BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan...
Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan...
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalsium merupakan unsur penting untuk kekuatan tulang dan gigi
dan terdapat banyak pada sayuran berdaun hijau atau kacang-kacangan.
Mengonsumsi vitamin D juga akan sangat membantu dalam penyerapan
kalsium. Sedangkan untuk pemenuhan vitamin dan mineral, sangat mudah
untuk dipenuhi oleh makanan yang berasal dari sayuran dan buah-buahan.
Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain bagi
metabolisme tubuh, penghubung antar syaraf, kerja jantung, dan pergerakan
otot.
Kekurangan kalsium biasanya dihubungkan dengan berbagai macam
penyakit tulang salah satunya osteomalasia. Osteomalasia merupakan
gangguan pembentukan tulang sehingga tulang lembek dan melunak. Orang
yang terkena biasanya mempunyai cirri-ciri kaki bengkok, tulang punggung
memendek dan tulang pinggul pipih. Gangguan ini disebabkan oleh kurangnya
asupan kalsium dan vit.D3 serta kurangnya berjemur di sinar matahari.
Pertumbuhan tulang normal dan proses mineralisasi membutuhkan
vitamin D, kalsium dan fosfor yang adekuat. Definisi yang lama dari berbagai
hal di atas mengakibatkan akumulasi matriks tulang yang tidak di
mineralisasikan. Penurunan mineralisasi pada pasien muda menyebabkan
riketsia karena kerusakan dari pertumbuhan lempeng epifise. Kekuatan tulang
menurun, yang menyebabkan deformitas struktural pada tulang penyangga
berat badan. Pada orang tua dimana epifise telah menutup dan hanya tulang
yang terkena, gangguan mineralisasi tersebut disebut osteomalasia. Osteoid
secara normal memineralisasi dalam 5 – 10 hari, namun pada pasien dengan
osteomalasia interval bisa terjadi selama 3 bulan. Penyebab riketsia/
osteomalasia meliputi kurangnya vitamin D atau fosfor, penggunaan susu
formula yang mengandung kurang dari 20 mg kalsium/ dL, nutrisi total
parenteral dengan larutan tanpa kalsium dan vitamin D yang adekuat, dan diet
tinggi phytate yang mengikat kalsium dalam usus. Hipovitaminosis D
2
disebabkan oleh defisiensi diet kronik; penurunan sintesis disebabkan oleh
paparan sinar matahari yang kurang; menurunnya absorpsi vitamin D karena
penyakit bilier, pankreatitis, penyakit mukosa usus kecil proksimal,
gastrektomi atau resin pengikat asam empedu; meningkatnya ekskresi vitamin
D pada pasien dengan sindrom nefrotik dan meningkatkan katabolisme
vitamin D akibat medikasi seperti fenitoin, barbiturat dan rifampisin.
Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan (Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa 2 dari 5
orang Indonesia berisiko menderita kerapuhan tulang. Dari jumlah kejadian
diatas dan kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan penanganan
sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah “ Asuhan Keperawatan
osteomalasia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja anatomi fisiologi tulang?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan osteomalasia?
1.2.3 Apa saja etiologi dari osteomalasia?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi osteomalasia?
1.2.5 Bagaimana WOC dari osteomalasia?
1.2.6 Apa saja manifestasi klinis dari osteomalasia?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang pada osteomalasia?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan osteomalasia?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien osteomalasia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui anatomi fisiologi tulang
1.3.2 Untuk mengetahui definisi osteomalasia
1.3.3 Untuk mengetahui etiologi osteomalasia
1.3.4 Untuk mengetahui patofisioligi osteomalasia
1.3.5 Untuk mngetahui WOC osteomalasia
1.3.6 Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomalasia
1.3.7 Untuk mengetahui pemeriksaan fisik osteomalasia
3
1.3.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomalasia
1.3.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien osteomalasia
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Tulang
Gambar. Anatomi kerangka
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan.Komponen utama system
musculoskeletal adalah jaringan ikat.Sistem ini terdiri dari tulang, sendi,
otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini.
A. Tulang
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak
mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam
kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari
bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan
5
elastis. Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua
kelompok yaitu axial skeleton dan appendicular skeleton.
a) Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
1. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk
tubuh
2. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan
oleh kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai
suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot
yang melekat padanya.
3. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen
lain
4. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan
trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu.
b) Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
1. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
2. Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
3. Tulang pipih pada tengkorak dan iga, tulang rusuk (costae),
tulang belikat (scapula), tulang dada (sternum)
4. Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra,
tulang-tulang wajah, dan rahang.
Gambar. Struktur Pulang Panjang
7
Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang
yang padat, sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa
jaringan sponge.Bagian tulang paling ujung dari tulang panjang
dikenal sebagai epiphyse yang berbatasan dengan metaphysis.
Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh memanjang
secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal
sebagai diaphysisyang berbentuk silindris.
Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system
havers, suatu jaringan saluran yang kompleks yang mengandung
pembuluh-pembuluh darah mikroskopis yang mensuplai nutrient dan
oksigen ke tulang, lacuna, dan ruang-ruang kecil
dimanaosteosit berada.
Jaringan lunak di dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang :
sumsum tulang merah dan kuning. Sumsum tulang merah berfungsi
dalam hal hematopoesis, sementara sumsum kuning mengandung sel
lemak yang dapat dimobilisasi dan masuk ke aliran darah.Osteogenic
cells yang kemudian berdiferensiasi ke osteoblast (sel pembentuk
tulang) danosteoclast (sel penghancur tulang) ditemukan pada lapisan
terdalam dari periosteum.Periosteum adalah lembar jaringan fibrosa
dan terdiri atas banyak pembuluh darah.
Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan
vaskuler dengan total aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit.
Setiap tulang memiliki arteri penyuplai darah yang membawa nutrient
masuk didekat pertengahan tulang, kemudian bercabang ke atas dan ke
bawah menjadi pembuluh-pembuluh darah mikroskopis.Pembuluh
darah ini mensuplaicortex, marrow, dan system haverst.
B. Regenerasi Tulang dan Pertumbuhan Tulang
Proses regenerasi tulang adalah proses penyembuhan pada
tulang. Adapun tahap – tahapnya adalah sebagai berikut :
8
a. Inflamasi : Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan
terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung
fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan
darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel
darah putih besar) yang akan membersihkan daerah tersebut.
