BAB 1 - Copy

51
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sehubungan dengan itu pemerintah berupaya untuk mewujudkan keseimbangan fiskal dengan mempertahankan kemampuan keuangan negara yang bersumber dari pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi keinginan masyarakat. Salah satu ciri yang penting dalam mewujudkan keseimbangan tersebut adalah berlangsunya proses politik untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat. Pelaksanaan reformasi anggaran mengedepankan akuntansi publik, partisipasi masyarakat, transparasi publik dan penyusunan APBD berbasis kinerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas APBD. Salah satu komponen penting dalam

description

bab 1 yaa

Transcript of BAB 1 - Copy

Page 1: BAB 1 - Copy

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan

rakyat. Sehubungan dengan itu pemerintah berupaya untuk mewujudkan

keseimbangan fiskal dengan mempertahankan kemampuan keuangan negara

yang bersumber dari pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya guna

memenuhi keinginan masyarakat. Salah satu ciri yang penting dalam

mewujudkan keseimbangan tersebut adalah berlangsunya proses politik untuk

menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat.

Pelaksanaan reformasi anggaran mengedepankan akuntansi publik,

partisipasi masyarakat, transparasi publik dan penyusunan APBD berbasis

kinerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas APBD. Salah satu komponen

penting dalam perencanaan perusahaan adalah anggaran, dimana anggaran

merupakan suatu rencana tentang kegiatan dimasa mendatang yang

mengidentifikasi kegiatan utuk mencapai tujuan. Anggaran merupakan elemen

sistem pengendaliaan manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan

pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi lebih

efisien, efektif.

Penelitian Jagad (2006) memperoleh hasil bahwa persepsi

pemerintah Daerah Kabupaten Serang terhadap partisipasi masyarakat dalam

Page 2: BAB 1 - Copy

penyusunan anggaran adalah baik atau Pemerintah Kabupaten Serang menilai

bahwa masyarakat berpartisipasi secara baik dalam proses penyusunan APBD

di Kabupaten Serang. Selain itu, persepsi Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang terhadap transparasi kebijakan publik dalam penyusunan anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah juga baik atau Pemerintah Kabupaten Serang

menilai mereka telah transparan dalam proses penyusunan APBD di Kabupaten

Serang.

Perubahan sistem politik, sosial dan kemasyarakatan serta ekonomi

yang dibawa oleh arus reformasi telah menimbulkan tuntutan yang beragam

terhadap pemerintahan yang beragam terhadap pemerintahan yang baik(good

goverment governance). Tuntutan ini perlu dipenuhi dan didasari langsung oleh

para manajer pemerintah daerah.

Reformasi yang diperjuangkan oleh seluruh lapisan masyarakat

membawa perubahan dalam kehidupan politik nasional maupun di daerah.

Salah satu agenda reformasi tersebut adalah adanya desentralisasi keuangan

dan otonomi daerah. Berdasarkan ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998

tentang penyelenggaraan otonomi Daerah, Pengaturan dan pemanfaatan

Sumber Daya Nasional yang Berkeaadilan, serta pertimbangan Keangan Pusat

daerah, pemerintah telah mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi

daerah : Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pertimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah yang direvisi menjadi UU No.33

Tahun 2004 menjadi tonggak awal dari otonomi daerah.

Page 3: BAB 1 - Copy

Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam

terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi

yaitu adanya desentralisasi keuangan dan otonomi daerah. UU No 32 dan 33

tahun 2004 merupakan tonggkak awal pelaksaan otonomi daerah dan proses

awal terjadinya reformasi penggangaran keuangan daerah di Indonesia. UU

No33 tahun 2004 pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa pemerintah daerah adalah

penyelenggaran urusan pemerinntah oleh pemerintah daerah dan DPRD

menurut asas ekonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sisitem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD

Negara RI tahun 1945.

Otonomi yang luas nyata, bertanggungjawab membawa perubahan

pada pola dan sisitem pengawasan dan pemeriksaan. Perubahan pada

pengawasan terkait dengan diberi kekusaan kepada pemda untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri, maka diperlukan manajemen keuangan

daerah yang mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis,

sistemati, efisien. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kualitas

Dewan yang diukur dengan pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keahlian

berpengaruh terhadap kinerja Dewan salah satunya adalah kinerja pada saat

melakukan fungsi pengawasan.

Kinerja Dewan dalam menjalankan fungsi legislasinnya selalu

menjadi perhatiaan khusus masyarakat karena dipercayakan amanah pada

anggota dewan untuk dapat mensejahterakan masyarakat. Akan tetapi

Page 4: BAB 1 - Copy

kepercayaan tersebut sekarang cenderung berkurang banyak karena yang tidak

mempercayai kinerja dewan. Sikap ketidakpercayaan inilah yang memotivasi

peneliti ini dilakukan. Penelitian juga diharapkan dapat mempengaruhi

seberapa besar pengetahuan dewan tentang anggaran mempengaruhi

pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD) dan apakah komitmen

organisasi, akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan transparasi kebijakan

publik mempengaruhi hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran

dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD).

