BAB 1 KMB

14
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diversi pada penyakit hirschsprung, atresia ani, masih merupakan masalah yang cukup serius di Indonesia. Seperti, contoh penyakit atresia ani yang merupakan tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm sehingga mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak berhubungan langsung dengan rectum (Purwanto, 2001). Salah satu penatalaksanaan atresia ani ini adalah dilakukan kolostomi. Kata kolostomi mungkin tidak asing lagi seiring dengan banyak pasien yang dibuatkan kolostomi ditubuhnya. Banyak hal yang menyebabkan keputusan seorang dokter bedah untuk melakukan kolostomi bagi pasienya, salah satunya adalah adanya sumbatan dibagian distal saluran cerna baik karena tumor atau hal lainnya. Kolostomi bisa memberikan kesempatan pada pasien untuk hidup dan beraktivitas layaknya manusia normal. Sehingga, kualitas hidupnya bisa lebih baik. Mungkin yang akan jadi masalah adalah bagaimana perawatan kolostomi tersebut dilakukan (Koncek, 2008). Dalam, merawat pasien kolostomi membutuhkan ketelitian kebersihan dan kesiapan yang baik karena jika tidak maka akan menimbulkan komplikasi infeksi yang mengakibatkan penyembuhan menjadi lama bahkan bertambah parah (Bets, 2002). Hal ini merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang 1

description

keperawatan

Transcript of BAB 1 KMB

BAB 1PENDAHULUAN1. Latar Belakang Diversi pada penyakit hirschsprung, atresia ani, masih merupakan masalah yang cukup serius di Indonesia. Seperti, contoh penyakit atresia ani yang merupakan tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm sehingga mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak berhubungan langsung dengan rectum (Purwanto, 2001). Salah satu penatalaksanaan atresia ani ini adalah dilakukan kolostomi. Kata kolostomi mungkin tidak asing lagi seiring dengan banyak pasien yang dibuatkan kolostomi ditubuhnya. Banyak hal yang menyebabkan keputusan seorang dokter bedah untuk melakukan kolostomi bagi pasienya, salah satunya adalah adanya sumbatan dibagian distal saluran cerna baik karena tumor atau hal lainnya. Kolostomi bisa memberikan kesempatan pada pasien untuk hidup dan beraktivitas layaknya manusia normal. Sehingga, kualitas hidupnya bisa lebih baik. Mungkin yang akan jadi masalah adalah bagaimana perawatan kolostomi tersebut dilakukan (Koncek, 2008). Dalam, merawat pasien kolostomi membutuhkan ketelitian kebersihan dan kesiapan yang baik karena jika tidak maka akan menimbulkan komplikasi infeksi yang mengakibatkan penyembuhan menjadi lama bahkan bertambah parah (Bets, 2002). Hal ini merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolostomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.2. Tujuan MakalahSejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan.1. Sebagai tugas dari Mata Kuliah KMB I2. Pengertian Kolostomi3. Pengertian Stoma4. Menjelaskan Jenis Kolostomi Berdasarkan Lokasinya5. Menjelaskan Indikasi Kolostomi

3. Manfaat MakalahMakalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktik.Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk pengembangan perawatan kolostomi. Sedangkan secara Praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :1. Untuk mengetahui tentang apa itu kolostomi2. Untuk mengetahui tentang perawatan kolostomi3. Untuk berbagi pengetahuan kepada teman-teman yang lain

BAB 2PEMBAHASAN

1. Kolostomi1.1 Pengertian Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor (Harahap,2006)

1.2 Stoma Perlengkapan ostomi terdiri atas satu lapis atau dua lapis dengan barier kulit hipoalergenik untuk mempertahankan integritas kulit peristomal. Kantong harus cukup besar untuk menampung feses dan flatus dalam jumlah sedang tetapi tidak terlalu besar agar tidak membebani bayi atau anak. Perlindungan kulit peristomal adalah aspek penting dari perawatan stoma. Peralatan yang sesuai ukurannya merupakan hal penting untuk mencegah kebocoran isi (Wong, 2009). Lokasi kolostomi menentukan konsistensi tinja baik padat ataupun cair. Pada kolostomi transversum umumnya menghasilkan feses lebih padat. Lokasi kolostomi ditentukan oleh masalah medis pasien dan kondisi umum. Ada 3 jenis kolostomi, yaitu:1.2.1 Kolostomi loop atau loop colostomy, biasanya dilakukan dalam keadaan darurat .1.2.2 End colostomy, terdiri dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal saluran pencernaan. End colostomyadalah hasil pengobatan bedah kanker kolorektal. 1.2.3 Double-Barrel colostomyterdiri dari dua stoma yang berbeda stoma bagian proksimal dan stoma bagian distal (Perry & Potter, 2005).

