BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan...

44
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalsium merupakan unsur penting untuk kekuatan tulang dan gigi dan terdapat banyak pada sayuran berdaun hijau atau kacang-kacangan. Mengonsumsi vitamin D juga akan sangat membantu dalam penyerapan kalsium. Sedangkan untuk pemenuhan vitamin dan mineral, sangat mudah untuk dipenuhi oleh makanan yang berasal dari sayuran dan buah-buahan. Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain bagi metabolisme tubuh, penghubung antar syaraf, kerja jantung, dan pergerakan otot. Kekurangan kalsium biasanya dihubungkan dengan berbagai macam penyakit tulang salah satunya osteomalasia. Osteomalasia merupakan gangguan pembentukan tulang sehingga tulang lembek dan melunak. Orang yang terkena biasanya mempunyai cirri-ciri kaki bengkok, tulang punggung memendek dan tulang pinggul pipih. Gangguan ini disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium dan vit.D3 serta kurangnya berjemur di sinar matahari. Pertumbuhan tulang normal dan proses mineralisasi membutuhkan vitamin D, kalsium dan fosfor yang adekuat. Definisi yang lama dari berbagai hal di atas mengakibatkan akumulasi matriks tulang yang tidak di mineralisasikan. Penurunan mineralisasi pada pasien muda menyebabkan riketsia karena kerusakan dari pertumbuhan lempeng epifise. Kekuatan tulang menurun, yang menyebabkan deformitas struktural pada tulang penyangga berat badan. Pada orang tua dimana epifise telah menutup dan hanya tulang yang terkena, gangguan mineralisasi tersebut disebut osteomalasia. Osteoid secara normal memineralisasi dalam 5 10 hari, namun pada pasien dengan osteomalasia interval bisa terjadi selama 3 bulan. Penyebab riketsia/ osteomalasia meliputi kurangnya vitamin D atau fosfor, penggunaan susu formula yang mengandung kurang dari 20 mg kalsium/ dL, nutrisi total parenteral dengan larutan tanpa kalsium dan vitamin D yang adekuat, dan diet tinggi phytate yang mengikat kalsium dalam usus. Hipovitaminosis D

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan...

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalsium merupakan unsur penting untuk kekuatan tulang dan gigi

dan terdapat banyak pada sayuran berdaun hijau atau kacang-kacangan.

Mengonsumsi vitamin D juga akan sangat membantu dalam penyerapan

kalsium. Sedangkan untuk pemenuhan vitamin dan mineral, sangat mudah

untuk dipenuhi oleh makanan yang berasal dari sayuran dan buah-buahan.

Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain bagi

metabolisme tubuh, penghubung antar syaraf, kerja jantung, dan pergerakan

otot.

Kekurangan kalsium biasanya dihubungkan dengan berbagai macam

penyakit tulang salah satunya osteomalasia. Osteomalasia merupakan

gangguan pembentukan tulang sehingga tulang lembek dan melunak. Orang

yang terkena biasanya mempunyai cirri-ciri kaki bengkok, tulang punggung

memendek dan tulang pinggul pipih. Gangguan ini disebabkan oleh kurangnya

asupan kalsium dan vit.D3 serta kurangnya berjemur di sinar matahari.

Pertumbuhan tulang normal dan proses mineralisasi membutuhkan

vitamin D, kalsium dan fosfor yang adekuat. Definisi yang lama dari berbagai

hal di atas mengakibatkan akumulasi matriks tulang yang tidak di

mineralisasikan. Penurunan mineralisasi pada pasien muda menyebabkan

riketsia karena kerusakan dari pertumbuhan lempeng epifise. Kekuatan tulang

menurun, yang menyebabkan deformitas struktural pada tulang penyangga

berat badan. Pada orang tua dimana epifise telah menutup dan hanya tulang

yang terkena, gangguan mineralisasi tersebut disebut osteomalasia. Osteoid

secara normal memineralisasi dalam 5 – 10 hari, namun pada pasien dengan

osteomalasia interval bisa terjadi selama 3 bulan. Penyebab riketsia/

osteomalasia meliputi kurangnya vitamin D atau fosfor, penggunaan susu

formula yang mengandung kurang dari 20 mg kalsium/ dL, nutrisi total

parenteral dengan larutan tanpa kalsium dan vitamin D yang adekuat, dan diet

tinggi phytate yang mengikat kalsium dalam usus. Hipovitaminosis D

2

disebabkan oleh defisiensi diet kronik; penurunan sintesis disebabkan oleh

paparan sinar matahari yang kurang; menurunnya absorpsi vitamin D karena

penyakit bilier, pankreatitis, penyakit mukosa usus kecil proksimal,

gastrektomi atau resin pengikat asam empedu; meningkatnya ekskresi vitamin

D pada pasien dengan sindrom nefrotik dan meningkatkan katabolisme

vitamin D akibat medikasi seperti fenitoin, barbiturat dan rifampisin.

Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan (Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa 2 dari 5

orang Indonesia berisiko menderita kerapuhan tulang. Dari jumlah kejadian

diatas dan kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan penanganan

sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah “ Asuhan Keperawatan

osteomalasia.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja anatomi fisiologi tulang?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan osteomalasia?

1.2.3 Apa saja etiologi dari osteomalasia?

1.2.4 Bagaimana patofisiologi osteomalasia?

1.2.5 Bagaimana WOC dari osteomalasia?

1.2.6 Apa saja manifestasi klinis dari osteomalasia?

1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang pada osteomalasia?

1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan osteomalasia?

1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien osteomalasia?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui anatomi fisiologi tulang

1.3.2 Untuk mengetahui definisi osteomalasia

1.3.3 Untuk mengetahui etiologi osteomalasia

1.3.4 Untuk mengetahui patofisioligi osteomalasia

1.3.5 Untuk mngetahui WOC osteomalasia

1.3.6 Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomalasia

1.3.7 Untuk mengetahui pemeriksaan fisik osteomalasia

3

1.3.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomalasia

1.3.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien osteomalasia

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Tulang

Gambar. Anatomi kerangka

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan

bertanggung jawab terhadap pergerakan.Komponen utama system

musculoskeletal adalah jaringan ikat.Sistem ini terdiri dari tulang, sendi,

otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang

menghubungkan struktur-struktur ini.

A. Tulang

Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah

jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak

mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam

kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari

bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan

5

elastis. Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua

kelompok yaitu axial skeleton dan appendicular skeleton.

a) Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :

1. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk

tubuh

2. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan

oleh kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai

suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot

yang melekat padanya.

3. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen

lain

4. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan

trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu.

b) Struktur tulang

Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :

1. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas

2. Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan

3. Tulang pipih pada tengkorak dan iga, tulang rusuk (costae),

tulang belikat (scapula), tulang dada (sternum)

4. Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra,

tulang-tulang wajah, dan rahang.

Gambar. Struktur Pulang Panjang

6

Gambar. Macam macam Tulang

Gambar. Struktur Tulang Panjang

7

Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang

yang padat, sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa

jaringan sponge.Bagian tulang paling ujung dari tulang panjang

dikenal sebagai epiphyse yang berbatasan dengan metaphysis.

Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh memanjang

secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal

sebagai diaphysisyang berbentuk silindris.

Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system

havers, suatu jaringan saluran yang kompleks yang mengandung

pembuluh-pembuluh darah mikroskopis yang mensuplai nutrient dan

oksigen ke tulang, lacuna, dan ruang-ruang kecil

dimanaosteosit berada.

Jaringan lunak di dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang :

sumsum tulang merah dan kuning. Sumsum tulang merah berfungsi

dalam hal hematopoesis, sementara sumsum kuning mengandung sel

lemak yang dapat dimobilisasi dan masuk ke aliran darah.Osteogenic

cells yang kemudian berdiferensiasi ke osteoblast (sel pembentuk

tulang) danosteoclast (sel penghancur tulang) ditemukan pada lapisan

terdalam dari periosteum.Periosteum adalah lembar jaringan fibrosa

dan terdiri atas banyak pembuluh darah.

Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan

vaskuler dengan total aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit.

Setiap tulang memiliki arteri penyuplai darah yang membawa nutrient

masuk didekat pertengahan tulang, kemudian bercabang ke atas dan ke

bawah menjadi pembuluh-pembuluh darah mikroskopis.Pembuluh

darah ini mensuplaicortex, marrow, dan system haverst.

B. Regenerasi Tulang dan Pertumbuhan Tulang

Proses regenerasi tulang adalah proses penyembuhan pada

tulang. Adapun tahap – tahapnya adalah sebagai berikut :

8

a. Inflamasi : Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan

terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung

fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan

darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel

darah putih besar) yang akan membersihkan daerah tersebut.

Terjadi inflamasi, pembengkakan, dan nyeri.

b. Proliferasi sel : Hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk

benang-benang fibrin, membentuk jaringan untuk revaskularisasi,

dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast

(berkembang dari osteosit, sel endostel, dan sel periosteum) akan

menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen

pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang

rawan (osteoid). Dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar.

c. Pembentukan kalus : Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran

tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah

terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan

jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur.

d. Osifikasi ( penulangan kalus ) : Pembentukan kalus mulai

mengalami penulangan dalam 2-3 minggu setelah patah tulang

melalui proses penulangan endokondral.

e. Remodelling : Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi

pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke

susunan struktural sebelumnya. Remodelling memerlukan waktu

berbulan-bulan samapai bertahun-tahun tergantung beratnya

modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada

kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus , stress

fungsional pada tulang.

Tulang merupakan jaringan yang dinamis. Dalam

menjalankan tugasnya, tulang akan selalu mengalami proses

perusakan dan pembentukan kembali (proses remodeling). Agar

berfungsi dengan baik, tulang harus memperoleh nutrisi dan latihan

fisik yang cukup. Tulang, selanjutnya akan mengalami proses

9

pembentukan (formation) dan perombakan/penyerapan (resorption)

yang berlangsung secara terus-menerus. Pembentukan ditentukan

oleh aktivitas osteoblas dan proses mineralisasi, sedangkan

perombakan ditentukan oleh aktivitas osteoklas.

Tahap awal produksi tulang adalah sekresi molekul kolagen

yang disebut monomer kolagen dan substansi dasar (terutama

proteoglikan) oleh osteoblas. Monomer kolagen berpolimerisasi

dengan cepat untuk membentuk serat kolagen ; jaringan yang

dihasilkannya yaitu osteoid. Sewaktu osteoid dibentuk sejumlah

osteoblas terperangkap dalam osteoid dan menjadi inaktif. Pada tahap

ini, osteoblas disebut osteosit. Beberapa hari setelah osteoid dibentuk,

garam kalsium mulai mengalami presipitasi pada permukaan serat

kolagen, kemudian dengan cepat bermultiplikasi menjadi kristal

hidroksiapatit (CaHPO4). Proses ini disebut dengan mineralisasi,

dimana dihasilkan hidroksiapatit yang menyusun 95% mineral tulang

yang komponen terbesarnya adalah kalsium (Guyton, 2000 ; Yuliati,

2007).

Massa tulang terbentuk dari masa bayi sampai mencapai

puncaknya sewaktu usia dewasa, hal ini ditentukan oleh faktor

genetik, nutrisi, kegiatan fisik, dan penyakit. Semakin tinggi nilai

massa tulang ini dicapai akan semakin baik, setelah puncak massa

tulang dicapai pada usia 20-30 tahun, maka kurva akan mendatar dan

kemudian sekitar usia 40 tahun kurva mulai menurun dengan

kecepatan (laju) penurunan sekitar ±1% per tahun (Morawati, 2009 ;

Gafni , 2007).

Pembentukan dan perombakan tulang yang terjadi secara

kontinu, disebut dengan proses remodeling. Remodeling bertujuan

untuk : 1) menjaga tulang agar dapat digunakan untuk keperluan

mekanis dengan keefektifan maksimum. Tulang akan menyesuaikan

kekuatannya agar sebanding dengan derajat tekanan yang

diterimanya, sehingga tulang akan menebal jika menerima beban

berat, 2) membantu mempertahankan kadar kalsium plasma, dan 3)

10

melakukan proses degenerasi dimana tulang yang tua (sudah lemah

dan rapuh) akan digantikan dengan tulang yang baru yang lebih kuat

(Bouassida et al., 2006 ; Corwin, 2008 ; Guyton, 2000). Proses

remodeling ini melalui 2 tahap, yaitu tahap pembentukan tulang dan

tahap pengerusakan tulang. Proses pembentukan tulang dilakukan

oleh osteoblas sebagai sel utama penghasil matriks tulang. Osteoblas

merupakan salah satu jenis hasil diferensiasi sel mesenkim yang

sangat penting dalam proses osifikasi. Osteoblas dijumpai pada

permukaan luar tulang dan di rongga-rongga tulang. Sebagai sel,

osteoblas dapat memproduksi substansi organik intraseluler atau yang

disebut matriks. Apabila kalsifikasi terjadi pada matriks maka jaringan

disebut tulang, tetapi apabila jaringan tidak mengandung kalsium

(tidak terjadi kalsifikasi) maka disebut osteoid. Osteoblas berperan

dalam sintesis kolagen untuk membentuk matriks tulang juga

mengatur konsentrasi ion kalsium pada matriks tulang

melalui pelepasan kalsium dari intraseluler (Corwin, 2008;

Rasjad, 2007).

Osteoklas merupakan sel fagositik besar yang berinti banyak

(50 inti) yang melakukan proses resorbsi atau penyerapan tulang

secara kontinu. Osteoklas pada keadaan normal bekerja aktif di

daerah permukaan tulang. Osteoklas mengeluarkan tonjolannya

yang menyerupai vili kearah tulang, yang membentuk suatu

permukaan bergelombang yang berdekatan dengan tulang. Vili

mengsekresikan zat (1) enzim proteolitik, yang dilepaskan dari

lisosom dan (2) asam laktat dan asam sitrat yang dilepaskan dari

mitokondria dan vesikel sekretoris. Enzim proteolitik tersebutlah

yang akan memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan

mineral tulang, sehingga mineral tulang seperti kalsium dan fosfat

terlepas ke dalam aliran darah (Guyton, 2000; Carter., 1992).