Pada pengelolaan keuangan di sektor publik juga terjadi desentralisasi

dari kepala daerah kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan

Sekretaris. SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku

pengguna anggran/ pengguna barang. Selanjutnya SKPD adalah perangkat

daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/ pengguna barang,

yang juga pengelola keuangan daerah. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri

Dalam Negri Nomor 13 Tahun 2006.

Anggaran berbasis kinerja yang dimaksud dalam penyusunan RKA-

SKPD harus betul-betul dapat menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan

sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan).

Dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau ddiperoleh oleh masyarakat

dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Untuk dapat menyusun rencana aggaran

berbasis kinerja program. Hal ini merupakan tanggungjawab yangbesar bagi

satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku penguna anggran untuk

menyediakan sumber daya yang memadai, agar dapat mengelola anggaran

Page 5: BAB 1 - Copy

secara ekonomis, efisien, efektif, yang benar-benar mencerminkan kepentingan

masyarakat. Peniliaan kerja perangkat daerah sangat ditentukan oleh kinerja

SKPD dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerah, (Dewi, 2009).

Untuk mewujudkan pemerintah yang baik dibidang pengelolaan

keuangan daerah telah terjadi desentralisasi. Desentralisasi dalam sektor publik

terjadi dari Kepala Daerah kepada satuan kerja perangkat Daerah (SKPD). Hal

ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan

Negara bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun rencana

kerja darianggaran dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang dicapai,

yang biasa disebut dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).

Hal ini merupakan tanggungjawab yang besar bagi satuan kerja

perangkat daerah (SKPD) dalam menyusun anggaran harus memperhatikan

prinsip-prinsip partisipasi dan transparasi masyarakat sehingga anggaran yang

disusun dapat mencerminkan kepetingan masyarakat (Departemen Dalam

Negeri, 2006). Anggaran sektor publik merupakan pengelolaan dana milik

rakyat. Sehingga perencanaan tindakan apa yang dilakukan, beberapa biaya

yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah

tersebut harus dihitung dengan cermat dan dapat dipertanggungjawabkan

(BPK , 2005).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Jagat (2006). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Jagat terdapat pada

obyek yang diteliti. Jagat mengunakan obyek Pemerintah Kabupaten Serang,

sedangkan pada penelitian ini mengunakan obyek Pegawai Pemerintah

Page 6: BAB 1 - Copy

Kabupaten Karanganyar. Sesuai dengan latar belakang tersebut mendorong

dilakukanya penelitian mengenai seberapa besar pengaruh interaksi

pengetahuan Pegawai Pemerintah tentang anggaran, partisipasi masyarkat, dan

transparasi kebijakan publik terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD)

yang dituangkan dalam penelitian yang berjudul “PENGARUH

PENGETAHUAN PEGAWAI PEMERINTAH DAERAH TENTANG

ANGGARAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARASI

KEBIJAKANN PUBLIK TERHADAP PARTISIPASI PENYUSUNAN

ANGGARAN ’’

Page 7: BAB 1 - Copy

B. Perumusan Masalah

Untuk mewujudkan penyusunan rencana anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (RAPBD) berdasarkan anggaran berbasis kinerja (ABK) dengan

memperhatikan prinsip-prinsip pengetahuan anggaran, partisipasi masyarakat,

transparasi dan pengawasan keuangan memerlukan partisipasi aktif dari aparat

pemerintah daerah. Dukungan aparat pemerintah yang terlatih merupakan faktor

yang sangat penting keberhasilan partisipasi penyusunan anggaran secara

maksimal yang berorientasi pada pencapain hasil kinerja. Terkait dengan tuntutan

itu maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pengetahuan pegawai pemerintah daerah tentang anggaran

berpengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran ?

2. Apakah partisipasi masyarakat mempengaruhi hubungan antara pengetahuan

pegawai pemerintah tentang anggaran dengan partisipasi penyusunan

anggaran ?

3. Apakah transparasi kebijakan publik mempengaruhi hubungan antara

pengetahuan pegawai pemerintah tentang anggaran dengan partisipasi

penyusunan anggaran ?

4. Apakah pengetahuan pegawai pemerintah tentang anggaran, Partisipasi

masyarakat dan transparasi kebijakan publik, secara bersamaan berpengaruh

positif signifikan terhadap partisipasi penyusunan anggaran ?

Page 8: BAB 1 - Copy

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini hanya mengambil responden di Kabupaten

Karanganyar, yaitu pegawai SKPD pada Kantor dan Dinas tanpa

mengikutsertakan pegawai SKPD pada tingkat Kecamatan dan Kelurahan.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh pengetahuan pegawai pemerintah tentang anggaran terhadap

partisipasi penyusunan anggaran.

2. Pengaruh partisipasi masyarakat terhadap hubungan antara

pengetahuan pegawai pemerintah tentang anggaran dengan partisipasi

penyusunan anggaran.

