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah
beralih dari suku-suku bangsa primitif non Eropa kepada penduduk pedesaan,
termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademik
perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan symposium
internasional pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup
antropologi oleh para ahli dari Amerika dan Eropa. Pada fase keempat ini,
antropologi memiliki dua tujuan utama, yaitu:
1. Tujuan Akademis, untuk mencapai pemahaman tentang manusia berdasarkan
bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaannya.
2. Tujuan praktis, untuk kepentingan pembangunan.
C. Kaitan Ilmu Psikologi Dengan Antropologi
Kaitan ilmu psikologi dengan antropologi:
D. Objek dan Pembagian Antropologi
Menurut Ralph Linton, pembagian antropologi, yaitu:
a. Studi tentang asal mula manusia,
b. Studi klasifikasi dari varietas manusia, dan
c. Penyelidikan atas kehidupan bangsa primitive.
Menurut Prof. Koentjaraningrat, pembagian antropologi, yaitu:
a. Sejarah perkembangan manusia sebagai makhluk biologis,
6
Psikologi pada hakikatnya
mempelajari perilaku manusia dan proses-
proses mentalnya
Psikologi pun membahas faktor- faktor penyebab perilaku manusia secara internal,
seperti motivasi, minat, sikap, konsep
diri dan lain- lain.
Sedangkan dalam antropologi khususnya
antropologi budaya lebih bersifat faktor
eksternal yaitu lingkungan fisik,
lingkungan keluarga dan lingkungan sosial
dalam arti luas.
Kedua unsur itu saling berinteraksi satu sama lain yang
menghasilkan suatu kebudayaan melalui
proses belajar.
Dengan demikian keduanya
memerlukan interaksi yang intens untuk
memahami pola-pola budaya masyarakat
tertentu secara bijak.
b. Sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri
tubuhnya.
c. Masalah asal, perkembangan dan penyebaran aneka Bahasa,
d. Perkembangan, persebaran kebudayaan didunia, dan
e. Asas asas kebudayaan manusia dalam masyarakat
Timbul bagian bagian ilmu antropologi menurut William A. Haviland (1993), yaitu
sebagai berikut:
1. Antropologi Fisik
Ilmu tentang sejarah terjadinya aneka warna makhluk hidup dipandang dari sudut ciri-
ciri tubuhnya, contoh: warna kulit, bentuk rambut, volume tengkorak, golongan darah.
Mengelompokan atas ciri khusus ini kemudian memunculkan konsep tentang ‘ras’.
2. Antropologi Budaya
Antropologi budaya dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya:
a. Etnologi
Merupakan ilmu bagian yang mencapai pengertian mengenai azas- azas manusia, dengan
mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak
mungkin suku-bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi. Etnologi mendeskripsikan
bangsa dan dasar ras dan kebudayaan, menjelaskan tentang penyebarannya masa kini dan
masa lampau serta difusi atau penyebaran kebudayaan manusia.
b. Linguistik
Ilmu yang mempelajari asal usul Bahasa. Ahli linguistik tertarik untuk mempelajari
sejarah dan struktur bahasa yang tidak tertulis.
c. Arkeologi
Cabang antropologi budaya yang mem pelajari benda-benda dengan tujuan
menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia, seperti peninggalan sejarah, alat-
alat, patung patung, dan lain-lain.
7
Selain Haviland A. William, Koentjaraningrat (1996) juga mengemukakan hal yang
sama yaitu bagian-bagian ilmu antrologi.
Koentjaraningrat (1996), juga menyatakan bahwa antropologi dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1. Antropologi Biologi
Antropologi biologi dibagi menjadi dua bagian:
a. Paleoantropologi ilmu bagian yang meneliti asal usul terjadinya dan evolusi manusia
dengan mempergunakan sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil) tersimpan dalam
lapisan bumi yang harus didapat oleh si peneliti dengan berbagai metode penggalian.
b. Antropologi Fisik bagian ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian
tentang sejarah terjadinya beragam manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
(co: ciri-ciri tubuh baik lahir (fenotipe) warna kulit, warna dan bentuk rambut, tinggi
dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotipe) golongan darah dsb).
2. Antropologi Budaya
Antropologi budaya dibagi menjadi enam bagian:
a. Prehistori mempelajari tentang sejarah perkembangan dan penyebaran semua
kebudayaan manusia di bumi sebelum dan setelah mengenal huruf.
b. Etnolinguistik mempelajari tentang artikulasi dan fenomena keragaman manusia dari
aspek keragaman manusia dari aspek bahasa, tata bahasa, dan ciri bahasa dari manusia
selaku pendukung kebudayaan.
8
c. Etnologi ilmu yang mencapai pengertian mengenai asas-asas manusia, dengan
mempelajari kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku
bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi pada saat ini.
Terdapat dua aliran kajian dalam etnologi, yaitu:
a) Descriptive integration mengolah dan mengintegrasikan hasil penelitian dengan
berbagai sub ilmu antropologi menjadi satu hasil penelitian dan satu daerah tertentu
saja.
b) Generalizing approach (antropologi sosial) mengolah dan mengintegrasikan
menjadi satu hasil-hasil penelitian dari sebanyak mungkin daerah kemudian dicari
persamaan dan perbedaannya. Dicapai dengan metode – metode:
1) Metode yang menuju arah penelitian mendalam dan bulat dari sejumlah
masyarakat dan kebudayaan yang terbatas, dan
2) Metode yang menuju arah perbandingan merata dari sejumlah unsur terbatas
dalam masyarakat yang sebanyak mungkin.
d. Etnopsikologi muncul karena banyaknya penelitian-penelitian antropologi dengan
menggunakan konsep psikologi: 1) Kepribadian bangsa; 2) peranan individu dalam
proses perubahan adat istiadat; dan 3) masalah nilai universal dari konsep-konsep
psikologi.
e. Antropologi Spesialisasi Tahun 1930, ahli antropologi Inggris Raymon W. Firth,
mulai meneliti dengan metode antropologi, gejala ekonomi pedesaan, penghimpunan
modal, pengerahan tenaga, sistem produksi dan pemasaran lokal dari hasil pertahnian
dan perikanan di Oseania dan Malaysia. Dari berbagai aktivitas penelitian tersebut, para
murid Firth dan ahli antropologi lain, menimbulkan spesialisasi antropologi diantaranya,
yaitu:
1) Antropologi Ekonomi mempelajari masalah penghimpunan modal lokal, dan
tenaga pribumi, sistem-sistem produksi dan pemasaran local.
2) Antropologi Pembangunan menggunakan metode-metode, konsep-konsep, dan
teori-teori antropologi, mempelajari soal-soal yang bersangkutan dengan
pembangunan masyarakt desa, sikap petani terhadap teknologi baru.
3) Antropologi Pendidikan mempelajari masalah pendidikan di Negara berkembang.
4) Antropologi Kesehatan mempelajari masalah konsepsi dan sikap penduduk desa
tentang kesehatan.
5) Antropologi Penduduk mempelajari laju kenaikan penduduk, ekspalosi penduduk
dunia, masalah penduduk dunia.
9
6) Antropologi Politik mempelajari kejadian – kejadian dan gejala politik serta
persaingan dan kerjasama antara kekuatan partai-partai politk dalam Negara
berkembang, sistem nilai dan norma politik yang dijalankan.
7) Antropologi untuk Psikiatri mengenai latar belakang sosial – budaya dari
penyakit-penyakit jiwa.
f. Antropologi Terapan adalah satu bidang dalam ilmu antropologi tempat pengetahuan
(knowledge), ketrampilan (skills), dan sudut-pandang (perspective). Ilmu antropologi
digunakan untuk menolong mencari solusi bagi masalah-masalah praktis kemanusiaan
dan memfasilitasi pembangunan.
10
BAB 2METODE DAN PENDEKATAN KAJIAN ANTROPOLOGI
A. Antropologi Sebagai Metode
Metode ilmiah suatu ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu atau cara dalam rangka
ilmu tersebut sampai kepada ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan kata lain, metode
ilmiah dari suatu ilmu mencakup berbagai cara atau jalan yang harus ditempuh untuk
sampai pada kesatuan pengetahuan. Suatu ilmu baru dikatakan bersifat ilmiah jika
memiliki metode ilmiah. Tanpa metode maka suatu ilmu hanya bisa disebut sebagai
pengetahuan atau himpunan pengetahuan saja.
Jalan atau cara untuk mencapai kepada suatu ilmu pada umumnya ada tiga metode
pengumpulan fakta yaitu: penelitian lapangan (field research), penelitian di laboratorium,
penelitian di perpustakaan.
1. Penelitian Lapangan (field research). Pada penelitian lapangan seorang atau
sekelompok orang telah menentukan topik, lokasi dan tujuan tentang data apa yang
diinginkan, maka para peneliti telah merancang time scudle (rentang waktu) yang
dibutuahkan, setelah itu akan melakukan perjalanan kunjungan langsung ke tempat
sumber-sumber data yang hendak diperoleh. Pada penelitian lapangan, peneliti mau
tidak mau harus menjadi bagian dari obyek yang diteliti, oleh karena itu ia manjadi
bagian didalamnya. Karena kemampuan menjalin relasi dengan obyek di lokasi
penelitian akan menentukan tingkat keberhasilan penelitianya.
2. Penelitian di Laboratorium. Pada umumnya dilakukan dalam suatu ruangan atau wadah
yang sudah didesain sedemikian rupa, dengan menyediakan bahan-bahan pembanding
atau bahan-bahan pendukung yang mampu mempengaruhi perubahan terhadap hasil
yang diinginkan. Penelitian semacam ini baik secara tim maupun individu mesti
mengamati secara berkala dan mencatatat setiap gejala perubahan yang terdapat pada
11
percobaan tersebut. Pada dasarnya obyek peneltian laboratorium tidak berhubungan
langsung atau terpisah dengan si penelti, karena peneliti hanya mengamati dan
mencatat perubahan yang terjadi.
3. Penelitian di Perpustakaan. Setelah tema atau topik dan tujuan penelitian telah
ditentukan, maka peneliti akan mengumpulkan berbagai bahan referensi yang
bersumber dari buku-buku, majalah, jurnal, makalah dan sumber sumber lainya di
berbagai tempat. Namun pada umumnya sumber-sumber data itu secara lengkap dapat
dijumpai di suatu perpustaakaan, kalau perputakaan tersebut sudah lebih maju cara
pengorganisasian dan pengelolaannya. Namun demikian jika tema-temanya bersifat
khusus maka hanya ada beberapa perpuustakaan yang mampu menyediakanya,
terutama bahan atau tema yang bersifat historis. Contohnya tema tentang sejarah di
Sulawesi Selatan, justru kebanyakan bahan-bahan tertulis atau manuskripnya berupa
catatan-catatan yang termuat di daun lontarak berupa tulisan lontarak, sehingga seorang
peneliti harus melakukan kunjungan ke perpustakaan khusus seperti Leiden di negeri
Belanda karena bahan tersebut hanya tersedia di perpustakaan tersebut.
Pengertian antropologi sebagai metode adalah menyangkut tentang cara bagaimana
pengetahuan yang ada dalam disiplin ilmu ini diperoleh. Metode ilmiah yang utama dalam
antropologi adalah penelitian “etnografi”. Metode etnografi adalah suatu kegiatan
pengumpulan bahan keterangan yang dilakukan secara sistematis, mengenai cara hidup
dan berbagai kegiatan sosial yang berkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan dalam suatu
masyarakat.
(Salim, 2001) menyatakan bahwa syarat utama dalam metode etnografi adalah peneliti
tu sendiri harus hidup diantara objek dan subjek yang diteliti dan dengan waktu yang
relatif lama (cukup) untuk dapat berintegrasi dengan masyarakat yang diteliti. Keberadaan
peneliti dibutuhkan agar dapat mengembangkan kepekaannya dalam berpikir, merasakan
dan menginterpretasikan hasil-hasil pengamatannya dengan menggunakan konsep-konsep
yang ada dalam pemikiran, perasaan-perasaan dan nilai-nilai yang diteliti. Pemahaman
terhadap suatu peristiwa budaya dalam kajian etnografi harus dilakukan dalam lingkup
yang menyeluruh (holistik) dan mendiskripsikannya secara apa adanya. Kreatifitas dan
keprofesionalan sangat diutamakan dalam melakukan penelitian etnografi.
Terdapat dua metode utama dalam penelitian etnografi, yakni observasi partisipasi dan
wawancara mendalam secara langsung dengan anggota kelompok masyarakat yang
ditelitinya.
