Bab 1-Daftar Pustaka kesling

26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan diagnostik radiologi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari, terutama didalam penatalaksanaan klinis pasien di dalam pelayanan kesehatan. Sejak ditemukannya sinar X oleh Roentgen pada tahun 1895 dan kemudian diproduksinya peralatan radiografi pertama untuk penggunaan diagnostik klinis, prinsip dasar dari radiografi tidak mengalami perubahan sama sekali, yaitu memproduksi suatu gambar pada film reseptor dengan sumber radiasi dari suatu berkas sinar-X yang mengalami absorbsi dan attenuasi ketika melalui berbagai organ atau bagian pada tubuh. Pada era maju sekarang ini, umumnya layanan radiologi telah dikelompokkan menjadi 2 (dua) prosedur, yaitu radiologi diagnostik dan intervensional. Radiologi diagnostik adalah cabang ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan pesawat sinarX untuk prosedur diagnosis, sedangkan radiologi intervensional adalah cabang ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan pesawat sinarX untuk memandu prosedur perkutaneus seperti pelaksanaan biopsi, pengeluaran cairan, pemasukan kateter, atau pelebaran terhadap saluran atau pembuluh darah yang menyempit. Jenis 1

description

kesling

Transcript of Bab 1-Daftar Pustaka kesling

Page 1: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan diagnostik radiologi telah menjadi bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari, terutama didalam penatalaksanaan

klinis pasien di dalam pelayanan kesehatan. Sejak ditemukannya sinar X oleh

Roentgen pada tahun 1895 dan kemudian diproduksinya peralatan radiografi

pertama untuk penggunaan diagnostik klinis, prinsip dasar dari radiografi tidak

mengalami perubahan sama sekali, yaitu memproduksi suatu gambar pada film

reseptor dengan sumber radiasi dari suatu berkas sinar-X yang mengalami

absorbsi dan attenuasi ketika melalui berbagai organ atau bagian pada tubuh.

Pada era maju sekarang ini, umumnya layanan radiologi telah

dikelompokkan menjadi 2 (dua) prosedur, yaitu radiologi diagnostik dan

intervensional. Radiologi diagnostik adalah cabang ilmu radiologi yang

berhubungan dengan penggunaan pesawat sinarX untuk prosedur diagnosis,

sedangkan radiologi intervensional adalah cabang ilmu radiologi yang

berhubungan dengan penggunaan pesawat sinarX untuk memandu prosedur

perkutaneus seperti pelaksanaan biopsi, pengeluaran cairan, pemasukan kateter,

atau pelebaran terhadap saluran atau pembuluh darah yang menyempit. Jenis

pesawat sinarX yang digunakan untuk radiologi intervensional: fluoroskopi

konvensional dan CArm, CArm/ UArm cinefluorografi dan Computed

Tomography (CT).

Perkembangan teknologi radiologi telah memberikan banyak sumbangan

tidak hanya dalam perluasan wawasan ilmu dan kemampuan diagnostik radiologi,

akan tetapi juga dalam proteksi radiasi pada pasien-pasien yang mengharuskan

pemberian radiasi kepada pasen serendah mungkin sesuai dengan kebutuhan

klinis merupakan aspek penting dalam pelayanan diagnostik radiologi yang perlu

mendapat perhatian secara kontinu. Karena selama radiasi sinar-x menembus

bahan/materi terjadi tumbukan foton dengan atom-atom bahan yang akan

menimbulkan ionisasi didalam bahan tersebut, oleh karena sinar-x merupakan

1

Page 2: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

2

radiasi pengion, kejadian inilah yang memungkinkan timbulnya efek radiasi

terhadap tubuh, baik yang bersifat non stokastik , stokastik maupun efek genetik.

Dengan demikian diperlukan upaya yang terus menerus untuk melakukan

kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja dalam medan radiasi pengion melalui

tindakan proteksi radiasi, baik berupa kegiatan survey radiasi, personal

monitoring, jaminan kualitas radiodiagnostik, ketaatan terhadap prosedur kerja

dengan radiasi, standar pelayanan radiografi, standar prosedur pemeriksaan

radiografi. Semua perangkat tersebut untuk meminimalkan tingkat paparan radiasi

yang diterima oleh pekerja radiasi, pasien maupun lingkungan dimana pesawat

radiasi pengion dioperasikan.