3. Pengaruh interaksi Transparasi kebijakan Publik terhadap hubungan

antara pengetahuan pegawai pemerintah tentang anggaran dan

partisipasi penyusunan anggaran.

4. Pengaruh pengaruh interaksi pengetahuan pegawai pemerintah tentang

anggaranm, partisipasi masyarkat, dan transparasi kebijakan publik

terhadap partisipasi penyusunan anggaran.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Pemerintah Daerah

Page 9: BAB 1 - Copy

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah khususnya meningkatkan peran pegawai

Pemerintah dalam pengawasan anggaran APBD dalam mewujudkan

tata kola pemerintahan yang baik (good government).

2. Bagi peneliti

hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa tambahan

pengetahuan kepada penulis mengenai pengaruh pengetahuan pegawai

pemerintah daerah tentang anggaran partisipasi masyrakat dan

transparasi kebijakan publik terhadap partisipasi penyusunan

anggaran.

3. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan

literatur akuntansi sektor publik (ASP), selanjutnya dapat dijadikan

sebagai acuan guna penelitian lanjutan.

F. Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian serta manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini mencakup segala konsep yang mendasari

penelitian meliputi pengelolaan anggaran, pengertian

Page 10: BAB 1 - Copy

akuntansi sektor publik, standar akuntansi pemerintah,

penyusunan keuangan daerah, definisi anggaran,syarat-

syarat anggaran,keuntungan anggaran, partisipasi dalam

penyusunan anggaran, pengetahuan pegawai, partisipasi

masyarakat, transparasi kebijakan publik, pengawasan

anggaran, peneletiaan terdahulu, kerangka pemikiran,

perrumusan hipotesis.

BAB 111 METODE PENELITIAN

Bab 111 terdiri dari metode penelitian yang digunakan,

ruang lingkup penelitian, teknikpengumpulan data,

instrumen penelitian dan teknis analisis data.

BAB 1V ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pengujian data dan pembahasan

yang berisi deskripsi hasil penelitian, hasil pengujian

instrument dan pengujian asumsi klasik, hasil pengujian

hipotesis dan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis data yang

telah diperoleh dan saran bagi peneliti di masa yang akan

datang.

Page 11: BAB 1 - Copy

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Keuangan Daerah

Reformasi disegala bidang yang didukung masyarakat dalam

menyikapi permasalahan yang terjadi, baik tingkat pusat maupun daerah

menyebabkan lahirnya otonomi daerah sebagai salah satu tuntutan reformasi.

Indonesia memasuki Era Otonomi Daerah dengan diterapkannya Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 (Kemudian menjadi Undang-Undang No. 32

Tahun 2004) tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun

1999 (kemudian menjadi UU No. 33 Tahun 2004) tentang Perimbangan

Keuanagan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Adapun kekuasaan pengelolaan keuangan daerah menurut pasal 6 UU

No. 17 Tahun 2003 merupakan bagian dari kekuasaan pengelolaan keuangan

negara. Dalam hal ini presiden selaku kepala pemerintah memegang

kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan

pemerintahan, kemudian diserahkan kepada Gubenur / Bupati / Walikota

selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan

mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan keuangan daerah

Page 12: BAB 1 - Copy

dilaksanakan oleh masing-masing kepala satuan kerja pengelolaan keuangan

daerah.

1. Pengertian Akuntansi Sektor Publik

a. Akuntansi Sektor Publik

Menurut Mardiasmo 2009, akuntansi sektor publik memiliki

kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi akuntansi pada

domain publik yang memiliki wilayah lebih luasdan kompleks

dibandingkan sektor swsta dan bisnis. Secara kelembagaan, domain

publik antara lain meliputi badan-badan pemerintah (Pemerintah Pusat

dan Daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara dan

daerah (BUMN dan APBD), yayasan, Universitas, organisasi politik

dan organisasi masa, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik tidak hanya

dipengaruhi oleh faktor ekonomi tetapi juga oleh faktor-faktor lain

seperti politik, sosial, budaya, historis yang menimbulkan perbedaan

dalam pengertian. Cara pandang, dan definisi. Sektor publik dapat

dipahami sebagai entitas yang aktifitasnya menghasilkan barang dan

layanan publik dalam memenuhi kebutuhan dan hak publik.

b. Standar Akuntansi Pemerintah.

Salah satu upaya konkret untuk mewujudkan transparasi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah adalah penyampaian

laporan pertanggung jawaban keuangan pemerintah yang memenuhi

prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar

Page 13: BAB 1 - Copy

akuntansi pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip yang tepat

waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah

yang telah diterima secara umum. Hal tersebut diatur dalam UU

Nomor 17 Tahun 2003 Tentang keuangan negara yang mensyaratkan

bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

/APBN disusun dan disajikan sesuai dengan SAP yang telah

ditempatkan dalam PP Nomor 24 Tahun 2005. SAP adalah prinsip-

prinsip akuntansi yang tang diterapkan dalam menyusun dan

menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian SAP

merupakan persyaratan yang memiliki kekuatan hukum dalam upaya

meningkatkan kualitas laporan keuangan di Indonesia. SAP

diperlukan untuk menjamin Konsistensi dalam pelaporan keuangan

daerah pada sektor publik.