1. Observasi Partisipasi (Participant Observation) adalah metode pengumpulan data yang
12
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan
dimana peneliti terlibat dalam keseharian informan. Dengan demikian peneliti langsung
terjun dalam seting sosial budaya yang sesungguhnya. Selama penelitian, peneliti
merasakan sendiri serta mengamati secara langsung aspek dari kebudayaan yang diteliti
secara menyeluruh (holistik).
2. Wawancara Mendalam adalah proses memperoleh informasi untuk tujuan penelitian
dengan teknik tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan informan. Dalam hal
ini peneliti membekali dirinya dengan pedoman wawancara (interview guide) yang
berisi garis besar topik-topik penting yang akan ditanyakan pada informan. Dengan
pedoman wawancara ini dimungkinkan bagi seorang peneliti untuk menanyakan secara
lebih detail tentang informasi yang dibutuhkan. Informasi yang dibutuhkan dalam
wawancara mendalam meliputi:
a. Informasi yang berkaitan dengan data pribadi, misalnya: nama, umur, agama,
pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dan sebagainya.
b. Informasi yang berhubungan dengan kepercayaan atau pendapat/pandangan
informan tentang suatu fakta. Disini yang digali bukan informasi tentang keenaran
suatu fakta yang ditanyakan melainkan bagaimana anggapan, pandangan, atau
keyakinan informan terhadap suatu fakta.
c. Informasi tentang perasaan, yakni keterangan informan mengenai perasaanperasaan
terhadap suatu fakta atau peristiwa.
d. Informasi tentang kegiatan. Informasi ini umumnya dapat dibedakan atas keterangan
tentang standar etika yang menyangkut apa yang sebaiknya dilakukan menurut
informan dan keterangan standar kegiatan menyangkut penilaian suatu yang
dilakukan menurut standar yang ada dalam masyarakat.
e. Informasi tentang alasan informan mengenai anggapan, perasaan, perilaku atau
kebijakan yang disampaikannya.
f. Seluruh data yang diperoleh melalui observasi partisipasi dan wawancara mendalam
dituangkan dalam catatan lapangan (field notes). Catatan- catatan dalam field notes
ini nantinya diolah untuk disusun menjadi laporan penelitian tentang fenomena
sosial budaya yang diteliti.
Seluruh metode yang digunakan, mulai dari metode pengumpulan bahan konkret
tentang suatu masyarakat yang hidup, sampai pada metode yang digunakan untuk
mengolah bahan tadi menjadi karangan yang dapat dibaca orang lain, merupakan tipe
penelitian deskriptif dari ilmu antropologi yang disebut etnografi (Koentjaraningrat, 1996).
13
Dalam rangkah pelaksanaan pengumpulan atau penggalian data, seorang peneliti
hendaknya dapat menjalin komunikasi, menjaga lingkungan dan senantiasa menghormati
keragaman budaya, suku dan agama masyarakat yang sedang diteliti.
B. Hubungan Antropologi Dengan Ilmu Lain
Antropologi sebagaimana sifat ilmu pada umumnya tidak bisa berdiri sendiri karena
memiliki keterkaitan dengan ilmu lain. Hubungan itu pada umunya bersifat saling
menunjang atau timbal balik dan hubungan yang bersifat penting, artinya tidak bisa
dipisahkan walaupun bisa dibedakan. Terlebih dalam rumpun ilmu sosial dan humaniora
yang kesemuanya menjadikan Masyarakat manusia sebagai obyek materi pembahasan.
Diantara hubungan antropologi dengan ilmu lain secara timbal balik atau dengan kata
lain ilmu antropologi membutuhkan ilmu-ilmu tersebut untuk melengkapi kajiannya
demikian pula sebaliknya.
1. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Geologi
Geologi yang sasaran kajianya adalah mempelajari ciri-ciri lapisan bumi serta
perubahan perubahanya, dibutuhkan oleh antropologi terutama berkaitan dengan
temuan tentang fosil-fosil, atau sisa-sisa kerangka manusia dan artefak atau bendabenda
hasil karya manusia yang terpendam di tanah yang sudah berumur ratusan bahkan
ribuan tahun. Penelitian secara geologi dengan metodologi tertentu diharapkan mampu
mengungkap masa atau jangka waktu yang dilalui oleh fosil-fosil dan artefak tersebut,
kerena dibutuhakan oleh antropologi untuk mengkontruksi dan menjelaskan bagaimana
umat manusia teruatama bentuk ciri-ciri fisik, perkembangan masyarakat dan
kebudayaanya yang berlaku pada masa itu.
2. Hubungan Antropologi dengan Paleontologi
Bantuan ilmu Paleontologi dimaksudkan untuk merekontruksi fosil-fosil manusia dan
binatang yang memiliki struktur tubuh yang mendekati bentuk tubuh manusia seperti
halnya kera, mengenai tingkat tahapan perkembangan evoulsinya, sehingga dapat
diketahui ada atau tidak kaitan antara bentuk fisik manusia dengan bentuk fisik kera
dimasa silam, dan bentuk manusia dan kera di masa kini, karena ada anggapan bahwa
kedua species ini memiliki tingkat kemiripan yang tinggi.
3. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Anatomi
Antropologi membutuhkan ilmu anatomi untuk memahami ciri-ciri dan perbedaan fisik
14
manusia terutama perbedaan ras, bentuk rambut dan warna kulit, untuk memahami
kerterkaitan antara satu ras suku bangsa atau kelompok manusia dengan dengan ras
atau kelompok manusia lainya, serta penyebab terjadinya perbedaan ciri fisik dan ras
manusia tersebut.
4. Hubungan antara Ilmu Antropologi dengan Ilmu Kesehatan
Antropologi membutuhkan ilmu kesehatan utuk memhami perkembangan penyakit dan
kesehatan suatu masyarakat, dan yang terpenting adalah sikap satu kelompok manusia
terhadap penyakit atau wabah yang dihadapi, demikain pula halnya dengan para dokter,
diharapkan bisa bekerja sama dengan para antropolog untuk memahami pandangan
hidup suatu masyarakat tentang penyebab terjadinya wabah suatu penyakit, sakit yang
diderita seseorang, bahkan penyebab terjadinya suatu kematian, apakah karena
disebabkan oleh penyakit atau sikap dukun, tukang sihir atau bahkan karena
disebabakan oleh sikap dewa yang murka kepada suatu golongan masyarakat tersebut.
Diantara ilmu-ilmu yang berkaitan dengan antropologi dan memiliki hubungan yang
sangat erat dan tidak bisa dipisahkan adalah ilmu sosiologi dan ilmu psikologi.
5. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Sosiologi
Secara umum ilmu antropologi dan sosialogi keduanya sama, karena samasama
menjadikan manusia sebagai obyek kajian (obyek materi). Sebagaimana antropologi,
ilmu sosiologi juga bertujuan untuk memahamii pengertian tentang asas hidup
masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya, tujuanya juga seolaholah sama
dengan antropologi. Namun jika dilihat secara detail dan spesifik maka akan nampak
perbedaan diantara kedua bidang kajian ilmu tersebut. Seperti halnya berkiut ini:
a) Kedua ilmu mempunyai asal usul dan sejarah perkembangan yang berbeda. Kalau
Antopologi lahir dan bermula dari catatan-catatan perjalanan para musafir ke benua
selain Eropa untuk menuliskan laporan tentang keunikan suku bangsa yang
disinggahi, maka sosiologi berasal dan bermula dari filsafat. Kemudian
dikembangkan menjadi filsafat sosial, namun filsafat sosial yang digunakan untuk
mengkaji masyarakarat Eropa sejak revolusi industri, tidak dapat mengatasi
persoalan yang berkaitan dengan hubungan antara pemilik modal (borjuis) dan
kaum pekerja (ploletariat). Ketegangan yang muncul justru terus-menerus antara
hubungan kerja buruh dan majikan terutama soal upah dan kesejahteraan, sehingga
memerlukan cabang ilmu filafat sosial yang baru, kemudian melahirkan suatu
cabang ilmu yang dinamakan sosiologi untuk menangani interaksi, relasi kerja, dan
ketegangan serta konflik diantara kedua pihak. Walaupun seiring waktu konflik itu
15
tidak pernah berkesudahan sampai saat ini.
b) Obyek formal atau bahan penelitian yang berbeda. Kalau ilmu antropologi
memfokuskan pada masyarakat dan kebudayann pada masyarakat pedesaan dan
primitive diluar bangsa Eropa, maka sosiologi memfokuskan penelitian pada
masyarakat di Eropa -Amerika.
c) Metodologi yang digunakan juga berbeda. Kalau antropologi menggunakan
pendekatan kualitatif yang mengandalkan observasi (pengamatan) dan interview
(wawancara), maka sosiologi menggunakan pendekatan kunatitatif yang
mengandalkan survey.
Namun dalam perkembanganya akhir akhir ini, baik antropologi maupun sosiologi
mulai mengembangkan lapangan penelitian terhadap masyarakat dan kebudayaanya, baik
yang berada di pedesaan maupun yang berada di perkotaan, baik masyarakat dan
kebudayaan yang bermukim di Eropa-Amerika maupun di belahan dunia lainya.
Demikian halnya dengan metodologi yang dipergunakan, antropologi yang semula
mengggunakan pendekatan kualitatif dan sosiologi yang mengandalkan pendekatan
kuantitatif, kini kedua bidang ilmu tersebut dapat menggunakan kualitatif dan kuntitatif
secara bergantian maupun secara bersamaan. Artinya antropologi yang mengandalakn
metode kulaitatif tetapi juga dapat menggunakan metode kuantitatif, demikian pula
sebaliknya, sosiologi yang mengandalkan metode kuantitatif tetapi dapat pula
menggunkan metode kualitatif, tergantung kebutuhan data yang diperlukan. Sehingga
akhir-akhir ini para antropolog dan sosiolog secara bersama atau berkelompok mampu
bekerja sama menggarap lapangan penelitian yang bisa menghasilkan suatu laporan yang
lebih lengkap mengenai kehidupan sosial budaya suatu masyarakat.
6. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Psikologi
Salah satu cabang ilmu yang terkait erat dengan antropologi adalah psikologi, karena
membicarakan manusia sebagai mahluk hidup secara biologis dan mahluk sosial.
Manusia memiliki suatu kekuatan yang tidak nampak nyata, karena ia bersifat imateril
dan hanya terlihat gejala-gejalanya saja, aspek yang terpenting dari unsur kehidupan
manusia adalah aspek ruhaniah yang dikenal dalam istilah agama, sedangkan istilah
yang digunakan di Indonesia adalah jiwa, dimana salah satu cabang ilmu yang
mengkaji gejala-gejala yang ditimbulkan oleh kekuatan jiwa ini dinamakan psikologi.
Kekuatan jiwa atau ruhani manusia ini telah terintegrasikan dengan baik oleh unsur
berfikir manusia melalui otak, dan proses merasa manusia melalui hati sehingga
menentukan kepribadian manusia sebagai individu, dan selanjutnya membentuk
16
kepribadian manusia sebagai mahluk sosial, atau mahluk yang hidup bermasyarakat
yang mampu menciptakan cipta, rasa dan karsa. Ciptaan manusia yang berkaitan
dengan ruhaniah atau kejiwaan meliputi norma dan aturan hidup bekelompok, inilah
yang disebut kebudayaan. Hubungan antara antropologi (budaya) dengan sosiologi
(sosial) dan psikologi (keperibadian) secara rinci akan dibahas dalam satu tema
pembahasan secara khusus.
BAB 3KEBUDAYAAN
A. Definisi KebudayaanBeberapa tokoh mengemukakan asal-usul kata kebudayaan, diantaranya yaitu:
1. Koentjaraningrat: buddhayah: budi atau akal, dengan demikian berarti hal yang
bersangkutan dengan akal. Kebudayaan itu keseluruhan dari kelakuan dan hasil
kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan, yang harus didapatnya dengan
belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
2. Bakker: kata kebudayaan berasal dari “abhyudaya”. Kebudayaan adalah hasil baik,
kemajuan, dan kemakmuran yang serba lengkap.
3. Ralph Linton: Kebudayaan sebagai warisan sosial, dan membaginya menjadi dua
bagian, yakni warisan umum dan warisan khusus.
4. Bahasa Asing: kultur. Bahasa Inggris: culture dan Bahasa Latin: cole, cultura,
agricultura yang artinya mengolah, mengerjakan dan berhubungan dengan tanah atau
bertani. Jadi kebudayaan ialah segala daya upaya serta tindakan manusia untuk
mengolah tanah dan mengubah alam.