Terjadinya peningkatan atau kehilangan massa tulang

bergantung kepada keseimbangan kedua proses tersebut. Hormon

sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tulang, diantaranya

11

adalah hormon estrogen, testosteron, dan hormon pertumbuhan yang

akan meningkatkan aktifitas osteoblas dan pertumbuhan tulang.

Pertumbuhan tulang dipercepat selama masa pubertas (masa

pertumbuhan) dimana kadar hormon pada masa tersebut melonjak.

Oleh karena itu diharapkan pertumbuhan tulang dapat terjadi

dengan baik selama masa pertumbuhan. Apabila usia telah lanjut dan

telah terjadi menopause maka kadar hormon estrogen turun, hormon

pertumbuhan juga berkurang sehingga aktifitas osteoblas menjadi

berkurang, yang mengakibatkan pembentukan tulang berkurang

(Guyton, 2000 ; Miles, 2004 ; Corwin, 2008).

C. Lokasi dan Fungsi 4 Macam Sel – Sel Tulang

a. Osteoblas : Dari Bahasa Yunani yang merujuk kepada "tulang"

dan "janin" atau embrio . Sel ini bertanggung jawab atas

pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak ditemukan

pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid

atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak

sel dengan kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma

tampak basofil karena banyak mengandung

ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis

protein. Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-

sel tersebut memang aktif mensintesis protein, karena banyak

terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya

lisosom. Osteoblast yang mensintesis dan menjadi perantara

mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan

pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid

atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-

tonjolan pendek

b. Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang.

Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng

mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini

dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit

bersama tonjolan- tonjolannya dalam canaliculi.

12

Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks

Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis

protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari

osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui gap

junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya

pertukaran ion- ion di antar osteosit yang berdekatan. Osteosit

yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan

menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat

berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas. Osteosit merupakan

komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan

penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu

pemberian nutrisi pada tulang.

c. Osteoklas : merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran

berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50

buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam

tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel

osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya

dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu

lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H).

keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya

microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut

(ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop

electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam

organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim

proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan

matriks organic. Pada proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas

cenderung menyusut dan memisahkan diri dari permukaan

tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada

gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling

tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan

mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada

pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang.Osteoklas

13

merupakan sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis

tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki

tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel

monosit makrofag.

d. Sel osteoprogenitor

merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan

osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada

permukaan dalam jaringan tulang. Tulang membentuk formasi

endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal

menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang

juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium.

Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak

yang kaku dan padat. Tulang dan kartilago merupakan

jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi

keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain : Tulang

memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi

tulang. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi

sel-sel tulang. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.

Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.

D. Kalsium dalam Tubuh

Kalsium memiliki berbagai fungsi penting dalam fisiologi

tubuh. Fungsi kalsium antara lain merupakan pembentuk utama tulang

dan gigi, berfungsi untuk integritas sistem saraf dan otot, serta

mempengaruhi aktifitas sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin

(Sukandar et al., 2008).

Kalsium masuk ke dalam tubuh melalui saluran gastro-

intestinal, dan diabsorpsi terutama dalam usus halus bagian atas

dengan difusi pasif dan transport aktif. Agar dapat diabsorpsi dengan

baik oleh tubuh, kalsium hendaklah dalam bentuk larutan dan

terioonisasi (Sukandar et al., 2008).

14

Kalsium didistribusi dengan cepat ke jaringan skeletal.

Kalsium serum normal berkisar antara 9-10,4 mg/dL (Sukandar et al.,

2008).

Ekskresi kalsium melalui urine, keringat, dan terutama

melalui fases. Ekskresi melalui urine tidak melebihi 150 mg/hari.

Ekskresi melalui urine menurun dengan bertambahnya usia (Nordin,

1997 ; Sukandar et al., 2008).

a. Peran Kalsium dalam Tulang

Kalsium dalam tulang disimpan dalam bentuk kristal

hidroksiapatit (CaHPO4). Jumlah kalsium pada masa dewasa

normal berkisar 1000-1200 g dan kira-kira 99% diantaranya

berada dalam tulang. Sebagian kalsium yang terionisasi berada

dalam bentuk ikatan dengan anion, terutama fosfat anorganik dan

sitrat. Kalsium dalam tulang terdapat dalam dua bentuk, sebagian

kecil dalam bentuk cadangan yang labil dan mudah diganti, dan

sebagian besar merupakan cadangan yang stabil (Suherman,

2007).

Pada saat kanak-kanak hingga usia 20 tahun, seharusnya

dijaga agar kandungan kalsium dalam tulang tinggi. Karena, pada

saat tersebut tulang sedang pada masa pertumbuhan dan

perkembangan. Setelah itu,massa tulang akan menurun secara

alamiah. Kecepatan perusakan tulang tidak lagi dibarengi dengan

kecepatan untuk memperbaiki diri. Sehingga apabila pada usia

muda kandungan kalsium dalam tulang tidak dipertahankan, maka

pada masa yang akan datang kemungkinan dapat terjadi

pengeroposan tulang.

Latihan fisik dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium

dalam plasma, sehingga tulang tidak perlu melepas ion kalsium

dan konsentrasi ion kalsium dalam tulang dapat tetap

dipertahankan tinggi dan massa tulang tetap

terjaga (Suherman, 2007 ; Bouassida et al., 2006).

b. Pengaruh kalsium terhadap kualitas tulang

15

Tulang rangka tubuh terdiri dari 99% kalsium yang

tersimpan dalam bentuk hydroksiapatit (garam kristalin), yang

rumus kimianya Ca10(PO4)6(OH)2. Kebutuhan kalsium maksimal

terjadi selama puncak masa pertumbuhan cepat, yaitu pada masa

remaja, yang mencapai 1300 mg/hari. Asupan kalsium sangat

vital pada masa ini, agar diperoleh mineralisasi tulang yang

cukup (Peterson, 2005).

Apabila kandungan kalsium berkurang, maka kekuatan

tulang akan menurun karena tulang akan kehilangan struktur

pembentuk utamanya. Konsumsi kalsium oleh anak perempuan

usia pertumbuhan dan wanita dewasa harus mendekati atau

melebihi asupan yang dianjurkan, sehingga puncak massa tulang

dapat dicapai dan terpelihara sampai masa menopause (Anderson,

1996 ; Yuliati et al., 2007 ; Deborah, 2007).