Terjadi inflamasi, pembengkakan, dan nyeri.
b. Proliferasi sel : Hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk
benang-benang fibrin, membentuk jaringan untuk revaskularisasi,
dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast
(berkembang dari osteosit, sel endostel, dan sel periosteum) akan
menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen
pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang
rawan (osteoid). Dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar.
c. Pembentukan kalus : Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran
tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah
terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan
jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur.
d. Osifikasi ( penulangan kalus ) : Pembentukan kalus mulai
mengalami penulangan dalam 2-3 minggu setelah patah tulang
melalui proses penulangan endokondral.
e. Remodelling : Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi
pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke
susunan struktural sebelumnya. Remodelling memerlukan waktu
berbulan-bulan samapai bertahun-tahun tergantung beratnya
modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada
kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus , stress
fungsional pada tulang.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis. Dalam
menjalankan tugasnya, tulang akan selalu mengalami proses
perusakan dan pembentukan kembali (proses remodeling). Agar
berfungsi dengan baik, tulang harus memperoleh nutrisi dan latihan
fisik yang cukup. Tulang, selanjutnya akan mengalami proses
9
pembentukan (formation) dan perombakan/penyerapan (resorption)
yang berlangsung secara terus-menerus. Pembentukan ditentukan
oleh aktivitas osteoblas dan proses mineralisasi, sedangkan
perombakan ditentukan oleh aktivitas osteoklas.
Tahap awal produksi tulang adalah sekresi molekul kolagen
yang disebut monomer kolagen dan substansi dasar (terutama
proteoglikan) oleh osteoblas. Monomer kolagen berpolimerisasi
dengan cepat untuk membentuk serat kolagen ; jaringan yang
dihasilkannya yaitu osteoid. Sewaktu osteoid dibentuk sejumlah
osteoblas terperangkap dalam osteoid dan menjadi inaktif. Pada tahap
ini, osteoblas disebut osteosit. Beberapa hari setelah osteoid dibentuk,
garam kalsium mulai mengalami presipitasi pada permukaan serat
kolagen, kemudian dengan cepat bermultiplikasi menjadi kristal
hidroksiapatit (CaHPO4). Proses ini disebut dengan mineralisasi,
dimana dihasilkan hidroksiapatit yang menyusun 95% mineral tulang
yang komponen terbesarnya adalah kalsium (Guyton, 2000 ; Yuliati,
2007).
Massa tulang terbentuk dari masa bayi sampai mencapai
puncaknya sewaktu usia dewasa, hal ini ditentukan oleh faktor
genetik, nutrisi, kegiatan fisik, dan penyakit. Semakin tinggi nilai
massa tulang ini dicapai akan semakin baik, setelah puncak massa
tulang dicapai pada usia 20-30 tahun, maka kurva akan mendatar dan
kemudian sekitar usia 40 tahun kurva mulai menurun dengan
kecepatan (laju) penurunan sekitar ±1% per tahun (Morawati, 2009 ;
Gafni , 2007).
Pembentukan dan perombakan tulang yang terjadi secara
kontinu, disebut dengan proses remodeling. Remodeling bertujuan
untuk : 1) menjaga tulang agar dapat digunakan untuk keperluan
mekanis dengan keefektifan maksimum. Tulang akan menyesuaikan
kekuatannya agar sebanding dengan derajat tekanan yang
diterimanya, sehingga tulang akan menebal jika menerima beban
berat, 2) membantu mempertahankan kadar kalsium plasma, dan 3)
10
melakukan proses degenerasi dimana tulang yang tua (sudah lemah
dan rapuh) akan digantikan dengan tulang yang baru yang lebih kuat
(Bouassida et al., 2006 ; Corwin, 2008 ; Guyton, 2000). Proses
remodeling ini melalui 2 tahap, yaitu tahap pembentukan tulang dan
tahap pengerusakan tulang. Proses pembentukan tulang dilakukan
oleh osteoblas sebagai sel utama penghasil matriks tulang. Osteoblas
merupakan salah satu jenis hasil diferensiasi sel mesenkim yang
sangat penting dalam proses osifikasi. Osteoblas dijumpai pada
permukaan luar tulang dan di rongga-rongga tulang. Sebagai sel,
osteoblas dapat memproduksi substansi organik intraseluler atau yang
disebut matriks. Apabila kalsifikasi terjadi pada matriks maka jaringan
disebut tulang, tetapi apabila jaringan tidak mengandung kalsium
(tidak terjadi kalsifikasi) maka disebut osteoid. Osteoblas berperan
dalam sintesis kolagen untuk membentuk matriks tulang juga
mengatur konsentrasi ion kalsium pada matriks tulang
melalui pelepasan kalsium dari intraseluler (Corwin, 2008;
Rasjad, 2007).
Osteoklas merupakan sel fagositik besar yang berinti banyak
(50 inti) yang melakukan proses resorbsi atau penyerapan tulang
secara kontinu. Osteoklas pada keadaan normal bekerja aktif di
daerah permukaan tulang. Osteoklas mengeluarkan tonjolannya
yang menyerupai vili kearah tulang, yang membentuk suatu
permukaan bergelombang yang berdekatan dengan tulang. Vili
mengsekresikan zat (1) enzim proteolitik, yang dilepaskan dari
lisosom dan (2) asam laktat dan asam sitrat yang dilepaskan dari
mitokondria dan vesikel sekretoris. Enzim proteolitik tersebutlah
yang akan memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan
mineral tulang, sehingga mineral tulang seperti kalsium dan fosfat
terlepas ke dalam aliran darah (Guyton, 2000; Carter., 1992).
Terjadinya peningkatan atau kehilangan massa tulang
bergantung kepada keseimbangan kedua proses tersebut. Hormon
sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tulang, diantaranya
11
adalah hormon estrogen, testosteron, dan hormon pertumbuhan yang
akan meningkatkan aktifitas osteoblas dan pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan tulang dipercepat selama masa pubertas (masa
pertumbuhan) dimana kadar hormon pada masa tersebut melonjak.
Oleh karena itu diharapkan pertumbuhan tulang dapat terjadi
dengan baik selama masa pertumbuhan. Apabila usia telah lanjut dan
telah terjadi menopause maka kadar hormon estrogen turun, hormon
pertumbuhan juga berkurang sehingga aktifitas osteoblas menjadi
berkurang, yang mengakibatkan pembentukan tulang berkurang
(Guyton, 2000 ; Miles, 2004 ; Corwin, 2008).
C. Lokasi dan Fungsi 4 Macam Sel – Sel Tulang
a. Osteoblas : Dari Bahasa Yunani yang merujuk kepada "tulang"
dan "janin" atau embrio . Sel ini bertanggung jawab atas
pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak ditemukan
pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid
atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak
sel dengan kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma
tampak basofil karena banyak mengandung
ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis
protein. Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-
sel tersebut memang aktif mensintesis protein, karena banyak
terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya
lisosom. Osteoblast yang mensintesis dan menjadi perantara
mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan
pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid
atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-
tonjolan pendek
b. Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang.
Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng
mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini
dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit
bersama tonjolan- tonjolannya dalam canaliculi.
12
Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks
Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis
protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari
osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui gap
junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya
pertukaran ion- ion di antar osteosit yang berdekatan. Osteosit
yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan
menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat
berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas. Osteosit merupakan
komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan
penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu
pemberian nutrisi pada tulang.
c. Osteoklas : merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran
berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50
buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam
tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel
osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya
dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu
lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H).
keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya
microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut
(ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop
electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam
organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim
proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan
matriks organic. Pada proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas
cenderung menyusut dan memisahkan diri dari permukaan
tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada
gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling
tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan
mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada
pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang.Osteoklas
13
merupakan sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis
tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki
tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel
monosit makrofag.
d. Sel osteoprogenitor
merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan
osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada
permukaan dalam jaringan tulang. Tulang membentuk formasi
endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal
menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang
juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium.
Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak
yang kaku dan padat. Tulang dan kartilago merupakan
jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi
keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain : Tulang
memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi
tulang. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi
sel-sel tulang. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.
D. Kalsium dalam Tubuh
Kalsium memiliki berbagai fungsi penting dalam fisiologi
tubuh. Fungsi kalsium antara lain merupakan pembentuk utama tulang
dan gigi, berfungsi untuk integritas sistem saraf dan otot, serta
mempengaruhi aktifitas sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin
(Sukandar et al., 2008).
Kalsium masuk ke dalam tubuh melalui saluran gastro-
intestinal, dan diabsorpsi terutama dalam usus halus bagian atas
dengan difusi pasif dan transport aktif. Agar dapat diabsorpsi dengan
baik oleh tubuh, kalsium hendaklah dalam bentuk larutan dan
terioonisasi (Sukandar et al., 2008).
14
Kalsium didistribusi dengan cepat ke jaringan skeletal.
Kalsium serum normal berkisar antara 9-10,4 mg/dL (Sukandar et al.,
2008).
Ekskresi kalsium melalui urine, keringat, dan terutama
melalui fases. Ekskresi melalui urine tidak melebihi 150 mg/hari.
Ekskresi melalui urine menurun dengan bertambahnya usia (Nordin,
1997 ; Sukandar et al., 2008).
a. Peran Kalsium dalam Tulang
Kalsium dalam tulang disimpan dalam bentuk kristal
hidroksiapatit (CaHPO4). Jumlah kalsium pada masa dewasa
normal berkisar 1000-1200 g dan kira-kira 99% diantaranya
berada dalam tulang. Sebagian kalsium yang terionisasi berada
dalam bentuk ikatan dengan anion, terutama fosfat anorganik dan
sitrat. Kalsium dalam tulang terdapat dalam dua bentuk, sebagian
kecil dalam bentuk cadangan yang labil dan mudah diganti, dan
sebagian besar merupakan cadangan yang stabil (Suherman,
2007).
Pada saat kanak-kanak hingga usia 20 tahun, seharusnya
dijaga agar kandungan kalsium dalam tulang tinggi. Karena, pada
saat tersebut tulang sedang pada masa pertumbuhan dan
perkembangan. Setelah itu,massa tulang akan menurun secara
alamiah. Kecepatan perusakan tulang tidak lagi dibarengi dengan
kecepatan untuk memperbaiki diri. Sehingga apabila pada usia
muda kandungan kalsium dalam tulang tidak dipertahankan, maka
pada masa yang akan datang kemungkinan dapat terjadi
pengeroposan tulang.
Latihan fisik dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium
dalam plasma, sehingga tulang tidak perlu melepas ion kalsium
dan konsentrasi ion kalsium dalam tulang dapat tetap
dipertahankan tinggi dan massa tulang tetap
terjaga (Suherman, 2007 ; Bouassida et al., 2006).
b. Pengaruh kalsium terhadap kualitas tulang
15
Tulang rangka tubuh terdiri dari 99% kalsium yang
tersimpan dalam bentuk hydroksiapatit (garam kristalin), yang
rumus kimianya Ca10(PO4)6(OH)2. Kebutuhan kalsium maksimal
terjadi selama puncak masa pertumbuhan cepat, yaitu pada masa
remaja, yang mencapai 1300 mg/hari. Asupan kalsium sangat
vital pada masa ini, agar diperoleh mineralisasi tulang yang
cukup (Peterson, 2005).
Apabila kandungan kalsium berkurang, maka kekuatan
tulang akan menurun karena tulang akan kehilangan struktur
pembentuk utamanya. Konsumsi kalsium oleh anak perempuan
usia pertumbuhan dan wanita dewasa harus mendekati atau
melebihi asupan yang dianjurkan, sehingga puncak massa tulang
dapat dicapai dan terpelihara sampai masa menopause (Anderson,
1996 ; Yuliati et al., 2007 ; Deborah, 2007).
Kalsium merupakan elemen kunci untuk mencegah
terjadinya osteoporosis. Ion kalsium dan fosfor merupakan
molekul organik yang membentuk tulang dan gigi. Tulang
menyimpan kalsium untuk membantu memelihara konsentrasi ion
kalsium dalam plasma, ketika ion kalsium berkurang dalam plasma
oleh karena asupan ion kalsium yang tidak cukup. Jika asupan
kalsium kurang dalam jangka waktu lama maka akan dapat
terjadi kehilangan massa tulang yang akhirnya akan mengakibatkan
terjadinya osteoporosis pada saat menopouse dan tulang akan
mudah mengalami fraktur (Peterson, 2005).
Tulang rangka tubuh terdiri dari 99% kalsium yang
tersimpan dalam bentuk hydroksiapatit. Fungsi utama kalsium
adalah untuk membentuk struktur dari tulang dan gigi. Sisanya
ditemukan pada sel dan jaringan lunak sebesar 0,9% dan di dalam
pembuluh darah serta cairan ekstraseluler 0,1%. Perolehan asupan
jumlah kalsium yang cukup akan membantu peningkatan
metabolisme tulang dan memperbaiki keadaan tulang secara
keseluruhan (Anderson, 1996 ; Yuliati et al, 2007).
16
c. Pengaruh suplemen kalsium terhadap massa tulang
Pemberian suplemen kalsium ditujukan pada individu-
individu yang tidak dapat mengkonsumsi kalsium sesuai dengan
yang dianjurkan,misalnya pada individu dengan osteopenia atau
osteoporosis, wanita yang perimenopouse dan postmenopouse, ibu
yang menyusui lebih dari satu bayi, vegetarian, dan individu yang
pada usia pertumbuhan kurang mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung kalsium seperti, keju, susu, dan sayuran hijau
dalam asupannya sehari-hari (Deborah et al., 2007).