Disimpulkan kebudayaan dalam Bahasa Inggris yaitu culture dari kata cultura berasal
dari Bahasa Latin colere yang berarti memelihara, memajukan, dan memuja- muja.
Sedangkan Budaya atau kebudayaan dari Bahasa Sansekerta berasal dari buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi atau akal manusia.
Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1996).
17
Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa kebudayaan itu adalah daya dari budi yang
berupa cipta, karsa, dan rasa. Ketiga unsur dibawah ini secara bersamaan menentukan
timbulnya suatu hasil kebudayaan.
a. Cipta Manusia ingin mengetahui dan menyadari segala rahasia yang dijumpai di
dalam pengalamannya, baik lahir maupun batin.
b. Karsa Manusia ingin mengetahui segala asal-usul dari segala hal, sehingga
menimbulkan berbagai perasaan dan pikiran yang tiada hentinya. Akhirnya timbul
norma-norma keagamaan dan norma-norma kesusilaan.
c. Rasa Manusia ingin keindahan. Akhirnya timbul norma-norma keindahan atau
estetika.
Dari semua definisi tersebut jelas bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar. Dengan demikian hampir seluruh tindakan manusia
adalah kebudayaan, karena hanya sedikit tindakan manusia dalam masyarakat yang berupa
naluri, tindakan reflek, tindakan akibat proses fisiologi atau kelakuan membabi buta saja
yang bukan merupakan kebudayaan.
B. Ciri-Ciri Kebudayaan
Beberapa ahli antropologi memperoleh pengertian tentang karakteristik-karakteristik
pokok yang dimiliki bersama oleh semua kebudayaan yaitu:
1. Kebudayaan Adalah Milik Bersama
Kebudayaan adalah sejumlah cita-cita, nilai dan standar perilaku. Selain itu juga
sebagai persamaan yang artinya menyebabkan perbuatan para individu dapat
dipahami oleh kelompoknya. Contoh kebudayaan upacara penguburan mayat pada
Suku Toraja yang berkurban kerbau hingga puluhan begitu pula babi yang mencapai
puluhan bahkan ratusan. Bagi orang di luar suku Toraja akan menganggap aneh
karena dalam suasana duka tapi mengeluarkan banyak biaya untuk pesta, namun bagi
anggota Suku Toraja hal ini harus dilakukan untuk menghormati yang meninggal dan
semakin banyak binatang yang dikorbankan maka status sosialnya akan naik, hal
demikian istlah dalam antropologi yaitu “potlatch”.
2. Kebudayaan Adalah Hasil Belajar
Hal utama yang membedakan manusia dengan binatang yaitu manusia untuk
melakukan sesuatu harus melalui tahap belajar, hal ini berbeda dengan binatang yang
18
dalam melakukan sesuatu berdasarkan insting sebagai warisan biologis. Ralph Linton
mengatakan bahwa kebudayaan sebagai warisan sosial umat manusia (Haviland,
1999). Proses penerusan kebudayaan yang satu ke generasi berikutnya disebut
enkulturasi. Melalui enkulturasi orang mengetahui cara yang secara sosial tepat untuk
memenuhi kebutuhannya yang ditentukan secara biologis. Pendapat ini menekankan
bahwa kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dapat mengembangkan sikap
mereka terhadap kehidupan dan diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya
melalui proses komunikasi dan belajar agar generasi yang diwariskan memiliki
karakter yang tangguh dalam menjalankan kehidupan.
3. Kebudayaan Yang Didasarkan Pada Lambang
Leslie White berpendapat bahwa perilaku manusia sering kali menggunakan
lambang, contoh tanda, isyarat yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain.
Misalnya, arti, kualitas, gagasan, dan objek. Salthe menegaskan bahasa simbolis
adalah fundamen tempat kebudayaan manusia dibangun, pranata-pranata kebudayaan
seperti struktur politik, agama, kesenian, organisasi ekonomi tidak mungkin ada tanpa
lambang- lambang (Haviland, 1993.
4. Integrasi Kebudayaan
Ahli antropologi biasanya menguraikan kebudayaan menjadi sejumlah bagian
yang kelihatannya berdiri sendiri tetapi pada hakekatnya memiliki persamaan yang
mempersatukan. Salah satu aspek kebudayaan untuk berfungsi sebagai kesatuan yang
saling berhubungan disebut integrasi. Gambaran tentang integrasi aspek ekonomi,
politik, dan sosial dari masyarakat diperlihatkan pada Masyarakat Kapauku di Papua.
Ekonomi mereka bertumpu pembudidayaan tanaman, pemeliharaan babi, berburu, dan
menangkap ikan. Pembudidayaan tanaman menghasilkan sebagian besar pangan,
tetapi melalui penangkaran babilah orang mendapat pengaruh politik dan sebagai
penguasa legal. Bagi mereka penangkaran babi adalah masalah kompleks,
pemeliharaan babi membutuhkan banyak makanan untuk mereka padahal ada
beberapa kegiatan perkebunan pokok yang harus dilakukan oleh wanita begitu pula
dengan pemeliharaan babi hanya boleh dilakukan oleh wanita. Untuk mengatasi hal
ini maka masyarakat Kapauku harus menikahi lebih dari seorang (Poligini) dengan
pembayaran harga yang sangat tinggi (bride price; Jawa: tukon), semakin banyak
wanita yang dinikahi maka status sosialnya makin tinggi. Kecakapan itulah yang
melahirkan pemimpin dalam masyarakat Kapauku (Haviland,1993).
19
C. Wujud KebudayaanJJ. Honingman (dalam Koentjaraningrat, 1996) membagi wujud kebudayaan menjadi
tiga, yaitu:
1. Gagasan (Wujud Ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala
atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu
berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat
tersebut.
2. Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (Karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga
wujud kebudayaan.
Koentjaraningrat (1996) membagi wujud kebudayaan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan. Wujud kebudayaan ini bersifat abstrak, tidak dapat diraba.
Wujud kebudayaan yang petama bersifat abstrak, karena berupa pikiran,
20
(1) IDEAS,
(2) ACTIVITIES,
(3) ARTIFACTS,
keyakinan, kepercayaan, aturan yang tersimpan dalam memori otak setiap
individu, pola yang tersimpan itu tentu dimiliki oleh semua masyarakat dalam
suatu kebudayaan tersebut sesuai dengan tingakat pengetahuannya terhadap
kebudayaan yang dipelajarinya. Sistem kebudayaan yang demikian tentu tidak
dapat diketahui karena tidak bisa diraba oleh orang yang berada di luar lingkungan
masyarakat tersebut. Dan jika alam pikiran mereka itu dituangkan dalam bentuk
tulisan berupa karya para pemerhati dan peneliti maka alam pikiran yang tadinya
bersifat absrak akan terlihat dan terbaca dalam tulisan, buku, file, memori, film,
CD atau yang sudah tercetak berbentuk berjiliid-jilid buku, jurnal, majalah,
tabloid, skripsi, tesis, laporan penelitian, desertasi dan sebagainya dalam lemari
perpustakaan.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan dari kelompok
manusia. Wujud kedua dari kebudayaan sering disebut sistem sosial. Sistem sosial ini
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi.
Sistem sosial adalah relasi sosial yang dibangun oleh suatu masyarakat
berdasarkan nilai-nilai ideal atau sistem ide. Sistem sosial itu dapat diamati karena
nampak hidup berupa interaksi dan komonikasi yang terjalin diantara anggota
masyarakat yang dilakukan secara berulang menurut pola-pola yang telah
ditentukan. Pola dari tindakan itu terjadi dari hari ke hari dalam waktu yang lama
dan terus berulang. Karena sistem sosial itu berupa tindakan-tindakan yang nyata,
maka ia bisa dilihat, diobservasi, diamati, didokumentasikan, difoto, direkam.
Tentu saja pola dari tindakan yang dilakukan mesti menurut adat istiadat itu
kebanyakan tidak bersifat tertulis. Jadi walaupun tidak bersifat tertulis setiap
anggota masyarakat dianggap memahaminya sehingga ia akan bertindak dan
berperilaku sesuai dengan adat istiadat yang sudah disepakati secara bersama.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ketiga dari
kebudayaan disebut kebudayaan fisik.
Karya-karya itu nampak begitu kongkrit karena ia terwujud dalam bentuk
material. Baik benda hasil karya manusia yang masih bersifat sederhana maupun
sudah mencapai bentuk yang paling maju. Pada masyarakat yang masih sederhana
bisa kita lihat karya berupa tembikar, jala ikan, tempayan, bakul, tombak berburu,
panah buruan, kayu bakar dan lain-lain. Pada masyarakat sekarang kita bisa
menjumpai berbagai jenis alat perlatan hidup manusia berupa pesawat terbang,
mobil, bangunan pencakar langit, hand phone, computer, laptop, televisi, kamera
21
digital, mesin ATM, sistem pelayan online dan sebagainya. Benda-benda hasil seni
seperti kain tenunan, kain batik, ukiran kaligrafi, cip, memori dan sebagainya.
Benda karya manusia itu dapat dilihat, diraba, difoto.
Menurut Koentjaraningrat:
1. Lingkaran paling luar melambangkan kebudayaan sebagai artefacs atau benda -
benda fisik yang dapat diraba dan difoto contoh candi, pabrik kain;
2. Melambangkan kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan tindakan berpola,
bersifat kongkrit terjadi di sekeliling kita, bisa di observasi;
3. Melambangkan kebudayaan sebagai sistem gagasan. Gagasan manusia satu dan
yang lainberkaitan menjadi satu sistem yang membentuk sistem budaya atau adat
istiadat; dan
4. Melambangkan kebudayaan sebagai sistem gagasan yang ideologis. Sistem yang
tidak dapat diraba dan dirasakan. Gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh
warga suatu kebudayaan sejak usia dini dan sukar diubah. Disebut sebagai nilai-
nilai budaya.
Wujud kebudayaan berupa sistem gagasan, sistem sosial dan benda-benda hasil karya
manusuai sebenarnya saling berkaitan, karena kumpulan gagasan, pikiran dan ide
menjadi pedoman dan pola untuk melakukan tindakan sosial. Tindakan sosial berupa
interaksi yang tejadi antara individu maupun antara individu dengan angggota
masyarakatnya terjadi karena dilandasi oleh ssitem berfikir yang sudah disepakati secaa
bersama. Wujud sistem gagasan juga biasa disebut kebudayaan non materil, sedangkan
benda-benda hasil ciptaan manusia juga dinamakan kebudayaan materil. Dengan sistem
gasagan yang dipunyai, manusia senanatiasa mengembangkan sistem sosial dan karya-
karya terbaru, sehingga lambat laun manusia mulai meninggalkan ketergantungan
22
alamiahnya terhadap alam menjadi menjauhkan diri dari lingkungan alamiah.
D. Unsur - Unsur Kebudayaan
Unsur kebudayaan adalah unsur-unsur yang ada pada suatu kebudayaan yang sifatnya
umum (universal culture), artinya unsur itu ada pada setiap bangsa yang ada di muka
bumi. Sedangkan unsur kebudayaan yang hanya ada pada kebudayaan tertentu saja
disebut unsur kebudayaan khusus (specific culture).
Berikut dikemukakan beberapa unsur kebudayaan dari beberapa tokoh: Terdapat
empat unsur kebudayaan menurut Melville J. Herkovits, yaitu:
1. Alat Teknologi,
2. Sistem Ekonomi,
3. Keluarga, dan
4. Kekuasaan Politik.
Empat unsur kebudayaan menurut Bronislaw Malinowski, yaitu:
1. Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya,
2. Organisasi Ekonomi,
3. Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga
adalah lembaga pendidikan utama, dan
4. Organisasi Kekuatan (Politik).
Enam unsur kebudayaan menurut Edward Spranger, diantaranya:
No
.
Nilai Kebudayaan
Yang Dominan
Tipe Tingkah Laku
Dasar
1 Ilmu Pengetahuan Manusia Teori Berpikir
2 Ekonomi Manusia Ekonomi Bekerja
3 Kesenian Manusia Estetis Menikmati Keindahan
4 Keagamaan Manusia Agama Memuja
5 Kemasyarakatan Manusia Sosial Berbakti / Berkorban
6 Politik / Kenegaraan Manusia Kuasa Ingin Berkuasa /
Memerintah
Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi berpendapat
bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang bisa dikatakan sebagai isi pokok dari tiap
23
kebudayaan di dunia ini, yaitu:
1. Bahasa suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan sekaligus
menjadi alat perantara yang utama bagi manusia untuk meneruskan atau
mengadaptasikam kebudayaan. Terdapat dua bentuk Bahasa, yaitu lisan dan tulisan.