Kalsium merupakan elemen kunci untuk mencegah

terjadinya osteoporosis. Ion kalsium dan fosfor merupakan

molekul organik yang membentuk tulang dan gigi. Tulang

menyimpan kalsium untuk membantu memelihara konsentrasi ion

kalsium dalam plasma, ketika ion kalsium berkurang dalam plasma

oleh karena asupan ion kalsium yang tidak cukup. Jika asupan

kalsium kurang dalam jangka waktu lama maka akan dapat

terjadi kehilangan massa tulang yang akhirnya akan mengakibatkan

terjadinya osteoporosis pada saat menopouse dan tulang akan

mudah mengalami fraktur (Peterson, 2005).

Tulang rangka tubuh terdiri dari 99% kalsium yang

tersimpan dalam bentuk hydroksiapatit. Fungsi utama kalsium

adalah untuk membentuk struktur dari tulang dan gigi. Sisanya

ditemukan pada sel dan jaringan lunak sebesar 0,9% dan di dalam

pembuluh darah serta cairan ekstraseluler 0,1%. Perolehan asupan

jumlah kalsium yang cukup akan membantu peningkatan

metabolisme tulang dan memperbaiki keadaan tulang secara

keseluruhan (Anderson, 1996 ; Yuliati et al, 2007).

16

c. Pengaruh suplemen kalsium terhadap massa tulang

Pemberian suplemen kalsium ditujukan pada individu-

individu yang tidak dapat mengkonsumsi kalsium sesuai dengan

yang dianjurkan,misalnya pada individu dengan osteopenia atau

osteoporosis, wanita yang perimenopouse dan postmenopouse, ibu

yang menyusui lebih dari satu bayi, vegetarian, dan individu yang

pada usia pertumbuhan kurang mengkonsumsi makanan yang

banyak mengandung kalsium seperti, keju, susu, dan sayuran hijau

dalam asupannya sehari-hari (Deborah et al., 2007).

Suplemen kalsium telah diketahui memberikan manfaat

untuk kesehatan tulang pada anak-anak, dewasa muda, dan wanita

yang telah menopouse. Puncak pembentukan massa tulang hanya

akan terjadi sampai usia 20 tahun, dan sebagian besar kalsium

yang terdapat didalam tulang sepanjang hidup seseorang akan

disimpan sebelum berusia 20 tahun juga. Defisiensi ion kalsium

selama masa kanak-kanak. akan menghasilkan tulang yang kurang

padat pada masa selanjutnya. Sehingga diperlukan jumlah

asupan kalsium yang cukup selama masa pertumbuhan atau

sebelum berusia 20 tahun. Tetapi sayangnya banyak individu yang

tidak mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup. Menurut

penelitian di Amerika Serikat ternyata pada semua lapisan umur

konsumsi kalsium tidak mencapai jumlah asupan yang dianjurkan

oleh Institute of Medicine (IOM), Washington,USA (Peterson,

2005; Corwin, 2008). Asupan kalsium yang dianjurkan oleh IOM,

USA tertera dalam Tabel 1.

Tabel 1. Asupan kalsium yang dianjurkan IOM,USA (Deborah et

al.,2007).

Umur (tahun) Asupan yg tepat (mg/hari) Batas atas asupan (mg/hari)

1-3 500 2500

4-8 800 2500

17

9-13 1300 2500

14-18 1300 2500

19-30 1000 2500

Sebagaimana disebutkan dimuka, kalsium adalah mineral

penyusun terbesar hidroksiapatit. Pembentukan hidroksiapatit

pada proses mineralisasi dimulai dari terbentuknya osteosit oleh

osteoblas. Osteoblas mempunyai kemampuan mengikat mineral

tulang. Osteosit kemudian mengalami kalsifikasi yaitu, proses

deposisi mineral seperti ; kalsium, fosfat, dan ion hidroksi.

Pemberian tambahan kalsium kepada individu yang kurang

asupan kalsium akan dapat meningkatkan konsentrasi kalsium

ekstraseluler. Peningkatan tersebut akan memicu mobilisasi dan

proliferasi osteoblas sehingga akan dapat meningkatkan sintesa

matriks tulang dan terjadinya keseimbangan kalsium (Yuliati,

2007). Ketidaksesuaian asupan kalsium sejak dini dapat

menyebabkan massa tulang yang rendah.

Kalsium banyak terdapat dalam beberapa jenis makanan

seperti susu, yoghurt, dan keju, juga banyak terdapat dalam sayur-

sayuran seperti brokoli, buncis, dan sayur hijau seperti kangkung,

bayam, dll, tetapi kalsium tidak sepenuhnya dapat diabsorpsi dari

sayur tersebut sehingga sulit untuk mendapatkan jumlah kalsium

yang cukup. Alasan lain, mengapa seseorang tidak dapat

mengkonsumsi kalsium secara cukup diantaranya adalah karena

tidak menyukai rasa dari produk-produk yang banyak mengandung

kalsium seperti susu,keju, yougurt. Ketika asupan kalsium dari

makanan sehari-hari tidak sesuai, maka diperlukan tambahan

kalsium yang berasal dari luar tubuh yaitu dalam bentuk

suplemen kalsium, sehingga jumlah kebutuhan kalsium setiap

harinya dapat mencukupi, dan penurunan massa tulang dapat

dicegah (Peterson, 2005; Deborah et al, 2007).

18

Suplemen kalsium yang biasa dikonsumsi adalah dalam

bentuk kalsium karbonat, kalsium sitrat, dan kalsium sitrat malate

(CCM). Suplemen yang paling sering digunakan adalah kalsium

karbonat, tetapi bentuk ini tidak optimal diabsorpsi tubuh. Kalsium

sitrat lebih baik absorpsinya, namun juga tidak sempurna

diabsorpsi tubuh. Kalsium sitrat malate (CCM) memiliki

bioavailability yang lebih tinggi (tersedia lebih tinggi secara

biologi) sehingga labih sempurna diserap tubuh, mudah dicerna,

mengakibatkan kurang konstipasi dan lebih sedikit gas

dibandingkan dengan suplemen lain. Suplemen kalsium tersedia

dalam bentuk kapsul, tablet, tablet kunyah, bubuk, dan liquid.

Dalam mengkonsumsi kalsium yang perlu diperhatikan adalah

bioavailability, ukuran tablet, dosis kalsium dalam satu tablet,

bentuk kalsium, dan harganya (Peterson, 2005).

2.2 Definisi Osteomalasia

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai

dengan tidak memadainya mineralisasi tulang, (kondisi serupa pada anak

dinamakan rikets). Pada orang dewasa osteomalasia bersifat kronik, dan

deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletal

telah selesai. Pada pasien ini, sejumlah besar osteoid atau remodeling tulang

baru tidak mengalami kalsifikasi. Diperkirakan bahwa defek primernya adalah

kekurangan vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari

traktus gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan

kalsium dan fosfat mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke

tempat klasifikasi tulang. Sebagai akibat kegagalan mineralisasi, terjadilah

perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh, menyebabkan nyeri, nyeri tekan,

pelengkungan tulang, dan patah tulang patologik.

19

Gb. Perbedaan Struktur tulang normal dengan ostemalasia

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang

dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit

yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa,

osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak

separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa

pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). ( Smeltzer. 2001: 2339 )

Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh

gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain

dari osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip

dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada

lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang

dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.