2. Perencanaan Anggaran

Perencanaan anggaran dan penganggaran merupakan dua hal yang

sangat terkait dan harus seimbang. Sebagai alat manajemen, maka

perencanaan harus mampu menjadi panduan strategis dalam mewujudkan

tujuan yang akan dicapai. Keduanya merupakan dua hal yang sangat

diperlukan untuk mengelola pembangunan daerah secara efisien dan efektif.

Hasil yang baik akan dicapai apabila terhadap keduanya diberikan perhatian

yang seimbang, penganggaran tidak mendikte proses perencanaan dan

sebaliknya perencanaan perlu mempertimbangkan ketersediaan dana

(Kementrian Keuangan RI,2010). Dokumen perencanaan pembangunan

daerah dibuat secara berjenjang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

Page 14: BAB 1 - Copy

undangan. Dalam struktur berjenjang tersebut posisi Kebijakan Umum

APBD (KU APBD) merupakan penjabaran dari dokumen perencanaan

pembangunnya diatasnya serta merupakan formulasi kebijakan untuk

mengatasi persoalan-perssoalan yang mengemuka dimasyarakat dalam satu

tahun anggaran. RAPBD merupakan dokumen perencanaan jangka pendek

(1 tahun) yang menghendaki adannya KU APBD sebagai formulasi

kebijakan dan perencanaan operasional anggaran. Formulasi kebijakan

anggaran berkaitan dengan analisis fiskal, sedang perencanaan operasional

anggaran lebih ditekankan pada alokasi sumber daya berdasarkan strategi

dan Prioritas. Oleh karena itu, penyusunan KU APBD dan PPAS harus

didasarkan pada Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) sebagai dokumen perencanaan lima tahun.

Proses perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu

realitas sosial dimana terdapat interaksi sosial antara berbagai pihak

yang berkepetingan mulai dari eksekutif, legislatif dan juga

masyarakat. Penelitian ini merupakan paradigma interpretif dengan

pendekatan fenomologi untuk mengekpolasi pemahaman atas

fenomena penganggaran daerah dengan berfokus pada pastisipasi

masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan daerah.

3. Pengertiaan Anggaran

a. Pengertiaan anggaran

Anggaran adalah proses untuk menyusun rencana pendapatan dan

belanja dalam jangka waktu tertentu. Anggaran adalah rangkaian

proses pengambilan keputusan berkaitan dengan tindakan pemerintah

Page 15: BAB 1 - Copy

yang akan dilakukan, bagaimana sumberdaya dialokasikan, dihemat

dan digunakan untuk mencapai tujuan. Miller et al. 2001 dalam Vian

(2010) menyatakan proses penganggaran berhubungsn dengsn

penetapan kebijakan dan pelaksanaan program, dan digunakan untuk

mempermudah pembuatan keputusan, memperkirakan ketersediaan

sumber daya, menerapkan bagaimana komitmen sumber daya dapat

diimplementasikan ke tingkat pelayanan. Pengendalian pengeluaran

terhadap pemborosan, pelanggaran dan penyimpangan. PBK menjadi

perhatian utama dalam meningkatkan proses penganggaran dan

efisiensi program, serta meningkatkan transparasi dan akuntabilitas

antara pengunaan input dan output yang dihasilkan (Jordan dan

Hackbart, 2005). Broom dan McGuire (2006) menyatakan kinerja

anggaran pada setiap level pemerintah dihubngkan dengan keinginan

untuk meningkatkan akuntabilitas, pencapaian prioritas tujuan, dan

pemahaman kegiatan-kegiatan yang lebih baik. Transparasi dan

akuntabilitas organisasi publik dapat dilakukan dengan pengungkapan

pelaporan keuangan berbasis akrual (Calabrese, 2011). Akuntansi

berbasis akrual diyakini dapat memberikan informasi yang lebih

akurat dan meningkatkan pengambilan keputusan yang baik

(Hyndman dan Conolly, 2011).

Anggran pendapatan dan belanja daerah (APBN) memiliki

peranan yang sangat penting tidak hanya sebagai instrumen dalam

pengambilan kebijakan pemerintah diberbagai bidang tetapi juga alat

Page 16: BAB 1 - Copy

untuk mewujudkan tujuan bernegara. Untuk mrngoptimalkan fungsi

APBN maka diperlukan sistem anggaran yang lebih komprehensif

dengan melakukan penatausahaan atas penerimaan dan pengeluaran

negara secara cermat dan sistematis.