Page 3: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Kesehatan Kerja (KKK)

2.1.1 Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja

Keselamatan Kesehatan Kerja merupakan instrumen yang memproteksi

pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat

kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh

perusahaan. K3 bertujuan untuk mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko

kecelakaan kerja.

Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).

Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran

berdasarkan prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja

memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental

maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap

penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum (Sumakmur, 1988).

2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja

dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal

cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di

semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun

kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya

dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

membahayakan kesehatan.

3

Page 4: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

4

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

2.1.3 Dasar Hukum

Pemberlakuan K3 untuk seluruh Perusahaan di Indonesia wajib mematuhi

Undang-undang dan Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan/dikeluarkan/

diberlakukan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang terangkum

sebagai berikut :

1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa ”Setiap

Warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. Atas dasar pasal tersebut maka telah disusun :

a. UU No.1 th.1951 tentang Pernyataan berlakunya UU Kerja th. 1948 No.12

b. UU No.3 th.1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO no.120 mengenai

Higiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor

c. UU No.14 th.1969 tentang Pokok-Pokok mengenai Tenaga Kerja sebagai

pelaksanaan dari Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 tersebut di Pasal 9 UU

No.14 th.1969 yang menyatakan ”Setiap tenaga kerja berhak mendapat

perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta

perlakukan sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan moral agama ”

dan di pasal 10 menyatakan Pemerintah membina perlindungan kerja yang

mencakup :

1) Norma keselamatan kerja

2) Norma kesehatan kerja

3) Norma kerja

4) Pemberian ganti kerugian, perawatan, dan rehabilitasi dalam hal

kecelakaan kerja

2. Undang-undang no.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, cakupan

materinya termasuk masalah kesehatan kerja.

3. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

4. Permenkes No. 453/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Keselamatan

Lingkungan Rumah Sakit.

Page 5: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

5

5. Permenaker No. 5/Menaker/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

2.1.4 Tujuan dan Manfaat K3 Rumah Sakit

Tujuan K3 di Rumah Sakit adalah terciptanya :

a) cara kerja,

b) lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan

c) dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS.

Manfaat K3 Rumah Sakit

1. Bagi RS :

a. Meningkatkan mutu pelayanan

b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS

c. Meningkatkan citra RS.

2. Bagi karyawan RS :

a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)

b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)

3. Bagi pasien dan pengunjung :

a. Mutu layanan yang baik

b. Kepuasan pasien dan pengunjung

2.1.5 Potensial Bahaya

Ancaman bahaya di rumah sakit terdiri atas : ancaman bahaya biologi,

ancaman bahaya kimia, ancaman bahaya fisika, ergonomi, ancaman bahaya

psikososial, keselamatan dan kecelakaan kerja di rumah sakit.

1. Ancaman Bahaya Biologi

Bahaya biologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh

mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, riketsia, parasit dan jamur.

Yang termasuk ancaman biologi di rumah sakit :

a) Infeksi nosokomial

b) Tuberkulosis

c) Hepatitis B

d) AIDS

Page 6: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

6

2. Ancaman Bahaya Kimia

Adanya bahan-bahan kimia di rumah sakit dapat menimbulkan bahaya bagi

penderita maupun para pekerjanya. Kecelakaan akibat bahan-bahan kimia dapat

menyebabkan keracunan kronik. Bahan-bahan kimia yang mempunyai risiko

mengakibatkan gangguan kesehatan antara lain adalah gas anestetik (halotan, nitro

oksida), formaldehid, etilen oksida, merkuri dan debu.

3. Ancaman Bahaya Fisika

Faktor fisika merupakan beban tambahan bagi pekerja di rumah sakit yang apabila

tidak dilakukan upaya-upaya penanggulangannya dapat menyebabkan penyakit

akibat kerja. Faktor fisika di rumah sakit seperti bising, panas, getaran, radiasi,

cahaya dan listrik. Contohnya pekerja yang bekerja di ruang generator, perlu

disadari dapat memberi dampak negatif pada pendengaran dan non pendengaran.