Osteomalasia adalah perubahan patologik berupa hilangnya

mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium

fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi

matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan

matriks tulang berkurang.

20

Gangguan pembentukan tulang sehingga tulang lembek dan melunak.

Orang yang terkena biasanya mempunyai cirri-ciri kaki bengkok, tulang

punggung memendek dan tulang pinggul pipih. Gangguan ini disebabkan oleh

kurangnya asupan kalsium dan vit.D3 serta kurangnya berjemur di sinar

matahari.

2.3 Etiologi

A. Primer

Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan

kalsium akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian

juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi

membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak

terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan mudah patah.

Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan tulang. Jika

kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi

dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.

a. Penyebab utama osteomalasia terutama pada orang dewasa ialah :

a) Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit

mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.

b) Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan

peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.

c) Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat

(acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia

kronik

B. Resiko

a. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ

hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi

tidak terjadi.

b. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan

kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan

terhambat. Dan Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya

21

fosfat (acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia

kronik.

c. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek

pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang

rentan terhadap penyakit ini.

d. Gangguan malabsorbsi

e. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit

mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.

f. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan

peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati

2.4 Patofisiologi

Ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum

metabolisme mineral. Factor risiko terjadi osteomalasia meliputi kekurangan

dalam diet, malabsorpsi, gastrektomi, gagal ginjal kronik, terapi

antikonvulsan, berkepanjangan (fenitoin, fenobarbital), dan kekurangan

vitamin D (diet, sinar matahari).

Tipe malnutrisi (kekurangan vitamin D sering berhubungan dengan

asupan kalsium yang jelek) terutama akibat kemiskinan, tapi mematang

makanan dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah

satu factor. Paling sering terjadi di bagian dunia di mana vitamin D tidak

ditambahkan dalam makanan dan di mana terjadi kekurangan dalam diet dan

jauh dari sinar matahari.

Oestemalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan obsorpsi kalsium

atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Kelainan gasrtrointestinal di

mana obsurpsi lemak tidak memadai sering menimbulkan osteomalasia

melalui kehilangan vitamin D (bersama dengan vitamin yang larut lemak

lainnya) dan kalsium, kalsium dieksresikan melalui feses dalam kombinasi

dengan asam lemak. Kelainan ini meliputi penyakit seliak, obtruksi traktus

biliaris kronik, pancreatitis kronik, dan reseksi usus halus.

22

Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia

dipergunakan untuk menetralkan asidosis, dan hormone paratiroid terus

menyebabkan pelepasan balikan pH fisiologis. Selama pelepasan kalsium

skelet terus menerus ini, terjadi fibrosis tulang dan kista tulang.

Glomerulonefritis kronik, uropati obtruksi, dan keracunan logam berat

mengakibatkan berkurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang.

Selain itu, penyakit hati dan ginjal dapat mengakibatkan kekurangan

vitamin D, karena keduanya meruopakan organ yang melakukan konversi

vitamin D ke bentuk aktif. Akhirnya, hiperparatiroidisme mengakibatkan

deklasifikasi skelet, dan artinya osteomalasia, dengan peningkatan ekresi

fosfat dalam urine.

Pertimbangan Gerontologik. Diet yang bergizi tinggi sangat penting

terutama pada lansia. Dianjurkan peningkatan asupan kalsium dan vitamin D.

karena sinar matahari penting, lansia harus didorong untuk banyak berjemur

di bawah sinar matahari.

Pencegahan, indentifikasi, dan penanganan osteomalasia pada lansia

sangat penting untuk menurunkan insidensi fraktur. Bila osteomalasia terjadi

bersama dengan osteoporosis, maka insidensi fraktur akan semakin

meningkat.

23

2.5 WOC

24

25

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteomalasia

adalah nyeri tulang dan nyeri tekan tulang. Sabagai akibat kekurangan

kalsium, biasanya terjadi kelemahan otot. Pasien akan mengalami cara jalan

bebek atau pincang. Pada penyakit yang telah lanjut, tungkai menjadi

melengkung (karena berat tubuh dan tarikan otot). Vetebra yang melunak

mengalami kompresi, sehingga mengakibatkan pemendekan tinggi badan dan

merusak bentuk toraks (kifosis). Sacrum terdorong ke bawah dan ke depan,

dan pelvis tertekan ke lateral. Kedua deformitas tersebut menerangkan bentuk

khas pelvis yang sering mengakibatkan perlunya dilakukan seksio sesaria pada

wanita hamil yang terkena penyakit ini. Kelemahan dan ketidakseimbangan

meningkatkan risiko jatuh dan fraktur.

Pasien dengan riketsia mengalami hipotonia, kelemahan dan pada

kasus berat bisa terjadi tetani. Sambungan kostrokondral menonjol, suatu

deformitas yang disebut dengan rachitic rosary. Tulang – tulang panjang

menjadi bengkok terutama di kaki serta kifosis di punggung dapat

menyebabkan gaya berjalan yang bergoyang – goyang/ waddling gait, bahkan

fraktur bisa terjadi. Tengkorak menunjukkan kepala frontal dan mendatarnya

tulang parietal. Radiografi pasien dengan riketsia menunjukkan demineralisasi

umum dengan penipisan permukaan kortikal dari tulang – tulang panjang;

pelebaran, penegangan, dan melengkungnya ujung distal tulang dan hilangnya

zona kalsifikasi kartilago sementara.

Manifestasi klinis dari osteomalasia menyerupai gangguan rematik,

meliputi nyeri tulang, mudah lelah, kelemahan proksimal, dan pelunakan

periartikuler. Simpton ini membaik dengan terapi untuk mengoreksi gangguan

mineralisasi. Beberapa pasien dengan osteomalasia menunjukkan garis

radiolusen kortikal tipis (stress fracture) yang tegak lurus dengan tulang,

seringkali simetris dan pasien lain memiliki fraktur lama pada kosta yang

multipel dengan pembentukan kalus yang buruk.

26

Gambaran laboratorium dari osteomalasia akibat defisiensi vitamin D

adalah kadar kalsium serum rendah atau normal, hipofosfatemia,

meningkatnya kadar alkalin fosfatase, kadar osteokalsin serum normal,

meningkatnya kadar hormon paratiroid serum (jika hipokalsemia ada) dan

rendahnya kadar 1,25 dihidroksi vitamin D (1,25- D) di dalam serum.