Proses pelaksanaan penganggaran tradisional dapat menimbulkan

duplikasi belanja, penumpukan penyimpanan anggaran (Hatomi,

2003). Selain itu pelaksanaan anggaran tradisipnal tidak memiliki

tolak ukur yang dapat dijadikan dasar untuk mengukur kinerja dan

diyakini kurang transparan dan akuntabel. Seiring semakin tingginya

tuntutan masyarakat terhadap transparasi tata kelola penganggaran

sektor publik, maka dibuat dan disahkan UU No.17/2003 tentang

Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang pembedaharaan negara dan

UU No 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Pengelolaan Keuangan Negara. Ketiga undang-undang tersebut

merupakan paket undang-undang reformasi manajemen keuangan

sektor publik, yang menunjukan komitmen pemerintah Indonesia

untuk melaksanakan praktik-praktik penganggaran berbasis kinerja

dan good governance yang berlaku secara internasional.

Untuk mendapatkan terciptannya akuntabilitas publik Pemda

dalam rangka otonomi dan desentralisasi diperlukan sistem

pengelolaan keuangan daerah dan anggran daerah yang berorientasi

pada kinerja (Mardiasmo, 2002). Anggaran yang merupakan blue

print organisasi (Mahmusi, 2011) memberi gambaran tentang

Page 17: BAB 1 - Copy

pengalokasian sumberdaya yang dimiliki suatu organisasi dalam

jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Anggaran sektor publik yang dipresentasikan dalam APBN dan

APBD menggambarkantentag rencana keuangan dimasa datang

mengenai jumlah pendapatan, belanja, surplu/defisit.pembiayaan,

serta program kerja dan aktifitas yang akan dilakukan (Mahmudi,

2011).

Mardiasmo (2002: 64) menjelaskan siklus anggaran meliputi

empat tahap yang terdiri atas :

a. Tahap persiapan anggaran (preparation)

b. Tahap ratifikasi (approval /rutivacation)

c. Tahap Implementasi (implementation)

d. Tahap pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation)

b. Fungsi Anggaran

Untuk menciptakan, memperbaiki struktur dan prosedur

pemerintahan yang efektif dengan memformulasikan dan

melaksanakan program-program dan kebijakan yang telah

dikembangkan (LIOU, 2007). Brignal dan Modell (2000)

menyarankan dibutuhkan peran aktif manajer untuk menentukan

indikator-indikator kinerja sebagai legitimasi organisasi publik, yang

dipenuhi berbagai kepentingan yang berbeda. Di sektor publik

dukungan perubahan sering muncul dari pimpinan, pimpinan

seharusnya memiliki visi yang jelas terhadap sistem baru dengan

Page 18: BAB 1 - Copy

membuat petunjuk yang terakomodasi dengan baik (Kong, 2005).

Vigoda-Gadot dan Yuval (2003) mengungkapan kualitas anggaran

untuk mempengaruhi kinerja administartif dan akhirnya

meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah. Jordan dan Hackbart

(2005) menyatakan pelatihan dukungan manajerial dan atasan

memiliki peranan penting dalam meningkatkan komitmen bawahan.

Fernandez et al. (2010) menyatakan kepemimpinan yang terintegrasi

berhubungan positif dengan dengan kinerja anggaran dinegara federal

yang diukur dengan nilai dari Program Assetment Rating Tool

(PART). Dengan meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang

memadai, baik kualitas maupun kuantitas dan menciptakan kepastian

hukum. Dalam upaya meningkatkan kemandirian daerah, Pemda

dituntut unruk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan

salah satunya adalah memberikan proposi belanja modal yang yang

besar untuk pembangunan pada sektor-sektor yang produktif di daerah

(Harianto dan Adi, 2007).

c. Syarat-syarat Anggaran

Menurut mardiasmo (2002 : 89) agar dapat berhasil dengan baik

anggaran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Adanya organisasi perusahaan yang sehat, dalam organisasi yang

sehat terdapat pembagian tugas fungsional yang jelas. Penentuan

garis wewenang dan tanggung jawab yang tegas.

b. Adanya sistem akuntansi yang memadai, meliputi :

Page 19: BAB 1 - Copy

(1) Pengolongan rekening yang sama dengan anggarn dengan

realisasinnya, sehingga dapat dibandingkan dan dihitung

penyimpangannya.

(2) Pecatatan akuntansi memberikan informasi mengenai realisasi

anggaran dan selisih.

(3) Laporan yang disajikan dapat dibuat sesuai dengan penentuan

tingkat pertanggungjawaban dari bagian dari perusahaan.

(4) Adanya penelitian dan analisis diperlukan untuk menetapkan

alat pengukur prestasi sehingga anggaran dapat dipakai untuk

menganalisa prestasi.

(5) Adanya dukungan dari para pelaksana, manajer puncak

diharapkan dapat berperan serta dalam pelasanaan anggaran

sehingga dapat menjamin partisipasi dari berbagai tingkat

manajer.

d. Keuntungan Anggaran

Supriyono (2001 : 86) menjelaskan beberapa keuntungan

pemakaian anggaran, yaitu sebagai berikut :

a. Terjadinya suatu pendidikan disiplin untuk menyelesaikan

masalah.

b. Menyediakan cara-cara untuk memformulasikan usaha

perencanaan.

c. Menutup kemacetan potensial sebelum terjadi.