2. Sistem Pengetahuan secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Gagasan dalam
pikiran manusia adalah ide yang ada dalam pikiran manusia yang akan membentuk
penalaran dimana penalaran merupakan alat pencari solusi bagi masalah yang
dialaminya. Unsur ini berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya
dan sifat-sifat peralatan yang dipakainya, terdiri dari:
b) Pengetahuan tentang sekitar alam,
c) Pengetahuan tentang alam flora,
d) Pengetahuan tentang zat-zat dan bahan mentah,
e) Pengetahuan tentang tubuh manusia,
f) Pengetahuan tentang kelakuan sesama manusia, dan
g) Pengetahuan tentang ruang waktu dan bilangan.
3. Organisasi Sosial Manusia merupakan mahluk yang berperan ganda, artinya
sebagai insan individu sekaligus sebagai insan sosial. Sebagai insan sosial senantiasa
hidup secara kolektif. Sifat hidup berkumpul itu bukan didasarkan insting, tetapi
berdasarkan pertimbangan cipta, rasa dan karsanya. Meyer Fortes mengemukakan
bahwa sistem kekerabatan dalam masyarakat dapat dipergunakan untuk
menggambarkan struktur social dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan
adalah unit-unit sosial yang terdiri atas beberapa keluarga yang memiliki hubungan
darah atau hubungan perkawinan.
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi bagaimanapun sederhanya cara kehidupan
manusia, mereka sudah mengenal peralatan dan tehnologi untuk membantu
kehidupannya. Peralatan merupakan saran prasarana atau perangkat yang dapat
didayagunakan untuk membantu keperluan hidup. Sedangkan teknologi adalah segala
kemampuan teknik untuk memperoleh manfaat, mengatasi permasalahan, dan
mengembangkan segala sesuatu yang telah dicapai. Sikap arif dan bertanggungjawab
sangat diutamakan dalam pemilihan dan penggunaan peralatan dan teknologi, agar
tidak menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Sistem peralatan hidup dan teknologi
terdiri dari:
a) Alat-alat produktif,
24
b) Alat-alat distributif dan transport,
c) Wadah-wadah dan tempat-tempat untuk menaruh,
d) Makanan dan minuman,
e) Pakaian dan perhiasan,
f) Tempat berlindung dan perumahan, dan
g) Senjata.
5. Sistem Mata Pencarian Hidup mata pencaharian hidup yang kemudian terbiasa dan
akrab dengan sebutan sistem ekonomi menjadi perhatian serius dalam kajian ahli
antropologi. Membahas mata pencaharian atau sistem ekonomi berarti membahas tiga
aspek utamanya yaitu produksi, distribusi dan konsumsi, dimana ketiganya saling
berkaitan dan saling mempengaruhi. Sistem mata pencarian hidup terdiri dari:
a) Berburu dan meramu,
b) Perikanan,
c) Bercocok tanam diladang,
d) Bercocok tanam menetap,
e) Peternakan, dan
f) Perdagangan.
6. Sistem Religi Antropologi tidak mengkaji ajaran agama, tetapi persepsi manusia
terhadap agama yang dianutnya. Antropologi memberikan perhatian besar terhadap
sistem upacara keagamaan karena pertama, upacara keagamaan dalam kebudayaan
suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak secara lahir. Kedua,
bahan dan makna upacara keagamaan yang selanjutnya digunakann cebagai ahan
untuk menyusun teori-teori tentang religi. Sistem religi terdiri dari sistem
kepercayaan, kesusasteraan suci, sistem upacara keagamaan, kelompok ke agamaan,
ilmu gaib, nilai dan pandangan hidup.
7. Kesenian Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.
Sebagai mahluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai
corak kesenian mulai dari yang sederhana sampai yang komplek. Jiwa kreatifitas
seseorang sangat menentukan corak sebuah karya seni. Selain itu, keinginan untuk
mempelajari sebuah karya seni tidak hanya pada unsur keindahannya saja, namun
kemampuan membaca simbol-simbol dan pemaknaan sebuah seni merupakan salah
satu penghargaan pada sebuah karya seni. Sistem kesenian terdiri dari seni patung,
25
seni relief, seni lukis dan gambar, seni rias, seni vokal, seni instrumen, seni
kesusasteraan, dan seni drama.
BAB 4HUBUNGAN KEBUDAYAAN DENGAN MANUSIA
A. Hubungan antara Manusia dengan KebudayaanManusia : cipta – benar (otak)
rasa – indah (hati)
karsa – baik (tindakan)
Hasrat untuk memenuhi batinnya pun menimbulkan ciptaan-ciptaan. Segala ciptaan
manusia ini, sebenarnya hanyalah hasil mengubah dan memberi bentuk serta susunan
baru kepada pemberian Tuhan sesuai dengan kebutuhan, itulah yang dinamakan
kebudayaan. Atau dengan kata lain, hasil kerja manusia itulah yang dinamakan
kebudayaan.
Kebudayaan. Hasil usaha manusia untuk mengubah dan memberi bentuk serta
susunan baru kepada pemberian Tuhan. Kebudayaan dibagi menjadi dua segi, yaitu:
1. Segi kebendaan: Segala benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya.
Dapat diraba.
2. Segi kerohanian: Alam pikiran dan kumpulan perasaan tersusun teratur. Tak dapat
diraba.
B. Hubungan Antara Kebudayaan dengan MasyarakatManusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, manusia sebagai pencipta
kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang diciptakan manusia. Penciptaan
kebudayaan tidak hanya seorang namun sekelompok. Yang disebut masyarakat adalah
suatu kelompok manusia atau individu yang memiliki ciri khusus dan tujuan yang sama.
Kebudayaan merupakan turunan dari generasi sebelumnya. Manusia mampu
meneruskan kebudayaannya kepada generasi penerus atau keturunannya, juga pada
kelmpok lain yang sejaman. Dengan begitu, hasil budaya manusia dapat terus
berkembang dari generasi ke generasi dan berkembang dari kelompok satu ke kelompok
lainnya. Jadi, sebagai pendukung kebudayaan bukan orang-seorang melainkan
masyarakat seluruhnya.
26
C. Perkembangan KebudayaanPatah tumbuh hilang berganti. Dan selama pergantian itu masih saja berlangsung,
selama masyarakat masih tetap ada sebagai pendukungnya, selama itu pula kebudayaan
pun terus berlangsung.
Perubahan masyarakat itu selalu diikuti oleh perubahan kebudayaan, tetapi begitu
pula sebaliknya: anasir-anasir baru di dalam kebudayaan mengadakan perubahan di
dalam masyarakat. Perkembangan yang satu senantiasa disertai perkembangan yang
lainnya. Keduanya selalu bersama-sama dalam perjalanannya dari masa ke masa.
Jika tak demikian, tak dapatlah ada persesuaian yang sempurna; tak dapatlah
masyarakat itu menjadi pendukung sepenuhnya dari kebudayaannya, dan dapatlah
kebudayaan itu menjadi milik sebenarnya dari masyarakatnya.
Perubahan kebudayaan itu diakibatkan dua macam sebab, ialah: - berasal dari dalam,
yaitu masyarakat pendukungnya sendiri, tetapi tidak mengakibatkan perubahan seberapa
besarnya karena kebudayaan itu selalu sesuai dan seimbang dengan masyarakatnya. –
berasal dari luar, yaitu dari lingkungan masyarakat itu, yang menimbulkan gerak yang
nyata, yang menimbulkan perubahan dan kemajuan kebudayaan dan bahkan
mengakibatkan kegoncangan dalam persatuan masyarakat dan kebudayaan, ialah jika
masyarakat menghadapi perubahan keadaan yang sangat besar dan mendadak.
Ditambah dengan kenyataan bahwa manusia tak mungkin dapat melepaskan segala-
galanya yang telah ia miliki sebagai kepandaiannya, maka di atas dasar kebudayaan lama
itu dengan disertai berbagai perubahan dan tambahan tumbuhlah lambat laun kebudayaan
baru melalui garis-garis baru, sesuai dengan permintaan jaman yang telah berganti itu.
Sebab tumbangnya kebudayaan mungkin juga berasal dari alam atau kebudayaan lain.
Pertemuan pendukung-pendukung kebudayaan, perhubungan secara langsung,
bukanlah syarat mutlak untuk adanya pengaruh kebudayaan. Dapat juga pengaruh itu
terjadi perantara.
Bagaimanapun sifatnya, untuk perkembangan dan kemajuan kebudayaan
hubunganlah yang menjadi faktor terutama lagi terpenting. Dan oleh karena itu manusia
dapat memilih dan menentukan sendiri cara dan tempat hidupnya, maka kemungkinan
bertemunya dengan kebudayaan, baik langsung maupun tidak, terbuka seluas-luasnya;
bahkan boleh dikata tak dapat terelakkan lagi. Maka dalam perjalanannya dari masa ke
masa tak dapatlah mungkin bahwa sesuatu kebudayaan tetap saja seperti sediakala, luput
dari sesuatu pengaruh dari luar.
27
Maka, kekuatan kebudayaan itu sebenarnya terletak dalam kemampuannya untuk
memasak dan mengolah segala pengaruh yang mengenainya menjadi milik sendiri
dengan tidak mengacaukan sifat-sifat khusus yang menjadi pokoknya. Dengan demikian
perkembangannya tetap dapat sesuai dengan kebutuhan serta permintaan masyarakatnya
sesuatu waktu.
D. Sejarah KebudayaanYang dipelajari sejarah kebudayaan adalah kebudayaan-kebudayaan di waktu
lampau dalam pertumbuhan dan perkembangannya dari masa ke masa. Pengolahan
anasir asing oleh kebudayaan yang terkena pengaruh menentukan corak baru dan
perkembangan selanjutnya.
Peninggalan kebudayaan terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Peninggalan kebudayaan kebendaan. Dapat langsung diteliti dan diselidiki. Dapat pula
ditarik kesimpulan mengenai alam pikirannya yang menjadi dasar dan yang
menggerakkan serta mendorong diciptanya benda-benda itu.
2. Peninggalan kerohanian. Hanya dapat dimengerti jika kita berhubungan dengan para
pemilik dan pendukungnya.
Tidak ketinggalan pula peninggalan-peninggalan tertulis pun termasuk peninggalan
kebudayaan kebendaan. Dari tulisan itu kita langsung dan lebih lengkap dapat mengerti
harta kerohanian itu.
Tulisan itu sesungguhnya tidak sudah dari semula ada melainkan ada saatnya tulisan
itu mula-mula didapatkan. Dari latar belakang tersebut, dibuatlah dua pembagian besar,
yaitu:
4. Zaman prasejarah. Permulaan adanya manusia dan kebudayaan-abad ke-5 Masehi.
3. Zaman Purba. Abad pertama tarikh Masehi-1500 M.
4. Zaman Madya. Menjelang akhir zaman Majapahit-akhir abad ke-19.
5. Zaman Baru (modern). 1900 M-sekarang.
Zaman yang keempat ini adalah masa yang kini sedang kita hadapi dan alami
bersama. Oleh karena masih berjalannya masa ini, kebudayaan Indonesia modern belum
mempunyai bentuk yang tertentu. Coraknya belum tegas. Dalam arti lain kebudayaan
Indonesia modern masih dalam pembentukan. Proses pengindonesiaan yang sebenarnya
(kebudayaan kesatuan) pun belum berakhir.
28
BAB 5ANGGAPAN – ANGGAPAN KEBUDAYAAN
A. Beberapa Anggapan Dasar Mengenai Kebudayaan1. Kebudayaan Dapat Disesuaikan
Kenyataan bahwa banyak kebudayaan bertahan dan malah berkembang
menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan oleh suatu
mayarakat, disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu dari lingkungannya,
karena kalau sifat-sifat budaya tidak disesuaikan kepada beberapa keadaan tertentu,
kemungkinan masyarakat untuk bertahan akan berkurang. Tiap-tiap adat yang
ketahanan suatu masyarakat dalam lingkungan tertentu merupakan adat yang dapat
disesuaikan.