Suplemen kalsium telah diketahui memberikan manfaat
untuk kesehatan tulang pada anak-anak, dewasa muda, dan wanita
yang telah menopouse. Puncak pembentukan massa tulang hanya
akan terjadi sampai usia 20 tahun, dan sebagian besar kalsium
yang terdapat didalam tulang sepanjang hidup seseorang akan
disimpan sebelum berusia 20 tahun juga. Defisiensi ion kalsium
selama masa kanak-kanak. akan menghasilkan tulang yang kurang
padat pada masa selanjutnya. Sehingga diperlukan jumlah
asupan kalsium yang cukup selama masa pertumbuhan atau
sebelum berusia 20 tahun. Tetapi sayangnya banyak individu yang
tidak mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup. Menurut
penelitian di Amerika Serikat ternyata pada semua lapisan umur
konsumsi kalsium tidak mencapai jumlah asupan yang dianjurkan
oleh Institute of Medicine (IOM), Washington,USA (Peterson,
2005; Corwin, 2008). Asupan kalsium yang dianjurkan oleh IOM,
USA tertera dalam Tabel 1.
Tabel 1. Asupan kalsium yang dianjurkan IOM,USA (Deborah et
al.,2007).
Umur (tahun) Asupan yg tepat (mg/hari) Batas atas asupan (mg/hari)
1-3 500 2500
4-8 800 2500
17
9-13 1300 2500
14-18 1300 2500
19-30 1000 2500
Sebagaimana disebutkan dimuka, kalsium adalah mineral
penyusun terbesar hidroksiapatit. Pembentukan hidroksiapatit
pada proses mineralisasi dimulai dari terbentuknya osteosit oleh
osteoblas. Osteoblas mempunyai kemampuan mengikat mineral
tulang. Osteosit kemudian mengalami kalsifikasi yaitu, proses
deposisi mineral seperti ; kalsium, fosfat, dan ion hidroksi.
Pemberian tambahan kalsium kepada individu yang kurang
asupan kalsium akan dapat meningkatkan konsentrasi kalsium
ekstraseluler. Peningkatan tersebut akan memicu mobilisasi dan
proliferasi osteoblas sehingga akan dapat meningkatkan sintesa
matriks tulang dan terjadinya keseimbangan kalsium (Yuliati,
2007). Ketidaksesuaian asupan kalsium sejak dini dapat
menyebabkan massa tulang yang rendah.
Kalsium banyak terdapat dalam beberapa jenis makanan
seperti susu, yoghurt, dan keju, juga banyak terdapat dalam sayur-
sayuran seperti brokoli, buncis, dan sayur hijau seperti kangkung,
bayam, dll, tetapi kalsium tidak sepenuhnya dapat diabsorpsi dari
sayur tersebut sehingga sulit untuk mendapatkan jumlah kalsium
yang cukup. Alasan lain, mengapa seseorang tidak dapat
mengkonsumsi kalsium secara cukup diantaranya adalah karena
tidak menyukai rasa dari produk-produk yang banyak mengandung
kalsium seperti susu,keju, yougurt. Ketika asupan kalsium dari
makanan sehari-hari tidak sesuai, maka diperlukan tambahan
kalsium yang berasal dari luar tubuh yaitu dalam bentuk
suplemen kalsium, sehingga jumlah kebutuhan kalsium setiap
harinya dapat mencukupi, dan penurunan massa tulang dapat
dicegah (Peterson, 2005; Deborah et al, 2007).
18
Suplemen kalsium yang biasa dikonsumsi adalah dalam
bentuk kalsium karbonat, kalsium sitrat, dan kalsium sitrat malate
(CCM). Suplemen yang paling sering digunakan adalah kalsium
karbonat, tetapi bentuk ini tidak optimal diabsorpsi tubuh. Kalsium
sitrat lebih baik absorpsinya, namun juga tidak sempurna
diabsorpsi tubuh. Kalsium sitrat malate (CCM) memiliki
bioavailability yang lebih tinggi (tersedia lebih tinggi secara
biologi) sehingga labih sempurna diserap tubuh, mudah dicerna,
mengakibatkan kurang konstipasi dan lebih sedikit gas
dibandingkan dengan suplemen lain. Suplemen kalsium tersedia
dalam bentuk kapsul, tablet, tablet kunyah, bubuk, dan liquid.
Dalam mengkonsumsi kalsium yang perlu diperhatikan adalah
bioavailability, ukuran tablet, dosis kalsium dalam satu tablet,
bentuk kalsium, dan harganya (Peterson, 2005).
2.2 Definisi Osteomalasia
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai
dengan tidak memadainya mineralisasi tulang, (kondisi serupa pada anak
dinamakan rikets). Pada orang dewasa osteomalasia bersifat kronik, dan
deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletal
telah selesai. Pada pasien ini, sejumlah besar osteoid atau remodeling tulang
baru tidak mengalami kalsifikasi. Diperkirakan bahwa defek primernya adalah
kekurangan vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari
traktus gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan
kalsium dan fosfat mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke
tempat klasifikasi tulang. Sebagai akibat kegagalan mineralisasi, terjadilah
perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh, menyebabkan nyeri, nyeri tekan,
pelengkungan tulang, dan patah tulang patologik.
19
Gb. Perbedaan Struktur tulang normal dengan ostemalasia
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang
dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit
yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa,
osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak
separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa
pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). ( Smeltzer. 2001: 2339 )
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh
gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain
dari osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip
dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada
lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang
dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
Osteomalasia adalah perubahan patologik berupa hilangnya
mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium
fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi
matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan
matriks tulang berkurang.
20
Gangguan pembentukan tulang sehingga tulang lembek dan melunak.
Orang yang terkena biasanya mempunyai cirri-ciri kaki bengkok, tulang
punggung memendek dan tulang pinggul pipih. Gangguan ini disebabkan oleh
kurangnya asupan kalsium dan vit.D3 serta kurangnya berjemur di sinar
matahari.
2.3 Etiologi
A. Primer
Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan
kalsium akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian
juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi
membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak
terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan mudah patah.
Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan tulang. Jika
kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi
dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
a. Penyebab utama osteomalasia terutama pada orang dewasa ialah :
a) Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit
mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
b) Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan
peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
c) Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat
(acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia
kronik
B. Resiko
a. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ
hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi
tidak terjadi.
b. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan
kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan
terhambat. Dan Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya
21
fosfat (acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia
kronik.
c. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek
pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang
rentan terhadap penyakit ini.
d. Gangguan malabsorbsi
e. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit
mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
f. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan
peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati
2.4 Patofisiologi
Ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum
metabolisme mineral. Factor risiko terjadi osteomalasia meliputi kekurangan
dalam diet, malabsorpsi, gastrektomi, gagal ginjal kronik, terapi
antikonvulsan, berkepanjangan (fenitoin, fenobarbital), dan kekurangan
vitamin D (diet, sinar matahari).
Tipe malnutrisi (kekurangan vitamin D sering berhubungan dengan
asupan kalsium yang jelek) terutama akibat kemiskinan, tapi mematang
makanan dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah
satu factor. Paling sering terjadi di bagian dunia di mana vitamin D tidak
ditambahkan dalam makanan dan di mana terjadi kekurangan dalam diet dan
jauh dari sinar matahari.
Oestemalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan obsorpsi kalsium
atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Kelainan gasrtrointestinal di
mana obsurpsi lemak tidak memadai sering menimbulkan osteomalasia
melalui kehilangan vitamin D (bersama dengan vitamin yang larut lemak
lainnya) dan kalsium, kalsium dieksresikan melalui feses dalam kombinasi
dengan asam lemak. Kelainan ini meliputi penyakit seliak, obtruksi traktus
biliaris kronik, pancreatitis kronik, dan reseksi usus halus.
22
Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia
dipergunakan untuk menetralkan asidosis, dan hormone paratiroid terus
menyebabkan pelepasan balikan pH fisiologis. Selama pelepasan kalsium
skelet terus menerus ini, terjadi fibrosis tulang dan kista tulang.
Glomerulonefritis kronik, uropati obtruksi, dan keracunan logam berat
mengakibatkan berkurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang.
Selain itu, penyakit hati dan ginjal dapat mengakibatkan kekurangan
vitamin D, karena keduanya meruopakan organ yang melakukan konversi
vitamin D ke bentuk aktif. Akhirnya, hiperparatiroidisme mengakibatkan
deklasifikasi skelet, dan artinya osteomalasia, dengan peningkatan ekresi
fosfat dalam urine.
Pertimbangan Gerontologik. Diet yang bergizi tinggi sangat penting
terutama pada lansia. Dianjurkan peningkatan asupan kalsium dan vitamin D.
karena sinar matahari penting, lansia harus didorong untuk banyak berjemur
di bawah sinar matahari.
Pencegahan, indentifikasi, dan penanganan osteomalasia pada lansia
sangat penting untuk menurunkan insidensi fraktur. Bila osteomalasia terjadi
bersama dengan osteoporosis, maka insidensi fraktur akan semakin
meningkat.
25
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteomalasia
adalah nyeri tulang dan nyeri tekan tulang. Sabagai akibat kekurangan
kalsium, biasanya terjadi kelemahan otot. Pasien akan mengalami cara jalan
bebek atau pincang. Pada penyakit yang telah lanjut, tungkai menjadi
melengkung (karena berat tubuh dan tarikan otot). Vetebra yang melunak
mengalami kompresi, sehingga mengakibatkan pemendekan tinggi badan dan
merusak bentuk toraks (kifosis). Sacrum terdorong ke bawah dan ke depan,
dan pelvis tertekan ke lateral. Kedua deformitas tersebut menerangkan bentuk
khas pelvis yang sering mengakibatkan perlunya dilakukan seksio sesaria pada
wanita hamil yang terkena penyakit ini. Kelemahan dan ketidakseimbangan
meningkatkan risiko jatuh dan fraktur.
Pasien dengan riketsia mengalami hipotonia, kelemahan dan pada
kasus berat bisa terjadi tetani. Sambungan kostrokondral menonjol, suatu
deformitas yang disebut dengan rachitic rosary. Tulang – tulang panjang
menjadi bengkok terutama di kaki serta kifosis di punggung dapat
menyebabkan gaya berjalan yang bergoyang – goyang/ waddling gait, bahkan
fraktur bisa terjadi. Tengkorak menunjukkan kepala frontal dan mendatarnya
tulang parietal. Radiografi pasien dengan riketsia menunjukkan demineralisasi
umum dengan penipisan permukaan kortikal dari tulang – tulang panjang;
pelebaran, penegangan, dan melengkungnya ujung distal tulang dan hilangnya
zona kalsifikasi kartilago sementara.
Manifestasi klinis dari osteomalasia menyerupai gangguan rematik,
meliputi nyeri tulang, mudah lelah, kelemahan proksimal, dan pelunakan
periartikuler. Simpton ini membaik dengan terapi untuk mengoreksi gangguan
mineralisasi. Beberapa pasien dengan osteomalasia menunjukkan garis
radiolusen kortikal tipis (stress fracture) yang tegak lurus dengan tulang,
seringkali simetris dan pasien lain memiliki fraktur lama pada kosta yang
multipel dengan pembentukan kalus yang buruk.
26
Gambaran laboratorium dari osteomalasia akibat defisiensi vitamin D
adalah kadar kalsium serum rendah atau normal, hipofosfatemia,
meningkatnya kadar alkalin fosfatase, kadar osteokalsin serum normal,
meningkatnya kadar hormon paratiroid serum (jika hipokalsemia ada) dan
rendahnya kadar 1,25 dihidroksi vitamin D (1,25- D) di dalam serum.
Pada osteomalasia akibat defisiensi kalsium ekskresi kalsium urin menurun,
kadar hormon paratiroid meningkat, kadar 1,25 D normal dan kadar
fosfor serum bisa rendah atau normal. Osteomalasia akibat hipofasfatemia
biasanya terjadi akibat hiperfosfaturia, dimana didapatkan kadar osteokalsin,
hormon paratiroid dan hidroksi vitamin D (25-OH vitamin D) adalah normal;
kadar alkalin fosfatase biasanya meningkat, kadar fosfor serum dan 1,25
vitamin D adalah rendah dan ekskresi fosfor urin sangat tinggi. Pasien
dengan asidosis tubular renal tipe II memiliki gangguan reabsorpsi bikarbonat
dan bermanifestasi asidosis hipokalemia hiperkloremia dengan hipofosfatemia
yang disebabkan oleh bertambahnya fosfaturia. Rendahnya kadar 1,25 ,
vitamin D pada beberapa pasien menjadi konsekuensi dari abnormalitas
metabolisme tubular proksimal. Pasien dengan asidosis tubular renal dan
sindrom fanconi juga mengekspresikan banyak kalsium, magnesium, kalium,
asam urat, glukosa, asam amino, dan sitrat. Osteomalasia akibat penggunaan
aluminium pada pasien dengan gagal ginjal kronik saat ini sudah jarang terjadi
karena pembatasan penggunaan pengikat fosfat yang mengandung aluminium
untuk mengendalikan hiperfosfatemia dan perbaikan metode untuk
mempersiapkan larutan dialisat.
Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium,
biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-
huyung atau cara berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang dirasakan
menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha
27
Gb. Osteomalasia
2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan
kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh
pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).
3. Penurunan berat badan
4. Anoreksia
Pada anak – anak
1. Munculnya tonjolan tulang pada sambungan
antara tulang iga dan tulang rawan di bagian
dada.
2. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan
merasakan nyeri mengigit
3. Sakit pada seluruh tulang tubuhnya
4. Mengalami gangguan motorik karena kurang
beraktivitas dan menjadi pasif.
5. Merasakan sakit saat duduk&mengalami
kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi
berdiri.
6. Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang
seperti tulang lengan atau tulang kaki
28
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pada foto X-ray jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum.
Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa
batas vertebra yang jelas. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium
memperlihatkan kadar kalsium fosfor yang rendah dan peningkatan moderat
kadar alkali fosfatase. Kalsium urine dan ekskresi kreatinin rendah. Sementara
pada biopsi tulang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.
Gb. Hasil pemeriksaan X-ray
2.8 Penatalaksanaan
Penyebab dasar osteomalasia harus dikoreksi bila mungkin. Bila
osteomalasia akibat kesalahn diet, maka perlu di berikan diet kaya protein dan
kalsiun dan vitamin D tinggi.
Suplemen vitamin D harus diresepkan. Vitramin D akan meningkatkan
konsentrasi kalsium dan fosfor dalam cairan ekstrasel dan maka tersedia ion
kalsium dan fosfor untuk mineralisasi tulang.
Bayi membutuhkan 400 UI vitamin D per oral per hari untuk
mencegah riketsia. Satu liter susu formula bayi standar mengandung 400 UI
vitamin . Air susu ibu (ASI) merupakan sumber vitamin D dan kalsium
yang baik, namun bisa tidak adekuat untuk mencegah osteoporosis dan
hiperparatiroid sekunder terutama jika produksi asi tidak cukup. Dinyatakan
bahwa kadar 25-OH vitamin D untuk kesehatan tulang adalah minimal 80
29
nmol/Ldiet dengan kandungan vitamin D 5 ug perhari (200 IU) tidak adekuat
untuk mencegah osteoporosis dan hiperparatiroid sekunder.
Bila osteomalasia diakibatkan oleh malabsorpsi penambahan dosis
vitamin D selain suplemen kalsium biasanya diresepkan. Pemajanan sinar
matahari sebagai radiasi ultraviolet untuk mentransformasi bahan kolesterol
(7dehidrokolesterol) yang tersedia di kulit menjadi vitamin D perlu
dianjurkan.
Sering masalah skelet yang berhubunhan dengan osteomalasia sembuh
sendiri bila kekurangan nutrisi atau proses patologis yang mendasari telah
ditangani secara adekuat. Pemantauan jangka panjang pasien diperlukan untuk
meyakinkan stabilisasi atau kekambuhan osteomalasia. Berbagai deformitas
ortopedik persisten mungkin perlu ditangani dengan brace atau pembedahan
(dapat dilakukan osteotomi untuk mengoreksi deformitas tulang panjang.
a. Penatalaksanaan medik
a) Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan
vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian
dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6
bulan.
b) Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati
dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
b. Penatalaksanaan non medis
Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah
memperbanyak konsumsi unsur kalsium.Agar sel osteoblas (pembentuk
tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran,
buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium
sangatlah disarankan.Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk
memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur,
minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam
tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7
- 9 pagi dan sore pada pukul 16 – 17
c. Makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin Dl
30
1. Yogurt
Kebanyakan orang mendapatkan vitamin D melalui paparan sinar
matahari, tapi makanan tertentu, seperti yoghurt juga kaya dengan
vitamin D. Satu cangkir yoghurt bebas lemak cukup untuk memenuhi
kebutuhan kalsium harian Anda.
2. Susu
Delapan ons susu bebas lemak akan menghasilkan 90 kalori. Pilihlah
produk susu tanpa lemak yang diperkaya dengan vitamin D untuk
mendapatkan manfaat ganda. Seandainya tidak gemar susu murni, bisa
juga digantikan produk olahan seperti smothies atau jus buah yang
dicampur dengan susu.
3. Keju
Hanya karena keju penuh kalsium tidak berarti Anda perlu makan keju
berlebihan. Sebanyak 1,5 ons keju cheddar mengandung lebih dari
30% dari nilai harian kalsium. Kebanyakan keju mengandung sedikit
vitamin D namun tidak akan cukup memenuhi kebutuhan kalsium.
4. Ikan sarden
Ikan sarden ini biasanya dikemas dalam kaleng.Ia memiliki
pemenuhan kalsium dan Vitamin D yang cukup tinggi. Rasanya pun
gurih bisa ditambahkan di pasta dan salad.
5. Telur
Meskipun telur hanya mengandung 6% vitamin D harian Anda. Jangan
memilih hanya bagian putih atau kuning saja karena akan mengurangi
kalori. Vitamin D justru terdapat dalam bagian kuning telurnya.
6. Ikan salmon
Salmon dikenal karena banyak mengandung lemak omega 3 yang baik
untuk jantung.Sepotong salmon dengan berat 3 ons sudah memenuhi
100 persen kebutuhan vitamin D Anda.
7. Bayam
Tidak suka susu? Bayam akan jadi cara favorit Anda untuk
mendapatkan kalsium. Satu cangkir bayam yang dimasak mengandung
31
hampir 25% dari kebutuhan kalsium harian Anda.Bayam diperkaya
serat, besi, dan vitamin A.
8. Sereal
Sereal mengandung 25% vitamin D. Ini adalah cara termudah daripada
memasak ikan salmon atau mesti berjemur.
9. Ikan tongkol
Tuna atau lemak ikan lainnya merupakan sumber vitamin D. Tiga ons
tuna kaleng mengandung 154 IU, atau sekitar 39% dari dosis harian
Anda dari vitamin sinar matahari.
10. Sawi hijau
Sama seperti bayam, sayuran berdaun hijau ini kaya akan kalsium.
Satu cangkir sawi yang dimasak mengandung 25% kalsium untuk
kebutuhan harian Anda.Sawi ini mudah diselipkan dalam makanan
Anda.