2.1.6 Upaya atau langkah-langkah pengendalian Kesehatan Keselamatan

Kerja

Untuk mengatasi ancaman bahaya di rumah sakit terdiri atas : ancaman

bahaya biologi, ancaman bahaya kimia, ancaman bahaya fisika, keselamatan dan

kecelakaan kerja di rumah sakit, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :

a. Pengenalan/Identifikasi Lingkungan Kerja

Informasi yang perlu diketahui adalah pekerja yang terlibat, proses kerja dan

limbah/sisa buangan, potensi bahaya yang mungkin ada dan bahaya kecelakaan

kerja. Sebagai contohnya pekerja yang bekerja di ruang radiologi, sebaiknya

bukan orang sedang hamil, pekerja dilengkapi dengan alat deteksi paparan zat

radiasi serta ruang dibuat sesuai dengan standar yang berwenang.

b. Evaluasi Lingkungan Kerja

Penilaian karakteristik dan besarnya potensipotensi bahaya yang mungkin timbul

di lingkungan kerja. Sebagai contoh : lingkungan kerja secara berkala dinilai

apakah ada kebocoran zat berbahaya bagi kesehatan.

c. Pengendalian Lingkungan Kerja

Pengendalian dibedakan atas pengendalian lingkungan dan pengendalian

perorangan. Pengendalian lingkungan meliputi perubahan dari proses kerja

Page 7: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

7

dan/atau lingkungan kerja dengan maksud untuk pengendalian terhadap bahaya

kesehatan baik dengan meniadakan atau mengurangi serta mencegah kontak.

Pengendalian ancaman bahaya kesehatan dapat dilakukan pencegahan dengan

peraturanperaturan, standar, pengawasan serta pendidikan dan latihan untuk

mencegah ancaman-ancaman tersebut.

d. Pelayanan Kesehatan Kerja

Meliputi upaya pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Bentuk

kegiatan dapat berupa pemberian informasi pencegahan kecelakaan kerja atau

penyakit akibat kerja atau berupa klinik yang dilengkapi dengan alat deteksi dini

kemungkinan terjadi penyakit akibat kerja, pengobatan dan pemulihan yang

berkaitan dengan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Contohnya ada prosedur

kerja tentang cara pengamanan pekerja pengambil contoh darah di laboratorium

klinik atas kemungkinan hepatitis.

2.2 Menajemen Kesehatan Keselamatan Kerja di Bagian Radiologi

2.2.1 Kesehatan dan keselamatan Kerja di bagian radiologi

Keselamatan kerja radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk

menciptakan kondisi agar dosis radiasi pengion yang mengenai manusia dan

lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan.

Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik dilingkungan rumah

sakit dan usaha penanggulangannya sudah dilakukan. Rumah sakit sebaiknya

mempunyain petugas yang bertanggung jawab (safety officer) atas keamanan

daerah sekitar radiasi dan perlindungan bagi petugasnya.

2.2.2 Jaminan Mutu Radiologi

Asal dari manajemen mutu modern dapat ditelusuri pada awal tahun 1900,

oleh pekerja insinyur industri yang bernama Frederick Winslow Taylor.

Kemudian di Amerika manajemen mutu tidak hanya diterapkan di bidang industri

tetapi juga di bidang pelayanan kesehatan, termasuk radiologi.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) memberikan batasan

penjaminan kualitas dalam bidang radiologi diagnostik sebagai berikut :

”Usaha terorganisasi yang dilakukan oleh staf yang mengoperasikan untuk

Page 8: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

8

menjamin bahwa gambar diagnostik yang dihasilkan oleh fasilitas tersebut

memiliki kualitas cukup tinggi sehingga dapat memberikan informasi diagnostik

secara konsisten dengan biaya yang minimum dan dengan paparan radiasi sekecil

mungkin yang diterima pasien” .

Jadi esensinya, sasaran program penjaminan mutu dalam pelayanan

radiologi diagnostik adalah memantau performa dari seluruh komponen atau

faktor yang dapat mempengaruhi kualitas gambar dan usaha memperkecil adanya

pemborosan film dalam bagian radiologi. Justifikasi riil dari upaya penjaminan

kualitas dan pengendalian kualitas adalah tertuju pada hasil yang diharapkan dapat

dicapai yaitu dalam ungkapan internasional dikenal dengan 3D (Dose, Diagnosis,

Dollars), yang maknanya dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Dose (dosis), meminimalkan dosis radiasi terhadap pasien sehingga

manfaat pemeriksaan dapat melebihi resiko. Sementara mengurangi dosis

pasien berarti juga mengurangi dosis terhadap personel.

b. Diagnosis, mengurangi dosis radiasi sembari menjaga dan meningkatkan

kualitas gambar atau informasi diagnostik berarti telah mengoptimasi

diagnosis atau dengan kata lain diagnosis dapat ditegakkan.

c. Dollars, dengan mengurangi jumlah pengulangan dalam pemotretan,

utilisasi dari sumber daya dapat ditingkatkan dan pengurangan jumlah film

dan bahan lainnya pada akhirnya mengurangi biaya pemeriksaan dan

penghematan biaya.