2. Kebudayaan Merupakan Suatu Integrasi
Kebudayaan dikatakan merupakan suatu integrasi maksudnya adalah bahwa
unsur-unsur atau sifat-sifat yang terpadu menjadi suatu kebudayaan bukanlah
sekumpulan kebiasaan-kebiasaan yang terkumpul secara asal-asalan saja. Satu alasan
mengapa para ahli antropologi menduga bahwa kebudayaan merupakan suatu
integrasi kelihatannya adalah bahwa sifat itu dianggap bersumber pada sifat adaptif
dari kebudayaan. Jika kebiasaan-kebiasaan tertentu lebih adaptif dalam susunan
tertentu, maka dapat diduga bahwa gumapalan unsur-unsur budaya itu akan ditemui
dalam kaitan yang berhubungan bila ditempatakan dalam keadaan yang bersamaan.
3. Kebudayaan Selalu Berubah
Walaupun benar bahwa unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat
dimasukkan ke dalam kebudayaan lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan
pada kebudayaan itu, kita harus mengingat, bahwa kebudayaan tidaklah bersifat statis
ia selalu berubah.
Dalam setiap kebudayaan selalu ada suatu kebebasan tertentu pada para individu dan
kebebasan individu memperkenalkan variasi dalam cara-cara berlaku dan variasi itu yang
29
pada akhirnya dapat menjadi milik bersama, dan dengan demikian di kemudian hari
menjadi bagian dari kebudayaan.
B. Proses Terbentuknya Kebudayaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kebudayaan, yaitu:
1. Lingkungan Geografis Contoh: iklim, tanah, air, bentuk permukaan tanah, letak.
2. Saling Kontak Antar Bangsa Contoh: perdagangan, migrasi, agama, buku, radio,
majalah, dsb.
3. Faktor Ras (Induk Bangsa) Ciri-ciri tubuh membuat sifat dan jiwa rohaninya
berbeda sehingga berpengaruh pula pada pembentukan kebudayaan.
Terdapat beberapa cara kebudayaan atau unsur-unsur kebudayaan itu menyebar, yaitu
dengan:
a. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Dalam
prosesnya, akulturasi terjadi dalam dua cara, yaitu:
1) Akulturasi damai (penetration pasifique),
2) Akulturasi ekstrim, terjadi dengan kekerasan, perang, penaklukkan, dsb.
Contoh akulturasi budaya adalah pembuatan candi, dimana seni bangunan candi
mengandung unsur budaya India. Hal ini dikarenakan candi di Indonesia mengambil
unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoristis dalam kitab Silpasastra
(kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk pembuatan arca dan bangunan).
b. Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli, sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh
usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Sikap toleransi dan
simpati terhadap kebudayaan lain sering terhalang oleh beberapa faktor diantaranya
sebagai berikut:
2) Kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapinya
3) Sifat takut terhadap kekuatan kebudayaan lain
4) Perasaan superiotas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang
lain.
Contoh asimilasi budaya yang terjadi di Indonesia adalah busana pernikahan adat
Betawi dimana busana pengantin wanita merupakan asimilasi budaya antara budaya
30
Indonesia dan budaya Tionghoa, nama busananya care none penganten cine. Pengaruh
budaya Tionghoa berupa pemilihan warna merah yang identik dengan kebudayaan
Tionghoa. Sedangkan busana penganten pria mendapat pengaruh kebudayaan Arab,
hal ini dapat dilihat dari celana penganten pria yang cenderung ngatung atau tidak
menutup kaki, penutup kepala yang juga menyiratkan pengaruh Arab dan jubah yang
menjuntai menuupi tubuh mempelai pria. Gaya pengantin ini oleh masyarakat Betawi
disebut gaya care haji.
c. Difusi
Persebaran kebudayaan yang disebabkan oleh adanya migrasi-manusia. perpindahan
dari satu tempat ke tempat lain sehingga akan menularkan budaya tertentu apalagi
perpindahan tersebut dilakukan dengan skala yang besar sehingga menimbulkan difusi
yang besar pula. Setiap terjadi persebaran kebudayaan disitulah terjadi penggabungan
dua kebudayaan atau lebih. Pengaruh kemajuan teknologi dan komunikasi juga
mempengaruhi terjadinya difusi budaya, keadaan ini memungkinkan kebudayaan
makin kompleks dan bersifat multikultur. Contoh difusi budaya yang terjadi dalam
masyarakat Indonesia adalah berbagai kata yang ada dalam bahasa Indonesia. Tanpa
disadari, Bahasa Indonesia merupakan contoh hasil difusi yang terjadi dalam
masyarakat. Berbagai kata dalam Bahasa Indonesia merupakan hasil serapan dari
bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain.
d. Inovasi
Proses sosial lain yang dapat terjadi dalam masyarakat adalah inovasi. Inovasi adalah
sebuah proses pembaruan dalam unsur kebudayaan masyarakat, yakni teknologi.
Inovasi berarti penemuan baru dalam teknologi manusia. Umumnya inovasi
dibedakan atas inovasi yang terjadi karena sengaja (invention) dan inovasi yang
terjadi tanpa sengaja (discovery). Invention adalah proses munculnya suatu unsur
kebudayaan baru dari kombinasi unsur-unsur kebudayaan lama yang telah ada dalam
masyarakat. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa
alat ataupun gagasan. Discovery dapat menjadi invention jika masyarakat sudah
mengakui, menerima, dan memanfaatkan hasil penemuan tersebut.
Inovasi dapat menyebabkan perubahan pada bidang-bidang lain dalam masyarakat.
Inovasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada sistem kemasyarakatan.
Contoh, penemuan dalam bidang teknologi pertanian tentu akan mempengaruhi teknik
atau cara para petani mengolah pertaniannya.
31
BAB 6BAHASA DAN KOMUNIKASI
Bahasa dan komunikasi merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal
menurut Koentjaraningrat. Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan suara
yang dihubungkan satu sama lain, menurut seperangkat aturan, sehingga mempunyai arti
(Haviland, 1993).
Menurut Koenjaraningrat (1986), bahasa atau sistem lambanga manusia secara lisan
maupun tertulis untuk berkomunikasi antara individu satu dengan lainnya. Dan Rakhmat
(1994) mengemukakan dua cara untuk mendefinisikan bahasa yaitu secara fungsional dan
secara formal.
a. Secara fungsional : melihat bahasa dari fungsinya sehingga bahasa diartikan sebagai “alat
yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan”
b. Secara formal : semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan
tata bahasa.
Komunikasi merupakan salah satu hal yang paling penting dalam hidup manusia. Karena
dengan komunikasi, kita dapat membangun relasi atau hubungan dengan orang lain dan kita
juga dapat mengembangkan, melestarikan, dan meneruskan budaya dari generasi ke generasi
selanjutnya.
A. Struktur Bahasa
Struktur dalam Bahasa terdiri dari:
1) Leksikon kata-kata yang terkandung dalam Bahasa.
2) Sintaks dan Tata Bahasa sistem aturan tentang bentuk kata ataupun hubungan
antar kata, sehingga memiliki arti.
3) Fonologi berkaitan dengan aturan bagaimana Bahasa dibunyikan.
32
4) Semantik arti kata.
5) Pragmatik pengaturan bagaimana Bahasa digunakan dan dimengerti dalam sebuah
konteks sosial.
6) Fonem unit bunyi terkecil dari suatu Bahasa.
7) Morfem unit makna terkecil atau mendasar dari suatu Bahasa.
B. Hubungan Antara Budaya dan Bahasa
Bahasa dan kebudayaan termasuk dalam etnoliguistik. Segala aspek dari struktur
penggunaan bahasa yang ada hubungannya dengan masyarakat, kebudayaan dan perilaku
manusia. Dalam hal ini budaya mempengaruhi struktur dan fungsi penggunaan Bahasa,
karena Bahasa merupakan hasil dari manifestasi budaya. Oleh karena itu, tidak ada
budaya yang dapat dipahami tanpa memahami bahasanya.
C. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan
tiba pada saling pengertian yang mendalam. Adanya pertukaran pesan tersebut terjadilah
perubahan sikap dan tingkah laku ataupun secara bersamaan dapat tercipta saling
pengertian antara komunikator dan komunikan.
Komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah suatu bentuk komunikasi yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan cara tertulis atau dengan cara
lisan. Dalam komunikasi verbal terdapat aturan-aturan:
a) Fonologi adalah bagaimana cara suara dapat dikombinasikan dalam membentuk
kata.
b) Semantik adalah cara bagaimana kata dikombinasikan dengan membentuk
kalimat.
c) Sintaksis adalah arti kata.
d) Pragmatis adalah cara bagaimana Bahasa digunakan.
2) Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non verbal adalah kebalikan dari komunikasi verbal yaitu suatu proses
dari komunikasi yang dimana penyampaian informasi atau pesannya tidak memakai
33
kata-kata komunikasi ini sering disebut juga dengan bahasa isyarat. Bentuk dari
komunikasi nonverbal ini memakai gerakan seperti misalnya: bahasa tubuh, ekspresi
wajah, dengan kontak mata dan lain sebagainya. Komunikasi non verbal memiliki
enam bentuk, diantaranya:
a) Kinesik atau gerakan tubuh merupakan pesan non verbal yang ditunjukkan
seseorang dengan isyarat tubuh atau gerakan badan. Kinesik Digambarkan
sebagai suatu sistem komunikasi dengan menggunakan gerakan yang berupa
sikap tubuh, ekspresi muka dan gerakan-gerakan tubuh lain yang mengandung
pesan. Ducan (dalam Rakhmat. 1994) menyebutkan bahwa dalam menyampaikan
pesan kinesik, seseorang dapat melalui gerakan tubuhnya yang terdiri dari tiga
komponen, yaitu:
1. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling
sedikit sepuluh kelompok makna, yaitu kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan,
kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minta, ketakjuban, tekad
Selain wajah, kontak mata adalah yang paling ekspresif dalam komunikasi.
Kontak mata mempunyai dua fungsi dalam komunikasi, yaitu:
a. Sebagai fungsi pengatur adalah kontak mata memberitahukan orang lain
apakah adanya ketertarikan atau menghindar.
b. Sebagai ekspresif adalah memberitahukan perasaan kepada orang lain. Mata
adalah alat komunikasi berarti dalam memberikan isyarat, yang mana setiap
gerakan-gerakan mata memiliki arti tersendiri.
2. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan, seperti
gerakan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. Meski gerakan
tangan yang digunakan sama, namun makna yang terkandung berbeda.
Menurut Galloway, pesan gestural digunakan untuk mengungkapkan
mendorong/membatasi, menyesuaikan/mempertentangkan, responsif/tidak
responsif, perasaan positif/negatif, memperhatikan/tidak memperhatikan,
melancarkan/tidak reseptif, menyetujui/menolak
3. Pesan postural berkaitan dengan seluruh anggota badan, contoh: postur
tubuh yang condong kedepan saat diajak bicara menunjukan kesukaan dan
penilaian positif. Tiga makna yang dapat disampaikan melalui postural, yaitu:
a. Immediacy adalah ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap
individu yang lain. Postur yang condong kearah lawan bicara menunjukkan
34
kesukaan atau penilaian positif.
b. Power adalah mengungkapkan status sosial tertentu pada diri komunikator.
Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati didepan anda, dan
postur orang yang merendah.
c. Responsiveness adalah bereaksi secara emosional pada lingkungan, secara
positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan
sikap yang tidak responsif.
b) Paralinguistik atau suara
c) Proksemik adalah pesan yang disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Edward T. Hall membagi interaksi sosial dalam empat zona spasial, yaitu:
1. Jarak intim (personal space), terdapat dua jarak, diantaranya:
(a) Jarak akrab, dengan jarak 0-18 inch. Individu menerima dengan jelas
masukan pancaindera (pengelihatan, panas tubuh orang, suara, bau dan
tarikan napas).
(b) Jarak 0-6 inch (jarak intimate lovers) merupakan jarak yang terjadi pada
saat bercinta olahraga gulat, saling melindungi. Individu dapat dengan
jelas melihat tekstur kulit, kerut, cacat, warna mata, mulut.
2. Jarak pribadi (personal distance) merupakan jarak 1,5-4 kaki. Terdiri dari 2
fase:
(a) Fase dekat (1,5-2,5 kaki) Terjadi pertukaran sentuhan, bau, pandangan
dan isyarat lainnya.
(b) Fase jauh (2,5-4 kaki) Individu dapat saling menyentuh dengan
mengulurkan tangan.
3. Jarak sosial (social distance) merupakan jarak 4-25 kaki. Susunan bangku dan
perabotan kantor disusun berdasarkan jarak sosial. Jarak ini dibagi menjadi
dua:
(a) Jarak sosial (dekat) 4-7 kaki, dan
(b) Jarak sosial (jauh) 7-12 kaki.