Pada osteomalasia akibat defisiensi kalsium ekskresi kalsium urin menurun,

kadar hormon paratiroid meningkat, kadar 1,25 D normal dan kadar

fosfor serum bisa rendah atau normal. Osteomalasia akibat hipofasfatemia

biasanya terjadi akibat hiperfosfaturia, dimana didapatkan kadar osteokalsin,

hormon paratiroid dan hidroksi vitamin D (25-OH vitamin D) adalah normal;

kadar alkalin fosfatase biasanya meningkat, kadar fosfor serum dan 1,25

vitamin D adalah rendah dan ekskresi fosfor urin sangat tinggi. Pasien

dengan asidosis tubular renal tipe II memiliki gangguan reabsorpsi bikarbonat

dan bermanifestasi asidosis hipokalemia hiperkloremia dengan hipofosfatemia

yang disebabkan oleh bertambahnya fosfaturia. Rendahnya kadar 1,25 ,

vitamin D pada beberapa pasien menjadi konsekuensi dari abnormalitas

metabolisme tubular proksimal. Pasien dengan asidosis tubular renal dan

sindrom fanconi juga mengekspresikan banyak kalsium, magnesium, kalium,

asam urat, glukosa, asam amino, dan sitrat. Osteomalasia akibat penggunaan

aluminium pada pasien dengan gagal ginjal kronik saat ini sudah jarang terjadi

karena pembatasan penggunaan pengikat fosfat yang mengandung aluminium

untuk mengendalikan hiperfosfatemia dan perbaikan metode untuk

mempersiapkan larutan dialisat.

Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :

1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium,

biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-

huyung atau cara berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang dirasakan

menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha

27

Gb. Osteomalasia

2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan

kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh

pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).

3. Penurunan berat badan

4. Anoreksia

Pada anak – anak

1. Munculnya tonjolan tulang pada sambungan

antara tulang iga dan tulang rawan di bagian

dada.

2. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan

merasakan nyeri mengigit

3. Sakit pada seluruh tulang tubuhnya

4. Mengalami gangguan motorik karena kurang

beraktivitas dan menjadi pasif.

5. Merasakan sakit saat duduk&mengalami

kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi

berdiri.

6. Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang

seperti tulang lengan atau tulang kaki

28

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pada foto X-ray jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum.

Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa

batas vertebra yang jelas. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium

memperlihatkan kadar kalsium fosfor yang rendah dan peningkatan moderat

kadar alkali fosfatase. Kalsium urine dan ekskresi kreatinin rendah. Sementara

pada biopsi tulang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.

Gb. Hasil pemeriksaan X-ray

2.8 Penatalaksanaan

Penyebab dasar osteomalasia harus dikoreksi bila mungkin. Bila

osteomalasia akibat kesalahn diet, maka perlu di berikan diet kaya protein dan

kalsiun dan vitamin D tinggi.

Suplemen vitamin D harus diresepkan. Vitramin D akan meningkatkan

konsentrasi kalsium dan fosfor dalam cairan ekstrasel dan maka tersedia ion

kalsium dan fosfor untuk mineralisasi tulang.

Bayi membutuhkan 400 UI vitamin D per oral per hari untuk

mencegah riketsia. Satu liter susu formula bayi standar mengandung 400 UI

vitamin . Air susu ibu (ASI) merupakan sumber vitamin D dan kalsium

yang baik, namun bisa tidak adekuat untuk mencegah osteoporosis dan

hiperparatiroid sekunder terutama jika produksi asi tidak cukup. Dinyatakan

bahwa kadar 25-OH vitamin D untuk kesehatan tulang adalah minimal 80

29

nmol/Ldiet dengan kandungan vitamin D 5 ug perhari (200 IU) tidak adekuat

untuk mencegah osteoporosis dan hiperparatiroid sekunder.

Bila osteomalasia diakibatkan oleh malabsorpsi penambahan dosis

vitamin D selain suplemen kalsium biasanya diresepkan. Pemajanan sinar

matahari sebagai radiasi ultraviolet untuk mentransformasi bahan kolesterol

(7dehidrokolesterol) yang tersedia di kulit menjadi vitamin D perlu

dianjurkan.

Sering masalah skelet yang berhubunhan dengan osteomalasia sembuh

sendiri bila kekurangan nutrisi atau proses patologis yang mendasari telah

ditangani secara adekuat. Pemantauan jangka panjang pasien diperlukan untuk

meyakinkan stabilisasi atau kekambuhan osteomalasia. Berbagai deformitas

ortopedik persisten mungkin perlu ditangani dengan brace atau pembedahan

(dapat dilakukan osteotomi untuk mengoreksi deformitas tulang panjang.

a. Penatalaksanaan medik

a) Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan

vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian

dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6

bulan.

b) Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati

dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.

b. Penatalaksanaan non medis

Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah

memperbanyak konsumsi unsur kalsium.Agar sel osteoblas (pembentuk

tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran,

buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium

sangatlah disarankan.Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk

memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur,

minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam

tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7

- 9 pagi dan sore pada pukul 16 – 17

c. Makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin Dl

30

1. Yogurt

Kebanyakan orang mendapatkan vitamin D melalui paparan sinar

matahari, tapi makanan tertentu, seperti yoghurt juga kaya dengan

vitamin D. Satu cangkir yoghurt bebas lemak cukup untuk memenuhi

kebutuhan kalsium harian Anda.

2. Susu

Delapan ons susu bebas lemak akan menghasilkan 90 kalori. Pilihlah

produk susu tanpa lemak yang diperkaya dengan vitamin D untuk

mendapatkan manfaat ganda. Seandainya tidak gemar susu murni, bisa

juga digantikan produk olahan seperti smothies atau jus buah yang

dicampur dengan susu.

3. Keju

Hanya karena keju penuh kalsium tidak berarti Anda perlu makan keju

berlebihan. Sebanyak 1,5 ons keju cheddar mengandung lebih dari

30% dari nilai harian kalsium. Kebanyakan keju mengandung sedikit

vitamin D namun tidak akan cukup memenuhi kebutuhan kalsium.

4. Ikan sarden

Ikan sarden ini biasanya dikemas dalam kaleng.Ia memiliki

pemenuhan kalsium dan Vitamin D yang cukup tinggi. Rasanya pun

gurih bisa ditambahkan di pasta dan salad.

5. Telur

Meskipun telur hanya mengandung 6% vitamin D harian Anda. Jangan

memilih hanya bagian putih atau kuning saja karena akan mengurangi

kalori. Vitamin D justru terdapat dalam bagian kuning telurnya.

6. Ikan salmon

Salmon dikenal karena banyak mengandung lemak omega 3 yang baik

untuk jantung.Sepotong salmon dengan berat 3 ons sudah memenuhi

100 persen kebutuhan vitamin D Anda.

7. Bayam

Tidak suka susu? Bayam akan jadi cara favorit Anda untuk

mendapatkan kalsium. Satu cangkir bayam yang dimasak mengandung

31

hampir 25% dari kebutuhan kalsium harian Anda.Bayam diperkaya

serat, besi, dan vitamin A.

8. Sereal

Sereal mengandung 25% vitamin D. Ini adalah cara termudah daripada

memasak ikan salmon atau mesti berjemur.

9. Ikan tongkol

Tuna atau lemak ikan lainnya merupakan sumber vitamin D. Tiga ons

tuna kaleng mengandung 154 IU, atau sekitar 39% dari dosis harian

Anda dari vitamin sinar matahari.

10. Sawi hijau

Sama seperti bayam, sayuran berdaun hijau ini kaya akan kalsium.