Page 20: BAB 1 - Copy

d. Mendorong sikap kesadaran terhadap pentingnya biaya dan

memaksimalkan pemanfaatan sumber- sumber perusahaan.

e. Membantu mngkordinasi dan mengintegrasi penyusunan rencana

operai berbagai segmen yang ada pada organisasi.

f. Memberikan kesempatan kepada organisasi untuk meninjau

kembali secara sistematis terhadap kebijaksanaan dan pedoman

dasra yang sudah ditentukan.

4. Pengetahuan Pemerintah Daerah

Pengetahuan Pemerintah Derah tentang anggaran adalah

kemampuan Pemerintah Daerah dalam hal menyusun anggaran

RAPB/APBD, deteksi serta identifikasi terhadap pemborosan atau

kegagalan.

Dalam pasal Undang-undang no 17 Tahun 2004 tentang keuangan

negara menjelaskan, bahwa keuangan negara adalah semua hak dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu

baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik Negara

berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Andriani (2002),

menyimpulkan bahwa pengetahuan anggaran berpengaruh secara

signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh

Dewan, Beberapa penelitian yang menguji hubungan antara kualitas

anggota dewan dengan kinerjanya diantaranya dilakukan oleh

(Indaradi, 2001 ; Syamsiar, 2001 ; Sutarnoto, 2002). Hasil penelitian

Page 21: BAB 1 - Copy

tersebut membuktikan bahwa kualitas dewan yang diukur dengan

Pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keahlian berpengaruh

terhadap kinerja Dewan salah satunya adalah kinerja pada saat

melakukan fungsi pengawasan.

5. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah persepsi responden tentang

keterlibatan dalam setiap aktivitas proses penggagaran yang dilakukan

DPRD dimulai dari penyusunan arah dan kebijakan, penentuan

strategi, prioritas dan advokasi anggaran serta masyarakat terlibat

dalam pengawsan anggaran melalui pemantauan pengawasan

anggaran.

Dobell & Ulrich (2002) menyatakan bahwa ada tiga peran penting

parlemen dalam prosees anggaran yakni mewakili kepentingan-

kepentingan masyrakat, memperdayakan pemerintah dan mengawasi

kinerja.

Untuk menciptakan akuntabilitas kepada publik diperlukan

partisipasi pimpinan instansi dan warga masyarakat dalam

penyusunan dan pengawasan anggaran (Rubin:1996), jadi selain

pengetahuan tentang anggaran yang mempengaruhi pengawasan yang

dilakukan oleh dewan, partisipasi masyarakat diharpakan akan

meningkatkan fungsi pengawasan.

Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan penganggaran

daerah (APBD) dalam konteks indonesia telah diatur dalam berbagai

Page 22: BAB 1 - Copy

peraturan perundang-undangan diantaranya Undang-undang Nomor

32 dan 33 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan pertimbangan

antara keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, peraturan

mentri Dalam Negeri (Permendagri) No 59 / 2007 tentang perubahan

Permendagri No.13 / 2004 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, UU No25/2004 Tentang Perencanaan Pembangunan Nasional

Dan Surat Edaran Bersama Bappenas dan Mendagri No.1354

/M.PPN/03/2004050/744/SJ tentang pedoman pelaksanaan forum

musyawarah perencanaan pembangunan dan perencanaan partisipasi

daerah.

6. Transparasi Kebijakan Publik

Transparasi kebijakan publik adalah persepsi responden tentang

adanya keterbukaan mengenai anggaran yang mudah diakses oleh

masyarakat.

Penelitian sejenis juga dilakukan Sopanoh Mardiasmo (2003)

dan Roseptalia (2006) hasilnya bahwa pengetahuan dewan tentang

anggraran berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah

(APBD) dan interaksi antara pengetahuan dewan tentang anggaran

dengan partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap pengawasan

keuangan daerah (APBD), sedangkan interaksi antara pengetahuan

dewan tentang anggaran dengan transparasi kebikjakan publik tidak

berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD) .

Page 23: BAB 1 - Copy

Anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan transparasi

jika memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Terdapat pengumuman kebijakan anggaran.

2. Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses.

3. Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu.

4. Terakomodasinnya suara/usulan rakyat.

5. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan.

6. Keterbukaan dan transparansi.

7. Pengawasan Keuangan Daerah

Pengawasan keuangan daerah adalah pengawasan terhadap

keuangan daerah yang dilakukan oleh Dewan yang meliputi

pengawasan pada saat penyusunan, pengesahan, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban anggaran (APBD).

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Andriani (2002) yang

menyimpulkan bahwa pengetahuan anggaran berpengaruh terhadap

pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh Dewan.