4. Jarak publik yaitu jarak 12-25 kaki
35
Gambaran Empat Zona Spasial
d) Olfaksi atau penciuman Bau-bauan telah digunakan manusia untuk
berkomunikasi secara sadar maupun tidak sadar. Saat ini orang-orang telah
mencoba menggunakan bau-bauan buatan seperti parfum untuk menyampaikan
pesan.
e) Sensitivitas kulit Pesan sentuhan dan bau-bauan (tactile and olfactory
messages) termasuk pesan nonverbal nonvisual dan nonvokal. Alat penerima
sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan berbagai emosi
yang disampaikan orang melalui sentuhan. Berbagai pesan atau perasaan dapat
disampaikan melalui sentuhan, tetapi yang paling sering dikomunikasikan antara
lain : tanpa perhatian (detached), kasih sayang (mothering), takut (fearful), marah
(angry), dan bercanda (playful).
f) Faktor artifaktual Pesan ini diungkapkan melalui penampilan, body image,
pakaian, kosmetik, dll. Umumnya pakaian kita pergunakan untuk menyampaikan
identitas kita, yang berarti menunjukkan kepada orang lain bagaimana perilaku
kita dan bagaimana orang lain sepatutnya memperlakukan kita. Selain itu pakaian
juga berguna untuk mengungkapkan perasaan (misal pakaian hitam berarti duka
cita) dan formalitas (misal sandal untuk situasi informal dan batik untuk situasi
formal)
36
BAB 7MASYARAKAT
A. Proses Terbentuknya Masyarakat
Ketentuan (syarat) dasar bagi manusia untuk suatu masyarakat manusia antara lain :
1. Adanya kesatuan untuk tiap-tiap individu.
2. Adanya tata tertib dalam pergaulan yang satu dengan yang lain.
3. Adanya kerja sama dalam kelompok-kelompok.
Struktur sosial ini baik mengenai kelompok-kelompok maupun yang mengenal
lembaga-lembaga berdiri atas dasar prinsip-prinsip yang tertentu antara lain :
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Daerah
d. Kekeluargaan
B. Bermacam-Macam Kesatuan Sosial
37
Di dalam masyarakat kita dapati bermacam-macam kesatuan sosial sebagai berikut :
a. Kesatuan genealogis atau kesatuan tunggal darah.
b. Kesatuan territorial atau kesatuan tunggal dareah.
c. Kesatuan sacraal, kesatuan suci atau kesatuan religius.
d. Kesatuan campuran (genealogis, territorial maupun sacraal)
e. Kesatuan-kesatuan dan penggolongan-penggolongan lain.
Berikut akan dibahas kesatuan-kesatuan atau penggolongan-penggolongan itu satu per
satu.
1. Kesatuan Genealogis
Terbentuk karena anggota-anggota disatukan oleh persamaan keturunan atau
persamaan darah, persamaan darah, persamaan orang tua ataupun nenek moyang.
a. Somah (Batih) atau Keluarga Kesatuan sosial yang terkecil.
b. Kerabat (Famili) Jika keluarga itu meluas, sehingga beberapa batih berubah
menjadi keluarga besar.
c. Suku (Stam) Bilamana kerabat-kerabatnya bilateral menjadi sangat luas,
pertalian darahnya tidak lagi mudah ditunjukkan, tetapi para anggotanya tetap
percaya mempunyai persamaan darah (keturunan) dari nenek moyang yang sama
dan karena itu tetap merasa merupakan satu golongan tersendiri.
d. Clan Apabila suatu golongan manusia itu hanya mementingkan keturunan dati
satu pihak.
2. Kesatuan Territorial (Kesatuan Tunggal Daerah)
Masyarakat territorial ini sedikitnya dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
a. Masyarakat Desa
b. Masyarakat Lingkungan Daerah.
3. Kesatuan Sacraal (Kesatuan Religius)
Anggota-anggotanya bersatu karena ikatan gaib, ikatan yang suci (religius).
4. Kesatuan Campuran
Dalam penggolongan-penggolongan seperti di atas itu tidaklah dapat diadakan
pembatasan yang tegas. Mungkin sesuatu kesatuan genealogis sekaligus juga kesatuan
territorial (genealogis territorial) seperti desa di Jawa (pada mulanya). Bahkan ada
pula kesatuan yang meliputi ketiga-tiganya, (baik genealogis, territorial dan sacraal)
seperti Uma di Mentawai.
5. Kesatuan/Penggolongan Lain
a. Penggolongan atas dasar proses pembentukan dan tujuan, terdiri dari:
38
1) Gemenschaft = paguyuban (kesatuan kodrat), yaitu kesatuan sosial yang timbul
secara kodrat alam (nature) tidak atas kemauan para anggotanya. Solidaritasnya
kuat sekali. Misalnya, masyarakat primitif.
2) Gesellschaft = petembayan, yang terbentuk atas dasar kehendak dan
perhitungan-perhitungan manusia sendiri karena persamaan kepentingan
tujuannya. Solodaritasnya tidak besar. Masyarakat semacam ini lekas terbentuk
tetapi juga lekas pecah. Misalnya, masyarakat modern.
b. Penggolongan berdasarkan kelamin, yaitu:
1) Golongan kaum lelaki
2) Golongan kaum wanita
c. Penggolongan berdasarkan usia
1) Golongan kanak-kanak (anak-anak kecil)
2) Golongan anak (yang agak besar)
3) Golongan anak dewasa (belum kawin)
4) Golongan pemuda yang telah kawin
5) Golongan lanjut usia
BAB 8SISTEM KEKERABATAN
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Setiap
suku di indonesia memiliki sistem kekerabatan yang berbeda- beda. Meyer Fortes
mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk
menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki
hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak,
menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian
sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya
relatif kecil hingga besar.
A. Kelompok Kekerabatan
Kekerabatan adalah yang meliputi orang- orang yang mempunyai kakek bersama, atau
yang percaya bahwa mereka adalah keturunan dari seorang kakek bersama menurut
perhitungan garis patrilineal (kebapaan).
39
Suatu kelompok adalah kesatuan individu yang diikat oleh sekurang- kurangnnya 6
unsur, yaitu:
1) Sistem norma- norma yang mengatur tingkah laku warga kelompok,
2) Rasa kepribadian kelompok yang disadari semua warganya.
3) Interaksi yang itensif antar warga kelompok,
4) Sistem hak dan kewajiban yang mengatur interaksi antarwarga kelompok,
5) Pemimpin yang mengatur kegiatan- kegiatan kelompok, dan
6) Sistem hak dan kewajiban terhadap harta produktif, harta konsumtif, atau harta
pusaka tertentu. Dengan demikian hubungan kekerabatan merupakan unsur pengikat
bagi suatu kelompok kekerabatan.
Biasanya tidak semua kelompok kekerabatan mempunyai enam tersebut. Murdock
(dalam Koentjaraningrat, 1992) mengkategoriksn kelompok kekerabatan berdasarkan fungsi-
fungsi sosialnya menjadi tiga, yaitu:
a) Corporate kingroup atau kelompok kekerabatan berkorporasi. Kelompok ini biasanya
memiliki keenam unsur diatas dan bersifat eksklusif. Biasanya kelompok jenis ini
anggotanya tidak banyak. Kelompok kekerabatan ini masih dibagi lagi menjadi keluarga
ambilineal kecil, kindred, dan keluarga luas.
b) Occasional kingroup atau kelompok kekerabatan kadang kala. Kelompok ini sering kali
tidak memiliki unsur keenam diatas. Biasanya kelompok jenis besar dengan anggota
banyak, sehingga tidak mungkin terjadi pergaulan secara terus menerus dan intensif.
Mereka berkumpul hanya kadang kala saja. Kelompok kekerabatan ini masih dibagi
menjadi deme, keluarga ambilineal besar, klen kecil, klen besar, fratri, dan paroh
masyarakat.
c) Circumscriptive kingroup atau kelompok kekerabatan menurut adat. Kelompok ini
biasanya memiliki unsur kelima dan keenam diatas dan sering juga tidak memiliki unsur
keempat dan ketiga. Kelompok jenis ini sedemikian besarnya, sehingga para anggotanya
tidak saling mengenal, apalagi melakukan hubungan yang intensif dan terus menerus. Para
anggotanya sering kali hanya tahu menahu kelompok berdasarkan tanda-tanda yang
ditentukan oleh adat. Rasa kepribadian kelompok juga berdasarkan tanda-tanda yang
ditentukan oleh adat.
Kelompok- kelompok kekerabatan yang termasuk golongan pertama adalah kindred
daan keluarga luas, sedang golongan ke dua termasuk deme, keluarga ambilineal kecil,
keluarga ambilineal besar, klen kecil, klen besar, frati, dan paroh masyarakat.
Kindred yakni, berkumpulnya orang- orang yang saling membantu dan melakukan
40
kegiatan-kegiatan bersama saudara, sepupu, kerabat isteri, kerabat yang lebih tua dan
muda. Dimulai dari seorang warga yang memprakarsai suatu kegiatan. Dan biasanya
hubungan kekerabatan ini dimanfaatkan untuk memperlancar bisnis seseorang.
Keluarga luas yakni, kekerabatan ini terdiri dari lebih dari satu keluarga inti. Terutama
didaerah pedesaan, warga keluarga luas umumnya masih tinggal berdekatan, dan
seringkali bahkan masih tinggal bersama-sama dalam satu rumah. Kelompok
kekerabatan berupa keluarga luas biasanya dikepalai oleh anggota pria yang tertua.
Dalam berbagai masyarakat didunia, ikatan keluarga luas sedemikian eratnya,
sehingga mereka tidak hanya tinggal bersama dalam satu rumah besar, tetpi juga
merupakan satu rumah tangga dan berbuat seakan-akan mereka merupakan satu
keluarga inti yang besar.
Keluarga ambilineal kecil yakni, terjadi apabila suatu keluarga luas membentuk suatu
kepribadian yang khas, yang disadari oleh para warga. Kelompok ambilineal kecil
biasanya terdiri dari sekitar 25-30 jiwa, sehingga mereka masih saling mengenal dan
mengetahui hubungan kekerabatan masing- masing.
Klen kecil yakni, kelompok kekerabatan yang terdiri dari beberapa keluarga luas
keturunan dari satu leluhur. Ikatan kekerabatan berdasarkan hubungan melalui garis
keturunan pria saja (patrilineal), atau melalui garis keturunan wanita (matrilineal),
jumlahnya sekitar 50-70 orang biasanya mereka msih saling mengenal dan bergaul
dan biasanya masih tinggal satu desa.
Klen besar yakni, kelompok kekerabatan yang terdiri dari semua keturunan dari
seorang leluhur, yang diperhitungkan dari garis keturunan pria atau wanita, sosok
leluhur yang menurunkan para warga klen besar berpuluh-puluh generasi yang
lampau itu sudah tidak jelas lagi, dan seringkali sudah di anggap keramat. Jumlah
yang sangat besar menyebabkan mereka sudah tidak mengenal kerabat-kerabat yang
hubungan kekerabatannya jauh.
Frati yakni, gabungan antara patrilineal maupun matrilineal, dan dari kelompok klen
setempat (bisa klen kecil, tetapi bisa juga bagian dari klen besar). Namun
penggabungannya tidak selalu merata.
B. Perkawinan
Perkawinan dapat diasumsikan sebagai keterkaitan seorang pria dan wanita untuk
menjalin hubungan dan hidup bersama untuk mencapai tujuan bersama. Saat peralihan
41
yang pada semua masyarakat dianggap penting adalah peralihan dari tingkat hidup remaja
ketingkat hidup berkeluarga, yaitu perkawinan.
Dalam kebudayaan manusia, perkawinan merupakan pengatur tingkah laku manusia
yang berkaitan dengan kehidupan kelaminnya. Perkawinan membatasi seseorang untuk
bersetubuh dengan lawan jenis lain selain suami atau isterinya. Perkawinan mempunyai
berbagai fungsi dalam kehidupan bermasyarakat manusia yaitu, memberi perlindungan
kepada anak-anak hasil perkawinan itu, memenuhi kebutuhan manusia akan seorang
teman hidup, dan juga memelihara hubungan baik dengan kelompok- kelompok kerabat
tertentu.
C. Rumah Tangga dan Keluarga Inti
Dengan menikah, sepasang suami isteri membentuk suatu kesatuan yang disebut
rumah tangga, yaitu kesatuan yang mengurus ekonomi rumah tangganya. Rumah tangga
biasanya terdiri dari satu keluarga inti (satu pasangan suami isteri dan anak), tetapi
mungkin juga terdiri dari 2 atau 3 keluarga inti.