11. Jus jeruk
Segelas jus jeruk segar yang diperas tidak memiliki kalsium atau
vitamin D. Penelitian telah menunjukkan bahwa asam askorbat dalam
jus jeruk dapat membantu dengan penyerapan kalsium, sehingga Anda
akan lebih mungkin mendapatkan manfaat dari minuman ini.
32
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOMALASIA
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnese
a. Identitas Pasien
a) Nama
b) Usia
c) Jenis kelamin: tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
d) Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
e) Alamat
f) Suku/bangsa
g) Agama
b. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan
rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang osteomalasia,
maka akan menganggap remeh tentang asupan makanan yang
mengandung kalsium pada anak yang sebetulnya sangat
mempengaruhi pertumbuhan pada anak.
c. Riwayat sakit dan kesehatan:
a) Keluhan utama
Pasien dengan osteomalasia biasanya mengeluh nyeri tulang
umum pada punggang bawah dan ektremitas disertai dengan
nyeri tekan. Gambaran ketidaknyamanan tidak jelas. Pasien
mungkin datang dengan fraktur. Selama wawancara, informasi
mengenai penyakit yang juga ada (mis. Sindrom malabsorbsi)
dan kebiasaan diet harus diperoleh.
b) Riwayat penyakit saat ini
Penyakit ini disebabkan oleh perubahan mineralisasi pada
tulang yang disebabkan karena kurangnya kalsium dalam
tulang yang menyebabkan peningkatan absorbsi kalsium dalam
33
tulang sehingga tulang menjadi lebih lembek atau disebut “soft
bone”.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pada penyakit osteomalasia ini ada beberapa penyakit yang
dapat menjadi pendahulu terjadinya osteomalasia seperti sirosis
hati, gangguan fungsi ginjal.
d) Riwayat Keluarga
Pada kasus ini, tidak ada penyebab yang herediter.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
1. B1 (breath) :
2. B2 (blood) :
3. B3 (brain) :
4. B4 (bladder) :
5. B5 (bowel) :
6. B6 (bone) : deformitas lengkungan tulang panjang membuat
penampakan pasien menjadi tidak normal dan jalannya
membebek. Dapat terjadi kelemahan otot. Pasien ini merasa tidak
nyaman dengan penmpilan mereka
3.1.3 Psikologi : Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya,
bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
3.2 Analisa Data
Data Etiologi Problem
DS : pasien mngeluh
nyeri
P : pasien
mengkonsumsi kalsium
yang sedikit
Q : seperti cekot cekot
R : daerah tulang (paha
atas dsb)
kalsium dalam tubuh
berkurang
demineralisasi tulang
nyeri tulang dirasakan
menyebar
Gangguan rasa nyaman
nyeri
34
T : bebrapa jam
DO :
pasien meriang,
pasien terlihat
gelisah
pasien memegang
bagian yang sakit
Gangguan rasa nyaman
nyeri
DS : pasien mengeluh
lemas
DO :
pasien terlihat lemah
saat pasien bergerak
pasien terlihat lemah
kalsium dalam tulang
berkurang
demineralisasi pada
tulang
penipisan tulang dan
kelemahan otot
Gangguan mobilitas
fisik
Gangguan mobilitas
fisik
DS : pasien mengeluh
malu terhadap
keadaannya saat ini
DO :
cara berjalan seperti
bebek atau pincang
tungkau
melengkung
defisiensi kalsium
dalam tulang
tulang menjadi lember
“soft bone”
tungkai melengkung
kelainan bentuk tulang
gangguan body image
Gangguan body image
DS :
keluarga pasien
mengatakan pasien
sulit tidur
Nyeri tulang yang
dirasakan menyebar
respon fisiologis tubuh
Gangguan pola tidur
35
sering terbangun
DO :
mata pasien cekung
mata sayu
sulit tidur/ tidur tidak
optimal
gangguan pola tidur
DS : -
DO : pasien tidak
terjatuh
Penurunan kalsium
dalam tubuh
demineralisasi dalam
tulang
tulang lebih rapuh,
resiko fraktur saat
aktivitas
resti cedera
Resti Cedera
3.3 Diagnosa
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan kalsium
dalam tulang
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penupisan tulang dan
kelemahan otot
c. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas tulang (sperti :
tulang melengkung)
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri tulang
e. Resti cedera berhubungan dengan soft bone
3.3 Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan kalsium
dalam tulang
Tujuan : Nyeri teratasi atau berkurang ± 1 jam setelah tindakan
36
Kriteria Hasil :
a. Laporan secara verbal bahwa nyeri tulang berkurang.
b. Skala nyeri menurun.
c. Wajah nampak rileks.
d. Pasien dapat beristirahat tanpa terganggu rasa nyeri
Intervensi Rasional
MANDIRI
a. Tentukan karakteristik nyeri.
Cari perubahan dalam
karakteristik nyeri
b. Berikan tindakan kenyamanan
a. Untuk menentukan
karakteristik Nyeri tulang
b. Tindakan nonanalgesik dengan
sentuhan akan meringankan
ketidaknyamanan
HE
Instruksikan dan membantu pasien
untuk melakukan relaksasi dengan
cara tarik napas panjang tanhan
selama 1-2 detik kemudian
hembuskan lewat mulut.
Membantu melakukan relaksasi dan
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan.
COLABORASI
Memberikan analgesik dan antitusive
sesuai indikasi
Obat-obat ini digunakan menekan
batuk nonproduktif atau mereduksi
mukus yang berlebihan dan
meningkatkan kenyamanan secara
umum.
OBSERVASI
Observasi PQRST
Monitoring penyebab nyeri, skala
nyeri, dan seberapa nyeri. Serta
keberhasingan pemberian tindakan
37
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penupisan tulang dan
kelemahan otot
Tujuan : Setelah di intervensi selama 3x24 jam pasien dapat melakukan
aktivitas dasar pribadi
KH : - Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling
tinggi yang mungkin
- Mempertahankan posisi fungsional
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri
Lakukan body mechanic dan
ambulasi
Melatih otot-otot
Observasi
Kaji tingkat kemampuan ROM
aktif pasien
Mengatahui tentang penyakit yang di
derita
HE
Ajarkan cara-cara yang benar
dalam melakukan macam-macam
mobilisasi seperti body mechanic
ROM aktif, dan ambulasi
Ajarkan penggunaan alat bantu
berpindah
Untuk melatih otot-otot
Untuk memudahkan orang mobilisasi
Kolaborasi
Kolaborasi dengan fisioterapi
dalam penanganan traksi yang
boleh digerakkan dan yang
belum boleh digerakkan
Meningkatkan posisi fungsional
38
3. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas tulang (sperti :
tulang melengkung)
Tujuan : setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan pasien dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien.