2.2.3 Standar Prosedur Pemeriksaan Radiologi Diagnostik

a. Pemeriksaan radiografi untuk tujuan diagnostik hanya dilakukan sesuai

dengan permintaan yang tercantum pada formulir permintaan pemeriksaan

radiologi

b. Pemeriksaan radiologi hanya dapat/boleh dilakukan oleh radiografer yang

telah memiliki surat izin radiografer dan surat izin bekerja yang

dikeluarkan oleh menteri kesehatan indonesia atau pejabat lain yang

ditunjuk.

c. Setiap radiografer yang melakukan pemeriksaan radiografi selalu memakai

personal monitoring yang secara berkala harus diukur untuk mengetahui

Page 9: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

9

besarnya paparan radiasi yang diterima dalam selang waktu tertentu dan

hasil paparan radiasi tersebut tercatat dalam lembar catatan dosis pribadi

d. Pemeriksaan dan tindakan radiografi melalui pemilihan faktor eksposi

yang optimal, posisi, dan centrasi yang sesuai dengan jenis dan tujuan

pemeriksaan dengan memperhatikan limitasi dosis dengan cara membuat

luas lapangan penyinaran yang digunakan sesuai dengan besar/luas objek

yang diperiksa.

e. Setiap hasil pemeriksaan secara radiografi selalu sesuai dengan imaje

kriteria yang telah ditentukan.

f. Sebelum eksposi dilakukan pastikan bahwa tidak ada seorangpun kecuali

petugas kamar radiasi berada diruang radiasi dan pintu masuk kamar

radiasi sudah terkunci sehingga tidak memungkinkan orang lain masuk.

g. Pastikan bahwa identitas pasien yang akan dilakukan pemeriksaan

radiografi adalah benar-benar pasien yang namanya tercantum dalam surat

permintaan pemeriksaan radiologi.

h. Untuk pemeriksaan dengan bahan kontras pastikan bahwa formulir inform

consent telah ditandatangani oleh pasien/keluarga pasien.

i. Pastikan bahwa persiapan untuk menanggulangi keadaan darurat medik

akibat pemasukan bahan kontras telah tersedia sebelum pemeriksaan

dilakukan termasuk tabung oksigen yang selalu terisi oksigen beserta

maskernya.

2.2.4 Ketentuan Umum Pencegahan Efek Radiasi

1) Tempatkan pasien pada tempat yang terpisah atau bersama pasien lain dengan

infeksi aktif organisme yang sama dan tanpa infeksi lain.

2) Melaksanakan kewaspadaan universal.

3) Perawatan lingkungan yaitu dengan membersihkan setiap hari peralatan dan

permukaan lain yang sering tersentuh oleh pasien.

4) Peralatan perawatan pasien gunakan terpisah satu sama lain, jika terpaksa harus

digunakan satu sama lain secara bersama maka peralatan tersebut harus selalu

dibersihkan dan didesinfeksi sebelum digunakan pada yang lain.

Tindakan yang harus dilakukan :

Page 10: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

10

1) Tempatkan pasien pada ruang tersendiri atau bersama pasien lain dengan ruang

kerja lainnya.

2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja pada air yang mengalir atau

alcuta.

3) Menggunakan alat pelindung kerja seperti masker, gaun pelindung dan sarung

tangan.

4) Melakukan tindakan desinfeksi, dekontaminasi dan sterilisasi, terhadap

berbagai peralatan yang digunakan, meja kerja, lantai dan lain-lain terutama yang

sering tersentuh oleh pasien.

5) Melaksanakan penanganan dan pengolahan limbah dengan cara yang benar,

khususnya limbah infeksi.

6) Memberikan pengobatan yang adekuat pada penderita.

2.3 Tindakan Proteksi Radiasi

Tindakan proteksi radiasi yang dilakukan tentunya merupakan tindakan

proteksi radiasi terhadap paparan radiasi sinar – X, jadi merupakan tindakan

proteksi radiasi eksterna, karena sumber radiasi berada di luar tubuh manusia.