Keluarga inti adalah termasuk dalam keluarga inti suami, isteri, dan anak- anak
mereka yang belum menikah. Anak tiri dan anak yang secara resmi diangkat sebagai anak
memiliki hak yang kurang lebih sama dengan anak kandung. Bentuk keluarga yang seperti
ini dapat di katakan bentuk yang sederhana. Keluarga inti lebih kompleks adalah apabila
dalam keluarga terdapat lebih dari suami atau isteri. Keluarga inti seperti ini adalah
keluarga inti yang berdasarkan poligami atau poliandri.
Keluarga inti diseluruh dunia memiliki beberapa fungsi yakni:
1. Dimana warganya dapat memperoleh dan mengharapkan bantuan serta perlindungan
dari sesama warga keluarga inti.
2. Dimana warganya diasuh dan memperoleh pendidikan awalnya ketika mereka belum
mandiri
3. Kelompok sosial dengan ekonomi rumah tangga yang mandiri
4. Melaksanakan pekerjaan- pekerjaan produktif.
Secara umum fungsi keluarga meliputi pengaturan seksual, reproduksi, sosialisasi,
pemeliharaan, penempatan anak dalam masyarakat, pemuas kebutuhan perseorangan, dan
kontrol sosial. Karakteristik keluarga dapat diidentifikasikan dengan hal berikut:
a) Keluarga terdiri atas orang- orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah atau
adopsi.
b) Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah, dan
42
mereka membentuk satu rumah tangga. Satu rumah tangga terdiri dari kakek nenek,
anak-anak, dan cucu, kadang satu rumah tangga terdiri atas suami dan isteri, tanpa
anak, atau dengan satu atau dua, tiga anak saja.
c) Keluarga merupakan satu kesatuan yang berinteraksi dan berkomunikasi dan
memerankan peran masing- masing.
d) Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama.
D. Komunitas (Besar dan Kecil)
Kata komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berasal dari kata dasar
communis yang artinya masyarakat, publik atau banyak orang. Komunitas adalah
sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana
dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas
tersebut. Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama, adalah kepentingan bersama
dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas
kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi.
Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau
wilayah geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan
mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang
dihadapainya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.Komunitas kecil biasanya
hanya berjumlah 5 sampai 20 orang, lebih dari itu sudah di namakan komunitas besar.
BAB 9DINAMIKA KEBUDAYAAN
Dinamika kebudayaan merupakan konsep yang diperlukan dalam menganalisa proses-
proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan memiliki sifat “berubah”,
bersifat “adaptif”, dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah.
Menurut Koentjaraningrat (1992) ilmu antropologi lahir untuk memperhatikan
masalah-masalah perubahan kebudayaan.
A. Konsep – Konsep Dinamika Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, semua konsep-konsep yang kita perlukan untuk
menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan disebut dinamika
sosial. Beberapa konsep tersebut antara lain adalah:
43
1. Proses belajar kebudayaan sendiri yang terdiri dari internalisasi, sosialisasi, dan
enkulturasi;
2. Evolusi kebudayaan dan difusi;
3. Proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang meliputi: akullturasi dan
asimilasi; dan
4. Proses pembauran atau inovasi atau penemuan baru.
Keempat konsep tersebut akan dibahas satu persatu dibawah ini:
a) Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
Proses Internalisasi. Menurut Koentjaraningrat (1996) proses internalisasi
adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai ia dilahirkan
sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya, seorang individu terus belajar untuk
mengolah segala perasaannya, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk
kepribadiannya.
Proses Sosialisasi. Talcott (dalam Koentjaraningrat,1996) menggambarkan
proses mengenai kebudayaan sebagai bagian dari proses sosialisasi individu. Semua
pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai kedudukan dalam
masyarakatnya yang dijumpai seseorang dalam kehidupannya sejak ia dilahirkan,
dicerna olehnya sehingga individu tersebutpun akan menjadikan pola-pola tindakan
tersebut sebagai bagian dari kepribadiannya.
Proses Enkulturasi. Menurut Koentjaraningrat (1996) proses enkulturasi adalah
proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, sistem
norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang. Proses ini
telah dimulai sejak awal kehidupan, yaitu dalam lingkungan keluarga, kemudian
dalam lingkungan yang makin lama makin meluas. Pada awalnya seorang anak kecil
mulai belajar dengan cara menirukan tingkah laku orang-orang disekitarnya, yang
lama kelamaan menjadi pola yang mantap, dan norma yang mengatur tingkah lakunya
“dibudidayakan”. Selain dalam lingkungan keluarga, norma-norma tersebut dapat
pula dipelajari dari pengalamannya bergaul dengan sesama warga masyarakat dan
secara formal di lingkungan sekolah.
b) Evolusi Kebudayaan dan Difusi
Evolusi Kebudayaan. Evolusi kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1996)
adalah proses perkembangan kebudayaan umat manusia dari bentuk-bentuk
kebudayaan yang sederhana sampai yang makin lama makin kompleks, yang
dilanjutkan dengan proses difusi, yaitu penyebaran kebudayaan-kebudayaan yang
44
terjadi bersamaan perpindahan bangsa-bangsa dimuka bumi ini.
Proses evolusi menurut Koentjaraningrat (1996) kebudayaan dapat dianalisis
secara mikro maupun makro. Proses kebudayaan yang dianalisis secara mikro
(mendetail) dapat memberi gambaran mengenai berbagai proses perubahan yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari suatu masyarakat. Proses evolusi sosial budaya
secara makro adalah proses yang terjadi dalam jangka waktu yang Panjang.
Difusi. Menurut Haviland (1993) difusi adalah penyebaran adat atau kebiasaan
dari kebudayaan yang satu ke kebudayaan yang lain.
Menurut Koentjaraningrat (1996) ilmu paleoantropologi dapat memperkirakan
bahwa makhluk manusia yang pertama hidup didaerah sabana beriklim tropis di
Afrika Timur. Manusia pada saat ini ternyata telah menduduki hampi seluruh muka
bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklim yang berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi
dengan proses pengembangbiakan, migrasi, serta adaptasi fisik dan sosial budaya,
yang telah berlangsung selama berates-ratus tahun lamanya.
Selanjutnya dikatakan oleh Koentjaraningrat, bahwa migrasi dapat berlangsung
secara lamban dan otomatis maupun secara cepat dan mendadak. Migrasi yang
lamban dan otomatis berkembang sejajar dengan peningkatan jumlah umat manusia di
dunia, yang konsekuensinya membutuhkan daerah yang makin lama makin luas.
c) Akulturasi dan Asimilasi
Akulturasi. Menurut Koentjaraningrat (1996) akulturasi adalah istilah dalam
ilmu antropologi yang memiliki beberapa makna, yang kesemuanya itu mencakup
konsep mengenai proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan kepada unsur-unsur dari suatu kebudayaan
asing, sehingga unsur-unsur asing tersebut lambat laun diterima dan diolah kedalam
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu.
Unsur kebudayaan tidak pernah didifusikan secara terpisah, melainkan senantiasa
dalam suatu gabungan atau kompleks yang terpadu.
Proses Asimilasi. Asimilasi menurut Koentjaraningrat (1996) adalah suatu proses
sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas
dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi
unsur-unsur kebudayaan campuran. Biasanya suatu asimilasi terjadi antara suatu
golongan mayoritas dengan minoritas. Dalam proses ini, biasanya golongan minoritas
yang berubah dan menyesuaikan diri dengan golongan mayoritas, sehingga sifat-sifat
45
khas dari kebudayaan lambat laun berubah dan menyatud dengan kebudayaan
golongan mayoritas.
d) Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembauran dari penggunaan sumber-sumber alam,
energi, dan modal, serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi
baru, sehingga terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Dengan
demikian, inovasi adalah pembaruan unsur teknologi dan ekonomi dari kebudayaan
(Koentjaraningrat, 1990).
Bahwa suatu proses inovasi berkaitan dengan penemuan baru dalam teknologi,
yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang bertahap dari discovery (penemuan
dari suatu unsur kebudayaan yang baru baik suatu alat atau gagasan baru dari seorang
atau sejumlah individu) menuju invention. Discovery baru dapat menjadi invention
apabila suatu penemuan baru telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh suatu
masyarakat. Proses berlangsungnya tahap discovery sampai pada tahap invention
menurut Koentjaraningrat (1990) seringkali berlangsung lama, dan kadang-kadang
tidak hanya menyangkut satu individu, yaitu si penciptanya yang pertama, melainkan
dapat melibatkan serangkaian individu yang terdiri dari beberapa pencipta.
BAB 10ANTROPOLOGI PSIKOLOGI
A. Antropologi Dan Psikologi
Antropologi psikologi adalah bagian dari ilmu antropologi yang berkembang pesat
terutama di Amerika, sehingga sudah menjadi suatu bidang ilmu tersendiri. Nama
antropologi psikologi ini yang semula dianjurkan oleh antropolog Amerika Serikat Francis
L.K.Hsu, yang sebenarnya merupakan nama yang relatif baru yang sebelumnya dikenal
dengan nama culture and personality (kebudayaan dan kepribadian), atau terkadang
disebuy juga ethno psychology (psikologi suku bangsa).
Ember dan Ember (1985) mendefinisikan antropologi psikologi sebagai studi yang
dilakukan oleh para ahli antropologi yang tertarik pada perbedaan psikologis diantara dan
didalam suatu masyarakat dan persamaan psikologis pada rentang yang luas pada
46
masyarakat manusia. Sementara itu, dikenal juga istilah Psikologi Lintas Budaya (cross
cultural psychology) yaitu studi yang dilakukan oleh para ahli terhadap dua atau lebih
masyarakat.
Menurut James Danandjaja (1994), antropologi psikologi semenjak lahir sudah
bersifat antardisiplin. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1. Teori, Konsep dan metode penelitiannya banyak meminjam dari berbagai disiplin ilmu
seperti antropologi, psikiatri dan psikologi.
2. Para pendirinya berasal dari disiplin ilmu yang bermacam-macam. Para pendiri tersebut
antara lain adalah: dari kalangan antropologi seperti Ralph Linton, Margaret Mead, dan
Cora DuBois; dari kalangan psikiater adalah Abram Kardiner; dan dari kalangan
psikologi adalah W.H.R River, Erik H. Erikson (ahli psikoanalisa Neo Freudian), dan
Geza Roheim (ahli psikoanalisa Freud).
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi Psikologi
Menurut Koentjaraningrat (1990) ilmu antropologi psikologi muncul karena ada
beberapa sarjana antropologi yang selama penelitiannya di lapangan menemukan bahwa
beberapa manusia dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan non Eropa-Amerika
yang mereka amati ternyata bertentangan dengan apa yang pernah mereka pelajari dari
ilmu psikologi. Psikologi memang berkembang berdasarkan kehidupan masyarakat dan
kebudayaan Eropa Barat dan Amerika, sehingga kadang-kadang terdapat konsep-konsep
dan atau teori-teori psikologi yang tidak dapat diterapkan secara universal diluar
masyarakat Eropa Barat dan Amerika.
Menurut Francis L.K Hsu (dalam Danandjaja, 1994) karya penelitian yang dapat
digolongkan kedalam antropologi psikologi adalah:
1. Suatu karya yang dihasilkan oleh seorang ahli antropologi, yang mempunyai
pengetahuan baik mengenai konsep psikologi atau karya yang dihasilkan oleh seorang
ahli dari disiplin lain.
2. Segala karya yang mempermasalahkan individu sebagai tempat atau wadah
kebudayaan.
3. Segala karya yang memberikan pengakuan serius kepada kebudayaan, dimana
variabel bebas dan terikatnya adalah kepribadian.
4. Segala karya seorang ahli antropologi yang mempergunakan konsep atau teknik tes
psikologi, yang memberikan data tepat guna.
5. Ruang Lingkup antropologi sama dengan pengkajian secara lintas budaya mengenai
47
kepribadian dan sistem sosial budaya. Pengkajian tersebut meliputi masalah-masalah
sebagai berikut:
a. Hubungan struktur sosial dan nilai-nila budaya dengan pola pengasuhan pada
umumnya.
b. Hubungan antar pola pengasuhan anak dengan struktur kepribadian rata-rata seperti
perilaku.
c. Hubungan antar struktur kepribadian rata-rata dengan sistem peran (role system)
dan aspek proyeksi dari kepribadian.
d. Hubungan semua variabel diatas dengan perilaku menyimpang yang berbeda dari
suatu kolektif ke kolektif lain.
