BAB 1 Kadar Lengas

11
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tanah merupakan bagian dari lapisan bumi yang tersusun dari bahan organik dan mineral. Tanah berawal dari suatu proses pelapukan batuan dengan bantuan dari organisme yang membentuk tubuh menutupi batuan. Pedogenesis merupakan proses pembentukan tanah dimana dalam prosesnya terdapat lapisan-lapisan tanah yang biasa disebut dengan horizon tanah. Setiap horizon tanah memiliki arti dalam asal dan proses biologi, kimia, fisika dan yang telah dilalui oleh tubuh tanah tersebut. Tanah mengandung bahan organik (senyawa organik dan organisme) air, udara dan partikel batuan atau biasa disebutt dengan mineral. Meniral sendiri merupakan unsur utama dari tanah yang terbentuk dari padatan mempunyai komposisi homogen dan anorganik. Tanah dapat dibedakan dari ciri bahan induk asalnya baik secara fisik, kimia, biologi, maupun morfologinya. Kualitas tanah sebagai kemampuan tanah untuk menampilkan fungsinya dalam penggunaan lahan untuk menopang produktivitas biologis, mempertahankan kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Pertumbuhan tanaman tidak terlepas dari kandungan air atau kadar lengas tanah. Hal ini dikarenakan air digunakan tumbuhan untuk

description

ss

Transcript of BAB 1 Kadar Lengas

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tanah merupakan bagian dari lapisan bumi yang tersusun dari bahan organik dan mineral. Tanah berawal dari suatu proses pelapukan batuan dengan bantuan dari organisme yang membentuk tubuh menutupi batuan. Pedogenesis merupakan proses pembentukan tanah dimana dalam prosesnya terdapat lapisan-lapisan tanah yang biasa disebut dengan horizon tanah. Setiap horizon tanah memiliki arti dalam asal dan proses biologi, kimia, fisika dan yang telah dilalui oleh tubuh tanah tersebut. Tanah mengandung bahan organik (senyawa organik dan organisme) air, udara dan partikel batuan atau biasa disebutt dengan mineral. Meniral sendiri merupakan unsur utama dari tanah yang terbentuk dari padatan mempunyai komposisi homogen dan anorganik.Tanah dapat dibedakan dari ciri bahan induk asalnya baik secara fisik, kimia, biologi, maupun morfologinya. Kualitas tanah sebagai kemampuan tanah untuk menampilkan fungsinya dalam penggunaan lahan untuk menopang produktivitas biologis, mempertahankan kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Pertumbuhan tanaman tidak terlepas dari kandungan air atau kadar lengas tanah. Hal ini dikarenakan air digunakan tumbuhan untuk melakukan proses biologi dalam pertumbuhan. Lengas tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang berperan penting dalam menjaga kelembapan tanah. Lengas menyusun dua per tiga bagian dari pori pori tanah pada suhu kamar dan menjadi satu pertiga bagian jika suhu meningkat.

Lengas tanah itu sendiri merupakan air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas (matrik,osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik zarah tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan beberapa banyak air yang dapat diserap tumbuhan.

Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang , tekanan osmosis apabila tanah diberi pemupukan dengan kadar yang tinggi, perilaku dan keberadaan tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi, dan adanya bahan penutup tanah baik organik maupun anorganik. Bahan organik merupakan sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah, bahan organik berfungsi memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah.Air didalam tanah berada didalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenu, itu artinya semua ruang pori tanah terisi oleh air. Keadaan ini, jumlah tanah yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum yang biasa disebut dengan kapasitas penyimpanan air maksimum. Jika tanah dibiarkan, akan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Keadaan ini menunjukkan tanah sedang berada pada kondisi tidak jenuh.1.2 Tujuan1. Untuk mengetahui kadar lengas tanah kering angin2. Untuk mengetahui kadar lengas tanah kapasitas lapang1.3 Manfaat1. Mengetahui kadar lengas tanah kering angin

2. Mengetahui kadar lengas tanah kapasitas lapangBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang mana berasal dari pelapukan jasad makhluk hidup yang telah mati dan membusuk, dan pelapukan dari batuan dan erosi dari bahan anorganik. Cuaca dapat melapukkan makhluk hidup dan membuat mineralnya terurai atau terlepas. Jika hal ini terjadi terus menerus dapat membentuk tanah yang subur. Tanah memiliki fungsi secara fisik sebagai tempat berkembang dan tumbuh perakaran dari tanaman serta memberikan unsur hara dan air kepada akar tanaman. Secara kimia berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan penyedia unsur hara atau nutrisi sedangkan secra biologis berfungsi sebagai habitat atau tempat hidupnya dari organisme tanah yang memiliki peran dalam penyediaan unsur hara dan zat aditif bagi tanaman (Gusti dkk., 2013).