Sebelum menerangkan apa yang dimaksud dengan tindakan proteksi radiasi

eksterna terlebih dahulu perlu diterangkan mengenai pengertian, filosopi / falasah

dan tujuan proteksi radiasi. Proteksi radiasi atau fisika kesehatan dan keselamatan

radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik

kesehatan yang perlu diberikan kepada seseorang atau kelompok orang terhadap

kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion. Adapun filosofi /

falsafah proteksi radiasi adalah analisa atau perhitungan untung rugi yang harus

mencakup keuntungan yang harus diperoleh oleh masyarakat bukan hanya oleh

sesorang atau kelompok . Dengan demikian perlu diperhitungkan anatara resiko

dan manfaat dari kegiatan yang menggunakan peralatan dan atau sumber radiasi

pengion. Untuk proteksi radiasi ditentukan bahwa manfaat haruslah jauh lebih

besar daripada resiko yang mungkin diperoleh oleh pekerja radiasi dan

masyarakat. Untuk maksud tersebut filosofi / falsafah proteksi  radiasi

menyatakan bahwa setiap pemanfaatan zat radioaktif dan atau sumber radiasi

pengion lainnya :Hanya didasarkan pada azas manfaat dan justifikasi. yang berarti

Page 11: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

11

harus ada izin pemanfaatan dari BAPETEN ( Badan Pengawas Tenaga

Atom ).Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnaya ( As Low As

Reasonable Achievable – ALARA ) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi

dan sosial dan dosis  equivalent yang diterima seseorang tidak boleh melampaui

Nilai Batas Dosis ( NBD ) yang telah ditetapkan.  Adapun tindakan proteksi

radiasi eksterna adalah tindakan untuk mengupayakan agar tingkat paparan radiasi

yang diterima pekerja radiasi menjadi serendah mungkin. Untuk maksud tersebut

perlu diperhatikan faktor-faktor utama proteksi radiasi yaitu : factor waktu, factor

jarak dan factor penahan radiasi (perisai).

2.4 Peningkatan Mutu Radiografer

Upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas

radiografer adalah :

1. Mengikuti Seminar Radiografi untuk radiografer bekerja sama dengan

profesi PARI Cabang  profinsi Riau, untuk meningkatkan pengetahuan

ilmu radiografi yang semakin berkembang.

2. Mengikuti Seminar Proteksi radiasi untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan radiasi.

3. Membentuk Gugus Kendali Mutu, yang diharapkan dapat mempercepat

penyelesaian masalah yang dihadapi di Instalasi radiologi, terutama yang

berkaitan dengan pemeliharaan sarana, fasilitas dan peralatan radiologi

yang belum tertangani secara serius.

4. Mengirim radiografer secara berkala dan bergantian untuk mengikuti

pendidikan dan pelatihan bidang radiografi, Quality Assurance

radiodiagnostik yang diselenggarakan oleh organisasi profesi tingkat

cabang maupun pusat.

5. Melengkapi alat deteksi radiasi ( Survey Meter type 490 ) untuk

memonitor tingkat paparan radiasi lingkungan ruang radiasi, untuk

memastikan bahwa tingkat paparan radiasi masih berada dalam batas yang

aman

6. Melengkapi buku-buku kepustakaan instalasi radiologi dengan buku-buku

Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku baik pada

Page 12: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

12

penyelenggaraan pelayanan radiologi maupun yang berkaitan dengan

keselamatan dan kesehatan kerja dengan radiasi.                

2.5 Efek Biologi Radiasi

Efek Deterministik ( Non Stokastik ) dapat terjadi akibat penyinaran lokal

maupun menyeluruh sehingga sejumlah cukup banyak sel mati dan tidak dapat

dikompesasikan oleh pembelahan sel yang masih hidup. Di Samping efek yang

mematikan sel, radiasi dapat merusak jaringan dengan cara menimbulkan reaksi

peradangan  yang mempengaruhi permiabilitas sel dan jaringan, mempengaruhi

migrasi alamiah sel pada alat tubuh yang sedang berkembang, atau efek tak

langsung melalui organ laian ( misalnya penyinaran pada hipopisis akan

mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang lain).