Sementara Pramono (2002) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

menghambat fungsi pengawasan adalah minimya kualitas sumber

daya manusia (SDM) dan kurangnya sarana dan prasarana.

B. Penelitian Terdahulu.

Page 24: BAB 1 - Copy

Penelitian yang dilakukan oleh Jagat (2006) mengenai

Persepsi Pemerintah terhadap Partisipasi Masyarakat dan

Transparasi Akuntabilitas Anggaran (Survei Pada Pemerintah

Daerah Kabupaten Serang). Penelitian ini menggunakan data primer

dan data sekunder dengan populasi 32 orang yang terlibat langsung

dalam proses penyusunan anggaran APBD. Hasilnya bahwa secara

keseluruhan persepsi/ tanggapan aparat Pemerintah Kabupaten

Serang terhadap partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah adalah sangat setuju dan Pemerintah

Daerah Kabupaten Serang beranggapan bahwa selama ini

masyarakat berperan secara aktif dalam proses Penyusunan dan

Revisi Anggaran di Pemerintah Kabupaten Serang.

Penelitian yang dilakukan Andriani (2002) mengenai pengaruh

Pengetahuan pegawai Pemerintah Akuntabilitas, Partisipasi

Masyarakat, dan Transpasrasi Kebijakan Publik sebagai

Pemoderating Hubungan pengetahuan Pegawai Pemerintah tentang

Anggaran dan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Penelitian ini

mengunakan data primer melalui metode survei dengan 30

responden. Hasilnya bahwa terdapat pengaruh antara partisipasi

penyusunan anggaran terhadap pengetahuan anggaran kinerja

terdapat pengaruh antara partisipasi masyarakat dalam memoderasi

partisipasi penyusunan anggaran dengan pengetahuan dewan,

terdapat pengaruh antara variabel transparasi Kebijakan Publik

Page 25: BAB 1 - Copy

dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan

pengetahuan pegawai pemerintah daerah.

Penelitian yang dilakukan Sopanoh Mardiasmo (2003) dan

Roseptalia (2006) mengenai Persepsi Pemerintah Daerah terhadap

Partisipasi Masyarakat dan Transparasi Akuntabilitas Anggaran.

Penelitian ini mengunakan data primer dan data sekunder dengan

sampel 32 orang responden. Interaksi antara pengetahuan pegawai

pemerintah tentang anggaran dengan partisipasi masyarakat

berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD).

Penelitian yang dilakukan Mardiasmo (2003) Pengaruh

Partisipasi Masyarakat dan Transparasi Kebijakan Publik terhadap

Hubungan Antara Pengetahuan pegawai pemerintah Tentang

Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris

Pada Provinsi Papua). Penelitian ini dilakukan dengan menyebar

sejumlah kuisioner kepada dinas-dinas dilingkungan pemerintah kota

Papua dengan menggunakan 275 responden. Hasilnya bahwa

transparasi kebijakan publik ini mendapatkan hasil yang lebih bagus

dari penelitian yang sebelumnya. Dalam penelitian sebelumnya

persepsi pemerintah daerah Kabupaten Serang terhadap transparasi

publik dalam kriteria baik, namun dalam penelitiaan ini persepsi /

tanggapan Pemerintah Daerah Provinsi Papua terhadap transparasi

kebijakan publik adalah sangat baik.

Page 26: BAB 1 - Copy

Penelitian yang dilakukan oleh Suhartono (2006) mengenai

pengaruh komitmen organisasi dan Pengawasan Dewan terhadap

keuangan Daerah (Studi Empiris pada DPRD Se-Karesidenan

Kedu). Penelitian ini dialakukan dengan menyebar sejumlah

kuisioner kepada dinas-dinas di lingkungan Kedu dengan

menggunakan 99 responden. Hasilnaya bahwa terdapat pengaruh

positif anatar variabel dependen (pengawasan pegawai pemerintah

pada keuangan daerah) dengan variabel independen (pengetahuan

pegawai pemerintah tentang anggaran).

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori diatas dapat digambarkan kerangka

teori atau kerangka pemikiran sebagai berikut :

Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan APBD

Transparasi dan Akuntanbilitas Anggaran Kebijakan Publik dalam Penyusunan APBD

Persepsi / Tanggapan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar

Page 27: BAB 1 - Copy

D. Perumusan Hipotesis

Yudono (2002) mengatakan bahwa DPRD akan mampu

mengunakan hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan

kewajiban secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara

proporsional jika setiap anggota mempunyai pengetahuan yang

cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan pemerintahan,

kebijakn publik, dan lain sebagainnya. Pengetahuan yang dibutuhkan

dalam melakukan pengawasan keuangan daerah salah satunya adalah

pengetahuan tentang anggaran. Dengan mengetahui tentang

anggaran diharapkan anggota pemerintah daerah dapat mendeteksi

adanya pemborosan dan kebocoran anggaran. William et al dalam

Yahya (2008) menyatakan bahwa inovasi juga penting dalam sektor

publik, karena hal tersebut dapat meningkatkan kualitas, menaikkan

reputasi sebuah departemen dan meningkatkan kinerja organisaional.