Kriteria: mengurangi perubahan bentuk tubuh yang berbeda
Intervensi Rasional
Mandiri
Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas
Meningkatkan perasaan kompetensi/
harga diri, mendorong kemandirian dan
partisipasi dalam terapi
HE
Susun batasan pada perilaku
maladaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif
yang dapat membantu koping
Membantu pasien untuk
mempertahankan kontrol diri, yang
dapat meningkatkan perasaan harga
diri.
Observasi
Perhatikan perilaku menarik diri,
penggunaan menyangkal atau
terlalu memperhatikan tubuh/
perubahan
Catat karakteristik lokasi
gangguan citra tubuh
Dapat menunjukkan emosional ataupun
metode koping maladaptif,
membutuhkan intervensi lebih
lanjut/dukungan psikologis
Variasi perubahan tubuh pada pasien
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri tulang
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan dapat tidur istirahat malam optimal.
Criteria hasil :
a) Meleporkan istirahat tidur malam yang optimal
b) Tidak menunjukkan perilaku gelisah
c) Wajah tidak pucat dan konjungtiva tidak anemis karena kurang tidur
malam
39
d) Mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan
energy yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari
Intervensi Rasional
MANDIRI
a) Kaji pola tidur
b) Kaji fungsi pernapasan : bunyi
napas, kecepatan irama
c) Kaji factor yang menyebabkan
gangguan tidur (nyeri akut, takut,
stress, ansietas, imobilitas,
gangguan eliminasi, gangguan
metabolisme, lingkungan yang
asing, temperature, aktivitas yang
tidak adekuat)
d) Catat tindakan kemampuan untuk
mengurangi kegelisahan
e) Ciptakan suasana nyaman,
kurangi atau hilangkan distraksi
lingkungan dan gangguan tidur
f) Batasi pengunjung selama
periode istitahat yang optimal
Untuk mengetahui kemudahan
dalam tidur
Untuk mengetahui tingkat
kegelisahan
Untuk mengidentifikasi
penyebab aktual dari gangguan
tidur.
Untuk memantau seberapa jauh
dapat dapat bersikap tenang dan
rilex
Membantu relaxasi saat tidur
Tidur sulit akan sulit dilakukan
tanpa relaksasi
HE
a) Anjurkan atau berikan perawatan
pada petang hari (hygine
personal, linen dan baju tidur
yang bersih
b) Anjarkan relaksasi distraksi
Kenyamanan dalam tubuh pasien
terkait kebersihan diri dan pakai.
Untuk menenangkan pikiran dari
gelisah dan mengurangi
40
ketegangan otot.
COLABORASI
Beri obat kolaborasi dokter
Pemberian obat sesuai jadwal
OBSERVASI
Observasi keadaan umum pasien dan
TTV
Mengetahui kesadaran, dan kondisi
tubuh dalam keadaan normal atau
tidak
5. Resti cedera berhubungan dengan soft bone
Tujuan : Setelah di intervensi selama 3 x 24 jam pasien tidak mengalami
cedera
KH : - pasien tidak terjatuh dan cedera
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri
Lakukan modifikasi lingkungan
agar lebih aman (memasang
pinggiran tempat tidur, dll)
Mencegah adanya cedera / jatuh
Observasi
Kaji ulang adanya faktor-faktor
resiko jatuh pada klien dan Tulis,
laporkan adanya faktor-faktor
resiko
Pantau klien secara berkala
terutama 3 hari pertama
kunjungan rumah
Mengetahui perkembangan terhadap
faktor-faktor resiko jatuh
Mengetahui perkembangan pasien
HE
Ajarkan klien tentang upaya
Meningkatkan kewaspadaan pasien
41
pencegahan cidera
(menggunakan pencahayaan
yang baik, memasang
penghalang tempat tidur,
menempatkan benda
berbahayaditempat yang aman)
agar terhindar dari cedera
42
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang
dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang(menyerupai penyakit
yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa,
osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak
separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa
pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit).( Smeltzer. 2001: 2339 )
Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi
kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat
juga mengakibatkan terjadinya osteomalasiaAdapun tanda dan gejala dari
osteomalasia ini adalahnyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari
defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian
nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah.Nyeri tulang yang
dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha .Kemajuan
penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang),
vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan
bentuk thoraks (kifosis).dan banyak tanda dan gejala lainnya
4.2 Saran
Makalah ini jauh dari taraf kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing
dan teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini
sangat berbahaya dan kita sebagai mahasiswa kesehatan harus bisa
menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.
Gangguan hati (penyakit
billier, sirosis)
Gangguan fungsi ginjal Hipertiroid Gangguan
gastrointestinal
Gangguan perubahan
vitamin D
Kurang asupan
nutrisi
Vitamin D tidak dapat
dikonversi ke dalam
bentuk aktif
Absorbs lemak tidak
memadai
Tidak ada pelarut
untuk vitamin D
Kehilangan
vitamin D
Hormone tiroid
<<< sinar matahari
Demineralisasi
tulang
Penyerapan/absorbsi ca
& fosfat pada matrik
tulang
Hiperkalsemia
Respon fisiologis ginjal
membuang kalsium
melalui urine
Tidak dapat
melakukan konversi
vitamin D ke bentuk
aktif
Calcitriol
Absorbs kalsium
Calcium yang ada di dalam
tubuh digunakan untuk
menetralkan asidosis
Fungsi pengaturan
asam dan basa
Vitamin D dan ca
dalam tubuh tidak
tercukupi
Tidak
mengkonsumsi
vitamin D dan ca
Fungsi ginjal dan
hati
Kekurangan Ca saat osteoblas
Suplai ca ke tulang
Kandungan mineral ca dan vitamin D dalam darah
osteomalasia
Perlunakan telang (soft bone)
Gangguan proses remodeling
Suplai kalsium pada
tulang
Kekurangan kalsium pada
tulang saat fase osteoblas
Nyeri tulang yang
menyebar dan nyeri
tekan
Saat berjalan seperti
terkuyuh-kuyuh dan
lemah
Osteomalasia
Kelemahan karena
demineralisasi
tulang
MK : gangguan
mobilitas fisik
Berkurangnya suplai
kalsium pada tulang
MK : gangguan pola
tidur
Nyeri seluruh badan
dan mnyebar
MK : gangguan rasa
nyaman nyeri
Demineralisasi tulang
Kelainan bentuk
tulang
Soft bone
Tulang” panjang
akan membengkok
Pada tulang punggung
akan terjadi kifosis Dapat terjadi fraktur
Gaya berjalan lemah dan
seperti bebek. Berbeda dengan
individu yang normal
MK : gangguan
body image
Resti cidera