6. Konsep kepribadian kebudayaan (personality culture) yang timbul sebagai akibat
interaksi dari kedua ilmu (antropologi & psikologi). Hal ini menyebabkan para
peneliti antropologi psikologi dalam studinya mengenai perilaku selalu
memperhatikan faktor-faktor penyebab pendahulunya (antecedents); dan tidak akan
puas hanya dengan pelukisan mengenai sifat-sifat khas saja, sebagaimana yang umum
dilakukan oleh para ahli psikologi sosial.
Ahli lain Milton Singer (dalam Danandjaja, 1994) berpendapat bahwa terdapat tiga
kelompok permasalahan besar dalam penelitian antropologi psikologi, yaitu:
1. Kelompok hubungan kebudayaan dengan sifat pembawaan manusia (human nature),
2. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian khas kolektif tertentu (typical
personality), dan
3. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian abnormal.
Dari ketiga kelompok permasalahan besar itu timbul beberapa pokok permasalahan
seperti: “hubungan antara perubahan kebudayaan dengan perubahan kepribadian” dan
“hubungan antara perubahan kebudayaan dengan kepribadian abnormal”.
C. Metode-Metode Dalam Antropologi Psikologi
Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian antropologi psikologi
umumnya adalah metode pengumpulan etnografis, yaitu berupa wawancara dan
pengamatan. Akan tetapi karena yang dibahas dalam antropologi psikologi tidak hanya
terbatas pada kebudayaan yang dapat dilihatsaja (overt), akan tetapi juga menyangkut
hal-hal yang tidak dapat dilihat langsung (covert), seperti nilai-nilai, atau dinamika
psikologis suatu masyarakat tertentu, sering kali metode etnografis tidak dapat
memecahkan masalah secara memuaskan.
48
Pada awal abad ke 20 muncul perkembangan baru dalam upayanya untuk
mempertajam metode-metode yang sifatnya lebih ilmiah dan lebih eksak untuk
menganalisa kepribadian umum, yang pada etnografi-etnografi kuno hanya didasarkan
pada kesan belaka. Oleh karena itu, dikembangkan pula metode-metode yang pada
umumnya digunakan oleh kalangan psikolog, terutama pada cabang psikologi klinis
seperti metode eksak atau metode tes proyektif, metode riwayat hidup atau biografi (life
story method), metode pencatatan dan analisis mimpi, dan metode antropologis lainnya
yaitu metode pengumpulan dan analisis folklore, dan metode survei lintas budaya.
1. Metode Eksak atau Metode Tes Proyektif
A. Kardiner (seorang psikolog) dan R. Linton (seorang antropolog) bekerjasama
mengembangkan metode eksak, yaitu menganalisis watak individu dengan
menggunakan tes-tes proyeksi. Para antropolog menggunakan beberapa tes psikologi
untuk menganalis kepribadian umum warga suatu masyarakat, yaitu: Tes Rorschach,
Baum Test (baum = pohon), TAT (Thematic Apperception Test), Tes HTP (House Tree
Person), tes DAP (Draw A Person), dan SSCT (Sach Sentence Completion Test).
Menurut Sadli (dalam Koentjraningrat, 1994) proyeksi adalah istilah ysng
seringkali digunakan dalam psikologi klinis maupun psikologi sosial. Secara historis
istilah projection berasal dari aliran psikoanalisa dan untuk pertama kalinya
diperkenalkan oleh Sigmund Freud pada tahun 1894 dalam karangannya yang
berjudul The Anxiety Neurosis.
Pada tahun 1896 dalam bukunya On the Defense Neuropsychoses, Freud
mengatakan bahwa proyeksi adalah proses dimana seseorang menganggap bahwa
dorongan-dorongan, perasaan-perasaan dan sentimen-sentimen diri sendiri disebabkan
orang lain atau karena keadaan dunia luar. Dalam pengertian ini, maka proyeksi
adalah suatu defensif yang memungkinkan orang bersangkutan untuk tidak sadar akan
gejala-gejala yang kurang diinginkan.
Menurut English dan English (dalam Danandjaja, 1994) tes proyeksi adalah
situasi yang secara relatif tidak berstruktur, namun bersifat standart, dimana orang
yang diuji diminta untuk memberikan tanggapan secara sebebas mungkin tanpa
dipengaruhi sugesti. Respon terhadap materi tes proyeksi tersebut biasanya dianalisa
untuk mendapatkan karakteristik kepribadian dan juga tingkat kognitif tertentu secara
kualitatif.
2. Metode Riwayat Hidup atau Biografi
Individual life history adalah istilah yang sering digunakan dikalangan ahli
49
antropologi psikologi. Para ahli antropologi psikologi mengumpulkan semua
keterangan data-data apa yang pernah dialami individu-individu tertentu sebagai
warga dari suatu masyarakat yang sedang dijadikan objek penelitian. Dalam ilmu
psikologi disebut dengan istilah personal document, dan dalam sosiologi dikenal
dengan istilah human document, sedangkan dalam antropologi dikenal dengan istilah
individual life history (Koentjaraningrat,1996).
Dalam antropologi psikologi, metode pengumpulan riwayat hidup individu ini
ternyata sudah banyak dilakukan orang dengan bertujuan untuk mencapai suatu
pengertian tentang suatu masyarakat, kebudayaan, dan tipe kepribadian suatu bangsa
atau suku bangsa, melalui pandangan mata individu-individu yang merupakan warga
dalam masyarakat yang bersangkutan. Menurut Koentjaraningrat (1996) metode
analisis riwayat hidup amat berguna bagi penelitian antropologi psikologi, karena
memiliki beberapa fungsi:
a. Data Riwayat hidup penting bagi si peneliti untuk memperoleh pandangan dari
dalam mengenai gejala-gejala sosial.
b. Data Riwayat hidup individu penting bagi si peneliti untuk mencapai pengertian
mengenai masalah individu warga masyarakat yang suka berprilaku menyimpang.
c. Data Riwayat hidup individu penting bagi si peneliti untuk memperoleh pengertian
mendalam tentang hal-hal psikologi yang tidak mudah diamati dari luar dengan
metode wawancara.
d. Data Riwayat hidup individu penting bagi si peneliti untuk memperoleh gambaran
yang lebih mendalam mengenai rincian lebih mendalam dari pada wawancara
berdasarkan pertanyaan langsung.
3. Metode Pencatatan dan Analisis Mimpi
Fenomena mimpi banyak dibicarakan dalam teori-teori Psikoanalisa. Oleh karena
itu, beberapa istilah yang akan dijumpai dalam menjelaskan metode analisis mimpi
ini, berdasarkan pada kerangka pikir teori psikoanalisa. Beberapa istilah itu antara lain
adalah isi impian, harapan impian, dan interpretasi mimpi.
Isi Impian (Dream Content). Menurut Psikoanalisa adalah gambaran, kesan, dan
ide yang ditampilkan dalam impian. Isi impian dibagi kedalam dua tipe besar, yaitu:
pertama, isi manifestasinya atau isi seperti hal tersebut berlangsung benar pada si
pemimpi. Kedua, isi yang laten, yang harus ditafsirkan lewat teknik penafsiran mimpi.
Harapan Impian. Menurut Psikoanalisa adalah penyajian secara simbolis suatu
harapan yang ditekan, atau yang tidak disadari dalam bentuk satu impian. Menurut
50
John J. Honigman, terdapat dua alasan penting mengapa pengumpulan mimpi-mimpi
menjadi hal yang penting untuk penelitian antropologi psikologi. Pertama, adanya
asumsi bahwa mimpi-mimpi menggambarkan perilaku standar dari suatu masyarakat.
Kedua, mimpi mengungkapkan gagasan, perasaan, dan keadaan motivasional yang
sulit diungkapkan secara verbal karena mimpi adalah suatu fenomena ketidaksadaran
manusia.
4. Metode Pengumpulan dan Analisis Folklor
Foklor menurut Ember dan Ember (1985) adalah semua adat dan pengetahuan,
seperti mitos, cerita hikayat atau dongeng, takhayul, tebak-tebakan, dan permainan
yang hidup dalam masyarakat suatu kebudayaan tertentu. Foklor pada umumnya
hanya bersifat lisan, walaupun kadang-kadang juga tertulis. Foklor adalah bagian
kebudayaan dari berbagai kolektif di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada
khususnya, yang disebarkan secara turun temurun diantara kolektif-kolektif
bersangkutan, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak
isyarat atau alat pembantu ingatan (mnemonic devices). Bentuk-bentuk folklor di
Indonesia antara lain adalah bahasa rakayat; ungkapan tradisional (peribahasa,
pepatah); teka-teki; cerita prosa rakyat (mite, teater rakyat, dan dongeng, termasuk
lelucon dan anekdot); nyanyian rakyat; permainan rakyat; kepercayaan/keyakinan
rakyat; arsitektur rakyat, seni rupa rakyat, bahasa tubuh rakyat, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk Folklor tersebut menurut Danandjaja (1994) dapat dijadikan
sebagai alat analisis data kolektif masyarakatnya karena masing-masing memiliki
beberapa fungsi yang menurut Bascom terdapat 4 fungsi yaitu : 1). Sebagai Sistem
Proyeksi 2). Sebagai Alat pengesahan kebudayaan 3). Sebagai Alat paedagogis 4).
Sebagai Alat pemaksa berlakunya norma masyarakat & pengendalian masyarakat.
5. Metode Survei Lintas Budaya
Survei lintas budaya menurut Danandjaja (1994) berhubungan erat dengan kajian-
kajian korelasional. Penelitian yang menggunakan metode ini pada mulanya tidak
melakukan penelitian lapangan, hal ini disebabkan karena data-data yang
dikumpulkan diperoleh dari data-data sekunder dari Human Relation Area File
(HRAF) dan terkadang ditambah dengan data-data dari sumber lain. Yang kemudian
berkembang adalah usaha untuk menggabungkan dengan penelitian di lapangan,
bahkan pada akhirnya ada penelitian yang tidak menggunakan data sekunder dari
HRAF lagi yang sidah dianggap ketinggalan jaman dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah lagi.
51
Pada saat ini metode lintas budaya belum dapat mengembangkan generalisasi
yang kuat (Koenjaraningrat, 1990). Penelitian antropologi yang mengunakan survei
lintas budaya antara lain adalah hubungan antara adat istiadat pengasuhan anak
dengan unsur budaya dari suatu masyarakat tertentu.
D. Beberapa Penelitian Antropologi Psikologi
Beberapa penelitian yang bergerak dibidang antropologi psikologi, diantaranya:
1. Peran Jenis
Peran jenis adalah tingkat perilaku, sikap-sikap atau peranan sosial yang oleh
masyarakat atau kebudayaan tertentu dianggap cocok untuk jenis kelamin tertentu dan
tidak cocok untuk jenis kelamin lain (Kartono & Gulo, 1987).
2. Oedipus Complex
Teori yang dikemukan oleh Sigmund Freud. Dimana hasrat seorang anak lelaku
untuk memiliki secara seksual dengan ibunya serta merasa iri terhadap bapaknya –
masa phalik (3-5 thn). Kebudayaan Trobriand yang matrilineal gejala oedipus
complex tidak ada., karena ayah bukan tokoh kerabat yang berkewajiban mengatur
kehidupan si anak sehingga ia tidak dapat bersikap otoriter terhadap anaknya
sebagimana pada saudar laki-lakinya (Koenjaraningrat 1990)
3. Motif Berprestasi
Menurut terori MC Clelland, motif berprestasi secara jitu dalam bidang apapun,
memahat, menjual polis asuransi, pertanian bukan semata-mata untuk mencari uang,
pengakuan sosial atau prestise akan tetapi terdorong untuk memperoleh kepuasan
karena keberhasilan sendiri.
52
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, J. (1994). Antropologi Psikologi. Jakarta: Rajawali
Ember, C.R., & Ember, M. (1985). Anthropology. New Jersey: Prentice Hall
Haviland, W.A. (1993). Antropologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Kartono, K., & Gulo, D. (1987). Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya
Koentjaraningrat. (1986). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Koentjaraningrat. (1990). Sejarah Teori Antropologi Jilid II. Jakarta: UI Press
Koentjaraningrat. (1990). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat
Koentjaraningrat. (1996). Pengantar Ilmu Antropologi Jilid I. Jakarta: Rineka Cipta
Rakhmat, J. (1994). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya
53
54