1.3 Jenis kolostomi berdasarkan lokasinyaJenis kolostomi berdasarkan lokasinya; transversokolostomi merupakan kolostomi di kolontransversum, sigmoidostomi yaitu kolostomi di sigmoid, kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden dan kolostomi asenden, adalah kolostomi di asenden (Suriadi,2006)

1.4 Indikasi Kolostomi1.4.1 Atresia Ani Penyakit atresia ani adalah tidak terjadinya perforasi membranyang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembuatan lubang anus yang tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001). Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus,rektum atau keduanya (Betz, 2002). Menurut Suriadi (2006), Atresiani atau imperforata anus adalah tidak komplit perkembangan embrionik pada distal usus (anus) tertutupnya anus secara abnormal.

1.4.2 Hirschprung Penyakit Hirschprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi (Nelson, 2000). Penyakit Hischprung disebut juga kongenital aganglionosis atau megacolon yaitu tidak adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam colon (Suriadi, 2006)

1.4.3 Malforasi Anorektum Istilah Malforasi Anorektum merujuk pada suatu spektrum cacat. Perhatian utama ditujukan pada pengendalian usus selanjutnya, fungsi seksual dan saluran kencing. Beberapa kelainan yang memerlukan pembedahan kolostomi adalah; (1) Fistula Rektovesika Pada penderita Fistula Rektovesika, rektum berhubungan dengan saluran kencing pada setinggi leher vesika urinaria. Mekanisme sfingter sering berkembang sangat jelek. Sakrum sering tidak terbentuk atau sering kali tidak ada. Perineum tampak datar. Cacat ini mewakili 10% dari seluruh penderita laki-laki dengan cacat ini. Prognosis fungsi ususnya biasanya jelek. Kolostomi diharuskan selama masa neonatus yang disertai dengan operasi perbaikan korektif (Nelson,2000).

(2) Fistula Rektouretra Pada kasus Fistula Rektouretra, rektum berhubungan dengan bagian bawah uretra atau bagian atas uretra. Mereka yang mempunyai Fistula Rektoprostatik mengalami perkembangan sakrum yang jelek dan sering perineumnya datar. Penderita ini mengalami kolostomi protektif selama masa neonatus. Fistula Rektouretra merupakan cacat anorektum yang paling sering pada penderita laki-laki ( Nelson, 2000).

(3) Atresia Rektum Atresia Rektum adalahcacat yang jarang terjadi, hanya 1% dari anomali anorektum. Tanda yang unik pada cacat ini adalah bahwa penderita mempunyai kanal anus dan anus yang normal (Nelson, 2000).

(4) Fistula Vestibular Fistula Vestibular adalah cacat yang paling sering ditemukan pada perempuan. Kolostomi proteksi diperlukan sebelum dilakukan operasi koreksi, walaupun kolostomi ini tidak perlu dilakukan sebagai suatu tindakan darurat karena fistulanya sering cukup kompeten untuk dekompresi saluran cerna ( Nelson, 2000).

(5) Kloaka Persisten Pada kasus Kloaka Persisten, rektum, vagina, dan saluran kencing bertemu dan menyatu dalam satu saluran bersama. Perineum mempunyai satu lubang yang terletak sedikit di belakang klitoris. Kolostomi pengalihan terindikasi pada saat lahir, lagipula penderita yang menderita kloaka mengalami keadaan darurat urologi, karena sekitar 90% diserai dengan cacat urologi.Sebelum kolostomi, diagnosis urologi harus ditegakkan untuk mengosongkan saluran kencing, jika perlu pada saat yang bersamaan dilakukan kolostomi ( Nelson, 2000).

1.5 Komplikasi Kolostomi Insidens komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi dibandingkan pasien ileostomi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari anastomotik usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda shock. Perbaikan pembedahan diperlukan (Brunner dan Suddarth, 2000).