Satu cangkir sawi yang dimasak mengandung 25% kalsium untuk

kebutuhan harian Anda.Sawi ini mudah diselipkan dalam makanan

Anda.

11. Jus jeruk

Segelas jus jeruk segar yang diperas tidak memiliki kalsium atau

vitamin D. Penelitian telah menunjukkan bahwa asam askorbat dalam

jus jeruk dapat membantu dengan penyerapan kalsium, sehingga Anda

akan lebih mungkin mendapatkan manfaat dari minuman ini.

32

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOMALASIA

3.1 Pengkajian

3.1.1 Anamnese

a. Identitas Pasien

a) Nama

b) Usia

c) Jenis kelamin: tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin

d) Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan

e) Alamat

f) Suku/bangsa

g) Agama

b. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan

rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang osteomalasia,

maka akan menganggap remeh tentang asupan makanan yang

mengandung kalsium pada anak yang sebetulnya sangat

mempengaruhi pertumbuhan pada anak.

c. Riwayat sakit dan kesehatan:

a) Keluhan utama

Pasien dengan osteomalasia biasanya mengeluh nyeri tulang

umum pada punggang bawah dan ektremitas disertai dengan

nyeri tekan. Gambaran ketidaknyamanan tidak jelas. Pasien

mungkin datang dengan fraktur. Selama wawancara, informasi

mengenai penyakit yang juga ada (mis. Sindrom malabsorbsi)

dan kebiasaan diet harus diperoleh.

b) Riwayat penyakit saat ini

Penyakit ini disebabkan oleh perubahan mineralisasi pada

tulang yang disebabkan karena kurangnya kalsium dalam

tulang yang menyebabkan peningkatan absorbsi kalsium dalam

33

tulang sehingga tulang menjadi lebih lembek atau disebut “soft

bone”.

c) Riwayat penyakit dahulu

Pada penyakit osteomalasia ini ada beberapa penyakit yang

dapat menjadi pendahulu terjadinya osteomalasia seperti sirosis

hati, gangguan fungsi ginjal.

d) Riwayat Keluarga

Pada kasus ini, tidak ada penyebab yang herediter.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik

1. B1 (breath) :

2. B2 (blood) :

3. B3 (brain) :

4. B4 (bladder) :

5. B5 (bowel) :

6. B6 (bone) : deformitas lengkungan tulang panjang membuat

penampakan pasien menjadi tidak normal dan jalannya

membebek. Dapat terjadi kelemahan otot. Pasien ini merasa tidak

nyaman dengan penmpilan mereka

3.1.3 Psikologi : Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya,

bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap

tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.

3.2 Analisa Data

Data Etiologi Problem

DS : pasien mngeluh

nyeri

P : pasien

mengkonsumsi kalsium

yang sedikit

Q : seperti cekot cekot

R : daerah tulang (paha

atas dsb)

kalsium dalam tubuh

berkurang

demineralisasi tulang

nyeri tulang dirasakan

menyebar

Gangguan rasa nyaman

nyeri

34

T : bebrapa jam

DO :

pasien meriang,

pasien terlihat

gelisah

pasien memegang

bagian yang sakit

Gangguan rasa nyaman

nyeri

DS : pasien mengeluh

lemas

DO :

pasien terlihat lemah

saat pasien bergerak

pasien terlihat lemah

kalsium dalam tulang

berkurang

demineralisasi pada

tulang

penipisan tulang dan

kelemahan otot

Gangguan mobilitas

fisik

Gangguan mobilitas

fisik

DS : pasien mengeluh

malu terhadap

keadaannya saat ini

DO :

cara berjalan seperti

bebek atau pincang

tungkau

melengkung

defisiensi kalsium

dalam tulang

tulang menjadi lember

“soft bone”

tungkai melengkung

kelainan bentuk tulang

gangguan body image

Gangguan body image

DS :

keluarga pasien

mengatakan pasien

sulit tidur

Nyeri tulang yang

dirasakan menyebar

respon fisiologis tubuh

Gangguan pola tidur

35

sering terbangun

DO :

mata pasien cekung

mata sayu

sulit tidur/ tidur tidak

optimal

gangguan pola tidur

DS : -

DO : pasien tidak

terjatuh

Penurunan kalsium

dalam tubuh

demineralisasi dalam

tulang

tulang lebih rapuh,

resiko fraktur saat

aktivitas

resti cedera

Resti Cedera

3.3 Diagnosa

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan kalsium

dalam tulang

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penupisan tulang dan

kelemahan otot

c. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas tulang (sperti :

tulang melengkung)

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri tulang

e. Resti cedera berhubungan dengan soft bone

3.3 Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan kalsium

dalam tulang

Tujuan : Nyeri teratasi atau berkurang ± 1 jam setelah tindakan

36

Kriteria Hasil :

a. Laporan secara verbal bahwa nyeri tulang berkurang.

b. Skala nyeri menurun.

c. Wajah nampak rileks.

d. Pasien dapat beristirahat tanpa terganggu rasa nyeri

Intervensi Rasional

MANDIRI

a. Tentukan karakteristik nyeri.

Cari perubahan dalam

karakteristik nyeri

b. Berikan tindakan kenyamanan

a. Untuk menentukan

karakteristik Nyeri tulang

b. Tindakan nonanalgesik dengan

sentuhan akan meringankan

ketidaknyamanan

HE

Instruksikan dan membantu pasien

untuk melakukan relaksasi dengan

cara tarik napas panjang tanhan

selama 1-2 detik kemudian

hembuskan lewat mulut.

Membantu melakukan relaksasi dan

mengurangi rasa nyeri yang

dirasakan.

COLABORASI

Memberikan analgesik dan antitusive

sesuai indikasi

Obat-obat ini digunakan menekan

batuk nonproduktif atau mereduksi

mukus yang berlebihan dan

meningkatkan kenyamanan secara

umum.

OBSERVASI

Observasi PQRST

Monitoring penyebab nyeri, skala

nyeri, dan seberapa nyeri. Serta

keberhasingan pemberian tindakan

37

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penupisan tulang dan

kelemahan otot

Tujuan : Setelah di intervensi selama 3x24 jam pasien dapat melakukan

aktivitas dasar pribadi

KH : - Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling

tinggi yang mungkin

- Mempertahankan posisi fungsional

Intervensi :

Intervensi Rasional

Mandiri

Lakukan body mechanic dan

ambulasi

Melatih otot-otot

Observasi

Kaji tingkat kemampuan ROM

aktif pasien

Mengatahui tentang penyakit yang di

derita

HE

Ajarkan cara-cara yang benar

dalam melakukan macam-macam

mobilisasi seperti body mechanic

ROM aktif, dan ambulasi

Ajarkan penggunaan alat bantu

berpindah

Untuk melatih otot-otot

Untuk memudahkan orang mobilisasi

Kolaborasi

Kolaborasi dengan fisioterapi

dalam penanganan traksi yang

boleh digerakkan dan yang

belum boleh digerakkan

Meningkatkan posisi fungsional

38

3. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas tulang (sperti :

tulang melengkung)

Tujuan : setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan pasien dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien.