Dampak radiologi terhadap manusia dan lingkungan (sebagai end-point)

terjadi oleh adanya proses interaksi antara radiasi pengion yang berasal dari luar

(external) maupun dalam tubuh (internal) dengan bahan sel biologi. Interaksi

tersebut akan menyebabkan perubahan pada DNA sel biologi seperti kematian sel

atau mutasi sel. Akan tetapi secara ilmiah setiap sel memiliki kemampuan untuk

memperbaiki perubahan yang terjadi pada DNA. Hal itu berarti sebagian besar

perubahan yang terjadi pada molekul tidak menimbulkan kerusakan kecuali untuk

sel yang gagal melakukan perbaikan.

Ciri-Ciri Efek Deterninistik ( Non Stokastik )

a. Mempunyai dosis ambang

b. Umumnya timbul tidak begitu lama setelah terkena radiasi.

c. Ada penyembuhan spontan ( tergantung keparahan )

d. Dosis radiasi mempengaruhi keparahan efek ( makin besar dosis, efek

makin parah ).Jika kematian masing-masing sel bersifat acak ( stokastik ),

terganggunya fungsi jaringan atau organ bersifat deterministik, karena

memerlukan dosis ambang untuk dapat menimbulkan terjadinya efek.    

Menurut International Commission Radiation Protection ( ICRP ) besarnya

dosis ambang ini untuk efek deterministik pada testis, ovarium, lensa mata

dan sumsun tulang manusia dewasa.

Page 13: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

13

2.6 Efek Biologis Pada Sistem, Organ atau Jaringan 

1. Darah dan Sumsum Tulang Merah

Darah putih merupakan komponen seluler darah yang tercepat mengalami

perubahan akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlah sel.

Kompenen seluler darah yang lain ( butir pembeku dan darah merah ) menyusun

setelah sel darah putih.Sumsum tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu

tinggi masih adapt memproduksi sel-sel darah merah, sedang pada dosis yang

cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian

( dosis lethal 3 – 5 Sv). Akibat penekanan aktivitas sumsum tulang maka orang

yang terkena radiasi akan menderita: Kecenderungan pendarahan dan infeksi·

Anemia dan kekurangan hemoglobin. Efek stokastik pada penyinaran sumsum

tulang adalah leukemia dan kanker sel darah merah. 

2. Saluran Pencernaan Makanan

Kerusakan pada saluran pencernaan makanan memberikan gejala mual,

muntah, gangguan pencernaan dan penyerapan makanan serta diare. Kemudian

dapat timbul karena dehidrasi akibat muntah dan diare yang parah.Efek stokastik

yang dapat timbul berupa kanker pada epithel saluran pencernaan. 

3. Organ Reproduksi

Efek somatik non stokastok pada organ reproduksi adalah sterilitas,

sedangkan efek genetik (pewarisan) terjadi karena mutasi gen atau kromosom

pada sel kelamin. 

4. Sistem Syaraf

Sistem syaraf termasuk tahan radiasi. Kematian karena kerusakan sistem

syaraf terjadi pada dosis puluhan Sievert. 

5. Mata

Lensa mata peka terhadap radiasi. Katarak merupakan efek somatik non

stokastik yang masa tenangnya lama (bisa bertahun-tahun). 

6. Kulit

Efek somatik non stokastik pada kulit bervariasi dengan besarnya dopsis,

mulai dengan kemerahan sampai luka bakar dan kematian jaringan. Efek somatik

stokastik pada kulit adalah kanker kulit. 

7. Tulang

Page 14: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

14

Bagian tulang yang peka terhadap radiasi adalah sumsum tulang dan

selaput dalam serta luar pada tulang. Kerusakan pada tulang biasanya terjadi

karena penimbunan Stontium-90 atau Radium-226 dalam tulang.Efek somatik

stokastik berupa kanker pada sel epithel selaput tulang. 

8. Kelenjar Gondok

Kelenjar gondok berfungsi mengatur metabolisme umum melalui hormon tiroxin

yang dihasilkannya. Kelenjar ini relatif tahan terhadap penyinaran luar namun

mudah rusak karena kontaminasi internal oleh Yodium Radioaktif. 

9. Paru-paru

Paru-paru pada umumnya menderita kerusakan akibat penyinaran dari gas, uap

atau partikel dalam bentuk aerosol yang bersifat radioaktif yang terhirup melalui

pernafasan. 

10. Hati dan Ginjal

Kedua organ ini relatif tahan terhadap radiasi. 