1.6 Perawatan Kolostomi Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke 3 sampai hari ke 6 pascaoperatif. Perawat menangani kolostomi sampai pasien dapat mengambil alih perawatan ini. Perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimanamenerapkan drainase kantung dan melaksanakan irigasi. Menurut Brunner dan suddarth (2000), ada beberapa yang harus diperhatikan dalam menangani kolostomi, antara lain;

1.6.1 Perawatan Kulit Rabas efluen akan bervariasi sesuai dengan tipe ostomi. Pada kolostomi transversal, terdapat feses lunak dan berlendir yang mengiritasi kulit. Pada kolostomi desenden atau kolostomi sigmoid, feses agak padat dan sedikit mengiritasi kulit. Pasien dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan, memberikan barrier kulit protektif di sekitar stoma, dan mengamankannya dengan meletakan kantung drainase. Kulit dibersihkan dengan perlahan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab serta lembut. Adanya kelebihan barrier kulit dibersihkan. Sabun bertindak sebagai agen abrasif ringan untuk mengangkat residu enzim dari tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat digunakan untuk menutupi stoma.

1.6.2 Memasang Kantung Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus sekitar 0,3cm lebih besar dari stoma.Kulit dibersihkan terlebih dahulu. Barier kulit peristoma dipasang. Kemudian kantung dipasang dengan cara membuka kertas perekat dan menekanya di atas stoma. Iritasi kulit ringan memerlukan tebaranbedak stomahesive sebelum kantung dilekatkan.

1.6.3 Mengangkat Alat Drainase Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian sehingga berat isinyatidak menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan keluar isinya. Pasien dapat memilih posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan dengan perlahan mendorong kulit menjauh dari permukaan piringan sambil menarik kantung ke atas dan menjauh dari stoma. Tekanan perlahan mencegah kulit dari trauma dan mencegah adanya isi fekal yang tercecer keluar.

1.6.4 Mengirigasi Kolostomi Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses. Sehingga pasien dapat menjalankan aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa takut terjadi drainase fekal. Dengan mengirigasi stoma pada waktu yang teratur, terdapat sedikit gas dan retensi cairan pengirigasi.

1.7 Prosedur Pelatihan Kolostomia. Persiapan pasien1) Mengucapkan salam terapeutik2) Memperkenalkan diri 3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya 5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)b. Persiapan alat1) Sarung tangan bersih2) Handuk mandi/selimut mandi3) Air hangat4) Sabun mandi yang lembut5) Tissue6) Kantong kolostomi bersih7) Bengkok/pispot8) Kassa9) Tempat sampah 10) Gunting2. Prosedura. Menjealskan prosedurb. Mendekatkan alat-alat kedekat klienc. Pasang selimut mandi/handukd. Dekatkan bengkok kedekat kliene. Pasang sarung tangan bersihf. Buka kantong lama dan buang ketempat bersihg. Bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan menggunakan sabun dan cairan hangath. Lindungi stoma dengan tissue atau kassa agar feces tidak mengotori kulit yang sudah dibersihkani. Keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kassaj. Pasang kantong stomak. Buka sarung tanganl. Bereskan alatm. Rapihkan pasienn. Mencuci tangano. Melaksanakan dokumentasi :1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien2) Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

BAB IIIPENUTUP A. Kesimpulan Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor. Lokasi kolostomi menentukan konsistensi tinja baik padat ataupun cair. Pada kolostomi transversum umumnya menghasilkan feses lebih padat. Jadi, kolostomi sangat penting bagi orang yang tidak bisa mengeluarkan tinjanya secara normal dan perawatan tentang kolostomi harus di ketahui oleh perawat,agar pasien tidak terinfeksi dll.

B. Saran Setiap individu harus bisa bekerjasama dengan perawat dalam perawatan kolostomi agar tidak terjadi infeksi. Dengan itu,perawatan kolostomi harus dilakukan sesuai prosedur yang benar sehingga perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan perawatan kolostomi sehinnga pelayanan pada pasien dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Petter & perry, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Jakarta, EGC2. Wolf, Weittel & Fuerst, (1984), Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan, Jakarta, PT Gunung Agung3. Santosa, Budi, (2005-2006), Panduan Diagnose Keperawatan, Prima Medika

10