Kriteria: mengurangi perubahan bentuk tubuh yang berbeda

Intervensi Rasional

Mandiri

Ikut sertakan pasien dalam

merencanakan perawatan dan

membuat jadwal aktivitas

Meningkatkan perasaan kompetensi/

harga diri, mendorong kemandirian dan

partisipasi dalam terapi

HE

Susun batasan pada perilaku

maladaptif. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi perilaku positif

yang dapat membantu koping

Membantu pasien untuk

mempertahankan kontrol diri, yang

dapat meningkatkan perasaan harga

diri.

Observasi

Perhatikan perilaku menarik diri,

penggunaan menyangkal atau

terlalu memperhatikan tubuh/

perubahan

Catat karakteristik lokasi

gangguan citra tubuh

Dapat menunjukkan emosional ataupun

metode koping maladaptif,

membutuhkan intervensi lebih

lanjut/dukungan psikologis

Variasi perubahan tubuh pada pasien

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri tulang

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan dapat tidur istirahat malam optimal.

Criteria hasil :

a) Meleporkan istirahat tidur malam yang optimal

b) Tidak menunjukkan perilaku gelisah

c) Wajah tidak pucat dan konjungtiva tidak anemis karena kurang tidur

malam

39

d) Mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan

energy yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari

Intervensi Rasional

MANDIRI

a) Kaji pola tidur

b) Kaji fungsi pernapasan : bunyi

napas, kecepatan irama

c) Kaji factor yang menyebabkan

gangguan tidur (nyeri akut, takut,

stress, ansietas, imobilitas,

gangguan eliminasi, gangguan

metabolisme, lingkungan yang

asing, temperature, aktivitas yang

tidak adekuat)

d) Catat tindakan kemampuan untuk

mengurangi kegelisahan

e) Ciptakan suasana nyaman,

kurangi atau hilangkan distraksi

lingkungan dan gangguan tidur

f) Batasi pengunjung selama

periode istitahat yang optimal

Untuk mengetahui kemudahan

dalam tidur

Untuk mengetahui tingkat

kegelisahan

Untuk mengidentifikasi

penyebab aktual dari gangguan

tidur.

Untuk memantau seberapa jauh

dapat dapat bersikap tenang dan

rilex

Membantu relaxasi saat tidur

Tidur sulit akan sulit dilakukan

tanpa relaksasi

HE

a) Anjurkan atau berikan perawatan

pada petang hari (hygine

personal, linen dan baju tidur

yang bersih

b) Anjarkan relaksasi distraksi

Kenyamanan dalam tubuh pasien

terkait kebersihan diri dan pakai.

Untuk menenangkan pikiran dari

gelisah dan mengurangi

40

ketegangan otot.

COLABORASI

Beri obat kolaborasi dokter

Pemberian obat sesuai jadwal

OBSERVASI

Observasi keadaan umum pasien dan

TTV

Mengetahui kesadaran, dan kondisi

tubuh dalam keadaan normal atau

tidak

5. Resti cedera berhubungan dengan soft bone

Tujuan : Setelah di intervensi selama 3 x 24 jam pasien tidak mengalami

cedera

KH : - pasien tidak terjatuh dan cedera

Intervensi :

Intervensi Rasional

Mandiri

Lakukan modifikasi lingkungan

agar lebih aman (memasang

pinggiran tempat tidur, dll)

Mencegah adanya cedera / jatuh

Observasi

Kaji ulang adanya faktor-faktor

resiko jatuh pada klien dan Tulis,

laporkan adanya faktor-faktor

resiko

Pantau klien secara berkala

terutama 3 hari pertama

kunjungan rumah

Mengetahui perkembangan terhadap

faktor-faktor resiko jatuh

Mengetahui perkembangan pasien

HE

Ajarkan klien tentang upaya

Meningkatkan kewaspadaan pasien

41

pencegahan cidera

(menggunakan pencahayaan

yang baik, memasang

penghalang tempat tidur,

menempatkan benda

berbahayaditempat yang aman)

agar terhindar dari cedera

42

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang

dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang(menyerupai penyakit

yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa,

osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak

separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa

pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit).( Smeltzer. 2001: 2339 )

Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi

kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat

juga mengakibatkan terjadinya osteomalasiaAdapun tanda dan gejala dari

osteomalasia ini adalahnyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari

defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian

nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah.Nyeri tulang yang

dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha .Kemajuan

penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang),

vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan

bentuk thoraks (kifosis).dan banyak tanda dan gejala lainnya

4.2 Saran

Makalah ini jauh dari taraf kesempurnaan. Oleh karena itu, kami

sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing

dan teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini

sangat berbahaya dan kita sebagai mahasiswa kesehatan harus bisa

menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

Gangguan hati (penyakit

billier, sirosis)

Gangguan fungsi ginjal Hipertiroid Gangguan

gastrointestinal

Gangguan perubahan

vitamin D

Kurang asupan

nutrisi

Vitamin D tidak dapat

dikonversi ke dalam

bentuk aktif

Absorbs lemak tidak

memadai

Tidak ada pelarut

untuk vitamin D

Kehilangan

vitamin D

Hormone tiroid

<<< sinar matahari

Demineralisasi

tulang

Penyerapan/absorbsi ca

& fosfat pada matrik

tulang

Hiperkalsemia

Respon fisiologis ginjal

membuang kalsium

melalui urine

Tidak dapat

melakukan konversi

vitamin D ke bentuk

aktif

Calcitriol

Absorbs kalsium

Calcium yang ada di dalam

tubuh digunakan untuk

menetralkan asidosis

Fungsi pengaturan

asam dan basa

Vitamin D dan ca

dalam tubuh tidak

tercukupi

Tidak

mengkonsumsi

vitamin D dan ca

Fungsi ginjal dan

hati

Kekurangan Ca saat osteoblas

Suplai ca ke tulang

Kandungan mineral ca dan vitamin D dalam darah

osteomalasia

Perlunakan telang (soft bone)

Gangguan proses remodeling

Suplai kalsium pada

tulang

Kekurangan kalsium pada

tulang saat fase osteoblas

Nyeri tulang yang

menyebar dan nyeri

tekan

Saat berjalan seperti

terkuyuh-kuyuh dan

lemah

Osteomalasia

Kelemahan karena

demineralisasi

tulang

MK : gangguan

mobilitas fisik

Berkurangnya suplai

kalsium pada tulang

MK : gangguan pola

tidur

Nyeri seluruh badan

dan mnyebar

MK : gangguan rasa

nyaman nyeri

Demineralisasi tulang

Kelainan bentuk

tulang

Soft bone

Tulang” panjang

akan membengkok

Pada tulang punggung

akan terjadi kifosis Dapat terjadi fraktur

Gaya berjalan lemah dan

seperti bebek. Berbeda dengan

individu yang normal

MK : gangguan

body image

Resti cidera