2.7 Pengawasan Kesehatan

Pengawasan kesehatan ini dimaksudkan untuk menentukan apakah

keadaan kesehatan pekerja radiasi sesuai dengan tugas yang akan dilakukan dan

untuk mengetahui apakah ada pengaruh radiasi pada kesehatan pekerja radiasi

tersebut selama bekerja dengan radiasi. Keharusan pemeriksan kesehatan ini tidak

hanya bagi mereka yang bekerja di Batan atau industri lain yang menggunakan

sumber radiasi pengion akan tetapi juga bagi pekerja radiasi dalam bidang medik

dan telah diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 172/Men

Kes/PER/III/91. Selain untuk memantau keadaan kesehatan pekerja radiasi,

pemeriksaan kesehatan juga penting bagi penguasa Instalasi Atom, jika

dikemudian hari ada pekerja radiasi yang menggugat bahwa sakit yang

dideritanya adalah diakibatkan oleh radiasi yang diterimanya (Medico-legal),

walaupun resiko sakit akibat radiasi ini sangat kecil. Peraturan mengenai

pengawasan kesehatan antara lain :

2. Penguasa Instalasi Atom wajib melakukan pemeriksaan kesehatan

terhadap calon pekerja radiasi, sekali setahun bagi pekerja radiasi dan

Page 15: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

15

pekerja radiasi yang akan memutuskan hubungan kerja dengan Instalasi

Atom.

3. Pemeriksaan kesehatan khusus harus dilaksanakan apabila dosis radiasi

yang diterima pekerja radiasi melampaui nilai seperti yang tercantum

dalam peraturan mengenai pembatasan dosis dan diterima dalam jangka

waktu yang singkat.

4. seluruh hasil pemeriksaan kesehatan harus dicatat dalam kartu kesehatan

dan kartu ini harus disimpan untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 30

tahun sejak bekerja dengan radiasi. Di dalam kartu kesehatan harus ada

keterangan tentang sifat pekerjaan dan alasan pemberian pemeriksaan

kesehatan khusus.

5. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan radiasi harus tersedia

di daerah kerja yang isinya tergantung pada jenis kecelakaan yang

mungkin terjadi, jenis radiasi, jenis kontaminasi pada tubuh manusia. 

Page 16: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

16

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

a. Keselamatan kerja radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk

menciptakan kondisi agar dosis radiasi pengion yang mengenai manusia

dan lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan.

b. Ancaman bahaya di rumah sakit terdiri atas: ancaman bahaya biologi,

ancaman bahaya kimia, ancaman bahaya fisika, ergonomi, ancaman

bahaya psikososial, keselamatan dan kecelakaan kerja di rumah sakit.

c. Proteksi radiasi merupakan tindakan untuk mengupayakan agar tingkat

paparan radiasi yang diterima pekerja radiasi menjadi serendah mungkin

dengan memperhatikan factor-faktor utama dari proteksi radiasi yang

meliputi faktor waktu, faktor jarak dan faktor penahan radiasi (perisai).

3.2 Saran

a. Pengawasan kesehatan wajib dilakukan bagi para pekerja radiasi sekali

setahun untuk menilai dosis radiasi yang diterima pekerja untuk

meminimalkan segala risiko-risiko yang dapat timbul akibat paparan

radiasi.

Page 17: Bab 1-Daftar Pustaka kesling

17

DAFTAR PUSTAKA

Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2007. Modul Ringkas Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. http://www.batan-bdg.go.id/K2/ModulRingkas.pdf . [Diakses pada : 28 November 2012].

Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2011. Pedoman Keselamatan Dan Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong. Puspiptek. Serpong.

Corporate Safety Coordinator. 2010. Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3). Health And Safety. PT Tira Austenite Tbk.

Helena, Lora Karo Karo. 2010. Gambaran Manajemen Kesehatan Radiasi Sinar-X Di Unit Radiologi RS AL DR.Komang Makes Belawan Tahun 2010. Skripsi. FKM USU. Medan

Marpaung, Togap. 2006. Proteksi Radiasi Dalam Radiologi Intervensional. Seminar Keselamatan Nuklir.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta

Prayitno, Budi. 2010. Kajian Terhadap Implementasi Program Proteksi Radiasi Di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir. Yogyakarta.

Rumhadi, Eddy Iskandar. 2011. Standar Prosedur Pemeriksaan Radiografi Diagnostik. http://cafe-radiologi.blogspot.com/2011/10/standar-prosedur-pemeriksaan-radiografi.html . [Diakses pada : 28 November 2012].