Anggarann sektor ppublik yang terbatas menuntut aparat pemerintah

daerah untuk mempunyai pengetahuan yang memadai untuk

berinovasi dalam meningkatkan pelayanan. Apabila masyarakat puas

dengan pelayanan yang diberikan tentu saja akan meningkatkan

PAD (Pendapatan asli daerah) yang secara langsung maupun tidak

langsung hasilnya akan dinikmati oleh pegawai pemerintah daerah.

Oleh karena itu dalam penyusunan anggaran yang meliputi

perencanaan tindakan apa yang dilakukan oleh pemerintah, berapa

Page 28: BAB 1 - Copy

biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja

pemerintah tersebut harus benar-benar disusun secara cermat karena

nantinya hasil yang dapat diharapkan adanya imbl balik yang dapat

dirasakan dan dinikmati oleh pegawai pemerintah daerah (BPKP,

2005). Sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

HI : Pengetahuan pegawai pemerintah tentang anggaran berpengaruh

terhadap pengawasan keuangan daerah.

Untuk menciptakan akuntabilitas kepada publik diperlukan

partisipasi pimpinan instansi dan warga masyarakat dalam

penyusunan dan pengawasan anggaran (Rubin:1996), jadi selain

pengetahuan tentang anggaran yang mempengaruhi pengawasan

yang dilakukan oleh pemerintah daerah, partisipasi masyarakat

diharapakan akan meningkatkan fungsi pengawasan. Sikap

partisipasi masyarakat memberikan kesempatan kepada pada

bawahan untuk mrngumpulkan, menukarkan, danmenyebarkan

informasi pekerjaan yang relevan untuk memfalitasi proses

pembuatan anggaran, Chong (2002) mengatakan bahwa penggunaan

informasi pekerjaan yang relevan dapat menigkatkan kinerja

sehingga dapat dihopetis dirumuskan sebagai berikut :

H2 : Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap hubungan antara

pengetahuan pegawai pemerintah tentang anggaran dengan

pengawasan keuangan Daerah.

Page 29: BAB 1 - Copy

Mardiasmo (2004) menyebutkan bahwa anggaran merupakan

peryataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama

periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansia,

sedangkan penggangaran adalah proses atau metode untuk

mempersiapkan suatu anggaran.

Dalam penyusunan APBD harus memperhatiakan prinsip dan

kebijakan yang telah disusun. Prinsip terseburt antara lain APBD

yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan

mudah diakses oleh masyarakat. Informasi tersebut meliputi tujuan,

sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis belanja serta korelasi

antara besaran anggran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai

dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap

pengguna anggran harus bertanggungjawab terhadap pengguna

sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.

Berdasarkan uraian diatas maka dirimuskan hipotesa sebagai berikut:

H3 : Transparasi kebijakan publik berpengaruh positif terhadap

hubungan antara pengetahuan.

Untuk mengetahui bahwa apakah dengan semakin tingginya

pengetahuan pegawai pemerintah tentang anggaran, adanya

partisipasi masyarakat serta adanya transparasi kebijakan publik

akan meningkatkan pengawasan anggaran yang dilakukan oleh

pegawai pemerintah, maka perlu diuji secara simulat, sehingga

hipotesis keempat dari penelitiaan ini :

Page 30: BAB 1 - Copy

H4 : Pengetahuan pegawai pemerintah tentang anggaran, Partisipasi

masyarakat dan transparasi kebijakan publik, secara bersamaan

berpengaruh positif terhadap Pengawasan keuangan Daerah APBD.

Page 31: BAB 1 - Copy

BAB 111

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan metode survei. Survei adalah

penelitian yang digunakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-

gejala atau permasalahan yang timbul (Suryabrata, 1992). Survei dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepa aparat

pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar.

Pada umumnya penelitian survei dilakukan untuk mengambil suatu

generalisasi dari suatu pengamatan . Metode survei tidak memerlukan

kelompok kontrol seperti pada metode eksperimen , tetapi generalisasi

yangdilakukan bisa lebih akuratjika digunakan sampel yang represetative,

seperti penelitian untuk mengungkapkan kinerjakaryawan pada organisasi

atau perusahaan.

B. Populasi dan Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek /

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2009). Populasi adalah sekelompok orang,

kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu.

Page 32: BAB 1 - Copy

Penelitian ini dilakukan pada pemerintah Daerah Kabupaten

Karanganyar alasan dipilih lokasi peneltian karena sesuai dengan

visi serta misi yangdijunjung. Pemerintsh Kabupaten Karanganyar

yaitu Karanganyar menjadi Kabupaten yang TENTRAM

Page 33: BAB 1 - Copy

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam peneltiaan ini diperoleh melalui studi

lapangan dengan menyebarkan kuisioner. Metode kuisioner adalah teknik