Kemampuan tanah dalam media tumbuh akan dapat optimal jika didukung oleh dengan sifat-sifat tanah. Kesuburan tanah juga menunjukkan kualitas yang dimiliki tanah. Kualitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam melakukan fungsinya dalam ekosistem, dalam menopang produktivitas biologi, meningkatkan kesehatan tanaman, hewan dan menusia serta mempertahankan lingkungan. Lingkungan tanah dipengaruhi adanya kehidupan mikroorganisme (Arifin, 2011).

Tingkat kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh Jenis tanah, air tanah dan kandungan di dalamnya. Kesuburan tanah merupakan mutu tanah yang ditentukan oleh interkasi fisika, kimia dan biologi tanah. Tanah sendiri merupakan habitat dari perakaran tumbuhan (Lubis dan Agus, 2011). Kandungan bahan organic dan kelengasan tanah adalah karakteristik tanah secra fisik dan biologi yang dapat mengikat unsure hara dan mampu memengaruhi kesuburan tanah (Zulkanain dkk., 2013).Nilai kadar lengas tanah diperoleh dengan cara pengambilan sampel tanah. Sampel diambil mengggunkan ring sampel, kemudian dikeringkan dalamoven dengan suhu 105 c selama 24 jam. Lengas tanah sebelum perlumpuran, bearti kadar air tanah sebelum dilakukan pembajakann tanah, dan kadar lengas tanah setelah perlumpuran berart air telah dilakukan pembajakan lahan (Yanti dan deni, 2012). Perubahan kadar lengas tanah dipantau dengan metode gravimetri dengan cara mengambil sampel tanah sebanyak 10 g sebelum penyiraman. Perubahan kadar lengas tanah dihitung menggunakan rumus :KLT = X 100%

yaitu, BB = bobot tanah perlakuan

BK = bobot tanah kering oven

Laju penurunan KLT (Kadar Lemgas tanah) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu lingkungan, luas permukaan daun, dan laju transpirasi. Aksesi Bio-4 mampu mempertahankan kadar lengas tanah sedikit di atas varietas lainnya, hal ini mungkin disebabkan oleh laju transpirasi tanaman Bio-4 yang relatif rendah walau pada kondisi kecukupan air. Pada beberapa aksesi nilam menunjukkan tanaman nilam mulai layu pada kadar lengas tanah 20% (Setiawan 2013). DAFTAR PUSTAKAArifin, Zaenal. 2011. Analisis Nilai Indeks Kualitas Tanah Entisol Pada Penggunaan Lahan Yang Berbeda. Agroteksos 21 (1) : 47-54Gusti A. A. R. S., I Wayan D. A., dan I. Made M. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol, dan Vertisol. Agroekoteknologi Tropika 2 (4) : 214-223Yanti, Dlvi dan D. Setiawan. 2012. Analisa Nilai Manfaat Irigasi Pompa Dangkal Ditinjau dari Keberlanjutan Sumber Daya Air Untuk Pertanian. Teknologi Pertanian Andalas, 16 (1) : 1-14Lubis, Rustam E. dan A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta : PT Agromedia Pustaka

Setiawan TOHARI2), dan DJAFAR SHIDDIE. 2013. PENGARUH CEKAMAN KURANG AIR TERHADAP BEBERAPA KARAKTER

FISIOLOGIS TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth). Littri 19(3), : 108-116Zulkarnain, Maulana, Budi Prasetya dan Soemarno. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk Kandang, dan Custom-Bio terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah-Pawon, Kediri). Indonesian Green Technology, 2 (1) : 45-52